30
MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK ASFIKSIA MEKANIK Disusun Oleh: Sicilia R. N. K. Eha 112013188 Penguji: dr. Djaja Surya Atmadja, Sp.F, SH, PhD DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTOMANGUNKUSUMO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA SEPTEMBER 2015

Makalah Ujian Kasus Forpat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

forensik patologi

Citation preview

MAKALAH UJIAN KASUS

PATOLOGI FORENSIK

ASFIKSIA MEKANIK

Disusun Oleh:

Sicilia R. N. K. Eha

112013188

Penguji:

dr. Djaja Surya Atmadja, Sp.F, SH, PhD

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTOMANGUNKUSUMO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

SEPTEMBER 2015

BAB I

ILUSTRASI KASUS

No. Registrasi Forensik : 795/SK II/VIII/2015

No. Registrasi RSCM : 3603 A 08

Pemeriksaan Luar : 29 Agustus 2015 pukul 16.42 WIB

Pemeriksaan Dalam : 30 Agustus 2015 pukul 01.55 WIB

Identitas Jenazah

Nama : Nn. KK

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 23 tahun

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswi

Alamat : Rusun Tambora Blok A Anggrek RT 05/ 11 Angke

Jakarta Utara

Pada hari Rabu Sabtu, 29 Agustus 2015, pihak Kepolisian Daerah Metro Jaya Metropolitan

Jakarta Barat membawa mayat perempuan yang sudah diidentifikasi sebagai Nn.KK ke

bagian forensik Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Mayat perempuan tersebut

ditemukan meninggal dunia pada hari Sabtu, 29 Agustus 2015 jam 12.00 WIB di kost Prima

lantai 3 no.18B KM 307 Taman Sari. Diduga korban meninggal akibat pembunuhan.

Kepolisian Daerah Metro Jaya Metropolitan Jakarta Barat mengirimkan jenazah untuk

dilakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam melalui surat permintaan nomor 105/

VS/ VIII/ 2015 agar dapat dibuatkan visum et repertumnya. Pemeriksaan luar mayat

dilaksanakan segera setelah mayat datang di RSCM pada pukul 16.42 WIB. Dan pemeriksaan

dalam mayat dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2015 pukul 01.55 WIB.

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

RUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMOJalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos 1086

Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991 Nomor : 105/ VS/ VIII/ 2015 Jakarta, 30 Agustus 2015Perihal : Visum et repertum mayat Lampiran : ---------------------------------------------------------------------------------------------

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM795/SK II/VIII/2015

Yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Sicilia Eha, dokter pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo di Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Polsek Metro Menteng Polres Metro Jakarta Pusat tertanggal tujuh bulan maret tahun dua ribu empat belas, Nomor Surat: 105/ VS/ VIII/ 2015, maka pada tanggal tiga puluh bulan Agustus tahun dua ribu lima belas, pukul satu lebih lima puluh lima menit Waktu Indonesia Bagian Barat bertempat di Ruang bedah mayat Departemen Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo, telah melakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam mayat, atas mayat dengan keterangan sebagai berikut:-------------------Nama :Nn.KK----------------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : Perempuan----------------------------------------------------------------------Umur : 23 tahun-------------------------------------------------------------------------Warganegara : Indonesia------------------------------------------------------------------------Pekerjaan : Mahasiswi-----------------------------------------------------------------------Alamat : Rusun Tambora Blok A Anggrek RT 05/ 11 Angke Jakarta Utara-----

-------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN-------------------------------

I. PEMERIKSAAN LUAR------------------------------------------------------------------------------1. Label terikat pada pergelangan kaki kiri, terbuat dari kertas karton, berwarna merah

muda, tanpa materai.-----------------------------------------------------------------------------------2. Mayat terbungkus dengan: Satu buah kantong jenazah bahan terpal warna orange

bertuliskan “Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Tahun Anggaran 2015”------3. Perhiasan mayat: ---------------------------------------------------------------------------------------

a. Satu buah ikat rambut berwarna hitam bermodel bulu-bulu---------------------------------

b. Sepasang anting-anting bahan logam berwarna putih pada bagian tengah terdapat berlian imitasi-------------------------------------------------------------------------------------

4. Pakaian yang dikenakan mayat adalah: Tidak ada-------------------------------------------------5. Benda di samping mayat: Satu helai handuk berwarna putih------------------------------------6. Kaku mayat terdapat pada rahang dan jari-jari, mudah di lawan. Lebam mayat terdapat

pada punggung, perut, lengan, leher, paha bagian belakang berwarna merah keunguan hilang pada penekanan--------------------------------------------------------------------------------

7.Mayat adalah-----------------------------Lanjutan visum et repertum nomor : 105/ VS/ VIII/ 2015

Halaman ke 2 dari 5 halaman

7. Mayat adalah seorang perempuan, berbangsa Indonesia ras Mongoloid, berumur kurang lebih dua puluh tiga tahun, warna kulit kuning langsat, bergizi baik, memiliki panjang tubuh seratus lima puluh dua sentimeter, berat tubuh lima puluh Sembilan kilogram--------

8. Mayat memiliki identitas khusus sebagai berikut:.------------------------------------------ ----a. Pada punggung kiri tujuh sentimeter dari garis pertengahan belakang, delapan

sentimeter di bawah puncak bahu terdapat tato bergambar wanita dengan sayap berwarna hitam, merah dan hijau berukuran delapan belas kali tujuh sentimeter --------

b. Pada dada kanan tujuh sentimeter dari garis pertengahan depan, tujuh sentimeter di bawah puncak bahu terdapat tato bermotif bunga mawar berwarna merah dan kuning berukuran tujuh sentimeter kali delapan sentimeter ------------------------------------------

9. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuhnya lurus, panjang tiga puluh lima sentimeter. Alis mata berwarna hitam tumbuhnya lebat panjang nol koma delapan sentimeter. Bulu mata berwarna hitam tumbuhnya lurus, panjang nol koma delapan sentimeter. Kumis tidak ada. Jenggot tidak ada--------------------------------------------------------------------------

10. Mata kanan tertutup dan mata kiri terbuka ukuran tujuh milimeter. Pada mata kanan dan kiri, selaput bening mata jernih, teleng mata kanan dan kiri bulat ukuran empat millimeter, warna tirai mata kanan dan mata kiri coklat, selaput bola mata kanan dan kiri tampak pelebaran pembuluh darah warna ungu coklat, selaput kelopak mata kanan dan kiri tampak pelebaran pembuluh darah-------------------------------------------------------------

11. Hidung berbentuk sedang. Telinga berbentuk oval. Mulut terbuka berukuran tiga millimeter. Lidah terjulur dan tergigit berukuran lima milimeter dari ujung lidah berwarna hitam-------------------------------------------------------------------------------

12. Gigi geligi berjumlah dua puluh delapan buah, gigi ke delapan pada rahang kanan atas tidak ada, gigi ke tujuh dan delapan pada rahang kanan bawah tidak ada, gigi pada rahang atas kiri lengkap dan gigi ke delapan pada rahang bawah kiri tidak ada--------------

13. Dari lubang mulut tidak keluar apa-apa. Dari lubang hidung keluar cairan bening warna putih. Dari lubang telinga kanan tidak keluar apa-apa dan dari lubang telinga kiri tidak keluar apa-apa. Dari lubang kemaluan tidak keluar apa-apa. Dari lubang pelepas tidak keluar apa-apa------------------------------------------------------------------------------------------

14. Luka-luka pada mayat:-------------------------------------------------------------------------------a. Pada leher sisi kiri empat sentimeter dari garis pertengahan depan terdapat memar

berwarna merah keunguan berukuran dua koma lima kali satu sentimeter---------------b. Pada bibir atas sisi kiri bagian dalam dua koma lima sentimeter dari garis

pertengahan depan terdapat memar berwarna merah keunguan berukuran nol koma lima kali nol koma lima------------------------------------------------------------------------------------------

15. Patah tulang: Tidak tampak dan tidak teraba patah tulang---------------------------------------16. Lain-lain:-----------------------------------------------------------------------------------------------

a. Urin tidak berhasil di ambil--------------------------------------------------------------b. Darah di ambil dua milliliter, golongan darah

“O”------------------------------------c. Di ambil swab vagina luar dan dalam---------------------------------------------------d. Di temukan robekan lama sampai dasar pada arah jam dua dan Sembilan sesuai

putaran jaru jam----------------------------------------------------------------------------

e. Di lakukan pemeriksaan alcohol darah di dapatkan hasil satu jam pertama negatif-------------------------------------------------------------------------------

PEMERIKSAAN DALAM-----------Lanjutan visum et repertum nomor : 105/ VS/ VIII/ 2015

Halaman ke 3 dari 5 halaman

PEMERIKSAAN DALAM:-----------------------------------------------------------------------------

17. Jaringan lemak bawah kulit berwarna kuning, pada daerah dada setebal dua puluh milimeter dan pada daerah perut setebal lima puluh milimeter. Otot – otot berwarna merah kecoklatan, cukup tebal. Sekat rongga badan kanan setinggi sela iga ke lima, sekat rongga badan kiri setinggi sela iga ke enam. Tulang dada utuh, iga–iga utuh. Dalam rongga dada kanan berisi cairan berwarna kemerahan sebanyak lima puluh mililiter, sebelah kiri berisi cairan berwarna kemerahan sebanyak lima puluh mililiter. Kandung jantung tampak seluruhnya jari di antara kedua paru, berisi cairan berwarna sedikit kemerahan------------------------------------------------------------------------------------

18. Pada jaringan ikat bawah kulit daerah leher, sebelah kanan terdapat resapan darah dan daerah garis pertengahan depan terdapat resapan darah. Otot leher berwarna merah kecoklatan, terdapat resapan darah tepat di garis pertengahan depan--------------------------

19. Selaput dinding perut berwarna kelabu mengkilat. Otot dinding perut berwarna merah kecoklatan. Dalam rongga perut tidak terdapat cairan-------------------------------------------

20. Lidah berwarna kelabu kecoklatan, penampang berwarna merah kecoklatan. Tulang lidah utuh. Rawan gondok utuh. Rawan cincin utuh. Kelenjar gondok berwarna merah kecoklatan, perabaan kenyal, penampang berwarna merah kecoklatan, berat kurang dari sepuluh gram. Tidak ditemukan kelenjar kacangan. Kerongkongan berisi lendir berwarna merah kecoklatan dengan selaput lendir pada bagian atas berwarna merah keunguan sepanjang sembilan kali tiga sentimeter dan bagian bawah berwarna kuning kelabu. Batang tenggorok berisi cairan kental berwarna merah kehitaman dengan selaput lendir tampak seluruhnya berwarna merah kehitaman---------------------------------------------------

21. Jantung sebesar satu kali tinju kanan mayat, berwarna coklat, perabaan kenyal. Ukuran lingkaran katub serambi kanan sembilan sentimeter, kiri sepuluh sentimeter, pembuluh nadi paru enam koma lima sentimeter, dan batang nadi lima koma lima sentimeter. Tebal otot bilik kanan tiga milimeter dan kiri lima milimeter. Pembuluh nadi jantung tidak menebal dan tidak tersumbat. Sekat jantung berwarna coklat homogen. Berat jantung dua ratus sepuluh gram. Di permukaan jantung bagian belakang terdapat bintik-bintik pendarahan-----------------------------------------------------------------------------------

22. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna ungu kelabu, perabaan kenyal spons, penampang berwarna merah kecoklatan, pada pemijatan keluar busa halus dan cairan berwarna merah pada seluruh baga, berat paru kanan empat ratus empat puluh gram. Pada baga atas paru kanan terdapat bintik pendarahan dan baga bawah tampak lebih basah. Paru kiri terdiri atas dua baga, berwarna ungu kelabu, perabaan kenyal spons, penampang berwarna merah kecoklatan, pada pemijatan keluar busa halus dan cairan berwarna merah pada seluruh baga, berat paru kiri tiga ratus sembilan puluh gram. Pada baga atas dan bawah paru kiri terdapat bintik pendarahan---------------------------------------

23. Limpa berwarna coklat keunguan, permukaan keriput, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu kecoklatan, gambaran limpa jelas, dan pada pengikisan jaringan terikut, berat limpa seratus gram----------------------------------------------------------

24. Hati berwarna ungu kelabu, permukaan licin, tepi tajam, perabaan kenyal, penampang berwarna kecoklatan, gambaran hati jelas, berat hati seribu seratus lima puluh gram-------

25. Kelenjar empedu berisi cairan berwarna coklat kekuningan, selaput lendir seperti bludru, saluran empedu tidak tersumbat---------------------------------------------------------------------

26.Kelenjar liur perut-----------------------Lanjutan visum et repertum nomor : 105/ VS/ VIII/ 2015

Halaman ke 4 dari 5 halaman

26. Kelenjar liur perut berwarna kecoklatan, permukaan berbaga-baga, perabaan kenyal, penampang berwarna kecoklatan, gambaran kelenjar jelas, berat lima puluh gram---------

27. Lambung berisi cairan kental berwarna kecoklatan, selaput lendir berwarna kelabu dan tampak pelebaran pembuluh darah. Usus dua belas jari berisi lendir kental berwarna kecoklatan dengan selaput lendir berwarna kelabu. Usus halus berisi cairan kental berwarna kecoklatan dengan selaput lendir berwarna kelabu. Usus besar berisi massa lunak berwarna hijau kecoklatan dengan selaput lendir berwarna kelabu---------------------

28. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapesium dengan warna merah kecoklatan, berat tidak di timbang. Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk segitiga dengan warna merah kecoklatan, berat tidak ditimbang-------------------------------------------------------------------

29. Ginjal kanan simpai lemak sedang cukup tebal, simpai ginjal mudah di lepaskan, permukaan ginjal licin, warna ginjal ungu kecoklatan, penampang berwarna ungu kecoklatan, perabaan kenyal padat, gambaran ginjal jelas, piala ginjal kosong, saluran kemih tidak tersumbat, berat seratus dua puluh gram. Ginjal kiri simpai lemak sedang cukup tebal, simpai ginjal mudah dilepaskan, permukaan ginjal licin, warna ginjal ungu kecoklatan, penampang berwarna ungu kecoklatan, perabaan kenyal padat, gambaran ginjal jelas, piala ginjal kosong, saluran kemih tidak tersumbat, berat seratus empat puluh gram-----------------------------------------------------------------------------------

30. Kandung kemih kosong. Selaput lendir berwarna putih-----------------------------------------31. Indung telur kanan berbentuk lonjong, berukuran dua kali dua kali satu sentimeter,

selaput berwarna putih kelabu. Indung telur kiri berbentuk lonjong, berukuran dua koma lima kali satu koma lima kali satu sentimeter, selaput berwarna putih kelabu. Rahim berukuran lima koma lima kali enam kali dua koma lima sentimeter, berisi nanah----------

32. Pada kulit kepala bagian dalam terdapat pelebaran pembuluh darah seluruhnya. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak tidak di temukan resapan darah. Selaput lunak otak tidak di temukan resapan darah. Otak besar pada permukaan tampak pelebaran pembuluh darah dan batas antara daerah putih dan abu-abu jelas. Otak kecil pada permukaan tampak pelebaran pembuluh darah dan batas antara daerah putih dan abu-abu jelas. Batang otak terdapat pelebaran pembuluh darah. Berat otak seribu tiga ratus gram---------

33. Pemeriksaan laboratorium: --------------------------------------------------------------------------Toksikologi: -------------------------------------------------------------------------------------------

a. Kode MET14070005, tanggal expired 2016-07, hasil negative --------------------b. Kode COC14070001, tanggal expired 2016-07, hasil negative --------------------c. Kode THC15040002, tanggal expired 2017-03, hasil negative --------------------d. Kode AMP15040001, tanggal expired 2017-02, hasil negative --------------------e. Kode PCP14080002, tanggal expired 2016-04, hasil negative ---------------------f. Kode BAR15040001, tanggal expired 2017-04, hasil negative --------------------g. Kode BZO15050003, tanggal expired 2017-03, hasil negative --------------------h. Kode MDMA14080001, tanggal expired 2016-06, hasil negative -----------------i. Kode MOP14070003, tanggal expired 2016-07, hasil negative --------------------

j. Kode HCG14080033, tanggal expired 2016-06, hasil negative --------------------

KESIMPULAN------------Lanjutan visum et repertum nomor : 105/ VS/ VIII/ 2015

Halaman ke 5 dari 5 halaman

KESIMPULAN:-------------------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan mayat perempuan berusia sekitar dua puluh tiga tahun hingga dua puluh lima tahun ini, bergolongan darah “O” ditemukan adanya memar pada leher dan bibir sisi kiri akibat kekerasan tumpul. Selanjutnya di temukan bintik pendarahan pada paru dan hati. Resapan darah pada otot leher. Sebab mati orang ini adalah kekerasan tumpul pada leher yang menyebabkan mati lemas. --------------------------------------------------------------------------Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).-------------------------------------------------------------------------

Dokter Pemeriksa,

Dr. Sicilia Eha

BAB II

PEMBAHASAN UMUM

2.1 Prosedur Medikolegal1-3

Ilmu kedokteran forensik adalah cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang

dimanfaatkan untuk penegakan hukum serta keadilan. Ilmu kedokteran forensik muncul

karena di tengah masyarakat dapat terjadi pelanggaran hukum terkait tubuh manusia dan

untuk memperjelas perkara tersebut diperlukan pengetahuan yang lebih dalam dari bidang

kedokteran. Selain di dalam lingkup pengadilan, ilmu kedokteran forensik juga berperan

dalam membantu penyelesaian klaim asuransi, masalah paternitas, dan membantu usaha

peningkatan keamanan dan keselamatan kerja melalui database yang dimilikinya tentang

jumlah korban kecelakaan lalu lintas atau kecelekaan kerja.

Saat terjadi suatu peristiwa yang diduga adalah suatu tindak pidana, pada awalnya

dilakukan proses penyelidikan oleh polisi untuk menentukan apakah peristiwa tersebut dapat

dianggap sebagai suatu tindak pidana. Jika diputuskan bahwa peristiwa tersebut merupakan

tindak pidana, selanjutnya dilakukan penyidikan dengan maksud mengumpulkan berbagai

bukti supaya perkara semakin jelas dan tersangka dapat ditemukan. KUHAP pasal 6 dan

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2010 menyebutkan bahwa penyidik adalah polisi yang

minimal berpangkat Inspektur Polisi Dua atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang minimal

golongan III/a. Bila dalam satu sektor tidak ada Inspektur Polisi Dua, maka bintara dengan

tingkatan di bawahnya (Ajun Inspektur Polisi) yang menjadi penyidik. Sementara itu,

penyidik pembantu adalah polisi yang minimal berpangkat Brigadir Polisi Dua. Penyidikan

kemudian dilanjutkan dengan penuntutan dan pengadilan. Dalam proses pengadilan, hakim

baru dapat menjatuhkan pidana kepada seorang terdakwa apabila memiliki sekurang-

kurangnya dua alat bukti yang sah (KUHAP pasal 183).

KUHAP pasal 133 ayat 1 berbunyi “dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan

menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa

yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada

ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”. KUHAP Pasal 179 ayat 1

berbunyi “setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau

dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan”. UU No. 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan pasal 28 juga menyebutkan bahwa tenaga kesehatan wajib

melakukan pemeriksaan kesehatan atas permintaan penegak hukum, Di sinilah terlihat

pentingnya ilmu kedokteran forensik dalam bidang peradilan. Berbeda halnya dengan peran

sebagai klinisi, untuk kepentingan peradilan, dokter tidak berhadapan dengan pasien

melainkan dengan korban, baik korban hidup maupun korban mati, yang statusnya adalah

barang bukti. Dalam penegakan hukum, dokter bertindak sebagai ahli lalu memberikan

bantuan pemeriksaan kedokteran forensik terhadap korban hidup, korban mati, bagian tubuh

manusia, atau benda yang diduga berasal dari tubuh manusia. Tindak pidana yang bisa terjadi

di mana saja membuat setiap dokter secara praktis harus mampu melakukan pemeriksaan

forensik. Dari hasil pemeriksaannya, dokter memberikan keterangan ahli, baik secara lisan di

pengadilan atau secara tertulis dalam bentuk surat. Keduanya dapat menjadi alat bukti yang

sah untuk membuat terang suatu perkara, dengan syarat dokter yang menyampaikan telah

mengambil sumpah jabatan dan memiliki Surat Izin Praktik yang valid. Apabila seorang

dokter menolak untuk membantu, kepadanya dapat dijatuhkan hukuman penjara paling lama

9 bulan.

Untuk bisa mendapatkan keterangan ahli, KUHAP pasal 133 ayat 2 menyebutkan

bahwa penyidik harus memberikan permintaan tertulis yang mencantumkan jenis

pemeriksaan yang dibutuhkan; apakah itu pemeriksaan luka, pemeriksaan luar mayat,

dan/atau pemeriksaan bedah mayat/autopsi. Permintaan tertulis ini dikenal dengan Surat

Permintaan Visum yang diajukan kepada instansi kesehatan tempat seorang dokter bekerja.

Yang berwenang mengajukannya adalah penyidik atau penyidik pembantu. Adapun penyidik

dan penyidik pembantu yang dimaksud dalam hal ini adalah polisi, bukan PNS. Dalam hal

korban mati dan diperlukan adanya autopsi, penyidik wajib memberitahukan kepada pihak

keluarga korban dan menerangkan hingga sejelas-jelasnya tentang tujuan dilakukannya

autopsi. Autopsi baru dilakukan setelah mendapat persetujuan keluarga korban atau bila

dalam waktu 2 x 24 jam tidak ada jawaban dari keluarga korban. Jenazah sebagai barang

bukti juga diberi label identitas yang dilak, diberi cap jabatan, dan diikatkan pada ibu jari

kaki atau bagian tubuh lain (KUHAP pasal 133 ayat 3). Apabila jenazah sampai kepada

dokter pemeriksa dalam keadaan belum teridentifikasi, maka dokter harus membantu proses

identifikasi sebagaimana tertulis dalam UU Kesehatan pasal 118. Setelah seluruh

pemeriksaan yang diminta penyidik selesai dilakukan, jenazah dapat dibawa keluar dari

institusi kesehatan. Namun bila jenazah dibawa pulang paksa, dokter tidak akan

mengeluarkan keterangan tertulis hasil pemeriksaan dan mereka yang menghalangi

pemeriksaan dapat dikenakan sanksi sesuai KUHP pasal 222.

Produk tertulis yang dikeluarkan seorang dokter sebagai ahli setelah melakukan

pemeriksaan forensik disebut sebagai visum et repertum yang tergolong dalam alat bukti

berupa surat. Dikarenakan Surat Permintaan Visum diajukan oleh penyidik, maka visum et

repertum hanya boleh diberikan kepada polisi yang bertindak sebagai penyidik. Secara

umum, visum et repertum terdiri dari 5 bagian, yakni:

1. Kata Pro Justitia yang menunjukkan bahwa visum et repertum dibuat khusus untuk tujuan

peradilan

2. Bagian pendahuluan yang memuat nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi

kesehatan tempat ia bekerja, instansi penyidik yang mengajukan permintaan berikut

nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas

korban yang diperiksa

3. Bagian pemberitaan yang memuat hasil pemeriksaan berkaitan dengan kasus

4. Bagian kesimpulan yang dalam hal visum et repertum jenazah memuat luka-luka yang

ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya serta pendapat dokter tentang sebab

kematian dan perkiraan saat kematian. Sebab kematian baru dapat ditentukan apabila

sudah dilakukan autopsi.

5. Bagian penutup

2.2 Tanatologi1-3

Dalam ilmu kedokteran forensik, dikenal cabang ilmu tanatologi yang mempelajari

kematian, perubahan setelah kematian, dan faktor yang memengaruhinya. Terdapat beberapa

macam istilah mati dalam tanatologi, yakni mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler,

mati serebral, dan mati batang otak

Mati somatis adalah terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yakni susunan

saraf pusat, sistem kardiovaskular, dan sistem pernapasan, secara menetap.

Mati suri adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan jika dinilai dengan alat

kedokteran sederhana. Namun, jika digunakan alat yang lebih canggih dapat dibuktikan

bahwa ketiga sistem masih berfungsi.

Mati seluler adalah kematian organ atau jaringan beberapa saat setelah kematian somatis.

Waktu yang dibutuhkan tiap organ atau jaringan untuk mengalami mati seluler berbeda-

beda. Sistem saraf pusat dapat mengalaminya dalam waktu 4 menit sedangkan otot

mengalaminya setelah 4 jam.

Mati serebral adalah rusaknya kedua hemisfer otak besar secara menetap namun otak

kecil dan batang otak masih berfungsi sehingga sistem pernapasan dan sistem

kardiovaskular dapat berjalan dengan alat bantu.

Mati batang otak adalah rusaknya seluruh isi neuronal intrakranial, termasuk otak kecil

dan batang otak, secara menetap.

Mati somatis dan mati batang otak digunakan sebagai definisi kematian sebagaimana yang

dimaksud dalam UU Kesehatan pasal 126.

Setelah seseorang meninggal, terjadi berbagai perubahan yang dapat digunakan

sebagai tanda-tanda untuk mengenali kematian. Tanda-tanda kematian dibagi menjadi tanda-

tanda dini dan tanda-tanda lanjut. Kematian dapat dikatakan secara pasti setelah timbulnya

tanda-tanda lanjut.

Tanda dini kematian

1. Pernapasan berhenti yang dinilai selama lebih dari 10 menit

2. Sirkulasi berhenti yang dinilai selama 15 menit

3. Kulit pucat

4. Tonus otot menghilang akibat relaksasi primer sehingga terjadi pendataran daerah tubuh

yang tertekan dan wajah terkadang tampak lebih muda

5. Segmentasi pembuluh darah retina

6. Selaput bening mata mongering sehingga terjadi kekeruhan yang jika baru terjadi 10

menit masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air

Tanda lanjut kematian

a. Lebam mayat/livor mortis

Lebam mayat adalah perubahan warna kulit pasca kematian akibat terkumpulnya

darah di pembuluh darah pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian yang tertekan,

karena pengaruh gaya gravitasi. Lebam mayat biasanya berwarna merah keunguan ( livid) dan

muncul 20-30 menit pasca kematian. Pada mulanya, lebam mayat hilang jika dilakukan

penekanan. Semakin lama, intensitas lebam mayat meningkat dan setelah 8-12 jam lebam

mayat akan menetap/tidak hilang pada penekanan. Hal ini dikarenakan sel darah merah sudah

tertimbun dalam jumlah yang cukup banyak sehingga tidak dapat berpindah lagi, di samping

karena otot-otot dinding pembuluh darah menjadi kaku. Apabila mayat diubah posisinya

sebelum 8-12 jam pasca kematian, lebam mayat dapat berubah posisi.

Untuk membedakan lebam mayat dengan resapan darah akibat trauma, dapat

dilakukan pengirisan pada suatu daerah yang mengalami perubahan warna kemudian

dilakukan penyiraman dengan air. Apabila warna merah pudar atau menghilang, perubahan

warna tersebut adalah lebam mayat.

b. Kaku mayat/rigor mortis

Kaku mayat terjadi karena cadangan glikogen habis sehingga tidak dapat dibuat ATP

baru yang berakibat pada menggumpalnya aktin dan miosin. Kaku mayat muncul sekitar 2-4

jam pasca kematian, dimulai dari otot-otot kecil ke otot-otot besar, kemudian menjadi

lengkap di seluruh tubuh sekitar 8-10 jam pasca kematian. Setelah lengkap, kaku mayat

dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama karena

degradasi jaringan. Pemeriksaan kaku mayat dilakukan di sendi-sendi pada tubuh. Faktor

yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum kematian, suhu

tubuh yang tinggi, tubuh yang kurus, dan suhu lingkungan yang tinggi. Terdapat beberapa

kondisi kekakuan otot pasca kematian yang menyerupai kaku mayat, yakni cadaveric spasm,

heat stiffening, dan cold stiffening.

Cadaveric spasm adalah kekakuan otot yang langsung terjadi pada saat kematian

tanpa didahului relaksasi primer dan menetap. Penyebab cadaveric spasm adalah

habisnya cadangan glikogen lokal pada saat mati klnis karena kelelahan atau emosi

yang hebat sesaat sebelum meninggal.

Heat stiffening adalah kekakuan otot akibat koagulasi protein otot karena panas.

Koagulasi protein otot menyebabkan otot memendek dan memberi gambaran seperti

petinju (pugilistic attitude) akibat fleksi pada sendi-sendi.

Cold stiffening adalah kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin sehingga cairan

dalam rongga sendi mengeras dan jaringan subkutan serta otot memadat.

c. Penurunan suhu tubuh mayat/algor mortis

Penurunan suhu tubuh mayat terjadi karena pemindahan panas dari tubuh mayat ke

lingkungan sekitarnya melalui proses konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Penurunan

suhu tubuh membentuk kurva sigmoid jika digambarkan dalam grafik. Faktor yang

mempercepat penurunan suhu tubuh adalah suhu lingkungan yang rendah, kelembaban

rendah dan lingkungan berangin, tubuh yang kurus, posisi telentang, serta tidak berpakaian

atau berpakaian tipis.

d. Pembusukan/dekomposisi

Pembusukan adalah proses degradasi jaringan akibat autolisis oleh enzim yang

dilepaskan sel pasca kematian dan akibat kerja bakteri. Bakteri yang dimaksud adalah bakteri

yang semasa hidup mendiami usus besar, terutama dari genus Clostridium. Oleh karena itu,

pembusukan pertama-tama ditandai dengan munculnya warna kehijauan di kuadran kanan

bawah perut (daerah sekum) 18-24 jam pasca kematian karena terbentuknya

sulfmethemoglobin dari kerja bakteri. Setelah mati, bakteri mendapat akses ke sirkulasi tubuh

dan berproliferasi dengan baik dalam medium berupa darah. Hal ini menyebabkan warna

hijau perlahan menyebar ke daerah tubuh lainnya.

Bakteri menghasilkan gas-gas pembusukan berupa alkana, hidrogen sulfida, dan gas

lainnya yang berbau busuk. Darah mengalami degenerasi (hemolisis), bereaksi dengan

hidrogen sulfida dari kerja bakteri, kemudian menempel pada dinding pembuluh darah

sehingga menciptakan pola reticulated warna kehitaman pada pembuluh darah yang dekat

dengan permukaan kulit. Gambaran ini disebut marbling dan muncul 24-48 jam pasca

kematian. Pada kulit, terbentuk gelembung berisi cairan pembusukan warna kemerahan yang

muncul dalam 24-48 jam pasca kematian. Gas yang terbentuk di pembuluh darah paru dan

jalan napas memberi tekanan yang cukup kuat sehingga dari mulut dan hidung keluar cairan

berwarna kemerahan yang merupakan darah yang telah mengalami pembusukan. Gambaran

ini disebut blood purge dan terjadi 24-48 jam pasca kematian. Pada akhirnya, dalam waktu

48-72 jam seluruh tubuh akan tampak menggembung, terutama di wajah, dada, dan alat

genitalia. Dalam waktu 48-72 jam pula kulit ari tampak mengelupas akibat pecahnya

gelembung pembusukan dan melonggarnya jaringan epidermis. Organ dalam juga mengalami

pembusukan dengan kecepatan berbeda. Prostat dan uterus nongravida adalah organ yang

paling tahan terhadap pembusukan.

Pada mayat dapat pula dijumpai larva lalat yang dapat membantu perkiraan saat

kematian dengan asumsi setelah seseorang meninggal lalat segera meletakkan telurnya

terutama di bagian bermukosa. Kecepatan pertambahan panjang larva berbeda-beda untuk

tiap spesies. Di Indonesia, spesies yang paling sering dijumpai adalah Chrysomya

megacephala (lalat hijau) yang larvanya menetas setelah satu hari dan setiap hari bertambah

panjang 1 cm.

Kecepatan pembusukan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang lebiih

hangat mempercepat pertumbuhan bakteri sehingga pembusukan berjalan lebih cepat. Mayat

juga lebih cepat membusuk bila diletakkan di udara dibanding apabila diletakkan di air dan

dalam tanah (udara : air : tanah = 8 : 2 : 1)

e. Adiposera/lilin mayat

Adiposera adalah bahan berwarna keputihan, lunak atau berminyak, dan berbau tengik

yang terbentuk dalam jaringan lunak tubuh pasca kematian. Bahan pembentuk adiposera

terutama asam-asam lemak tidak jenuh hasil hidrolisis lemak yang mengalami hidrogenisasi

dan bercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi, dan

kristal-kristal sferis. Adiposera mulai terbentuk dalam waktu 4 minggu pasca kematian dan

menjadi jelas terlihat secara makroskopik setelah 12 minggu atau lebih. Adiposera dapat

dijumpai di berbagai tempat, terutama di pipi, payudara, bokong, dan ekstremitas.

Keberadaan adiposera membuat jaringan dan organ di bawahnya tetap berada dalam kondisi

baik hingga bertahun-tahun karena derajat keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah.

Faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan lemak tubuh

yang cukup.

f. Mumifikasi

Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang terjadi

dengan cukup cepat sehingga jaringan mongering dan pembusukan terhenti. Mayat yang

mengalami mumifikasi berubah menjadi keras dan kering, warna gelap, berkeriput, dan tidak

membusuk. Mumifikasi terjadi dalam waktu 12-14 minggu bila suhu lingkungan hangat dan

kelembaban rendah.

2.3 Traumatologi2,3

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa). Sementara luka adalah suatu keadaan

ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Kekerasan dapat dibedakan

berdasarkan sifatnya, yaitu mekanik (kekerasan oleh benda tajam, kekerasan oleh benda

tumpul, dan tembakan senjata api), fisika (suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan udara,

akustik, dan radiasi), dan kimia (asam atau basa kuat).

Luka akibat kekerasan benda tumpul

Luka jenis ini disebabkan benda yang memiliki permukaan tumpul.

a. Memar

Memar adalah suatu perdarahan pada jaringan bawah kulit karena pecahnya kapiler

dan vena. Luka memar sering kali member petujuk tentang bentuk benda penyebab lukanya,

misal jejas ban (marginal haemorrhage). Faktor yang mempegaruhi letak, bentuk, dan luas

luka memar yaitu besarnya kekerasan, jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia,

jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, dan penyakit. Perubahan

warna pada luka memar dapat secara kasar digunakan untuk memperkirakan usianya. Saat

timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ugu atau hitam, setelah 4 sampai

5 hari akan berwarna hijau kemudian berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari, dan

menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Dalam medikolegal, interpretasi luka memar

merupakan hal penting.

b. Luka lecet

Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang

memiliki permukaan kasar atau runcing. Sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas, tubuh

terbentul aspar, atau benda tersebut yang bergerak dan menyentuh kulit. Luka lecet

diklasifikasikan sebagai berikut:

Luka lecet gores : luka lecet inni disebabkan oleh benda runcing yang

menggeser lapisa permukaan kulit di depannya, sehingga lapisan terangkat, dan hal

ini dapat menunjukkan arah kekerasan.

Luka lecet serut : luka lecet ini merupakan variasi luka lecet gores dengan

daerah persentuhan dengan permukaan kulit lebih lebar. Letak tumpukan epitel

menunjukkan arah kekerasan.

Luka lecet tekan : luka lecet ini disebabkan penjejakan benda tumpul pada kulit,

sehingga sering digunakan utuk megidentifikasi benda penyebab luka yang khas

karena bentuk luka menyerupai, seperti gigitan, kisi-kisi radiator mobil, dan lain

sebagainya. Luka ini berwarna lebih gelap dari jaringan sekitar.

Luka lecet geser : luka lecet ini disebabkan tekanan linier pada kulit disertai

gerakan bergeser, seperti pada kasus gantung atau jerat.

c. Luka robek

Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan

kulit teregang ke satu arah dan batas elastisitas kulit terlampaui. Ciri luka ini umumnya tidak

beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka,

bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka.

BAB III

PEMBAHASAN KHUSUS

3.1 Prosedur Medikolegal

Pada kasus ini, surat permintaan visum disampaikan dalam bentuk tertulis sesuai dengan

KUHAP pasal 133 ayat 2. Surat ini terdiri atas:

1. Institusi pengirim

Kepolisian Daerah Metro Jaya Metropolitan Jakarta Barat

2. Nomor surat

105/ VS/ VIII/ 2015

3. Tujuan surat

Kepala RS Cipto Mangunkusumo

4. Identitas

Tercantum nama, dan alamat korban.

5. Waktu ditemukannya korban

Sabtu, 29 Agustus 2015

6. Dugaan penyebab kematian

Pembunuhan

7. Permintaan penyidik

Pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam

8. Jabatan pengirim

AIPTU Kepala Kepolisian Sektor Metro Taman Sari

Jabatan penyidik yang tertera dalam surat memenuhi syarat PP No. 58 Tahun 2010 pasal 2A

yang menyebutkan bahwa penyidik minimal berpangkat Inspektur Polisi Dua. Surat

permintaan visum dan jenazah diantar oleh penyidik pembantu yang berpangkat Brigadir

Polisi Kepala; memenuhi syarat minimal pangkat penyidik pembantu dalam PP No. 58 Tahun

2010 pasal 3.

Jenazah sudah diberi label yang terikat pada ibu jari kaki kiri korban dan diberi cap jabatan

seperti instruksi dalam KUHAP pasal 133 ayat (3).

Pihak keluarga korban sudah diberi tahu perihal pelaksanaan pemeriksaan luar mayat sesuai

dengan KUHAP pasal 134 ayat (1) serta (2) dan telah memberikan persetujuan tertulis.

Menilai hal-hal tersebut di atas, prosedur medikolegal dalam penyidikan ini dapat dikatakan

telah berjalan dengan baik.

3.2 Identifikasi Jenazah

Jenazah dapat diidentifikasi menggunakan metode sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan

perhiasan, medik, gigi, serologi, secara eksklusi, serta DNA. Untuk dapat diidentifikasi,

setidaknya dibutuhkan dua metode.

Dalam kasus jenazah datang dalam keadaan tidak berpakaian dan terlabel yang menunjukkan bahwa kemungkinan dokumen identitas korban sudah diamankan. Pada jenazah ditemukan tato bergambar wanita dengan sayap berwarna hitam, merah dan hijau di punggung kiri dan tato bermotif bunga mawar berwarna merah dan kuning pada dada kanan yang merupakan

identitas khusus pada jenazah yang mampu memperkuat identitas korban.

3.3 Tanda Kematian dan Perkiraan Waktu Kematian

Pada jenazah, ditemukan tanda-tanda kematian lanjut berupa kaku mayat pada leher, rahang

dan kedua anggota gerak atas yang mudah dilawan. Selain itu, terdapat juga lebam mayat di

daerah punggung, berwarna merah keunguan, yang hilang saat dilakukan penekanan. Kaku

mayat menjadi lengkap di seluruh tubuh sekitar 8-10 jam pasca kematian. Sementara itu,

lebam mayat terfiksasi atau tidak hilang pada saat penekanan sekitar 8-12 jam pasca

kematian. Selaput bening mata juga ditemukan dalam keadaan jernih. Berdasarkan

karakteristik kaku mayat dan lebam mayat, dapat diperkirakan bahwa korban telah meninggal

kurang dari 12 jam sebelum dilakukannya pemeriksaan luar.

3.4 Luka-luka

Pada jenazah ditemukan dua luka luka, yakni

a. Pada leher sisi kiri empat sentimeter dari garis pertengahan depan terdapat memar berwarna merah keunguan berukuran dua koma lima kali satu sentimeter

b. Pada bibir atas sisi kiri bagian dalam dua koma lima sentimeter dari garis pertengahan depan terdapat memar berwarna merah keunguan berukuran nol koma lima kali nol koma lima

Gambaran luka yang demikian cocok dengan luka kekerasan tumpul.

3.5 Sebab dan Mekanisme Kematian

Sebab kematian diketahui adalah akibat kekerasan tumpul pada leher yang

menyebabkan mati lemas yaitu dengan ditemukan adanya memar pada leher dan bibir sisi

kiri. Selanjutnya di temukan bintik pendarahan pada paru dan hati. Resapan darah pada otot

leher.

3.6 Kesimpulan

Pada pemeriksaan mayat perempuan berusia sekitar dua puluh tiga tahun hingga dua

puluh lima tahun ini, bergolongan darah “O” ditemukan adanya memar pada leher dan bibir

sisi kiri akibat kekerasan tumpul. Selanjutnya di temukan bintik pendarahan pada paru dan

hati. Resapan darah pada otot leher. Sebab mati orang ini adalah kekerasan tumpul pada leher

yang menyebabkan mati lemas.

Saat kematian diperkirakan kurang dari 12 jam sebelum pemeriksaan luar dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun’im A, Sidhi, dkk. Ilmu

Kedokteran Forensik. Jakarta: FKUI; 1994. hal.1-11,25-36,64-70.

2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-undangan Bidang

Kedokteran. Jakarta: FKUI; 1994. hal.11-2.

3. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta: FKUI; 2000.

hal. 1-7,12-44,65.

4. James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson’s Forensic Medicine. 13th edition.

London: Hodder Arnold; 2011.p.42-9, 165-7.