20
Poliomielitis Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Poliomielitis merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak dan akibat kerusakan bagian susunan saraf pusat tersebut akan menjadi kelumpuhan dan atrofi otot. Epidemic yang luas dan ganas biasanya di sebabkan oleh virus tipe 1. Virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh.Virus ini menular melalui air dan kotoran manusia.Sifatnya sangat menular dan selalu menyerang anak balita. Polio bisa mengakibatkan kelumpuhan dan kematian.Virusnya cenderung menyebar dan menular dengan cepat apalagi di tempat- tempat yang kebersihannya buruk.Indonesia sekarang mewakili satu per lima dari seluruh penderita polio secara global tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus ini akan segera tersebar ke seluruh pelosok negeri dan bahkan ke Negara-negara tetangga terutama daerah yang angka cakupan imunisasinya masih rendah. Kasus polio di indonesia pada tahun 2005 melaporkan secara total terdapat 295 kasus polio tersebar di 10 provinsi dan 22 kabupaten/kota di indonesia. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit poliomielitis, akan di bahas lebih lengkap pada makalah ini. Anamnesis

makalahku_Poliomielitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

polio

Citation preview

Poliomielitis Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Poliomielitis merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak dan akibat kerusakan bagian susunan saraf pusat tersebut akan menjadi kelumpuhan dan atrofi otot. Epidemic yang luas dan ganas biasanya di sebabkan oleh virus tipe 1. Virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh.Virus ini menular melalui air dan kotoran manusia.Sifatnya sangat menular dan selalu menyerang anak balita.Polio bisa mengakibatkan kelumpuhan dan kematian.Virusnya cenderung menyebar dan menular dengan cepat apalagi di tempat-tempat yang kebersihannya buruk.Indonesia sekarang mewakili satu per lima dari seluruh penderita polio secara global tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus ini akan segera tersebar ke seluruh pelosok negeri dan bahkan ke Negara-negara tetangga terutama daerah yang angka cakupan imunisasinya masih rendah. Kasus polio di indonesia pada tahun 2005 melaporkan secara total terdapat 295 kasus polio tersebar di 10 provinsi dan 22 kabupaten/kota di indonesia. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit poliomielitis, akan di bahas lebih lengkap pada makalah ini.

AnamnesisAnamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai, misalnya keadaan gawat-darurat atau pada anak kecil.Karena pada kasus kita ini mengenai seorang anak, maka anamnesis yang kira lakukan adalah secara alloanamnesis. Anamnesis yang di lakukan pada kasus ini antara lain :

Identitas pasien

Perlu di tanyakan nama lengkap, tempat tanggal lahir, status perkawinan, pekerjaan, alamat, jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, dan pendidikan.

Keluhan utama Keluhan yang membuat pasien datang ke dokter dan perlu di tanyakan onsetnya. Riwayat penyakit sekarangapakah disertai dengan keluhan lain misalnya demam, sakit kepala, mual, muntah.

Riwayat penyakit dahuluSebelumnya pasien sudah pernah mengalami penyakit seperti ini atau tidak. Jika sudah tanyakan apakah sudah pernah berobat atau belum (riwayat pengobatan) Riwayat penyakit dalam keluargaTanyakan pada ibu pasien apakah di keluarga atau teman sebayanya ada yang terkena penyakit seperti ini atau tidak. Riwayat kehamilan

Tanyakan kesehatan ibunya pada waktu hamil apakah terkena penyakit atau tidak, dan juga tanyakan riwayat persalinan, apakah bersalin di rumah sakit atau di dukun.

Riwayat Imunisasi

Tanyakan apakah anak ibu sudah diimunisasi dengan lengkap atau belum. Terlebih khusus imunisasi polio.

Riwayat pribadi

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada keadaan pasien, berguna untuk mendukung terhadap diagnosa tertentu.Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, dan pemeriksaan fisik paru secara sistematis. Pemeriksaan fisik paru secara sistematis meliputi Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi.1(Gleadle, Jonathan.At a Glance Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta:Erlangga; 2003. h.112-3)

Pemeriksaan Penunjang

Virus poliomielitis dapat diisolasi dan dibiakkan secara biakkan jaringan dari bahan hapusan tenggorok, darah, likuor serebrospinalis dan feses. Pemeriksaan penunjang pada poliomielitis juga dapat di lakukan secara serologi dan isolasi virus.

Darah tepiPada pemeriksaan darah tidak didapatkan kelainan yang menyolok.Tetapi pada illnes leukositnya akan meningkat (leukositosis) dominan sel PMN Cairan serebrospinalisPemeriksaan likuor serebrospinalis akan menunjukkan pleiositosis biasanya kurang dari 500/mm3, pada permulaan lebih banyak polimorfonukleus dari limfosit, tetapi kemudian segera berubah menjadi limfosit lebih banyak daripada polimorfonukleus. Sesudah 10-14 hari jumlah sel akan normal kembali. Pada stadium permulaan kadar protein normal atau meninggi sedikit, kemudian pada minggu kedua dapat naik sampai 100mg%, dengan jumlah sel menurun sehingga disebut dissociation cytoalbuminique. Uji serologi

Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita.Jika pada darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah benar.Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit. Isolasi virusPoliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit polio.Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang mendapatkan hasil yang akurat.Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.Working Diagnosis

Poliomielitis

Poliomielitis ialah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak dan akibat kerusakan bagian susunan saraf pusat tersebut akan terjadi kelumpuhan dan atrofi otot.

Tahun 1840 Heine untuk pertama kali mengumpulkan beberapa kasus poliomielitis di jerman.Tahun 1890 Medis di Stockholm mengemukakan gambaran epidemi poliommielitis.Atas jasa-jasa penemuan kedua sarjana ini maka penyakit tersebut disebut juga penyakit Heine dan Medin.Tahun 1908 Landsteiner dapat menimbulkan kelumpuhan pada kera dengan penyuntikan intraperitoneal jaringan sumsum tulang belakang penderita yang meninggal akibat penyakit poliomielitis.Tahun 1910 sifat virus yang filtrabel dapat dibuktikan.Gejala klinis

Dapat berupa: 1. Asimtomatis (silent infection), 2. Poliomielitis abortif, 3. Poliomielitis

non-paralitik, 4. Poliomielitis paralitik.

1. Silent infection

Setelah masa inkubasi 7-10 hari, karena daya tahan tubuh maka tidak terdapat gejala klinis sama sekali. Pada suatu epidemi diperkirakan terdapat pada 90-95% penduduk dan menyebabkan imunitas terhadap virus tersebut.

2. Poliomielities abortif

Diduga secara klinis hanya pada daerah yang terserang epidemi, terutama yang diketahui kontak dengan penderita poliomielitis yang jelas.Diperkirakan terdapat 4-8% penduduk pada suatu epidemi.Timbul mendadak, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.Gejala berupa inveksi virus, seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorok, konstipasi dan nyeri abdomen.Diagnosis pasti hanya dapat dibuat dengan menemukan virus di biakan jaringan. Diagnosis banding: influensa atau infeksi bakteri daerah nasofaring.

3. Poliomielitis non-paralitik

Gejala klinik sama dengan poliomielitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih berat. Gejala-gejala ini timbul 1-2 hari, kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuuk dalam fase kedua dengan nyeri otot.Khas untuk penyakit ini ialah adanya nyeri dan kaku otot belakang leher, tubuh dan tungkai dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior. Bila anak berusaha duduk dari sikap tidur, maka ia akan menekuk kedua lutut ke atas sedangkan kedua lengan menunjang ke belakang pada tempat tidur (tanda Tripod) dan terlihat kelakuan otot spinal oleh spasme. Duduk kaku terlihat secara pasif dengan kerning dan Brudzinsky yang positif. Head drop yaitu bila tubuh penderita ditegakkan dengan menarik pada kedua ketiak akan menyebabkan kepala terjatuh ke belakang. Refleks tendon biasanya tidak berubah dan bila terdapat perubahan maka kemungkinan akan terdapat poliomielitis paralitik.

Diagnosis banding dengan meningitis serosa, meningismus, tonsilitis akut yang berhubungan dengan adenitis servikalis.

Poliomielitis paralitik

4. Poliomielitis paralitik

Gejala yang terdapat pada poliomielitis non-paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau kranial.Timbul paralisis akut.Pada bayi ditemukan paralisis vesika urania dan atonia usus.Secara klinis dapat dibedakan beberapa bentuk sesuai dengan tingginya lesi pada susunan saraf:

a) Bentuk spinal

Dengan gejala kelemahan /paralisis /paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, toraks dan terbanyak ekstremitas bawah.Tersering otot besar, pada tungkai bawah otot kuadriseps femoris, pada lengan otot deltoideus.sifat paralisis asimetris. Refleks tendon mengurang/menghilang.Tidak terdapat gangguan sensibilitas.

Diagnosis banding: a). pseudoparalisis yang non-neurogen, b). polineuritis, c). poliradikuloneuritis, d). miopatia (kelainan progresif dari otot-otot dengan paralisis dan kelelahan, disertai rasa nyeri).

Pseudoparalisis non-neurogen: tidak ada duduk kaku , tidak ada pleiositosis. Disebabkan oleh trauma atau kontusio, demam reumatik akut, osteomielitis.

Polineuritis: gejala paraplegi dengan gangguan sensibilitas, dapat dengan paralisis palatum mole dan gangguan otot bola mata.

Poliradikuloneuritis (sindrom Guillain Barre), bedanya ialah 1).Sebelum paralisis pada lebih 50% sindrom Guillain-Barre terdapat demam tinggi, 2).Paralisis tidak akut seperti poliomielitis, tetapi perlahan-lahan, 3).Topografi paralisis berbeda, karena pada sindrom Guillain-Barre terjadi kelumpuhan bilateral simetris, 4).Likuor serebrospinalis pada stadium permulaan polimomielitis adalah pleiositosis sedangkan pada sindrom Guillain-Barre protein meningkat, 5).Prognosis sindrom Guillain-Barre sembuh tanpa gejala sisa, 6).Pada sindrom Guillain-Barre terdapat gangguan sensorik.

b) Bentuk bulber

Gangguan motorik satu atau lebih saraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernafasan dan sirkulasi.

c) Bentuk bulbospinal

Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.

d) Bentuk ensefalitik

Dapat disertai gejala delirium, kesadaran yang menurun, tremor dan kadang-kadang kejang.

Etiologi

Virus poliomielitis tergolong dalam enterovirus yang vitrabel. Dapat diisolasi 3 strain virus tersebut yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing) dan tipe 3 (Leon).Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut, yang dapat dibuktikan dengan ditemukannya 3 macam zat anti dalam serum seorang penderita.Epidemi yang luas dan ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1, epidemi yang ringan oleh tipe 3 sedangkan tipe 2 kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik.

Virus ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun dalam deep freeze. Dapat tahan terhadapat banyak bahan kimia termasuk sulfonamida, antibiotika (streptomisin, penesilin, kloromisetin), eter, fenol dan gliserin, Virus dapat dimusnahkan dengan cara pengeringan atau dengan pemberian zat oksidator yang kuat seperti peroksida atau kalium permanganat.Reservoir alamiah satu-satunya adalah manusia, walaupun virus juga terdapat pada sampah atau lalat.Masa inkubasi biasanya antara 7-10 hari, tetapi kadang-kadang terdapat kasus dengan inkubasi antara 3-35 hari.Patofisiologi

Berlainan dengan virus-virus lain yang menyerang susunan saraf, maka neuropatologi poliomielitis biasanya patognomonik.Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah tertentu susunan saraf. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali, dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala.

Daerah yang biasanya terkena pada poliomielitis ialah:

1. Medula spinalis terutama kurnu anterior

2. Batang otak pada nukleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital.

3. Serebelum terutama inti-inti pada vermis.

4. Midbrain terutama masa kelabu, substansia nigra dan kadang-kadang nukleus rubra.

5. Talamus dan hipotalamus

6. Palidum

7. Korteks serebri, hanya daerah motorik

Virus biasanya memasuki tubuh melalui rongga orofaring, berkenbangbiak dalam traktus digestivus, kelenjar getah bening regional dan sistem retikuloendotelial. Dalam keadaan ini timbul: 1. Perkembangan virus 2. Tubuh bereaksi dengan membentuk tipe antibodi spesifik. Bila pembentukan zat anti tubuh mencukupi dan cepat maka virus akan dinetralisasikan, sehingga timbul gejala klinis yang ringan atau tidak terdapat sama sekali dan timbul imunitas terhadap virus tersebut. Bila proliferasi virus tersebut lebih cepat dari pembentukan zat anti, maka akan timbul viremia dan gejala klinis, kemudian virus akan terdapat dalam feses untuk beberapa minggu lamanya.Poliovirus merupakan RNA virus yang di transmisikan memalalui rute oral-fekal, melalui konsumsi dari air yang terkontaminasi feses (kotoran manusia).Terdapat tiga jenis yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.Masa inkubasi membutuhkan waktu 5 35 hari. Apabila virus masnuk kedalam tubuh melalui jalur makan, akan menetap dan berkembang biak di kelenjar getah bening nasofaring atau usus, dan kemudian menyebar melalui darah ke seluruh tubuh. Setelah virus masuk kedalam jaringan tubuh, virus akan mengeluarkan neurotropik yang akan merusak akhiran saraf pada otot, yang menyebabkan kelumpuhan dari organ gerak bahkan sampai otot mataEpidemiologi

Paul (1955) menemukan bahwa 40-50 tahun yang lalu di Eropa Utara terdapat penderita poliomielitis terbanyak pada umur 0-4 tahun, kemudian berubah menjadi 5-9 tahun dan kini di Swedia pada umur 7-15 tahun, bahkan akhir-akhir ini pada usia 15-20 tahun.

Goar (1955) dalam uraiannya tentang poliomielitis di negeri yang baru berkembang dengan sanitasi yang buruk berkesimpulan bahwa di daerah-daerah tersebut pada epidemi poliomielitis ditemukan 90% pada anak dibawah umur 5 tahun ini disebabkan penduduk telah mendapatkan infeksi atau imunitas pada masa anak, sehingga seperti juga halnya di Indonesia penyakit poliomielitis jarang terdapat pada orang dewasa. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta antara tahun 1953-1957, diantara 21 penderita yang dirawat 2/3 di antaranya berumur 1-5 tahun.

Penyakit poliomielitis jarang terdapat di bawah umur 6 bulan, mungkin karena umunitas pasif yang didapat dari ibunya, tetapi poliomielitis yang terjadi pada bayi baru lahir pernah dilaporkan dalam kepustakaan. Penyakit dapat ditularkan oleh karier yang sehat atau oleh kasus yang abortif. Bila virus prevalen pada suatu daerah, maka penyakit ini dapat dipercepat penyaebarannya dengan tindakan operasi seperti tonsilektomi, ektraksi gigi yang merupakan porte dentre atau penyuntikan.Diagnosis diferensialSindrom Gullain BarreSindrom gullain barre ialah polineuropati yang menyeluruh dapat berlangsung akut atau subakut, mungkin terjadi spontan atau sesudah suatu infeksi. Mikroorganisme pemyebab belum pernah di temukan pada penderita penyakit ini dan pada pemeriksaan patologis tidak di temukan tanda radang. Periode laten antara infeksi dan gejala polineuritis memberi dugaan bahwa kemungkinan kelainan yang terdapat disebabkan oleh suatu response terhadap raksi alergi saraf perifer. Pada banyak kasus, infeksi sebelumnya tidak di temukan. Kadang-kadang kecuali saraf perifer dan serabut spinal ventral dan dorsal, terdapat juga gangguan medula spinalis dan medula oblongata. Secara patologis di temukan degenerasi mielin dengan edema yang dapat atau tidak di sertai infiltrasi sel.Terbanyak ditemukan antara umur 4-10 tahun, biasanya didahului oleh delaten selama 1-3 minggu. Berlangsung akut atau subakut. Berbeda dengan polineuropati lain seperti akibat beri-beri, toksin dan sebagainya, maka pada penyakit ini otot proksimal penderita sama beratnya dengan otot distal. Kadang-kadang kelumpulan seolah-olah menjalar ke atas dari otot kaki, tungkai, abdomen, toraks, lengan dan muka.Keadaan ini disebut paralisis asending Landry, otot-otot yang terkena bersifat simetris. Kelumpuhan jenis flasid dengan refleks tendon yang menurun akan tetapi tidak terlihat atrofi. Gangguan sensibilitas dapat berat, ringan atau tidak terdapat sama sekali. Kelumpuhan dapat didahului oleh hipestesia, anestesia dengan rasa nyeri atau parestesia.

CSS menunjukkan kadar protein yang meninggi, dapat mencapai 200-300mg/100 ml dan kadar protein yang tinggi ini dapat menyebabkan CSS berwarna xantokrom. Peninggian kadar protein dalam CSS ini tidak disertai kenaikan jumlah sel dan keadaan ini diesebut Ia dissociation albumino-cytologique. Pada beberapa kasus kadang-kadang jumlah sel juga meninggi dan biasanya predominan monositer.Hipokalemik periodic paralisis

Paralisis periodik hipokalemik merupakan penyakit yang ditandai dengan gangguan kelemahan otot sesaat yang diturunkan. Termasuk golongan penyakit genetik lainnya, seperti: paralisis periodik hipokalemik dan paralisis periodik tirotoksik.Paralisis periodik ditandai gangguan kelemahan otot berulang dan bisa disertai paralisa berat.Termasuk penyakit kongenital dan didapat dari sejak lahir. Melalui suatu proses gangguan dibagian otosomal dominan yang diturunkan. Artinya penyakit didapat hanya dari gen orangtua yang menderita diturunkan keanaknya. Sangat jarang terjadi kasus paralisis periodik karena kerusakan genetik yang bukan herediter, misal: paralisa fungsi tiroid pasien masih normal dan kadar kalium serum sangat rendah. Risiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga lain yang pernah menderita gangguan paralisis periodik sejenis sebelumnya. Dan risiko tinggi juga terjadi pada orang Asia dengan gangguan tiroid, walaupun gejalanya ringan.Jarang ditemukan pada periode gejala awal.Dan ditemukan pasien paralisis periodik bisa terjadi pada 1 orang dari 10.000 populasi.Gejala umum berupa kelemahan atau berkurangnya kekuatan otot yang hilang timbul, dimana diantara serangan terdapat kekuatan otot yang normal. Penderita biasanya usia lanjut, walaupun demikian pernah dilaporkan pasien dengan usia dibawah 10 tahun. Serangan pada pasien usia muda biasanya disebabkan penyakit lain. Frekuensi serangan sangat bervariasi. Beberapa pasien mengalami serangan hampir tiap hari dan pada pasien lain bisa terjadi hanya setahun sekali. Dan lamanya serangan biasanya hanya beberapa jam atau paling lama sehari.Myasthenia gravis

Miastenia gravis adalah suatu penyakit yang bermanifestasi sebagaikelemahan dan kelelahan otot-otot rangka akibat defisiensi reseptor asetilkolinpada sambungan neuromuscular.Miastenia gravis dapat terjadi akibat gangguansistem saraf perifer yang ditandai dengan pembentukan autoantibodi terhadapreseptor asetilkolin yang terdapat di daerah motor and-plate otot rangka.Autoantibodi igG secara kompetitif berikatan dengan reseptor asetilkolin danmencegah peningkatan asetilkolin ke reseptor sehingga mecegah kontraksi otot.Miastenia gravis pada awalnya dapat menyebabkan kelemahan otot yangmengontrol gerakan bola mata atau dapat mempengaruhi seluruh tubuh.Miastenia gravis merupakan penyakit kelemahan otot yang parah.Penyakitini merupakan penyakit neuromuscular yang merupakan gabungan antaracepatnya terjadi kelelahan otot-otot volunter dan lambatnya pemulihan.Sindromklinis ini ditemukan pertama kali pada tahun 1600, dan pada akhir tahun 1800Miastenia gravis dibedakan dari kelemahan otot akibat paralisis burbar.Padatahun 1920 seorang dokter yang menderita penyakit Miastenia gravis merasalebih baik setelah minum obat efedrin yang sebenarnya obat ini ditujukan untukmengatasi kram menstruasi.Dan pada tahun 1934 seorang dokter dari Inggrisbernama Mary Walker melihat adanya gejala-gejala yang serupa antara Miasteniagravis dengan keracunan kurare.Mary Walker menggunakan antagonis kurareyaitu fisiotigmin untuk mengobati Miastenia gravis dan ternyata ada kemajuannyata dalam penyembuhan penyakit ini.Miastenia gravis banyak timbul antara umur 10-30 tahun.Pada umurdibawah 40 tahun miastenia gravis lebih banyak dijumpai pada wanita.Sementaraitu diatas 40 tahun lebih banyak pada pria (Harsono, 1996).Insidens miastenia gravis di Amerika Serikat sering dinyatakan sebagai 1 dalam 10.000.Tetapibeberapa ahli menganggap angka ini terlalu rendah karena sesungguhnya banyakkasus yang tidak pernah terdiagnosis.Peristiwa pada gejala-gejala yang memperburuk sering terjadi. Pada waktuyang lain, gejala-gejala kemungkinan kecil atau tidak ada. Gejala-gejala yangpaling sering terjadi sebagai berikut:Kelemahan otat mata yang menyebabkan ptosis ( turunnya kelopak mata), kelemahan otot wajah, leher dan tenggorokan yang menyebabkan kesulitanmakan dan menelan.Penyebaran kelemahan otot yang berkelanjutan.Pada awalnya terjadikeletihan ringan dengan pemulihan kekuatan setelah beristirahat.Namunpada akhirnya kekuatan tidak pulih lagi setelah melakukan istrahat.Pada sistem pernapasan, terserangnya otot-otot pernapasan terlihat dariadanya batuk yang lemah, dan akhirnya dapat berupa serangan dispneadan pasien tidak lagi mampu membersihkan lender dari trakea dan cabang-cabangnya.Gangguan emosi atau stres.Kebanyakan pasien mengalami kelemahan ototapabila mereka berada dalam keadaan tegang.Pengobatan

Silent infection: istirahat

Poliomielitis abortif: istirahat 7 hari, bila tidak terdapat gejala apa-apa, aktifitas dapat dimulai lagi. Sesudah 2 bulan dilakukan pemeriksaan lebih teliti terhadap kemungkinan kelainan muskulo-skeletal. Poliomielitis paralitik/Non-paralitik: istirahat mutlak sedikitnya 2 minggu; perlu pengawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralisis pernafasan. Terapi kausal tidak ada.

Pengobatan simtomatik bergantung kepada:

1. fase akut: Analgetika untuk rasa nyeri otot , lokal diberi pembalut hangat. Sebaiknya diberi foot board, papan penahan pada telapak kaki, yaitu agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai.Antipiretika untuk menurunkan suhu.Bila terdapat retensi urin yang biasanya berlangsung hanya beberapa hari, maka harus dilakukan keteterisasi.Bila terjadi paralisis pernafasan seharusnya dirawat di unit perawatan khusus karena penderita memerlukan bantuan pernafasan mekanis.Pada poliomielitis tipe bulber kadang-kadang refleks menelan terganggu dengan bahaya pneumonia aspirasi.Dlam hal ini kepala anak diletakkan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.

2. sesudah fase akut: kontraktur, atrofi dan atoni otot dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.Akupungtur yang dilakukan sedini-dininya, yaitu segera setelah diagnosis dibuat agaknya memberi hasil yang memuaskan.

Pencegahan Vaksin polio dibagi menjadi dua yaitu inactivated polio virus (IPV) yang diberikan secara suntikan dan attenuated polio virus (OPV) yang diberikan tetesan dibawah lidah. IPV merupakan vaksin yang pertama tersedia secara menyeluruh pada tahun 1950an. Kelebihan dari IPV adalah berisi virus yang lemah, sehingga tidak berhubungan dengan kejadian poliomielitis akibat pemberian vaksin. Formulasi yang lebih baik adalah enhanced inactivated poliovirus vaccine (eIPV). Vaksin ini diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 12 bulan dan sebelum masuk sekolah (usia 4 tahun). Pemberian OPV terutama sejak tahun 1960an. Immunisasi dengan cara ini menyebabkan penurunan yang signifikan pada kasus-kasus poliomielitis di dunia. Pemberian secara oral memberikan kelebihan dengan adanya pertahana tubuh terhadap virus tersebut di mukosa saluran nafas dan pencernaan. Kerugian OPV adalah dapat menyebabkan vaccine-associated paralytic poliomyelitis (VAPP). Pemberian vaksin ini diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan pemberian booster setiap 4 tahun. Varian OPV baru berupa monovalent oral poliovirus type 1 vaccine (mOPV1) diperkenalkan pertama kali di India pada bulan April 2005.Dari penelitan didapatkan bahwa varian baru ini 3 kali lebih efektif dan jauh lebih sedikit angka efek samping dibandingkan pemberian OPV pertama, sehingga menjadi rekomendasi internasional untuk menghilangkan poliovirus.

Prognosis

Bergantung kepada beratnya penyakit , pada bentuk paralitik bergantung kepada bagian yang terkena. Bentuk spinal dengan paralisis penafasan dapat ditolong dengan bantuan pernafasan mekanik.

Sindrom Guillain Barre ialah polineuropati yang menyeluruh, dapat berlangsung akut atau subakut, mungkin terjadi spontan atau sesudah suatu infeksi.Mikroorganisme penyebab belum pernah ditemukan pada penderita penyakit ini dan pada pemeriksaan patologis tidak ditemukan tanda radang. Periode laten antara infeksi dan gejala polineuritis memberi dugaan bahwa kemungkinan kelainan yang terdapat disebabkan oleh suatu response terhadap reaksi alergi saraf perifer. Pada banyak kasus, infeksi sebelumnya tidak ditemukan. Kadang-kadang kecuali saraf perifer dan serabut spinal ventral dan dorsal, terdapat juga gangguan medula spinalis dan medula oblongata.Secara patologis ditemukan degenerasi mielin dengan edema yang dapat atau tanpa disertai infiltrasi sel.Kesimpulan

Poliomyelitisatau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakanpoliovirus(PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus.Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).

Polia adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban.Polio menular melalui kontak antarmanusia.Berdasarkan keluhan awal penderita akan mengeluh seperti adanya infeksi ringan seperti akibat flu, atau batuk.

Untuk mengurangi terjangkitnya virus polio pada manusia maka dilakukan beberapa hal seperti, Vaksin polio dibagi menjadi dua yaitu inactivated polio virus (IPV) yang diberikan secara suntikan dan attenuated polio virus (OPV) yang diberikan tetesan dibawah lidah.

Apabila sudah terjangkit virus polio ini, maka ada beberapa yang bisa dilakukan yaitu, pertama Tidak ada obat antivirus yang efektif untuk poliovirus, sehingga terapi yang utama adalah mengurangi keluhan (suportif).

29

2.3.3 Diagnosa Banding PoliomielitisPoliomielitis dipertimbangkan jika didapati penderita dengan AFP

(Acute Flaccid Paralysis)

. Banyak kasus yang menyebabkan AFPdiantaranya 60- 70% kelumpuhan disebabkan oleh GBS (

Guillain BarrSyndrome)

dan yang paling mirip dengan poliomielitis adalah

mielitistransversa(Widoyono, 2007).Tabel 2.4 Membedakan AFP yang disebabkan oleh GBS dan MielitisTransversa.

PenyakitGangguanPoliomielitisParalitikGBS(Guillain BarrSyndrome)MielitisTransversa

PenyebabInfeksiAutoimunVariatifDemammendahului AFPMeningkattinggiTidakadaKadang-kadangMotorik(Volunter)KelumpuhanAkut,asimetris,proksimal > distalascendingAkut, simetris,distal > proximalascending*Akut, simetris **Onset7-14hari(antara4- 35 hari)Beberapa jam10 hariBeberapa jambeberapa tahunProgresifitas2hariBeberapahari4 mingguBeberapa jambeberapa tahunResidualBerat,simetris,atrofi dandeformitasSimetris, Atrofiterjadi di ototdistalDistrofiMotorik(Otonom)GangguanmiksiTidakadaAda***AdaRefleksReflekstendonMenurunataumenghilangTidakadaMenurunataumenghilangSensorikPerabaanNyeriTidak adaBeratHipoaesthesiaVariatif**/****HipoaesthesiaBerat (backpain)LaboratoriumPleositosisAdaTidakadaAdaCatatan:* kecuali pada subtipe

Miller Fisher Syndrome.

** lokasi bergantung segmen sumsum tulang yang terkena.*** pada GBS subtipe

acute panautonomic neuropathy

.**** bergantung juga pada seberapa banyak seratsaraf sensorik terkena

Poliovirus merupakan RNA virus yang di transmisikan memalalui rute oral-fekal, melalui konsumsi dari air yang terkontaminasi feses (kotoran manusia). Terdapat tiga jenis yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Masa inkubasi membutuhkan waktu 5 35 hari. Apabila virus masnuk kedalam tubuh melalui jalur makan, akan menetap dan berkembang biak di kelenjar getah bening nasofaring atau usus, dan kemudian menyebar melalui darah ke seluruh tubuh. Setelah virus masuk kedalam jaringan tubuh, virus akan mengeluarkan neurotropik yang akan merusak akhiran saraf pada otot, yang menyebabkan kelumpuhan dari organ gerak bahkan sampai otot mata.