17
MAKALAH SISTEM SOSIAL TENTANG SISTEM KEPERCAYAAN DAN UPACARA RITUAL Dosen pembimbing : M. Tahir, S.Ag Disusun oleh : Kelompok : VII Nama : Vita Kamriani Nurerna Nurhasna Jurusan : Ilmu Pengetahuan Sosial PROGRAM STUDI SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BIMA 2011 ± 2012

Makalah Ritual

  • Upload
    hila

  • View
    1.204

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah yang di buat oleh teman-teman STKIP bima untuk keperluan tugas agama.....silahkan doi COPAS dan masukkan nama penulisnya... semoga bermanfaat...

Citation preview

Page 1: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 1/16

 

MAKALAHSISTEM SOSIAL

TENTANG

SISTEM KEPERCAYAAN DAN UPACARA RITUAL

Dosen pembimbing : M. Tahir, S.Ag

Disusun oleh :

Kelompok : VII

Nama : Vita Kamriani

Nurerna

Nurhasna

Jurusan : Ilmu Pengetahuan Sosial

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) BIMA

2011 ± 2012

Page 2: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 2/16

 

KATA PENGANTAR 

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunianya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan sebuah makalah yang

  berjudul ³SISTEM SOSIAL´ yang ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Dasar-dasar Sosiologi, oleh Dosen Pembimbing M. Tahir, S.Ag.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kami haturkan kepada seluruh

rekan-rekan yang telah mendukung dan membantu dalam proses pembuatan makalah

ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan

makalah ini, oleh sebab itu kritikan dan saran yang membangun sangat diharapkan

guna kemajuan makalah yang selanjutnya.

Demikian semoga Makalah ini dapat berguna bagi para pembaca terutama

 bagi diri kami pribadi.

Kota Bima, Mei 2011

Penyusun

Page 3: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 3/16

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

B.  RUMUSAN MASALAH

C.  TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A.  KEPERCAYAAN MANUSIA MASA PRAAKSARA

B.  SISTEM KEPERCAYAAN PADA MASA PERUNDAGIAN

C.  UPACARA RITUAL DAN MAKNA DI BALIKNYA

D.  SUKU TORAJA

BAB III PENUTUP

A.  KESIMPULAN

B.  SARAN DAN KRITIK 

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 4/16

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Menurut Helman (1984:123), ritual adalah serangkaian kegiatan stereotip

yang melibatkan gerak-gerik, kata-kata, dan benda-benda yang digelar di suatu

tempat dan dirancang untuk mempengaruhi entitas atau kekuatan alam demi

kepentingan dan tujuan pelakunya. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa

karakteristik kunci semua ritual adalah pelaku yang berulang yang tidak memiliki

dampak langsung seperti teknologi,. Simbol ritual berkaitan dengan nilai-nilai,

norma-norma, kepercayaan-kepercayaan, sentimen-sentimen, peran-peran dan

hubungan-hubungan sosial dalam sistem budaya dari komunitas penyelenggara

ritual, yang dapat dijabarkan sesuai denan konteksnya.

Selain daripada melibatkan sifat ³kudus´, suatu agama itu juga selalu

melibatkan ritual tertentu. Praktek ritual ini ditentukan oleh suatu bentuk 

lembaga yang pasti. Ada dua jenis praktek ritual yang terjalin dengan sangat erat

yaitu pertama, praktek ritual yang negatif, yang berwujud dalam bentuk 

  pantangan-pantanggan, serta praktek ritual yang positif, yang berwujud dalam

 bentuk upacara-upacara keagaman itu sendiri dan merupakan intinya.

Praktek-praktek yang negatif itu memiliki fungsi untuk tetap membatasi

antara yang kudus dan yang duniawi, dan pemisahan ini justeru adalah dasar dari

eksistensi ³kekudusan´ itu. Praktek ini menjamin agar kedua dunia, yaitu yang

³kudus´ dengan yang ³profan´ tidak saling mengganggu. Orang yang taat

terhadap praktek negatif ini berarti telah menyucikan dan mempersiapkan dirinya

untuk masuk ke dalam lingkungan kudus. Contoh dari praktek negatif ini

misalnya adalah dihentikannya semua pekerjaan ketika sedang berlangsung

upacara keagamaan. Adapun praktek-praktek ritual yang positif, yang adalah

upacara keagamaan itu sendiri, berupaya menyatukan diri dengan keimanan

Page 5: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 5/16

 

secara lebih khusyu, sehingga berfungsi untuk memperbaharui tanggung-jawab

seseorang terhadap ideal-ideal keagamaan.

B.  TUJUAN

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem kepercayaan

dan sistem ritual

Page 6: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 6/16

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.  KEPERCAYAAN MANUSIA MASA PRA-AKSARA

Sistem kepercayaan telah berkembang pada masa manusia pra-aksara.

Mereka menyadari bahwa ada kakuatan lain di luar merka. Oleh sebab itu,

mereka berusaha mendekatkan diri dengan kekuatan tersebut. Caranya ialah

dengan mengadapak berbagai upacara seperti pemujaan, pemberian sesaji,

atau upacara ritual lainnya. Beberapa sistem kepercayaan manusia purba

adalah :

a.  Animisme

Animisme adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami semua benda.

Manusia purba percaya bahwa roh nenek moyang masih berpengaruh

terhadap kehidupan di dunia. Mereka juga mempercayai adanya roh di

luar roh manusia yang dapat berbauat jahat dan berbuat baik. Roh-roh itu

mendiami semua benda, misal pohon, batu, gunung, dan sebagainya. Agar 

mereka tidak di ganggu roh jahat, mereka memberikan sesaji kepada roh-

roh tersebut.

 b.  Dinamisme

Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga

atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan

usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Kekuatan gaib dan

kekuatan itu dapat menolong mereka. Kekuatan gaib itu terdapat di dalam

  benda-benda seperti keris, patung, gunung, pohon besar, dan lain-lain.

Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan gaib tersebut, mereka

melakukan upacara pemberian sesaji, atau ritual lainnya.

Page 7: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 7/16

 

c.  Totemisme

Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan

dipuja karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap

antara lain, sapi, ular dan harimau.

Dalam melaksanakan upacara penyembahannya, manusia purba

membuat berbagai bangunan dari batu. Masa itu disebut sebagai masa

kebudayaan megalithik atau megalitihikum (kebudayaan batu besar).

Bangunan-bangunan tersebut masih dapat ditemui saat ini. Sarana upacara

ritual manusia purba antara lain : peti kubur batu, bangunan yang berfungsi

sebagai peti jenajah. Peti kubur ada yang berbentuk kotak persegi panjang,

adapula yang berbentuk kubus dan memiliki tutup dari batu bergambar 

(disebut juga waruga), serta ada pula bentuk yang berupa mangkuk (disebut

sarkofagus). Didalamnya, selain jenajah juga terdapat bekal kubur.

Sistem kepercayaan tersebut menjadi cikal bakal dari agama ardhi,

atau agama yang berasal dari bumi dimana agama ini hasil usaha manusia

untuk menemukan sumber kekuatan yang berada di luar manusia.

B.  SISTEM KEPERCAYAAN PADA MASA PERUNDAGIAN

Pada masa perundagian memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh

 berbeda dengan masa sebelumnya. Praktek kepercayaan yang mereka lakukan

masih berupa pemujaan terhadap leluhur. Hal yang membedakannya adalah

alat yang digunakan untuk praktek kepercayaan. Pada masa perundagian,

 benda-benda yang digunakan untuk praktek kepercayaan biasanya terbuat dari

 bahan perunggu.

Sistem kepercayaan yang dilakukan manusia pada jaman perundagian

masih memilihara hubungan dengan orang yang meninggal. Pada masa ini,

  praktek penguburan menunjukan stratafikasi sosial antara orang yang

Page 8: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 8/16

 

terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan orang-orang terpandang selalu

dibekali dengan barang-barang yang mewah dan upacara dilakukkan dengan

cara diarak oleh banyak orang. Sebaliknya, apabila yang meninggal orang

  biasa, upacaranya sederhana dan kuburan mereka tanpa dibekali dengan

 barang-barang mewah. Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami

 perkembangan tetapi berkaitan dengan mata oencaharian hidup yang meraka

lakukan. Misalnya ada upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat pantai

khususnya para nelayan. Upacara yang dilakukan masyarakat pantai ini, yaitu

  penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa

inilah yang mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya. Sedang

di daerah pedalaman atau pertanian ada upacara persebmbahan kepada

kekuatan yang dianggap sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.

C.  UPACARA RITUAL JAWA DAN MAKNA DIBALIKNYA

Masyarakat jawa adalah masyarakat yang penuh ritual. Didalam sistem

religi jawa, yang masih hidup bertahan hingga hari ini, ada keyakinan bahwa

tujuan manusia dalam kehidupan bisa dicapai dengan menjalani sejumlah

³laku bathin´ ritus-ritus rohani, dan aktifitas memasrahkan diri kepada sang

maha pencipta. Karena itulah, hinggga hari ini masih banyak masyarakat jawa

yang mengisi perjalanan kehidupannya dengan ritus-ritus atau sejumlah ritual

dan upacara. Pengaruh agama (islam) dan kehidupan modern, tidak 

menggoyahkan keyakinan masyarakat jawa terhadap pentingnya kegiatan-

kegiatan ritual yang diyakini mampu menjembatani ³komunikasi rohani´

dengan tuhan sang maha penguasa semesta.

Dari lahir hingga mati, kehidupan orang jawa dipenuhi ritual-ritual.

Bahkan ketika masih berwujud janin didalam kandungan si ibu, ritualpun

sudah dilakukan demi keselamatan si janin. Upacara tingkeban atau mitoni,

Page 9: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 9/16

 

merupakan ritual yang dilakukan saat si janin sudah berusia tujuh bulan di

dalam kandungan sang ibu. Sejumlah syarat (biasanya jenis-jenis makanan)

harus disediakan dalam slametan tingkaben atau mitoni itu. Diantaranya

 jenang procot.

Sesungguhnya, ada apa dibalik ritual slametan tengkeban ini? Di

dalam slametan tingkeban akan disampaikan oleh pemimpin slametan doa-doa

yang memohon kepada Allah agar si bayi di kanndungan kelak bisa lahir 

dengan slamat. Dan, bila telah lahir akan menjadi anak yang nantinya

  bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sedangkan syarat jenang procot

dimaksudkan agar si bayi di dalam kandungan dapat lahir dengan mudah dari

rahim sang ibu.

Setelah lahir, si bayi akan disambut pula dengan serangkaian acara

lainnya lagi. Seperti brokohan (pemberian nama), kekahan, dan tedhak sinten.

Ketika manusia meninggal dunia, didal sisem religi jawa juga terdapat ritual

yang kesemuanya dimaksudkan agar si arwah mendapat tempat yang layak di

alam baka sana.

Ritual kasekten

Selain menjali rutial-ritual yang berhubungan dengan perjalanan

kehidupannya, manusia jawa juga masih setia dengan ritual-ritual yang

  berkaitan dengan kesakten. Apa itu kesakten? Kesakten adalah kemampuan

memiliki kekuatan yang ampuh dan sakti. Di dalam cara pandang religi jawa,

manusia sebaiknya memang harus memiliki kesakten, bila kehidupannya ingin

terjaga dan terpandang. Menurut koentcoroningrat, hanya orang yang kuat

 jasmani dan rohaninya saja yang diaanggap mampu memiliki kesakten. Dan,

orang jawa menganggap kesaktian atau kesakten itu sebagai energi kuat yang

dapat mengeluarkan panas, cahaya atau kilat (lihat, kebudayaan jawa, Balai

Pustaka, 1994). Kepercayaan jawa menyakini kesakten itu selain terdapat

Page 10: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 10/16

 

  pada bagian-bagian tertentu di dalam tubuh manusia, juga terdapat pada

 benda-benda di luar tubuh manusia. Kasakten pada benda-benda di luar tubuh

manusia itu misalnya terdapat pada benda-benda yang diyakini sebagai benda

suci atau benda pusaka. Benda-benda suci atau benda pusaka itu misalnya

keris, tombak dan senjata tajam lainnya. Bahkan di dalam lingkungan istana-

istana jawa, seperti keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta, Puro Pakualaman,

maupun puro Mangkunegaran, benda-benda pusaka tersebut tidak hanya keris

dan tombak saja, tetapi juga kereta-kereta istana (kereta kuda), bendera,

gamelan dan lainnya lagi. Keberadaan benda-benda pusaka itu dihormati.

Karena itulah, di keraton Yogyakarta misalnya, ada upacara ritual khusus

membersihkan atau menjamas benda-benda pusaka tersebut. Di keraton

Yogyakarta, upacara ritual khusus memberishkan benda-benda pusaka itu

diselnggarakan pada setiap bulan jawa syura. Ritual itu dikenal dengan

sebutan siraman pusaka. Di dalam ritual siraman pusaka itu semua benda-

  benda pusaka mlik keraton dibersihkan atau dimandikan, termasuk kereta-

kereta istana yang tersimpan di rotowijayan. Ada yang mendrik dan unik 

setiap kali ritual siraman kereta pusaka, banyak warga yang datang untuk 

 berebut mendapatkan sisa-sisa air siraman atau cician kereta. Sisa-sisa air itu

dimasukkan ke dalam botol atau plastik, untuk dibawa pulang. Dan, sisa-sisa

air siraman itu ada yang untuk membasuh muka, campuran air mandi bahkan

ada yang diminum. Semua itu dilakukan dengan tujuan dan maksud tertentu.

Maksud dan tujuannya beragam, tergantung pada kebutuhan masing-masing.

Ada yang ingin terbebas dari sakit, bencana dan malapetaka. Ada yang ingin

selamat dan sehatera dalam hidupnya. Ingin tercapai cita-cita hidupnya. Dan

 banyak keinginan lainnya lagi.

Upacara ritual masyarakat jawa memang menarik untuk dikaji.

Beragam pertanyaan bisa muncul diantaranya ³ada apa dibalik upacara ritual

Page 11: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 11/16

 

masyarakat jawa ini?´ menariknya, kita tidak bisa begitu saja menartikan atau

menyimpulkan hanya secara harfiah. Karena ritual-ritual jawa itu selalu syarat

dengan makna-makna simbolik. Ritual jawa itu penuh dengan simbol-simbol

dan penghayatan terhadap makna-makna simbol tersebut merupakan salah

satu cara orang jawa dalam mensikapi serta menjalani kehidupannya.

D.  SUKU TORAJA

Suku toraja adalah suku yang menetap di pegunungan utara sulawesi

selatan. Populasinya diperkirana 650.000 jiwa. Dengan 450.000 diantaranya

masih tinggal di kabupaten tana toraja. Mayoritas suku toraja memeluk agama

kristen, sementara sebagian memluk agama islam dan kepercayaan animisme

yang dikenal dengan   Aluk To Dolo. Pemerintah indonesia telah mengakui

kepercyaan ini sebagai bagian dari agama hindu dharma.

Kata toraja diambil dri bahasa bugis, to raja yang berarti ³orang yang

 berdiam di negeri atas. Pemerintah kolonial belanda menamai usku ini toraja

  pada tahun 1909. Suku toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah ada

tongkonan dan ukiran kayunya, ritual pemakaman toraja merupakan peristiwa

sosial yang penting, biasanya di hadiri oleh ratusn orang dan berlangsung

salama beberapa hari.

Sebelum abad 20, suku toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka

masih menganut animisme dan belum tersentuh dunia luat. Pada awal 1900-an

misionaris belanda datang dan menyebarkan agama kristen. Setelah semakin

terbuka kepada dunia luar tahun 1970-an, kabupaten tana toraja menjadi

lambang pariwisata indonesia. tana toraja dimanfaatkan oleh pengembang

  pariwisata dan dipelajari oleh antropolog. Masyarakat toraja mulai tahun

1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat berkepercayaan

Page 12: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 12/16

 

tradisional dan agraris, menjadi masyarakat yang beraga kristen dan

mengandalkan sektor pariwisata yang terus meningkat.

Agama

Sistem kepercayaan tradisional suku toraja adalah kepercayaan

animisme politeistik yang disebut aluk  atau jalan (kadang diterjemahkan

sebagai hukum). Dalam mitos toraja, leluhur orang toraja datang dari surga

dengan menggunakan tangga yang kemudian digunakan oleh suku toraja

sebagai cara berhubungan dengan   Puang Matua, dewa pencipta. Alam

semesta, menurut aluk, dibagi menjadi dunia atas (surga) dunia manusia

(bumi) dan dunia bawah. Pada awalnya, surga dan bumi menikah dan

menghasilkan kegelapan, pemisah, dan kemudian muncul cahaya. Hewan

tinggal di dunia bawah yang dilambangkan dengan tempat berbentuk persegi

  panjang yang dibatasi oleh empat pilar, bumi adalah tempat bagi umat

manusia, dan surga terletak diatas, ditutupi dengan atap berbentuk pelana.

Dewa-dewa toraja lainnya adalang   Pong Bangggai di Rante (dewa bumi),

indo¶ Ongon-Ongon (dewa gempa bumi),   Pong lalondong (dewa kematian),

 Indo Belo Tumbang (dewi pengobatan)

Kekuasaan di bumi yang kata-kata dan tindakannya harus dipegang

 baik dalam kehidupan pertanian maupun dalam upacara pemakaman disebut

to minaa (seorang pendeta aluk). Aluk bukan hanya sistem kepercayaan,

tetapi juga merupakan hubungan dari hukum, agama, dan kebiasaan.  Aluk 

mengatur kehidupan bermasyarakat, praktik pertaniandan ritual keagamaan.

Tata cara aluk bisa berbeda antara satu dengan desa lainnya. Satu hukum yang

umum adalah peraturan bahwa ritual kematian akan menghancurkan jenajah

 jika pelaksanaannya digabung dengan ritual kehidupan. Kedua ritual tersebut

sama pentingnya. Ketika ada para misionaris dari belanda, orang kristen toraja

tidak diperbolehkan menghadiri atau menjalankan ritual kehidupan, tetapi di

Page 13: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 13/16

 

izinkan melakukan ritual kematian, akibatnya ritual kematian masih sering

dilakukan hingga saat ini.

Upacara pemakaman

Dalam masyarakat toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang

  paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang,

maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk,

hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang

  besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ribuan

orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi

  pemakaman yang disebut rante   biasanya disiapkan pada sebuah padang

rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat hadir, juga sebagai tempat

lumbug padi dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh

keluarga yang ditinggal. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan

ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dlakukan oelh suku toraja tetapi

semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin dan orang

kelas rendah.

Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru di gelar setelah

  berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sejak kematian

yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat

mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya pemakaman. Suku toraja

 percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi

merupakan sebuah proses yang bertahap menuju  puya (dunia arwah atau

akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenajah dibungkus dengan beberapa

helai kain dan disimpan dibawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya

tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah

akan melakukan perjalanan ke puya

Sebuah pemakaman

Page 14: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 14/16

 

Bagian dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin

  berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih.

Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Bangkai kerbau,

termasuk kepalanya dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya yang sedang

dalam ³masa tidur´. Suku toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau

untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai ke Puya jika

  banyak kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan

 puncak upacara pemakaman yang diiringi musik dan tarian para pemuda yang

menangkap darah yang muncrat dengan bambu panjang,. Sebagian daging

diberikan kepada tamu dan dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang

 pada keluarga almarhum.

Ada tiga cara pemakaman: peti mati dapat disimpan di dalam gua, atau

di makan batu ukir, atau di gantung di tebing. Orang kaya kadang-kadang di

kubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan waktu

  pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di beberapa daerah, gua batu

digunakan untuk menyimpan jenajah seluruh anggota keluarga patung kayu

yang disebut tau tau  biasanya diletakkan di gua dan menghadap keluar. Peti

mati bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut

 biasanya bertahan selama setahun sebelum membusuk dan membuat petinya

terjatuh.

Page 15: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 15/16

 

BAB III

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah diatas adalah :

1.  Sistem kepercayaan telah berkembang pada masa manusia praaksara.

Mereka menyadari bahwa ada kekuatan lain di luar mereka. Oleh sebeb itu

mereka berusaha mendekatkan diri dengan kekuatan tersebut. Caranya

adalah dengan mengadakan berbagai upacara, seperti pemujaan,

 pemberian sesaji atau upacara ritual lainnya.

2.  Adapun ritual ± ritual yang berhubungan dengan perjalanan kehidupannya,

manusia juga masih setia dengan ritual-ritual yang berkaitan dengan

kesakten

3. 

Adapun upacara ritual tersebut mengalami perkembangan sehingga

mereka melakukan upacara tidak hanya dengan leluhur tetapi berkaitan

 juga dengan pencaharian hidup yang mereka lakukan

B.  KRITIK DAN SARAN

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan, oelh

sebab itu itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami

 bisa lebih baik dalam pembuatan makalah berikutnya.

Page 16: Makalah Ritual

5/7/2018 Makalah Ritual - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ritual 16/16

 

DAFTAR PUSTAKA

Wiliam D Perdue. 1986. S ociological theori: explantion, Paradigm, and Idiology.

Palo Alto CA: Mayfield Publishing Company. Hlm. 20

Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar S osiologi. Jakarta: Lembaga penerbit FE Ui. Hlm5.

James M. Henslin, 2002. Esential of sociology: A down to Earth Approach Fourth

 Editiion. Boston: Allyn and Bacon. Hlm 10

Pittirim Sorokin. 1928. Contempory sosiology:toward and Eplanary science. NewYork: harper. Hlm. 25