14
A. DIROFILARIASIS Beberapa spesies filaria biasanya ditemukan pada binatang liar dan hewan peliharaan namun kadangkala menginfeksi manusia meskipun mikrofilaremia jarang terjadi. Genus Dirofilaria mengakibatkan penyakit paru- paru dan penyakit kulit pada manusia. D. immitis (cacing jantung pada anjing) dapat menyebabkan penyakit paru di Amerika Serikat (dilaporkan sekitar 50 kasus) dengan beberapa kasus terjadi di Jepang, Asia dan Australia. Cara penularan pada manusia melalui gigitan nyamuk. Cacing masuk melalui arteri paru-paru yang membentuk nidus pada thrombus yang mengakibatkan oklusi vaskuler, koagulasi, nekrosis dan fibrosis. Gejala yang timbul meliputi nyeri dada, batuk dan hemoptisis, jarang terjadi esosinofili. Suatu nodul fibrotis dengan diameter 1-3 cm, biasanya tanpa menimbulkan gejala, dapat diketahui dengan sinar X sebagai lesi bentuk koin (coin lesion). Penyakit kulit yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa macam spesies seperti D. tenuis, suatu parasit pada hewan raccoon di Amerika; D. ursi pada beruang di Kanada, dan D. repens dewasa pada kucing dan anjing di Eropa, Afrika dan Asia. Cacing berkembang dan berpindah kedalam konjunctiva dan jaringan subkutan pada scrotum, payudara, lengan dan kaki namun mikrofilaremia jarang terjadi. Spesies lain (Brugia) terdapat pada noda limfa. Diagnosa biasanya ditegakkan dengan menemukan cacing di jaringan pada sayatan dalam pembedahan. 1. Dirofilaria immitis Dirofilaria immitis adalah agen penyebab yang bersifat zoonosis, Suatu infeksi cacing gelang melalui nyamuk. D. immitis ditemukan pada anjing di Amerika Selatan dan Utara, Australia, India, Timur Jauh dan Eropa. Pada anjing yang dikenal adalah Dirofilaria immitis atau cacing jantung. Cacing ini dijumpai di bilik kanan dan arteri pulmonal anjing. Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala tetapi infeksi yang kronis akan menyebabkan jantung tidak bekerja dengan baik disertai asites dan bendungan pasif. Pada manusia dapat terjadi demam berulang. Limfadenopati, lemfangitis dan abses. Pembesaran yang menyolok dari

Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penyakit pada hewan peliharaan.

Citation preview

Page 1: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

A. DIROFILARIASIS

Beberapa spesies filaria biasanya ditemukan pada binatang liar dan

hewan peliharaan namun kadangkala menginfeksi manusia meskipun

mikrofilaremia jarang terjadi. Genus Dirofilaria mengakibatkan penyakit paru-

paru dan penyakit kulit pada manusia.

D. immitis (cacing jantung pada anjing) dapat menyebabkan penyakit paru

di Amerika Serikat (dilaporkan sekitar 50 kasus) dengan beberapa kasus terjadi

di Jepang, Asia dan Australia. Cara penularan pada manusia melalui gigitan

nyamuk.

Cacing masuk melalui arteri paru-paru yang membentuk nidus pada

thrombus yang mengakibatkan oklusi vaskuler, koagulasi, nekrosis dan fibrosis.

Gejala yang timbul meliputi nyeri dada, batuk dan hemoptisis, jarang terjadi

esosinofili. Suatu nodul fibrotis dengan diameter 1-3 cm, biasanya tanpa

menimbulkan gejala, dapat diketahui dengan sinar X sebagai lesi bentuk koin

(coin lesion).

Penyakit kulit yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa macam

spesies seperti D. tenuis, suatu parasit pada hewan raccoon di Amerika; D. ursi

pada beruang di Kanada, dan D. repens dewasa pada kucing dan anjing di

Eropa, Afrika dan Asia. Cacing berkembang dan berpindah kedalam konjunctiva

dan jaringan subkutan pada scrotum, payudara, lengan dan kaki namun

mikrofilaremia jarang terjadi. Spesies lain (Brugia) terdapat pada noda limfa.

Diagnosa biasanya ditegakkan dengan menemukan cacing di jaringan pada

sayatan dalam pembedahan.

1. Dirofilaria immitis

Dirofilaria immitis adalah agen penyebab yang bersifat zoonosis, Suatu

infeksi cacing gelang melalui nyamuk. D. immitis ditemukan pada anjing di

Amerika Selatan dan Utara, Australia, India, Timur Jauh dan Eropa. Pada anjing

yang dikenal adalah Dirofilaria immitis atau cacing jantung. Cacing ini dijumpai di

bilik kanan dan arteri pulmonal anjing. Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala

tetapi infeksi yang kronis akan menyebabkan jantung tidak bekerja dengan baik

disertai asites dan bendungan pasif. Pada manusia dapat terjadi demam

berulang. Limfadenopati, lemfangitis dan abses. Pembesaran yang menyolok dari

Page 2: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

anggota gerak (elefentiasis) dan jarang terjadi hidrosel yang berkembang

setelah bertahun-tahun. Tanpa adanya screening yang baik dan lalu lintas hewan

kesayangan (import) yang sangat tinggi bukan tindak mungkin di Indonesia juga

ada infeksi D. immitis.

Cacing jantung pada anjing ternyata dapat pula menular ke kita manusia

(bersifat zoonosis ) yang dikenal dengan nematoda zoonotik yaitu pada kasus

human pulmonary dirofilariasis (HPD)(Frisby, 1997;Johnstone et al., 1997).).

Cacing jantung bergerombol dengan warna putih, bulat, langsing dan panjang

antara 6 – 11 cm. Cacing jantung menginfeksi anjing ataupun manusia dengan

perantara gigitan vector nyamuk yang mengandung larva cacing setelah

menghisap darah anjing terinfeksi. Jadi infeksi cacing jantung ditularkan secara

langsung dari anjing ke anjing atau dari anjing ke manusia oleh nyamuk. Larva

cacing jantung yang disebut mikrofilaria berada pada peredaran darah dari

anjing yang terinfeksi. Setelah berada dalam peredaran darah mikrofilaria

bergerak dalam sirkulasi darah kealiran jantung , paru-paru dan pembuluh darah

besar , kemudian larva berkembang menjadi cacing dewasa yang mulai

menghasilkan mikrofilaria generasi berikutnya.

Cacing jantung butuh waktu 85 sampai 120 hari dari fase mikrofilaria

menjadi larva stadium 4 dan 5 dengan panjang 3.2 cm – 11 cm didalam jantung

kanan dan arteri pulmonalis. Untuk menjadi cacing jantung yang sempurna

membutuhkan waktu selama 5 – 8 bulan. Mikrofilaria pertama kali akan terlihat

dalam peredaran darah perifer kira-kira 6 bulan setelah anjing terinfeksi. Cacing

ini dapat menyebabkan kerusakan pada pembungkus jantung dan menghalangi

fungsi jantung dan paru-paru. Lebih dari 30 spesies nyamuk yang berbeda telah

menunjukan kemampuan dalam pertumbuhan dan penyebaran dari cacing jantung

ini .Jenis nyamuk yang mampu menularkan menularkan Dirofilaria immitis adalah

Page 3: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

Anopheles macullipennis Culek quinquefasciatus, Aedes aegypti, Armigeres

subalbatus, Aedes sierrensis , Aedes triserria dan Aedes vexan

Gejala awal infeksi dan tahapannya

- berat badan menurun

- lesu dan mudah lelah

- menderita batuk yang sulit sembuh

- anemia

- terjadi oedema

- terjadi gagal jantung kolaps

Tahap awal dari infeksi cacing jantung, seekor anjing akan menunjukan

sedikit gejala, namun jumlah cacing ini kemudian dapat berkembang menjadi

banyak dan dapat menyebabkan kerusakan pada pembungkus jantung dan

menghalangi fungsi jantung dan fungsi paru-paru. Anjing yang terinfeksi secara

beransur-ansur akan kehilangan berat badan menjadi lesu dan mulai mudah lelah.

Anjing ini akan mudah keserang bantuk yang sulit sembuh menjadi anemia dan

perutnya biasanya terjadi oedema. Akhirnya anjing ini akan menderita

kegagalan jantung sebelah kanan dan kolaps.

2. Dirofilaria uris

Cacing ini adalah agen penyebab penyakit zoonosis (filariasis). Seperti

halnya dengan Dirofilaria immitis, infeksi cacing ini juga melalui nyamuk. Namun

inang perantaranya adalah beruang.

Page 4: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

B. FASCIOLA

Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelmintes

Kelas : Trematoda (Rudholphi 1808)

Ordo : Digenea (Van Beneden 1858)

Family : Fasciolidae (Railliet 1895)

Genus : Faciola (Linnaeus 1758)

Species : Fasciola hepatica (Cobbold 1885)

Fasciola gigantica (Cobbold 1885)

Cacing dewasa Fasciola spp berbentuk pipih seperti daun tanpa rongga

tubuh. Perbedaan dari kedua jenis cacing Fasciola spp adalah pada bentuk tubuh

dan ukuran telur. Telur cacing hati (Fasciola spp) berbentuk oval, berdinding halus

dan tipis berwarna kuning dan bersifat semipermeabel, memiliki operculum pada

salah satu kutubnya. Operkulum merupakan daun pintu telur yang terbuka pada

saat telur akan menetas dan larva miracidium yang bersilia dibebaskan (Noble

dan Elmer 1989). Cacing dewasa Fasciola spp berbentuk pipih, seperti daun

tanpa rongga tubuh.

Tubuh Fasciola gigantica relative lebih bundar dimana bagian posteriornya

terlihat lebih mengecil dan ukuran telurnya lebih besar dibandingkan Fasciola

hepatica (Adiwinata 1995). Menurut Brown (1979) cacing dewasa dapat

dibedakan dari Fasciola hepatica karena lebih panjang, kerucut kepala lebih

pendek, alat reproduksi terletak lebih anterior, batil isap perut lebih besar.

Fasciola hepatica mempunyai cirri-ciri : batil isap mulut dan kepala letaknya

berdekatan, divertikulum usus, alat kelamin jantan (testis) yang bercabang-cabang

dan berlobus. Sedangkan alat kelamin betina mempunyai kelenjar vittelaria yang

memenuhi sisi lateral tubuh. Memiliki sebuah pharing dan oesphagus yang pendek,

uterus pendek dan bercabang-cabang (Soulsby 1969). Metabolisme Fasciola

hepatica secara an aerob, mendapat makanan dari sekresi empedu dan dapat

hidup selama 10 tahun (Brown 1979).

Fasciola hepatica dewasa berukuran 20mm sampai 50 mm (Nouble dan

Elmer 1989). Sedangkan Fasciola gigantica mempunyai ukuran lebih besar dari

Page 5: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

Fasciola hepatica yaitu 20mm sampai 75 mm (Soulsby 1986). Di Indonesia Fasciola

gigantica panjangnya 14 mm sampai 54 mm. Sisi kiri dan kanan hamper sejajar,

bahu kurang jelas, alat penghisap ventral sejajar dengan bahu, besarnya hampir

sama dengan alat penghisap mulut, kutikula dilengkapi dengan sisik. Usus

buntunya bercabang-cabang sejajar dengan sumbu badan, sirus tumbuh sempurna

dan kantung sirus mengandung kelenjar prostat serta kantong semen, ovarium

bercabang terletak di sebelah kanan garis meridian, kelenjar vitelin mengisi

bagian lateral tubuh (Kusumamiharja 1992).

Siklus Hidup

Siklus hidup parasit sangat komplek, pendek dan cepat penularannya

(Gambar 2). Fasciola spp mengalami mata rantai siklus perkembangan atau

stadium dalam siklus hidupnya sampai ke saluran empedu. Daur hidup cacing hati

dimulai dari telur yang dikeluarkan dari uterus cacing masuk ke saluran empedu,

kantung empedu, atau saluran hati dari induk semang. Telur terbawa ke dalam

usus dan meninggalkan tubuh bersama tinja. Seekor cacing hati (F.hepatica) dalam

sehari dapat memproduksi rata-rata 1331 butir telur pada domba dan 2628

butir telur pada sapi. Jumlah cacing di dalam pembuluh-pembuluh empedu tidak

dapat ditentukan hanya berdasarkan jumlah telur dalam tinja.

Jumlah telur dalam tinja akan mencapai maksimum dalam waktu 2 bulan

setelah periode prepaten, kemudian menurun lagi secara pesat. Telur tidak dapat

berkembang di bawah suho 10° tetapi dapt berkembang baik pada suhu 10°C

sampai 26°C.

Page 6: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

Perkembangan dari stadium telur sampai metacecaria hanya dapat terjadi

pada lingkungan yang tergenang air yang bertindak sebagai factor pembatas

siklus hidup cacing di luar tubuh ternak. Apabila telur masuk ke dalam air,

operculum membuka dan miracidia yang bersilia dibebaskan. Miracidia hanya

dapat keluar apabila mendapat cukup cahaya. Cahaya mengaktifkan miracidium

yang kemudian mengubah permeabilitas suatu bantalan kental yang terletak

dibawah operculum. Telur yang sudah menetas menghasilkan miracidium. Tubuh

miracidium diliputi ciliae yang berfungsi sebagai alat penggerak di air. Gerakan

miracidium dipengaruhi oleh cahaya.

Miracidium berenang selama beberapa jam dan kemudian menembus

tubuh siputMiracidium hanya hidup dalam waktu singkat (24 jam) untuk mencari

siput sebagai induk semang antara. Apabila ditemukan siput yang sesuai

miracidium akan melekat dan menusukkan papilanya. Setelah miracidium berhasil

menembus jaringan siput, ciliae dilepaskan, kemudian menempati rumah siput

tersebut. Setelah 36 jam, miracidium berbentuk gelembung dengan dinding yang

transparan yang disebut sporokista. Di dalam tubuh siput setiap miracidium

berkembang menjadi sebuah sporokista. Selanjutnya sporokista berubah bentuk

menjadi oval setelah tiga hari berada dalam hati siput. Sporokista

memperbanyak diri dengan pembelahan transversal, sehingga dari satu

miracidium terbentuk banyak sporokista. Setelah 10 hari tubuh siput terinfeksi

miracidium, terlihat gumpalan sel di dalam sporokista yang kemudian tumbuh

menjadi radia. Pada hari ke 12 redia induk mulai tampak. Pada hari ke 23 redia

anak mulai terbentuk, hari ke 25 redia anak membebaskan diri. Setelah redia

anak terbentuk kemudian redia berkembang sendiri-sendiri untuk membentuk

cercaria.

Tubuh redia berbentuk silinder dengan otot kalung leher (collar). Di dalam

kalung redia terdapat sel ekskresi dan sel pertumbuhan. Cercaria dihasilkan

melaui pembelahan sel pertumbuhan. Satu redia induk biasanya mengandung tiga

redia anak yang sudah berkembang sempurna. Selama musim panas, biasanya

hanya terdapat satu generasi redia. Redia menghsilkan cercaria yang akan

meninggalkan siput.

Page 7: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

Tubuh cercaria berbentuk bulat telur dan memiliki ekor untuk berenang.

Cercaria yang keluar dari tubuh siput membebaskan diri dan berenang kemudian

mencari tumbuh-tumbuhan air untuk melekat dan melepaskan ekornya. Cercaria

dapat dilihat dengan mata telanjang sebagai bintik-bintik putih yang bergerak-

gerak dan akan terlihat lebih jelas pada air jernih dengan alas stoples yang

gelap yang disinari cahaya terang.

Cercaria hidupnya terbatas kecuali menemukan tumbuh-tumbuhan atau

hewan yang sesuai untuk menjadi kista dan kemudian berubah menjadi

metacercaria. Setelah melekatkan diri pada tumbuhan air contohnya batang padi

dengan jarak 10 cm dari batang kemudian ekor dilepaskan. Selanjutnya cercaria

berubah menjadi kista dengan cara mensekresikan substansi viskus untuk melapisi

tubuhnya. Cercaria yang telah menjadi kista disebut metacercaria. Proses

pembentukan dinding kista disertai pembentukan alat-alat dalam tubuh, berupa

alat tubuh cacing dewasa, proses ini berlangsung 2-3 hari, setelah itu

matacercaria bersifat infeksius serta tahan kering dan panas. Metacercaria

berdinding tebal berlapis dua apabila termakan oleh sapi dewasa didalam

lambungnya dinding kista yang berhasil dihancurkan oleh asam lambung hanya

lapisan luar saja.

Pada anak sapi, kemampuan lambung untuk merusak lapisan luar sangat

terbatas sekali, hal ini menyebabkan tingkat prevelensi infeksi cacing hati pada

anak sapi tidak berpengaruh secara nyata. Di dalam kista ini metacercaria

berkembang menjadi cacing muda. Agar dapt menginfeksi induk semang

definitive, matacercaria di dalam induk semang antara atau tumbuhan air harus

termakan dahulu. Setelah mencapai saluran-saluran empedu hati dan mencapai

dewasa kelamin, maka mulai memproduksi telur. Telur berada dalam cairan

Page 8: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

empedu. Terbawa arus ikut mengalir ke dalam kantung empedu yang kemudian

masuk ke dalam usus halus melalui ductus choleduchus. Dlam usus terbawa keluar

bersama tinja.

Siput yang menjadi induk semang antara berbeda spesies dalam wilayah

negara yang berbeda. Pada umumnya siput-siput yang menjadi induk semang

antara sementara cacing hati, dari Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica di

Indonesia. Di Afrika Lymneaea natalensis, di Pakistan serta India adalah Lymnaea

rufescens, Lymnaea truncutula, di Eropa, dan Lymnaea tomentosa di Australia. Siput

Lymnaea rubiginosa bentuk oval dengan lingkaran spiral pada ujung ekor. Dinding

rumah transparan, berwarna kuning coklat atau agak kehitaman.

C. FILARIASIS

Istilah filariasis digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis

nematoda dari keluarga Filarioidea. Namun istilah ini hanya digunakan untuk

filaria yang hidup dalam kelenjar limfe seperti tercantum di bawah ini.

Sedangkan untuk jenis yang lain merujuk kepada bab penyakit yang spesifik yang

diuraikan tersendiri.

1. Identifikasi

Filariasis bancrofti

Adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing nematoda Wuchereria

bancrofti yang biasanya tinggal di sistem limfatik (saluran dan kelenjar limfa) dari

penderita. Cacing betina menghasilkan mikrofilaria yang dapat mencapai aliran

darah dalam 6-12 bulan setelah infeksi. Ada jenis filarial yang menunjukkan

perbedaan biologis yaitu : pertama dimana microfilaria ditemukan dalam darah

tepi pada malam hari (periodisitas nokturnal) dengan konsentrasi maksimal pada

pukul 22.00 hingga 02.00, kedua dimana mikrofilaria ditemukan dalam darah

tepi terus-menerus namun konsentrasi maksimalnya terjadi pada siang hari

(diurnal). Bentuk yang kedua endemis di Pasifik Selatan dan di daerah pedesaan

muncul sebagai focus kecil di Asia Tenggara dimana vektornya adalah nyamuk

Aedes yang menggigit siang hari.

Spektrum manifestasi klinis pada daerah endemis filariasis adalah:

- Mereka yang terpajan namun tetap asimtomatik dan parasitnya negatif

- Mereka yang asimtomatik dengan mikrofilaremia

Page 9: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

- Mereka yang mengalami demam berulang, limfadenitis dan limfangitis

retrograde dengan atau tanpa mikrofilaria.

- Mereka dengan tanda-tanda klinis kronis seperti timbulnya hidrokel, kiluria dan

elephantiasis pada anggota badan, payudara dan alat kelamin dengan

mikrofilaremia konsentrasi rendah atau tidak terdeteksi sama sekali

- Mereka dengan sindrom “tropical pulmonary esosinophilia”, dan mereka dengan

serangan asma nokturnal paroksismal, mereka dengan penyakit paru-paru

interstitial kronis, mereka dengan demam ringan yang berulang serta mereka

yang menunjukkan peningkatan eosinofilia dan adanya mikrofilaria degeneratif

dalam jaringan dan bukan dalam aliran darah (occult filariasis).

Filariasis Brugia

Disebabkan oleh cacing nematoda Brugia malayi dan Brugia timori. Bentuk

periodic nokturnal dari Brugia malayi ditemukan pada masyarakat pedesaan

yang tinggal di daerah persawahan terbuka yang sebagian besar ditemukan di

Asia Tenggara. Bentuk subperiodik dapat menginfeksi manusia, kera serta hewan

karnivora baik hewan peliharaan ataupun binatang liar di hutan-hutan Indonesia

dan Malaysia. Manifestasi klinis sama dengan filariasis bancrofti, kecuali bedanya

ada pada serangan akut berupa demam filarial, dengan adenitis dan limfangitis

retrograde yang lebih parah, sementara kiluria biasanya jarang terjadi dan

elephantiasis biasanya mengenai ekstremitas bagian bawah (lengan bawah, kaki

bagian bawah) paling banyak ditemui di bagian kaki di bawah lutut. Limfedema

pada payudara dan hidrokel jarang ditemukan.

Infeksi Brugia Timori

Ditemukan di Pulau Timor dan di bagian tenggara kepulauan Indonesia.

Manifestasi klinis sama dengan infeksi yang terjadi pada Brugia malayi.

Manifestasi klinis filariasis timbul tanpa ditemukannya mikrofilaria dalam darah

(occult filariasis). Dari ribuan penderita dikalangan tentara Amerika yang

diperiksa selama perang Dunia II, mikrofilaria ditemukan hanya pada 10 –15

orang penderita dengan pemeriksaan darah berulang-ulang. Pada sebagian dari

penderita tersebut, infeksi ditandai dengan eosinofilia yang sangat jelas

terkadang disertai dengan gejala pada paru berupa sindroma “tropical

pulmonary eosinophilia”. Mikrofilaria dengan mudah dapat dideteksi pada waktu

mikrofilaremia maksimal. Mikrofilaria hidup dapat dilihat dengan mikroskop

kekuatan rendah pada tetesan darah tepi (darah jari) pada slide atau pada

Page 10: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

darah yang sudah dihemolisa di dalam bilik hitung. Pengecatan dengan giemsa

untuk sediaan darah tebal maupun darah tipis dapat dipakai untuk

mengidentifikasi spesies dari mikrofilaria. Mikrofilaria dapat dikonsentrasikan

dengan cara filtrasi melalui filter “Nucleopore (dengan ukuran lubang 2-5 µm)

dengan adapter Swinney dan teknik Knott (sedimentasi dengan sentrifugasi 2 cc

darah yang dicampur dengan 10 cc formalin 2%) atau dengan “Quantitative Buffy

Coat (QBC)” acridine orange dengan teknik tabung mikrohematokrit.

2. Penyebab Penyakit

Cacing panjang halus seperti benang yaitu :

- Wuchereria bancrofti

- Brugia malayi

- Brugia timori.

3. Penyebaran Penyakit

Wuchereria bancrofti endemis di sebagian besar wilayah di dunia di

daerah dengan kelembaban yang cukup tinggi termasuk Amerika Latin(fokus-fokus

penyebaran yang tersebar di Suriname, Guyana, Haiti, Republik Dominika dan

Costa Rica), Afrika, Asia dan Kepulauan Pasifik. Umum ditemukan di daerah

perkotaan dengan kondisi ideal untuk

perkembangbiakan nyamuk. Secara umum periodisitas nokturnal dari daerah

endemis Wuchereria di wilayah Pasifik yang ditemukan di sebelah barat 140º

bujur timur sedangkan dengan subperiodisitas diurnal ditemukan di wilayah yang

terletak di sebelah timur daerah 180º bujur timur. Brugia malayi endemis di

daerah pedesaan di India, Asia Tenggara, daerah pantai utara China dan Korea

Selatan. Brugia timori keberadaannya di daerah pedesaan di Kepulauan Timor,

Flores, Alor dan Roti di Tenggara Indonesia.

4. Reservoir

Reservoir adalah manusia yang darahnya mengandung mikrofilaria W.

bancrofti, Brugia malayi (periodik) dan Brugia timori. Di Malaysia, Tenggara

Thailand, Philipina dan Indonesia, hewan seperti kucing, musang (Viverra

tangalunga) dan kera dapat menjadi reservoir untuk Brugia malayi subperiodik.

Page 11: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

5. Cara Penularan

Melalui gigitan nyamuk yang mengandung larva infektif. W. bancrofti

ditularkan melalui berbagai spesies nyamuk, yang paling dominan adalah Culex

quinquefasciatus, Anopheles gambiae, An. funestus, Aedes polynesiensis, Anscapularis

dan Ae. pseudoscutellaris. Brugia malayi ditularkan oleh spesies yang bervariasi

dari Mansonia, Anopheles dan Aedes Brugia timori ditularkan oleh An. barbirostris.

Didalam tubuh nyamuk betina, mikrofilaria yang terisap waktu menghisap darah

akan melakukan penetrasi pada dinding lambung dan berkembang dalam otot

thorax hingga menjadi larva filariform infektif, kemudian berpindah ke proboscis.

Saat nyamuk menghisap darah, larva filariform infektif akan ikut terbawa dan

masuk melalui lubang bekas tusukan nyamuk di kulit. Larva infektif tersebut akan

bergerak mengikuti saluran limfa dimana kemudian akan mengalami perubahan

bentuk sebanyak dua kali sebelum menjadi cacing dewasa.

6. Masa Inkubasi

Manifestasi inflamasi alergik mungkin timbul lebih cepat yaitu sebulan

setelah terjadi infeksi, mikrofilaria mungkin belum pada darah hingga 3-6 bulan

pada B. malayi dan 6-12 bulan pada W. bancrofti.

7. Masa Penularan

Tidak langsung menular dari orang ke orang. Manusia dapat menularkan

melalui nyamuk pada saat mikrofilaria berada pada darah tepi, mikrofilaria

akan terus ada selama 5-10 tahun atau lebih sejak infeksi awal. Nyamuk akan

menjadi infektif sekitar 12-14 hari setelah menghisap darah yang terinfeksi.

8. Kerentanan dan Kekebalan

Semua orang mungkin rentan terhadap infeksi namun ada perbedaan

yang bermakna secara geografis terhadap jenis dan beratnya infeksi. Infeksi

ulang yang terjadi di daerah endemis dapat mengakibatkan manifestasi lebih

berat seperti elephantiasis.

Page 12: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

9. Cara-cara Pemberantasan

A. Cara Pencegahan

1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai

cara

penularan dan cara pengendalian vektor (nyamuk).

2. Mengidentifikasi vektor dengan mendeteksi adanya larva infektif dalam

nyamuk

dengan menggunakan umpan manusia; mengidentifikasi waktu dan tempat

menggigit nyamuk serta tempat perkembangbiakannya. Jika penularan terjadi

oleh nyamuk yang menggigit pada malam hari di dalam rumah maka tindakan

pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan, menggunakan

pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur dengan menggunakan kelambu

(lebih baik yang sudah dicelup dengan insektisida piretroid), memakai obat gosok

anti nyamuk (repellents) dan membersihkan tempat perindukan nyamuk seperti

kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa dan membunuh larva dengan

larvasida. Jika ditemukan Mansonia sebagai vektor pada suatu daerah, tindakan

yang dilakukan adalah dengan membersihkan kolam-kolam dari tumbuhan air

(Pistia) yang menjadi sumber oksigen bagi larva tersebut.

3. Pengendalian vektor jangka panjang mungkin memerlukan perubahan konstruksi

rumah dan termasuk pemasangan kawat kasa serta pengendalian lingkungan

untuk memusnahkan tempat perindukan nyamuk.

4. Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan diethylcarbamazine (DEC,

Banocide ® , Hetrazan ® , Notezine ® ); Pengobatan ini terbukti lebih efektif bila

diikuti dengan pengobatan setiap bulan menggunakan DEC dosis rendah (25-50

mg/kg BB) selama 1-2 tahun atau konsumsi garam yang diberi DEC (0,2-0,4

mg/g garam) selama 6 bulan sampai dengan 2 tahun. Namun pada beberapa

kasus timbulnya reaksi samping dapat mengurangi partisipasi masyarakat,

khususnya di daerah endemis onchocerciasis (lihat Onchorcerciasis, reaksi Marzotti).

Ivermectin dan Albendazole juga telah digunakan; saat ini, pengobatan dosis

tunggal setahun sekali dengan kombinasi obat ini akan lebih efektif.

B. Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan Sekitarnya

1. Laporkan kepada instansi kesehatan yang berwenang: di daerah endemis

tertentu di kebanyakan negara, bukan merupakan penyakit yang wajib

Page 13: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

dilaporkan, Kelas 3 C (lihat pelaporan tentang penyakit menular). Laporan

penderita disertai dengan informasi tentang ditemukannya mikrofilaria

memberikan gambaran luasnya wilayah transmisi di suatu daerah.

2. Isolasi: tidak dilakukan. Kalau memungkinkan penderita dengan microfilaria

harus dilindungi dari gigitan nyamuk untuk mengurangi penularan.

3. Desinfeksi serentak: tidak ada.

4. Karantina: tidak ada.

5. Pemberian imunisasi: tidak ada.

6. Penyelidikan kontak dengan sumber infeksi: dilakukan sebagai bagian dari

gerakan yang melibatkan masyarakat (lihat 9 A dan 9 C).

7. Pengobatan spesifik: Pemberian diethylcarbamazine (DEC, Banocide ® ,

Hetrazan ® , Notezine ® ) dan Ivermectin hasilnya membuat sebagian atau

seluruh microfilaria hilang dari darah, namun tidak membunuh seluruh cacing

dewasa. Mikrofilaria dalam jumlah sedikit mungkin saja muncul kembali setelah

pengobatan. Dengan demikian pengobatan biasanya harus diulangi lagi dalam

interval setahun. Mikrofilaria dalam jumlah sedikit hanya dapat dideteksi dengan

teknik konsentrasi. DEC, umumnya menimbulkan reaksi umum akut dalam 24 jam

pertama dari pengobatan sebagai akibat dari degenerasi dan matinya

mikrofilaria; reaksi ini biasanya di atasi dengan Parasetamol, anti histamine atau

kortikosteroid. Limfadenitis dan limfangitis lokal mungkin juga terjadi karena

matinya cacing dewasa. Antibiotik pada stadium awal infeksi dapat mencegah

terjadinya gejala sisa pada sistem limfa yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

C. Penanggulangan Wabah

Pengendalian vektor adalah upaya yang paling utama. Di daerah dengan

tingkat endemisitas tinggi, penting sekali mengetahui dengan tepat bionomik dari

vector nyamuk, prevalensi dan insidensi penyakit, dan faktor lingkungan yang

berperan dalam penularan di setiap daerah. Bahkan dengan upaya

pengendalian vektor yang tidak lengkappun dengan menggunakan obat anti

nyamuk masih dapat mengurangi insiden dan penyebaran penyakit. Hasil yang

diperoleh sangat lambat karena masa inkubasi yang panjang.

Page 14: Manajemen Pakan Dan Kesejahteraan Satwa

Daftar Pustaka

Chin, J. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. www. Google.com. diakses 14 Juni 2008.

http://www.edukasi.net/mol/mo_full.php?moid=81&fname=kb3hal28.htm

http://www.iptek.net.id/ind/pd_invertebrata/index.php?mnu=2&id=8

http://blogs.unpad.ac.id/roostitabalia/wpcontent/uploads.pdf

http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Praweda/Biologi.htm

http://peternakan.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_

http://www.edukasi.net/mol/datafitur/modul_online/MO_81/images.jpg

http://www.edukasi.net/mol/datafitur/modul_online/MO_81/images.jpg

http://www.edukasi.net/mol/datafitur/modul_online/MO_81/images.jpg

http://www.edukasi.net/mol/datafitur/modul_online/MO_81/images.jpg

http://www.rvc.ac.uk/review/Parasitology/images/largeLabelled.jpg

http://balitnak.litbang.deptan.go.id/mod.php

http://peternakan.litbang.deptan.go.id/index.php

http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=81&fname=kb3hal27.htm

http://primatani.litbang.deptan.go.id/index.php