Upload
others
View
34
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKNA PEMBACAAN SURAH-SURAH PILIHAN YANG DILAKUKAN
SANTRI SEBELUM TIDUR DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ SATU
QUR’AN DESA SUNGAI DUREN KEC. JALUKO KAB. MUARO JAMBI
PROVINSI JAMBI (STUDI LIVING QUR’AN)
SKRIPSI
Dijadikan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Fakultas Ushuluddin
Dan Studi Agama
OLEH
NURVANY.OKTAVIYANTI
NIM: 301171164
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020/2021
i
MAKNA PEMBACAAN SURAH-SURAH PILIHAN YANG DILAKUKAN
SANTRI SEBELUM TIDUR DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ SATU
QUR’AN DESA SUNGAI DUREN KEC. JALUKO KAB. MUARO JAMBI
PROVINSI JAMBI (STUDI LIVING QUR’AN)
SKRIPSI
Dijadikan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Fakultas Ushuluddin
Dan Studi Agama
OLEH
NURVANY.OKTAVIYANTI
NIM: 301171164
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020/2021
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurvany. Oktaviyanti
Nim : 301171164
Tempat/Tgl Lahir : Galuang, 20 Oktober 1998
Konsentrasi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Alamat : Jln. Slamet Riyadi Lorong Ampera RT 03 Kel. Solok
iii
iv
v
MOTTO
لمين الا خسارا ولا يزيد الظ للمؤمنينء ورحمة ن ما هو شفا وننزل من القرا
Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya
akan menambah kerugian (Q.S Al-Isra : 82)
vi
ABSTRAK
Kata kunci: Pembacaan, Surah-Surah pilihan, Living Qur’an
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya praktik dari ayat-ayat Al-
Qur’an yang hidup di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an Desa Sungai Duren
RT 08 Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Provinsi Jambi. Mudir di Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an mewajibkan kepada seluruh santrinya untuk membaca surah-
surah pilihan tersebut sebelum mereka istirahat. Hal itulah yang membuat penulis
tertarik untuk dapat mengungkap apa makna sesungguhnya dari kewajiban yang
diwajibkan oleh mudir Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an serta melihat
bagaimana praktik dari ayat-ayat Al-Qur’an yang mereka amalkan. Maka dalam
penelitian ini akan dijabarkan terkait fenomena dari pelaksanaan kegiatan praktik
pembacaan Surah-Surah pilihan.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang
bersifat deskriptif-analisis, dengan menggunakan metode Living Al-Qur’an dan
memakai pendekatan sosio-fenomenologis, lalu mengambil data dari Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an yang merupakan sumber data primer penulis.
Sedangkan data sekundernya seperti buku-buku, kitab tafsir, kitab hadist, artikel,
jurnal dan sebagainya. Kemudian untuk mengumpulkan data-data tersebut penulis
menggunakan teknik observasi partisipatoris, wawancara serta dokumentasi.
Hasilnya penulis menemukan tiga permasalahan utama, (1) landasan dari
pembacaan Surah-Surah pilihan berdasarkan dari Al-Qur’an dalam surah Al-Isra’
ayat 82, kemudian Hadis Nabi saw, dan Kitab At-Tibyan karangan dari imam An-
Nawawi, (2) proses dan waktu pembacaan dilaksanakan secara bersama-sama
tetapi dipisahkan antara santri putra dan putri, santri putra mereka dikumpulkan di
masjid sedangkan santri putri dikumpulkan di satu ruangan yang tertutup, waktu
pelaksanaannya dilakukan setiap hari pada malam hari sebelum mereka tidur, (3)
tujuan dan manfaat dari kegiatan tersebut ialah agar membuat mereka disiplin,
sehingga istiqomah dalam menghafal dan menjaga hafalan yang telah mereka
hafal dengan bantuan Surah-Surah pilihan.
vii
PERSEMBAHAN
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan
karunianya berupa kesehatan, kesempatan, dan kekuatan
lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
guna memperoleh gelar Strata Satu (S1). Shalawat beriringan
salam tak lupa kukirimkan kepada baginda Nabi
Muhammad Saw. Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Semua keluarga baik yang ada di Jambi ataupun yang ada
di Bukittinggi, terutama ucapan terimakasih yang
mendalam kepada Ayahanda Adi Yarfil dan Ibunda Latifah
Hanum tercinta, berkat do’a dan motivasi mereka sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk abangku
Muhammad Arief Rifandi yang telah memberi semangat dan
masukan dalam penulisan skripsi dan untuk adikku
Muhammad Fauzan Fahri yang juga memberikan dukungan
serta semangat agar saya kuat dan mampu menjalani setiap
proses perjalanan ini.
Terimakasih kepada seluruh Dosen-Dosen tercinta yang ada
di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama yang telah
memberikan dan mengajarkan ilmunya kepada saya beserta
staff akademik yang telah berperan dalam mensukseskan
skirpsi ini, kemudian semua pihak-pihak yang turut
membantu dan tidak bisa disebutkan namanya satu per satu,
tak lupa pula kepada teman-teman angkatan 2017 yang
kucinta dan kusayang tak pernah bosan untuk senantiasa
memberi masukan, saran, nasehat dan semangat.
viii
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan,
kesempatan, dan kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Makna Pembacaan Surah-Surah Pilihan Yang Dilakukan
Santri sebelum tidur di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an Desa Sungai
Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Provinsi Jambi (Studi Living Qur’an)”.
Adapun tujuan dari skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
memperoleh gelar Sarjana Srata Satu (S1) dalam ilmu al-qur’an dan tafsir
universitas islam negeri sultan thaha saifuddin jambi. Selanjutnya penulis
menyadari bahwa sebagai manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan
serta kekhilafan. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
Skripsi ini mungkin tidak akan dapat terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang telah membantu proses dalam penulisan skripsi sampai selesai.
Penulisan Skripsi ini selesai tidak lepas dari dukungan dan semangat yang
penulis terima baik itu dari pihak yang membantu ataupun teman-temanku
sekalian. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan ribuan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ayahanda Adi Yarfil dan Ibunda Latifah Hanum beserta
seluruh keluarga besar, sahabat, teman dan orang-orang dekat yang telah
memotivasi, mendukung, membantu serta menguatkan penulis dalam upaya
menyelesaikan Studi di UIN STS Jambi ini. Tak lupa pula ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, Ma. Ph. D selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE. M. EI, Bapak Dr. As’ad Isma, M.Pd, Bapak
Bahrul Ulum, S.Ag., MA, selaku Wakil Rektor I, II, dan III Universitas
Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. Dr. Halim, S. Ag., M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama UIN STS Jambi.
4. Bapak Dr. Masiyan M.Ag selaku Wakil Dekan 1 Bidang Akadenik
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
5. Bapak Dr. Edy Kusnadi, M.Fil.I. selaku Wakil Dekan 2 Bidang
Administrasi Umum dan Perencanaan dan Keuangan Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama UIN STS Jambi.
ix
6. Bapak Dr. M. Ied Al-Munir, M.Ag, M. Hum selaku Wakil Dekan 3
Bidang Kemahasiswaan dan Bidang Kerjasama Luar Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama UIN STS Jambi.
7. Bapak Dr. Bambang Husni Nugroho, S.Th.I.,M.H.I selaku Ketua Jurusan
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Usluddin dan Studi Agama UIN STS
Jambi.
8. Bapak Dr. H. Muh. Nurung, Lc., M.Ag selaku pembimbing I, dan Bapak
Imron Rosyadi, S.Th.I.,M.Pd.I selaku pembimbing II.
9. Bapak Dr. Syaroni, S.Ag.,M.Pd selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan nasehat, semangat, dan waktunya untuk menyelesaikan
skripsi ini.
10. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam
Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi, semoga ilmu yang telah diberikan
dan diajarkan kepada penulis selama ini dapat bermanfaat dan diamalkan
sebagaimana mestinya.
11. Seluruh karyawan dan karyawati di lingkungan Civitas Academika
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Sultan
Thaha Saifuddin Jambi.
12. Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an beserta pengurus dan
semua santrinya yang telah memberikan izin dan menerima dengan tangan
terbuka kedatangan penulis untuk melakukan penelitian di Pesantren
tersebut yang nantinya dijadikan sebagai tugas akhir penulis dalam bentuk
karya tulis ilmiah.
Kepada semuanya semoga Allah swt memberikan balasan yang sebaik-
baiknya sebagai amal dan ibadah salih. Penulis mohon maaf dan menyadari
bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya saran, nasehat, masukan, kritik yang produktif dari
semua pihak demi kebaikan skripsi ini.
Jambi, 24 februari 2021
Penulis
Nurvany. Oktaviyanti
NIM. 301171164
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
NOTA DINAS ................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................................... iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
MOTTO............................................................................................................ v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Permasalahan........................................................................................ 3
C. Batasan Masalah................................................................................... 3
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 4
E. Metode Penelitian................................................................................. 5
F. Kerangka Teori..................................................................................... 10
G. Studi Relevan ....................................................................................... 30
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an ..................................... 34
B. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an ............ 37
C. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an ............... 38
D. Tenaga Pengajar Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an ................... 38
E. Dana Pesantren ..................................................................................... 40
xi
F. Program-Program di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an ............. 40
G. Agenda Kegiatan Santri Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an ........ 41
H. Tata Tertib Santri Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an .................. 44
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBACAAN SURAH PILIHAN
A. Latar Belakang Munculnya Pembacaan Surah-Surah Pilihan .......... 51
B. Dasar dan Landasan Pembacaan Surah-Surah Pilihan ..................... 52
C. Waktu dan Pelaksanaan Pembacaan Surah-Surah Pilihan ................ 60
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN LIVING QUR’AN MELALUI
PEMBACAAN SURAH-SURAH PILIHAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZ
SATU QUR’AN
A. Analisis Living Qur’an ......................................................................... 66
B. Prosesi Pembacaan Surah-Surah Pilihan .............................................. 68
C. Resepsi Santri Terhadap Pembacaan Surah-Surah Pilihan .................. 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 75
B. Saran ..................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Objek Kajian Living Qur’an ............................................. 19
Tabel 1.2 : Pembagian Kajian dari Living Qur’an ............................... 21
Tabel 1.3 : Sarana dan Prasarana yang ada di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an .......................................................................................... 38
Tabel 1.4 : Struktur Organisasi Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an 38
Tabel 1.5 : Daftar Tenaga Pengurus di Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an .................................................................................................. 39
Tabel 1.6 : Daftar Tenaga Pengajar di Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an ................................................................................................. 40
Tabel 1.7 : Agenda Harian Santri di Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an ................................................................................................. 42
Tabel 1.8 : Agenda Mingguan Santri di Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an ................................................................................................. 43
Tabel 1.9 : Agenda Bulanan Santri di Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an .................................................................................................. 43
Tabel 1.10 : Agenda Tahunan Santri di Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an .................................................................................................. 44
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
ط ‘ ا ظ b ب ‘ ع t ت
gh غ ts ث
f ف j ج
q ق ح
k ك kh خ
l ل d د
m م dz ذ
n ن r ر
h ه z ز
w و s س
, ء sy ش
y ي ص
ض
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
iˉ اى Ā ا A ا
Aw ا و Á ا ى U ا
Ay ا ى Ū ا و I ا
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya aktivitas dalam melantunkan Al-Qur’an melalui
berkelompok1 sambil mempelajari dan mengamalkannya seperti di masjid,
pesantren, ataupun rumah tahfidz2. Living Qur’an di pada situasi yang
berkaitan dengan pencarian melalui ilmiah dari rententan kasus kehidupan
sosial dan dapat dikatakan sebagai Al-Qur’an yang hidup dalam
masyarakat. Praktik membaca serta mengamalkan-Nya diantara rakyat
pada umumnya dikerjakan masing-masing serta tak jarang dilakukan
secara bersama-sama (berjama’ah)3.Dari sekian banyak Pesantren yang
tersebar di Jambi, salah satu diantara banyaknya Pondok Pesantren yaitu
Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an.
Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an mempunyai cara tersendiri
dalam menghidupkan Al-Qur’an kepada para santrinya. Disana terdapat
rutinitas wajib yang dianjurkan kepada keseluruhan dari santri. Salah satu
kewajiban tersebut adalah dengan membaca Surah-Surah pilihan yang
telah ditentukan oleh ustadz dan ustadzahnya. Selanjutnya, Surah-Surah
pilihan tersebut dibaca bersama-sama sebelum semua santri dan santriwati
istirahat4. Sebagian besar dari mereka bukanlah warga Desa Sungai Duren,
melainkan berasal dari berbagai tempat yang ada di Jambi dan ada juga
yang dari luar kota Jambi5
1 Jalāluddin as-Suyūṭy, Al-Itqān Fiī Ulūmil Qur’ān (Dārul-Kitab Al-ʽAlamiyyah, 2012),
533.
2 Ibrahim Eldeeb, Be A Living Qur’an: Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-Ayat al-Qur’an
dalam Kehidupan Sehari-hari, alih bahasa Faruk Zaini (Jakarta: Lentera Hati, 2009), 43.
3 Sahiron Syamsuddin, et al., Living Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta: TH-Press, TERAS,
2007),2-5.
4 Hasil observasi penulis terhadap aktivitas yang dilakukan oleh santri di Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an melalui wawancara singkat dengan pimpinan Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an.
5 Ustad Musholin, Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an, wawancara
langsung penulis di Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an, pada tanggal 10 November 2020 pukul
09.00 wib.
2
Selain itu, masyarakat yang mempunyai anak-anak mereka juga
dimasukkan dan diikutsertakan untuk dapat belajar Al-Qur’an, tetapi tidak
menetap di asrama Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an. Proses belajar
tersebut familiar dengan sebutan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)6.
Kegiatan belajarnya untuk santri yang tidak bermukim di ponpes
dilakukan pada sore hari yakni setelah selesai sholat ashar. Jumlah dari
santri yang mengikuti tindakan mengaji pada sore hari berjumlah sebanyak
20 orang. Harapan dari Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an kepada
santri maupun santriwati yang bermukim adalah para santri dan santriwati
mampu menyelesaikan hafalannya serta dapat mengkhatamkan Al-Qur’an
30 juz.
Tidak hanya menghafal, santri maupun santriwati juga dibekalkan
ilmu-ilmu agama lainnya yang memang penting untuk dipelajari dan
berguna nantinya untuk diimplementasikan kepada masyarakat tempat
dimana mereka berasal7. Jumlah keseluruhan yang bermukim di Pondok
berjumlah sebanyak 105 orang santri8. Terdiri dari 55 santri putra, dan
sisanya santriwati. Mayoritas dari mereka adalah anak yang tamat sekolah
dasar (SD), sebagiannya lagi ada yang tamatan sekolah menengah pertama
(SMP) dan sekolah menengah atas (SMA)9. Bukan hanya itu saja ada juga
anak yatim piatu yang merupakan bagian dari santri di Pondok tersebut.
Mereka mendapatkan beasiswa yang diberikan oleh Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an selama bermukim disana. Administrasi yang
6 Hasil observasi penulis terhadap aktivitas yang dilakukan oleh santri di Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an melalui wawancara singkat dengan pimpinan Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an.
7 Ustad Musholin, Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an, wawancara
langsung penulis di Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an, pada tanggal 11 November 2020 pukul
13.00 wib.
8 Hasil observasi penulis terhadap aktivitas yang dilakukan oleh santri di Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an melalui wawancara singkat dengan pimpinan Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an.
9 Ustad Musholin, Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an, wawancara
langsung penulis di Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an, pada tanggal 11 November 2020 pukul
13.10 wib.
3
berkaitan dengan kewajiban yang dibebankan kepada setiap santri akan
digratiskan untuk yatim piatu dan yang kurang mampu10.
Pembacaan Surah-Surah pilihan yang merupakan rutinitas wajib
dilakukan oleh santri maupun santriwati sebelum tidur adalah serangkaian
kegiatan disusun langsung oleh ustad dan ustadzah yang ada disana.
Tujuan diberikan kewajiban membaca Surah-Surah pilihan tersebut kepada
santri maupun santriwati ialah untuk dapat melancarkan dan memperkuat
hafalan yang telah mereka hafal11. Maka dari itu, kewajiban membaca
Surah-Surah pilihan tersebut dilakukan sebelum mereka beristirahat.
Sehingga hafalan mereka tidak cepat hilang. Setelah membaca Surah-
Surah pilihan, santri maupun santriwati dianjurkan untuk mengulang
kembali (muraja’ah) hafalan yang telah dihafalkan, baik dari hafalan yang
telah selesai atau hafalan yang baru dihafal.
Melihat pembahasan diatas penulis tertarik untuk memandang
perlunya dilakukan penelitian ini. Agar dapat melihat bagaimana aktivitas
dari santri yang senantiasa selalu membaca Surah-Surah pilihan yang
mereka baca. Maka dari itu penulis mengajukan penelitian secara
mendalam dalam bentuk proposal yang nantinya InsyaAllah akan
dilanjutkan menjadi Skripsi yang berjudul “Makna dari Pembacaan
Surah-Surah Pilihan yang Dilakukan Santri Di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an Desa Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Provinsi
Jambi (Studi Living Qur’an)”.
B. PERMASALAHAN
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di
atas, masalah pokok yang akan diangkat sebagai kajian utama penelitian
ini yaitu: bagaimana Pemahaman santri terhadap Surah-Surah pilihan
yang diwajibkan dibaca sebelum tidur di Pondok Pesantren Tahfidz Satu
10 Ustad Musholin, Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an, wawancara
langsung penulis di Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an, pada tanggal 11 November 2020 pukul
13.20 wib.
11 Ustad Musholin, Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an, wawancara
langsung penulis di Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an, pada tanggal 11 November 2020 pukul
13.30 wib.
4
Qur’an? untuk mengaktualkan tajuk permasalahan dengan bulir yang
diangkat sebagai berikut:
1. Apa dasar dari pembacaan Surah Surah-surah pilihan yang
diwajibkan kepada santri sebelum tidur di Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an?
2. Bagaimana proses pembacaan Surah-Surah pilihan yang
diwajibkan kepada santri sebelum tidur di Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an?
3. Bagaimana pemahaman dari pembacaan Surah-Surah pilihan yang
diwajibkan kepada santri sebelum tidur di Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an?
C. BATASAN MASALAH
Sehubungan dengan banyaknya Pondok Pesantren yang tersebar di
Jambi, maka penelitian ini penulis batasi dalam lingkup bahasan yang
terkait dengan pembacaan Surah-Surah pilihan kepada santri di Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an. Pilihan surahnya yaitu: Surah Al-Waqi’ah,
Surah As-Sajadah, Surah Ar-Rahman, Surah Al-Mulk, Surah Al-Insan dan
Surah Al-Yaa Siin12. Investigasinya penulis batasi dengan satu tempat
yang akan diteliti dengan berlokasi di Mendalo pada Desa Sungai Duren
Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Provinsi Jambi.
D. TUJUAN & KEGUNAAN PENELITIAN
Uraian di atas yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa dasar dari pembacaan surah-surah pilihan yang
diwajibkan kepada santri sebelum tidur di Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an.
2. Mengetahui bagaimana proses dari pembacaan surah-surah pilihan
yang diwajibkan kepada santri sebelum tidur di Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an.
12 Data yang diperoleh dari wawancara penulis dengan pimpinan Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an, pada tanggal 11 November 2020 pukul 13.35 wib.
5
3. Menelisik pemahaman terhadap pembacaan surah-surah pilihan
yang diwajibkan kepada santri sebelum tidur di Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an.
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat tentunya berguna bagi
kepentingan akademis, baik yang bersifat teoritis ataupun yang sifatnya praktis,
yaitu:
1. Ringkasnya, penelitian ini bermaksud dapat membantu meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. terutama
bagi Santri di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an Desa Sungai
Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Provinsi Jambi, agar semakin
meningkatkan kecintaan terhadap Al-Qur’an. Baik dari segi membaca,
menghafal, memahami, dan mengaplikasikan Al-Qur’an dalam
kehidupan.
2. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan serta wawasan keilmuan.
Terutama bagi penulis dan diharapkan dapat tentunya berguna bagi
dunia akademik dan sosial kemasyrakatan khususnya kepada mahasiswa
dan mahasiswi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
3. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 (SI) Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Tafsir
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
E. METODE PENELITIAN
Bagaimana peneliti mengungkap sejumlah cara yang diatur
dengan tersusun, logis, dapat diterima oleh akal sehat dan tertata.
Merupakan salah satu dari bagian hasil penulisan mencari data secara
ilmiah, maka tidak bisa dilepaskan dari penggunaan metode, dikarenakan
nanti landasan tersebutlah yang dijadikan sebagai pedoman untuk tindakan
pengawasan sehingga dapat berjalan dengan sistematis.13 Maka metode
melambangkan tumpuan supaya dapat memperoleh produk yang tertinggi.
13 Anton Bekker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat
(Yogyakarta:Kanisus, 1999), 10.
6
Pada penyusunan proposal ini penulis memakai teknik Living
Qur’an. Sehingga mampu menjawab dengan keilmuan permasalahan.14
Tinjauan di atas termasuk ke dalam kategori penelitian lapangan kualitatif
dan kepustakaan sekaligus.15 referensi dari penyelidikan yang akan
dilakukan ialah mengacu kepada ayat Al-Qur’an yang hidup pada santri di
Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an.
1. Pendekatan Penelitian
Dalam kajian Living Qur’an, pendekatan yang digunakan penulis
adalah pendekatan fenomologi. Ancangan yang dipakai dalam kajian
Living Qur’an, disebabkan oleh kajian yang akan penulis kaji berkaitan
erat dengan realitas masyarakat. Alasan pemilihan fenomologi yaitu
dikarenakan penulis ingin mengungkap pemahaman yang dilakukan oleh
santri ketika membaca surah-surah pilihan sebelum mereka tidur.
Penulis melaksanakan pencarian data dengan menggunakan metode
lapangan (field reseach), dengan ancangan kualitatif. Sedangkan untuk
jenisnya memakai analisa deskriptif, yakni menata gambar secara
terstruktur, aktual, faktual, dan kongkrit terkait pembacaan Surah Al-
Waqi’ah, Al-Sajadah, Al-Rahman, Al-Mulk, Al-Insan dan Yaa Siin di
Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an16.
2. Lokasi, subjek dan objek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini mengambil lokasi di Desa Sungai
Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Provinsi Jambi dengan alasan
karena di Pondok Pesantren Satu Qur’an ini para santri menggunakannya
dalam kegiatan membaca, menghafal serta untuk memperkuat ingatan
tentang Al-Qur’an.
14 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian (Malang: UUM PRESS, 2004).
15 Winarto Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode Teknik (Bandung:
Tersio, 1990), 182.
16 Lokasi yang penulis pilih untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode
libing qur’an.
7
Penulis juga melakukan pendekatan Library, buku-buku yang
mengenai metode penelitian Al-Qur’an dan Tafsir serta prosedur
pendekatan Living Qur’an yang dibahas dalam rutinitas belajar
mengajar17. Seperti buku dan kitab-kitab tafsir untuk mencari keabsahan
tentang ayat yang digunakan dalam kegiatan tersebut. Tujuan utama dari
penelitian ini dilakukan adalah karena adanya praktek Living Qur’an yang
hidup di tempat tersebut.
b. Subjek Penelitian
Subjeknya ialah kepada santri beserta guru dalam rutinitas
pembacaan ayat Al-Qur’annya18.
c. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah persepsi tentang kewajiban dalam
membaca Surah Al-Waqi’ah, Al-Sajadah, Al-Rahman, Al-Mulk, Al-Insan
dan Al-Yaa Siin, yang ditinjau dari sudut pandang kacamata Al-Qur’an
dan tujuannya untuk dibaca serta dihafalkan dari pelaksanakan rutinitas
tersebut. Selain itu untuk objek materi dari penelitian ini penulis akan
menfokuskan terhadap rutinitas membaca Al-Qur’an Surah-Surah pilihan,
mulai dari pelaksanaan dan prosesinya19. Kemudian objek formalnya
berupa makna dari pembacaan Al-Qur’an Surah-Surah pilihan yang
terdapat di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an.
3. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini bersifat lapangan, oleh sebab itu asal dari keterangan
yang terdapat di dalamnya masih bersifat mentah, yang harus di
kembangkan berdasarkan dari data-data literature, dokumentasi, sumber-
sumber tertulis ilmiah, observasi dan wawancara20. Data yang dipakai pada
pencarian ini dapat diambil dengan dua jalan yakni data utama dan data
pendukung.
17 Data pendukung penulis selain di lapangan.
18 lokasi untuk penulis teliti di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an di Desa Sungai
Duren RT 08 Mendalo Provinsi Jambi.
19 Merupakan rangkaian kegiatan dalam pembacaan surah-surah pilihan di ponpes
tersebut yang akan penulis amati nanti. 20 Langkah-langkah penulis dalam melakukan investigasi langsung di lapangan.
8
a. Data Primer
Keterangan yang berbentuk verbal (kata-kata) terucap dengan
lisan, perilaku yang dilakukan oleh subjek.21 Petunjuk tersebut langsung
dari sumber pertama (first hand) dengan perantara pengamatan serta tanya
jawab di lapangan. Data yang hendak ditemukan berbentuk kegiatan dari
santri dalam membaca Surah-Surah pilihan yang dilakukan santri maupun
santriwati.
b. Data Sekunder
Masukan yang diberikan untuk mengumpulkan dan melacaknya,
daapat diperoleh dari sumber kedua seperti arsip, kejadian baik ucapan dan
tulisan.22
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Pengamatan (Observasi)
Di dalam observasi ini, peneliti mengadakan peninjauan dan
bergabung dalam aktivitas mereka diantaranya membaca Surah Al-
Waqi’ah, As-Sajaddah, Ar-Rahman, Al-Mulk, Al-Insan dan Yaa Siin dan
surah lainnya yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
b. Wawancara
Menurut Esterberg, konsultasi bagian dari pembicaraan antara dua
individu bahkan bisa melebihi agar berbagi fakta dan berita dengan saling
bergantian bertanya Di dalam penelitian ini adalah wawancara yang
dipakai ialah secara terstruktur dan tidak. Tugasnya agar menghasilkan
segala bahan yang dibutuhkan terkait pembacaan Surah-Surah pilihan
tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan penting dari rentetan insiden pada
masa lampau. Pengumpulannya dijumpai dengan berwujud teks maupun
ilustrasi. Metode yang dipakai adalah pengumpulan dalam bentuk naskah
dan lukisan. Contoh dari naskahnya seperti berkaitan tentang asal usul,
21 Jonatan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006), 16.
22 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV.Alfabeta,2013), 226.
9
pandangan, sasaran, kemudian siluetnya. Sedangkan untuk dokumentasi
gambarnya seperti foto dan beberapa video dari santri yang membaca
Surah-Surah pilihan setiap malam sebelum mereka istirahat.
5. Analisis Data
Kajian Living Qur’an dan hadis mencakup wilayah yang sangat
luas. Pengamatan tersebut diantaranya adalah pemahaman masyarakat
yang implikasinya terkait ujaran dan realisasinya.23 Analisis kebenaran
naskah, yang diduga hidup meliputi aspek pengetahuan, dan berita dari
pemakaian teks suci yang hidup itu, dari Al-Qur’an maupun Hadis.24
Respons masyarakat dalam kehidupan yang mana fungsionalisasi
teks mampu mempengaruhi dunia sosial.25 Analisis bagian dari resepsi
praktik masyarakat di dalam memperlakukan sehingga dapat berinteraksi
dengan teks di tengah kehidupan.26 Pemahamannya dari sudut pandang
manuskripnya dan tindakan yang dilakukan, lalu diinterpretasikan ke
wadah yang sering kita sebut sebagai suatu tradisi turun temurun yang ada
di masyarakat, manakala keduanya dapat digabungkan dan termasuk ke
dalam nominasi dari living.27
Penelitian living membutuhkan tinjauan dengan melihat
kontekstualitasnya, maksudnya ialah untuk dapat mengerti pesan yang
disampaikan di dalam teks dengan merujuk kepada asal usul, suasana dan
kondisi ketika tulisan tersebut hadir.28 Ini disebut peralihan dari dialetika
tekstual hingga pendekatan konseptual.29 Analisis dapat dilakukan
terhadap berbagai celah dari suatu tema penelitian living Al-Qur’an dan
Hadist. Teknisnya yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini ialah
23 Anwar, Living Hadis,(2015), Farabi, 85.
24 Muhammad Ali, Kajian Naskah dan Kajian Living Qur’an dan Living Hadist, Journal
of Qur’an and Hadist Studies, 164.
25 Adibah.I.Z, Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam, Journal Inspirasi, 18.
26 D. Murni, Paradigma Umat Beragama tentang Living Qur’an Menautkan antara Teks
dan Tradisi Masyarakat, Journal Syahadah, (2016), 84-85.
27 M. Muhsin, Memahami Hadist Nabi dalam Konteks Kekinian: Studi Living Hadis,
Journal Holistic, (2015), 22.
28 I.Channa, Memahami Makna Hadist secara Tekstual dan Kontesktual,Ulumma:
Journal Studi Keislaman, (2011), 412-413.
29 I.Gusman, Living Qur’an: Al-Qur’an dalam Pergumulan Muslim Indonesia,
(Surakarta, Efude Press, 2013).
10
dengan teknik analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan metode
yang digunakan agar nanti dapat menyelesaikan permasalahan
menggunakan situasi, subjek, objek. Didasarkan kepada kebenaran yang
terlihat dengan semestinya dan tidak ada unsur rekayasa. Uraian tersebut
untuk mengetahui kebenaran pada Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an.
Maka dari itu cara yang penulis pakai dalam pengumpulannya sebagai
berikut:
a. Reduksi data (data reduction)
Merupakan analisisa melalui pemfokusan terhadap kepedulian
dalam menyederhanakan, keabsahan data mentah dari tulisan dari
lingkunan.30
b. Pengutaraan data (data display)
Susunan informasi yang lengkap dalam bentuk kompleks, sehingga
tampak lebih selektif agar dapat memberikan jalan untuk menarik
kesimpulan data.
c. Determinasi (conclusion drawing)
Penulis mengenukakan ringkasan dari data yang didapat melalui
pengamatan, interview dan dokumentasi.
F. KERANGKA TEORI
gagasan ialah sekumpulan yang berasal dari acuan yang mana
dapat digunakan pada saat melangsungkan pencarian. Terdiri atas
serangkaian ungkapan bersifat abu-abu yang terkait dengan item tertentu.
Subjeknya berupa ide, argument, mutu, norma, aturan sosial, peristiwa dan
tingkah insan. Secara akademis, penelitian ini mendeskripsikan tentang
implementasi dari makna pembacaan surah-surah pilihan yang dilakukan
santri sebelum tidur di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an.
Sedangkan secara sosial investigasi ini memperkenalkan suatu
kebiasaan yang ada di dalam fenomena kehiduan sosial para santri terkait
kehadiran Al-Qur’an di kehidupan masyarakat muslim. Teori atau kajian
30 Sahiron Samsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadist, (Yogyakarta:
TH-PRESS, 2007), 60
11
terdahulu tentang pembacaan surah-surah tertentu dari Al-Qur’an.
Kemampuan Membaca Surat-Surat Pilihan Apa yang dimaksud?.
Kemahiran berarti paiawai ketika berinteraksi serta menguasai merupakan
pengertian dari lini bahasanya.31
Menurut Amin Daen Indra Kusuma, bisa dikatakan terhadap
individual apabila ia melaksanakan satu hal dengan jeli, ringan, dan tepat,
serta mengeluarkannya tanpa paksaan.32Pemaparan di atas kemudian
ditarik benang merahnya agar kita mengetahui bahwaannya membaca
surat-surat pilihan termasuk bagian keahlian di dalam bidang psikomotorik
(sikap) diartikan sebagai keterampilan dan kecakapan individual dalam
melafalkan bacaannya secara benar berpedoman dengan makhraj dan
harakatnya.
Wahyu yang diperuntukkan Allah kepada nabi Muhammad SAW
yaitu Al-Qur’an terdiri dari 30 juz 114 surat33 merupakan petunjuk insan
serta pembeda antara hak dan bathil. Berperan penting maksudnya yaitu
disebabkan mengetahui alasan utama diturunkannya kitab suci tersebut
yakni menjadi kompas hidup ke jalan yang bercahaya supaya nanti meraih
kesenangan di dunia dan akhirat. Selain itu difungsikan menjadi wadah
untuk menggali dan mengenal lebih dekat pesan tersembunyi yang
tersimpan di dalamnya.
Saat membaca menerapkan dalam kehidupan wajib bagi kita untuk
mempelajari Al Qur'an, bermula dari perkenalan huruf hijaiyah dan
mengucapkannya dengan bagus. Hakikat lainnya yang harus diketahui
adalah ketika dibaca sudah terhitung sebagai amalan, oleh karenanya umat
muslim dibebankan agar pandai dalam membaca Al Qur'an dengan benar
sehingga tidak sembarangan
31 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta,
1994), 326
32 Amin Daen Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (1973), 50
33 M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur'an, (Mizan, Bandung, 1994), 27
12
“atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan”. (Q. S. Muzzamil: 4)34
Penjelasan di atas menerangkan bahwasannya membaca Al-Qur'an
sangat disarankan dan diprioritaskan aturannya sunnah, tetapi dibaca
dengan baik menjadi sebuah kewajiban. Nabi SAW berpesan kepada orang
tua dapat melatih anaknya terbiasa dalam membaca Al Qur'an ketika bisa
berbicara. Tujuannya untuk mengenalkan agama lalu membubuhjan
perasaan cinta terhadap Al Qur'an, yang menjadikan mereka lihai bahkan
telaten membacanya. Diajarkan tentang tajwid sampai kepada kaidah-
kaidah bacaan dan lain sebagainya.
A. Tradisi Membaca Al-Qur’an
Beberapa bukti nyata dari Al-Qur’an ialah Dia dikatakan juga
sebagai al- Huda (petunjuk), ar-Rahman (penuh kasih dan sayang), as-
Syifa’ (obat penawar untuk rohani maupun jasmani), al-Furqan (pembeda
dari yang hak dan yang bathil), dan banyak lagi yang lainnya35. Jika dilihat
dari sudut pandang psikologi dapat tergambar bahwa begitu banyak respon
ataupun sikap yang ditunjukan oleh masyarakat muslim. Mayoritas dalam
membaca Al-Qur’an pada umumnya mereka melakukan secara sendiri-
sendiri, kadang kala juga dilakukan secara bersama-sama bahkan juga
berjama’ah. Kebiasaan yang sering kali dilakukan dan sudah mendarah
daging bagi kita bersama yaitu apabila telah selesai membaca Al-Qur’an
kita sering menandai bacaan yang telah kita baca dengan berbagai variasi
tersendiri. Variasi tersebut diantaranya yaitu memberikan tanda pada ayat
terakhir yang telah dibaca dengan cara ditandai dengan pensil,
memberikan ssimbol-simbol di pinggir Al-Qur’an, melipat halaman dari
surah yang telah dibaca atau melipat bagian ayat terakhir yang telah dibaca
dan lain sebagainya. Beragamnya variasi yang telah disebutkan di atas
meninggalkan kesan terhadap Al-Qur’an sendiri menjadi kotor, lusuh, dan
34 Q.S Al-Muzamil ayat 4, Terjemah Kemenag 2002.
35 Ibrahim Eldeeb, Be A Living Qur‟ān (Petunjuk praktis penerapan Ayat-ayat al-Qur‟ān dalam kehidupan sehari-hari), alih bahasa Faruk Zaini, (Jakarta: Lentera Hati,2009), 42
13
tidak seperti kitab suci yang seharusnya dijaga dan dipelihara. Mengenai
hal tersebut akan menimbulkan sudut pandang dan penilaian yang
berbeda-beda terhadap pemberian batas membaca Al-Qur’an ada yang pro
dan kontra, walaupun demikian diharapkan kepada kita sebagai umat
muslim yang senantiasa membaca kitab suci kita seharusnya kita tidak
hanya rajin membacanya saja.
Melainkan kita harus memahami maksud dan mengerti agar nanti
mendapatkan pemahaman serta manfaat dari ayat yang dibaca. Aktivitas
mengalihkan bacaan yang ada di dalam Al-Qur’an pada moment tertentu
sudah lumrah dilakukan oleh masyarakat, contoh kecilnya seperti
membaca surah Yasin di hari kamis malam jum’at sehingga kegiatan
tersebut kita kenal dengan sebutan yasinan. Orang yang mengikuti
kegiatan dan tradisi tersebut pastilah memiliki motivasi dan kepercayaan
yang beragam36. Motivasi tersebut baik dari segi keagamaan, fadhilah dari
surah tersebut, atau hanya sekedar mengikuti dan berbagai sudut pandang
lainnya.
B. Living Qur’an
1. Pengertian Living Qur’an
Living qur'an ialah “teks Al-Qur'an yang hidup”37, pendekatan ini
mengabadikan prosesi interaksi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap
Al-Qur'an, bukan sebatas didasari atas pemaknaan teksnya saja, justru
lebih menitikberatkan pada bagian implementasi dari naskahnya dalam
keseharian38. Berawal dari pemerhati non muslim, maka arkatipe mereka
terhadap Al-Qur’an menemukan adanya hal yang menarik di kehidupan
kaum muslim yang terwujud dalam berbagai peristiwa kemasyarakatan.
36 Sudut pandang antara satu orang dengan yang lain tentu berbeda, apalagi jika dikaitkan
terhadap kegiatan yang identik di dalamnya ada membaca al-qur’an seperti tahlilan, syukuran,
yasinan, musabaqah tilawatil qur’an atau yang lebih familiar kita kenal MTQ dan masih banyak
lagi yang lainnya.
37 Dadan Rusmana, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, Bandung: CV Pustaka Setia,
Cet.1 Februari 2015, 291.
38 Wujud dari penerapan al-qur’an di tengah masyarakat yang tidak hanya kepada teks
melainkan juga melihat dari sisi konteks yang ada, tanpa disadari dan secara tidak langsung
masyarakat telah melaksanakan langkah-langkah dari metode living qur’an itu sendiri.
14
Contohnya kasus yang berkaitan dengan pembelajaran di lokasi
tertentu, fenomena penulisan pada bagian dari al-qur’an pada tempat
khusus, penggalan ayat yang dijadikan untuk sarana penyembuhan
alternatif, do’a dan lain sebagainya yang turun temurun pada masyarakat
definit tetapi tidak di masyarakat lainnya39. Gaya ilmu seperti ini membuat
gejala yang hidup bersinggungan ini sebagai sasaran utamanya, intinya
tidak melebihi ketentuan kapasitas keilmuan.
Dikarenakan sinyal dari lini sosial yang bermunculan pasalnya
bermula dengan hadirnya,lalu digabungkan dalam cakupan studi Al-
Qur’an. perkembangan yang begitu pesat maka kajian dan metode ini pun
dikenal dengan istilah Studi Living Qur’an. Ahli yang berasal dari studi
Qur’an pada umumnya sama dalam mengartikan istilah dari Living
Qur’an. M Mansur mengatakan Living Qur’an adalah sebuah kajian
tentang beragam variasi peristiwa sosial berkaitan erat dengan hadirnya
Al-Qur’an dalam badan komunitas muslim tertentu40. Berbeda dengan M.
Yusuf, Muhammad mengarisi arti dari Living Qur’an ialah sebatas al-
Qur’an yang hidup41.
Selanjutnya, Muhammad Yusuf menyebutkan bahwasannya
pengertian dari Living Qur’an yakni salah satu studi tentang kejadian
sosial dengan letak geografis dan (bisa terjadi) pada masa tertentu42.
Kemudian Abdul Mustaqim membatasi pengertian Living Qur’an sebagai
39 Satu bentuk kegiatan yang tidak terdapat pada daerah lain dan hal tersebutlah yang
membedakan serta menjadikan ciri khas tersendiri akan masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut. Fenomena itulah yang nanti akan dikupas dan diselidiki dengan kacamata ilmiah melalui
ilmu living qur’an dan living hadis dengan dibantu dengan beberapa pendekatan yang dapat
memperkuat layaknya fenomena tersebut diangkat dan dijadikan sebagai karya tulis ilmiah dari
seorang peneliti.
40 M. Mansur, “Living Qur’an Dalam Lintasan Sejarah Studi Qur’an” Dalam Metodologi
Penelitian Living Qur’an & Hadis, (TH-Press, Yogyakarta, 2007), 8.
41 Muhammad, “Mengungkap Pengalaman Muslim Berinteraksi dengan Al-Qur’an”
Dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (TH-Press, Yogyakarta, 2007), 12.
42 Muhammad Yusuf, “Pendekatan Sosiologi Dalam Penelitian Living Qur’an” Dalam
Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (TH-Press, Yogyakarta, 2007), 39.
15
kajian yang lebih menekankan kepada aspek respon masyarakat terhadap
kehadiran Al-Qur’an di tengah mereka43.
Pendapat terakhir dari Sahiron Syamsuddin mengemukakan apa
yang dimaksud dengan Living Qur’an ialah berupa teks Al-Qur’an yang
dihidupkan masyarakat44. Pendapat dari bebrapa tokoh tentang pengertian
Living Qur’an disimpulkan menjadi sebuah pemahaman terhadap Al-
Qur’an yang hidup serta berdampingan dengan realitas kehidupan sosial
masyarakat bersumber dari tulisan, pemikiran, penuturan maupun
tindakan.
2. Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah
Kajian yang terkait atas beragamnya realitas sosial ditemukan
dalam kehidupan masyarakat terhadap Al-Qur’an di kawasan tertentu.
Penelitian ilmiah pada konteks ini dijabarkan supaya dapat menghindari
dimasukkanya tendensi keagaamaan dengan ini berbagai peristiwa akan
dapat terlihat yang berujung terhadap sunnah, haram, diperbolehkan dan
dilarang, dapat kita pinjam istilah yang kemungkinan sama seperti istilah
living qur’an, maka peristiwa tersebut lebih tepatnya dikatakan sebagai
The Dead Al-Qur’an.
Apabila ditelusuri dari sudut pandang prespektif keislaman, jelas
bermaksud agar tulisan dalam Al-Qur’an tidak lagi berguna, disebabkan
“petunjuk” Al-Qur’an yang termuat pada naskahnya bisa diaplikasikan
dengan baik, apabila terdapat perberbedaan menginterpretasikan teks
beserta muatannya. Tatkala yang terjadi sekarang banyak penerapan Al-
Qur’an di dalam kehidupan kita justru bertolak belakang dengan wawasan
yang benar (agama) dari teksnya. Seain itu Al-Qur’an telah menyebutkan
dirinya dengan gamblang sebagai syifa’.
Maksud dari syifa’ jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
artinya adalah obat, namun ayat pilihan yang dipilih untuk dibacakan
43 Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian Living Qur’an; Model Penelitian Kualitatif”
Dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (TH-Press, Yogyakarta, 2007), 68.
44 Sahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Penelitian Dalam Studi Al-Qur’an Dan Hadis”
Dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (TH-Press, Yogyakarta, 2007), 29.
16
bertujuan agar mengusir makhluk halus tak kasat mata yang sering kali
merasuki dan mengendalikan tubuh seseorang, praktek tersebut tidak
terkait dan berpedoman dengan pengertian terkait isi yang tersimpan pada
Al-Qur’an. Kacamata agama mengatakan kegiatan tersebut berarti The
Dead Al-Qur’an, akan tetapi kebenaran dari segi sosialnya, praktek seperti
ini selalu berdampingan dengan Al-Qur’an dan benar-benar nyata terjadi
pada kelompok tertentu.
Mengapa diperlukan untuk menjadikan obyek baru terhadap
pemerhati Al-Qur’an dapat disederhanakan dengan perkataan, pemaparan
dan penjelasan digunakanlah istilah yang disebut sebagai Living Qur’an.
aksi tersebut diuraikan sesederhana mungkin untuk menyederhanakannya
pada hakikatnya usianya sama dengan umur dari Al-Qur’an itu sendiri45.
Hanya saja, rentang waktu yang amat panjang membuat peristiwa di atas
menjadi hal yang baru di dalam ranah kajian Al-Qur’an.
3. Objek Kajian Living Qur’an
Salah satu bahan yang paling penting untuk menposisikan sebuah
ilmu ialah masalah objek kajian. Di bawah ini merupakan uraian tentang
peninjauan dari living qur’an yang diklasifikasikan menjadi dua bagian
yakni formal dan material.
a. Objek Material Living Qur’an
Secara filosof, tiap bidang keilmuan haruslah mempunyai objek
kajian yang dimunculkan sebagai tujuan utama dalam aturan keilmuan46.
Ada objek material, dan ada juga material (formal). Dalam filsafat, objek
material merupakan segenap komponen yang ada dan yang mungkin ada
baik itu kasat mata ataupun tidak. Objek yang tampak adalah empiris,
sementara yang tidak tampak yaitu objek metafisis yang keberadaanya
berada di dalam alam fikiran dan “semesta” peluang. Dunia empiris yang
dapat diukur dan biasanya terjadi secara berulang kali, sedangkan
45 Sahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Penelitian Dalam Studi Al-Qur’an Dan Hadis”
Dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (TH-Press, Yogyakarta, 2007), 9.
46 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi, (Tanggerang Selatan: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019), 49.
17
metafisisnya meliputi pemikiran yang logis. Ada dan tidaknya tidak dapat
dibuktikan secara empiris melalui uji coba di laboratorium,hanya saja
merupakan bagian dari logika yang berfikir sehat saja.
Ilmu sosiologi berupa masyarakat, antropologi praktik budaya,
psikologi adalah gejala kejiwaan, teologi ialah Tuhan dan risalah-Nya,
astronomi adalah benda langit yang mencakup planet, bintang, bulan dan
matahari. akidah memuat ekspresi dari keyakinan manusia, objek material
dari ilmu sejarah ialah kejadian yang terjadi pada masa lalu, kemudian
untuk bahasa meliputi kata, bunyi dan simbol47.
Sementara itu, untuk objek materialnya meliputi Kalamullah dan
Mushafnya, sedangkan ilmu hadis adalah tindak tutur perkataan Nabi
Muhammad saw. Lalu, apabila ilmu living qur’an dan hadis itu merupakan
satu kesatuan apakah yang menjadi objek materialnya? Jawabannya bisa
dijelaskan serta disimpulkan bahwa material objek dari ilmu living qur’an
dan living hadis adalah perubahan wujud kedua sumber utama tersebut
yang tidak berbentuk tulisan. Bisa berupa sketsa, multimedia, karya
budaya yang terbentuk dari pemikiran kemudian diwujudkan dalam sikap
dan perilaku manusia.
Dalam ilmu Al-Qur’an terdapat ilmu rasm, namun hal itu bukanlah
wilayah living qur’an. Dapat mengarah kepada istilah secara normal pada
tata cara tulisan yang disesuaikan dengan standar Utsmani yang telah
disetujui ulama. Kaidah tersebut kemudian dijadikan tolak ukur agar dapat
memudahkan dalam proses penyutingan naskah dari mushaf Al-
Qur’annya. Sedangkan ilmu rasm sama sekali tidak mengatur tentang khatt
atau seni kaligrafinya. Termasuk juga sebagai living qur’an ketika surah
az-zalzalah ditulis memakai unsur lukisan yang beraliran futurisme,
impresionisme, surealisme tentu ia akan memberikan kesan dan kekuatan
yang tersendiri.
47 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi, (Tanggerang Selatan: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019), 51.
18
Bisa juga dikemas dalam bentuk video ilustrasi. Hal tersebut dapat
dijadikan sebagai objek material dari living qur’an berbasis multimedia.
Ini dapat terjadi disebabkan oleh naskah Al-Qur’an telah “berganti” dari
teks kemudian transformasi multimedia48. Hadist tentang kafalatul qytam
dan surah al-maun contohnya, yang sumbernya dari Al-Qur’an dan hadist
berupa berwujud dalam teks, kemudian berubah menjadi wujud budaya
dalam mendirikan panti asuhan untuk anak-anak yatim piatu, hal ini juga
dapat dijadikan sebagai objek kajian material dari ilmu living qur’an dan
living hadist yang berbasis budaya atau masyarakat.
b. Objek Formal Ilmu Living Qur’an
Selanjutnya materi material tidak mampu memberikan informasi
keilmuan yang lengkap apabila tidak disertakan objek formal. Dalam
bidang filsafat, yang dimaksud dengan wujud formal ialah prespektif
secara utuh. Tanpa hal tersebut objek material tidaklah bermakna, berarti,
apalagi memiliki pengaruh. Objek formal bisa disebut sebagai metode,
paradigma, acuan dan cara dalam mengutip inti sarinya. Agar dapat
menarik sebuah kesimpulan, adakalanya menggunakan cara deduktif dan
adakanya juga menggunakan cara induktif.
Cara deduktif ialah menarik kesimpulan ilmu dari sebuah
paradigma atau asumsi besar, biasanya berupa teori yang dipakai
kemudian diuji untuk dapat dibuktikan kepada kasus-kasus kecil yang
sedang diteliti. Selanjutnya untuk cara induksi ialah dengan cara mencari
satu kesimpulan besar dari kesamaan ataupun perbedaan pola dari kasus-
kasus kecil. Kesimpulan tersebut yang telah dikumpulkan kemudian dapat
menjadi sebuah teori. Lalu teori-teori itu yang dapat menjadi bukti bahwa
suatu cabang ilmu tersebut benar-benar kuat49. Sementara itu, objek formal
48 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi, (Tanggerang Selatan: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019), 52. 49 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi, (Tanggerang Selatan: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019), 53.
19
dari ilmu living qur’an dapat kita disimpulkan sebagai pandangan yang
spesifik terhadap ayat Al-Qur’an dan hadist diluar teksnya.
Adakalanya ayat dibaca dengan melihat sisi dari sosiologi, sebab
dikarenakan objek material yang nantinya dikaji mencakup atas perilaku
dari masyarakat dalam menggunakan ataupun merespon ayat Al-Qur’an.
Maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai living qur’an. Objek formal dari
living qur’an adalah sosiologi, seni, budaya, sains dan teknologi, psikologi,
dan lain sebagainnya. Objek formal dari ilmu living qur’an yang jelas
adalah tidak bersifat pernasakhan atau teksutal, melainkan lebih mengacu
kepada kebendaan, kemasyarakatan dan kemanusiaan50.
Objek formal:
Psikologi,
Sosiologi,
Antropologi,
Sains dan teknologi
Objek material:
fenomena atau gejala
Al-Qur'an, perilaku
masyarakat dalam
membawa mushaf
nilai atau makna
kultural atau budaya
Utsmani
LIVING QUR’AN
Tabel 1.1: Objek Kajian Living Qur’an
4. Pembagian dari Living Qur’an
Farid Esack dalam The Introduction to The Qur’an mengutip
sebuah kisah yang menikat antara hubungan Tuhan dan manusia melalui
Al-Qur’an. Narasi ini diperoleh dari Imam Al-Ghazali dari Ahmad ibn
Hanbal. Beliau pernah bermimpi bertemu dengan Tuhan. Ia bertanya
tentang orang yang begitu dekat dengan Tuhan dan bagaimana cara
mereka untuk dapat meraih kedekatan tersebut. Tuhan kemudian
menjawab, “Dengan firman-Ku (Al-Qur’an), wahai Ahmad.” Ahmad ibn
Hanbal kemudian mengejar lagi dengan mengajukan pertanyaan
berikutnya, “Dengan memahami makna firmanmu atau tanpa
50 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi, (Tanggerang Selatan: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019), 54.
20
memahaminya?”. Terhadap pertanyaan ini, Tuhan menjawab, “Baik
dengan memahaminya (teks Al-Qur’an) maupun tidak.”51
Kesimpulannya adalah Al-Qur’an dapat menjadi media untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan melalui dua cara, pertama memahami
makna (teks) dan yang kedua dipahami dari ayatnya (teks). Bentuk
hubungan yang terjadi antara manusia dengan pencipta menggunakan
perantara dari Al-Qur’an yang dikemukakan oleh Farid Esack,
persabungan terhadap Al-Qur’an ‘tidak didasari dengan mengerti akan
naskah dari Al-Qur’an’ kerap dilancarkan oleh kecaman pecinta-Nya.52
Kendati demikian, ‘tidak menguasai isi teks Al-Qur’an’ dapat diikuti
semua pihak.
Mencakup dengan berbagai manfaat dalam kehidupan umat islam.
Berfungsi untuk membela yang tertindas, menghentikan perbuatan dzalim,
motivator dalam perubahan, penenang sanubari, tak dapat dipungkiri juga
sebagai penyembuh (syifa’) dari masalah dan ancaman. Menurut
pemahaman yang mereka yakini naskah Al-Qur’an dijadikan sesuatu yang
51 Farid Esack, The Qur’an: An Introduction, (England Oneworld Publication, 2010), 183.
52 Pemetaan interaksi manusia dengan Al-Qur’an ala Farid Esack menggunakan analogi
interaksi seorang pecinta (lover) dengan yang dicinta (beloved), yaitu Al-Qur’an. Ada dua bagian,
masing-masing bagian memiliki kelompok. Bagian pertama adalah umat islam sedangkan untuk
bagian yang kedua adalah non-Muslim. Bagian pertama memiliki tiga kelompok. Kelompok
pertama disebut sebagai uncritical lover (pecinta yang tidak kritis). Kelompok ini ialah orang-
orang Muslim awam (ordinary muslims). Kelompok ini berinteraksi dengan kekasihnya (baca: Al-
Qur’an) secara “buta”, bahwa kekasihnya, (Al-Qur’an) adalah segala-galanya, tanpa pernah
mencoba untuk meragukan ataupun menanyakan tentang kebenaran dari Al-Qur’an. Kelompok
kedua adalah scholarly lover, yaitu sarjana Muslim konvensional. Mereka adalah pecinta Al-
Qur’an yang berusaha menjelaskan kepada dunia mengapa Al-Qur’an dapat disebut sebgai wahyu
dari Allah yang membawa kebenaran sehingga perlu diterima dan dijadikan sebagai landasan
hidup. Para pecinta ini menjelaskan kehebatan atau I’jaz Al-Qur’an secara ilmiah dengan piranti-
piranti keilmuan yang sudah mapan, yakni ilmu tafsir (ulum Al-Qur’an). kelompok ketiga adalah
critical lover (pecinta yang kritis). Mereka berusaha bertanya tentang sifat-sifat, asal usul
(otentisitas) dan bahasa kekasihnya (Al-Qur’an), sebgai refleksi bukti dari kedalaman cinta.
Bagian kedua yang memuat non-Muslim terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok
pertama, adalah the friend of lover (teman pecinta). Kelompok ini berbeda tipis dengan kelompok
critical lover. Perbedaannya terletak pada identitas keagaaman. Kelompok kedua disebut sebagai
revisionis, karena ingin selalu melakukan perubahan yang sifatnya untuk dapat merevisi Al-Qur’an
beserta aspek-aspek inherennya. Selain dari itu, mereka juga berusaha melemahkan Al-Qur’an
dengan bukti-bukti akademis. Terakhir, untuk kelompok ketiga adalah polemicist yaitu non-
Muslim yang menolak Al-Qur’an secara membabi buta.
21
berbentuk entitas dengan nilai jual tinggi. Sementara itu, Islah Gusmian
memandang Living Qur’an dari sosial kebudayaan.
Perdana, okuler dari teks-Nya akan diletakkan untuk dapat meraup
bagian seni dengan tujuan bisa dinilai dan dihargai. Kedua, wujudnya
yaitu material Al-Qur’an yang dipakai sebagai tumpuan dalam merancang
tulisan dengan skala besar. Ketiga, bagian sentuhan ilustratif pada susunan
teks tersebut yang nantinya ditonjolkan berbentuk sajak. Keempat,
perpaduan suara ketika melantunkan ayat suci Al-Qur’an. kelima,
budidaya terhadap keaslian dari lekturnya di bidang tahfidz. Keenam,
manuskripnya dibuat menjadi jimat, hizb, do’a dipercaya menjadi
alternatif berobat penyakit terkadang sampai menambahkan mistis. Dilihat
dari jenisnya objek dari kajian living qur’an dan living hadist dapat terlihat
dengan jelas seperti tabel berikut:
Jenis Living Qur’an dan
Living Hadist
pembahasan Contohnya
Kebendaan
aspek kealaman. Bukan
membahas perbuatan,
hanya sebatas mengkaji
benda yang dianut dan
termotivasi dari Al-Qur’an
dan Hadist Nabi.
keterampilan membaca;
kaligrafi, riwayat hadis,
tsabat, profesi periwayatan,
guru hadis. Tulisan,
iluminasi, mushaf, bentuk
sanad kitab, rajah Al-
Qur’an, jimat, gelar dalam
hadis seperti gelar sultan
zhillullah fil ardl untuk raja
pattani, bendera hitam,
stempel tauhid, logo
kalimat tauhid, cincin akik
yang didasarkan kepada
hadis mushahhaf yaitu
takhattamu bi al-‘aqiq fa
innahu Mubarak, warna
pakaian nabi, menu
makanan nabi, menu
22
minuman nabi, model
celana, model pakaian,
model potongan rambut,
dan sebagainya. Semua
ditinjau dari sisi model,
gaya, bentuk, dan
kebendaannya, tidak
perilakunya53.
Kemanusiaan
sikap yang sifatnya lebih
memanusiakan. Sering
bersinggungan dengan
etika, karakter kepribadian
muslim sesuai dengan
hadist dan qur’ani serta
kenabian. Perbuatan
personal-individual yang
disandarkan kepada hadist
juga termasuk ke dalam
kategori ini.
kegiatan menghafal,
membaca hadis, praktik
ruqyah, pelaksanaan
periwayatan hadis, praktik
setoran hafalan Al-Qur’an,
berpuasa senin-kamis untuk
merayakan ulang tahun
pribadi54. Surah Al-
Waqi’ah dibaca agar tidak
miskin, kemudian surah
Yaasin dihadiahkan kepada
orang yang telah meninggal
dunia, talqin, memakai
cincin akik, memakai
cincin di jari manis tangan
sebelah kanan, dan
sejenisnya. Di dalam kajian
jenis ini yang menjadi
objek kajian adalah
perilakunya, bukan pada
model, bentuk ataupun
bendanya.
Kemasyarakatan aspek sosial gerakan menghafal, budaya
53 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi, (Tanggerang Selatan: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019), 62. 54 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi, (Tanggerang Selatan: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019), 63.
23
kemasyarakatan,
pemaknaknaan terhdap
budaya, nilainya, kebiadan
yang turun temurun
dilaksanakan serta adat
istiadat yang diinspriasikan
dari Al-Qur’an maupun
hadist dari Nabi
Muhammad saw.
ketupat (merayakan hari
kemenangan), syukuran,
yasinan, seruan sholat
subuh ama’ah, dan lain
sebagainya55.
Tabel 1.2: Pembagian Kajian dari Living Qur’an dan Living Hadist
5. Tujuan Penelitian Living Qur’an
Tujuan dari penelitian Living Qur’an adalah untuk menjelaskan
sebuah tradisi yang terdapat pada sebuah komunitas, masyarakat,
ataupun organisasi bukan untuk mengadili benar atau salah sunnah
atau pun bid’ah. Pencarian menggunakan bantuan metode pendekatan
dari Living Qur’an tidak bertujuan untuk menentukan apakah objek
yang dikaji tersebut benar dam salah, baik bahkan buruk, sunnah
maupun bid’ah, kufur serta fasik dan yang semacamnya.
Pengamatan dengan memakai Living Qur’an juga tidak
diperbolehkan stereotipikal56. Tugas utama dari penelitian dan kajian
Living Qur’an yakni untuk dapat menjelaskan tindakan sosial yang
dikupas dan diungkap. Sekalipun yang ditelusuri adalah Al-Qur’an
ataupun Hadis, tetaplah mengacu kepada sudut pandang realistis,
bukan sebagai dogma ataupun norma semata.
Salah satu tugas utama dari kajian living qur’an adalah
mendefinisikan realitas sosial ke dalam suatu konsep, sedangkan
realitas sosial itu selalu bersifat kompleks dan multidimensial. Bukan
perkara yang mudah untuk merumuskan konsep living qur’an atas
55 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi, (Tanggerang Selatan: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019), 63. 56 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi, (Tanggerang Selatan: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019), 331.
24
suatu gejala dan realitas sosial. Seorang peneliti harus mengenali dan
tahu betul seluruh aspek yang akan menjadi indikator dari realitas yang
kompleks dan multidimensial tersebut57.
Setelah itu, ia harus berimajinasi lalu mengabstraksikannya
sehingga menjadi sebuah bentuk formula secara verbal yang kemudian
dapat disebut sebagai sebuah konsep atau konstruksi logis. Konsep
tersebut akan berpengaruh terhadap struktur, data, dan hasil dari
penelitian. Hasil penelitan yang sedang dilakukan ataupun yang akan
dibangun.
6. Akuntabilitas Umat Islam mengenai Living Qur’an
Sebagaimana umat muslim yang merespon berkaitan dengan kitab
suci sudah terlihat sejak dari zaman Rasulullah serta para sahabatnya. Al-
Qur’an sukses menjadi obyek tahfidz, sima dan pembelajaran tafsir di
samping sebagai obyek sosialisasi di berbagai daerah dalam “Majlis Al-
Qur’an”, sehingga Al-Qur’an tersimpan di dalam dada sahabat58.
Berkembangnya umat muslim dan mendiami tiap penjuru dunia,
respon mereka terhadap Al-Qur’an semakin terlihat dengan jelas dan
bervariatif, tak terkecuali oleh umat islam yang ada di Indonesia. Salah
satu nya yaitu Indonesia yang mayoritas dari penduduknya adalah
menganut agama islam, mereka sangat peka terhadap Al-Qur’an, generasi,
pihak bahkan komunitas suatu keagamaan dari semua tingkatan usia serta
etnis dari sabang sampai merauke. Inventarisi fenomonologis di atas tentu
masih banyak lagi fenomena lainnya yang dapat disajikan berupa potret
sosial agama yang kehadirannya tidak dapat dipungkiri59.
Sehingga menguatkan dugaan kita bahwasannya Al-Qur’an
direspon oleh pemeluknya yang heterogen dalam praktiknya di kehidupan.
57 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi, (Tanggerang Selatan: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019),328-329. 58 Sahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Penelitian Dalam Studi Al-Qur’an Dan Hadis”
Dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (TH-Press, Yogyakarta, 2007), 42. 59 Sahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Penelitian Dalam Studi Al-Qur’an Dan Hadis”
Dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (TH-Press, Yogyakarta, 2007), 46.
25
Keberagaman fenomena tersebut seharusnya mempunyai keterikatan
tersendiri terlebih kepada pengamat Al-Qur’an yang nantinya dapat
digunakan sebagai kajian. lumrahnya suatu aspek penelitian ilmiah yang
didominasikan dengan unsur keagamaan diharapkan mampu
mengungkapkan hal unik, berbeda, istimewa, karakteristik pada sebuah
unsur akan dikupas60. Pada akhirnya penelitian tersebut menghasilkan
sebuah model, karakter, kalau bisa dapat dijadikan sebagai problem
shower.
7. Living Qur’an Sebagai Religious Research
Dalam penelitian ini yang akan dicari bukanlah kebenaran agama
melalui Al-Qur’an apalagi untuk judgment sebuah komoditas agama
tertentu, akan tetapi lebih mengedepankan penelusuran terhadap tradisi
yang ada di masyarakat dan dilihat dari persepsi kualitatif. Kalau
digambarkan dengan meminjam bantuan sejarah, manusia dan sepak
terjang, maka fenomena keagamaan tersebut berakumulasi pada pola yang
terhubung dengan mengabungkan ketiga gaya pendekatan yang
disesuaikan kepada posisi, sikpa dan keadaan tertentu.
Jika kita menyetujui bahwa living qur’an berteduh dalam lindungsn
ilmu masyarakat dan ajaran, maka dapat dipakai dengan efisien yakni
antropologi, agar pondasi pandangannya menyeluruh kemudian memakai
vista yang mikro, idealnya secara humanis contohnya fenomenologi,
etnomenologi, dan arkeologi. Sedangkan untuk analisisnya berupa buku,
prasasti, dan cerita rakyat61.
Kejadian yang termasuk pada bagian keagamaan bukanlah untuk
membahas tentang nilai dari agama tersebut dengan pemikiran dan
kepercayaan, tetapi hakikatbya dilihat dari sisi empiris berupa runtutan
60 Sahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Penelitian Dalam Studi Al-Qur’an Dan Hadis”
Dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (TH-Press, Yogyakarta, 2007),48-49. 61 Imam Suprayogo Dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2003), Cet II, 63.
26
peristiwa kemudian menjadi dasar di dalam fakta religi62. Peninjauan ini
membutuhkan bantuan metode parsitipatif63 kepada peneliti ditekankan
agar bisa memaknai secara mendalam terkait tindakan yang dilakukan.
Jika tidak hanya memberikan gambaran seolah kita merasuki logika orang
lain dengan perantara misterius64. Dapat disebut dengan kemampuan
untuk mengjisap serta menjelaskan sudut pandang, perasaan, bahkan motif
yang terdapat di balik perlakuan seseorang65.
8. Konstruksi Epistimologi Living Qur’an
Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episteme
pengetahuan dan logos pemikiran yang sistematis66. Dapat diartikan
sebagai sistem pemikiran tentang suatu pengetahuan. Ilmu ini merupakan
kajian terkait bagaimana cara memperoleh, mengolah, menganalisis serta
menyimpulkan sebuah teori67. Dalam kaitannya, mempelajari budaya
masyarakat yang bersumber kepada Nabi, dapat disimpulkan ada dua jenis,
yaitu budaya yang bersifat kognitif dan non-kognitif.
Pembahasannya mencakup atas penggunaan teks Al-Qur’an atau
hadis dalam ritual publik. Hal yang tidak kalah penting dari budaya
kognitif pada ranah living qur’an ialah berkaitan dengan perilaku
masyarakat dalam mengamalkan satu ayat al-qur’an. hal tersebut
merupakan bentuk dari living qur’an, dan tugas peneliti yang nantinya
mengkaji dalam penelitian ilmiah. Untuk itu kita harus menemukan
62 Dhavamony, Mariasusai, Phenomenology Of Religion, Terj. Kelompok Studi Agama
Driyarka, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 27.
63 Agar peneliti dapat memahami tindakan reiligius dari dalam, tidak melalui proses yang
misterius oleh para ahli, antara lain Black Dan Champion, Kerlinger, Dhavamoni, Moleong Dsb.
Dibedakan menjadi tiga bagian partisipasi diantaranya: 1) secara lengkap, 2) secara fungsional,
dan 3) sebagai pengamat.
64 Dhavony, Pengantar Ilmu Antropology, (Jakarta: Aksara Baru, 1980), 34-35.
65 Brian-Moris, Anthropological Studies Of Religion An Introuctory Text, (USA:
Cambridge University Press, 1990), 60.
66 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi, (Tanggerang Selatan: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019), 191. 67 Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi, (Tanggerang Selatan: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019), 191-193.
27
masalahnya dan menganalisanya menggunakan pendekatan ilmiah serta
teori-teori sosial yang menunjang permasalahan tersebut.
C. PENDEKATAN FENOMONOLOGI DALAM STUDI AGAMA
Kajian Living Qur’an merupakan bentuk penelitian yang
menggabungkan antara dua cabang ilmu yaitu cabang ilmu al-Qur’an
dengan cabang ilmu sosial. Seperti sosiologi, fenomenologi, dan
antropologi. Karena pada dasarnya Living Qur’an tidak bisa berdiri sendiri
dan harus meminjam pendekatan dari ilmu yang lain. Dalam tulisan ini
penulis memakai pendekatan fenomenologi sebagai alat bantu untuk
menjadikan tulisan ini sebagai kajian Living Qur’an.
Menurut Suwardi Endraswara dalam bukunya bahwa fenomenologi
ialah berusaha memahami budaya lewat pandangan peilik budaya atau
pelakunya. Disebutkan juga bahwa wawasan utama fenomenologi adalah
pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala
realitas itu sendiri. Sehingga bisa dipahami bahwa metode kualitatif
fenomenologi berlandaskan pada empat kebenaran, yaitu kebenaran
empirik sensual, kebenaran empirik logik, kebenaran empirik etik, dan
kebenaran empirik transenden68. Atas dasar cara mencapai kebenaran ini,
fenomenologi menghendaki kesatuan antara subyek penelitian dengan
Suwardi pendukung obyek penelitian. Keterlibatan subyek peneliti
dilapangan dan penghayatan fenomena yang dialami menjadi ciri utam.
Hal tersebut juga dikatakan oleh Meleong bahwa pendekatan
fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya
terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Peneliti
fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi
orang-orang yang sedang diteliti. Maka dari itu, inkuiri dimulai dengan
diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu
68 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006), 42-44.
28
yang diteliti.69 Dalam penjelasan Phillipson yang dikutip oleh Suwardi
Endraswara dalam bukunya bahwa ada dua paham metodologi
fenomenologi, pertama fenomenologi yang berusaha untuk menjelaskan
bagaimana fenomena itu tersusun.
Kedua, fenomenologi yang berusaha memahami fenomena sebagai
objek kesadaran. Ketika fenomenologi mulai menjelaskan bagaimana
fenomena itu tersusun, ini berarti masih fenomena murni. Secara alamiah
penelitian budaya akan menanyakan persepsi subyek budaya terhadap apa
yang dialaminya. Dari interaksi subyek budaya itu, baik kesadaran subyek
sebagai kesadaran makna dan fungsi dari suatu fenomena itu merupakan
tonggak terjadinya penafsiran. Seperti yang dikutip Rusli dalam jurnalnya
bagi Hegel, fenomenologi berkaitan dengan pengetahuan sebagaimana ia
tampak pada kesadaran, sebuah ilmu yang menggambarkan apa yang
dipikirkan, dirasa dan diketahui oleh seseorang dalam kesadaran dan
pengalamannya saat itu.
Proses tersebut mengantarkan pada perkembangan kesadaran
fenomenal melalui sains dan filsafat, menuju pengetahuannya yang absolut
tentang yang absolut. Sedangkan menurut formulasi Husserl,
fenomenologi merupakan sebuah studi tentang struktur kesadaran yang
memungkinkan kesadran-kesadaran tersebut menunjukkan kepada obyek-
obyek diluar dirinya. Studi ini membutuhkan refleksi tentang isi fikiran
dengan menyampingkan segalanya. Husserl menyebut tipereklesi ini
“reduksi fenomenologi”. Karena fikiran bisa diarahkan kepada obyek-
obyek yang non eksis dan real, maka Husserl mencatat bahwa refleksi
fenomenologis tidak menganggap bahwa sesuatu itu ada.70
Pendekatan fenomenologi oleh Abdul Mujib merupakan upaya
membangun suatu fenomenologi yang koheren bagi studi agama. Begitu
juga fenomenologi lahir dan diterapkan dalam studi agama sebagai suatu
69Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda karya,
2006), 14-15. 70Rusli, “Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Agama Konsep, Kritik Dan Aplikasi”,
Islamica, Vol2, No 2 (2008), 142.
29
metode penelitian ilmiah yang ditawarkan dengan pendekatan-pendekatan
teologis, terdapat dua hal yang paling penting yang mencirikan pendekatan
fenomenologi agama, pertama metode untuk memahami agama seseorang
yang termasuk didalamnya mengkaji pilihan dan komitmen mereka secara
netral sebagai persiapan untuk melakukan rekontruksi pengalaman orang
lain.
Kedua, skema pengelompokkan untuk menjelaskan fenomena
dibenturkan dengan batas-batas budaya dan kelompok religius. Secara
umum pendekatan ini hanya menangkap sisi pengalaman keagamaan dan
kesamaan reaksi keberagaman semua manusia secara sama, tanpa
memperhatikan dimensi ruang dan waktu perbedaan budaya masyarakat.
Arah dari pendekatan fenomenologi memberikan penjelasan makna secara
jelas tentang apa yang disebut dengan perilaku keagamaan.71 Heddy
menyebutkan bahwa fenomenologi mencakup juga usaha-usaha untuk
mendeskripsikan, memaparkan fenomena atau gejala kesadaran, dan
menunjukkan bagaimana kesadaran tersebut dibangun, dari sinilah muncul
pandangan pokok fenomenologi, yakni “menuju itu sendiri” dengan kata
lain menuju apa yang muncul dan memberikan dorongan untuk adanya
pengalaman dan membangkitkan pengetahuan baru.72 Ada hal yang
menjadi karakteristik pendekatan fenomenologi, bisa dikatakan bahwa
fenomenologi merupakan metode untuk memahami agama orang lain
dalam perspektif netralistis dan meggunakan referensi orang yang
bersangkutan untuk mencoba melakukan rekontruksi menurut pengalaman
orang lain tersebut dengan kata lain semacam tindakan menanggalkan diri
sendiri dan berusaha menghidupkan pengalaman orang lain dan
menggunakan pandangan orang lain tersebut.73
71Abdul Mujib, “Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Islam ”.Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 6 (2015), 168. 72Heddy Shri Ahimsa-Putra, “Fenomenologi Agama:Pendekatan Fenomenologi Untuk
Memahami Agama ”Jurnal Walisongo, Vol 20, No.1 (2012), 276. 73 Abdul Mujib, “Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Islam ”.Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 6 (2015), 169.
30
Dengan demikian, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
apa yang diutarakan diatas, bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan
fenomenologi. Fenomenologi merupakan metode untuk mencari
pemahaman santri tentang ayat-ayat yang mereka gunakan. Dan untuk
melakukan rekontruksi dari pengalaman santri itu dalam menggunakan
ayat-ayat tersebut, dan pendekatan ini hanya menangkap dari sisi
pengamalan santri atau makna dari pengalaman santri menggunakan ayat-
ayat tersebut.
D. METODE MENGHAFAL DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ
SATU QUR’AN
Beberapa pola yang dikombinasaikan untuk dipakai pada Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an sebagai berikut:
a. Metode Attaisir
Artinya sangat mudah, metode ini merupakan metode yang disusun
oleh Ustad Adi Hidayat untuk mempermudah dalam menghafal, dari
nomor, posisi, letak ayat serta urutan halaman74.
b. Metode sudan
metode menghafal dan muraja’ah hafalan dengan cara setiap
menambah hafalan al-qur’an setiap harinya satu halaman atau satu lembar,
maka di ulang kembali sembilan lembar sebelumnya, sehingga setiap kali
menambah halaman baru akan terus di genapkan satu juz sampai selesai
hafalan al-qur’annya sehingga hafalan terus menyambung sampai selesai,
begitupun metode dalam muraja’ahnya75.
c. Metode lupakan
metode ini merupakan singkatan dari:
L: Lihat
U: Ucapkan
P: Pahami
74 Akhyartv, “Hari Al-Qur’an Muslim Zaman Now Hafal 30 Juz”, Bekasi, 2018.
75 Adi Hidayat, Muslim Zaman Now Metode At-Taisir Hafal Al-Qur’an 30 Hari, Bekasi:
Quantum Akhyar Institute. 2018.
31
A: Ayat
K: Kalikan
A: Arti
N: Nyetor (kemudian titipkan hafalan kepada allah swt)
Metode ini adalah metode untuk mempermudah menghafal dengan
cara memahami arti dari setiap ayat yang dihafalkan, juga dapat
dilakukan dengan cara menyetorkan terjemahan surah al-baqarah untuk
memudahkan memahami ayat-ayat yang lainnya76.
G. STUDI RELEVAN
Pada umumnya karya tulis ilmiah yang meneliti tentang Living
Qur’an belum terlalu familiar. Rata-rata penelitiannya sebagian besar
masih berkenaan dengan literature dari Al-Qur’an dan kajian kepustakaan.
Berjalannya waktu dan berkembangnya keilmuan maka tidak hanya
berkisar pada naskah saja. Namun, harus menyesuaikan dengan melihat
keadaan dan kondisi dari sosial masyarakat baik dalam menyikapi,
merespon, dan beriteraksi langsung dengan Al-Qur’an.
Sehigga ikut membuat penulis tertarik agar melakukan penelitian
lapangan berkaitan dengan fenomena dari rensponsibilitas suatu
masyarakat. Makanya esensialnya diadakan peninjauan kepustakaan.
Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan secara ringkas mengenai kajian
yang telah ada. Segelintir permasalahan yang hendak ditelaah agar dapat
melihat dengan jelas bahwasannya penelitian yang akan diteliti bukanlah
bagian dari tiruan atau duplikasi. Berikut ini adalah seputaran eksplorasi
penulis rangkum diantarannya sebagai berikut:
1. Tradisi Pembacaan Surat-Surat Pilihan Kajian Living Qur’an di
Pondok Pesantren Manba’ul Hikam, Sidoarjo oleh Ahmad Zainal
Musthofah, 2005. Dalam penelitian ini pembacaan tersebut
dilaksanakan setelah selesai sholat isya’. Pembacaannya dibaca secara
76 Buku Panduan Menghafal Al-Qur’an dan Mutaba’ah Santri Pondok Pesantren Tahfids
Satu Qur’an, editor bidang kesekretariatan, diterbitkan oleh Pesantren Tahfidz Satu Qur’an jambi,
cet.1, juni 2020.
32
tartil. Kegiatan tersebut dipandang sebagai satu kewajiban dan rutinitas
yang disulap sebagai salah satu pengamalan untuk menggambarkan
jiwa dari santri Pondok Pesantren Manba’ul Hikam77.
2. Tradisi Pembacaan Surat-Surat Pilihan dalam Al-Qur’an Kajian Living
Qur’an di Pondok Pesantren Attaufiqiyyah Baros, Kabupaten Serang,
oleh Syam Rustandy, 2018. Dalam penelitian ini surat tersebut dibaca
mengikuti susunan yang telah dibukukan. Jadwal pembacaannya ada
dua yaitu pertama, setelah ba’da sholat subuh dan yang kedua, setelah
ba’da sholat ashar78.
3. Pembacaan Al-Qur’an Surat-Surat Pilihan di Pondok Pesantren
Futuhiyyah Mranggen, Studi Living Qur’an oleh Imam Fitri Qosi’in,
2018, Semarang79. Surat yang termasuk alternatifnya terdapat tiga
diantarannya: Surah Yaa Siin dibaca setelah ba’da sholat magrib,
Surah Al-Waqi’ah dibaca pada hari selasa pagi ba’da sholat subuh, dan
Surah Al-Kahfi dibaca pada malam jum’at dan pembacaan dari ketiga
surah tersebut dibaca secara bersama-sama. Tujuan dari pembacaan
tiga surah pilihan yang diwajibkan tersebut ialah untuk meningkatkan
kualitas ibadah para santri lalu agar memahami nilai-nilai yang
terkandung ataupun hikmah-hikmah yang ada dalam ketiga surah
tersebut.
4. Tradisi Pembacaan Al-Qur’an (Surah Al-Kahfi, Ar-Rahman dan As-
Sajaddah) di Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islam Boarding
School Desa Waru Jaya, Kecamatan Paung Kabupatean Bogor oleh
Siti Subaidah, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 201980. Dalam
penelitian tersebut pembacaan surah-surah pilihan merupakan salah
77 Skripsi karya Ahmad Zainal Musthofah, Tradisi Pembacaan Surat-Surat Pilihan
Kajian Living Qur’an di Pondok Pesantren Manba’ul Hikam, Sidoarjo, 2005.
78 Skripsi karya Syam Rustandy, Tradisi Pembacaan Surat-Surat Pilihan dalam Al-
Qur’an Kajian Living Qur’an di Pondok Pesantren Attaufiqiyyah Baros, Kabupaten Serang,
Banten, 2018.
79 Skripsi karya Imam Fitri Qosi’in, Pembacaan Al-Qur’an Surat-Surat Pilihan di Pondok
Pesantren Futuhiyyah Mranggen Studi Living Qur’an, Semarang, 2018.
80 Skirpsi karya Siti Subaidah, Tradisi Pembacaan Al-Qur’an (Surah Al-Kahfi, Ar-
Rahman Dan As-Sajadah) di Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islam Boarding School Desa
Waru Jaya, Kecamatan Paung, Kabupaten Bogor, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2019.
33
satu kewajiban. Selain itu, pembacaan dari surah-surah pilihan yang
telah diwajibkan juga bertujuan untuk pendekatan diri agar dapat
senantiasa selalu berserah diri dan mengharapkan barokah dari Allah
SWT.
5. Pembacaan al-qur’an surat-surat pilihan di pondok pesantren putri daar
al-furqon janggalan kudus (studi living qur’an), UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, 201481. Pada penelitian tersebut surah-surah yang menjadi
pilihan untuk dibaca kepada santrinya ialah surah yaasin, al-mulk, al-
waqi’ah, al-dukhan dan al-rahman. Surah tersebut dibaca sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pembacaan surah pilihan tersebut
dibaca dengan tartil, dibaca bersama-sama dan individual.
Berdasarkan gambaran diatas, bahwasannya ulasan yang mengurai
berkenaan dengan Makna dari Pembacaan Surah-Surah Pilihan yang Dilakukan
Santri Sebelum Tidur Di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an Kec. Jaluko Kab.
Muaro Jambi Provinsi Jambi. Karya di atas berbeda dengan yang akan diangkat
sebagai bahan untuk pembuatan skripsi. Selain dari itu, setting dan objeknya juga
berbeda dengan setting beserta objek yang akan penulis kaji. Berikut adalah
surah-surah pilihan yang akan ditelusuri pada lokasi penelitian penulis:
NO SURAH HARI
1. AL-YASIN malam kamis
2. AL-WAQI’AH malam senin
3. AL-SAJADAH malam selasa
4. AL-RAHMAN malam rabu
5. AL-MULK malam jum’at
6. AL-INSAN malam sabtu
Keenam surah di atas yang akan penulis amati di Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an yang dibaca oleh seluruh santri setelah menyelesaikan jadwal
kegiatan mereka dari pagi sampai malam hari. Selain itu, penulis juga akan
81 Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Dan Hadis, Vol. 15, No.1, Januari, 2014.
34
mewawancarai dan bertanya kepada sebagian dari santri maupun santriwati
terhadap makna dari pembacaan surah-surah pilihan yang telah diwajibkan, dan
tak lupa penulis juga akan mengali informasi seputar kegiatan tersebut langsung
kepada pimpinan beserta staff dan pengurus di Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an Desa Sungai Duren Mendalo RT 08 Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi
Provinsi Jambi.
35
BAB II
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN TAHFIDZ SATU QUR’AN
A. PROFIL PONDOK PESANTREN TAHFIDZ SATU QUR’AN
1. Awal Berdirinya Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an
Pondok Pesantren Satu Qur’an Jambi mulai didirikan di tahun
2015, mulanya Pondok Satu Qur’an bernama Pondok Pesantren Al-
Qolam. Di tahun 2018, Pondok Pesantren Satu Qur’an dialihkan dan
berpindah tangan kepada bapak M. Edi Fariadi sebagai pengasuh dari
lembaga Satu Qur’an. Usulan gagasan dari bapak M. Edi Fariadi untuk
bermusyawarah bersama-sama dengan pengurus Pesantren. Maka,
dibuatlah nama baru untuk pengganti Pondok Pesantren Al-Qolam yaitu
Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an Jambi, singkatan dari Semesta
Alam Bersatu dalam Naungan Al-Qur’an82.
Institusi ini bernama Pesantren Tahfidz Satu Qur’an Jambi. Satu
Qur’an merupakan kepanjangan yang berarti Semesta Alam Bersatu dalam
Naungan Al-Qur’an. Disahkan pada tanggal 23 September 2018 di Jambi
sampai batas yang tidak ditentukan. Disahkan oleh SK.
KEMENKUMHAM RI Nomor AHU-001344.AH.01.04. pada tahun 2018
dan Akta dari Notaris Nomor 02/2018. Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an Jambi berlokasi di Desa Sungai Duren RT 08 Kec. Jaluko Kab.
Muaro Jambi dengan kode pos 36361, Provinsi Jambi83 dengan status
tanah waqaf, luas tanah kurang lebih 34.977 m2 (3,4 Ha).
Kehadirannya berdasarkan rasa peduli terhadap tanggung jawab
amanat dan cendekiawan dalam perjalanan mengembangkan sumber daya
insani yang sebenarnya. Agar dapat dijadikan sebagai intensitas pertama
dalam memberdayakan anak adam yang berakhlak, bertata krama,serta
mempunyai kapasitas dalam berkompetensi di kurun informasi yang
mudah didapat apalagi pada zaman millennial saat ini.
82 Arsip Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an. 83 Data dari Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an.
36
Pesantren ini bermaksud dapat menempah dan melahirkan angkatan
penghafal Al-Qur’an sesuai dengan mottonya “Mencetak Generasi
Muttaqin dan Mandiri”. Prospek untuk ke depannya kepada semua
santri yang belajar dari Pondok Pesantren Satu Qur’an Jambi dapat
menjadi pemuka ummat dan tauladan baik di lingkungan tempat mereka
tinggal maupun di masyarakat luas84. Selain itu, mereka juga dapat
mengembangkan jiwa berwirausaha sesuai dengan yang telah diajarkan
selama mengabdi dan bermukim di Ponpes Satu Qur’an sesuai Sunnah
Rasulullah SAW.
Keunggulan yang dimiliki dari Satu Qur’an adalah hafalan 30 juz
merupakan prioritas yang ditekankan kepada seluruh santri. selain dari itu
banyak juga kegiatan ataupun program yang diberikan kepada santri untuk
mengasah kemampuan, kreativitas, kedisiplinan, dan mental. Dari
banyaknya rangkaian kegiatan tersebut salah satunya yakni pembacaan
surah-surah pilihan yang diwajibkan kepada semua santri tanpa terkecuali
baik santri putra maupun santri putri.
Kegiatan ini bertujuan sebagai media perantara dalam pelatihan
bacaan dan membiasakan dalam membaca surah-surah panjang yang
dipilih oleh mudir pondok pesantren beserta pengurus Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an agar nantinya dibaca setiap hari oleh santri. banyak
hal positif dan ilmu yang bermanfaat dengan adanya kegiatan ini. Salah
satunya ialah pembacaan surah-surah pilihan yang diwajibkan kepada
santri merupakan bentuk dari cinta mereka terhadap al-qur’an sebab rata-
rata respon yang diberikan oleh santri terhadap adanya kegiatan
pembacaan surah-surah pilihan tersebut sangatlah baik. Mereka
bersemangat, bersuka ria dan antusias dalam melaksanakan pembacaan
surah-surah pilihan85.
84 Arsip Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an 85 Wawancara penulis dengan Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an, di kediaman beliau pada tanggal 11 november 2020 pukul 09.00 wib.
37
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an
a. Visi
instalsi yang tujuannya dapat menjadi wadah untuk
membudidayakan sumber daya insani yang terpercaya, dan menghasilkan
seorang pemimpin di masa depan yang nantinyaa dapat menghafal,
menggenggam, memaknai dan menjalankan Al-Qur’an dan Hadits,
berakhlak azim, arif serta mandiri86.
b. Misi
1) Lembaga pendidikan Al-Qur’an salafiyah yang ulung, masuk akal,
universal dan rahmatan lil alamin.
2) Mengali potensi yang berakhlak, independen dan berjiwa saing
dengan berlandaskan iman, ilmu dan amal87.
3) Melahirkan penerus qur’an yang mandiri, bernaluri pemimpin,
berbudi pekerti, visioner dan cakrawala yang luas untuk siap
menyampaikan semangat menghafal Al-Qur’an ke seluruh penjuru
semesta.
4) Mencetak individual melalui pemahaman ajaran islam dengan
landsan dari Al-Qur’an dan Hadist.
5) Ikut mengembangkan ekonomi syari’ah dan usaha yang berbasis
agraria, peliharaan, dan iktiologi.
6) Menciptakan pelayanan jasa yang terintegrasi dari dunia
pendidikan.
c. Tujuan
1) Membangun sarana dan penunjang edukasi berbasis tahfidzul
qur’an dengan menggabungkan antara ilmu agama, keahlian
berdakwah, pengamalan dan akhlakul karimah serta dibekali
keterampilan dalam membuka usaha dan berwirausaha.
86 Dokumentasi dari Pimpinan Ponpes Ustad Musholin Sy, tanggal 14 November 2020,
Pukul 10:30 wib di Kantor TU Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an. 87 Dokumentasi dari Pimpinan Ponpes Ustad Musholin Sy, tanggal 14 November 2020,
Pukul 10:30 wib di Kantor TU Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an.
38
2) Menproduksi secara massal generasi muda Islam yang memiliki
kelebihan dalam menghafal serta mendalami isi yang terdapat di
dalam-Nya dari tulisan maupun realitanya.
3) Menerima dengan tangan terbuka agar dapat membina santri yatim
serta dhuafa agar memperoleh pendidikan gratis berbasis tahfidzul
qur’an88.
B. STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ
SATU QUR’AN
Yayasan Satu
Qur’an Jambi
Pesantren Satu
Qur’an Jambi
Pengasuh/
mudir
bendaharaSekretaris
Kabid
Kesiswaan
Kabid
Pendidikan
Kabid
Ekstrakulikule
r
Kabid Tahfidz
Kabid Umum,
Kebersihan
dan
Perlengkapan
Tabel 1.4 : Struktur Organisasi89
88 Dokumentasi dari Pimpinan Ponpes Ustad Musholin Sy, tanggal 14 November 2020,
Pukul 10:30 wib di Kantor TU Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an. 89 Dokumentasi dari Pimpinan Ponpes Ustad Musholin Sy, tanggal 18 November 2020,
Pukul 16.00 wib di Kantor TU Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an.
39
C. SARANA DAN PRASARANA PONDOK PESANTREN TAHFIDZ
SATU QUR’AN
T
a
b
Tabel 1.3 : Sarana dan Prasarana
90 Bioflok adalah kumpulan dari berbagai organisme baik berupa bakteri, jamur, protozoa,
ataupun algae yang tergabung dalam sebuah gumpalan (floc). Pada awalnya teknologi bioflok
adalah teknologi pengolahan limbah berupa lumpur aktif yang melibatkan aktivitas
mirkoorganisme. Manfaat bioflok dalam sistem budidaya ikan antara lain yaitu: (1) menjadi ramah
lingkungan, (2) Ph relatif stabil, (3) tidak tergantung sinar matahari serta aktivitasnya akan
menurun bila suhu rendah, (4) tidak perlu mengganti air sehingga biosecurity (keamanan) tetap
terjaga, (5) limbah tambak (kotoran, algae, sisa pakan, amonia) didaur ulang dan dapat dijadikan
makanan alami berprotein tinggi. Sedangkan kekurangan dari sistem bioflok ini seperti: (1) tidak
dapat ditetapkan pada tambak yang bocor karena tidak ada pergantian air, (2) memerlukan
peralatan aerator cukup banyak sebagai supply oksigen, (3) aerasi harus hidup 24 jam, (5)
pengamatan harus jeli serta sering muncul kasus Nitrit dan Amonia, (6) apabila aerasi kurang
maka akan terjadi pengendapan organic, (7) apabila terlalu pekat maka dapat menyebabkan
kematian bertahap karena krisis oksigen.
No Sarana dan Prasarana
Total
1. Asrama putra 1
2. Bangsal putri 1
3. Kelas 3
4. Aula 1
5. Perpustakaan 1
6. Masjid 1
7. Rumah mudir 1
8. Rumah pengurus 1
9. Kantor 1
10. Saung 4
11. Dapur umum 1
12. Pos Satpam 1
13. Kolam bioflok90 1
14. Pangkalan Gas Elpiji 3 KG 1
40
D. Tenaga Pengurus Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an
1. Daftar Tenaga Pengurus Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an
NO NAMA JABATAN
1 Musholllin, S. Sy MUDIR
2 Muhammad Arsyad, S. Pd WAKIL MUDIR
3 Nur Chasanah SEKRETARIS
4 Indri Gusti Dwinda Putri BENDAHARA
5 Sidarni, S. Pd KABID. PENDIDIKAN
6 Andes Mardion KABID. TAHFIDZ
7 Muhammad Faiz STAF BID. TAHFIDZ
8 Rahmawati KABID. KESISWAAN
9 Pipi Deta Andari, S. Kom
KABID. UMUM DAN
LINGKUNGAN
10 Muhammad Rusdi STAFF BID. UMUM
11 Rolia Liberty STAFF BID. UMUM
12 Ibu Ratna Dewi STAFF BID. UMUM
13 Fera Fristiawati STAFF BID. UMUM
14 Silvia Yonni STAFF BID. UMUM
Tabel 1.5 : Daftar Tenaga Pengurus91
91 Dokumentasi dari Pimpinan Ponpes Ustad Musholin Sy, tanggal 18 November 2020,
Pukul 16.00 wib di Kantor TU Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an.
41
2. Daftar Tenaga Pengajar Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an
NO NAMA JABATAN
1 Usdz Yutami Wahyu Putri PENGAJAR TAHFIDZ
2 Usdz Yetmi Rintia PENGAJAR TAHFIDZ
3 Usdz Nur Hayani PENGAJAR TAHFIDZ
4 Ust Edi Kurniawan, M. Phil GURU NAHWU
SHOROF
5 Ust Ahmad Budiman, S.Pd GURU SIRAH
NABAWIYAH
6 Ust Mukhlas Nugraha,
M.Phil
GURU FIQIH DAN
NAHWU SHOROF
7 Ust Ali Abdurahman, S.Pd GURU BAHASA
INGGRIS
Tabel 1.6 : Daftar Tenaga Pengajar92
E. DANA PESANTREN
Sumber dana yang diterima oleh pengurus dari Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an berasal dari Donatur. Donator tersebut ada yang tetap
dan tidak. Selain dari donator, sumber dana lainnya juga diperoleh dari
waqaf dan infaq para santri yang bermukim maupun yang hanya belajar
tetapi tidak bermukim di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an93. Infaq
tersebut dibebankan kepada seluruh santri, namun kepada santri anak
yatim piatu dan santri yang kurang mampu infaq tersebut digratiskan.
Kebijakan tersebut telah ditetapkan sejak dari awal berdirinya pondok
pesantren Satu Qur’an.94
92 Dokumentasi dari Pimpinan Ponpes Ustad Musholin Sy, tanggal 18 November 2020,
Pukul 16.00 wib di Kantor TU Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an. 93 Wawancara langsung penulis dengan mudir Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an pada tanggal 13 November 2020 pukul 13.30 wib. 94 Penuturan oleh Pimpinan Pondok Pesantren ketika penulis melakukan wawancara dengan beliau di kediaman beliau pada tanggal 23 november 2020 pukul 13.00 wib.
42
F. PROGRAM-PROGRAM YANG ADA DI PONDOK PESANTREN
TAHFIDZ SATU QUR’AN
1. Program utama dan unggulan ialah Tahfidz Al-Qur’an.
2. Program penunjang seperti, belajar Ilmu Tajwid, belajar Ilmu
agama, dan belajar ilmu umum lainnya95.
3. Progam-Program Kegiatan Ekstrakulikuler dan Pengembangan
Diri, diantarannya:
a. Muhadhoroh
b. Olahraga
c. Muhadtsah (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris)
d. Tilawah Al-Qur’an
G. AGENDA KEGIATAN SANTRI
Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an memiliki serangkaian
kegiatan yang telah dirangkum dan dikemas dalam 4 agenda besar yang
ditujukan kepada seluruh santri96. Keempat agenda besar tersebut yaitu
pertama adalah agenda harian, kedua merupakan agenda mingguan, ketiga
ialah agenda bulanan dan terakhir agenda tahunan untuk santri.
1. Jadwal Harian
No Kala Kegiatan
1. 03.20-
04.00 wib Sholat Malam (Sholat Tahajud dan Witir)
2. 04.15-
05.00 wib Menunaikan Sholat Subuh
3. 05.25-
07.00 wib Setoran Pagi
95 Wawancara langsung dengan mudir Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an pada tanggal 7 Desember 2020 pukul 13.00 wib. 96 Wawancara langsung dengan mudir Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an pada tanggal 22 November 2020 pukul 13.30 wib
43
4. 08.00 wib Istirahat
5. 08.10-
10.15 wib Muroja’ah Pagi dan Talaqih97
6. 10.30-
11.30 wib Pelajaran Pagi
7. 11.30-
14.00 wib Istirahat
8. 14.00-
15.00 wib Pelajaran Kitab
9. 15.20-
16.05 wib Sholat Ashar berjama’ah
10. 16.10-
17.08 wib Muroja’ah Sore
11. 17.00-
18.00 wib Istirahat
12. 18.00-
19.00 wib Jama’ah Solat Magrib, Muroja’ah dan Talaqih
13. 19.30-
20.30 wib Istirahat
14. 20.30-
21.00 wib Muroja’ah Malam
15. 21.30-
22.00 wib Membaca Surah-Surah Pilihan
16. 23.00 wib Istirahat
Tabel 1.7 : Agenda Harian
97 Rangkaian kegiatan santri dari bangun tidur sampai malam hari yang disusun oleh pengurus dari mudir Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an.
44
2. Daftar mingguan
No Aktivitas
1. Setiap jum’at setoran Muraja’ah
2. LQ (motivasi)
3. Malam ahad belajar tilawah, nazom dan kaligrafi98
4. Malam senin Muhadaroh
5. Hari ahad kreativitas dari kerajinan santri
6. olahraga
7. Gotong royong bersama
8. Lomba LCC
Tabel 1.8 : Daftar Mingguan
3. Acara bulanan
No. Pekerjaan
1. Akhir bulan ujian 1 juz
2. Ujian kelipatan dari 5, 10, 15, 20, 25, dan 30
3. Lomba antar santri olahraga/ LCC
4. Muhadaroh Akbar99
98 Susunan jadwal kegiatan santri setiap satu minggu sekalli yang disusun oleh pengurus dari mudir Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an. 99 Kegiatan semua santri setiap satu bulan sekali yang disusun oleh pengurus dari mudir Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an.
45
5. Silaturahmi ke rumah guru-guru
6. Joging di luar lingkungan Pesantren
7. Kunjungan study bangding ke Pesantren
Tabel 1.9 : Acara Bulanan
4. Agenda tahunan
No. Kesibukan
1. Wisuda Akbar
2. Rihlah Keluar Kota
3. memperingati isra’ dan mi’raj nya nabi
4. Maulud
5. Halal Bi Halal
6. Training Motivasi100
Tabel 1.10 : Agenda Tahunan
H. TATA TERTIB SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ SATU
QUR’AN
Tata tertib yang akan diberikan kepada santri dirancang oleh
bidang kesiswaan. Setelah disusun oleh bagian kesiswaan tata tertibnya 100 Agenda santri dalam satu tahun sekali yang disusun oleh pengurus dari mudir Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an.
46
diserahkan kepada editor yaitu bidang kesekretariatan. Selanjutnya dicetak
dan diterbitkan pada bulan juni di tahun 2020. Berikut berupa serangkaian
tata tertib yang diberlakukan kepada santri yang tinggal di Satu Qur’an:
1. Disiplin Santri
a. Pengertian
Disiplin santri yaitu peraturan yang berkaitan denga hak,
kewajiban, pelanggaran serta larangan, dan sanksi.
• Hak yaitu segala sesuatu yang harus diterima santri
sesuai dengan ketentuan berlaku dalam tata tertib ini.
• Kewajiban ialah tindakan yang dilaksanakan
menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
• Pelanggaran serta larangan adalah perkataan, sikap,
perilaku, dan cara busana yang bertentangan dengan
aturan yang dibuat.
b. Ruang Lingkup
• Disiplin santri berlaku selama menjadi santri.
• Disiplin santri berlaku di lingkungan pesantren maupun
diluar pesantren tahfidz satu qur’an.
c. Asas Dasar
• Perbuatan santri tidak dapat kecuali berdasarkan
ketentuan peraturan yang telah ditentukan.
• Jika ada perubahan dalam ketentuan peraturan, maka
yang brlaku ketentuan hasil keputusan bersama.
• Hal-hal yang bersifat ketidak sengajaan tidak berakibat
fatal.
2. Pelangaran
a. Pelanggaran Ringan
Segala yang berkaitan dengan kegiatan santri di Ponpes Satu
Qur’an.
b. Pelanggaran Sedang
Segala hal yang berkaitan dengan tata tertib pesantren.
47
c. Pelanggaran Berat
Melanggar norma-norma agama islam, berpacaran atau
chattingan dengan lawan jenis yang tidak sesuai syari’at baik di
dalam maupun di lingkungan pesantren, menggunakan narkoba
dan merokok101.
3. Sanksi
a. Jenis Sanksi
• Hukuman yang mendidik
• Denda atau ganti
• Sanksi berlapis
b. Sanksi-Sanksi
• Pelanggaran ringan seperti nasihat, teguran di tempat,
dan bersih lingkungan pondok.
• Pelanggaran sedang seperti sanksi yang mendidik,
khatam qur’an sebanyak 3 kali, dan penyitaan.
• Pelanggaran berat seperti pemanggilan orang tua atau
wali dari santri, botak, dan surat perjanjian terakhir.
4. Kewajiban Santri
a. Wajib melaksanakan sholat 5 waktu berjama’ah di masjid.
b. Wajib telah berada di masjid 10 menit sebelum adzan
berkumandang.
c. Wajib mengikuti kegiatan tahfidz sesuai dengan alur dan
jadwal yang telah di tentukan.
d. Wajib melaksanakan sholat sunah rawatib, dhuha, dan tahajjud.
e. Wajib berpuasa sunah senin dan kamis minimal 2 kali dalam
satu pekan.
f. Wajib menjaga wudhu setiap saat.
101Tata tertib yang diberlakukan kepada santri yang bermukim di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an, disusun oleh Bidang Kesiswaan, Editor Bidang Kesekretariatan, Cetakan Pertamanya Pada Juni 2020.
48
g. Wajib muraja’ah hafalan sesuai dengan aturan yang berlaku.
h. Wajib berdzikir pagi dan petang.
i. Wajib mengikuti kegiatan belajar.
j. Santri wajib meletakkan atau menjemur pakaian pada
tempatnya.
k. Santri wajib merapikan sandal di masjid atau di asrama dan di
hadapan ke depan.
l. Santri wajib mengikuti pengajian yang diadakan setiap jum’at
pagi102.
m. Santri wajib memakai papan nama sebagai identitas.
n. Santri wajib melaksanakan piket setiap hari yang telah
dijadwalkan.
o. Santri wajib berpartisipasi dalam ekstrakulikuler yang
dijadwalkan dari pesantren seperti muhadoroh dll.
p. Santri wajib hadir di kelas atau di masjid sebelum ustad dan
ustadzah datang mengajar.
q. Santri wajib melapor kepada guru piket apabila datang
terlambat ke masjid atau ke lokasi.
5. Kepesantrenan
a. Wajib beriman dan bertakwa kepada allah serta menjunjung
tinggi nilai-nilai keislaman.
b. Wajib menjaga nama baik pesantren di sekitar maupun di luar
kawasan pesantren.
c. Wajib menghormati seluruh pengurus pesantren dan
menyapanya dengan panggilan ustadz atau ustadzah di sekitar
maupun di luar pekarangan pesantren.
d. Wajib saling menghargai sesama santri.
102 Wawancara langsung dengan mudir Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an pada
tangal 7 Desember 2020 pukul 13.30 wib
49
e. Wajib berakhlakul karimah kepada pengasuh, ustadz dan
ustadzah, pengurus, santri dan masyarakat.
6. Pergaulan
a. Santri yang berkelahi akan diberi peringatan I dan II, setelah
diperingatkan dan masih melanggar, akan dikembalikan kepada
orangtua.
b. Menjaga adab interaksi pergaulan dengan lawan jenis.
c. Santri yang kedapatan berpacaran baik dengan sesama santri
atau santriwati maupun pihak luar akan di hukum berat atau
langsung dikembalikan kepada orangtuanya.
d. Santri dilarang mengangkat adik atau kakak.
e. Dilarang tidur dalam satu selimut dan masuk ke dalam kamar
mandi berdua.
f. Santri dilarang melakukan tindakan yang bertentangan dengan
moral, etika, agama dan hukum.
g. Santri tidak diperkenankan menemui santri ikhwan (adik
ataupun kakak) kecuali telah mendapatkan izin dari ustadz atau
ustadah.
h. Santri yang kehilangan wajib lapor 1 x 12 jam kepada
pengurus.
i. Santri mukim dilarang membawa handpone, apabila ketahuan
maka handphone tidak dikembalikan.
j. Santri dilarang berbuat asusila.
k. Santri dilarang membawa tamu ke asrama tanpa izin pengurus.
l. Santri dilarang membawa buku mashlahat, ilmu hitam,
romansa, fiksi, dan bahan bacaan yang bertentangan dengan
pelajaran pondok pesantren, benda bahkan secarik kertas yang
ditulis lalu diyakini bisa melindungi diri.
7. Adab
a. Membawa orang yang bukan penghuni pondok tanpa seizing
pengurus santri dilarang.
50
b. Membawa, memiliki, menyimpan dan menggunakan barang-
barang yang tidak dibenarkan oleh ketentuan disiplin santri.
c. Santri wajib mempergunakan air dan listrik sehemat mungkin.
d. Santri dilarang memindahkan atau mengubah kedudukan
fasilitas yang telah ditetapkan oleh pengurus.
e. Santri dilarang menyalahgunakan inventaris dan fasilitas
pondok.
f. Santri dilarang mengeluarkan suara keras atau menjerit-jerit
kecuali dalam kondisi yang darurat.
g. Santri dilarang memakai sepatu maupun sandal di koridor
asrama dan masjid.
h. Santri tidak dibenarkan memakai barang orang tanpa izin
pemilik.
i. Santriwan wajib mengenakan peci dalam aktivitas belajar
maupun di lingkungan pesantren.
j. Santri dilarang memakai celana jeans.
k. Santri dilarang berpura-pura sakit (berbohong)
l. Santri dilarang mencuri
m. Santri dilarang menghina orang lain
n. Santri dilarang berlaku tidak sopan atau melecehkan pengurus
atau guru di pesantren
o. Santri dilarang tidur ba’da subuh dan ba’da ashar
p. Santri dilarang mencoret-coret tembok an merusak bangunan
pondok
8. Izin Santri
a. Jatah izin santri hanya untuk keperluan yang syar’I dan yang
sangan penting
b. Libur semester dan idul fitrhi (satu tahun dua kali)
c. Santri tidak diperkenankan meninggalkan kawasan pesantren
selain atas izin dari ustadz dan ustadzah, apabila terjadi sesuatu
51
atau musibah kepada santri yang pergi tanpa izin, maka pihak
pesantren tidak bertanggung jawab kepada walisantri
d. Izin kepulangan untuk keperluan syar’i seperti:
• Izin dengan keperluan sakit atau berobat
• Apabila ada keluarga mahram yang sakit keras atau
meninggal dunia
• Ayah, ibu, kake, nenek, kakak, adik, paman, bibik
menghadiri pernikahan adik kandung, kakak kandung,
paman kandung, bibik kandung.
• Urusan sekolah, mengambil ijazah, mengikuti MTQ,
wisudawan ibu kandung, ayah kandung, kakak
kandung, dan adik kandung.
9. Tamu (Orang Tua/Wali Santri)
a. Tidak diperkenankan menemui santri kecuali telah mendapat
izin dari ustadz atau ustadzah.
b. Tamu wajib berbusana muslim atau muslimah, menjaga adab
serta tidak merokok di lingkungan pesantren.
c. Tamu atau wali santri hanya dapat berkunjung pada hari libur.
d. Tempat menerima tamu untuk santri putri adalah di pandopo
dan untuk santri putra di masjid (tamu tidak diperkenankan
masuk ke dalam asrama).
e. Tidak diperkenankan berkunjung pada jam belajar.
10. Keasramaan
a. Santri yang ketahuan mencuri akan di hukum berat atau
langsung dikembalikan kepada orang tua
b. Tidak diperkenankan tidur larut malam
c. Dilarang memakai (melilit) handuk dari asrama ke kamar
mandi dan begitu juga sebaliknya, mengganti pakaian hanya
berlaku di kamar mandi
d. Santri dilarang meninggalkan lingkungan pondok pada malam
hari (kecuali dalam keadaan darurat)
52
e. Membuang sampah pada tempatnya
f. Santri dilarang membawa barang-barang berlebihan
g. Santri dilarang mandi dan mencuci pakaian pada malam hari
11. Kebersihan
a. Petugas kebersihan piket dikerjakan dengan tanggung jawab
bersama
b. Masjid, asrama, ruang kelas, kamar mandi dan halaman harus
selalu bersih dan rapi
c. Peralatan makan harus segera bersusun rapi menghadap ke
depan
d. Santri tidak dibenarkan menumpukkan pakaian kotor di kamar
mandi atau di asrama
e. Memperindah asrama dan lingkungan asrama
12. Kegiatan Santri
a. Kegiatan santri dimulai sejak pukul tiga dini hari lalu diakhiri
pada jam sepuluh malam berlaku kepada santri yang mukim,
dan di pukul 17.30 berakhir pada pukul 09.30 WIB untuk santri
mahasiswa
b. Santri yang terlambat dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang
berlaku
13. Merokok & Narkoba
Santri yang kedapatan merokok ataupun mengkonsumsi narkoba akan
langsung dikembalikan kepada orang tua nya
14. Perubahan dan Operasional
a. Peraturan yang belum tertulis akan diatur dikemudian hari
sesuai dengan kebijakan dari hasil rapat para pengurus
b. Tata tertib ini dapat dirubah oleh pengasuh dan pengurus yang
mempunyai mandat
53
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBACAAN SURAH PILIHAN
A. LATAR BELAKANG MUNCULNYA PEMBACAAN SURAH-
SURAH PILIHAN
Informasi tentang kegiatan praktik pembacaan Al-Qur’an surah-
surah pilihan sebagaimana penjelasan dari Ustad Musholin sebagai
pimpinan di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an menuturkan bahwa
kegiatan ini telah dilaksanakan sejak dari awal berdirinya pondok
pesantren. Sebelum Pesantren ini bernama Satu Qur’an, Pondok
Pesantren ini bernama Al-Qolam. Pada saat itu santri telah diwajibkan
untuk membaca surah-surah pilihan. hanya saja surah pilihannya sedikit
yaitu ada dua surah pilihan yang diwajibkan. Surah pilihan tersebut
adalah surah al-kahfi dan surah al-mulk.
Akan tetapi, ada beberapa faktor yang membuat santri semakin hari
semakin sedikit, akhirnya pondok pesantren pun ditutup sementara.
Namun di tahun 2018, Pondok Pesantren Al-Qolam berganti nama
dengan nama yang baru yaitu Satu Qur’an. Setahun dari berganti nama,
di tahun berikutnya pimpinan pondok pesantren kembali menerapkan dan
mewajibkan kepada seluruh santri dan santriwati tanpa terkecuali untuk
melaksanakan kegiatan pembacaan surah-surah pilihan tersebut dibaca
bersama-sama sebelum mereka tidur.
Seiring berjalannya waktu dan bergantinya hari, pimpinan Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an menambahkan beberapa surah-surah
pilihan lainnya untuk dapat dibaca oleh santri sebelum istirahat malam
selain dari dua surah pilihan yang telah ditetapkan. Surah-surah pilihan
yang ditambahkan oleh pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an
sebagai berikut:
a. Surah al-yasin
b. Surah al-waqi’ah
54
c. Surah ar-rahman
d. Surah as-sajadah
e. Surah al-insan
Penambahan surah-surah pilihan tersebut bukan dari keinginan atau
kuasa dari pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an103.
Melainkan tambahan surah-surah yang dimasukkan ke dalam jadwal
kegiatan santri merupakan hasil dari musyawarah serta kesepakatan dari
seluruh tenaga pengajar dan pengurus untuk menambahkan surah-surah
pilihan yang nantinya dibaca setiap hari oleh santri.
B. DASAR DAN LANDASAN PEMBACAAN SURAH-SURAH
PILIHAN
Landasan yang digunakan oleh mudir dari Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an adalah Surah al-isra’ ayat 82, selain itu juga
mengacu kepada hadist-hadist nabi Muhammad saw, dan dari kitab at-
tibyan tentang adab-adab serta keutamaan dari membaca surah-surah
pilihan yang telah dianjurkan kepada seluruh santri. landasannya terdapat
di dalam surah yang ke tujuh belas pada seri 82:
لمين الا خسارا الظ ولا يزيد ء ورحمة للمؤمنين ن ما هو شفا وننزل من القرا
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang
zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian104”.
Thabathaba’I menjadikan ayat di atas sebagai awal kelompok baru,
Memang sebelum ini sudah banyak uraian tentang Al-Qur’an bermulla
pada ayat 9, lalu berlanjut ayat 41 dan seterusnya, dan ayat 59 yang
berbicara tentang tidak diturunkannya lagi mukjizat inderawi tentang
103 Data yang penulis temukan di tempat penelitian pada saat melakukan observasi,
wawancara dan dokumentasi. 104 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Terjemah Kemenag Q.S Al-Isra’ ayat 82,
(jakarta, 2002)
55
keistimewaaan Al-Qur’an dan kegunaannya merupakan kebenaran dari
Nabi Muhammad SAW. Kemudian, bagian ayat di atas kembali berbicara
tentang diri-Nya dengan menjelaskan perannya sebagai obat penawar
penyakit jiwa105.
Kata ء شفا syifa’ kerap diterjemahkan obat, dan dipakai dengan
arti merdeka dari kesusahan, dalam mendapat manfaat. Beliau memaknai
tujuan Al-Qur’an sebagai obat dalam artian mampu menghapus dengan
bukti yang diuraikan akan aneka keraguan serta syubhat dengan dalih yang
dapat menempel sementara pada hati seseorang. Akan tetapi ulama ini
menyimpulkan bahwa jenis penyakit tersebut tidaklah sama dengan
kemunafikan bahkan kekufuran106. Dalam kasus lain, dijelaskannya
tentang munafik tersebut yakni kekufuran yang disembunyikan, sedangkan
penyakit nurani adalah keraguan dan kebimbangan batin dan berkunjung
di hati orang beriman tanpa batas waktu yang jelas.
Tidak patutlah kita menamai mereka dengan sebutan munafik
apalagi kafir, hanya saja tingkatan keimanannya terbilang rendah. Dalam
tafsir ibnu katsir Allah ta’ala memberitahukan mengenai Kitab-Nya yang
diwahyukan kepada nabi Muhammad saw, yang tidak mengandung
kebatilan bahwa kitab itu merupakan pemulihan dan rahmat bagi umat
muslim. Maksudnya, menyirnakan beragam penyakit hati seperti ragu,
nifak, dan kecenderungan kepada kebatilan107. Menawarkan ragam jenis
penyakit termasuk ke dalam bagian limpahan yang menghasilkan
keimanan, hikmah, pencarian kebaikan, dan kegemaran kepada kebaikan.
Semua ini hanya diperoleh oleh orang yang beriman, membenarkan
dan mengikuti perintah serta ajaran dari Al-Qur’an. Adapaun orang yang
menzalimi dirinya sendiri dengan kekafirannya itu, maka pernyimakan
terhadap Al-Qur’an hanyalah membuat dia semakin jauh dan kafir.
105 M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISHBAH Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: lentera hati, 2002), 540.
106 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 541.
107 M. Nasib Ar-Rifa’i, Taisiru Al-Aliyyil Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibni Katsir, Jilid 3,
Penerjemah: Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 1989), 65.
56
Bencana ini berpangkal dari dirinya sendiri tidak ada campur tangan dari
Al-Qur’an. sebagaimana firman-Nya, “Dan tidak akan menambah
terhadap orang yang dzalim melainkan hanya mendapatkan kerugian,”
yaitu dia tidak memanfaatkan, memelihara, dan memperhatikan Al-
Qur’an, karena sesungguhnya Dia telah membuat Al-Qur’an sebagai
peneduh dan anugerah kepada yang beriman.
Banyak penyakit yang sembuh karena bantuan Al-Qur’an. Tak
dapat terhitung banyak masalah yang menembus ruh dan raga tiap invidu.
kesombongan salah satu bagian dari penyakit, apabila diteliti secara
seksama dengan mempercayai kekuatan dan kekuasaan ilahi, niscaya
hilanglah penyakit angkuh tersebut108. Dampak positifnya terhadap diri
yakni menyadari kita merupakan makhluk kecil yang berasal dari sperma.
Hasad ataupun tinggi hati termasuk dalam bagian penyakit batin.
Maka kalau dibacakan ayat yang menjelaskan tentang kelaian bawaan
bakat seseorang tidaklah sama, sehingga secara perlahan mulai berangsur
hilang penyakit dengkit tersebut. Begitu banyak sakit yang terdapat pada
jiwa bisa disembuhkan melalui perantaraan ayat suci Al-Qur’an. Ulama
tafsir menyebutkan selain sakit di hati, badan pun bisa disembuhkan
dengan Al-Qur’an yang ditulis berbentuk lembaran tulisan ayat lalu
dikalungkan di tubuh. Cara seperti ini sangat menyimpang dari tujuan
akan ayat yang digunakan.
Patut diakui di dalam pengobatan yang dipakai oleh tabib modern
saat ini, mereka menemukan banyak penyakit tubuh yang asal mulanya
dari nurani seseorang. Hadirlah ilmu pengobatan psichosomatik109 dengan
tujuan agar dapat menyelidiki penyakit seperti kekecewaan, kegagalan,
frustasi, dan sebagainya yang dapat menguasai tubuh. Sadarkah karena
hati sakit nafas secara tidak langsung menjadi sesak dan segala penyakit
108 Buku Agama Tafsir Al-Qur’an Jilid 6 Edisi Lux, Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura,
Diterbitkan dengan izin khas dari para waris Alm. Pro Dr. Hamka.
109 Psikosomatik adalah sebuah cabang medis interdisipliner yang mengeksplorasi tentang
hubungan sosial, psikologis, dan faktor kebiasaan fisik serta kualitas hidup antara manusia dan
hewan.
57
yang ada di badan pun bangkit. Penyakit tersebut merupakan pendapat dari
ahli psichosomatik yang telah menyelidiki dan mengobati penyakit pada
tubuh kasar dengan terlebih dahulu untuk diobati kekecewaan yang
tersimpan di dalam jiwa110.
Ahli kejiwaan Islam begitu banyak yang membahas ilmu Thibb ar-
Ruhani-ketabiban rohani111. Sedangkan di Indonesia ahli psichosomatik
yakin ketika seseorang terjangkit sakit dibenarkan kembali kepada
ajaranya, sangat diharapkan agar sakitnya dapat segera disembuhkan
secara alamiah112. Namun pada ujung ayat ini yang dimaksud dengan
orang yang aniaya adalah orang yang menindas diri tanpa ia sadari telah
membiarkan jiwa berada di dalam kegelapan.
Penyakit yang bersarang di hati mereka semakin bertambah,
menolak untuk diobati jiwanya dengan sentuhan Al-Qur’an, memakai si
tawar dan dingin yang dihadirkan dari angkasa. Selanjutnya
diterangkanlah penyebab dari jiwa yang sakit itu yang membutuhkan
pengobatan untuk mengobati penyakitnya. Potongan ayat di atas
merupakan landasan yang dipakai oleh pimpinan pondok pesantren tahfidz
satu qur’an untuk melakukan kegiatan pembacaan surah-surah pilihan
yang mana kegiatan tersebut diwajibkan kepada seluruh santri baik santri
putra maupun santri putri.
Pemaparan di atas merupakan landasan yang dipakai oleh mudir
untuk menganjurkan kepada seluruh santri agar membaca surah-surah
pilihan. Berikutnya landasan dan dasar dari pembacaan surah-surah pilihan
tersebut merujuk kepada hadist-hadist nabi sesuai data yang ada di
lapangan ketika penulis mewawancarai dan berdialog langsung dengan
pimpinan pondok pesantren tahfidz satu qur’an. berikut beberapa hadist-
110 Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Qur’an (Al-Azhar) jilid 6, (Singapore: Kerjaya Printing
Industries Pte Ltd, 1990), 4106.
111 Ahli-ahli kejiwaan dalam islam diantarannya seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Hazm,
Ibnu Maskawaihi, Ibnu Sina, Ibnu Taimiyyah dan lain-lain.
112 Ahli Psichosomatik yang berasal dari Indonesia salah satunya adalah Dr. Ahmad Aulia
Jusuf, Ph. D, beliau lahir di Jakarta pada tanggal 04 Desember 1965.
58
hadist nabi yang dijadikan sebagai landasan untuk membaca surah-surah
pilihan:
1. Landasan Pembacaan Surah Al-Yasiin
Dasar dari pembacaan Surah Yasiin oleh pengasuh Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an adalah:
a. Ḥadis Ma’qil bin Yasar ra., riwayat Imam Ahmad, Abu
Dawud, an-Nasa’I, diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah
dari Hadis Abdullah Ibnu Al-Mubarak:
عن مقل بن يسارقال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: اقراوها
الامام احمد و ابوداود والنساىي ورواه على موتاكم: يعني يس )رواه
(ابن ماجه من حديث عبدالله ىبن المبارك
“Dari Ma’qil bin Yasaar (moga-moga Ridha Allah atas dirinya),
berkata dia, berkata Rasulullah s.a.w.: “Bacakanlah dia atas orang mati
kamu.” (yaitu yaa-siin).” (Riwayat al-Imam Ahmad, Abu Daud dan an-
Nasa’i. Diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah dan Hadis Abdullah Ibnu al-
Mubarak)113.
b. Hadist Darimi, at-Turmudzi dan Al-Baihaqi dari Anas,
Rasulullah saw. Bersabda:
حدثنا محمد بن سعيد، حدثنا حميد بن عبد الرحمن، عن الحسن بن
صالح، عن هارون أبي محمد، عن مقاتل بن حيان، عن قتادة، عن
إن لكل شيء قلبا، »م: أنس، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسل
«وإن قلب القرآن يس، من قرأها، فكأنما قرأ القرآن عشر مرات
113 Abu abdillah Muhammad ibn yazid ibn majah al-rab’I al-qazwin, kitab ibnu maj’ah
dari kutub tis’ah, bab ,maa jaa a fimaa yaqulu ‘inda al-maridha idzaa hudra, juz 3, hadis yang ke-
1448, 12.
59
“Telah bercerita kepada kami muhammad ibn sa’id, telah bercerita
kepada kami humaid bin ‘abdirrahman, dari al-hasan bin shaleh, dari harun
ibni muhammad, dari muqaatil bin hayan, dari qutaybah, dari anas dia
berkata, berkata rasulullah saw: sungguh segala sesuatu memiliki inti, dan
inti Al-Qur’an adalah (surah) Yaasiin.114”
2. Landasan Pembacaan Surah Al-Waqi’ah
a. Ḥadis Anas bin Malik ra., riwayat Ad-Dailami:
ان البي صلى الله عليه وسلم قال عليموا نساء كم سورة االوا قيعه
فانهاسورةاالغنى
“Nabi bersabda: Ajarilah anak-anak perempuan kalian (membaca)
surat al-Wāqi‟ah, karena surat itu adalah surat yang dapat menjadikan kaya
(bagi pembacanya).115”
b. Ḥadis Abdullah ibn Mas’ud ra., riwayat al-Baihaqi:
سمعت رسول الله عليه وسلم يقول من قراسورةاالواقيعه فى كل ليلت
لم تصبه فاقة ابدا
“Aku mendengar Rasulullah saw., bersabda: “Barang siapa
membaca surat al-Wāqi‟ah setiap malam, maka ia tidak akan dilanda
kefakiran.116”
c. Ḥadis Abdullah ibn Abbas ra., riwayat Imam Ibnu Asakir
dan Ḥadis Anas ibn Malik ra., riwayat Imam Ibnu
Mardawaih:
114 Abdurrahman ibn al-fadhl ibn Bahram, kitab sunan ad-darimi, bab fii fadhil yaasiin,
juz 4, 2149.
115 Jam’u al-Jawami “awi al-Jami” al-Kubra li as-Suyuthi, Bab Harfu al-‘Ain, Juz: 1, No:
157, 14455
116 Jam’u al-Jawami “awi al-Jami” al-Kubra li as-Suyuthi, Bab Harfu al-Mim, Juz: 1, No:
6174, 24077. Ḥadis ini juga diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam Syu’bu al-Iman dan Ibnu
Asakir.
60
قل رسول الله عليه وسلم سورة االواقيعه سورةالغنى فاقرؤها
وعليمها اولادكم
“Rasulullah SAW. bersabda: “surat al-Wāqi‟ah itu adalah surat
(yang dapat menyebabkan pembacanya) menjadi berkecukupan, maka
bacalah dan ajarkan kepada anak-anak kalian.117”
3. Landasan Pembacaan Surah Al-Sajadah
أخبرنا شريك عن مخول بن راشد عن مسلم البطين عن سعيد بن حدثنا علي بن حجر
جبير عن ابن عباس قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقرأ يوم الجمعة في
وهل أتى على الإنسان قال وفي الباب عن سعد وابن صلاة الفجر الم تنزيل السجدة
مسعود وأبي هريرة قال أبو عيسى حديث ابن عباس حديث حسن صحيح وقد رواه
سفيان الثوري وشعبة وغير واحد عن مخول
“Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr telah
mengabarkan kepada kami Syarik dari Mukhawwal bin
Rasyid dari Muslim Al Bathin dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas dia
berkata, Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam shalat fajar pada hari
Jum'at dengan membaca "ALIF LAM MIM TANZIILU.... dalam surat
As Sajdah, dan HAL ATAA 'ALAL INSAN." (perawi) berkata, dalam
bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Sa'd, Ibnu Mas'ud dan Abu
Hurairah. Abu Isa berkata, hadits Ibnu Abbas adalah hadits hasan shahih
dan telah diriwayatkan pula oleh Sufyan Ats Tsauri dan Syu'bah dan
yang lainnya dari Mukhawwal.118”
4. Landasan Pembacaan Surah Al-Rahman
وني جحدثنا محمد بن المثنى قال حدثني عبد العزيز بن عبد الصمد حدثنا أبو عمران ال
إن عن أبي بكر بن عبد الله بن قيس عن أبيه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال
يرون في الجنة خيمة من لؤلؤة مجوفة عرضها ستون ميلا في كل زاوية منها أهل ما
الآخرين يطوف عليهم المؤمنون وجنتان من فضة آنيتهما وما فيهما وجنتان من كذا
وجهه في آنيتهما وما فيهما وما بين القوم وبين أن ينظروا إلى ربهم إلا رداء الكبر على
جنة عدن
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al
Mutsanna Telah menceritakan kepadaku Abdul Aziz bin Abdush
Shamad Telah menceritakan kepada kami Abu Imran Al Jauni dari Abu 117 Fath al-Qadir al-Jami’ baina Fanni ar-Riwayah, Juz: 5, 207
118 Hadits Jami' At-Tirmidzi No. 478 , Kitab Jum'at, Bacaan subuh jumat
61
Bakr bin Abdullah bin Qais dari bapaknya bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Dalam surga terdapat kemah yang terbuat
dari permata yang berongga dengan luas enam puluh mil. Pada setiap
sudutnya terdapat penghuni, namun mereka tidak dapat melihat yang
lain, orang-orang mukmin mengelilingi mereka. Dan (di dalam surga
juga terdapat) dua kebun yang gelas-gelas, serta segala sesuatu yang
berada di dalamnya terbuat dari perak. Tidak ada lagi yang
menghalangi antara suatu kaum untuk melihat Rabb mereka kecuali
pakaian kesombongan yang melekat di wajah-Nya di dalam Jannah
Aden119."
5. Landasan Pembacaan Surah Al-Mulk
عن حدثنا محمد بن عبد الملك بن أبي الشوارب حدثنا يحيى بن عمرو بن مالك النكري
قال ضرب بعض أصحاب النبي صلى الله عليه أبيه عن أبي الجوزاء عن ابن عباس
ي بيده وسلم خباءه على قبر وهو لا يحسب أنه قبر فإذا فيه إنسان يقرأ سورة تبارك الذ
له عليه وسلم فقال يا رسول الله إني ضربت خبائي الملك حتى ختمها فأتى النبي صلى ال
ا فقال على قبر وأنا لا أحسب أنه قبر فإذا فيه إنسان يقرأ سورة تبارك الملك حتى ختمه
لم هي المانعة هي المنجية تنجيه من عذاب القبر قال أبو رسول الله صلى الله عليه وس
عيسى هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه وفي الباب عن أبي هريرة
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul Malik
bin Abu Asy Syawarib telah menceritakan kepada kami Yahya bin 'Amru
bin Malik An Nukri dari Ayahnya dari Abul Jauza` dari Ibnu Abbas ia
berkata; "Sebagian sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membuat
kemah di atas pemakaman, ternyata ia tidak mengira jika berada di
pemakaman, tiba-tiba ada seseorang membaca surat TABAARAKAL
LADZII BIYADIHIL MULKU (Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah
segala kerajaan) ". sampai selesai, kemudian dia datang kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata; "Wahai Rasulullah
sesungguhnya, aku membuat kemahku di atas kuburan dan saya tidak
mengira jika tempat tersebut adalah kuburan, kemudian ada seseorang
membaca surat TABARAK (surat) Al Mulk sampai selesai, " Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dia adalah penghalang, dia adalah
penyelamat yang menyelamatkannya dari siksa kubur." Abu Isa berkata;
Dari jalur ini, hadits ini hasan gharib. Dan dalam bab ini, ada hadits dari
Abu Hurairah.120”
6. Landasan Pembacaan Surah Al-Insan
119 Hadits Shahih Al-Bukhari No. 4501, Kitab Tafsir Al Qur`an, [Bab] Surat Ar Rahman
ayat 72.
120 Hadits Jami' At-Tirmidzi No. 2815 - Kitab keutamaan Al Qur`an, Keutamaan surat al-
mulk.
62
a. Hadis ibnu ‘abbas, diriwayatkan oleh syufyan ats-tsauri
dan syu’bah:
حدثنا علي بن حجر أخبرنا شريك عن مخول بن راشد عن مسلم البطين عن سعيد بن
يوم الجمعة في جبير عن ابن عباس قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقرأ
صلاة الفجر الم تنزيل السجدة وهل أتى على الإنسان قال وفي الباب عن سعد وابن
مسعود وأبي هريرة قال أبو عيسى حديث ابن عباس حديث حسن صحيح وقد رواه
ان الثوري وشعبة وغير واحد عن مخولسفي
“Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr telah mengabarkan
kepada kami Syarik dari Mukhawwal bin Rasyid dari Muslim Al
Bathin dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas dia berkata, Rasulullah
Shallahu 'alaihi wa sallam shalat fajar pada hari Jum'at dengan membaca
"ALIF LAM MIM TANZIILU.... dalam surat As Sajdah, dan HAL
ATAA 'ALAL INSAN." (perawi) berkata, dalam bab ini (ada juga
riwayat -pent) dari Sa'd, Ibnu Mas'ud dan Abu Hurairah. Abu Isa berkata,
hadits Ibnu Abbas adalah hadits hasan shahih dan telah diriwayatkan pula
oleh Sufyan Ats Tsauri dan Syu'bah dan yang lainnya
dari Mukhawwal.121”
C. PROSES DAN WAKTU PEMBACAAN SURAH-SURAH PILIHAN
1. Surah Al-Yaasin
Di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an, surah yasiin merupakan
salah satu surah pilihan dalam Al-Qur’an yang dibaca oleh santri setiap
malam. Terlebih mudir pondok pesantren yaitu Musholllin, S. Sy
menitikeratkan agar senantiasa membiasakannya. Beliau menuturkan
banyak keistimewaan yang terdapat pada surah Yasin. Dilakukan setiap
malam kamis sesudah menunaikan ibadah shalat maghrib berjama’ah122.
Dikoordinasikan oleh salah satu santri yang ditunjuk untuk memandu dan
dibaca dengan suara lantang dengan memakai bantuan microphone.
Kepada santri yang baru belajar membaca Al-Qur’an akan terlatih
dengan sendirinya untuk bisa membaca dengan lancar. Maka kesempatan
seperti inilah yang dimanfaatkan dengan semestinya. Justru tidak sedikit
121 Hadits Jami' At-Tirmidzi No. 478 , Kitab Jum'at, Bacaan subuh jumat.
122 Wawancara langsung dengan Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an, pada tanggal 07 januari 2021, pukul 17.00 wib.
63
dari santri yang tanpa teks membaca surah Yasinnya, disebabkan karena
mereka rutin mendengar bacaan santri yang bertugas memandu kegiatan
pembacaan surah-surah pilihan tersebut dengan menggunakan pengeras
suara.
2. Surah Al-Waqi’ah
Selain Surah Yasin surah Al-Waqi’ah mempunyai bermacam
keunggulan tentunya dapat memberikan dampak yang baik ketika
membacanya. Surah ini dijadikan Surah pilihan yang dibaca rutin seluruh
santri yang bermukim di Satu Qur’an. Selain menjadi pilihan juga disukai
para santri sejak dahulu sampai sekarang. Asumsi dari mereka surah ini
menyimpan begitu banyak keutamaan. Besarnya keistimewaan yang
dimiliki surah al-waqi’ah, maka mudir dari Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an menerapkan untuk setiap hari nya sebelum mereka istirahat dan
tidur malam para santri diharuskan membacanya.
Mudir Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an mewajibkan kepada
Santri-Santrinya untuk senantiasa membaca Surah tersebut setiap harinya.
Adapun proses dalam membacanya dilakukan dengan cara mengeraskan
suara secara bersama-sama ketika membacanya. Sikap duduk santrinya
yaitu kedua kaki saling bertautan lalu menghadap ke kiblat123. Selama
kegiatan pembacaan surah berjalan, terdapat dua orang ustadz dan
ustadzah yang bertugas untuk berkeliling agar dapat mengontrol para
santri. Pengawasan tersebut dilakukan untuk meminimalisir apabila
sebagian dari mereka yang tidak ikut membaca, tertidur, tidak fokus, dan
bermain-main.
3. Surah Al-Sajadah
Setiap Surah yang terdapat dalam Al-Qur’an mempunyai
keutamaan serta keistimewaan tersendiri. Begitu banyak kemuliaan yang
terkandung pada setiap surah dan potongan ayat Al-Qur’an membuat
pengasuh dari Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an menjadikan Surah
123 Wawancara langsung dengan Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an, pada tanggal 07 januari 2021, pukul 15.25 wib.
64
As-Sajaddah sebagai salah satu Surah yang diwajibkan dan ditetapkan
untuk dibaca oleh para santrinya. Proses dari pembacaan Surah As-
Sajaddah sama halnya seperti Surah-Surah pilihan lainnya yaitu dengan
membacanya secara bersama-sama dan dipandu oleh salah satu santri yang
bertugas pada hari itu. Waktu pelaksanaan dari pembacaan Surah As-
Sajaddah ini dilakukan pada malam hari sebelum seluruh santri
beristirahat.
Didampingi oleh satu atau dua orang ustadz dan ustadzah yang
bertujuan agar kegiatan pembacaan Surah-Surah pilihannya berjalan
lancar. Pembacaan surah pilihan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an dengan beberapa Surah pilihan yang telah ditetapkan
oleh pengasuh pondok pesantren dibaca cukup sekali khataman bersama-
sama. tidak dilakukan pengulangan pada ayat-ayat tertentu dan tidak
ditambahkan do’a-do’a khusus dalam membaca Surah pilihan yang
dijadwalkan124. Akan tetapi, setelah kegiatan pembacaan Surah-Surah
pilihan selesai dilaksanakan mereka menutup kegiatan tersebut dengan
membaca do’a kafaratul majlis dan do’a penutup sebagai bentuk dari
memuliakan-Nya.
4. Surah Al-Rahman
Kegiatan pembacaan Surah-Surah pilihan yang dilaksanakan di
Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an salah satu Surah pilihan yang
ditetapkan oleh pengasuh pondok pesantren adalah Surah Ar-Rahman.
Surah ini banyak memiliki kemuliaan dan pada surah ini telah dijelaskan
dengan jelas oleh Allah swt betapa besar dan luasnya nikmat yang telah
diberikan-Nya kepada semua makhluk hidup di muka bumi. Berangkat
dari banyaknya kemuliaan dan kenikmatan yang telah digambarkan dan
dijelaskan oleh Allah swt di dalam Surah ini, itulah salah satu mengapa
Surah Ar-Rahman dipilih dan diwajibkan untuk senantiasa selalu dibaca
rutin.
124 Wawancara langsung dengan Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an, pada tanggal 07 januari 2021, pukul 17. 38 wib.
65
Proses pembacaannya sama halnya seperti Surah Al-Waqi’ah.
Yakni pembacaannya dilakukan setiap hari pada malam harinya setelah
semua santri maupun santriwati selesai dengan kegiatannya. Pembacaan
Surah Ar-Rahman ini juga dilakukan di satu ruangan khusus bagi
santriwati putri dan di masjid untuk santri putra125. Dipandu oleh santri
atau pun santriwati yang bertugas pada hari itu untuk menjalankan
tugasnya memandu kegiatan pembacaan surah pilihan. Tidak semua
Surah-Surah pilihan yang dibaca satu malam setiap harinya. Melainkan
satu Surah dari beberapa Surah piihan yang telah ditetapkan untuk dapat
dibaca per malamnya.
Misalkan seperti malam ahad jadwal membaca Surah Al-Kahfi,
minggu malam senin Surah Ar-Rahman, senin malam selasa Surah Al-
Insan, selasa malam rabu Surah Al-Waqi’ah, rabu malam kamis Surah
Yasin, kamis malam jum’at Surah Al-Mulk, dan jum’at malam sabtu Surah
As-Sajaddah. Contoh di atas merupakan gambaran pelaksanaan dari
kegiatan pembacaan Surah-Surah pilihan yang telah diwajibkan dan
ditetapkan oleh pengasuh kepada santri untuk membacanya setiap hari
pada malam harinya sebelum mereka beristirahat.
5. Surah Al-Mulk
Membaca Surat Al-Mulk di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an
lebih lanjut tidak bertentangan dengan membaca Surah-Surah pilihan
sebelumnya, yaitu dengan tartil, dan duduk mengarah kiblat. Setelah itu,
santri yang ditunjuk pada hari itu akan memandu pembacaan surah-surah
pilihan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kemudian tidak lupa
santri yang bertugas untuk memandu pembacaan Surah-Surah pilihan
menggunakan bantuan dari microphone.
Adapun perbedaan dari membaca Surah Al-Mulk adalah dalam
waktu pembacaannya. Surah al-mulk hanya dibaca seminggu sekali pada
125 Wawancara langsung dengan pengasuh pondok pesantren tahfidz satu qur’an, pada tanggal 07 januari 2021, pukul 17.30 wib.
66
kamis malam jum’at126. Alasan dibacanya pada malam itu dikarenakan
jum’at merupakan rajanya hari, baik di malam jum’at dan siangnya
mempunyai kelebihan serta pahala apabila melaksanakan ibadah.
Adapaun sebaliknya pada hari jum’at terdapat anjuran dari nabi
yang banyak dilakukan pada hari itu. Lengkaplah kemuliaannya misalnya
sunah untuk mandi pada hari tersebut. Begitu banyaknya keutamaan pada
hari jum’at sehingga bagi umat muslim yang membaca-Nya niscaya
diberikan pahala yang ak terhitung dengan nalar manusia. Termasuklah di
dalamnya ketika membaca Surah ini baik malam dan siangnya dapat
menggugurkan dosa-dosa sampai pada hari jum’at kelak.
6. Surah Al-Insan
Sama halnya dengan pembacaan Surah-Surah pilihan lainnya.
Surah Al-Insan adalah salah satu Surah yang diwajibkan untuk dibaca.
Surah Al-Insan juga memiliki keistimewaan dan kemuliaan yang
terkandung di dalamnya. Proses pembacaan Surah Al-Insan juga tidak
berbeda dengan proses pembacaan Surah-Surah pilihan lainnya.
Pembacaan Surah Al-Insan dilakukan sama seperti pembacaan Surah-
Surah pilihan lain yang telah diwajibkan.
Kegiatannya dilaksanakan setiap harinya dan dibaca pada malam
hari setelah semua santri usai menunaikan kewajiban yang ditetapkan
sebelum mereka istirahat. Mereka dikumpulkan dalam satu tempat, bagi
putra dikumpulkan di masjid dan dianjurkan untuk duduk dalam posisi
kaki bersila, membuat lingkaran, menghadap ke arah kiblat, meletakkan
Al-Qur’an sebagaimana mestinya, dan kepada santri yang bertugas untuk
memandu pembacaan Surah-Surah pilihan disilahkan untuk memandu
kegiatan.
Sedangkan untuk santri putri, mereka dikumpulkan dalam satu
ruangan tertutup, kemudian duduk sesuai dengan kelompok yang telah
dibagikan, menghadap ke arah kiblat, dan membacanya dengan suara yang
126 Wawancara langsung dengan pimpinan pondok pesantren tahfidz satu qur’an, pada tanggal 07 januari 2021, pukul 17.32 wib.
67
keras. Apabila diantara santri putri yang sedang udzur syar’i mereka tetap
dikumpulkan di dalam ruangan tersebut127. Hanya saja, mereka dipisahkan
duduknya tidak bergabung ke dalam kelompok tetapi duduk di sudut
ruangan.
Setelah itu, petugas yang piket pada hari itu akan memantau dan
berkeliling mengawasi jalannya kegiatan pembacaan surah-surah
pilihan128. Petugas yang dimaksud bukanlah dari santri maupun santriwati
melainkan ustadz dan ustadzah yang telah diberikan amanah agar
menjalankan tugasnya.
127 Wawancara langsung dengan pengasuh pondok pesantren tahfidz satu qur’an, pada tanggal 07 januari 2021, pukul 17.40 wib. 128 Kewajiban Ustadz dan Ustadzah untuk memantau jalannya proses kegiatan pembacaan
surah-surah pilihan yang dilakukan oleh santri di ponpes tersebut.
68
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN LIVING QUR’AN DARI PEMBACAAN
SURAH-SURAH PILIHAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZ SATU
QUR’AN
A. ANALISIS LIVING QUR’AN
Hadirnya Penelitian ini disebabkan kepada pengetahuan dari
masyarakat bahwasannya kajian tentang ilmu Al-Qur’an tidak hanya
berpusat dalam membahas isi-isi yang terdapat di dalam kitab dan buku-
buku tafsir untuk mengupas serta mengkaji makna Al-Qur’an129. Penulis
hendak memaparkan bahwa kajian yang berhubungan dengan
kontekstualitas Al-Qur’an pada kehidupan masyarakat tidak saja
bersumber kepada kitab tafsir melainkan dapat diamati dan dikaji tentang
fenomena umat muslim dalam mengamalkan ayat Al-Qur’an. Buku yang
memuat tafsir Al-Qur’an bukan sekedar teks tertulis di atas lembaran-
lembaran kertas.
Namun tafsir juga merupakan respon serta implementasi dari
masyarakat terhadap kandungan dan pemahaman yang tersirat di dalam-
Nya tanpa disadari mereka amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Resepsional sosial yang berkaitang dengan Al-Qur’an bisa kita jumpai
dalam aktivitas sehari, misalnya tradisi bacaan surah dan ayat tertentu pada
waktu tertentu130. Naskah dari Al-Qur’an yang “hidup” ditengah
masyarakat tersebut yang dinamakan dengan the living qur’an. Fenomena
yang dilakukan oleh santri dalam praktik pembacaan surah-surah pilihan di
pondok pesantren tahfidz satu qur’an bukan untuk menghakimi (judgment)
dengan benar dan salah, sunah ataupun bid’ah131.
129 Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian Living Qur’an....”, 69-70
130 Sahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Penelitian Dalam Studi Al-Qur’an dan Hadist”,
Dalam Metodologi Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TERAS, 2007), xii-xiv
131 Dadan Rusmana, METODE PENELITIAN AL-QUR’AN DAN TAFSIR, (Bandung,
CV PUSTAKA SETIA, 2014), 292.
69
Penelitian living qur’an sebatas untuk mencari tahu bagaimana cara
masyarakat dan kelompok tertentu dalam merespon serta memahami Al-
Qur’an. Selanjutnya living Quran dilakukan untuk dapat menemukan
makna serta nilai-nilai yang melekat pada sebuah fenomena sosial yang
berkaitan erat dengan Al-Qur’an. Metode dan pendekatan yang dilakukan
dalam penelitian living Quran menggunakan metode kualitatif agar
memahami fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Sedangkan
pendekatan yang digunakan dalam penelitian living Quran adalah
pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk dapat memahami secara
intensif bagaimana latar belakang dari praktik pembacaan Al-Quran, serta
interaksi sosial mereka terhadap ayat-ayat Al-Qur’an132.
Penelitian ini hadir agar merubah sudut pandang dari masyarakat
terhadap kajian yang berkaitan dengan Al-qur’an. rentang waktu yang
panjang sampai saat ini hanya mengisyaratkan kepada masyarakat awam
bahwa pembahasan tentang Al-Qur’an adalah teks yang tersurat. Oleh
karena itu, Living Qur’an akan merubah sudut pandang masyarakat dalam
menilai Al-Qur’an juga dapat dipelajari dan dipahami melalui konteks
yang mencakupinya133. Maka, penafsiran dan pemahaman tentang makna
yang terkandung dalam Al-Qur’an dapat dilakukan seperti perilaku,
tindakan, sikap dari masyarakat atau komunitas dan kelompok tertentu.
Sehingga akan terlihat dengan jelas bagaimana respon masyarakat
terhadap kandungan dan makna dari Al-Qur’an yang diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian inilah kajian tentang living
Qur’an akan menjawab urgensi serta korelasi dari masyarakat, komunitas
atau kelompok tertentu untuk dapat mengoptimalkan pengamalannya.
Kecocokan dan keseimbangan antara keduanya melahirkan warna baru di
dalam studi ilmu Al-Qur’an.
132 Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:
Teras, 2007),66-68
133 Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian Living Qur’an : Metode Penelitian Kualitatif”
dalam Sahiron Syamsudin (Ed), 69
70
B. INTENSI DARI PEMBACAAN SURAH-SURAH PILIHAN
Tujuan atau harapan dari mudir Pondok Pesantren tahfidz satu
qur’an dalam mengamalkan Surah-Surah tersebut bertujuan agar menuntun
serta memasukkan kepada santrinya untuk dapat mempunyai kesukaan
ketika membaca al-qur’an. selanjutnya dia menginginkan supaya santri
dapat mengingat serta senantiasa selalu dibaca sehari-hari, supaya nanti
dapat mengintensifkan secara berkesinambungan manakala usai dari
Pondok Pesantren.
Oleh sebab itulah pendapat beliau sebagai mudir pondok pesantren
Surah-Surah pilihan seperti Surah Yasiin sangat berguna di tengah
Masyarakat. Apabila ada yang berasal dari desa dan membiasakan
kegiatan yasinan, beliau berharap kepada seluruh santri ketika pulang dari
pesantren dapat menjadi panutan dan berpengaruh di lingkungan tempat
tinggalnya. Caranya dibaca dengan tartil, menurutnya rutinitas ini
bermaksud agar santri membiasakan serta dispilin terhadap makharijul
huruf ataupun tajwid-nya disaat membaca surat-surat pilihan.
Selanjutnya beliau juga berharap dengan diadakan kegiatan
tersebut dapat diimplikasikan dalam kesehariannya. Menimbulkan
kenikmatan di dalam diri mereka bahwa sebagai santri haruslah senantiasa
selalu bersama-sama dalam menjalankan ataupun mengerjakan seluruh
persoalan. Bahkan tidak membedakan antara satu dengan yang lain, baik
kaya maupun miskin. Sebagaimana pernyataan dari beliau berikut ini:
membaca secara bersama-sama Surah-Surah pilihan yang telah
ditetapkan secara bersama-sama dalam agama tidaklah ada
larangan. melainkan agar simpati satu dengan yang lain. Mereka
akan empati disaat susah maupun senang, lalu tidak ada sifat
untuk menang sendiri, sebab pada dasarnya semua santri memiliki
tujuan yang sama yakni mencari ilmu di Pesantren ini134. Dibaca
dengan tartil, benar sekali agar mereka bisa
134 Musholllin, S. Sy, pengasuh pondok pesantren tahfidz satu qur’an, wawancara pribadi,
pada tanggal 08 november 2020, pukul 15.00 wib
71
mengimplementasikan tajwid yang dipelajarinya saat membaca
Al-Qur’an terutama untuk Surah-Surah pilihan yang telah
diwajibkan. Apabila membacanya fasih dan sesuai dengan
ketentuannya, selain mendapatkan pahala yang terdengar merdu
di teliga yang mendengarkannya mbak.
Menurut para Ustadz yang mengajar di Ponpes tahfidz Satu Qur’an
sebagai berikut: Menurut Ustad Fatih, setelah melakukan wawancara dan
penulis bertanya mengenai tujuan membaca Surah-Surah pilihan, beliau
menjawab “[B]ahwa Surah-Surah pilihan yang dipilih termasuk bagian
dari Al-Qur’an, dimana ketika dibaca oleh individu, memaknai serta
diamalkan apa yang terdapat di dalam Surah tersebut, maka bisa membuat
kita lebih mendekatkan diri kepada pemilik raga. Kurang lebihnya dia
dapat bersyukur kepada Allah swt. Terhadap nikmat beserta karunia-
Nya…”135.
Dia juga menyampaikan sebetulnya mudir Pondok Pesantren
merekomendasikan bahkan menetapkan pembacaan Surah-Surah pilihan
ini setiap hari pada malam harinya. Berbeda dengan Ustad Fatih ada juga
Ustad Andes Mardio. Berikut ini pernyataan dari Ustad Andes Mardio:
Surah-Surah pilihan yang dibaca oleh santri itu bagian dari Al-
Qur’an kan, fungsinya supaya mendekatkan diri gitu mbak. Kita
mampu untuk membaca, memahami, serta mempraktikkan apa
yang terkandung pada Surah-Surah pilihan tersebut, insyaallah bisa
lebih dekat dengan Allah intinya ya mbak, kita bisa lebih banyak
bersyukur, lebih tentram hatinya. Ditambah lagi, mudir Pondok
Pesantren juga mewajibkan Surah-Surah pilihan tersebut untuk
selalu dibaca setiap harinya. Hanya saja, waktu untuk membacanya
yang dianjurkan pada malam hari setelah para santri maupun
santriwati selesai dalam kegiatannya mbak dan ditutup dengan
membaca Surah-Surah pilihan tersebut sebelum mereka istirahat.
135 Ustad Fatih, salah satu guru tahfidz di pondok pesantren tahfidz satu qur’an,
wawancara pribadi, pada tanggal 28 desember 2020, pukul 13.00 wib.
72
Saya yakin kalau pengasuh pondok memiliki maksud yang baik
atas kewajiban pembacaan Surah-Surah pilihan136.
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Ustad Muhammad Faiz.
Berikut jawaban dari beliau ketika peneliti bertanya tujuan dari praktik
pembacaan Surah-Surah pilihan yang dilaksanakan setiap harinya:
[M]enurut Ustad Muhammad Faiz. Tujuan membaca Surah-Surah pilihan
itu bermacam-macam, membaca Surah tersebut setiap hari dapat
memberikan keberkahan dan rahmat-Nya, beliau meyakini Allah
menyukai orang-orang nan selalu membaca Al-Qur’an. Dia tidak
menginginkan apabila ada diantara mereka yang tidak mau menurut
kewajiban dari pengasuh pondok terhadap praktik pembacaan Surah-Surah
pilihan…”137. Sebab, anjuran yang telah diwajibkan oleh pengasuh pondok
tentu mempunyai maksud dan tujuan yang baik. Lalu, apa salahnya kita
ikuti dan jalankan peraturan yang telah ditetapkan tersebut, karena hal
tersebut akan berdampak baik kepada diri kita masing-masing.
Menurut Ustadzah Pipi Deta Andari tujuan dari adanya kegiatan
pembacaan Surah-Surah pilihan yang diwajibkan oleh pengasuh pondok
pesantren ialah kembali ke keutamaan-keutamaan yang terdapat pada
Surah tersebut. Berikut pernyataan dari beliau saat ditanya tentang tujuan
dari pembacaan Surah-Surah pilihan.
Kalau mbak bertanya tentang tujuan pembacaan Surah-Surah
pilihan itu banyak mbak, gini kegiatan tersebut diadakan untuk
melatih semua santri agar terbiasa dan fasih membaca Surah
pilihan misalnya ya mbak dengan contoh Surah Al-Mulk saat
dibaca teplintir lidahnya, Surah As-Sajaddah yang panjang
ayatnya dan beberapa Surah lainnya mbak. Tujuannya ya,
kembali lagi ke keutamaan-keutaman yang ada pada Surah itu
mbak. Saya berharap, dengan adanya kegiatan pembacaan Surah-
136 Ustad Andes Mardio, salah satu guru tahfidz di pondok pesantren tahfidz satu qur’an,
wawancara pribadi, pada tanggal 30 desember 2020, pukul 10.00 wib.
137 Ustad Muhammad faiz, salah satu guru tahfidz di pondok pesantren tahfidz satu
qur’an, wawancara pribadi, pada tanggal 24 desember 2020, pukul 08.01 wib.
73
Surah pilihan ini mampu membuat santri terbiasa dan terlatih
membaca serta melafalkan ayat-ayatnya mbak. Sekaligus untuk
membantu mereka lancar menghafal Surah-Surah lainnya. Kurang
lebih seperti itulah mbak, karena Surah pilihan yang di pilih itu
memiliki makna dan kandungan yang luar biasa mbak138.
Selain dari Ustadzah Pipi, peneliti juga mewawancarai beberapa
ustadzah lainnya yang mengajar di Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an. Ustadzah yang selanjutnya peneliti wawancarai adalah Ustadzah
Retmi Rintia. Kepada beliau peneliti mengajukan pertanyaan tentang
tujuan dari kegiatan pembacaan Surah-Surah pilihan139. Dari hasil
wawancara peneliti dengan Ustadzah Retmi Rintia beliau menjelaskan
dan menerangkan bahwasannya tujuan dari pembacaan Surah-Surah
pilihan tersebut tidak lain adalah kembali lagi kepada masing-masing
santri. Sebab, dengan rutinnya dilaksanakan setiap hari, tidak dipungkiri
santri ataupun santriwati tidak perlu berusaha keras dalam menghafalnya.
Karena setiap malam hari, mereka sudah membaca Surah-Surah
pilihan tersebut. Tujuan dari adanya pembacaan Surah-Surah pilihan
kembali lagi kepada keutamaan-keutamaan dan kemuliaan serta janji dari
Allah terhadap siapapun yang senantiasa selalu membacanya.
Selanjutnya menurut Ustazah Rahma Wati yang mengajar di Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an. beliau memaparkan kepada peneliti
bahwasannya tujuan dari pembacaan Surah-Surah pilihan yang
diwajibkan pengasuh pondok kepada santri adalah dilihat dari sisi baik
terhadap Surah-Surah pilihan tersebut140.
Bukan bermaksud untuk mengatakan Surah-Surah lainnya tidak
baik, hanya saja Surah-Surah pilihan tersebut sudah menjadi tradisi dari
138 Ustadzah Pipi Deta Andari, salah satu Pengurus Di Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an, wawancara pribadi pada tanggal 06 januari 2021, pukul 17.00 wib.
139 Ustadzah Retmi Rintia, salah satu Guru Tahfidz Untuk Santriwati Putri Di Pondok
Tahfidz Satu Qur’an, wawancara pribadi, pada tanggal 28 desember 2020, pukul 13.00 wib.
140 Ustadzah Rahma Wati, salah Satu Guru Tahfidz Untuk Santriwati Putri Di Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an, wawancara pribadi, pada tanggal 28 desember 2020, pukul 13.30
wib.
74
dahulunya dibaca baik secara bersama-sama, sendiri, ataupun dalam
acara-acara tertentu. Pada dasarnya, membacanys saja kita sudah
mendapatkan pahala, alangkah baiknya apabila Surah-Surah pilihan
tersebut dapat diimplikasikan juga ke kehidupan sehari-hari, terutama
kepada santri dan santriwati agar semangat dalam menghafal Al-
Qur’annya dan semangat untuk menjalankan aktivitasnya.
C. RESEPSI SANTRI TERHADAP PEMBACAAN SURAH-SURAH
PILIHAN
Ahmad Rafiq berpendapat respondibilitas terkait Al-Qur’an ialah
penerimaan terhadap Al-Qur’an dengan memahami makna-makna yang
terkandung di dalam Al-Qur’an. Pemahaman masyarakat terhadap Al-
Qur’an dapat terlihat ketika masyarakat mengaplikasikan suatu teks
kedalam konteks141. Sehubungan dengan hal tersebut, pondok pesantren
tahfidz satu qur’an ini akan mengungkap respon dari santri terhadap Al-
Qur’an. ada beberapa surah yang menjadi surah pilihan dalam Al-Qur’an
yang dihidupkan oleh santri di pondok pesantren tahfidz satu qur’an.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa santri dan santriwati
tentang pembacaan surah-surah pilihan:
1. Alasan Santri Melaksanakan Kegiatan Pembacaan Surah-
Surah Pilihan
Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan dan membagikan
kusioner kepada sebagian santri, penulis menyimpulkan bahwa alasan
signifikan yang penulis temukan dari wawancara tersebut adalah kegiatan
pembacaan surah-surah pilihan mereka lakukan dikarenakan merupakan
sebuah kewajiban dan agenda rutin dari kegiatan santri setiap harinya.
Kegiatan pembacaan surah-surah pilihan ini juga membantu para santri
dalam menghafal dan menguatkan hafalan al-qur’an yang telah mereka
hafal.
141 Ahmad Rafiq, “Sejarah Al-Quran: Dari Pewahyuan ke Resepsi (Sebuah Pencarian
Awal Metodologis)”, dalam Syahiron Syamsudin (ed), Islam, Tradisi dan Peradaban (Yogyakarta:
Bina Mulia Press, September, 2012), 73
75
2. Respon Santri Terhadap Pembacaan Surah-Surah Pilihan
Reaksi yang ditunjukan santri dengan adanya kewajiban dalam
membaca surah-surah pilihan tersebut adalah mereka sangat berantusias
berpartisipasi di dalam kegiatan tersebut. Bahkan mereka berlomba-lomba
untuk datang lebih awal berkumpul di dalam masjid bagi santri putra, dan
berlomba-lomba datang ke ruangan yang telah disediakan untuk santri
putri. Mereka merasa senang membaca surah-surah yang dijadikan sebagai
surah pilihan. ada juga diantara mereka yang membaca surah-surah pilihan
tersebut selain dari waktu dan jadwal yang telah ditetapkan seperti
membaca surah pilihan tersebut di dalam solat fardhu maupun sunnah,
membaca surah pilihan sebelum muraja’ah hafalan, membaca surah
pilihan sebelum belajar dan lain sebagainya.
Pada dasarnya seluruh santri yang bermukim di pondok pesantren
tahfidz satu qur’an menerima dengan baik adanya kewajiban membaca
surah-surah pilihan sebelum mereka tidur. Tidak menutup kemungkinan
bahwa diantara mereka ada yang tidak menyetujui kegiatan pembacaan
surah-surah pilihan namun, mereka tetap hadir dan mengikuti kegiatan
tersebut dikarenakan takut mendapat sanksi dan hukuman apabila tidak
hadir dalam kegiatan pembacaan surah-surah pilihan.
3. Sudut Pandang Santri Terhadap Makna Pembacaan Surah-
Surah Pilihan
Kesimpulan yang penulis temukan saat melakukan kegiatan
wawancara dengan beberapa santri baik putra maupun putri ialah mereka
berpendapat bahwa surah pilihan yang dibaca setiap hari pada malam
harinya sangat bermanfaat bagi diri mereka. Manfaat tersebut mereka
rasakan seperti selain rutin membaca surah-surah pilihan di malam hari,
mereka juga diajarkan memahami arti dan keutamaan serta
keistimewaan-keistimewaan yang terdapat pada surah-surah pilihan
tersebut. Mereka menyimpulkan bahwa surah-surah yang telah dipilih
untuk dibaca setiap malam memiliki makna yang tidak akan ditemukan
pada surah lainnya. Itulah mengapa surah-surah pilihan tersebut sangat
76
istimewa bagi mereka. Selain sebagai kewajiban yang telah diwajibkan
oleh pimpinan pondok para santri pun memaknai surah-surah pilihan
tersebut dengan berbagai versi.
Ada yang berpendapat bahwa makna yang dirasakan yaitu
mudahnya hafalan Al-Qur’an yang hendak dihafal, ada juga yang
mengatakan bahwa makna dari surah pilihan yang telah dibaca setiap
malam membantu dalam menguatkan hafalan dan menerangkan fikiran,
dan ada juga yang berpendapat bahwa surah-surah pilihan yang dibaca
setiap hari itu mampu membuat diri lebih bersemangat dan memberikan
dorongan positif dalam melaksanakan seluruh jadwal kegiatan sehari-hari
serta meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.
77
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pengamatan dari bab I hingga bab IV untuk
mengarahkan kepada masalah di dalam pencarian yang telah dilaksanakan
serta menyesuaikan dengan sasaran utama penulisan karya tulis di atas
sebagai kesimpulan dalam skripsi ini diantaranya sebagai berikut:
1. Landasan yang dijadikan oleh mudir Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an dalam mewajibkan kepada seluruh santrinya berdasarkan dari
ayat Al-Qur’an yang dijadikan untuk pembacaan Surah-Surah Pilihan
tersebut terdapat dalam juz 15 pada urutan nomor ayat delapan puluh
dua. Dasar lainnya adalah Hadis-Hadis Nabi Muhammad saw, serta
merujuk kepada Kitab At-Tibyan karangan dari Imam An-Nawawi
dalam adab-adab dan tata cara menghafal Al-Qur’an. Itulah yang
menjadi landasan dasar dalam praktik kegiatan pembacaan Surah-
Surah pilihan yang dilaksanakan pada Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Provinsi Jambi.
2. Proses dan waktu dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah
prosesnya dilaksanakan secara bersama-sama. Santri putra mereka
dikumpulkan di dalam masjid, sedangkan santri putri mereka
dikumpulkan di satu ruangan khusus. Selanjutnya untuk waktu
pelaksanaan dari kegiatan tersebut dilakukan setiap hari pada malam
hari sebelum mereka beristirahat.
3. Pemahaman santri terhadap kegiatan praktik pembacaan surah-surah
pilihan ialah untuk dapat memotivasi mereka dan meningkatkan
kedisiplinan seluruh santri baik dari santri putra maupun putri dalam
menghafal dan menjaga hafalan yang telah mereka hafal. Selain itu,
makna serta kandungan dari Surah-Surah pilihan tersebut diharapkan
dapat membantu santri dalam aktivitas sehari-harinya terutama dalam
proses menghafal Al-Qur’an.
78
B. SARAN
Dari kesimpulan di atas, perlu kiranya penulis memberikan saran
diantarannya ialah:
1. Pondok pesantren
Pembacaan surah-surah pilihan yang telah dijalankan sejak awal
pondok pesantren didirikan sampai sekarang diharapkan untuk tidak
dihentikan dikarenakan kegiatan tersebut sangat membantu santri
dalam menguatkan hafalan dan menerangkan fikiran serta
meningkatkan rasa cinta terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. harapan dari
penulis sebagai peneliti dari kegiatan tersebut agar kegiatan positif ini
dapat dilaksanakan juga oleh masyarakat sekitar baik anak kecil
sampai orang tua, sehingga tidak terpaku pada lembaga pendidikan
seperti di Pondok Pesantren saja. Kegiatan ini sangat bagus untuk
melatih daya ingat dan memberikan energi postif saat membaca surah-
surah pilihan, melalui karya ilimiah yang penulis tulis semoga menjadi
salah satu media perantara untuk dapat diikuti ataupun dicontoh
kegiatan pembacaan surah-surah pilihannya.
2. Santri (putra dan putri)
Seluruh santri yang bermukim di pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an jangan pernah berhenti untuk mengulang hafalannya. Semoga
Al-Qur’an yang telah dihafal dapat diimplikasikan baik ketika masih
menjadi seorang santri ataupun setelah selesai dan berinterksi di tengah
masyarakat nanti.
3. Orang tua dan wali
Kepada orang tua dan wali terima kasih telah mengantarkan anak-anak
kalian untuk bergabung dan belajar dalam keluarga besar penghafal
kitab suci. Dukungan kalian begitu berarti serta berpengaruh besar bagi
mereka, agar memacu semangat dalam menjaga serta menghafal ayat-
ayat Al-Qur’an, yang mana Allah sendiri telah berjanji ketika di
akhirat kelak, kedua orangtua dari anak seorang penghafal Al-Qur’an
akan diberikan hadiah berupa mahkota yang terbuat dari cahaya
79
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdul Karim Amrullah, Abdul Malik, Tafsir Al-Qur’an (Al-Azhar) jilid 6,
Singapore: Kerjaya Printing Industries Pte Ltd, 1990.
Akhyartv, “Hari Al-Qur’an Muslim Zaman Now Hafal 30 Juz”, Bekasi, 2018.
Al-fadl bin bahram bin abdush shamad, Abdullah bin Abdurrahman, Kitab sunan
ad-darimi, bab fii fadhil yasin, juz 4.
Al-Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maraghi, Diterjemahkan Oleh Bahrun Abu
Bakar, Lc, Semarang: CV.Toha Putra Semarang, Cet. 1, 1989, Cet. 2,
1992.
Al-Muhdhar, Fauzi, Penyuting, Dede Azwar Nurmansyah Cet.1, Jakarta: Cahaya,
2005.
Anwar, Living Hadis. 2015.
Arifin dan Suhendri Abu Faqih, Al-Qur’an Sang Mahkota Cahaya, Jakarta, PT
Elex Media Komputindo, 2010.
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib, Taisiru Al-Aliyyil Qadir Li Ikhtisahari Tahsir Ibnu
Katsir, Jilid 4, Penerjemah oleh Syihabuddin, Jakarta: Gema Insani, 2011.
As-Suyuty, Jalaluddin, Al-Itqān Fiī Ulūmil Qur’ān, Dārul-Kitab Al-ʽAlamiyyah,
2012.
Az-Zuhaili, wahbah bin musthafa, At-Tafsir Al-Wasith Jilid 3 (Q.S Al-Qashash-
An-Naas):, Penerjemah/Muhtadi, Dkk. Jakarta: Gema Insani, 2013.
Bekker, Anton, dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,
Yogyakarta:Kanisus, 1999.
Dhavony, Pengantar Ilmu Antropology, Jakarta: Aksara Baru, 1980.
Eldeeb, Ibrahim, Be A Living Qur’an: Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-Ayat al-
Qur’an dalam Kehidupan Sehari-hari, alih bahasa Faruk Zaini, Jakarta:
Lentera Hati, 2009.
Endraswara, Suwardi Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta:Gadjah
Mada University Press, 2006).
Esack, Farid, The Qur’an: An Introduction, England: Oneworld Publication, 2010.
80
Frederick, M. Denny, Qur’an Recitation: A Tradition Of Oral Performance and
Transmission.
Gusman, I, Living Qur’an: Al-Qur’an dalam Pergumulan Muslim Indonesia,
Surakarta, Efude Press, 2013.
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian, Malang: UUM PRESS, 2004.
Hasbillah, Ahmad ‘Ubaydi, Ilmu Living Qur’an-Hadis: Ontologi, Epistimologi,
dan Aksiologi, Tanggerang Selatan: Yayasan Wakaf Darus-Sunnah, 2019.
Hasyim Dasteghib, Sayyid Muhammad, Tafsir Surah Yasiin, Penerjemah, Ibnu
Fauzi Al-Muhdhar, Penyuting, Dede Azwar Nurmansyah Cet.1, Jakarta:
Cahaya, 2005.
Hidayat, Adi, Muslim Zaman Now Metode At-Taisir Hafal Al-Qur’an 30 Hari,
Bekasi: Quantum Akhyar Institute. 2018.
Indra Kusuma, Amin Daen, Pengantar Ilmu Pendidikan, 1973.
Ibn Bahram, Abdurrahman ibn al-fadhl, kitab sunan ad-darimi, bab fii fadhil
yaasiin, juz 4.
Ibn majah al-rab’i al-qazwin, Abu abdillah Muhammad ibn yazid, kitab ibnu
maj’ah dari kutub tis’ah, bab maa jaa a fimaa yaqulu ‘inda al-maridha
idzaa hudra, juz 3, hadis yang ke-1448.
Isa bin saurah at-tirmidzi, abu isa Muhammad, Hadits Jami' At-Tirmidzi No. 478 ,
Kitab Jum'at, Bacaan subuh jumat.
Ibn Ibrahim ibn al-mughirah ibn bardizbah, abu ‘abd allah Muhammad ibn ismail,
Hadits Shahih Al-Bukhari No. 4501, Kitab Tafsir Al Qur`an, [Bab] Surat Ar
Rahman ayat 72.
Isa bin saurah at-tirmidzi, abu isa Muhammad, Hadits Jami' At-Tirmidzi No.
2815, Kitab keutamaan Al Qur`an, Keutamaan surat al-mulk.
Isa bin saurah at-tirmidzi, abu isa Muhammad, Hadits Jami' At-Tirmidzi No. 478 ,
Kitab Jum'at, Bacaan subuh jumat.
Jam’u al-Jawami “awi al-Jami” al-Kubra li as-Suyuthi, Bab Harfu al-Mim, Juz: 1,
No: 6174, 24077. Ḥadis ini juga diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam
Syu’bu al-Iman dan Ibnu Asakir.
81
Jam’u al-Jawami “awi al-Jami” al-Kubra li as-Suyuthi, Bab Harfu al-‘Ain, Juz: 1.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007.
Khori, Ilham Al-Qur’an dan Kaligrafi Islam, Peran Kitab Suci Dalam
Transformasi Budaya, Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999.
K. Rasmussen, Anne Women and The Recited Qur’an.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Terjemah Kemenag Q.S Al-Insan ayat 1,
jakarta, 2002.
Lawrence, Bruce The Qur’an: A Bibliography, London: Atlantik Book, 2006,
190.
Meleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda
karya, 2006).
Mustaqim, Abdul “Metode Penelitian Living Qur’an; Model Penelitian
Kualitatif” Dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, TH-Press,
Yogyakarta, 2007.
Moris, Brian, Anthropological Studies Of Religion An Introuctory Text, USA:
Cambridge University Press, 1990.
Musthofa, Bisri Al-Ibriz, Juz 23, Rembang, Maktabah Wa Muthba‟ah Menara
Kudus.
Murni, D, Paradigma Umat Beragama tentang Living Qur’an Menautkan antara
Teks dan Tradisi Masyarakat, Journal Syahadah, 2016.
Mariasusai, Dhavamony, Phenomenology Of Religion, Terj. Kelompok Studi
Agama Driyarka, Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Musbikin, Imam, Mutiara Al-Qur’an Khazanah Ilmu Tafsir dan Al-Qur’an,
Madiun, Jaya Star Nine, 2014.
Mansur, M, “Living Qur’an Dalam Lintasan Sejarah Studi Qur’an” Dalam
Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, TH-Press: Yogyakarta,
2007.
Muhammad, “Mengungkap Pengalaman Muslim Berinteraksi dengan Al-Qur’an”
Dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, TH-Press:
Yogyakarta, 2007.
82
Rusmana, Dadan, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, Bandung: CV Pustaka
Setia, Cet.1 Februari 2015.
Syaukani, Al, Fath al-Qadir al-Jami’ baina Fanni ar-Riwayah, Juz: 5.
Suprayogo, Imam dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2003.
Syarif, M. Ibnan Ketika Mushaf Menjadi Indah, Semarang: AINI, 2000.
Sarwono, Jonatan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006.
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al Qur'an, Mizan, Bandung, 1994.
Shihab, M. Quraish, TAFSIR AL-MISBAH, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an, Tanggerang: Lentera Hati, 2003.
Syamsuddin, Sahiron, et al., Living Qur’an dan Hadits, Yogyakarta: TH-Press,
TERAS, 2007.
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: CV.Alfabeta,2013.
Tim Penyusun, Panduan Penulis Karya Ilmiah Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi,
(Jambi:Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016).
Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1994.
Surakhmad, Winarto, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode Teknik,
Bandung: Tersio, 1990.
Yusuf, Muhammad “Pendekatan Sosiologi Dalam Penelitian Living Qur’an”
Dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, TH-Press,
Yogyakarta, 2007.
Yusuf ‘Ali, Abdullah, The Holy Qur’an, Text, Translation And Commentary,
Penerjemah, Ali Audah, Cet.1, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.
Al-Qaradhawi, Yusuf, Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, Jakarta, Gema Insani
Press, 1999.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Tafsirnya Juz 28,
29, dan 30, Diadakan Oleh Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an
Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta: CV. Ferlia Citra Utama,
1994.
83
Makalah, Skripsi, Dan Disertasi
Musthofah, Ahmad Zainal, “Tradisi Pembacaan Surat-Surat Pilihan Kajian
Living Qur’an di Pondok Pesantren Manba’ul Hikam”, Sidoarjo, 2005.
Rustandy, Syam, “Tradisi Pembacaan Surat-Surat Pilihan dalam Al-Qur’an
Kajian Living Qur’an di Pondok Pesantren Attaufiqiyyah Baros”,
Kabupaten Serang, Banten, 2018.
Safitri, Erwanda, “Tahfidz Al-Qur’an di Pondok Ponpes Tahfidzul Qur’an
Ma’unah Sari Bandar Kudul, Studi Living Qur’an”, Kediri, 2016.
Subaidah, Siti, “Tradisi Pembacaan Al-Qur’an (Surah Al-Kahfi, Ar-Rahman dan
As-Sajaddah) di Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islam Boarding School
Desa Waru Jaya”, Kecamatan Paung Kabupatean Bogor, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2019.
Qosi’in, Imam Fitri, “Pembacaan Al-Qur’an Surat-Surat Pilihan di Pondok
Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Studi Living Qur’an”, Semarang, 2018.
Jurnal
Ahimsa-Putra, Heddy Shri, “Fenomenologi Agama: Pendekatan Fenomenologi
Untuk Memahami Agama ”Jurnal Walisongo, Vol. 20, No.1 (2012).
Ali, Muhammad, Kajian Naskah dan Kajian Living Qur’an dan Living Hadist,
Journal of Qur’an and Hadist Studies, journaluinjkt.ac.id (diakses pada
tanggal 01 november 2020)
Al-Faruqi, Lois Ibsen, Chantillation Of The Qur’an, Dalam Asian Music, Vol. 19
No. 1, Auntum-Winter, 1987, www.academia.edu (diakses pada tanggal
30 oktober 2020)
Baidowi, Ahmad, Resepsi Estetis Terhadap Al-Qur’an, Dalam Jurnal Esensia,
Vol. 8, No. 1. 2007, diglib.uin-suska.ac.id (diakses pada tanggal 26 oktober
2020).
Channa, Liliek, Memahami Makna Hadist secara Tekstual dan Kontesktual,
Ulumma: Journal Studi Keislaman, 2011, ulumuna.or.id, (diakses pada
tanggal 23 oktober 2020).
Ida Zahara, Adibah, Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam, Journal Inspirasi,
2016, ejournalundaris.ac.id (diakses pada 10 oktober 2020).
84
Muhsin, M, Memahami Hadist Nabi dalam Konteks Kekinian: Studi Living Hadis,
Journal Holistic, 2015, jurnal.uinbanten.ac.id, (diakses pada tanggal 15
oktober 2020).
Mujib, Abdul, “Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Islam ”.Al- Tadzkiyyah:
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 (2015).
Rusli, “Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Agama Konsep, Kritik dan
Aplikasi”, Islamica, Vol 2, No 2 (2008).
85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 1: Muhammad Onik asal Jangkat, kab. Merangin merupakan salah satu dari santri pondok
pesantren tahfidz satu qur’an yang melakukan tasmi’ 5 juz.
Gambar 2: Prosesi dan pelaksanaan pembacaan surah-surah pilihan dari santri putra
Gambar 3: Prosesi dan pelaksanaan pembacaan surah-surah pilihan dari santri putra
Gambar 4: Prosesi dan pelaksanaan pembacaan surah-surah pilihan dari santri putri
86
Gambar 5: wawancara penulis dengan beberapa santri
gambar 6: salah satu dari santri putri yang melakukan tasmi’ 10 juz
Gambar 7: pengurus dari organisasi santri satu qur’an (OSSAQA)
Gambar 8: muraja’ah pagi sebelum melaksanakan kegiatan belajar
87
INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA
SKRIPSI
“MAKNA PEMBACAAN SURAH-SURAH PILIHAN YANG DILAKUKAN
SANTRI SEBELUM TIDUR DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ SATU
QUR’AN DESA SUNGAI DUREN KEC. JALUKO KAB. MUARO JAMBI
PROVINSI JAMBI (STUDI LIVING QUR’AN) ”
NO. JENIS DATA METODE SUMBER DATA
1.
-Letak geografis Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an Desa Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Provinsi Jambi
-Observasi -Dokumentasi -Wawancara
-Setting -Dokumen Geografis -Pimpinan Pondok Pesantren
2.
-Sejarah Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an Desa Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Provinsi Jambi
-Wawancara -Dokumentasi
-Pimpinan Pondok Pesantren -Dokumen Sejarah
3. -Visi, Misi, dan Tujuan pembacaan surah-surah pilihan
-Dokumentasi -Dokumen Visi, Misi, dan Tujuan Pondok Pesantren
4.
-Struktur Organisasi dan Kepengurusan Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an Desa Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Provinsi Jambi
-Dokumentasi -Bagan Struktur Organisasi dan Nama Pengurus serta Tenaga Pengajar
5. -Sarana dan Prasarana -Observasi -Dokumentasi -Wawancara
-Keadaan Fasilitas -Dokumen Fasilitias -Pimpinan Pondok Pesantren
6.
-Program yang terdapat di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an Desa Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Provinsi Jambi
-Dokumentasi -Dokumen Program pada Kegiatan Pembacaan Surah-Surah Pilihan
88
7. -dasar pembacaan surah-surah pilihan
-Dokumentasi
-Dokumen Dasar Pembacaan Surah-Surah Pilihan -Pimpinan Pondok Pesantren
8. -pemahaman santri terhadap kewajiban pembacaan surah-surah pilihan
-Observasi -Dokumentasi
-Resepsi Santri Terhadap Kegiatan Pembacaan Surah-Surah Pilihan -Implementasi Kegiatan -Pengurus dan Pengajar Pondok Pesantren
9. -relevansi implementasi dan sudut pandang santri terhadap pembacaan surah-surah pilihan
-Observasi -Dokumentasi -Wawancara
-Implikasi Terhadap Hafalan Santri dengan Kegiatan Pembacaan Surah-Surah Pilihan -Respon Santri Terhadap Kewajiban Tersebut
A. Panduan Observasi
No. Jenis Data Metode Sumber Data
1.
Sejarah Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an Desa
Sungai Duren Kec. Jaluko Kab.
Muaro Jambi Provinsi Jambi
• Wawancara
• Dokumentasi
• Observasi
• Pimpinan Pondok Pesantren
• Dokumen Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an Desa Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Provinsi Jambi
• Setting
2.
Letak geografis Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an
Desa Sungai Duren Kec. Jaluko
Kab. Muaro Jambi Provinsi
Jambi
• Wawancara
• Dokumentasi
• Observasi
• Dokumen geografis
• Pimpinan Pondok Pesantren
3. Struktur Organisasi di Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an • Wawancara
• Dokumentasi
• Bagan struktur organisasi dari Pondok Pesantren
89
Desa Sungai Duren Kec. Jaluko
Kab. Muaro Jambi Provinsi
Jambi
• Observasi
Tahfidz Satu Qur’an
4.
Bentuk dan jenis pembacaan di
Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an Desa Sungai Duren Kec.
Jaluko Kab. Muaro Jambi
Provinsi Jambi
• Wawancara
• Dokumentasi
• Observasi
• Dokumentasi kegiatan pembacaan surah pilihan di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an
5.
Living qur’an terhadap
beberapa surah pilihan di
Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an Desa Sungai Duren Kec.
Jaluko Kab. Muaro Jambi
Provinsi Jambi
• Wawancara
• Dokumentasi
• Observasi
• Dokumentasi pembacaan beberapa surah pilihan di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an
B. Panduan dokumentasi
No. Jenis Data Data Observasi
1.
Letak geografis Pondok Pesantren
Tahfidz Satu Qur’an Desa Sungai Duren
Kec. Jaluko Kab. Muaro Jambi Provinsi
Jambi
• Keadaan dan letak geografis
• Dokumentasi
2.
Bentuk dan jenis pembacaan di Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an Desa
Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muaro
Jambi Provinsi Jambi
• Dokumentasi kegiatan pembacaan surah pilihan di Pondok Pesantren Tahfidz Satu Qur’an
90
C. Bulir-bulir wawancara
NO. JENIS DATA SUMBER DATA DAN SUBSTANSI WAWANCARA
1. -Letak Geografis Pondok
Tahfidz Satu Qur’an
pimpinan Pondok Pesantren :
-Bisa dijelaskan letak geografis satu qur’an?
2. -Sejarah Satu Qur’an
Pimpinan Pondok Pesantren :
-Bagaimana Sejarah Berdirinya Satu Qur’an?
-Kapan dan siapa yang mendirikannya?
-Apa yang memotivasi pendirian satu qur’an?
bagaimana perkembangannya sampai saat ini?
3. -Sarana dan Prasana Satu
Qur’an
Pimpinan Pondok Pesantren :
-Apa Saja Yang Dimiliki Oleh Satu Qur’an?
4.
-Dasar konseptual
kewajiban pembacaan
surah-surah pilihan
Pimpinan Pondok Pesantren :
-Apa yang menjadi landasan konseptual kewajiban
pembacaan surah-surah pilihan?
-Apakah ada rujukan dalam teks islam (al-qur’an dan
sunnah nabi)
-Apakah ada rujukan dalam sejarah islam atau
semacamnya?
5.
-Pemahaman terhadap
makna dari pembacaan
surah-surah pilihan
Pimpinan Pondok Pesantren :
-Bagaimana kegiatan pembacaan surah-surah pilihan?
-Apa saja tata caranya?
-Bagaimana prosesi dan pelaksanaannya?
-Apakah menggunakan metode khusus dalam kegiatan
tersebut?
-Bagaimana reaksi santri terhadap kegiatan tersebut?
91
-Kapan dilaksanakan kegiatan tersebut?
-Apa saja amalan yang dianjurkan ketika melaksanakan
kegiatan tersebut?
6.
-Relevansi kegiatan
pembacaan surah-surah
Pilihan yang dilakukan
santri dengan hafalan yang
telah dihafal
Pimpinan Pondok Pesantren :
-Dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut?
-Perubahan sikap dan perilaku apa saja yang nyata dari
santri setelah melaksanakan kegiatan tersebut?
-Apakah ada kasus-kasus yang memperlihatkan
keberhasilan secara nyata dari kegiatan tersebut pada
diri santri?
92
DATA INFORMAN
No Nama Keterangan
1. Mushollin, S. Sy Mudir Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an
2. Fatih Ustadz di Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an
3. Andes Mardio Ustadz di Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an
4. Muhammad Faiz Ustadz di Pondok Pesantren Tahfidz Satu
Qur’an
5. Pipi Deta Andari Ustadzah Sekaligus Pengurus di Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an
6. Retmi Rintia Ustadzah Sekaligus Pengurus di Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an
7. Rahma Wati Ustadzah Sekaligus Pengurus di Pondok
Pesantren Tahfidz Satu Qur’an
8. Hamdi Al-Fayet Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
9. Muhammad Roki Yansyah Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
10. Parhan Yuda Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
11. Ahmad Fikron H Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
12. Prashan Dwi Prasatya Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
13. Mulyadi Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
14. Muhammad Aidil Allo Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
93
15. Dylan Zahran Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
16. Muhammad Onik Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
17. Muhammad Resyah Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
18. Yuanda Rizki A Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
19. Ramadhan Saputra Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
20. Ahmad Chumaidy S Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
21. Maulana Yusuf Santri Putra di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
22. Miftahul Khairani Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
23. Hakimah Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
24. Kholifah Sri Handayani Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
25. Millaty Alya Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
26. Nys. Maisya Nur Aulia Ar Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
27. Dini Wulandari Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
28. Luthfi Palwa Putri Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
29. Jihan Rozana Hanijah Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
94
30. Ratu Zahara Juwita Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
31. Haliyana Fitria Sary Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
32. Mika Wardina Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
33. Meli Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
34. Aulia Afrilliani Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
35. Bunga Tri Lestari Krisno Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
36. Nys. Aisyah R Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
37. Sulastri Santri Putri di Pondok Pesantren Tahfidz
Satu Qur’an
95
CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI
Nama : NURVANY. OKTAVIYANTI
Tempat, Tanggal Lahir : GALUANG, 20 OKTOBER 1998
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Agama : ISLAM
Tinggi Badan : 152 cm
Berat Badan : 45 Kg
Alamat : JLN. SLAMET RIYADI KEL.SOLOK SIPIN KEC. DANAU SIPIN KOTA JAMBI
Handphone : 082178984996
DATA PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : SD NEGERI 17 KUBANG PUTIAH, BANUHAMPU SUNGAI PUA (BUKITTINGGI, SUMATERA BARAT)
SMP : MTs SWASTA MAZNIYAH KOTA JAMBI
SMA : MA SWASTA LABORATORIUM KOTA JAMBI
PERGURUAN TINGGI : UIN SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
KARYA TULIS : WAWASAN PANCASILA DALAM AL-QUR’AN
PENGALAMAN BERORGANISASI dan KEGIATAN SOSIAL
1. Anggota HMJ FAKULTAS (2017-2018) 2. Anggota HMJ FAKULTAS (2018-2019) 3. Anggota DEMA FAKULTAS (2019-2020) 4. Panitia SEMINAR INTERNASIONAL “MEMBANGUN JIWA MUDA MILLENIAL”
(bintang tamu: Alvi Saga dan Fatmawati) {2018} 5. Ketua Pelaksana “dalam perlombaan memperingati hari pahlawan 10
november” (2019) 6. Bendahara umum dalam kegiatan peringatan hari besar islam “Maulid nabi
Muhammad SAW” (2019)