Upload
sinta-mahastuti
View
30
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil dan
hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme terdapat dimana-
mana. Interaksinya dengan sesame mikroorganisme ataupun organisme lain dapat
berlangsung dengan cara yang aman dan menguntungkan maupun merugikan.
Mikroorganisme di dunia ini ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan.
Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita manfaatkan untuk kepentingan
kesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, banyak juga mikroorganisme yang tidak
menguntungkan kita yaitu dengan menyebabkan terjadinya penyakit pada tubuh manusia.
Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau menginfeksi manusia adalah
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat mengakibatkn penyakit tuberculosis pada
manusia. Tuberculosis itu sendiri merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan
berbahaya di dunia. Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang menyebabkan
kematian didunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, dan
merupakan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Saat ini tuberculosis disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menginfeksi sepertiga populasi dunia,
setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberculosis, tetapi hanya bakteri yang aktif yang
menyebabkan orang menjadi sakit. Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita tuberkulosis paru
menular di dunia, ditambah lagi penderita yang tidak menular. Hal ini menggambarkan setiap
tahun di dunia akan ada sekitar 8 juta penderita tuberkulosis paru,dan ada sekitar 3 juta orang
meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini.
Penanganan TBC masih terus menjadi tantangan besar untuk para tenaga kesehatan.
Untuk memutuskan rantai penularan perlu pula mendapati perhatian lintas sektoral karena
berkaitan dengan faktor sosial budaya dan tempat hunian. Namun pada dasarnya penyakit
TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila pasien mengikuti anjuran tenaga kesehatan
untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Selain itu
diperlukan juga kepedulian dan pengawasan dari tenaga kesehatan untuk mengawal
perkembangan terapi pasien. Penyebab TBC memang bukan bakteri biasa, karena itu
diperlukan konsistensi dan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi untuk mencapai
hasilterapi yang optimal. Berangkat dari hal tersebut di atas maka dianggap perlu untuk
mengetahui apa itu Tuberkulosis dan apa penyebabnya. Menyangkut dengan penyebabbya
sendiri (M. Tuberkulosis) kita juga harus mengetahui hal-hal yang bersangkutan dengan
bakteri tersebut agar pencegahan ataupun pengobatan terhadap penyakit yang di hasilkan oleh
bakteri tersebut dapat di tangani secara tepat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari TBC ?
2. Bagaimana cara penularan penyakit TBC ?
3. Bagaimana cara mencegah agar tidak terkena penyakit TBC ?
4. Jenis obat apa saja yang biasa dipakai dalam pengobatan penyakit TBC ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat merupakan organisme
patogen maupun saprofit. Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis.
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yaitu suatu bakteri yang tahan asam. Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis suatu basil yang tahan asam yang menyerang parenkim paru
atau bagian lain dari tubuh manusia.
2.2. Anatomi dan Fisiologi
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan
suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-paru ada dua,
merupakan alat pernafasan utama, paru-paru mengisi rongga dada, terletak di sebelah kanan
dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur
lainnya yang terletak di dalam mediastinum.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian.
Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali paru-paru
terletak diantara kedua lapisan pleura. Bagian terluar paru-paru dilindungi oleh membran
halus dan licin yang disebut pleura yang juga meluas untuk membungkus dinding interior
toraks dan permukaan superior diafragma, sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru.
Antara kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium pleura yang mengandung
sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser
dengan bebas selama ventilasi. Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas
lobus atas dan bawah. Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah.
Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi segmen yang dipisahkan oleh fisurel yang
merupakan perluasan pleura. Dalam setiap lobus paru terdapat beberapa divisi-divisi bronkus.
Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan pada paru kiri). Bronkus lobaris
dibagi menjadi bronkus segmental (sepuluh pada paru kanan dan delapan pada paru kiri).
Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus sub segmental. Bronkus ini
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfotik dan syaraf. Bronkus subsegmental
membantu percabangan menjadi bronkiolus. Bronkiolus membantu kelenjar submukosa yang
memproduksi lender yang membentuk selimut tidak terputus untuk laposan bagian dalam
jalan nafas. Bronkus dan bronkiolus juga dilapisi sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh
silia dan berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru-paru menuju
laring. Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang
tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi saluran
transisional antara kalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Bronkiolus
respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolus dan jakus alveolar kemudian
alveoli. Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi di dalam alveoli.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar, yaitu
tipe I adalah sel membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II adalah sel-sel yang aktif
secara metabolik, mensekresi sufraktan, suatu fostolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang merupakan
sel-sel fagosit besar yang memakan benda asing, seperti lendir dan bakteri, bekerja sebagai
mekanisme pertahanan yang penting).
2.3. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh
micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan ukuran sampai
4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang menunjukkan kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi
penyakit tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Penyebaran
mycobacterium tuberculosis yaitu melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan
menginfeksi.
2.4. Patofisiologi
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan,infeksi tuberculosis
terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan
alveolis biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung
atau cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruangan
alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel
ini membangkitkan reaksi peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan
memfagosit namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama masa
leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan
timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang
biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, nekrosis bagian sentral lesi yang
memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan
granulasi disekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon berbeda,
jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk jaringan parut akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi
dengan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan
komplet ghon dengan mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah
nekrosis adalah pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan
kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam
percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau
basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitis untuk kecil dapat
menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan meninggalkan jaringan parut yang terdapat
dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak
dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkijuan
dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan
gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi limpal
peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah
kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis
penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri,
penyebaran ini terjadi apabila focus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.
2.5. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam dapat
bermacam-macam antara lain :
1. Demam
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif). Keadaan setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut
berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat. Kebanyakan
batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-
paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura, sehingga
menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang ditemukan.
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat malam.
Gejala semakin lama semakin berat dan hilang timbul secara tidak teratur.
2.6. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
1) Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis. Pemerikasaan ini memang membutuhkan biaya lebih
dibandingkan pemeriksaan sputum, tetapi dalam beberapa hal ia memberikan keuntungan
seperti pda tuberkulosis anak-anak dan tuberkulosis milier. Pada kedua hal diatas diagnosis
dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir
selalu negatif.
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru ( segmen apikal lobus atas atu
segemen apikal lobus bawah) tetapi dapt pula mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di
daerah hilus menyerupi tumor paru (misalnya pada tuberkulosis endobronkial).
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambara
radiologi berupa bercak-bercak seperti awandan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi
sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas.
Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma.
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya
tersebar merata pada seluruh lapangan paru.
Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan
pleura (pleuritis), masa cairan di bagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan hitam
radio-lusen di pinggir paru atau pleura (pneumothoraks).
Pada suatu foto dada sering didapatkan bemacam-macam bayangan sekaligus (pada
tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat, garis-garis fibrotik, kalsifikasi, kavitas (non
sklerotik maupun sklerotik) maupun antelekstasis dan empisema.
Pemeriksaan khusus yang kadang-kadang juga diperlukan adalah bronkografi, yakni
untuk melihat kerusakan bronkus atau paru yang disebabkan oleh tuberkolosis. Pemeriksaan
ini umumnya dilakukan bila pasien akan menjalani pembedahan paru.
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih saat ini sudah banyak dipakai di rumah
sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT Scan). Pemeriksaan ini lebih
superior dibanding radiologis biasa. Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas dan
sayatan dapat dibuat transversal.
Pemeriksaan lain yang lebih canggih lagi adalah Magnetic Resonance Imaging(MRI).
Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT Scan, tetapi dapat mengevaluasi proses-proses dekat
apeks paru, tulang belakang, perbatasan dada-perut. Sayatan bila dibuat transversal, sagital
dan koronal.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang meragukan,
hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai (aktif) akan
didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri.
Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit
mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap
darah mulai turun ke arah normal lagi.
Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan juga : anemia ringan dengan gambaran
normokrom dan normositer, gama globulin meningkat, kadar natrium darah menurun
pemeriksaan tersebut di atas nilainya juga tidak spesifik.
b. Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat
memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah dapat diberikan. Pemeriksaan ini
mudah dan murah sehingga dapat dikerjakan dilapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang
tidak mudah untuk mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non
produktiv. Dalam hal ini dianjurkan dalam satu hari sebelum pemeriksaan sputum dianjurkan
minum air sebanyak ±2ltr dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan
memberikan tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan garam
hipertonik selama 20 – 30 menit. Bila masih sulit , sputum dapat diperoleh dengan cara
bronkoskopi di ambil dengan brushing atau bronchial washing atau BAL (broncho alveolar
lavage). BTA dari sputum bisa juga di dapat dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering
dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum yang akan
di periksa hendaknya sesegar mungkin.
Bila sputum sudah di dapat, kuman BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman
baru dapat ditemukan bila bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka keluar, sehingga
sputum yang mengandung kuman BTA mudah keluar. Diperkiran di Indonesia ditemukan
pasien BTA positif tetapi kuman tersebut tidak ditemukan di dalam sputum mereka.
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman
BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain 5000 kuman dalam 1mL sputum.
Untuk pewarnaan sediaan dianjurkan memakai cara Tan Thiam Hok yang merupakan
muldifikasi gabungan cara pulasan Kinyoun dan Gabbet.
Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah :
· Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa
· Pemeriksaan sediiaan langsung dengan mikroskop fluoresens (pewarnaan khusus)
· Pemeriksaan dengan biakan ( kultur )
· Pemeriksaan terhadap resistensi obat
Saat ini sudah dikembangkan pemeriksaan biakan sputum BTA dengan cara Bactec
(Bactec 400 Radiometric System), dimana kuman sudah dapt dideteksi dalam 7-10 hari.
Disamping itu dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat dideteksi DNA kuman
TB dalam waktu yang lebih cepat atau mendeteksi M. tuberculosae yang tidak tumbuh pada
sediaan biakan. Dari hasil biakan biasanya dilakukan juga pemeriksaan terhadap resistensi
obat dan identifikasi kuman.
Kadang-kadang dari hasil pemeriksaan mikroskopis biasa terdapat kuman BTA (positif),
tetapi pada biakan hasilnya negatif. Ini terjadi pada fenomen dead bacilli atau non culturable
bacilli yang disebabkan keampuhan panduan obat antituberkulosis jangka pendek yang cepat
mematikan kuman BTA dalam waktu pendek.
Untuk pemeriksaan BTA sediaan mikroskopis biasa dan sediaan biakan, bahan-bahan
selain sputum dapat juga diambil dari bilasan bronkus, jaringan paru, pleura, cairan pleura,
cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan serebrospinal, urin dan tinja.
c. Tes Tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanaya dipakai test Mantoux yakni dengan
menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D. (Purfied Protein Derivative) intrcutan berkekuatan 5
T.U. (intermediate strength). Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U. dapat diberikan dulu
1 atau 2 T.U. (first strength. Kadang-kadang bila denga 5 T.U. masih memberikan hasil
negatif dapat diulangi dengan 250 T.U.(second sterngth). Bila dengan 250 T.U. masih
memberikan hasil negatif, berarti tuberkulosis dapat disingkirkan. Umumnya tes mantuox
dengan 5 T.U. saja sudah cukup berarti.
Setelah 48-72 jam setelah tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibodi
seluler dan antigen tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi persenyawaan antibodi selular dan
antigen tuberkulin amat dipegaruhi oleh antibodi humoral, makin besar pengaruh antibodi
humoral, makin kecil indurasi yang ditimbulkan.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, hasil test mantoux ini dibagi dalam:
1. Indurasi 0-5mm (diameternya) : Mantoux negatif= golongan non sensitivy. Disini peranan
antibodi humoral apaling menonjol.
2. Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan= golongan low grade sensitivy. Disini peran antibodi
humoral masih menonjol.
3. Indurasi 10-15 mm : Mantoux positif= golonagan normal sensitivy. Disini peran kedua
antibodi seimbang.
4. Indurasi lebih dari 15 mm : Mantoux positif kuat= golonganhypersensitivy. Disini peran
antibodi selular paling menonjol.
5. Untuk pasien dengan HIV positif, Test Mantoux ± 5 mm, dinilai positif.
BAB III
RENCANA PROGAM
Dalam memberikan pengobatan TBC paru ini memang dibutuhkan kesabaran dan
ketelatenan serta kedisiplinan pasien dalam meminum obat. Karena lama pengobatan dan
perawatan Tuberkulosis ini adalah selama 6 bulan. Yang dimaksud dengan pengertian
penyakit TBC adalah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mikrobakterium Tuberkulosa, bakteri ini menyerang siapa saja pria maupun wanita tanpa
memandang usia. Dan biasanya penyakit TBC sering menyerang pada usia rata-rata 15-35
tahun, boleh dibilang usia masihproduktif.
Obat TBC yang digunakan dalam memberikan terapi dan perawatan TBC paru yang
dilakukan oleh tim dokter dan medis adalah sebagai berikut :
Obat primer tuberkulosis yang terdiri dari INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol,
Streptomisin, Pirazinamid.
Obat sekunder tuberkulosis yang terdiri dari Exionamid, Paraaminosalisilat,
Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
Dalam dunia kedokteran kita juga mengenal akan prinsip pengobatan tuberkulosis
berdasarkan Pedoman Nasional Penanggulangan TB yang dikenal dengan istilah OAT
(obat antituberkulosis) yang mengatakan bahwasannya OAT untuk para penderita TB
paru ini harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT dengan Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Selain medis pengobatan herbal
penyakit TBC juga banyak mengalami perkembangan pula.
. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif(2-3bulan) dan fase
lanjutan (4-7 bulan). Panduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004)
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasrkan lokasi
TB, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologi, apusan sputum, dan riwayat
pengobatan sebelumnya. Disamping itu, perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan
TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTSC).
Rekomendasi Dosis
(mg/kgBB)
Obat anti-TB
Esensial Aksi Potensi per Hari per Minggu
3 x 2x
Isoniazid (INH) Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifampisin (R) Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisin (S) Bakterisidal Rendah 15 15 15
Etambutol (E) Bakteriostatik Rendah 15 30 45
Pemeriksaan dahak harus dilakukan sebanyak 3kali selama 2 hari.Jika hasilnya positif
ada kuman berarti orang tersebut menderita penyakit TBC.
> Sewaktu (Hari I): dahak diperiksa di laboratorium sewaktu penderita datang dengan gejala
penyakit TB.
> Sewaktu (Hari II): sehabis bangun tidur keesokan harinya, keluarkan dahak, tampung
dalam pot (wadah) yang diberi petugas, tutup rapat, bawa ke rumah sakit atau puskesmas.
> Sewaktu (hari ke II ) pada saat suspek datang ke puskesmas atau rumah sakit.
o Pemutusan Rantai Penularan
TBC dapat dicegah dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan mengobati
penderita TBC sampai benar-benar sembuh serta dengan melaksanakan Pola Hidup Bersih
dan Sehat. Sedangkan untuk penyembuhan dengan jalan minum obat yang diberikan secara
teratur,sampai dinyatakan sembuh. Seseorang yang positif menderita penyakit TBC bila
berobat di unit pelayanan kesehatan akan mendapat obat TBC yang disebut"Kombipak" atau
paket obat FDC yang semuanya diberikan secara gratis, dengan mutu dan kualitas.
o DOTS
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse chemotherapy) adalah strategi
pengobatan pasien TB dengan menggunakan paduan obat jangka pendek dan diawasi
langsung oleh seorang pengawas yang dikenal sebagai PMO (pengawas menelan obat).
Pengobatan TBC dengan strategi DOTS ini merupakan satu-satunya pengobatan TBC yang
saat ini direkomendasikan oleh oraganisasi kesehatan sedunia (WHO) karena terbukti paling
efektif. Obat TBC harus diminum secara teratur sampai penderita dinyatakan sembuh. Lama
pengobatan berkisar 6sampai dengan 8 bulan. Jika tidak teratur minum obat akan
menimbulkan: >( Penyakitnya akan lebih sukar diobati ) > ( Kuman TBC dalam tubuh akan
berkembang semakin banyak dan menyerang organ tubuh lain) >( Akan membutuhkan waktu
lebih lama untuk dapat sembuh ) > ( Biaya pengobatan akan sangat besar dan tidak
ditanggung oleh pemerintah).
Untuk Mencegah Penularan TBC Agar menutup mulut jika batuk atau bersin sehinggga
keluarga atau orang sekelilingnya tidak tertular, terutama bila disekitarnya ada anak-anak : .
Jangan meludah di sembarang tempat .
Gunakan tempat yang tertutup untuk menampung dahak.
Dahak jangan dibuang di sembarang tempat.
Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (tidak merokok, jemur kasur dan tikar
secara teratur, ventilasi udara serta sinar matahari.
BAB IV
KESIMPULAN
Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium
tuberculosis suatu basil yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari
tubuh manusia. Gejala yang ditimbulkan pada penyakit TBC yakni : demam, batuk, nyeri
dada, sesak napas, malaise.
Klasifikasi Tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai
berdasarkan kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberculosis
3. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :
a. TB paru tersangka yang diobati ( sputum BTA negatif, tapi tanda – tanda lain positif )TB
paru tersangka yang tidak dapat diobati (sputum BTA negatif dan tanda – tanda lain
meragukan )
Cara penangan untuk penyakit TBC yaitu :
Pemutusan Rantai Penularan
TBC dapat dicegah dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan
mengobati penderita TBC sampai benar-benar sembuh serta dengan
melaksanakan Pola Hidup Bersih dan Sehat
DOTS
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse chemotherapy) adalah
strategi pengobatan pasien TB dengan menggunakan paduan obat jangka
pendek dan diawasi langsung oleh seorang pengawas yang dikenal sebagai
PMO (pengawas menelan obat).
Obat TBC yang digunakan dalam memberikan terapi dan perawatan TBC paru yang
dilakukan oleh tim dokter dan medis adalah sebagai berikut :
Obat primer tuberkulosis yang terdiri dari INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol,
Streptomisin, Pirazinamid.
Obat sekunder tuberkulosis yang terdiri dari Exionamid, Paraaminosalisilat,
Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33216
TUBERKULOSIS. http://www.infeksi.com/index.php ?
Pengertian Tuberkulosis http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
Mycobacterium Tuberculosis http://www.scribd.com/doc/31733293/Makalah-
Mycobacterium-Tuberculosis
Gejala Klinis TBC. http://daimanshare.com/.
Tuberculosis. http://www.Infeksi.com/tuberculosis
Penyakit TBC. http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm .
Ayo TangkalTBC. http://www. nakita.comhttp://fian689.files.wordpress.com/
2013/06/makalah-mycobacterium- tuberculosis.docx
TUGAS EPIDEMOLOGI
TUBERCULOSIS
Disusun oleh :
1. Luh Kadek Permata Dwi 13700105
2. I Gede Herry Ananta Wijaya 13700109
3. Galuh Nusaputri Kartika 13700111
4. Made Astintya Sinta Mahastuti 13700113
5. I Made Herdinata Sudiartana 13700115
6. Elka Nur Afriyanti 13700117
7. Firda Fajriya K 13700119
8. Ayu Gaduh Candra Friska 13700121
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas Epidemologi dengan judul “TUBERCULOSIS”. Dalam
makalah ini penulis merangkum pengertian dan penyebab tuberculosis pada. Penulis sangat
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini penulis memiliki banyak
keterbatasan ,sehingga jika pembaca menemukan kekurangan atau kekeliruan dengan hati
terbuka penulis menerima salam dan kritik yang membangun.
Akhirnya ,penulis ucapkan selamat membaca, semoga kita dapat memanfaatkan
makalah ini bersama-sama, dengan dasar itikad yang baik untuk mengimplementasikannya
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Surabaya, 3 juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..……………….…….i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..…………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1. Latar belakang ..............................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah ........................................................................................................2
BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN…………................................................................3
2.1. Pengertian……..…….......................................................................................................3
2.2.Anatomi & Fisiologi………………………………………………………………………………4
2.3. Etiologi…………………............................................................................................5
2.4. Patofisiologi……………………….…………………………………………………………..…5
2.5 Manifestasi Klinik…...…………………………………………………………...……………….6
2.6 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang…………………………...………………………………7
BAB III RENCANA PROGRAM ......................................................................................…..11
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................................14
4.1. Kesimpulan…..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................16