Upload
others
View
12
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Manajemen Privasi Komunikasi
Pengguna Facebook
(Studi Naratif Penulis Status Pemilik akun Majelis Taklim Perempuan)
Tesis
Disusun Oleh :
IMRO’ATUS SYARIPAH
NIM : 21170510100008
PROGRAM MAGISTER
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H / 2021 M
Manajemen Privasi Komunikasi
Pengguna Facebook
(Studi Naratif Penulis Status Pemilik akun Majelis Taklim Perempuan)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Magister Sosial (M.Sos) Di Magister Komunikasi Dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh :
IMRO’ATUS SYARIPAH
NIM : 21170510100008
MAGISTER KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H / 2021 M
Manajemen Privasi Komunikasi
Pengguna Facebook
(Studi Naratif Penulis Status Pemilik akun Majelis Taklim Perempuan)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Magister Sosial (M.Sos)
Disusun Oleh :
IMRO’ATUS SYARIPAH
NIM : 21170510100008
MAGISTER KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H / 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis berjudul MANAJEMEN PRIVASI KOMUNIKASI
PENGGUNA FACEBOOK (Studi Naratif Status Pemilik
Akun Majelis Taklim) telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 juli 2021. Tesis ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister
Sosoal (M.Sos) pada Program studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
Jakarta, 09 Agustus 2021
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap anggota,
Kiky Rizky, M.Si
NIP. 197606172005011006 NIP. 197303212008011002
Anggota :
Penguji I Penguji II
Dr. H. Syamsul Yakin, MA
i
ABSTRAK
Media sosial Facebook menjadi tempat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan pengguna lain di seluruh dunia dengan
ikatan sosial secara virtual. Keberadaan pengguna di Facebook
dihadirkan oleh “status” yang dibagikan. Pengguna yang aktif
pada saat ini adalah perempuan, Facebook juga menjadi alasan
bagi ustadzah selaku pendiri majelis taklim untuk memposting
kegiatan dan menulis status disana..
Tesis ini hendak mengkaji mengenai, Bagaimana pendiri
akun mengekspresikan perasaanya melalui status Facebook?,
Bagaimana narasi yang dibangun pendiri akun majelis taklim
dalam menulis status di Facebook?, Bagaimana manajemen
privasi komunikasi yang dilakukan pendiri akun majelis taklim
dalam menggunakan Facebook?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
menggunakan paradigma konstruktivisme, metode penelitian
naratif dengan teknik pengumpulan data melalui pengumpulan
status update, catatan lapangan, wawancara. Konsep yang
digunakan adalah konsep privasi yang berhubungan dengan cara
informan mengelola privasi-nya di status Facebook melalui teori
Manajemen Privasi Komunikasi.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ditemukan
bahwa seorang penulis status di Facebook mengungkapkan
private information kepada publik secara implisit melalui
rangkaian status berkala. Ditemukan pula aturan-aturan yang
dibentuk oleh penulis status Facebook bagaimana cara mereka
membuat aturan-aturan agar privasi tetap terjaga. Unsur-unsur
penting dalam manajemen privasi ini tidak lepas dari factor-
faktor budaya, jenis kelamin, topik pembicaraan, dan lawan
bicara.
Keterbukaan penulis status di Facebook dibentuk oleh
pandangan dalam melihat pergaulan online yang bersifat publik.
Walaupun sudah diproteksi sedemikian rupa, keterbukaan penulis
status ini juga dibangun sejak lama melalui lingkungan
keluarganya sendiri. kehidupan informan secara offline lebih
banyak diberitahukan kepada publik Facebook. Namun, penulis
status bersikap terbuka karena ingin beramah tamah dengan
teman-teman di Facebook. Keterbukaan tersebut masih dibatasi
dengan informasi pribadi informan yang bersifat private. Kata
Kunci: Privasi, Information, Facebook, Managemet,dan status
ii
ABSTRACT
Facebook, which used to be popular with young people,
has now spread to parents. Social media is a place to interact and
communicate with other users around the world with virtual
social ties. A user's presence on Facebook is represented by the
shared "status". Users who are active at this time are women,
Facebook is also a reason for ustadzah as the founder of the
taklim assembly to post activities and write statuses there.
This thesis aims to examine, How do account founders
express their feelings through Facebook status?, How is the
narrative built by the founder of the Majelis Taklim account in
writing status on Facebook?, How is the communication privacy
management carried out by the founder of the Majelis Taklim
account in using Facebook?
This research is a qualitative research using
constructivism paradigm, narrative research method with data
collection techniques through collecting status updates, field
notes, interviews. The concept used is the concept of privacy
which is related to the way informants manage their privacy on
Facebook status through the theory of Communication Privacy
Management.
Based on the analysis that has been done, it was found
that a status writer on Facebook discloses private information to
the public implicitly through a series of periodic statuses. It was
also found that the rules formed by the authors of Facebook status
were how they made rules to maintain privacy. Important
elements in privacy management cannot be separated from
cultural factors, gender, topic of conversation, and interlocutor.
The openness of the author's status on Facebook is shaped
by the view in seeing public online interactions. Although it has
been protected in such a way, the author's openness to this status
has also been built for a long time through his own family
environment. The lives of informants offline are more widely
disclosed to the Facebook public. However, the author of the
status is open because he wants to be friendly with friends on
Facebook. This openness is still limited by the personal
information of the informants which is private. Keywords:
Privacy, Information, Facebook, Management, and status
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahrrahmanirrahim, Alhamdulillahi robbil
aalamiin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat beserta
nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penulisan tesis yang berjudul “Privasi Boundary
Management Pengguna Facebook (Studi Naratif Penulis Status
Di Kalangan Majelis Taklim Perempuan).
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad Shalallahu alaihi Wasallam, beserta keluarga,
sahabat, dan tabi’-bat’innya.
Penyusunan tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar Magister Sosial (M.Sos) pada
program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penelitian dan penyusunan tesis ini, penulis
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Karenanya penulis ingin
mengucapkan terimakasih, kepada:
1. Allah SWT beserta Nabi SAW yang selalu sayang
kepada saya untuk bisa bertahan hidup dan
mensyukuri hari ini dan besok.
2. Bapak H. Teguh Paiman, Ibu Supriyatin S.Ag, dan
Adik tercinta Muhammad Rezky Ramadhan. Semoga
Allah memberikan keluarga kita kesehatan setiap hari.
3. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A
sebagai Rektor UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
4. Suparto, M. Ed, P.hD sebagai Dekan di Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Tantan Hermansah, M.Si sebagai Ketua jurusan
dan Kiky Rizky, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan
Program Studi Magister Komunikasi dan Penyiaran
iv
Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Dr. Rulli Nasrullah, M. Si yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing tesis ini
hingga dapat diselesaikan dengan baik.
7. Dr. Sihabuddin Noor, MA sebagai Penasehat
Akademik
8. Ibu Mardiah Said Ketua Majelis Taklim Islamic
Center Jakarta Utara
9. Seluruh dosen di Prodi Magister KPI yang telah
mengajar, membimbing, dan memberikan ilmunya
dengan penuh keikhlasan kepada penulis selama masa
perkuliahan.
10. Staf dan karyawan di Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan pelayanan dengan
baik dalam hal administrasi.
11. Staf dan karyawan di Perpustakaan Pusat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu
penulis dalam peminjaman referensi.
12. Thalita Sacharissa Dosen KPI UIN Syarif
Hidayatullah yang terus kasih keyakinan dan
kepercayaan diri saya dalam menulis lagi dan tempat
tinggal di semester awal kuliah magister komunikasi,
13. My crush boy louis yang sudah dikagetkan untuk antar
bolak-balik Tj priok – Ciputat
14. Psikiater Halo Dokter dan Satu Persen yang menjadi
alarm dan obat saya di Pandemi.
15. Mew Suppasit dan Gulf Kanawut yang menghibur
saya di tengah pandemi. Serta memberikan fakta
terbaru mengenai Industri hiburan di Thailand.
16. Kepada Guru R.A Al Hidayah: Bu Dwi (alm), Bu
Cici, Bu umi, dan Bu Ika yang selalu julid dan
menyita waktu saya di tengah penyelesaian tesis.
v
17. Kepada sahabat Magister KPI: Nofia Natasari,
Hambali, Marini, Reda Pahlevi, Wahab Nur Kadri.
Fitria Senja Awaludia, Eka Ade Lestari, Desi, Anton,
dan Fahmi Siregar. Semoga silaturahmi kita tetap
terjaga meski nanti sudah masing-masing.
18. Wanjaiiii Fandom tergokil yang pernah ada setelah K-
popers BTS ARMY. Pengalaman pertama menjadi
bagian di keluarga ini untuk bisa bangkit menulis
kembali dan selalu setia mendengarkan saya cerita di
twitter.
19. BIG Family Wanjaiii; Thara (Jatim), Miaa (Kalsel),
Qorin (Jatim), Dini (Kaltim), Novi (Semarang), Tya
(Yogya) dan Ria (Jatim). Semoga bisa melindungi
adik-adik kita dari cyber bully di media sosial.
20. Kepada semua orang yang sudah bersedia untuk ikhlas
mendo’akan, memotivasi dan menguatkan penulis
dalam menyelesaikan studi strata II ini dengan baik.
Akhirnya, terima kasih atas semua dukungannya yang tak
dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas perhatiannya
apabila menemukan kekeliruan dalam penyusunan tesis ini, dan
penulis berharap semoga tesis ini tidak hanya bermanfaat untuk
penulis, tetapi untuk berbagai pihak, Aaamiinnn Yaa
Rabbal’Alamiin.
Jakarta, 18 Juli 2021
Penulis,
Imro’atus Syaripah
vi
DAFTAR ISI
Abstrak……………………………………………………… i
Kata Pengantar…………………………………………….. ii
Daftar Isi…………………………………………………….. vi
Daftar Tabel……………………………………………….... vii
Daftar Gambar……………………………………………… viii
Bab 1 Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah……………………………… 1
b. Batasan Masalah Dan Perumusan Masalah…………...10
c. Manfaat Penelitian …………………………………... 11
d. Tujuan Penelitian ……………………………………. 12
e. Tinjuan Pustaka……………………………………… 13
f. Metodologi Penelitian ……………………………….. 16
g. Sistematika Penulisan ……………………………….. 26
Bab II Landasan teori
a. Konsep Privasi………………………………………. 28
b. Teori Manajemen Privasi Komunikasi……………… 40
c. Proses Manajemen Aturan Privasi…………………... 49
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN ………….. 61
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ………… 74
vii
BAB V PEMBAHASAN
a. Makna dari status update ……………………………. 73
b. Bentuk-bentuk makna dalam manajemen privasi …… 78
c. Proses Manajemen Aturan Privasi …………………... 85
BAB VI PENUTUP
a. Kesimpulan ………………………………………….. 108
Daftar Pustaka………………………………………........... x
Lampiran…………………………………………………… xiii
viii
Daftar Tabel
Tabel 1………………………………………………………. 75
Tabel 2 ……………………………………………………… 82
ix
Daftar Gambar
Gambar Facebook………………………………………….. 63
Gambar Ibu Haji Siti Mardiah……………………………… 65
Gambar data portal media sosial……………………………. 94
Gambar data portal medai sosial……………………………. 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Internet merupakan produk teknologi yang banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebagai produk teknologi,
maka internet dapat memunculkan jenis interkasi sosial
sebelumnya. Jika pada masa lalu, masyarakat berinteraksi
secara face to face communication, maka dewasa ini
masyarakat berinteraksi di dalam dunia maya atau melalui
interaksi di dalam dunia maya atau melalui interaksi sosial
online. Melalui kecanggihan teknologi informasi, maka
masyarakat alternatif lain untuk berinteraksi sosial.1
Munculnya internet dapat menghubungkan antar
manusia dari berbagai belahan dunia yang tidak saling
kenal sebelumnya dengan cara mengkoneksikan komputer
dengan jaringan internet. Interaksi antar manusia tersebut,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik
kebutuhan jasmani maupun rohani. Salah satunya adalah
kebutuhan akan informasi.2
Setiap orang membutuhkan informasi sebagai
bagian dari tuntunan kehidupan dan sebagai penunjang
kegiatannya. Internet sangat bermanfaat bagi pemenuhan
kebutuhan informasi tersebut. Internet sebagai media
interaksi sosial telah terjadi di seluruh dunia, termasuk
1 Alyusi, Shiefti Dyah, Media sosial, Interaksi, Identitas dan Modal
sosial.(Jakarta: kencana prenanda media group:2016). hal 1. 2 Alyusi, Shiefti Dyah, Media sosial, Interaksi, Identitas dan Modal
sosial.(Jakarta: kencana prenanda media group:2016). hal 2.
2
Indonesia. Perkembangan pengguna internet juga terus
bertambah.
Masyarakat Indonesia saat ini yang cenderung
lebih bersikap terbuka dengan menuliskan perasaannya
dan memberitahu kejadian yang sedang dialami di situs
jejaring sosial, daripada harus bercerita dengan
lingkungan sekitarnya. Secara psikologis, kita terkadang
merasa hal ini cukup aneh dan memiliki banyak
perbedaan. Namun inilah yang terjadi ketika media sosial
Facebook, Twitter, dan Instagram ada di perkembangan
internet. Dari ketiga media sosial tersebut data
menunjukkan pengguna internet paling banyak adalah
Facebook.3 Kasus Ervani Emi Handayani, warga
Gedongan, Bantul, Yogyakarta dilaporkan ke polisi
karena status yang dia tulis di Facebook mengenai mutasi
suaminya pada 9 juni 2014 dan akun Facebook Syukur
Muhammad Syarief yang mendadak viral karena
unggahan tulisan yang berisi hujatan terhadap presiden.4
Internet yang menjadi sebuah ruang digital baru
dalam menciptakan sebuah ruang kultural. Tidak dapat
dihindari bahwa keberadaan internet memberikan banyak
kemudahan kepada penggunanya. Beragam akses
terhadap informasi dan hiburan dari berbagai penjuru
dunia dapat dicari melalui internet. Internet dapat
3 https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia diakses pada 15
juli 2021. 4 https://www.liputan6.com/news/read/3029350/5-status-di-media-sosial-
berujung-pidana diakses pada 15 juli 2021.
3
menembus batas dimensi kehidupan pengguna, waktu,
dan ruang yang dapat diakses oleh siapapun, kapanpun,
dan dimanapun.5
Lahirnya komunitas online ini adalah sekelompok
orang di dunia maya yang memiliki minat yang sama.
Anggota dari komunitas ini secara bebas saling bertukar
pikiran, pandangan, dan informasi. Secara intens dan
berkelanjutan sekelompok orang ini mendiskusikan
berbagai hal dan topik tertentu mulai dari yang bersifat
non-formal (misalnya masalah hobi, kegemaran,
makanan, dan lain sebagainya) hingga yang bersifat
formal (misalnya masalah politik, sosial, agama, dan lain
sebagainya).6
Berbeda dengan komunitas sosial di dunia nyata
yang dapat melakukan pertemuan dan perkumpulan
dengan terlebih dahulu membuat janji untuk menentukan
waktu dan tempatnya, akan tetapi di dunia maya setiap
orang dapat “bertemu” dengan orang lain dengan sangat
mudah, kapanpun dan dimanapun. Biasanya komunitas ini
memanfaatkan blog, website, forum, bahkan situs jejaring
sosial sebagai tempat untuk berbagi informasi,
5 Denis, MCQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengatar, (Jakarta:
Erlangga, 1992), hal. 71. 6 Alyusi, Shiefti Dyah, Media sosial, Interaksi, Identitas dan Modal
sosial.(Jakarta: kencana prenanda media group:2016). hal 6.
4
mengutarakan pendapat, sharing informasi, menawarkan
bantuan dan membangun pertemanan.7
Karakter dasar dari media sosial adalah
terbentuknya jaringan antarpengguna. Jaringan ini tidak
sekadar memperluas hubungan pertemanan atau pengikut
(follower) di internet semata, tetapi juga harus dibangun
dengan interaksi antar pengguna tersebut. Secara
sederhana interaksi yang terjadi di media sosial minimal
berbentuk saling mengomentari atau memberikan tanda,
seperti tanda jempol ‘like’ di Facebook.8
Dampak munculnya teknologi internet membuat
pola hidup semakin individualistis dan munculnya paham
eksistensialisme berupa menjauhkan yang dekat dan
mendekatkan yang jauh.9 Artinya bahwa di satu sisi
teknologi mampu mendekatkan orang-orang yang jauh
dan tidak mengenal satu sama lain, dan sisi yang lain
menyebabkan para pengguna situs jejaring sosial lebih
mampu menjalin kehidupan sosial melalui dunia maya
dan kurang memperhatikan interaksi dengan dunia nyata.
Dengan perkembangan penggunaan Facebook
yang mencapai pertumbuhan 36% pada tahun 2021, angka
ini menjadikan Indonesia menjadi sebagai “the fastest
growning country on Facebook in Southeast Asia”.
7 Alyusi, Shiefti Dyah, Media sosial, Interaksi, Identitas dan Modal
sosial.(Jakarta: kencana prenanda media group:2016). hal 6. 8 Rulli Nasrullah. Siti Nurbaya, Media sosial perspektif komunikasi,
budaya, dan sosioteknologi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2016), hal.
25. 9 Bungin, Burhan, Sosiologi komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2017), hal. 57.
5
Jumlah ini mengalahkan pertumbuhan pengguna
Facebook di Vietnam dan Thailand.10
Gambaran mengenai perilaku pengguna internet di
Indonesia bisa dilihat dari survey yang dilakukan
Markplus Inc. Mereka menemukan bahwa masyarakat
lebih banyak menggunakan internet untuk mengakses
jejaring sosial dan melakukan pencarian. Hasil survei
terhadap 1.500 responden di delapan kota seperti
Jabodetabek, Bandung, Medan, Semarang, Surabaya,
Denpasar, Makassar, dan Palembang. Memberikan
gambaran bahwa email tidak lagi menjadi hal utama
dalam pemakaian internet, tetapi lebih banyak untuk
update status Facebook dan mencari informasi. Hasil
tersebut cukup memberikan gambaran tentang perilaku
pengguna internet di kota besar.11
Melalui Facebook orang-orang mulai sering
mengekspresikan perasaannya atau memberitahukan
tentang apa yang sedang mereka kerjakan. Situasi jejaring
sosial tampaknya sudah menjadi bagian hidup. Sebuah
situs belanja elektronik di Amerika bernama Retrevo
melakukan survey terhadap 750 responden mengenai
kebiasaan mereka dalam menggunakan situs jejaring
sosial. Hasilnya 36% berusia di bawah 35 tahun
mengakses Facebook setelah berhubungan seks, sekitar
10 https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia diakses pada 15
juli 2021. 11 http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2010/10/29brk,201001029-288063
diakses pada 15 juli 2021.
6
27% responden berusia dibawah 35 tahun memeriksa
Facebook lebih dari sepulih kali dalam sehari. Sedangkan
untuk kategori aktivitas meng-update status
memperlihatkan 65% responden meng-update status
Facebook saat sedang liburan, 64% saat bekerja, dan 40%
saat sedang membaca dan menyetir.12
Demam jejaring sosial Facebook memang
melanda hampir semua orang. Tidak jarang kita jumpai,
anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar pun
sangat paham menggunakan situs pertemanan di dunia
maya. Komunikasi interpersonal dalam Facebook
dimediasi oleh teknologi dan terkadang hal ini dapat
memfasilitasi atau justru menghambat komunikasi dan
dapat mengubah interaksi personal.13 Setiap ungkapan
seperti update status dapat disampaikan melalui teks
secara bebas sehingga rentan menimbulkan
kesalahpahaman, komentar ataupun pernyataan sangat
berpotensi memicu konflik. Penggunaan situs jaringan
sosial seperti Facebook tetap membutuhkan rambu-rambu
yang harus dipatuhi terutama yang menyangkut privasi,
karena jika tidak berhati-hati, resikonya cukup besar.
Ada satu kasus yang dikutip dari harian kompas,
dimana seorang anak mencela temannya melalui status
Facebook. Teman yang dibicarakan merasa sakit hati dan
12 http://ictwatch.com/internetsehat/2009/10/19/update-status-jadi-ritual-
wajib-usai-bercinta diakses pada 15 juli 2021. 13 Elly Konjin, Mediated Interpersonal Communication, (New York:
Routledge). 2008, hal.3.
7
mengadu kepada orangtua. Kasus ini berakhir dengan
konflik antar orangtua di status Facebook.14 Ketika
berkomunikasi secara elektronik, tentu saja emosi orang-
orang dikomunikasikan dalam bentuk huruf-huruf yang
diketik, tanpa ekspresi wajah atau gestur, yang normalnya
menyertai komunikasi face-to-face.15
Fenomena update status di Facebook ini
memudahkan orang-orang untuk mendapatkan perhatian,
dan perhatian yang didapat bisa datang dari mana saja.
Ekspresi ini menunjukan emosi sebagai sistem kontrol
sosial yang dapat membangkitkan respon-respon tertentu
dari orang lain. Perilaku meng-update status kelihatannya
sepele. Namun ketika ditelusuri lebih dalam lagi, esensi
dari meng-update status adalah agar mereka diperhatikan.
Maka tidak heran, status yang dipasang sengaja dibuat
sedemikian rupa supaya orang lain penasaran dan
memberikan respon. Respon terhadap status yang ditulis
merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu dan
diharapkan ketika mereka mengupdate status di
Facebook.16
Bagi anak muda, jejaring sosial seperti Facebook
tidak beda dengan buku harian tempat mereka
mengungkapkan isi hatinya. Perbedaannya adalah buku
14http://health.kompas.com/read/Inilah.Alasan.Anak.Harus.Stop.Main.Face
book diakses pada 18 Juni 2021. 15 Joseph A. DeVito. Interpersonal Communication 11th ed. (Boston:
Pearson). 2007, hal 120-121. 16 http://nasional.kompas.com/Apakah.Anda.Update diakses pada 18 Juni
2021.
8
harian ini berbentuk digital, bersifat terbuka dan dapat
dibaca oleh siapa saja. Facebook membuat semua orang
menjadi lebih mudah untuk mencari informasi dan
dukungan dari jaringan sosial orang yang satu ke orang
lain, serta membuat orang lebih mudah memberikan
sumber-sumber informasi kepada orang lain. Aktivitas
tersering yang dilakukan selain update status, diikuti oleh
aktivitas seperti memberikan komentar di status orang
lain, chatting, memasukan foto-foto, dan berbagi
informasi ke status Facebook.
Orang-orang di Facebook terlihat sedang
berhadapan dengan masalah atau sedang mengungkapkan
perasaannya. Dengan cara memperbarui status
menggunakan pernyataan eksplisit untuk menandai emosi,
pada akhirnya mereka akan menerima dukungan, simpati
atau kritik dari sesama pengguna Facebook melalui
postingan komentar di status mereka maupun melalui
pesan pribadi.17 Sebuah studi menemukan bahwa orang
yang kesepian lebih suka menggunakan internet untuk
memperoleh dukungan emosional daripada orang-orang
yang tidak kesepian.18
Dengan menampilkan emosi mengenai apa yang
terjadi pada dirinya di dunia maya, para pemilik akun
17 Nicole B. Ellison, Cliff lampe, Charles Steinfield & Jesicca Vitak. With
a Little Help from My Friends: How Social Network sites Affect Social Capital
Processe dalam A Networked Self. (New York: Routledge) 2011, hal 139. 18 Joseph A. DeVito. Interpersonal Communication 11th ed. (Boston:
Pearson). 2007, hal 41.
9
Facebook lebih mampu mengekspresikan hal yang kurang
dapat diekspresikan melalui percakapan langsung dengan
lingkungan sekitarnya. Keterbukaan seseorang di dalam
hubungan itu membutuhkan pengelolaan terhadap batasan
publik dan privat. Batasan-batasan ini ada di antara
perasaan yang ingin diutarakan oleh seseorang dan
perasaan yang ingin disimpan.
Pembukaan (disclosure) di dalam hubungan yang
berkelanjutan lebih dari sekedar mengutarakan informasi
privat kepada orang lain, namun juga dibutuhkan
negosiasi dan koordinasi. Keputusan seseorang untuk
membuka atau menutup perasaannya harus dimonitor
secara intensif.19 Dengan banyaknya detail-detail
informasi yang dituliskan dan dikumpulkan dalam satu
media bernama Facebook, pasti akan menimbulkan
banyak resiko yang berhubungan dengan privasi.20
Facebook sebagai media interaksi menarik
berbagai kalangan untuk melakukan studi. Indonesia yang
sebagai pengguna jaringan sosial Facebook tertinggi di
Asia mengundang kekhawatiran. Bagi para pengguna
Facebook memiliki berbagai risiko, seperti pemanfaatan
situs pertemanan sebagai alat kegiatan terorisme,
pelecehan seksual, penebar kebencian, penghasutan,
19 Richard west & Lynn Turner, Introducing Communication Theory 3rd ed,
(New York: McGraw Hill), 2007, hal. 255. 20 Terremark Worldwide, Inc.”Facebook Expands Operation at
terremark’s NAP West Facility” dalam Jurnal: Facebook Threats To Privacy.
Harvey Jones & Jose Hiram Soltren, 2005, hal. 4
10
penghinaan, penipuan dan perdagangan manusia. Selain
itu penyebaran konten pornografi sering juga
memanfaatkan Facebook.
Kekhawatiran ini menjadi perhatian banyak orang
dan sudah mulai terjadi dan merajela di Indonesia.
Beberapa contoh kasus yang dijelaskan diatasn bagaimana
seseorang dengan mudah menulis status tanpa
memikirkan dampak yang akan ditimbulkan. Apalagi
peneliti mengambil kasus mengenai seorang ustadzah
yang menulis status untuk kegiatan majelis taklim.
Pemikiran seorang ustadzah yang lebih matang pemikiran,
pengalaman, dan pendidikan bisa mengontrol dalam
mengekspresikan diri dalam update di Facebook.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan
di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Pandangan seorang ustadzah dalam menulis
status di Facebook
2. Aktivitas Ustadzah dalam menggunakan media
sosial di Facebook bisa bermain, selfie camera,
atau bermain game online
3. Ustadzah yang lebih aktif menggunakan media
sosial Facebook sebagai media dalam
menyiarkan dakwah.
11
4. Komentar yang diberikan ketika seorang
ustadzah menulis status di Facebook.
C. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Sejauh apa keterbukaan yang ditampilkan oleh
seorang ustadzah di status Facebook.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana pengguna akun dalam mengekspresikan
perasaan melalui status Facebook?
2. Bagaimana Narasi yang dibangun pendiri akun
Majelis taklim dalam melalui status Facebook?
3. Bagaimana privasi Boundary yang dilakukan pendiri
akun Majelis taklim dalam Facebook?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran sejauh
mana keterbukaan yang ditampilkan pengguna akun di status
Facebook dan bagaimana narasi yang dibangun pendiri akun
majelis taklim tersebut dalam mengontrol keterbukaan yang
bersifat privasi di status Facebook.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik
Dalam segi akademis, penelitian ini dapat
menambah pengetahuan serta wawasan para akademisi
12
tentang penggunaan media sosial di Ibu rumah tangga.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif untuk perkembangan media sosial di
Indonesia.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini
adalah penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
para praktisi Komunikasi Penyiaran Islam, terlebih
mahasiswa yang belajar media sosial, baik yang berada di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN)
Jakarta maupun mahasiswa lain yang menekuni ilmu
tersebut, penelitian ini mencoba memberikan gambaran
seluk beluk media sosial.
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dijelaskan dalam tinjauan
pustaka kali ini membahas mengenai keterbukaan individu di
media online banyak yang menitik beratkan pada konsep self-
disclosure, antara lain:
1. Tesis karya Ade Putri Nugrahani (2012) yang berjudul
“Privasi Boumdary Management melalui media online
(Studi naratif terhadap penulis status di Facebook)”.
Tesis ini melakukan penelitian terhadap temannya yang
selalu aktif menulis status di media sosial facebook.
Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana
kehidupan yang dialami informan dalam kehidupan asli
dengan kehidupan di media sosial. Informan yang
13
dijelaskan peneliti adalah teman sejak kecilnya yang harus
menjadi single parents di usia muda. Peneliti
mengungkapkan bagaimana status yang di Facebook yang
terlihat baik-baik saja ketika dikunjungi mengalami
masalah yang sangat berat dalam kehidupan sehari-hari.
Menyembunyikan perasaan sebagai salah satu batasan
privasi yang dilakukan Informan untuk tidak diketahui
orang lain yang ada di Facebook.
2. Tesis karya Devi Yunitri (2006), Weblog dan Aktualisasi
Diri (Studi Kasus Blogger Indonesia). Penelitian ini
memberikan gambaran tentang representasi diri yang
terbentuk dan ditampilkan dalam media blog berbentuk
diari atau jurnal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
weblog merepresentasikan identitas diri pemiliknya.
Penggunaan bahasa yang lugas, sederhana dan
penempatan foto merupakan wujud representasi diri bagi
perempuan dalam upaya mengaktualisasikan dirinya.
Sedangkan representasi diri pada halaman blog pria
cenderung memuat hasil pemikiran atau kritikan atas
fenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Tesis Moza Fauzia (2019), Manajemen Privasi
Komunikasi Perempuan Yang Mengalami Kekerasan
Dalam Rumah Tangga Di Kota Lhokseumawe. Hasil dari
penelitian ini menjelaskan proses manajemen privasi
komunikasi dilakukan informan berdasarkan kriteria
aturan, baik dalam menyembunyikan dan mengungkapkan
informasi pribadi. Peneliti melakukan wawancara kepada
14
enam informan yang menyembunyikan informasi KDRT
dengan cara berbohong, menghindar, dan mengalihkan
topik pembicaraan mengenai bahasan rumah tangga.
4. Tesis Felicia Njotorahardjo (2014), manajemen
komunikasi privasi seorang mantan pria simpanan.
Melakukan penelitian melalui pendekatan kualitatif serta
metode studi kasus hasil dari penelitian ini adalah pria
simpanan menutup rapat informasi privat terhadap
keluarga tentang tindakan yang pernah dilakukannya
sebagai seorang pria simpanan. Alasan penutupan
informasi tersebut adalah karena individu takut bila terjadi
penyesalan dalam keluarganya. Individu melakukan
pengungkapan kepada sahabat, mantan pacar, dan
komunitas gereja. Hasil penelitian juga menunjukkan
terjadinya beberapa gangguan batasan yang dialami oleh
individu atas privasi yang dimilikinya.
Penelitian ini yang membahas mengenai Facebook
dan privasi,yaitu:
1. Facebook Threads to Privasi oleh Harvey Jones
dan Jose Hirman Soltren. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat bagaimana Facebook mempengaruhi
privasi. Disini ditemukan banyak kelemahan yang
serius sehubungan dengan privasi si pemilik akun.
Beberapa faktor utama perusak privasi di Facebook
yaitu: mengungkapkan terlalu banyak informasi,
pihak Facebook tidak mengambil langkah-langkah
15
yang memadai untuk melindungi privasi si
pengguna dan pihak ketiga yang aktif mencari
informasi mengenai pengguna situs ini dengan
menggunakan Facebook.
2. Managing Facebook Friend Request in Workplace
Relationship: An Application of Manajemen privasi
komunikasi Theory oleh Bethany R.D Frampton.
Penelitan dengan pendektan kuantitatif ini
memperlihatkan bagaimana media sosial
mempengaruhi komunikasi interpersonal dalam
konteks organisasi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk memahami bagaimana kalangan profesional
menangani rekan kerja yang mengirimkan “Friend
request” di Facebook. Secara spesifik, penelitian
ini menguji faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi “friend request” dikirimkan kepada
rekan kerja, dan intensitas mengakses Facebook.
Penelitian ini mengkaji pengelolaan privasi yaitu:
1. “Feeling Caught” in Step Familes; Managing
Boundary Turbulence through appropriate
communication privasi rules oleh T.D Afifi,
mengkaji komunikasi dalam keluarga tiri
khususnya menggunakan pola komunikasi
untuk membentuk aliansi di antara kelompok-
kelompok kecil dalam keluarga besar. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa para
partisipan menggunakan berbagai macam
16
strategi untuk berusaha mengurangi turbulensi
dan mengkoordinasikan batasan privasi.
2. Family and friends as Healhtcare Advocate:
Dilemmas of Confidentiality and privasi oleh
Sandra Petronio. Penelitian ini tindakan
seseorang untuk mendukung kesehatan saat
membawa anggota keluarga atau teman berobat
ke dokter. Empat tema utama muncul dari
penelitan ini, yaitu privasi versus kesehatan,
pendukung yang altruistik, pencarian informasi
oleh dokter, dan pembagian tanggung jawab.
G. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk
memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma juga
bersifat normatif menunjukkan kepada praktisinya apa
yang harus dilakukan tanpa harus melakukan
pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang
panjang.21 Paradigma konstruktivisme mempelajari
berbagai macam realitas yang dikonstruksi oleh orang-
orang. Paradigma ini juga mempelajari implikasi dari
konstruksi tersebut, yang berguna untuk kehidupan serta
berguna untuk interaksi mereka dengan orang lain dalam
kehidupan sehari-hari. Secara epistemologi, paradigma
21 Deddy mulyana, metode penelitian kualitatif, (bandung: PT remaja
rosdakarya, 2003), h. 9.
17
konstruktivisme berfokus pada aktivitas pembentukan
makna dari pemikiran individu Jadi, peneliti akan melihat
pengalaman-pengalaman unik dari subjek penelitian.22
Penelitian ini, pemaknaan yang bervariasi yang terdiri
dari banyak bagian, menuntun peneliti untuk melihat
kompleksitas berbagai pandangan mengenai keterbukaan
privasi di Facebook dan bukannya menyempitkan makna
privasi ke dalam beberapa kategori ide. Tujuan penelitian
ini pada akhirnya mengandalkan sebanyak mungkin
pandangan informan terhadap situasi yang bersifat
privasi.
Penelitian mengenai keterbukaan seseorang di
Facebook ini berada paradigma konstruktivisme.
Konstruktivisme melihat kehidupan manusia itu sebagai
sesuatu hal yang berbeda dari kehidupan alamiah atau
yang secara fisik dapat dilihat dan kerena itu harus
dipelajari dengan cara berbeda pula.
Konstruktivisme sering dikombinasikan dengan
interpretivisme. Dalam pandangan konstruktivisme,
individu mencari pemahaman tentang dunia tempat
mereka tinggal dan bekerja. Mereka membangun makna
subjektif dari pengalaman-pengalaman mereka, yakni
pemaknaan yang diarahkan ke objek atau benda tertentu.23
22 Michael Quinn Patton. Qualitative Research & Evaluation Methods 3rd
ed. (USA: Sage Publications). 2002. hal.96 23 John W. Creswell. Qualitative Inqury & Research Design: Chossing
Among Five Approaches 2nd ed. (USA: Sage Publicatioons). 2007. hal 20
18
2. Pendekatan Penelitian
Untuk mengkaji tesis ini pendekatan yang digunakan
ialah kualitatif dengan model deskriptif. Hasil penelitian
tertulis berisi kutipan- kutipan dari data untuk
mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data
tersebut mencakup transkrip wawancara, catatan
lapangan, fotografi, videotape, dokumen pribadi, memo
dan rekaman- rekaman resmi lainnya.24
Tujuan dari pendekatan ini adalah menjelaskan
fenomena yang sedalam- dalamnya melalui pengumpulan
data. Pendekatan kualitatif menurut Kirk dan Miller
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam
kawasannnya maupun dalam peristilahannya.25
Bogdan dan Taylor dalam buku Metode Penelitian
Kualitatif menjelaskan bahwa metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.26 Peneliti
menganalisis menggunakan metode kualitatif ini dengan
24 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2012), Cet. ke-3, hlm. 11. 25 Nurul Hidayat, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan
Kualitatif, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. ke 1,hlm. 7.
26 Lexy J. Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1993), Cet. ke 10, hlm. 3.
19
cara menjelaskan sedalam-dalamnya data dengan teori
yang digunakan yaitu hirarki pengaruh media.
Menurut Crasswell, beberapa asumsi dalam
pendekatan kualitatif adalah pertama, peneliti kualitatif
lebih memerhatikan proses daripada hasil. Kedua, peneliti
kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Ketiga, peneliti
kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan
data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun
langsung ke lapangan, melakukan observasi di lapangan.
Keempat, peneliti kualitatif menggambarkan bahwa
peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data,
dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.27
Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif
menggunakan metode pengumpulan data dan metode
analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti penggunaan
instrument wawancara dan pengamatan (observation).
Obyektifitas dan kejujuran merupakan hal penting bagi
kedua jenis penelitian tradisional. Meskipun begitu,
kriteria untuk menilai penelitian kualitatif itu berbeda dari
ktiteria untuk menilai penelitian kuantitatif.
Adapun bentuk penelitian ini bersifat online dan
offline. Kedua cara tersebut bertujuan untuk
memaksimalkan penelitian agar bisa diselesaikan di
tengah pandemi covid 19. Peneltian untuk terjun ke lapan
27 Agus Salim, Teori dan Paradigma Sosial dari Guba dan Penerapanny
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 303.
20
3. Metode Penelitian
Penelitian ini, peneliti menggunakan metode
naratif yang merupakan sebuah bentuk yang ditujukan
untuk teks yang digunakan dalam konteks penelitian
kualitatif. Dengan fokus pada cerita-cerita yang
disampaikan oleh individu. Sebagai metode naratif
dimulai dengan pengalaman-pengalaman yang
diekspresikan melalui kehidupan sehari-hari dan
melalui cerita-cerita dari seorang individu.
Prosedur untuk mengimplemestasikan penelitian
ini, terdiri dari fokus studi pada satu atau dua orang
individu, mengumpulkan data melalui koleksi cerita-
cerita mereka, memaparkan pengalaman individu dan
kronologisnya secara urut atau menggunakan tahapan
kehidupan untuk memaknai pengalaman-
pengalaman.28
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari penelitian ini berupa
kumpulan status update dari pemilik akun Facebook
yang rutin meng-update status satu kali dalam sehari
dan masuk dalam kriteria digital natives ini akan
dipilih secara acak dari Facebook friend list milik
peneliti. Status update menjadi data primer dalam
28 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 250.
21
penelitian ini. Sedangkan wawancara kepada informan
dilakukan sebagai data sekunder untuk melengkapi
data-data yang ditemukan di lapangan. Alasan
dipilihnya frekuensi satu kali sehari adalah untuk
melihat gambaran runut dari keseharian orang
tersebut. Selain itu, pemilik akun juga termasuk dalam
kriteria digital natives.
Digital native ini memiliki akses ke teknologi-
teknologi berjaringan digital dan memiliki
kemampuan untuk mempelajari dan menggunakan
teknologi dengan cepat. Mereka cenderung lebih suka
mengirimkan instant messaging (IM) daripada telepon
untuk mengatur janji, mereka terhubung satu sama
lain melalui budaya bersama (common culture).
Aspek-aspek utama dari kehidupan mereka adalah
interaksi sosial, pertemanan, aktivitas masyarakat
yang termediasi oleh teknologi-teknologi digital.29
Digital natives yang dilakukan peneliti adalah
membuat janji dengan mengirimkan pesan di facebook
massengger untuk interview lalu bertemu secara
langsung untuk wawacara Ibu Haji Siti Mardiah.
Sebelum melakukan wawancara peneliti melakukan
observasi random beberapa status beliau untuk
ditanyakan maksud dari status yang diupdate.
29 John parley & Urs Gasser. Born Digital. (USA: Basic Book), 2008,
hal.1-2
22
5. Subjek Dan Objek Penelitian
Subjek penelitian tesis yang berjudul “Manajemen
privasi komunikasi pengguna Facebook (studi naratif
penulis status pemilik akun majelis taklim perempuan)
adalah Penulis status yang mendirikan majelis taklim
di lingkungan daerah rumahnya. Pemilihan informan
didasarkan terhadap aktivitas beliau dalam mendirikan
majelis taklim di rumah dan aktif menggunakan
Facebook.
Objek dalam penelitian ini adalah akun Facebook
Siti Mardiah yang saat ini memiliki 1500 teman dan
telah membagikan status setiap harinya.30
6. Teknik Pengolahan Data
Langkah selanjutnya ialah mengolah hasil temuan
atau data, melalui meninjau kembeli berkas-berkas
yang telah terkumpul. Data yang diperoleh yaitu
wawancara dan data-data survei yang ditemukan.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
30 Akun facebook https://www.facebook.com/sitimardiah.said, resmi dibuat
pada tahun 2010. Dalam interview menjelaskan bahwa ini adalah akun kedua
beliau karena sebelumnya beliau pakai untuk pribadi dan kini dipakai untuk
majelis taklim yang beliau dirikan
23
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.31
Proses dalam mengimplementasikan penelitian ini
antara lain berfokus pada studi tentang pemilik akun
majelis taklim, mengumpulkan data-data dari
kumpulan cerita-cerita, melaporkan pengalaman-
pengalaman tersebut.
25 juni 2020, peneliti melakukan untuk interview
sekaligus menjadi murid sehari beliau di acara majelis
taklimya. Cara menganalisis ini mengarah pada
penulisan sebuah abstraksi analisis kasus yang
menyoroti: 1. Proses kehidupan manusia individu, 2.
Teori-teori yang berbeda yang berhubungan dengan
pengalaman hidup, dan 3. Fitur yang unik dan umum
dari kehidupan.32 Peneliti disarankan untuk memulai
analisis dengan cara sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kumpulan pengalaman
objektif dari kehidupan informan. Akan
menjadi sebuah analisis awal yang baik, jika
peneliti memiliki jurnal singkat mengenai
kehidupan informan.
2. Dari jurnal singkat, peneliti memeriksa
tahapan kehidupan atau pengalaman yang
informan me lalui. Hal ini digunakan untuk
31 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 248. 32 John W. Creswell. Qualitative Inqury & Research Design: Chossing
Among Five Approaches 2nd ed. (USA: Sage Publicatioons). 2007. hal 100
24
membangun kronologi kehidupan informan.
Misalnya masa kecil, pernikahan, karir,
pekerjaan.
3. Cerita-cerita dan pengalaman luar biasa yang
dialami informan, akan muncul dari hasil
wawancara atau jurnal pribadi informan.
4. Selama wawancara, peneliti menganjurkan
informan untuk memperluas bagian dari cerita-
cerita yang diungkapkan dan menanyakan teori
mengenai kehidupan dirinya. Teori-teori ini
mungkin berhubungan dengan proses hidup,
model dari dunia sosial, model relasional
biografi, atau model alami dari sejarah
kehidupan.
5. Segmen-segmen naratif dan kategori antara
wawancara dan cerita disolasi oleh peneliti.
Lalu, peneliti menetapkan bentuk-bentuk yang
lebih besar serta makna-makna.
8. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama Juni 2020 – April
2021 Tempat penelitian media sosial Facebook dan
lingkungan sekitar informan.
9. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada
Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah nomor :
507 tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya
25
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah.
H. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini menghasilkan susunan yang
sistematis, maka peneliti menyusun draft tesis ini
sebagaimana berikut:
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini peneliti mendeskripsikan tentang
latar belakang masalah, batasan masalah dan rumusan
masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian,
metodelogi penelitian, dan sistematika penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
secara akademis dan praktik.
BAB II Landasan Teori dan Kerangka Berpikir
Bab ini berisi mengenai membahas mengenai
privasi dan manajemen privasi komunikasi. Teori dan
konsep ini digunakan sebagai acuan untuk menganalisis
permasalahan menjadi fokus peneltian.
BAB III Gambaran Umum Penelitian
Memaparkan sejarah Facebook di Indonesia yang
mempunyai banyak pengguna berdasarkan usia.
Selanjutnya diuraikan pula riwayat, pendidikan,
kiprahnya beliau sebagai ustadzzah dengan jadwal kajian
26
yang padat lalu dalam sehari biasa 4 kali update mengenai
kegiatan majelis taklim.
BAB IV Data dan Temuan Penelitian
Menguraikan data dan temuan peneliti dapatkan
setelah menelaah objek penelitian. Data dan temuan ini
menjadi bahan analisis dengan menggunakan teori dan
konsep pemikiran yang peneliti cantumkan pada bab
sebelumnya.
BAB V Pembahasan
Bab ini memuat hasil analisis peneliti mengenai
data dan temuan menggunakan teori dan konsep
pemikiran. Hasil analisis ini sebagai bagian dari hasil
penelitian yang dilakukan.
BAB VI Penutup
Berisikan kesimpulan dan saran dari penelitian ini.
Pada bab terakhir ini digunakan sebagai acuan kepada
penelitian selanjutnya mengenenai permasalahan hasil
yang didapatkan dari penelitian ini.
27
Bab II
LANDASAN TEORI
Saat seseorang berusaha membuka dirinya, ada resiko
yang dapat muncul karena terbuka dengan orang yang salah,
membuka diri pada saat yang tidak tepat, mengatakan terlalu
banyak mengenai diri kita sendiri, atau berkompromi dengan
orang lain. Di lain pihak, pembukaan dapat memberikan
keuntungan yang besar. Kita dapat meningkatkan kontrol
sosial, memvalidasi perspektif kita, dan menjadi lebih intim
dengan pasangan kita dalam suatu hubungan saat kita
membuka diri.
Keseimbangan antara privasi dan pembukaan memiliki
makna karena hal ini sangat penting terhadap cara kita
mengelola hubungan-hubungan kita.33 Privasi hanya dipahami
dalam ketegangan dialektis dengan pembukaan. Jika kita
membuka semuanya, kita tidak akan memiliki konsep privasi.
Sebaliknya, jika semua informasi bersifat pribadi, ide
mengenai pembukaan tidak akan masuk akal.
Teori yang menjadi landasan penting untuk menjadi pisau
analisis dalam membedah rumusan masalah penelitian.
Dengan adanya teori dapat membantu mengarahkan penelitian
yang diajukan oleh penulis. Penulis menguraikan landasan
33 Richard West & Lynn Turner. Introducing Communication Theory 3rd
ed. (New York: McGraw Hill).2007.hal.252
28
teoretis yang ilmiah untuk membedah penelitian yang berjudul
ma
1. Konsep Privasi
Media sosial adalah representasi kebutuhan individu
manusia sebagai makhluk sosial. Homo socius¸ makhluk hidup
tidak dapat bertahan dalam kesendirian. Makhluk hidup yang
memerlukan orang lain untuk dapat menyambung hidup. Karena
kodratnya sebagai homo socius, makhluk sosial, ia membutuhkan
manusia lain. Maka, kemudian terjadilah interaksi antar manusia.
Dari interaksi ini manusi memerlukan alat. Bahasa adalah
insrumen utama manusia untuk bisa saling berinteraksi, baik yang
bersifat lugas maupun simbolik. Bahasa memainkan peranan
penting dalam hidup kita, mempunyai pengaruh yang luar biasa,
termasuk membedakan manusia dari binatang-binatang.34
Kita tak mungkin berbicara tanpa memilih posisi atau
sikap tertentu, tanpa menyatakan perasaan tertentu. Sebab
berbicara dilakukan dalam rangka berkomunikasi. Berbicara
tanpa sikap dan perasaan berarti tak berbicara sama sekali.
Berkata secara lisan ataupun tertulis adalah menyampaikan
pikiran/ perasaan.35
Interaksi dan komunikasi antarmanusia, pada mulanya
dilakukan secara langsung. Tidak melalui medium atau perantara.
Karena sifatnya langsung, maka kesalahpahaman dalam
34 Leonard bloomfield, language, Gramedia Pustaka Utama, 1995, hal 35 Mocthar pabottinggi, “bahasa, politik, dan otosentrisitas” halaman 213,
dalam bahasa dan kekuasaan, mizan, 1996, editor yudi latif dan idi subandy
ibrahim
29
berkomunikasi relatif dapat dihindari. Kesalahan memaknai
ekspresi atau memahami simbol-simbol komunikasi dapat
dikurangi. Sehingga, pesan dapat diterima utuh dari pengirim ke
pada penerimanya.
Setiap orang memiliki informasi privat dan informasi
publik terkait eksistensi dirinya di tengah lingkungannya. Teori
Manajemen Privasi Komunikasi (Manajemen privasi komunikasi)
yang diperkenalkan Sandra Petronio tertarik untuk menjelaskan
proses-proses negosiasi orang seputar pembukaan informasi
privat.36 Sistem manajemen privasi yang ditawarkan dalam teori
manajemen privasi komunikasi ini menjadi acuan dalam
mengkoordinasikan batas-batas privasi tentang apa yang
diungkapkan dan apa yang dianggap pribadi oleh seseorang.
Privasi dapat didefiniskan sebagai kemampuan seorang
individu untuk menentukan kapan, bagaimana, dan seberapa luas
informasi personal yang dapat disebarkan kepada orang lain.
Semua orang memiliki sebuah rasa kepemilikan informasi
tentang diri sendiri, dan mereka merasa memiliki hak untuk
mengendalikan informasi tersebut. Ketika seseorang
mengungkapkan informasi pribadi kepada orang lain, orang
tersebut menjadi pemilik kedua dari informasi tersebut, dan
kepemilikan bersama itu memiliki hak-hak dan kewajibannya
sendiri.37
36 Petronio, Sandra, 2002, Boundries Of Privacy: Dialectic of Dislosure,
New York: New York University Press, h.3 37 Stephen Littlejohn & Karen Foss. Theories of Human Communication 9th
ed. (USA: Thomson Wadsworth). 2008. hal.307
30
Menurut konsepsi kebudayaan Euro Amerika, kebutuhan
untuk melindungi diri terhadap, atau menolak intrusi orang lain
pada situasi tertentu, dapat kita sebut sebagai kebutuhan akan
privasi. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan yang terbentuk
secara sosial. Tanpa adanya masyarakat, tidak ada kebutuhan.
Privasi itu sendiri merupakan fenomena alamiah karena privasi
berangkat dari kebutuhan biologis manusia. Aturan-aturan yang
berfungsi melindungi privasi, lebih merupakan fenomena
kebudayaan karena hal tersebut terwujud dari hasil rekayasa
manusia.38
Sandra Petronio menjelaskan bahwa memutuskan apa
yang akan diungkapkan dan apa yang harus dirahasiakan
bukanlah keputusan yang dapat langsung diambil, melainkan
merupakan tindakan penyeimbangan yang berlangsung secara
terus-menerus. Lebih lanjut, konsep privasi menurut Sandra
Petronio adalah ketika kita berusaha untuk menimbang tuntutan-
tuntutan situasi dengan kebutuhan kita dan orang lain di sekitar
kita. Privasi merupakan hal yang penting karena hal ini
memungkinkan kita untuk merasa terpisah dari orang lain.39
Dalam manajemen privasi komunikasi, pembukaan
pribadi didefinisikan tiga cara; pertama, pembukaan pribadi
memberikan penekanan lebih pada isi personal. Kedua teori ini
memberi penekanan lebih pada subtansi dari pembukaan, atau
pada hal-hala yang dianggap pribadi, manajemen privasi
38 Ari Indrayono Mahar. Tesis: Konsep Privacy pada Rumah dalam
Kebudayaan Jawa. (Depok: Antropologi FISIP-UI).1990.hal.4 39 Richard West and Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Humaika,2013), hal 252
31
komunikasi mempelajari bagaimana orang melakukan
pembukaan melalui sistem yang didasarkan pada aturan. Ketiga
pembukaan hanyalah berkaitan dengan diri sendiri. Untuk dapat
benar-benar memahami dalam dan luasnya sebuah pembukaan,
manajemen privasi komunikasi tidak hanya membatasi proses ini
kepada diri, tapi memperluasnya hingga mencakup banyak level
termasuk pembukaan diri dan kelompok.40
Oleh karenanya, teori ini menawarkan sistem manajemen
privasi yang mengindentifikasi cara-cara batasan privasi
dikoordinasikan antarindividu. Manajemen privasi komunikasi
mencapai tujuan dengan mengajukan lima asumsi dasar:
Informasi privat, batasan privat, kontrol dan kepemilikan, sistem
manajemen berdasarkan aturan, dialektika manajemen. Setiap
asumsi yang disajikan dalam teori ini menjelaskan langkah dan
tahapan yang bisa dilakukan seseorang dalam mengatur informasi
privat mereka dalam interaksi sosial.41
Privasi dapat didefiniskan sebagai kemampuan seorang
individu untuk menentukan kapan, bagaimana, dan seberapa luas
informasi personal yang dapat disebarkan kepada orang lain.
Semua orang memiliki sebuah rasa kepemilikan informasi
tentang diri sendiri, dan mereka merasa memiliki hak untuk
mengendalikan informasi tersebut. Ketika seseorang
mengungkapkan informasi pribadi kepada orang lain, orang
tersebut menjadi pemilik kedua dari informasi tersebut, dan
40 West, Richard and Lynn H.G Turner, Inroducing Communication
Theory (New York: McGrawHill), 2010, h. 223 41 West, Richard and Lynn H.G Turner, Inroducing Communication Theory
(New York: McGrawHill) , 2010, h. 223
32
kepemilikan bersama itu memiliki hak-hak dan
kewajibannya sendiri.42
Privasi merupakan suatu hal yang sangat penting baik
bagi individu maupun lembaga atau instansi untuk berhadapan
dan berinteraksi dengan individu lain atau lembaga lain. Salah
dalammenyampaikan informasi yang memiliki kemungkinan
bernilai confidential, classified dan rahasia tidak dapat dipungkiri
akan menyebabkan kerugian baik material maupun non material.
Apalagi jika sifat informasi tersebut merupakan rahasia berisi
peta kekuatan dan strategi yang akan dirancang menghadapi
persaingan dengan produk kompetitor, terlebih lagi jika rahasia
tersebut berkaitan dengan organisasi. Kalau berkaitan dengan
informasi pribadi yang tidak ingin dibagi dan diketahui oleh
umum, namun sudah terlanjur tersebar dan diketahui oleh
khalayak luas, kejadian ini akan menjadi sangat krusial dan
mungkin dapat membahayakan posisi dan kredibilitas yang
bersangkutan.
Mungkin masih hangat dalam ingatan beberapa fenomena
yang terjadi dalam kurun waktu terakhir ini, mulai dari upload
foto-foto pribadi artis yang menurut versi pemilik foto tersebut
adalah koleksi pribadi dan bukan untuk konsumsi umum namun
terlanjur beredar luas di dunia maya, kecerdikan Wikileaks
mengungkap tabir beberapa informasi rahasia dari sumber dinas
rahasia CIA, maupun skenario negara adikuasa Amerika untuk
42 Stephen Littlejohn & Karen Foss. Theories Of Human Communication
9th ed. (USA: Thomson Wadsworth). 2008. hal. 307
33
menekan dan mengintervensi kepentingan negara-negara seperti
di negara Asia, Arab serta negara yang dianggap memungkinkan
memberi ancaman terhadap keamanan dan kedaulatan Amerika.43
Paparan sekelumit contoh di atas memberi pelajaran
berharga, betapa privasi itu penting, mahal bahkan harus dijaga
baik-baik, ditutup rapat-rapat dan tidak boleh setiap orang
mengetahuinya. Menjaga privasi tidak hanya dalam kehidupan
atau aktifitas interaksi secara personal langsung secara tatap
muka atau face to face, namun ada baiknya dalam setiap aktifitas
apapun terutama dengan perkembangan ICT (Information
Communication Technology) yang cukup pesat dengan
diintrodusirnya internet, pada akhirnya setiap orang dituntut
risiko pola perilaku keseharian dalam mengelola privasi.
Privasi dan anonimitas dalam kehidupan sehari-hari
adalah sesuatu yang biasa dilakukan, namun tidak demikian
halnya saat beraktifitas melalui internet. Tanpa disadari, saat
menjelajah web, chatting bahkan FTP atau Files Transfer
Protocol sekalipun, sebagian kecil identitas diri pribadi dapat
diketahui oleh pengelola service yang bersangkutan atau bahkan
orang lain.44
Menurut konsepsi kebudayaan Euro Amerika, kebutuhan
untuk melindungi diri terhadap, atau menolak intrusi orang lain
pada situasi tertentu, dapat kita sebut sebagai kebutuhan akan
Privasi. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan yang terbentuk
43 Joseph A. DeVito. Interpersonal Communication 11th ed. (Boston:
Pearson). 2007, hal 150-165. 44 Petronio, Sandra, 2002, Boundries Of Privacy: Dialectic of Dislosure,
New York: New York University Press, h.65.
34
secara sosial. Tanpa adanya masyarakat, tidak ada kebutuhan
tersebut. Privasi itu sendiri merupakan fenomena alamiah karena
Privasi berangkat dari kebutuhan biologis manusia. Aturan-aturan
yang berfungsi melindungi Privasi, lebih merupakan fenomena
kebudayaan karena hal tersebut terwujud dari hasil rekayasa
manusia.45
Selama beberapa tahun terakhir, internet telah menjadi
perbincangan hangat dan suatu tools yang sangat penting dan
menjadi ciri dari kehidupan sehari-hari di negara maju (misalnya,
belanja online, berbagi dokumen, dan berbagai bentuk
komunikasi online lainnya). Hal ini dapat meningkatkan jumlah
penggunaan internet, serta bagaimana informasi dikumpulkan dan
digunakan mulai berubah.
Berbagai data informasi kini dikumpulkan dengan
peningkatan frekuensi dan dalam konteks yang berbeda, membuat
individu menjadi lebih transparan. Bahkan, terkadang seseorang
dengan mudahnya mengungkapkan segala isi hatinya dalam
beberapa comment di akun jejaring sosial yang akrab dan
digandrungi remaja, seperti misalnya: twitter, facebook,
friendster, dan sebagainya. Mereka mengungkapkan komentar
tersebut secara terbuka bahkan ada pula yang terkesan vulgar, dan
tidak menyadari bahaya yang mengancam terkait sasaran
komentar tersebut. Bisa jadi pribadi yang dikomentari tersebut
tidak bisa menerima, atau ada orang lain yang terkait dengan
45 Ari Indrayono Mahar. Tesis: Konsep Privacy pada Rumah dalam
kebudayaan Jawa. (Depok: Antropologi FISIP-UI). 1990 hal. 4
35
masalah yang dibicarakan juga tidak bisa menerima komentar
yang ditulis dalam akun tersebut.
Tidak salah jika muncul pendapat bahwa “saat ini masalah
privasi bukan hal besar, karena perkembangan teknologi telah
menyebabkan munculnya informasi dari “masyarakat“ yang
mampu mengumpulkan, menyimpan dan menyebarluaskan serta
meningkatkan jumlah data tentang individu.
Para peneliti menemui kesulitan sehubungan dengan
pendefinisian privasi. Meskipun banyak pula yang berusaha
mendefinisikan sintesis privasi dengan literatur sebelumnya,
namun belum ada konsep privasi yang saling terpadu dan
sederhana. Sama seperti kepercayaan, sifat kompleks privasi
membuat banyak peneliti mendefinisikannya melalui beragam
dimensi. Dalam membedakan empat definisi privasi, antara lain:
kemampuan mengontrol dan membatasi akses fisik, interaksi,
psikologis, dan informasi kepada diri atau kelompok lain. DeCew
juga membuat pendekatan multidimensional untuk memahami
privasi. Tiga pendekatan multidimensional tersebut, antara lain:7
(1) Informational privasi, termasuk didalamnya informasi
personal (gaya hidup, ekonomi, rekam medik, pencapaian
akademis). Aspek ini mungkin dilihat oleh seorang individu
sebagai informasi yang yang tidak perlu diungkapkan dan
harus dijaga oleh penerima informasi tersebut. Privasi
informasi dilindungi oleh individu-individu dari untuk
menutup adanya gangguan dan ancaman. Perlindungan ini
juga mengontrol siapa saja yang bisa mengakses informasi
dan untuk alasan apa ketika informasi itu diminta.Accessibility
36
privasi, mengacu pada akses fisik dan sensori pada seseorang.
Dalam aktivitas ini, aksesibiltas tidak berkaitan dengan
penggunaan teknologi bagi orang cacat. Menurut DeCew
privasi aksesiblitas mencakup kedekatan fisik dan observasi.
Jadi orang-orang memiliki privasi aksesibilitas.46
(2) Ketika mereka ingin menjaga jarak fisik dari orang lain.
Privasi aksesibilitas juga mencakup akses melalui indera
penglihatan atau pendengaran orang lain, khususnya
kehidupan sesorang dimana mereka ingin terlibat dalam
masa pengasingan. Menurut DeCew, accessibility privasi
juga memungkinkan individu untuk mengendalikan
keputusan tentang siapa yang memiliki akses fisik ke
orang-orang di sekitar mereka dan keputusan ini dibentuk
melalui persepsi akal, observasi atau kontak tubuh.
(3) Expressive privasi, mengacu pada perlindungan wilayah
seseorang untuk memberikan identitas dirinya melalui
berbagai aktivitas atau lewat kesempatan berbicara.
Privasi ini melindungi kemampuan untuk memutuskan,
melanjutkan, atau memodifikasi prilaku seseorang ketika
aktivitas tersebut membantu mendefinisikan dirinya
sendiri sebagai indinvidu yang bebas dari gangguan,
tekanan dan paksaan dari pemerintah atau orang lain.
Dengan cara ini, expressive privasi membatasi kontrol
sosial eksternal atas pilihan hidup seorang individu,
meningkatkan kontrol internal terhadap ekspresi diri
46 Dewey, John, Experience and Education : Pendidikan Berbasis
Pengalaman, Terj. Hani’ah (Bandung : Penerbit Teraju, 2004). Hal 45
37
sendiri, dan meningkatkan kemampuan untuk membangun
hubungan interpersonal.
Aspek privasi mencegah adanya gangguan, tekanan
untuk menyesuaikan diri, mencegah ejekan, hukuman.
Pada intinya privasi berfungsi untuk mempromosikan
kebebasan bertindak. Pusat pemahaman dari privasi
adalah keinginan masyarakat untuk menyimpan infromasi
pribadi dari pihak orang lain, dan untuk mempertahankan
kemampuan mereka agar tehubung dengan orang lain
tanpa gangguan. Keinginan ini juga disebut sebagai
privasi concern. Namun, tidak jelas bagaimana masalah
privasi benar-benar terhubung ke prilaku online. Ada
bukti bahwa banyak pengguna internet mengekspresikan
sikap memproteksi privasi, dimana hal ini diterjemahkan
sebagai prilaku mereka yang sebenarnya.47
Sebagai contoh, Ingham juga menyatakan, “Pada
individu dalam kehidupan sosial sehari-hari jarang
dihadapkan dengan invasi privasi mereka, meskipun
jumlah potensi ancaman sangat besar “. Namun, karena ini
penelitian awal, teknologi baru (dan khususnya Internet)
telah memicu perdebatan dan kontroversi tentang invasi
potensi dan pelanggaran terhadap privasi.48
Ada sejumlah ancaman khusus ketika melakukan
transaksi secara online berkaitan dengan privasi. Sebagai
47 West, Richard and Lynn H.G Turner, Inroducing Communication Theory
(New York: McGrawHill) 2010, h. 252. 48 West, Richard and Lynn H.G Turner, Inroducing Communication Theory
(New York: McGrawHill) 2010, h. 252.
38
contoh, pengaruh saat berselancar melalui media internet
berarti bahwa saat beraktifitas secara online, secara tidak
langsung kita meninggalkan data berupa jejak digital di
banyak bidang kehidupan kita yang sebelumnya
dianggap “offline.” Perkembangan yang sangat cepat
dengan daya komputasi, seperti pengolahan kecepatan,
meningkatkan kapasitas penyimpanan, konektivitas
komunikasi yang lebih luas, dan ukuran kapasitas
koneksi dengan biaya rendah semua pada akhirnya
mempengaruhi privasi.
Secara khusus, konsepsi fitur konektivitas
Internet berarti bahwa hal itu memungkinkan untuk
melakukan komunikasi dua arah secara interaktif dan
dapat dijalin pada kehidupan masyarakat secara intim
lebih dari media yang lain seperti menghubungkan orang
dengan tempat dan orang dengan orang. Dengan
demikian, hal ini akan menimbulkan ancaman privasi
informasi. Kemajuan pesat ini memberikan makna
bahwa informasi yang didapat dan diolah secara lebih
efisien dan murah dapat dikumpulkan, disimpan, dan
dipertukarkan, bahkan data yang mungkin dianggap
sensitif oleh individu yang bersangkutan. Dengan
demikian, peran database yang cukup besar dan
informasi seperti catatan internet tentang sejarah
keuangan dan kredit perorangan, catatan medis,
pembelian, dan sebagainya sangat rentan untuk dilihat
dan dibaca oleh individu yang tidak memiliki
39
kewenangan terhadap hal tersebut.
Tentu saja, ada juga manfaat bagi kemajuan
teknologi yang dijelaskan seperti (layanan pribadi,
kenyamanan, efisiensi ditingkatkan). Pengguna dapat
memberikan informasi berharga tentang diri mereka
sendiri untuk mengambil keuntungan dan manfaat.
Seperti aktifitas yang dilakukan American Life Risiko
melaporkan bahwa lebih dari dua-pertiga dari pengguna
bersedia untuk berbagi informasi pribadi mereka di
bawah beberapa keadaan. Dalam beberapa situasi,
privasi ekspresif dapat diperoleh melalui hilangnya
privasi informasi kepada pihak ketiga. Misalnya,
seseorang mungkin mengungkapkan informasi pribadi
dan informasi kartu kredit untuk kenyamanan
menyelesaikan sebuah transaksi online. Dengan cara ini,
koleksi pribadi, informasi privasi ini dapat dianggap
sebagai “pedang bermata dua” (Malhotra, Kim, &
Agarwal, 2004).49
Aspek privasi mencegah adanya gangguan,
tekanan untuk menyesuaikan diri, mencegah ejekan,
hukuman. Pada intinya privasi berfungsi untuk
mempromosikan kebebasan bertindak (Gavinson 1980:
448). Pusat pemahaman dari privasi adalah keinginan
masyarakat untuk menyimpan infromasi pribadi dari
pihak orang lain, dan untuk mempertahankan
49 Richard West and Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Humaika,2013), hal 35.
40
kemampuan mereka agar tehubung dengan orang lain
tanpa gangguan. Keinginan ini juga disebut sebagai
privasi concern (Westin,1967). Namun, tidak jelas
bagaimana masalah privasi benar-benar terhubung ke
prilaku online. Ada bukti bahwa banyak pengguna
internet mengekspresikan sikap memproteksi privasi,
dimana hal ini diterjemahkan sebagai prilaku mereka
yang sebenarnya (Jupiter Research, 2002; Pew Internet
& American Life Project, 2001).
2. Teori Manajemen Privasi Komunikasi
Teori dikembangkan oleh Sandra Petronio (2002). Ia
menyatakan bahwa CPM adalah teori praktis yang didesain untuk
menjelaskan isu-isu “keseharian” seperti yang digambarkan
dalam kegiatan kita sehari-hari. Ketika kita bertemu dengan
berbagai macam orang dalam kehidupan “rekan sekerja, teman
sekelas, anggota keluarga, teman sekamar, dan seterusnya” kita
terlibat di dalam negosiasi kompleks antara privasi dan
keterbukaan. Memutuskan apa yang akan diungkapkan dan apa
yang harus dirahasiakan bukanlah keputusan yang dapat langsung
diambil, melainkan merupakan tindakan penyeimbangan yang
berlangsung secara terus-menerus.50
Kita berusaha untuk menimbang tuntutan-tuntutan situasi
dengan kebutuhan kita dan orang lain yang ada disekitar kita.
Privasi merupakan hal yang penting bagi kita karena hal ini
50 Petronio, Sandra, 2002, Boundries Of Privacy: Dialectic of Dislosure,
New York: New York University Press, h.3.
41
memungkinkan kita untuk merasa terpisah dari orang lain. Hal ini
memberikan kita perasaan bahwa kita adalah pemilik sah dari
informasi mengenai diri kita. Ada risiko yang dapat muncul dari
pembukaan kepada orang yang salah, membuka diri pada saat
yang tidak tepat, mengatakan terlalu banyak tentang diri kita
sendiri, atau berkompromi dengan orang lain. Di lain pihak,
pembukaan dapat memberikan keuntungan yang besar, kita dapat
meningkatkan kontrol sosial, memvalidasi perspektif kita, dan
menjadi lebih intim dengan pasangan kita dalam suatu hubungan
ketika kita membuka diri.
Keseimbangan antara privasi dan pembukaan memiliki
makna karena hal ini sangat penting terhadap cara kita mengelola
hubungan-hubungan kita. Munculnya teori manajemen privasi
komunikasi ini menarik karena tiga alasan. Yang pertama, teori
ini adalah pemikiran yang terkini dalam disiplin ilmu
komunikasi. Hal ini mengindikasikan bahwa pemikiran yang
segar dan baru terus memberikan penerangan bagi pertanyaan-
pertanyaan mengenai perilaku komunikasi. Munculnya teori baru
memberikan gambaran akan hidupnya komunikasi sebagai bidang
ilmu. Kedua, fakta bahwa CPM bertumbuh secara khusus dari
fokus terhadap komunikasi. Ini bukti akan kematangan dan
pertumbuhan bidang ilmu komunikasi.51
Teori manajemen privasi komunikasi (Manajemen privasi
komunikasi Theory) merupakan teori komunikasi yang baru
dimana teori ini muncul dikarenakan ketidakpuasan Sandra
51 Richard West and Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Humaika,2013), hal 253.
42
Petronio atas teori Self Disclosure yang dikemukakan oleh
Sydney Jourad tentang aturan yang terkait dengan pengungkapan
informasi pribadi atau rahasia. Menurut teori Jourad,
pengungkapan diri (tentang infomasi yang dimiliki sendiri)
merupakan aspek yang penting untuk membangun hubungan
yang semakin sehat dan semakin dekat. Juga menurut self-
disclosure semakin kita membuka diri kepada orang lain maka
semakin orang lain akan paham tentang kita yang berujung pada
semakin baiknya kualitas hubungan kita dengan orang lain. Jadi
menurut teori ini ada hubungan langsung antara pengungkapan
diri dengan kualitas hubungan yang terbangun di antara pihak
yang terlibat.52
Pembukaan di dalam hubungan membutuhkan
pengelolaan batasan publik dan privat. Batasan-btasan ini ada
Siantar perasaan yang ingin diutarakan oleh seseorang dan
perasaan yang ingin disimpan. Pembukaan di dalam
perkembangan hubungan lebih dari sekedar mengutrakan
informasi privat kepada orang lain. Dibutuhkan negosiasi dan
koordinasi akan batasan. Keputusan mengenai pembukaan harus
dimonitor secara intensif.
Teori manajemen privasi komunikasi berakar pada
asumsi- asumsi mengenai bagaimana seorang individu berpikir
dan berkomunikasi sekaligus asumsi-asumsi mengenai sifat dasar
manusia. Yang pertama, CPM menganut aspek-aspek peraturan
52 http://www.slideshare.net/frozfaizz/artikel-cpm. Diakses tanggal 5 mei
2018 pukul 20.05 WIB
43
dan sistem metateori. Dengan adanya dasar metateoritis ini, teori
ini membuat tiga asumsi mengenai sifat dasar manusia :
1. Manusia adalah pembuat keputusan
2. Manusia adalah pembuat peraturan dan pengikut
peraturan.
3. Pilihan dan peraturan manusia didasarkan
pada pertimbangan akan orang lain dan
juga konsep diri.
Menurut Petronio manusia membuat pilihan dan peraturan
mengenai apa yang harus dikatakan dan apa yang harus disimpan
dari orang lain yang didasarkan pada kriteria penting di antaranya
seperti budaya, gender, dan konteks. Ia berargumen bahwa
kriteria-kriteria ini mencakup pertimbangan akan orang yang
terlibat dan juga akan konsep diri. Petronio menggunakan istilah
pembukaan (disclosure) dan pembukaan pribadi (private
disclosure) daripada menggunakan istilah pembukaan diri ( self-
disclosure) dalam CPM.53
Selain itu teori CPM merupakan teori dialektik. Sebagian
teori dialektik, CPM mendukung asumsi yang mirip dengan
asumsi-asumsi yang mendasari teori dialektika relasional
termasuk:
TEORI CPM SEMUA TEORI DILEKTIKA
Pilihan
manusia
Hidup berhubungan yang diatur oleh perubahan
53 Richard West and Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Humaika,2013), hal 254
44
Aturan yang
dibuat oleh
manusia
Kontradiksi sebagai
hidup berhubungan
fakta fundamental dalam
Pertimbangan
sosial
Mempertimbangkan segala kondisi dan keadaan di
dalam lingkungan
4. Hidup berhubungan dicirikan oleh perubahan.
5. Kontradiksi adalah fakta mendasar pada
hidup berhubungan.
Asumsi-asumsi ini, secara keseluruhan mewakili sebuah
persepsi aktif mengenai manusia dan merupakan sebuah
penggambaran akan manusia yang terlibat di dalam hidup
berhubungan sampai pada batas di mana diri dan orang lain saling
terkait.
Ide akan adanya keterkaitan ini sangat penting bagi CPM.
Diri sendiri dan orang lain tidak hanya terlibat di dalam
hubungan, tetapi pembukaan juga terkait dengan konsep privasi.
Sebagaimana hasil pengamatan Petronio, privasi hanya dipahami
dalam ketegangan dialektis dengan pembukaan. Jika kita
membukanya, maka kita tidak akan memiliki konsep privasi.
Sebaliknya, jika semua informasi bersifat pribadi, ide mengenai
pembukaan tidak akan masuk akal. Hanya dengan memasangkan
keduanya maka kedua konsep ini dapat didefinisikan.54
Teori Manajemen privasi komunikasi (CPM) tertarik
untuk menjelaskan proses-proses negosiasi orang seputar
54 Richard West and Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Humaika,2013), hal 255
45
pembukaan informasi privat. Petronio menyatakan bahwa yang
mendefinisikan informasi privat sebagai informasi mengenai hal-
hal yang sangat berarti bagi mereka. Oleh karena itu, proses
mengkomunikasikan informasi privat dalam hubungan dengan
orang lain menjadi pembukaan diri (private disclosure). CPM
berfokus pada pembukaan pribadi dari pada pembukaan diri.
Pembukaan pribadi memberikan penekanan lebih pada isi
personal dari pembukaan itu sendiri risiko dengan literature
tradisional mengenai pembukaan diri. CPM mempelajari
bagaimana orang melakukan pembukaan melalui sistem yang
didasarkan pada aturan. Dan CPM tidak melihat bahwa
pembukaan hanyalah berkaitan dengan diri. Teori ini tidak
membatasi proses ini hanya kepada diri, tetapi memperluas
mencakup banyak level pembukaan termasuk kelompok dan
organisasi. Untuk mencapai tujuan ini, teori CPM mengajukan
lima asumsi dasar: informasi privat, batasan privat, kontrol dan
kepemilikan, sistem manajemen berdasarkan aturan, dan
dialektika manajemen. Dibawah ini sekilas asumsi dasar CPM
diadaptasi dari Petronio, 200255
● Informasi Privat
Asumsi yang pertama, informasi privat merujuk
pada cara tradisional untuk berpikir mengenai
pembukaan. Ini merupakan informasi mengenai hal-hal
yang sangat berarti bagi seseorang yang sifatnya privat.
Isi dari pembukaan memungkinkan kita untuk
55 Petronio, Sandra, 2002, Boundries Of Privacy: Dialectic of Dislosure,
New York: New York University Press, h.56
46
menguraikan konsep-konsep mengenai privasi dan
keintiman dan mempelajari bagaimana mereka saling
berhubungan. Keintiman adalah perasaan atau keadaan
seseorang secara mendalam dalam caracara fisik,
psikologi, emosional, dan prilaku karena orang ini penting
dalam kehidupan seseorang. Keintiman adalah keadaan
merasa mengetahui seseorang secara mendalam dalam
segala hal karena orang ini penting didalam kehidupan
seseorang. Pembukaan pribadi sebaliknya tertarik dengan
proses bercerita dan merefleksikan isi dari informasi
privat mengenai orang lain dan kita.56
● Batasan Privat
Asumsi yang kedua adalah batasan privat (private
boundaries). CPM bergantung pada metafora batasan
untuk untuk menjelaskan bahwa terdapat garis antara
bersikap publik dan bersikap privat. Pada satu sisi batasan
ini, orang menyimpan informasi privat untuk dirinya
sendiri dan pada sisi yang lain orang membuka beberapa
informasi privat kepada orang lain dalam relasi social
dengan mereka. Ketika informasi privat dibagikan batasan
disekelilingknya disebut batasan kolektif (collective
boundary), dan informasi itu tidak hanya mengenai diri,
informasi ini menjadi milik hubungan yang ada.
Ketika informasi tetap disimpan oleh seorang
individu dan tidak dibuka, maka batasnya disebut dengan
56 Richard West and Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Humaika,2013), hal 255
47
batasan personal (personal boundary). Batasan juga dapat
bervariasi. Batasan tersebut dapat relatif mudah ditembus
atau relatif kaku dan sulit ditembus. Batasan juga dapat
berubah berkaitan dengan isu masa hidup.
Anak-anak memiliki batasan yang relatif kecil.
Batasan ini terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
anak menjadi remaja dan dewasa, menumbuhkan rasa
privasi yang lebih besar. Ketika orang memasuki usia tua,
batasan-batasan mereka mulai mengerut. Sebagaimana
ditemukan oleh Petronio dan Kovach (1997), isu-isu
perawatan bagi orang lanjut usia seperti kebutuhan untuk
dimandikan oleh orang lain, atau mengatur keuangan
mereka menyebabkan batasan bagi orang lanjut usia
menjadi kabur.
● Control dan Kepemilikan
Asumsi yang ketiga berkaitan dengan kontrol dan
kepemilikan. Asumsi ini bergantung pada ide bahwa
orang merasa mereka memiliki informasi privat mengenai
diri mereka sendiri. Sebagai pemilik informasi ini, mereka
percaya bahwa mereka harus ada dalam posisi untuk
mengontrol siapa saja (jika memang ada) yang boleh
mengakses informasi ini. Penelitian john Caughlin dan
Tamara Afifi (2004) membahas masalah kepemilikan.
Mereka menemukan bahwa menghindari pembukaan atau
mempertahankan kepemilikan.
Mereka menemukan bahwa menghindari
pembukaan dan mempertahankan kepemilikan privat atas
48
suatu informasi terkadang berguna bagi hubungan antara
orang tua dan anak mereka yang tengah kuliah, dan juga
antara pacar. Secara khusus, ketika pra-partisipan dalam
penelitian ini risiko bahwa menghindari suatu topic
dimotivasi oleh keinginan untuk melindungi hubungan
mereka, mereka cenderung lebih senang untuk
menghindarinya. Akan tetapi di pihak lain jika para
partisipan merasa bahwa penghindaran itu dimotivasi oleh
ketidakkompetenan orang satunya, mereka merasa sangat
tidak puas. Secara keseluruhan, Caughin dan Afifi
menyimpulkan bahwa sangat mngkin untuk sangat
terbuka di dalam sebuah hubungan dan bahwa batasan-
batasan yang lebih ketat dan dapat berguna di dalam
situasi-situasi tertentu.57
● System Manajemen Berdasarkan Aturan
Asumsi yang keempat dari teori CPM adalah
sistem manajemen berdasarkan. System ini adalah
kerangka untuk memahami keputusan yang dibuat orang
mengenai informasi privat. System manajemen
berdasarkan aturan memungkinkan pengolahan pada level
individual dan kolektif serta merupakan pengaturan rumit
yang terdiri dari tiga proses: karakterisitik aturan privasi,
koordinasi batasan, dan turbulensi Batasan.
● Dialetika Manajemen
Asumsi ini berfokus pada ketegangan-ketegangan
57 Richard West and Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Humaika,2013), hal 254
49
antara keinginan untuk mengungkapkan informasi privat
dan keinginan untuk menutupinya. Petronio menyatakan
bahwa “penelitian ini didasarkan pada kesatuan
dialektika” yang merujuk pada ketegangan-ketegangan
yang dialami oleh orang sebagai akibat dari oposisi dan
kontradiksi.
Lima asumsi ini membentuk jantung teori CPM.
Dalam bagian berikutnya, akan dijelaskan secara detail
asumsi ke empat, yaitu sistem manajemen aturan privasi
untuk menjelaskan teori ini lebih jauh lagi. Di bawah ini
batasan-batasan dan jangka kehidupan.58
3. Proses Manajemen Aturan Privasi
sistem manajemen berdasarkan aturan, bergantung
pada tiga proses manajemen aturan privasi: karakteristik
aturan privasi, koordinasi batasan, dan turbulensi batasan.
Teori ini menyatakan bahwa hal-hal ini mengatur proses
pengungkapan dan penutupan informasi privat.
● Karakteristik Aturan Privasi
Karakteristik aturan privasi adalah salah satu
proses di dalam sistem manajemen aturan privasi, yang
mendeskripsikan sifat dasar dari aturan privasi.
Karakteristik ini memiliki dua fitur utama yaitu
pengembangan aturan dan atribut. Pengembangan aturan
(rutedevelopment) dituntun oleh kriteria-kriteria
58 Richard West and Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Humaika,2013), hal 257
50
keputusan orang untuk mengungkapkan atau menutupi
informasi privat. Teori CPM menyatakan bahwa lima
kriteria keputusan digunakan untuk mengembangkan
aturan-aturan privasi: kriteria berdasarkan budaya, kriteria
berdasarkan gender, kriteria motivasional, kriteria
kontekstual, dan kriteria rasio risiko-keuntungan. Dalam
menjelaskan bagaimana ia mengembangkan dan
memperbaiki CPM, Sandra Petronio (2004) mengamati
bahwa sangat penting untuk menjelaskan bagaimana
aturan privasi dibangun dengan mengemukakan lima
kriteria ini.
Kriteria berdasarkan budaya tergantung pada
norma untuk privasi dan keterbukaan di dalam sebuah
budaya. Individu- individu dituntun dalam harapan
mereka akan privasi dengan adanya nilai-nilai yang
mereka pelajari dalam budaya mereka. Kriteria
berdasarkan gender merujuk pada perbedaan-perbedaan
yang mungkin muncul antara pria dan wanita dalam
menarik batasan privasi mereka.59
Kriteria yang ketiga adalah mengenai motivasi.
Orang yang membuat keputusan untuk membuka sesuatu
berdasarkan motivasi mereka. Beberapa orang mungkin
akan memiliki motif-motif seperti kontrol, manipulasi,
dan kekuasaan untuk membuka atau menutupi informasi
privat. Kriteria kontekstual memiliki pengaruh terhadap
59 Richard West and Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Humaika,2013), hal 257
51
keputusan yang dibuat orang mengenai privasi. Elemen
yang menyusun sebuah konteks yaitu lingkungan sosial
dan latar belakang fisik.
Lingkungan sosial adalah keadaan-keadaan khusus
yang mungkin akan mendorong terjadinya pembukaan
atau keputusan untuk tidak membuka sesuatu. Yang
terakhir, aturan-aturan dikembangkan berdasarkan pada
kriteria rasi risiko keuntungan. Maksudnya adalah bahwa
orang mengevaluasi risiko dibandingkan keuntungan dari
pembukaan atau penutupan suatu informasi.
Kelima kriteria keputusan ini membantu
menjelaskan proses dari pengembangan aturan, yang
merupakan salah satu elemen dari karakteristik aturan
privasi. Aspek yang kedua dari karakteristik aturan privasi
adalah atribut aturan privasi.
● Koordinasi Batasan
Proses yang kedua yang terdapat dalam sistem
manajemen berdasarkan aturan adalah koordinasi batasan
(boundary coordination), yang merujuk pada bagaimana
kita mengelola informasi yang dimiliki bersama. Pertalian
batasan (boundary linkage) merujuk pada hubungan yang
membentuk aliansi batasan antar individu. Kepemilikan
batasan (boundary ownership) merujuk pada hak-hak dan
keistimewaan yang diberikan kepada pemilik pendamping
(co-owner) dari sebuah informasi privat.
Terakhir koordinasi batasan dicapai melalui
permeabilitas batasan (boundary permeability) yang
52
merujuk pada seberapa banyak informasi dapat melalui
batasan yang ada. Ketika akses terhadap suatu informasi
privat ditutup, batasannya disebut sebagai batasan tebal
(batasan tertutup yang memungkinkan sedikit atau tidak
ada informasi yang dapat lewat, sedangkan ketika
aksesnya terbuka, batasannya disebut sebagai batasan tipis
(batasan terbuka yang memungkinkan semua informasi
lewat).60
● Turbulensi Batasan
Turbulensi batasan (boundary turbulence) muncul
ketika aturan-aturan koordinasi batasan tidak jelas atau
ketika harapan orang untuk manajemen privasi berkonflik
antara satu dengan yang lainnya. Kasus yang mungkin
dalam turbulensi batasan adalah bocornya suatu rahasia
seseorang atau organisasi ke pihak atau orang lain.
Teori ini memiliki banyak kegunaan. Teori ini
menawarkan penjelasan untuk proses koordinasi
pembukaan dan penutupan yang dilakukan orang secara
terus menerus dalam hubungan mereka dengan orang lain.
Selain itu, CPM dapat memberikan masukan pada saat
proses koordinasi itu menjadi semakin rumit. CPM
dibutuhkan untuk menjelaskan berbagai gangguan yang
kita temui sehari-hari akibat kemajuan teknologi. Saat
teknologi memindahkan makin banyak hal yang kita
anggap privat ke wilayah publik, kita akan perlu untuk
60 Petronio, Sandra, 2002, Boundries Of Privacy: Dialectic of Dislosure,
New York: New York University Press, h.3
53
memahami sistem manajemen berdasarkan aturan yang
mendasari tren ini.
Sifat dasar manusia adalah membutuhkan dukungan dan
persahabatan dari orang lain dalam memenuhi kehidupannya.
Kerjasama sesama manusia sangat diperlukan dalam membangun
proses keberlangsungan hidup. Menurut pakar Ethologis, Konrad
Lorenz (1965) dalam (burhan,2004) menunjukkan bahwa, pada
zaman primitif manusia dilengkapi dengan kulit tebal, taring yang
kuat, cakar atau senjata alam lainnya. Manusia primitif harus
belajar kerjasama dalam rangka untuk melindungi spesiesnya dari
spesies lain yang lebih kuat dan sukses dalam berburu hewan
besar, kelangsungan hidupnya tergantung pada hasil alam dan
berburu. Manusia modern telah bergerak jauh dari stasus sosial
pemburu dan pengumpul. Saat ini, kebutuhan dasar manusia
adalah berinteraksi sosial dan mempunyai hubungan yang positif
dengan orang lain. Sebelum membahas lebih jauh, alangkah
baiknya mendefinisikan arti interaksi sosial itu sendiri.61
Menurut Murdiyatmoko Dan Handayani (2004), Interaksi
sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu
proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan
tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur
sosial. Selain itu menurut Maryati dan Suryawati (2003)
menyatakan bahwa interaksi sosial adalah kontak atau hubungan
61 Richard West and Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Humaika,2013), hal 205.
54
timbal balik atau interstimulus dan respon antar individu, antar
kelompok atau antar individu dan kelompok.62
Hidup dalam kelompok adalah sebuah adaptasi yang
memberikan perlindungan, kerjasama, persaingan dan
komunikasi untuk meningkatkan peluang untuk bertahan hidup.
Salah satu yang mendasari terjalinnya suatu komunikasi untuk
meningkatkan peluang untuk bertahan hidup adalah informasi.
Seperti yang sudah dijelaskan Daniel Bell, saat ini masyarakat
telah mengalami perubahan yang dulu masyarakat disebut dengan
masyarakat agraris menjadi postindustrial, dimana masyarakat
yang mulai menyadari bahwa teknologi informasi sangat penting.
Akibat dari perkembangan teknologi informasi yang semakin
canggih telah melahirkan hal-hal yang berbau virtual, misalnya
kebudayaan virtual dan komunitas virtual.63
Media sosial tumbuh melalui suatu teknologi yang disebut
web 2.0. Jika ada versi 2.0, tentu saja ada versi pendahulunya 1.0
dan versi berikutnya, 3.0 dan seterusnya. Secara ringkas, web
generasi 1.0 atau yang disebut web saja, adalah suatu platform di
mana penyediaan informasi masih berpusat pada si pemilik
konten atau pengelola platform. Ada yang menyediakan, ada
yang mengonsumsi. Era ini berkembang selama kurang lebih satu
dekade dimulai dari tahun 1900-an hingga tahun 2000-an.
Sementara web 2.0 diperkenalkan pada tahun 1999 adalah
platform yang berbasis partisipasi dan mengandalkan kontribus
62 Joseph A. DeVito. Interpersonal Communication 11th ed. (Boston:
Pearson). 2007, hal 120-121. 63 Joseph A. DeVito. Interpersonal Communication 11th ed. (Boston:
Pearson). 2007, hal 120.
55
dari penggunanya melalui pola produksi dan distribusi yang
bersifat asimetris dan eksponensial. Artinya, pengelola atau
pemilik web, cukup menyediakan suatu saluran di mana
pengguna dapat berkontribusi dalam proses produksi kontennya,
sekaligus dapat mendistribusikannya. Di sebut asimetris karena
pola distribusi tidak bersifat linier tetapi menyebar. Disebut
eksponensial karena distribusi berkembang mengikuti
perhitungan matematika berpangkat.
Platform web 2.0 inilah yang kemudian melahirkan apa
yang disebut Socil Network sites (SNS) atau situs berjejaring
sosial. SNS memungkinkan individu untuk : Menciptakan suatu
profil bagi dirinya sendiri yang dapat diatur secara publik, semi –
publik, atau privat di dalam platform sns Mengekspresikan dan
mengartikulasikan pikiram, pengalaman, gagasan, pendapat, dan
mengatur siapa saja daftar pengguna lain di dalam platform yang
dapat berkomentar atau merespons apa yang mereka ekspresikan
tersebut. Melihat, menanggapi, meneruskan, termasuk untuk
membatasi dan menutup interaksi dengan pengguna lain yang
tidak mereka inginkan.
SNS pada umumnya menyediakan 9 (sembilan) fasilitas
fitur sebagai berikut: Social networking, microblogging,
blogging, RSS feeds, widgets, linking dan posting, content rating,
bookmarking, dan audio postcasting. Dengan fasilitas atau fitur-
fitur yang tersedia dalam SNS, pola komunikasi antarmanusia
56
berubah secara total menjadi apa yang disebut computer mediated
communication (CMC).64
Computer Mediated Communication merupakan
perkembangan komunikasi yang menarik. Penggunaan komputer
yang berubah menjadi sebuah kebutuhan bagi proses komunikasi
saat ini membuat keberadaannya sangat menentukan bagaimana
proses yang terjadi. Adanya komputer sebagai media komunikasi
merupakan alat untuk mempermudah proses pertukaran pesan
secara cepat.
“CMC adalah suatu proses komunikasi atau pertukaran
informasi yang dilakukan melalui medium, dalam hal ini
komputer. Dalam prakteknya, CMC biasanya dikaitkan dengan
komunikasi manusia pada, melalui, atau menggunakan internet
dan web.”65
Kapasitas atau porsi seseorang untuk melakukan adaptasi
lingkungan dalam CMC lebih rendah dibandingkan pada
komunikasi langsung. Dalam komunikasi face to face, nada
bicara, gesture, ekspresi menjadi hal yang sangat berpengaruh,
tetapi dalam CMC, keseluruhan kondisi tersebut dapat diperbaiki
dan diterima sesuai dengan ekspektasi komunikan. Seseorang
tidak perlu memahami kondisi lingkungan sekitar untuk dapat
memahami komunikannya. Pemahamannya akan lebih kecil
dibandingkan dengan komunikasi langsung.
64 Nicole B. Ellison, Cliff lampe, Charles Steinfield & Jesicca Vitak. With
a Little Help from My Friends: How Social Network sites Affect Social Capital
Processe dalam A Networked Self. (New York: Routledge) 2011, hal 125. 65 Dijk, van. T.A (2000a), 18 Critical discourse analysis. Diakses di
http://www.hum.uva.nl/teun/cda.htm
57
Dibandingkan dengan komunikasi face to face,
komunikasi menggunakan media akan memiliki kelebihannya
masing- masing. Seperti dalam CMC, komunikasi kinetik sangat
terbatas. Bahasa dan tanda yang datang melalui sebuah layar akan
berbeda dibandingkan dengan bahasa dan tanda yang secara
langsung kita simak.
“Interaksi melalui CMC meminimalisasikan bahkan
menghilangkan konteks yang bersifat „frame‟, yang dapat
menggambarkan bagaimana sosok atau penampilan, perilaku
yang dapat mengkontekstualisasikan produksi budaya dari
remaja yang sedang berinteraksi.”66
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa komunikasi yang
terjalin melalui komputer ini memudarkan berbagai stereotype
yang biasanya mempengaruhi interaksi tersebut. Berbeda ketika
melakukan komunikasi langsung. Seseorang dituntut untuk dapat
menerima latar belakang apapun yang menjadi identitas bagi
komunikasinya. Terdapat empat aspek yang merupakan ciri
utama dari computer mediated communication, 67yaitu:
● Partner komunikasi tidak harus berada di satu tempat
yang sama.
● Tidak harus berkomunikasi dalam waktu yang
bersamaan.
● Komputer atau media dapat menjadi pengganti
manusia sebagai partner komunikasi, baik hanya
sebagian atau keseluruhan.
66 Dijk, van. T.A (2000a), 18 Critical discourse analysis. Diakses di
http://www.hum.uva.nl/teun/cda.htm 67 Dijk, van. T.A (2000a), 18 Critical discourse analysis. Diakses di
http://www.hum.uva.nl/teun/cda.htm
58
● Proses mental selama berkomunikasi dapat
tergantikan oleh alat proses informasi.
Kemudahan proses komunikasi tersebut membuat khalayak
melupakan kelemahan atau dampak negatif yang akan
ditimbulkan oleh komunikasi menggunakan media ini.
Penggunaan media ini memunculnya adanya media komunikasi
2.0 yang mempermudah jalannya proses komunikasi jarak jauh
yang sering dilakukan. Media ini dikenal dengan nama internet.
Internet menjadi media baru yang memiliki dampak
signifikan bagi kehidupan manusia. Internet muncul seiring
dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Adanya media
baru ini difungsikan sebagai alat untuk mempermudah segala
bentuk kegiatan manusia, khususnya dalam berkomunikasi.
Kemunculannya menambah daftar perkembangan teknologi
komunikasi yang telah berubah dari masa ke masa.
Internet merupakan media konvergensi, yang
mengumpulkan berbagai model media lama ke dalam
satu platform. Media konvensional kemudian diperbaharui agar
sesuai dengan konteks dari media baru. Terdapat beberapa media
konvensional yang terbarukan dengan adanya internet, contohnya
adalah televisi dan radio digital. Penggunaan kedua media lama
ini diakses melalui internet, sehingga keduanya dapat tertampung
pada satu media bernama internet.
Media ini dianggap sebagai media yang informatif dalam
menyampaikan berbagai pesan komunikasi dalam berbagai
bentuk, mulai dari gambar, teks, suara, hingga video. Kemudahan
yang diberikan media baru sangat menjanjikan bagi khalayak
59
sehingga sulit untuk memberikan alasan untuk tidak menerima
keberadaan media baru ini.
Internet sebagai media baru menurut Lister et al, memiliki
6 karakteristik, yaitu digital, interactive, hypertextual, virtual,
networked, dan stimulated (Giddings dalam Astuti, 2011: 218).
Keenam karakteristik tersebut tidak dimiliki oleh media lama
secara keseluruhan. Karakteristik tersebut menjadikan media baru
lebih unggul dibandingkan dengan media- media sebelumnya.
Media baru sebagai media komunikasi interpersonal
merupakan media yang lebih interaktif, karena komunikator dan
komunikan dapat memberikan feedback dengan cepat. Media
baru memiliki sifat melewati batas ruang dan waktu, yang artinya
media tersebut dapat di akses kapanpun, siapapun, dan
dimanapun.
“…..Pierre Levy memandang World Wide Web sebagai
sebuah lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel, dan
dinamis, yang memungkinkan manusia mengembangkan orientasi
pengetahuan yang baru dan juga terlibat dalam dunia demokratis
tentang pembagian mutual dan pemberian kuasa yang lebih
interaktif dan berdasarkan pada masyarakat.” (Littlejohn, 2009:
413).
Dengan pemahaman tersebut, tersirat bahwa media
baru (world wide web) merupakan media yang memiliki
pengaruh positif bagi kehidupan manusia. Dunia maya
memberikan tempat bagi manusia untuk bertukar pesan dan
menjadi media public spaces. Perkembangan teknologi
komunikasi tidak hanya berhenti dengan munculnya media baru.
60
Media ini pun terus mengalami perkembangan hingga hadirlah
situs khusus yang dibuat sebagai penghubung antar manusia
tanpa mengenal jarak dan waktu, yaitu jejaring sosial.
Jejaring sosial merupakan situs yang dibuat untuk
memudahkan khalayak dalam melakukan komunikasi jarak jauh
secara cepat dan mudah. Terdapat banyak model jejaring sosial
yang memiliki ciri khas khusus di dalamnya, seperti Friendster,
Facebook, Twitter, MySpace, LinkedIn, dan lain-lain.
Penggunaan jejaring sosial sebagai media komunikasi
sepertinya menjadi hal yang tidak dapat dihindari, khususnya
bagi kaum muda. Situs ini menjadi public space yang efektif,
yang dapat menyatukan berbagai perbedaan yang ada di dunia,
seperti berbeda ras, suku, agama, dan sebagainya. Dalam jejaring
sosial, setiap orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan
apapun yang mereka inginkan, sehingga khalayak menyukai
platform ini.
Dalam era teknologi informasi hari ini, mode komunikasi
yang kita jalani telah diperantarai Internet dan telah bergerak
secara cepat menuju apa yang disebut dengan computer-mediated
communication (CMC) atau komunikasi yang dimediasi oleh
komputer. Dalam konteks ini, computer- mediated
communication (CMC) dipandang sebagai integrasi teknologi
komputer dengan kehidupan kita sehari-hari.
61
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Facebook di Indonesia
Facebook sebagai situs jejaring sosial yang dibentuk tahun
2004. Situs pertemanan ini berguna sebagai alat sosial untuk
membantu orang-orang berkomunikasi lebih efisien dengan
teman, keluarga atau rekan kerja. Sejauh ini, Facebook
mengembangkan teknologi-teknologi untuk berbagi informasi
lewat grafik-grafik sosial, yaitu pemetaan digital berupa
hubungan sosial orang-orang di dunia nyata. Semua orang
dapat bergabung di Facebook dan berinteraksi dengan orang –
orang yang mereka kenal.68
Facebook yang selama ini kita kenal terdiri dari fitur inti
dan aplikasi inti. Fitur inti di Facebook adalah halaman awal
atau Home dan Profile. Pada halaman awal, kita dapat melihat
News Feed, yaitu deretan berita terbaru teman-teman di
Facebook kita. News Feed ini bisa disortir sendiri oleh
pengguna Facebook berdasarkan Top News yang berdasarkan
dari aplikasi inti. Kategori Top News antara lain berisi:
1. Most recent news yang mencakup semua berita
terbaru dari teman-teman kita dari keseluruhan
aplikasi inti.
2. Games yang menampilkan orang-orang yang
68 http;//www.facebook.com/press/info.php?factsheet, diakses 3
juni 2020.
62
memposting permainan virtual yang sedang
mereka mainkan.
3. Status update yang berisi tulisan singkat tentang
apa yang sedang orang-orang kerjakan/pikirkan.
4. Photo, postingan foto-foto yang baru diupload
5. Link
6. Pages
Profile sendiri merupakan tempat dimana kita bisa
menampilkan informasi tentang diri. Sedangkan aplikasi inti
berupa Photos, Events, Video, Group, dan Pages. Sebagai
tambahan, pengguna Facebook juga dapat berkomunikasi
dengan sesama teman melalui aplikasi Chat, Personal
Massage, Wall posts, atau Status Update. Aplikasi utama ini
mempermudah orang-orang berhubungan dan berbagi
informasi dengan bermacam-macam cara yang berbeda.
Melalui Facebook pula, semua setiap hari orang
mengungkapkan perasaannya kepada teman-teman mereka
melalui Status Update. Status Update ini merupakan satu dari
sekian banyak cara untuk mengetahui apa yang sedang orang
lakukan. Mereka dapat menjelaskan secara deskriptif, singkat,
dan langsung pada intinya tentang apa yang sedang terjadi saat
ini, hari ini atau pada minggu ini.
Jika semua status update ini dikumpulkan, maka akan
menunjukkan perasaan yang secara kolektif. Pelabelan Status
Update mengindikasi bahwa orang-orang harus memberikan
kabar terbaru atau meng-update kepada teman-teman mereka
melalui status. Dengan kata lain, Status Update merupakan
63
deskripsi diri berbasis teks, dibentuk secara optimal untuk
memperoleh update tentang diri, yang kebanyakan berisi
ungkapan emosi atau sikap.69
Terhitung lebih dari 200 juta orang mengakses
Facebook70 di seluruh dunia dan para Facebookers secara rutin
mengupdate status mereka, berinteraksi dengan teman-teman,
berinteraksi dengan merk produk, saling menyebarkan
informasi berharga agar tiap orang semakin mengenal orang
lain. Dibalik kesuksesan media sosial Facebook, ada runutan
sejarah yang membuat Facebook menjadi salah satu media
sosial terlaris di dunia.
69 Adam D.I. Kramer. Journal Online the 28th International Conference on
Human Factors in Computing Systems: An Unobtrusive Behavioral Model of
“Gross National Happiness. (USA: University of Oregon). 2010. Hal. 287-
290. 70 https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2020/
Gambar 1 Tampilan Facebook
Gambar 1. Gambaran Facebook
64
Pada dasarnya, memang banyak platform serupa
Facebook yang muncul dan hilang seiring berjalannya waktu
dan kemajuan teknologi. Namun, salah satu media sosial yang
diterima untuk pertama kalinya adalah berupa sistem buletin
board yang populer di tahun 1970-an hingga 1980-an. Di
Indonesia sendiri, internet bukan lagi barang mewah. Hingga
tahun 2011, pertumbuhan konsumsi internet terus naik.
Menariknya, peningkatan tersebut banyak dikontribusikan oleh
pemakaian smart mobile. Menurut riset yang dilakukan
Yahoo!, sementara internet di Warnet (warung internet) terus
menurun, penggunaan internet melalui ponsel meningkat. Hal
ini disebabkan semakin murahnya harga ponsel. Aktivitas yang
dilakukan masyarakat saat mengakses internet tidak lain adalah
browsing SNS.
Akses ke SNS seperti facebook di Indonesia meningkat
setiap tahunnya dan saat ini menjadi aktivitas yang paling
banyak dilakukan dibanding mengunjungi portal atau
mengakses surat elektronik. Oleh karena itu, banyak artis,
tokoh politik hingga merk produk memasukkan kampanye di
SNS dalam program mereka. Jika dahulu kampanye hanya
terbatas pada pembuatan dan pengelolaan situs resmi, sekarang
akun Facebook pun mejadi media yang harus dimaksimalkan.71
Kebiasaan mengakses internet melalui ponsel juga mulai
diperhitungkan oleh masyarakat luas.
71 A Short History of Social Media (1978-2011) diakses melalui http://
www.mediabistro.com/alltwitter/history-social-media.
65
Jika dahulu orang-orang butuh koneksi tinggu untuk
mengakses informasi via internet, sekarang masyarakat lebih
banyak mengoptimalkan SNS agar informasi yang ingin
mereka sebar cepat ditangkap oleh publik.
Selain harga ponsel yang murah, masyarakat Indonesia
cenderung lebih suka menggunakan smart phone untuk
menemani perjalanan mereka selama satu hari. Jumlah pengguna
internet di seluruh dunia sekarang 400 juta lebih tinggi daripada
saat ini tahun lalu, mewakili pertumbuhan tahunan 10 persen72.
Namun, angka-angka ini telah secara signifikan dipengaruhi
oleh data baru yang diterbitkan oleh ITU, dan hasil ari penelitian
We Are Social adalah bahwa sebagian besar 'pertumbuhan'
kemungkinan karena pelaporan yang lebih akurat dan tepat
72 Hobi Orang Indonesia: Bermedia Sosial Lewat Smart Phone diakses
melalui http://salingsilang.com/baca/mengakses-internet-lewat-smart-
mobile- draft.
Gambar 2 : data dari we are social.com
Gambar 2 https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia
66
waktu, daripada karena peningkatan tiba-tiba dalam jumlah
pengguna internet selama tiga bulan terakhir.
Nomor pengguna media sosial naik lagi, jumlah pengguna
media sosial global telah melonjak kuartal ini juga, tetapi sekali
lagi ini terutama karena ketersediaan data baru, dan bukan karena
terburu-buru pengguna baru. Penggerak utama dalam
pertumbuhan kuartal ini berasal dari India, di mana WhatsApp
baru-baru ini mengungkapkan bahwa mereka telah melampaui
400 juta tanda pengguna aktif. Untuk konteks, itu 100 juta
pengguna aktif lebih dari platform inti Facebook.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa hampir 30 persen
dari total populasi India sudah menggunakan WhatsApp setiap
bulan. Terlebih lagi, dengan jumlah pelanggan internet seluler di
India tumbuh pada tingkat lebih dari 250.000 setiap hari, masih
ada lebih banyak peluang untuk pertumbuhan media sosial di
India.
Gambar 3 data dari we are social.com Gambar 3 https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia
67
Platform lain milik Facebook Inc. dan Tencent juga
berkontribusi terhadap pertumbuhan keseluruhan dalam jumlah
pengguna media sosial, tetapi ada beberapa tren menarik yang
muncul di tingkat platform individu. Pertumbuhan pemirsa
iklan Facebook melambat, Produk inti Facebook melihat
pertumbuhan yang lebih lambat secara signifikan dalam jumlah
pemirsa iklannya selama tiga bulan terakhir, dengan platform
ini menambahkan hanya 8 juta pengguna baru antara Juli dan
September 2019. Dengan hanya 0,4 persen, tingkat
pertumbuhan kuartalan ini secara signifikan lebih rendah
daripada 3 persen pertumbuhan jumlah pemirsa iklan yang
disampaikan platform pada kuartal kedua tahun ini.
Sementara itu, masing-masing tokoh negara
menceritakan kisah yang lebih menarik. Alat iklan Facebook
sendiri menunjukkan bahwa pengiklan dapat menjangkau lebih
sedikit orang di Amerika Serikat dan Indonesia saat ini
dibandingkan dengan saat ini tiga bulan lalu, menunjukkan
bahwa pemirsa iklan di dua pasar terbesar platform sebenarnya
dapat menyusut. Dari kenyataan bahwa Facebook tampaknya
masih memiliki pemirsa remaja terbesar dari semua platform
media sosial di dunia, angka terbaru perusahaan menunjukkan
bahwa pemirsa iklan kaum muda juga menyusut. Alat iklan
Facebook menunjukkan bahwa pengiklan sekarang dapat
mencapai 2,6 persen lebih sedikit pengguna berusia 13 hingga
17 tahun dibandingkan dengan kuartal kedua tahun 2019, dan 2
68
persen lebih sedikit pengguna berusia 18 hingga 24 tahun.73
B. Latar Belakang Ustadzah Pendiri Majelis taklim di
Jakarta Utara
Sejarah awal mendirikan Pengkajian dan Pengembangan
Islam Jakarta, lokasi tempat tinggal memiliki cerita masa lalu
yang kelam. Puluhan tahun lalu, kawasan tersebut merupakan
lokalisasi Kramat Tunggak yang disebut sebagai lokalisasi
terbesar di Asia Tenggara pada era 1970-1999. Lokalisasi Kramat
Tunggak awalnya merupakan Lokasi Rehabilitasi Sosial (Lokres)
Kramat Tunggak yang diresmikan Gubernur DKI Jakarta kala itu,
Ali Sadikin. Awalnya, lokres itu dibangun untuk membina
pekerja seks di Jakarta yang kebanyakan berasal dari Pasar
Senen, Kramat, dan Pejompongan. Alih-alih jadi tempat
pembinaan, lokasi berkumpulnya para pekerja seks di sana malah
menjadi lahan basah bagi sejumlah muncikari untuk membujuk
para pekerja seks kembali bekerja sebagai wanita penghibur.
Pada tahun 1990-an, tercatat lokalisasi Kramat Tunggak
dihuni oleh lebih dari 2.000 pekerja seks dengan pengawasan 258
muncikari dan 700 orang pembantu pengasuh, 800 pedagang
asongan, dan 155 orang tukang ojek. Keberadaan tempat itu tentu
saja membuat gerah masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Mereka pun mendesak agar lokalisasi Kramat Tunggak ditutup.
Menanggapi desakan itu, Gubernur DKI Jakarta kala itu,
73 https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2020/
69
Sutiyoso, memutar otak, melakukan pendekatan dengan
membentuk sebuah tim yang bertugas membuat rekayasa sosial.74
Melihat kondisi lingkungannya yang masih terbawa arus,
Mardiah mendirikan sebuah majelis taklim di rumahnya. Seperti
yang kita ketahui Majelis taklim adalah salah satu lembaga
pendidikan keagamaan nonformal yang bertujuan meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Proses
pembelajaran di dalamnya mengarah kepada pembentukan akhlak
mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam
semesta. Majelis taklim merupakan tempat pangajaran atau
pendidikan agama Islam yang paling fleksibel dan tidak terikat
oleh waktu. Sifatnya terbuka. Usia berapa pun, profesi apa pun,
suku apa pun, dapat bergabung di dalamnya. Waktu
penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore, atau
malam. Lokasi taklim pun bisa dilakukan di dalam maupun di
luar ruangan.75
74 https://megapolitan.kompas.com/read/2021/05/07/11122931/sejarah-
jakarta-islamic-centre-eks-kramat-tunggak-lokalisasi-terbesar-di?page=all di
akses 13 juni 2021 75 https://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Taklim diakses 13 juni 2021
Gambar 4 : Profil picture Ibu siti mardiah
70
Siti Mardiah adalah pendiri majelis taklim di daerah
Tanjung priuk. Beliau sering memberikan pengajian ilmu
akhlak dan fiqih kehidupan sehari-harinya. Beliau juga aktif
dalam menjalankan acara yang berhubungan dengan agama.
Maka dari itu dia sering meng-update status di Facebook.
Kehidupan sehari-hari sebagai ustadzah, tidak heran banyak
ibu-ibu yang menjadi teman dan jamaah melihat aktivitas ibu
Siti Mardiah. Semua aktivitas yang di ceritakan tidak hanya
dakwah tapi seluruh aktivitas sehari-hari beliau yang menjadi
ibu rumah tangga juga.
Aktivitas Siti Mardiah di Facebook bukan hal yang
baru, semenjak kehadiran Facebook Mardiah termasuk aktif
dalam meng- update dan tidak kelewatan informasi yang
dishare bahkan berita tersebut dishare ulang kembali. Mardiah
juga menanggapi mengenai eksistensi perempuan yang selalu
narsis di Facebook dalam Agama.
Gambar 4 foto profil facebook ibu siti mardiah
71
”Di zaman yang sangat maju ini, tanpa keluar rumah pun
wanita bisa memperlihatkan dirinya kepada dunia.
Ingatlah, setan juga ada di setiap gambar diri yang
bertebaran di media sosial. Wahai kaum hawa, bantulah
kaum Adam untuk menundukkan pandangannya,
bantulah mereka untuk tidak melihat apa yang tidak
seharusnya mereka lihat.”76
Mardiah juga membahas mengenai bagaimana
perempuan yang lebih eksis di media sosial. Hendaknya kita
berhati-hati meng-share foto atau video kita, keluarga kita atau
anak kita di sosial media, karena penyakit ‘ain bisa terjadi
melalui foto ataupun video. Meskipun tidak pasti setiap foto
yang di-share terkena ‘ain tetapi lebih baik kita berhati- hati,
karena sosial media akan dilihat oleh banyak orang.
Banyak hal yang bisa kita lihat di Facebook Siti Mardiah
mulai dari pengajian ibu-ibu, anak-anak, sampai kegiatan
sekolah sekolah dasar Mardiah share. Membahas penyakit ‘ain
yang dimaksud Siti Mardiah diatas adalah kegiatan meng-update
status tanpa kita pilah-pilih untuk dibagikan.
“Penyakit ‘ain sendiri itukan penyakit baik pada badan
maupun jiwa yang disebabkan oleh pandangan mata
seseorang yang dengki ataupun takjub/kagum, sehingga
dimanfaatkan oleh setan dan bisa menimbulkan bahaya
bagi orang yang terkena.”77
Maksud dari pernyataan Siti Mardiah bisa dikatakan
bahwa orang yang keseringan meng-update status Facebook dan
memperlihatkan kepada orang lain bisa dikatakan do’a baik dari
kolom komentar bisa do’a iri dan dnegki didalam hati nantinya.
76 Wawancara Peneliti dengan informan pada bulan Juni 2020 77 Wawancara Peneliti dengan informan pada bulan Juni 2020
72
Berikut adalah kegiatan mardiah sehari-hari sebagai
pendiri majelis taklim :
1. Guru Agama di Sekolah dasar mulai dari jam 07.00
sampai 12.00.
2. Pengajian ibu-ibu, Jamaah ibu-ibu rumah tangga usia
30-50 thn. Sebelum Pandemi ada sekitar 30 jamaah
yang setiap abis magrib dan isya belajar mengaji
bersama.
3. TPA anak-anak sekolah dasar dimulai dari jam 13.00
s/d 16.00 dengan 2 gelombang.
Sosok Ustadzah Siti Mardiah, wanita 40 tahun itu
merupakan pengajar sekaligus pendiri Majelis taklim wattadzkir
daarussalam Tanjung priok, Jakarta Utara. Selain anak-anaknya
sendiri yang telah berhasil bekerja di berbagai sektor strategis,
Usatdzah Siti Mardiah juga memiliki anak didik di rumah yang
ia dirikan.
Peran Ustadzah Siti Mardiah belum berhenti sampai di
situ. Ia juga memimpin pengajian ibu-ibu di sana. Dirinya
ditunjuk sebagai penceramah dalam berbagai acara. Di mata
rekan-rekannya, ia merupakan sosok yang santun dan
bersahabat.
Di usia senjanya, Ustadzah Siti Mardiah disibukkan
dengan urusan rumah tahfidz. Sejak pagi hingga petang, ia
selalu berada di rumah tahfidz untuk mengajar santri-santrinya.
Mengingat, kelas-kelas di sana terbagi menjadi beberapa sesi,
mulai dari pagi, siang, sore hingga malam.
73
Ustadzah Siti Mardiah bersyukur karena dapat berperan
dalam dakwah Al-Qur'an. Ia tidak sedikitpun mengeluh karena
kelelahan, karena motivasinya mengajarkan Al-Qur'an adalah
karena lillahi ta'ala. Banyak santrinya yang telah berprestasi di
bidang tahfidzul Qur'an. Kebanggan yang ia rasakan tak dapat
digambarkan. Sebab, anak-anak yang ia didik akhirnya berhasil
menghafal Al-Qur'an dan bahkan mendulang berbagai prestasi.
Itulah sedikit kisah tentang Ustadzah Siti Mardiah sosok
ibu sekaligus guru ngaji inspiratif yang jasanya sangat luar biasa.
Semoga, Allah memberikan kesehatan dan keberkahan bagi
Ustadzah Siti Mardiah dan seluruh keluarga besar wattadzkir
daarussalam.78
78 Wawancara Peneliti dengan informan pada bulan Juni 2020
74
Bab IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti akan menjabarkan hasil temuan
lapangan yaitu hasil pengumpulan status update dan wawancara
dengan seorang informan. Penelitian ini ingin menggambarkan
bagaimana keterbukaan seseorang, yaitu pengguna Facebook
yang rutin meng-update status berdasarkan kronologis
kehidupannya, yang akan mempengaruhi cara-cara orang tersebut
mengontrol keterbukaan perasaannya. Bab ini akan menjabarkan
keseluruhan temuan penelitian.
Penelitian naratif, peneliti memilih satu orang informan.
jumlah subyek penelitian naratif yang disarankan adalah satu atau
dua orang. Oleh karena itu peneliti memilih satu orang untuk
dijadikan informan. Dalam menggambarkan informan, peneliti
membagi cerita kehidupan dalam dua bagian, yaitu: (1)
berdasarkan cerita kehidupan informan yang didapat melalui
rangkaian status update informan di Facebook (online), dan (2)
berdasarkan rangkaian pengalaman hidup informan dalam
kehidupan sehari-hari (offline).
Sebelum menjelaskan status dalam bentuk naratif peneliti
membuat tabel notification bulan Maret 2020 – January 2021
mengenai kegiatan update status Facebook yang dilakukan Ibu
Siti Mardiah.
Bentuk postingan Pribadi Majelis taklim
Nulis status 15 20
Foto 25 40
75
Video 10 25
Sharing 38 29
Tabel 1. notification status yang update
Peneliti membagi membagi 4 bentuk postingan yang
dilakukan oleh Siti Mardiah berdasarkan pengamatan akun siti
mardiah di Facebook. Tulisan, Foto, Video dan Sharing konten
termasuk sering yang dilakukan dalam meng-update status di
Faceboook. Tulisan yang dibuat Siti Mardiah biasanya berurusan
dengan kehidupan rumah tangga atau sindiran. Lalu untuk foto
dikarenakan makin lama makin banyak jamaahnya siti mardiah
lebih suka meng-update dengan banyak foto yang dibagikan.
Dengan maksud kegiatan ini akan diingatkan kembali sama
Facebook.
Video yang dibagikan ada dua jenis yaitu video yang hasil
tangkapan kamera siti mardiah dan video yang tersimpan karena
live streaming yang dilakukan. Terakhir sharing, maksud sharing
di Facebook adalah membagikan konten yang menurut siti
mardiah dan jamaahnya bisa baca dia akan membagikan. Dan
peneliti membagikan random status yang di-update sama Siti
Mardiah :
1. Ustadzah sebagai Guru Sekolah Dasar Penggangsaan
02 Jakarta.
Semenjak pandemi covid 19, Mardiah harus
menjalankan sebagai wali kelas dan guru agama di
Sekolah Dasar Penggangsaan 02 Jakarta. Sebelum
pandemi mardiah jam 06.00 sudah bersiap-siap dianter
sang suami untuk berangkat mengajar. Namun karena
76
pandemi Mardiah jam 06.30 sudah siap menyalakan
laptop mengajar secara online bersama murid-muridnya.
Karena sistem online, belajar dari rumah tidak
luput Mardiah membagi kegiatan mengajar dan keadaan
anak-anak sekolah di rumah di Facebook. Foto yang
dishare ini bukan termasuk foto narsis yang ada di akun
Mardiah melainkan sebagai Laporan Pengajar yang
dilakukan pihak sekolah untuk memberitahu kalau sekolah
tersebut melaksanakan sekolah online.
Gambaran ini akan terus ada di setiap hari senin-jumat dari
jam 06.30 – 12.00. Karena harus melaporkan kegiatan mengajar
kelas kepada beberapa pihak terkait mulai dari wali murid,
komite sekolah, dan diknas. Berbicara kelas online yang terus
Gambar 5 status facebook mardiah pada
tanggal 22 juni Gambar 1 status Lpjj
77
mardiah update ada kesedihan yang dia cerita bagaimana sulitnya
mengajak anak belajar online.
“saya lebih baik belajar di kelas dibandingkan Online”.79
Ungkapan ini tidak dituliskan dalam caption yang
dilakukan setiap hari Mardiah sebagai keterbukaan emosi yang
dirasakan dalam mengajar kelas online. Mardiah hanya meng-
share foto yang ditandai bukan personal yang update dalam status
Facebook tersebut.
2. Status Facebook Ustadzah dan kegiatan lainnya
Selain menjadi Ibu Rumah Tangga, Mardiah aktif
menjadi MC untuk di berbagai kegiatan mulai dari
pernikahan, khitanan, tujuh bulanan, empat bulanan,
sampai acara agama lainnya.
Foto Status Like Dn
Komentar
Sukses acara
pernikhn ananda
Umay dan Arman
serta keluarga
besar bapak Odih
dan ibu Hj
Junayah
Selamat dan
sukses semoga
rumah tangganya
sakinah
mawaddah
warohmah
Untuk Umayati
Status ini
dilike
sebanyak
42 orang
dan
dikoment
ari 12
orang.
79 Wawancara Peneliti dengan informan pada bulan Juni 2020
78
dan Arman
Aamiin
Mencoba resep
baru, status ini
dishare oleh salah
satu akun masak-
masakan dan
dijadikan status
kembali sama
Mardiah.
Dilike 10
orang
dan
dikoment
ari 12
orang.
Rindu majelis
taklim, status
yang dibuat
Mardiah ini dibuat
ketika Masa
Pandemi dan
harus
diberhentikan
sementara karena
tidak boleh
berkerumunan.
Status ini
dilike 38
orang
dan di
komentar
i 7 orang.
Pelantikan
pengurus MUI
kecamatan Koja
bersama guru-
guru terbaik.
Mardiah sangat
aktif dalam
kegiatan selain
menjadi pendiri
majelis taklim di
rumah.
Status ini
dilike
sebanyak
67 orang
dan
dikoment
ari 4
orang.
79
Alhamdulillah
Baarokalloh
kumpul keluarga
besar Alm H
Maksudi dan Almh
Hj Komariyah,
semoga
keberkahan dan
Rahmat ALLOH
SWT, selalu
tercurahkan utk
kita semua,
trimakasih atas
kehadirannya,
Kaka dan adik"
serta keponakan
semuanya.
Semoga tetap
Kompak...aamiin
. Status ini
dibuat ketika hari
raya idul fitri.
Dilike
sebanyak
70 orang
dan
dikoment
ari 5
orang.
80
Alhamdulillah
terima kasih buat
semua yg sudah
mendoakan ..doa
yg
terbaik
untuk kita semua ..
Alhamdulillah di
umur 22 Berkah
selamat dunia
akhirat ya Rabb
#milad22.
Mardiah yang
sibuk dengan
aktivitas sehari-
hari ternyata
sempat menjenguk
anaknya yang
dipesantren dan
memberikan
kejutan ulang
tahun.
Dilike 60
orang
dan
dikoment
ari
sebanyak
18 orang.
Alhamdulillah…m
alam ini saya
dapat transferan
pahala, di akhirta
dengan fitnah dan
kejelekan yang dia
katakan makasih
yaa,,,,
Sering” yaa….
Ini status
ungkapan pribadi
Mardiah yang
tidak tahu
ditunjukkan oleh
siapa.
Dilike
sebanyak
42 orang
dan 20
komentar
.
81
Gemetaraannn
gaess… Apakah
ini yang
dinamakan
cintahh…
status Mardiah ini
bisa dikatakan dia
sedang senang
karena suami
beliau pulang
belayar.
Dilike 20
orang
dan
dikoment
ari 12
Suatu saat kalian
akan tau mana
yang munafik
berkedok sayang,
mana yang benar-
benar tulus
menyayangi
takkan lama lagi
akan tampak
kalian sifat dengkinya.
Ungkapan
perasaan Mardiah
terhadap
seseorang.
Dilike
sebanyak
30 orang
dan
dikoment
ari 40
orang.
Acara tawakufan
Majlis ta'lim
wattadzkir
daarussalam (
MTWD ) jakarta
utara ....
BERKAH
SELAMET
Menyambut bln
suci
Ramadhan......
Dilike 15
orang
dan
dikoment
ari 2
orang.
82
Ini foto dan status
perkumpulan
mereka sebelum
covid 19.
Kelas perdama
TPQ, status ini
diambil sebelum
pandemi covid 19
dan Mardiah
mengenal TPQ
tersebut.
Dilike 25
orang
dan
dikoment
ari 15
orang
Kelas ibu-ibu
belajar ngaji.
Status ini diambil
sebelum pandemi
covid 19.
Dilike 40
orang
dna
dikoment
ari 10
orang.
Tabel . Kumpulan update status Siti Mardiah
Seperti yang sudah dijelaskan mengenai pemilik
akun yang akan dibahas adalah seorang pendiri majelis
taklim, guru dan dapat dilihat dari akun ibu mardiah
yang setiap hari bekerja di sebuah sekolah dasar,
sebagai guru kelas dan guru agama di sekolah tersebut.
Karena sekolah online, sekolah mewajibkan
mengirimkan foto kegiatan selama jam pembelajaran
setiap hari di media social untuk laporan.
Selain sebagai guru sekolah, Ibu mardiah juga
83
mendirikan sekolah mengaji di lingkungan rumah
dengan mengajar anak-anak dan ibu-ibu. Untuk anak-
anak dinamakan TPA sedangkan untuk ibu-ibu
dinamakan majelis taklim. Murid yang diajari oleh ibu
mardiah tidak sedikit, rumahnya selalu rame dengan
aktivitas pengajian.
Mardiah termasuk aktif dalam menggunakan
media facebook, semua aplikasi dia coba termasuk
siaran langsung. Bagaimana beliau bisa mengkoreksi
sambal melakuakn siaran langsung di Facebook
termasuk. Kalau ditanya ibu mardiah selalu menjawab
karena dia hanya ingin berbagi kebaikan dalam
menyebarkan kebaikan di media sosial.
Aktivitas yang berhubungan dengan kebaikan
seperti berbagi ilmu dia tidak segan untuk
membagikan kepada teman- teman facebook yang
sudah 1000 lebih di akun Mardiah. Kurang lebih 12
jam lebih ibu mardiah menggunakan media social
facebook. Karena jarak dari satu postingan ke
postingan berikutnya beda 1-2 jam yang diceritakan.
Para pengikut dari Siti Mardiah juga termasuk
aktif dalam memberikan komentar baik dalam bentuk
tulisan maupun sticker sebagai respon dalam setiap
status yang dia buat. Bisa dikatakan kehidupan online
dan offline ibu mardiah tidak ada bedanya dengan di
upload namun bagaimana dengan pemikiran beliau
84
yang tidak diketahui oleh para jamaahnya di upload.
3. Status Kritik yang dilakukan Ustadzah kepada
pemerintah
Foto Status Like dan
komenta
r
Bekasi,
Cibitung, ini
pasti gegara Pa
Anies otak
mana….?
@buzzer Rp
teriak. Status ini
dibuat ketika
wilayah tersebut
kebanjiran.
Dilike 32
orang
dan
dikoment
ari 16
orang.
Membagikan
berita mengenai
Jokowi marah
dengan batalnya
investor asing
ke Indonesia
Dilike 20
orang
dan
dikoment
ari 15
orang.
85
Menuju
kehancuran
suatu bangsa
dengan
membagikan
berita online
Dilike 20
orang
dan
dikoment
ari 25
orang.
Membagikan
berita mengenai
ribuan orang
dari 10 negara
positif corona
Dilike 3
orang
dan
dikoment
ari 2
orang.
Jakarta gak
banjirr,,,,???
Ini pasti gegara
Pa anies terus
Kalsel Banjir,
Banten Banjir
lapornya
kesiapa?..
ungkapan
kekesalan
kepada presiden
terlihat jelas
yang dilakukan
Dilike 35
orang
dan
dikoment
ari 20
orang
86
Mardiah di
Status
Facebook.
Buzzer itu kalo
hak gak
menghina yaa
gak makan.
Dilike 6
orang
dan
dikoment
ari 3
orang
Dilike 3
orang
dan
dikoment
ari 3
orang
Makin kesini
berbahay om ep
Bi harus
dibatasi NII
semuanya.
Dilike 18
orang
dan 13
komentar
.
Tabel 2. Kumpulan status Siti Mardiah
Banyak sindiran yang dilakukan Mardiah dalam
status facebooknya yang bersifat umum dan dilihat oleh
murid, wali murid, sampai jamaahnya mengenai status
87
kritis yang ditunjukkan kepada pemerintahan. Kritik
yang diberikan banyak respon dari beberapa komentar
teman di facebook. Mardiah sebagai Ustadzah termasuk
aktif dalam mengkritik pemerintah bahkan dia bercerita
pengalaman ikut aksi 212.
“bu, lain kali ganti dengan status apa gitu
jangan politik terus”.80
Status kritikan Mardiah pernah dikomentari sama jamaah
secara langsung, hal ini membuat aktivitas mengkritik dan meng-
share berita politik sempat dikurangi karena teguran dari para
jamaah. Walaupun kadang beliau masih membawakan masalah
tersebut dalam aktifitas dakwah tersebut.
Keterbukaan mardiah dalam membagikan cerita di status
Facebook beliau memperlihatkan bagaimana seorang ustadzah
yang sibuk dalam menjalankan dakwah. Mardiah termasuk yang
tidak pilih kasih dalam membagikan kegiatan yang dilakukan.
Namun hal ini bertolak belakang ketika mardiah membagikan
cerita kehidupan pribadi anaknya, Peneliti mewawancarai
tetangga beliau untuk mengetahui mengenai kondisi rumah tangga
yang dijalankan oleh Mardiah dan keluarga.
80 Wawancara Peneliti dengan informan pada bulan Juni 2020
88
BAB V
PEMBAHASAN
A. Makna dari update status
Pada intinya privasi berfungsi untuk mempromosikan
kebebasan bertindak. Status yang dituliskan informan mengacu
pada fungsi-fungsi utama dari konsep privasi menurut Westin
dalam bukunya yang berjudul “Privasi and Freedom”. Fungsi-
fungsi utama tersebut, antara lain: (1) personal autonomy, berlaku
untuk kebutuhan akan pengembangan individualitas dan
menghindari manipulasi orang lain (2) emotional release,
mengacu pada kebutuhan untuk relax dan melarikan diri dari
tekanan-tekanan kehidupan sehari- hari dalam rangka mendukung
fungsi kesehatan; (3) self evaluation, merupakan aplikasi
individualitas pada suatu peristiwa dan integrasi dari pengalaman
ke dalam bentuk bentuk-bentuk yang berguna; (4) limited &
protected communication, mengacu pada berbagi informasi
personal kepada orang lain yang saling mempercayai dan setting
dari batasan interpersonal.81
Saat masih menikah, status Mardiah dan keluarganya
menandai adanya personal autonomy dalam menceritakan sifat
suaminya dan kegiatan Nisa sehari-hari yang bertindak sebagai
ibu, istri sekaligus wanita karier. Hal ini dilakukan untuk
81 Monica Whitty & Adam Joinson. Truth, Lies and Trust on the Internet.
(New York: Routledge). 2009. hal.121
89
kebutuhan mengembangan sisi individualitas informan tanpa
campur tangan orang lain. Dalam kasus ini, personal autonomy
sangat mudah mardiah lakukan karena status update bisa ia
tuliskan setiap saat. Saat menikah mardiah mengungkapkan
dirinya sebagai perempuan yang sabar, cekatan, dan orang yang
multi tasking. Suaminya digambarkan sebagai pria yang ulet
bekerja dan tidak selalu bersama informan, namun tetap dalam
bentuk yang positif karena narasi tentang suami diperjelas oleh
informan sebagai pria bekerja. Informan kerap menggunakan kata
“kita” dan “kami” sebagai hidup yang dimiliki dan dijalankan
bersama dengan suami.
Peneliti juga melihat informan menjalankan fungsi privasi
dalam hidupnya melalui limited & protected communication.
Informan memang terlihat sering meng-update status namun tidak
membagi informasi personal ini ke ranah Facebook meskipun di
dalam ranah online tersebut, informan memiliki teman- teman
yang tidak jauh berbeda dengan teman-teman di ranah offline.
Informasi personal ini ia bagi dengan teman-teman lewat
komunikasi offline, yaitu informan bertemu langsung dengan
teman-temannya dan membicarakan informasi personal tersebut.
Meskipun sifat informan yang cenderung suka melontarkan
isu di status Facebook, bukan berarti informan terang-terangan
melontarkan isu rumah tangganya. Informan punya kontrol yang
selektif terhadap akses diri. Hal ini juga dijumpai saat informan
memilih siapa-siapa saja yang bisa menjadi temannya di
Facebook.
90
Privasi informan bisa tercapai melalui aturan dan interaksi
sosial baik secara online maupun offline. Dalam kehidupan
online, meskipun teman-teman informan ada yang sudah tahu
mengenai kasus politik yang diikuti tersebut, mereka tidak pernah
membahas hal tersebut dalam komentar-komentar di status
informan. Begitu juga dalam kehidupan offline, informan tidak
akan memulai perbincangan mengenai kehidupan pribadinya jika
teman- temannya tidak bertanya terlebih dahulu. Prilaku ini
sebagai sifat dasar privasi secara sosial dan psikologi lingkungan.
Sikap informan diatas memperkaya kemampuan dirinya untuk
berhadapan dengan dunia luar, dan berefek sangat penting pada
cara informan mendefinisikan dirinya sebagai orang tua tunggal.
DeCew juga menambahkan ada tiga pendekatan dalam
memahami privasi, antara lain: pertama, informational privasi,
yaitu aspek yang mungkin dilihat oleh seorang individu sebagai
informasi yang tidak perlu diungkapkan dan harus dijaga oleh
penerima informasi tersebut. Privasi informasi dilindungi oleh
individu-individu untuk menutup adanya gangguan dan ancaman.
Perlindungan ini juga mengontrol siapa saja yang bisa mengakses
informasi dan untuk alasan apa ketika informasi itu diminta.82
Kedua, accessibility privasi, mengacu pada akses fisik dan
sensori pada seseorang. Saat informan ingin mengungkapkan
informasi personalnya, ia harus beberapa kali bertemu dengan
orang tersebut, terlebih dengan orang yang baru ia kenal. Menurut
82 Monica Whitty & Adam Joinson. Truth, Lies and Trust on the Internet.
(New York: Routledge). 2009.hal.121-122
91
DeCew privasi aksesibilitas mencakup kedekatan fisik dan
observasi. Jika pertemuan dengan orang baru sudah terjadi
beberapa kali, informan juga melakukan observasi tentang orang
tersebut, apakah masuk ke dalam kategori pribadi yang memiliki
kedekatan emosional dengan informan, seperti: objektif, tidak
menggurui, informan tidak merasa terintimidasi, komunikatif, dan
mempunyai pandangan luas. Jadi orang-orang memiliki privasi
aksesibilitas ketika mereka ingin menjaga jarak fisik dari orang
lain. Menurut DeCew, accessibility privasi juga memungkinkan
individu untuk mengendalikan keputusan tentang siapa yang
memiliki akses fisik ke orang-orang di sekitar mereka dan
keputusan ini dibentuk melalui persepsi akal, observasi atau
kontak tubuh. Jarak fisik ini terjadi juga dalam pergaulan
informan secara online, karena privasi aksesibilitas mencakup
akses melalui indera penglihatan dan pendengaran orang lain.
Dalam pergaulan secara online, jika informan merasa foto-foto
orang yang ingin menjadi temannya di Facebook terlihat aneh dan
vulgar, informan tidak akan membuka akses kepada orang
tersebut untuk mendapatkan informasi apapun dari status
informan.
Ketiga, expressive privasi, mengacu pada perlindungan
wilayah seseorang untuk memberikan identitas dirinya melalui
berbagai aktivitas atau lewat kesempatan berbicara. Status update
membuka peluang bagi informan untuk mengungkapkan apa saja
tentang isi hatinya.
Dengan cara ini, expressive privasi membatasi kontrol
sosial eksternal atas pilihan hidup informan, yang dalam kasus ini
92
informan cenderung cuek dengan omongan orang tentang dirinya
karena informan lebih fokus dalam membicarakan perkembangan
anak dan pendidikan mengajarnya. Expressive privasi juga
membantu informan lebih meningkatkan kontrol internal terhadap
ekspresi diri sendiri dengan cara tidak membicarakan hubungan
personal di status Facebook, lebih banyak membicarakan
kemampuannya mengurus anak, serta meningkatkan kemampuan
untuk membangun hubungan interpersonal, antara lain informan
mampu membuka diri untuk bisa memegang teguh menjadi
pendiri majelis ta’lim.
A. Bentuk-Bentuk Makna Dalam Manajemen Privasi
Setiap orang memiliki keputusan sendiri saat mengungkapkan
atau menutupi informasi private mereka. Disclosure maupun
privasi sama-sama penting untuk dijaga. Private disclosure adalah
sesuatu yang dialektikal atau saling berhubungan, dimana orang-
orang membuat pilihan tentang apa yang harus dibuka dan ditutup
berdasarkan kriteria dan kondisi- kondisi yang mereka anggap
penting. Dibawah ini merupakan lima asumsi yang bekerja dalam
komunikasi saat informan mengatur privasinya secara online.
1. Private Information
Dalam menulis status di Facebook, informan
mengungkapkan adanya private information. Setelah ditelaah
lebih lanjut, informan memang mengungkapkan dirinya sebagai
seorang ibu tetapi tidak secara terang-terangan memberikan status
dengan foto bersama dengan keluarga besar sendiri. Dengan
93
kondisi anak yang berada dirantau. Mardiah merasa kesepian
setiap hari dengan mengupdate foto keluarga besar keluarga
daripada keluarga sendiri.
Yang termasuk dalam informasi privat menurut informan
adalah hubungan personal informan dengan suaminya terdahulu,
baik itu sikap suami kepada informan dan keluarganya, hubungan
suami kepada anaknya, sifat suami saat berumah tangga.
Private information juga terkait dengan hubungan
informan dengan pasangan. Sejak awal sampai sekarang,
informan sudah menjalin hubungan dengan seorang lelaki yang
pergi berlayar di waktu yang lama. Informasi tidak pernah
menuliskan mengenai perkembangan hubungannya di status
Facebook walaupun informan sangat terbuka untuk bercerita
tentang kegiatan majelis taklim dan anaknya itu kepada peneliti
dalam konteks offline.
Menurut Parks, self-disclosure sering disamakan dengan
intimacy dalam studi-studi terdahulu. Dalam kasus ini, konsep
intimacy masih memegang peranan penting di dalam diri
informan. Meskipun teman-teman informan di Facebook adalah
teman-teman masa kecilnya, informan tetap merasa mereka
bagian dari publik dengan cakupan yang luas. Intimacy informan
dengan teman- teman terdekat atau orang yang bisa ia percayai
merefleksikan privasi dan intimacy adalah dua hal yang berbeda
namun secara fundamental saling berhubungan saat informan
melakukan disclosure. Informan bisa mengungkapkan private
information secara offline dengan teman-teman yang ada di
Facebook. Informan lebih suka bertemu langsung untuk
94
membicarakan private information daripada mengemasnya dalam
bentuk status Facebook yang dapat memunculkan asumsi-asumsi
terhadap dirinya.
2. Private Boundaries
Private Boundaries merupakan sebuah metafora saat
seseorang mengatur privasi. Batasan ini menjelaskan bahwa
terdapat garis antara bersikap publik dan bersikap private. Pada
satu sisi, orang menyimpan private information untuk diri mereka
sendiri dan pada sisi yang lain, individu membuka beberapa
informasi privat kepada orang lain didalam hubungan sosial
(Petrnio, Giles, Gallois & Ellemer, 1998). Informan membangun
private boundaries untuk semua hal yang berhubungan dengan
alasan perceraiannya, baik kepada peneliti maupun kepada teman-
temannya secara online dan offline. Private boundaries ini berisi
informasi dimana hanya informan saja yang tahu dan tidak
diketahui oleh siapa pun bahkan orang terdekat informan
sekalipun.
Collective boundary yang didapat melalui status update
informan adalah informasi-informasi mengenai hubungan
informan dengan para jamaahnya. Collective boundary terbangun
ketika salah seorang teman informan di Facebook menanyakan
tentang pernikahannya dan informan mengungkapkan keributan
yang terjadi.
95
Gambar: Tipe-tipe Private boundary & Collective boundary di
Status Facebook
Batasan Personal Batasan Personal
Informasi privat Batasan Kolektif Informasi Privat
(status Facebook)
Hubungan personal dengan suami - mengurus rumah tangga
Gambar diatas menjelaskan private information apa saja
yang disimpan oleh informan saat menulis status di Facebook.
Informasi private di sebelah kiri adalah informasi milik informan.
Hal-hal tersebut menjadi personal boundary bagi informan dan
tidak untuk dibagi kepada khalayak umum. Sedangkan collective
boundary terlihat dari sisi tengah yang bercampur antara private
information informan dengan teman-temannya. Collective
boundary ini adalah semua hal yang informan utarakan di status
dan diketahui oleh semua orang yang membaca status Facebook
informan.
INFORMAN TEMAN
96
Semakin berkembangnya kehidupan informan, batasan
privasi ini dapat berubah kapan saja. Dalam status Facebook,
informan beberapa kali menuliskan kehadiran suami dalam
kesehariannya selama ia masih menikah. Namun, ketika informan
berhadapan dengan masalah rumah tangga yang dengan suami,
informan tidak menuliskan status yang berhubungan dengan
peristiwa mengenai hal tersebut, alotnya diskusi keluarga untuk
berbicara urusan rumah tangga ke khalayak ramai.
Menurut Petronio, batasan-batasan privasi juga dapat
berubah berkaitan dengan isu kehidupan yang dialami manusia.
Sebagai orang tua yang terpandang, informan yang membangun
batasan tebal dalam kehidupan online-nya, memiliki batasan
privasi relatif lebih tipis saat bergaul secara offline. Jika ditelaah
lebih dalam, batasan privasi informan berubah secara berkala
mulai dari informan masih kecil hingga dewasa. Bok berpendapat
bahwa kemampuan untuk berhadapan dengan kerahasiaan itu
akarnya ada pada masa pertumbuhan anak akan kesadaran tentang
identitas dirinya yang mampu bertindak, mengintervensi, ikut
campur tangan terhadap masalah yang dihadap.83
Keluarga juga sering menjadi awal bagi individu untuk
mempelajari private information dan cara mengekspresikannya
kepada orang lain. Dalam mengekspresikan perasaannya di status
Facebook, informan tidak secara eksplisit memaparkan kehidupan
rumah tangganya sebelum dan sesudah perceraian. Hal ini
disebabkan kebiasaan di keluarga informan yang kerap
83 Dewey, John, Experience and Education : Pendidikan Berbasis Pengalaman,
Terj. Hani’ah (Bandung : Penerbit Teraju, 2004).hal 70.
97
mengajarkan informan untuk bercerita dan terbuka kepada
anggota keluarga dibandingkan orang lain. Pada konteks offline,
batasan tentang private information menjadi tebal karena
informan merasa status Facebook bisa dibaca oleh banyak orang
yang tidak terlalu mengetahui secara persis kehidupan informan.
3. Kontrol dan Kepemilikan
Dalam mengontrol private information, seorang individu
bergantung pada gagasan bahwa mereka memiliki informasi
privat mengenai diri mereka sendiri. Schoeman (1984)
berpendapat bahwa privasi dianggap sebagai hak individu, klaim,
untuk menentukan diri seperti apa yang akan dikomunikasikan
kepada orang lain. seseorang yang sering mengupdate status di
Facebook, tidak berarti harus mengungkapkan segalanya kepada
publik. Alderman & Kennedy juga sependapat bahwa meskipun
manusia saat ini hidup di dunia yang ramai dengan pengakuan-
diri, privasi itu sendiri memungkinkan kita untuk menyimpan
fakta- fakta tertentu untuk diri sendiri saja. Informan yang
memiliki banyak teman di Facebook memegang posisi sebagai
pengontrol dalam hal sebanyak apa informasi mengenai dirinya
bisa diceritakan di status Facebook.
Meskipun teman- teman Facebook informan adalah orang-
orang yang ia kenal di dunia nyata (offline), dan sudah ia kenal
sejak kecil, informan tetap menjaga martabat diri dan otonomi
untuk menjaga dirinya sendiri. Kepemilikan dan kontrol sama
pentingnya bagi informan, karena sifat status yang bisa
diinterpretasikan oleh siapapun yang membacanya, akhirnya
98
informan menentukan sendiri informasi apa yang bisa ia bagi
kepada khalayak secara offline dan mana yang tidak bisa ia bagi.
Petronio berpendapat bahwa orang-orang menganggap private
information adalah sesuatu yang mereka miliki, dan mereka ingin
mengontrol informasi tersebut, orang-orang akhirnya membuka
dan menutup informasi tersebut. Informan dalam keterbukaannya
di status Facebook menginginkan kontrol akan informasi
pribadinya karena ia merasa ada resiko-resiko yang akan ia
hadapi, yaitu bagaimana private information ini dikelola oleh
orang lain.84
Informan dan teman-temannya memiliki private information
yang juga mereka bagi ke sesama. Oleh karena itu, kontrol yang
dipegang informan untuk membuka private information itu
menjadi penting saat collective boundary dibentuk. Kontrol
tersebut bisa tebal maupun tipis, yang artinya seberapa mudah
teman-teman informan bisa mengetahui atau mengakses informasi
yang dimiliki informan. Berikut ini adalah gambar tingkatan
kontrol informan terhadap teman- temannya dan terhadap private
information.
Thick boundary informan mengarah kepada informasi
yang berkaitan dengan hubungan personal antara informan
dengan pasangan hidupnya. Selain itu, ekspresi kekecewaan dan
masalah rumah tangga menjadi informasi yang bersifat rahasia
dan tidak dapat informan tampilkan di status facebook.
Selain itu moderate control dari informan tampil melalui
84 Dewey, John, Experience and Education : Pendidikan Berbasis Pengalaman,
Terj. Hani’ah (Bandung : Penerbit Teraju, 2004)
99
status-status Facebooknya yang menyatakan bahwa ia single
walaupun tidak eksplisit. Kontrol di ranah ini cenderung fleksibel
karena informan dapat membagi informasi ke orang-orang yang ia
anggap profesional di bidangnya masing-masing ketika informan
akan menceritakan tentang masalah hidupnya. Hal ini juga
berlaku secara online walaupun tidak tampak melalui komentar-
komentar balasan di status Facebook, karena informan lebih suka
menggunakan personal message untuk berkomunikasi.
Low control dari informan bisa dilihat dari status-status
Facebooknya. Semua informasi dapat diakses dan dibaca oleh
semua orang. Batasan ini sangat tipis karena dalam status
Facebooknya, informan kerap membicarakan topik-topik seputar
perkembangan anak yang menurutnya bisa menjadi informasi
penting bagi teman-temannya yang juga berprofesi sebagai ibu
rumah tangga.
Gambar: Tingkatan Level Batasan Privasi thick boundary
High Control (Rahasia)
Hubungan Personal Dengan Pasangan
100
B. Proses Manajemen Aturan Privasi
1. Aturan-aturan Dasar Privasi
Dalam penelitian ini keterbukaan Siti Mardiah dalam
mengekspresikan perasaannya melalui status Facebook ditemukan
ciri-ciri yang berkaitan dengan karakter-karakter pengembangan
aturan. Yang pertama adalah budaya. Isu budaya memegang
peranan penting saat seseorang menentukan aturan-aturan bagi
dirinya untuk melakukan suatu hal, khususnya keputusan yang
berhubungan dengan pengungkapan informasi privat.
Budaya yang diajarkan oleh informan dalam keluarganya
adalah budaya yang terbuka terhadap segala sesuatu, baik
kelebihan maupun kekurangan diri. Namun ketika hal ini masuk
kedalam pergaulan online, keterbukaan ini tidak dapat
diaplikasikan begitu saja seperti halnya ketika seorang individu
bertemu secara tatap muka. Ketegangan dialektikal antara
menjaga privasi dan terbuka kepada publik menjadi jelas ketika
budaya yang selama ini dipegang masuk ke dalam ruang online,
Informan adalah seorang ibu
memiliki anak pekerjaan
kegiatan harian sebagai
wanita karier teman dengan kedekatan
emosional kegiatan dengan anak
101
dan individu mulai mempertimbangkan kembali apakah budaya
yang dipegangnya selama ini cocok untuk bersikap terbuka atau
justru tertutup.
Tiap budaya menghargai privasinya masing- masing dan
nilai-nilai yang indvidu tanamkan dalam privasi tersebut
mempengaruhi bagaimana mereka membuat aturan untuk
mengelola batasan privasi. 85Ciri kedua adalah gender. Dalam
penelitian ini, gender yang dipilih adalah perempuan. Beberapa
penelitian mengungkapkan bahwa pria dan perempuan
menetapkan kriteria tertentu dalam merumuskan kepemilikan dari
private information dan cara bagaimana mereka mengontrolnya.
Penelitian ini menemukan bahwa Siti Mardiah memang
banyak mengungkapkan tentang kehidupannya meskipun setelah
peneliti konfirmasi kembali hal tersebut bukanlah informasi yang
ia anggap privat. Beberapa studi juga menemukan bahwa
perempuan lebih banyak mengungkapkan daripada pria.
Ciri ketiga adalah motivasional. Taylor (1979) melihat
faktor motivasi juga berkontribusi dalam mengelola privasi.
Peneliti mengambil kesimpulan motivasi informan dalam
mengungkapkan perasaannya di status adalah karena kebutuhan
akan berekspresi dan mempertahankan diri. Kebutuhan
berekspresi adalah ketika informan sedang dilanda masalah rumah
tangga, ia memang tidak bisa mengungkapkan private information
kepada publik melalui status, namun ia bisa menuliskannya dalam
bentuk kegembiraan dan hal-hal positif agar dirinya tidak terlalu
terpuruk ke dalam kesedihan. Kalaupun informan menuliskan
85 Eagleton, T. (1991). Ideology: An Introduction. Verso. London
102
sedikit kesedihannya, hal itu pun berefek positif pada dirinya
karena banyak teman-teman di Facebook yang turut prihatin dan
berempati atas kejadian yang menimpannya. Kebutuhan
berekspresi ini merupakan tindakan diclosure kepada orang lain
sebagai cara menghargai diri sendiri dan memenuhi kebutuhan
individu itu sendiri untuk mengekspresikan pemikiran dan
perasaannya kepada orang lain. Kebutuhan akan mempertahankan
diri direfleksikan oleh informan agar ia tetap bisa melewati hari-
hari barunya sebagai orang tua dan pengajar di berbagai.
Informan menegaskan statusnya memang ia tuliskan untuk
memperlihatkan kepada jamaah dan keluarganya bahwa ia bisa
menjalankan seorang diri.
Jika informan menuliskan status yang menjelekkan prilaku
jamaah, hal itu sama saja dengan memperlihatkan bentuk
ketidakdewasaan dirinya. Sedangkan dalam statusnya, informan
lebih banyak mendeskripsikan bagaimana seorang perempuan
yang setiap hari bekerja itu tetap mampu mengurus anaknya
dengan waktu yang terbatas. Rosenfeld menemukan bahwa
perempuan menghindari disclosure karena mereka memiliki
kebutuhan untuk menghindari rasa sakit dan menghindari masalah
dari hubungan yang sedang mereka jalani. Motivasi ini juga bisa
dilihat dari bukan hanya sebatas untuk mengklarifikasikan diri
seperti diatas, tetapi juga ada faktor kedekatan hubungan. Jika ada
orang yang berkomentar atau menanyakan sesuatu di status dan
orang tersebut tergolong dekat dengan informan, informan lebih
termotivasi untuk menjawab pertanyaan dan melalukan
disclosure, misalnya kepada keluarga dan teman yang memiliki
103
kedekatan emosional.
Ciri keempat dalam pengembangan aturan adalah
motivasional. Dalam kasus ini peneliti melihat pengembangan
aturan yang terjadi dalam segi life circumstances. Hal ini bisa
berkaitan dengan perubahan hidup seseorang seperti perceraian
atau pelepasan hubungan. Baxter mengemukakan ada tiga tahap
saat seseorang mengakhiri sebuah hubungan. Pertama adalah
seseorang akan mengambil keputusan pribadi secara privat, yang
dalam kasus ini informan memang tidak terlihat menulis status
saat sedang mencari jalan keluar akan masalah rumah tangganya.
Baik itu perasaan, maupun informasi keberadaan informan tidak
tampak dalam statusnya. Kedua, implementasi dari keputusan
yang diambil individu. Baxter berpendapat bahwa hal ini bisa
mempengaruhi bagaimana batasan privasi itu bisa dikontrol
secara ketat oleh masing-masing individu. Dalam kaitannya
dengan kasus ini, informan hanya memperinci masalah rumah
tangganya hanya kepada orang- orang yang ia anggap bisa
dipercaya dan bisa dimintai sarannya secara profesional dan
netral. Ketiga adalah presentasi publik, dimana status hubungan
menjadi resmi dan diakui oleh orang lain. 86
Hal ini diperlihatkan dengan kata-kata yang selalu
dituliskannya di status, yang terus menerus memperlihatkan
kegiatan seorang Pemimpin Majelis ta’lim. Ciri kelima dan
terakhir dalam pengembangan aturan adalah rasio dari resiko dan
keuntungan. Aturan-aturan saat individu mengungkapkan sesuatu
86 Joseph A. DeVito. Interpersonal Communication 11th ed. (Boston: Pearson).
2007, hal 120-125
104
kepada orang lain dipengaruhi juga dengan nilai-nilai untung rugi
yang diperoleh saat kita melakukan disclosure. Informan yang
mengungkapkan perannya sebagai pendiri majelis taklim
memiliki keuntungan tersendiri bagi dirinya. Informan dalam
status- statusnya jadi terlihat tegar dan kuat dalam menghadapi
masalah. Dalam hal ini validasi sosial menjadi hasil dari
disclosure itu sendiri. Citranya di mata teman-teman menjadi
positif dan berkesan kuat. Mengungkapkan perasaan secara verbal
juga memberi cara bagi individu bagaimana mereka memikirkan
tentang hal-hal yang penting dalam hidup mereka (Frank &
Frank, 1991). Informan menganalogikannya sebagai terapi jiwa
saat ia berusaha mengungkapkan status barunya kepada publik.
Dengan begitu, ia lebih menerima keadaannya yang sekarang.
Kontrol sosial juga menjadi keuntungan bagi informan karena ia
sudah mengungkapkan private information kepada orang-orang
terdekat. Menurut Petronio (1982) situasi- situasi saat individu
mengungkapkan informasi privatnya akan berdampak cukup kuat
terhadap lingkungan. Dengan memberitahu teman, keluarga atau
rekan kerja tentang bagaimana perasaan kita terhadap isu-isu
tertentu, informan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi cara
orang lain melihat topik permasalahan. Meskipun resikonya
cenderung kecil, namun hal-hal tersebut masih mampu dikelola
oleh informan.
Selain lima kriteria aturan dasar diatas, ada pula atribusi
aturan dalam mengelola privasi, yaitu rule acquisition dan
properti aturan. Rule acquisition atau bagaimana cara orang lain
mendapatkan informasi. Cara- cara ini diperoleh melalui
105
negosiasi dan sosialisasi. Informan menegosiasikan
pengungkapan informasi privatnya khusus kepada teman-teman
dekatnya yang memiliki kedekatan emosional. Kalaupun ada
teman lain yang bertanya mengenai masalah pribadi, ia sendiri
yang akan menjawab pertanyaan tersebut dan bukan pihak lain.
Isi disclosurenya pun berbeda dengan teman-teman lain, misalnya
ia akan menjawab perpisahannya dengan suami itu karena
perbedaan prinsip dan tidak memperinci lebih dalam. Menurut
Petronio hal-hal seperti diatas tumbuh karena adanya aturan yang
dibangun secara sosial dalam lingkup keluarga. Informan yang
sejak kecil terbiasa bercerita kepada lingkup keluarga dan teman-
teman dekat, pada akhirnya memang berinteraksi dengan lingkup
yang sama ketika berada di pergaulan online.
2. Boundary Coordination
Proses kedua dalam proses pengelolaan aturan yang berhubungan
dengan privasi adalah boundary coordination.
Informan mengoperasikan tiga bentuk koordinasi. Pertama
adalah batasan linkage yang merujuk pada hubungan yang
membentuk aliansi batasan antarindividu.
Mengungkapkan bagaimana cara batasan koletif itu
tergantung dari bagaimana informasi privat itu disampaikan.
Orang lain yang dipercaya untuk memegang informasi privat itu
memegang aturan yang sama dengan informan untuk tetap
mempertahankan informasi tersebut hanya milik mereka saja.
Infromasi privat ini isinya berbeda- beda di tiap-tiap teman,
ataupun dengan rekan kerja. Semuanya bergantung dari informan
yang membutuhkan disclosure sebagai tempat ia mengungkapkan
106
isu- isu kehidupannya. Oleh karena itu, akses untuk mendapatkan
informasi privat atau perlindungan terhadap informasi privat,
menjadi sebuah joint venture ketika batasan personal terhubung
dalam bentuk batasan kolektif.
Kedua, batasan-batasan itu dikoordinasi melalui derajat
permeabilitas. Dalam koordinasi ini, informan merujuk pada
seberapa banyak informasi privat dapat melalui batasan yang ada.
Dalam kasus ini, walaupun informan menyembunyikan rapat-
rapat mengenai perceraiannya di status dalam periode waktu
tertentu, dengan hati-hati informan membuka kekurangan yang
ada pada diri mereka pada orang lain, menggunakan bahasa yang
hati-hati dalam menuliskan sesuatu di status Facebook serta saat
membalas komentar status dari orang lain. Informan bisa benar-
benar terbuka dengan orang lain dan bisa pula tertutup dengan
orang yang tidak memiliki kepentingan dalam hidupnya. Petronio
menjelaskan bahwa dalam tiap kasus, permeabilitas itu
bervariasi tergantung pada aturan-aturan yang dibentuk individu,
seberap banyak informasi yang diizinkan untuk melewati batasan
yang dibangun, semuanya tergantung akses dan perlindungan si
informan itu sendiri.
Ketiga, adalah batasan kepemilikan, yang merujuk pada
hak-hak dan keistimewaan yang diberikan kepada co- owner dari
informasi privat yang diberikan informan. Agar kepemilikan
batasan dapat diberlakukan secara akurat, aturannya harus jelas.
Informan memberlakukan aturan bagi dirinya sendiri untuk tidak
menceritakan apa-apa selama orang lain tidak bertanya tentang
dirinya. Di samping itu, bagi teman-teman dekatnya yang sudah ia
107
berikan informasi tentang kehidupan pribadi informan, ia
menginstruksikan misalnya ke teman-teman eksul Paskibnya
dahulu agar tidak membebebarkan statusnya saat ini yang tidak
lagi bersama suaminya. Selain itu, co-owner tentang status
informan sebagai orang tua juga dimiliki oleh sebagian orang tua
murid di sekolah anaknya dan beberapa guru yang mengajar.
Dengan begitu, batasan yang dibentuk informan menjadi jelas dan
tidak ambigu.
3. Boundary Turbulence
Hal ini muncul ketika aturan-aturan koordinasi batasan
tidak jelas atau ketika harapan orang untuk mengatur privasinya
berkonflik antara satu dengan yang lainnya. Ketika individu
mengalami turbulensi batasan, mereka akan mencoba untuk
membuat penyesuaian sehingga mereka dapat mengurangi
turbulensi dan mencapai koordinasi (Afifi,2003). Dalam kasus ini,
informan memandang dirinya belum pernah mengalami turbulensi
batasan karena selama ini ia merasa cukup tahu dengan sifat dan
sikap orang-orang yang selama ini ia jadikan tempat
mengungkapkan isi hatinya.
108
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini secara garis besar ingin
menggambarkan bagaimana keterbukaan seseorang saat
mengungkapkan perasaannya secara online. Keterbukaan
ini tidak terlepas dari masing-masing individu untuk
membuka ataupun menutup informasi yang ingin
disampaikan.
Di samping itu, segala bentuk informasi yang
dituliskan dalam status Facebook yang pada awalnya
dilihat bukan sebagai private information seperti yang
diakui oleh informan, pada kenyataannya menampilkan
informasi privat. Walaupun status informan terlihat
sebatas disclosure terhadap peristiwa-peristiwa yang
dialaminya, namun karena sifat statusnya yang runut
seperti proses bercerita, hal ini justru merefleksikan isi
dari private information mengenai orang lain dan
kehidupan informan sebagai seorang ustadzah pendiri
majelis taklim.
Keterbukaan penulis status di Facebook dibentuk
oleh cara pandang informan melihat pergaulan online
yang bersifat publik walaupun sudah diproteksi
sedemikian rupa, dan keterbukaan informan juga dibangun
sejak lama melalui lingkungan keluarganya sendiri. Oleh
109
karena itu informan juga tidak terlalu terbuka
mengungkapkan segala sesuatunya di status maupun
komentar status meskipun itu temannya sendiri, karena
pada dasarnya teman-temannya secara online sudah tahu
mengenai kehidupan informan secara offline. Informan
bersikap terbuka karena ingin beramah tamah dengan
teman-teman di Facebook.
Berbeda dengan pergaulan secara online, saat
bertemu langsung dengan teman-temannya, informan
lebih terbuka dengan informasi yang ia anggap private
karena informan bisa merasakan adanya kedekatan
emosional saat berinteraksi secara tatap muka dengan
mereka. Hal ini juga berlaku kepada orang- orang yang
baru ia kenal. Intimacy tampaknya masih menjadi aspek
penting saat informan memilih orang-orang yang ia
anggap bisa menyimpang informasi private tentang
kelebihan dan kekurangan dirinya.
Batasan-batasan aturan yang dibentuk oleh
informan dalam mengatur privasi berbeda-beda pada tiap
tingkatan. Pada tingkatan online, informan bersama
teman-temannya sama sekali tidak membahas hal-hal yang
berhubungan dengan informasi pribadi. Hal ini
dikarenakan aturan bersama yang sudah dibentuk antara
informan dengan teman-temannya. Baik itu teman dekat,
teman lama, maupun teman kerja, ketika mereka masuk ke
dalam pergaulan online, hal- hal private yang sama-sama
110
mereka ketahui tidak dibuka begitu saja dalam obrolan di
status Facebook. Cara informan menyampaikan informasi
privat secara online adalah melalui penulisan status
yang implisit, atau melalui personal message yang
terhubung melalui Facebook. Pada tingkatan offline,
informan lebih mengedepankan kedekatan emosional
dalam memilih membuat batasan-batasan tentang private
information. Segi profesionalitas juga menjadi point
penting saat informan mengungkapkan informasi
pribadinya.
Selain itu sikap informan yang sangat menghargai
privasi orang-orang disekitarnya, membuat informan
jarang terganggu dengan pihak-pihak yang mencoba
memanipulasi informasi privatnya. Sebaliknya,
lingkungan pergaulan informan justru tidak banyak
bertanya atau menaruh curiga dengan keadaan informan
yang sebenarnya rentan terhadap gosip.
Penelitian ini menemukan implikasi teoritis
bahwa sifat dasar manusia merupakan pusat dari cara
manusia mengungkapkan jati dirinya. Keputusan
seseorang untuk terbuka atau tertutup terhadap suatu
hal, berhubungan erat dengan bagaimana ia mengatur
privasi-nya kepada lingkungan, aturan yang
dikembangkannya bersama pihak-pihak terkait dan
kemampuan masing- masing individu mengelola
informasi yang dianggap pribadi. Akan tetapi, dalam
111
menyingkap adanya informasi private, status update di
Facebook masih menjadi lahan yang potensial untuk
dikelola karena bentuk disclosure.
B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya, peneliti
merekomendasikan untuk melakukan studi terhadap
aplikasi-aplikasi lain di Facebook atau situs jejaring
sosial lainnya untuk mengetahui pola pembentukan
aturan privasi secara online, sehingga temuan menjad
lebih menarik dan berwarna. Penelitian ini juga
membahas peran orang-orang yang menjadi panutan
bagi informan dalam mengelola privasi-nya secara
online. Saran- saran yang bisa diberikan, antara lain:
Penelitian ini bisa dilanjutkan dengan penelitian
yang lebih sempurna dengan mengdepankan orang-
orang yang terkait dengan pengelolaan private
information yang ada.
Pengguna media online khususnya situs jejaring
sosial disarankan untuk mengetahui betul informasi-
informasi pribadi yang akan mereka sebarkan melalui
Facebook.
i
DAFTAR PUSTAKA
Abioye, T. (2011). Preference for rhetorical questions as an index
of textual message effectiveness. International Journal
of Humanities and Social Science. Vol: 1, No: 11.
Special issue: August 2011
Al Zoubi, M & Al Hasnawi, A. R. (2008). Constructing model for
shift analysis in translation.
Alderman, E., & Kennedy, C. 1995. The Right to privasi. New
York: Knopf. Altman, I. 1975. Environtment and Social
Behaviour: Privasi, Personal Space,Territory, and
Crowding. Belmont, CA: Wadsworth Publishing. Babbie,
Earl. & Baxter, Leslie A. 2004. The Basic of
Communication Research. California: Wadsworth.
Alghamdi, S. S. (2014). Translation and ideology: a critical
discourse analysis of Chomsky’s ‘Media Control’ and Its
Arabic Translation. International Journal of Linguistics.
Vol. 6, No. 3. www.macrothink.org/ijl
Alyusi, Shiefti Dyah, Media sosial, Interaksi, Identitas dan Modal
sosial.(Jakarta: kencana prenanda media group:2016).
Antonius Birowo, Metode peneltian komunikasi; teori dan aplikasi
(yogyakarta: gintayali, 2004).
Arikunto, Suharsimi, Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka
Cipta. Jakarta, 2002.
Baker, M. (1992). In other words. A coursebook on translation.
London. Routledge. Basil, H (2001). Teaching and
researching translation. Pearson Education limited,
Inggris
Basnett, S. (1991). Translation Studies. Revised edition.
London and New York: Routledge
Baxter, J. (2009). Discourse analytic approaches to text and
talk. In Gender and Language Research Methodology.
Palgrave. Macmillan. Hal: 15-27
Baxter, L.A. 1987. Self Disclosure: Theory, Research and
Therapy. New York: Plenum Press.
ii
Benn, S.I & Gaus, G.F. 1983. Public and Private in Social
Life.New York: St.Martin’s Press.
Berardo, F.M. 1974. Family Invisibility And Family Privasi. New
York: Environmental Design Research Association.
Bok, S. 1982. Secrets: On The Ethics Of Concealment And
Revelation. New York: Pantheon.
Bryman, Alan. 2008. Social Research Methods 3rd edition. New
York: Oxford University Press.
California:Sage. DeCew, J.W. 1997. In Pursuit of Privasi: Law,
Ethics, and the Rise of Technology. Ithaca,New York:
Cornell University Press.
Carnegie, D. (1981). How to win friends and influence people.
Edisi Revisi. Simon and Schuster, New York
Catford, J.C. (1965). A linguistic theory of translation. Oxford.
Oxford University Press Chilton, P & Schaffner, C.
(2002). Politics as text and talk: Analytical Approach
to
Clark, E.V. (2003). Languages and representations hal: 17-25
dalam Language in Mind. hal: 17-25 2003 Massachusetts
Institute of Technology
Creswell, John. 2004. Desain Penelitian: Pendekatan Kualitatif &
Kuantitatif. Jakarta: KIK Press.
Creswell, John. 2007. Qualitative Inquiry & Research Design:
Choosing Among Five Approaches 2nd ed. USA: Sage
Publications.
Cronen, V.E., 1988. Theories in Intercultural Communication.
DeVito, Joseph. 2007. Interpersonal Communication 11th edition.
Boston: Pearson.
Djamarah, Syaipul Bahri dan Aswan Zain, Stategi Belajar
Mengajar, jakarta: Rineka cipta 2010. Faisal Sanapiah,
Penelitian Kualitatif (dasar-dasar dan aplikasi). Malang:
Ya3 Malang 1990.
Frank, J.D & Frank, J.B. 1991. Persuasion and Healing.
Baltimore: Johns Hopkins University Press.
iii
Hamdani Bakran Adz-Dzakie, Kecerdasan kenabian Prophetikc
Intelligence, Yogyakarta: Pusat Al-Furqan, 2006.
Khoiriyah, Sosiologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2012.
Lexy j. Moleong, Medologi Penelitian Kualitatif, (bandung: PT.
Remaja rosda karya, 2011. M.arifin, Kafita Selekta
Pendidikan, jakarta:bumi aksara, 1991.
Little John. Teori Komunikasi. (Jakarta: Salemba Humanika,
2011) Bungin, Burhan. Sosiologi komunikasi. (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, cetakan ke – 3, 2008).
Rulli Nasrullah, Media sosial perspektif komunikasi, budaya, dan
sosioteknologi. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2017).
Mansnur Musclish, Pendidikan Karakter (Menjawab Tantangan
Multi Dimensional) Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik,
jakarta: referensi, 2012.
Moh Ripa‟i, 300 Hadits Bekal Dakwah dan Pembina Pribadi
Muslim, Semarang: Wicaksana, 1980.
Mukhtar, P. D., & M.Pd, Metode Praktis Penelitian Deskriptif
Kualitatif. Jakarta: GP Press Group, 2013.
Political Discourse. John Benjamin Publishing. New York
Thomson.Anonim, Al-qur’an dan terjemahannya jakarta :
Dapartemen Agama RI , 2010.
Tim redaksi LP3ES, liputan 6 (antara peristiwa dan ruang
publik), (Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia, 2006),
cet ke-1
JURNAL
Afifi, T.D. 2003. “Feeling Caught” in Step Families: Managing
Boundary Turbulence through appropriate
communication privasi Rules. Journal of Social and
Personal Relationship, 20, hal.729-755.
Boyd, D.M., & Ellison N.B. 2008. Social Network Sites:
Definitionm history, and scholarship. Journal of
iv
Computer- Mediated Communication, 13, hal.210-
230.
Krames, Adam. 2010. An Unobtrusive Behavioral Model of
“Gross National Happiness. Journal of the 28th
International Conference on Human Factors in
Computing System.
Petronio, S., Sargent, J., Andea, L., Reganis, P., & Cichocki, D.
2004. Family and Friends as Healhtcare Advocate:
Dilemmas of Confidentiality and Privasi. Journal of
Social and Personal realtionship, 21, hal.33-52.
Schaffner, C. (2004). Political discourse analysis from the point
of view of translation studies. In Journal of Language
and Politics 3:1.
Soltani, F & Nemati, A. (2013). A CDA approach to translation
quality assessment: A case study of Lost Symbol.
Canadian Academy of Oriental and Occidental
Culture. Vol 7, No. 3. Pp. 60-72.
Winfried, N. (2004). Semiotics of ideology. Jurnal Semiotica
148–1/4 , pp.11–21 0031998/04/0148–0011. Walter de
Gruyter.
TESIS
Ari Indrayono Mahar. 1990. Konsep Privasi Pada Rumah
Dalam Kebudayaan Jawa. Depok: Universitas
Indonesia.
Bethany R.Dennis Frampton. 2010. Managing Facebook Friend
Request in Workplace Relationsip: An Application of
Manajemen privasi komunikasi Theory. USA: Kent
State University.
Devi Yunitri. 2006. Weblog dan Aktualisasi Diri (Studi Kasus
Blogger Indonesia). Depok: Universitas Indonesia.
v
Harvey Jones. 2005. Facebook Threads to Privasi. USA: MIT
Computer Science and Artificial Intelligence
Laboratory.
Website
http://ictwatch.com/internetsehat/2009/10/19/update-status-jadi-ritual-wajib-
usai-bercinta.
https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia
https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia
https://www.liputan6.com/news/read/3029350/5-status-di-media-sosial-
berujung-pidana
https://www.liputan6.com/news/read/3029350/5-status-di-media-sosial-
berujung-pidana
http://www.hum.uva.nl/teun/cda.htm
http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2010/10/29brk,201001029-288063
vi
LAMPIRAN
vii
Transkip wawancara bersama Ibu Hj. Siti Mardiah
Pendiri Majelis Taklim Wattadzkir Daarussalam
Wawancara : 11 January 2020
Pertanyaan Jawaban Intisari
Kapan mulai
menggunakan
Facebook?
2010 punya 2
Akun Facebook
• 2010 awal untuk
pribadi
• Pertengahan akun
pribadi hilang krn
lupa password
lalu bikin akun
baru untuk
pribadi dan
jamaah majelis
taklimnya
Sebelum pakai
Facebook, ada
media sosial yang
pernah dipakai?
Friendster, dulu
pakai sebelum
ada Facebook
• Ibu mardiah
termasuk
mengikuti
perkembangan
media sosial
bukan mengikuti
tren ibu-ibu
seusianya.
Alasan
menggunakan
Senang gaul dan
sosialisasi,
mencari teman-
• Bertemu teman
lama dan mencari
jaringan karena
viii
teman kuliah di
IIQ, karena
teman-teman
saya anak kyai
semua jdi setelah
mereka lulus
akhirnya
terpisah.
background
teman-teman
beliau.
Apa saja yang
dilakukan ketika
pertama kali
menggunakan
Facebook?
Keindahan alam
karena rihlah ke
kampung
halaman. Saya
foto-foto dengan
ingat firman
Allah “ betapa
allah
menciptakan
semuanya tidak
ada yang sia-sia”
dikampung
halaman saya
suka foto
kerbau, kandang
kerbau, betapa
keindahan di
kampung
• Seperti
kebanyakan orang
yang pertama kali
menggunakan
Facebook adalah
membagikan
kebahagian yang
dirasakan.
ix
halaman.
ini ada akun
pertama saya
sebelum akun
facebook kedua
ini. Setelah
punya akun
kedua saya mulai
memposting
kegiatan majelis
taklim
Bagaimana cara
ibu, nge-add
orang-orang yang
ibu kenal atau
ada pilihan
tersendiri untuk
add orang yang
ibu kenal?
Senang bergaul
tapi untuk kenal
saya lebih
memilih. Kecuali
kalau ada teman
yang
mengingatkan
untuk menerima
• Walaupun ibu siti
mardiah senang
bergaul namun
dalam
pertemanan
online ibu
termasuk pemilih
Selain teman
lama ada teman
lain yang ibu add
di Facebook?
Tidak ada teman
lain paling saya
add para ulama.
Tidak pernah add
yang tidak saya
kenal
• Karena tipe
pemilih ini ibu
mardiah juga
menghindari
akunnya
kemasukkan
orang-orang yang
x
suka spam dan
melakukan
penipiuan.
Ceritakan
aktivitas ibu
setelah gabung
pertama kali di
Aktivitas seperti
biasa tapi ada
tambahan
kegiatan majelis
taklim yang saya
didirikan sendiri.
• Aktivitas yang
dimaksud ibu
mardiah adalah
ketika jam 3 pagi
sudah bangun dan
menyiapkan
sarapan untuk
keluarga lalu
dilanjut dengan
kegiatan belajar
dan mengajar
online.
Nah, disana
banyak teman
yang ibu add, apa
saja yang ibu
lakukan setelah di
add?
Saya tidak
pernah add orang
yang tidak
dikenal.
• Tidak pernah
meng-add orang
yang tidak kenal
kecuali orang
tersebut
memberikan
informasi kalau
itu saudara
terdekat beliau.
Apa ada
pengaruh ketemu
Selain
silahturahmi
• Dikarenakan
teman-teman ibu
xi
sama teman-
teman lama yang
di-add? Setelah
chat misalnya
berlanjut untuk
ketemuan secara
langsung tidak?
seperti reuni kita
juga biasanya
sharing informasi
mengenai Ilmu
agama.
mardiah yang di
luar kota maka
reuni sekolah bisa
dilakukan di
dunia maya
Kapan mulai aktif
meng-update
majelis taklim?
2010 • Semenjak aplikasi
itu booming
Seberapa sering
update status
dalam sehari?
Waduh gak
terhitung,
kemungkinan
sesuai dengan
jadwal kegiatan
• Karena jadwal ibu
mardiah yang
padat kadang ibu
sendiri lupa untuk
meng-update
status
Lebih banyak
membicarakan
apa ketika
menulis status di
Facebook?
Lebih banyak
kegiatan saya
dari pagi
mengajar di
sekolah dasar,
lanjut bada ashar
ada TPQ anak,
anak remaja abis
magrib sampai
jam stgh 9 lanjut
• Terlihat dari
postingan beliau
yang lebih banyak
di-update
kegiatan majelis
taklim
xii
adalagi malam
hari pengajian
ibu-ibu rumah
tangga dari jam 9
ampai jam 11
malam.
Ceritakan yang
menurut Ibu
pribadi dan gak
harus dibikin
Status?
Yang menurut
saya pribadi
adalah kejelekan
suami, anak, dan
teman terdekat.
Biasanya saya
menulis status di
Facebook dengan
pesan
tersembunyi
tanpa
menjelaskan saya
marah dengan
siapa.
• Termasuk hai-hati
dalam
menyebarkan
sesuatu atau
menulis status di
Biasanya, Status
apa yang paling
sering
dikomentari?
Untuk sekarang
lebih banyak
kegiatan sehari-
hari mengajar
karena suami
yang jarang
• Sudah menjadi
budaya di
Indonesia
mencampuri
urusan pribadi
lebih indah
xiii
pulang dan anak
yang sibuk
dengan kuliah
dan pesantren.
dibandingkan
kegiatan yang
lain.
Bagaimana
komentar jamaah
mengenai status
yang ibu update
ketika berbeda
dengan kegiatan
Majelis Taklim?
Mereka lebih
sering menegur
ketika ketemu
dibandingkan
komentar di
Facebook.
• Jamaah ibu siti
mardiah juga
termasuk aktif
kasih komentar
bahkan pernah
ditegur sama
jamaahnya karena
statusnya sudah
terlalu sering
dibahas.
Bagaimana
komentar teman
terdekat
mengenai status
Facebook yang
Ibu update?
Komentarnya
beragam, tapi
yang menarik
selalu masalah
pribadi daripada
kegiatan majelis
taklim.
• Kalau teman
terdekat dan
keluarga lebih
jarang kasih
komentar
daripada jamaah
Pernah tidak
memberi tahu
seseorang tentang
informasi yang
dianggap private,
Tidak pernah
karena untuk
meng-add
seseorang saja
jarang apalagi
• Ibu mardiah
termasuk yang
menjaga rahasia
keluarga tapi
menyimpan
xiv
padahal kita gk
dekat sama kita?
kita tidak sama
sekali. Takutnya
ada penipuan
bahkan ibu
pernah
mendapatkan
pesan sampah
untuk memfoto
diri sendiri dan
penipuan gtulah.
rahasia jamaah
Apa ada
perbedaan ketika
ibu nge-buka
informasi privat
ke jamaah
dibandingkan
kegiatan jamaah?
Pasti ada apalagi
masyarakat kita
lebih suka
mengenai
kehidupan
pribadi
dibandingkan hal
lain atau keponya
tinggi. Apalagi
kalau saya nulis
sindiran dan
rezim politik,
mereka akan
biasanya akan
tegur ketika
bertemu.
• Masyarakyat kita
lebih suka
informasi pribadi
dibandingkan
nasehat. Tapi
biasanya ibu
mardiah mencoba
menylipkan
masalah pribadi
ini dengan ayat
Al-qur’an
xv
Apa keuntungan
bagi Ibu meng-
update status di
Facebook?
Keuntungan
banyak selain
bisa dikenal
dengan banyak
orang dan bisa
mendapatkan
jamaah dari
kegiatan yang
sering update.
• Branding diri
menjadi alasan
utama meng-
update status
Apa tanggapan
ibu mengenai
ibu-ibu majelis
taklim lebih
senang
mengshare foto
dan menulis
status di
Facebook?
Saya terus pantau
jamaah saya,
bahkan saya
pernah menulis
status untuk
salah satu jamaah
saya karena saya
tidak ingin orang
yang ngaji
dengan saya
berprilaku jelek.
Nanti saya
diminta
pertanggung
jawab atas
akhlak atas
jamaah saya.
• Perilaku ini
sedikit bikin
kaget karena
Facebook yang
digunakan ibu
mardiah
digunakan untuk
memantau
kegiatan mereka
dari statusnya.
xvi
Seperti “itu
muridnya siapa
sih koq seperti
itu”, maka dari
itu saya sebisa
mungkin
menjaga batasan
untuk
memposting
status.
Apakah ibu ada
keinginan sendiri
untuk membuat
Fanpage sendiri
untuk majelis
taklim ibu?
Sebenarnya kaya
website gitu kan
say, tapi karena
saya basicnya
alqur’an jadi
belum
menemukan
untuk bisa
menulis alqur’an
jadi lebih sering
menggunakan
foto dan caption
sedikit saja yang
penting ada
laporan setiap
hari.
• Ketidaktahuan
dan
ketidakpahaman
orangtua
mengenai ada
fitur fanpage
dalam Facebook
untuk bisa
membagi isi
status.
xvii
Sebutkan Jadwal
kegiatan majelis
taklim ibu?
1. TPQ untuk
anak-anak
2. Pengajian
remaja
3. Pengajian ibu-
ibu
4. hiburan islam
(marawis)
xviii
Foto Kegiatan Majelis Taalim
xix
xx
Sepenggal Cerita Dari Aku
Seorang Extro Yang Hilang Kendali
Imro’Atus Syaripah, 18 November 1993,
single, hobbynya ghibah online. Tak terasa
sudah 2 tahun pandemi covid 19 ini hadir
di seluruh dunia, bagaimana bagi saya
seorang extro terkunci dalam ruangan
sempit. Iya, sempit dengan keadaan dan
emosi yang ada, masih teringat bagaimana
detik-detik pemerintah melakukan pembatasan di beberapa
wilayah. Matahari terbenam menemani saya yang sedang
menumpangi truck pick up pulang ke tanjung priok. Saat itu di
jalan tol yang selalu penuh mendadak menjadi kosong dan mobil
saya menjadi mobil satu-satunya melintas. Detik-detik sebelum
lockdown pagi hari saya sedang merapihkan barang-barang
membantu dosen UIN yang sudah saya anggap kaka sendiri.
Beliau yang selalu membantu saya selama kuliah magister
dengan memberikan tumpangan tempat tinggal dan patungan
tempat kost.
Posisi beliau yang seorang dosen masih saya jaga, walau
kadang suka kena omelan untuk menggunakan bahasa formal
kepada dia. Tidak mudah menjadi wanita yang dituntut mandiri
dengan keadaan pada saat itu belum ada pekerjaan tetap. Hobby
menjadi penulis freelancer masih saya lakukan untuk biaya
sehari-hari sampai menyisihkan tabungan untuk bisa sekolah
magister.
xxi
Semangat membara itu masih saya ingat ketika bergabung
dalam komunitas blogger dan penulis lainnya. Berpergian setiap
hari menjadi kesenangan sendiri karena pekerjaan ini sangat
menarik bisa bertemu dengan orang banyak. Kurang lebih saya
menjalani aktivitas ini selama 2 tahun sambil menjadi reporter di
salah satu majalah Surabaya.
Kehidupan seorang extro pada saat itu sangat
menyenangkan tapi perjalanan itu memang tidak selalu indah
karena Allah ada saatnya manusia ini harus diuji untuk bisa kuat.
Benar-benar cobaan bagi saya yang seorang extro terjebak di
gedung sekolah taman kanak-kanak untuk membantu
orangtuanya yang membuka sekolah sebagai lapangan pekerjaan.
Bahkan untuk mengatasi stress berkepanjangan yang saya alami,
saya mencoba untuk stay di gedung sekolah untuk bisa
mengontrol emosi saya yang tidak stabil. Pandemi membuat saya
kehilangan beberapa pekerjaan yang seharusnya bisa diambil di
luar tapi harus diam
Hingga akhirnya stress berkepanjangan ini berdampak ke
kesehatan mental yang masih saya alami sampai sekarang, sudah
5 kali saya menjalani perawatan sebagai penderita aniexty
disorder. Perlu diketahui setiap saya membuka lembaran tesis
atau menghubungi orang yang pandai ilmu seperti dosen
pembimbing, ketua jurusan, dan seketaris jurusan saya harus
merasakan perasaan sesak nafas dan mual berlebihan karena rasa
cemas. Aneh, tapi itu yang terjadi dalam diri saya sampai
beberapa orang berpikir ini bukan saya yang dulu.
xxii
Menjadi dewasa itu sulit ternyata, tapi saya yakin Allah
selalu sayang sama saya. Afirmasi positif itu yang saya sedang
jalankan bahkan saya mencoba mencari kesenangan dari berbagai
aktivitas yang tidak pernah saya lakukan seperti melukis dan
desain fanart. Sampai saya mencoba roleplayer di dunia maya
untuk mencari diri saya yang dahulu. Lucu sih, saya yang sudah
berumur segini malah mencoba roleplayer yang biasa digunakan
anak muda sekarang.
Roleplayer adalah permainan peran yang ada di dunia
maya, kita bermain peran menjadi sosok yang sempurna untuk
bisa ketemu dengan teman yang sesuai hati kita. Hingga akhirnya
saya menemukan dunia baru bernama “Thai Enthu”, kalau di
korea dinamakan Korean wave arus perkembangan budaya korea
ini budaya thailand. Selama menjadi roleplayer ditemukan anak-
anak dibawah saya dengan jarak 10 tahun, kira-kira mereka ini
masih sekolah menengah pertama dan atas. Menjadi remaja
kembali itu perasaan yang saya rasakan dari depresi tingkat tinggi
sampai selalu berpikir bagaimana cara bunuh diri dan menghilang
dari dunia ini. Padahal perasaan itu pernah saya rasakan ketika
menjadi korban bully tapi kenapa sekarang muncul lagi.
Jahat, iya itu yang saya lakukan ketika saya egois sama
kehidupan nyata saya sampai mematikan semua notifikasi media
sosial yang tidak ada second akun. Sampai teman-teman itu
mensadari kalau saya hilang di dunia nyata selama 3 bulan karena
tidak aktivitas meng-update status dan membalas pesan mereka.
Entah kenapa saya melakukan itu karena pada saat itu semua
xxiii
orang tidak ada yang bisa menolong saya kecuali saya sendiri
yang mau usaha untuk bangkit dari masalah ini.
Saya egois melupakan dunia nyata saya dan terlalu sibuk
dengan dunia online saya. Sampai menjadi manusia yang lupa
cara berinteraksi dengan orang lain bahkan tidak menghargai
oranglain. Saya terbuai dengan teman-teman online yang mereka
lebih mengerti tindakan kita dibandingkan oranglain. Sampai
saya diculik sama teman saya Fitria untuk bisa kembali karena
saya sudah hampir 1.5 tahun terkurung di gedung sekolah.
Selama kelas online saya memanfaatkan wifi sekolah
yang guru akan datang pagi untuk mengajar kelas online sampai
jam 12 setelahnya saya menggunakan fasillitas itu sampai tengah
malam. Bahkan saya melakukan live streaming untuk bisa
menyapa orang yang baru saya kenal di tik tok. snack video, ome
tv, space twitter, dan space tele. Semua saya lakukan untuk
membuang energi jahat yang selalu terjadi tengah malam yaitu
“Overthinking”, sebegitu saya menzalimi diri sendiri dengan
aktivitas ini. Sampai saya lebih terkenal di dunia online
dibandingkan kehidupan nyata sendiri, bukan terkenal di surga
tapi dunia online.
Terimakasih sama diri sendiri yang sudah berhasil sampai
ke titik ini. Saya benar-benar minta maaf sama orang-orang yang
mengenal saya termasuk keluarga sendiri sampai saya pindah ke
gedung sekolah dan betah tinggal disini dibandingkan di rumah.
Ini adalah sepenggal cerita dari saya karena dalam masa terapi
saya harus menulis jurnal random perasaan saya setiap hari.
Tidak sering-seringnya saya selalu minta maaf sama dosen
xxiv
pembimbing, ketua jurusan, dan seketaris jurusan. Terimakasih
teguran kalian membuat saya selalu sadar akan kehidupan
selanjutnya yang akan lebih indah daripada kamu membenci
waktu yang semakin cepat karena pandemi.