Upload
amiuzuki
View
280
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Berisi tentang pusarpedal batan dan instrumen .dikerjakan bersama kelompok
Citation preview
KUNJUNGAN PUSAT SARANA PENGENDALIAN
DAMPAK LINGKUNGAN (PUSARPEDAL) BATAN
Dosen Dr. Junne Meliawati
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Instrumen)
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Sutinah 1110016200008
Nia Nurmalasari 1110016200041
Idzni Desrifani 1110016200042
Eka Novi Astri Beti 1110016200043
Semester 7
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
ii
PRAKATA
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai harapan dengan
judul “Kunjungan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Pusarpedal) BATAN”.
Shalawat serta salam juga tak lupa tercurah kepada baginda Nabi besar kita, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang membawa kita semua dari zaman
Jahiliyah menuju zaman yang terang benderang akan cahaya-cahaya ilmu penuh berkah-Mu
ini. Semoga kita selalu berada dalam syafa’at-Nya. Amin ya robbal ‘alamiin.
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis
Instrumen pada semester 7 di FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini.
Penulis mengharapkan, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dalam memahami
tentang Fasilitas dan Instrumen yang terdapat pada Pusat Sarana Pengendalian Dampak
Lingkungan di Batan. Semoga dapat menjadi pengetahuan tentang laboratorium dan
instrumen yang ada sertakita menjadi lebih menjaga lingkungan dan dapat menumbuhkan
rasa cinta terhadap lingkungan.
Masih banyak cacat dan cela pada makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diperlukan demi perbaikan yang berarti.
Segala kekurangan yang ada pada makalah ini adalah milik penulis, dan segala
kelebihannya hanyalah milik Allah SWT. Penulis hanya dapat berikhtiar, berdo’a, ikhlas,
dan mempasrahkan semuanya kepada Allah SWT. Mudah-mudahan segala bentuk partisipasi
dari berbagai pihak terkait dapat menjadi berkah. Semoga karya sederhana ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya, serta dapat
memberikan kontribusi dan motivasi pada masyarakat tentang masalah dan lingkungan
disekitar kita. Amin.
Jakarta, Desember 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................... i
PRAKATA .......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
FASILITAS DAN PERALATAN PUSARPEDAL ........................................................... 3
PENUTUP........................................................................................................................... 25
1
PENDAHULUAN
Masalah lingkungan hidup yang disebabkan oleh berbagai macam pencemaran dari
tahun ke tahun semakin kompleks dan cenderung meningkat. Kondisi tersebut tidak hanya
menyebabkan menurunnya fungsi dan kualitas lingkungan tetapi juga memberikan dampak
yang serius pada kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Melalui hibah dari pemerintahan Jepang, pada 12 Agustus 1993 Pusat Pengendalian
Dampak Lingkungan (PUSARPEDAL) didirikan sebagai Referensi Laboratorium
Lingkungan. Pusarpedal kompetensi sebagai laboratorium lingkungan telah terbukti ketika
telah menerima sertifikat akreditasi laboratorium pengujian oleh Komite Akreditasi Nasional
(KAN) pada tanggal 7 Februari 2001. Yang diperkuat oleh kedua akreditasi KAN pada
tanggal 29 September 2005. Selain sebagai pemilik laboratorium dan pusat pemantauan
kualitas lingkungan, Pusarpedal juga telah dikembangkan untuk melakukan pelayanan
masyarakat atau profesional dan independen laboratorium lingkungan.
Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan, serta pelaksanaan kajian
kualitas lingkungan, pelaksanaan fungsi teknis laboratorium rujukan dan pelayanan pengujian
dan kalibrasi serta pengembangan laboratorium lingkungan.
Dalam melaksanakan tugasnya PUSARPEDAL menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan sera
pelaksanaan kajian kualitas lingkungan
2. Pelaksanaan pengelolaan laboratorium rujukan serta pengujian parameter kualitas
lingkungan dan kalibrasi peralatan laboratorium lingkungan
3. Pelaksanaan pengembangan dan evaluasi laboratorium lingkungan
4. Penyusunan program dan pelaksanaan administrasi Pusat.
Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan terdiri atas:
1. Bidang Program dan Administrasi Umum
2. Bidang Pemantauan dan Kajian Kualitas Lingkungan
3. Bidang Laboratorium Rujukan dan Pengujian
4. Bidang Pengembangan dan Evaluasi Laboratorium Lingkungan
Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan memiliki Visi dan Misi serta tujuan
strategis sebagai berikut:
2
1. Visi
Terwujudnya Kementerian Lingkungan Hidup yang handal dan aktif serta
berperan dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan menekankan
pada ekonomi hijau.
2. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk 4
(empat) misi sesuai dengan peran-peran PUSARPEDAL adalah sebagai berikut:
a. Menyusun kebijakan teknis sarana pengendalian dampak lingkungan
b. Melakukan koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan
c. Melakukan pengembangan laboratorium lingkungan
d. Melakukan fungsi teknis laboratorium rujukan, kajian kualitas lingkungan
serta layanan jasa teknis pengujian dan kalibrasi.
3. Tujuan Strategis PUSARPEDAL adalah:
a. Mengkoordinasi dan melaksanakan pemantauan kualitas lingkungan
b. Melaksanakan bimbingan teknis dan monev sarana pengendalian dampak
lingkungan
c. Melaksanakan pengelolaan laboratorium lingkungan rujukan dan
melaksanakan kajian kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup
d. Melaksanakan pelayanan perkantoran PUSARPEDAL
PUSARPEDAL memiliki Laboratorium Uji Kualitas Udara, Laboratorium Air dan
Limbah Cair, Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Tanah dan Limbah Padat,
Laboratorium Kebisingan dan Getaran, Laboratorium Kalibrasi, Laboratorium LD50,
Perpustakaan, Pengolahan Data dan Informasi, Auditorium, Kapasitas 300 orang, Ruang
Rapat, Kantin, dan lain-lain.
Peralatan yang dimililiki Pusarpedal antara lain, GC-MS, AAS, X-Ray Fluoresence
Spectrophotometer, HPLC, IR-FTIR, TOC, Mercury Analyzer, Flach Point Tester, TCLP,
Ion Chromatograph, Emisi Gas Analyzer, MCC (Main Center Calibration), Center AQMS,
High Resolution Gas Chromatography-Mass Spectrophotometry, dan lain-lain.
3
FASILITAS DAN PERALATAN PUSARPEDAL
A. Laboratorium Udara
Laboratorium Udara Pusarpedal mempunyai kemampuan untuk melakukan
sampling dan pengujian parameter-parameter udara sesuai dengan metode Standar
Nasional Indonesia (SNI). Pengujian-pengujian tersebut adalah:
1. Udara emisi bergerak (parameter yang diuji: O2, HC, CO, CO2 )
2. Udara emisi tidak bergerak (parameter yang diuji: Debu (isokinetik), SO2,
Sox, NO2, TRS, H2S, HCl, HF, Cl2, ClO2, NH3, CO, O2, CO2, HC, Hg, As,
Sb, Cd, Zn, Pb, Cr, Tl)
3. Udara Ambien (parameter yang diuji: TSP, Pb, SO2, NO2, O3, CO, PM
2,5, PM 10, Dustfall)
4. Kebauan ( parameter yang diuji: NH3 dan H2S )
5. Udara Ambien (Metode pasif, parameter yang diuji: SO2 dan NO2 )
6. Deposisi Basah (parameter yang diuji: pH, Conductivity, NH4+, NO3
-,
SO42-
, Cl-, Na
+, Ca
2+, K
+, Mg
2+ )
7. Deposisi Kering (parameter yang diuji: NH3, SO2, HCl, HNO3, NH4+,
NO3-, SO4
2-, Cl
-, Na
+, Ca
2+, K
+, Mg
2+ )
Dalam laboratorium udara pusarpedal ini, terdapat pemantauan kualitas udara
ambien melalui Air Quality Management System (AQMS). AQMS merupakan
jaringan pemantauan kualitas udara ambien kontinyu yang diperlukan dalam upaya
pengendalian pencemaran udara di Indonesia. Salah satu untuk mengindikasi kondisi
kualitas udara ambient secara kontinyu yaitu dengan menggunakan Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU). ISPU adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang
menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang
didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk
hidup lainnya. Parameter yang digunakan untuk menghitung ISPU adalah seperti yang
termuat didalam: Kep-45/MENLH/10/1997 dan Kep-107/KABAPEDAL/11/1997
yaitu Partikulat Matter ukuruan 10 mikron (PM 10), Karbon Monoksida (CO), Sulfur
Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Ozon (O3).
Selain pemantauan ambien, terdapat pula pemantauan mengenai kualitas hujan
asam. Hujan asam diakibatkan karena pengaruh pencemaran oksida-oksida sulfur dan
oksida-oksida nitrogen yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dari ketel di
industri pembangkit tenaga listrik, dan gas buang kendaraan bermotor yang
4
dipancarkan ke udara atau yang dibawa angin ke atmosfer. Gas-gas tersebut bereaksi
dengan uap air, oksigen, atau partikel debu dan dengan bantuan sinar matahari akan
mempercepat reaksi terbentuknya asam sulfat dan asam nitrat. Jika asam-asam yang
terbentuk di udara tersebut terkena air hujan, salju es ataupun kabut yang jatuh ke
bumi. Berdasarkan hal tersebut hujan asam terjadi dalam dua proses yaitu :
1. Desposisi basah
Desposisi basah merupakan proses hujan asam yang terjadi karena
bercampurnya asam sulfit, asam sulfat, asam nitrit, asam nitrat dengan uap
air di udara menyatu ke dalam awan dan jatuh ke tanah dalam bentuk
hujan, salju, dan kabut. Desposisi basah juga dapat terjadi karena hujan
turun melalui udara yang mengandung asam, sehingga asam itu terlarut ke
dalam air hujan dan turun ke bumi. Desposisi basah dapat terjadi di daerah
yang sangat jauh dari sumber emisi. Hujan asam terjadi bila pH air hujan
lebuh rendah dari 5,6 yang akan mempengaruhi makhluk hidup maupun
benda-benda lain. Sedangkan hujan normal adalah yang tidak tercemar,
dengan pH air hujan 5,6 dan sedikit bersifat asam. Hal ini terjadi karena
terlarutnya asam karbonat (H2CO3) yang terbentuk dari gas CO2 di dalam
air hujan. Asam karbonat tersebut bersifat asam lemah, sehingga tidak
merendahkan pH air hujan. Jika air hujan terkontaminasi oleh asam kuat,
maka pH air hujan akan turun di bawah 5,6. Desposisi asam yang
dihasilkan menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius terhadap
ekosistem air dan tanah, bangunan-bangunan bersejarah serta gedung.
2. Deposisi kering
Deposisi kering, terjadi pada waktu cuaca berawan dan tidak hujan.
Nitrogen oksida dan sulfur oksida masuk ke atmosfer melalui angin dan
terdesposisi pada pohon-pohon, gedung-gedung dan bahkan dalam sistem
pernafasan manusia. Deposisi kering ini mengacu pada proses jatuhnya
asam ke bumi melalui gas dan debu atau partikel, dimana hampir setengah
dari deposisi asam terjadi secara kering.
5
Gambar. Pengukur kadar knalpot Gambar. Pengukur kadar udara
B. Laboratoirum Toksikologi
Laboratorium Toksikologi Pusarpedal merupakan Laboratorium yang
menerima pengujian pada hewan yang dilakukan secara biologi. Pengujian toksisitas
yang dilakukan di Laboratorium Toksikologi Pusarpedal meliputi pengujian toksisitas
akut Lethal Dose 50 (LD50) dan Lethal Concentration 50 (LC50). Uji LD50 biasanya
dilakukan pada mencit atau tikus sedangkan uji LC50 dengan menggunakan hewan
uji perairan, misalnya Daphnia sp. untuk air tawar dan Peneaid sp. untuk air
payau/laut. Metode yang digunakan untuk pengujian toksisitas akut di Laboratorium
Toksikologi Pusarpedal adalah metode yang terstandarisasi secara internasional,
diantaranya dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
425 untuk pengujian LD50, dan United States Environmental Protection Agency (US
EPA) 821-R-02-013 untuk pengujian LC50.
Pada Laboratorium Toksikologi Pusarpedal memiliki tujuan akhir dari
pengujian setelah dilakukannya pengujian secara fisika dan kimia terhadap limbah
yang berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup yang diujikan kepada makhluk
hidup. Bahaya yang biasa terjadi ditandai dengan adanya kematian. Hal ini dapat
diketahui dari akumulatif keseluruhan pengujian. Lalu hasil akhir dari pengujian ini
adalah berupa organ. Organ yang diambil misalnya ginjal dan hati.
6
Gambar. Contoh organ mencit yang diambil, yaitu pada bagian ginjal dan hati.
Pengujian limbah yang dilakukan biasanya dimasukkan kedalam tubuh
makhluk hidup (mencit) melalui oral (mulut). Ada juga yang pengujiannya lewat
intravena (peredaran darah) atau intramuskular (otot). Hal ini bergantung dari limbah
yang diuji. Pengujian yang dilakukan melalui oral biasanya disebabkan karena limbah
yang masuk kedalam tubuh manusia secara tidak sengaja termakan. Sedangkan
pengujian yang melalui peredaran darah dan otot diakibatkan limbah yang biasa
terjadi melalui paparan kulit, misalnya limbah tersebut masuk dan dialami oleh para
pekerja disekitar pabrik. Semua sampel yang akan digunakan sebagai pengujian
terlebih dahulu telah dilakukan perawatan atau penjagaan terhadap kondisi
lingkungannya. Agar tidak terjadi bias pada penelitian. Sehingga dapat diketahui
kelainan pada sampel tersebut disebabkan oleh limbah atau oleh kondisi sampel
sendiri.
Biasanya dilakukan pengujian secara klinis. Seperti pengujian motorik dan
saraf. Pengamatan dilakukan selama 14 minggu. Setelah limbah dimasukkan
pengamatan dapat mulai dilakukan pengamatan secara fisik. Seperti jika pada mencit,
hewan mengalami meriang, mengeluarkan air liur, atau mengalami pergerakan yang
tidak normal. Hal ini dapat dikatakan bahwa hewan tersebut mengalami gangguan
syaraf. Sedangkan gangguan otot dapat diketahui dari pergerakan mencit yang tidak
bisa melompat. Parameter yang digunakan untuk pengujian pada limbah ada 30
parameter atau lebih. Sedangkan jika pengujian untuk obat ada 50 parameter atau
lebih dan pengujian biasanya berlangsung lebih lama. Karena ada pengujian lebih
lanjut. Pengujian pada sub akut, akut, dan kronis. Misal pada akut menyebabkan
7
kematian, sub akut menyebabkan hampir kematian. Sedangkan sub kronis
menyebabkan gangguan pada internal organ. Pengamatan di lakukan selama 3-9
bulan. Hal yang diamati melalui berat, perubahan, histologi, dan patologi. Juga dilihat
kemungkinan sifatnya generatif, tumor atau kanker.
Kasus yang diterima oleh Laboratorium Toksikologi Pusarpedal hanya untuk
paparan daya singkat atau uji pendugaan awal. Serta beberapa kasus umum yang
terjadi secara massal di masyarakat. Contohnya jika ada kejadian massal akibat
merembesnya limbah pada pabrik ke masyarakat sekitar. Pengujian terlebih dahulu
dilakukan secara fisika, kimia, dan mikro. Setelah itu diketahui kandungannya baru
untuk keberlamaan dilakukan pengujian di toksik yang mampu dilihat efek, gejala,
dan prediksinya saat 2-3 tahun kemudian. Kemudian dibandingkan terhadap kejadian
di lingkungan.
Fasilitas yang ada di Laboratorium Toksikologi Pusarpedal diantaranya adalah
ruang pengujian yang terpisah untuk pengujian LD50 dan LC50, sarana kulturisasi
Daphnia, dan peralatan pembuatan preparat untuk uji histopatologi.
C. Laboratorium Tanah dan Limbah Padat (B3)
Laboratorium tanah dan limbah padat dapat melakukan pengujian karakteristik
limbah B3 seperti uji korosif, mudah menyala, Toxicity Characyeristic Leached
Procedure (TCLP) di dalam contoh uji cair dan padat. Selain pengujian karakteristik
limbah B3 juga mampu menganalisa parameter-parameter lain, seperti pengujian
konsentrasi total logam berat, Pestisida organoklorin dan Polychlorinated Biphenyls
(PCBs).
1. Logam
Pengujian konsentrasi total logam berat adalah untuk mengukur jumlah
logam yang terkandung di dalam tanah. Sedangkan Toxicity
Characyeristic Leached Procedure (TCLP) adalah untuk mengukur
jumlah logam yang terdistribusi di lingkungan.
Sampel yang terdapat pada laboratorium tanah dan limbah padat berupa:
a. Tanah
b. Limbah padat
c. Sedimen
8
d. Sludge
Instrumen yang digunakan dalam pengukuran logam pada laboratorium
tanah dan limbah padat yaitu,
a. AAS flame, untuk mengidentifikasi logan dalam skala ppm
b. AAS furnes, untuk mengidentifikasi logam dalam skala ppb
c. Mercury analyzer, untuk mengidentifikasi logam Hg
Persiapan sampel:
Sampel diawetkan menggunakan HNO3 pekat (65%). Untuk sampel total
logam, preparasi sampel yaitu sampel langsung diawetkan. Sedangkan
untuk sampel TCLP, preparasi sampelnya disaring dahulu baru diawetkan.
Alat yang digunakan untuk preparasi sampel adalah Agigator yang
berfungsi untuk agitasi, lamanya 18 jam. Sampel dan ekstrak disaring
kemudian didestruksi, lalu diukur.
2. Organik
a. Sampel yang diukur adalah POPs (Persistant Organic Pollutant).
b. Preparasi alat dilakukan di lemari asam.
c. Jumlah standar yang digunakan sangat sedikit, sehingga perlu
menggunakan syringe (skala microliter).
d. Menghindari/mengurangi penggunaan kertas dan tissue digunakan
kertas saring.
e. Alat-alat lain yang digunakan untuk preparasi sampel:
1) Oven: untuk pemanasan alat (panas max 50o C)
2) Sentrifuge
3) Furness: untuk mengaktifasi
4) Homogenizer
f. Perawatan alat-alat gelas menggunakan hexane atau acetone untuk
organik dan HNO3 10% untuk logam.
9
g. Setelah preparasi sampel selesai, sampel dibawa ke ruang instrumen
AAS untuk diukur keberadaan logamnya. Sampel yang akan
diidentifikasi menggunakan AAS wujudnya cair.
h. Sumber nyala AAS flame adalah asetilen. Sedangkan AAS furnes
sumbernya argon.
i. Sumber cahaya AAS menggunakan lampu katoda, lampu katoda ini
berbeda-beda tergantung logam yang akan diidentifikasi.
j. AAS langsung terhubung ke komputer untuk pembacaan hasil analisis.
k. Untuk Quality Control (QC) ditambahkan SRM ke dalam sampel
untuk memeriksa apakah kurva yang dihasilkan baik atau tidak.
D. Laboratorium Air dan Limbah Cair
Laboratorium Air Pusarpedal KLH mempunyai kemampuan untuk melakukan
pengambilan contoh uji air di lingkungan dan pengujian parameter-parameter
lingkungan yang tercantum dalam Baku Mutu Limbah Cair dan Kriteria Mutu Air,
sesuai dengan metoda Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar internasional
seperti Standard Methods, US EPA, dan JIS. Pengujian parameter lingkungan tersebut
adalah logam berat (Pb, Cd, Cu, Zn, Mn, Co, Ni, Hg, Ag, Cr, Cr6+
, Se, As, Fe, Mg,
Ca, Na, K, Sb); non logam (pH, DHL, TDS, Salinitas, Clorin bebas, TSS, TS, Minyak
Lemak, Nitrat, Nitrit, Amoniak, Amoniak bebas, Asiditas, Alkalinitas, Sulfat, Total
Organic Carbon, BOD, COD, Oksigen Terlarut, Sianida, Ortho posphat, Total Pospat,
Total Nitrogen, Sulfida, Kesadahan, Fenol, Bahan Organik, Fluorida, Deterjen, dan
Klorida). Laboratorium Air Pusarpedal dilengkapi dengan peralatan seperti pH meter,
DHLmeter, Turbidimeter, Spektrofotometer UV-VIS, Spektrofotometer Serapan
Atom (Flame dan Graphite Furnace), TOC, ICP-MS dan Mercury Analyzer.
1. pH METER
Sejarah pengukuran pH suatu larutan dengan menggunakan pH meter
sistem elektrik dimulai pada tahun 1906 ketika Max Cremer dalam sebuah
penelitiannya menemukan adanya interaksi dari aktivitas ion hidrogen
yang dihubungkan dengan suatu sel akan menghasilkan tegangan listrik.
Dia menggunakan gelembung kaca yang tipis yang diisi dengan suatu
larutan dan dimasukan kedalam larutan yang lain dan ternyata
10
menghasilkan tegangan listrik. Gagasan ini kemudian dikembangkan oleh
Firtz Haber dan Zygmunt Klemsiewcz yang menemukan bahwa tegangan
yang dihasilkan oleh gelembung kaca tersebut merupakan suatu fungsi
logaritmis. pH meter untuk penggunaan komersial pertama kali diproduksi
oleh Radiometer pada tahun 1936 di Denmark dan Arnold Orville
Beckman dari Amerika Serikat. Penemuan tersebut dilakukan ketika
Beckman menjadi asisten professor kimia di California Institute of
Technology, dia mengatakan untuk mendapatkan metoda yang cepat dan
akurat untuk pengukuran asam dari jus lemon yang diproduksi oleh
California Fruit Growers Exchange (Sunkist). Hasil penemuannya tersebut
membawa dia untuk mendirikan Beckman Instruments Company
(sekarang Beckman Coulter).
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada
potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam
elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan
yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini
dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan
ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda gelas
tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau
diistilahkan dengan potential of hidrogen. Untuk melengkapi sirkuit
elektrik dibutuhkan suatu elektroda pembanding. Sebagai catatan, alat
tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan.
pH meter akan mengukur potensial listrik (pada gambar alirannya
searah jarum jam) antara merkuri Cloride (HgCl) pada elektroda
pembanding dan potassium chloride (KCl) yang merupakan larutan
didalam gelas elekroda serta potensial antara larutan dan elektroda perak.
Tetapi potensial antara sampel yang tidak diketahui dengan elektroda gelas
dapat berubah tergantung sampelnya, oleh karena itu perlu dilakukan
kalibrasi dengan menggunakan larutan yang equivalen yang lainnya untuk
menetapkan nilai dari pH.
Elektroda pembanding calomel terdiri dari tabung gelas yang berisi
potassium chloride (KCl) yang merupakan elektrolit yang mana terjadi
kontak dengan mercury chloride (HgCl) diujung larutan KCl. Tabung
11
gelas ini mudah pecah sehingga untuk menghubungkannya digunakan
keramik berpori atau bahan sejenisnya. Elektroda semacam ini tidak
mudah terkontaminasi oleh logam dan unsur natrium.
Elektroda gelas terdiri dari tabung kaca yang kokoh yang tersambung
dengan gelembung kaca tipis yang. Didalamnya terdapat larutan KCl
sebagai buffer pH 7. Elektroda perak yang ujungnya merupakan perak
klorida (AgCl2) dihubungkan kedalam larutan tersebut. Untuk
meminimalisir pengaruh elektrik yang tidak diinginkan, alat tersebut
dilindungi oleh suatu lapisan kertas pelindung yang biasanya terdapat
dibagian dalam elektroda gelas.
Pada kebanyakan pH meter modern sudah dilengkapi dengan
thermistor temperature yaitu suatu alat untuk mengkoreksi pengaruh
temperatur. Antara elektroda pembanding dengan elektroda gelas sudah
disusun dalam satu kesatuan.
2. DHL METER
DHL (Daya Hantar Listrik/Electrical Conductivity) meter ini
menggunakan metoda Electrical Conductivity dalam pengukurannya.
Prinsip kerja Electrical Conductivity adalah dua buah probe dihubungkan
ke larutan yang akan diukur, kemudian dengan rangkaian pemprosesan
sinyal diharapkan bisa mengeluarkan output yang menunjukkan besar
konduktifitas larutan tersebut, yang jika dikalikan dengan faktor konversi
maka akan kita dapatkan nilai kualitas air tersebut dalam TDS atau PPM.
Cara Kerja Analisa DHL
a. Persiapan Analisa
1) Lakukan kalibrasi alat DHL-Meter dengan larutan KCl atau
sesuai instruksi kerja alat DHL Meter.
2) Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan
contoh uji sampai suhu kamar
b. Analisa Contoh Uji Air
1) Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda
dengan aquades
12
2) Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.
3) Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai DHL meter
menunjukkan pembacaan yang tetap.
4) Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari
DHL meter
3. Turbidimeter
Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji
kekeruhan, yang biasanya dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan
misalnya air. Salah satu parameter mutu yang sangat vital adalah
kekeruhan yang kadang-kadang diabaikan karena dianggap sudah cukup
dilihat saja atau alat ujinya yang tidak ada padahal hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap mutu. Oleh sebab itu untuk mengendalikan mutu
dilakukan uji kekeruhan dengan alat turbidimeter.
Ada beberapa cara praktis memeriksa kualitas air, yang paling
langsung karena beberapa ukuran redaman (yaitu, pengurangan kekuatan)
cahaya saat melewati kolom sampel air. Kekeruhan diukur dengan cara ini
menggunakan alat yang disebut nephelometer dengan setup detektor ke
sisi sinar. Satuan kekeruhan dari nephelometer dikalibrasi disebut
Nephelometric Turbidity Unit (NTU). Kekeruhan di danau, waduk,
saluran, dan laut dapat diukur dengan menggunakan Secchi disk.
Kekeruhan di udara, yang menyebabkan redaman matahari, digunakan
sebagai ukuran polusi. Untuk model redaman dari radiasi balok, beberapa
parameter kekeruhan telah diperkenalkan, termasuk faktor kekeruhan
Linke (TL). Kekeruhan (atau kabut) juga diterapkan untuk padatan
transparan seperti kaca atau plastik. Dalam kabut produksi plastik
didefinisikan sebagai persentase cahaya yang dibelokkan lebih dari 2,5°
dari arah cahaya masuk.
Turbidimeter yaitu sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat
dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap
cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi
adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.
Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas
13
berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas
tergantung juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall
sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding
terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya.
Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga
golongan, yaitu:
a. Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan
terhadap intensitas cahaya yang datang.
b. Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai
tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh.
c. Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall
meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung.
Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan
standar.
E. Instrumen Spektrofotometer UV-VIS
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya
oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)
mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri
menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup
besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak
dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat
berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan
bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer.
Prinsip kerja spektrofotometer UV-VIS adalah Cahaya yang berasal dari
lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui
lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada
fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi
cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu
kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam
konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan
14
ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh
detektor. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui
cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi
zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam
sampel secara kuantitatif.
F. Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom
Prinsip dasar Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara radiasi
elektromagnetik dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom merupakan metode
yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini adalah teknik
yang paling umum dipakai untuk analisis unsur. Teknik-teknik ini didasarkan pada
emisi dan absorbansi dari uap atom. Komponen kunci pada metode spektrofotometri
Serapan Atom adalah sistem (alat) yang dipakai untuk menghasilkan uap atom dalam
sampel.
Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan
larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom
bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari
lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan.
Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang
tertentu menurut jenis logamnya.
1. TOC
Total Organic Carbon (TOC) adalah jumlah carbon yang
menempel/terkandung didalam senyawa organik dan digunakan sebagai
salah satu indikator kwalitas air (air bersih maupun air limbah).
Sebenarnya, carbon yang terkandung pada media terdiri dari dua jenis,
yaitu Organic Carbon (OC) dan Inorganic Carbon (IC). Sistem
pengukuran carbon yang ada hingga saat ini adalah dengan cara merubah
carbon menjadi CO2, baru kemudian mengukur kadar CO2
tersebut sebagai representasi dari kadar carbon yang ada. Yang diukur
sebenarnya semua unsur carbon yang ada dalam sampel (total carbon/TC)
tanpa membedakan apakah itu OC atau IC.
15
Terdapat dua cara pengukuran TOC, yaitu pengukuran secara langsung
(direct measurement) dan pengukuran tidak langsung (indirect
measurement). Pada pengukuran langsung, mula-mula komponen IC
dihilangkan terlebih dahulu dengan cara memberi senyawa asam ke
sampel (acidification) kemudian gas hasil reaksi antara IC dan asam
dibuang ke udara. Selanjutnya sampel yang sudah bersih dari komponen
IC dioksidasi (Oxidation) untuk merubah Carbon menjadi CO2, lalu CO2
tersebut diukur sebagai NPOC (Non Purgeable Organic Carbon), yang
adalah TOC. Sedangkan pada pengukuran tidak langsung, yang diukur
adalah TC dan IC, kemudian mengurangkan IC dari TC untuk
mendapatkan TOC (TOC = TC-IC). Proses pengukuran tidak langsung
adalah, mula-mula sampel dibagi menjadi 2 bagian. Setengah bagian
pertama diberi senyawa asam, sehingga semua komponen IC bereaksi
dengan asam tersebut untuk membentuk CO2. Setengah bagian kedua
kemudian dioksidasi untuk merubah karbon menjadi CO2. CO2 hasil dari
kedua proses tersebut kemudian diukur untuk mendapatkan IC dan TC.
Secara umum, proses pengukuran TOC dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:
a. Acidification
Pada tahap ini, komponen IC dirubah kebentuk gas (CO2),
kemudian gas ini dialirkan ke detektor untuk diukur (pada metoda
tidak langsung) atau dibuang ke udara (pada metoda langsung).
b. Oxidation
Proses oksidasi carbon pada sampel menjadi CO2. Terdapat
beberapa tipe oksidasi, yaitu: 1) High Temperature Combustion; 2)
High temperature catalytic (HTCO) oxidation; 3) Photo-oxidation
alone; 4) Photo-chemical oxidation; 5) Thermo-chemical
oxidation; dan 6) Electrolytic Oxidation.
1) High Temperature Combustion: Sampel dibakar/dipanaskan
pada temperature 1,350oC. Pada kondisi ini, semua carbon yang
ada diubah menjadi CO2, dialirkan melalui Scrubber untuk
menghilangkan gas chlorine dan uap air, kemudian dialirkan ke
16
detektor untuk diukur (umumnya menggunakan NDIR
detektor).
2) HTCO: Sampel dimasukan kedalam katalis Platinum pada suhu
680oC, sehingga menghasilkan gas CO2, yang kemudian diukur
oleh detektor (umumnya NDIR).
3) Photo-Oxidation (UV Light): Sinar UV digunakan untuk
mengoksidasi karbon dalam sampel untuk menghasilkan CO2,
kemudian CO2 ini dialirkan ke detektor untuk diukur.
4) Photo-Chemical Oxidation: Sinar UV dan Chemical (senyawa
persulfate) digunakan untuk mengoksidasi karbon dalam
sampel untuk menghasilkan CO2, kemudian CO2 ini dialirkan
ke detektor untuk diukur.
5) Thermo-Chemical Oxidation: Metoda ini sering disebut juga
sebagai Heated Persulfate, menggunakan senyawa Persulfate
yang dipanaskan untuk mengoksidasi karbon sehingga
menghasilkan CO2.
6) Electrolytic Oxidation: Pada metoda ini, sampel dimasukan ke
elekrolit sehingga komponen karbon dalam sampel dirubah
menjadi gas CO2.
c. Detection
Ada 2 jenis detektor yang biasa digunakan, yaitu Conductivity dan
Non-Dispersive Infrared (NDIR).
1) Conductivity: Prinsip kerjanya adalah mengukur conductivity
sampel sebelum dan sesudah oksidasi, perbedaan kedua
pengukuran tersebut sebanding dengan TOC yang ada di
sampel. Bagaimana bisa? Penjelasannya adalah sebagai berikut:
selama proses oksidasi akan terbentuk CO2 yang sebanding
dengan TOC dalam sampel. Larutan CO2 akan membentuk
asam lemah sehingga mengubah conductivity sampel. Jadi
perbedaan conductivity tersebut sebanding dengan CO2 atau
TOC dalam sampel. Ada dua jenis Conductivity detector, yaitu
17
Direct conductivity dan Membrane conductivity. Direct
conductivity: lebih murah, sederhana, tidak menggunakan
carrier gasses, baik untuk range ppb, range pengukurannya
sempit. Sedangkan Membrane: lebih robust, range
pengukurannya lebih lebar.
2) NDIR: Tidak seperti pada Conductivity yang mengukur
perbedaan conductivity, pada NDIR, kandungan CO2 diukur
secara langsung. Detektor NDIR lebih presisi, range
pengukurannya juga lebih lebar.
2. ICP-IMS
Inductively Coupled Plasma (ICP) adalah sebuah teknik analisis yang
digunakan untuk deteksi dari trace metals dalam sampel lingkungan pada
umumnya. Prinsip utama ICP dalam penentuan elemen adalah
pengatomisasian elemen sehingga memancarkan cahaya panjang
gelombang tertentu yang kemudian dapat diukur. Teknologi dengan
metode ICP yang digunakan pertama kali pada awal tahun 1960 dengan
tujuan meningkatkan perkembangan teknik analisis. Sejak itu, ICP telah
disempurnakan dan digunakan bersama-sama dengan prosedur preparasi
sampel untuk beragam matriks untuk analisis kuantitatif. Berikut adalah
penjelasan komponen, fungsi, cara kerja hingga menghasilkan data dari
instrumentasi ICP dan aplikasinya dalam analisis sampel lingkungan.
Perangkat keras ICP OES yang utama adalah plasma, dengan bantuan
gas akan mengatomisasi elemen dari energy ground state ke eksitasi state
sambil memancarkan energy cahaya hv.
Proses ini terjadi oleh Plasma yang dilengkapi dengan tabung
konsentris yang disebut torch, paling sering dibuat dari silika. Torch ini
terletak di dalam water-cooled coil of a radio frequency (r.f.) generator.
Gas yang mengalir ke dalam Torch, r.f. diaktifkan dan gas di coil region
menghasilkan electrically conductive.
Pembentukan induksi plasma sangat bergantung pada kekuatan
magnetic field dan pola yang mengikuti aliran gas. Perawatan plasma
biasanya dengan inductive heating dari gas mengalir. Induksi dari
18
magnetic field yang yang menghasilkan frekuensi tinggi annular arus
listrik di dalam konduktor. Yang mengakibatkan pemanasan dari
konduktor akibat dari ohmic resistance.
Untuk mencegah kemungkinan short-circuiting serta meltdown,
plasma harus diisolasi dari lingkungan instrumen. Isolasi dapat dilakukan
dengan aliran gas-gas melalui sistem. Tiga aliran gas melalui sistem–outer
gas, intermediate gas, dan inner atau carrier gas. outer gas biasanya gas
Argon atau Nitrogen. Outer gas berfungsi untuk mempertahankan plasma,
menjaga posisi plasma, dan osilasi panas plasma dari luar torch. Argon
umumnya digunakan untuk intermediate gas dan inner atau carrier gas.
Fungsi carrier gas adalah untuk membawa sampel ke plasma.
ICP OES terdiri dari komponen berikut:
a. Sampel introduction system (nebulizer)
b. ICP torch
c. High frequency generator
d. Transfer optics and spectrometer
e. Computer interface
Gambar Instrumen AAS
19
G. Instrumen GC-MS
GC-MS merupakan sinonim dari Gas Chromatography-Mass Spectrometry
atau Kromatografi Gas Spektrometri Massa (KG-SM). GCMS merupakan kombinasi
dua teknik yang membentuk satu metode analisis campuran bahan kimia. Gas
Chromatography (GC) bertugas memisahkan komponen-komponen campuran,
kemudian Mass Spectrometry (MS) untuk mengidentifikasikan masing-masing secara
individu. Dengan penggabungan kedua teknik ini mampu menghasilkan analisa secara
kualitatif dan kuantitatif untuk mengevaluasi larutan yang mengandung sejumlah
bahan kimia.
1. Prinsip kerja GC-MS
Prinsip kerja GC-MS adalah dengan menginjeksikan sampel yang telah dalam
bentuk cairan ke injektor yang kemudian akan diuapkan. Sampel yang berbentuk
uap didorong oleh gas pembawa menuju kolom untuk dipisahkan. Setelah
terpisah, masing-masing komponen melalui kamar pengion akan ditembakkan
oleh elektron sehingga terjadi ionisasi. Fragmen-fragmen ion yang dihasilkan akan
ditangkap oleh detektor dan menghasilkan spektrum massa, kemungkinan masalah
yang ditimbulkan pada penggunaan GC-MS adalah ion molekul tidak nampak
atau sangat lemah dan atau ion molekul nampak namun cukup membingungkan
karena terdapat beberapa puncak yang sama atau menonjol. Hal ini dapat terjadi
jika senyawa yang dianalisis kurang murni atau terdapat pengotor yang
mengganggu analisis secara spektrometri massa.
2. Komponen Gas Chromatography-Mass Spectrometry
a. Gas Chromatography (GC)
Kromatografi digunakan secara umum untuk memisahkan campuran
bahan kimia menjadi komponen individu. Setelah terpisahkan, komponen
dapat dievaluasi secara individual. Pemisahan terjadi ketika campuran sampel
disuntikkan ke fase gerak.
Gas chromatography merupakan pemisahan senyawa yang mudah
menguap dengan cara mengalirkan arus gas melalui fase diam. Fase gerak
dalam gas chromatography berupa gas inert, yang biasa dipakai adalah gas
hidrogen, helium dan nitrogen. Senyawa yang akan dianalisis disiapkan dan
dikembangkan melalui kolom dengan bantuan gas sebagai fase gerak. Fase
gerak yang digunakan disebut carrier gas (gas pembawa).
20
Campuran senyawa dalam fase gerak akan berinteraksi dengan fase
diam. Setiap senyawa memiliki interaksi yang berbeda. Senyawa yang
berinteraksi lebih cepat akan keluar lebih dulu dari kolom dan yang paling
lambat akan keluar terakhir.
Pada kromatografi gas terdapat suatu pengatur tekanan yang digunakan
untuk menjaga tekanan yang masuk ke dalam kolom, sehingga diperoleh laju
aliran gas yang tetap. Pada suhu tertentu, laju aliran gas yang tetap akan
mengelusi komponen campuran pada waktu tertentu.
Analisis dengan gas chromatography memerlukan hasil analisis
dengan ketelitian tinggi perlu memperhatikan faktor suhu. Suhu yang perlu
diperhatikan adalah suhu tempat injeksi, suhu kolom, dan suhu detektor.
Ketiga suhu tersebut memiliki tugas yang berbeda dan peranan yang penting
yang akan mempengaruhi keberhasilan dalam pemisahan komponen. Untuk
tempat penginjeksian perlu suhu yang panas agar sampel cepat menguap.
Untuk suhu kolom juga harus tinggi agar analisis dapat berlangsung cepat.
Suhu detektor juga harus cukup tinggi agar mencegah pengembunan sampel
atau hasil samping yang terbentuk pada proses pengionan. Resolusi yang baik
dapat dicapai dengan menurunkan suhu kolom, namun akan mempengaruhi
waktu analisisnya.
1) Komponen gas chromatography
a) Gas pembawa
Gas pembawa yang digunakan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
(1) Lembam (inert), untuk mencegah reaksi dengan contoh atau
pelarut (fase gerak)
(2) Dapat meminimalkan difusi gas
(3) Mudah didapat
(4) Murni
(5) Cocok atau sesuai dengan detektor yang akan digunakan.
Kemurniaan gas pembawa yang sangat tinggi tiap detektor
memberikan tuntutan yang berbeda. Aliran gas pembawa harus tetap
selama operasional dan laju aliran gas sebelum masuk ke dalam
kolom bersama uap sampel diatur oleh sebuah pengatur tekanan yang
dilengkapi meter penunjuk kecepatan aliran gas pembawa.
21
b) Gerbang suntik
Sampel yang dianalisis dengan kromatografi gas merupakan
suatu larutan yang mudah diuapkan. Sampel dalam bentuk cair
diinjeksikan ke dalam gerbang suntik dengan perantara sebuah jarum
mikro. Volume larutan sampel yang disuntikkan bervariasi 0,01 µL
untuk kolom kapiler atau 1-20 µL untuk kolom terpaking.
Program temperatur pada gerbang suntik merupakan hal
terpenting yang harus diperhatikan. Umumnya temperatur diatur
sampai 50oC di atas titik didih komponen yang dianalisis.
Penyuntikkan diperlukan sedikit penekanan pada saat menembuskan
jarum suntik.
Proses penyuntikkan juga harus diperhatikan. Karena jika
terdapat udara dalam suntik mikro yang digunakan akan merusak
pendeteksian fragmen yang terbentuk. Selain itu, larutan yang
digunakan juga harus terbebas dari padatan. Sehingga mudah dalam
pendeteksian dan tidak merusak kolom maupun microsyringe.
c) Thermostat oven
Suhu kolom pada gas chromatography perlu dilakukan
pengaturan. Hal ini disebabkan karena pemisahan fisik komponen-
komponen terjadi di dalam kolom yang sangat dipengaruhi oleh
temperatur oven. Untuk mengatur suhu menggunakan thermostat
oven. Cara mengaturnya ada dua, yaitu dengan isothermal, suhu
diatur tetap selama analisis berlangsung dan dengan programmed
temperature, suhu diatur naik secara teratur selama rentang waktu
analisis.
Cara yang kedua memiliki keuntungan, antara lain resolusi
kromatogram bertambah baik, efisiensi kolom meningkat, dan
mempertajam analisis. Thermostat dalam sebuah kromatogram ada
tiga macam fungsinya, yaitu untuk mengatur suhu secara terpisah
pada gerbang suntik, pada oven dan pada detektor.
d) Kolom
Proses pemisahan komponen-komponen sampel terjadi di
dalam kolom. Keberhasilan dan kegagalan suatu pemisahan sebagian
22
besar tergantung pada kolom. Maka dari itu kolom merupakan bagian
terpenting dalam gas chromatography.
Ada dua jenis kolom yang ada, yaitu kolom kapiler dan kolom
kemas. Kolom kapiler adalah tabung terbuka bergaris tengah sangat
kecil yang pada dindingnya terdapat lapisan cairan tipis. Kolom
kemas terbuat dari bahan padat inert yang menyangga lapisan tipis
cairan tak menguap. Dalam penggunaannya, kolom kapiler lebih
sering dipilih karena kemampuan resolusinya sangat besar
dibandingkan dengan kolom kemas.
e) Detektor
Detektor pada kromatograf adalah suatu sensor elektronik yang
berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen
di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Intinya detektor termasuk
diferensial dalam arti respon yang keluar dari detektor memberikan
relasi yang linear dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang
terelusi. Ciri detektor yang dikehendaki adalah kepekaannya tinggi,
kelinearan tanggapannya lebar, tanggap terhadap semua jenis
senyawa, kuat, tidak peka terhadap perubahan aliran, suhu, dan
harganya murah.
f) Interface (Penghubung antar muka)
Interface adalah bagian yang menghubungkan antara
kromatografi gas dengan spektometer massa pada kondisi hampa
udara yang tinggi. Tujuan utama dari interface adalah menghilangkan
gas pembawa tanpa menghilangkan analit. Interface dikatakan ideal
jika mampu memindahkan analit secara kuantitatif, mengurangi
tekanan, dan laju alir ke suatu tingkat yang dapat ditangani oleh
spektrum massa.
b. Mass spectrometry
Mass spectrometry atau spektrometer massa adalah suatu instrumen
yang dapat menyeleksi molekul-melekul gas bermuatan berdasarkan massanya
atau beratnya. Spektrometer massa minimal terdiri dari tempat menginjeksikan
sampel, ruangan pengion, pengumpul ion, penguat sinyal, dan pencatat.
Sampel yang telah ditembakkan arus partikel berenergi tinggi
menghasilkan ion kelebihan energi yang bisa terpecah dan tidak bisa terpecah.
23
Ion positif menuju tabung analisator, partikel-partikel ini dibelokkan oleh
medan magnet sehingga lintasannya melengkung.
Dalam spektrometer massa hanya ion-ion positif yang terdeteksi dan
ditampilkan sebagai tabel atau grafik yang memuat puncak m/z
(massa/muatan) ion-ion yang intensitasnya tergantung pada kelimpahan relatif
ion tersebut. Sedangkan terpecahnya ion menjadi fragmen-fragmen tergantung
pada kerangka karbon dan gugus fungsional. Grafik yang dihasilkan disebut
spektrum massa.
c. Pengolah data
Spektrum massa yang dihasilkan oleh senyawa kimia tertentu pada
dasarnya adalah sama setiap kali. Maka dari itu spektrum massa pada dasarnya
adalah sidik jari bagi molekul. Sidik jari ini bisa digunakan untuk
mengidentifikasi suatu senyawa, komputer pada GC-MS dilengkapi dengan
library of spectra yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahan kimia
yang tidak dapat diketahui dalam campuran sampel. Library membandingkan
spektrum massa dari komponen sampel dengan spektrum massa dari library
dan dilengkapi dengan kemungkinan statistik (% kemiripan). Identifikasi
analiti dinyatakan dengan komputer menilai persen kemiripan keduanya di
atas 95%.
Library of spectra yang terdapat pada komputer dikenal sebagai
Standard Library Spectra. Standard Library Spectra berisi kumpulan data
analisis SRM (Standard Reference Material) yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk mengidentifikasikan spektrum sampel yang dihasilkan.
24
Gambar Instrumen GC-MS
25
PENUTUP
Lingkungan perlu dilestarikan supaya dapat diperoleh keadaan yang seimbang antara
manusia. Selain itu manusia juga harus menjaga keseimbangan bukan hanya antar makhluk
hidup, akan tetapi juga terhadap alam dan lingkungan sekitar. Agar tidak menimbulkan
dampak yang merugikan bagi makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu manusia harus terus
mendukung pelestarian dan memperhatikan keseimbangan alam. Dengan salah satunya terus
berinovasi dan melakukan pengendalian agar tidak ada dampak buruk yang terjadi pada
lingkungan yang bisa berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup.
Dengan pemberian dampak positif pada lingkungan. Makhluk hidup terutama
manusia akan memperoleh banyak manfaat dan sumber energi untuk kebutuhan hidup dan
pencegahan terhadap berbagai macam penyakit serta bencana alam yang mungkin terjadi.
Demikianlah makalah yang kami buat. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan
bagi kami penulis dan para pembaca sekalian. Kami selaku penulis mohon maaf apabila ada
kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Kritik dan saran kami harapkan
untuk meningkatkan kualitas makalah selanjutnya.
Sekian penutup dari kami dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.