8
VERBA DALAM BAHASA ARAB Muna Nabila Amatullah Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta I. PENDAHULUAN Verba atau kata kerja biasanya dibatasi dengan kata-kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Ia biasanya berfungsi sebagai predikat. Seperti definisi yang di kemukaan Abdul Chaer ( 2007 : 166 ) verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan. Menurut para tata bahasawan strukturalis, kata yang masuk dalam katagori verba adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata tidak atau dapat mengisi kontruksi tidak, misalnya makan, minum, dan lari. . Sibawaihi berdasarkan pemikiran gurunya Ad Duwali membagi kelas kata menjadi tiga golongan yakni ism, fi’il dan harf ( Soeparno, 2002 : 14 ). Fi’il merupakan kata yang bisa disepadankan dengan verba. Pada masa Yunani kuno Aristoteles menyebutnya sebagi onoma. Dalam beberapa bahasa, salah satunya adalah bahasa arab, verba memiliki ciri morfologis seperti ciri kala, aspek, persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur semantis perbuatan, keadaan, atau proses. II. PEMBAHASAN A. Devinisi verba Verba merupakan komponen bahasa yang universal dalam artian bahwa semua bahasa memiliki katagori kelas kata ini. Menurut Aristoteles dan Plato, fungsi paling khas verba adalah predikatif. Ia termasuk salah satu satu kelas-kelas utama kata ( nomina, verba, ajektiva, dan adverbia ) yang menandai objek-objek pemikiran yang merupakan materi wacana ( John Lyons, 1995 : 268 ). Setiap bahasa tidak akan pernah kosong dari verba, begitupun dalam bahasa inggris. Dikatakan bahwa verba adalah a word that expresses an action or state of being and the time of when it is ( KMI, 1422 :29 ). Sedangkan dalam bahasa arab, verba disebut dengan fi’i. secara bahasa fi’il berarti sebuah pekerjaan, sedangkan

Makalah Verba Dalam Bahasa Arab

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Verba Dalam Bahasa Arab

VERBA DALAM BAHASA ARAB

Muna Nabila Amatullah

Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta

I. PENDAHULUAN

Verba atau kata kerja biasanya dibatasi dengan kata-kata yang

menyatakan perbuatan atau tindakan. Ia biasanya berfungsi sebagai predikat.

Seperti definisi yang di kemukaan Abdul Chaer ( 2007 : 166 ) verba adalah kata

yang menyatakan tindakan atau perbuatan. Menurut para tata bahasawan

strukturalis, kata yang masuk dalam katagori verba adalah kata yang dapat

berdistribusi di belakang kata tidak atau dapat mengisi kontruksi tidak, misalnya

makan, minum, dan lari.

. Sibawaihi berdasarkan pemikiran gurunya Ad Duwali membagi kelas

kata menjadi tiga golongan yakni ism, fi’il dan harf ( Soeparno, 2002 : 14 ). Fi’il

merupakan kata yang bisa disepadankan dengan verba. Pada masa Yunani kuno

Aristoteles menyebutnya sebagi onoma. Dalam beberapa bahasa, salah satunya

adalah bahasa arab, verba memiliki ciri morfologis seperti ciri kala, aspek,

persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur semantis perbuatan,

keadaan, atau proses.

II. PEMBAHASAN

A. Devinisi verba

Verba merupakan komponen bahasa yang universal dalam artian bahwa

semua bahasa memiliki katagori kelas kata ini. Menurut Aristoteles dan Plato,

fungsi paling khas verba adalah predikatif. Ia termasuk salah satu satu kelas-kelas

utama kata ( nomina, verba, ajektiva, dan adverbia ) yang menandai objek-objek

pemikiran yang merupakan materi wacana ( John Lyons, 1995 : 268 ).

Setiap bahasa tidak akan pernah kosong dari verba, begitupun dalam bahasa

inggris. Dikatakan bahwa verba adalah a word that expresses an action or state of

being and the time of when it is ( KMI, 1422 :29 ). Sedangkan dalam bahasa arab,

verba disebut dengan fi’i. secara bahasa fi’il berarti sebuah pekerjaan, sedangkan

Page 2: Makalah Verba Dalam Bahasa Arab

secara istilah adalah kullu lafz{in yadullu ‘ala> h{us{uli ‘amalin fi zama>nin h}a>shin ,

yaitu semua kata yang menunjukkan suatu pekerjaan di waktu tertentu.

Dalam ilmu linguistic, bahasa arab dikatagorikan sebagai bahasa bertipe

sintetik. Jadi dalam bahasa arab, satu kata verba telah mengandung konsep

makna sintaksis dan sekaligus juga sudah merupakan hubungan sintaksis (

Soeparno, 2002 : 37 ). Misalnya, Kata “kataba” memiliki arti “Ia laki-laki telah

menulis”, itu berarti bahwa dalam satu kata yakni “kataba” telah mengandung

konsep lampau, jumlah, persona dan makna sintaksis. Berbeda halnya dengan

bahasa indonesia, ia hanya memiliki satu konsep dalam sebuah kata, dan dalam

linguistik disebut bahasa bertipe analytic. Sedangkan bahasa inggris, ia tidak

termasuk kelompok tipe analitik murni maupun sintetik, sebab bentuk-bentuk

kata tertentu dalam bahasa Inggris ada yang sudah berpoli konsep. Misalnya, kata

“went” sudah mengandung konsep pergi dan konsep masa lampau. Kata “goes”

mengandung konsep pergi, persona ketiga tunggal dan masa kini ( Soeparno,

2002 : 37 )

B. Fi’il Mad{i>, Fi’il Muhd {a>ri’, dan Fi’il Amr

Kala dalam bahasa merupakan ciri bahasa yang universal, yaitu meliputi,

past (lampau), present (kini) dan future ( mendatang ) ( John Lyons, 1995 : 298 ).

Namun sebenarnya tiga konsep kala di atas bukan merupakan satu acuan untuk

semua bahasa. Bahkan dalam hakikatnya setiap bahasa memiliki sistem kala yang

beraneka ragam. Karena bahasa merupakan suatu sistem tanda arbitrer dan

konvensional ( Soeparno, 2002 : 1 ).

Dalam bahasa inggris mengenal simple present tense, present continous

tanse, simple past tense, future dan setrusnya. Sedangkan dalam bahasa arab,

verba dari segi kala di klasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu fi’il mad{i> ( kata

kerja masa lampau) , fi’il mud{a>ri’ ( kata kerja masa kini ) dan fi’il amr ( kata

perintah ).

1. Fi’il Mad{i>

Page 3: Makalah Verba Dalam Bahasa Arab

Fi’il mad{i> merupakan verba dalam bahasa arab yang menunjukkan

kejadian masa lampau dari waktu berbicara. Kelas kata dalam bahasa arab ini

bisa di sepadankan dengan simple past tense.

Seperti penjelasan di atas, bahwa bahasa arab termasuk tipe fleksi dan

sintetik. Maka ia mengalami perubahan kata yang di sebabkan jenis, jumlah,

kasus, dan dalam setiap kata telah mengandung unsur sintaksis. Misalnya, dalam

kata “kataba” memiliki arti “dia laki-laki telah menulis”, kemudian dalam kata

“katabat”, hanya di beri tambahan ta’ memiliki arti “ dia seorang perempuan

telah menulis”, sedangkan dalam kata “kataba>”, memiliki arti “dua orang laki-

laki telah menulis”.

Fi’il mad{i> selalu berbentuk mabni, yakni harakatnya tetap. Selain mabni

dengan fathah, ia juga bisa berbentuk mabni dengan harakat lain, Fu’aad Ni’mah

( 1988 : 133 ) mengatkan dalam bukunya bahwa fi’il mad{i> bisa berbentuk mabni

dengan harakat sukun, dhommah, dan fathah.

2. Fi’il Mud{a>ri’

Fi’il maud{a>ri’ adalah verba dalam bahasa arab yang menunjukkan

kejadian masa kini dan masa datang dari waktu berbicara. Dalam bahasa

Indonesia tidak memiliki kelas kata ini, baik mad{i> maupun mud{a>ri’. Sedangkan

dalam bahasa inggris, kelas kata ini bisa di miripkan dengan simple present tanse

dan future tense.

Sifat asli dari fi’il mud {a>ri’ adalah mu’rab, yaitu dapat berubah harakatnya

sesuai dengan keadaan kalimat. Misalnya, kata “yaktubu”, jika ditambah kata

“lan”, maka akan menjadi “lan yaktuba”. Namun menurut Fu’aad Ni’mah ( 1988 :

135 ) ada beberapa waktu dimana fi’il mud {a>ri’ menjadi mabni jika bersambung

dengan nun niswah dan nun taukid. Misalnya, “hunna yasykurna” dan

“liyasykurnna”.

Sebagimana fi’il mad {i>, fi’il mud {a>ri’ juga mengalami perubahan di

sebabkan oleh jenis, jumlah, dan kasus.

3. Fi’il Amr

Page 4: Makalah Verba Dalam Bahasa Arab

Fi’il amr adalah fi’il yang menuntut pelaksanaan perintah setelah waktu

pembicaraan. Al ghulayaini ( 2009 : 23 ) mendefiniskan Fi’il amr sebagai apa

yang menunjukkan atas permintaan terjadinya perbuatan dari seorang pembicara

tanpa menggunakan lam amri. Dalam bahasa indonesia, kelas kata ini akrab

dengan sebutan kalimat perintah.

Sifat fi’il amr adalah mabni mut{laq. Ia tidak akan berubah harakat

terakhirnya karena faktor apapun. Sebagiman fi’il mad {i> dan fi’il mud {a>ri’, fi’il

amr juga mengalami perubahan di sebabkan oleh jenis, jumlah dan kasus.

Misalnya, kata “uktub” memiliki arti “tulislah!” di tunjukkan untuk seorang laki-

laki, kemudian kata “uktuba>” memiliki arti yang sama akan tetapi di tunjukkan

untuk dua orang laki-laki, sedangkan kata “uktubi>” memiliki arti yang sama,

namun di tunjukkan untuk seorang perempuan.

C. Intransitif dan Transitif dalam Bahasa Arab

Intransitif adalah kata kerja atau verba yang tidak membutuhkan objek,

sedangkan transitif adalah verba yang membutuhkan objek. Bahasa inggris juga

mengenal katagori ini. Di dalam bahasa inggris di definisikan bahwa some action

verbs have direct objects, they are called transitive verb, some other do not have

direct objects, there are called intransitive verb ( KMI, 1422 : 31 ). Yaitu

beberapa kata kerja aksi yang mempunyai objek langsung disebut kata kerja

transitif dan beberapa yang lainnya tidak memiliki objek langsung disebut kata

kerja intransitive, misalnya kalimat “I read newspaper” dan “I travel to Bali”,

read dalam kalimat pertama termasuk verba transitif yang membutuhkan objek,

sedangkan travel dalam kalimat kedua termasuk verba intransitive yang tidak

membutuhkan objek.

Fi’il muta’addi > dan fi’il la>zim dalam bahasa arab adalah istilah yang

dapat di sepadankan dengan transitif dan intransitive. KMI ( 1422 : 7 )

mendevinisikan fi’il muta’addi sebagai alfi’lu allaz|i yansibu almaf’ula bih

binafsihi, yaitu verba yang membutuhkan objek. Sedangkan fi’il la>zim adalah

alfi’lu allaz|i la> yansibu maf’ula bih, yaitu verba yang tidak membutuhkan objek.

Misalnya verba “sami’a” yang memiliki arti mendengar, membutuhkan sebuah

Page 5: Makalah Verba Dalam Bahasa Arab

objek, sedangkan verba”z|ahaba” yang memiliki arti pergi, tidak membutuhkan

objek.

Al Ghulayaini ( 2009 : 24 ) membagi fi’il muta’addi> menjadi dua macam,

yaitu muta’addi> binafsihi dan muta’ddi > bigairi. Muta’addii binafsihi adalah fi’il

mutha’addi > yang bersambung dengan objek secara langsung, misalnya, “katabtu

arrisa>lata” yang memiliki arti “aku telah menulis surat”. Surat dalam kalimat

tersebut merupakan objek yang di letakkan langsung setelah verba atau dengan

kata lain tidak ada penghubung diantara keduanya. Sedangkan muta’addi >

bigairihi adalah fi’il mutha’addi> yang bersambung dengan objek melalui

perantara huruf jar, misalnya, “z|ahabtu bika” yang memiliki arti “aku pergi

denganmu”.

Verba transitif terkadang tidak hanya membutuhkan satu objek saja,

melainkan dua objek. Dalam bahasa inggris pun juga berlaku, verba transitif

dalam bahas inggris dapat memiliki dua objek yaitu objek tak langsung yang di

ikuti objek langsung, misalnya, “she promises me a job as a salesmen” yang

memiliki arti “dia menjanjikanku sebuah pekerjaan sebagai sales”. Berbeda

dengan bahasa inggris, verba transitif atau fi’il mutha’addi > dalam bahasa arab

juga bisa memiliki dua objek bahkan tiga ( Al Ghulayaini : 2009 : 25 ). Misalnya,

kalimat “a’thaituka kitaban” yang memiliki arti “aku telah memberikanmu

buku”. Kata “ka” yang artinya kamu dan kata “kitaban” yang artinya buku,

keduanya merupakan objek untuk satu verba, yaitu “a’t{a>” yang memiliki arti

“memberi”.

D. Kata Kerja Pasif dan Aktif dalam Bahasa Arab

Subjek merupakan unsur penting dalam sebuah kalimat. Dimana subjek

umumnya memiliki peran sebagai pelaku tindakan. Namun ada kalanya, subjek

beralih peran menjadi sasaran yang dikenai tindakan, yang dalam bahasa

Indonesia biasa di sebut dengan kalimat pasif.

Kalimat pasif adalah kalimat dimana subjek menjadi sasaran yang dikenai

tindakan, sedangkan kalimat aktif adalah kalimat dimana subjek menjadi pelaku

Page 6: Makalah Verba Dalam Bahasa Arab

suatu tindakan. Misalnya, “berita kematian Marwan mengejutkan Mawar”, dan

jika di jadikan kalimat pasif maka menjadi “Mawar terkejut oleh berita kematian

Marwan”. Salah satu ciri kalimat aktif dalam bahasa Indonesia adalah kata

kerjanya berawalan me- dan ber-, misalnya, memakan, mencintai. Sedangkan

kalimat pasif memakai kata kerja dengan awalan di- atau ter-, misalnya,

dimakan, dicintai.

Dalam bahasa inggris katagori ini bisa disepadankan dengan active dan

passive voice. Misalnya “the news surprises me” jika di jadikan passive voice

maka menjadi “I am surprised by the news”. Sama halnya dengan bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris, bahasa arab pun juga memiliki katagori ini. Para

pemikir arab menyebutnya dengan ma’lu >m dan majhu>l. Al Ghulayaini ( 2009 : 36

) mendefinisikan fi’il ma’lu >m sebagai ma> z{ukira fa>’iluhu fil kalami, yaitu fi’il

atau kata kerja yang subjeknya di sebutkan dalam sebuah pernyataan. Misalnya,

“kataba Muh{ammadun addarsa” yang memiliki arti “Muhammad telah menulis

pelajaran”. Sedangkan fi’il majhu >l adalah lam yuz{karu fa>’iluhu fil kalami bal

ka>na mah{dufan ligard{in minal agra>d{ yaitu fi’il atau kata kerja yang subjeknya

tidak sebutkan dalam sebuah pernyataan melainkan dihapus untuk suatu tujuan

tertentu. Misalnya “kutiba ad darsa” yang memiliki arti “pelajaran itu telah

ditulis”. Ada beberapa faktor mengapa subjek harus dihilangkan, diantaranya

adalah telah memiliki pengetahuan yang cukup terhadap subjeknya, tidak

memiliki pengetahuan terhadap subjeknya, dan memiliki ketakutan terhadap

subjeknya ( Fuaad Ni’mah, 1988 : 47 ).

Perubahan kata dari aktif ke pasif dalam bahasa arab, berbeda dengan

bahasa Indonesia, maupun bahasa Inggris. Bahasa arab memiliki dua katagori

pembentukan fi’il majhul, yaitu ketika fi’il itu berbentuk fi’il mad{i> dan ketika

fi’il itu berbentuk fi’il mud{a>ri’. Sama halnya dengan bahasa inggris, perbedaan

pembentukan dari active ke passive voice terletak pada bantuk verbanya.

Pertama, ketika fi’il berbentuk fi’il mad{hi>. Menurut Fuaad Ni’mah ( 1988

: 48 ) jika berbentuk fi’il mad{i>, maka mendhomahkan huruf awalnya dan

mengkasrahkan huruf sebelum akhir. Misalnya, kata “fatah{a” merupakan fi’il

ma’lu>m yang artinya “membuka” jika dibentuk menjadi fi’il majhu >l, maka akan

Page 7: Makalah Verba Dalam Bahasa Arab

menjadi “futih{a”. Contoh lainnya adalah “kataba” menjadi “kutiba”, dan

“s{ana’a” menjadi “s{uni’a”.

Kedua, ketika fi’il berbentuk fi’il mud{a>ri’. Menurut Al Ghulayaini ( 2009

: 37 ) jika berbentuk fi’il mud{a>ri’ maka mendhomahkan huruf pertama dan

menfahahkan huruf sebelum terakhir. Jika dibandingkan dengan fi’il majhu >l yang

berupa fi’il mad{i>, maka hanya berbeda pada perubahan harakat huruf sebelum

terakhir, yaitu kasrah dan fathah. Misalnya, kata “yaftah{u” merupakan fi’il

ma’lu>m yang artinya membuka, jika dibentuk menjadi fi’il majhul >, maka menjadi

“yuftah>u”. Contoh lainnya adalah “yaktubu” menjadi “yuktabu” dan “yas{na’u”

menjadi “yus{na’u”.

III. KESIMPULAN

Verba merupakan kelas kata yang berfungsi sebagai predikat. Dalam bahasa arab

verba di sebut fi’il, sedangkan dalam bahasa bahasa Indonesia bisa disepadankan dengan

kata kerja.

Verba dalam bahasa arab atau fi’il, ditinjau dari waktu terjadinya di bagi menjadi

tiga jenis, yakni fi’il mad{i>, fi’il mud{a>ri’ dan fi’il amr. Sedangkan ditinjau dari butuh

tidaknya objek, dibagi menjadi dua, yakni fi’il muta’addi > dan fi’il la>zim. Dalam bahasa

arab juga mengenal kalimat pasif dan aktif yang disebut fi’il ma’lu >m dan fi’il majhu >l.

Perubahan dari fi’il ma’lu >m ke majhu>l pun memiliki dua cara, tergantung pada bentuk

fi’il.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Al Ghulayani, Musthafa. 2010. Jami’ud Duruus Al ‘Arabiyyah. Kairo: Daaru Ibni

Jauzy.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

KMI, 1422. English Grammar. Ponorogo: Darusslam Press.

Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Page 8: Makalah Verba Dalam Bahasa Arab

Ni’mah, Fuaad. 1988. Mulakhas Qowa’idu Al Lughah Al ‘Arabiyyah. Kairo.

Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana.