55
MAKALAH MANAJEMEN MUTU TERPADU DALAM PENDIDIKAN Diajukan untuk memenuhi tugas pengelolaan pendidikan Dosen: Nurdin, M.Pd. Disusun oleh: Fenny Rahayu Ferina (1300380) Pendidikan Kimia B 2013 FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM i

Manajemen Mutu Pendidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Pengelolaan Pendidikan- Modul Individu

Citation preview

MAKALAH

MANAJEMEN MUTU TERPADU DALAM PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi tugas pengelolaan pendidikan

Dosen:

Nurdin, M.Pd.

Disusun oleh:

Fenny Rahayu Ferina (1300380)

Pendidikan Kimia B 2013

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG2014KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini manajemen mutu terpadu dalam pendidikan.Lahirnya ide penulisan ini, selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan, tetapi juga untuk menggambarkan pemahaman mahasiswa mengenai manajemen mutu terpadu dalam pendidikan.

Untuk memenuhi tujuan di atas, kami menganggap perlu adanya referensi yang dapat dijadikan sarana untuk memahami pentingnya mengetahui manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. Kami berharap pembuatan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Bandung, 1 Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................iDAFTAR ISIiiDAFTAR GAMBARiiiDAFTAR TABELivBAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. LATAR BELAKANG1

B. RUMUSAN MASALAH2

C. TUJUAN MAKALAH3

D. MANFAAT4

E. METODE PEMBUATAN MAKALAH4

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................5 1. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan5 2. Perkembangan Konsep Mutu7 3. Karakteristik TQM9 4. Prinsip mutu9 5. Konsep Mutu Pendidikan11 6. Standar Mutu Pendidikan11 7. Manfaat Manajemen Mutu Terpadu13 8. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan14 9. Manajemen Mutu Terpadu di Sekolah20 10. Masalah Penerapan Manajemen Mutu Terpadu22 11. Analisis Masalah dan Pemecahan Masalah23 12. Strategi Manajemen Mutu Terpadu25 13. Tanggapan Penulis26BAB III PENUTUP....................................................................................28 A. SIMPULAN28 B. SARAN......................................................................................29DAFTAR PUSTAKA30DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Prinsip-prinsip manajemen mutu terpadu........................................ 10

Gambar 1.2. Manfaat Total Quality Management............................................... 13

Gambar 1.3 Komitmen Kualitas dalam TQM...................................................... 19

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Indikator sekolah bermutu dan tidak bermutu...................................... 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya insani untuk pembangunan suatu bangsa. Sering kali kebesaran suatu bangsa diukur dari sejauhmana masyarakatnya mengenyam pendidikan. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh suatu masyarakat, maka semakin majulah bangsa tersebut. Kualitas pendidikan tidak saja dilihat dari kemegahan fasilitas pendidikan yang dimiliki, tetapi sejauhmana output (lulusan) suatu pendidikan dapat membangun sebagai manusia yang paripurna sebagaimana tahapan pendidikan tersebut.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilakukan dalam tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan bangsa tentu bukan hanya sekedar penyelenggaraan pendidikan, tetapi pendidikan yang bermutu, baik dari sisi input, proses, output, maupun outcome. Input pendidikan yang bermutu adalah guru-guru yang bermutu, peserta didik yang bermutu, kurikulum yang bermutu, fasilitas yang bermutu, dan berbagai aspek penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.proses pendidikan yang bermutu adalah proses pembelajaran yang bermutu. Output pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang memiliki kompetensi yang disyaratkan. Dan outcome pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi atau terserap pada dunia usaha atau dunia industri.

Pendidikan harus bermutu karena pendidikan pada saat ini, dalam hal ini pendidikan persekolahan dihadapkan pada berbagai tantangan, baik nasional maupun internasional. Tantangan nasional muncul dari dunia ekonomi, sosial, budaya, politik dan keamanan. Tantangan dunia internasional menunjukan bahwa Indonesia saat ini akan menghadapi berbagai persaingan global, seiring dengan berlangsungnya globalisasi, khususnya dalam perdagangan (ekonomi). Globalisasi menghantarkan pada perubahan lingkungan strategis bangsa dimata bangsa-bangsa lainnya di dunia ini. Selain globalisasi, perkembangan teknologi informasi juga menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia.

Pemecahan masalah nasional dan persaingan global ini menuntut dimilikinya sumber daya manusia yang kompeten dibidangnya yang disertai dengan kepemilikan akhlak mulia. Dimana penyelenggaraan kenegaraan dan kemsayarakatan yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) menjadi salah satu indikator darikepemilikan akhlak mulia ini. Pembangun bangsa yang seimbang antara jasmani dan rohani akan memberikan kemajuan yang pesat, sebagaimana tertera didalam Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Jawaban untuk tantangan nasional dan internasional adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu merupakan kunci untuk membangun manusia yang kompeten yang beradab.

Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan merupakan lembaga yang berfungsi sebagai agent of change, bertugas untuk membangun peserta didik agar sanggup memecahkan masalah nasional dan internasional. Penyelenggaraan sekolah harus diorientasikan pada pembentukan manusia yang kompeten dan beradab.

Manajemen peningkatan mutu pendidikan dalam bab ini merupakan sebuah kajian mengenai bagaimana sebuah pendidikan persekolahan harus dikelola secar efektif, efisien, dan berkeadilan untuk mewujudkan mutu pendidikan (persekolahan) sebgaimana diharapkan.

B. Rumusan Masalah

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi para pembelajar supaya mengetahui lebih dalam mengenai manajemen mtu terpadu pendidikan. Adapun rumusan masalah yang hadir dalam makalah ini, diantaranya :

1. Apa itu manajemen mutu terpadu pendidikan?2. Bagaimana perkembangan konsep mutu?3. Bagaimanakah karakteristik TQM?4. Apa sajakah prinsip dari mutu?5. Bagaimanakah konsep mutu pendidikan?6. Apa saja yang menjadi standar mutu pendidikan?7. Apa manfaat dari manajemen mutu terpadu?8. Bagaimana implementasi manajemen mutu terpadu dalam bidang pendidikan?9. Apa itu manajemen mutu terpadu di sekolah?10. Apa yang menjadi masalah penerapan manajemen mutu terpadu?

11. Bagaimana analisa masalah dan pemecahan masalah yang terjadi pada TQM?12. Bagaimana strategi manajemen mutu terpadu?13. Bagaimana tanggapan penulis tentang TQM?C. Tujuan Penulisan Makalah

Setelah membahas keenam belas jenis landasan ini, pembaca di harapkan bisa memiliki pehamana sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep manajemen mutu terpadu pendidikan.2. Untuk mengetahui perkembangan konsep mutu.

3. Untuk mengetahui karakteristik TQM.4. Untuk mengetahui prinsip dari mutu.5. Untuk mengetahui konsep mutu pendidikan.6. Untuk mengetahui standar mutu pendidikan.7. Untuk mengetahui manfaat dari manajemen mutu terpadu.8. Untuk mengetahui implementasi manajemen mutu terpadu dalam bidang pendidikan.9. Untuk mengetahui manajemen mutu terpadu di sekolah.10. Untuk mengetahui masalah penerapan manajemen mutu terpadu.

11. Untuk mengetahui analisa masalah dan pemecahan masalah yang terjadi pada TQM.12. Untuk mengetahui strategi manajemen mutu terpadu.13. Untuk mengetahui tanggapan penulis tentang TQM.D. MANFAATDalam penyusunan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai penambah wawasan baru bagi para pembaca mengenai manajemen mutu terpadu pendidikan, khususnya bagi para mahasiwa agar dapat memahami dengan baik isi makalah ini.

E. METODE PEMBUATAN MAKALAHMetode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi pustaka yang dilakukan dengan mencari dan membaca berbagai literatur berupa media cetak dan elektronik.BAB IIPEMBAHASAN

1. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu PendidikanKonsep Manajemen Mutu Terpadu merupakan bangunan konsep yang terdiri dari tiga unsur yaitu manajemen, mutu, terpadu dan pendidikan.

a. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. (Tery & Rue, 2009:1)

Manajemen merupakan serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling), dan penganggaran (budgeting). (Nawawi, 2005: 52)

b. Pengertian MutuMenurut Crosby (1979:58) mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai yang disyaratkan atau distandarkan.

Menurut Deming (1982:176) mutu ialah kesesuaian dengaan kebutuhan pasar atau konsumen.

Menurut Feigenbaum (1986:7) mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction).

c. Pengertian TerpaduKata terpadu merupakan terjemahan dari kata total (bahasa Inggris). Total dalam konsep Total Quality Management diartikan sebagai pengintegrasian seluruh staff, penyalur pelanggan dan stakeholders lainnya.Hal ini berarti semua orang yang ada didalam organisasi dilibatkan dalam menyelesaikan produk atau melayani pelanggan. Dengan kata lain, konsep total dalam TQM, atau konsep terpadu dalam MMT ini diartikan bahwa setiap orang berperan dalam menyukseskan seluruh proses pekerjaan atau aktivitas. (Sallis, 1993)d. Pengertian PendidikanPendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. (Jean Piaget,1896)

Pendidikan adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa. (J.J. Rousseau,1712-1718)

Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya. (Thompson)

e. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu PendidikanManajemen Mutu Terpadu merupakan sebuah konsep yang mengaplikasikan berbagai prinsip mutu untuk menjamin suatu produk barang/jasa memiliki spesifikasi mutu sebagaimana ditetapkan secara menyeluruh dan berkelanjutan.

Menurut Hadari Nawari (2005:46) Manajemen Mutu Terpadu adalah manejemen fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan pada peningkatan kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (public service) dan pembangunan masyarakat (community development). Konsepnya bertolak dari manajemen sebagai proses atau rangkaian kegiatan mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki, yang harus diintegrasi pula dengan pentahapan pelaksanaan fungsi fungsi manajemen, agar terwujud kerja sebagai kegiatan memproduksi sesuai yang berkualitas. Setiap pekerjaan dalam manajemen mutu terpadu harus dilakukan melalui tahapan perencanaan, persiapan (termasuk bahan dan alat), pelaksanaan teknis dengan metode kerja/cara kerja yang efektif dan efisien, untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.

Pengertian lain dikemukakan oleh Santoso yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998) yang mengatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorentasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Di samping itu Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998) menyatakan pula bahwa Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya.

Menurut Cassio seperti yang dikutip oleh Hadari Nawawi (2005 : 127), ia memberi pengertian bahwa TQM, a philosophy and set of guiding principles that represent the foundation of a continuosly improving organization, include seven broad components :1. A focus on the customer or user of a product or service, ensuring the customers need an expectations are satisfied consistenly.

2. Active leadership from executives to establish quality as a fundamental value to be incorporated into a companys managemen philosophy.

3. Quality concept (e.g. statistical process control or computer assisted design, engineering, and manufacturing) that are thoroughly integrated throughout all activities of or a company.

4. A corporate culture, established and reinforced by top executives, that involves all employees in contributing to quality improvement.

5. A focus on employee involvement, teamwork, and training at all levels in order to strengthen employee commitment to continous quality improvement.

6. An approach to problem solving that is base on continously gathering, evaluating, and acting on facts and data is a systematic manner.

7. Recognition of supliers as full partners in quality management process.2. Perkembangan Konsep MutuPerkembangan konsep mutu terbagi menjadi lima tahapan, yaitu antara lain:

Pertama, dikenal sebagai era Tanpa mutu. Masa ini dimulai sebelum abad ke-18 dimana produk yang dibuat tidak diperhatikan mutunya. Hal seperti ini mungkin terjadi karena pada saat itu belum ada persaingan (monopoli). Dalam era modern saat ini, praktik seperti ini masih bisa dijumpai.

Kedua, dikenal dengan era Inspeksi. Era ini mulai berlanagsung sekitar tahun 1800-an, dimana pemilihan produk akhir dilakukan dengan cara melakukan inspeksi sebelum dilepas ke konsumen. Tanggung jawab mutu produk diserahkan sepenuhnya ke departemen inspeksi (QC). Departemen QC akhirnya selalu jadi sasaran bila ada produk cacat yang lolos ke konsumen. Disisi lain, biaya mutu menjadi bengkak karena produk seharusnya sudah bisa dicegah masuk ke proses berikutnya pada saat departemen terkait menemukan adanya cacat dibagiannya masing-masing sebelum diperiksa oleh petugas inspeksi.

Ketiga, dieknal sebagai Statistical Quality Control Era (Pengendalian mutu secara statistik). Era ini dimulai tahun 1930 oleh Walter Shewart dari Bell Telephone Laboratories. Departemen inspeksi dilengkapi dengn alat dan metode statistik untuk mendeteksi penyimpangan yang terjadi pada produk yang dihasilkan departemen produksi. Departemen produksi menggunakan data tersebut untuk melakukan perbaikan terhadap sistem dan proses.

Keempat, Dikenal dengan era Quality Assurance Era. Era ini mulai berkembang tahun 1950-an. Konsep mutu meluas dari sebatas tahap produksi (hilir) ke tahap desain (hulu) dan berkoordinasi dengan departemen jasa (Maintenance, PPIC, Gudang, dll). Manajemen mulai terlibat dalam penentuan pemasok (suppliers). Konsep biaya mutu mulai dikenal, bahwa aktivitas pencegahan akan mengurangi pengeluaran daripada upaya perbaikan cacat yang sudah terjadi. Desain yang salah misalnya akan mengakibatkan kesalahan produksi. Contoh era ini adalah penggunaan ISO 9000 versi 1994.

Kelima, dikenal dengan era Strategic Quality Manageement / Total Quality Management (TQM). Dalam era ini keterlibatan manajemen puncak sangat besar dalam menjadikan kualitas sebagai modal untuk menempatkan perusahaan siap bersaing dengan kompetitor. Contoh era ini adalah penggunaan Sistem manajemen Mutu ISO 9000 versi 2000 dan 2008.

3. Karakteristik TQM

Hadari Nawawi (2005: 127) mengemukakan sebagai berikut:

1. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal

2. Memiliki opsesi yang tinggi terhadap kualitas3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

4. Memiliki komitmen jangka panjang.

5. Membutuhkan kerjasama tim

6. Memperbaiki proses secara kesinambungan

7. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

8. Memberikan kebebasan yang terkendali

9. Memiliki kesatuan yang terkendali

10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.4. Prinsip Mutu

Menurut Deming ada 14 prinsip mutu yang harus dilakukan organisasi/ perusahaan jikan menghendaki dicapainya mutu, yaitu:1) Menciptakan konsistensi tujuan untuk pengembangan produk dan jasa dengan adanya tujuan suasana bisnis yang kompetitif.

2) Adopsi filosofi baru

3) Menghentikan ketergantungan pada adanya inspeksi dan digantikan dengan upaya pencapaian mutu.

4) Menghentikan anggapan bahwa penghargaan dalam bisnis adalah terletak pada harga.

5) Peningkatan sistem produksi dan layanan secara terus menerus guna peningkatan mutu dan produktivitas.

6) Pelatihan dalam pekerjaan

7) Kepepimpinan lembaga

8) Menghilangkan rasa takut

9) Hilangkan penghalang antar departemen/biro

10) Mengurangi slogan peringatan-peringatan dan target, dan mengganti dengan pemantapan metode-metode yang dapat meningkatkan mutu kerja.

11) Kurangi standar kerja yang menentukan kuota berdasarkan jumlah.

12) Hilangkan penghambat yang dapat merampas hak asasi manusia untuk merasa bangga terhadap kecakapan kerjanya.

13) Lembagakan suatu program pendidikan dan peningkatan diri yang penuh semangat.

14) Setiap orang dalam perusahaan berkerja sama dalam mendukung proses transformasi.

Prinsip manajemen mutu terpadu menurut Naidu, Babu, & Rajendra (2000:37)

Gambar 1.1 Prinsip-prinsip manajemen mutu terpadu

5. Konsep Mutu Pendidikan

Menurut Townsend dan Butterworth (1992:35) dalam bukunya Your Childs Scholl, ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses pendidikan yang bermutu, yakni:

1) Keefektifan kepemimpinan kepala sekolah

2) Partisipasi dan masa tanggung jawab guru dan staf

3) Proses belajar mengajar yang efektif

4) Pengembangan staf yang terprogram

5) Kurikulum yang relevan

6) Memiliki visi dan misi yang jelas

7) Iklim sekolah yang kondusif

8) Penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan

9) Komunikasi efektif baik internal dan ekternal

10) Keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik.

Dalam konsep yang lebih luas, mutu pendidikan memiliki makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu. (Surya.2002:12)

6. Standar Mutu Pendidikan

Menurut UUSPN No.20 Tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengertian tersebut memberikan pengertian bahwa pendidikan merupakan jasa yang harus memiliki suatu standarisasi penilain terhadap mutu dari jasa yang diberikan kepada pelanggan pendidikan tersebut.

Standar mutu pendidikan di Indonesia ditetapkan dalam suatu Standarisasi Nasional dan dikenal dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Menurut Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang SNP pasal 1 ayat (1) memberikan pengertian bahwa SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Standar Nasional Pendidikan tersebut meliputi:

a) Standar kompetensi lulusan

b) Standar isi

c) Standar proses

d) Standar pendidik dan tenaga kependidikan

e) Standar sarana dan prasarana

f) Standar pengelolaan

g) Standar pembiayaan

h) Standar penilaian pendidikan

Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dalam pelaksanaan tugasnya juga harus memiliki standarisasi sekolah yang bermutu sehingga mamppu bersaing dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan. Pendapat Engkoswara (2010) menerangkan indikator-indikator sekolah yang bermutu dan tidak bermutu yang diadaptasi dari pandangan para ahli yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1 Indikator sekolah bermutu dan tidak bermutu

Sekolah bermutuSekolah tidak bermutu

1. Masukan yang tepat1.Masukan yang banyak

2. Semangat kerja tinggi2.Pelaksanaan kerja santai

3. Gairah motivasi belajar tinggi3.Aktivitas belajar santai

4. Penggunaan biaya, waktu, fasilitas, tenaga yang profesional4.Boros menggunakan sumber-sumber

5. Kepercayaan berbagai pihak5.Kurang peduli terhadap lingkungan

6. Tamatan yang bermutu6.Lulusan hasil katrol

7. Keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat7.Keluaran tidak produktif

7. Manfaat Manajemen Mutu Terpadu

Menurut Nasution (2001) manfaat TQM dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu dapat memperbaiki posisi persaingan dan meningkatkan keluaran bebas dari kerusakan seperti tampak pada gambar berikut :

Sumber : Nasution, (2001)

Gambar. 1.2. Manfaat Total Quality Management

Berikut ini adalah manfaat-manfaat umum sebuah Total Quality Management yang efektif yang telah dipertimbangkan masak-masak (Faure,1999) ; (1) pelanggan-pelanggan yang puas dan setia karena barang dan jasa selalu diproduksi sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan mereka. (2) biaya-biaya operasional yang berkurang sebagai akibat pemborosan dihilangkan dan efisiensi ditingkatkan sebagai suatu hasil dari penghapusan ketidak sesuaian. (3) daya saing dan profitabilitas diperbaiki karena biaya-biaya kegiatan operasional berkurang. (4) semangat pegawai ditingkatkan karena mereka bekerja dengan efisien.

8. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Bidang Pendidikan

Dalam ajaran Total Quality Management, lembaga pendidikan (sekolah) harus menempatkan siswa sebagai klien atau dalam istilah perusahaan sebagai stakeholdersyang terbesar, sehingga suara siswa harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis langkah organisasi sekolah. Tanpa suasana yang demokratis, manajemen tidak mampu menerapkan TQM dan yang terjadi adalah kualitas pendidikan didominasi oleh pihak-pihak tertentu yang sering kali memiliki kepentingan yang bersimpangan dengan hakikat pendidikan.

Penerapan TQM berarti pula adanya kebebasan untuk berpendapat. Kebebasan berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis antara siswa dan guru, siswa dan kepala sekolah, serta guru dan kepala sekolah, atau singkatnya, kebebasan berpendapat dan keterbukaan antara seluruh warga sekolah. Pentafsiran ilmu pengetahuan tidak lagi bersifat one way communication, melainkan two way communication. Proses dua arah ini merupakan bagian dari substansi TQM dalam meningkatkan kualitas dilembaga pendidikan.

Di lingkungan organisasi non profit, khususnya pendidikan, penetapan kualitas produk dan kualitas proses untuk mewujudkannya, merupakan bagian yang tidak mudah dalam pengimplementasian Manajemen Mutu Terpadu (TQM). Kesulitan ini disebabkan oleh karena ukuran produktivitasnya tidak sekedar bersifat kuantitatif, misalnya hanya dari jumlah lokal dan gedung sekolah atau laboratorium yang berhasil dibangun, tetapi juga berkenaan dengan aspek kualitas yang menyangkut manfaat dan kemampuan memanfaatkannya.

Demikian juga jumlah lulusan yang dapat diukur secara kuantitatif, sedang kualitasnya sulit untuk ditetapkan kualifikasinya. Sehubungan dengan itu di lingkungan organisasi bidang pendidikan yang bersifat non profit, menurut Hadari Nawari (2005 : 47) ukuran produktivitas organisasi bidang pendidikan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Produktivitas Internal, berupa hasil yang dapat diukur secara kuantitatif, seperti jumlah atau prosentase lulusan sekolah, atau jumlah gedung dan lokal yang dibangun sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

2. Produktivitas Eksternal, berupa hasil yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, karena bersifat kualitatif yang hanya dapat diketahui setelah melewati tenggang waktu tertentu yang cukup lama.

Masih menurut Hadari Nawawi (2005 : 47), bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen mutu terpadu dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala gejala sebagai berikut :

1. Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.

2. Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani semakin berkurang.

3. Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat

4. Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab sebabnya.

5. Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

6. Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.

7. Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.

Berkenaan dengan kualitas dalam pengimplementasian TQM, Wayne F. Cassio dalam bukunya Hadari Nawawi mengatakan : Quality is the extent to which product and service conform to customer requirement. Di samping itu Cassio juga mengutip pengertian kualitas dari The Federal Quality Institute yang menyatakan quality as meeting the customers requiremet the first time and every time, where costumers can be internal as wellas external to the organization. Senada dengan itu Goetsh dan Davis seperti yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1996) yang mengatakan: kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Dilihat dari pengertian kualitas yang terakhir seperti tersebut di atas, berarti kualitas di lingkungan organisasi profit ditentukan oleh pihak luar di luar organisasi yang disebut konsumen, yang selain berbeda beda, juga selalu berubah dan berkembang secara dinamis.

Manajemen Mutu Terpadu di lingkungan suatu organisasi non profit termasuk pendidikan tidak mungkin diwujudkan jika tidak didukung dengan tersedianya sumber sumber untuk mewujudkan kualitas proses dan hasil yang akan dicapai. Di lingkungan organisasi yang kondisinyan sehat, terdapat berbagai sumber kualitas yang dapat mendukung pengimplementasian TQM secara maksimal. Menurut Hadari Nawawi (2005 : 138 141), beberapa di antara sumber sumber kualitas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Komitmen Pucuk Pimpinan (Kepala Sekolah) terhadap kualitas.

Komitmen ini sangat penting karena berpengaruh langsung pada setiap pembuatan keputusan dan kebijakan, pemilihan dan pelaksanaan program dan proyek, pemberdayaan SDM, dan pelaksanaan kontrol. Tanpa komitmen ini tidak mungkin diciptakan dan dikembangkan pelaksanaan fungsi fungsi manajemen yang berorentasi pada kualitas produk dan pelayanan umum.

2. Sistem Informasi Manajemen

Sumber ini sangat penting karena usaha mengimplementasikan semua fungsi manajemen yang berkualitas, sangat tergantung pada ketersediaan informasi dan data yang akurat, cukup/lengkap dan terjamin kekiniannya sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas pokok organiasi.

3. Sumber daya manusia yang potensial

SDM di lingkungan sekolah sebagai aset bersifat kuantitatif dalam arti dapat dihitung jumlahnya. Disamping itu SDM juga merupakan potensi yang berkewajiban melaksanakan tugas pokok organisasi (sekolah) untuk mewujudkan eksistensinya. Kualitas pelaksanaan tugas pokok sangat ditentukan oleh potensi yang dimiliki oleh SDM, baik yang telah diwujudkan dalam prestasi kerja maupun yang masih bersifat potensial dan dapat dikembangkan.

4. Keterlibatan semua Fungsi

Semua fungsi dalam organisasi sebagai sumber kualitas, sama pentingnya satu dengan yang lainnnya, yang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu semua fungsi harus dilibatkan secara maksimal, sehingga saling menunjang satu dengan yang lainnya.

5. Filsafat Perbaikan Kualitas secara Berkesinambungan

Sumber sumber kualitas yang ada bersifat sangat mendasar, karena tergantung pada kondisi pucuk pimpinan (kepala sekolah), yang selalu menghadapi kemungkinan dipindahkan, atau dapat memohon untuk dipindahkan. Sehubungan dengan itu, realiasi TQM tidak boleh digantungkan pada individu kepala sekolah sebagai sumber kualitas, karena sikap dan perilaku individu terhadap kualitas dapat berbeda. Dengan kata lain sumber kualitas ini harus ditransformasikan pada filsafat kualitas yang berkesinambungan dalam merealisasikan TQM.

Semua sumber kualitas di lingkungan organisasi pendidikan dapat dilihat manifestasinya melalui dimensi dimensi kualitas yang harus direalisasikan oleh pucuk pimpinan bekerja sama dengan warga sekolah yang ada dalam lingkungan tersebut. Menurut Hadari Nawawi (2005 : 141), dimensi kualitas yang dimaksud adalah : 1. Dimensi Kerja Organisasi

Kinerja dalam arti unjuk perilaku dalam bekerja yang positif, merupakan gambaran konkrit dari kemampuan mendayagunakan sumber sumber kualitas, yang berdampak pada keberhasilan mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi organisasi (sekolah).

2. Iklim Kerja

Penggunaan sumber sumber kualitas secara intensif akan menghasilkan iklim kerja yang kondusif di lingkungan organisasi. Di dalam iklim kerja yang diwarnai kebersamaan akan terwujud kerjasama yang efektif melalui kerja di dalam tim kerja, yang saling menghargai dan menghormati pendapat, kreativitas, inisiatif dan inovasi untuk selalu meningkatkan kualitas.

3. Nilai Tambah

Pendayagunaan sumber sumber kualitas secara efektif dan efisien akan memberikan nilai tambah atau keistimewaan tambahan sebagai pelengkap dalam melaksanakan tugas pokok dan hasil yang dicapai oleh organisasi. Nilai tambah ini secara kongkrit terlihat pada rasa puas dan berkurang atau hilangnya keluhan pihak yang dilayani (siswa).4. Kesesuaian dengan Spesifikasi

Pendayagunaan sumber sumber kualitas secara efektif dan efisien bermanifestasi pada kemampuan personil untuk menyesuaikan proses pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya dengan karakteristik operasional dan standar hasilnya berdasarkan ukuran kualitas yang disepakati.

5. Kualitas Pelayanan dan Daya Tahan Hasil Pembangunan

Dampak lain yang dapat diamati dari pendayagunaan sumber sumber kualitas yang efektif dan efisien terlihat pada peningkatan kualitas dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada siswa.6. Persepsi Masyarakat

Pendayagunaan sumber sumber kualitas yang sukses di lingkungan organisasi pendidikan dapat diketahui dari persepsi masyarakat (brand image) dalam bentuk citra dan reputasi yang positip mengenai kualitas lulusan baik yang terserap oleh lembaga pendidikan yang lebih tinggi ataupun oleh dunia kerja.

Secara singkat dapat digambarkan diagram komitmen kualitas dalam Manajemen Mutu Terpadu adalah sebagai berikut :

Gambar 1.3 Komitmen Kualitas dalam TQM

9. Manajemen Mutu Terpadu di Sekolah

Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah. Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan yang termuat dalam buku Panduan Manajemen Sekolah (2000: 191) yaitu:

siswa : kesiapan dan motivasi belajarnya,

guru : kemampuan profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya (kemampuan sosial).

kurikulum : relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya,

sarana dan prasarana : kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran,

Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi) partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah.

Penyusunan program peningkatan mutu dapat dilakukan dengan mengaplikasikan empat teknik. Berdasarkan Panduan Manajemen Sekolah (2000:200-202) dijelaskan sebagai berikut:

1. School review

Suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah, serta mutu lulusan. School review dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut:

a) Apakah yang dicapai sekolah sudah sesuai dengan harapan orang tua siswa dan siswa sendiri?

b) Bagaimana prestasi siswa?

c) Faktor apakah yang menghambat upaya untuk meningkatkan mutu?

d) Apakah faktor-faktor pendukung yang dimiliki sekolah?

2. Benchmarking

Suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun lembaga.

Tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab oleh benchmarking adalah :

a) Seberapa baik kondisi kita?

b) Harus menjadi seberapa baik?

c) Bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut?

Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah :

a) Tentukan fokus

b) Tentukan aspek/variabel atau indikator

c) Tentukan standar

d) Tentukan gap (kesenjangan) yang terjadi.

e) Bandingkan standar dengan kita

f) Rencanakan target untuk mencapai standar

g) Rumuskan cara-cara program untuk mencapai target

3. Quality assurance

Suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitoring yang berkesinambungan, dan melembaga, menjadi subsistem sekolah.

Quality assurance akan menghasilkan informasi, yang :

a) Merupakan umpan balik bagi sekolah

b) Memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa.

Untuk melaksanakan quality assurance menurut maka sekolah harus:

a) Menekankan pada kualitas hasil belajar

b) Hasil kerja siswa dimonitor secara terus menerus

c) Informasi dan data dari sekolah dikumpulkan dan dianalisis untuk memperbaiki proses di sekolah.

d) Semua pihak mulai kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, dan juga orang tua siswa harus memiliki komitmen untuk secara bersama mengevaluasi kondisi sekolah yang kritis dan berupaya untuk memperbaiki.

4. Quality control

Suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.

10. Masalah Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

Dijelaskan oleh Hanafiah, bahwa masalah dalam penerapan menejemen mutu terpadu adalah

1. Sikap mental para pengelola pendidikan, baik yang memimpin maupun yang dipimpin. Yang dipimpin bergerak karena perintah atasan, bukan karena rasa tanggung jawab. Yang memimpin sebaliknya, tidak memberi kepercayaan, tidak memberi kebebasan berinisiatif, mendelegasikan wewenang.

2. Tidak adanya tindak lanjut dari evaluasi program. Hampir semua program dimonitor dan dievaluasi dengan baik, Namun tindak lanjutnya tidak dilaksanakan. Akibatnya pelaksanaan pendidikan selanjutnya tidak ditandai oleh peningkatan mutu.

3. Gaya kepemimpinan yang tidak mendukung. Pada umumnya pimpinan tidak menunjukkan pengakuan dan penghargaan terhadap keberhasilan kerja stafnya. Hal ini menyebabkan staf bekerja tanpa motivasi.

4. Kurangnya rasa memiliki pada para pelaksana pendidikan. Perencanaan strategis yang kurang dipahami para pelaksana, dan komunikasi dialogis yang kurang terbuka. Prinsip melakukan sesuatu secara benar dari awal belum membudaya. Pelaksanaan pada umumnya akan membantu sustu kegiatan, kalau sudah ada masalah yang timbul. Hal inipun merupakan kendala yang cukup besar dalam peningkatan dan pengendalian mutu. (M. Jusuf Hanafiah dkk, 1994:8).

11. Analisis Masalah dan Pemecahan Masalah

Sikap mental bawahan yang bekerja bukan atas tanggung jawab, tetapi hanya karena diperintah atasan akan membuat pekerjaan yang dilaksanakan hasilnya tidak optimal. Guru hanya bekerja berdasarkan petunjuk dari atas, sehingga guru tidak bisa berinisitiaf sendiri. Sementara itu pimpinan sendiri punya sikap mental yang negatif dimana ia tidak bisa memberikan kesempatan bagi bawahan untuk berkarir dengan baik, bawahan harus mengikuti pada petunjuk atasan, bawahan yang selalu dicurigai, bawahan yang tidak bisa bekerja sesuai dengan caranya. Kenyatan ini karena profil kepala sekolah yang belum menampilkan gaya entrepeneur dan gaya memimpin situasional.

Program peningkatan mutu pendidikan tidak akan jalan jika setelah diadakannya monitoring dan evaluasi tanpa ditindaklanjuti. Fungsi pengawasan (controlling) dalam manajemen berguna untuk membuat agar jalannya pelaksanaan manajemen mutu sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan bertujuan untuk menilai kelebihan dan kekurangan. Apa-apa yang salah dintinjau ulang dan segera diperbaiki.

Agar program dapat dimonitor dan ditindaklanjuti maka perlu melibatkan semua pihak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan partisipatif ialah suatu cara pengambilan keputusan yang terbuka dan demokratis yang melibatkan seluruh stakeholders di dewan sekolah. Gaya kepemimpinan yang tidak mendukung, akan mengakibatkan gagalnya pelaksanaan manajemen peningkatan mutu. Kepala sekolah harus senantiasa memahami sekolah sebagai suatu sistem organik. Untuk itu kepala sekolah harus lebih berperan sebagai pemimpin dibandingkan sebagai manager. Sebagai leader maka kepala sekolah harus :1. Lebih banyak mengarahkan daripada mendorong atau memaksa

2. Lebih bersandar pada kerjasama dalam menjalankan tugas dibandingkan bersandar pada kekuasaan atau SK.

3. Senantiasa menanamkan kepercayaan pada diri guru dan staf administrasi. bukannya menciptakan rasa takut.

4. Senantiasa menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu daripada menunjukkan bahwa ia tahu sesuatu.

5. Senantiasa mengembangkan suasana antusias bukannya mengembangkan suasana yang menjemukan

6. Senantiasa memperbaiki kesalahan yang ada daripada menyalahkan kesalahan pada seseorang, bekerja dengan penuh ketangguhan bukannya ogah-ogahan karena serba kekurangan (Boediono,1998).

Dalam MMT (Manajemen Mutu Terpadu) keberhasilan sekolah diukur dari tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan pelayanan sama atau melebihi harapan pelanggan. Dilihat jenis pelanggannya, maka sekolah dikatakan berhasil jika :

a) Siswa puas dengan layanan sekolah, antara lain puas dengan pelajaran yang diterima, puas dengan perlakuan oleh guru maupun pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan sekolah. Pendek kata, siswa menikmati situasi sekolah.

b) Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya maupun layanan kepada orang tua, misalnya puas karena menerima laporan periodik tentang perkembangan siswa maupun program-program sekolah.

c) Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi, industri, masyarakat) puas karena menerima lulusan dengan kualitas sesuai harapan

d) Guru dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah, misalnya pembagian kerja, hubungan antarguru/karyawan/pimpinan, gaji/honorarium, dan sebagainya. (Panduan Manajemen Sekolah, 2000:193).

12. Strategi Manajemen Mutu Terpadu

Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama. Konsep pemberian tanggung jawab pendidikan pada pemerintah, orang tua, dan masyarakat merupakan konsep terpadu berdasarkan prinsip gotong-royong yang diakui sebagai tradisi kehidupan budaya masyarakat kita. Gotong-royong menuntut tiadanya penonjolan otoritas kekuasaan, sekaligus merupakan cerminan dari demokrasi yang sedang dan terus kita kembangkan. Selama ini iklim dalam lembaga pendidikan kita belum mendukung budaya demokratis itu. Kekuasaan masih sangat menonjol dalam dunia pendidikan kita. Keadaan ini harus diperbaiki dengan penerapan manajemen pendidikan yang lebih mengedepankan prinsip demokrasi.

Pendidikan demokratis seharusnya mengembangkan warga masyarakat yang mudah memimpin tetapi sulit untuk memaksa. Dalam masyarakat demokratis, pendidikan menyajikan kebenaran dan nilai tetapi dalam bentuk yang terbuka atas pemikiran kritis. Guru yang demokratis menghargai tradisi bangsanya tetapi memiliki pandangan yang kritis dengan menyajikannya sebagai subjek modifikasi dan pengembangan, bukan terkungkung oleh berbagai otoritas dan rasa tidak aman.

Lembaga pendidikan tidak mungkin menjadi tumpuan harapan untuk merintis bagi tumbuh-berkembangnya sikap demokratis yang memiliki fungsi korektif, sikap kritis dan kreatif tanpa diberikan kepercayaan dan kebebasan. Memperhatikan berbagai kelemahan pendidikan kita selama ini seperti diuraikan di bagian depan dan mengantisipasi perkembanganm global, maka tugas pokok lembaga pendidikan adalah melakukan pembaruan dalam pendidikan khususnya lagi dalam manajemen pendidikan yang lebih prospektif dan antisipatif. Mengingat bahwa sebagai sebuah institusi pendidikan kinerjanya sangat ditentukan oleh model manajemen yang digunakan dalam memproses semua sumber daya yang ada bagi keberhasilandan mutu penampilan organisasi.

13. Tanggapan Penulis

Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu dalam bidang pendidikan tujuan akhirnya adalah meningkatkan kualitas, daya saing bagi output (lulusan) dengan indikator adanya kompetensi baik intelektual maupun skill serta kompetensi sosial siswa/lulusan yang tinggi. Dalam mencapai hasil tersebut, implementasi TQM di dalam organisasi pendidikan (sekolah) perlu dilakukan dengan sebenar-benarnya. Dengan memanfaatkan semua entitas kualitas yang ada dalam organisasi maka pendidikan kita tidak akan jalan di tempat seperti saat ini. Implementasi TQM di organisasi Pendidikan khususnya negeri memang tidak mudah. Adanya hambatan dalam budaya kerja, unjuk kerja dari guru dan karyawan sangat mempengaruhi. Tidak perlu dipungkiri bahwa budaya kerja, unjuk kerja dan disiplin pegawai negeri sipil di negara kita ini sangat rendah. Ini sangat mempengaruhi efektifitas implementasi TQM.

Menurut penulis, yang paling pertama diperbaiki adalah budaya kerja, unjuk kerja dan disiplin dari pelaksana sekolah (guru, karyawan dan kepala sekolah). Pelaksana sekolah selalu bersemangat untuk maju, bersemangat terus untuk menambah kemampuan dan ketrampilannya yang pada akhirnya akan meningkatkan unjuk kerja mereka di hadapan siswa. Apabila semua pelaksana sekolah sudah mempunyai budaya kerja, unjuk kerja dan disiplin yang tinggi, maka implementasi TQM dapat secara nyata berjalan dan akan menjadikan organisasi pendidikan (sekolah) akan semakin maju, eksis, memiliki brand image yang semakin tinggi dan pada akhirnya dapat menciptakan kader kader bangsa yang berkualitas dan dapat disejajarkan dengan bangsa lain.

Rendahnya budaya kerja, unjuk kerja dan disiplin kerja pelaksana seokolah (PNS) memang sangat dipengaruhi oleh sistem penghargaan negara (gaji) yang rendah terhadap PNS. Ini menyebabkan tidak sedikit kewajiban di organisasi pendidikan khususnya menjadi sambilan bagi PNS dan justru yang utama berada di kegiatan luar organisasi karena adanya tuntutan ekonomi yang semakin berat. BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Menurut Hadari Nawari (2005:46) Manajemen Mutu Terpadu adalah manejemen fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan pada peningkatan kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (public service) dan pembangunan masyarakat (community development).Konsep Total Quality Manajemen (TQM) pertama kali di kemukakan oleh Nancy Warren, seorang behavioral scientist di United State Navy. Istilah TQM ini mengandung makna every process, every job, dan every person.

Yang termasuk karakteristik TQM menurut Hadari Nawawi (2005 : 127) yaitu mengemukakan tentang karakteristik TQM sebagai berikut: Fokus pada pelanggan. Memiliki opsesi yang tinggi terhadap kualitas. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Memiliki komitmen jangka panjang.

Dalam ajaran Total Quality Management, lembaga pendidikan (sekolah) harus menempatkan siswa sebagai klien atau dalam istilah perusahaan sebagai stakeholdersyang terbesar, sehingga suara siswa harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis langkah organisasi sekolah. Tanpa suasana yang demokratis, manajemen tidak mampu menerapkan TQM dan yang terjadi adalah kualitas pendidikan didominasi oleh pihak-pihak tertentu yang sering kali memiliki kepentingan yang bersimpangan dengan hakikat pendidikan.

Penerapan TQM berarti pula adanya kebebasan untuk berpendapat. Kebebasan berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis antara siswa dan guru, siswa dan kepala sekolah, serta guru dan kepala sekolah, atau singkatnya, kebebasan berpendapat dan keterbukaan antara seluruh warga sekolah. Pentafsiran ilmu pengetahuan tidak lagi bersifat one way communication, melainkan two way communication. Proses dua arah ini merupakan bagian dari substansi TQM dalam meningkatkan kualitas dilembaga pendidikan.

Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu dalam bidang pendidikan tujuan akhirnya adalah meningkatkan kualitas, daya saing bagi output (lulusan) dengan indikator adanya kompetensi baik intelektual maupun skill serta kompetensi sosial siswa/lulusan yang tinggi. Dalam mencapai hasil tersebut, implementasi TQM di dalam organisasi pendidikan (sekolah) perlu dilakukan dengan sebenar-benarnya.B. SARAN PENULISSejalan dengan kesimpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut:

1. Pembaca harus memahami manajemen mutu terpadu pendidikan.2. Dalam penulisan makalah ini, penulis yakin masih banyak kekurangan yang belum dapat disempurnakan oleh penulis, oleh karena itu semoga teman-teman yang membaca dapat menyempurnakan kekurangan-kekurangan itu.DAFTAR PUSTAKA

Agus, Endri. (2013). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. [Online]. Tersedia:http://endriagusnugroho.blogspot.com/2013/11/manajemen-mutu-terpadu-dalam-pendidikan.html (1Desember 2014)

Amtu, Onisimus. (2011). Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah edisi tiga. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP Jakarta.

Fattah, Prof. Dr. Nanang. (2012). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hadis, Prof. Dr. H. Abdul. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Makawimbang, Jerry H. (2011). Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Mundir. (2012). Konsep Manajemen Mutu Terpadu Vol 2 No.1. [online]. Tersedia: http://jurnaljp3.files.wordpress.com/2013/09/mundir1.pdf (1 Desember 2014)

Nawawi, Hadari. (2005); Manajemen Strategik. Yogyakarta: Gadjah Mada Pers

Suharsaputra, Dr. Uhar. (2011). Administrasi Pendidikan. Jogjakarta: Aditama.

Sallis, Edward. 1993. Total Quality Management in Education. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, November 2010 dengan judul Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tjiptono, Fandi dan Anastasia Diana. (1998). Total Quality Management (TQM), Yogyakarta: Andi Offset

Umiarso & Gojali, Imam. (2011). Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan cetakan ke dua. Jogjakarta: IRCiSoD

Fokus pada pelanggan

Melakukannya dengan benar

Melakukannya bersama-sama

Berkomunikasi dan mendidik

Mengukur dan mencatat

P

E

R

B

A

I

K

A

N

M

U

T

U

HARGA YANG LEBIH TINGGI

MEMPERBAIKI POSISI PERSAINGAN

MENINGKATKAN PENGHASILAN

MENINGKATKAN PERSAINGAN ASAR

Meningkatkan

keluaran yang

bebas dari

kerusakan

Meningkatkan

laba

Mengurangi

biaya operasi

TQM

KOMITMEN PADA KUALITAS

SUMBER SUMBER KUALITAS

PELAKSANAAN PEKERJAAN SECARA BERKUALITAS

HASIL :

PELAYANAN UMUM DAN PEMBANGUNAN FISIK/NON FISIK MEMUASKAN MASYARAKAT

PERBAIKAN KUALITAS

SECARA BERKELANJUTAN

FUNGSI FUNGSI MANAJEMEN :

PERENCANAAN, PENGORGANISASIAN, PELAKSANAAN, PENGANGGARAN, KONTROL

i