Click here to load reader
Upload
dian2108
View
27
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
m
Citation preview
MAKALAH TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT DAN IDEOLOGI
Disusun Oleh:
Risal Rismawan I 0510032
Dian Budiarti I 0511015
Fitri Handayani I 0511021
Hermiyanto I 0511025
Ira Wariadi I 051102
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
A.Pancasila sebagai filsafat
1. Pengertian filsafat
Berbagai pandangan mengenai definisi filsafat muncul sejak dulu.
Memang diakui bahwa pada hakikatnya sukar sekali memberikan definisi
mengenai filsafat, karena tidak ada definisi yang definitif. Oleh karena itu,
beberapa pengertian filsafat dapat dilihat di bawah ini
a. Secara etimologis, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Yunani, yang terdiri dari kata Philein artinya cinta dan Sophia
artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan, cinta
artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang
sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau
kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan
yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
b. Secara terminologis, pengertian filsafat telah dikemukakan oleh para
ahli sebagai:
1). Pengetahuan segala yang ada (Plato);
2).Penjelasan rasional dari segala yang ada; penjaga terhadap
realitas yang terakhir (James K. Feibleman);
3).Usaha untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan
(Harold H. Titus);
4). Teori tentang perbincangan kritis (John Passmore);
5).Sistem kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipersoalkan
secara radikal, sistematik dan universal (Sidi Gazalba);
6). Refleksi menyeluruh tentang segala sesuatu yang disusun secara
sistematis, diuji secara kritis demi hakikat kebenarannya yang
terdalam serta demi makna kehidupan manusia di tengah-tengah
alam semesta (Damardjati Supadjar).
2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Sistem adalah : suatu keseluruhan yg mempunyai hubungan saling
kerjasama untuk tujuan tertentu & secara keseluruhan merupakan satu kesatuan
yg utuh .Syarat-syarat suatu sistem:
a. Merupakan kesatuan dari bagian-bagian
b. Tiap bagian mempunyai fungsi sendiri
c. Saling bergubungan dan saling bergantung
d. Untuk mencapai tujuan tertentu
e. Terjadi dalam lingkungan yang kompleks
Pancasila memnuhi syarat sebagai sistem filsafat karena:
- Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh
- Sila-sila Pancasila bereksistensi dalam keteraturan(bersusun
hierarkhis dan berbentuk piramidal)
- Ada keterkaitan antar sila-sila Pancasila
- Ada kerjasama antar sila-sila Pancasila untuk mencapai tujuan
- Ada tujuan bersama(alenia IV Pembukaan UUD RI 1945)
Pancasila terdiri atas bagian-bagian sila-sila di mana setiap sila-sila
hakikatnya merupakan suatu asas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis, karena:
a.Susunan kesatuan sila-sila Pancasila bersifat Organis
Isi sila-sila Pancasila hakikatnya merupakan dasar filsafat Negara
yg masing-masing sila merupakan asas peradaban. Namun sila-sila
Pancasila merupakan satu kesatuan & keutuhan,karena setiap sila
menjadi unsur (bagian) mutlak dari Pancasila. Pancasila merupakan
kesatuan yg “Majemuk Tunggal”. Konsekuensinya : Setiap sila tidak
dapat berdiri sendiri . Terlepas dari sila lainnya, & diantara sila satu
dengan lainnya tdk saling bertentangan.
b.Susunan sila-sila Pancasila bersifat hierarkhis dan bersusun piramidal
Bentuk piramid susunan sila-2 pancasila secara matematis
digunakan utuk gambarkan hubungan hierarki(tingkatan) sila-2 dalam
urutan luas (kuantitas)nya, dan dalam hal isi sifat (kualitas)nya .
Diantara sila-sila Pancasila mempunyai hubungan saling
mengikat, sehingga merupakan suatu keseluruhan yg bulat; tidak
dapat dipisah/dipecah; merupaka satu kesatuan bulat & utuh. Sebagai
sistem filsafat landasan sila-sila dalam hal isinya menunjukkan suatu
hakikat makna yg bertingkat, & ditinjau dari keluasannya memiliki
bentuk piramid. Hal ini dpt dijelaskan :“…sebenarnya ada hubungan
sebab-akibat antara negara umumnya dengan manusia karena negara
adalah lembaga kemanusiaan yang diadakan oleh manusia. Adapun
Tuhan adalah asal dari segala sesuatu, termasuk manusia, sehingga
terdapat hubungan sebab & akibat yg langsung antara negara dengan
asal mula segala sesuatu. Rakyat adalah jumlah dari manusia-manusia
pribadi, sehingga ada hubungan sebab akibat antara negara dengan
rakyat …dst.
3.Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Sila-sila Pancasila hakikatnya bukan hanya merupakan kesatuan yg
bersifat formal logis, namun meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar
epistemologis, & dasar aksiologis .
a. Dasar O ntologis sila-sila Pancasila
adalah : manusia yg memiliki hakikat mutlak monopluralis.
Hakikat dasar ini disebut dasar antropologis. Manusia adalah subyek
pendukung pokok sila-sila Pancasila “pada hakikatnya yg ber-Tuhan
YME, yg berkemanusiaan…,yg berpersatuan…, yg berkerakyatan…,
ialah manusia “.
Dari segi Filsafat Negara Pancasila adalah “Dasar Filsafat Negara”.
Pendukung pokok negara adalah rakyat & unsur rakyat ialah manusia.
Jadi tepat jika dalam filsafat Pancasila dinyatakan bahwa hakikat
dasar antropologis sila-sila Pancasila adalah MANUSIA.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara
ontologis memiliki hal-hal mutlak : susunan kodrat, sifat kodrat, &
kedud. Kodrat. Oleh karena kedudukan kodrat manusia sebagai
makhluk Tuhan dan sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri, maka
secara hierarkhis sila Ketuhanan YME mendasari & menjiwai 4 sila
lainnya.
b.Dasar Epistemologi
Pancasila sebagai sistem filsafat hakikatnya juga merupakan Sistem
penget ahuan. Pancasila dalam kehidupan sehari-hari merupakan :
pedoman/dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas
alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, & negara,tentang makna
hidup, serta dasar dalam menyelesaikan masalah.
Pancasila menjadi sistem cita-cita/keyakinan yg telah menyangkut
praktek, Karena telah dijadikan pedoman cara hidup manusia,
sehingga berubah menjadi Ideologi. Dasar epistemologi Pancasila
hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya.
Manusia adalah basis ontologis Pancasila, oleh karena itu mempakan
implikasi terhadap bangunan epistemologi, yg ditempatkan dalam
bangunan filsafat manusia.
Pancasila sebagai objek pengetahuan hakikatnya
meliputi :“masalah sumber pengetahuan & susunan pengetahuan
Pancasila”.Sumber pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai yg ada
pada bangsa Indonesia sendiri, digali & dirumuskan oleh wakil-wakil
bangsa Indonesia dalam mendirikan negara. Oleh karena sumber
pengetahuan Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri yg memiliki
adat-istiadat, kebudayaan, & nilai religius, maka antara bangsa
Indonesia (sebagai pendukung sila-sila Pancasila) dengan Pancasila
sebagai sistem pengetahuan) memiliki :”kesesuaian yg bersifat
korespondensif”.
B. Pancasila Sebagai Ideologi
1. Pengertian Ideologi
Definisi ideologi dapat dilakukan melalui pendekatan bahasa (etimologis)
dan istilah. Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu eidos
dan logos. Eidos berarti gagasan dan logos berarti berbicara (ilmu). Maka
secara etimologis ideologi adalah berbicara tentang gagasan, atau ilmu yang
mempelajari tentang gagasan. Gagasan yang dimaksud di sini adalah gagasan
yang murni ada dan menjadi landasan atau pedoman dalam kehidupan
masyarakat yang ada atau berdomisili dalam wilayah negara di mana mereka
berada.
Secara istilah, ideologi memiliki beragam makna. Dalam beberapa kamus
atau referensi, dapat terlihat bahwa definisi ideologi ada beberapa macam.
Keanekaragaman definisi ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang keahlian
dan fungsi lembaga yang memberi definisi tersebut. Keanekaragaman yang
dimaksud antara lain terlihat pada definisi berikut:
- Definisi menurut BP-7 Pusat (kini telah dilikuidasi)
Ideologi adalah ajaran, doktrin, teori yang diyakini
kebenarannya yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk
pelaksanaan dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
- Definisi yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Maswadi Rauf, ahli Ilmu
Politik Universitas Indonesia
Ideologi adalah rangkaian (kumpulan) nilai yang disepakati
bersama untuk menjadi landasan atau pedoman dalam mencapai
tujuan atau kesejahteraan bersama.
2. Fungsi Ideologi
a. Sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai bersama oleh suatu
masyarakat. Nilai yang terkandung dalam ideologi menjadi cita-cita atau
tujuan yang hendak diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Sebagai pemersatu masyarakat dan juga menjadi prosedur penyelesaian
konflik yang terjadi di dalam masyarakat. Nilai dalam ideologi merupakan
nilai yang disepakati bersama sehingga dapat mempersatukan masyarakat
itu, serta nilai bersama tersebut dijadikan acuan bagi penyelesaian suatu
masalah yang mungkin timbul dalam kehidupan masyarakat yang
bersangkutan.
c. Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan manusia
secara individual. (Cahyono, 1986)
d. Sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan dari generasi tua
(founding fathers) ke generasi muda. (Setiardja, 2001)
e. Sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi individu,
masyarakat, dan bangsa untuk menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan.
(Hidayat, 2001)
3. Macam-macam Ideologi di Dunia
a. LIBERALISME
Inti pemikiran : Kebebasan Individual
Latar belakang : Sebagai respons terhadap kekuasaan negara yang
absolut dan otoriter yang membatasi kebebasan dan hak-hak warga
negaranya.
Landasan : Manusia pada hakikatnya adalah baik dan berbudi, tanpa
harus diterapkannya aturan-aturan ketat yang bersifat mengekang.
Ciri-ciri :
- Kebebasan sebesar-besarnya bagi setiap individu
- Penolakan terhadap pembatasan, terutama dari pemerintah dan
agama.
- Ekonomi pasar relatif bebas
b. SOSIALISME
Inti pemikiran : Kolektivitas (Kebersamaan, Gotong Royong)
Latar belakang : Menentang adanya kepemilikan pribadi yang timbul
akibat kapitalisme yang eksploitatif dan menyokong pemakaian milik
pribadi tersebut untuk kesejahteraan umum.
Landasan : Masyarakat dan juga negara adalah suatu pola kehidupan
bersama. Manusia tidak bisa hidup sendiri-sendiri, dan manusia akan
lebih baik serta layak kehidupannya jika ada kerja sama melalui fungsi
yang dilaksakan oleh negara
Ciri-ciri :
- Kesamaan kesempatan bagi semua orang
- Penghapusan sebagian besar hak-hak milik pribadi dan negara.
- Negara tanpa strata
c.KOMUNISME
Inti pemikiran : Perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas
dimasyarakat, sehingga negara hanya sasaran antara.
Latar belakang : Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl
Marx dan Friedrich Engels, sebuah manuskrip politik yang pertama kali
diterbitkan pada 21 Februari 1848.
Landasan : Penolakan kondisi masa lampau, analisa yang cenderung
negatif terhadap situasi dan kondisi yang ada, resep perbaikan untuk
masa depan, dan rencana tindakan jangka pendek yang memungkinkan
tercapainya tujuan yang berbeda-beda.
Ciri-ciri :
- Kesamaan kesempatan bagi semua orang
- Penghapusan seluruh besar hak-hak milik pribadi dan negara.
- Negara tanpa strata (tanpa kelas)
- Pemerintahan otorite
4. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai ideologi: “cara pandang dan metode bagi seluruh bangsa
Indonesia untuk mencapai cita-citanya, yaitu masyarakat yang adil dan
makmur sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila”.
Sifat-sifat Pancasila sebagai ideologi bangsa:
a) Terbuka
-Nilai-nilai dan cita-cita digali dari kekayaan adat istiadat, budaya
dan religius masyarakatnya.
-Menerima reformasi.
-Penguasa bertanggung jawab pada masyarakat sebagai pengemban
amanah rakyat.
b) Komprehensif
-Mengakomodasi nilai-nilai dan cita-cita yang bersifat menyeluruh
tanpa berpihak pada golongan tertentu atau melakukan
transformasi sosial secara besar-besaran menuju bentuk tertentu.
-Negara mengakomodasi berbagai idealisme yang berkembang
dalam masyarakat yang bersifat majemuk.