Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MANAJEMEN MODAL KERJA DAN PROFITABILITAS
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SYARIAH DAN KONVENSIONAL
(PERIODE 2007-2010)
SKRIPSI
Oleh
Ageng Satria Anugrah
NIM : 109081000094
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M / 1434 H
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ageng Satria Anugrah
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 11 Mei 1990
3. Alamat : Jl. Kemital no.3 Blok E,
Perum. Ciputat Baru,
Ciputat,Tangerang Selatan.
4. Telepon : 085779473615
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. MI Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta Tahun 1996-2002
2. SMPN 87 Jakarta Tahun 2002-2005
3. SMAN 87 Jakarta Tahun 2005-2008
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Tri Djatmoko
2. Ibu : Ety Sri Juhaeti
Alamat : Jl. Kemital no.3 Blok E,
Perum. Ciputat Baru,
Ciputat, Tangerang Selatan
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
2012-2013 Staf Bidang Data dan Trading,
Lab. Pasar Modal FEB
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
2011 Anggota Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010-2011 Kepala Divisi Keuangan II,
Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010-2011 Staf Divisi Keuangan
Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010-2011 Staf Bidang Olahraga,
Badan Eksutif Mahasiswa Jurusan Manajemen
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
WORKING CAPITAL MANAGEMENT AND PROFITABILITY IN
SYARIAH AND CONVENTONAL MANUFACTURING COMPANY
(THE PERIODE 2007-2010)
Ageng Satria Anugrah
Abstract
This study aimed to anylyze the differences and the effect of working capital
management on profitability index in Islamic and conventional manufacturing
company. Total of 23 companies from Chemical and Basic Industry Sector listed in
Indonesian Stock Exchange has taken as sample. The study was conducted in the period
of 2007 to 2010. Difference t-test was used to determine differences in the cash
conversion cycle, current assets and debt-to-asset ratio, and return on assets between
Islamic and conventional firms in the alpha 5%. While multiple regression is used to
determine the effect of the cash conversion cycle, current assets and debt-to-asset ratio
on return on assets with a 95% confidence level.The t-test result shows that return-on-
asset, current ratio, and debt-to-asset ratio in Islamic and conventional firms are
significantly different. Islamic companies have a higher level of profitability despite
having a higher current ratio position then conventional firms. Islamic firms also have
a lower debt ratio than conventional because such regulations specify. While the results
of the regression analysis in Islamic firms showed variable DAR have a negative impact
on ROA with a significance value of 0.018 which is smaller than alpha 0.05 so that the
effect is statistically significant. Whereas in conventional firms, cash conversion cycle
and debt-to-asset ratio was found negatively related to the return on asset value and
significance to CCC DAR 0.035 and 0.000 is less than the alpha 0.05 so we can
conclude the effect is significant. Thus, the criteria sharia company is proven to cause
the company is able to manage working capital well and create high profit.
Keywords : working capital management, profitability, Islamic and conventional firms.
ix
MANAJEMEN MODAL KERJA DAN PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR SYARIAH DAN KONVENSIONAL (PERIODE
2007-2010)
Ageng Satria Anugrah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan dan pengaruh manajemen
modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur syariah dan
konvensional. Sebanyak 23 perusahaan manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia
yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dijadikan sampel. Penelitian ini dilakukan
pada periode tahun 2007 sampai 2010. Uji beda t-test digunakan untuk mengetahui
perbedaan cash conversion cycle (CCC), current ratio (CR) dan debt-to-asset ratio
(DAR), antara perusahaan syariah dan konvensional pada alfa 5%. Sedangkan regresi
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh CCC, CR dan DAR terhadap ROA
dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji beda t-test menunjukkan nilai signifikansi
CR dan DAR adalah sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa CR dan DAR antara perusahaan syariah dan konvensional adalah berbeda.
Perusahaan syariah memiliki posisi current ratio yang lebih tinggi dibanding dengan
perusahaan konvensional. Perusahaan syariah juga memiliki rasio hutang yang lebih
rendah karena adanya peraturan yang mengatur batas tingkat hutang yang
diperbolehkan. Sedangkan hasil analisis regresi perusahaan syariah menunjukkan
variabel DAR memiliki pengaruh negatif terhadap ROA dengan nilai signifikansi
sebesar 0.018 lebih kecil dari derajat kesalahan 0.05 sehingga secara statistik
pengaruhnya adalah signifikan. Sementara diperusahaan konvensional, cash conversion
cycle dan debt-to-asset ratio ditemukan berhubungan negatif dengan return on asset
nilai signifikansi untuk CCC dan DAR adalah 0.035 dan 0.000 lebih kecil dari derajat
kesalahan 0.05 sehingga dapat disimpulkan pengaruhnya adalah signifikan. Dengan
demikian, kriteria perusahaan syariah terbukti menyebabkan perusahaan mampu
mengelola modal kerja dengan baik dan menciptakan profit yang tinggi.
Kata kunci : manajemen modal kerja, profitabilitas, perusahaan syariah dan
konvensional.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimphakan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana
Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada bidang studi
Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Skripsi ini berjudul “Manajemen Modal Kerja dan Profitabilitas pada Perusahaan
Manufaktur Syariah dan Konvensional”. Tujian penelitian ini adalah untuk
menganalisis perbedaan dan pengaruh manajemen modal kerja pada perusahaan
manufaktur syariah dan konvensional. Penelitian ini juga didorong keinginan penulis
umtuk membuktikan bahwa konsep sistem ekonomi syariah lebih baik dari sistem
ekonomi yang eksis secara luas saat ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah yang telah memberikan dukungan, bantuan,
doa, serta semangat. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Kedua orang tua, Ety Sri Juhaeti dan Tri Djatmoko. Dan kakak, Dipta Rizky
Satwika.
2. Prof Dr. Abdul Hamid, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya.
3. Suhendra, S.Ag., MM., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya.
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen Pembimbing I.
5. Amalia, SE., MSM., Selaku Dosen Pembimbing II dan Pembimbing Akademik.
6. Keluarga Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sahabat-sahabat, dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
xi
Semoga dengan segala kebaikan dan bantuan dari semua pihak yang telah diberikan
kepada penulis akan mendapat balasa pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Amin.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kriteria penelitian yang sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca serta peneliti selanjutnya.
Jakarta, Juni 2013
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi
ABSTRACT .. .... ............................................................................................... viii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10
A. Landasan Teori ........................................................................ 10
1. Keuangan Islam ................................................................. 10
2. Perbedaan Entitas Bisnis Syariah dan Konvensional ........ 12
3. Pasar Modal Syariah .......................................................... 15
4. Saham Syariah ................................................................... 16
5. Modal Kerja ....................................................................... 18
6. Manajemen Modal Kerja ................................................... 19
7. Profitabilitas ....................................................................... 21
8. Cash Conversion Cycle ..................................................... 21
xiii
9. Inventories Turn Over Period ............................................ 22
10. Average Collection Period ............................................... 24
11. Payable Deferral Period .................................................. 25
12. Current Ratio .................................................................... 25
13. Debt Ratio ......................................................................... 26
B. Penelitian Terdahulu ................................................................ 26
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 30
D. Hipotesis ................................................................................. 32
1. Hipotesis untuk Uji Beda ....................................................... 32
2. Hipotesis untuk Regresi Perusahaan Syariah ...................... 33
3. Hipotesis untuk Regresi Perusahaan Konvensional ............ 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 35
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 35
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................... 37
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 39
D. Metode Analisis Data ............................................................. 40
1. Jenis Penelitian .................................................................. 40
2. Uji Beda:Independent Sample ........................................... 41
3. Uji Regresi Berganda ......................................................... 43
a. Uji Asumsi Klasik ....................................................... 44
b. Ketepatan Model (Goodness of Fit) ............................ 51
E. Operasionalisasi Variabel ........................................................ 55
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................ 57
A. Gambaran Umum Objek Penelitan .......................................... 57
1. Pasar Modal Syariah .......................................................... 57
2. Sektor Manufaktur: Industri Dasar dan Bahan Kimia ....... 58
3. Deskriptif Variabel Penelitian ........................................... 59
a. Perkembangan Return on Asset (ROA) ....................... 59
b. Perkembangan Cash Conversion Cycle (CCC) ........... 60
c. Perkembangan Inventories Collection Period (ICP) .. 61
xiv
d. Perkembangan Average Collection Period (ACP) ..... 62
e. Perkembangan Payable Deferal Period (PDP) .......... 63
f. Perkembangan Current Ratio (CR) ............................ 64
g. Perkembangan Debt to Asset Ratio (DAR) ................ 65
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................ 66
1. Uji Beda ............................................................................. 67
a. Uji Normalitas ............................................................. 67
b. t-Test Independent ....................................................... 68
2. Analisis Regresi Berganda ................................................. 73
a. Analisis Regresi Berganda Kelompok Perusahaan
Syariah ......................................................................... 73
1) Uji Asumsi Klasik ................................................. 73
2) Model Regresi ........................................................ 77
3) Uji F ....................................................................... 78
4) Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t) ........... 78
5) Uji Koefesien Determinasi (R2) ............................. 80
b. Analisis Regresi Berganda Kelompok Perusahaan Konvensional 80
1) Uji Asumsi Klasik .................................................. 81
2) Model Regresi ........................................................ 90
3) Uji F ....................................................................... 90
4) Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t) ........... 91
5) Uji Koefesien Determinasi (R2) ............................. 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 96
A. Kesimpulan .............................................................................. 96
B. Saran ........................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 99
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Perbedaan Proses Bisnis Perusahaan Syariah dan Konvensional ........ 15
2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ......................................................... 29
3.1 Daftar Kelompok Perusahaan Syariah yang Dijadikan Sampel ........... 38
3.2 Daftar Kelompok Perusahaan Konvensional yang Dijadikan Sampel . 38
3.3 Bentuk Transformasi Data .................................................................. 46
3.4 Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ...................................... 48
3.5 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 55
4.1 Perbandingan Return Saham Sektoral dengan IHSG ........................... 59
4.2 Uji Normalitas untuk Uji Beda ............................................................ 67
4.3 Uji Normalitas untuk Uji Beda Setelah Transformasi Data ................. 68
4.4 Uji Normalitas Output Uji Beda Bagian Pertama ................................ 69
4.5 Uji Normalitas Output Uji Beda Bagian Kedua .................................. 70
4.6 Ringkasan Hasil Uji Beda.. ................................................................. 72
4.7 Deskriptif Statistik Normalitas Perusahaan Syariah ............................ 73
4.8 Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Syariah ......................................... 75
4.9 Hasil Uji Multikolinieritas Perusahaan Syariah................................... 76
4.10 Uji F Perusahaan Syariah ................................................................... 78
4.11 Model Regresi Perusahaan Syariah .................................................... 78
4.12 Uji t Perusahaan Syariah ................................................................... 78
4.13 Uji Koefesien Determinasi Perusahaan Syariah ................................ 80
4.14 Deskriptif Statistik Normalitas Perusahaan Konvensional .................. 82
4.15 Deskriptif Normal P-Plot Perusahaan Konvensional Setelah
Transformasi Data............. .................................................................. 85
4.16 Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Konvensional ............................... 87
4.17 Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Konvensional Setelah
Transformasi Data .............. ................................................................ 89
4.18 Hasil Uji Multikolinieritas Perusahaan Konvensional ......................... 90
4.19 Model Regresi Perusahaan Konvensional ........................................... 91
4.20 Uji F Perusahaan Konvensional .......................................................... 92
xvi
4.21 Uji t Perusahaan Konvensional ........................................................... 92
4.22 Uji Koefesien Determinasi (R2) Perusahaan Konvensional ................. 94
4.23 Ringkasan Hasil Analisis Regresi ....................................................... 95
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Grafik Perbandingan Kinerja Indeks Syariah dan Konvensional........ 2
2.1 Perbedaan Proses Bisnis Perusahaan Syariah dan Konvensional........ 13
2.2 Ilustrasi Cash Conversion Cycle ........................................................ 22
2.3 Kerangka Pemikiran......... ................................................................. 31
3.1 Bentuk Histogram Normalitas......... .................................................. 45
4.1 Grafik Perkembangan ROA pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. ....................................................................... 60
4.2 Grafik Perkembangan CCC pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. ....................................................................... 61
4.3 Grafik Perkembangan ICP pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. ....................................................................... 62
4.4 Grafik Perkembangan ACP pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. ....................................................................... 63
4.5 Grafik Perkembangan PDP pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. ....................................................................... 64
4.6 Grafik Perkembangan CR pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. ....................................................................... 65
4.7 Grafik Perkembangan DAR pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. ....................................................................... 66
4.8 Grafik Normal P-Plot Perusahaan Syariah......................................... 73
4.9 Grafik Scatter Plot Perusahaan Syariah ............................................ 77
4.10 Grafik Normal P-Plot Perusahaan Konvensional ............................. 81
4.11 Grafik Histogram Perusahaan Konvensional .................................... 83
4.12 Grafik Normal P-Plot Perusahaan Konvensional Setelah
Transformasi Data............. ................................................................ 83
4.13 Grafik Scatter plot Perusahaan Konvensional .................................. 89
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Perusahaan Manufaktur
Lampiran 2 : Data Penelitian
Lampiran 3 : Output SPSS Uji Beda
Lampiran 4 : Output SPSS Regresi Berganda Perusahaan Syariah
Lampiran 5 : Output SPSS Regresi Berganda Perusahaan Konvensional
Lampiran 7 : Tabel dl-du
1
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis kredit dan krisis ekonomi baru-baru ini, sekali lagi menyoroti
kerapuhan dari sistem ekonomi kapitalisme. Krisis kredit macet pada tahun
2007/2008 menyebabkan kepanikan dan gejolak pada pasar keuangan dan
menyebabkan bubble pasar properti Amerika Serikat pecah. Sehingga krisis
tersebut mengancam dunia dengan resesi ekonomi global, dan berpotensi
menghentikan pertumbuhan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan untuk
ekonomi barat serta berpotensi merugikan ekonomi dunia sebesar 1 triliun
dolar AS. (Boeari dan Guiso, 2008). Krisis kredit yang di ikuti krisis ekonomi
global pun akhirnya menuntut untuk pencarian sistem ekonomi alternatif.
Praktik bisnis Islam pun bangkit menjadi sebuah sistem ekonomi yang
lebih kebal dari krisis. Sebagai contoh, di Indonesia, terbukti bahwa kinerja
indeks saham berlabel syariah memiliki kinerja yang lebih baik ketika indeks
pada umumnya masih terhamabat sentimen negatif dari krisis amerika dan
eropa. Pada tahun pertama kinerja indeks saham syariah Indonesia (ISSI)
mampu tumbuh sebesar 10.92%. Begitu pula dengan Jakarta Islamic Index
(JII) mampu tumbuh sebesar 6.85%. Pertumbuhan tersebut berhasil
melampaui indeks harga saham gabungan (IHSG) yang ada di titik 7,23%
pada periode yang sama.
2
(Sumber: www.infovesta.com)
Meski demikian, indeks ini masih tergolong cukup baru, oleh karena itu, masih
terlalu cepat untuk memutuskan apakah ISSI akan lebih baik dari indeks lainnya
dalam jangka panjang. Dan mengingat indeks ini hanya memasukkan emiten
dengan rasio hutang yang di bawah 45% dan berbasis syariah, tentu akan menjadi
suatu topik penelitian yang menarik di masa yang akan datang jika ternyata dalam
jangka panjang, kinerja Indeks ini tetap dapat mengalahkan kinerja indeks lainnya
secara umum. Sebab secara tidak langsung hal ini membuktikan bahwa emiten
dengan rasio hutang lebih rendah dan bisnis yang “halal” ternyata memiliki kinerja
Gambar 1.1
Grafik Perbandingan Kinerja Indeks Syariah dan Konvensional
3
yang lebih baik dibandingkan IHSG secara umum. Namun tentu, hipotesis ini masih
membutuhkan waktu untuk dibuktikan lagi kebenarannya (Rudiyanto, 2011)
Perkembangan Islamic Finance merupakan representasi masuknya
hukum-hukum religius dalam wilayah kehidupan komersial. Islamic finance
menentang hukum komersial sekuler yang diperasumsikan lebih efesien dan
superior, menentang hukum komersial yang memisahkan dari pertimbangan
religius dan kepatuhan atas jajarannya (Rodoni, 2009:26). Namun, pada
kenyataannya keadaan dunia bisnis saat ini masih berada di bawah sistem
kapitalisme yang tak terkendali dan tentunya masih jauh dari cita-cita Islam.
Oleh karena itu, bentuk entitas bisnis yang memiliki label syariah akan
lebih baik jika mengikuti bentuk bisnis yang telah dipraktikan kebanyakan
entitas bisnis (konvensional) lainnya selama ini. Namun tetap pada garis
perbedaannya yang terletak pada nilai-nilai prinsip dan aturan-aturan dasar
mengenai esensi aktifitas bisnis. Kombinasi bentuk entitas bisnis modern dan
aturan dan nilai-nilai islami merupakan aspek penting yang harus
dipertimbangkan oleh semua entitas bisnis syariah. Untuk itu, meraka tidak
hanya harus mengikuti prinsip-prinsip islam, namun juga membentuk diri
mereka sendiri dalam model yang diterima oleh bisnis moderen, tentu tanpa
harus mengkompromikan nilai-nilai dan prinsip dasar syariah. Hal tersebut
harus dilakukan oleh semua entitas bisnis yang berlabel syariah seperti
misalnya ; Bank Syariah, Asuransi Syariah, Pasar Modal Syariah, dan
Institusi non-finansial dan perusahaan Syariah lainnya. Model bisnis yang
sesuai kriteria syariah-serupa dengan entitas bisnis konvensional- harus fokus
4
paling tidak kepada lima aspek entitas bisnis ; fungsi manajemen, proses
bisnis, budaya organisasi (perusahaan), tata kelola perusahaan, dan tanggung
jawab sosial perusahaan. Kemudian aspek-aspek tersebut dikombinasikan
dengan nilai-nilai dan aturan syariah. Dalam setiap aktifitas dalam proses
manajemen bisnis, ada beberapa aspek yang ditekankan dalam prinsip
syariah. Aspek-aspek tersebut antara lain; pembiayaan, pemasaran, sumber
daya manusia, manajemen operasi. Dimana aspek-aspek tersebut harus
mengikuti aturan syariah yang disebut Fiqh Muamalah. Fiqh Muamalah
adalah hukum Islam yang mengatur hunbungan antara manusia dan semua
tindakan mereka dalam berinteraksi satu sama lain (semua diperbolehkan
kecuali ada ketentuan yang melarang). Ruang lingkup fiqh muamalah
meliputi antara lain , hukum yang berkaitan dengan semua aspek kehidupan
manusia serta hukum yang terkait aktifitas keuangan (Febianto, 2011:1-19).
Penelitian ini mencoba untuk mengkaji dan membandingkan bagaimana
kinerja perusahaan-perusahaan publik pada sektor manufaktur, baik yang
memenuhi kriteria syariah maupun yang masih berbasis konvensional.
Semua entitas bisnis atau perusahaan, baik syariah maupun konvensional
pasti melakukan manajemen keuangan. Dalam hukum syariah, diperbolehkan
semua jenis transaksi keuangan kecuali untuk beberapa elemen yang
mengandung riba (bunga dan semua margin yang tidak dibenarkan), maysir
(perjudian), dan gharar (ketidakpastian atau ketidak-jelasan). Hal ini wajib
dipatuhi bagi badan usaha untuk menggunakan dana yang halal. Perusahaan
tentu membutuhkan modal untuk menjalankan bisnisnya. Dalam bisnis
5
konvensional, biasanya perusahaan menggunakan sumber dana yang
megandung bunga di dalamnya. Hal tersebut dilarang oleh Islam karena
sifatnya yang merusak (Febianto,2011: 5).
Dalam manajemen keuangan, modal kerja merupakan salah satu aspek
keuangan yang paling mempengaruhi keberlangsungan operasi perusahaan.
Pengelolaan modal kerja yang tepat dapat menghindarkan perusahaan dari
kebangkrutan dan menentukan baik buruknya kinerja perusahaan. (Raheman,
et al. 2010: 414).
Preve dan Sarria-Allende (2010: 15) mendefinisikan modal kerja adalah
Modal dikurangi aset tetap , atau dalam konsep jangka pendek, modal kerja
adalah uang atau kas (aset likuid) yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan
yang timbul karena kewajiban lancar. Oleh sebab itu modal kerja harus
dikelola dengan baik. Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang
mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka
pendek perusahaan yang terdapat dalam perusahaan agar mampu membiayai
pengeluaran atau operasi perusahaan.Manajemen Modal Kerja meliputi tata
usaha aset lancar perusahaan - termasuk kas dan surat berharga, piutang, dan
persediaan- dan pembiayaan, terutama kewajiban lancar, yang perlu di
penuhi oleh aset lancar.
Untuk itu, manajemen modal kerja di berbagai jenis perusahaan menjadi
penting untuk beberapa alasan, misalnya ; Pertama, aset lancar untuk
perusahaan yang bergerak pada sektor manufaktur dan distribusi meliputi dari
setengah total asetnya bahkan lebih. Kedua, bagi perusahaan kecil yang tidak
6
memiliki akses terhadap modal jangka panjang, liabilitas lancar menjadi
sumber pembiayaan yang utama. Dan ketiga, bagi perusahaan besar yang
sedang berkembang juga banyak yang memanfaatkan pembiayaan jangka
pendek untuk membiyai pertumbuhannya. (Horne dan Wachowiz, 2008:206)
Telah banyak peneliti yang mengkaji pengaruh manajemen modal kerja
terhadap profitabilitas dari berbagai pandangan di berbagai sektor. Beberapa
diantaranya sanagat menarik dan berguna untuk penelitan yang akan
dilakukan saat ini.
Ganesan (2007) menganalisis efesiensi manajemen modal kerja pada
industri peralatan telekomunikasi. Studinya menemukan bahwa days of
working capital (serupa cash coversion cycle) memiliki hubungan yang tidak
siginifikan terhadap income atau pendapatan. Sementara Quayyum (2011)
dalam studi nya menemukan bahwa cash conversion cycle dan quick ratio
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan, sedangkan interest
coverage ratio berpengaruh positif.
Ching, et al. (2011) melakukan studi untuk mengetahui hubungan antara
manajemen modal kerja dan profitabilitas pada perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di bursa efek Brazil. Dalam penelitiannya, profitabilitas sebagai
variabel terikat diukur dengan tiga cara berbeda yaitu menggunakan Return in
Sales (ROS), Return on Assets (ROA), Retrun on Equity (ROE). Dan variabel
bebasnya adalah Cash Conversion Cycle (CCC), Debt Ratio, Days of
Working Capital, Days of Receivable, dan Days of Inventories. Hasil
7
studinya menggunakan regresei linear berganda mengemukakan bahwa CCC
dan Debt Ratio memeliki hubungan negatif terhadap Profitabilitas.
Owalabi dan Alu (2012) melakukan studi serupa terhadap sektor
manufaktur di India, dengan menguji hubungan antara Inventories
Conversion Periode (ICP) , Cash Conversion Periode (CCP – serupa dengan
CCC), Debtors Collection Period (DCP), dan Creditors Payment Periode
(CPP) dengan profitabiltas perusahaan (Return on Asset) pada sektor
manufaktur yang terdaftar pada Nigeria Stock Exchange. Hasilnya adalah
ICP,CCC, dan DCP memiliki pengaruh negatif terhadap ROA.
Studi hubungan antara manajemen modal kerja dengan profitabilitas pada
sektor fast moving consumer goods (FCMG) juga pernah dilakukan oleh
Bagachi dan Khamrui (2012) dalam kurun waktu 2001-2010. Variabel
independen yang digunakan adalah CCC, Interest Coverage Ratio (ICR),
Debt To Equity Ratio (DER), Age of inventory (sama dengan Days of
inventories dan ICP), Age of Debtor (AD), dan Age of Creditor (AC). Dan
Return on Asset digunakan sebagai pengukur profitabilitas. Ternyata CCC
dan DER secara parsial memiliki hubungan negatif terhadap ROA.
Sutanto dan Pribadi (2012) meneliti pengaruh modal kerja terhadap
profitabilitas pada satu perusahaan pribadi yang tergolong dalam sektor
Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). Mereka menggunakan Current Ratio,
Recievable Turnover, dan Networking Capital Turnover sebagai variabel
independen, dan ROA sebagai variabel dependen. Penelitian tersebut
8
membuktikan bahawa secara simultan, variabel-variabel bebas tersebut
berpengaruh positif secara simultan terhadap profitabilitas.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dilihat
bahwa sistem ekonomi syariah belakangan ini berkembang sangat pesat dan
dipredikisi mampu menjadi sistem ekonomi alternatif. Namun, penelitian
yang dilakukan disektor keuangan syariah, khususnya yang terkait dengan
manajemen modal kerja, dirasakan masih sangat terbatas. Maka penulis
tertarik melakukan penelitian yang diberi judul :
”Manajemen Modal Kerja Dan Profitabilitas Pada Perusahaan
Manufaktur Syariah Dan Konvensional”
Terdapat beberapa perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian
terdahulu. Perbedaan tersebut terletak pada metodologi penelitian,
perusahaan yang menjadi sampel penelitian, dan periode penelitian.
Metode analisis deskriptif, komparatif, dan kuantitatif dengan regresi
digunakan untuk menganalisis obyek penelitian yang dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu ; Perusahaan Syariah dan perusahaan konvensional. Sampel
dalam penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan periode penelitian yang dimulai
dari tahun 2007-2010. Periode tersebut dipilih karena adanya beberapa
keterbatasan yaitu ketersediaan laporan keuangan dan periode diterbitkannya
Daftar Efek Syariah oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI).
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disajikan diatas dapat diketahui
bahwa modal kerja merupakan faktor penting atas tingkat profitabilitas suatu
perusahaan, sehingga masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah ada perbedaan manajemen modal kerja pada perusahaan syariah
dan perusahaan konvensional?
2. Bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas
perusahaan syariah?
3. Bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas
pada perusahaan konvensional?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang hendak
dicapai adalah :
1. Menganalisis ada atau tidaknya perbedaan manajemen modal kerja pada
perusahaan syariah dan perusahaan konvensional.
2. Menganalisis bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap
profitabilitas pada syariah.
3. Menganalisis bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap
profitabilitas pada perusahaam konvensional.
Sedangkan manfaat penelitian ini, antara lain :
10
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
perusahaan khususnya pihak manajemen perusahaan tentang pengaruh
manajemen modal kerja terhadap proftabilitas perusahaan. Sehingga
diharapkan perusahaan dapat mengelola modal kerja dengan lebih efisien
agar mendapatkan profitabilitas yang tinggi. Dan pada akhirnya
memberikan kontribusi yang lebih baik pada perekonomian nasional.
2. Bagi Investor
Membantu investor dalam melakukan keputusan investasi pada
perusahaan syariah dan atau konvensional.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
meneliti tentang pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas
dan pasar modal syariah, dan sebagai tambahan pengetahuan serta
menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan
yang diharapkan dapat dijadikan dasar penelitian–penelitian selanjutnya.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keuangan Islam
Rodoni (2009:26-27) menjelaskan, keuangan Islam merupakan
prinsip-prinsip kehidupan komersial keuangan yang didiverskasikan dari
epistomologi Islam. Pendekatan yang dapat dilakukan ada dua macam.
Pertama, disiplin yang memajukan alternatif-alternatif baru terhadapa
keuangan komersial konvensional. Disini dilakukan upaya kreatif
penafsiran ajaran agama untuk memajukan alternatif baru yang diyakini
dapat memberikan kemanfaatan lebih besar dengan tingkat mudharat yang
minimum. Pendekatan yang kedua adalah melakukan reevaluasi konsep
dan praktek keuangan dengan Fiqh. Dengan mempertanyakan dan menilai
apakah konsep dan praktek yang ada tersebut sejalan dengan syariah.
Penilaian akan jatuh pada penetepan halal, makruh, mubah, sunnah, atau
haram. Prinsip-prinsip dan petunjuk fundamental Al-Qur’an yang dapat
dibangun dalam tataran muamalah, khususnya dalam pembiayaan dan
investasi keuangan, antara lain :
a. Pembiayaan atau investasi hanya dapat dilakukan pada aset atau
kegiatan usaha yang halal, spesifik, dan bermanfaat.
b. Uang merupakan alat bantu pertukaran nilai, dimana pemilik harta
akan memperoleh bagi hasil dari kegiatan usaha tersebut, maka
12
pembiayaan atau investasi harus pada mata uang sama dengan
pembukaan kegiatan usaha.
c. Akad yang terjadi antara pemilik harta dengan emiten harus jelas.
d. Baik pemilik harta maupun emiten tidak boleh mengambil resiko yang
melebihi kemampuannya dan menimbulkan kerugian.
e. Penekanan pada mekanisme yang wajar dan prinsip kehati-hatian baik
pada investor maupun emiten.
2. Perbedaan Entitas Bisnis Syariah dan Konvensional (Febianto, 2011)
Bisnis syariah dapat didefinisikan sebagai semua aktifitas bisnis
yang tidak terbatas (dari segi kuantitas) kepemilikannya barang atau jasa
termasuk keuntungan, tetapi dapat dibatasi dalam hal cara mendapatkan
dan menggunakannya (menurut hukum syariah). Dalam Syariah, kekayaan
didefinisikan sebagai barang dan jasa yang dapat digunakan oleh manusia
dalam kehidupannya yang sesuai dengan hukum syariah.
Hukum Syariah dalam Islam adalah nilai inti yang menjadi
pedoman, strategis sertataktis, untuk organisasi bisnis. Dengan bimbingan
Syariah, bisnis adalah untuk mendapatkan empat hal utama:
a. Target hasil: profit-materi dan manfaat-nonmaterial,
b. Pertumbuhan,
c. kontinuitas,
d. Rahmat Allah
Bisnis Islam yang didasari oleh hukum Syariah cukup jauh berbeda
dengan bisnis konvensional, dalam hal cara mendapatkan dan
13
menggunakan kekayaan. Bisnis konvensional, dengan fondasi sekularisme
nya, tidak memperhatikan hukum syariah disetiap perencanaan,
pelaksanaan, dan semua usaha dalam mencapai tujuan bisnis. Namun
demikian, bisnis syariah harus membentuk diri mereka sendiri dalam
model yang diterima oleh bisnis moderen, tentu tanpa harus
mengkompromikan nilai-nilai dan prinsip dasar syariah. Model bisnis
yang sesuai kriteria syariah harus fokus paling tidak kepada lima aspek
entitas bisnis yang eksis yaitu ; fungsi manajemen, proses bisnis, budaya
organisasi (perusahaan), tata kelola perusahaan, dan tanggung jawab sosial
perusahaan. Kemudian aspek-aspek tersebut dikombinasikan dengan nilai-
nilai dan aturan syariah.
Dalam setiap aktifitas dalam proses manajemen bisnis, ada
beberapa aspek yang ditekankan dalam prinsip syariah. Aspek-aspek
Gambar 2.1
Perbedaan Proses Bisnis Perusahaan
Syariah dan Konvensional
(Sumber: Febianto,2011:7)
14
tersebut antara lain; pembiayaan, pemasaran, sumber daya manusia,
manajemen operasi. Dimana aspek-aspek tersebut harus mengikuti aturan
syariah yang disebut Fiqh Muamalah. Fiqh Muamalah adalah hukum
Islam yang mengatur hunbungan antara manusia dan semua tindakan
mereka dalam berinteraksi satu sama lain (semua diperbolehkan kecuali
ada ketentuan yang melarang). Ruang lingkup fiqh muamalah meliputi
antara lain , hukum yang berkaitan dengan semua aspek kehidupan
manusia serta hukum yang terkait aktifitas keuangan. Perbedaan mendasar
dari proses manajemen bisnis entitas syariah dengan non-syariah
(konvensional) dapat di rangkum sebagai berikut :
Tabel 2.1
Perbedaan Proses Bisnis
Perusahaan Syariah dan Konvensional
Syariah (Islami) Proses
Bisnis
Non-Syariah (Konvensional)
Visi dan Misi organisasi
saling berhubungan dengan
tujuan penciptaan manusia
di dunia.
Manajemen
Strategis
Visi dan Misi organisasi
hanya didasarkan pada
kepentingan materil semata.
Terjamin halal untuk semua
input, proses, dan output.
Serta memprioritaskan
produktifitas sesuai koridor
syar’i.
Manajemen
Operasi
Tidak aada jaminan halal
untuk setiap input, proses, dan
output. Memprioritaskan
produktifitas berdasarkan
keutungan semata.
Jaminan halal untuk setiap
input, proses, dan output
finansial nya.
Manajemen
Keuangan
Tidak ada jaminan halal untuk
setiap input, proses, dan
output finansial nya.
15
Pemasaran dilakukan di
koridor jaminan halal.
Manajemen
Marketing
Tidak ada jaminan halal
dalam aktifitas pemasaran.
Sumber daya manusia yang
profesional dan memiliki
tanggung jawab kepribadian
islami kepada diri sendiri,
atasan, dan Allah SWT.
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
Sumber daya manusia yang
profesional. Hanya
bertanggung jawab pada
dirinya sendiri dan atasan.
(Sumber :Adaptasi dari Yusonto dan Widjajakusuma. 2002, Menggagas
Bisnis Islami. Dalam Febianto, 2011)
3. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan
perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengannya,
dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak
bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah. Pasar modal syariah
juga dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip
syariah.Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh investor
maupun emiten, yaitu :
a. Instrumen atau efek yang diperjualbelikan harus sejalan dengan prinsip
syariah, seperti saham syariah dan sukuk (obligasi syariah) yang
terbebas dari unsur riba (interest) dan gharar (ketidakpastian atau
ketidaklengkapan informasi yang tidak dapat kelola dan berpotensi
menimbulkan sengketa)
b. Emiten yang mengeluarkan efek syariah (perusahaan syariah), baik
berupa saham ataupun sukuk, harus meanaati semua aturan syariah,
maka produk dan jasa yang dihasilkan harus sesuai syariah.
16
c. Semua efek harus berbasis harta (aset) atau transaksi riil (‘ain), bukan
mengharapkan keuntungan dari kontrak hutang piutang.
d. Semua transaksi tidak mengandung ketidakjelasan yang berlebihan
(gharar) atau spekulasi murni.
e. Mematuhi semua aturan Islam yang berhubungan dengan hutang-
piutang, seperti tidak dibenarkan jual-beli utang dengan cara diskon;
emiten tidak boleh menerbitkan efek untuk membayar kembali utang
(bai’ad dain bi ad-dain), tidak boleh adanya kompensansi yang
berdasarkan dari pemabaharuan utang (restructuring); dan tidak
dibenarkan melakukan jual beli masa datang (forward) untuk transaksi
valuta asing. (Rodoni,2009 : 63.)
4. Saham Syariah
Kriteria pemilihan saham syariah didasarkan kepada Peraturan
Bapepam & LK No. II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
syariah, pasal 1.b.7. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa Efek
berupa saham, termasuk HMETD syariah dan Waran syariah, yang
diterbitkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik yang menyatakan bahwa
kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan
prinsip syariah, sepanjang Emiten atau Perusahaan Publik tersebut:
a. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam angka
1 huruf b Peraturan Nomor IX.A.13, yaitu:
Kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
antara lain:
17
1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi ;
2) Perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain :
(a) perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang/jasa; dan
(b) perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
3) Jasa keuangan ribawi, antara lain:
(a) bank berbasis bunga; dan
(b) perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
4) Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar)
dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional;
5) Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau
menyediakan antara lain:
(a) barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi);
(b) barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-
ghairihi) yang
(c) ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau
6) melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).
b. Memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut :
1) Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total assets
tidak lebih dari 45% (empat puluh lima per seratus);
2) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan
18
pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus.
(idx.co.id)
5. Modal Kerja
Modal kerja adalah jumlah dana yang diinvestasikan dalam aktiva
lancar setiap perusahaan untuk membiayai kegiatan operasinya sehari-hari.
Brigham dan Houston (2009:489) mengemukakan bahwa modal kerja
adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, seperti kas,
sekuritas yang mudah dipasarkan, piutang usaha dan persediaan. Prevere
(2010:15) mendefinisikan modal kerja adalah Modal dikurangi aset tetap ,
atau dalam konsep jangka pendek, modal kerja adalah uang atau kas (aset
likuid) yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan yang timbul karena
kewajiban lancar.
Modal kerja dapat dikalasifikasikan berdasarkan komponennya
(Horne dan Wachowicz, 2008: 206), yaitu kas, marketable securities,
piutang, dan persediaan. Sebagai tambahan, modal kerja juga dapat
dibedakan menurut waktu, yaitu permanen atau sementara. Modal kerja
permanen adalah jumlah aset lancar yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan jangka panjang minimum perusahaan. Sedangkan modal kerja
sementara, adalah jumlah aset lancar yang bervariasi sesuai kebutuhan
musiman
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja
adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek dalam bentuk kas,
sekuritas, piutang dan persediaan yang digunakan untuk memenuhi
19
kegiatan operasi perusahaan. Agar kegiatan operasi perusahaan berjalan
lancar, maka dibutuhkan modal kerja yang cukup, oleh sebab itu modal
kerja harus dikelola dengan baik.
6. Manajemen Modal Kerja
Merujuk kepada definisi yang dijelaskan oleh Horne dan Wachowicz
(2008:115), yang dimaksud sebagai manajemen modal kerja adalah usaha
dan kegiatan yg meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara
penyelenggaraan pembinaan mengenai aset lancar perusahaan dan
pembiayaan yang dibutuhkan untuk mendanai aset lancar tersebut.
Manajemen modal kerja merupakan salah satu faktor terpenting untuk
menjalankan kegiatan operasional yang sudah direncanakan , oleh sebab
itu modal kerja harus dikelola dengan baik. Manajemen Modal Kerja
meliputi tata usaha aset lancar perusahaan - termasuk kas dan surat
berharga, piutang, dan persediaan- dan pembiayaan, terutama kewajiban
lancar, yang perlu di penuhi oleh aset lancar. Hal-hal yang mendasari
manajemen modal kerja terletak pada dua isu keputusan yang mendasar
bagi perusahaan, yaitu :
a. Penentuan tingkat optimal dari investasi pada aset lancar.
b. Penentuan kombinasi yang tepat antara pembiayaan jangka pendek
dan jangka panjang yang digunakan untuk investasi pada aset lancar.
Keputusan-keputusan tersebut dipengaruhi oleh trade-off yang harus
dilakukan antara profitabilitas dan risiko. Penurunan investasi pada aset
20
lancar, sejauh masih dapat mendukung penjualan, akan mengakibatkan
peningkatan laba perusahaan pada total aset. Selama biaya pembiayaan
jangka pendek lebih rendah dari biaya pada pembiayaan jangka menengah
maupun panjang, semakin besar proporsi utang jangka pendek terhadap
total utang maka akan semakin besar profitabilitas perusahaan. Jika sebuah
perusahaan menggunakan pendekatan hedging, setiap aset akan diimbangi
dengan instrumen pembiayaan yang memiliki waktu jatuh tempo yang
sama. Aset jangka pendek atau musiman akan dibiayai dengan hutang
jangka pendek. Komponen permanen dari aset lancar dan aset tetap jangka
panjang akan dibiayai dengan hutang jangka panjang dan atau ekuitas
(Horne dan Wachowiz,2008: 206).
Secara umum, semakin lama jadwal jatuh tempo pembiayaan yang
digunakan oleh perusahaan, semakin rendah risiko yang dihadapi. Namun,
semakin lama waktu jatuh tempo, maka semakin mahal biaya pembiayaan
yang harus dibayarkan. Sebagai konsekuensinya, perusahaan harus
menghadapi trade-off antara risiko dan profitabilitas. Berapa jumlah aset
lancar yang harus dijaga dan bagaimana hal tersebut dibiayai adalah saling
interdependen. Karena keduanya saling ketergantungan, maka kedua hal
tersebut harus dipertimbangkan secara bersama-sama (Horne dan
Wachowiz,2005 : 115).
7. Profitabilitas
Brigham dan Houston (2009: 86) menjelaskan, profitabilitas
digunakan untuk mengukur suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
21
Profitabilitas memberikan informasi tentang cara perusahaan beroperasi
dan merupakan sarana yang diperlukan untuk bertumbuh serta menjaga
kelangsungan hidupnya.
Untuk mengetahui tingkat profitabilitas sebuah perusahaan, pada
umumnya dilakukan analisis terhadap terhadap laporan keuangannya.
Rasio profabilitas berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan aset, dan
modal saham yang tertentu. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu :
profit margin, return on total asset (ROA), dan return on total equity
(ROE). (Hanafi dan Halim, 2009: 83). Namun, menurut Bagchi dan
Khamrui (2012: 4), diantara alat ukur yang profitabilitas yang ada, ROA
adalah yang paling baik karena menghubungkan secara langsung antara
profitabilitas sebuah usaha denga basis total aset yang dimilikinya.
8. Cash Conversion Cycle (CCC)
Cash onversion cycle merupaka lamanya waktu uang terikat pada
modal kerja atau lamanya waktu antara membayar modal kerja dan
mengumpulkan uang tunai dari penjualan modal kerja (Brigham dan
Houston, 2009: 495). Sedangkan menurut Gitman ( (2012: 641), cash
conversion cycle (CCC) adalah lama waktu yang dibutuhkan sebuah
perusahaan umtuk mengkonversi kas yang diinvestasikan dalam
operasinya menjadi penerimaan kas sebagai hasil dari kegiatan operasinya.
22
Gambar 2.2
Ilustrasi Cash Conversion Cycle
(Sumber : Brigham dan Houston, 2009: 496)
Secara konsep, perusahan akan mendapatkan keuntungan dengan
mempercepat penerimaan kas dan memperlambat pengeluaran kas untuk
pembayaran utang. Perusahaan akan memperlambat pengeluaran kas atau
pembayaran utang. Perusahaan akan mempercepat penerimaan kas untuk
dapat menggunakan uang tersebut lebih cepat untuk meningkatkan
efesiensi yang pada akhirnya meningkatkan profitabilitas. Sebaliknya,
perusahaan berusaha menunda pembayaran hutang selama yang mereka
bisa tanpa harus menurunkan kepercayaan kreditor sehingga perusahaan
mampu meningkatkan manfaat kas yang telah didapatkan (Horne dan
Wachowiz, 2008: 223). Cash conversion period merupakan kombinasi
dari penjumlahan inventories conversion period dengan avarege collection
period dikurangi payable deferral period. Berdasarkan hasil penelitian,
Shin dan Sonen dalam Brigham dan Houston (2009: 498) mengemukakan
bahwa mempersingkat cash conversion cycle akan menghasilkan
profitabilitas yang lebih tinggi. Jika sebuah perusahaan menjual lebih
23
cepat, mengumpulkan piutang lebih cepat, dan membayar hutang lebih
lama tanpa mempengaruhi penjualan dan meningkatkan biaya operasional,
maka periode pengumpulan kas akan berkurang, biaya bunga akan
berkurang, biaya bunga akan dapat dikurangi dan profit akan meningkat.
9. Inventories Conversion Period (ICP)
Inventory merupakan sejumlah bahan atau barang yang disediakan
oleh perusahaan, baik berupa barang jadi, bahan mentah, maupun barang
dalam proses yang disediakan untuk menjaga kelancaran operasi
perusahaan guna memenuhi permintaan konsumen setiap saat. Tujuan
manajemen persediaan adalah mengelola perputaran persediaan secepat
mungkin tanpa menimbulkan resiko kekurangan persediaan yang akan
berpengaruh pada hilangnya penjualan (Gitman,2012: 642).Tingkat
persediaan yang optimal tergantung pada penjualan, jadi penjualan harus
diperkirakan sebelum menentukan persediaan. Kesalahan dalam
menentukan persediaan akan menyebabkan kehilangan penjualan atau
menambah beban biaya untuk penyimpanan.. Sedangkan rata-rata waktu
yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah bahan mentah menjadi
barang jadi kemudian menjualnya disebut inventory conversion period
(Brigham dan Houston, 2009: 496).
Penelitian Owalabi dan Alu (2012) dan Ching, et al (2011)
menemukan bahwa waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah
bahan mentah menjadi barang jadi kemudian menjualnya (inventory
conversion period) memiliki hubungan negatif dengan profitabilitas
24
perusahaan. Semakin singkat periode konversi persediaan maka semakin
tinggi profitabilitas perusahaan.
10. Average Collection Period (ACP)
Account receivables merupakan tagihan yang timbul sebagai akibat
dari dilaksanakannya penjualan secara kredit. Perusahaan harus mampu
mengumpulkan piutangnya secepat mungkin. Dan untuk mengetahui
seberapa efektif perusahaan dalam mengumpulkan piutangnya dapat
menggunakan average collection period. Average collection period
merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengkonversikan piutang
perusahaan menjadi kas, yaitu jangka waktu sejak penjualan hingga
realisasi penagihan. Average collection period mewakili rata-rata jumlah
hari yang diperlukan perusahaan untuk mengumpulkan pembayaran dari
pelanggan (Gitman, 2012: 652). Apabila semakin cepat perusahaan dapat
mengumpulkan piutang, maka dana yang didapat akan dapat
diinvestasikan kembali ke dalam kegiatan operasional perusahaan
sehingga profitabilitas perusahaan akan semakin tinggi. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Owalabi dan Alu (2012).
11. Payable Deferral Period (PDP)
Account payable adalah hutang dagang yang timbul karena
perusahaan membeli bahan baku secara kredit. Account payable
merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan yang bersifat
jangka pendek (Gitman,2011: 682). Payable Deferral Period merupakan
jangka waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam melakukan pembayaran
25
atas hutang-hutangnya. Apabila perusahaan membayar mampu menunda
pembayaran hutang-hutangnya tanpa meningkatkan biaya operasi maka
profitabilitas perusahaan akan semakin tinggi (Brigham dan Houston,
2009 :496).
12. Current Ratio (CR)
Current Ratio (CR) termasuk dalam rasio likuiditas, dimana rasio ini
mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan relatif
terhadap utang lancarnya (utang dalam hal ini merupakan kewajiban
perusahaan). Rasio likuiditas yang jelek dalam jangka panjang akan
mempengaruhi solvabilitas perusahaan. Rasio lancar mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancarnya. ( Hanafi dan Halim, 2009:205)
Jika nilai rasio sama dengan 1 atau lebih, maka dapat dikatakan
perusahaan memiliki cukup kas dan aset likuid untuk menutupi kewajiban
hutang jangka pendeknya atau dengan kata lain memiliki risiko likuiditas
yang rendah. Namun, rasio lancar yang terlalu tinggi mengindikasikan
kelebihan modal kerja dibandingkan dengan yang dibutuhkan. Jika ini
terjadi, maka akan menimbulkan idle funds (dana yang tidak
menguntungkan), dan meningkatnya opportunity cost seperti biaya
penyimpanan dan perawatan yang pada akhirnya menurunkan
profitabilitas (Sutanto,2009 :290). Quayyum (2011) menemukan dalam
penelitiannya bahwa rasio likuiditas memiliki hubungan negatif terhadap
profitabilitas.
26
13. Debt Ratio
Rasio utang mengukur presentase dari dana yang diberikan oleh
kreditor. Total utang meliputi kewajiban lancar dan utang jangka panjang.
Kreditor lebih menyukai rasio utang yang lebih rendah karena semakin
rendah angka rasionya , maka semakin besar peredaman dari kerugian
yang dialami kreditor jika dilikuidasi. Pemegang saham , di lain pihak,
mungkin menginginkan lebih banyak leverage karena ia akan
memperbesar ekspektasi keuntungan (Brigham dan Houston, 2006: 86).
Hasil penelitian Ching, et al (2011) dan Bagchi dan Khamrui (2012)
menunjukkan bahwa rasio utang berpengaruh negatif terhadap
profitabilitas.
B. Penelitian Terdahulu
Telah banyak peneliti yang mengkaji pengaruh manajemen modal kerja
terhadap profitabilitas dari berbagai pandangan di berbagai sektor. Beberapa
diantaranya sanagat menarik dan berguna untuk penelitan yang akan
dilakukan saat ini.
Ganesan (2007) menganalisa efesiensi modal kerja pada 349 perusahaan
peralatan telekomunikasi. Variabel dependen yang digunakan adalah income
to total assets (IA), dan income to tatal sales (IS) dengan variabel independen
days sales outstanding (DSO), days inventory outstanding (DSO), days
payable outstanding (DPO), days of working capital (DWC), dan current ratio
(CR). Studi tersebut menemukan bahwa walaupun days working capital dan
27
current ratio memiliki hubungan negatif terhadap profitabilitas, namun tidak
memiliki pengaruh yang signifikan.
Quayyum (2011) mencoba melakukan investigasi pengaruh efesiensi
manajemen modal kerja serta menjaga tingkat likuiditas terhadap profitabilitas
perusahaan. Untuk itu, penelitian dilakukan terhadap perusahaan sektor
semen industri yang listed dalam Dhaka Stock Exchange . Penelitian ini
dilakukan dalam kurun waktu 2005-2009. Variabel bebas yang digunakan
adalah ROA, NPM, ICR, Current ratio , Quick Ratio, cash conversion cycle
(CCC), Reciebvale Collection Periode ,Payable Defable Periode, Inventories
turn over periode, cash to current liability, dan cash to sale. Dan variabel
terikat nya adalah ROA dan NPM. Hasilnya, ditemukan hubungan negatif
antara CCC dan profitabilitas.
Penelitian mengenai hubungan antara manajemen modal kerja dan
profitabilitas perusahaan juga pernah dilakukan oleh Bachi dan Khamrui
(2012) dengan menggunaka 10 perusahaan pada sektor Fast Moving
Consumer Goods di India dalam kurun waktu 10 tahun. Profitabilitas diukur
menggunakan return on assets.Sedangkan cash conversion cycle, interest
coverage ratio (ICR), age of inventory, age of creditors, age of debtors, dan
debt to asset ratio(DAR) dijadikan alat ukur variable penjelas. Studi tersebut
menggunakan alat analisi Pearson’s correlation dan analisis regresi.
Penelitian tersebut mengkonvirmasi hubungan negatif antara DER dan CCC
dengan profitabilitas. Selain itu, ICR memiliki hupungan positif terhadap
profitabilitas.
28
Ching, et.al. (2011) melakukan studi dengan menggunakan analisis regresi
berganda untuk mengetahui hubungan antara manajemen modal kerja dan
profitabilitas pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek Brazil.
Dalam penelitiannya, profitabilitas sebagai variabel terikat diukur dengan tiga
cara berbeda yaitu menggunakan Return in Sales (ROS), Return on Assets
(ROA), Retrun on Equity (ROE). Dan variabel bebasnya adalah Cash
Conversion Cycle (CCC), Debt Ratio, Days of Working Capital, Days of
Receivable, dan Days of Inventories. Hasil studinya menggunakan regresei
linear berganda mengemukakan bahwa CCC (sama dengan days of working
capital) dan Debt Ratio memeliki hubungan negatif terhadap profitabilitas.
Owalabi dan Alu (2012) melakukan studi serupa terhadap sektor
manufaktur di India, dengan menguji hubungan antara Inventories Conversion
Periode (ICP) , Cash Conversion Periode (CCP – serupa dengan CCC),
Debtors Collection Period (DCP), dan Creditors Payment Periode (CPP)
dengan profitabiltas perusahaan (Return on Asset) pada sektor manufaktur
yang terdaftar pada Nigeria Stock Exchange. Hasilnya adalah ICP ,CCC, dan
DCP memiliki pengaruh negatif terhadap ROA.
Sutanto dan Pribadi (2012) meneliti pengaruh modal kerja terhadap
profitabilitas pada satu perusahaan pribadi yang tergolong dalam sektor Usaha
Kecil dan Menengah (UMKM). Mereka menggunakan Current Ratio (CR),
Recievable Turnover (RT) , dan Net Working Capital Turnover (NWCT)
sebagai variabel independen, dan ROA sebagai variabel dependen. Penelitian
29
tersebut membuktikan bahawa secara simultan, variabel-variabel bebas
tersebut berpengaruh positif secara simultan terhadap profitabilitas.
Secara ringkas, hasil-hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1
sebagai berikut :
No Peneliti
(Tahun)
Variabel Alat
Statistik
Hasil
1 Ganesan
(2007)
Dependen :
Income to total assets
(IA), Income to sales
(IS)
Independen :
DSO, DIO, DPO, DWC,
CR
Analisis
Regresi
Sederhana,
dan ANOVA
F-Test
Days of working
capital (DWC)
memiliki
hubungan
negatif terhadap
IA dan IS
namun tidak
signifikan
2 Quayyum
(2011)
Dependen :
ROA, NPM, ICR
Independen :
CR, QR, CCC, RCP,
PDP,
ITR, CTCL, CTS,
NPM, ICR
Regresi
Sederhana
dan Regresi
Berganda
CCC dan QR
berpengaruh
negatif.
ICR
berpengaruh
Positif.
3 Ching, et
al.
(2011)
Dependen :
ROA, ROE, ROS
Independen :
CCE, DR, DAR, DI,
DWC
Statsitik
Deskriptif,
dan Regresi
Berganda
ROS dan ROA
berpengaruh
signifikan.
CCE,DR,DI
berpengaruh
negarif
DAR,DWC
berpengaruh
positif
4 Bagchi
dan
Khamrui
(2012)
Dependen :
ROA
Independen :
ICR,DER,AI,AD,AC
Statistik
Deskriptif,
Pearson’s
Correlation,
Pooled OLS
CCC dan DER
berpengaruh
negatif.
ICR
berpengaruh
positif
Tabel 2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu
30
5 Owalabi
dan Alu
(2012)
Dependen :
ROA
Independen :
ICP,CCP,DCP,CPP
Statsitik
Deskriptif,
dan Regresi
Berganda
ICP, DCP, CCP
berpengaruh
negatif
6 Sutanto
dan
Pribadi
Dependen :
ROA
Independen :
CR, TR, NWCT
Regresi
Berganda
Secara parsial
CR, TR, NWCT
tidak
berpengaruh
Terhadap ROA.
(Sumber: Hasil penelitian terdahulu)
C. Kerangka Berpikir
Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan. Agar seluruh kegiatan operasinya berjalan dengan
lancar, maka perusahaan harus mengelola modal kerja dengan baik sehingga
dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan
dalam mengelola modal kerja dapat diukur dari profitabilitasnya dan salah
satu cara untuk meningkatkan atau memaksimalkan keuntungan perusahaan
adalah dengan mengelola modal kerja secara efisien. Semakin efisien
pengelolaan modal kerja, maka akan menghasilkan keuntungan maksimal.
Tidak berbeda dengan perusahaan-perusahaan konvensional, perusahaan
dengan label syariah pun bertujuan untuk meningkatkan profitabilitas dan
perlu melakukan manajemen modal kerja yang efesien. Namun, karakteristik
yang khusus mengatur tentang keuangan perusahaan syariah menjadikannya
menarik untuk diteliti.
Berdasarkan dengan hasil penelitian terdahulu dan konsep-konsep dasar
sebagaimana diurakan sebelumnya maka kerangka peikiran teoritis dapat
disusun sebagamaina pada gambar berikut :
(Lanjutan Tabel 2.1)
31
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Latar Belakang Mtasalah Krisis Ekonomi Global
Berkembangnya Sistem Ekonomi Syariah
Manajemen Modal Kerja dan Profitabilitas Pada Perusahaan Syariah dan Konvensional
Landasan
Teori
Penelitian
Terdahulu
Rumusan Masalah
Variabel Dependen :
Profitabilitas
(Rturn on Asset)
Variabel Independen :
Manajemen Modal Kerja
(Cash Conversion Cycle,
Current Ratio, Debt Ratio
Perusahaan Syariah Perusahaan Konvensional
Uji Beda : Independent Sample Uji Regresi Berganda
Uji F :
Levine’s Test Uji t Uji
Normalitas
Uji Asumsi
Klasik Uji t Uji F
Intrepretasi
Kesimpulan & Saran
32
D. Hipotesis
1. Hipotesis untuk Uji Beda
Untuk menganalisis apakah ada perbedaan manajemen modal kerja pada
perusahaan syariah dan perusahaan konvensional, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai bertikut :
Hipotesis 1
H0,1 :Cash conversion cycle antara perusahaan syariah dan konvensional
adalah sama
Ha,1 :Cash conversion cycle antara perusahaan syariah dan konvensional
adalah berbeda.
Hipotesis 2
H0,2 :Current ratio antara perushaaan syariah dan konvensional adalah
sama
Ha,2 :Current ratio antara perusahaan syariah dan konvensional adalah
berbeda.
Hipotesis 3
H0,3 :Debt to assets ratio antara perusahaan syariah dan konvensional
adalah sama.
Ha,3 :Debt to assets ratio antara perusahaan syariah dan konvensional
adalah berbeda.
33
2. Hipotesis untuk Regresi Perusahaan Syariah.
Untuk menganalisis bagaimana pengaruh manajemen modal kerja
terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur syariah, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai bertikut :
Hipotesis 4
H0,4 :Tidak terdapat pengaruh cash conversion cycle terhadap return on
asset pada perusahaan syariah.
Ha,4 :Terdapat pengaruh cash conversion cycle terhadap return on asset
pada perusahaan syariah.
Hipotesis 5
H0,5 :Tidak terdapat pengaruh current ratio terhadap return on asset
pada perusahaan syariah.
Ha,5 :Terdapat pengaruh antara current ratio terhadap return on asset
pada perusahaan syariah.
Hipotesis 6
H0,6 :Tidak terdapat pengaruh debt to asset ratio terhadap return on
asset pada perusahaan syariah.
Ha,6 :Terdapat pengaruh debt to asset ratio terhadap return on asset
pada perusahaan syariah.
3. Hipotesis untuk Regresi Perusahaan Konvensional.
Untuk menganalisis bagaimana pengaruh manajemen modal kerja
terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur konvensional, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai bertikut :
34
Hipotesis 7
H0,7 :Tidak terdapat pengaruh cash conversion cycle terhadap return on
asset pada perusahaan konvensional.
Ha,7 :Terdapat pengaruh cash conversion cycle terhadap return on asset
pada perusahaan konvensional.
Hipotesis 8
H0,8 :Tidak terdapat pengaruh current ratio terhadap return on asset pada
perusahaan konvensional.
Ha,8 :Terdapat pengaruh current ratio terhadap return on asset pada
perusahaan konvensional.
Hipotesis 9
H0,9 :Tidak terdapat pengaruh debt to asset ratio terhadap return on asset
pada perusahaan konvensional.
Ha,9 :Terdapat pengaruh debt to asset ratio terhadap return on asset
pada perusahaan konvensional.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Modal kerja telah dianggap sebagai sumber kehidupan bagi semua unit
ekonomi dan maka dari itu, manajemen modal kerja temasuk dalam fungsi
manajemen perusahaan yang terpenting.Efesiensi modal kerja sangat penting
bagi perusahaan, terutama pada sektor manufaktur, dimana sebagian besar aset
nya terdiri dari aset lancar (Raheman, et al.2010 : 413). Oleh karena itu,
penelitian ini memilih perusahaan-perusahaan publik yang bergerak di industri
manufaktur yang telah listed pada Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai objek
penelitiannya. Industri manufaktur merupakan salah satu klasifikasi yang
ditetaokan oleh BEI dan dihitung sebagia indeks tersendiri yang merupakan sub
indeks dari IHSG. Sektor manufaktur merupakan gabungan dari 3 subsektor,
yaitu ; Industri Dasar dan Kimia, Aneka Industri, dan Industri Barang Konsumsi.
(IDX ,Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010 :5).
Berdasarkan penjelasan Horne dan Wachowiz (2008) bahwa kebijakan dan
posisi modal kerja dapat bervariasi diberbagai macam sektor atau jenis industri,
maka penelitian ini membatasi objek penelitian pada Sektor Industri Dasar dan
Kimia. Sektor ini meliputi 59 perusahaan dari total 133 perusahaan yang
termasuk dalam Indeks Sektoral Manufaktur. Selain itu, penelitian bertujuan
36
untuk membuktikan secara statsitik bahwa perusahaan atau emiten dengan label
syariah memiliki keunggulan dibanding perusahaan konvensional. Oleh karena
itu, penelitian ini membagi objek penelitian menjadi dua kelompok yaitu ;
1. Kelompok perusahaan syariah, yaitu yang termasuk dalam Daftar Efek
Syariah yang dikeluarkan oleh DSN-MUI selama periode yang telah
ditentukan.
2. Kelompok perushaan konvensional, yaitu yang tidak termasuk dalam Daftar
Efek Syariah yang dikeluarkan oleh DSN-MUI selama periode yang telah
ditentukan.
Periode waktu yang diteliti adalah dari tahun 2007 sampai dengan 2010.
Periode ini dipilih karena beberapa keterbatasan yang ada. Keterbatasan yang
pertama, Daftar Efek Syariah baru diterbitkan pada tahun 2007. Kedua,
ketersediaan laporan keuangan yang dipublikasikan.
Penentuan variabel yang diteliti di pengaruhi oleh penelitian terdahulu seperti
yang telah disebutkan diatas. Sebagai variabel bebas (X), manajemen modal
kerja diukur dengan menggunakan ; cash conversion cycle (CCC), avarege
collection periode (ACP), inventory conversion periode (ICP), payable defferal
periode (PDP), current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR). Sedangkan
profitabilitas perusahaan dijadikan sebagai variabel terikat (Y) dengan alat ukur
return on asset (ROA).
37
B. Metode Penentuan Sampel
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yakni pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2008: 122). Pertimbangan
tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian. Penarikan sample
berdasarkan penilaian terhadap karakteristik anggota sampel yang sesuaikan
dengan tujuan penelitian. Untuk itu sampel yang dijadikan objek penelitian harus
memenuhi kriteria sebaga berikut :
1. Perusahaan termasuk dalam Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2010.
2. Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia yang termasuk dalam Daftar
Efek Syariah (DES) yang diterbitkan DSN-MUI selama periode penelitian.
maka akan dikelompokkan ke dalam perusahaan syariah. Sedangkan
perusahaan yang tidak terdaftar dalam DES secara berturut-turut selama
periode penelitian maka akan dikelompokkan ke dalam perusahaan
konvensional,
3. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan selama periode penelitian.
4. Perusahaan tidak memiliki nilai return on assets, cash conversion cycle,
current ratio, dan debt to asset ratio negatif selama periode penelitian.
Setelah dilakukan screening, berikut ini adalah perusahaan-perusahaan yang
dijadikan objek penelitian :
38
1. Kelompok Perusahaan Syariah.
2. Kelompok Perusahaan Konvensional.
Tabel 3.1
Daftar Kelompok Perusahaan Syariah yang Dijadikan Sampel
No Kode Nama
1 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
2 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk.
3 BTON Betonjaya Manunggal Tbk.
4 BUDI Budi Acid Jaya Tbk.
5 CTBN Citra Tubindo Tbk.
6 EKAD Ekadharma International Tbk.
7 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
8 LION Lion Metal Works Tbk.
9 LMSH Lionmesh Prima Tbk.
10 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk.
(Sumber: Hasil screenening data)
Tabel 3.2
Daftar Kelompok Perusahaan Konvensional yang Dijadikan Sampel
No Kode Nama
1 ALKA Alakasa Industrindo Tbk
2 ALMI Alumindo Light Metal Industry
3 ARNA Arwana Citramulia Tbk.
4 BRNA Berlina Tbk.
5 BUDI Budi Acid Jaya Tbk.
6 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
7 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk.
8 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
9 SMCB Holcim Indonesia Tbk.
10 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tb
11 SRSN Indo Acidatama Tbk
12 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.
13 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk.
(Sumber: Hasil screenening data)
39
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi kepustakaan.
Studi kepustakaan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan m
enghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang dilakukan
dengan menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalh yang akan
atau sedang diteliti. Informasi itu diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan
penelitian, karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ensiklopedia,
laporan keuangan dan sumber-sumber tertulis baik dalam media cetak maupun
media elektronik lainnya. Sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder.
Laporan keuangan yang dijadikan data penelitian diambil dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD). Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
merupakan produk ECFIN yang dihasilkan sejak tahun 1990 hingga saat ini dan
menjadi referensi utama bagi para pelaku pasar modal guna memperoleh
informasi yang selengkap-lengkapnya tentang data dan informasi emiten serta
informasi lainnya yang terkait dengan pasar modal Indonesia, khususnya di
Bursa Efek Indonesia (BEI) (www.ecfin.co.id)
40
D. Metode Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesi, peneliti
dapat memilih metode, strategi, pendekatan, dan penelitian yang sesuai.
Terdapat dua pertimbangan dalam memilih metode penelitian. Pertama,
pertimbangan ideal, yaitu tingkat ketelitian data yang diharapkan dan
konsistensi yang dikehendaki. Kedua, pertimbangan praktis, yaitu
tersedianya dana, waktu dan kemudahan lainnya (Sugiyono,2008 :25). Untuk
melakukan analisis data, penelitian ini menggunakan alat bantu perangkat
lunak Statistic Package for the Social Sciences atau disebut juga dengan
Statistical Product and Service Solutions (SPSS).
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif yaitu metode
penelitian yang berlandasakn pada fislsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu dan analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan menguji hipotesis. Sedangkan berdasarkan
tingkat eksplanasinya, penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif
(gambaran) ; yaitu berusaha memberikan gambaran hubungan antara variabel
bebas dan terikat, sekaligus komparatif ; yaitu berusaha membandingkan
hasil deskripsi tersebut (Sugiyono, 2008:13).
Bentuk data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel
(pool), yakni data yang merupakan gabungan antara data runtut waktu (time
series) dengan data seksi silang (cross section). Oleh karenanya, data panel
41
memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu terdiri atas beberapa objek
dan meliputi beberapa waktu (Winarno,2011: 2.5).
2. Uji Beda : Independent sample
Uji beda t-test digunakan untuk menetukan apakah sampel yang tidak
berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test dilakukan
dengan cara membandingkan perbedaan antara nilai rata-rata dengan standar
error dari perbedaan rata-rata dua sampel , atau secara rumus maematis dapat
ditulis sebagai berikut :
Jadi, tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua grup yang
tidak berhubungan satu dengan yang lain. Apakah kedua kelompok tersebut
mempunyai nilai rata-rata yang sama ataukah tidak sama secara signifikan
(Ghozali,2009 :60)
Uji beda t-test merupakan bagian dari statsitik parametris dan statistik
parametris memerlukan terpenuhi asumsi utama yaitu data yang dianalisis
harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2008: 209). Metode pengujian
normalitas yang digunakan untuk memenuhi asumsi normalitas pada bagian
ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria probabilitas dari uji normalitas
dengan menggunakan uji Kolomogorov-Smirnov adalah sebagai berikut
(Ghozali,2007: 30) :
42
Bila nilai signifikansi uji Komolgorov-Smirnov bernilai dibawah 0.05
maka data berdistribusi normal.
Bila nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov bernilai diatas 0.05
maka data berdistribusi normal.
Untuk pengambilan keputusan pada uji t-test, terdapat beberapa langkah
yang harus dilakukan , yaitu (Ghozali, 2009: 61) :
a. Membandingkan nilai absolut pada tabel Group Statsitik.
b. Membandingkan secara statsitik dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Menguji asumsi varian populasi dengan hipotesis :
H0 : σi2 = σj
2 , Varian populasi sampel i dan sampel j adalah sama.
Ha : σi2 ≠ σj
2 , Varian populasi sampel i dan sampel j adalah berbeda.
Adapun pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas signifikansi levene test bernilai diatas 0.05, maka H0
tidak dapat ditolak.
Jika probabilitas signifikansi levene test bernilai dibawah 0.05, maka
H0 ditolak.
Apabila H0 diterima, maka analisis uji beda harus menggunakan
asumsi equal variance assumed. Dan jika H0 ditolak, , maka analisis
uji beda harus menggunakan asumsi equal variance not assumed.
43
2) Melakukan uji beda t-test dengan hipotesis :
H0 : i = j
, rata-rata populasi sampel i dan sampel j adalah sama.
Ha : i ≠ j
, rata-rata populasi sampel i dan sampel j adalah berbeda.
Adapun pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas signifikansi (two tail) bernilai diatas 0.05, maka H0
tidak dapat ditolak.
Jika probabilitas signifikansi levene test bernilai dibawah 0.05, maka
H0 ditolak.
3. Uji Regresi Berganda
Uji regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen (bebas) yaitu manajemen modal kerja yang terdiri dari
cash conversion cycle, current ratio, debt ratio terhadap variabel dependen
profitabilitas yang diukur dengan return to asset. Model regresi berganda
juga digunakan pada penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Raheman et al. (2007), Ching (2011), Hayajneh dan Yassine (2011), Bagchi
dan Khamrui (2012), dan Sutanto dan Pribadi (2012).
Model Regresi Berganda dalam penelitian ini adalah:
Dimana:
Y = Return on Asset (ROA)
Yi = α + β1 X1+ β2 X2 + β3 X3 + εi
44
X1 = Cash Conversion Cycle (CCC)
X2 = Current Ratio (CR)
X3 = Debt To Assets (DAR)
ε = Error term
a. Uji Asumsi Klasik
Untuk dapat melakukan analisis menggunakan model regresi berganda,
terdapat beberapa asumsi yang harus terpenuhi. Oleh karena itu dilakukan
Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, autokorelasi,
multikolinieritas, dan heteroskedestisitas.
1) Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal
seperti diketahui bahwa uji t dan uji f mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal / tidak yaitu dengan analisis
grafik dan uji statistikAda dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik
dan uji statsitk (Ghozali, 2005: 147).
(a) Ananlisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan
antara data observasi dengan distribusi kumulatif dari distribusi
45
normal. Dari bentuk histogram, dapat ditentukan apakah data
yang diteliti berdistribusi normal, moderate positive skewness,
substansial positive skewness, severe positive skewness dengan
bentuk L, moderate negative skewness, substansial negative
skewness, severe negative skewness dengan bentuk J.
Gambar 3.1
Bentuk Histogram Normalitas
(Sumber : Ghozali, 2009: 34)
Normalitas juga dapat dideteksi dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
46
lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan
dengan garis diagonalnya.
Dasar pengambilan keputusan menggunakan analisis grafik
adalah sebagai berikut:
Jika data menyebar disekitar garis dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
Apabila ditemukan bentuk histogram tidak normal, maka data
yang tidak terdistribusi normal dapat ditransformasi. Berikut ini
bentuk transformasi yang dapat dilakukan sesuai dengan grafik
histogram.
Tabel 3.3
Bentuk Transformasi Data
Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi
Moderate positive skewness SQRT(x) atau akar kuadrat
Substansial positive skewness LG10(x) atau Logartima 10 atau LN
Severe positive skewness 1/x atau inverse
Moderate negative skewness SQRT(k-x)
Substansial negative skewness LG10(k-x)
Severe negative skewness 1/(k-x)
k = nilai tertinggi dari data mentah x
(Sumber: Ghozali,2009:34)
47
(b) Analisis Statsitik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati. Secara visual garfik menunjukkan distribusi normal,
padahal secara stasitik sebaliknya. Uji statsitik sederhana dapat
dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari
residual. Nilai Z statistik untuk skewness dapat dihitung dengan
rumus :
Sedangkan nilai Z kurtosis dapat dihitung dengan rumus :
Dimana N adalah jumlah sampel, jika nilai Z hitung > Z
tabel, maka distribusi tidak normal. Nilai Z tabel untuk tingkat
signifikansi 0,01 adalah 2,58 sedangkan untuk signifikansi 0,05
adalah 1,96 (Ghozali,2009:150).
2) Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2009: 99), uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
48
autokorelasi. Terdapat beberapa metode atau alat yang dapat
digunakan untuk menguji apakah terdapat problem autokorelasi pada
model regresi.
(a) Uji Durbin-Watson (Ghozali, 2009 :100)
Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first
order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept
(konnstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di
antara variabel independen. Metode ini membandingkan nilai d
statsitik dengan nilai tabel dl-du. Hipotesis yang diuji pada
model ini adalah :
H0 : Tidak ada autokorelasi (r =0)
Ha : Ada autokorelasi ( r ≠ 0)
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.4
Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi
positif. Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi
positif Tidak ada keputusan dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorealasi
negatif Tolak 4-dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi
negatif Tidak ada keputusan 4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak ada autokorelasi,
positif atau negatif Tidak ditolak Du < d < 4-du
(Sumber : Ghozali, 2005:100)
49
Jika model regresi memiliki autokorelasi, maka ada beberapa
opsi penyelesaiannya. Jika asumsi nilai ρ tidak diketahui, maka
langkah pertama yang dilakukan adalah mengestimasi nilainya.
Nilai ρ dapat diestimasi dengan menggunakan nilai statsistik
Durbin-Watson dan dihitung menggunakan rumus yang diajukan
oleh Theil-Nagar :
Kemudian setelah nilai ρ didapat, langkah selanjutnya adalah
mentransformasikan persamaan regresi menjadi seperti dibawah
ini :
Kemudian lakukan regresi dengan persamaan sebagai
berikut ;
(b) Runs Test
Run Test atau disebut juga Wald–Wolfowitz test dapat pula
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi
yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi
Y@= Y- ρ(Yt-1)
Xi@= Xi- ρ(Xi t-1)
Y@= β1 + X1@ + ... + Xi@ + εt
50
maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Runs
Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara
random atau tidak, dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : residual adalah random (acak), atau tidak terjadi
autokorelasi antar residual.
Ha : residual tidak random, atau terjadi autokorelasi antar
residual.
Dasar pengambilan keputusan :
Apabila nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari derajat
kesalahan α (alfa), maka H0 ditolak,
Apabila nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari derajat
kesalahan α (alfa), maka H0 tidak dapat ditolak dan Ha diterima
(Ghozali, 2009 :1007).
3) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variable bebas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebas. Akibat bagi model regresi yang mengandung multikolinearitas
adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat
dengan bertambahnya variable independent, tingkat signifikansi yang
digunakan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar dan
probabilitas menerima hipotesis yang salah juga akan semakin besar.
51
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model
regresi adalah sebagai berikut (Ghozali,2009 : 95) :
(a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-
variabel independen banyak yang tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
(b) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika
antar variable bebas ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi
adanya multikolinearitas.
(c) Mutikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance dan
lawannya, VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai
Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi,
maka menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut
off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinieritas adalah nilai Tollerance ≤ 0.10 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10.
4) Uji Heterokedestisitas
Uji heterokesdatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
52
satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda, maka disebut
heterokesdatisitas, sebaliknya jika tetap disebut homokesdatisitas.
Model yang baik adalah yang homokesdatisitas.
Untuk mengetahui apakah model yang diuji adalah
homokedastis, dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara
nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedetisitas
dapat dilakukan denhan melihat ada tidak nya pola tertentu pada
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di
stdendized. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut
(Ghozali,2009 : 126) :
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedestisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedstisitas.
b. Ketepatan Model (Goodness of Fit)
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur dari Goodness of fit model tersebut. Secara statistik, setidaknya ini
53
dapat diukur dari nilai koefesien determinasi, nilai statsitik F dan nilai
statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statsitik apabila
nilai uji statistiknya dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).
Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam
daerah dimana H0 diterima (Ghozali, 2009: 87)
1) Koefesien Determinasi
Koefesien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefesien determinasi adalah antara nol sampai satu. Kelemahan
mendasar penggunaan koefesien determinasi adalah bias terhadap jumlah
variabel independen, maka R2
pasti meningkat tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model
regresi terbaik. Tidak seperti R2, adjusted R
2 dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model
(Ghozali,2009 :87). Cara lain adalah, jika tingkat signifikansi lebih kecil
dari 0,05 atau 5% maka model yang digunakan dalam kerangka pikir
teoritis layak untuk digunakan, sementara jika tingkat signifikansi lebih
besar dari 0,05 atau 5% maka model yang digunakan dalam kerangka
pikir teoritis tidak layak untuk digunakan.
2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statsitik F).
54
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimaksudkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat. Hipotesis nol yang hendak di uji adalah
apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau :
H0 : b1 ; b2 ; .... ; bi = 0
Artinya, apakah variabel independen bukan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternaltifnya
(Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau :
Ha : b1 ; b2 ; ... ; bi ≠ 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali,2009
:88).
Adapun hipotesisnya sebagai berikut :
H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan.
Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap
variabel dependen secara simultan.
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.
55
3) Uji Signifikan Paramater Individual (Uji Statistik t).
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009 :88).Adapun
hipotesis dirumuskan sebagai berikut :
Ha : bi > 0, atau
Ha : bi < 0
Artinya Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5%
maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan,
artinya secara parsial variabel bebas (X1 s/d X4) berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Y) = hipotesis diterima,
sementara jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5%
maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan,
artinya secara parsial variabel bebas (X1 s/d X4) tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Y), hipotesis ditolak.
Adapun hipotesisnya sebagai berikut :
H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial.
Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial.
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
56
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.
E. Operasional Variabel
Secara Garis besar definisi operasional variabel yang digunakan
adalah sebagai berikut :
No Variabel Definisi Cara Pengukuran Skala
1 Return on
Assets
(ROA)
Rasio yang mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba
bersih berdasarkan
tingkat aset tertentu
Semakin tinggi rasio,
semakin efesien
manajemen
perusahaan
Rasio
2 Cash
Conversion
Cycle
(CCC)
Jangka waktu yang
dibutuhkan
perusahaan dalam
mengumpulkan kas
yang berasal dari
hasil operasi
perusahaan yang pada
akhirnya akan
mempengaruhi
jumlah dana yang
diperlukan untuk
diinvestasikan pada
current assets.
Interval
3 Avarage
Collection
Period
(ACP)
Jangka waktu yang
diperlukan untuk
mengkonversikan
piutang perusahaan
menjadi kas
Interval
RCP + ICP - PDP
Receivables
Sales / 365
Tabel 3.5
Definisi Operasional Variabel Penelitian
57
4 Inventory
Conversion
Period
(ICP)
Jangka waktu yang
diperlukan untuk
mengkonversi bahan
baku menjadi barang
jadi dan
kemudianmenjualnya.
Interval
5 Payable
Defferal
Period
(PDP)
Jangka waktu rata–
rata sejak pembelian
bahan baku hingga
terlaksananya
pembayaran atas
barang dan pekerja
Interval
6 Current
Ratio (CR)
Rasio mengukur
kemampuan
perusahaan
memenuhi hutang
jangka pendeknya
dengan
menggunakan aktiva
lancarnya.
Rasio
8 Debt To
Aset
(DAR)
Rasio yang mengukur
porsi penggunaan
utang dalam
membiayai aset .
Rasio
Inventory
COGS / 365
Payable
COGS / 365
(Lanjutan Tabel 3.5)
58
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Pasar Modal Syariah.
Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan
diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment
Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia
(d/h Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada
tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang
ingin menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya
indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham
yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip
syariah.
Namun, baru pada tanggal 23 Nopember 2006, Bapepam-LK
menerbitkan paket Peraturan Bapepam dan LK terkait Pasar Modal
Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu Peraturan Bapepam dan LK
Nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor IX.A.14
tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di
Pasar Modal. Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 2007 Bapepam-
LK menerbitkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang
Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah dan diikuti dengan
59
peluncuran Daftar Efek Syariah pertama kali oleh Bapepam dan LK
pada tanggal 12 September 2007 (Otoritas Jasa Keuangan, 2013).
2. Sektor Manufaktur: Industri Dasar dan Bahan Kimia.
Sektor Industri Dasar dan Kimia adalah bagian dari indeks sektoral
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merupakan sub indeks dari Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). Sektor ini terdiri dari sub sektor
Industri Semen, Industri Keramik, Perselen dan Kaca, Indsutri Logam
dan Sejenisnya, Industri Kimia, Industri Plastik dan Kemasan,
Industri Pakan dan Ternak, Indsutri Kayu dan Pengolahanya, dan
Indsutri Pulp dan Kertas. Indeks Industri Manufaktur, dimana Sektor
Industri Dasar dan Kimia menjadi bagian didalamnya, diperkenalkan
pada tanggal 2 januari 1996 dengan nilai awal indeks adalah 100
untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember
1995. Sebanyak 59 perusahaan atau emiten terdaftar dalam Sektor
Industri Dasar dan Kimia pada Bursa Efek Indonesia hingga tahun
2012. Lebih dari 30 diantaranya pernah dan atau masih terdaftar
sebagai perusahaan syariah yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah.
Kinerja Sektor industri Dasar dan Kimia cukup mengaggumkan.
Sektor ini mampu menjadi salah satu indeks sektoral yang
membukukan rata-rata return sebesar 25,67% , lebih tinggi dibanding
IHSG yang hanya mencetak rata-rata return 24,38% pada tahun 2005
hingga 2010 (infovesta.com). Sektor Industri Dasar dan Kimia
mampu mencetak return hingga 102.93% pada tahun 2009.
60
Tabel 4.1
Perbandingan Return Saham Sektoral dengan IHSG
Periode 2005 – 2010
(Sumber : www.infovesta.com, diolah)
3. Deskriptif Variabel Penelitian
a. Perkembangan Return On Asset (ROA)
ROA mengukur kemampuan perusahaan mengahsilkan laba
bersih dengan berdasarkan tingkat aset tertentu (Hanafi dan
Halim,2009 :84). Semakin tinggi angka rasio ini maka semakin
baik pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika
ditinjau ROA pada perusahaan syariah dan konvensional
diperoleh grafik sebagai berikut:
61
Gambar 4.1
Grafik Perkembangan ROA pada Perusahan Syariah dan
Konvensional
(Sumber : data sekunder diolah)
Berdasarkan Gambar 4.1 , rata-rata ROA pada perusahaan syariah
memiliki angka yang lebih tinggi dari pada perusahaan konvensional
selama 2007 sampai 2010. ROA tertinggi pada perusahaan syariah
mencapai 13,98% pada tahun 2010, sedangkan perusahaan
konvensional hanya mampu mencapai rata-rata 9,12% pada tahun
2009.
b. Perkembangan Cash Conversion Cycle (CCC)
Cash Conversion Cycle (CCC) merupakan jangka waktu yang
dibutuhkan perusahaan dalam mengumpulkan kas yang berasal dari
hasil operasi perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi
jumlah dana yang diperlukan untuk diinvestasikan pada current
assets. Jika ditinjau CCC pada perusahaan syariah dan konvensional
diperoleh grafik sebagai berikut :
10.415
13.013
10.975
13.975
4.36 3.92
9.12 7.67
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2007 2008 2009 2010
ROA SYARIAH
ROA KONVENSIONAL
62
Gambar 4.2
Grafik Perkembangan CCC pada Perusahan Syariah dan
Konvensional
(Sumber : data sekunder diolah)
Berdasarkan Gambar 4.2 , rata-rata CCC pada perusahaan syariah
dan konvensional tidak jauh berbeda. Kedua kelompok perusahaan
rata-rata membutuhkan waktu 94 sampai 107 hari untuk
mengumpulkan kas dari kegiatan operasinya.
c. Perkembangan Inventories Conversion Period (ICP)
Inventories Turn Over Period merupakan jangka waktu yang
dibutuhkan untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi dan
kemudian menjualnya. Jika ditinjau ICP pada perusahaan syariah dan
konvensional diperoleh grafik sebagai berikut :
94
105
104
107 104
95 98
107
85
90
95
100
105
110
2007 2008 2009 2010
CCC SYARIAH
CCC KONVENSIONAL
63
Gambar 4.3
Grafik Perkembangan ICP pada Perusahan Syariah dan
Konvensional
(Sumber : data sekunder diolah)
Berdasarkan Gambar 4.3, perusahaan konvensional mampu
mengkonversi persediaannya menjadi kas lebih cepat
dibandingkan dengan perusahaan syariah. Perusahaan
konvensional rata-rata mampu mngkonversi persediaannya
menjadi kas dalam waktu 82 hari paling cepat, sedangkan
perusahaan syariah membutuhkan 85 hari.
d. Perkembangan Average Collection Period (ACP)
Average collection period merupakan jangka waktu yang
diperlukan untuk mengkonversikan piutang perusahaan menjadi kas,
yaitu jangka waktu sejak penjualan hingga realisasi penagihan. Jika
ditinjau ACP pada perusahaan syariah dan konvensional diperoleh
grafik sebagai berikut :
85 90 88
106
86 83 82
85
0
20
40
60
80
100
120
2007 2008 2009 2010
ICP SYARIAH
ICP KONVENSIONAL
64
Gambar 4.4
Grafik Perkembangan ACP pada Perusahan Syariah dan
Konvensional
(Sumber : data sekunder diolah)
Berdasarkan Gambar 4.4, perusahaan syariah mampu
mengkonversi piutangnya menjadi kas lebih cepat dibandingkan
dengan perusahaan konvensional. Perusahaan syariah rata-rata mampu
mngkonversi piutang menjadi kas dalam waktu 43 hari paling cepat,
sedangkan perusahaan konvensional membutuhkan 51 hari.
e. Perkembangan Payable Deferal Period (PDP)
Payable Deferral Period merupakan jangka waktu yang
dibutuhkan perusahaan dalam melakukan pembayaran atas hutang-
hutangnya. Jika ditinjau PDP pada perusahaan syariah dan
konvensional diperoleh grafik sebagai berikut :
56
43
50 50
58
51 57 56
0
10
20
30
40
50
60
70
2007 2008 2009 2010
ACP SYARIAH
ACP KONVENSIONAL
65
Gambar 4.5
Grafik Perkembangan RPDP pada Perusahan Syariah dan
Konvensional
(Sumber : data sekunder diolah)
Berdasarkan Gambar 4.5, kemampuan perusahaan syariah dan
konvensional dalam melakukan pembayaran atas hutang-hutangnya
tidak jauh berbeda. Perusahaan syariah rata-rata mampu membayar
utang dalam waktu 28 hari paling cepat, sedangkan perusahaan
konvensional membutuhkan 34 hari.
f. Perkembangan Current Ratio (CR)
Current Ratio mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek
perusahaan relatif terhadap utang lancarnya. Jika ditinjau CR pada
perusahaan syariah dan konvensional diperoleh grafik sebagai berikut:
47
28 34
49
39 38 41
34
0
10
20
30
40
50
60
2007 2008 2009 2010
PDP SYARIAH
PDP KONVENSIONAL
66
Gambar 4.6
Grafik Perkembangan CR pada Perusahan Syariah dan
Konvensional
(Sumber : data sekunder diolah)
Berdasarkan Gambar 4.6 , rata-rata perusahaan syariah lebih likuid
dibanding perusahaann konvensional. Perusahaan syariah memiliki
rasio lancar tertinggi sebesar 3,99 kali pada tahun 2010, sedangkan
perusahaan konvensional hanya 1,73 kali pada tahun 2009.
g. Perkembangan Debt to Assets Ratio (DAR)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-
kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah
perusahaan yang total utangnya lebih besar dibanding total asetnya.
Jika ditinjau DAR pada perusahaan syariah dan konvensional
diperoleh grafik sebagai berikut:
2.86 3.09
3.97 3.99
1.50 1.49 1.73 1.51
0
1
1
2
2
3
3
4
4
5
2007 2008 2009 2010
CR SYARIAH
CR KONVENSIONAL
67
Gambar 4.7
Grafik Perkembangan DAR pada Perusahan Syariah dan
Konvensional
(Sumber : data sekunder diolah)
Berdasarkan Gambar 4.7, perusahaan Syariah memiliki rasio utang
yang lebih rendah dibanding dengan perusahaan konvensional. Hal ini
memang sesuai dengan salah satu kriteria perusahaan syariah yang
ditentukan oleh Dewan Syariah Nasional yang hanya membolehkan
rasio hutang terhadap aset maksimal sebesar 45%.
B. Analisis dan Pembahasan
Dalam penelitian ini, untuk dapat menjawab masalah yang telah di
rumuskan pada bab 1, pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis
data yang terkumpul menggunakan statistik inferensial. Uji beda
diterapkan untuk menganalisis perbedaan antara kelompok perusahaan
syariah dan konvensional, sedangkan untuk menganalisis bagaiamana
0.332
0.317
0.285
0.303
0.64 0.65
0.57 0.55
0
0
0
0
0
1
1
1
2007 2008 2009 2010
DAR SYARIAH
DAR KONVENSIONAL
68
hubungan antar variabel dependen dan independen pada masing-masing
kelompok perusahaan digunakan metode analisis regresi berganda.
1. Uji Beda
a. Uji Normalitas
Uji beda t-test merupakan bagian dari statsitik parametris dan
statistik parametris memerlukan terpenuhi asumsi utama yaitu
data yang dianalisis harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2008:
209). Berikut ini adalah hasil uji normalitas.
Tabel 4.2
Uji Normalitas Untuk Uji Beda
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROA CCC ACP ICP PDP CR DAR
N 92 92 92 92 92 92 92
Normal Parameters
a Mean 8.8011 1.0167E2 52.9192 87.5514 38.8005 3.3727 47.5543
Std. Deviation
7.48108 6.63812E1 1.95026E1 5.77300E1 2.71716E1 9.40010 1.95916E1
Most Extreme Differences
Absolute .144 .165 .101 .147 .164 .386 .104
Positive .144 .165 .101 .147 .164 .362 .104
Negative -.127 -.084 -.060 -.088 -.117 -.386 -.081
Kolmogorov-Smirnov Z 1.378 1.585 .967 1.411 1.570 3.707 .993
Asymp. Sig. (2-tailed) .045 .013 .306 .037 .014 .000 .278
a. Test distribution is Normal.
(Sumber : Data sekunder diolah)
Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa hanya variabel
ACP dan DAR yang berdistribusi normal karena memiliki nilai
probabilitas signifikansi diatas α 0.05. Sedangkan variabel
ROA, CCC, ICP, PDP, dan CR adalah tidak normal sehingga
perlu ditransformasi. Setelah dilakukan pengamatan bentuk
69
histogram dan pengujian, maka bentuk yang tepat adalah
logaritma 10 atau LN.
Tabel 4.3
Uji Normalitas Untuk Uji Beda Setelah Transformasi Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LN_ROA LN_CCC LN_ICP LN_PDP LN_CR
N 92 92 92 92 92
Normal Parametersa Mean 1.7993 4.4142 4.2177 3.4652 .7275
Std. Deviation .93776 .68431 .83640 .62750 .71731
Most Extreme Differences
Absolute .059 .098 .135 .057 .095
Positive .043 .060 .070 .047 .095
Negative -.059 -.098 -.135 -.057 -.065
Kolmogorov-Smirnov Z .566 .941 1.291 .547 .909
Asymp. Sig. (2-tailed) .906 .338 .071 .925 .380
a. Test distribution is Normal.
(Sumber: Data sekunder diolah.)
Setelah dilakukan transformasi ke bentuk Logaritma 10,
variabel ROA, CCC, ICP, PDP, dan CR memiliki nilai
probabilitas signifikansi diatas α 0.05. Dengan demikian
asumsi normalitas untuk uji beda telah terpnuhi.
b. t-Test Independent
Uji beda t test independent digunakan untuk menganalisis
apakah terdapat perbedaan komponen-komponen manajemen
modal kerja dan profitabilitas yang diteliti yaitu cash
conversion cycle (CCC), account recievable collection periode
(ACP), Inventory collection periode (ICP), payable defferal
periode (PDP), current ratio (CR), dan debt to asset ratio
(DAR) pada dua kelompok perusahaan.
70
Tabel 4.4
Hasil Output Uji Beda Bagian Pertama
Group Statistics
Groups N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
LN_ROA S 40 2.2801 .71247 .11265
K 52 1.4294 .92745 .12861
LN_CCC S 40 4.4706 .56052 .08863
K 52 4.3708 .76869 .10660
ACP S 40 49.7266 13.96160 2.20752
K 52 55.3750 22.70379 3.14845
LN_ICP S 40 4.3497 .59421 .09395
K 52 4.1162 .97675 .13545
LN_PDP S 40 3.4860 .60557 .09575
K 52 3.4492 .64927 .09004
LN_CR S 40 1.0922 .55177 .08724
K 52 .4469 .70760 .09813
DAR S 40 30.9250 13.91621 2.20035
K 52 60.3462 12.37151 1.71562
(Sumber: Data sekunder diolah)
Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa variabel ROA,
ACP, CR, dan DAR pada kelompok perusahaan syariah dan
konvensional memiliki selisih yang cukup jauh. Nilai rata
ROA dan CR para perusahaan syariah lebih tinggi dibanding
perusahaan konvensional. Sedangkan nilai variabel ACP dan
DAR pada perusahaan syariah lebih rendah dibanding dengan
kelompok perusahaan konvensional.
Untuk memastikan apakah perbedaan yang ada pada
perusahaan syariah dan konvensional memang nyata secara
statsitik, maka perlu dilihat hasil uji independent sample test
berikut ini.
71
Tabel 4.5
Hasil Output Uji Beda Bagian Kedua
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
LN_CCC Equal variances assumed
6.235 .014 .692 90 .491
Equal variances
not assumed
.720 89.778 .473
LN_CR Equal variances assumed
.050 .823 4.759 90 .000
Equal variances
not assumed
4.914 89.976 .000
DAR Equal variances assumed
1.969 .164 -10.709 90 .000
Equal variances
not assumed
-10.545 78.615 .000
(Sumber: Data sekunder diolah)
Ada dua tahapan untuk melihat apakah ada perbedaan yang
nyata secara statistik antara kelompok perusahaan syariah dan
konvensional. Pertama, menguji apakah variance populasi
kedua sample tersebut sama (equal variance assumed) ataukah
berbeda (equal variance not assumed). Kedua, melihat nilai t-
72
test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan nilai rata-
rata secara signifikan (Ghozali,2009 :61)
Pengambilan keputusan untuk menentukan asumsi varian
yang digunakan untuk melakukan uji t-test independent adalah
sebagai berikut :
Probabilitas signifikansi levene test > 0.05, maka
menggunakan asumsi equal variance assumed.
Probabilitas signifikansi levene test < 0.05, maka
menggunakan asumsi equal variance not assumed.
Terlihat dari hasil ouput spss pada Tabel 4.3, nilai
probabilitas Levene’s Test CR dan DAR secara berturut-turut
adalah 0,823 dan 0,164 lebih besar dari derajat kesalahan 5%,
sedangkan CCC sebesar 0.14 lebih kecil dari alfa 5%. Maka
dapat CR dan DAR memiliki varians populasi yang sama
sehingga menggunakan asumsi equal variance assumed.
Sedangkan CCC menggunakan asumsi equal variance not
assumed.
Setelah diketahui asumsi yang digunakan, maka selanjutnya
adalah melihat uji t pada Tabel 4.3. Nilai signifikansi uji t
dengan menggunakan equal variance assumed untuk variabel
CR signifikansi sebesar 0.000, dan signifikansi variabel DAR
sebesar 0.000. Sedangkan untuk variabel CCC memiliki nilai
probabilitas 0.473. Maka dapat disimpulkan bahwa CR dan
73
DAR antara perusahaan syariah dan perusahaan konvensional
berbeda secara signifikan. Dan CCC antara perusahaan syariah
dan perusahaan konvensional adalah sama. Sehingga Ha,2; Ha,3
diterima dan Ha,1 ditolak.
Tabel 4.6
Ringkasan Hasil Uji Beda
(Sumber: Data sekunder diolah)
2. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk menganalisis
bagaimana hubungan dan pengaruh variabel independen manajemen
modal kerja terhadap variabel dependen profitabilitas pada kelompok
perusahaan syariah dan perusahaan konvensional. Untuk dapat
melakukan analisis menggunakan model regresi berganda, terdapat
beberapa asumsi yang harus terpenuhi. Oleh karena itu dilakukan Uji
asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, autokorelasi,
multikolinieritas, dan heteroskedestisitas.
74
a. Analisis Regresi Berganda Kelompok Perusahaan Syariah.
1) Uji Asumsi Klasik.
(a) Uji Normalitas.
Untuk menguji apakah variabel residual pada
kelompok perusahaan syariah memiliki distribusi
normal, maka dilakukan analisis grafik dan uji statistik.
Gambar 4.8
Grafik Normal P-Plot Perusahaan Syariah
(Sumber: Data di diolah)
Tabel 4.7
Deskriptif Statsitik Normalitas Perusahaan Syariah
Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized Residual 40 -.012 .374 -.368 .733
Valid N (listwise) 40
(Sumber: Data di diolah)
Dapat dilihat pada Gambar 4.7 bahwa titik-titik
residual tersebar disekitar garis diagoanal, maka dapat
disimpulkan bahwa pola distribusi residual adalah
75
normal. Untuk lebih memastikan hal tersebut,
berdasarkan Tabel 4.6 dilakukan analisis statistik dengan
melihat nilai skewness dan kurtosis sebagai berikut :
Nilai Z hitung untuk skewness dan kurtosis secara
berturut-turut adalah sebesar -0.031 dan -0.048 lebih
kecil dari nilai Z tabel dengan tingkat signifikansi 0.05
sebesar 1.96. Dapat disimpulkan bahwa residual
berdistribusi normal baik dilihat dari grafik normal p-
plot dan analisis statsitik.
(b) Uji Autokorelasi.
Berdasarkan pertimbangan praktis, Runs test
digunakan untuk menguji autokorelasi pada data
perusahaan syariah. Runs Test digunakan untuk melihat
apakah data residual terjadi secara acak random atau
76
tidak (sistematis) (Ghozali : 107). Untuk melakukan runs
test perlu dibentuk hipotesis sebagai berikut :
H0 : Residual adalah random (acak)
Ha : Residual adalah tidak random.
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Syariah
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea .08953
Cases < Test Value 20
Cases >= Test Value 20
Total Cases 40
Number of Runs 20
Z -.160
Asymp. Sig. (2-tailed) .873
a. Median
(Sumber: Data di diolah)
Hasil uji Runs Test menunujukkan nilai tes adalah
0.08953 dengan probabilitas 0.873 tidak signifikan pada
derajat kesalahan 0.05 yang berarti hipotesis nol diterima
dan hipotesis alternatif ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi
autokorelasi antar residual.
(c) Uji Multikolinieritas.
Tabel berikut ini menunjukkan hasil uji
multikoliniearitas pada kelompok perusahaan
konvensional.
77
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinieritas
Perusahaan Syariah
Coefficients
a
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
CCC .692 1.446
CR .292 3.423
DAR .368 2.716
a. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data di diolah)
Tabel 4.9menunjukkan bahwa tidak ada variabel
yang memiliki nilai tollerance yang lebih kecil dari 0.10
dan nilai VIF yang lebih besar dari 10. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
multikolinieritas pada kelompok perusahaan syariah.
(d) Uji Heteroskedestisitas
Gambar 4.9
Grafik Scatter Plot Perusahaan Syariah
(Sumber: Data di diolah)
78
Dari grafik scatter plot pada Gambar 4.9 terlihat
bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik
diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedestisitas
pada model regresi pada perusahaan syariah, sehingga
model regresi layak digunakan.
2) Model Regresi
Tabel 4.10
Model Regresi Perusahaan Syariah
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 23.995 6.219 3.858 .000
CCC -.013 .019 -.116 -.676 .503
CR -.295 .921 -.085 -.320 .751
DAR -30.906 12.443 -.585 -2.484 .018
a. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan output SPSS pada Tabel 4.11 ,dapat dibuat
persamaan matematis sebagai berikut :
ROA = 23.995 – 0,013CCC – 0,295 CR – 30,906DAR + ε
3) Uji F
Tabel 4.11
Uji F Perusahaan Syariah
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 554.511 3 184.837 4.293 .011a
Residual 1550.065 36 43.057
Total 2104.576 39
a. Predictors: (Constant), DAR, CCC, CR
b. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data diolah)
79
Berdasarkan Tabel 4.11 Uji F didapat nilai probabilitas
signifikansi 0.011. Karena probabilitas yang lebih kecil dari
derajat kesalahan 5% atau 0.05, maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi ROA atau dapat dikatakan
CCC, CR, dan DAR secara bersama-sama berpengaruh
terhadap ROA.
4) Uji Signifikansi Individual (Uji Statsitik t)
Tabel 4.12
Uji t Perusahaan Syariah
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 23.995 6.219 3.858 .000
CCC -.013 .019 -.116 -.676 .503
CR -.295 .921 -.085 -.320 .751
DAR -30.906 12.443 -.585 -2.484 .018
a. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data di diolah)
Dari Tabel 4.11 diatas, dapat diketahui bahwa :
(a) Konstanta sebesar 23,995 menyatakan bahwa jika semua
variabel independen dianggap konstan, maka rata-rata
ROA perusahaan syariah sebesar 23,995 persen.
(b) Koefesien CCC sebesar -0,013 dengan nilai signifikansi
0,503 lebih besar dari α 0,05. Artinya CCC pada
kelompok perusahaan syariah tidak berpengaruh negatif
terhadap return on asset. Hal tersebut mendukung
penelitian Ganesan (2007) dan Sutanto (2012). Ganesan
80
(2001) menjelaskan bahwa CCC mungkin tidak memiliki
pengaruh signifikan bila perusahaan memiliki jumlah aset
tetap (fixed assets) yang tidak proporsional terhadap aset
lancarnya.
(c) Koefesien CR sebesar -0,295 dengan nilai signifikansi
0,751 lebih besar dari α 0,05. Artinya CR pada kelompok
perusahaan syariah tidak berpengaruh negatif terhadap
return on asset. Hasil ini mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Ganessan (2007) dan
Sutanto (2012), serta sesuai temuan Quayyum dan
Raheman, et al (2010) yang menemukan CR tidak
berpengaruh signifikan pada beberapa sektor, salah
satunya sektor tekstil. Serupa dengan CCC, CR mungkin
tidak memiliki pengaruh signifikan bila perusahaan
memiliki jumlah aset tetap (fixed assets) yang tidak
proporsional terhadap aset lancarnya.
(d) Koefesien DAR sebesar 30,906 dengan nilai signifikansi
0.018 lebih kecil dari 0.05, artinya DAR berpengaruh
negatif. Setiap peningkatan DAR 1 persen, maka ROA
akan berkurang sebesar 30,906 persen. Hal ini seperti yang
diharapkan, bahwa semakin rendah nilai rasio hutang (debt
ratio), maka akan menurunkan beban modal dan risiko
perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan
81
profitabilitas. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan oleh Ching (2011), dan Bagchi dan
Khamrui (2012).
Berdasarkan hasil uji t pada perusahaan syariah, maka
hipotesis alternatif pada Hipotesis 4 dan 5 ditolak, atau CCC
dan CR tidak berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan
hipotesis alternatif pada Hipotesis 6 diterima, atau dengan kata
lain DAR berpengaruh terhadap ROA.
5) Uji Koefesien Determinasi (R2)
Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variabel dependen pada perusahaan syariah,
maka dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.13
Uji Koefesien Determinasi
Perusahaan Syariah
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .513a .263 .202 6.56181
a. Predictors: (Constant), DAR, CCC, CR
b. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data di diolah)
Berdasarkan Tabel 4.13 didapat nilai adjusted R2 sebesar
0.202. Maka dapat diartikan bahwa variabel independen CCC,
CR, dan DAR mampu menjelaskan variabel dependen ROA
sebesar 20.2%. Sedangkan sisanya, sebesar 79.8% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model
82
seperti pangsa pasar perusahaan (Raza, et al. 2011), kualitas
tenaga kerja (Ton, 2009), dan faktor makroekonomi seperti
inflasi, GDP, tingkat upah, jumlah perusahaan, tingkat bunga
(Bekeris , 2012).
b. Analisis Regresi Kelompok Perusahaan Konvensional.
1) Uji Asumsi Klasik
(a) Uji Normalitas.
Gambar 4.10
Grafik Normal P-Plot
Perusahaan Konveansional
(Sumber : Data sekunder diolah)
Tabel 4.14
Deskriptif Statsitik Normalitas Perusahaan
Konvensional
Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic
Std. Error
Unstandardized Residual
52 .874 .330 3.024 .650
Valid N (listwise) 52
(Sumber: Data diolah)
83
Dapat dilihat pada Gambar 4.12 bahwa titik-titik
residual tersebar disekitar garis diagoanal, namun
sebagian titik menjauh dari garis diagonal. Artinya ada
kemungkinan bahwa residual tidak berdistribusi normal.
Untuk lebih memastikan hal tersebut, dilakukan analisis
statistik berdasarkan Tabel 4.14 dengan melihat nilai
skewness dan kurtosis sebagai berikut :
Nilai Z hitung untuk skewness dan kurtosis secara
berturut-turut adalah sebesar 36 dan 32.102 lebih besar
dari nilai Z tabel dengan tingkat signifikansi 0.05 sebesar
1.96. Dapat disimpulkan bahwa residual tidak
berdistribusi normal baik dilihat dari grafik normal p-plot
dan analisis statsitik.
84
Data yang tidak terdistribusi secara normal dapat
ditransformasi agar menjadi normal. Untuk menentukan
bentuk transformasi yang tepat harus diketahui
bagaimana bentuk histogram dari data yang ada, apakah
moderate positive skewness, substansial positive
skewness, severe positive skewness, moderate negative
skewness, substansial negative skewness, dan sverve
negative skewness (Ghozali,2009 : 33)
Gambar 4.11
Grafik Histogram Perusahaan Konvensional
(Sumber: Data diolah)
Dapat dilihat pada Gambar 4.11, variabel ROA,
CCC, dan CR memiliki bentuk histogram moderate
positive skewness, sehingga variabel-variabel tersebut
perlu ditransformasi menjadi bentuk akar kuadrat. Berikut
85
ini akan ditampilkan grafik normal p-plot dan statsitik
deskriptif data yang telah di transformasi dalam bentuk
akar kuadrat atau square root (SQRT).
Gambar 4.12
Grafik Normal P-Plot
Perusahaan Konvensional
Setelah Transformasi Data
(Sumber: data diolah)
Tabel 4.15
Deskriptif Statsitik Normalitas Perusahaan
Konvensional Setelah Transformasi Data
Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic
Std. Error Statistic
Std. Error
Unstandardized Residual
52 -.045 .330 .150 .650
Valid N (listwise) 52
(Sumber: data diolah)
Setelah dilakukan transformasi data, grafik normal
p-plot pada Gambar 4.12 menunjukan sebaran yang
86
normal. Untuk lebih memastikan maka dilakukan uji
statistik menggunakan hasil Tabel 4.15 berikut ini.
Nilai Z hitung skewness dan kurtosis data yang telah
ditransformasi adalah -9.574 dan 1.59 lebih kecil dari
nilai Z tabel pada signifikansi 0.05 sebesar 1.96. Maka
dapat disimpulkan bahwa sebaran residual data adalah
normal.
Untuk itu, semua uji yang akan dilakukan
selanjutnya untuk perusahaan konvensional, akan
menggunakan data yang telah ditransformasi.
(b) Uji Autokorelasi.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar
residual pada data kelompok perusahaan konvensional
maka dilakukan uji Durbin-Watson. Nilai Durbin-
87
Watson (DW) didapat dengan cara meregresikan variabel
yang diteliti menggunakan SPSS. Kemudian nilai DW
akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson
dengan menggunakan nilai signifikansi 5%. Untuk itu
perlu dibuat hipotesis sebagai berikut :
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
H1 : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Jika nilai DW lebih besar dari nilai du dan lebih
kecil dari 4-du (du<DW<4-du), maka H0 tidak dapat
ditolak atau dengan kata lain tidak ada autokorelasi
(Ghozali,2009: 100).
Tabel 4.16
Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Konvensional
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .764a .583 .557 .71504 1.335
a. Predictors: (Constant), DAR, SQRT_CR, SQRT_CCC
b. Dependent Variable: SQRT_ROA
(Sumber: data diolah)
Hasil output SPSS menunujukan nilai Durbin –
Watson sebesar 1.335. Nilai tersebut lebih kecil daripada
nilai pada tabel du untuk k=3 atau 3 variabel independen
dan jumlah sampel sebanyak 52 yaitu 1.6769. Hal
tersebut menunujukkan bahwa terdapat autokorelasi
positif. Autokorelasi dapat disembuhkan dengan cara
88
mentransformasi kedalam bentuk difference (Ghozali,
2009: 109) .Untuk mengobati autokorealsi diperlukan
nilai rho (ρ), dan dalam kasus ρ tidak diketahui maka
dapat diestimasi dengan beberapa cara. Dalam penelitian
ini ρ diestimasi dengan berdasarkan nilai Durbin-Watson
d statsitik. Pada kasus jumlah sampel kecil Theil-Nagar
mengajukan rumus untuk menghitung ρ sebagai berikut:
Dimana :
n = jumlah sampel atau observasi
d = nilai statsistik Durbin-Watson
k = jumlah variabel bebas
Dengan menggunakan rumus Theil-Nagar didapat
nilai ρ sebesar 0.337. Setelah nilai ρ didapatkan, maka
langkah selanjutnya adalah mentransformasi persamaan
regresi menjadi seperti dibawah ini :
Y@= Y- ρ(Yt-1)
Xi@= Xi- ρ(Xi t-1)
89
Kemudian lakukan regresi dengan persamaan
sebagai berikut ;
Tabel 4.17
Uji Autokorelasi Perusahaan Konvensional Setelah
Transformasi Data
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .725a .526 .496 .69092 2.118
a. Predictors: (Constant), SQRT_DAR@, SQRT_CR@, SQRT_CCC@
b. Dependent Variable: SQRT_ROA@
(Sumber: Data diolah)
Tabel 4.17, menunjukkan hasil regresi setelah
ditransformasi dalam bentuk difference. Hasil tersebut
menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson sebesar 2.118
lebih besar daripada nilai tabel du dengan tingkat derajat
kesalahan 5% dan jumlah variabel bebas 3 sebesar 1.6769.
Nilai Durbin-Watson juga berada dibawah nilai 4-du
sebesar 2.3231 , sehingga H0 tidak dapat ditolak dan
disimpulkan tidak ada autokorelasi. Untuk itu, semua uji
yang akan dilakukan selanjutnya untuk perusahaan
konvensional, akan menggunakan model yang telah
ditransformasi dalam bentuk difference.
(c) Uji Multikolinieritas.
Y*= β1 + X1* + ... + Xt* + εt
90
Tabel 4.18
Hasil Uji Multikolinieritas Perusahaan Konvensional
Coefficients
a
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
SQRT_CCC@ .974 1.027
SQRT_CR@ .997 1.003
SQRT_DAR@ .977 1.024
a. Dependent Variable: SQRT_ROA@
(Sumber: Data diolah)
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa tidak ada nilai
tollerance yang lebih kecil dari 0.10 dan VIF yang lebih
besar dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi masalah multikolinieritas pada kelompok
perusahaan konvensional.
(d) Uji Heteroskedestisitas
Gambar 4.13
Grafik Scatter plot perusahaan Konvensional
(Sumber: Data diolah)
91
Dari grafik scatter plot pada Gambar 4.15 terlihat bahwa
titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas
maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedestisitas pada
model regresi pada perusahaan konvensional, sehingga
model regresi layak digunakan.
2) Model Regresi
Tabel 4.19
Model Regeresi Perusahaan Konvensional Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.292 .818 8.910 .000
SQRT_CCC@ -.088 .040 -.221 -2.167 .035
SQRT_CR@ .001 .077 .001 .013 .990
SQRT_DAR@ -1.025 .144 -.725 -7.139 .000
a. Dependent Variable: SQRT_ROA@
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan output SPSS pada Tabel 4.18 , dari ke tiga
variabel yang dimasukkan kedalam model regresi, variabel CR
tidak berpengaruh signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari
probabilitas signifikansi untuk CR sebesar 0.990 diatas 0.05.
Sedangkan CCC dan DAR memiliki probibalitas 0.035 dan
0.000, yang artinya signifikan pada 0.05. Dari Tabel 4.17 dapat
dibuat persamaan matematis sebagai berikut :
ROA = 7.292 - 0.088CCC + 0.001CR – 1.025 DAR + ε
92
3) Uji F
Tabel 4.20
Uji F Perusahaan Konvensional
ANOVAb
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 24.913 3 8.304 17.396 .000a
Residual 22.436 47 .477
Total 47.349 50
a. Predictors: (Constant), SQRT_DAR@, SQRT_CR@, SQRT_CCC@
b. Dependent Variable: SQRT_ROA@
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.20, didapat nilai probabilitas
signifikansi sebesar 0.000. Karena probabilitas yang lebih kecil
dari derajat kesalahan 5% atau 0.05, maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi ROA atau dapat dikatakan
CCC, CR, dan DAR secara bersama-sama berpengaruh
terhadap ROA.
4) Uji Signifikansi Individual (Uji Statsitik t)
Tabel 4.21
Uji t Kelompok Perusahaan Konvensional
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.292 .818 8.910 .000
SQRT_CCC@ -.088 .040 -.221 -2.167 .035
SQRT_CR@ .001 .077 .001 .013 .990
SQRT_DAR@ -1.025 .144 -.725 -7.139 .000
a. Dependent Variable: SQRT_ROA@
(Sumber: Data diolah)
Dari persamaan regresi diatas, dapat diketahui bahwa :
93
(a) Konstanta sebesar 7.292 menyatakan bahwa jika variabel
independen dianggap konstan, maka rata-rata ROA untuk
perusahaan konvensional adalah sebesar 7.292 persen.
(b) Koefesien CCC sebesar -0.088 dengan signifikansi 0.035
dibawah α 0.05 menyatakan bahwa CCC berpengaruh
negatif. Setiap penambahan CCC sebanyak 1 hari, maka
ROA akan berkurang sebesar 0.088 persen. Temuan ini
sesuai dengan teori yang menyatakan demikian dan
mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Ching , et al (2011), Quayyum (2011), Bagchi dan
Khamrui (2012), dan Owalabi dan Alu (2012).
(c) Koefesien CR sebesar 0,001 dengan nilai signifikansi
0,990 lebih besar dari α 0,05. Walaupun dari nilai
koefesiennya, CR berpengaruh positif, namun tidak
terbukti secara statistik. Hasil ini mendukung temuan
Raheman et al (2010) dalam penelitian yang
dilakukannya pada sektor Auto & Engineering dan
Cements & Ceramics.
(e) Koefesien DAR sebesar -1.025 dengan signifikansi 0.000
menyatakan bahwa DAR berpengaruh negatif. Setiap
penambahan DAR sebanyak 1 persen, maka ROA akan
berkurang sebesar 1.025 persen. Temuan ini konsisten
dengan teori dan temuan pada pengujian yang dilakukan
94
pada kelompok perusahaan syariah dan mendukung
penelitian Ching, et al (2011), dan Bagchi dan Khamrui
(2012).
Hasil uji t pada kelompok perusahaan konvensional
menunjukkan bahwa hipotesis alternatif untuk hipotesis 8
ditolak, atau dengan kata lain CR tidak berpengaruh terhadap
ROA. Sedangkan hipotesis alternatif untuk Hipotesis 7 dan 9
diterima, atau CCC dan DAR berpengaruh negatif terhadap
ROA.
5) Uji Koefesien Determinasi (R2)
Untuk menentukan seberapa besar prediktor dapat
menjelaskan variabel terikatnya pada kelompok perusahaan
konvensional, dapat ditunjukkan dengan nilai koefisien
determinasi yang diperoleh dari nilai adjusted R square
sebagai berikut
Tabel 4.22
Uji Koefesien Determinasi (R2) Perusahaan
Konvensional
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .725a .526 .496 .69092 .526 17.396 3 47 .000 2.118
a. Predictors: (Constant), SQRT_DAR@, SQRT_CR@, SQRT_CCC@
b. Dependent Variable: SQRT_ROA@
(Sumber: Data diolah)
95
Berdasarkan tampilan output SPSS model summary, dapat
dilihat besarnya adjusted R2 adalah 0,496 yang berarti 49,6%
variasi return on assets pada perusahaan konvensional dapat
dijelaskan oleh variasi dari ke tiga variabel independen yaitu
CCC, CR, dan DAR. Sedangkan sisanya sebesar 51,4%
dijelaskan oleh variabel yang tidak dimasukkan dalam mode
seperti pangsa pasar perusahaan (Raza, et al. 2011), kualitas
tenaga kerja (Ton, 2009), dan faktor makroekonomi seperti
inflasi, GDP, tingkat upah, jumlah perusahaan, tingkat bunga
(Bekeris , 2012).
c. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda Pada Kelompok
Perusahaan Syariah dan Konvensional
Hasil analisis regresi yang telah dilakukan pada kelompok
perusahaan manufaktur Sektor Industri Dasar dan Bahan Kimia
Syariah dan Konvensional dapat diringkas sebagai berikut :
Tabel 4.23
Ringkasan Hasil Analisis Regresi
Syariah Konvensional
Nilai Sig. α Kesimpulan Nilai Sig. α Kesimpulan
Hasil
Uji F 0.011
0.05
Berpengaruh 0.000
0.05
Berpengaruh
Hasil
Uji t :
CCC 0.503 Tidak Berpengaruh 0.035 Berpengaruh Negatif
CR 0.751 Tidak Berpengaruh 0.990 Tidak Berpengaruh
DAR 0.018 Berpengaruh Negatif 0.000 Berpengaruh Negatif
(Sumber: Data sekunder diolah)
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan manajemen
modal kerja serta pengaruhnya pada kelompok perusahan manufaktur
syariah dan konvensional. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan
yang telah dikemukakan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan yang signifikan secara statsitik pada current
asset (CR), dan debt to asset ratio (DAR) antara perusahaan
manufaktur Sektor Industri Dasar dan Bahan Kimia syariah dan
konvensional. Perusahaan syariah memiliki rasio likuiditas yang
lebih tinggi dibanding dengan perusahaan konvensional. Selain itu,
perusahaan syariah juga memiliki rasio hutang yang lebih rendah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan syariah mampu
mengelola manajemen modal kerja lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan konvensional.
2. Hasil Uji Regresi menunjukkan bahwa variabel independen debt to
asset ratio (DAR) berpengaruh negatif secara statistik terhadap
variabel dependen return on asset (ROA) pada perusahaan
manufaktur Sektor Industri Dasar dan Bahan Kimia syariah.
Sedangkan cash conversion cycle (CCC) dan current ratio (CR)
tidak berpengaruh terhadap variabel profitabilitas ROA.
97
3. Hasil Uji Regresi menunjukkan bahwa variabel independen cash
conversion cycle (CCC) dan debt to asset ratio (DAR) berpengaruh
negatif secara statsitik terhadap variabel dependen return on asset
(ROA) pada perusahaan manufaktur Sektor Industri Dasar dan
Bahan Kimia konvensional. Sedangkan current ratio (CR) tidak
berpengaruh terhadap variabel profitabilitas ROA.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis
dapat sampaikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Kriteria perusahaan syariah, khususnya ketentuan rasio hutang yang
rendah merupakan faktor yang mempengaruhi profitabilias. Untuk itu,
perusahaan sebaiknya mengurangi penggunaan hutang dan
meningkatkan modal internal.
2. Bagi investor, investasi pada perusahaan atau emiten syariah menajdi
pilihan yang lebih menarik, karena kriteria perusahaan syariah
menyebabkan pengelolaan manajemen modal kerja yang lebih baik
sehingga menghasilkan profitabilitas yang lebih tinggi dibanding
perusahan konvensional.
3. Bagi akademisi dan peneliti lain dengan topik sejenis disarankan
untuk melakukan kajian lebih lanjut dengan memasukkan variabel
independen lainnya, seperti tingkat keampuan perusahaan membayar
bunga, dan faktor eksternal seperti risiko pasar. Dan menambah
98
periode penelitian agar dapat memberikan analisis yang lebih
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Anser, Raheem dan Qaisar Ali Malik. “Cash Conversion Cycle and Firm‟s
Profitability – A Study Listed Manufacturing Companies od Pakistan”.
IQSR Journal of Business and Management Vol. 8, Issue 2. 2013
Bagchi, Bhaskar dan Khamrui, B. “Relationship between Working Capital
Management and Profitability :A Study of Selected FMCG Companies
in India”, Business and Economic Journal Vol.2012 :BEJ-60, 2012.
Bekeris, Rokas. “The Impact of Macroeconomic Indicators Upon SME‟s
Profitability”.Ekonomika Vol. 91(3), Vilnus University. 2012.
Bhunia, Amaendu dan Amit Das “Affiliation between Working Capital
Management and Profitability.”, Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in Business, Vol.3, 2012.
Boeri, Tito and Luigi Guiso .”The Sub-prime Crisis: Greenspan„s Legacy”.
2007.
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F. “Fundamental of Financial
Management”. 12th Edition , Cengage Learning, 2009.
Ching, Hong Yuh., et al.”Relationship betwwen Working Capital
Management and Profitability in Brazilian Listed Companies”, Journal
Of Global Business And Economics, Vol.3, 2011.
Febianto, Irwan. “Shariah Compliant Model of Business Entities”. Universitas
Padjajaran. 2011.
Ganessan, Vedavinayagam. “An Analysis of Working Capital Management
Effeciency in Telecomunication Equipment Industry”. River Academic
Journal, Vol.3 No.2. 2007.
Gitman, Lawrance. “ Principle of Managerial Finance”. 12th
Edition, Prentice
Hall. 2008
Ghozali, Imam. “Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS” Cetakan Ke-4.
Badan Penerbit Universitas Dipenegoro. 2009.
Hanafi, Mahmud M dan Halim, Adul . “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi
ke-4, UPP STIM YKPN, 2009.
Hayajaneh, Osama Suhail dan Yassine, Fatima Lahcen Ait. “The Impact of
Working Capital Effeciency on Pro fitability – An Empirical Analysis on
Jordanian Manufacturing Firms”, International Research Journal of
Finance and Economics, 2011.
Horne, James C. Van dan Wachowiz, John M . “Fundamental of Financial
Management”. 12th
Edition , Prentice Hall, 2005.
Horne, James C. Van dan Wachowiz, John M . “Fundamental of Financial
Management”. 13th
Edition , Prentice Hall, 2008.
IDX. “Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia”. Indonesia
Stock Exchange. 2010.
Laux, Judy. “Topics in Finance : Part IX-Working Capital Management”,
Colorado College Working Paper 2012-7, Colorado, 2012.
Lazaridis, Ioannis dan Tryfonifis, Dimitrios. “The Relationship between
Working Capital Management and Profitability of Listed companies in
The Athens Stock Exchange”, Yunani, 2006.
Otoritas Jasa Keuangan. “Pengenalan Produk Syariah di Pasar Modal”.
(Online). (http://syariah.ojk.go.id/pengenalan_produk_syariah.html).
2013.
Owalabi, Sunday Ajao dan Alu, Chituru Nkechinyere. “Effective Working
Capital Management And Profitability : A Study of Selected Quoted
Manufacturing Companies in Nigeria”, Economics and Finance
Review Vol.2(6), 2012.
Preve, Lorenzo A. Dan Virginia, Sarria-Allende. “Working Capital
Management”. Oxford Press, 2010.
Quayyum, Sayeda Tahmina. “Effects of Working Capital Management and
Liquidity : Evidence from the Cement Industry of Bangladesh” , Journal
od Business and Technology, Vol.5, Dhaka. 2011.
Raheman, Abdul. Abdul Qayyum, Talat Afza, dan Mahmood Ahmed Bodla.
“Sector Wise Analysis of Working Capital Management and Firm
Performance in Manufacturing Sector of Pakistan”. Interdisciplinary
Journal of Contemporary Research in Business, Vol.2, 2010.
Raza, Syed Ali., M Shoaib Farooq dan Nadeem Khan. “Form And Industry
Effects On Firm Profitability : An Empirical Analysis Of KSE”. Munich
Personal RePEc Archive. 2011.
RBS and Greenwich Asscoiation. “Working Capital Management”. 2011
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Cetakan I, Lembaga Penelitian UIN
Jakarta. 2009.
Rudiyanto. “Prospek Reksadana Sektoral”. (Online). (http: //rudiyanto.
blog.kontan. co.id / 2011 / 05/02/prospek –reksadana - sektoral /
prospek-reksa - dana- sektoral/)
Sutanto,J.E dan Pribadi Yanuar. “Effeciency of Working Capital on Company
Profitability in Generating ROA (Case Studies in CV.Tools Box in
Surabaya)”, Journal of Economics, Business, and Accoutancy Ventura.
Vol.15, 2012.
Suharyadi dan Purwanto. “ Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”.
Edisi Ke-2, Salemba Empat.2009
Sugiyono. “Metodologi Penelitian Bisnis”. Cetakan ke-12, Alvabeta. 2008.
Ton, Zeynep. “The Effect of Labor on Profitability : The Role of Quality”.
Working Paper , Harvard Business School. 2009.
Usama, Muhammad. “Working Capital Management and its affect on firm‟s
Profitability and Liquidity : In Other Food Sector of (KSE) Karachi
Stock Index.”, Arabian Journal of Business and Management Review,
Vol.1, 2012.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”.
Edisi ke-3.UPP STIM YKPN.2009.
World Bank. “Laju Pertumbuhan Sektor Manufaktur Semakin Cepat”,
(Online).(http://www.worldbank.org/in/news/press-release/2012/10/10/
indonesia- manufacturing- sector-picks-up-pace)
Lampiran 1 : Daftar Perusahaan Manufaktur
No Kode Nama Perusahaan Tanggal IPO DES
Industri Dasar Dan Bahan Kimia 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 AKKU Alam Karya Unggul Tbk. 1-Nov-04 v v v v v
2 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
18-Dec-92 v v v v v v v
3 ALDO Alkindo Naratama Tbk. 12-Jul-11
4 ALKA Alakasa Industrindo Tbk 12-Jul-90 v v v v v
5 ALMI Alumindo Light Metal Industry
2-Jan-97
6 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 8-Nov-95 v v v v v v v
7 APLI Asiaplast Industries Tbk. 1-May-00 v
8 ARNA Arwana Citramulia Tbk. 17-Jul-01 v v v v
9 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk.
21-Dec-11
10 BRNA Berlina Tbk. 6-Nov-89 v v v v v
11 BRPT Barito Pacific Tbk. 1-Oct-93 v
12 BTON Betonjaya Manunggal Tbk. 18-Jul-01 v v v v v v v
13 BUDI Budi Acid Jaya Tbk. 8-May-95
14 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
18-Mar-91 v
15 CTBN Citra Tubindo Tbk. 28-Nov-89 v v v v v v v
16 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
8-Aug-90 v v v v v v v
17 EKAD Ekadharma International Tbk.
14-Aug-90 v v v v v v v
18 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk 16-May-97 v v v
19 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk. 1-Dec-94
20 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk 21-Mar-02 v v v v v
21 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk.
23-Dec-09 v
22 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk
5-Nov-90 v v v v v v v
23 IKAI Intikeramik Alamasri Industri
4-Jun-97 v v v
24 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
5-Dec-94
25 INCI Intanwijaya Internasional Tbk
24-Jul-90 v v v v v v v
26 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk.
16-Jul-90
27 INRU Toba Pulp Lestari Tbk. 18-Jun-90 v v v v
28 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
5-Dec-89 v v v v v v v
29 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
9-Jul-10
30 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk.
6-Aug-97
31 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
23-Oct-89 v
32 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 8-Aug-89 v v v v v v
33 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesi
11-Jul-08
34 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi T
8-Dec-94 v
35 KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk.
10-Nov-10
36 LION Lion Metal Works Tbk. 20-Aug-93 v v v v v v v
37 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 4-Jun-90 v v v v v v v
38 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 10-Feb-06 v v
39 MLIA Mulia Industrindo Tbk 17-Jan-94
40 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk.
14-Dec-09
41 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 23-Sep-96
42 SAIP Surabaya Agung Industri Pulp &
3-May-93
43 SIAP Sekawan Intipratama Tbk 17-Oct-08
44 SIMA Siwani Makmur Tbk 3-Jun-94 v v v
45 SIPD Sierad Produce Tbk. 27-Dec-96 v
46 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 10-Aug-97
47 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk.
8-Jul-91 v v v v v v v
48 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tb
3-Aug-92 v v v
49 SPMA Suparma Tbk. 16-Nov-94 v
50 SRSN Indo Acidatama Tbk 11-Jan-93 v v v v v
51 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk
21-Mar-94
52 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk.
30-Sep-93
53 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk
13-Dec-99
54 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.
3-Apr-90
55 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 30-Oct-90 v
56 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk
26-May-08 v v v v v v v
57 TRST Trias Sentosa Tbk. 2-Jul-90 v v v v v v v
58 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk 6-Nov-89 v v v v v
59 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk
5-Mar-08 v v v v v v
Aneka Industri Lainnya
60 ADMG Polychem Indonesia Tbk 20-Oct-93
61 ARGO Argo Pantes Tbk. 7-Jan-91
62 ASII Astra International Tbk. 4-Apr-90 v v v v v
63 AUTO Astra Otoparts Tbk. 15-Jun-98 v v v v v v v
64 BATA Sepatu Bata Tbk. 24-Mar-82 v v v v v v v
65 BIMA Primarindo Asia Infrastructure
30-Aug-94
66 BRAM Indo Kordsa Tbk. 5-Sep-90 v v v v v v v
67 CNTX Century Textile Industry Tbk.
22-May-79
68 ERTX Eratex Djaja Tbk. 21-Aug-90
69 ESTI Ever Shine Tex Tbk. 13-Oct-92 v v v v v v v
70 GDYR Goodyear Indonesia Tbk. 1-Dec-80 v v v v v v
71 GJTL Gajah Tunggal Tbk. 8-May-90
72 HDTX Panasia Indo Resources Tbk.
6-Jun-90 v v v v v v v
73 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk. 21-Jan-91 v v v v v v v
74 IMAS Indomobil Sukses Internasional
15-Sep-93
75 INDR Indo-Rama Synthetics Tbk. 3-Aug-90 v v v v v v v
76 INDS Indospring Tbk. 10-Aug-90
77 JECC Jembo Cable Company Tbk.
18-Nov-92
78 KARW ICTSI Jasa Prima Tbk. 20-Dec-08
79 KBLI KMI Wire & Cable Tbk. 6-Jul-92 v v v v v v
80 KBLM Kabelindo Murni Tbk. 1-Jun-92 v v v v v v v
81 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 5-Feb-90 v v v v v v v
82 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk.
9-Jun-05 v v v v v v
83 MYTX Apac Citra Centertex Tbk 10-Oct-89
84 NIPS Nipress Tbk 24-Jul-91
85 PAFI Panasia Filament Inti Tbk 1-Jan-00
86 PBRX Pan Brothers Tbk. 16-Aug-90
87 POLY Asia Pacific Fibers Tbk 12-Mar-91
88 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tb
12-Jul-90
89 PTSN Sat Nusapersada Tbk 8-Nov-07 v v v v v
90 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 22-Jan-98 v v v v v v v
91 SCCO Supreme Cable Manufacturing &
20-Jul-82 v
92 SMSM Selamat Sempurna Tbk. 9-Sep-96 v v v v v v v
93 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk
20-Aug-97
94 STAR Star Petrochem Tbk. 13-Jul-11
95 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk. 26-Feb-80 v
96 TRIS Trisula International Tbk. 28-Jun-12
97 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 18-Apr-02 v v v v v v
98 UNTX Unitex Tbk. 16-Jun-89 v
99 VOKS Voksel Electric Tbk. 20-Dec-90 v v v v v v
Hasil Industri Untuk Konsumsi
100 ADES Akasha Wira International Tbk.
13-Jun-94 v v
101 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
11-Jun-97
102 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk. 10-Jul-12
103 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 9-Jul-96 v
104 DAVO Davomas Abadi Tbk 22-Dec-94
105 DLTA Delta Djakarta Tbk 12-Feb-84
106 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk.
11-Nov-94 v v v v v v v
107 GGRM Gudang Garam Tbk. 27-Aug-90
108 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
7-Oct-10 v
109 INAF Indofarma Tbk 17-Apr-01 v v v v v
110 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
14-Jul-94
111 KAEF Kimia Farma Tbk. 4-Jul-01 v v v v v v v
112 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk.
29-Jul-96 v v v v v v
113 KICI Kedaung Indah Can Tbk 28-Oct-93 v v v v v v
114 KLBF Kalbe Farma Tbk. 30-Jul-91 v v v v v v v
115 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk.
17-Oct-94 v v v v v v v
116 MBTO Martina Berto Tbk. 13-Jan-11 v
117 MERK Merck Tbk. 23-Jul-81 v v v v v v v
118 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.
17-Jan-94
119 MRAT Mustika Ratu Tbk. 27-Jul-95 v v v v v v v
120 MYOR Mayora Indah Tbk 4-Jul-90 v v v v v v v
121 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 18-Oct-94
122 PYFA Pyridam Farma Tbk 16-Oct-01 v v v v v v v
123 RMBA Bentoel Internasional Investam
5-Mar-90
124 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk.
28-Jun-10
125 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk
8-Jun-90
126 SKBM Sekar Bumi Tbk. 5-Jan-93
127 SKLT Sekar Laut Tbk. 8-Sep-93 v v v v v v
128 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesi
29-Mar-83 v v v v v v
129 STTP Siantar Top Tbk. 16-Dec-96 v v v v v v v
130 TCID Mandom Indonesia Tbk. 23-Sep-93 v v v v v v v
131 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk. 17-Jun-94 v v v v v v v
132 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Tra
2-Jul-90 v v v v v v v
133 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 11-Jan-82 v v v v v v v
134 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. 18-Dec-12
Lampiran 2 : Data Penelitian
Groups* KODE ROA CCC ACP ICP PDP CR DER
S AKPI 1.485 73.550 67.507 69.187 63.144 1.250 1.320
S 4.142 78.053 59.054 56.301 37.302 1.370 1.170
S 5.958 81.235 50.804 70.635 40.204 1.500 0.980
S 4.800 101.854 55.037 88.280 41.462 1.790 0.880
S AMFG 8.607 49.414 49.414 114.053 114.053 2.75 0.37
S 11.370 152.923 25.471 139.198 11.746 3.45 0.35
S 3.412 96.595 35.428 97.146 35.979 3.34 3.34
S 13.949 91.410 33.754 100.832 43.176 3.940 0.29
S BTON 18.903 60.100 60.100 22.977 22.977 3.15 0.35
S 29.532 27.722 27.722 33.531 33.531 4.32 0.28
S 13.453 56.131 39.689 22.913 6.471 9.46 0.08
S 9.344 23.228 38.903 27.183 42.858 3.600 0.23
S CTBN 13.710 26.859 62.355 34.663 70.159 1.54 0.87
S 10.290 53.294 46.831 65.776 59.313 1.49 1.06
S 7.123 51.749 56.123 65.685 70.059 1.67 0.85
S 6.712 86.247 81.144 197.686 192.583 1.380 1.43
S EKAD 4.984 71.611 54.937 64.637 47.963 3.07 0.39
S 3.272 62.223 37.629 47.759 23.165 2.59 1.03
S 9.958 119.135 43.720 104.653 29.238 1.41 1.1
S 11.975 121.635 44.195 109.949 32.508 1.760 0.74
S IGAR 4.677 101.560 66.588 63.090 28.118 3.06 0.53
S 2.403 90.725 67.825 52.083 29.184 4.07 0.38
S 7.785 96.413 74.236 49.872 27.695 5.69 0.29
S 19.827 76.838 57.471 41.992 22.625 7.040 0.23
S INTP 9.764 101.769 39.724 79.716 17.671 2.89 0.45
S 15.465 112.155 34.415 96.093 18.353 1.79 0.33
S 20.688 98.527 46.428 84.736 32.638 3.01 0.24
S 27.684 103.112 44.413 84.747 26.048 5.550 0.17
S LION 11.705 279.320 79.768 230.778 31.226 5.41 0.27
S 14.948 291.580 57.739 252.172 18.330 5.69 0.26
S 12.387 264.616 67.041 232.374 34.799 7.96 0.19
S 12.712 295.505 58.106 258.491 21.093 9.440 0.17
S LMSH 9.460 99.149 39.403 101.158 41.412 1.85 1.16
S 14.901 93.092 29.639 73.658 10.205 2.75 0.64
S 3.306 107.213 48.414 79.773 20.974 2.12 0.83
S 9.400 88.390 39.719 77.044 28.373 2.440 0.67
S SMGR 20.850 78.480 43.928 68.297 33.745 3.64 0.27
S 23.801 88.886 44.550 87.206 42.870 3.39 0.3
S 25.685 66.426 36.158 67.479 37.211 3.58 0.26
S 23.345 79.152 43.680 78.688 43.215 2.920 0.29
K ALKA 4.83 8.00 29.21 3.12 24.33 1.41 5.50
K 2.85 14.52 33.62 3.35 22.45 1.52 4.28
K 5.43 16.35 44.26 5.29 33.19 1.63 2.86
K 2.61 20.29 50.58 4.09 34.38 1.50 3.08
K ALMI 2.31 80.07 21.14 65.36 6.43 0.89 2.07
K 0.28 51.41 14.44 89.86 52.90 0.74 2.76
K 1.77 32.13 29.96 116.92 114.75 0.97 2.21
K 2.91 39.30 19.25 56.32 36.27 0.66 1.97
K ARNA 6.89 32.99 80.36 23.32 70.69 0.77 1.68
K 7.38 37.33 82.52 31.72 76.91 0.76 1.58
K 7.77 47.39 80.80 27.31 60.72 0.79 1.38
K 9.05 60.41 86.17 36.61 62.37 0.76 1.12
K BRNA 2.68 77.09 76.29 49.45 48.65 2.41 1.34
K 4.03 85.62 76.18 51.75 42.30 2.28 1.29
K 3.99 92.38 95.04 56.84 59.49 4.09 1.70
K 6.31 93.99 87.66 64.69 58.36 1.33 1.62
K BUDI 3.11 98.39 71.34 51.41 24.36 1.61 1.31
K 1.94 86.00 38.69 65.76 18.44 1.05 1.70
K 9.16 61.21 42.40 39.67 20.86 1.04 1.10
K 2.34 85.46 48.91 56.96 20.41 1.03 1.53
K CPIN 3.90 64.40 31.69 77.39 44.68 1.23 3.45
K 4.90 47.65 20.54 45.68 18.56 1.31 2.91
K 30.15 47.71 21.50 49.18 22.96 1.82 0.82
K 33.91 47.33 21.56 50.12 24.34 2.93 0.46
K FASW 3.24 112.95 63.63 67.79 18.47 1.92 1.91
K 0.98 99.72 41.95 70.37 12.61 2.08 1.84
K 7.54 113.18 63.18 64.22 14.23 2.31 1.32
K 6.30 104.98 56.87 66.90 18.79 0.84 1.48
K PICO 1.88 179.08 86.33 179.18 86.44 0.79 2.28
K 2.21 119.49 51.47 152.92 84.91 0.99 2.90
K 2.33 139.49 37.84 149.91 48.26 91.00 2.32
K 2.11 192.20 41.53 186.85 36.17 1.03 2.25
K SMCB 2.35 41.14 45.76 38.56 43.17 1.33 2.19
K 3.44 51.48 42.97 46.33 37.82 1.65 1.93
K 12.33 43.69 37.09 37.76 31.16 1.27 1.19
K 7.94 38.93 34.57 49.17 44.82 1.66 0.53
K SOBI 11.18 171.03 51.55 147.56 28.08 1.81 0.83
K 12.82 199.75 42.69 168.72 11.66 1.67 0.95
K 12.48 103.06 36.66 89.39 23.00 1.54 0.78
K 3.82 152.61 48.90 116.50 12.79 1.18 1.29
K SRSN 7.69 220.05 66.45 174.51 20.91 1.49 0.79
K 1.73 250.51 77.00 184.28 10.77 1.37 1.04
K 6.13 282.92 74.53 222.89 14.50 1.71 0.89
K 2.70 286.37 77.89 217.05 8.57 2.42 0.59
K TKIM 0.46 147.77 57.57 117.97 27.77 2.53 2.81
K 2.28 123.32 67.89 87.80 32.37 2.58 2.58
K 1.34 161.84 97.94 102.30 38.40 2.37 2.63
K 2.00 135.93 67.60 93.83 25.49 2.19 2.45
K TOTO 6.17 124.99 70.76 121.12 66.89 1.35 1.88
K 6.14 72.01 68.36 82.20 78.54 1.40 1.84
K 18.09 126.72 79.44 98.12 50.84 2.06 0.91
K 17.75 133.10 86.97 105.87 59.74 2.10 0.73 *S= Kelompok Perusahaan Syariah
K= Kelompok Perusahaan Konvensional
Lampiran 3 : Output SPSS Uji Beda
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROA CCC ACP ICP PDP CR DAR
N 92 92 92 92 92 92 92
Normal Parameters
a
Mean 8.8011 1.0167E2 52.9192 87.5514 38.8005 3.3727 47.5543
Std. Deviation
7.48108 6.63812E1 1.95026E1 5.77300E1 2.71716E1 9.40010 1.95916E1
Most Extreme Differences
Absolute .144 .165 .101 .147 .164 .386 .104
Positive .144 .165 .101 .147 .164 .362 .104
Negative -.127 -.084 -.060 -.088 -.117 -.386 -.081
Kolmogorov-Smirnov Z 1.378 1.585 .967 1.411 1.570 3.707 .993
Asymp. Sig. (2-tailed) .045 .013 .306 .037 .014 .000 .278
a. Test distribution is Normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SQRT_ROA SQRT_CCC SQRT_ICP SQRT_PDP SQRT_CR
N 92 92 92 92 92
Normal Parametersa Mean 2.7204 9.5975 8.8542 5.9356 1.5635
Std. Deviation 1.18921 3.10793 3.04235 1.89876 .96845
Most Extreme Differences
Absolute .087 .103 .082 .097 .223
Positive .087 .103 .082 .097 .220
Negative -.065 -.054 -.061 -.061 -.223
Kolmogorov-Smirnov Z .837 .986 .782 .927 2.138
Asymp. Sig. (2-tailed) .485 .285 .573 .357 .000
a. Test distribution is Normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LN_ROA LN_CCC LN_ICP LN_PDP LN_CR
N 92 92 92 92 92
Normal Parametersa Mean 1.7993 4.4142 4.2177 3.4652 .7275
Std. Deviation .93776 .68431 .83640 .62750 .71731
Most Extreme Differences
Absolute .059 .098 .135 .057 .095
Positive .043 .060 .070 .047 .095
Negative -.059 -.098 -.135 -.057 -.065
Kolmogorov-Smirnov Z .566 .941 1.291 .547 .909
Asymp. Sig. (2-tailed) .906 .338 .071 .925 .380
a. Test distribution is Normal.
Group Statistics
Groups N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
LN_ROA S 40 2.2801 .71247 .11265
K 52 1.4294 .92745 .12861
LN_CCC S 40 4.4706 .56052 .08863
K 52 4.3708 .76869 .10660
ACP S 40 49.7266 13.96160 2.20752
K 52 55.3750 22.70379 3.14845
LN_ICP S 40 4.3497 .59421 .09395
K 52 4.1162 .97675 .13545
LN_PDP S 40 3.4860 .60557 .09575
K 52 3.4492 .64927 .09004
LN_CR S 40 1.0922 .55177 .08724
K 52 .4469 .70760 .09813
DAR S 40 30.9250 13.91621 2.20035
K 52 60.3462 12.37151 1.71562
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Difference Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
LN_ROA Equal variances assumed
2.419 .123 4.809 90 .000 .85065 .17689 .49923 1.20206
Equal variances not assumed
4.975 90.000 .000 .85065 .17097 .51098 1.19032
LN_CCC Equal variances assumed
6.235 .014 .692 90 .491 .09982 .14433 -.18692 .38656
Equal variances not assumed
.720 89.778 .473 .09982 .13863 -.17560 .37524
ACP Equal variances assumed
16.881 .000 -1.384 90 .170 -5.64845 4.08114 -
13.75634 2.45944
Equal variances not assumed
-1.469 86.220 .145 -5.64845 3.84524
-13.29226
1.99536
LN_ICP Equal variances assumed
3.615 .060 1.334 90 .186 .23358 .17516 -.11440 .58156
Equal variances not assumed
1.417 85.883 .160 .23358 .16485 -.09413 .56129
LN_PDP Equal variances assumed
1.847 .178 .277 90 .783 .03672 .13264 -.22680 .30024
Equal variances not assumed
.279 86.654 .781 .03672 .13143 -.22453 .29797
LN_CR Equal variances assumed
.050 .823 4.759 90 .000 .64525 .13559 .37588 .91463
Equal variances not assumed
4.914 89.976 .000 .64525 .13130 .38440 .90611
DAR Equal variances assumed
1.969 .164 -
10.709 90 .000 -29.42115 2.74736
-34.87927
-23.96304
Equal variances not assumed
-10.545
78.615 .000 -29.42115 2.79014 -
34.97521 -
23.86710
Lampiran 4 : Output SPSS Regresi Berganda Perusahaan Syariah
Variables Entered/Removed
b
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 DAR, CCC, CRa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ROA
Model Summary
b
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .513a .263 .202 6.56181 .263 4.293 3 36 .011 1.332
a. Predictors: (Constant), DAR, CCC, CR
b. Dependent Variable: ROA
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 554.511 3 184.837 4.293 .011a
Residual 1550.065 36 43.057
Total 2104.576 39
a. Predictors: (Constant), DAR, CCC, CR
b. Dependent Variable: ROA
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Correlations Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant) 23.995 6.219 3.858 .000
CCC -.013 .019 -.116 -.676 .503 -.017 -.112 -.097 .692 1.446
CR -.295 .921 -.085 -.320 .751 .311 -.053 -.046 .292 3.423
DAR -30.906 12.443 -.585 -2.484 .018 -.492 -.382 -.355 .368 2.716
a. Dependent Variable: ROA
Lampiran 5 : Output SPSS Regresi Berganda Perusahaan Konvensional
Variables Entered/Removed
b
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 DAR, CR, CCCa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ROA
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .735a .540 .511 4.61374
a. Predictors: (Constant), DAR, CR, CCC
b. Dependent Variable: ROA
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .735a .540 .511 4.61374
a. Predictors: (Constant), DAR, CR, CCC
b. Dependent Variable: ROA
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1199.132 3 399.711 18.778 .000a
Residual 1021.755 48 21.287
Total 2220.887 51
a. Predictors: (Constant), DAR, CR, CCC
b. Dependent Variable: ROA
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 31.933 4.356 7.331 .000
CCC -.039 .010 -.392 -3.726 .001
CR 1.125 .994 .115 1.132 .263
DAR -39.032 5.590 -.742 -6.982 .000
a. Dependent Variable: ROA
Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized Residual 52 .874 .330 3.024 .650
Valid N (listwise) 52
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 SQRT_DAR@,
SQRT_CR@,
SQRT_CCC@a
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: SQRT_ROA@
Model Summary
b
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .725a .526 .496 .69092 .526 17.396 3 47 .000 2.118
a. Predictors: (Constant), SQRT_DAR@, SQRT_CR@, SQRT_CCC@
b. Dependent Variable: SQRT_ROA@
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 24.913 3 8.304 17.396 .000a
Residual 22.436 47 .477
Total 47.349 50
a. Predictors: (Constant), SQRT_DAR@, SQRT_CR@, SQRT_CCC@
b. Dependent Variable: SQRT_ROA@
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 7.292 .818 8.910 .000
SQRT_CCC@ -.088 .040 -.221 -2.167 .035 .974 1.027
SQRT_CR@ .001 .077 .001 .013 .990 .997 1.003
SQRT_DAR@ -1.025 .144 -.725 -7.139 .000 .977 1.024
a. Dependent Variable: SQRT_ROA@
Coefficient Correlations
a
Model SQRT_DAR@ SQRT_CR@ SQRT_CCC@
1 Correlations SQRT_DAR@ 1.000 -.012 .152
SQRT_CR@ -.012 1.000 -.056
SQRT_CCC@ .152 -.056 1.000
Covariances SQRT_DAR@ .021 .000 .001
SQRT_CR@ .000 .006 .000
SQRT_CCC@ .001 .000 .002
a. Dependent Variable: SQRT_ROA@
Lampiran 7 : Tabel dl-du