Upload
citra-ardian
View
190
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
UPAYA PENINGKATAN KONTRIBUSI PENDAPATAN MDH MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH PROD. TEBANGAN JATI
Studi Kasus Di Petak lr RPH Gunungwaru BKPH Bajulmati KPH Banyuwangi utara
Diajukan untuk melengkapi syarat kelulusan Pendidikan Menengah Kehutanan Angkatan X Tahun 2007/2009
Oleh: HERMAWAN A.S.Nomor Siswa: 13 PMK X Tahun 2007/2009
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBERDAYA MANUSIA PERUM PERHUTANI MADIUN 2009
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Makalah:Upaya peningkatan kontribusi pendapatan MDHMelalui pemanfaatan limbah prod tebangan jatiNama:Hermawan A.S.Nomor Siswa:13Tanggal Sidang:
Menyetujui :
Kasi Diklat Teknik
Ir. Lahudi Dwi KundoroPembimbing
Drs. Murtiono
RINGKASAN EKSEKUTIFHermawan AS UPAYA PENINGKATAN KONTRIBUSI PENDAPATAN MDH MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH PROD TEBANGAN JATI
Selama bertahun-tahun limbah produksi tebangan jati khususnya pada KPH. Banyuwangi utara tidak pernah mendapat perhatian yang serius dari Manajemen yang disebabkan beberapa hal yaitu, nilainya yang terlalu kecil bila dibandingkan dengan penghasilan dari produksi kayu perkakas jati atau hasil hutan non kayu lainnya. Akan tetapi limbah produksi tersebut selama ini telah dimanfaatkan oleh para petugas dilapangan untuk dijadikan sebagai penghasilan tambahan, akibat nya masyarakat desa hutan kekurangan kayu bakar. Dalam memenuhi kebutuhan kayu bakarnya masyarakat pada ahimya melakukan perencekan secara liar dengan menebangi tanaman jati muda yang berumur antara 3 s/d 9 th.Untuk mengantisipasi meluasnya perencekan liar khususnya di RPH. Gunungwaru, Administratur/KKPH Banyuwangi utara menghimbau pada semua jajarannya yang ada dilapangan agar limbah produksi tebangan diberikan secara cuma-cuma pada masyarakat desa, agar mereka tidak lagi melakukan perusakan tanaman/perencekan secara liar, dan juga sebagai upaya untuk menepis anggapan bahwa Perum Perhutani KPH. Banyuwangi utara selama ini tidak pernah memberikan kontribusi terhadap masyarakat desa hutan.Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan /kontribusi Perhutani terhadap masyarakat desa hutan maka langkah yang diambil adalah melakukan pengukuran langsung di petak produksi tebangan dengan menebang 10 pohon sempel kemudian dihitung seberapa besar jumlah volume yang dihasilkan dari sempel- sempel penebangan tersebut. Studi kasus disini dilakukan di petak lr RPH. Gunungwaru, karena dipetak tersebut pada saat itu sedang dilakukan kegiatan penebangan produksi jati A2.Maksud dari pemanfaatan limbah produksi tebangan jati adalah, memenuhi kebutuhan kayu bakar MDH, memberikan tambahan penghasilan MDH, dan menghapus anggapan KPH. Bwi. utara tidak pernah memberikan kontribusi.KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat disusun dan selesai tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul Upaya peningkatan kontribusi pendapatan MDH melalui pemanfaatan limbah produksi teb jati A2. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk melengkapi kelulusan Pendidikan Menengah Kehutanan Angkatan X Tahun 2007/2009.Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:1. Kepala Pusdiklat Sumber Daya Manusia Perum Perhutani.2. Bapak Drs. Murtiono, sebagai Pembimbing dalam penyusunan makalah ini.3. Bapak Ir. Lahudi Dwi Kundoro, sebagai Kasi Diklat Teknik Pusdiklat SDM Perum Perhutani.4. Segenap Penguji Makalah PMK Angkatan X.5. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah sehingga dapat terselesaikan dengan baik.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karenaitu kritik dan saran sangat penulis harapkan guna penyempurnaan lebih lanjut.Akhirnya harapan penulis semoga makalah ini nantinya dapat bermanfaat.
Madiun, April 2009Penulis
HERMAWAN A.S.
DAFTAR ISIHalaman :HALAMAN JUDULi
LEMBAR PENGESAHANii
RINGKASAN EKSEKUTIFiii
KATA PENGANTARiv
DAFTAR ISIv
DAFTAR TABELvi
DAFTAR GAMBARvii
DAFTAR LAMPIRANviii
BAB I. PENDAHULUANA. Latar Belakang B. Rumusan MasalahC. Batasan Permasalahan1122
BAB II. TUJUAN PENULISANA. Alasan Judul diangkatB. Tujuan Penulisan333
BAB III. TUJUAN PENULISANA. Alasan Judul diangkatB. Tujuan Penulisan445
BAB IV. TINJAUAN PUSTAKAA. Kajian produksi KPH> Banyuwangi utaraB. Kajian perlindungan hutan KPH. Banyuwangi utaraC. Kajian Finansial KPH. Banyuwangi utara667
8-9
BAB V. HASIL DAN ANALISIS HASILBAB VI. PEMBAHASANBAB VI. KESIMPULANA. KESIMPULANB. SARAN
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN1011-12131314
1516-31
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 1.Daftar produksi tebangan A2 dan volume rencek Th. 20065
Tabel 2.Daftar produksi tebangan A2 dan volume rencek Th. 20075
Tabel 3.Daftar prod tebangan A2, rencek & nilai konversi Th. 200611
Tabel 4.Daftar prodi tebangan A2, rencek & nilai konversi Th. 200711
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 1.Proses penebangan17
Gambar 2.Pemungut rencek 18
Gambar 3.Penumpukan rencek19
DAFTAR LAMPIRAN
HalamanLampiran 1.Alur Pola Pikir20
Lampiran 2.Daftar Petak RPH Gunungwaru21
Lampiran 3.Data hasil wawancara22-31
ii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangPerum Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang Kehutanan yang diberi tugas dan wewenang dalam pengelolaan hutan di Pulau Jawa dan Madura, kecuali hutan konservasi. Pelimpahan tugas dan wewenang tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.30 Tahun 2003.Didalam melaksanakan pengelolaan hutan yang menjadi kewenangannya, Perum Perhutani mempunyai suatu Visi yaitu Menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk mencapai visi tersebut didukung pula dengan misi-misi, salah satu diantaranya yaitu Mendukung danturut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara regional dan nasional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional.Namun seiring dengan beijalannya waktu, kondisi hutan di negara kita khususnya di Pulau Jawa dan Madura saat ini banyak sekali mengalami perubahan dan penurunan potensi hutan, akibat adanya gangguan keamanan hutan yang cukup tinggi dikarenakan adanya pencurian ataupun penjarahan.Sebelum adanya kenaikan bahan bakar minyak tanah, masyarakat desa tidak terlalu membutuhkan adanya kayu bakar, tetapi melihat harga bahan bakar minyak yang semakin lama semakin melambung dan langka, maka banyak masyrakat desa hutan yang mulai mencari kayu rencek dihutan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dengan mencari rencek untuk dijadikan tambahan penghasilan.Akibat dari rencek atau limbah produksi tebangan telah dimanfaatkan oleh petugas Perum Perhutani sendiri dilapangan, dalam memenuhi kebutuhan kayu bakarnya masyarakat melakukan perencekan secara liar yang mengakibatkankan banyak tanaman jati muda yang dirusak.Setelah solusi ditemukan untuk mengantisipasi meluasnya perencekan liar yaitu dengan memberikan kontribusi kepada mereka (MDH) yang berupa limbah produksi tebangan, perencekan liar yang ada diwilayah RPH Gunung waru beransur-angsur mulai berkurang dan terkendali.Setelah solusi ditemukan untuk mengantisipasi meluasnya perencekan liar yaitu dengan memberikan kontribusi kepada mereke (MDH) yang berupa limbah produksi tebangan, perencekan liar yang ada diwilayah RPH Gunung waru beransur-angsur mulai berkurang dan terkendali.B. Rumusan Masalah1 Masyarakat desa hutan kekurangan kayu bakar/rencek.2 Pembalakan/pemungutan rencek secara liar.3 Perum Perhutani KPH. Banyuwangi utara dianggap belum memberikan kontribusi pendapatan terhadap MDH.C.Batasan PermasalahanDalam makalah ini penulis membatasi permasalahan pada rusaknya tanaman uda yang ada di petak lq RPH. Gunungwaru BKPH Bajulmati yang diakibatkan arena adanya perencekan secara liar yang dilakukan masyarakat desa hutan.
BAB IITUJUAN PENULISAN
A. Alasan Judul diangkatAlasan penyusun mengangkat judul UPAYA PENINGKATAN KONTRIBUSI PENDAPATAN MDH MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH PROD TEBANGAN JATI adalah untuk memberikan solusi kurangnya kebutuhan kayu bakar/rencek MDH, kurangnya penghasilan MDH, dan anggapan Perum Perhutani KPH. Banyuwangi utara tidak pernah memberikan kontribusi.
B. Tujuan PenulisanTujuan penulisan adalah, memenuhi kebutuhan kayu bakar/rencek MDH, memberikan tambahan penghasilan MDH, dan menghapus anggapan Perum Perhutani KPH. Banyuwangi utara tidak pernah memberikan kontribusi terhadap MDH.
BAB IVMETODOLOGI
A. Pengumpulan DataDalam penulisan makalah ini dipergunakan pengumpulan data-data primer berupa metode observasi yaitu mengadakan pengamatan dan pencatatan langsung dipetak lokasi tebangan yaitu dipetak Ir RPH Gunung waru BKPH Bajulmali dengan bantuan petugas setempat.Didukung pula dengan metode interview yaitu mengadakan wawancara Langsung dengan perencek yang ada dilapangan, yaitu masyarakat desa hutan dan petugas lapangan yang biasa berhubungan dengan mereka (mandor tebang).B. Pengolahan Dataa. Hasil pengukuran melalui sempel:Petak: lr
Kias umur: V
Jumlah pohon: 10 pohon
Jumlah perencek: 2 orang
Lamanya waktu: 180 menit
Produksi rencek: 3,0 sm
Nilai: Rp. 15.000,-
b. Jumlah produksi limbah dan nilai konservasi5.422 phn x 3,0 sm = 1.626 sm 10 pohon1.626 sm x Rp. 5000 = Rp. 8.130.000,-
c. Jumlah total prod tebangan A2 dan limbah/rencek yang dihasilkan KPH BwiTabel 1. Laporan kemajuan tebangan A2 tahun & hasil Vol rensek 2006NoBKPHRPHPetakLuasHaJmlPhnJumlah Produksi
M3Volrencek(sm)
12345678
1BajulmatiGunungwarulr205.0512.7941.515
Bajulmati10d264.9782.7371.493
1la8,251.5401.486462
14dl 13,91.3081.428392
16c10,02.5131.684753
2WatudodolAlasbuluh23d20,04.1192.5961.235
Bangsring51a15,04.1252.9971.237
JUMLAH7.087
Jadi jumlah volume produksi limbah rencek & nilai uang yang konversi pada tahun 2006 sebesar ( 7.087 Sm x Rp. 5000,- - Rp. 35.435.000,-)
Tabel 2. Laporan kemajuan tebangan A2 & hasil Vol rencek tahun 2007NoBKPHRPHPetakLuasHaJmlPhnJumlah Produksi
M3SM
12345678
1BajulmatiGunungwarulr18,55.4222.9881.626
lh15,05.4841.3741.645
10a19,03.6302.4261.089
Bajulmati13f13,24.5643.5711.369
15a12,33.2671.915980
16d20,05.7473.0251.724
2WatudodolAlasbuluh23d15,03.0382.043911
Bangsring45c16,99901.073297
51a15,02.6372.106791
52b15,03.5372.7701.061
3KetapangGombeng68a20,03.7862.0121.135
JUMLAH12.628
Jadi jumlah volume produksi limbah rencek & nilai uang yang dikonversi pada tahun 2007 sebesar ( 12.628 Sm x Rp. 5000,- Rp. 63.140.000,- )
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Produksi KPH. Banyuwangi utaraPengelolaan hutan lestari senantiasa berpedoman kepada kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh pemerintah, diselaraskan dengan prinsip keletarian perusahaan. Sampai saat ini hasil hutan berupa kayu masih manjadi andalan utama untuk menopang perusahaan.Pasar kayu global makin berkembang, persaingan makin ketat. Konsumen di negara-negara maju lebih selektif dalam melakukan pembelian kayu dan hasil olahannya. Mereka lebih megutamakan dan memilih kayu yang berasal dari proses pengolahan hutan secara lestari dan tidak merusak lingkungan. Untuk menyikapi tuntutan konsumen dunia itulah KPH Banyuwangi Utara berupaya menjadi satu unit bisnis yang berwawasan lingkungan. Salah satunya ialah dengan cara mempertahankan keberlanjutan produksi dan pengusahaannya, dengan tetap mengutamakan kelestarian sumber daya hutan.
B. Kajian Perlindungan hutan KPH. Banyuwangi utaraKesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Utara merupakan salah satu KPH di wilayah Perum Perhutani Unit n Jawa Timur yang dipersiapkan untuk memperoleh sertifikat ecolabel pada tahun 2007. Penunjukan terhadap KPH Banyuwangi Utara didasarkan pada hasil kajian terhadap kondisi sumberdaya hutannya yang masih baik dimana diantaranya adalah luas hutan umur tegakan dibawah 30 tahun (KU muda) mencapai 46 %, rasio luas panen lestari dibanding luas tebangan rehabilitasi 1 : 0 dan rasio luas tanaman rutin dibanding rehabilitasi 1:1.Berdasarkan data Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) PDE 2003-2012, KPH Banyuwangi Utara memiliki etat massa sebanyak 2.700 M3/thn dan etat luas 150,45 Ha/thn untuk BH Alasbuluh-Gombeng serta etat massa sebesar 7.154 M3/thn dan etat luas 50,69 Ha/thn untuk BH Bitakol. Sedangkan berdasarkan hasil kajian kelestarian produksi yang dilakukan oleh Divisi produksi Kelompok Keija MHL KPH Banyuwangi Utara dinyatakan bahwa untuk tujuh jangka kedepan (2013 - 2082) KPH Banyuwangi Utara masih dapat memproduksi kayu jati (tebangan A2) dengan etat volume rata- rata 22.254 M3/thn dengan etat luas 168,68 Ha/thn.Dengan melihat potensi hutan tersebut diatas maka perlu perhatian khusus dalam pengelolaannya terutama dalam perlindungan hutan dan kawasan hutannya. Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan upaya-upaya untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit serta upaya mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Berbagai upaya untuk melindungi hutan dan kawasan hutan telah dilakukan oleh KPH Banyuwangi Utara yang meliputi kegiatan pre-emptif berupa pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar hutan serta melalui kegiatan PHBM, kegiatan prefentif melalui patroli di dalam dan di luar kawasan hutan, dan kegiatan represif berupa penindakan dan proses hukum terhadap pelaku pengrusakan/ illegal logging.Hasil yang dicapai dari berbagai upaya perlindungan hutan dalam jangka waktu tujuh tahun terakhir adalah terjadinya penurunan kerawanan hutan/kehilangan pohon rata-rata 24% per tahun, pengamanan barang bukti 987 m3/tahun, penanganan tersangka 32 orang /tahun dan penanganan kebakaran hutan rata-rata 121 ha/tahun. Sedangkan untuk bibrikan, penggembalaan liar dan Hama Penyakit sampai dengan tahun 2006 tidak ditemukan (data nihil).
C. Kajian Finansial Kph. Banyuwangi UtaraKPH Banyuwangi Utara sebagai salah satu unit manajemen pengelolaan hutan di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan unit manajemen lainnya. Dalam kaitan dengan kelestarian usaha, pengelolaan hutan yang dilakukan mempunyai pengaruh yang sangat besar, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan hutan di KPH Banyuwangi Utara mempunyai arti yang strategis dalam pengelolaan perusahaan, terutama dalam mendukung jalannya roda usaha.Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) didirikan dengan Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 1972 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 2003.Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 2003 bahwa sifat usaha dari Perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan dan kelestarian sumberdaya hutan.Kontribusi yang diberikan Perum Perhutani KPH. Banyuwangi utara pada tahun 2007, kepada masyarakat desa hutan jumlah volume (sm) maupun nilai uang (Rp) jika dikonversi dapat diketahui, contoh dari limbah tebangan jati A2 studi kasus di petak lr RPH. Gunungwaru dapat diketahui jumlah volume limbah produksi tebangan jati A2 sebesar 1.626 sm, nilai uang yang di konversi Rp. 8.130.000,- dan jika dilihat dari jumlah total limbah tebangan jati A2 yang dihasilkan KPH. Banyuwangi utara pada tahun 2007 sebesar 12.628 sm, Rp. 63.140.000,-Akan tetapi kontribusi yang diberikan KPH. Banyuwangi utara (jumlah volume maupun nilai rupiahnya) bila dibandingakan dengan kerusakan tanaman jati muda yang diakibatkan adanya perencekan liar tidak dapat diketahui, karena tanaman-tanaman jati muda yang dirusak pohonnya tidak ada tarip upah perpohonnya dan tidak diketahui berapa volume yang sudah mereka peroleh, karena mereka (MDH) memungut rencek secara ilegal. Tetapi bila dinilai persen rusaknya tanaman jati muda di petak 1 q mencapai 35 % dan jumlah total rusaknya tanaman jati muda di RPH Gunung waru mencapai 30 %. Oleh karena itu sebelum kerusakan tanaman jati muda dapat meluas, solusi alternatif terbaiknya dengan melakukan pemanfaatan limbah produksi tebangan jati.
BAB V HASIL DAN ANALISIS HASIL
Dari hasil pelaksanaan pengukuran sempel-sempel di petak tebangan (studi kasus di petak lr RPH Gunung waru) pada tebangan A2 th. 2007 dapat diketahui jumlah produksi limbah/rencek yang didapat dari tebangan jati A2 dalam petak tersebut sebesar 1.626 sm dari 5.422 pohon jika limbah tersebut dinilai konversi dapat menghasilkan (1.626 sm x Rp.5.000,- = 8.130.000,-).Bila melihat hasil limbah/rencek tebangan jati A2 yang diperoleh sangatlah besar, dan pada dasarnya secara keseluruhan limbah-limbah tersebut telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan yang tempat tinggalnya berada didekat hutan dan dekat dengan area lokasi petak tebangan, limbah/rencek diberikannya tanpa memberikan konpensasi/ganti rugi apapun terhadap Perum Perhutani dalam hal ini adalah KPH. Banyuwangi utara.Namun yang sangat diharapkan oleh Perum Perhutani KPH. Banyuwangi utara adalah mereka ikut memberikan kontribusi juga secara langsung ataupun tidak langsung terhadap keberadaan hutan KPH. Banyuwangi utara, khususnya masyarakat yang ada dipinggiran hutan. Jumlah masyarakat yang memanfaatkan limbah produksi tebangan tidak dapat dihitung dengan membagi jumlah stapel meter yang diambil dengan jumlah orang yang memanfaatkan. Namun jumlah orang yang memanfaatkan limbah produksi tebangan tersebut akan tetap, karena setiap orang yang mengambil rencek pada setiap harinya akan sama. Disamping itu masyarakat yang memanfaatkan rencek ini merupakan suatu mata rantai yang berperan sebagai pencari rencek, penjual rencek, dan konsumen.Apabila kita membagi dari jumlah rencek dengan kemampuan orang pencari rencek setiap harinya dapat diketahui jumlah orang yang berperan khusus sebagai pencari rencek, sedangkan yang berperan sebagai pengangkut, penjual dan pembeli tidak dilakukan penghitungan karena pada umumnya selain yang berperan sebagai pencari, keberadaannya jauh dari hutan.Nilai yang dimaksud dalam makalah ini bukan nilai nominal berupa uang, akan tetapi merupakan nilai konversi dimana apabila dinilai dengan uang, limbah tebangan yang dimanfaatkan dipetak lr setara dengan Rp. 8.130.000,- .BAB VI PEMBAHASAN
Dari uraian diatas maka dapat kami jelaskan bahwa kondisi hutan di RPH Gunungwaru B KPH Bajulmati pada saat belum adanya pemanfaatan limbah produksi tebangan sangat mencemaskan dan bahkan mengkhawatirkan, karena banyak tanaman jati muda yang rusak, khususnya tanaman yang lokasinya berdekatan langsung dengan rumah penduduk yaitu tanaman jati yang berada di petak lq dengan kerusakan sebesar 35%, sedangkan total tanaman jati muda yang rusak karena direncek secara liar di RPH. Gunungwaru sebesar 30 %.
Akan tetapi setelah adanya pemanfaatan limbah produksi tebangan A2 di KPH. Banyuwangi utara pada tahun 2006 dan tahun 2007 berdasarkan hasil perhitungan sempel sesuai tabel laporan produksi tebanan A2 (hal 5) dapat diketahui rencek yang dihasilkan sbb :
Tabel 3. Jumlah Prod Teb, rencek, Nilai Konversi tahun 2006TahunTotal Prod teb A2 M3Hasil rencek SMTarip(Rp)Nilai Konversi(Rp)
12345
200615.7227.0875.00035.435.000
Tabel 4. Jumlah Prod Teb, rencek, Nilai Konversi tahun 2006TahunTotal Prod teb A2 M3Hasil rencek SMTarip(Rp)Nilai Konversi(Rp)
12345
200725.30312.6285.00063.140.000
Dengan pemanfaatan limbah rencek tersebut diatas yang telah dikontribusikan kepada masyarakat, perencekan liar di KPH. Banyuwangi utara mulai menurun khususnya di RPH. Gunungwaru, karena masyarakat yang dulunya memungut rencek di petak-petak tanaman jati muda kini telah berpindah kelokasi petak tebangan, dan pada ahimya tanaman-tanaman jati muda yang rusak karena dipangkas atau direncek secara liar dapat dirawat atau disulami kembali oleh petugas.Dengan menurunnya perencekan secara liar di KPH. Banyuwangi utara dapat kami simpulkan bahwa kebutuhan masyarakat desa hutan akan rencek sudah dapat terpenuhi, bahkan menurut keterangan yang kami dapat dari pemungut rencek mereka juga telah memperoleh tambahan penghasilan dari rencek yang mereka pungut karena sebagian renceknya mereka jual. Disamping itu pemanfaatan produksi limbah tebangan jati A2 juga telah membuka lapangan pekeijaan non formal bagi mereka yang memanfaatkan mata rantai siklus aliran rencek.Dengan demikian apabila rencek dapat dikelola dengan baik dan transparan maka akan menambah pendapatan bagi masyarakat sekitar hutan dan dapat memberikan peluang pekerjaan yang pada ahimya akan mengurangi tekanan masyarakat disekitar hutan terhadap keberadaan hutan.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanSetelah melihat kayu bakar/rencek yang dipungut atau dimanfaatkan untuk keperluan bahan bakar sendiri maupun yang dijual untuk tambahan penghasilan masyarakat desa hutan dapat memberikan pengaruh positif baik terhadap Perum Perhutani maupun masyarakat sekitar hutan, diantaranya:1. Kebutuhan kayu bakar masyarakat desa hutan dapat terpenuhi dengan menurunnya perencekan liar.
2. Memberikan tambahan penghasilan MDH setelah jumlah rencek yang dipungut dikonversi, pada tahun 2006 Perum Perhutani KPH. Banyuwnagi utara telah memberikan kontribusi sebesar Rp. 35.435.000,- dan tahun 2007 sebesar Rp. 63.140.000,-.
3. Dari nilai tersebut diatas dapat menghapus anggapan Perum Perhutani KPH. Banyuwangi utara tidak pernah memberikan kontribusi terhadap masyarakat desa hutan.
B. SARAN1. Intern :Bilamelihatbegitubesarnya manfaat rencek bagi masyarakat sekitar hutan serta pengaruh yang ditimbulkannya, maka diharapkan para petugas dilapangan hendaknya mengikhlaskan diri untuk tidak lagi mengelola/ memanfaatkan limbah tebangan, karena apabila mereka masih memanfaatkan limbah tersebut maka tidak dimungkinkan lagi dampak negatif yang tidak kita inginkan bersama akan muncul lagi perencekan liar.
2. Ekstern : Masyarakat desa hutan bukanlah masyarakat milik Perhutani tetapi mereka juga adalah warga masyarakat desa pada umumnya, oleh sebab itu hendaknya Pemerintah daerah juga ikut membina mereka dengan mengikutsertakan mereka (MDH) dalam pelatihan-pelatihan membuat kerajinan. Karena apabila rencek-rencek tersebut dapat dikelola/dibuat kerajinan, maka akan memperoleh tambahan nilai yang lebih besar dari pada harga rencek sebelum dikelola.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004. Pedoman persyaratan kayu bundar jati bahan baku industri (KBJBBI) SK Dir No. 077/KPTS/Dir/2004. Direksi Jakarta.Anonim, 2007. Kajian Produksi hasil hutan KPH. Banyuwangi utara.Anonim, 2007. Kajian Perlindungan hutan KPH. Banyuwangi utara.Anonim, 2007. Kajian finansial KPH. Banyuwangi utara.
1
15
Lampiran 1POLA PIKIRUpaya peningkatan kontribusi pendapatan MDH melalui pemanfaatan limbah prod teb jati VISI&MISI2. ............................... SK No. 077/Kpts/Dir/2004Tgl. 20 Februari 2004Tentang Pedoman persyaratan kayu bundar jatibahan baku industri INPUT Kurangnya keb. ky rencek MDH Kurangnya penghasilan MDH Anggapan PHT tdk pernah memberikan kontribusi Perum Perhutani Masyarakat desa hutan Dengan pemanfaatan limbah produksi tebangan jati, adanya perencekan yang mengakibatkan rusaknya tanaman jati muda dapat ditanggulangiPROSES Ky rencek dimaksud diameter < 4 cm Pengukuran di ptk teb dg 10 phn sempel, dr total phn dalam ptk Wawancarasi OUT PUT Kebutuhan ky rencek MDH terpenuhi MDH mendapt tambahan penghasilan Adanya kontribusi PHT thd MDH
16
Data hasil wawancara dengan perencek
Nama:Jenis Kelamin:Agama: Alamat:Pekerjaan tetap:pekerjaan sampingan:Hasil rencek /hari:
Bajulmati, Desember 2008Perencek
...............................17