Upload
chelvi-enggar
View
250
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH SEMINAR
PERILAKU KEKERASAN
Memenuhi Tugas Mata Perkuliahan Keperawatan Jiwa II
Nama Kelompok
1. Ismaningsih (05201011053)
2. Muhammad Najib Al Haritsi (05201011150)
3. Samsul Bahri ` (05201011068)
4. Selvia Leli Agus A (05201011017)
5. Sinta Eva Herlinah (05201011062)
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2012/2013
MOJOKERTO
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb
Tiada kalimat yang dapat penulis ucapkan selain puji syukur kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat hidayah serta karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan
masalah ini dengan judul “Makalah Perilaku Kekerasan”.
Selain itu dengan penyusunan makalah ini juga dimaksudkan untuk menambah
pemahaman pengetahuan, sikap dan keterampilaan terus bertambah dan berkembang. Dalam
proses penyusunan makalah ini, kami juga mendapatkan konstribusi dari berbagai pihak
berupa bantuan, dorongan, bimbingan serta sumbangan pikiran yang sangat besar arti dari
nilainya.
Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
selaku pembimbing mata kuliah Keperawatan Jiwa II serta teman teman yang telah
membantu memberikan masukan dan saran sarannya yang bermanfaat bagi terwujudnya
makalah ini.
Sebagai penulis maka kami masih memiliki keterbatasan dan kekurangan, sehingga
kami tetap berharap mudah-mudahan segenap pembaca dapat memberikan saran dan kritik
dalam pembuatan makalah ini dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
sekalian , akhir kata dari kami semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridhonya untuk
kita semua, Amin.
Wassalamualaikum Wr Wb
Mojokerto, 08 November 2012
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 11.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 21.3 Tujuan........................................................................................................... 31.4 Ruang Lingkup.............................................................................................. 31.5 Metode Penulisan.......................................................................................... 31.6 Sistematika Penulisan................................................................................... 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 4
2.1 Definisi.......................................................................................................... 4
2.2 Faktor Predisposisi........................................................................................ 5
2.3 Faktor Precipitasi.......................................................................................... 7
2.4 Tanda dan Gejala.......................................................................................... 8
2.5 Proses Terjadinya Masalah........................................................................... 9
2.6 Rentang Respon............................................................................................ 10
2.7 Mekanisme Koping....................................................................................... 11
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................... 12
BAB III : TINJAUAN KASUS...................................................................................... 24
3.1 Contoh Kasus................................................................................................ 24
3.2 Asuhan Keperawatan.................................................................................... 24
3.3 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan............................................... 43
3.4 Terapi Aktifitas Kelompok........................................................................... 55
BAB IV : PEMBAHASAN & SKENARIO................................................................... 57
4.1 Pembahasan kasus ........................................................................................ 57
4.2 Skenario ....................................................................................................... 58
BAB V : PENUTUP....................................................................................................... 61
5.1 kesimpulan.................................................................................................... 61
5.2 Saran............................................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 62
ii
PROPOSAL.................................................................................................................... 63
I. Latar Belakang .............................................................................................. 63
II. Tujuan ............................................................................................................ 64
III. Sesi yang Digunakan ..................................................................................... 64
IV. Klien .............................................................................................................. 64
V. Kriteria Hasil ................................................................................................. 65
VI. Pengorganisasian ........................................................................................... 66
VII. Proses Pelaksanaan ........................................................................................ 67
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan zaman adalah hal yang tidak dapat terelakan dalam kehidupan.
Perkembangan zaman kian hari kian pesat. Mempunyai dampak secara menyeluruh
dalam kehidupan. Banyak orang berpikir perkembangan yang sangat pesat ini
membawa banyak hal positif kepada umat manusia. Tetapi tidak menutup
kemungkinan hal yang positif ini berjajar dengan hal yang negatif juga. Fenomena ini
bisa kita tilik dengan sudut pandang dunia kesehatan.
Dengan semakin berkembangnya kehidupan dan mordenisasi disemua bidang
kehidupan menimbulkan gejolak sosial yang cukup terasa dalam kehidupan manusia.
Terjadinya perang, konflik dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan salah satu pemicu
yang memunculkan stress, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa, salah satu
contohnya yaitu perilaku kekerasan.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit
jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak
alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak
dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum
memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat
pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
1
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang di tujukan untuk
melukai atau melecahkan individu lainnya yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut
Perilaku kekerasan menjadi masalah di banyak negara seperti amerika,
australia dan negara maju lainnya. Bentuk kekerasan yang sering terjadi seperti
perkelahian, pemukulan, penyerangan dengan senjata, twuan, perampoan,
pemerkosaan, penganiayaan dan pembunuhan.
Menurut Towesend, terdapat beberapa teori yang menyebabkan terjadinya
perilaku kekerasan. Salah satunya adalah berdasarkan teori psikologik yaitu teori
psikoanalitik dan teori pembelajaran. Pada teori psikoanalitik menjelaskan bahwa
tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat
mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah.
Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan yang dapat
meningkatkan citra diri dan memerikan arti dalam kehidupannya, sedangkan
berdasarkan teori pembelajaran, arah belajar melalui perilaku meniru dari contoh
peran orang tuanya sendiri. Individu yang di aniaya ketika masih kanak-kanak atau
mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik
bahkan cenderung untuk berperan atau berperilaku kekerasan setelah dewasa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari perilaku kekerasan?
2. Bagaimana factor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan?
3. Bagaimana factor presipitasi klien dengan perilaku kekerasan?
4. Bagaimana tanda dan gejala klien dengan perilaku kekerasan?
5. Bagaimana proses terjadinya masalah klien dengan perilaku kekerasan?
6. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan?
7. Bagaimana mekanisme koping klien dengan perilaku kekerasan?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan?
2
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep perilaku kekerasan serta pendekatan asuhan
keperawatannya.
b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi definisi dari perilaku kekerasan.
2. Mengidentifikasi factor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan.
3. Mengidentifikasi factor presipitasi klien dengan perilaku kekerasan.
4. Mengidentifikasi tanda dan gejala klien dengan perilaku kekerasan.
5. Mengidentifikasi proses terjadinya masalah klien dengan perilaku kekerasan.
6. Mengidentifikasi rentang respon klien dengan perilaku kekerasan.
7. Mengidentifikasi mekanisme koping klien dengan perilaku kekerasan.
8. Mengidentifikasi konsep asuhan klien dengan perilaku kekerasan.
1.4 Ruang Lingkup
Dalam penyusunan kasus laporan ini, penulis melakukan dan membatasi serta
memilih satu asuhan keperawatan yaitu : gangguan perilaku kekerasan pada Sdr. T
1.5 Metode Penulisan
Metode yang di gunakan penulis dalam penulisan laporan ini adalah :
1. Wawancara/autonamnesi , mengumpulkan data dari pasien2. Observasi : mengadakan pengamatan langsung pada pasien dengan
pemeriksaan fisik3. Studi dokumentasi : mengumpulkan data-data dan perkembangan klien dari
status dan rekam medik
1.6 Sistematika PenulisanPenulisan makalah ini terdiri dari 5 BAB yaitu:Bab I : terdiri dari latar belakang , tujuan , ruang lingkup , metode penulisan, dan
sistematika penulisanBab II : tinjauan pustaka terdiri dari : definisi, factor predisposisi, factor presipitasi,
tanda dan gejala, proses terjadinya masalah, rentang respon, mekanisme koping, konsep asuhan keperawatan
Bab III : tinjauan kasus : contoh kasus, asuhan keperawatan, strategi pelaksanaan tindakan keperawatan, dan terapi aktifitas kelompok
Bab IV : pembahasan & skenarioBab V : penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif (Stuart dan Sundeen, 1995).
Menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-
individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang
lain
Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang dihadapi oleh
seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan
untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000).
Suatu keadaan di mana seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai
secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend, 1998).
Sedangkan menurut Maramis (2004), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di
mana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan
termasuk orang lain dan barang-barang.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan sebagai
pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara verbal
sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat
(Rawlins and Heacoco, 1998).
Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.
4
2.2 Faktor Predisposisi
a. Teori Biologik
1. Faktor neurologis, beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinaps,
neurotransmitter, dendrit, axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan memengaruhi sifat agresif.
Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan
dan respon agresif.
2. Faktor genetik, adanya faktor gen yang diturunkan melalu orang tua,
menjadi potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen
manusia terdapat potensi agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika
terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penilitian genetik tipe karyo-type XYY,
pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang
yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
3. Irama sirkadian tubuh, memegang peranan pada individu. Menurut
penelitian pada jam-jam tertentu manusia mengalami peningkatan cortisol terutama
pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya
pekerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah
terstimulasi untuk bersikap agresif.
4. Faktor biokimia tubuh, seperti neurotransmitter di otak (epinephrin,
norepinephrin, dopamin, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam
penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya stimulasi
dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan akan dihantar
melalui impuls neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui serabut efferent.
Peningkatan hormon androgen dan norepinephrin serta penurunan serotonin dan
GABA pada cairan serebrospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya perilaku agresif.
5. Brain Area disorder, gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal,
sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi
ditemukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori Psikologik
1. Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan
5
fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan
pemenuhan air susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan
bermusuhan setelah dewasa sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada
lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif
dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakbedayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
2. Imitation, modeling, and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan
yang menolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari
media atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan
pemukulan pada boneka dengan reward positif (makin keras pukulannya akan
diberi coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing
anak berperilaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.
3. Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadaop lingkungan
terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respons ayah saat menerima kekecewaan dan
mengamati bagaimana respons ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan
agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan
menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan.
c. Teori Sosiokultural
Dalan budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh, sesaji
atau kotoran kerbau di keraton, serta ritual-ritual yang cenderung mengarah pada
kemusyrikan secara tidak langsung turut memupuk sikap agresif dan ingin menang
sendiri. Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor
predisposisi terjadinya perilaku kekerasan. Hal ini dipicu juga dengan maraknya
demonstrasi, film-film kekerasan, mistik, tahayul dan perdukunan (santet, teluh)
dalam tayangan televisi.
6
d. Aspek Religiusitas
Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresivitas merupakan dorongan
dan bisikan syetan yang sangat menyukai kerusakan agar manusia menyesal (devil
support). Semua bentuk kekerasan adalah bisikan syetan melalui pembuluh darah
ke jantung, otak dan organ vital manusia lain yang dituruti manusia sebagai bentuk
kompensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan harus segera dipenuhi tetapi
tanpa melibatkan akal (ego) dan norma agama (super ego).
2.3 Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor internal dan eksternal.
Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan, menurunnya
percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol dan lain-lain.
Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, krisis, dan lain-
lain.
Menurut Shives()1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau
penganiayaan antara lain sebagai berikut :
1. Kesulitan kondisi social ekonomi
2. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
3. Ketidakesiapan seseorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakemampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang dewasa.
4. Pelaku mungkin mempunyai riiwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan
alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan :
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan
sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
7
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
2.4 Tanda dan Gejala
1. Fisik
a) Muka merah dan tegang
b) Mata melotot atau pandangan tajam
c) Tangan mengepal
d) Rahang mengatup
e) Wajah memerah dan tegang
f) Postur tubuh kaku
g) Pandangan tajam
h) Mengatupkan rahang dengan kuat
i) Mengepalkan tangan
j) Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a) Bicara kasar
b) Suara tinggi, membentak atau berteriak
c) Mengancam secara verbal atau fisik
d) Mengumpat dengan kata-kata kotor
e) Suara keras
f) Ketus
3. Perilaku
a) Melempar atau memukul benda/orang lain
b) Menyerang orang lain
c) Melukai diri sendiri/orang lain
d) Merusak lingkungan
e) Amuk/agresif
8
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
2.5 Proses Terjadinya Masalah
Depkes (2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan marah
merupakan bagian kehidupan sehari -hari yang harus dihadapi oleh setiap
individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan
tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan
yang mengarah pada perilaku kekerasan. Respon terhadap marah dapat
diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat berupa
perilaku kekerasan sedangkan secara internal dapat berupa perilaku depresi dan
penyakit fisik.
Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti
orang lain, akan memberikan perasaan lega, menu runkan ketegangan, sehingga
perasaan marah dapat diatasi (Depkes, 2000).
Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan, biasanya
dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian tentunya tidak akan
menyelesaikan masalah bahkan dapat menimbulkan kemarahan yang
berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku destruktif, seperti
tindakan kekerasan yang ditujukan kepada orang lain maupun lingkungan.
9
Perilaku yang tidak asertif seperti perasaan marah dilakukan individu karena
merasa tidak kuat. Individu akan pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa
marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian
akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat
menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan kepada diri sendiri (Depkes,
2000).
2.6 Rentang Respon
Respon adaptif Respon maladaptif
Asertif frustasi pasif agresif
kekerasan
Rentang Respons Perilaku Kekerasan
Sumber: keliat (1999).
Keterangan:
1. Aserif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menylahkan orang
lain dan memberikan ketenangan.
2. Frustasi: inndividu gagal dalam mencapai tujuan kepuasan saat marah
dan tidak dapat menemukan alternatif.
3. Pasif: individu tidak dapat mengungkapkann perasaannya.
4. Agresif: perilaku yang menyertai marah, trdapat dorongan untuk
menuntut tapi masih terkontrol.
5. Kekerasan: perasaan marah dan permusuhan yang kuat serta hilangnya
kontrol.
Perbandingan antara perilaku asertif, pasif, dan agreesif/ kekerasan
Pasif Asertif Agresiif
Isi
pembicaraan
Negtif dan
merendahkan diri,
Positif dam
menawarkan
Menyombonga
n diri,
10
contohnya
perkataan:
“ dapatkah saya?”
“ dapatkah kamu?”
diri,
contohnya
perkataan:
“saya
dapat......”
“ saya
akan....”
meendahkan
orang lain,
contohnya
perkataan:
“ kamu
selalu....”
“ kamu tidak
pernah....”
Tekanan suara Cepat lambat,
mengeluh
Sedang Keras dan
ngotot
Posisi badan Menundukan kepala Teegap dan
santai
Kaku, condong
ke depan
Jarak Menjaga jarak
dengan sikap acuh/
mengabaikan
Mempertaha
nkan jarak
yang nyaman
Siap dengan
jarak akan
menyerangkan
orang lain
Penampilan Loyo tidak dapat
tenang
Sikap tenang Mengancam,
posisi
menyerang
Kontak mata Sedikit/sama sekali
tidak
Mempertaha
nkan kontak
mata sesuai
dengan
hubungan
Mata melotot
dan
dipertahankan.
Sumber: keliat (1999)
2.7 Mekanisme KopingPerawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien. Sehingga dapat membantu
klien untuk mengembngkan mekanisme koping yang kontruktif dalam mengekspresikan
11
kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan
eog seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari
seseorang karena ditinggal oleh orang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya. Bila
kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri (harga diri
rendah), sehinggasulit ntuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul
dengan orang lain ini tidak diatasi akan memunculkan hausinasi berupa suara-suara atau
bayangan yang meminta klien untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut dapat
berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (resiko tinggi mencederai diri, orang
lain, dan lingkungan).
Selain diakibatkan oleh berduka berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang
baik dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping
keluarga tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau
menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terapiutik
inefektif).
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan PENGKAJIAN
1. Data demografia. Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.b. Usia dan nomor rekam medikc. Perawat menuliskan sumber data yang didapat
2. Alasan masukTanyakan pada klien atau keluarga:a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?c. Bagaimana hasilnya?
3. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan tentang:a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
12
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru dialamic. Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalud. Riwayat pengobatane. Penyalahgunaan obat dan alkoholf. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
4. Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku dari individu dengan gangguan mood5. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri kliena. Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang sulit)b. Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana tersebutc. Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat kegelisahan, keparahan gangguan mood)d. Sistem pendukung yang adae. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan riwayat penyalahgunaan zat.6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau keluarga tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan, gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.
ANALISA DATA
Data Masalah Keperawatan
DS: klien
merasa tidak berguna,
merasa kosong
DO: kehilangan
minat melakukan
aktivitas
Gangguan konsep diri:
harga diri rendah
DS: klien
merasa minder kepada
kedua adiknya, sedih
yang berlebihan
DO: klien
menghindar dan
mengurung diri
Isolasi sosial: menarik diri
DS: Klien perilaku kekerasan terhadap
13
mengatakan benci atau
kesal pada seseorang.
Klien suka membentak
dan menyerang orang
yang mengusiknya
jika sedang kesal atau
marah.
DO : Mata
merah, wajah agak
merah, nada suara
tinggi dan keras,
pandangan tajam.
orang lain
DS : Klien
mengatakan benci atau
kesal pada seseorang.
Klien suka membentak
dan menyerang orang
yang mengusiknya
jika sedang kesal atau
marah.
DO : Mata
merah, wajah agak
merah, nada suara
tinggi dan keras,
pandangan tajam.
Risiko tinggi mencederai
orang lain
POHON MASALAHRisiko Tinggi Mencederai Diri, Orang Lain, Dan Lingkungan
PPS:
halusinasi
14
Perilaku kekerasan
Regimen terapeutik
Inefektif harga diri rendah kronis isolasi sosial
Koping keluarga berduka disfungsional
Tidak efektif
DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
4. Harga diri
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
8. Koping keluarga inefektif.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Diagnosa keperaw
atan
Perncanaan IntervensiTujuan Kriteria hasil
1 3 4 5 6Resiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan perilaku kekerasan
TUMKlien tidak mencederai diriTUK1. Klien
dapat membina hubungan saling percaya.
1.1 klien mau membalas salam.
1.2 Klien mau menjabat tangan
1.3 Klien mau menyebutkan nama.
1.4 Klien mau tersenyum.
1.5 Klien mau kontak mata.
1.6 Klien mau mengetahui nama perawat.
1. Beri salam/ panggil nama.
Sebutkan nama perawat
Jelaskan maksud hubungan interaksi.
Jelskan akan kontrak yang akan dibuat.
Beri rasa aman dan sikap empati.
Lakukan kontak singkat tapi sering.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyeba
2.1 klien dapat mengungkapkan perasaannya
2.2 klien dapat mengungkapkan
2.1 berikan kesempatan untuk untuk mengungkapkan perasaannya.
2.2 bantu klien untuk
15
b perilaku kekerasan
penyebab perasaan jengkel/ kesak (dari diri sendiri, lingkungan atau orang lain).
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal.
3. Klien dpat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
3.1 klien dapat mengungkapkan perasaan sangat marah atau jengkel.
3.2 Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala jengkel/ kesal. Yang dialaminya.
3.1.1 anjurkan klien mengungkapkan apa yangdi alami dan dirasakan ssaat marah atau jengkel.
3.1.2 observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien.
3.2.1 simpulkan bersama klien tanda dan gejala jenglel/ kesal yang akan dialami.
. 4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.1 klien dapat mengungkapkan periaku kekerasan yang biasanya dilakukan.
4.2 Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasanya dilakukan.
4.3 Kien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyeselesaikan masalah.
4.1.1 anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien(verbal, pada orang lain, paa lingkungan, pada diri sendiri).
4.2.1 bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerrasan yang biasa dilakukan.
4.3.1. bicarakan denggan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
5.1 kien dapatt menjelaskan akibat dari cara yangg digunnakan klien: akibat dari klien
sendiri akiibat pada orang
lain akibat pada
lingkungan
5.1.1bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien..
5.1.2bersama klien menyimpulkann akibat dari cara yang dilakukan oleh klien.
5.1.3Tanyakan pada klien “ apakah i ingin
16
mempelajari carra baru yang sehat”.
6. Klien dapat mendemontrrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.
6.1 klien dapat meyebutkan contoh penceghan perilaku kekerasan secara fisik: tarik napas dalam. Pukul kasur dan
bantal. Dll: keiatan fisik.
6.1.1diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
6.1.2Beri pujian atas kegiatan isik kliien yang biasa dilakukan.
6.1.3Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah perilaku kekerasan : tarik nafas dalam pukul kasur serta bantal.
6.2 klien mempunyi jadwal uuntuk melatih cara pencegahan fisik yang telah dipellajari sebelumnya.
6.2.1 diskusikan cara melakukan nafas dalam dengan klen.
6.2.2 beri contoh klien tentang menarik nafas dalam.
6.2.3 mintah klien mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali.
6.2.4 beri pujian positif atas kemampuan klien mendemontrasikan cara menarik nafas dalam.
6.2.5 tanyyakan perasaan klien setelah selesai.
6.2.6 anjurkan klien menggunakan cara yang telah di pelajari saat marah atau jengkel.
6.2.7 lakukan hal yang sama dengan 6.2.1 sampai 6.2.6 untuk cara fisik lain di pertemuan yang lain.
6.3 klien mempunyai jadwal untu melatih cara pencegahan fisik yang telah dipelajari
6.3.1 diskusikan dengan klien mengenai frekuuensi latihan yang akan dilakukan
17
sebelumnya. sendiri oleh kilen.6.3.2 susun jadwal
kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari.
6.4 klien mengevaluasi kemampuan dalam melakukan cara fisik sesuai jadwal yang telah disusun.
6.4.1 kliem mengevaluasi pelaksanaan latihan, cara encegahan perilaku kekerasan yang telah yang telah dilakukan mengisi jadwal kegiatan harian (slf-evolution).
6.4.2 validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.
6.4.3 berikan puujian atas keberhasilan klien.
6.4.4 tanyakan kapada klien “ apkah kegiatan cara penncegahan perilau kekerasan dapt mengurangi perasaaan marah”.
7. Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan
7.1 klien dapat menyebutkan cara bicara (verbal) yang baik daam dalam mencegah perilaku kekerasan.
Meminta dengan baik Menolak dengan
baik. Mengungkapkan
perasaan dengan baik.
7.1.1 diskusikan cara bicara yang baik dengan klien. Meminta dengan
baik Menolak dengan
baik. Mengungkapkan
perasaan dengan baik.
7.2 klien dapat mendemonstrasikan cara verbal yang baik.
7.2.1 meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik.
Meminta dengan baik:“ saya minta uang untuk beli makan”.
Menolak dengan baik:“ maaf, saya tidak
18
bisa melakukan karena ada kegiatan lain”.
Mengungkapkan perasaan dengan baik“ saya kesal karena permintaan saya tidak dikabulkan” disertai nada suara rendah.
7.2.2 minta klien mengulang sendiri.
7.2.3 beri pujian atas keberhasilan klien.
7.3 klien mempunyai jadwal untuk melatih cara bicara yang baik.
7.3.1 diskusiikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih diruangan, misalnya: meminta obat, baju,dll,;menolak ajakan merokok, tidur tidak tepat pada waktunya; menceritakan kekesalan pada perawat.
7.3.2 susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari.
7.4 klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan cara bicara yang sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
7.4.1 klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik dengan mengiisi jadwal kegiatan (self-evaluation).
7.4.2 validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.
7.4.3 berikan pujian atas keberhasilan klien.
7.4.4 tanyakan kapada klien” bagaimana perasaan budi setelah latihan bicara yang baik apakah keinginan bekurang?”
19
8. Klien mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan.
1.1 klien dapat menyebutkan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan.
8.1.1 diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan.
2.2.2 bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan di ruang perawat.
2.2.3 bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan.
1.1.1 minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang di pilih.
2.2.2 beri pujian atas keberhasilan klien.
1.2 klien dapat mendemonstrasikan cara beribadah yang dipilih.
1.1.1 klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan mengisi jadwal kegiatan(self- evaluation).
1.1.2 susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah.
1.3 klien mempunyai jadwal untuk melatih kegiatan ibadah.
8.4.1 klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan harian (self-evaluation).
8.4.2 validasi kemampuan klien dalam melakukan validasi.
8.4.3 berikan pujian atas keberhasilan klien.
8.4.4 tanyakan kepada klien:” bagaimana perasaan budi setelah teratur melakukan ibadah? Apakah keinginan marah berkurang?”
9. Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat
8.4 klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan melakukan kegiatan ibadah.
9.1.1 diskusikan dengan klien tentng jenis obat yang diminumnya (nama, warna, besarnya); waktu minum obat (jika 3 kali: pkl.07.00,
20
untuk mencegah perilaku ekerasan.
13.00, 19.00); cara minum obat.
9.1.2 diskusikan dengan kien tentang manfaat minum obat secara teratur: Beda perasaan
sebelum minum obat dan seesudah minum obat.
Jelaskan bahwa dosis obat hanya boleh diubah oleeh dokter.
Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur, misalnya penyakitnya kambuh.
10. Klien dapat mengikuti TAK: stimulasi persepsi pencegehan perilaku kekerasan.
9.1 klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta manfaat dari obat itu(prinsip 5 benar: benar orang, obat, dosis, waktu, dan cara pemberian).
9.2.1 diskusiikan tentang proses minum obat: Klien meminta
obat kepada perawat (jika di rumah sakit), kepada keluarga (jika dirumah).
Klien memeriksa obat sesuai dosisnya.
Kliien meminum obat pada waktu yang tepat.
9.2.2 susun jadwal minum obat bersama klien.
11. Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan perilaku kekerasan.
9.2 klien mendemontrasikan kepatuhan minum obat sesuai jadwal yang ditetapkan.
1.1.1 klien mengevaluasi pelaksanaan obat dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self- evaluatin).
1.1.2 validasi pelaksanaan minum obat klien.
1.1.3 beri pujian atas keberhasilan klien.
1.1.4 tanyakan kepada klien: “ bagaimana perasaan budi dengan minum obat
21
secara teratur?.Apakah keinginan untuk marah berkurang?”.
9.3 klien mengevaluasi kemampuannya dalam mematuhi minum obat.
10.1.1 anjurkan klien untuk ikut TAK: stimulasi persepsi pecegahan perilaku kekerasan
10.1.2 klien mengikuti TAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan (kegiatan mandiri).
10.1.3 diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama TAK.
10.1.4 fasilitasi klien untuk mempraktikkan hasil kegiatan TAK dan beri pujian atas keberhasilannya.
10.1 klien mengikuti TAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan.
10.2.1 diskusikan dengan klien tentang jadwal TAK.
10.2.2 masukkan jadwal TAK ke dalam ke jadwal kegiatan harian.
10.2.3 beri pujian atas kemampuan megikuti TAK.
10.2.4 tanyakan kepada klien : “ bagaimana perasaan budu setelah ikut TAK?”
10.2 klien mempunyai jadwal klien melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan TAK.
11.1.1 identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap selama ini.
11.1.2 jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien.
11.1.3 jelaskan cara-cara
22
merawat klien: Terkait dengan cara
mengontrol perilaku marah secara konstruktif.
Sikap dan cara bicara.
Membantuu klien mengenal penyebab marah dan pelaksanaan cara pencegahan perilaku kekerasan.
11.1 keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat klien.
11.1.4 bantu kelurga mendemontrasikan cara merawat klien.
11.1.5 bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demontrasi.
11.1.6 anjurkan keluarga mempraktikkannya pada klien selama dirumah sakit dan melanjutkan setelah pulang ke rumah.
23
BAB III
CONTOH KASUS
3.1 Contoh kasus
Ny. F (40 tahun) masuk ke RSJ Lawang karena di rumah ia sering menyendiri,
merasa tidak berguna, marah-marah dan sering memukul-mukul diri ke dinding. Di
awal pengkajian Ny. F sering mondar-mandir, mengepalkan tinju, pandangan mata
tajam, wajah merah dan tegang. Klien mengatakan “aku ini sangat bodoh dan sangat
memalukan”, semua keluarga ku menjadi orang yang sukses, sedangkan aku hanya
menjadi buruh pabrik. Sejak di rumah klien sering di pukuli oleh suami karena
dianggap tidak bejus menjadi seorang istri. 2 minggu sebelum MRS Ny F suka
menyendiri dikamar, tak mau berinteraksi dengan orang lain, tak mau makan minum
dan mandi. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang, klien suka membentak
dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
3.2 Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN1. Identitas Klien
a. Nama : Ny. Fb. Alamat : Mojokertoc. Umur : 40 tahund. Jenis Kelamin : Perempuane. Agama : Islamf. Pendidikan : SDg. Status : Sudah Menikahh. No.Register : 05201011017i. Tgl MRS : 19 Oktober 2012
Faktor Predisposisi :
1. Kegagalan pendidikan2. Kegagalan peran sebagai istri
24
3. Perilaku kekerasan suami
Faktor Presipitasi
1. Klien suka membentak dan meyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah
ANALISA DATA
Data Masalah Keperawatan
DS: klien
merasa tidak berguna,
merasa kosong
DO: kehilangan
minat melakukan
aktivitas
Gangguan konsep diri:
harga diri rendah
DS: klien
merasa minder kepada
keluarga keluarganya,
sedih yang berlebihan
DO: klien
menghindar dan
mengurung diri, mondar
mandir
Isolasi sosial: menarik diri
DS: Klien
mengatakan benci atau
kesal pada seseorang.
Klien suka membentak
dan menyerang orang
yang mengusiknya
jika sedang kesal atau
marah.
DO : Mata
merah, wajah agak
merah, nada suara
tinggi dan keras,
Resiko tinggi mencederai
orang lain
25
pandangan tajam.
DS : Klien
mengepalkan tinju,
sering tampak
memukul-mukul
dindind, suka
membentak dan
menyerang orang yang
mengusiknya jika
sedang kesal atau
marah.
DO : Mata
merah, wajah agak
merah, nada suara
tinggi dan keras,
pandangan tajam.
Perilaku kekerasan
POHON MASALAH
Resiko Tinggi Mencederai Orang Lain Affect
Perilaku Kekerasan Core Problem
Isolasi Sosial : Menarik Diri Causa 1
Gangguan Konsep Diri Causa 2
26
Kegagalan Pendidikan Perilaku kekerasan suami Kegagalan Peran(sbg istri)
DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko tinggi mencederai orang lain2. Perilaku kekerasan3. Isolasi social : Menarik diri4. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
INTERVENSI KEPERAWATAN
O
Diagnosis
Keperawatan
Perencanaan Intervensi
Tujuan Kriteria Hasil
perilaku
kekerasan
TUM:
Klien
tidak
mencederai
diri sendiri
TUK:
1.
Klien dapat
membina
hubungan
saling
percaya
1.1
Klien mau
membalas
salam
1.2
KLien mau
menjabat
tangan
1.3
Klien mau
menyebutkan
nama
1.4
Klien mau
tersenyum
1.5
Klien mau
kontak mata
1.1.1 Beri
salam atau panggil
nama
1.1.2
Sebutkan nama
perawat sambil
jabat tangan
1.1.3
Jelaskan maksud
hubungan
interaksi
1.1.4
Jelaskan tentang
kontrak yang akan
dibuat
1.1.5 Beri
rasa aman dan
sikap empati
27
1.6
Klien mau
mengetahui
nama perawat
1.1.6
Lakukan kontak
singkat tapi sering
2.
Klien dapat
mengidentifi
kasi
penyebab
perilaku
kekerasan
2.1
Klien
mengungkapk
an
perasaannya
2.2
Klien dapat
mengungkapk
an perasaan
jengkel
ataupun kesal
2.1.1 Beri
kesempatan untuk
mengungkapkan
perasaannya
2.1.2
Bantu klien
mengungkapkan
penyebab
perasaan jengkel
atau kesal
3.
Klien dapat
mengidentifi
kasi tanda
dan gejala
perilaku
kekerasan
3.1
Klien dapat
mengungkapk
an perasaan
saat marah
atau jengkel
3.2
Klien dapat
menyimpulka
n tanda dan
gejala jengkel
atau kesal
yang
dialaminya
3.1.1
Anjurkan klien
mengungkapkan
apa yang dialami
dan dirasakannya
saat jengkel atau
marah
3.1.2
Observasi tanda
dan gejala
perilaku kekerasan
pada klien
3.2.1
Simpulkan
bersama klien
yanda dan gejala
jengkel atau kesal
yang dialami klien
28
4.
Klien dapat
mengidentifi
kasi perilaku
kekerasan
yang biasa
dilakukan
4.1
Klien dapat
mengungkapk
an perilaku
kekerasan
yang biasa
dilakukan
4.2
Klien
dapatbermain
peran sesuai
perilaku
kekerasan
yang biasa
dilakukan
4.3
Klien dapat
menngetahui
cara yang
biasa
dilakukan
untuk
menyelesaika
n masalah
4.1.1
Anjurkan klien
untuk
mengungkapkan
perilaku kekeraan
yang biasa
dilakukan klien
4.2.1
Bantu klien
bermain peran
sesuai perilaku
kekerasan yang
biasa dilakukan
4.3.1
Bicarakan dengan
klien apakah
dengan cara klien
lakukan
masalahnya
selesai
5.
Klien dapat
mengidentifi
kasi akibat
perilaku
kekerasan
5.1
Klien dapat
menjelaskan
akibat dari
cara yang
digunakan
klien: akibat
pada klien
sendiri, akibat
5.1.1
Bicarakan akibat
atau kerugian dari
cara yang
dilakukan klien
5.1.2
bersama klien
menyimpulkan
akibat dari cara
29
pada orang
lain, dan
akibat pada
lingkungan
yang dilakukan
klien
5.1.3
Tanyakan pada
klien apakah dia
ingin mempelajari
cara baru yang
sehat
6.
Klien dapat
mendemonstr
asikan cara
fisik untuk
mencegah
perilaku
kekerasan
6.1
klien dapat
menyebutkan
contoh
pencegahan
perilaku
kekerasan
secara fisik:
tarik napas
dalam, pukul
kasur, dan
bantal
6.2
klien dapat
mendemonstr
asikan cara
fisik untuk
mencegah
perilaku
kekerasan
6.3
Klien
mempunyai
jadwak untuk
melatih cara
6.1.1
diskusikan
kegiatan fisik
yang biasa
dilakukan klien
6.1.2 beri
pujian atas
kegiatan fisik
yang biasa
dilakukan klien
6.1.3
diskusikan dua
cara fisik yang
paling mudah
untuk mencegah
perilaku kekerasan
6.2.1
Diskusikan cara
melakukan tarik
napas dalam
dengan klien
6.2.2 Beri
contoh klien cara
menarik napas
dalam
30
pencegahan
fisik yang
telah
dipelajari
sebelumnya
6.4
Klien
mengevaluasi
kemampuann
ya dalam
melakukan
cara fisik
sesuai jadwal
yang disusun
6.2.3
Minta klien untuk
mengikuti contoh
yang diberikan
sebanyak 5 kali
6.2.4 Beri
pujian positif atas
kemampuan klien
mendemonstrasika
n cara menarik
napas dalam
6.2.5
Tanyakan
perasaan klien
setelah selesai
6.3.1
diskusikan dengan
klien mengenai
frekuensi latihan
yang akan
dilakukan sendiri
oleh klien
6.3.2 susun
jadwal kegiatan
untuk melatih cara
yang dipelajari
6.4.1 klien
mengevaluasi
peaksanaan
latihan
6.4.2
validasi
kemampuan klien
31
dalam
melaksanakan
latihan
6.4.3
beikan pujian atas
keberhasilan klien
6.4.4
Tanyakan pada
klien apakah
kegiatan cara
pencegahan
perilaku kekerasan
dapat mengurangi
perasaan marah
7.
Klien dapat
mendemonstr
asikan cara
social untuk
mencegah
perilaku
kekerasan
7.1
Klien dapat
menyebutkan
cara bicara
yang baik
dalam
mencegah
perilaku
kekerasan
Meminta
dengan baik
Menolak
dengan baik
Mengungkapk
an perasaan
dengan baik
7.1.1.
diskusikan cara
bicara yang baik
dengan klien
7.1.2. Beri
contoh cara bicara
yang baik :
Meminta dengan
baik
Menolak dengan
baik
Mengungkapkan
perasaan dengan
baik
7.2.1.
Minta klien
32
7.2
Klien dapat
mendemonstr
asikan cara
verbal yang
baik
7.3
Klien
mumpunyai
jadwal untuk
melatih cara
bicara yang
baik
7.4
Klien
melakukan
evaluasi
terhadap
kemampuan
cara bicara
yang sesuai
dengan
jadwal yang
telah disusun
mengikuti contoh
cara bicara yang
baik
Meminta dengan
baik : “Saya minta
uang untuk beli
makanan”
Menolak dengan
baik : “ Maaf,
saya tidak dapat
melakukannya
karena ada
kegiatan lain.
Mengungkapkan
perasaan dengan
baik : “Saya kesal
karena permintaan
saya tidak
dikabulkan”
disertai nada suara
yang rendah.
7.2.2.
Minta klien
mengulang sendiri
7.2.3. Beri
pujian atas
keberhasilan klien
7.3.1.
Diskusikan
dengan klien
33
tentang waktu dan
kondisi cara bicara
yang dapat dilatih
di ruangan,
misalnya :
meminta obat,
baju, dll, menolak
ajakan merokok,
tidur tidak pada
waktunya;
menceritakan
kekesalan pada
perawat
7.3.2.
Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih cara yang
telah dipelajari.
7.4.1.
Klien
mengevaluasi
pelaksanaa latihan
cara bicara yang
baik dengan
mengisi dengan
kegiatan jadwal
kegiatan ( self-
evaluation )
7.4.2.
Validasi
kemampuan klien
dalam
melaksanakan
34
latihan
7.4.3
Berikan pujian
atas keberhasilan
klien
7.4.4
Tanyakan kepada
klien : “
Bagaimana
perasaan Budi
setelah latihan
bicara yang baik?
Apakah keinginan
marah
berkurang?”
8.
Klien dapat
mendemonstr
asikan cara
spiritual
untuk
mencegah
perilaku
kekerasan
8.1
Klien dapat
menyebutkan
kegiatan yang
biasa
dilakukan
8.2
Klien dapat
mendemonstr
asikan cara
ibadah yang
dipilih
8.3
Klien
mempunyai
jadwal untuk
melatih
8.1.1.
Diskusikan
dengan klien
kegiatan ibadah
yang pernah
dilakukan
8.2.1.
Bantu klien
menilai kegiatan
ibadah yang dapat
dilakukan di ruang
rawat
8.2.2.
Bantu klien
memilih kegiatan
ibadah yang akan
dilakukan
35
kegiatan
ibadah
8.4
Klien
melakukan
evaluasi
terhadap
kemampuan
melakukan
kegiatan
ibadah
8.2.3.
Minta klien
mendemonstrasika
n kegiatan ibadah
yang dipilih
8.2.4. Beri
pujian atas
keberhasilan klien
8.3.1
Diskusikan
dengan klien
tentang waktu
pelaksanaan
kegiatan ibadah
8.3.2.
Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih kegiatan
ibadah
8.4.1.
Klien
mengevaluasi
pelaksanaan
kegiatan ibadah
dengan mengisi
jadwal kegiatan
harian (self-
evaluation)
8.4.2.
Validasi
kemampuan klien
dalam
melaksanakan
36
latihan
8.4.3.
Berikan pujian
atas keberhasilan
klien
8.4.4
Tanyakan kepada
klien :
“Bagaimana
perasaan Budi
setelah teratur
melakukan
ibadah? Apakah
keinginan marah
berkurang
9.
Klien dapat
mendemonstr
asikan
kepatuhan
minum obat
untuk
mencegah
perilaku
kekerasan
9.1
Klien dapat
menyebutkan
jenis, dosis,
dan waktu
minum obat
serta manfaat
dari obat itu
(prinsip 5
benar: benar
orang, obat,
dosis, waktu
dan cara
pemberian)
9.2
Klien
mendemonstr
asikan
9.1.1
Diskusikan
dengan klien
tentang jenis obat
yang diminumnya
(nama, warna,
besarnya); waktu
minum obat (jika
3x : pukul 07.00,
13.00, 19.00); cara
minum obat.
9.1.2
Diskusikan
dengan klien
tentang manfaat
minum obat secara
teratur :
Beda
37
kepatuhan
minum obat
sesuai jadwal
yang
ditetapkan
9.3
Klien
mengevaluasi
kemampuann
ya dalam
mematuhi
minum obat
perasaan sebelum
minum obat dan
sesudah minum
obat
Jelaskan
bahwa dosis hanya
boleh diubah oleh
dokter
Jelaskan
mengenai akibat
minum obat yang
tidak teratur,
misalnya, penyakit
kambuh
9.2.1
Diskusikan
tentang proses
minum obat :
Klien
meminat obat
kepada perawat
( jika di rumah
sakit), kepada
keluarga (jika di
rumah)
Klien
memeriksa obat
susuai dosis
Klien
meminum obat
pada waktu yang
tepat.
9.2.2.
38
Susun jadwal
minum obat
bersama klien
9.3.1 Klien
mengevaluasi
pelaksanaan
minum obat
dengan mengisi
jadwal kegiatan
harian (self-
evaluation)
9.3.2
Validasi
pelaksanaan
minum obat klien
9.3.3 Beri
pujian atas
keberhasilan klien
9.3.4
Tanyakan kepada
klien : “Bagaiman
perasaan Budi
setelah minum
obat secara
teratur? Apakah
keinginan untuk
marah
berkurang?”
10.
Klien dapat
mengikuti
TAK :
stimulasi
10.1
Klien
mengikuti
TAK :
stimulasi
10.1.1
Anjurkan klien
untuk mengikuti
TAK : stimulasi
persepsi
39
persepsi
pencegahan
perilaku
kekerasan
persepsi
pencegahan
perilaku
kekerasan
10.2
Klien
mempunyai
jadwal TAK :
stimulasi
persepsi
pencegahan
perilaku
kekerasan
10.3
Klien
melakukan
evaluasi
terhadap
pelaksanaan
TAK
pencegahan
perilaku kekerasan
10.1.2
Klien mengikuti
TAK : stimulasi
persepsi
pencegahan
perilaku kekerasan
(kegiatan
tersendiri)
10.1.3
Diskusikan
dengan klien
tentang kegiatan
selama TAK
10.1.4
Fasilitasi klien
untuk
mempraktikan
hasil kegiatan
TAK da beri
pujian atas
keberhasilannya
10.2.1
Diskusikan
dengan klien
tentang jadwal
TAK
10.2.2
Masukkan jadwak
TAK ke dalam
jadwal kegiatan
harian (self-
40
evaluation).
10.3.2
Validasi
kemampuan klien
dalam mengikuti
TAK
10.3.3 Beri
pujian atas
kemampuan
mengikuti TAK
10.3.4
Tanyakan pada
klien: “Bagaimana
perasaan Ibu
setelah mengikuti
TAK?”
11.
Klien
mendapatkan
dukungan
keluarga
dalam
melakukan
cara
pencegahan
perilaku
kekerasan
11.1
Keluarga
dapat
mendemonstr
asikan cara
merawat klien
11.1.1
Identifikasi
kemampuan
keluarga dalam
merawat klien
sesuai dengan
yang telah
dilakukan
keluarga terhadap
klien selama ini
11.1.2
Jelaskan
keuntungan peran
serta keluarga
dalam merawat
41
klien
11.1.3
Jelaskan cara- cara
merawat klien :
Terkait
dengan cara
mengontrol
perilaku marah
secara konstruktif
Sikap
dan cara bicara
Membantu klien
mengenal
penyebab marah
dan pelaksanaan
cara pencegahan
perilaku kekerasan
11.1.4
Bantu keluarga
mendemonstrasika
n cara merawat
klien
11.1.5
Bantu keluarga
mengngkapkan
perasaannya
setelah melakukan
demonstrasi
11.1.6
Anjurkan keluarga
mempraktikannya
pada klien selama
42
di rumah sakit dan
melanjutkannya
setelah pulang ke
rumah.
3.3 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)
Masalah: perilaku kekerasan
Pertemuan: ke-1 (pertama).
A. Fase prainteraksi
Tanggal: 20 april 2012
Jam: 08.00WIB
Biodata keperawatan
Nama : Ny. Fatimah
Umur : 40 Tahun
Status : Sudah Menikah
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Alamat : Mojokerto
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien tampak mondar-mandir, berbicara sambil mengepalkan tinju, pandangan mata tajam, wajah merah dan tegang, serta sesekali tampak memukul-mukul dinding, suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
2. Diagnosa keperawatan
Perilaku kekerasan
3. TUK
a. Klien dapat membina saling hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
4. Rencana Tindakan
a. TUK 1
Beri salam / panggil nama.
Sebutkan nama perawat
43
Jelaskan maksud hubungan interaksi.
Jelskan akan kontrak yang akan dibuat.
Beri rasa aman dan sikap empati.
Lakukan kontak singkat tapi sering.
b. TUK 2
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu? , Perkenalkan nama saya Muhammad najib al haritsi, ibu bias pangil saya haris, saya mahasiswa dari STIKES BINA SEHAT PPNI mojokerto, saya akan merawat ibu hari ini. Nama ibu siapa?, senang dipanggil siapa? (mengulurkan tangan sambil tersenyum menunjukkan sikap terbuka)”
b. Evaluasi validasi
“ saya perhatikan ibu mondar- mandir sambil memukul –mukul dinding, apa bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang apa yang menyebabkan ibu memukul-mukul dinding?”.
c. Kontrak
Topik
“Bagaimana kalau kita ngobrol tentang kemampuan/ hobi atau hal-hal yang biasa anda lakukan?”
Tempat
“Mau dimana kita bercakap-bercakap? Bagaimana kalau di kamar perawat?”
Waktu
“Mau berapa lama “bagaimana kalau 10 menit?”B. Fase kerja
“ Sekarang ibu bisa mulai menceritakan apa yang menyebabkan ibu memukul dinding?, apa yang ibu rasakan saat ini?”apa yang ibu lakukan jika ibu merasa kesal atau marah sperti ini?” bagaimana menurut ibu dengan tindakan ibu tersebut?”
C. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap? Apakah sudah merasa nyaman dan tenang kah?”
b. Evaluasi obyektif
44
“Sekarang ibu bisa istirahat dulu di kamar ibu,sambil ibu memikirkan masalah yang ibu alami saat ini”
c. Kontrak
“Bagaimana kalau besok saya datang kembali untuk menemui ibu?, jam berapa sebaiknya saya datang kembali?, bagaimana kalau nanti kita bicarakan tentang cara menyalurkan marah secara fisik?, selama dua hari tidak bertemu coba ibu fikirkan bagaimana menurut ibu cara menyalurkan marah secara fisik.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA
Masalah: perilaku kekerasan
Pertemuan: ke-1 (ke-satu).
Tanggal: 20 april 2012
Jam: 08.00WIB
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :
Klien tampak mondar-mandir, berbicara sambil mengepalkan tinju, pandangan mata tajam, wajah merah dan tegang, serta sesekali tampak memukul-mukul dinding.
2. Diagnosa keperawatan : Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus :
a. Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan
prilaku kekerasan.
4. Rencana tindakan
a. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan
yang telah dilakukan keluarga terhadap selama ini.
b. Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien.
c. Jelaskan cara-cara merawat klien
d. Bantu kelurga mendemontrasikan cara merawat klien.
e. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demontrasi.
f. Anjurkan keluarga mempraktikkannya pada klien selama dirumah sakit
dan melanjutkan setelah pulang ke rumah.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
45
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak,perkenalkan nama saya Muhammad najib al haritsi, bapak bias pangil saya haris, saya mahasiswa dari STIKES BINA SEHAT PPNI mojokerto. Saya yang akan merawat ibu hari ini. Nama bapak siapa? Senangnya di panggil apa?
b. Evaluasi/validasi
“bagaimana keadaan ibu saat ini?”c. “Kontrak
Topik
Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang apa yang menyebabkan bapak marah dan cara mengatasinya?”
Tempat
Mau dimana kita bercakap-bercakap? Bagaimana kalau di kamar perawat?”
Waktu
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?
2. Fase kerja
“Pak, marah merupakan satu perasaan yang wajar tapi bila tidak disalurkan dengan benar akan membahayakan diri nya sendiri, orang lain, lingkiungan.yang menyebabkan istri bapak marah dan mengamuk adalah kalau dia direndahkan kalau nanti wajah istri bapak tampak tegang dan merah lalu kelihatan gelisah ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan malampiaskan dengan membanting-banting perabot rumah tangga. Bila hal tersebut terjadi sebaiknya bapak tetap tenang bicara lembut tetapi tegas jangan lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar ibu seperti:gelas dan pisau. Jauhkan juga dari anak –anak kecil dari ibu. Bila ibu masih marah dan mengamuk juga segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit jiwa setelah sebelumnya difiksasi dulu. Jangan lupa minta bantuan orang lain untuk mengikat ibu ya pak, lakukan dengan tidak menyakiti ibu dan jelaskan alasan mengikat yaitu agar ibu tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Nah pak, bapak sudah lihat kan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda –tanda kemarahan muncul bapak bisa bantu ibu dengan cara mengingatkan jadwal latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat. Kalau ibu sudah melakukan latihan dengan baik jangan berikan pujian ya pak.
3. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara merawat ibu?
46
4. Evaluasi objektif
Coba bapak sebutkan lagi cara merawat ibu! Setelah ini coba bapak ingatkan jadwal tyang telah dibuat untuk ibu ya pak. Kalau ibu marahnya sampai memukul atau merusak barang, segera hubungi saya di puskesmas atau di no ni 0814xxxxxxx karena dalam kondisi seperti itu ibu butuh bantuan lebih lanjut.
5. Rencana tindak lanjut
Setelah ini coba ibu bertemu dengan seseorang yang pernah membuat ibu kesal, sesuai jadwal yang kita buat tadi.6. Kontrak
Topik
Pertemuan selanjutnya kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah ibu, setuju bu?
Tempat
Bagaimana kalau tempatnya sama seperti sekarang ini saja, setuju? Waktu
Besok, insyaallah saya akan mengunjungi ibu lagi.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah: perilaku kekerasan
Pertemuan: ke-2 (kedua).
Tanggal: 21 april 2012
Jam: 08.00WIB
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : klien tampak mondar-mandir, sesekali tampak memukul dinding,
wajah merah dan tegang, pandangan mata tajam
2. Diagnosa keperawatan : Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus :
a. Klien dapat dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
b. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
c. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan
4. Rencana Tindakan
a. TUK 1
Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat
marah atau jengkel
47
Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel atau kesal yang akan
dialami
b. TUK 2
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan klien (verbal, pada orang lain, pada lingkungan dan pada
diri sendiri)
Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai
c. TUK 3
Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
Beri pujian atas kegiatan fisik klien yang biasa dilakukan
Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah
perilaku kekerasan, yaitu tarik nafas dalam dan pukul kasur serta bantal
Beri contoh klien tentang cara menarik nafas dalam
Minta klien mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali
Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik
nafas dalam
Tanyakan perasaan klien setelah selesai
Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah atau
jengkel
B. STRATEGI PELAKSAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum, saya yang kemarin berbincang-bincang dan menemani ibu. Sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi”
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini?, Apakah ibu sudah memikirkan kira- kira bagaimana cara menyalurkan marah secara fisik
c. Kontrak
Topik:
48
“Masih ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang?, bagaimana kalau kita bicarakan cara tersebut sekarang”
Tempat
“Dimana enaknya kita berbincang- bincang tentang hal tersebut” Waktu:
“Berapa lama ibu mau berbincang- bincang tentang hal tersebut”2. Fase kerja
“ kalau tanda –tanda marah yang ibu sebutkan kemarin seperti mata melotot, dada berdebar-debar,dan perasaan kesal, hal pertama yang ibu bisa lakukan adalah memukul-mukul kasur dan bantal. Kedua, ibu bisa menarik dalam untuk menyalurkan perasaan –perasaan tersebut. Sekarang kita kekamar disana nanti saya akan memperagakan cara memukul kasur dan bantal. “begini caranya bu......(perawat memperagakan cara memukul kasur dan bantal)Coba ibu ulangi! ya...........bagus sekali cara ibu memukul kasur dan bantal. Sekarang saya ajarkan cara menarik nafas dalam. Begini ibu, tarik nafas melalui hidung, tahan sampai hitungan ketiga lalu hembuskan perlahan-lahan melalui mulut. Lakukan berulang-ulang sampai perasaan kesal dan dada berdebar-debar tadi hilang atau berkurang, kurang lebih selama 5 kali. Sekarang kita buat jadwalnya ya bu,berapa kali dalam sehari ibu mau melakukan latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
3. Fase terminasi.
a. Evaluasi subjektif.
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara menyalurkan marah secara fisik?”
b. Evaluasi objektif.
“Coba ibu sebutkan lagi cara-cara memukul kasur dan bantal serta latihan tarik nafas dalam tadi!”
c. Rencana tindak lanjut.
“Setelah ini coba ibu lakukan latihan memukul kasur bantal dan tarik nafas dalam sesuai dengan jadwal yang kita buat tadi”
d. Kontrak.
Topik
“Nanti kita bicarakan tentang bicara yang baik bila sedang marah,setuju?”
Tempat
“Tempatnya mau dimana ? bagaimana kalau disini saja?” Waktu
“Bagaiman kalau wakyunya seperti ini saja, ibu setuju?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
49
Masalah: perilaku kekerasan
Pertemuan: ke-3 (ketiga).
Tanggal: 22 april 2012
Jam: 08.00WIB
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : klien sudah bisa mengontrol amarahnya namun tetap tegang
2. Diagnosa keperawatan : Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus :
a. Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah prilaku
kekerasan.
4. Rencana tindakan
a. diskusikan cara bicara yang baik dengan klien.
b. meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik.
c. minta klien mengulang sendiri.
d. beri pujian atas keberhasilan klien.
e. diskusiikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang
dapat dilatih diruangan, misalnya: meminta obat, baju,dll,;menolak ajakan
merokok, tidur tidak tepat pada waktunya; menceritakan kekesalan pada
perawat.
f. susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari
g. klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik dengan
mengiisi jadwal kegiatan (self-evaluation).
h. validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.
i. berikan pujian atas keberhasilan klien.
j. tanyakan kapada klien” bagaimana perasaan budi setelah latihan bicara
yang baik apakah keinginan bekurang?”
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum ibu, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
b. Evaluasi/validasi
50
“Bagaimana ibu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, dan bicara yang baik?”“Apa yang ibu rasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
c. Kontrak
Topik
Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk menyalurkan marah ibu, yaitu dengan cara mengungkapkan sesuatu dengan cara yang baik kepada orang yang dianggap bermasalah dengan ibu?
Tempat
dimana enaknya kita berbincang –bincang tentang hal tersebut? Waktu
Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?2. Fase kerja
Ibu, kalau ibu sedang marah coba ibu langsung duduk dan tarik nafas dalam, jika tidak reda juga marahnya, bisa pukul bantal atau guling atau juga tidak reda juga dan ibu masih kesal dengan orang yang menyebabkan ibu marah, coba ketemu dengan yang bersangkutan kemudian sampaikan dengan kata-kta yang sopan, jelas maksudnya dan tidak menyalahkan. Atau jika ibu merasa dipaksa oleh orang lain untuk melakukan sesuatu padahal ibu tidak mau coba ibu sampaikan juga penolakan ibu dengan cara yang sopan, tidak menggurui dan berikan penjelasan mengapa ibu mengambil sikap demikian?Bagaimana bu, bisa ibu coba carain?, bagaimana kalau ibu sekarang kita buat jadwal untuk menggungkapkan kepada seseorang yang telah membuat ibu kesal
3. fase terminasi
a. evaluasi subjektif
bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara melakukan cara menyalurkan marah dengan mengungkapkan kepada seseorang yang telah membuat ibu kesal?
b. Evaluasi subjektif
Coba ibu sebutkan kembali cara menyalurkan marah dengan mengungkapkan kepada seseorang yang telah membuat ibu kesal?
c. Rencana tindak lanjut
Setelah ini coba ibu bertemu dengan seseorang yang pernah membuat ibu kesal, sesuai jadwal yang kita buat tadi.
d. Kontrak
Topik
Pertemuan selanjutnya kita akan membicarakan cara menyalurkan marah melalui ibadah.
Tempat
Bagaimana kalau tempatnya sama seperti sekarang ini saja, setuju?
51
Waktu
Besok, insyaallah saya akan mengunjungi ibu lagi.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah: perilaku kekerasan
Pertemuan: ke-4 (ke-empat).
Tanggal: 23 april 2012
Jam: 08.00WIB
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : klien terlihat lebig segar, lebih tenang dan sudah dapat
menguasai dirinya sendiri.
2. Diagnosa keperawatan : Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus :
1) Klien mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah prilaku
kekerasan.
4. Rencana tindakan
a. diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan.
b. bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan di ruang
perawat.
c. bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan.
d. minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang di pilih.
e. beri pujian atas keberhasilan klien.
f. klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan mengisi
jadwal kegiatan(self- evaluation).
g. susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah
h. klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan harian (self-evaluation).
i. validasi kemampuan klien dalam melakukan validasi.
j. berikan pujian atas keberhasilan klien.
k. tanyakan kepada klien:” bagaimana perasaan budi setelah teratur
melakukan ibadah? Apakah keinginan marah berkurang?”
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
52
“Assalamualaikum ibu, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi”.
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana ibu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, dan bicara yang baik?”“Apa yang ibu rasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
c. Kontrak
Topik
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk menyalurkan marah ibu, yaitu dengan ibadah?”
Tempat
dimana enaknya kita berbincang –bincang tentang hal tersebut? Waktu
Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?2. Fase kerja
Ibu, kalau ibu sedang marah coba ibu langsung duduk dan tarik nafas dalam, jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan lalu rileks, jika tidak reda juga ambil air wudhu’ kemudian shalat.Bagaimana ibu mencoba cara ini? Bagaimana kalau sekarang kita buat jadwal shalatnya bu?
3. Fase terminasi
a. evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara melakukan cara menyalurkan marah melalui melakukan ibadah?
b. Evaluasi subjektif
Coba ibu sebutkan kembali cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu merasa marah?
c. Rencana tindak lanjut
Setelah ini coba ibu tunaikan shalat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi.
d. Kontrak
Topik
Pertemuan selanjutnya kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah ibu, setuju bu?
Tempat
Bagaimana kalau tempatnya sama seperti sekarang ini saja, setuju? Waktu
Besok, insyaallah saya akan mengunjungi ibu lagi.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
53
Masalah: perilaku kekerasan
Pertemuan: ke-5 (ke-lima).
Tanggal: 24 april 2012
Jam: 08.00WIB
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : klien sudah dapat memahami dan mengaplikasikan apa yang
telah disampaikan oleh perawat
2. Diagnosa keperawatan : Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus
a) Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah prilaku
kekerasan
4. Rencana Tindakan
a) Diskusikan dengan klien tentng jenis obat yang diminumnya (nama,
warna, besarnya); waktu minum obat (jika 3 kali: pkl.07.00, 13.00, 19.00);
cara minum obat.
b) Diskusikan dengan kien tentang manfaat minum obat secara teratur
c) Diskusikan tentang proses minum obat
d) Susun jadwal minum obat bersama klien
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum ibu, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi”.
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana ibu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, dan bicara yang baik serta shalat dan baca doanya?”“Apa yang ibu rasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
c. Kontrak
Topik
Sekarang saya akan jelaskan tentang pentingnya minum obat Tempat
Dimana enaknya kita berbincang –bincang tentang hal tersebut? Waktu
Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?2. Fase kerja
54
Ibu perlu minum obat ini secara teratur agar pikiran menjadi lebih tenang dan tidurnya juga tenang. Obatnya ada tiga macam ibu, yang warnanya orange namanya CPZ, yang putih namanya THP, dan yang merah jambu namanya HLP. Semuanya ini harus ibu minum 3 kali sehari yaitu pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Bila nanti setelah minum obat mulut ibu terasa kering, untuk membantu mengatasinya ibu bisa mengisap-isap es batu. Bila terasa berkunang-kunang, ibu sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas. Sebelum minum obat ini ibu lihat dulu label di kotak obat, apakah benar nama itu tertulis disana, berapa dosis yang harus di minum dan jam berapa saja harus di minum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar?
3.4 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya
2. Tujuan khusus
a) Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
b) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
c) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.
d) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang
biasa dilakukannya.
e) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat.
Sesi yang Digunakan
Dalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi dalam 5 sesi,
yaitu:
1. Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
2. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
3. Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
4. Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual
5. Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat
Klien
Kriteria klien
55
1. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan
perawat.
2. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat.
Proses seleksi
1. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
2. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
3. Mengumpulkan klien yng masuk kriteria.
4. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKPK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAKPK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan
aturan main dalam kelompok.
Kriteria Hasil
Evalusi struktur
1. Kondisi lingkungsn tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan
klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
2. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.
3. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
5. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
Evalusi proses
1. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
2. Leader mampu memimpin acara.
3. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
4. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
5. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab
dalam antisipasi masalah.
6. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok
yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
7. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
Evalusi hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu:
1. Memperkenalkan diri
2. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami.
56
3. Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami.
4. Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi.
5. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.
BAB IV
PEMBAHASAN & SKENARIO
4.1 Pembahasan kasus
Perilaku kekerasan merupakazn suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai
dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri
sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini
harus diberikan rencana dan tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya
dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi
kemarahan.
Factor pencetus perilaku kekerasan dapat bersumber dari klien maupun lingkungan itu
sendiri.
Klien berupa : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri.
Lingkungan berupa : kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik inetraksi social.
Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengarhi oleh dua insting. Yaitu insting
hidup yang di ekspresikan dengan seksualitas dan insting kematian yang di ekpresikan
dengan agresivitas. Frustation-agression theory : teori yang dikembangkan oleh pengikut
Freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan
memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan
frustasi. Jadi hampir semua orang melakukan tindakan agresif mempunyai riwayat perilaku
agresif
Dari contoh kasus di atas terlihat bahwa saudara T melakukan perilaku kekerasan
yang mencederai diri sendiri dengan memukul-mukul diri ke tembok hal ini terjadi
berhubungan dengan faktor psikologis yaitu berupa kegagalan yang di alami dapat
menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. karena kopingnya
yang tidak efektif dalam menerima hasil ujiannya yang menyatakan dirinya tidak lulus
sedangkan kesehariannya dia pandai dalam semua bidang.
57
Hal ini menyebabkab saudara T begitu frustasi sehingga melampiaskan kemarahannya
dengan perilaku kekerasan mencederai diri sendiri.
Oleh karena itu, klien perlu disadarkan tentang cara marah yang baik serta bagaimana
berkomunikasi merupakan cara yang efektif untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan.
Bahwa marah bukan suatu yang benar atau salah, harus di sadari oleh klien. Sehingga klien
dapat di berikan pemahaman untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan berupa :
1. Bantu klien mengidentifikasi marah.
2. Berikan kesempatan untuk marah.
3. Praktekkan ekspresi marah.
4. Terapkan ekspresi marah dalam situasi nyata.
5. Identifikasi alternatif cara mengeksprasikan marah.
Dengan diberikannya pemahaman ini di harapkan tindakan perilaku kekerasan dapat teratasi,
dukungan keluarga juga sangat di butuhkan dalam hal ini.
4.2 SKENARIO
Di sebuah kamar pasien Pav I no 3. Datanglah seorang perawat.
Suster : “Selamat pagi mas? Perkenalkan nama saya ners Gabby nur inayah, biasa dipanggil
ners Gabby, kalo boleh tau mas namanya siapa?suka di panggil apa?”
Pasien : (Diam saja sambil melotot)
Suster : “Mas, perkenalkan nama saya ners Gabby, mas namanya siapa?”
Pasien : “TARMIN”(dengan nada ketus)
Suster : “Ooh.. mas Tarmin, mas Tarmin hari ini kabarnya bagaimana?”
Pasien: (diam)
Suster : “mas Tarmin, suster nanya nih”
Pasien : (Diam)
Suster : “Kenapa mas Tarmin? Lagi tidak enak badan ta? Kok diam saja?”
Pasien : (Diam)
Suster : “yaudah kalo mas Tarmin tidak mau berbicara sekarang, 10 menit lagi suster
kembali, suster harap mas Tarmin sudah mau bicara”
10 menit kemudian
Suster : “Loh(muka kaget) mas Tarmin kok kepalanya dibentur2in, jangan dong mas..”
Pasien: (sambil membentak suster) “Biarin, Percuma saya hidup, saya ini orang yang gak
berguna, orang bodoh”
58
Suster : (Berusaha menarik pasien dari tembok) “Siapa yang bilang mas Tarmin ini tidak
berguna?”
Pasien: “Saya ini gak berguna!!!!”(sambil teriak)
Suster : “Di dunia ini tidak ada yang tidak berguna mas Tarmin, semua yang di ciptakan oleh
Tuhan pasti ada manfaatnya. Apalagi mas Tarmin masih mempunyai tubuh yang lengkap”.
Pasien: (tertunduk)
Suster :”Begini saja mari suster ajak mas Tarmin jalan-jalan ke taman, bagaimana?”
Pasien: “ngapain?”
Suster: “biar pikiran mas Tarmin tenang tidak marah-marah lagi.”
Pasien: (pasien mau menerima ajakan suster).
Di Taman
Suster: mas gimana uda bisa merasa tenang belum perasaannya sekarang?
Pasien: (termenung)
Suster: mas kalau boleh suster tau sebenarnya ada apa kok mas mengatakan bahwa mas itu
tidak berguna?
Pasien: saya merasa malu dan tidak berguna sus sebab saya tidak lulus UAN..bodoh soal
begitu saja saya tidak lulus..
Suster: mas kegagalan itu bukan akhir segalanya tapi kegagalan itu adalah keberhasilan yang
tertunda.
Pasien: tapikan tetep aja gagal. (lalu mengepalkan tangan dan seolah ingin memukul tanah)
Suster: tenang ya Mas Tamin ! apa yang membuat Tamin kesal?
Pasien : saya kesal kalau ada yang tanya-tanya sama saya tentang ketidaklulusan saya.
Rasanya ingin saya pukul saja mereka.
Suster : ooh, begitu. Mas Tamin ini kesal kalau ada yang menanyakan tentang ketidaklulusan
itu ya. sekarang coba dipikirkan, memukul seseorang yang tidak bersalah itu perilaku yang
baik atau tidak?
Pasien : tidak sus.
Suster : yaa bagus. Itu perilaku yang tidak baik. Itu kan bisa melukai orang itu. Selain itu,
tangan Mas Tamin kan bisa jadi sakit atau luka. Bagaimana menurut Tamin?
Pasien : iya ya sus. Tidak ada gunanya juga memukul orang lain. Malah membuat tangan
saya pegal pegal.
Suster : baiklah, kalau begitu.. mari suster ajarkan cara untuk mencegah Mas Tamin
melakukan kekerasan. Kalau timbul rasa kesal pada diri Mas Tamin, sesegera mungkin tarik
napas dalam. Instruksikan diri Mas Tamin untuk tenang. Ayo sekarang dicoba ¡
59
Pasien : (mempraktekkan nafas dalam)
Suster : ya bagus. Sekarang bagaimana perasaan Tamin?
Pasien : Kalau saya masih merasa kesal bagaimana, Sus?
Suster : Kalau Tamin masih kesal, cobalah untuk mengekspresikannya ke benda yang tidak
bahaya. Memukul bantal misalnya. Ayo sekarang dicoba !
Pasien : begini sus? Iya sus, saya lega sekarang
Suster : naaah.. bagus. Begitu kan lebih baik. Tamin bisa mempraktekkan 2 cara tadi kalau
Tamin sedang kesal. Apakah Tamin sudah mengerti?
Pasien : iya sus (menganggukkan kepala)
Suster : Oke. ¡ suster yakin Tamin bisa mengendalikan emosi dengan baik. Kalau begitu,
sesuai kontrak tadi bahwa kita mengobrol 10 menit saja. Sekarang sudah 10 menit, suster
melanjutkan pekerjaan suster ya. Tamin bisa mencari kesibukan yang lain.
Pasien : baik sus.
Suster : besok suster akan menemui Tamin lagi untuk menanyakan 2 cara yang tadi sudah
suster ajarkan sudah Tamin kerjakan atau belum. Tamin mau kita bertemu kapan dan di
mana?
Pasien : pagi jam 9 sus. Di taman.
Suster : baik pagi jam 9, di taman ya. Sampai bertemu besok.
---
60
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim
dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri
dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) di sisi yang lain.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1.Menyerang atau menghindar (fight of flight)
2.Menyatakan secara asertif (assertiveness)
3.Memberontak (acting out)
4.Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan
5.2 Saran
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam
mengatasi masalahnya.
Kemampuan perawat dalam menangani klien dengan masalah perilaku
kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnose, perencanaan, intervensi
dan evaluasi. Salah satu contoh intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada
klien dengan masalah perilaku kekerasan adalah dengan mengajarkan teknik napas
dalam atau memukul kasur/bantal agar klien dapat meredam kemarahannya.
61
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama
Keliat, Budi Anna, dkk.2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.EGC:Jakarta
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Jallo, Harnawati A. 2008 Perilaku Kekerasan. 9 Maret 2008.
Www.Harnawatiaj.Wordpress.Comm, 11 Mei 2009, Pukul 19.05.
Keliat, B.A.1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Maramis, W.F.1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta: EGC.
Shives,R.L. 1998. Basic Concept Psychiatric-Mental Health Nursing. 4th Ed.Philadelphia:
Lippincott.
Stuart, G.W. Dan Sundeen, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta: EGC.
Stuart, G.W. Dan Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Tim
Pengembang MPKP. 2006. Modul Model Praktek Keperawatan Jiwa. .Jakarta:WHO Dan
FIK-UK
Townsend, Mary C.1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:EGC.
http://darsananursejiwa.blogspot.com/2009/10/laporan-pendahuluan-perilaku-kekeraan.html
http://wayanpuja.blinxer.com/?page_id=203
Keliat, Budi Anna dan Akemat.2005.Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas
Kelompok.Jakarta:EGC
62
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI PERILAKU KEKERASAN
I. Latar Belakang
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yosep, 2007; hal, 146).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2000 ; hal. 147 )
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal
atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi
atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum
dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman,
kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
Pasien jiwa yang mengalami perilaku kekerasan umumnya tidak dapat
mengendalikan kemarahannya dengan baik. Sehingga emosinya sangat labil dan
membahayakan orang-orang yang ada di sekitarnya.
63
Namun pada pasien jiwa dengan perilaku kekerasan yang sudah mampu
bekerja sama dengan perawat hendaknya diajarkan tentang perilaku kekerasan yang
pasien alami, mulai dari stimulasi penyebab kemarahannya, tanda dan gejala
kemarahannya, yang dilakukannya saat marah atau perilaku kekerasannya, dan akibat
dari perilaku kekerasan yang dilakukannya dan juga cara mencegah perilaku
kekerasan baik dengan cara kegiatan fisik, interaksi sosial, kegiatan spiritual maupun
dengan cara patuh minum obat agar perilaku kekerasan yang dilakukannya dapat
terkendali dengan baik.
II. Tujuan
3. Tujuan umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya
4. Tujuan khusus
f) Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
g) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
h) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.
i) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang
biasa dilakukannya.
j) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat.
III. Sesi yang Digunakan
Dalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi dalam 5 sesi,
yaitu:
6. Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
7. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
8. Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
9. Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual
10. Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat
IV. Klien
Kriteria klien
3. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan
perawat.
4. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat.
64
Proses seleksi
5. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
6. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
7. Mengumpulkan klien yng masuk kriteria.
8. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKPK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAKPK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan
aturan main dalam kelompok.
V. Kriteria Hasil
Evalusi struktur
6. Kondisi lingkungsn tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan
klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
7. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.
8. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
9. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
10. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
Evalusi proses
8. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
9. Leader mampu memimpin acara.
10. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
11. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
12. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab
dalam antisipasi masalah.
13. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok
yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
14. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
Evalusi hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu:
6. Memperkenalkan diri
7. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami.
8. Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami.
65
9. Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi.
10. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.
VI. Pengorganisasian
1. Leader, bertugas :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b) Memimpin jalannya terapi kelompok.
c) Memimpin diskusi
2. Co-Leader, bertugas :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
d) Menggantikan leader jika terhalang tugas.
3. Fasilitator, bertugas :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
b) Memotivasi anggota dalm ekspresi perasaan setelah kegiatan.
c) Mengatur posisi kelompok dalm lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
e) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
f) Bertanggung jawab terhadap program antisispasi masalah.
4. Observer, bertugas :
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat, dan jalannya acara.
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok.
5. Setting tempat
Keterangan :
a) Leader:
b) Co-leader:
c) Pasien:
d) Fasilitator:
66
e) Observer:
VII. Proses Pelaksanaan
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senin/12 November 2012
Waktu : Pkl. 09.00 s.d selesai
Alokasi waktu :
- Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)
- Terapi kelompok (25 menit)
- Penutup (10 menit)
Tempat : Rumah Sakit Jiwa Propinsi Lawang Jawa Timur
Tim Terapis
Leader : Muhammad Najib Al Haritsi
Co-Leader : Samsul Bahri
Fasilitator : Ismaningsih
Selvia Leli Agus Anika
Observer : Sinta Eva Herlinah
Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard
2. Kapur/spidol
3. Buku catatan dan pulpen
67
4. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
b. Evaluasi/validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
b) Menjelaskan aturan main berikut
1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.
2) Lama kegiatan 45 menit.
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
d. Tahap kerja
a) Mendiskusikan penyebab marah.
1) Tanyakan pengalaman tiap klien.
68
2) Tulis di Papan tulis/flipchart/whiteboard
b) Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda
dan gejala).
2) Tulis di Papan tulis/flipchart/whiteboard
c) Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederai/memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri.
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
2) Tulis di Papan tulis/flipchart/whiteboard
d) Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan.
e) Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak
berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dank lien yang melakukan
perilaku kekerasan).
f) Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.
g) Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan.
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
2) Tuliskan di Papan tulis/flipchart/whiteboard
h) Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
i) Dalam menjalankan a sampai h, upayakan klien terlibat.
j) Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan; dan
akibat perilaku kekerasan.
k) Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan.
e. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif.
b. Tindak lanjut
69
1) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
penyebab marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan
yang terjadi; serta akibat perilaku kekerasan.
2) Menganjurkan klien mengingat penyebab; tanda dan gejala;
perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan
adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan
yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.
No Nama
Klien
Penyebab
PK
Memberi Tanggapan Tentang
Tanda&Gejal
a PK
Perilaku
Kekerasan
Akibat PK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
70
b. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda jika klien mampu dan beri
tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulasipersepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya
(disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan
(“gregetan” dan “deg-degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja),
akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa). Anjurkan klien
mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah sakit.
Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
Tujuan
a. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
b. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
c. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Selasa/13 November 2012
Waktu : Pkl. 11.00 s.d selesai
Alokasi waktu : Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
Tempat : Rumah Sakit Jiwa Lawang Propinsi Jawa Timur
Tim Terapis
LeadeR : Muhammad Najib Al Haritsi
Co-Leader : Samsul Bahri
Fasilitator : Ismaningsih
Selvia Leli Agus Anika
71
Observer : Sinta Eva Herlinah
Alat
1. Kasur/kantong tinju/gendang
2. Papan tulis/flipchart/whiteboard
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapana. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasia. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan; penyebab;
tanda dan gejala; perilaku kekerasan dan akibatnya.
c. Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan.
b. Menjelaskan aturan main berikut
1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.
2) Lama kegiatan 45 menit.
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerjaa. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
72
1) Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olahraga yang
biasa dilakukan klien.
2) Tulis di Papan tulis/flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul
kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul
bantal pasir tinju, dan memukul gendang.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang yang dapat dilakukan.
d. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih.
1. Terapis mempraktikkan.
2. Klien melakukan redemonstrasi.
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara penyaluran
kemarahan.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Upayakan semua klien berperan aktif.
4. Tahap terminasia. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku
kekerasan.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah
dipelajari.
3) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial
yang asertif.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
73
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang diharapkan
adalah mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut.
No Nama Klien Mempraktikkan cara
fisik yang pertama
Mempratekkan cara fisik
yang kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua cara
fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda jika klien mampu dan beri
tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 2 TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan, klien mampumempraktikkan tarik napas dalam, tetapi belum
mampu mempraktikkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien
mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
74
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Rabu, 14 November 2012
Waktu : Pkl. 09.00 s.d selesai
Alokasi waktu : Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
Tempat : Rumah Sakit Jiwa Lawang Propinsi Jawa Timur
Tim Terapis
LeadeR : Muhammad Najib Al Haritsi
Co-Leader : Samsul Bahri
Fasilitator : Ismaningsih
Selvia Leli Agus Anika
Observer : Sinta Eva Herlinah
Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
75
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu
dari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan,
yaitu “saya perlu/ingin/minta . . ., yang akan saya gunakan
untuk. . .”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang
cara poin c.
e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa
sakit hati pada orang lain, yaitu “saya tidak dapat melakukan. . .”
atau ”saya tidak menerima dikatakan. . .” atau “saya kesal dikatakan
seperti. . .”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang
cara poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
76
a. Evaluasi1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi
sosial yang asertif, jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif secara teratur.
3) Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang1) Menyepakati belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan
adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi sebagai berikut.
No Nama
Klien
Memperagakan
cara meminta
tanpa paksa
Memperagakan
cara menolak yang
baik
Memperagakan cara
mengungkapkan
kekerasan yang baik
1.
2.
3.
4.
77
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan
perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda jika klien mampu dan beri
tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 3,TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak
dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan di ruang
rawat (buat jadwal).
Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual
Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Kamis, 15 November 2012
Waktu : Pkl. 11.00 s.d selesai
Alokasi waktu : Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
Tempat : Rumah Sakit Jiwa Lawang Propinsi Jawa Timur
Tim Terapis
LeadeR : Muhammad Najib Al Haritsi
78
Co-Leader : Samsul Bahri
Fasilitator : Ismaningsih
Selvia Leli Agus Anika
Observer : Sinta Eva Herlinah
Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 3.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk
mencegah perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut
79
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing
klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku
kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang
asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.
3) Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang1) Menyepakati belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat
teratur.
2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
80
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan
adalah kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai
berikut.
No Nama Klien Mempraktikkan
kegiatan ibadah
pertama
Mempraktikkan
kegiatan ibadah
kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua
kegiatan ibadah saat TAK. Beri tanda jika klien mampu dan beri tanda jika
klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4,TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien
melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.
81
2. Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat.
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal :Jumat, 17 November 2012
Waktu : Pkl. 09.00 s.d selesai
Alokasi waktu : Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
Tempat : Rumah Sakit Jiwa Lawang Propinsi Jawa timur
Tim Terapis
LeadeR : Muhammad Najib Al Haritsi
Co-Leader : Samsul Bahri
Fasilitator : Ismaningsih
Selvia Leli Agus Anika
Observer : Sinta Eva Herlinah
Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat.
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 4.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
82
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif dan
kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
c. Kontrak1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna
(upayakan tiap klien menyampaikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dam b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat,
benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secar
bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di
whiteboard).
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah perilaku kekerasan/kambuh.
83
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian perilaku kekerasan/kambuh.
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.Memberi pujian setiap kali klien
benar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi
sosial yang asertif, kegiatan ibadah, dan patuh minum obat
untuk mencegah perilaku kekerasan.
2) Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati
jika klien perlu TAK yang lain
.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan klien yang diharapkan
adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat
tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut.
No Nama klien Menyebutkan lima
benar minum obat
Menyebutkan keuntungan minum obat
Menyebutkan
akibat tidak patuh
minum obat
1.
2.
84
3.
4.
5.
6
7.
8
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
Beri tanda jika klien mampu dan beri tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 5,TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan lima benar cara minum obat, belum
dapat menyebutkan keuntungan minum obat dan akibat tidak patuh minum obat.
Anjurkan klien mempraktikkan lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan
keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.
85