Upload
alin-aliyah
View
743
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
EKONOMI PEMBANGUNAN II
PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
INDONESIA
Ekspektasi Pengaruh Redenominasi serta Dampak dan Strateginya bagi
Perekonomian Indonesia
Disusun Oleh:
1. Zahrina Husnul Karima (H14110034)
2. Deny Kusumaraya (H14110035)
3. Kartika Wulandari (H14110036)
4. Evillya Br Sembiring (H14110037)
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
ii
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah yang telah memberikan
rahmat, taufik dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan karya kami
yang berjudul “Ekspektasi Pengaruh Redenominasi serta Dampak dan Strateginya
bagi Perekonomian Indonesia” dengan lancar tanpa suatu halangan yang berarti.
Terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada Ibu Wiwiek selaku dosen Mata
Kuliah Ekonomi Pembangunan II, karena tanpa beliau, karya kami ini tidak akan
ada apa-apanya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya karya kami ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Harapan kami, karya kami ini dapat membantu memberikan informasi kepada
masyarakat secara umum secara umum tentang redenominasi sehingga minimal
dapat memperkecil kemungkinan kesalahan pendefinisian redenominasi sebagai
sanering. Selain itu, kami juga berharap, karya ini dapat memberikan manfaat
sebagai wacana bagi pembaca yang nantinya dapat terealisasikan sehingga dapat
membantu memajukan perekonomian Indonesia.
Seperti pepatah lama, tidak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari
bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki karya-karya kami
berikutnya.
Bogor, Maret 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
Daftar Gambar ........................................................................................................ iv
Daftar Tabel ............................................................................................................. v
PENDAHULUAN
Latar Belakang…….................................................................................................1
Tujuan......................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA
Redenominasi ≠ Sanering…….....................................................................................2
Tujuan Redenominasi...............................................................................................2
PEMBAHASAN
Kondisi Perekonomian Indonesia............................................................................4
Ekspektasi Dampak Redenominasi..........................................................................6
Negara dengan Redenominasi..................................................................................7
Strategi Implementasi.............................................................................................10
KESIMPULAN
Kesimpulan dan Saran............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
LAMPIRAN...........................................................................................................15
iv
Daftar Gambar
Gambar: 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2008-2012 .......................................... 4
Gambar: 3.2 Pergerakan Tingkat Inflasi Tahun 2008-2012..................................... 4
Gambar 3.3: Kurs Transaksi – USD dari tahun ke tahun ......................................... 5
Ilustrasi Redenominasi Mata Uang Rupiah............................................................ 13
v
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Daftar negara yang menerapkan kebijakan
redenominasi……………………………………………………………8
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Uang merupakan komponen signifikan penopang perekonomian. Perannya
sebagai alat tukar menukar membuat uang menjadi komponen signifikan yang
selalu digunakan dalam setiap aktivitas transaksi. Baik itu oleh negara
ataupun individu masyarakat.
Oleh karena hal itu, apabila terjadi kebijakan terhadap uang yang
mempengaruhi sistem dan pengiporasiannya, dampaknya akan dirasakan oleh
semua pihak dan lapisan masyarakat. Selain itu dapat mempengaruhi
stabilitas Negara secara domestik maupun global.
Hal ini lah yang menjadi dasar bagi kelompok 4A untuk mengangkat topic
terkait wacaa kebijakan redenominasi.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu redenominasi
b. Mengetahui mengapa kebijakan redenominasi diperlukan
c. Mengetahui ekspektasi dampak redenominasi terhadap perekonomian
Indonesia
d. Mengetahui negara-negara yang menerapkan kebijakan ini
e. Mengetahui strategi implementasi untuk penerapan kebijakan
redenominasi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Redenominasi ≠ Sanering
Redenominasi
Penyederhanaan nilai mata uang menjadi pecahan yang lebih kecil dengan
cara mengurangi digit angka nol tanpa mengurangi nilai uang tersebut.
Contoh: Rp1.000,00 = Rp1,00
Alasan yang mendasari:
Menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam
melakukan transaksi
Mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan negara regional
Masa transisi yang dibutuhkan untuk penerapan kebijakan ini adalah
ketika masyarakat siap secara matang agar tidak menimbulkan
guncangan-guncangan yang mempengaruhi stabilitas negara.
Sanering
Pemotongan nilai uang terhadap harga barang sehingga daya beli
masyarakat menurun.
Contoh: Rp1.000,00 → Rp1,00
Alasan yang mendasari:
Dilakukan apabila terjadi hiperinflasi. Dengan tujuan untuk engurangi
jumlah uang beredar akibat lonjakan harga.
Tidak ada masa transisi yang dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan
ini dandilakukan secara tiba-tiba
2.2 Tujuan Redenominasi
Tujuan redenominasi adalah sebagai efisiensi penghitungan dalam sistem
pembayaran. Sukses redenominasi hanya bisa dilakukan pada saat inflasi dan
ekspektasi inflasi stabil dan rendah.
Intinya adalah penyederhanaan akunting dan sistem pembayaran tanpa
menimbulkan dampak bagi ekonomi. Syarat keberhasilan redominisasi
lainnya adalah persepsi dan pemahaman masyarakat yang mendukung yang
didasarkan akan kebutuhan riil masyarakat.
Penerapan redenominasi itu butuh waktu transisi sedikitnya lima tahun dan
selama itu pedagang wajib mencantumkan label dalam dua jenis mata uang
yakni uang lama yang belum dipotong dan uang baru (yang nolnya telah
dipotong) sehingga tercipta kontrol publik.
Selain itu, untuk melakukan redenominasi nilai tukar juga dibutuhkan
penarikan uang yang beredar di masyarakat secara bertahap. Hal yang paling
sulit dilakukan dengan cepat dan mudah adalah sosialisai kepada seluruh
masyarakat Indonesia yang mencapai ratusan juta jiwa.
3
Ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi jika ingin melakukan kebijakan
redenominasi ini.Tiga persyaratan itu antara lain:
• 1.Kondisi ekonomi yang stabil
• 2. Inflasi yang terjaga
• 3. Adanya jaminan stabilitas harga
4
Dalam %
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Perekonomian Indonesia
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Gambar: 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2008-2012
Sumber: www.bi.go.id
Dari gambar di atas, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia memang
mengalami fase fluktuatif. Tetapi, baik pada kenaikan maupun penurunannya,
tidak memberikan perubahan drastis, yaitu masih pada interval 5-6%. Angka
ini merupakan angka target stabil Bank Indonesia untuk perekonomian
Indonesia yang artinya dari tahun 2008 hingga prakira tahun 2012,
perekonomian dalam keadaan stabil.
Tingkat Inflasi Indonesia
Gambar: 3.2 Pergerakan Tingkat Inflasi Tahun 2008-2012
Sumber: www.bi.go.id
Dalam %
5
Pada gambar 3.2 halaman sebelumnya menunjukkan tingkat inflasi Indonesia
selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2008, tingkat inflasi Indonesia sempat
mengalami kenaikan yang cukup signifikan hingga mencapai angka 12%.
Angka yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi stabilitas negara. Tetapi
kemudian mengalami peurunan yang cukup drastis hingga mencapai angka
2% di pertengahan tahun 2009. Berikutnya tingkat inflasi mengalami fase
fluktuatif dengan ritme naik yang berakhir di angka 7% di penghujung tahun
2010. Kemudian kembali mengalami penurunan yang sampai di angka 3%
pada awal tahun 2012, lalu konstan pada kisaran angka 4% selama tahun
2012.
Dapat disimpulkan dari tabel tersebut bahwa pada satu tahun terakhir, yakni
di tahun 2012, tingkat inflasi Indonesia sedang berada pada titik aman, yaitu
3-4%. Karena menurut Bank Indonesia sendiri, titik aman tingkat inflasi
Indonesia berada pada rentang 1-4,5%. Ini membuktikan bahwa stabilitas
Indonesia saat ini sedang terjaga. Didukung oleh fakta sebelumnya pada
pertumbuhan ekonomi yang pada kondisi stabil.
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
Gambar 3.3: Kurs Transaksi – USD dari tahun ke tahun
Pada gambar 3.3 di atas, terlihat gambaran umum nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika dari tahun ke tahun. Di tahun 2008, nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika mencapai angka 8.500-9.000. Hingga pada 2009
terdepresiasi yang mencapai angka 12.000-13.000. Fluktuatif di awal tahun
2009 hingga kembali terapresiasi mencapai angka 7.000-8.000 di tahun 2011.
Terdepresiasi pada tingkat aman di penghujung tahun 2012, yaitu pada
interval 8.000-9.000. Interval ini dapat dikatakan aman karena menurut Bank
6
Indonesia sendiri, interval aman nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
adalah 8.000-9.000.
3.2 Ekspektasi Dampak Redenominasi
Dampak positif
1) Redenominasi menyederhanakan pengolahan data di lembaga keuangan
termasuk pasar modal. Redenominasi memperkecil ukuran data yang
diolah tiap hari. Di pasar modal, ada miliaran transaksi keuangan yang
terjadi tiap hari. Kalau dihemat tiga digit, pengolahan data yang besar
bisa diperkecil.Dengan dipotong tiga nol di belakang, saham yang
tadinya Rp500 akan menjadi 50 sen, sementara Rp50 akan menjadi 5
sen.Dengan demikian, kalau dari sisi bursa saham, rencana redominasi
ini justru dapat memberikan keuntungan karena dapat membuat kinerja
transaksi maupun pencatatan data nantinya menjadi lebih efisien.
2) Meningkatkan produktivitas, misalnya seorang pegawai yang tugasnya
memasukan data (data entry) menggunakan MS Excel. Hilangnya tiga
nol disetiap pencatatan transaksi, akan menghemat waktu 1 detik untuk
setiap transaksi, dapat dihitung jika pegawai tersebut sehari menginput
500 transaksi, maka ada 500 detik waktu yang dihemat, itu sama saja
dengan 8,33 menit penghematan waktu perhari dan jika dikalikan 1 tahun
kerja (dengan asumsi hari kerja 300 hari), maka itu sama dengan
menghemat waktu 41,65 jam kerja atau sekitar 5 hari kerja. Ini hanya
untuk satu orang, bagaimana jika ada 1 juta orang indonesia yang
melakukan pencatatan transaksi tiap harinya? Berapa banyak
penghematan waktu yang terjadi?
3) Efisiensi sistem pembayaran akan tercapai dimana harga barang yang
tercantum menjadi lebih sederhana, proses pencatatan, penyimpanan,
pengelolaan, dan pelaporan data dalam laporan keuangan/statistik
menjadi lebih pendek, cepat serta dapat disajikan dalam angka penuh.
4) Dalam teknologi informasi, redenominasi akan mengurangi penyesuaian
software dan hardware tersebut dalam mengakomodir digit angka yang
semakin besar. Saat ini, kemampuan komputer hanya dapat
mengakomodir 15 digit angka saja. Padahal nilai APBN Indonesia telah
mencapai 16 digit.
7
5) Redenominasi juga dapat mengurangi hambatan dan kendala teknis
berupa kemungkinan kesalahan manusia dalam proses pembukuan
transaksi atau kegiatan statistik lainnya.
Dampak Negatif
1) Dari sisi moneter, redenominasi dapat memicu inflasi apabila terjadi efek
psikologi masyarakat yang terserang kepanikan dan perilaku moral
hazard yang memanfaatkan asymmetric information untuk spekulasi
menyimpan barang dan menaikkan harga. Hal ini terjadi apabila tidak
dilakukan sosialisi secara menyeluruh. Kepanikan masyarakat tersebut
akan mendorong masyarakat untuk tidak memegang Rupiah dan lebih
memilih untuk membelanjakan uang mereka menjadi aset. Dengan
demikian akan berlaku hukum supply-demand yang mendorong
terjadinya kenaikan harga aset-aset tersebut.
2) Selain itu kepanikan tersebut bisa mendorong masyarakat untuk lebih
memilih memegang mata uang asing yang lebih terpercaya. Keadaan ini
tentu akan membuat nilai rupiah terdepresiasi. Rupiah yang terdepresiasi
bermakna bahwa nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menjadi
lebih rendah dan mengindikasikan daya saing dalam negeri menurun
dibandingkan asing.
3) Terkait dengan poin pertama, inflasi juga terjadi dikarenakan adanya
pembulatan ke atas apabila tidak terdapat pecahan kecil untuk mata uang
baru. Dengan demikian pemberlakuan redenominasi perlu diikuti dengan
kewaspadaan tinggi terhadap timbulnya hyper-inflasi. Sosialisasi perlu
digencarkan dan operasi pasar perlu dilaksanakan untuk mencegah
adanya spekulan yang memanfaatkan kepanikan masyarakat.
3.3 Negara dengan Redenominasi
Tabel 3.1 Daftar negara yang menerapkan kebijakan redenominasi
No. Negara Digit yang
Diredenominasi
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Afghanistan
Turki
Zimbabwe
Ghana
Brazil
Argentina
3 angka nol
6 angka nol
3 angka nol
4 angka nol
18 angka nol
13 angka nol
Pada tahun 2002
Pada tahun 2005-2012
Pada tahun 2009
Melalui 6 kali operasi pada
1967, 1970, 1986, 1989, 1993
dan 1994.
Melalui 6 kali operasi pada
1967, 1970, 1986, 1989, 1993
dan 1994
Melalui 4 kali operasi pada
8
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Israel
Bolivia
Peru
Ukraina
Polandia
Meksiko
Rusia
Islandia
9 angka nol
9 angka nol
6 angka nol
5 angka nol
4 angka nol
3 angka nol
3 angka nol
2 angka nol
1970, 1983, 1985, 1992.
Melalui 4 kali operasi pada 1980
dan 1985.
Melalui 2 kali operasi tahun
1963 dan 1987
Melalui 2 kali operasi pada
tahun 1985 dan 1991
Dalam 1 kali operasi pada tahun
1996
Dalam 1 kali operasi pada tahun
1995
Dalam 1 kali operasi pada tahun
1993
Dalam 3 kali operasi pada tahun
1947, 1961 dan 1998
Dalam 1 kali operasi pada tahun
1981
Negara yang Sukses Me-Redenominasi Mata Uangnya
1. Turki
Turki melakukan redenominasi karena laju inflasi yang terus meninggi
sejak tahun 1970. Inflasi yang tinggi tersebut menyebabkan nilai
ekonomi di negara tersebut mencapai hitungan triliun, bahkan kuadriliun.
Turki meredenominasi mata uang secara bertahap dengan memperhatikan
stabilitas perekonomian dalam negerinya. Proses redenominasi mata
uang Lira menghabiskan waktu selama 7 tahun, dimulai tahun 2005.
Dalam redenominasi Lira, semua uang lama Turki (TL) dikonversi
menjadi Lira baru (YTL, Y dalam bahasa Turki berarti “Yeni” atau baru).
Redenominasi Turki, menetapkan penghapusan 6 digit nol. Jadi, kurs
konversi 1 YTL = 1.000.000 TL.
Pada tahap awal, mata uang TL dan YTL beredar secara simultan selama
setahun. Kemudian mata uang lama ditarik secara bertahap digantikan
dengan YTL. Pada tahap selanjutnya, sebutan “Yeni” pada uang baru
dihilangkan sehingga mata uang YTL kembali menjadi TL dengan nilai
redenominasi. Selama tahap redenominasi, keadaan perekonomian tetap
terjaga. Inflasi Turki pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 juga
tetap stabil dikisaran 8-9%.
2. Rumania
Setelah rezim komunis jatuh pada tahun 1989, negara ini mengalami
ketidakstabilan ekonomi. Tahun 2000 Rumania mampu menytabilkan
9
ekonomi makronya dengan ciri-ciri: pertumbuhan ekonomi tinggi,
tingkat pengangguran rendah. Namun inflasi terus melambung
mengakibatkan turunnya nilai uang Lei. Tuntutan ekonomi sehat semakin
besar setelah negara ini bergabung dengan Uni Eropa di tahun 2002.
Terinspirasi kesuksesan Redenominasi Turki, Gubernur Bank Nasional
Rumania, Mugur Isarescu merancang program yang sama.
1 Juli 2005, bank sentral Rumania memperkenalkan lembaran uang baru,
100 Lei. Uang ini dibuat persis uang lembaran tertinggi Rumania, 1 juta
Lei. Hanya angka dan keterangan nominal yang berbeda. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalisasi efek psikologis dalam penggunaan
uang. Sama halnya dengan kekhawatiran banyak pihak di Indonesia,
bahwa redenominasi tetap akan menimbulkan inflasi karena adanya efek
psikologis tersebut. Selain nominal, penyebutan mata uang juga diubah
dengan kode RON untuk mata uang yang baru, dan ROL untuk mata
uang yang lama.
Dalam redenominasi Lei, semua uang lama Rumania (ROL) dikonversi
menjadi RON. Redenominasi Rumania, menetapkan penghapusan 4 digit
nol. Jadi, kurs konversi 1 RON= 10.000 ROL.
Kedua mata uang, baik RON dan ROL masih berlaku sampai 1,5 tahun.
Tepat tanggal 31 desember 2006, ROL ditarik, tapi masih bisa ditukarkan
ke bank kapanpun.
Redenominasi Rumania ternyata menunjukkan hasil yang memuaskan.
Setelah redenominasi, nilai tukar mata uang Rumania menguat: terhadap
dolar AS menjadi 2,98 Lei; dan terhadap Euro menjadi 3,6 Lei.
Sebagai perbandingan, sebelum redenominasi, 30 Juni 2005, nilai tukar
terhadap US$ sebesar 29.891 Lei dan terhadap Euro sebesar 36.050 Lei.
Hasil ini mendukung usaha Rumania untuk bisa menggunakan Euro.
Tahun 2007. Rumania memiliki tingkat pengangguran sebesar 4%, cukup
rendah dibandingkan dengan negara Eropa lainnya, seperti Polandia,
Perancis, Jerman dan Spanyol dengan rasio utang luar negeri terhadap
PDB Rumania yang cukup rendah (20.3%).
3. Brazil
Brazil termasuk negara yang paling sering melakukan redenominasi.
Tercatat negara ini telah melakukan 6 kali operasi redenomisasi, yaitu
tahun 1967, 1970, 1986, 1989, 1993 dan 1994.
Walau di tahun 1994 Brazil tercatat sebagai negara yang sukses
melaksanakan redenomisasi, namun negeri Samba ini sempat juga
merasakan kegagalan melakukan redenominasi yakni pada tahun 1986-
1989. Kombinasi sukses memangkas inflasi dan masuknya modal asing
yang meningkatkan cadangan devisa merupakan faktor terpenting
keberhasilan redenominasi tahun 1994 di Brazil.
10
3.4 Strategi Implementasi
Dalam rencana pelaksanaan kebijakan redenominasi, maka diperlukan
strategi implementasi agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan
lancar.Strategi implementasi tersebut diantaranya adalah dengan cara:
1. Sosialisasi Secara Menyeluruh
Kebijakan redenominasi harus mempertimbangkan kondisi geografis
Indonesia terkait masa transisi kebijakan ini. Pemerintah harus mengambil
langkah-langkah strategis agar uang rupiah baru dapat beredar di daerah
terpencil, mengingat kondisi Negara Indonesia adalah kepulauan, banyak
wilayah terpencil yang bisa jadi sulit dijangkau. Maka, butuh peran
pemerintah dalam proses penyusunan aturan yang dapat memastikan
terjangkaunya wilayah tersebut, serta sosialisasi secara menyeluruh ke
seluruh pelosok negeri. Langkah tersebut tidak hanya sekedar
mengedarkan rupiah baru, tetapi juga mensosialisasikan kesetaraan nilai
rupiah lama dan rupiah baru agar seluruh masyarakat mengerti dengan
sebenar-benarnya mengenai kebijakan yang akan dilaksanakan ini.
Strategi ini juga bermaksud untuk meminimalkan ketidakmerataan
informasi (Asymmetric Information).
2. Menjaring Dukungan
Lapisan masyarakat Indonesia bermacam-macam. Mulai dari Lembaga
Pemerintahan Negara, Lembaga Pemerintahan Daerah, Lembaga
Parlemen, pelaku usaha sampai dengan masyarakat-masyarakatnya.
Menjaring dukungan adalah faktor penentu keberhasilan pelaksanaan
kebijakan redenominasi. Oleh karena itu, kebijakan ini harus
mendapatkan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Jika
sosialisasi ke seluruh masyarakat sudah dilaksanakan, maka perlu
dukungan pula dari seluruh lapisan masyarakat lainnya agar kebijakan ini
terlaksana dengan baik. Faktor ini pun akan terlaksana jika ada landasan
peraturan yang tegas, yaitu adanya Undang-Undang yang disusun
pemerintah. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini. Kekuatan
material undang-undang ini sangat terkait erat dengan kerja pemerintah,
sehingga penyusunannya harus dilakukan oleh orang yang paham
(pemerintah).
3. Menemukan Waktu yang Tepat
Dalam pelaksanaan kebijakan redenominasi ini, pemerintah harus
mengetahui kapan waktu yang tepat dalam pelaksanaannya nanti, melihat
dari kondisi perekonomian Indonesia. Pelaksanaan yang tepat adalah
ketika perekonomian Indonesia pada kondisi stabil dan inflasi pada
tingkat aman. Dampak hiperinflasi harus diwaspadai pula dalam
11
penetapan kebijakan ini. Seperti awalnya, salah satu tujuan dari kebijakan
ini adalah untuk mencegah terjadinya inflasi yang bisa terjadi karena
pecahan uang rupiah yang sangat besar. Namun, dalam tahun-tahun awal,
sangat mungkin dikhawatirkan akan terjadi hiperinflasi karena masyarakat
mengalami kepanikan, sehingga mereka semacam tidak percaya
memegang uang. Kemudian mereka akan membeli asset yang banyak,
sehingga harga barang-baramng pun naik karena adanya pembulatan
harga. Oleh karena itu, pemerintah harus memerhatikan kondisi
perekonomian Indonesia dalam kondisi stabil atau tidak sebelum
melaksanakan kebijakan ini. Perekonomian dikatakan stabil ketika
seluruh masyarakat Indonesia mengerti akan kebijakan redenominasi ini
tanpa adanya asimetri informasi sehingga tidak ada lagi kepanikan
masyarakat dalam memegang uang.
4. Dilakukan Secara Bertahap
Rencana kebijakan redenominasi ini sebaiknya dilakukan secara bertahap.
Dalam masa penyiapan, maka sudah semestinya pemerintah mengawal
perumusan Undang-Undang terkait redenominasi Rupiah. Proses
penetapan redenominasi rupiah ini harus hati-hati dilakukan, tidak perlu
terburu-buru dalam pelaksanaannya. Memastikan komponen dan stake
holder yang dibutuhkan untuk pengimplementasi-an telah siap. Intinya
adalah, ketika strategi-strategi terpenting yakni sosialisasi secara
menyeluruh ke seluruh pelosok-pelosok negeri dan sudah mendapatkan
dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, maka akan memperlancar
terlaksananya kebijakan ini. Setelah seluruhnya siap, maka barulah
kebijakan ini dilaksanaka oleh pemerintah.
5. Kajian Historis
Pengalaman dari beberapa Negara dalam melakukan redenominasi
beragam, ada yang berhasil, ada pula yang gagal. Pengalaman kegagalan
beberapa Negara dalam menerapkan kebijakan redenominasi ini perlu
disikapi serius oleh Indonesia. Faktor-faktor penyebab kegagalan
penerapan redenominasi harus dikaji lebih mendalam dan dikaitkan
dengan kondisi fundamental perekonomian Indonesia. Oleh karena itu,
pemerintah perlu mengamati dan mengambil pelajaran dari negara-negara
yang gagal maupun sukses dalam penerapan kebijakan ini. Contoh Negara
yang sukses menerapkan redenominasi adalah Turki, Rumania, Polandia
dan Ukraina. Sedangkan yang mengalami kegagalan adalah Rusia,
Argentina, Zimbabwe, Korea Utara dan Brazil (meski Brazil kemudian
berhasil dalam melakukan redenominasi).
Dengan demikian, peran pemerintah dalam rencana pelaksanaan ini
sangatlah penting. Baik dalam masa penyiapan, pemantapan,
implementasi dan transisi, dan finishing kebijakan ini
12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kebijakan redenominasi ini menjadi terobosan baru untuk menjadikan
Perekonomian Indonesia lebih baik lagi. Dengan catatan, kebijakan ini
diterapkan secara bertahap dan tidak terburu-buru juga memastikan
setiap komponen dan stake holder telah siap dengan segala perubahan
akibat berlakunya kebijakan ini.
Redenominasi tidak sama dengan Sanering.
Wacana kebijakan ini dilakukan untuk menyederhanakan digit nominal
mata uang Indonesia juga untuk mendukung aktivitas perekonomian agar
lebih efisien.
4.2 Saran
Dibutuhkan sosialisasi secara intensif dan edukatif untuk mencegah
terjadinya ketidaksetaraan informasi serta ketidakpahaman arti antara
redenominasi dengan sanering. Sosialisasi yang menyeluruh juga
menjadi komponen yang signifikan untuk menjaring dukungan dari
segala lapisan.
Memilih waktu yang tepat untuk menjaga kestabilan perekonomian
Indonesia, salah satunya pada tingkat aman inflasi.
Pelaksanaan Redenominasi dengan bertahap.
Menurut Sekretariat Negara Republik Indonesia, redenominasi diawali
dengan pemberlakuan 2 jenis mata uang dan pencantuman 2 harga dalam
2 nilai transaksi (mata uang lama dan mata uang sementara). Kemudian
diikuti dengan penarikan mata uang lama dan pemberlakuan mata uang
sementara. Hingga akhirnya penarikan mata uang sementara dan
pemberlakuan sepenuhnya mata uang yang baru.
Ilustrasi
Sumber:
finance.detik.com
13
DAFTAR PUSTAKA
Ministry of State Secretariat of the Republic of Indonesia. 2007. Redenominasi
Rupiah dan Stabilitas Perekonomian. (Terhubung berkala)
www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=6730&It
emid=29 (9 Maret 2013)
Putri, Marisa Kusuma. 2013. Negara yang Gagal Me-Redenominasi Mata Uang-
nya. http://bunda-bisa.blogspot.com/2013/01/negara-yang-gagal-me-
redenominasi-mata.html (Maret 2013)
Jambi Independent. 2013. Belajar dari Negara Lain dalam Penyederhanaan Angka
(Redenominasi). (Terhubung berkala) http://www.jambi-
independent.co.id/jio/index.php?option=com_content&view=article&id=18
123:belajar-dari-negara-lain-dalam-penyederhanaan-angka-
redenominasi&catid=6:ekobis&Itemid=8 (Maret 2013)
Berita Ane. 2013. Daftar Negara Yang Sukses Melakukan Redenominasi.
(Terhubung berkala) http://www.berita-ane.com/2011/12/daftar-negara-
yang-sukses-melakukan.html (Maret 2013)
Thio, Sharon. 2013. Dampak Positif dan Negatif dari Redenominasi. (Terhubung
berkala) http://vibiznews.com/2013-01-28/dampak-positif-dan-negatif-dari-
redenominasi (Maret 2013)
KAP Drs. J. Tanzil & Rekan. 2013. Dampak Redenominasi Rupiah Terhadap
Teknologi Informasi. (Terhubung berkala)
http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-
news/951-dampakredenominasirupiahterhadapteknologiinformasi (Maret
2013)
14
LAMPIRAN
Meliana Putri (H14110002)
Pertanyaan: Bagaimana cara mensosialisasikan kebijakan redenominasi?
Mengingat masyarakat Indonesia yang cukup banyak dan sejauh ini dalam
sosialisasi program pemerintah seperti BLT dan raskin pemerintah masih
dianggap gagal. Pihak manakah yang kontra dengan pemberlakuan kebijakan
redenominasi ini?
Sekedar masukan info, Afghanistan melakukan Redenominasi pada tahun 2002.
Jawab: Pemerintah akan mensosialisasikan kebijakan ini secara menyeluruh
kepada masyarakat Indonesia. Bisa melalui media komunikasi atau pendekatan
langsung kepada masyarakat. Mensosialisasikan redenominasi memerlukan waktu
yang panjang berdasarkan proses minimal 10 tahun dan tidak boleh terburu-buru
agar tidak terjadi kesalahan pemahaman masyarakat bahwa redenominasi itu tidak
sama dengan sanering dan bahwa kebijakan ini memiliki dampak positif seperti
dapat meningkatkan kinerja di beberapa kalangan. Selain itu, pemerintah harus
memperhatikan proses sosialisasi ini secara detail dalam arti memperhatikan benar
informasi yang beredar serta pemerataan penerima informasi, yaitu keseluruhan
masyarakat Indonesia. Contohnya: melalui pemerintah daerah dengan sosialisasi
di tiap daerah juga melalui pencerdasan di setiap lembaga pendidikan.
Untuk pihak yang kontra adalah pada kalangan-kalangan ekonom dan pelaku
usaha. Mereka pasti merasa pemberlakuan redenominasi ini akan sedikit
menyulitkan. Untuk para pelaku usaha misalnya, mereka harus mengganti semua
daftar harga mereka menjadi lebih sedikit angkanya (penghapusan tiga nol), hal
itu berarti akan mengeluarkan biaya juga.
Putu Gayatri Anindhyasari (H14110071)
Pertanyaan: Dalam pemberlakuan mata uang baru tersebut, ada biaya tambahan
yang harus dikeluarkan atau tidak? Karena apabila kebijakan ini diterapkan,
pemerintah harus mencetak uang. Bukankah hal ini justru akan berdampak pada
meningkatnya utang negara? Lalu, apakah penerapan kebijakan ini berpengaruh
pada utang pemerintah (utuk menyembunyikan nilai utang pemerintah agar
terlihat lebih sedikit?
Jawab: Untuk masalah pengeluaran biaya tambahan atau tidak, kami kelompok
kurang mengetahui detailnya. Namun biaya tambahan pasti ada untuk mengawali
setiap kebijakan, tetapi biaya ini hanya akan terjadi di awal saat memulai
memunculkan mata uang baru, karena semakin lama biaya yang harus dikeluarkan
untuk mencetak mata uang lama akan disubsidi ke mata uang baru sehingga biaya
realnya tidak akan meningkat.
15
Sebenarnya tidak akan mempengaruhi utang negara secara real, karena yang
berubah pada kebijakan redenominasi hanya nominalnya saja dan untuk
membayar utang negara kita menggunakan mata uang asing sehingga tidak
berpengaruh secara realnya pada utang negara.
Alfiana (H14110005)
Pertanyaaan: Seperti contoh yang dijelaskan pada saat presentasi, bagaimana
solusi dari kelompok anda sendiri untuk mengatasi inflasi-inflasi terselubung
akibat pembulatan ke atas harga suatu produk karena belum adanya nominal kecil
yang dikeluarkan pemerintah atas mata uang baru?
Jawab: Sukseskan sosialisasi secara menyeluruh. Agar informasi yang diterima
setiap masyarakat sama. Dan dalam proses sosialisasi kebijakan ini, diberitahukan
juga bahwa pemberlakuan nominal ganda diizinkan. Seperti saran yang
disampaikan (Ening Dwi Jawaty) sebelumnya, misalnya harga suatu nasi goreng
Rp8.500 yang menjadi Rp8,5 sedangkan nominal Rp0,5 belum ada,
diberlakukanlah Rp8 (mata uang baru) dengan Rp500 (mata uang lama).
Selain itu, peraturan tentang operasi pasar harus dipikirkan juga, terkait dengan
antisipasi aktif pemerintah dalam menghindari/mengurangi terjadinya inflasi
besar-besaran yang terjadi akibat ulah pedagang yang sengaja menaikkan harga di
luar keharusan. Juga untuk mengawasi pencantuman dua harga (baru dan lama)
selama masa transisi perubahan mata uang yang digunakan. Termasuk adanya
penetapan sanksi atas pelanggaran yang terjadi.
Lukman Hadi (H14110010)
Pertanyaan: Melihat dari negara-negara yang berhasil melaksanakan
redenominasi, menurut kelompok kalian negara mana yang dapat dijadikan contoh
dalam pelaksanaan redenominasinya? Dan kapan waktu yang tepat untuk
merealisasikan kebijakan tersebut? Lalu, seperti yang dicontohkan, negara-negara
yang berhasil menerapkan redenominasi seperti Turki tersebut adalah negara
maju, sedangkan Indonesia negara berkembang, bisakah kita juga menerapkan
kebijakan ini dengan mencontoh negara tersebut?
Jawab: Indonesia dapat mencontoh negara berkembang juga negara maju yang
melakukan redenominasi melalui analisis historis dan penyesuaian dengan kondisi
pereonomian Indonesia saat ini.
16
Saat keadaan ekonomi indonesia stabil dan inflasi berada pada titik yang stabil
pula karena pertumbuhan perekonomian dan inflasi yang stabil merupakan syarat
melakukan redenominasi.
Bisa tetapi dengan modifikasi karena kebijakan di suatu negara tidak bisa serta
merta diterapkan dinegara lain seutuhnya, harus ada modifikasi untuk
menyesuaikan dengan perekonomian negara tersebut.
Ening Dwi Jawaty (H14110110)
Contoh-contoh yang diberikan pada slide adalah negara-negara yang sukses dalam
menerapkan kebijakan ini, Mengapa tidak menampilkan negara-negara yang gagal
juga? Menurut kelompok kalian, mampu atau tidakkah Indonesia menerapkan
kebijakan ini? Khawatir seperti Korea Utara, ketika menerapkan kebijakan ini
justru mengakibatkan hyper-inflasi.
Jawab: Kelompok kami sebenarnya memiliki informasi seputar negara yang gagal
tersebut, tetapi memang tidak kami tampilkan, karena alasan-alasan kegagalan
negara-negara tersebut seragam dan dapat terwakilkan atas negara yang berhasil
dan tantangan-tantangannya. Selain itu juga karena kita mengharapkan apabila
pemerintah menerapkan kebijakan ini, Indonesia dapat berhasil dan sukses
sehingga dapat meningkatkan kualitas perekeonomian negara.
Mampu ketika semua aspek pendukungnya telah terpenuhi untuk menjalankan
kebijakan redenominasi ini.