Upload
latifah-yunifa
View
52
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MAKALAH
Citation preview
MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
UPAYA BELA NEGARA
Disusun oleh:
Latifah Yunifa (12030113120064)
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bela Negara ............................................................................................. 6
B. Dasar Hukum Bela Negara ....................................................................................... 7
C. Bela Negara Sebagai Hak dan Kejiban Warga Negara ............................................. 7
D. Wujud Bela Negara ................................................................................................... 9
E. Nilai-Nilai Bela Negara ............................................................................................ 12
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 15
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul “Upaya Bela Negara”.
Makalah ini telah dirancang dan disusun sebaik mungkin, sehingga dapat memperkecil
kemungkinan adanya ketidakteraturan dalam sistematika penulisan. Akan tetapi penulis
sebagai makhluk yang tidak sempurna menyadari bahwa makalah yang penulis sajikan ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik konstuktif senantiasa penulis
harapkan. Harapan kami, makalah ini dapat memberikan pencerahan kepada kita selaku
mahasiswa pada khususnya, serta bagi bagi kehidupan bangsa pada umumnya.
Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini dapat menjadi sumbangsih bagi dunia
pendidikan dalam mengembangkan pengetahuan kita mengenai arti penting bela negara.
Dan pada kesempatan yang baik ini pula kami mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat tersaji dihadapan para pembaca.
Semarang, 17 Oktober 2015
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era reformasi membawa banyak perubahan di hampir segala bidang di Negara
Republik Indonesia. Ada perubahan yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat, tapi
tampaknya ada juga yang negatif dan pada gilirannya akan merugikan bagi keutuhan wilayah
dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca
pemerintahan orde baru menyebabkan arus informasi dari segala penjuru dunia seolah tidak
terbendung. Berbagai ideologi, mulai dari ekstrim kiri sampai ke ekstrim kanan, menarik
perhatian bangsa kita, khususnya generasi muda, untuk dipelajari, dipahami dan diterapkan
dalam upaya mencari jati diri bangsa setelah selama lebih dari 30 tahun merasa terbelenggu
oleh sistem pemerintahan yang otoriter.
Salah satu dampak buruk dari reformasi adalah memudarnya semangat nasionalisme
dan rasa kecintaan pada negara. Perbedaan pendapat antar golongan atau ketidaksetujuan
dengan kebijakan pemerintah adalah suatu hal yang wajar dalam suatu sistem politik yang
demokratis. Namun berbagai tindakan anarkis, konflik sara dan separatisme yang sering
terjadi dengan mengatas namakan demokrasi menimbulkan kesan bahwa tidak ada lagi
semangat kebersamaan sebagai suatu bangsa. Kepentingan kelompok, bahkan kepentingan
pribadi, telah menjadi tujuan utama. Semangat untuk membela negara seolah telah memudar.
Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme, seolah-olah
kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada Tentara Nasional
Indonesia. Padahal berdasarkan pasal 30 UUD 1945, bela negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga Negara Republik Indonesia. Bela negara adalah upaya setiap warga
negara untuk mempertahankan Republik Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, baik
dari luar maupun dalam negeri.
4
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan
diambil:
1. Apa yang dimaksud dengan bela negara?
2. Apa dasar hukum bela negara?
3. Bagaimana hak dan kewajiban warga negara terhadap bela negara?
4. Apa wujud bela negara?
5. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam bela negara?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Menggali pengetahuan lebuh dalam tentang sejarah Indonesia khususnya mengenai
Bela Negara.
3. Memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara terhadap Bela Negara.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bela Negara di Indonesia
Bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan
kepada negara kesatuan republik indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pembelaan negara bukan semata-mata
tugas TNI, tetapi segenap warga negara sesuai kemampuan dan profesinya dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
UUD No 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara RI mengatur tata cara penyelenggaraan
pertahanan negara yang dilakukan oleh tentara nasional indonesia (TNI) maupun oleh seluruh
komponen bangsa. Upaya ini melibatkan seluruh komponen bangsa dalam penyelenggaraan
pertahanan negara itu antara lain dilakukan melalui pendidikan bela negara.
Konsep bela negara dapat diartikan secara fisik dan non-fisik, secara fisik dengan
mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh, secara non-fisik dapat
didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan Negara dengan cara
meningkatkan rasa nasionalisme, yakni kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan
kecintaan terhadap tanah air, serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.
Landasan pembentukan bela negara adalah wajib militer. Bela negara adalah pelayanan
oleh seorang individu atau kelompok dalam tentara atau milisi lainnya, baik sebagai
pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer).
Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) meminta jumlah tertentu dinas militer dari masing-
masing dan setiap salah satu warga negara (kecuali untuk kasus khusus seperti fisik atau
gangguan mental atau keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya
militer, biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan
dengan krisis perekrutan selama masa perang.
Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris, bela
negara dilaksanakan pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam sebulan. Mereka
dapat melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota resimen, misalnya Tentara
Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa kasus milisi bisa merupakan bagian dari pasukan
cadangan militer, seperti Amerika Serikat National Guard. Di negara lain, seperti Republik
China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel, wajib untuk beberapa tahun setelah seseorang
menyelesaikan dinas nasional. Sebuah pasukan cadangan militer berbeda dari pembentukan
cadangan, kadang-kadang disebut sebagai cadangan militer, yang merupakan kelompok atau
6
unit personil militer tidak berkomitmen untuk pertempuran oleh komandan mereka sehingga
mereka tersedia untuk menangani situasi tak terduga, memperkuat pertahanan Negara.
B. Dasar Hukum Bela Negara
Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :
1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan
Nasional.
2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI.
Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
6. Amandemen UUD '45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
C. Unsur Dasar Bela Negara
Beberapa unsur dasar bela negara adalah sebagai berikut:
1. Cinta Tanah Air.
2. Kesadaran Berbangsa & bernegara.
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara.
4. Rela berkorban untuk bangsa & Negara.
5. Memiliki kemampuan awal Bela Negara.
6. Hari bela negara
Tanggal 19 Desember ditetapkan sebagai Hari Bela Negara ditetapkan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 28 tahun 2006.
C. Bela Negara sebagai Hak dan Kewajiban Warga Negara
Pasal 30 UUD 1945 menyebutkan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pembelaan negara". Konsep bela negara dapat diuraikan yaitu
secara fisik maupun non-fisik. Secara fisik yaitu dengan cara "memanggul senjata"
menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk
menghadapi ancaman dari luar. Sedangkan bela negara secara non-fisik dapat
didefinisikan sebagai "segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan republik
7
indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan
kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara".
Bela negara secara fisik
Keterlibatan warga negara sipil dalam upaya pertahanan negara merupakan hak dan
kewajiban konstitusional setiap warga negara republik indonesia. Tapi, seperti diatur
dalam uu no 3 tahun 2002 dan sesuai dengan doktrin sistem pertahanan semesta, maka
pelaksanaannya dilakukan oleh rakyat terlatih (ratih) yang terdiri dari berbagai unsur
misalnya resimen mahasiswa, perlawanan rakyat, pertahanan sipil, mitra babinsa, okp
yang telah mengikuti pendidikan dasar militer dan lainnya. Rakyat terlatih mempunyai
empat fungsi yaitu ketertiban umum, perlindungan masyarakat, keamanan rakyat dan
perlawanan rakyat. tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa
damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur
rakyat terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani keamanan dan ketertiban
masyarakat, sementara fungsi perlawanan rakyat dilakukan dalam keadaan darurat
perang di mana rakyat terlatih merupakan unsure bantuan tempur bagi pasukan reguler
tni dan terlibat langsung di medan perang.
Apabila keadaan ekonomi nasional telah pulih dan keuangan negara memungkinkan,
Maka dapat pula dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan wajib militer bagi
warga negara yang memenuhi syarat seperti yang dilakukan di banyak negara maju di
barat. Mereka yang telah mengikuti pendidikan dasar militer akan dijadikan cadangan
tentara nasional Indonesia selama waktu tertentu, dengan masa dinas misalnya sebulan
dalam setahun untuk mengikuti latihan atau kursus-kursus penyegaran. Dalam keadaan
darurat perang, mereka dapat dimobilisasi dalam waktu singkat untuk tugas-tugas tempur
maupun tugas-tugas teritorial. Rekrutmen dilakukan secara selektif, teratur dan
berkesinambungan. penempatan tugas dapat disesuaikan dengan latar belakang
pendidikan atau profesi mereka dalam kehidupan sipil misalnya dokter ditempatkan di
rumah sakit tentara, pengacara di dinas hukum, akuntan di bagian keuangan, penerbang
di skwadron angkutan, dan sebagainya. Gagasan ini bukanlah dimaksudkan sebagai
upaya militerisasi masyarakat sipil, tapi memperkenalkan "dwi-fungsi sipil". Maksudnya
sebagai upaya sosialisasi "konsep bela negara" di mana tugas pertahanan keamanan
negara bukanlah semata-mata tanggung jawab tni, tapi adalah hak dan kewajiban seluruh
warga negara republik indonesia.
8
Bela negara secara non-fisik
Di masa transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan reformasi saat ini, justru
kesadaran bela negara ini perlu ditanamkan guna menangkal berbagai potensi ancaman,
Gangguan, hambatan dan tantangan baik dari luar maupun dari dalam seperti yang telah
diuraikan di atas.
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, bela negara tidak selalu harus berarti
"memanggul bedil menghadapi musuh". Keterlibatan warga negara sipil dalam bela
negara secara non-fisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan
dalam segala situasi, misalnya dengan cara:
a. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti
demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak
b. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada
masyarakat
c. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan
retorika)
d. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan
menjunjung tinggi hak azasi manusia
e. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal
pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan
bangsa indonesia dengan lebih bertaqwa kepada allah swt melalui ibadah sesuai
agama/kepercayaan masing- masing.
Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam melakukan bela negara
secara non-fisik ini, maka berbagai potensi konflik yang pada gilirannya merupakan
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan bagi keamanan negara dan bangsa kiranya
akan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali. kegiatan bela negara secara
non-fisik sebagai upaya peningkatan ketahanan nasional juga sangat penting untuk
menangkal pengaruh budaya asing di era globalisasi abad ke 21 di mana arus informasi
(atau disinformasi) dan propaganda dari luar akan sulit dibendung akibat semakin
canggihnya teknologi komunikasi.
D. Wujud Bela Negara Oleh Mahasiswa
Mahasiswa adalah sosok intelektual yang menduduki posisi dan peran khusus dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan. Posisi dan peran khusus itu selain dimungkinkan oleh
kepemilikan pengetahuan yang luas juga oleh kepemilikinan nilai-nilai dasar yang
9
menjadi landasan jati diri intelektualnya. Pengetahuan dan nilai-nilai dasar itu hendaknya
menyata dalam setiap teladan hidup dan perjuangan mahasiswa. Seorang mahasiswa
mestinya memiliki pengetahuan yang luas untuk bisa mengkritisi pelbagai ketimpangan
yang terjadi dalam masyarakat. karena itu, minat baca yang tinggi dan kebiasaan untuk
melakukan refleksi kritis terhadap pelbagai fenomena yang muncul amatlah dianjurkan
dan mesti menjadi menu harian para mahasiswa. Adalah sebuah ironi besar bahkan
sebuah penyangkalan terhadap jati dirinya sendiri apabila mahasiswa asing dari buku-
buku yang memuat segudang ilmu pengetahuan dan asing dari realitas masyarakat
sekelilingnya. mahasiswa mestinya memiliki semangat untuk mencari dan memiliki ilmu
pengetahuan. namun, akumulasi pengetahuan yang diperoleh dalam bangku kuliah itu
pada mestinya selalu diaplikasikan dalam setiap konteks persoalan masyarakat. Kiprah
seorang mahasiswa tidak hanya terbatas dalam tembok-tembok kampus atau dalam
bangku kuliah tetapi senantiasa digemakan keluar terutama dalam menjawabi setiap
persoalan yang terjadi dalam masyarakat. mahasiswa mestinya mampu menangkap
pelbagai fenomena timpang yang terjadi di sekitarnya, untuk kemudian dikritisi dan
dicari alternatif solusi atasnya.
Pemanfaatan inteligensi yang tinggi seperti yang telah mendasari perjuangan
mahasiswa era pra-kemerdekaan, mestinya juga mendasari perjuangan mahasiswa saat
ini. Karena itu, kebiasaan-kebiasaan yang tidak menunjukkan pemanfaatan inteligensi
atau berada di luar ciri jati diri intelektualitasnya mestinya ditinggalkan. fenomena
absurditas intelektual, keterlibatan dalam praktik kekerasan dan pelanggaran ham, pesta
pora dan hedonisme, gaya hidup konsumtif, seks bebas, lemahnya minat membaca dan
berdiskusi, kurangnya minat belajar, serta rendahnya minat berorganisasi yang sekarang
ini menjadi ciri kehidupan para mahasiswa umumnya, mestinya ditinggalkan jauh-
jauh.selain pemanfaatan pengetahuan yang dimilikinya, mahasiswa juga mestinya selalu
berjuang menegakkan nilai-nilai universal kemanusiaan. Mahasiswa pada hakikatnya
memiliki kemampuan yang khas dan unik yang sulit ditemukan pada anggota masyarakat
kebanyakan.
Kekhasan itu justru terletak pada nilai-nilai dasar yang menjadi landasan jati diri
intelektualitasnya, dan nilai-nilai itu amat inheren dalam identitasnya sebagai seorang
mahasiswa. dunia mahasiswa adalah dunia akademik yang di dalamnya terkandung nilai-
nilai dasar seperti kebijaksanaan, keadilan, kebenaran, dan objektivitas. Yang diharapkan
dari mahasiswa adalah upaya perealisasian nilai-nilai dasar tersebut dalam setiap
kiprahnya dalam lembaga pendidikan dan terutama di tengah masyarakat. Perealisasian
10
nilai-nilai dasar itu selain melalui sikap dan teladan hidup hariannya, juga mesti
direalisasikan dalam setiap upaya memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan tersebut.
Perjuangan mahasiswa, dalam aksi demonstrasi misalnya, hendaknya bukan
dilandasi oleh sikap primordial-kedaerahan, atau demi keuntungan eksklusif orang atau
kelompok tertentu, melainkan demi menegakkan nilai-nilai universal kemanusiaan.
Hanya dengan ini mahasiswa mampu menghidupkan kembali rasa persatuan dan
kesatuan dalam masyarakat. Nilai-nilai universal kemanusiaan adalah nilai-nilai yang
senantiasa didambakan oleh setiap orang. nilai-nilai itu dapat mempersatukan dan
membangun solidaritas semua orang. Karena itu, memperjuangkan nilai-nilai seperti itu
akan mendorong rasa solidaritas dan persatuan dalam masyarakat. Mahasiswa dipanggil
untuk mewujudkan itu di tengah masyarakat.
Contohnya adalah pemanfaatan inteligensi sebagai modal dasar. kemerdekaan yang
telah diraih bangsa indonesia pertama-tama sebenarnya merupakan hasil pemanfaatan
inteligensi, dan bukan kemenangan senjata. Perjuangan merebut kemerdekaan melalui
perang fisik/senjata telah terbukti tidak membawa pembebasan bagi rakyat indonesia.
karena itu, mereka berusaha memikirkan alternatif lain agar bisa keluar dari situasi
penindasan pada masa itu. Munculnya pelbagai organisasi pemuda termasuk kongres
sumpah pemuda merupakan hasil nyata pemanfaatan inteligensi ini yang kemudian
membawakan hasil yang memuaskan. mahasiswa adalah kaum intelektual muda. Sebagai
kaum intelektual, mahasiswa selain bergulat dengan pelbagai ilmu pengetahuan, juga
bergulat dalam memperjuangkan nilai-nilai universal kemanusiaan seperti kebijaksanaan,
kebenaran, keadilan, dan objektivitas. dalam setiap perjuangannya, mahasiswa mesti
selalu berpegang teguh pada nilai-nilai di atas. Melalui kemampuan intelek yang
dimilikinya mahasiswa mengakomodasi harapan dan idealism masyarakat yang
kemudian terbentuk dalam ide-ide atau gagasannya. Ide dan gagasan itu merupakan
kontribusi paling bermakna dalam cita-cita pembaruan dalam konteks kebangsaan.
Perang adalah keadaan konflik antara dua pihak yang besar, seperti negara,
organisasi, dan kelompok sosial, yang dikarakterisasikan dengan adanya pemakaian
senjata mematikan. Gambaran umum tentang perang adalah kampanye militer antara dua
atau lebih pihak yang pertentangan mengenai kedaulatan, daerah kekuasaan, sumber
daya alam, agama, dan isu-isu lainnya. Lalu bagaimana wujud bela negara yang dapat
dilakukan mahasiswa ketika terjadi perang? Dalam menghadapi ancaman militer , sistem
pertahanan negara menempatkan tni sebagai komponen utama, dengan didukung oleh
komponen cadangan dan komponen pendukung. Komponen cadangan adalah sumber
11
daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna
memperbesar dan memperkuat kekuatan komponen utama. di sini resimen mahasiswa
adalah sumber yang paling siap untuk dimobilisasi memperkuat komponen utama.
Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kekuatn dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan. Di
komponen pendukung ini semua keluarga besar perguruan tinggi bahkan semua warga
negara dapat mengambil peran. Ditinjau dari hukum humaniter, komponen utama adalah
kombatan, komponen cadangan adalah kombatan setelah melalui mobilisasi , sedangkan
komponen pendukung adalah non kombatan.
Sistem pertahanan di manapun senantiasa padat teknologi. setiap negara senantiasa
berusaha mengungguli kemampuan pertahanan negara lain yang dianggap memiliki
potensi ancaman. Salah satu aspek yang ingin diungguli adalah teknologi
persenjataannya. Cara yang paling mudah untuk melakukannya adalah dengan membeli
persenjataan dari dari negara kawan. hal itu tentu akan menguras devisa yang jumlahnya
terbatas.
Saat ini pemerintah kita dalam memenuhi kebutuhan pertahanannya sebagian besar
masih membeli ini pemerintah kita dalam memenuhi kebutuhan pertahanannya sebagian
besar masih membeli, padahal devisa kita sangat terbatas. Bahkan hanya untuk
memeliharapun, sebagian masih menggantungkan pada luar negeri.
E. Nilai-Nilai Bela Negara
Nilai-nilai bela negara yang dikembangkan adalah Cinta Tanah air, yaitu mengenal,
memahami dan mencintai wilayah nasional, menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh
ruang wilayah Indonesia, melestarikan dan mencintai lingkungan hidup, memberikan
kontribusi pada kemajuan bangsa dan negara, menjaga nama baik bangsa dan negara
serta bangga sebagai bangsa indonesia dengan cara waspada dan siap membela tanah air
terhadap ancaman tantangan, hambatan dan gangguan yang membahayakan
kelangsungan hidup bangsa serta negara dari manapun dan siapapun.
Nilai yang kedua adalah Sadar akan berbangsa dan bernegara, yaitu dengan
membina kerukunan menjaga persatuan dan kesatuan dari lingkungan terkecil atau
keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja,
mencintai budaya bangsa dan produksi dalam negeri, mengakui, menghargai dan
menghormati bendera merah putih, lambang negara dan lagu kebangsaan indonesia raya,
menjalankan hak dan kewajiban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
12
dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi, keluarga dan
golongan.
Nilai ketiga adalah yakin kepada Pancasila sebagai ideologi negara, yaitu memahami
hakekat atau nilai dalam Pancasila, melaksanakan nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara serta yakin pada
kebenaran Pancasila sebagai ideologi negara.
Nilai keempat rela adalah berkorban untuk bangsa dan negara, yaitu bersedia
mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa dan negara, siap
mengorbankan jiwa dan raga demi membela bangsa dan negara dari berbagai ancaman,
berpastisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara, gemar
membantu sesama warga negarayg mengalami kesulitan dan yakin dan percaya bahwa
pengorbanan untuk bangsa dan negara tidak sia-sia.
Untuk nilai yang terakhir memiliki kemampuan awal bela negara secara psikis dan
fisik. Secara psikis, yaitu memiliki kecerdasan emosional, spiritual serta intelegensia,
senantiasa memelihara jiwa dan raganya serta memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja
keras dan tahan uji. Sedangkan secara fisik yaitu memiliki kondisi kesehatan,
ketrampilan jasmani untuk mendukung kemampuan awal bina secara psikis dengan cara
gemar berolahraga dan senantiasa menjaga kesehatan.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan nyata, yakni siskamling, menjaga
kebersihan, mencegah bahaya narkoba, mencegah perkelahian antar perorangan sampai
dengan antar kelompok, meningkatkan hasil pertanian sehingga dapat mencukupi
ketersediaan pangan daerah dan nasional, cinta produksi dalam negeri agar dapat
meningkatkan hasil eksport, melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak
bangsa yang berprestasi baik nasional maupun internasional.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesadaran akan bela negara bagi setiap warga negara Indonesia yang antara lain
diwujudkan melalui PPBN yang merupakan bagian dari sistem pendidikan
kewarganegaraan negara adalah merupakan tanggung jawab bersama atau secara
institusional (interdep) perlu disosialisasikan secara meluas dan konseptual dalam arti
perlu didukung lagi dengan seperangkat peraturan perundang-undangan lain seperti yang
diamanatkan dalam pasal 9 UU RI No. 3 seperti ketentuan tentang pendidikan
kewarganegaraan, pelatihan dasar militer wajib, maupun pengabdian sesuai dengan
profesi. Tidak kalah penting dan akan menjadi hal fundamental adalah aspek
kesejahteraan bagi masyarakat diberbagai lapisan bawah, sehingga ada keseimbangan
antara upaya menumbuh kembangkan kesadaran bela negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang seiring dengan aspek ketahanan nasional.
Dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman terhadap keutuhan wilayah NKRI tidak
sedikit dana yang harus dikeluarkan.
Upaya penggalangan/pembinaan masyarakat seperti di wilayah perbatasan negara
maupun di wilayah-wilayah yang rawan konflik sosial yang pada hakekatnya mempunyai
potensi ancaman keutuhan wilayah kedaulatan negara perlu mendapat perhatian/prioritas
penanganan utama bagaimanapun sulit dan berat beban negara/pemerintah yang harus
dipikul. Resiko akan kehilangan pulau-pulau lain di sepanjang perbatasan negara atau
wilayah yang bermasalah, mudah-mudahan bisa diantisipasi lebih baik dan lebih
profesional lagi.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945
2. Bela Negara Mu, Ditjen Pothan Dephan RI
3. http://belanegara.dephan.go.id/mars.htm
15