101
MANAJEMEN LINGKUNGAN Kliping Internet 0175 Jumat, 13 November 2009 Perkembangan Program SML ISO 14001 di Indonesia Seiring dengan perumusan Standar Internasional ISO seri 14000 untuk bidang manajemen lingkungan sejak 1993, maka Indonesia sebagai salah satu negara yang aktif mengikuti perkembangan ISO seri 14000 telah melakukan antisipasi terhadap diberlakukannya standar tersebut. Dalam mengantisipasi diberlakukannya standar ISO seri 14000, Indonesia sudah aktif memberikan tanggapan terhadap draf standar ISO sebelum ditetapkan menjadi Standar Internasional. Hal ini dilakukan dengan pembentukan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 oleh Bapedal pada tahun 1995 untuk membahas draf standar ISO tersebut sejak tahun 1995. Anggota Kelompok Kerja tersebut berasal dari berbagai kalangan, baik Pemerintah, Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun pakar pengelolaan lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup (Bapedal pada waktu itu) dan Badan

MANAJEMEN LINGKUNGAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANAJEMEN LINGKUNGAN

MANAJEMEN LINGKUNGAN Kliping Internet 0175

Jumat, 13 November 2009

Perkembangan Program SML ISO 14001 di Indonesia

Seiring dengan perumusan Standar Internasional ISO seri 14000 untuk bidang manajemen lingkungan sejak 1993, maka Indonesia sebagai salah satu negara yang aktif mengikuti perkembangan ISO seri 14000 telah melakukan antisipasi terhadap diberlakukannya standar tersebut.

Dalam mengantisipasi diberlakukannya standar ISO seri 14000, Indonesia sudah aktif memberikan tanggapan terhadap draf standar ISO sebelum ditetapkan menjadi Standar Internasional. Hal ini dilakukan dengan pembentukan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 oleh Bapedal pada tahun 1995 untuk membahas draf standar ISO tersebut sejak tahun 1995. Anggota Kelompok Kerja tersebut berasal dari berbagai kalangan, baik Pemerintah, Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun pakar pengelolaan lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup (Bapedal pada waktu itu) dan Badan Standardisasi Nasional (BSN) bekerjasama dengan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 dan berbagai stakeholders sejak tahun 1995 mengkaji, menyebarkan informasi, dan melakukan serangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Berdasarkan hasil pembahasan dengan “stakeholders” di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup menyadari potensi penerapan Sistem Manajemen Lingkungan bagi peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan, peningkatan peran aktif pihak swasta dan promosi penerapan perangkat pengelolaan

Page 2: MANAJEMEN LINGKUNGAN

lingkungan secara proaktif dan sukarela di Indonesia.

Pada tahun 1996-1998, serangkaian seminar, lokakarya, penelitian dan proyek percontohan Sistem Manajemen Lingkungan telah diprakarsai oleh Kementerian Lingkungan Hidup, bekerjasama dengan BSN dan berbagai pihak. Rangkaian kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menjadi investasi awal bagi penerapan ISO 14001 di Indonesia dalam menumbuhkan sisi “demand” maupun “supply” menuju mekanisme pasar yang wajar. Setelah itu, muncullah beberapa penyelenggara pelatihan, jasa konsultasi, jasa sertifikasi dan perusahaan-perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan. Seiring dengan tumbuhnya populasi para pemain dalam pasar penerapan ISO 14001 di Indonesia, Kementerian LH selanjutnya lebih menfokuskan diri pada peran fasilitator dan pembina kepada semua pihak dalam penerapan ISO 14001 di Indonesia. Peran motor penggerak diharapkan dapat dilanjutkan oleh dunia usaha itu sendiri, sesuai dengan jiwa penerapan Sistem Manajemen Lingkungan yang bersifat proaktif dan sukarela.

Dengan perannya sebagai fasilitator dalam pengembangan ISO 14000 di Indonesia, Kementerian LH menyediakan media bagi semua pihak yang berkepentingan untuk aktif dalam program pengembangan standar ISO 14000, yaitu melalui Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 (Pokjanas ISO 14000). Kelompok kerja tersebut sampai saat ini masih aktif dalam melaksanakan diskusi-diskusi membahas penerapan standar ISO 14000. Sekretariat Pokjanas ISO 14000 tersebut difasilitasi oleh Kementerian LH cq. Asisten Deputi Urusan Standarisasi dan Teknologi.

Untuk menfasilitasi penerapan standar ISO 14001 di Indonesia dan mempermudah penerapan dilapangan serta untuk menyamakan persepsi mengenai pelaksanaannya, maka Kementerian LH bekerjasama dengan BSN telah melakukan adopsi terhadap beberapa Standar Internasional ISO 14000 menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar yang telah diadopsi tersebut diantaranya :

1.Sistem Manajemen Lingkungan-Spesifikasi dengan Panduan Penggunaan (SNI 19-14001-1997)2.Sistem Manajemen Lingkungan-Pedoman Umum Prinsip Sistem dan Teknik Pendukung (SNI 19-14004-1997)3.Pedoman Audit Lingkungan-Prinsip Umum (SNI 19-1410-1997)4.Pedoman Untuk Pengauditan Lingkungan - Prosedur Audit - Pengauditan Sistem Manajemen Lingkungan (SNI 19-14011-1997)5.Pedoman Audit untuk Lingkungan – Kriteria Kualifikasi untuk Auditor Lingkungan (SNI 19-14012-1997)

Standar ISO 14001 ternyata mendapat sambutan positif dari kalangan industri di Indonesia. Sejak ditetapkannya ISO 14001 menjadi standar internasional dan diadopsi menjadi SNI 19-14001-1997 sampai saat ini tercatat lebih dari 248 (dua ratus empat puluh delapan[1]) sertifikat ISO 14001 untuk berbagai unit organisasi perusahaan di Indonesia yang dengan sukarela menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001. Kecenderungan peningkatan penerapan Standar ISO 14001 dapat menjadi salah satu indikator peningkatan kesadaran industri terhadap pengelolaan lingkungan. Faktor pendorong yang lain adalah antisipasi industri terhadap potensi adanya persyaratan dagang dan industri yang diwajibkan oleh “buyer” untuk menerapkan ISO

Page 3: MANAJEMEN LINGKUNGAN

14001. Selain kedua hal di atas, penerapan ISO 14001 juga di pacu oleh adanya program internal dari beberapa “holding company” untuk menerapkan ISO 14001 pada anak perusahaannya.

Sumber :http://www.menlh.go.id/ekolabel-sml/sml/index.php?option=content&task=view&id=20&Itemid=22 Mei 2006

Sumber Gambar:http://www.dqschile.com/futuretense_cs/dqs/files/Grafiken/UMS_Baum_Eng.gif Diposkan oleh aa kumis di 16:45 0 komentar

Manajemen Lingkungan, ISO 14000 dan AMDAL

Konsep Umum

Banyak pendekatan yang dibuat untuk mengelola lingkungan baik di tingkat perusahaan maupun pemerintah, diantaranya adalah Environmental Management System (EMS). EMS adalah siklus berkelanjutan dari kegiatan perencanaan, implementasi, evaluasi dan peningkatan proses, yang diorganisasi sedemikian sehingga tujuan bisnis perusahaan/pemerintah dan tujuan lingkungan padu dan bersinergi. • Perencanaan, meliputi identifikasi aspek lingkungan dan penetapan tujuan (goal) • Implementasi, termasuk pelatihan dan pengendalian operasi; • Pemeriksaan, termasuk monitoring dan pemeriksaan hasil kerja; • Evaluasi, termasuk evaluasi kemajuan kerja dan perbaikan sistem.

Penerapan EMS

EMS yang efektif, dibangun pada konsep TQM (Total Quality Management), misalnya pada ISO 9000. Untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan, organisasi tidak hanya tahu apa yang terjadi, tetapi juga harus tahu mengapa terjadi. Kebanyakan penerapan EMS (termasuk didalamnya ISO 14001), akan sukses jika : • didukung oleh manajemen puncak • fokus pada peningkatan berkelanjutan • sederhana, fleksibel dan dinamis mengikuti perubahan lingkungan • cocok dengan budaya organisasi • kepedulian dan keterlibatan semua pihak

Manfaat EMS

Walaupun penerapan EMS memerlukan biaya dan waktu, namun manfaat yang bisa dipetik diantaranya : • meningkatkan kinerja lingkungan

Page 4: MANAJEMEN LINGKUNGAN

• mengurangi/menghilangkan keluhan masyarakat terhadap dampak lingkungan • mencegah polusi dan melindungi sumber daya alam • mengurangi resiko • menarik pelanggan dan pasar baru (yang mensyaratkan EMS) • menaikkan efisiensi/mengurangi biaya • meningkatkan moral karyawan • meningkatkan kesan baik di masyarakat, pemerintah dan investor • meningkatkan tanggung jawab dan kepedulian karyawan terhadap lingkungan

ISO 14000

ISO (International Organization for Standardization), merupakan organisasi non pemerintah, yang berlokasi di Geneva, Switzerland. ISO memperkenalkan dan mengembangkan standar internasional, seperti seri ISO 9000 dan ISO 14000. ISO 9000 mengenai pengelolaan kualitas (quality management), sedangkan ISO 14000 mengenai pengelolaan lingkungan (environmental management). Aktivitas yang menggunakan standar ISO 14000 menghendaki aktivitas pengurangan dampak merugikan terhadap lingkungan dan peningkatan menerus terhadap kinerja lingkungan.

AMDALAMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment) merupakan perangkat analisis untuk menilai suatu kegiatan (proposal kegiatan) tidak berdampak merugikan lingkungan, seperti pada kesehatan, flora, fauna, tata guna lahan, ekonomi, budaya dan sosial.

Amdal juga merupakan sebuah proses perencanaan yang digunakan untuk menghitung, memprediksi dan menganalisis dampak nyata dari sebuah proposal (rencana pembangungan) terhadap lingkungan serta untuk menyediakan informasi yang bisa digunakan dalam proses pengambilan keputusan apakah proposal tersebut akan disetujui atau tidak.

Proses AMDAL terdiri dari penyaringan, scoping, pengkajian, mitigasi , pelaporan, peninjauan, pengambilan keputusan , pengawasan dan manajemen dan partisipasi publik.

Sumber :http://www.kitada.eco.tut.ac.jp/pub/member/asep/plo/manajemen.html22 Mei 2008 Diposkan oleh aa kumis di 16:40 0 komentar

Komintmen Pada Lingkungan (PT Coca-Cola Bottling Indonesia)

Bisnis kami tak lain adalah menghadirkan saat-saat menyegarkan yang unik dan memuaskan konsumen. Kami sangat terpacu untuk melahirkan semangat serupa terhadap usaha-usaha kami yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Ini berarti, upaya berkesinambungan untuk menggali cara-cara baru dan lebih baik untuk meningkatakan kinerja kami di bidang pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.

Page 5: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Sebelum membuang limbah ke sungai, kami mengolah limbah sehingga tidak merusak biota sungai.

Kami menyadari bahwa masalah yang berkaitan dengan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja senantiasa mengalami perubahan sejalan dengan pengertian kami terhadap masalah-masalah tersebut yang juga berkembang dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, kami mengembangkan suatu sistem komprehensif yang mengacu pada standar internasional, termasuk di dalamnya ISO 14001, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Semua pabrik melaksanakan audit secara berkala dan menjalankan praktek-praktek terbaik di bidang perlindungan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja - mulai dari pengelolaan dan pemanfaatan kembali limbah produksi hingga berbagai program kesehatan dan keselamatan kerja.

Selain senantiasa berupaya meraih kepuasan dengan melakukan hal-hal yang terbaik, tanggung-jawab kami juga tertuju pada masyarakat Indonesia yang kehidupannya kami sentuh setiap hari. Tanggung jawab tersebut meliputi komitmen dalam menjalankan usaha dengan cara-cara yang menjaga kelestarian lingkungan dan menunjang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan-karyawan kami di tempat kerja.

KEBIJAKAN LINGKUNGAN

PT Coca-Cola Bottling Indonesia memiliki komitmen untuk senantiasa memahami, mencegah dan memperkecil setiap dampak buruk terhadap lingkungan sehubungan dengan kegiatan produksi minuman ringan, serta terus berupaya memberikan pelayanan dan produk berkualitas yang diharapkan konsumen maupun pelanggan, dan menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi seluruh karyawan.

Kita yakin bahwa seluruh karyawan PT Coca-Cola Botting Indonesia dan setiap orang yang tergabung di dalam perusahaan, serta semua mitra kerjanya, bersama-sama memainkan peranan penting dalam menerapkan kebijakan Perusahaan di bidang perlindungan lingkungan ini. Untuk itulah maka kita berupaya membekali para karyawan agar mampu melibatkan diri mereka sepenuhnya.

Kami akan: berusaha sebaik mungkin mencapai kinerja di bidang perlindungan lingkungan dengan memenuhi persyaratan dari The Coca-Cola Company dan Peraturan Perundangan yang berlaku;1. Senantiasa memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan dalam menyusun Business Plan (Perencanaan Bisnis) untuk memastikan bahwa pengelolaan masalah lingkungan selalu menjadi bagian yang integral dari Operasi Perusahaan;2. Menerapkan dan mempertahankan sistem manajemen lingkungan terprogram, serta terus menerus menyempurnakan dan meninjaunya agar senantiasa sejalan dengan operasi perusahaan;3. Mendorong dan membekali karyawan agar mampu mengenali, memahami dan bertindak pada setiap peluang yang ada untuk mencegah dan memperkecil setiap dampak negatif yang

Page 6: MANAJEMEN LINGKUNGAN

berpotensi menimbulkan masalah lingkungan;4. Mengembangkan dan menerapkan cara-cara meningkatkan efisiensi pemakaian sumber daya, termasuk energi, bahan kimia, air, kemasan dan bahan baku lainnya;5. Medapat mungkin mencegah, mengurangi, menggunakan kembali dan mengolah semua limbah yang ditimbulkan di dalam area kita sendiri, serta menjamin prosedur pembuangan limbah tersebut dengan cara yang aman dan berdampak yang seminimal mungkin; dan6. Meminta para pemasok dan rekanan bisnis agar memenuhi standar pengelolaan lingkungan yang setara dengan yang kita anut.

Sumber :http://www.coca-colabottling.co.id/ina/ourcompany/index.php?act=environmental Diposkan oleh aa kumis di 16:11 0 komentar

Pengelolaan Lingkungan Hidup (PT Pusri)

Komitmen untuk melaksanakan kegiatan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan diwujudkan melalui pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien.

Mengambil contoh pengendalian limbah pabrik, Perusahaan telah menerapkan pengurangan jumlah limbah yang dibuang ke media lingkungan berdasarkan empat prinsip, yaitu: pengurangan dari sumber (reduce), sistem daur ulang (recycle), pengambilan (recovery) dan pemanfaatan kembali (reuse) secara berkelanjutan menuju produksi bersih.

Untuk mencapai sasaran tersebut, PT Pusri juga telah mengadopsi Sistem Manajemen Lingkungan ISO-14001 dengan melibatkan seluruh karyawan untuk berperan aktif dalam melakukan penyempurnaan mutu lingkungan.

Di dalam UU No.4 th.1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengertian pembangunan berwawasan lingkungan dijelaskan sebagai upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.

Pengertian mnggunakan dan mengelola sumberdaya alam secara bijaksana berarti senantiasa memperhitungkan dampak kegiatan tersebut terhadap lingkungan serta kemampuan sumber daya untuk menoopang pembangunan secara berkesinambungan.

Dalam hal pembangunan industri tentunya tidak terlepas dari pengertian dan batasan seperti di atas. UNIDO mengusulkan definisi Pembanguna Industri yang berwawasan lingkungan sebagai "Ecologically Sound and Sustainable Industrial Development" (ESSID) yaitu pola industrialisasi untuk meningkatkan kemakmuran generasi sekarang dan generasi yang akan datang tanpa merusak proses dasar ekologi.

Sesuai dengan pasal 21 UU No.5 th.1984, Tentang Perindustrian, pengembangan industri nasional yang kita anut adalah pengembangan industri yang berwawasan lingkungan.

Adalah merupakan kebijakan PT Pusri untuk selalu memberikan prioritas terhadap pengelolaan

Page 7: MANAJEMEN LINGKUNGAN

lingkungan hidup dalam semua kegiatan operasi perusahaan, guna mendukung prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Dalam hal aspek fisik kimia, PUSRI dengan segala kemampuannya akan terus menekan jumlah limbah dan meningkatkan mutu pengolahan limbah serta pengawasannya sampai pada tingkat yang lebih baik dan sesuai dengan peraturan dan baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Selain itu adanya kebijaksanaan untuk selalu memelihara hubungan yang sehat dan harmonis dengan masyarakat sekitarnya dan membantu pemerintah setempat dalam pelaksanaan PROKASIH sungai Musi.

Di dalam melaksanakan kebijaksanaan perusahaan tersebut, berbagai strategi telah ditetapkan guna mengintensifkan pengelolaan lingkungan melalui pendekatan yaitu pendelatan teknologi, pendekatan institusional dan pendekatan sosial ekonomi dan budaya.

Pendekatan TeknologiSejalan dengan meningkatnya pengetahuan dan pengalaman Pusri yang didukung oleh perkembangan teknologi pengendalian limbah, maka upaya pengendalian limbah terus disempurnakan melalui penerapan "best practice technology" berdasarkan prinsip :Mengatasi limbah dari sumbernyaMengupayakan proses daur ulang yang maksimalPemanfaatan limbah untuk proses lainSunstitusi bahan dengan bahan yang non B3Mengolah limbah sebelum dibuang ke lingkungan.

Pendekatan InstitusionalGuna meningkatkan mekanisme pengelolaan lingkungan, maka di dalam organisasi PT Pusri telah dibentuk Dinas Teknik Lingkungan yang berada di bawah Departemen Teknik Produksi yang mengintegrasikan penerapan aspek lingkungan ke dalam teknologi proses dan menangani permasalahan pengelolaan lingkungan dengan menerapkan ISO-14000, serta melakukan pengawasan pelaksanaan aturan (Standard, Code, Peraturan Pemerintah) tentang keselamatan lingkungan untuk mendapatkan jaminan keamanan lingkungan, serta bekerjasama dengan unit kerja terkait melaksanakan usaha pengendalian terhadap dam[ak yang itmbul dengan prinsip meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif.

Pendekatan SosekbudUsaha pembinaan wilayah dan aspek sosekbud dilakukan melalui pendekatan yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan Bina Lingkungan khususnya terhadap warga sekitar kompleks Industri PT Pusri. Kegiatan ini pula pada dasarnya lebih mengarah kepada peningkatan dan pengembangan dampak positif dari adanya kegiatan PT Pusri.

Sumber :http://www.pusri.co.id/index0603.php Diposkan oleh aa kumis di 16:03 0 komentar

Page 8: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Sosialisasi Program Manajemen Lingkungan Berorientasi Keuntungan (MeLOK) di Pekanbaru

Sosialisasi program Manajemen Lingkungan Berorientasi Keuntungan (MeLOK) telah diadakan di kantor PPLH Regional Sumatera, Pekanbaru Riau pada tanggal 13 Mei 2009. Acara sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran dari pihak industri bahwa mengelola lingkungan tidak hanya merupakan sumber pengeluaran, namun juga dapat menghasilkan keuntungan. Kegiatan yang diselenggarakan oleh PPBN bekerjasama dengan PPLH Regional Sumatera ini dihadiri oleh peserta dari beberapa industri besar di wilayah Sumatera antara lain:

PT. Semen Padang, Sumatera Barat (semen)PT. Pupuk Iskandar Muda, DI.Aceh (pupuk)PT. Pupuk Sriwijaya, Sumatera Selatan (pupuk)PT. Salim Ivomas Pratama, Riau (kelapa sawit)PT. Socfindo, Sumatera Utara (kelapa sawit)PT. Asian Agri Group, Riau (kelapa sawit)PT. RAPP, Riau (pulp & paper)PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate, Sumatera Utara (karet)PT. Perkebunan Nusantara 5, Riau (kelapa sawit & karet)

MeLOK merupakan salah satu perangkat produksi bersih yang diperkenalkan PPBN kepada industri agar mampu mengelola lingkungan sekaligus mendapatkan keuntungan finansial dan organisasi pada perusahaan secara berkelanjutan. Acara yang dilaksanakan selama 1 hari tersebut diisi oleh narasumber dari PPBN dan PT. Intercallin yang merupakan salah satu industri yang telah sukses menerapkan MeLOK. Acara tersebut mendapatkan antusias dari peserta industri untuk meminta informasi lebih lanjut dan konsultasi dari PPBN mengenai penerapan MeLOK di industrinya.

Sumber :http://ppbn.or.id/site/index.php?modul=detail&catID=6&key=16619 Mei 2009 Diposkan oleh aa kumis di 15:59 0 komentar

Manajemen Lingkungan Pabrik Cirebon (Indocement)

Ringkasan Eksekutif:

Pabrik Cirebon (Palimanan) mempertahankan akreditasi ISO 14000:1996 Sistem Manajemen Lingkungan untuk mengelola dampak buruk terhadap lingkungan sekitar dan masyarakat yang disebabkan oleh produksi semen. Perusahaan turut berpartisipasi dalam Program Langit Biru dan Program Proper, yang keduanya digagas oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kondisi lingkungan di Indonesia. Pabrik Citeureup memenuhi komitmen pengembangan pengawasan dan manajemen lingkungan sesuai dengan penilaian terhadap dampak lingkungan pada dokumen Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pengawasan Lingkungan (RPL).

Page 9: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Rencana Kelola Lingkungan terdiri atas beberapa program manajemen lingkungan dan masyarakat yang diterapkan di Pabrik Citeureup. Termasuk juga manajemen respon terhadap perubahan yang berhubungan dengan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih.

Pabrik Cirebon yang dioperasikan oleh Indocement, terdiri atas 2 (dua) tanur dan menempati lahan seluas 470 hektar termasuk lahan tambang.

Pabrik ini berlokasi sekitar 20km barat Cirebon untuk mensuplai kebutuhan semen di daerah Jawa Barat dan sekitarnya. Proses produksi semen terdiri atas penambangan bahan baku, penggilingan, pengeringan, tanur pembakaran, pendinginan, penggilingan akhir, pengantongan dan pengiriman. Bahan baku utama adalah batu kapur, tanah liat, pasir silika dan pasir besi.

Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) terdiri termasuk atas pengenalan bahan aditif untuk penggilingan akhir, dan penggunaan bahan bakar alternatif. Beberapa bahan bakar alternatif yang dipertimbangkan seperti Biomas, ban bekas, oli bekas, plastik, kertas, tekstil, dan lainnya. Penggunaan beberapa jenis bahan bakar ini dimaksudkan untuk keperluan penelitian dan perijinan dari pemerintah.

Emisi gas dan debu diakui sebagai dampak utama terhadap lingkungan pada industri semen. Tantangan sosial muncul dari suatu kebutuhan sejumlah karyawan dan kebutuhan dari area penambangan. Penanganan material menyebabkan peningkatan tekanan pada infrastruktur transportasi setempat. Perubahan proses yang disebabkan proyek MPB mungkin akan dirasakan buruk dan merusak lingkungan.

Garis besar Rencana Kelola Lingkungan adalah serangkaian Rencana Pengawasan dan Mitigasi Dampak yang ditujukan pada lingkungan dan tantangan sosial. Rencana itu terdiri atas:

Udara, bising dan getaranAir Permukaan dan Air TanahTanah dan TopografiFlora dan FaunaMaterial Berbahaya/BekasKeselamatan dan Kesehatan PekerjaKonsultasi masyarakat dan PartisipasiProgram Pengembangan Masyarakat:Pendidikan Sosial BudayaInfrastrukturEkonomiKesehatan Masyarakat

Implementasi dari Rencana Kelola Lingkungan termasuk dalam ISO 14000 yang berakreditasi Sistem Manajemen Lingkungan Garis besar Sistem Manajemen Lingkungan adalah bertujuan dan berwawasan lingkungan, kebutuhan institusional, kewajiban dan tanggung jawab, begitu juga dengan kebutuhan akan sumber daya manusia dan finansial.

Page 10: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Sumber :http://www.indocement.co.id/new_id/env-emp-crb.asp13 November 2009 Diposkan oleh aa kumis di 15:57 0 komentar

Rusaknya Manajemen Lingkungan Kita

RUSAKNYA manajemen lingkungan kita! Itulah kalimat yang terlintas dalam benak saya. Tampaknya kita sepele mendengar, dan melihat kata, seperti kata lingkungan. Namun di balik kata lingkungan itu, mengandung sejuta makna yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan dan keberlangsungan hidup umat manusia. Segala sesuatunya sangat erat kaitannya dengan lingkungan..

Bahkan menurut Bloom, derajat kesehatan terdiri dari empat faktor yakni lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik. Jadi semua tindak dan tanduk manusia berawal dari lingkungan.

Dewasa ini, beberapa media menayangkan banjir yang ada di Kota Jakarta, Semarang dan tragedi yang tidak diinginkan yang terjadi di Situ Gintung, di wilayah Tangerang, Banten. Betapa sedihnya melihat saudara kita yang terkena musibah ini.Mereka yang ditanyai komentar, hanya menjawab dan meminta pertanggungjawaban pemerintah. Seolah–olah pemerintah yang harus menjaga kebersihan dan harus memadai dan membenahi lingkungan mereka. Dari segi bantuan, baiklah pemerintah yang harus menolong dan memberi subsidi kepada rakyat yang terkena musibah.

Namun di Situ Gintung, beberapa warga mengaku sudah melaporkan kejadian ini kepada pemerintah daerah mengenai Tanggul yang mereka minta segera diperbaiki. Tetapi lagi-lagi kesiapan pejabat berwenang kurang sigap dalam menanggapi keluhan warga dan tidak dapat merealisasikannya. Lagi dan lagi rakyat selalu kena tipu dengan muslihat pejabat yang seyogianya dipilih oleh rakyat.

Seperti sekarang ini, banyaknya janji–janji partai politik yang membawakan thema “perubahan” untuk rakyat. Setelah kejadian di Situ Gintung banyaknya partai politik yang menawarkan bantuan untuk rakyat. Semoga saja pesta demokrasi nanti, rakyat harus paham dengan siapa yang dipilihnya.

Kalau kita sadari lingkungan harus erat kaitannya dengan individu itu sendiri karena, merekalah yang harus menjaga dan melestarikannya, supaya kesehatan lingkungan menjadi optimal.

Klasifikasi Pencemaran Lingkungan

Dengan musibah banjir yang dirasakan saudara kita yang ada di Jakarta dan di Semarang, merupakan hasil dari pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan sendiri terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Antara lain pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah.Dengan keadaan pencemaran lingkungan ini, maka kualitas yang ada di lingkungan kita menjadi

Page 11: MANAJEMEN LINGKUNGAN

menurun. Sejatinya pencemaran lingkungan ini akan mempercepat kita untuk mengakhiri hidup kita di bumi ini, dan dapat membunuh kehidupan anak dan cucu kita nantinya.

Pencemaran Udara

Sebelum kita memulai tahapan pencemaran lingkungan yang terklasifikasi, yang pertama pencemaran udara. Pencemaran udara sering dari kita mungkin sudah dan atau sering terpapar dengan gas pencemar udara yang mungkin ada di sekitar tempat tinggal kita, dan pengalaman ini mungkin sudah pernah atau sering kita jumpai di lingkungan kita sendiri.

Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat–zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Gas–gas pencemar udara utama adalah karbon monoksida (CO), karbon diosida (CO2), nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur monoksida (SO), sulfur dioksida (SO2).

Pencemaran udara yang dihasilkan melalui kegiatan manusia adalah transportasi, industri, pembangkit listrik, pembakaran (perapian, kompor, furnace, insenerator dengan berbagai jenis bahan bakar), gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC= Clour Flour Carbon).

Pencemaran Air

Setelah pencemaran udara, kita juga dapat menjumpai pencemaran air yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Dan pencemaran air sangat sering tejadi di lingkungan kita sendiri, bahkan kita mengabaikan kesehatan kualitas air yang ada di lingkungan kita. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan, air tanah akibat aktivitas dan ulah manusia.Pencemaran air sering di jumpai di wilayah industri yang membuang limbahnya dengan berbagai macam polutan seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Contoh dari pencemaran air, pada air comberan dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak buruk pada seluruh ekosistem yang ada di air.Pencemaran Tanah

Yang terakhir mengenai pencemaran tanah. Pencemaran tanah merupakan keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran tanah ini merupakan hasil kegiatan manusia yang mencemari tanah yakni dari tempat penimbunan sampah, serta limbah industri yang dibuang langsung ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Penutup

Pencemaran lingkungan yang kita bahas yakni pencemaran udara, pencemaran air dan

Page 12: MANAJEMEN LINGKUNGAN

pencemaran tanah. Sebagai warga negara dan umat manusia yang baik, marilah kita menjaga kebersihan lingkungan kita. Kita dapat mencegah serta dapat meminimalisir supaya tidak terjadi pencemaran lingkungan baik udara, air, dan tanah.Penanganan untuk pencemaran udara dapat kita lakukan yakni dengan penghijauan, penggunaan energi yang efisien, mengurangi emisi kendaraan dan industri, serta peran serta masyarakat dan instansi pemerintah terkait.

Penanganan dari pencemaran air dapat kita lakukan yakni bagi rumah tangga menggunakan deterjen secukupnya, dan memilah sampah organik dari sampah anorganik, setiap pabrik dan kegiatan industri sebaiknya memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Penanganan dari pencemaran tanah dapat kita lakukan penanganan remediasi dan bioremediasi. Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).

Jadi marilah kita jaga kelestarian lingkungan kita dengan sebaik-baiknya. Supaya kita warisi kehidupan kita kepada anak dan cucu kita kelak. Dan jangan pilih caleg yang merusak lingkungan.

Sumber :M Iqbal Rizky Lbs AmKepPenulis adalah mahasiswa ekstension S-1, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)http://www.medanbisnisonline.com/2009/04/06/rusaknya-manajemen-lingkungan-kita/6 April 2009 Diposkan oleh aa kumis di 15:51 0 komentar Posting Lama Beranda Langgan: Entri (Atom)

Free Music

Manajemen Lingkungan

Bapedal DKI Dept of Env Mng - State of Rhode Island Env Mng - AAU GEMI GIS for Env Mng Inst of Env Mng & Ass ISO 14000 ISO 14000 / ISO 14001 Env Mng Guide

Page 13: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Meneg LH Mining Env Mng Mnj Lingk - KLH NAEM

About Me

aa kumis Lihat profil lengkapku

Blog Archive

▼   2009 (17) o ▼   November (17)

Perkembangan Program SML ISO 14001 di Indonesia Manajemen Lingkungan, ISO 14000 dan AMDAL Komintmen Pada Lingkungan (PT Coca-Cola Bottling I... Pengelolaan Lingkungan Hidup (PT Pusri) Sosialisasi Program Manajemen Lingkungan Berorient... Manajemen Lingkungan Pabrik Cirebon (Indocement) Rusaknya Manajemen Lingkungan Kita Pelatihan Sistem Manajemen Lingkungan (Environment... Audit Sistem Manajemen Lingkungan Dokumentasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Analisa Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000 dan ... Identifikasi Dorongan Manajemen Lingkungan dan Man... Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Di... Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004 Sistem Manajemen Lingkungan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Proper K...

 Design by: FinalSense

Page 14: MANAJEMEN LINGKUNGAN
Page 15: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelang-sungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.Pembangunan Berkelanjutan yang Berwa-wasan Lingkungan Hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.Ekosistem adalah tatanan unsure lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuk menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup adalah rangkaian untuk memelihara kelang-sungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendu-kung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.Pelestarian Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.Pelestarian Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya.Sumber Daya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam, baik hayati maupun non hayati, dan sumber daya buatan.Mutu Lingkungan Hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan ling-kungan hidup tidak bisa berfungsi lkagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.Dampak Lingkungan Hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Page 16: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelang-sungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.Pembangunan Berkelanjutan yang Berwa-wasan Lingkungan Hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.Ekosistem adalah tatanan unsure lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuk menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup adalah rangkaian untuk memelihara kelang-sungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendu-kung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.Pelestarian Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.Pelestarian Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya.Sumber Daya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam, baik hayati maupun non hayati, dan sumber daya buatan.Mutu Lingkungan Hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan ling-kungan hidup tidak bisa berfungsi lkagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.Dampak Lingkungan Hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

ringkasringkas

Jan 26th

Page 17: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Posted by industri16victor in ringkasan modul

No comments

Pemantau Kualitas Udara

Sebagai kunci dari prioritas pemantauan zat polutan adalah resikonya terhadap kesehatan manusia. Beberapa Kasus Yang Telah dimonitor :. Beijing, dalam musim dingin yang berat, dimana sumber polusi udara berasal dari pemanasan rumah-rumah, dengan penduduknya yang sangat padat (27000/km2 ditahun 1990) sebagai bahan bakar utama adalah arang batubara yang mempunyai konsentrasi SO2,SPM dan CO yang tinggi.. Pemantauan kualitas udara di India yang dipantau oleh jaringan NEER (National Environmental Engineering Research Institute),sebagai parameter adalah ; SPM,SO2,NO2,HS, dan O3 yang berasal dari daerah – daerah industri.. Kairo, debu yang terkira banyaknya, dengan iklim gurun dan panas tinggi, curah hujan hanya 22mm rata-rata pertahunnya GMS memantau TSP(500-1100 ug/m3) dan SPM. Emisi berasal dari proses pembakaran,industri, pabrik semen dan lainnya. Emisi asap mobil diestimasi sampai 1200 ton/tahun. Dijumpai lebih dari 450 pabrik industri metal, keramik, gelas,testil dan plastik.Banyak kota-kota besar didunia kualitas udaranya memburuk karenatercemar oleh: zat-zat pencemar yang sumbernya berasal dari pabrik-pabrik industri, kendaraan bermotor, proses pembakaran, pembuangan limbah padat. Zat-zat pencemar yang paling sering dijumpai adalah: SO2, NO dan NO2, Pb, SPM, O3 dan CO. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi dan transport zat polutan ini adalah: letak topografi daerah, intensitas dan pemaparan, arah angin, suhu dan cuaca. Dampak yang paling utama adalah terhadap kesehatan manusia terutama pada sistem pernapasan, pembuluh darah, persarafan, hati dan ginjal.

ringkasringkas

Jan 26th

Posted by industri16victor in ringkasan modul

No comments

Dampak Polusi Udara

Dampak memberikan pengaruh yang merugikan bagi kesehatan manusia, bukan saja dengan terhisap langsung, tetapi juga dengan cara-cara pemaparan lainnya seperti: meminum air yang terkontaminasi dan melalui kulit. Umumnya sebagian besar zat-zat polutan udara ini langsung mempengaruhi sistem pernafasan dan pembuluh darah. Ozon dapat mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan dan penyebab sakit kepala. CO beraffianitas tinggi terhadap Hb sehingga mampu mengganti O2 dalam darah yang menuju ke sistem pembuluh darah dan jantung serta persarafan.Pb menghambat sistem pembentukan Hb dalam darah merah, sumsumtulang, merusak fungsi hati dan ginjal dan penyebab kerusakan syaraf. Pengaruh-pengaruh langsung dari polusi udara terhadap kesehatan manusia tergantung pada; intensitas dan lamanya pemaparan, juga status kesehatan penduduk yang terpapar.

Page 18: MANAJEMEN LINGKUNGAN

ringkasringkas

Jan 26th

Posted by industri16victor in ringkasan modul

No comments

manajemen lingkunganSistem manajemen lingkungan memberikan mekanisme untuk mencapai dan menunjukkan performasi lingkungan yang baik, melalui upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa.Sistem tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan dan peningkatan performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk memenuhi persyaratan peraturan lingkungan hidup dari Pemerintah.Agar dapat dilaksanakan secara efektif, sistem manajemen lingkungan harus mencakup beberapa unsur utama sebagai berikut :. Kebijakan Lingkungan : pernyataan tentang maksud kegiatan manajemen lingkungan dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mencapainya.. Perencanaan : mencakup identifikasi aspek lingkungan dan persyaratan peraturan lingkungan hidup yang bersesuaian, penentuan tujuan pencapaian dan program pengelolaan lingkungan.. Implementasi : mencakup struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab, training, komunikasi, dokumentasi, kontrol dan tanggap darurat.. Pemeriksaan reguler dan Tindakan perbaikan : mencakup pemantauan, pengukuran dan audit.. Kajian manajemen : kajian tentang kesesuaian daan efektivitas sistem untuk mencapai tujuan dan perubahan yang terjadi diluar organisasi (Bratasida, 1996).

ringkasringkas

Jan 26th

Posted by industri16victor in ringkasan modul

No comments

ISO

Untuk menfasilitasi penerapan standar ISO 14001 di Indonesia dan mempermudah penerapan dilapangan serta untuk menyamakan persepsi mengenai pelaksanaannya, maka Kementerian LH bekerjasama dengan BSN telah melakukan adopsi terhadap beberapa Standar Internasional ISO 14000 menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar yang telah diadopsi tersebut diantaranya :

1.Sistem Manajemen Lingkungan-Spesifikasi dengan Panduan Penggunaan (SNI 19-14001-1997)2.Sistem Manajemen Lingkungan-Pedoman Umum Prinsip Sistem dan Teknik Pendukung (SNI

Page 19: MANAJEMEN LINGKUNGAN

19-14004-1997)3.Pedoman Audit Lingkungan-Prinsip Umum (SNI 19-1410-1997)4.Pedoman Untuk Pengauditan Lingkungan – Prosedur Audit – Pengauditan Sistem Manajemen Lingkungan (SNI 19-14011-1997)5.Pedoman Audit untuk Lingkungan – Kriteria Kualifikasi untuk Auditor Lingkungan (SNI 19-14012-1997)

12 3 4 5 » 10 ...Last »

o Recent comments o Popular posts o Archives o Tags o Categories o kumpulan artikel (12) o pemahaman jurnal (6) o pertanyaan dan catatan (50) o presentasi (4) o ringkasan modul (51) o Uncategorized (4)

o My latest tweets

WordPress 97164 followers

o Elance declares WordPress "The Undisputed Champ of Content" http://wp.me/p6aDv-kv about 1 week ago

o @joshbetz Patches welcome, if you have the skills!about 1 week agoo @pricelessjunk For future reference, that's @wordpressdotcom. @wordpress is

the open source project.about 1 week agoo @mrsdexter FYI, it's on @wordpressdotcom. @wordpress is the open source

project.about 1 week ago

Search

Page 20: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Follow me on Twitter!

User Login

User

Password

Remember me

Registero Lost your password?

Blogrollo Documentation o Plugins o Suggest Ideas o Support Forum o Themes o Universitas Mercu Buana o WordPress Blog o WordPress Planet

Login

http://industri16vi

Page 21: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Penambangan Batu Kapur

Penambangan Batu Kapur

Pegunungan kapur merupakan gejala khas di daerah Karst. Daerah kapur ini tersusun dari batuan kapur (lime stone) dengan mineral penyusun utamanya adalah kalsium karbonat (CaCO3). Batuan kapur tergolong batuan sedimen yang dalam pembentukannya dipengaruhi oleh peranan organisme. Organisme yang dimaksud adalah organisme laut, yakni binatang karang. Dengan demikian daerah kapur itu sebelumnya merupakan laut. Daerah kapur sebagai batuan sedimen, biasanya kaya akan fosil.Di pulau Jawa, khusunya di Jawa Timur, dikelompokkan menjadi tiga rangkaian pegunungan kapur. Pegunungan kapur tersebut adalah pegunungan Kapur Utara, pegunungan Kapur Tengah yang sering disebut pegunungan Kendeng, dan pegunungan Kidul (pegunungan Kapur Selatan).

Foto yang terpampang di atas adalah bagian kecil dari rangkaian pegunungan Kidul, tepatnya di daerah Malang Selatan. Gambar tersebut merupakan wujud pemanfaatan batuan kapur sebagai bahan galian. Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1976 tentang Pertambangan, batu kapur sebagai bahan galian termasuk dalam bahan galian golongan C. Berdasarkan yang mengusahakan penambangan batuan kapur ini diusahakan oleh rakyat.

Dalam melakukan penambangan kapur, masyarakat setempat bekerja secara berkelompok antara tiga sampai sepuluh orang. Peralatan yang digunakannya hanya peralatan-peralatan sederhana, yakni cangkul, ganco, linggis, dan beberapa peralatan bantu lainnya. Biasanya mereka bekerja mulai dari pagi, sekitar pukul 8.00 sampai senja hari (sekitar pukul 17.00).

Walau dengan menggunakan alat sederhana dan seadanya, namun mereka mampu dan berani merobohkan batuan kapur yang terjal nan kokoh ini. Pelan tetapi pasti, bukit kapur berketinggian lebih dari 750m di atas permukaan laut ini roboh dan hancur. Apakah ada dampak ekologis? Jelas ada tentunya. Solum tanah yang relatif tipis (5cm-10cm) akan semakin mudah terkoyak dan yang tersisa adalah pemandangan yang gersang. Belum lagi dampak runtuhnya batuan kapur pada areal pertambangan.

Sebenarnya yang mereka cari adalah bongkahan-bongkahan batu kapur yang biasanya untuk

Page 22: MANAJEMEN LINGKUNGAN

pondasi bangunan atau untuk pengeras jalan, di samping kalau kualitas kapurnya bagus biasanya akan menjadi bahan mentah dalam industri gamping. Hasilnya tidak seberapa. Pendapatan mereka setiap hari berkisar sekitar Rp 30.000,- sampai Rp 75.000,-

Page 23: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Pabrik Semen Datang, Karst Tuban Hilang

by SAGA KBR68H on Thursday, March 11, 2010 at 9:49amTuban di Jawa Timur adalah wilayah yang kaya karst, alias pegunungan kapur. Tapi puluhan ribu hektar diantaranya sudah habis dikeruk, untuk bahan baku semen. Di sana berdiri Pabrik Semen Gresik, juga 60 perusahaan penambangan batu kapur. Satu per satu, dampak buruk penambangan karst mulai muncul. Banjir, kekeringan serta menjangkitnya penyakit karena nyamuk, menjadi pengalaman baru bagi warga setempat. Namun izin pendirian pabrik semen terus dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Tuban demi menggenjot pemasukan daerah. Kontributor KBR68H Didi Syahputra berbincang dengan warga sudah merasakan akibat menghilangnya karst dari Tuban.

BLOK 1

[Suara orang mencangkul]

Lengan Marsudi yang kurus tampak berkilat, dibasahi keringat. Ia mengayunkan cangkulnya berkali-kali di lantai kolam ikan yang dindingnya sudah runtuh. Ia akan membongkar kolam ikannya yang hancur akibat terjangan banjir. Sebagai gantinya, ia hendak membangun kandang ternak.

[Suara air]

Banjir yang terjadi akhir Januari lalu menyebabkan 3 desa di Kabupaten Tuban, Jawa Timur tergenang. Ratusan hektar lahan pertanian rusak dan usaha kolam ikan yang dikelola warga musnah. Warga mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Salah satunya Marsudi, warga Desa Mliwang.

[( Hujan deres toyo saking etan, kidul, ler tempuk dados setunggal terus ambleg niku terus medotne blumbang wingking griyo. Total menawi nggih 18 juta, amblas punan. Kolam Nila, lele, tombro, gurame, amblas sedoyo punan. ). : Hujan deras air dari timur, utara datang jadi satu. Lantas runtuh, memutuskan kolam belakang rumah. Total mungkin sekitar 18 juta hilang. Kolam Lele, nila, tombro gurame, hilang sudah semua.]

Sementara Saniyah, warga Desa Birbin, kehilangan puluhan hektar lahan taninya. Rumah dia, juga rumah ratusan warga lainnya, rusak akibat banjir. Rumah mereka digenangi lumpur setinggi setengah meter.

( Nggak berani di rumah, jadi ya saya membuat tenda di belakang rumah....(dari apa?), dari terpal, terpal satu wong hanya untuk 2 keluarga. Kalau yang itu....anu...tempat air itu untuk persediaan)

Sekitar 30 kilomter dari desa mereka, tepatnya di Desa Margorejo, justru sebaliknya. Kekeringan. Mata air yang selama puluhan tahun jadi andalan warga, mati. Lahan pertanian

Page 24: MANAJEMEN LINGKUNGAN

kerontang. Aktivitas pertanian di Kecamatan Merakurak dan Kerek pun mandek. Di musim hujan seperti sekarang ini, warga malah kesulitan air, kata Santoso, warga Desa Margorejo.

(Saat ini warga nggak tahu lagi mas, air semua susah, kalaupun toh harus membuat sumur, minimal kedalamannya harus 40 meter. Sungai sungai yang saat ini ada itu dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga, untuk minum. Bahkan kami harus mandi bersama sapi, lembu, wedus)

Kekeringan dan banjir jadi pengalaman baru bagi warga Kabupaten Tuban bagian barat. Puluhan tahun lalu, daerah ini dikenal sebagai pemasok padi dan palawija terbesar untuk wilayah barat Jawa Timur. Kini kondisi telah berubah. Tanah di Kecamatan Merakurak, Kerek dan Jenu kering dan tandus.

Hamparan tanah milik Perhutani ini dulunya hijau kini tampak putih. Semula banyak tanaman tumbuh di sana. Kini, hanya tanah gamping sisa penambangan kapur. Penyebabnya, eksploitasi besar-besaran tanah gamping sebagai bahan baku semen, kata Edy Toyibi, Ketua Bidang Sains dan Konservasi, Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia. Speleologi adalah ilmu tentang gua dan lingkungan sekitarnya.

(Kawasan Karst sangat penting bagi kehidupan. Dari aspek hidrologi, kawasan Karst mampu menyimpan air untuk kehidupan masyarakat yang tinggal di kawasan Karst atau kawasan kapur. Di sebuah penelitian di tahun 2002, batuan kapur atau kawasan Karst itu mampu menyimpan air dalam 1 meter kubik itu 190 liter. Jadi bisa dibayangkan kalau itu tereksploitasi terus menerus oleh penambangan kecil maupun skala besar, ini akan mengurangi cadangan air di kawasan Karst )

Tergerusnya kawasan karst menyisakan tanah tandus. Setiap hujan turun, air tak bisa lagi diserap tanah. Banjir terjadi di mana-mana, menggenangi desa dan lahan pertanian. Air hujan menyisakan kubangan raksasa, di tempat bekas penambangan batu kapur, kata Edy.

( Dulu tidak seperti ini. Artinya eksploitasi tambang Semen Gresik mengubah morfologi permukaan dari tanah kapur yang semula dataran memanjang menjadi cekungan-cekungan besar. Terus tata simpan dibawah permukaan, tata simpan hidrologi sangat berpengaruh, karena dalam artian secara material eksploitasi bahan tambang Semen Gresik tersebut juga mengambil batuan batuan kapur )

Sebelum PT Semen Gresik beroperasi, warga di Tuban bagian barat kebanyakan bekerja sebagai pesanggem atau buruh tani. Mereka bercocok tanam di sekitar hutan, sekaligus mengamankan hutan dari penjarahan. Kini buruh tani jadi profesi langka. Lahan pertanian milik Perhutani telah beralih fungsi jadi area penambangan batu gamping, dan bangunan pabrik semen. Yang semula petani, kini menjadi nelayan, pedagang, tukang becak atau buruh bangunan.

Muryono, warga Desa Birbin, Kecamatan Merakurak, tak bisa lagi menyandarkan hidup keluarganya pada tanah.

(Karena ada gusuran itu jadi nggak bisa tani, makannya dari mana gitu lo. Cara menyambung hidup kan sulit kalau nggak tani. Di sana itu kan tanahnya itu kan cuma pas pasan gitu. Jadi

Page 25: MANAJEMEN LINGKUNGAN

kerjanya awak awak dewe ini cuma mengabdi disitu, kadang kadang kalau pemerintah itu anu gini nanam ini saya ikut gitu aja. Trus disuruh ini ikut gitu aja. Kepengennya kan kita ini boleh bercocok tanam di tanah milik Perhutani, di samping itu kan untuk menyambung hidup awake dewe sak keluarga gitu )

Tuban tak hanya kehilangan bentangan tanah karst. Tapi juga kehilangan puluhan gua yang indah. Pada 2000 lalu, kelompok penjelajah gua dari 6 negara Eropa mendapati belasan gua di Tuban mempunyai stalagmit dan stalaktit yang indah. Kata mereka, setara dengan Gua Mamoth di Amerika Serikat, warisan dunia versi Badan PBB, UNESCO. Namun sebagian besar telah dihancurkan untuk bahan baku semen. Kini tinggal tiga gua yang tersisa, kata Ketua LSM Cagar Tuban, Adi Waluyo.

(Keadaan hidrologi gua itu sekarang sudah menjadi semacam lorong fosil mas. Batu batu stalagtit, stalagmit itu sudah mengering semua dan coklat, dan vegetasi diatasnya sudah terekploitasi juga ke ujung lorong semua itu. Jadi intinya kalau secara hidrologi sudah mengering )

Karena gua tak lagi ada, maka kelelawar yang semula tinggal di dalamnya kehilangan rumah. Dalam siklus alam, kelelawar berperan untuk memakan nyamuk. Alhasil begitu kelelawar hilang, maka penyakit bersumber nyamuk mulai merebak. Puluhan desa di Tuban kini dinyatakan sebagai daerah endemis demam berdarah dan chikungunya. Dokter Subagyo dari RSUD Tuban mengatakan, jumlah pasien dua penyakit ini bertambah dari tahun ke tahun. Begitu pula jumlah wilayah endemis demam berdarah.

( Desa endemis dari 344 desa yang ada, ada 50 yang endemis. Yang sporadis, jadi sifatnya yang tahun ini ada kemudian tahun depan nggak ada, tahun depannya lagi ada itu 217. Untuk kecamatan, dari 24 kecamatan itu 17 kecamatan yang sudah terkena )

Meski warga sudah kena getahnya, Pemerintah Kabupaten Tuban justru terus mengeluarkan izin-izin baru penambangan kapur di sana. Mengapa begitu?

(Suara mesin diesel, alat pengeruk hidrolik dan truk)

BLOK 2

(Suara mesin diesel, alat pengeruk hidrolik dan truk)

Suara mesin diesel, alat pengeruk hidrolik dan truk pengangkut batuan gamping terdengar hampir di semua sudut Desa Mliwang. Desa inilah yang selama puluhan tahun menjadi area penambangan batu gamping untuk bahan baku semen. Setiap hari, ratusan truk berisi batuan gamping yang telah dikeruk dari perbukitan kapur, bergerak menuju pabrik Semen Gresik di Kecamatan Kerek.

(Suara mesin diesel, alat pengeruk hidrolik dan truk)

Page 26: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Karst atau batuan gamping adalah bentang alam yang unik. Dengan bentuk yang keras, di atas lapisan tanah yang tipis bisa tumbuh aneka tanaman. Sementara di bawahnya, ada gua dan sungai bawah tanah.

Keunikan lain dari karst adalah kemampuannya menyimpan air. 1 meter kubik karst diperkirakan sanggup menampung air sampai hampir 200 liter. Air itu lantas keluar lewat retakan-retakan celah gua. Mata air di sana berkualitas tinggi karena mengandung mineral yang terdapat pada karst. Debitnya pun stabil, meski tengah musim kemarau. Tak heran, kebutuhan air masyarakat di 3 kecamatan di Kabupaten Tuban bergantung sepenuhnya pada mata air alami pada tanah karst.

(Suara air)

Selain sebagai sumber air, tanah karst menjadi sumber kapur yang dibutuhkan pabrik semen. Kabupaten Tuban memiliki 123 ribu hektar karst berupa pegunungan kapur, membentang sepanjang 1.500 kilometer persegi.

Dari penambangan kapur inilah, Tuban mendulang pendapatan daerah sampai 100 miliar rupiah per tahun. Penguasanya adalah pabrik semen PT Semen Gresik yang berdiri sejak 18 tahun lalu. Darno, Kepala Bidang Mineral dan Pengawasan Air Bawah Tanah, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tuban.

( Untuk SG itu kan kita minta batu atau bahan tambang yang dibutuhkan itu berapa. Ternyata dari target SG sendiri dengan realisasi itu memang kebanyakan lebih besar realisasinya. Jadi ....contoh ya ... untuk keseluruhan untuk produksi semen, seperti batu kapur, tanah liat itu sekitar 18 milyar 250 juta rupiah itu tagetnya SG. Tapi realisasinya lebih )

Pembangunan ikut menggenjot makin tingginya kebutuhan akan semen. Tahun 2009, 40 juta ton semen dibutuhkan untuk industri nasional. Laju kebutuhannya mencapai 19 persen per tahun. 5 tahun belakangan, pemakaian kapur naik lebih dari 100 persen, alias menjadi 163 juta ton.

Pemerintah Tuban sadar betul akan potensi kapur di daerah mereka. Karenanya, semua beramai-ramai mendukung rencana perluasan area penambangan batu kapur oleh PT Semen Gresik seluas 800 hektar. Pemkab Tuban juga sudah meneken izin pembangunan 2 pabrik semen baru, Holcim dan Garuda. Pemkab mengklaim tak ada potensi kerusakan lingkungan akibat penambangan karst di daerah mereka.

(Suara mesin diesel, alat pengeruk hidrolik dan truk)

Analisis dampak lingkungan sudah ada, kata Badan Lingkungan Hidup Tuban. Apalagi setiap tahun juga dilakukan penelitian soal ada tidaknya kerusakan lingkungan akibat penambangan kapur. Bambang Irawan, Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian, BPLHD Tuban.

( Amdal itu pada hakekatnya adalah kajian ilmiah bukan kajian orang awam. Penyusunnya itu seorang ahli dan penelitinya adalah seorang pakar. Apapun hasil dari kajian itu adalah sesuatu

Page 27: MANAJEMEN LINGKUNGAN

yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kalau Semen Gresik pada posisi sekarang masih taat pada posisi amdal yang disusun. Karena amdal yang disusun saat tambang batu kapur seluas 700 hektar di Mliwang, itu amdal disusun dengan Single Continuos Bank. Single Continuos Bank itu ditambang seluruhnya baru direklamasi. Walaupun pandangan kita itu sangat panas, tapi pandangan seorang ahli itu memang dibuat seperti itu untuk mengurangi limpasan air )

Himpunan Kegiatan Speleologi 2 tahun lalu mencatat, di karst Tuban terdapat 150-an mata air yang terus mengalir konstan di segala musim. Saat kemarau panjang sekalipun, puluhan sumber air itu masih ada, mengeluarkan 1.500 liter air per detik. Cukup untuk kebutuhan ribuan keluarga dan ratusan hektar tanah pertanian di Tuban bagian barat.

Eksploitasi kapur serta pembabatan hutan mengubah segalanya. Kini lebih dari 30 sumber air mati, lainnya surut. Edy Toyibi, Ketua Bidang Sains dan Konservasi, Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia, khawatir, kondisi bakal makin parah jika penambangan kapur terus dilakukan secara besar-besaran. Apalagi jika kelak areal penambangan diperluas 800 hektar.

( Kalau Semen Gresik terus memaksakan perluasan diri 800 hektar jelas akan mempengaruhi krisis air. Kalau kita dekatkan secara ilmiah bahwa kawasan batuan kapur itu mampu menyimpan air. Ketika simpanan itu terkurangi, maka cadangan air bawah tanah juga akan terkurangi )

PT Semen Gresik tak mau disalahkan. Juru Bicara PT Semen Gresik Syaifuddin Zuhri mengatakan, berkurangnya debit air di Tuban bukan karena penambangan kapur yang dilakukan perusahaannya. Tapi ulah petani, yang menyedot air tanah berlebihan.

( Sampai saat ini kita nambang yang hampir 20 tahun masyarakat tidak ada yang mempermasalahkan masalah itu. Kandungan air didalam tanah itu juga tidak ada masalah, tidak berkurang. Dan malah berkurangnya air tanah itu disebabkan karena untuk pengairan irigasi masyarakat yang disedot beberapa titik yang debitnya terlalu besar. Kalau proses Semen Gresik sendiri prosesnya adalah proses kering mas,....tidak pakai air. Kalau pakai air justru malah boros, karena harus dikeringkan dulu. Jadi kita tidak pakai air untuk industri )

Penambangan karst telah membuat gua-gua kapur di Tuban hancur. Padahal gua itu sangat penting bagi keberadaan sumber mata air. Rusaknya Gua Bulan misalnya, mengakibatkan turunnya debit mata air di sana. Jika 1 meter kubik kapur bisa menyimpan hingga hampir 200 liter air, maka serta merta penggerusan kapur ikut menghilangkan sumber air warga setempat.

Bambang Irawan, Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian, BPLHD Tuban, mengelak. Kata dia, kelangkaan air adalah efek pemanasan global, bukan karena penambangan kapur.

( Kalau berdasarkan pemantauan kami dan semen, sebenarnya debit air tidak banyak berkurang kok. Artinya kondisinya dimanapun di dunia ini air sulit tidak hanya di Kerek. Tapi berdasarkan pemantauan kami di lokasi, debitnya tetep di sumur pantaunya semen itu. Di sana kan ada sumur pantaunya ada 4 kalau tidak salah. Tapi kalau secara global air dimanapun ini berkurang secara otomatis dengan adanya Global Warming dan lain sebagainya )

Page 28: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Setiap tahun, tambang kapur menyumbang 100-an milyar rupiah untuk pendapatan Tuban. Potensi kapur yang sangat besar di Tuban itu, diharapkan bisa ikut menggenjot program Inpres Desa Tertinggal IDT yang sejak tahun lalu digalakkan di 300-an desa. Juru Bicara Pemkab Tuban, Tri Martoyo menekankan, penambangan kapur akan diteruskan karena belum ada bukti kerusakan kawasan karst di Tuban bagian barat. Tri Martoyo meminta polemik soal ini dihentikan saja.

( Jadi perlu saya sampaikan dan perlu saya jelaskan, kajian Badan Lingkungan Hidup maupun Dinas Pertambangan dan Energi itu sudah sesuai dengan keadaan yang ada di Kabupaten Tuban. Kajianya pun sangat sangat ilmiah sekali, data yang ada di sana sudah barang tentu sudah dapat dipertanggungjawabkan )

Pemkab menjanjikan, kesejahteraan masyarakat sekitar pabrik akan mendapat perhatian khusus. Setelah penambangan oleh PT Semen Gresik selesai, 20 tahun lagi warga bisa kembali menjadi buruh tani di atas lahan milik Perhutani tersebut. Begitu janji Bambang Suharto, Kepala Pengelolaan Sumber Daya Hutan Perhutani, Tuban.

( Tanah yang sudah selesai dikelola oleh pabrik Semen Gresik tetap reboisasi. Jadi Perhutani terima itu sudah berupa keberhasilan reboisasi. Jadi disaat penanaman kita kan menggunakan sistem tumpangsari, dibawah tegakaannya itu ditanami oleh rakyat itu mereka menanami palaija, mereka ngambil hasil dari palawija itu. Perhutani ngambil dari tanaman Perhutaninya )

Atas nama pembangunan, kebutuhan akan semen tidak pernah surut.

Tinggal warga dan pegiat lingkungan yang khawatir.

(Suara mesin diesel, alat pengeruk hidrolik dan truk)

Pegunungan kapur yang hilang berarti menghilangnya sumber mata air warga, serta menyebabkan kekeringan di beberapa tempat. Tanah tak lagi mampu menyerap air hujan, menyebabkan banjir terjadi di tempat lain. Kelelawar yang biasanya tinggal dalam gua-gua pegunungan kapur kehilangan rumah, sehingga tak ada lagi hewan yang memangsa nyamuk. Perluasan wilayah endemis demam berdarah di Tuban sudah jadi bukti. Hilangnya puluhan mata air juga jadi bukti.

Lingkungan juga punya dampak sistemik. Ini yang tak disadari Pemerintah Kabupaten Tuban.

(Suara orang mencangkul)(Suara air)

Demikian SAGA yang disusun Kontributor KBR68H Didi Saputra. Saya Vitri Angreni, terima kasih sudah mendengarkan.

Page 29: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Akibat banjir di Desa Mliwang

Page 30: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Bukit karst di Tuban

Page 31: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Eksploitasi batu kapur

Page 32: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Karst yang rusak di Tuban

Page 33: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Kekeringan di Desa Margorejo

Page 34: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Banjir di Desa Mliwang

Page 35: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Kontributor KBR68H Didi Syahputra di depan karst yang rusak di Tuban

Page 36: MANAJEMEN LINGKUNGAN

*** MANUSIA DAN LINGKUNGAN ***

Manusia sebagai makhluk yang diciptakanNya paling sempurna diantara makhluk lainnya memiliki ruang lingkup kehidupan yang begitu luasnya..ruang lingkup inilah yang disediakan olehNya agar diolah sedemikian rupa bagi kelangsungan hidup kita.Sebagai manusia yang sudah mengenal peadaban dan mengikuti semua perkembangan zaman,kita dituntut untuk turut menjaga dan melestarikan lingkungan yang ada ini.Dewasa ini,perkembangan yang begitu pesatnya justru mengesampingkan dampak dan akibat nya bagi lingkungan.Bidang industri sedemikian rupa mengolah dan mengeksplorasi semua kekayaan alam..sehingga mereka kurang memperhatikan dampaknya bagi lingkungan. fokus mereka hanya bagaimana memperoleh hasil industri(barang komoditas).Pemerintah sendiri bukannya hanya berpangku tangan saja dalam hal ini,,terbukti dengan dikeluarkannya peraturan perundangan tentang pembuangan limbah diantaranya:

* Undang RI No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

* PP RI No. 18/1999 Jo. PP No. 85/1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbaha & Beracun, sebagai revisi dari PP RI No. 19/1994 Jo. PP No. 12/1995 tentang Pengelolaan Limbah B3.

* Kepdal 01/ BAPEDAL/09/1995 Tata Cara & Persyaratan Teknis Penyimpanan & Pengumpulan Limbah B3.

* Kepdal 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3.

* Kepdal 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan teknis pengelolaan limbah B3.

* Kepdal 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Penimbunan Limbah B3.

* Kepdal 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label.

* Kepdal 68/BAPEDAL/05/1994 tentang Tata Cara Memperoleh Izin Pengelolaan Limbah B3.

* Kepdal 02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah B3.

* Kepdal 03/BAPEDAL/01/1998 tentang Program Kendali B3.

* Kepdal 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.

Artikel

Page 37: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Rencana Pembangunan Pabrik Semen Gresik di Sukolilo dan Dampaknya Bagi Masyarakat

3 - Nov - 2010 | Kategori:berita |

Summary ReportTidak banyak yang tahu bahwa pegunungan kapur (karst) yang membentang dari desa Taban (Kudus) sampai Tuban bernama Pegunungan Kendeng Utara. Pegunungan ini berdekatan dengan Kecamatan Sukolilo. Sebagai pegunungan berkapur, sepintas areal seperti ini terkesan kering dan memiliki kemanfaatan yang rendah bagi penduduk sekitar. Faktanya tidak demikian. Pegunungan kapur yang dikenal sebagai karst, memiliki fungsi ekologi yang tak tergantikan. Pertama, pegunungan karst memiliki fungsi menyimpan air di musim kering, dan menyerap air dengan baik di musim hujan. Temuan ASC, tim ahli geologi dan lingkungan dari Yogyakarta bersama warga setempat menemukan lebih dari 60 situs sumber mata air. Dari sumber mata air ini, fungsi karst pegunungan Kendeng telah mengairi 15.873,9 ha lahan pertanian di sekitarnya, melalui sistem pompanisasi (mengambil air irigasi dari dalam tanah). Kedua, lahan di pegunungan ini juga menjadi lahan pekerjaan bagi ribuan peladang yang menanam berbagai palawija di sela-sela pepohonan jati milik Perhutani. Total tenaga kerja yang terserap ke dalam lahan pertanian di sekitar pegunungan ini mencapai lebih dari 300.000 jiwa.

Page 38: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Keberadaan pegunungan Kendeng terancam dengan adanya rencana Semen Gresik yang ingin melakukan penambangan (eksploitasi) batu kapur yang ada di pegunungan Kendeng. Pada tahun 2008 PT. Semen Gresik akan membangun pabrik semen dengan kapasitas 2,5 juta ton/tahun yang memerlukan sekitar 2000 ha lahan yang akan digunakan untuk penambangan batu kapur, tanah liat dan bangunan pabrik. Menurut penjelasan pihak PT Semen Gresik dalam sosialisasi di Kecamatan Kayen pada tanggal 16 Nopember 2008, PT. Semen Gresik membutuhkan beberapa hal penting untuk menjalankan operasinya.Dengan investasi yang ditanam sebesar 3,5 trilyun, seluruh proses pendirian pabrik semen memerlukan tenaga kerja sebanyak 3.000 orang, dengan rincian 2.000 orang dipekerjakan dalam tahap konstruksi dan 1.000 orang dipekerjakan untuk tahap operasional. Jumlah ini termasuk pekerja internal dari PT. Semen Gresik.Sementara pihak pemerintah, khususnya Pemda kabupaten Pati dan Propinsi Jawa Tengah, beranggapan bahwa rencana pembangunan Pabrik semen di Pati selain untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik yang terus meningkat, adanya pabrik semen ini juga dapat menjadi sumber untuk meningkatkan pedapatan daerah.

Beberapa pelanggaranSetelah mempelajari sejumlah data dari beragam sumber, maka didapat informasi tentang beberapa pelanggaran berkaitan dengan rencana pendirin pabrik semen ini.

Pertama, rencana pembangunan Semen Gresik tidak berdasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Pati tentang Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW) karena Rancangan Perda RTRW 2008- 2009 Kabupaten Pati masih dalam proses persetujuan Pemerintah Pusat. Perda RTRW Kabupaten Pati periode 2006-2007 telah kadaluarsa. Kondisi ini pastinya dipahami oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pati, tetapi yang menjadi ganjil adalah ketika Bupati Pati mengeluarkan Surat Bupati Pati No. 131/1814/2008 tanggal 17 April 2008 untuk dijadikan rujukan dalam menilai kesesuaian rencana kegiatan dengan tata ruang kabupaten dan membuat Semen Gresik dapat merealisasikan rencananya untuk membangun Semen Gresik di Kecamatan Sukolilo, Pati.

Dalam Surat Bupati Pati tersebut dinyatakan bahwa lokasi kawasan pertambangan golongan C terdapat di Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Gabus, Pucakwangi, Dukuhseti, Tayu, Tlogowungu, Gembong, Cluwak, dan Gunungwungkal. Kawasan peruntukan industri besar dan sedang terdapat di Kecamatan Margorejo, Pati, Juwana, Batangan, Sukolilo, Kayen, dan Gabus. Berdasarkan hal tersebut maka lokasi rencana kegiatan penambangan bahan baku di Kecamatan Sukolilo sudah sesuai dengan butir satu, sedangkan rencana lokasi pabrik semen di Kecamatan Sukolilo sudah sesuai dengan butir kedua.

Belakangan ini (2010), pemerintah propinsi berhasil merumuskan draft terbaru Peraturan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) propinsi Jawa Tengah (2009-2029). Konon draft ini sudah disetujui DPRD tingkat propinsi untuk dijadikan peraturan RTRW terbaru. Dalam peraturan RTRW propinsi ini, disebutkan bahwa pegunungan Karst Kendeng di Pati Selatan adalah kawasan lindung Karst (pasal 65), akan tetapi di pasal lain digunakan bagi peruntukan industri pertambangan (pasal 83a, 84g). Maka antara Pasal 65 dan pasal 83a/84g dalam praktiknya jelas akan bertabrakan.

Page 39: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Kedua, penetapan pegunungan Kendeng sebagai kawasan Karst jenis I, II, ataupun III belum memiliki dasar hukum. Semen Gresik hanya mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, Departemen ESDM bekerjasama dengan Semen Gresik tentang kawasan karst Sukolilo tahun 2005. Namun demikian, di dalam KA ANDAL tersebut, hasil penelitian tersebut tidak menyebutkan golongan karst dari pegunungan Kendeng. Sementara hasil penelitian dari Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta (Bapak Eko Teguh Paripurno), Acintyacunyata Speleological Club (ASC), Yogyakarta (Dikky Mesah, AB Rodialfallah, Rikky Raimon, dkk), dan juga Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM tentang kajian potensi Kars Kawasan Sukolilo, Pati menyimpulkan bahwa kawasan Kars Pati–kawasan kars Grobogan masuk dalam klasifikasi kars I menurut Kepmen ESDM no. 1456/K/20/MEM/2000 pasal 12. Selain itu perbukitan kawasan Kars Sukolilo berfungsi sebagai daerah resapan dan penyimpan air untuk mata air-mata air yang mengalir di pemukiman, baik di bagian Utara maupun bagian Selatan kawasan ini yang meliputi Pati dan Grobogan, sehingga Pemerintah di dua kabupaten

Page 40: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Usaha pertambangan yang beroperasi di kawasan karst Citatah-Rajamandala, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat meliputi pertambangan yang berizin bupati berupa surat izin pertambangan daerah (SIPD) atau kuasa pertambangan (KP), izin Kecamatan Cipatat, dan lainnya berupa peti (pertambangan tanpa izin). Berdasarkan data Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat tahun 2008, jumlah SIPD/ KP 15 perusahaan (sebagian warisan dari Kabupaten Bandung/induk), Izin Camat Cipatat 15 perusahaan, dan peti 8 usaha. Namun, dari pengamatan di lapangan diperkirakan jumlah pertambangan tanpa izin ini melebihi 8 usaha, cukup banyak, terutama di Desa Gunungmasigit dan Desa Citatah.

Peti di sini, meliputi yang beroperasi tanpa izin maupun yang menambang atas izin atau sepengetahuan kepala desa setempat. Dilihat secara praktik pertambangan yang baik dan benar (good mining practice), kegiatan peti ini sudah sangat mengkhawatirkan bagi kelangsungan lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar karena sebagian menggunakan alat berat dan peledakkan.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat, sesuai Pasal 20 ayat (1) menyebutkan bahwa, sebelum Kabupaten Bandung Barat menetapkan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati sebagai pelaksanaan Undang-Undang ini, semua Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati Bandung tetap berlaku dan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Untuk kegiatan pertambangan yang berizin camat, memang ada dasar hukumnya, yaitu Peraturan Bupati Bandung No. 8 Tahun 2004 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Bupati kepada Camat di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung. Pelimpahan kewenangan dari bupati ke camat tersebut meliputi 25 bidang, termasuk bidang pertambangan dan energi. Pelimpahan sebagian kewenangan kegiatan pertambangan dan energi, kalau dipahami dengan benar dan teliti, sebetulnya ruh peraturan ini adalah "pertambangan rakyat", diperuntukkan bagi masyarakat setempat, bukan untuk usaha pertambangan skala menengah, besar dengan peralatan berat dan peledakan.

Dalam lampiran peraturan tersebut secara tegas disebutkan bahwa kegiatan pertambangan tersebut dengan luas maksimal 1.000 M3, jenis bahan galian yang diperbolehkan hanya untuk bahan galian pasir (di luar sungai), tanah urug, dan tanah liat, tanpa menggunakan alat berat dan bahan peledak. Tetapi yang terjadi di lapangan, semua jadi tidak terkendali, di luar kemampuan dan kapasitas sebuah kecamatan untuk menangani permasalahan pertambangan.

Semakin maraknya kegitan pertambangan di daerah ini, terutama untuk kapur, selain karena adanya kemudahan transportasi, juga sangat dipengaruhi oleh banyaknya industri pengolah tambang kapur yang sebagian merupakan penadah/penampung hasil tambang peti, yang notabenenya "rakyat". Industri pengolah tambang kapur di sini sangat diuntungkan, sehingga cukup pesat perkembangannya. Kondisi ini disebabkan oleh mudahnya mendapatkan bahan baku kapur secara kontinu, dengan harga murah dan dari sumber penambang yang bervariasi dari segi kualitas, harga dan jumlah penambang. Harga tambang kapur di daerah ini cukup murah karena biaya transportasinya kecil, jarak ke penjual dekat, sebagian dari hasil penambangan yang tidak melakukan reklamasi dan tidak membayar kewajiban pajak maupun iuran pertambangan.

Page 41: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Industri pengolah tambang kapur di bagian hilir yang terpisah dari kegiatan pertambangan di bagian hulu, sebetulnya sangat riskan dalam manajemen pengelolaan pertambangan di daerah. Secara mata rantai kegiatan, antara pertambangan dengan industri pengolah tambang kapur (yang tidak punya lahan SIPD/KP ini saling membutuhkan. Memang industri pengolahan bahan tambang kapur, yang tidak punya lahan SIPD/KP ini sangat tergantung dari hasil tambang yang berasal dari usaha peti. Namun, penambang pun tidak bisa lepas dari mereka, karena industri pengolah tambang kapur ini dapat memainkan harga tambang semaunya. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya jumlah penambang yang ingin menjual hasil tambangnya. Akibatnya, mudah ditebak, agar mampu bersaing di harga, penambang pun berusaha menekan biaya operasi, dengan cara mengabaikan kewajiban pajak dan iuran pertambangan serta tanpa melakukan reklamasi bekas tambang.

Pada akhirnya, kegiatan pengolahan bahan tambang ini secara tidak langsung semakin memperparah kerusakan lingkungan, karena kegiatan pertambangan semakin tidak terkendali, asas konservasi radikal pertambangan diberlakukan di sini. Gali terus selagi laku dijual, masalah kerusakan lingkungan tidak mau tahu.

Kebijakan tata ruang

UU RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 1 menjelaskan bahwa, yang dimaksud penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam perencanaan tata ruang tersebut ditempuh suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Sedangkan, di dalam pemanfaatan ruang tersebut dilakukan upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

Agar dapat memahami persoalan mengenai pemanfaatan ruang kawasan karst Citatah-Rajamandala telah menyimpang, maka perlu dijelaskan di sini mengenai asas dan tujuan dari penataan ruang itu sendiri. Dalam pasal 2 UU RI No. 26 Tahun 2007 disebutkan, bahwa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas (1) keterpaduan; (2) keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; (3) keberlanjutan; keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; (4) keterbukaan; (5) kebersamaan dan kemitraan; (6) pelindungan kepentingan umum; (7) kepastian hukum dan keadilan; dan (8) akuntabilitas.

Sedangkan, Pasal 3 menyebutkan, bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan (1) terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; (2) terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memerhatikan sumber daya manusia; dan (3) terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Berdasarkan asas dan tujuan dari kegiatan penataan ruang tersebut, sudah terlihat ada yang "aneh" dalam pemanfaatan ruang kawasan karst Citatah-Rajamandala untuk kegiatan pertambangan. Keanehan tersebut ditunjukkan oleh diabaikannya kawasan karst yang seharusnya

Page 42: MANAJEMEN LINGKUNGAN

dilindungi sehingga beberapa asas penataan ruang telah diabaikan, dan terdapat dua tujuan penataan ruang yang tidak tercapai, yaitu nomor 2 dan nomor 3. Kenyataan ini akan lebih jelas, kalau dilihat dari produk hukum daerah mengenai tata ruang, baik yang dikeluarkan Provinsi Jawa Barat maupun Kabupaten Bandung.

Tata ruang di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, kewenangan dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan penataan ruang wilayah diatur dalam Pasal 10 ayat (1, 2) dan Pasal 11 ayat (1, 2) UU RI No. 26 Tahun 2007. Pada Pasal 10 dan Pasal 11 tersebut, selain diatur mengenai kewenangan penyelenggaraan dan pelaksanaan penataan ruang baik yang lingkupnya intern provinsi maupun kabupaten/ kota juga diatur kewenangan penyelenggaraan dan pelaksanaan penataan ruang antar provinsi maupun antar kabupaten/kota.

Di tingkat provinsi, Perda Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah sedang dalam proses revisi, sedangkan perda tata ruang untuk Kabupaten Bandung Barat masih dalam proses kajian dan penyusunan, dan hingga kini belum selesai. Memang cukup susah melihat permasalahan ini, tetapi terdapat produk hukum di tingkat provinsi yang dapat dijadikan dasar dalam memahami permasalahan ini.

Seperti, Perda Provinsi Jawa Barat No. 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara, memang kawasan kasrt Citatah–Rajamandala tidak mendapat perhatian. Tetapi di dalam Perda Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, minimal terdapat 3 hal yang menetapkan kawasan karst Citatah-Rajamandala tersebut harus dilindungi dan dikelola karena ditetapkan sebagai kawasan lindung. Pertama, dalam Bab VI Penetapan Kawasan Lindung sesuai dengan pasal 55 perda tersebut disebutkan, bahwa kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 sampai dengan Pasal 10, huruf b. Kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan lindung, tersebar di kabupaten/kota, dan huruf (c). Kawasan resapan air, tersebar di kabupaten/kota. Kedua, dalam Pasal 56 disebutkan bahwa, kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 sampai dengan Pasal 20, huruf (c). Kawasan sekitar waduk dan situ, (untuk nomor 2) Situ, tersebar di kabupaten/kota, dan huruf d. Kawasan sekitar mata air, tersebar di kabupaten/kota. Perlu diketahui bahwa, pada sekitar kawasan karst Citatah- Rajamandala tersebut dekat Situ Ciburuy dan di sekitarnya terdapat beberapa mata air.

Ketiga, dalam Pasal 62 disebutkan bahwa, kawasan konservasi geologi sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 sampai dengan Pasal 44, huruf (a). Kawasan cagar alam geologi, yaitu nomor (1) Cagar Alam Geologi Gua Pawon, terletak di Kabupaten Bandung, dan huruf (b) Kawasan karst, (yaitu nomor 1) Citatah-Tagog Apu, terletak di Kabupaten Bandung. Berarti berdasarkan perda tersebut cukup jelas kalau kawasan karst Citatah- Rajamandala termasuk kawasan lindung yang harus dilindungi dan dijaga kelestariannya.

Perlu diketahui terlebih dulu mengenai perlindungan lingkungan geologi dan kawasan karst. Menurut, Perda Provinsi Jawa Barat No. No. 2 Tahun 2002 tentang Perlindungan Lingkungan Geologi, pasal 1 menjelaskan yang dimaksud dengan lingkungan geologi adalah bentang alam bagian paling atas dari kulit bumi, bahan galian dan air tanah yang terkandung di dalamnya serta proses alam yang terdapat di dalamnya yang memengaruhi kehidupan manusia. (Bambang

Page 43: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Yunianto, peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara [Puslitbang tekMIRA], Bandung)***

 

ingkasan Eksekutif:

Pabrik Cirebon (Palimanan) mempertahankan akreditasi ISO 14000:1996 Sistem Manajemen Lingkungan untuk mengelola dampak buruk terhadap lingkungan sekitar dan masyarakat yang disebabkan oleh produksi semen. Perusahaan turut berpartisipasi dalam Program Langit Biru dan Program Proper, yang keduanya digagas oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kondisi lingkungan di Indonesia. Pabrik Citeureup memenuhi komitmen pengembangan pengawasan dan manajemen lingkungan sesuai dengan penilaian terhadap dampak lingkungan pada dokumen Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pengawasan Lingkungan (RPL).

Rencana Kelola Lingkungan terdiri atas beberapa program manajemen lingkungan dan masyarakat yang diterapkan di Pabrik Citeureup. Termasuk juga manajemen respon terhadap perubahan yang berhubungan dengan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih.

Pabrik Cirebon yang dioperasikan oleh Indocement, terdiri atas 2 (dua) tanur dan menempati lahan seluas 470 hektar termasuk lahan tambang.

Pabrik ini berlokasi sekitar 20km barat Cirebon untuk mensuplai kebutuhan semen di daerah Jawa Barat dan sekitarnya. Proses produksi semen terdiri atas penambangan bahan baku, penggilingan, pengeringan, tanur pembakaran, pendinginan, penggilingan akhir, pengantongan dan pengiriman. Bahan baku utama adalah batu kapur, tanah liat, pasir silika dan pasir besi.

Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) terdiri termasuk atas pengenalan bahan aditif untuk penggilingan akhir, dan penggunaan bahan bakar alternatif. Beberapa bahan bakar alternatif yang dipertimbangkan seperti Biomas, ban bekas, oli bekas, plastik, kertas, tekstil, dan lainnya. Penggunaan beberapa jenis bahan bakar ini dimaksudkan untuk keperluan penelitian dan perijinan dari pemerintah.

Emisi gas dan debu diakui sebagai dampak utama terhadap lingkungan pada industri semen. Tantangan sosial muncul dari suatu kebutuhan sejumlah karyawan dan kebutuhan dari area penambangan. Penanganan material menyebabkan peningkatan tekanan pada infrastruktur transportasi setempat. Perubahan proses yang disebabkan proyek MPB mungkin akan dirasakan buruk dan merusak lingkungan.

Garis besar Rencana Kelola Lingkungan adalah serangkaian Rencana Pengawasan dan Mitigasi Dampak yang ditujukan pada lingkungan dan tantangan sosial. Rencana itu terdiri atas:

Udara, bising dan getaran

Page 44: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Air Permukaan dan Air TanahTanah dan TopografiFlora dan FaunaMaterial Berbahaya/BekasKeselamatan dan Kesehatan PekerjaKonsultasi masyarakat dan PartisipasiProgram Pengembangan Masyarakat:Pendidikan Sosial BudayaInfrastrukturEkonomiKesehatan Masyarakat

Implementasi dari Rencana Kelola Lingkungan termasuk dalam ISO 14000 yang berakreditasi Sistem Manajemen Lingkungan Garis besar Sistem Manajemen Lingkungan adalah bertujuan dan berwawasan lingkungan, kebutuhan institusional, kewajiban dan tanggung jawab, begitu juga dengan kebutuhan akan sumber daya manusia dan finansial.

Page 45: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Perkembangan Program SML ISO 14001 di Indonesia

Seiring dengan perumusan Standar Internasional ISO seri 14000 untuk bidang manajemen lingkungan sejak 1993, maka Indonesia sebagai salah satu negara yang aktif mengikuti perkembangan ISO seri 14000 telah melakukan antisipasi terhadap diberlakukannya standar tersebut.

Dalam mengantisipasi diberlakukannya standar ISO seri 14000, Indonesia sudah aktif memberikan tanggapan terhadap draf standar ISO sebelum ditetapkan menjadi Standar Internasional. Hal ini dilakukan dengan pembentukan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 oleh Bapedal pada tahun 1995 untuk membahas draf standar ISO tersebut sejak tahun 1995. Anggota Kelompok Kerja tersebut berasal dari berbagai kalangan, baik Pemerintah, Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun pakar pengelolaan lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup (Bapedal pada waktu itu) dan Badan Standardisasi Nasional (BSN) bekerjasama dengan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 dan berbagai stakeholders sejak tahun 1995 mengkaji, menyebarkan informasi, dan melakukan serangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Berdasarkan hasil pembahasan dengan “stakeholders” di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup menyadari potensi penerapan Sistem Manajemen Lingkungan bagi peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan, peningkatan peran aktif pihak swasta dan promosi penerapan perangkat pengelolaan lingkungan secara proaktif dan sukarela di Indonesia.

Pada tahun 1996-1998, serangkaian seminar, lokakarya, penelitian dan proyek percontohan Sistem Manajemen Lingkungan telah diprakarsai oleh Kementerian Lingkungan Hidup, bekerjasama dengan BSN dan berbagai pihak. Rangkaian kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menjadi investasi awal bagi penerapan ISO 14001 di Indonesia dalam menumbuhkan sisi “demand” maupun “supply” menuju mekanisme pasar yang wajar. Setelah itu, muncullah beberapa penyelenggara pelatihan, jasa konsultasi, jasa sertifikasi dan perusahaan-perusahaan

Page 46: MANAJEMEN LINGKUNGAN

yang menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan. Seiring dengan tumbuhnya populasi para pemain dalam pasar penerapan ISO 14001 di Indonesia, Kementerian LH selanjutnya lebih menfokuskan diri pada peran fasilitator dan pembina kepada semua pihak dalam penerapan ISO 14001 di Indonesia. Peran motor penggerak diharapkan dapat dilanjutkan oleh dunia usaha itu sendiri, sesuai dengan jiwa penerapan Sistem Manajemen Lingkungan yang bersifat proaktif dan sukarela.

Dengan perannya sebagai fasilitator dalam pengembangan ISO 14000 di Indonesia, Kementerian LH menyediakan media bagi semua pihak yang berkepentingan untuk aktif dalam program pengembangan standar ISO 14000, yaitu melalui Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 (Pokjanas ISO 14000). Kelompok kerja tersebut sampai saat ini masih aktif dalam melaksanakan diskusi-diskusi membahas penerapan standar ISO 14000. Sekretariat Pokjanas ISO 14000 tersebut difasilitasi oleh Kementerian LH cq. Asisten Deputi Urusan Standarisasi dan Teknologi.

Untuk menfasilitasi penerapan standar ISO 14001 di Indonesia dan mempermudah penerapan dilapangan serta untuk menyamakan persepsi mengenai pelaksanaannya, maka Kementerian LH bekerjasama dengan BSN telah melakukan adopsi terhadap beberapa Standar Internasional ISO 14000 menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar yang telah diadopsi tersebut diantaranya :

1.Sistem Manajemen Lingkungan-Spesifikasi dengan Panduan Penggunaan (SNI 19-14001-1997)2.Sistem Manajemen Lingkungan-Pedoman Umum Prinsip Sistem dan Teknik Pendukung (SNI 19-14004-1997)3.Pedoman Audit Lingkungan-Prinsip Umum (SNI 19-1410-1997)4.Pedoman Untuk Pengauditan Lingkungan - Prosedur Audit - Pengauditan Sistem Manajemen Lingkungan (SNI 19-14011-1997)5.Pedoman Audit untuk Lingkungan – Kriteria Kualifikasi untuk Auditor Lingkungan (SNI 19-14012-1997)

Standar ISO 14001 ternyata mendapat sambutan positif dari kalangan industri di Indonesia. Sejak ditetapkannya ISO 14001 menjadi standar internasional dan diadopsi menjadi SNI 19-14001-1997 sampai saat ini tercatat lebih dari 248 (dua ratus empat puluh delapan[1]) sertifikat ISO 14001 untuk berbagai unit organisasi perusahaan di Indonesia yang dengan sukarela menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001. Kecenderungan peningkatan penerapan Standar ISO 14001 dapat menjadi salah satu indikator peningkatan kesadaran industri terhadap pengelolaan lingkungan. Faktor pendorong yang lain adalah antisipasi industri terhadap potensi adanya persyaratan dagang dan industri yang diwajibkan oleh “buyer” untuk menerapkan ISO 14001. Selain kedua hal di atas, penerapan ISO 14001 juga di pacu oleh adanya program internal dari beberapa “holding company” untuk menerapkan ISO 14001 pada anak perusahaannya.

Page 47: MANAJEMEN LINGKUNGAN

GEOLOGI DAN POTENSI ENDAPAN BAHAN BAKU SEMEN

Menurut Nazly Bahar dkk. (2000) serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1994), di daerah Batusopang dan sekitarnya terdapat bahan baku semen berupa : batugamping, lempung dan pasirkuarsa.

Batugamping dijumpai pada Formasi Berai, yang mana sebarannya membentang dari arah utara ke selatan. Formasi Berai terdiri dari batugamping, napal dan serpih. Napal dan serpih menempati bagian bawah dari formasi, sedangkan bagian atas dan tengah disusun oleh batugamping, terendapkan di lingkungan neritik, diduga berumur Oligosen-Miosen Awal.

Lempung dijumpai pada Formasi Tanjung, yang mana sebarannya juga membentang dari arah utara ke selatan. Formasi Tanjung menindih tak selaras Formasi Pitap dan ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Berai. Formasi Tanjung diperkirakan berumur Eosen Akhir, terendapkan dalam lingkungan paralas-neritik, terdiri dari perselingan batupasir, batulempung, konglomerat, batugamping dan napal dengan sisipan tipis batubara. Pada lapisan

KAJIAN TERHADAP SEMEN SEBAGAI CALON BARANG KENA CUKAI DALAM RANGKA EKSTENSIFIKASI OBYEK BKC

I. Pengertian Semen

Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg.

Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :

Page 48: MANAJEMEN LINGKUNGAN

- semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.

- semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.

- oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.

- mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.

Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya jika dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus :

(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO)

Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali). Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :

Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.

Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :

- proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.

- proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen.

- proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).

- proses pendinginan terak.

Page 49: MANAJEMEN LINGKUNGAN

- proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.

Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.

II. Optimalisasi Penerimaan

2.1.   Skenario I : Cukai Terhadap Produksi Semen Dalam Negeri

Tujuan utama dari ekstensifikasi obyek barang kena cukai (BKC) adalah untuk mengoptimalkan penerimaan negara dengan tidak mengesampingkan segi karakteristik barang tertentu untuk dikenakan cukai.

Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan permintaan semen selama kurun waktu tertentu berikut ini disajikan tabel jumlah produksi :

Tabel 1. Tabel Jumlah Produksi Semen (dalam ton)

Tahun Jumlah Pabrik Jumlah produksi Perubahan1988 11 13719049

1989 11 14145048 0,0311990 11 13822102 -0,0231991 11 15836894 0,1461992 11 15802349 -0,0021993 12 19686066 0,2461994 12 18111104 -0,0801995 12 17108774 -0,0551996 11 25039672 0,4641997 11 20879018 -0,166

Rata-rata 17415008 0,062

Sumber : Data BPS

Berdasarkan tabel jumlah produksi semen selama periode tahun 1988-1997 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat pertumbuhan jumlah produksi semen adalah 6,2% per tahun. Dengan melihat besarnya rata-rata tingkat pertumbuhan jumlah produksi tersebut, maka diharapkan akan ada

Page 50: MANAJEMEN LINGKUNGAN

peningkatan penerimaan negara di sektor cukai apabila produksi semen dikenakan cukai. Hal ini disebabkan karena :

1. Berdasarkan trend produksi semen dapat diketahui ada peningkatan jumlah produksi semen meskipun dalam jumlah yang relatif sedikit.

2. Semen merupakan barang inelastis yang artinya berapapun tingkat harga semen tidak terlalu mempengaruhi jumlah produksi semen sehingga diharapkan penerimaan negara akan meningkat.

2.1.1.   Perkiraan Penerimaan Cukai Tahun 2000 Berdasarkan Data Nilai Produksi

Berdasarkan analisa statistik data dari BPS mengenai tingkat harga dan jumlah produksi semen selama periode tahun 1988 – 1997 dapat diramalkan penerimaan cukai dari semen untuk masa yang akan datang. Berikut ini disajikan tabel peramalannya dengan metode perhitungan regresi.

Tabel 2a. Tabel Peramalan Penerimaan Cukai Tahun 2000

Tarif NP kena cukai satu tahun NP kena cukai (9 bl) Penerimaan satu tahun Penerimaan (9 bl)0 3540288699 2655216524 0 05 3398677151 2549007863 169933858 12745039310 3257065603 2442799202 325706560 24427992015 3115454055 2336590541 467318108 35048858120 2973842507 2230381880 594768501 44607637625 2832230959 2124173219 708057740 53104330530 2690619411 2017964558 807185823 60538936835 2549007863 1911755897 892152752 66911456440 2407396315 1805547236 962958526 72221889545 2265784767 1699338576 1019603145 76470235950 2124173219 1593129915 1062086610 79656495755 1982561671 1486921254 1090408919 81780668960 1840950123 1380712593 1104570074 82842755665 1699338576 1274503932 1104570074 82842755670 1557727028 1168295271 1090408919 81780668975 1416115480 1062086610 1062086610 796564957

Sumber : Data BPS

Dengan menggunakan historical data (perhitungan time series analysis) nilai produksi selama periode tahun 1988 – 1997diperoleh angka koefisien sebesar 1,0266 (artinya rata-rata nilai produksi pada time t adalah 1,0266 nilai produksi pada time t-1) yang digunakan untuk memprediksikan nilai produksi tahun 2000 yaitu sebesar Rp. 3.540.288.699.000,00. Prediksi nilai produksi tahun 2000 dihitung dengan cara interpolasi berdasarkan angka koefisien yang dikalikan dengan nilai produksi mulai tahun 1997 akan menghasilkan nilai produksi tahun 1998. Nilai produksi tahun 1999 diperoleh dengan cara

Page 51: MANAJEMEN LINGKUNGAN

mengalikan angka koefisien dengan nilai produksi tahun 1998. Sedangkan nilai produksi tahun 2000 dihitung dari perkalian angka koefisien dengan nilai produksi tahun 1999.

Dengan menggunakan instrumen tarif maka dapat dihitung nilai produksi setelah dikenakan cukai. Nilai produksi setelah dikenakan cukai dapat dihitung dari nilai produksi tahun 2000 sebelum dikenakan cukai, dikurangi angka elastisitas permintaan yang dikalikan tarif dan nilai produksi tahun 2000 sebelum dikenakan cukai (= Rp. 3.540.288.699.000,00-(0,8 x tarif x Rp. 3.540.288.699.000,00)/100).

Penerimaan cukai cukai dapat dihitung dengan cara mengalikan besarnya tarif cukai dengan nilai produksi setelah dikenakan cukai. Oleh karena tahun anggaran 2000 hanya berlangsung selama 9 (sembilan) bulan yaitu dari bulan April s/d Desember 2000, maka prediksi penerimaan cukai hanya dihitung selama sembilan bulan saja.

Besarnya tarif cukai yang digunakan dalam analisa ini adalah dari 0% - 250% (dengan kelipatan 5) yaitu sesuai dengan ketentuan UU no.11 tahun 1995 tentang Cukai bahwa besarnya tarif cukai yang didasarkan pada harga pabrik dikenakan cukai setinggi-tingginya 250%.

Untuk analisa prediksi penerimaan cukai, produksi semen tahun 2000 diprediksikan sama dengan produksi semen tahun 1997 (pertumbuhan ekonomi tahun 1999 adalah 2% dan prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2000 adalah 3%) dengan asumsi bahwa selama periode tahun 1998-1999 dianggap tidak ada kenaikan produksi semen bahkan produksi semen ada kecenderungan mengalami penurunan, sehingga produksi semen tahun 1997 digunakan sebagai acuan untuk memperhitungkan produksi semen tahun 2000. Meskipun demikian, nilai produksi tahun 2000 akan mengalami perubahan karena terjadinya inflasi, sehingga perlu dibuat prediksi nilai produksi tahun 2000.

Berdasarkan tabel tersebut di atas, penerimaan optimal tercapai pada tingkat tarif cukai sebesar 60%. Namun demikian pada tingkat tarif tersebut, penurunan produksi mencapai sekitar 48%. Hal ini akan mengakibatkan dampak negatif baik pada sektor sosial maupun ekonomi yang tidak diharapkan. Sehingga dengan memperhitungkan aspek penerimaan, sosial dan ekonomi, maka tarif ad valorum yang ideal adalah 25% dengan penurunan produksi sekitar 20% (dengan asumsi kondisi yang lain tidak berubah/ceteris paribus), yang akan memberikan penerimaan negara yang paling optimal, yaitu sebesar Rp. 531.043.305.000,00. Penerimaan negara tersebut bukanlah jumlah sebenarnya, karena berdasarkan data BPS yang dikonversikan ke dalam harga pabrik sebelum dikenakan cukai diperoleh harga semen sebesar Rp. 8.500,00 per zak (@ 50 kg). Angka sebesar Rp. 8.500,00 diperoleh dari prediksi nilai produksi tahun 2000 di bagi dengan jumlah produksi semen per zak tahun 2000. Sementara harga jual eceran semen di pasaran rata-rata sebesar Rp. 20.000,00 per zak (@ 50 kg). Jadi harga pabrik seharusnya Rp. 12.000,00 per zak (@ 50 kg) atau 60% dari HJE. Angka ini diperoleh dari metode deduksi dengan memperhitungkan : keuntungan distributor, agen, pengecer, dan biaya angkut dan distribusi) sebesar 40%. Sehingga penerimaan cukai seharusnya adalah Rp. 749.708.195.294,00. Bila tarif spesifik yang digunakan pada harga pabrik Rp. 8.500,00 per zak, maka tarif cukai yang ideal adalah sebesar Rp. 43,00 per kg (harga pabrik sebesar Rp. 170,00 per kg).

Page 52: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Pertimbangan lain pengenaan tarif sebesar 25% adalah karena harga pabrik akan dikonversikan ke dalam HJE. Sehingga apabila dikenakan tarif sebesar 60% selain terlalu besar juga tidak mungkin, karena batas maksimal pengenaan tarif berdasarkan pasal 5 ayat (1) huruf b UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai adalah 55%. Disamping itu perhitungan tarif cukai harus juga memperhatikan kandungan lokal dan kandungan impor, penyerapan tenaga kerja, dampak negatif yang dihasilkan, kualitas jenis semen dan lain-lain.

Prediksi penerimaan cukai tersebut di atas mengasumsikan income per capita tetap. Berdasarkan bukti empiris pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahun1999 mencapai sebesar 2% dan pertumbuhan PDB tahun 2000 (menurut analisis Badan Analisa Keuangan dan Moneter) diprediksikan sebesar 3%. Pertumbuhan PDB sebesar 5% tersebut diperkirakan akan mengakibatkan pertumbuhan industri semen sebesar 3%. Sehingga penurunan nilai produksi semen setelah dikenakan cukai dengan tarif 25%, dengan memperhitungkan pertumbuhan ekonomi, akan menjadi 17% (20% - 3%).

2.1.2.   Perkiraan Penerimaan Cukai Tahun 2000 Berdasarkan Data Jumlah Produksi

Prediksi penerimaan cukai tahun 2000 adalah 103% atau (100% + 3%), sehingga diperoleh prediksi penerimaan cukai untuk Tahun Anggaran 2000 (9 bulan) sebesar Rp. 531.043.305.000,00 x 103% = Rp. 546.974.604.200,00 dengan asumsi harga pabrik sebelum kena cukai Rp. 8.500,00. Apabila harga pabrik diasumsikan sebesar Rp. 12.000,00 maka prediksi penerimaan cukai untuk Tahun Anggaran 2000 adalah Rp. 772.199.441.223,50.

Prediksi penerimaan cukai di atas berdasarkan nilai produksi. Untuk menguji keabsahan dari analisa tersebut perlu dilakukan sensitivity analysis dengan menggunakan pengaruh pembebanan cukai terhadap penurunan produksi (dalam ton), untuk mendapatkan prediksi jumlah penerimaan cukai. Tabel 2b. menggambarkan pengaruh pembebanan cukai terhadap tingkat produksi maupun penerimaan cukainya.

Menganalisa tabel 2b tersebut, pembebanan cukai sebesar 25% mengakibatkan penurunan produksi sekitar 20% sehingga jumlah produksi setelah dikenakan cukai menjadi 16.703.214 ton dan harga pabrik setelah kena cukai Rp. 211.750,00 per ton dengan penerimaan cukai untuk tahun 2000 sebesar Rp. 884.226.412.300,00. Untuk tahun anggaran 2000 yang berlangsung hanya sembilan bulan diperoleh penerimaan cukai sebesar Rp. 663.169.809.225,00 (dengan asumsi pendapatan perkapita konstan).

Tabel 2b. Tabel Prediksi Penerimaan Cukai Th. 2000 Berdasarkan Jumlah Produksi

Tarif

Harga Pabrik (Rp)

Prosentase Penurunan Jumlah produksi

Jumlah produksi (ton) Penerimaan Cukai

0 169400 0 20879018 05 177870 4 20043857 178260044720

10 186340 8 19208697 35793485169915 194810 12 18373536 536902277549

Page 53: MANAJEMEN LINGKUNGAN

20 203280 16 17538375 71304017887925 211750 20 16703214 88422641230030 220220 24 15868054 104833883442335 228690 28 15032893 120325530185840 237160 32 14197732 134685367121545 245630 36 13362572 147701179910650 254100 40 12527411 159160754214055 262570 44 11692250 168851875692860 271040 48 10857089 176562330008165 279510 52 10021929 182079902820870 287980 56 9186768 185192379792175 296450 60 8351607 185687546583080 304920 64 7516446 183353188854585 313390 68 6681286 1779770922677

2.2.  Skenario II : Cukai Dikenakan Terhadap Semen Yang Dikonsumsi di Daerah Pabean

2.2.1. Perkiraan Penerimaan Cukai Tahun 2000 Berdasarkan Data Nilai ProduksiNo. Semen yang dikonsumsi di Daerah Pabean1.

2.

3.

Produksi DN

Impor

Ekspor

Potensi Semen Kena Cukai

100%

0,06%

3,03%

97, 03% dari produksi DN

Apabila pengenaan cukai mengacu pada ketentuan UU no.11 Tahun 1995 tentang Cukai, maka cukai hanya dikenakan terhadap semen yang dikonsumsi di daerah pabean. Dengan demikian nilai produksi semen yang dapat dikenakan cukai adalah sebesar 97,03% dari produksi dalam negeri atau Rp. 3.540.288.699.000,00 x 97,03% = Rp. 3.435.142.125.000,00 sehingga dapat disajikan tabel seperti di bawah ini :

Tabel 2c. Tabel Prediksi Penerimaan Cukai Th. 2000 (konsumsi daerah Pabean)

Tarif NP kena cukai

Satu tahun

NP kena cukai

(9 bl)

Penerimaan satu tahun

Penerimaan

9 bl0 3435142125 2576356594 0 05 3297736440 2473302330 164886822 123665117

10 3160330755 2370248066 316033076 237024807

Page 54: MANAJEMEN LINGKUNGAN

15 3022925070 2267193803 453438761 34007907020 2885519385 2164139539 577103877 43282790825 2748113700 2061085275 687028425 51527131930 2610708015 1958031011 783212405 58740930335 2473302330 1854976748 865655816 64924186240 2335896645 1751922484 934358658 70076899445 2198490960 1648868220 989320932 74199069950 2061085275 1545813956 1030542638 77290697855 1923679590 1442759693 1058023775 79351783160 1786273905 1339705429 1071764343 80382325765 1648868220 1236651165 1071764343 80382325770 1511462535 1133596901 1058023775 79351783175 1374056850 1030542638 1030542638 772906978

Sebagaimana halnya pada skenario pertama, pada skenario kedua apabila nilai produksi kena cukai hanya sebesar Rp. 3.435.142.125.000,00 maka apabila semen dikenakan cukai dengan tarif 25% akan diperoleh prediksi penerimaan cukai adalah sebesar Rp. 515.271.319.000,00 (dengan asumsi income per capita tetap). Apabila pertumbuhan income per capita diprediksikan sebesar 5% untuk tahun 1999 dan 2000, maka diperoleh prediksi penerimaan cukai sebesar Rp. 530.729.458.570,00 (= Rp. 515.271.319.000,00 x 103%).

2.2.2.  Perkiraan Penerimaan Cukai Tahun 2000 Berdasarkan Data Jumlah Produksi

Prediksi penerimaan cukai di atas berdasarkan nilai produksi. Untuk menguji keabsahan dari analisa tersebut perlu dilakukan sensitivity analysis dengan menggunakan pengaruh pembebanan cukai terhadap penurunan produksi (dalam ton), untuk mendapatkan prediksi jumlah penerimaan cukai. Tabel 2d. menggambarkan pengaruh pembebanan cukai terhadap tingkat produksi maupun penerimaan Cukainya.

Menganalisa tabel 2d tersebut, pembebanan cukai sebesar 25% mengakibatkan penurunan produksi sekitar 20% sehingga jumlah produksi setelah dikenakan cukai menjadi 16.703.214 ton dan harga pabrik setelah kena cukai Rp. 211.750,00 per ton dengan penerimaan cukai untuk tahun 2000 sebesar Rp. 857.964.880.850,00. (dengan asumsi pertumbuhan income per capita tetap).

Tabel 2d. Tabel Prediksi Penerimaan Cukai Th. 2000 Berdasarkan Jumlah Produksi

Untuk Konsumsi Semen Di Daerah Pabean

Tarif

(%)

Harga Pabrik

(Rp)

Prosentase Penurunan Jumlah produksi

Jumlah produksi (ton) Penerimaan Cukai

0 169400 0 20258911 05 177870 4 19448555 172965719979

Page 55: MANAJEMEN LINGKUNGAN

10 186340 8 18638198 34730418376815 194810 12 17827842 52095627565220 203280 16 17017485 69186287991725 211750 20 16207129 85796488085030 220220 24 15396772 101720316273635 228690 28 14586416 116751860986140 237160 32 13776059 130685210651145 245630 36 12965703 143314453697250 254100 40 12155347 154433678553055 262570 44 11344990 163836973647160 271040 48 10534634 171318427408165 279510 52 9724277 176672128264670 287980 56 8913921 179692164645275 296450 60 8103564 180172624978580 304920 64 7293208 177907597693185 313390 68 6482852 1726911712175

Apabila diprediksikan pertumbuhan income percapita sebesar 5% sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka prediksi penerimaan cukai tahun anggaran 2000 (9 bulan) adalah sebesar Rp. 883.703.827.275,00 (=857.964.880.850,00 x 103%).

III. Elastisitas Permintaan

Berdasarkan analisa statistik terhadap data produksi dan nilai produksi industri semen di Indonesia yang diperoleh dari BPS melalui uji regresi dengan harga konstan, diperoleh hasil –0,80673 dengan t-statistik -2,270 (ceteris paribus diasumsikan income percapita tetap). Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan harga sebesar 10% akan mengakibatkan penurunan jumlah produksi semen sebesar 8,0673%. Oleh karena itu, semen mempunyai sifat permintaan inelastis yang artinya berapapun peningkatan harga semen tidak akan terlalu mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap semen, maka penurunan jumlah produksi tersebut tidak akan mempengaruhi permintaan semen di dalam negeri. Dengan demikian semen mepunyai potensi yang cukup besar untuk meningkatkan penerimaan negara di sektor cukai apabila semen tersebut dikenakan cukai.

IV. Kelayakan Administrasi

Salah satu pertimbangan dalam pemungutan pajak di suatu negara, temasuk dalam hal ini adalah cukai, dengan mempertimbangkan kelayakan administrasi dari pemungutannya. Kelayakan administrasi suatu barang untuk dikenakan cukai dimaksudkan bahwa administrasi barang kena cukai tersebut dapat dilakukan secara tertib, terkendali, sederhana dan mudah difahami oleh anggota masyarakat.

Page 56: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Sebagaimana kita ketahui, industri semen dapat dikelompokkan dalam :

1. Weight loosing process industry, karena untuk membuat satu ton semen diperlukan bahan-bahan baku seperti yang telah disebutkan di atas yang berat totalnya hampir dua kali lipat dari produk akhir yang dihasilkannya, sehingga industri semen adalah industri yang padat modal.

2. Selain padat modal industri semen juga padat energi. Energi yang dipakai pada umumnya adalah listrik dan bahan bakar. Untuk menghasilkan satu ton semen, energi yang dibutuhkan bisa mencapai 110 – 120 Kwh energi listrik ; sedangkan untuk menghasilkan satu ton clinker, energi yang dibutuhkan adalah antara 800 – 900 Kkal energi bahan bakar.

3. Rentang biaya produksi semen per tonnya adalah antara US $ 26 – US $ 38. Oleh karena itu industri semen merupakan industri yang bersifat ekonomi skala besar (economies of scale) yang artinya semakin besar volume produksinya, semakin kecil biaya rata-rata (average cost) per ton semen.

4. Proses produksi semen adalah proses produksi yang terpadu (berada pada satu lokasi dan tidak terpisah-pisah), sehingga kemungkinan melakukan mutasi barang setengah jadi sangatlah sulit. Proses produksi dalam industri semen dilakukan dengan menggunakan high technology (teknologi canggih), sehingga industri semen hanya dapat dilakukan oleh industri besar saja (bukan berbentuk industri rakyat/home industry). Selain itu, industri semen menghasilkan single product, yaitu produk semen saja dan sangat sulit untuk memproduksi barang lain selain semen.

5. Sistem distribusi barang jadi hasil produksi semen adalah sederhana, yaitu melalui Asosiasi Semen Nasional, melalui truk, tangki atau kontainer. Selain itu, tempat penimbunan barang jadi hasil industri semen juga sederhana, sehingga mudah untuk diawasi.

Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, industri semen bukanlah industri tradisional melainkan industri yang modern yang padat modal, sehingga mengharuskan memiliki sistem administrasi yang baik. Oleh karena itu, pengawasan terhadap jumlah produksi maupun penjualan semen dalam rangka perhitungan cukainya tidaklah terlalu sulit.

Hasil akhir industri semen adalah bubuk/bulk yang dapat langsung dikeluarkan dalam bentuk bulk truk/tangki yang berupa semen curah dengan ukuran tertentu dan melalui proses pengantongan dengan kemasan berupa zak (berukuran 40 atau 50 Kg). Semen juga memiliki jenis tertentu dan ada standar mutunya, sehingga mudah untuk menetapkan berapa besarnya tarif cukai untuk masing-masing jenis semen.

Selain itu, jumlah pabrik semen tidak terlalu banyak (sekitar sepuluh sampai dengan dua puluh pabrik) dengan jaringan pemasaran yang meliputi 27 (dua puluh tujuh) propinsi di Indonesia, sehingga mudah untuk melakukan pengawasan fisik, sebagai implementasi dari karakteristik cukai cukai. Pengawasan fisik tersebut dapat dilakaukan dengan dua cara, yaitu :

Page 57: MANAJEMEN LINGKUNGAN

- Penempatan pegawai Bea dan Cukai untuk mengawasi pabrik semen. Namun demikian jumlah pegawai yang dibutuhkan tidaklah terlalu banyak, karena industri semen pabriknya jelas dan produk hasil akhirnya mudah dikenal luas oleh masyarakat.

- On Call Service yang dikaitkan dengan self assesment dalam administrasi cukai, dimana pegawai Bea dan Cukai dapat dipanggil sewaktu-waktu, yaitu pada saat diperlukan oleh pabrik semen. Hal ini adalah untuk mengantisipasi kesulitan pegawai yang mau ditempatkan di pabrik semen, mengingat dampak negatif terhadap kesehatan pegawai yang ditimbulkan oleh industri semen.

Dengan administrasi yang baik dan adanya kemudahan-kemudahan dalam pengawasan fisik, baik dari segi jumlah produksi maupun penjualannya, maka semen mudah diawasi/dikontrol karena pabriknya jelas, berskala besar, proses produksinya terpadu dan barang jadinya (hasil akhirnya) spesifik dan terukur. Selain itu, kemungkinan untuk pelarian hak-hak negara juga sangat kecil, karena semen sulit untuk dipalsukan (proses produksinya rumit dan barang jadi / hasil akhirnya jelas dan sudah dikenal luas oleh masyarakat). Oleh karena itu, berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas maka mudah untuk menerapkan aturan-aturan yang ada dalam UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

Pelunasan cukai dapat dilakukan pada saat semen selesai dibuat di Indonesia. Untuk semen curah, pelunasannya dapat dilakukan pada saat keluar dari truk/tangki curahnya. Sedangkan untuk semen yang telah dikemas dalam kantong/zak, pada saat dikeluarkan dari pabrik. Untuk semen impor pelunasan cukainya dilakukan pada saat semen diimpor untuk dipakai. Pelunasan sukai semen dapat dilakukan dengan pembayaran.

Sistem pengawasan dengan menggunakan dokumen cukai. Pemasukan/pengeluaran semen ke/dari pabrik atau tempat penyimpanan, wajib diberitahukan kepada kepala kantor Bea Cukai setempat dengan dilindungi oleh dokumen cukai dan/atau dokumen pelengkap cukai. Perizinan berupa BKC untuk mendirikan pabrik, tempat penimbunan dan tempat penjualan eceran semen serta importir semen diberikan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai a.n. Menteri Keuangan Republik Indonesia, dan setelah mendapatkan NPPBKC, maka pengusaha pabrik dan importir semen wajib memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan UU No. 11/1995 tentang Cukai, antara lain ketentuan pasal 16 UU No. 11/1995 berkenaan dengan kewajiban pengusaha pabrik untuk membuat buku catatan mengenai semen untuk dilaporkan kepada pejabat Bea dan Cukai.

Ada kendala dalam melaksanakan administrasi di bidang cukai semen. Antara lain penggunaan semen abu/portland jenis II dan V banyak digunakan untuk pembangunan Rumah Sangat Sederhana (RSS), sehingga jika dikenakan cukai, maka akan banyak masyarakat kecil yang memprotesnya. Jalan keluar untuk permasalahan tersebut adalah dengan mengatur agar pengenaan cukai terhadap semen tipe tersebut akan, yaitu dikenakan cukai dengan tarif yang relatif rendah.

Memang ada kendala dalam administrasi cukai semen, akan tetapi karena potensi penerimaan dari cukai adalah cukup besar dan administrasi pemungutan cukainya murah serta kelayakan administrasinya memadai, maka semen mempunyai potensi untuk dikenakan cukai.

Page 58: MANAJEMEN LINGKUNGAN

V. Pajak Lainnya

Selama ini industri semen telah dikenakan beberapa macam pajak diantaranya adalah :

Pajak Penghasilan (PPh) Badan

Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan untuk Karyawan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Daerah dan Distribusi Daerah

Dengan melihat beban pajak yang telah dikenakan pada barang produksi semen pada saat ini, maka diharapkan salah satu beban pajak tersebut digantikan dengan cukai. Pajak yang dapat dipertimbangkan untuk diganti dengan cukai adalah PPN. Hal ini disebabkan karena penerimaan negara diperkirakan akan lebih besar dan lebih sederhana bila semen dikenakan cukai dibanding bila dikenakan PPN. Di samping itu pengenaan cukai dapat dibebankan kepada konsumen (forward shifting) dan bukan kepada pengusaha pabrik.

Pengenaan cukai terhadap semen akan mengakibatkan kenaikan harga semen. Mengingat semen adalah barang yang mempunyai sifat permintaan inelastis yaitu permintaan yang tidak peka terhadap perubahan harga, maka pengenaan cukai terhadap semen diharapkan tidak mempengaruhi penerimaan negara di sektor pajak yang lain.

VI. Dampak Lingkungan dan Sosial

Berdasarkan bahan baku dan bahan bakar yang digunakannya serta proses produksi yang dilaluinya, maka semen mempunyai dampak penting untuk komponen-komponen lingkungan seperti diuraikan di bawah ini :

a) LAHAN; dampak yang bersifat merugikan adalah :

Penurunan kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat.

Perubahan dari segi tata guna tanah akibat kegiatan penebangan dan penyerapan lahan serta pembangunan fasilitas lainnya. Perubahan ini dari segi waktu akan meluas ke arah menurunnya kapasitas penampungan air yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap kuantitas air sungai. Sedangkan dari segi ruang akan mempengaruhi keseimbangan atau keselarasan lingkungan setempat.

Page 59: MANAJEMEN LINGKUNGAN

b) AIR; dampak yang bersifat merugikan adalah :

Kualitas air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan sisa air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis yang mudah terkena erosi, yang akan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah banjir pada musim hujan.

Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu menjadi berkurang, sehingga persediaan air tanah menjadi menipis, akibatnya persediaan ait tanah menjadi makin sedikit. Akibat lanjutan adalah sungai menjadi kering pada musim kemarau dan sebaliknya sungai akan banjir (debit air menjadi sangat tinggi) karena tanah tidak mampu lagi menyerap air yang mengalir terlalu cepat.

3. UDARA; dampak yang bersifat merugikan adalah :

a) Debu yang dihasilkan oleh kegiatan pabrik terdiri dari :

Debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan selama proses pembakaran,

Debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke pabrik dan bahan jadi ke luar pabrik, termasuk pengantongannya.

b) Debu yang secara visual terlihat di kawasan pabrik dalam bentuk kabut dan kepulan debu tersebut, dapat menimbulkan pencemaran udara yang sangat mengganggu, antara lain dapat mengakibatkan naiknya temperatur udara di sekitar pabrik, bahkan dapat menimbulkan penyakit.

c) Gas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batu bara, berupa gas CO, CO2 dan SO2 yang mengandung hidrokarbon dan belerang.

d) Kebisingan yang terdiri dari tiga jenis sumber bunyi :

Mesin-mesin yang digunakan dalam pabrik,

Alat-alat besar seperti traktor yang dipakai pada waktu pengambilan bahan baku,

Dentuman dinamit yang digunakan pada waktu pengambilan kapur.

e) Berkurangnya keanekaragaman flora, berubahnya pola vegetasi dan jenis endemik, berubahnya pembentukkan klorofil dan proses fotosintesa.

f) Berkurangnya keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan langka). Berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-hewan tersebut.

Page 60: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Sedangkan dampak negatif yang diakibatkan semen terhadap lingkungan sosial atau kehidupan masyarakat adalah sebagai berikut :

Status gizi kadar hemoglobin darah dimana semakin rendah status gizi seseorang, semakin rendah kadar hemoglobin darahnya.

Dampak lingkungan terhadap pola penyakit, khususnya penyakit saluran pernafasan, seperti bronchitis, pharingtis dan tbc paru serta silicosis (pneumocosis), penyakit saluran pencernaan dan gangguan pada kulit.

Morbidity rate (angka kesakitan) dari penyakit-penyakit tertentu untuk dapat menggambarkan besarnya dari dampak penyakit-penyakit tersebut di atas terhadap kesehatan. Beberapa penyakit yang diperkirakan akan meningkat intensitasnya antara lain penyakit yang saluran nafas, penyakit yang berhubungan dengan gangguan kejiwaan (psycho-social) dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan kondisi lingkungan yang kurang sehat.

Penyakit gangguan kejiwaan (psiko-sosial) adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh adanya sebab-sebab fisik, tetapi penyakit yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan yang sulit diterangkan secara fisis maupun biologis, misalnya sakit kepala yang tidak jelas penyebabnya, nyeri ulu hati, gelisah, sulit tidur, berdebar-debar (yang dalam istilah kedokteran dinamakan gastritis, cephagia, neurosis anxiety).

Penyakit akibat kecelakaan kerja.

Penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh rendahnya mutu lingkungan, seperti penyakit perut (diarhea), demam berdarah, malaria kulit dan sebagainya.

Seperti telah dikemukakan di atas, ternyata semen memang menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi linkungan. Sayang sekali tidak ada informasi tentang berapa besarnya (magnitude) dampak-dampak negatif ini (khususnya dalam kasus Indonesia), Padahal hal ini sangat penting untuk menjadi alasan bahwa semen memang harus dikenai cukai, karena dampak-dampak negatif tersebut seringkali “berada di atas nilai ambang batas yang wajar.”

VII. Tenaga Kerja

Rata-rata penyerapan tenaga kerja pada industri semen di Indonesia adalah sebesar 14.150 orang dengan rata-rata penyerapan tenaga kerja tiap pabrik sebesar 1.253 orang. Industri Semen adalah termasuk industri yang padat modal. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara jumlah produksi dengan penyerapan tenaga kerja. Sebagaimana data tabel 3 untuk periode tahun 1992-1993, nilai produksi mengalami peningkatan sebesar 33,07% sedangkan jumlah tenaga kerja justru mengalami penurunan sebesar 0,01%. Menyusutnya jumlah tenaga kerja pada saat jumlah produksi meningkat adalah karena pengerjaan produksi semen cenderung menggunakan tenaga mesin. Berdasarkan data BPS yang berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja, dapat disajikan tabel sebagai berikut :

Page 61: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Tabel 3. Tabel Penyerapan Tenaga Kerja

Tahun Jumlah Pabrik

Jumlah

TenagaKerja

Rata-rata Tenaga Kerja per Pabrik

Perubahan Produksi Perubahan

1988 11 13345 1213 785241295

1989 11 14005 1273 0.04713 940169646 0.197300311990 11 13611 1237 -0.0289 1112537988 0.1833374891991 11 13288 1208 -0.0243 1238100952 0.1128617321992 11 13173 1198 -0.0087 1281446423 0.0350096421993 12 14169 1181 -0.0142 1705200104 0.3306838851994 12 14711 1226 0.03684 2081001592 0.2203855651995 12 15084 1257 0.02473 2301092746 0.1057621271996 11 14932 1357 0.074 2610509760 0.1344652511997 11 15178 1380 0.01621 3272162770 0.253457398

Rata-rata 14150 1253 1732746328

Sumber : Data BPS

Untuk memprediksikan dampak pengenaan cukai semen terhadap penyerapan tenaga kerja, dapat disajikan tabel sebagai berikut :

Tabel 4. Tabel Analisa Tenaga Kerja

Tahun Jumlah Tenaga kerja (L)

Nilai

Produksi (ribu Rp.)

CPI Y

=(Nilai Prod/CPI)x100

Y/L

(output)

1988 13345 785241295 141,8 9674929 7251989 14005 940169646 150,3 9411210 6721990 13611 1112537988 164,6 8397389 6171991 13288 1238100952 180,3 8783635 6611992 13173 1281446423 189,2 8352193 6341993 14169 1705200104 207,7 9478125 6691994 14711 2081001592 226,8 7985496 5431995 15084 2301092746 246,9 6929435 4591996 14932 2610509760 262,4 9542558 6391997 15178 3272162770 291,4 7165071 4721998 3359202300

1999 3448557081

Page 62: MANAJEMEN LINGKUNGAN

2000 3540288699

Untuk mengetahui rasio tenaga kerja industri semen, dapat dihitung dengan cara membagi nilai produksi tahun 2000 (sebesar Rp. 3.540.288.699.000,00) dengan tenaga kerja tahun 1997 (sebesar 15178 orang), sehingga menghasilkan angka rasio sebesar 233.251. Kemudian dengan membagi penurunan nilai produksi jika dikenakan cukai 25% (sebesar Rp.7.080.577.740,00) dibagi dengan angka rasio di atas, maka didapat angka 3.036 orang.

Namun demikian, penerimaan cukai tahun 2000 diharapkan dapat mengkompensasikan angka tenaga kerja yang kemungkinan tidak dipekerjakan pada industri semen tersebut. Berdasarkan Tabel Peramalan Penerimaan Cukai Tahun 2000 (Tabel 2.), dapat diketahui bahwa jumlah penerimaan cukai tahun 2000 dengan tarif 25% adalah sebesar Rp. 531.043.305.000,00. Jika angka tersebut dibagi dengan tenaga kerja yang tidak dipekerjakan pada industri semen (3.036 orang), maka diperoleh angka kompensasi sebesar Rp. 174.915.450,00 per orang.

Dengan memperhitungkan PDB sebagaimana yang telah dianalisa pada point B. Optimalisasi Penerimaan di atas, maka kemungkinan tenaga kerja yang tidak dipekerjakan pada industri semen menjadi sebesar 2.581 orang (17/20 x 3.306 orang), sehingga angka kompensasi menjadi sebesar Rp. 211.923.520,00 per orang (Rp. 546.974.604.200,00 / 2.581).

Dengan melihat analisa di atas, diketahui bahwa industri semen bersifat capital intensive sehingga diharapkan pengenaan cukai terhadap semen tidak akan terlalu mempengaruhi penyerapan tenaga kerja.

VIII. Kandungan Impor dan Impor Semen

Bahan baku yang masih diimpor adalah bahan baku berupa gypsum, sedangkan bahan baku yang lain telah menggunakan kandungan lokal. Prosentase kandungan impor dari tabel tersebut dapat diketahui sangat kecil yaitu rata-rata 16,68% pertahun, yang berarti kandungan lokalnya sebesar 83,32%. Perubahan nilai impor dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan, akan tetapi pada kasus tertentu seperti pada tahun 1995 dan 1997 terjadi peningkatan kandungan impor yaitu masing-masing sebesar 45,32% dan 52,06%.

Berdasarkan data dari BPS yang berkaitan dengan kandungan impor bahan baku semen dapat disajikan tabel sebagai berikut :

Tabel 5. Tabel Kandungan Impor

Tahun Bahan Baku Nilai Impor Kandungan Impor Perubahan

1988 162048584 55135913 35.3

1989 177095855 54085779 31.06 -0.1365

Page 63: MANAJEMEN LINGKUNGAN

1990 189517327 45189650 21.14 -0.46931991 237854152 57423790 22.18 0.046891992 249050706 15698560 7.83 -1.83271993 265604044 12145330 7.35 -0.06531994 280676289 11978428 7.19 -0.02231995 372405929 58660189 13.15 0.453231996 433687927 46044842 7 -0.87861997 785659700 71756181 14.6 0.52055

Rata-rata 315360051 42811866 16.68

Sumber : Data BPS

Beberapa perusahaan pada tahun-tahun tertentu ada yang menggunakan bahan baku murni kandungan lokal seperti PT. Nusantara pada tahun 1995 dan tahun 1997. Mengingat hal tersebut maka untuk meningkatkan pemanfaatan bahan baku lokal dan menurunkan bahan baku impor perlu dibedakan sistem pentarifannya yaitu bahan baku impor diberikan tarif lebih tinggi dari pada semen dengan bahan baku lokal.

Jumlah impor barang jadi berupa semen berdasarkan data impor tahun 1998 dapat disajikan tabel sebagai berikut :

Tabel 6. Tabel Impor Semen Tahun 1998

No. Jenis Semen Jumlah Impor (kg) Rata-rata Produksi DN (kg)1. White Cement 224.732

2. Semen Tipe I 94.608.066

3. Semen Portland 2.963.216

4. Semen Fondu 2.120.368

5. Semen hidraulik 117.469

Jumlah 10.003.385 17.415.008.000

Sumber : data BPS

Berdasarkan data tabel tersebut di atas dapat diketahui besarnya persentase impor semen yaitu 0,06%.

Page 64: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Ketentuan WTO mengatur bahwa pengenaan segala jenis pajak, dalam hal ini adalah cukai terhadap barang kena cukai (BKC) impor (semen) diperkenankan sepanjang pengenaan tersebut tidak bersifat diskriminatif dalam arti cukai dikenakan terhadap BKC impor maupun BKC dalam negeri.

IX. Orientasi Ekspor

Berdasarkan data dari BPS yang berkaitan ekspor hasil produksi semen dapat disajikan tabel sebagai berikut :

Tabel 7. Tabel Orientasi Ekspor

Tahun Produksi Nilai Ekspor Prosentase Ekspor Perubahan

1988 785241295 0 0

1989 940169646 0 0

1990 1112537988 130310463 9 11991 1238100952 29044403 1.09 -7.25691992 1281446423 56752602 4.55 0.760441993 1705200104 14766624 0.83 -4.48191994 2081001592 18226915 0.42 -0.97621995 2301092746 3452393 0.58 0.275861996 2610509760 55175195 1.18 0.508471997 3272162770 217541230 3 0.60667Rata-

rata 1732746328 52526982.5 3.03

Sumber : Data BPS

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa kecenderungan hasil produksi industri semen untuk diekspor sangatlah kecil, yaitu rata-rata 3,03% pertahun. Berarti sisanya, yaitu sebesar 96,97% adalah untuk konsumsi di dalam negeri. Mengingat hal tersebut maka pengenaan cukai terhadap semen diprediksikan dapat meningkatkan penerimaan dan tidak perlu dikhawatirkan pengenaan cukai terhadap semen akan memberikan perubahan kecenderungan untuk melakukan ekspor karena sifat permintaan semen adalah inelastis, sehingga pembebanan cukai tidak akan menyebabkan pengurangan permintaan yang signifikan. Dengan demikian pangsa pasar semen dalam negeri setelah pembebanan cukai tetap besar.

Memperhatikan rasio kapasitas terpasang dan produksi yang dihasilkan, dapat dilihat bahwa utilisasi kapasitas pada industri semen mencapai 91%. Dengan demikian industri semen telah berproduksi dengan full capacity atau sangat efisien.

Page 65: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Pengenaan cukai pada industri yang sudah efisien diharapkan akan memberikan dampak negatif yang sangat kecil, karena industri dimaksud dengan mudah akan dapat membuat penyesuaian terhadap adanya peraturan perpajakan (cukai) yang baru, sehingga dampaknya terhadap produksi maupun tenaga kerja lambat laun akan sangat kecil.

I. Backward / Forward Shifting

Dengan melihat berbagai analisa yang telah disebutkan di atas, maka dimungkinkan beban pengenaan cukai dilakukan dengan forward shifting, yaitu pengenaan cukai dibebankan kepada konsumen. Hal ini disebabkan karena permintaan semen bersifat inelastis, sehingga beban cukai sebagian dapat dibebankan kepada konsumen.

II. Asset Perusahaan

Berdasarkan data dari BPS yang berkaitan dengan aset perusahaan semen di Indonesia dapat disajikan tabel sebagai berikut :

Tabel 8. Tabel Aset Perusahaan Semen di Indonesia

Tahun Jumlah Pabrik Jumlah Aset ( Rp.000) Delta

1988 11 1501436095

1989 11 1713568135 0,1237955091990 11 1693772243 -0,0116874581991 11 2100295335 0,1935552041992 11 3060356090 0,3137088391993 12 3808517715 0,1964443071994 12 3802279540 -0,0016406411995 12 3674441216 -0,0347912291996 11 4324810536 0,1503809971997 11 3352373810 -0,290074073Rata-rata 2903185072 0,063969146

Sumber : Data BPS

Rata-rata jumlah aset perusahaan semen di Indonesia adalah sebesar Rp. 290.385.072.000,00. Dengan mengetahui besarnya aset perusahaan tersebut dapat disimpulkan bahwa Perusahaan semen di

Page 66: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Indonesia merupakan perusahaan besar yang bersifat capital intensive sehingga dampak sosial pengenaan cukai terhadap produksi semen akan relatif kecil.

X. Negara-negara Yang Mengenakan Cukai Atas Semen

Semen telah dikenakan cukai di 27 (dua puluh tujuh) negara, antara lain di Malaysia, Korea dan India. Oleh karena itu, pembebanan cukai semen di Indonesia bukan merupakan hal yang baru. Pembebanan cukai semen di Indonesia terutama ditujukan untuk mengkompensasikan dampak negatif terhadap lingkungan, sosial maupun kesehatan masyarakat, efisiensi pemakaian sumber alam serta dalam rangka mengoptimalkan penggalian alternatif sumber-sumber pajak dalam negeri.

XI. Penutup

Pengenaan Cukai terhadap semen telah diterapkan di 27 negara, sehingga hal tersebut bukanlah merupakan hal yang baru. Di Indonesia pembebanan cukai semen terutama ditujukan untuk mengkompensasikan dampak negatif terhadap lingkungan, sosial maupun kesehatan masyarakat, efisiensi pemakaian sumber alam serta untuk mengoptimalkan penggalian alternatif sumber pajak dalam negeri.

Pengenaan cukai terhadap semen dilakukan dengan memperhitungkan aspek-aspek tersebut, maka tarif ad valorum yang ideal sekitar 25% dengan penurunan produksi sekitar 20% (dengan asumsi kondisi yang lain tidak berubah/ceteris paribus) atau bila dipakai tarif spesifik adalah Rp. 43,00 per kg (berdasarkan harga yang berlaku). Disamping itu, perhitungan tarif cukai harus juga memperhatikan penyerapan tenaga kerja dan kemungkinan tenaga kerja tidak dipekerjakan pada industri semen tersebut, kandungan lokal, kandungan impor dan impor semen, dampak negatif yang dihasilkan oleh industri semen bagi lingkungan, sosial dan kesehatan masyarakat, kualitas jenis semen dan lain-lain.

Kecenderungan hasil produksi industri semen untuk diekspor sangatlah kecil, yaitu rata-rata 3,03% pertahun, berarti 96,97% adalah untuk konsumsi di dalam negeri. Sifat permintaan semen adalah inelastis, sehingga pembebanan cukai tidak akan menyebabkan pengurangan permintaan yang signifikan. Jadi, pangsa pasar semen dalam negeri setelah pembebanan cukai tetap besar.

Dengan memperhatikan rasio kapasitas terpasang dan produksi yang dihasilkan, dapat dilihat bahwa utilisasi kapasitas pada industri semen mencapai 91%. Dengan demikian industri semen telah berproduksi dengan full capacity atau sangat efisien. Hal ini ditambah dengan administrasi yang baik dan adanya kemudahan-kemudahan dalam pengawasan fisik, baik dari segi jumlah produksi maupun penjualannya, sehingga jika mempertimbangkan segi administrasinya layak untuk dikenakan cukai.

Berdasarkan bukti empiris pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahun1999 sebesar 2%dan tahun 2000 diprediksikan sebesar 3%. Pertumbuhan PDB sebesar 5% tersebut akan mengakibatkan pertumbuhan industri semen sebesar 3%. Sehingga penurunan nilai produksi semen setelah dikenakan cukai dengan tarif 25%, dengan memperhitungkan pertumbuhan ekonomi, akan

Page 67: MANAJEMEN LINGKUNGAN

menjadi 17% (20% - 3%). Dengan demikian prediksi penerimaan cukai tahun 2000 adalah 103% atau (100% + 3%) dari prediksi penerimaan denagn asumsi income tetap.

Berdasarkan analisa tersebut di atas diperoleh prediksi penerimaan cukai dari masing-masing dasar perhitungan pertumbuhan income percapita. Hal ini dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 9. Tabel Prediksi Penerimaan Cukai Tahun Anggaran 2000 untuk konsumsi Di Daerah pabean (97,03%)

No. Dasar Perhitungan Income Tetap (Dalam Rp.) Income Berubah (Dalam Rp.) 1. Nilai Produksi (Rp.) 515.271.319.000 530.729.458.5702. Jumlah Produksi (ton) 857.964.880.850 883.703.827.275

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat prediksi pesimis penerimaan cukai pada income tetap adalah sebesar Rp. 515.271.319.000,00 dan prediksi optimisnya sebesar Rp. 857.964.880.850,00. Sedangkan pada pertumbuhan income percapita 5%, prediksi pesimis penerimaan cukai pada income berubah adalah sebesar Rp. 530.729.458.570,00 dan prediksi optimisnya sebesar Rp. 883.703.827.275,00. Prediksi penerimaan ini diperkirakan dicapai dengan tarif cukai ad valorum 25 % atau tarif cukai spesifik Rp. 43,00 per kg.

Page 68: MANAJEMEN LINGKUNGAN

I. PENGERTIAN SEMEN................................................................................................ 1

II. OPTIMALISASI PENERIMAAN............................................................................ 2

2.1.   Skenario I : Cukai Terhadap Produksi Semen Dalam Negeri........ 2

2.1.1.   Perkiraan Penerimaan Cukai Tahun 2000 Berdasarkan Data Nilai Produksi................ 2

2.1.2.   Perkiraan Penerimaan Cukai Tahun 2000 Berdasarkan Data Jumlah Produksi............. 2

2.2.  Skenario II : Cukai Dikenakan Terhadap Semen Yang Dikonsumsi di Daerah Pabean  2

2.2.1. Perkiraan Penerimaan Cukai Tahun 2000 Berdasarkan Data Nilai Produksi.................. 2

2.2.2.  Perkiraan Penerimaan Cukai Tahun 2000 Berdasarkan Data Jumlah Produksi.............. 2

III. ELASTISITAS PERMINTAAN............................................................................. 2

IV. KELAYAKAN ADMINISTRASI........................................................................... 2

V. PAJAK LAINNYA...................................................................................................... 2

VI. DAMPAK LINGKUNGAN DAN SOSIAL.......................................................... 2

VII. TENAGA KERJA...................................................................................................... 2

VIII. KANDUNGAN IMPOR DAN IMPOR SEMEN............................................. 2

IX. ORIENTASI EKSPOR.............................................................................................. 2

X. NEGARA-NEGARA YANG MENGENAKAN CUKAI ATAS SEMEN....... 2

XI. PENUTUP..................................................................................................................... 2

Page 69: MANAJEMEN LINGKUNGAN

PEMANFAATAN FLY ASH DAN BOTTOM ASHPEMANFAATAN FLY ASH DAN BOTTOM ASH

Fly ash dan bottom ash adalah terminology umum untuk abu terbang yang ringan dan abu relatif berat yang timbul dari suatu proses pembakaran suatu bahan yang lazimnya menghasilkan abu. Fly ash dan bottom ash dalam konteks ini adalah abu yang dihasilkan dari pembakaran batubara.Sistem pembakaran batubara umumnya terbagi 2 yakni sistem unggun terfluidakan (fluidized bed system) dan unggun tetap (fixed bed system atau grate system). Disamping itu terdapat system ke-3 yakni spouted bed system atau yang dikenal dengan unggun pancar. Fluidized bed system adalah sistem dimana udara ditiup dari bawah menggunakan blower sehingga benda padat di atasnya berkelakuan mirip fluida. Teknik fluidisasi dalam pembakaran batubara adalah teknik yang paling efisien dalam menghasilkan energi. Pasir atau corundum yang berlaku sebagai medium pemanas dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan biasanya dilakukan dengan minyak bakar. Setelah temperatur pasir mencapai temperature bakar batubara (300oC) maka diumpankanlah batubara. Sistem ini menghasilkan abu terbang dan abu yang turun di bawah alat. Abu-abu tersebut disebut dengan fly ash dan bottom ash. Teknologi fluidized bed biasanya digunakan di PLTU (Pembangkit Listruk Tenaga Uap). Komposisi fly ash dan bottom ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : (80-90%) berbanding (10-20%).Fixed bed system atau Grate system adalah teknik pembakaran dimana batubara berada di atas conveyor yang berjalan atau grate. Sistem ini kurang efisien karena batubara yang terbakar kurang sempurna atau dengan perkataan lain masih ada karbon yang tersisa. Ash yang terbentuk terutama bottom ash masih memiliki kandungan kalori sekitar 3000 kkal/kg. Di China, bottom ash digunakan sebagai bahan bakar untuk kerajinan besi (pandai besi). Teknologi Fixed bed system banyak digunakan pada industri tekstil sebagai pembangkit uap (steam generator). Komposisi fly ash dan bottom ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : (15-25%) berbanding (75-25%).Persoalan di Sekitar Fly ash dan Bottom ashFly ash/bottom ash yang dihasilkan oleh fluidized bed system berukuran 100-200 mesh (1 mesh = 1 lubang/inch2). Ukuran ini relative kecil dan ringan, sedangkan bottom ash berukuran 20-50 mesh. Secara umum ukuran fly ash/bottom ash dapat langsung dimanfaatkan di pabrik semen sebagai substitusi batuan trass dengan memasukkannya pada cement mill menggunakan udara tekan (pneumatic system). Disamping dimanfaatkan di industri semen, fly/bottom ash dapat juga dimanfaatkan menjadi campuran asphalt (ready mix), campuran beton (concerete) dan dicetak menjadi

Page 70: MANAJEMEN LINGKUNGAN

paving block/batako. Dari suatu penelitian empiric untuk campuran batako, komposisi yang baik adalah sbb :

Kapur : 40% Fly ash : 10% Pasir : 40% Semen : 10%

Persoalan lingkungan muncul dari bottom ash yang menggunakan fixed bed atau grate system. Bentuknya berupa bongkahan-bongkahan besar. Seperti yang telah disinggung di atas bahwa bottom ash ini masih mengandung fixed carbon (catatan : fixed carbon dalam batubara dengan nilai kalori 6500-6800 kkal/kg sekitar 41-42%). Jika bottom ash ini langsung dibuang ke lingkungan maka lambat laun akan terbentuk gas Metana (CH4) yang sewaktu-waktu dapat terbakar atau meledak dengan sendirinya ( self burning dan self exploding). Di sisi yang lain, jika akan dimanfaatkan di pabrik semen maka akan merubah desain feeder, sehingga pabrik semen tidak tertarik untuk memanfaatkan bottom ash tsb.Solusi Persoalan Fly ash dan Bottom ashDari situasi dan keadaan di atas maka dapat dikatakan bahwa solusi terhadap munculnya fly/bottom ash serta pemanfaatan yang dikaitkan dengan keamanan terhadap lingkungan adalah sbb :

1. Fly ash/bottom ash yang berasal dari sistem pembakaran fluidized bed dapat digunakan untuk :

a. Campuran semen tahan asamb. Campuran asphalt (ready mix) dan betonc. Campuran paving block/batako

1. Fly ash yang berasal dari fixed bed system dapat langsung digunakan seperti point 1.a, 1b dan 1c. Sedangkan untuk bottom ash yang masih dalam bentuk bongkahan maka harus mengalami perlakukan pengecilan ukuran (size reduction treatment) sebelum dimanfaatkan lebih lanjut.

PEMANFAATAN FLY ASH Batubara sebagai bahan bakar banyak digunakan di PLTU. Kecenderungan dewasa ini akibat naiknya harga minyak diesel industri, maka banyak perusahaan yang beralih menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam menghasilkan steam (uap). Sisa hasil pembakaran dengan batubara menghasilkan abu yang disebut dengan fly ash dan bottom ash (5-10%). Persentase abu (fly ash dan bottom ash) yang dihasilkan adalah fly ash (80-90%) dan bottom ash (10-20% ) : Sumber PJB Paiton. Umumnya komposisi kimia fly ash dapat ditunjukkan seperti di bawah ini :

SiO2 : 52,00% Al2O3 : 31,86% Fe2O3 : 4,89% CaO : 2,68% MgO : 4,66%

Page 71: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Manfaat Fly ash Pabrik semen memerlukan fly ash yang digunakan sebagai pengganti (substitusi) batuan trass yang bersifat pozzolanic untuk pembuatan semen tahan asam (PPC). Penggunaan fly ash di salah satu pabrik semen berkisar antara 4-6 % berat raw mill. Posisi pemasukan fly ash di pabrik semen ditunjukkan pada skema berikut :Semen sebagai bahan pengikat telah dikenal sejak zaman Mesir kuno yang merupakan kalsinasi gypsum yang tidak murni. Sedangkan kalsinasi batu kapur baru dimulai oleh bangsa Romawi. Mereka menggunakan material yang diambil dari lembah Napples (Italia) tepatnya di daerah Pozzoalu yang merupakan asal-usul penamaan Pozzolano terhadap bahan tersebut. Semen Portland terbagi menjadi 5 jenis yaitu Semen Portland I s.d V. Setiap jenis semen Portland berbeda-beda dalam racikannya (sesuai dengan standard ASTM dan SII, lihat Lampiran). Maksud racikan disini adalah perbedaan komposisi kimia dan sifat fisika semen yang akan terbentuk. Perbedaan kimia yaitu berapa percent jumlah Kalsium, Silika, Aluminium dan Ferrum (besi) sebagai unsur pembentuk utama semen dan perbedaan fisika misalnya loss of ignition, kuat tekan, panas hidrasi dsb.Secara umum komposisi bahan pembentuk semen PPC adalah sbb :

Clinker : 86% Gypsum : 4% Trass : 6% Fly ash : 4%

Berdasarkan definisi SNI 15-0302-1994 :PPC adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen Portland dengan pozzolan halus yang diproduksi dengan cara menggiling clinker semen Portland dan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk semen Portland dengan bubuk pozzolan atau gabungan antara menggiling dan mencampur dimana kadar pozzolan 15 s.d 40% massa semen Portland pozzolan. Berdasarkan definisi ASTM C 219 : PPC adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran semen Portland, blast furnace slag dan pozzolan yang dihasilkan dari penggilingan klinker semen Portland dan pozzolan dengan mencampur semen Portland atau semen Portland blast furnace slag dan pozzolan yang dihaluskan secara terpisah atau kombinasi penggilingan dan pencampuran dimana jumlah pozzolan adalah sesuai batas yang dipersyaratkan. Berdasarkan 2 (dua) definisi di atas maka yang membedakan PPC dengan semen Portland biasa (I s.d V) adalah banyaknya trass atau fly ash yang ditambahkan pada proses akhir (finish mill). Dengan penambahan fly ash akan mengakibatkan pada struktur beton hal-hal sebagai berikut :

Curing time (umur 90 hari) laju reaksi pozzolanic (pengikatan Ca) meningkat sehingga jumlah Ca(OH)2 yang akan berinteraksi dengan CO2 berkurang karenanya karbonasi terhambat

Menurunkan alkalinitas beton yang merupakan penyebab terjadinya korosi pada besi betonKriteria ini akan meningkatkan ketahanan concrete (beton) terhadap oksidasi akibat lingkungan yang bersifat asam (utamanya daerah rawa).Contoh Pemanfaatan Empiris fly ash/bottom ash di Ind. TextileJumlah Batubara (6300 kkal/kg) yg dibakar = 70 tonFly ash = 0.5 ton

Page 72: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Bottom ash = 10 -12 ton Total ash = 10, 5 -12 ton (15-17% dari total BB yang dibakar)Bottom ash dapat digunakan kembali, nilai kalorinya = 3000 kkal/kg

Perbandingan bottom ash dgn BB asli = 2 : 5

Sumber : http://b3.menlh.go.id/3r/article.php?article_id=6

[Translate]

Artikel Sejenis:

PESTISIDA ALAMI: DAUN TOMAT, BAGUS TAPI HATI-HATI.! AIR DAUR ULANG UNTUK MENGAIRI TANAMAN URIN SEBAGAI PUPUK CAIR DAN FUNGISIDA ALAMI Alat Pelindung Telinga MOL HIJAU ADALAH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) PESTISIDA ALAMI: BAWANG PUTIH DAN CABAI Penyajian Makanan (Prinsip Food Hygiene) Penyimpanan Bahan makanan (Prinsip Food Hygiene) HAMBATAN GASIFIER BIOMASA PEMANFAATAN FLY ASH BATUBARA

Artikel yang berhubungan :

Pengertian LEGGING’S PRODUSEN JUAL LEGGING PRODUSEN LEGGING-JUAL-GROSIR LEGGING PALING MURAH! PEMANFAATAN FLY ASH BATUBARA

Informasi yang berhungan:

pemanfaatan fly ash dan bottom ash limbah b3 dan non b3 - PEMANFAATAN FLY ASH DAN BOTTOM ASH Fly ash dan bottom ash adalah terminology umum untuk abu terbang yang ringan dan abu relatif berat yang timbul dari suatu [Baca Selengkapnya..]

jasa pengolahan limbah b3 bottom ash dan fly ash abu - Kami bekerjasama dengan PT. SPS bergerak dalam bidang mengelola limbah B3, khusus untuk limbah bottom ash dan fly ash (abu pembakaran batubara) Kegiatan kami [Baca Selengkapnya..]

Page 73: MANAJEMEN LINGKUNGAN

toksisitas abu terbang dan abu dasar limbah pltu main page - Abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik. [Baca Selengkapnya..]

promolaris promosi gratis pasti laris halaman 123 - JASA PENGOLAHAN LIMBAH B3 BOTTOM ASH DAN FLY ASH (ABU PEMBAKARAN BATUBARA) khusus untuk limbah bottom ash dan fly ash (abu pembakaran batubara) Kegiatan [Baca Selengkapnya..]

pemanfaatan fly ash batubara limbah b3 dan non b3 solusi - Pemanfaatan fly ash batubara sebagai mineral filler pada campuran aspal beton Fly ash batubara adalah limbah industri yang dihasilkan dari pembakaran

Limbah Gas dan Partikel dikutib dari : http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/

limbah-gas-dan-partikel/diposting oleh : wahyu (040)

Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi

pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2,CO2, H2 dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.

Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih rnungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap,kabut dan fume-Sedangkan pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.

Untuk beberapa bahan tertentu zat pencemar ini berbentuk padat dan cair. Karena suatu kondisi temperatur ataupun tekanan tertentu bahan padat/cair itu dapat berubah menjadi gas. Baik partikel maupun gas membawa akibat terutama bagi kesehatan,manusia seperti debu batubara, asbes, semen, belerang, asap pembakaran,uap air, gas sulfida, uap amoniak, dan lain-lain.

Pencemaran yang ditimbulkannya tergantung pada jenis limbah, volume yang lepas di udara bebas dan lamanya berada dalam udara. Jangkauan pencemaran melalui udara dapat berakibat luas karena faktor cuaca dan iklim turut mempengaruhi.Pada malam hari zat yang berada dalam udara turun kembali ke bumi bersamaan dengan embun. Adanya partikel kecil secara terus menerus jatuh di atap rumah, di permukaan daun pada pagi hari menunjukkan udara mengandung partikel. Kadang-kadang terjadi hujan masam.

Page 74: MANAJEMEN LINGKUNGAN

Arah angin mempengaruhi daerah pencemaran karena sifat gas dan partikel yang ringan mudah terbawa. Kenaikan konsentrasi partikel dan gas dalam udara di beberapa kota besar dan daerah industri banyak menimbulkan pengaruh, misalnya gangguan jarak pandang oleh asap kendaraan bermotor, gangguan pernafasan dan timbulnya beberapa jenis penyakit tertentu.

Jenis industri yang menjadi sumber pencemaran melalui udara di antaranya: -industri besi dan baja

-industri semen-industri kendaraan bermotor-industri pupuk-industri aluminium-industri pembangkit tenaga listrik-industri kertas-industri kilang minyak-industri pertamban

Jenis industri semacam ini akumulasinya di udara dipengaruhi arah angin, tetapi karena sumbernya bersifat stationer maka lingkungan sekitar menerima resiko yang sangat tinggi dampak pencemaran.

Berdasarkan ini maka konsentrasi bahan pencemar dalam udara perlu ditetapkan sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap manusia dan makhluk lain sekitarnya. Jenis industri yang menghasilkan partikel dan gas adalah sebagai tertera dalam tabel 6.

Page 75: MANAJEMEN LINGKUNGAN