Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MANAJEMEN PROGRAM ADIWIYATA DALAM
MEMBENTUK KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
(STUDI KASUS DI SMK NEGERI 1 JENANGAN
PONOROGO)
SKRIPSI
OLEH :
MUHAMMAD AFI TAMAM
NIM : 211216027
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONOROGO
2020
vii
ABSTRAK
Afi Tamam, Muhammad. 2020. Manajemen Program Adiwiyata dalam
Membentuk Karaker Peduli Lingkungan (Studi Kasus di SMK Negeri 1
Jenangan Ponorogo). Skripsi. Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ponorogo. Pembimbing Aris Nurbawani, M.M.
Kata Kunci: Manajemen, Program Adiwiyata, Karakter Peduli Lingkungan
Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang dianggap masyarakat sebagai
salah satu lembaga percontohan dalam hal pembentukan karakter peduli siswa
terhadap lingkungan. Oleh karenanya di SMK Negeri 1 Jenangan membentuk suatu
program Adiwiyata untuk membentuk karakter peduli siswa. Program ini sudah
berjalan sejak tahun 2009. Dan sudah mendapatkan penghargaan sekolah adiwiyata
tingkat nasional pada tahun 2012.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengadakan penelitian dengan tujuan: (1)
Mendeskripsikan perencanaan dan pelaksanaan program Adiwiyata dalam
membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa di SMK Negeri 1 Jenangan
Ponorogo, (2) Mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat program
Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa SMK Negeri
1 Jenangan Ponorogo, (3) Mendeskripsikan dampak program Adiwiyata dalam
membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa di SMK Negeri 1 Jenangan
Ponorogo.
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode wawancara,
observasi dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan datanya. Dan teknik yang
dipakai dalam analisis data adalah kondensasi data, tampilan data, dan kesimpulan
sementara.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Perencanaan
program Adiwiyata di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo sudah dimulai sejak tahun
2009 akan tetapi baru diimplementasikan pada tahun 2012. Perencanaan program
ini dilatar belakangi oleh kasus banjir yang terjadi di kota Ponorogo, dengan adanya
program Adiwiyata di sekolah diharapkan siswa dapat menggandeng masyarakat
lingkungan rumahnya untuk peduli terhadap lingkungan. Program yang dilakukan
di antaranya program Jumat Bersih, pengelolaan lingkungan hidup dengan
memproduksi teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, pemanfaatan composter
multi drum, dll. Semua stakeholder sekolah terlibat dalam program Adiwiyata di
SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo. (2) Faktor pendukung pelaksanaan program
Adiwiyata di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo di antaranya kebijakan kepala
sekolah dalam mengawal terciptanya lingkungan bersih, adanya kebijakan
berwawasan lingkungan, kurikulum berbagai lingkungan hidup, dll. Sedangkan
faktor penghambat program Adiwiyata di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo di
antaranya alokasi dana yang dibatasi oleh anggaran sekolah, mentalitas warga
sekolah yang belum bersifat sadar lingkungan, tanggung jawab serta pengetahuan
warga sekolah kurang meluas mengenai program adiwiyata. Faktor penghambat itu
viii
dapat diatasi dengan menerapkan kurikulum berbasis lingkungan hidup, dukungan penuh dari kepala sekolah tentang program adiwiyata, adanya ekstra lingkungan hidup,
guru dan siswa peduli serta melindungi lingkungan sekolah dan menjaga kebersihannya. (3) Dampak program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan di
SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo sangat besar terhadap lingkungan sekolah, di
antaranya peduli lingkungan bagi semua warga sekolah, meningkatkan kondisi
belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif, mendapat penghargaan sekolah
adiwiyata tingkat kabupaten ponorogo kemudian provinsi jawa timur serta tingkat
nasional, tercipta kebersamaan bagi semua warga sekolah, meningkatkan
penghematan sumber dana melalui pengurangan sumber daya dan energi, meni
ngkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah, anak-anak bisa
mengelola sampah dengan baik dan benar. Sedangkan dampak negatifnya
dilakukan dengan mempertahankan serta mengembangkan dampak atau
keuntungan baik/positif yang terlihat, serta menilai perubahan yang terjadi di
lingkungan sekolah.
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
PENGESAHAN
Skripsi atas nama saudara :
Telah dipertahankan pada sidang Munaqasah di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, pada :
Tim Penguji Skripsi :
1. Ketua Sidang : Dr. MUHAMMAD THOYIB, M.Pd2. Penguji I : Dr. SUGIYAR, M.Pd.I3. Penguji II : ARIS NURBAWANI, MM
Hari : SeninTanggal : 23 November 2020
Hari : SelasaTanggal : 20 Oktober 2020
dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Manajemen Pendidikan Islam, pada :
Nama : MUHAMMAD AFI TAMAMNIM : 211216027Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu KeguruanJurusan : Manajemen Pendidikan IslamJudul Skripsi : MANAJEMEN PROGRAM ADIWIYATA DALAM
MEMBENTUK KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 1 JENANGAN PONOROGO)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hijau merupakan simbol warna yang sejuk, asri dan nyaman. Istilah dari
hijau sendiri tentunya tidak jauh dari lingkungan bersih dan pepohonan yang
tumbuh subur akarnya kuat menopang serta daun-daunnya lebat membuat
suasana lebih nyaman. Di samping tumbuhnya pepohonan tak luput dari
lingkungan yang bersih. Masyarakat harus mempedulikan lingkungan di sekitar.
Ketika masyarakat sadar akan kepedulian dengan sendirinya akan terciptanya
lingkungan hidup yang nyaman.
Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mana merupakan Undang-Undang payung
terhadap semua peraturan-peraturan mengenai masalah di lingkungan hidup.
Dalam penjabaran Undang-undang di atas, secara detail dalam pasal 1 angka 14
dan angka 16 UUPLH No. 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa pencemaran
lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Sehingga
perusakan lingkungan hidup merupakan tindakan orang yang dapat
menimbulkan perubahan secara langsung maupun tidak langsung terhadap sifat
fisik, kimia, dan hayati lingkungan hidup.2
2 Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup.
2
Pada dasarnya, Tuhan menciptakan bumi dan isinya untuk kemakmuran
masyarakat banyak. Pengelolaan sepenuhnya dirasakan oleh manusia,
pengelolaan dalam pendayaan sumber daya alam selain untuk memajukan
kesejahteraan umum juga untuk mencapai kebahagiaan hidup, dan pengupayaan
harus memperhatikan pelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan
seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan. Perilaku
manusia terhadap lingkungan hidupnya dapat dilihat secara nyata sejak manusia
belum berperadaban, awal adanya peradaban, dan sampai sekarang pada saat
peradaban itu menjadi modern dan semakin canggih didukung oleh ilmu dan
teknologi. Ironisnya perilaku manusia terhadap lingkungan hidupnya tidak
semakin arif melainkan sebaliknya.3
Penanaman prinsip cinta lingkungan sendiri harus diterapkan sejak dini.
Anak-anak pendidikan usia dini sudah diajarkan tentang kebersihan lingkungan
mulai dari buang sampah pada tempatnya sampai cara merawat tanaman. Di
Taman Kanak-kanak pun tentunya juga demikian. Beranjak ke jenjang
berikutnya sampai SMA/SMK tentunya pendidikan semakin tinggi maka
semakin lebih memahami betapa pentingnya menjaga lingkungan di sekitarnya.
Lingkungan pendidikan selain harus bersih, rapi juga harus asri dan dijaga
kelestarian, karena Islam memang mengajarkan tentang kebersihan, kerapihan
oleh karena itu semestinya sekolah atau madrasah tidak boleh menampakkan
kekumuhan. Kebersihan sebetulnya tidak harus berbiaya mahal, asalkan mereka
3 Dwija Cendekia, Pendididikan Karakter Peduli Lingkungan dan Implementasinya, Jurnal
Riset Pedagogik, https://jurnal.uns.ac.id/jdc 2017, diakses 19 Desember 2019.
3
yang bertanggung jawab memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap
lingkungan yang tinggi. Oleh karena itu, kebersihan terkait dengan kepekaan dan
kemauan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.4
Adanya kebijakan yang terkait dalam pengelolaan lingkungan diharapkan
dapat memperbaiki kualitas lingkungan. Pembangunan nasional diarahkan untuk
menerapkan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan atau
pembangunan berkelanjutan. Salah satu unsur di dalam konsep pembangunan
berkelanjutan tersebut adalah pendidikan lingkungan hidup di lingkungan
sekolah.
Pada tahun 1996 di sepakati kerjasama antara Departemen Pendidikan
Nasional dan Kementrian Negara Lingkungan Hidup yang diperbaharui pada
tahun 2005 dan 2010. Sebagai tindak lanjut dari hasil kesepakatan tahun 2005,
pada tahun 2006 kementrian lingkungan hidup mengembangkan program
pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
melalui program Adiwiyata yaitu sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.
Menurut Iswari dan Utomo program Adiwiyata adalah program yang
komprehensif melibatkan semua stakeholders baik di sekolah dan masyarakat
untuk membantu meningkatkan kepedulian lingkungan, khususnya para siswa.5
Adiwiyata merupakan PLH yang dapat dilaksanakan di berbagai tempat
dan tidak hanya dilaksanakan oleh lembaga sekolah. Adiwiyata dapat dilakukan
di lingkungan pemukiman, kantor, dan lain-lain. Namun, di dalam bidang
4 Iman Suparyogo, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Jakarta: Rineka Cipta 2010), 45. 5 Rizky Dewi Iswari, “Evaluasi Penerapan Program Adiwiyata Untuk Membentuk Perilaku
Peduli Lingkungan di Kalangan Siswa (Kasus: SMA Negeri 9 Tangerang Selatan dan MA Negeri 1
Serpong),” Jurnal Ilmu Lingkungan, (Desember, 2017), 36.
4
pendidikan, Adiwiyata menyatu dengan Standar Nasional Pendidikan, yaitu
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidikan
dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan,
Standar Pembiayaan Pendidikan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Kesatuan
Adiwiyata dengan Standar Nasional Pendidikan menjadikan tahap pelaksanaan
Sekolah Adiwiyata sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 2013. Kepedulian
terhadap lingkungan hidup yang menjadi inti dari Adiwiyata tercantum dalam
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia.
Kompetensi tersebut juga merupakan bentuk implementasi UU Nomor 2009
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dikembangkan
melalui jalur kemitraan dengan lembaga pendidikan di sekolah.
Pelaksanaan Adiwiyata terdiri dari tim nasional, tim provinsi, tim
kabupaten atau kota, dan tim sekolah. Anggota tim pelaksana Adiwiyata di
sekolah ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Sekolah. Peran dan tugas
pokoknya adalah :
1. Mengkaji kondisi lingkungan hidup di sekitar wilayah sekolah, kebijakan
yang ditetapkan di sekolah, kurikulum sekolah, kegiatan sekolah, dan sarana
prasarana yang tersedia di sekolah.
2. Membuat rencana kerja dan rancangan alokasi anggaran sekolah berdasarkan
hasil kajian yang dilakukan terlebih dahulu sesuai dengan komponen, standar,
dan implementasi Sekolah Adiwiyata.
3. Melakukan, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kerja
sekolah yang telah disetujui Kepala Sekolah.
5
4. Menyampaikan laporan kepada Kepala Sekolah yang kemudian dilampirkan
kepada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten atau Kota setempat dan instansi
terkait.6
Tujuan dari Program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang
bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan. Keuntungan dalam mengimplementasikan program Adiwiyata
bagi sekolah adalah madrasah dapat menciptakan tempat pembelajaran tentang
nilai-nilai pemeliharaan lingkungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan
upaya meningkatkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan melalui kegiatan
pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup sehingga tercipta kondisi belajar-mengajar yang lebih
kondusif untuk siswa.7
Pemerintah sebagai penyelenggara ikut andil dalam menindaklanjuti
persoalan lingkungan. Untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang semakin
hari semakin bertambah banyak dan beragam, pemerintah mempunyai berbagai
program dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan.
Hasil proses pendidikan akan memungkinkan seseorang dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Dengan bekal pengetahuan yang dimilikinya
memungkinkan pula baginya untuk berkontribusi dan berkiprah dalam
6 Endang Haris, et. al. Sekolah Adiwiyata Panduan Implementasi Adiwiyata Mandiri di
Sekolah, (Jakarta: Erlangga, 2018), 32. 7 Kementerian Balai Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “
Panduan Adiwiyata : Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan, (Jawa Tengah: Badan
Lingkungan Hidup, 2012), 61.
6
pembangunan dan pengembangan masyarakat. Hal ini bermakna bahwa
pendidikan merupakan salah satu cara yang patut ditempuh untuk memberikan
pengetahuan serta membentuk sikap dan kepedulian masyarakat terhadap
lingkungan sebagaimana diinginkan.8
Pendidikan karakter merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan
nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan sekolah, lingkungan
keluarga, dan masyarakat. Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya
penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan
pengalaman jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri
sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. Nilai-nilai luhur tersebut antara lain,
kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir,
termasuk kepenasaran akan intelektual dan berfikir logis. Oleh karena itu,
penanaman karakter tidak bisa hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan
atau melatih suatu keterampilan tertentu. Penanaman pendidikan karakter perlu
proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan
siswa dalam lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, maupun lingkungan
media masa.9
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan program
penerapan pendidikan karakter pada satuan pendidikan. Pendidikan karakter
pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran,
8 Syukri Hamzah, Pendidikan Lingkungan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), 13. 9 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Kencana Media Group, 2013), 17.
7
kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan,
dan pembiasaan.10
Pada bulan Oktober tahun 2018, Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
Ponorogo mendapatkan laporan dari keluhan masyarakat yang berada di
pemukiman sekitar Jl. Ir Juanda, terkait penumpukan sampah yang berada di
bawah jembatan khususnnya jl. Ir Juanda. Tumpukan sampah itu berasal dari
sampah masyarakat sekitar yang akhirnya menutup aliran sungai yang berada di
bawah jembatan tersebut. Dari kejadian ini pihak DLH menyadari bahwa
masyarakatnya belum memahami dampak dari membuang sampah di sungai
ketika musim hujan turun tiba. Sebenarnya terkait regulasi tentang adanya
larangan membuang sampah di aliran sungai sudah tertuang pada Peraturan
Daerah (Perda) sejak tahun 2011 dan sudah pernah disosialisasikan kepada
masyarakat beserta sanksi yang diberikan jika melanggar.11
Pemerintah kota Ponorogo bekerjasama dengan dinas lingkungan hidup
untuk membentuk suatu program Adiwiyata yang sasarannya paling banyak
adalah ditujukan untuk sekolah-sekolah yang ada di daerah. Hal ini dilakukan
agar sejak dini masyarakat sadar tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar
seperti membuang sampah pada tempatnya serta perlu adanya penerapan dan
kesadaran dari masyarakat ponorogo khususnya.
SMK Negeri 1 jenangan ponorogo adalah salah satu dari Sekolah
Kejuruan yang dikatakan berhasil menerapkan program Sekolah Adiwiyata.
10 Kementerian Pendidikan Nasional, Desain Induk Pendidikan Karakter, (Jakarta: 2010), 6. 11 Kominfo. “Awas Buang Sampah di Sungai bisa Kena Sanksi”, 2 September 2020.
https://ponorogo.go.id/2018/10/23/awas-buang-sampah-disungai-bisa-kena-sanksi/
https://ponorogo.go.id/2018/10/23/awas-buang-sampah-disungai-bisa-kena-sanksi/
8
dalam pelaksanaannya juga didasarkan pada ISO 9001:2005 yang telah
diterapkan oleh SMK Negeri 1 Jenangan dalam rangka penguatan mutu
lingkungan pendidikan. Kini SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo sudah terkenal
tidak hanya masyarakat Ponorogo saja bahkan Madiun, Magetan, Pacitan, dan
lain-lain. Salah satu program Adiwiyata nya adalah Jum’at bersih.12
SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo yang memiliki luas sekitar 40 m2
dengan tumbuhan yang rindang beraneka ragam, suasana yang tenang dan alami
mendukung untuk terlaksananya program Adiwiyata. Sejak tahun 2013 SMK
Negeri 1 Jenangan Ponorogo telah berpartisipasi dalam program Adiwiyata. Dan
SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo telah menerima penghargaan tertinggi di
bidang lingkungan untuk kategori sekolah peduli dan berbudaya lingkungan
(Adiwiyata Nasional) pada tanggal 7 Juni 2012. Penghargaan ini diserahkan oleh
Presiden kepada Kepala SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo.13
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana
pelaksanaan program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan
di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Maka penelitian ini mengambil judul
Implementasi Manajemen Program Adiwiyata dalam Membentuk Karakter
Peduli Lingkungan (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo).
12 Wawancara dengan Bu Trias selaku Sekretaris Waka Kurikulum SMK Negeri 1 Jenangan
Ponorogo pada Hari Senin 3 November 2019. 13 Dokumen, Pengahargaan Adiwiyata Nasional SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, 2012.
9
B. Fokus Penelitian
Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perencanaan dan
pelaksanaan, dampak program, dan faktor pendukung dan penghambat program
Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa di SMK
Negeri 1 Jenangan Ponorogo.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perencanaan dan pelaksanaan program Adiwiyata dalam
membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa di SMK Negeri 1
Jenangan Ponorogo?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat program Adiwiyata dalam
membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa SMK Negeri 1 Jenangan
Ponorogo?
3. Bagaimana dampak program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli
lingkungan pada siswa di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan perencanaan dan pelaksanaan program Adiwiyata
dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa di SMK Negeri 1
Jenangan Ponorogo.
2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat program
Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada siswa SMK
Negeri 1 Jenangan Ponorogo.
10
3. Untuk mendeskripsikan dampak program Adiwiyata dalam membentuk
karakter peduli lingkungan pada siswa di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan
khususnya kajian mengenai teori manajemen program Adiwiyata dalam
membentuk karakter peduli lingkungan di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan, pengetahuan serta tolak ukur tentang manajemen program
Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan di sekolah.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pengetahuan tentang pentingnya peduli lingkungan di sekolah.
c. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pengetahuan tentang manajemen program Adiwiyata yang diberlakukan
oleh sekolah agar dapat membentuk karakter peduli lingkungan.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi untuk menambah wawasan tentang manajemen program
11
Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan dan penyelesaian
studi S1 di jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan di Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
F. Sistematika Pembahasan
Bab I Pendahuluan, bab ini berisi tinjauan secara global permasalahan
yang dibahas, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab II Telaah Hasil Penelitian Terdahulu dan Kajian Teori, bab ini
berfungsi sebagai alat analisis. Yang berfungsi untuk menengahkan kerangka
acuan teori yang digunakan sebagai landasan melakukan penelitian terdiri dari
pengertian manajemen pendidikan, program Adiwiyata, dan karakter peduli
lingkungan.
Bab III Metode Penelitian, bab ini berisi tentang metode yang digunakan
peneliti yaitu pendekatan, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, dan
tahapan-tahapan penelitian.
Bab IV Temuan Data, bab ini berisi temuan tentang data umum dan data
khusus. Data umum berisi tentang deskripsi singkat profil lokasi penelitian.
Sedangkan data khusus berisi tentang temuan yang diperoleh dari pengamatan
dan hasil wawancara serta dokumentasi lainnya yang terkait dengan manajemen
12
program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan di SMK
Negeri 1 Jenangan Ponorogo.
Bab V Pembahasan, bab ini yang memuat gagasan-gagasan peneliti terkait
dengan manajemen program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli
lingkungan di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Dalam bab ini berfungsi
menafsirkan dan menjelaskan data hasil temuan di lapangan.
Bab VI Penutup, bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi yang
berfungsi mempermudah pembaca dalam menggambarkan intisari. Dalam bab
ini berisi kesimpulan yang berisi jawaban atas rumusan masalah dan saran.
13
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU
DAN KAJIAN TEORI
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Untuk memperkuat penelitian ini, peneliti mendapati hasil penelitian
terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian penulis, terkait dengan
sekolah dan program Adiwiyata yang sudah dilakukan oleh beberapa orang
diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Vera Duwi Anggraini pada tahun 2017 skripsi
dengan judul “Peningkatan Kesadaran Siswa Terhadap Lingkungan Sekolah
Melalui Program Adiwiyata di MIN Bogem Sampung Ponorogo”. Latar
belakang masalah dari penelitian ini adalah banyaknya kejadian tentang
kurangnya perhatian terhadap kebersihan lingkungan di MIN Bogem ini
menunjukkan bahwa kesadaran siswa terhadap kebersihan lingkungan
sekolah masih rendah, selain itu peran guru sangat penting untuk lebih
meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus. Hasil penelitian program Adiwiyata di MIN Bogem
adalah adanya suatu potensi yaitu limbah di sekitar madrasah (di tempat
pembuangan sampah madrasah). Dalam melaksanaan program Adiwiyata di
14
MIN Bogem yang dilakukan adalah perencanaan, sosialisasi, merancang
program.14
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan
adalah penelitian ini meneliti tentang peningkatan kesadaran siswa terhadap
lingkungan hidup melalui program Adiwiyata sedangkan penelitian saya
tentang manajemen program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli
lingkungan. Sedangkan persamaannya sama-sama meneliti tentang program
Adiwiyata.
2. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Rohmaniyah, yang berjudul
“Program Adiwiyata untuk Meningkatkan Perilaku Cinta Alam Siswa di SD
Muhammadiyah Wirobrajan 3 Yogyakarta”, penelitian ini merupakan
penelitian lapangan jenis kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini adalah: (a)
program Adiwiyata ada 4 komponen, yaitu kebijakan berwawasan
lingkungan yang meliputi visi, misi dan tujuan, pelaksanaan kurikulum
berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan yang berbasis partisipasif dari
berbagai pihak, dan pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah
lingkungan, (b) penerapan program Adiwiyata di SD Muhamadiyah
Wirobrajan 3 meliputi penerapan kurikulum berbasis lingkungan, penerapan
melalui partisipasif warga sekolah, dan penerapan yang lain yaitu pengelolaan
sarana dan prasarana yang mendukung lingkungan, (c) faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan program Adiwiyata di SD Muhamadiyah
14 Vera Duwi Anggraini, Peningkatan Kesadaran Siswa terhadap Lingkungan Sekolah
Melalui Program Adiwiyata di MIN Bogem Sampung Ponorogo, (Skripsi: IAIN Ponorogo, 2017).
15
Wirobrajan 3 Yogyakarta meliputi adanya dukungan dari seluruh warga
sekolah (Kepala sekolah, tim Adiwiyata, pendidik, karyawan dan siswa),
dukungan orang tua siswa, sarana dan prasarana, warga sekitar luar sekolah,
lembaga-lembaga dan badan lingkungan hidup. Faktor penghambatnya yaitu
peserta didik yang masih belum menyadari dan peduli terhadap lingkungan,
keterbatasan waktu untuk melaksanakan program Adiwiyata, dan kurangnya
kekompakan guru. Hasil yang sudah tercapai dari program Adiwiyata untuk
meningkatkan perilaku cinta alam siswa di SD Muhamadiyah Wirobrajan 3
Yogyakarta adalah siswa telah mampu menjaga kebersihan lingkungan
sekolah dengan cara piket, semutlis (Sepuluh Menit lingkungan Sekolah),
membuang sampah pada tempatnya dan memilah sampah 29 sesuai jenisnya,
siswa mampu menanam, merawat dan melakukan pola hidup sehat.15
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan
adalah penelitian ini meneliti tentang program Adiwiyata untuk
meningkatkan perilaku cinta alam siswa sedangkan penelitian saya tentang
manajemen program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli
lingkungan. Sedangkan persamaannya sama-sama meneliti tentang program
Adiwiyata.
15 Siti Rohmaniyah, Program Adiwiyata untuk Meningkatkan Perilaku Cinta Alam Siswa di
SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 Yogyakarta, (Skripsi: UIN Sunan Kalijaga, 2015).
16
B. Kajian Teori
1. Manajemen Program Adiwiyata
a. Definisi Manajemen
Ensiklopedia bebas wikipedia menjelaskan bahwa istilah
manajemen berasal dari kata dalam Bahasa Perancis kuno “management”,
yang berarti "seni melaksanakan dan mengatur”. Menurut Ricky W.
Griffin menjelaskan bahwa manajemen tidak lain adalah “satu proses
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), pengoordinasian (coordinating), dan pengontrolan
(controlling) sumber daya untuk mencapai sasaran (goal’s) secara efektif
dan efisien”. Efektif berarti tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan, sedangkan efisien berarti tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisasi dengan baik, serta sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan”.16
Secara etimologis kata manajemen merupakan terjemahan dari
management (Bahasa Inggris). Kata management sendiri berasal dari kata
manage atau magiare yang berarti melatih kuda dalam melangkahkan
kakinya. Dalam pengertian manajemen, terkandung dua kegiatan yaitu
kegiatan berpikir dan kegiatan tingkah laku. Manajemen juga diartikan
sebagai penggunaan efektif sumber-sumber tenaga manusia dan bukan
16 Suparlan, Manajemen Berbasis Sekolah dari Teori sampai dengan Praktik, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013), 41.
17
manusia serta bahan material lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditentukan.17
Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal,
manajemen adalah penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai
sasaran dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit
ataupun nonprofit. Menurut George R. Terry mendefinisikan manajemen
sebagai proses yang khas dan terdiri atas tindakan-tindakan, seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan, dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya. Sedangkan menurut Malayu S.P. Hasibuan mendefinisikan
manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tertentu.18
Secara luas orang sudah banyak mengenal tentang istilah
manajemen, hakikat manajemen secara relatif, yaitu bagaimana sebuah
aktivitas bisa berjalan lebih teratur berdasarkan prosedur dan proses.
Secara umum dikatakan bahwa manajemen merupakan proses yang khas
yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia maupun sumber daya
17 Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2014), 1. 18 Zainal Mukarom, Muhibudin wijaya laksana, Manajemen Public Relation, (Bandung:
Pustaka Setia,2015), 104.
18
lainnya.19 Menurut Mary Parker Follet, manajemen adalah seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.20
Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen
adalah dengan demikian manajemen diartikan suatu proses merencanakan,
mengorganisir, menata staff, memimpin, memberikan motivasi,
memberikan pengarahan, memfasilitasi, memberdayakan staff, dan
mengawasi antar anggota organisasi dengan menggunakan seluruh sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
b. Fungsi Manajemen
1) Perencanaan (Planning)
Menurut George R. Terry perencanaan adalah suatu hal yang
harus ada dalam setiap usaha untuk mengembangkan usaha atau
lembaga tersebut. Perencanaan dianggap vital, maka harus dilakukan di
awal. Perencanaan juga dapat dianggap sebagai kumpulan dari
keputusan-keputusan, dimana keputusan-keputusan itu dianggap
sebagai tindakan untuk mempersiapkan tindakan-tindakan di masa
yang akan datang dengan jalan membuat keputusan sekarang. Ia juga
menyatakan bahwa fungsi perencanaan meliputi menetapkan tujuan
organisasi, menetapkan suatu strategi keseluruhan untuk mencapai
19 Ety Rochaety, et. al. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2010), 4. 20 Yosy Arisandy, et. al. Kurniawan, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2017), 96.
19
tujuan dan mengembangkan suatu hierarki rencana yang menyeluruh
untuk memadukan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.21
Menurut Goyal perencanaan adalah suatu proses untuk
memikirkan sesuatu yang akan dikerjakan di masa yang akan datang.
Fungsinya untuk menjembatani antara kondisi yang sebenarnya terjadi
saat ini dengan kondisi yang diharapkan di masa yang akan datang.
Karena perencanaan adalah suatu perumusan tindakan yang akan
dilakukan di masa yang akan datang, sehingga harus mengandung
aspek-aspek apa, bagaimana, mengapa, dimana, kapan dan siapa.22
Sedangkan menurut Suharsimi, perencanaan adalah proses
mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan untuk
dilakukannya tindakan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi
dengan atau tanpa menggunakan sumber-sumber yang ada. Aspek-
aspek perencanaan meliputi apa yang akan dilakukan, siapa yang harus
melakukan, kapan dilakukan, dimana dilakukan, bagaimana
melakukan, dan apa saja yang perlu dilakukan agar tercapai tujuannya
secara maksimal.23
Selain itu Hasibuan juga menjelaskan bahwa hubungan
perencanaan dengan perencana adalah perencana memproses
perencanaan, dan hasilnya adalah rencana. Perencanaan adalah proses
21 Syamsuddin. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Alauddin Makasar (VOL 1, NO. 1 Juni
2017), 67. 22 Eva Andayani, Modul 1 Konsep dan Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, 1.6. 23 Suharsimi Arikunto, & Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media,
2012), 8.
20
untuk menentukan rencana. Dalam suatu perencanaan juga ditentukan
tujuan dan pedoman untuk mencapai tujuan itu.24
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi
perencanaan adalah aktifitas atau kegiatan yang berupa proses
penentuan program kerja, tujuan, pembagian tugas dan wewenang,
serta strategi untuk pencapaian tujuan. Disinilah peran stakeholder
sekolah sebagai penggerak dan penyelenggara manajemen sangat
dibutuhkan. Dalam penelitian ini teori manajemen perencanaan dipakai
untuk mengetahui bagaimana manajemen perencanaan program
Adiwiyata di sekolah.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Menurut Hasibuan pengorganisasian adalah suatu proses
penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam
aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Menempatkan orang-
orang di dalamnya pada setiap kegiatan, menyediakan peralatan yang
diperlukan, menetapkan tugas atau wewenang yang diberikan kepada
setiap individu di dalamnya sehingga mereka dapat bekerja sama secara
efisien untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu.25
Sedangkan menurut George R. Terry pengorganisasian mencakup
pembagian komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai
24 Syamsuddin. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, 67. 25 Ibid., 68.
21
tujuan, dan pengelompokan tugas serta wewenang. Di mana kegiatan
pengorganisasian ini sangat erat kaitannya dengan manusia.26
Jadi yang dimaksud pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan yang efektif antara orang-orang, sehingga
mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh kepuasan
pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi
lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Dalam
penelitian ini teori manajemen pengorganisasian di pakai untuk
mengetahui bagaimana pengorganisasian program Adiwiyata di
sekolah.
3) Pelaksanaan (Actuating)
Rangkaian tindakan atau program kerja yang telah ditentukan
pada tahap perencanaan kemudian diimplementasikan dalam kegiatan
pelaksanaan. Menggerakkan adalah sama artinya dengan pelaksanaan.
Pelaksanaan adalah proses dilakukan dan digerakkannya perencanaan.
Fungsi pelaksanaan merupakan proses manajemen untuk
merealisasikan hal-hal yang telah disusun dalam fungsi perencanaan.
Menurut George R. Terry actuating adalah usaha untuk
menggerakkan anggota-anggota kelompok dengan sedemikian rupa
hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan. Dalam suatu lembaga, kalau hanya ada
26 Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Educational Management Teori dan
Praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia, 21.
22
perencanaan atau organisasi saja tidak cukup. Untuk itu dibutuhkan
tindakan atau actuating yang konkrit yang dapat menimbulkan action.
Dalam pelaksanaan para pengelola harus menunjukkan melalui
tindakan dan keputusan-keputusan mereka bahwa mereka mempunyai
perhatian yang dalam untuk anggota-anggota organisasi mereka. Pada
dasarnya actuating dimulai dari dalam diri pribadi masing-masing.
Pengelola harus dimotivasi secara pribadi untuk mencapai kemajuan
dan untuk bekerjasama secara harmonis dan terarah dengan pihak lain.
Dalam pelaksanaan harus bersikap obyektif dalam penentuan dan
penggunaannya. Actuating berhubungan erat dengan sumber daya
manusia yang pada akhirnya merupakan pusat aktivitas-aktivitas
jalannya manajemen.27
Sedangkan menurut Sondang, penggerakan adalah seluruh usaha,
teknik, cara yang dilakukan untuk mendorong para anggota organisasi
agar dapat bekerja dengan sebaik mungkin untuk mencapai tujuan
organisasi secara efektif, efisien dan ekonomis.28
Dalam penggerakan (actuating) ini Kepala Sekolah menggerakan
organisasi agar dapat berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-
masing serta menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam
organisasi agar pekerjaan atau kegiatan dalam pelaksanaan program
27 Ibid. 28 Kompri, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), 41.
23
Adiwiyata yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana dan bisa
mencapai tujuan.
4) Pengawasan (Controlling)
Menurut George R. Terry fungsi terakhir yang dijalankan oleh
para manajer adalah controlling. Setelah tujuan-tujuan ditetapkan,
rencana-rencana dirumuskan, pengaturan struktural digambarkan, dan
orang-orang dipekerjakan, dilatih, dan dimotivasi masih ada
kemungkinan bahwa ada sesuatu yang keliru.
Untuk memastikan bahwa semua urusan berjalan seperti
seharusnya, manajemen harus memantau kinerja organisasi. Kinerja
yang sebenarnya harus dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang
ditetapkan sebelumnya. Jika terdapat penyimpangan yang cukup
berarti, tugas manajemen untuk mengembalikan organisasi itu pada
jalurnya. Pemantauan, pembandingan, dan kemungkinan mengoreksi
inilah yang diartikan dengan fungsi controlling/ pengawasan.
Sedangkan Manulang, menyatakan bahwa pengawasan adalah
suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilakukan,
menilainya, mengoreksi, apabila perlu dengan maksud agar
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Oleh Handoko
juga dijelaskan bahwa pengawasan adalah suatu proses untuk menjamin
24
bahwa tujuan organisasi tercapai atau tidak. Dalam proses evaluasi akan
ada hasil yang diperoleh serta juga ditentukan tindak lanjutnya.29
Menurut Cronbach controlling adalah upaya menyediakan
informasi untuk disampaikan kepada pengambil kebijakan atau
pimpinan. Menurutnya untuk memantau pelaksanaan kegiatan dengan
memperhatikan tujuan dan pencapaian target kegiatan, apakah sudah
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan di awal. Selain itu
evaluasi juga digunakan untuk melihat kekurangan dan kelemahan
program yang telah dilaksanakan guna untuk perbaikan dan
penyempurnaan dalam kegiatan selanjutnya.30
Dapat disimpulkan bahwasannnya pengawasan dipakai untuk
mengetahui apakah pelaksanaan program Adiwiyata di sekolah sudah
sesuai dengan perencanaan sehingga tujuan dari penerapan program
akan tercapai.
c. Definisi Program Adiwiyata
Secara etimologi Adiwiyata berasal dari kata sansekerta yaitu “Adi”
bermakna besar, agung, sempurna. “Wiyata” bermakna tempat dimana
seseorang mendapat ilmu pengetahuan. Jadi, Adiwiyata mempunyai
pengertian tempat yang sempurna atau baik dan ideal dimana dapat
diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang
dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita
29 Syamsuddin. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, 67. 30 Rusdiana, Manajemen Evaluasi Program Pendidikan Konsep, Prinsip dan Aplikasinya di
Sekolah/Madrasah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2017), 25.
25
dan menuju cita-cita pembangunan berkelanjutan. Adiwiyata dicanangkan
untuk mendorong dan membentuk sekolah-sekolah di Indonesia agar dapat
turut melaksanakan upaya pemerintah menuju pelestarian lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun
yang akan datang.31
Program Adiwiyata merupakan langkah nyata sebagai kerja sama
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk menciptakan pembangunan berwawasan lingkungan
hidup. Adiwiyata mempunyai pengertian sebagai tempat yang baik dan
ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma
serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya
kesejahteraan hidup kita dan cita-cita pembangunan berkelanjutan.32
Tujuan program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang
bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan.33
Program sekolah Adiwiyata memiliki peran strategis dalam
peningkatan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Dengan tujuan dan
peran tersebut, kontribusi program Adiwiyata terhadap pembentukan
karakter peduli lingkungan sangat mungkin terwujud. Program sekolah
31 E- Journal: Tri Rismawati, Efektifitas Program Adiwiyata Sebagai Upaya Penanaman
Rasa Cinta Lingkungan di SMP Negeri 3 Malang, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2013), 15. 32 Tim Adiwiyata Tingkat Nasional, Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya
Lingkungan (Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2012), 3. 33 Ibid.,3.
26
Adiwiyata memiliki empat aspek di dalam pelaksanaannya, antara lain
adalah aspek kebijakan berwawasan lingkungan, aspek kurikulum sekolah
berbasis lingkungan, aspek kegiatan berbasis partisipatif dan yang terakhir
adalah aspek pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. Aspek-
aspek tersebut berperan dalam mengkondisikan lingkungan sekolah untuk
membiasakan perilaku peduli lingkungan siswa dan warga sekolah
lainnya.34
Dalam kamus bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang
lain; tabiat, watak. Sedangkan pendidikan karakter adalah perihal menjadi
sekolah karakter, dimana sekolah adalah tempat terbaik untuk
menanamkan karakter.35
Menurut Iswari dan Utomo program Adiwiyata adalah program yang
kompeherensif melibatkan semua stakeholders baik di sekolah dan
masyarakat untuk membantu meningkatkan kepedulian lingkungan,
khususnya para siswa.36
Tujuan dari program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah
yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung
34 Mohammad Dendy Fathurahman Bahrudin, “Pelaksanaan Program Adiwiyata Dalam
Mendukung Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan di SMA Negeri 4 Pandeglang,” Jurnal
Pendidikan Geografi, 1 (April, 2017), 30. 35 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Kreatif & Inovatif, (Jakarta:
Erlangga, 2012), 8. 36 Rizky Dewi Iswari, “Evaluasi Penerapan Program Adiwiyata Untuk Membentuk Perilaku
Peduli Lingkungan di Kalangan Siswa, 36.
27
pembangunan berkelanjutan. Keuntungan dalam mengimplementasikan
program Adiwiyata bagi sekolah adalah sekolah dapat menciptakan tempat
pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan lingkungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dengan upaya meningkatakan upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan melalui kegiatan pengendalian pengendalian
pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan
hidup sehingga tercipta kondisi belajar-mengajar yang lebih kondusif
untuk siswa.37
d. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Adiwiyata
Faktor pendukung adalah faktor yang mendorong agar suatu hal
berjalan sesuai dengan harapan. Dalam hal ini faktor yang mendukung
pelaksanaan program Adiwiyata di sekolah antara lain kebijakan dari
pemerintah, kondisi lingkungan sekitar, partisipasi dan dukungan warga
sekolah, kemampuan guru, anggaran sekolah yang memadai, dan berbagai
jenis kegiatan yang dilakukan.
Sedangkan faktor penghambat adalah faktor yang menyebabkan
pelaksanaan dari suatu program tidak berjalan secara maksimal. Dala hal
ini faktor penghambat pelaksanaan antara lain masih adanya kekurangan
dalam kepedulian dan partisipasi warga sekolah, kurangnya kemampuan
guru karena beberapa guru masih ada yang terkendala dalam hal
menyediakan media pembelajaran yang kreatif dan menyusun rencana
37 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “
Panduan Adiwiyata: Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan” 61.
28
pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis lingkungan hidup dan kondisi
lingkungan sekitar yang masih kurang mendukung seperti masih terdapat
kebisingan di area sekolah dikarenakan letak sekolah berdekatan jalan raya
sehingga proses pembelajaran dapat terganggu.38
e. Dampak Program Adiwiyata
Dampak menurut Otto adalah suatu perubahan yang terjadi akibat
suatu aktivitas. Aktivitas ini dapat bersifat alamiah baik kimia, fisik
maupun biologi dan aktifitas dapat juga dilakukan oleh manusia.
Sedangkan menurut J.e. Hosio dampak adalh sutau perubahan yang nyata
akibat dari keluaramya suatu kebijakan terhadap sikap dan tingkah laku
serta dapat juga pada lingkungan sekitar.39
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dampak adalah suatu perubahan
yang terjadi sebagai akibat dari suatu aktivitas atau tindakan yang
dilakukan atau kebijakan yang telah ditetapkan sebagai konsekuensi
terhadap sikap, tingkah laku seseorang ataupun lingkungan sekitar.
Dampak terdiri dari dua macam, yaitu dampak positif dan dampak
negatif. Dampak positif adalah suatu konsekuensi atau membawa
pengaruh yang baik atau menguntungkan. Sedangkan dampak negative
38 Indah Kusuma Pardji, JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan,
Implementasi Program Sekolah Adiwiyata dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SDN 3 Tanah
Tinggi Kota Tangerang, Vol.7 No. 2 Desember 2018, 131. 39 Risky Dewi Iswari, “Evaluasi Penerapan Program Adiwiyata untuk Membentuk Perilaku
Peduli Lingkungan di Kalangan Siswa SMA N 9 Tangerang”, Jurnal Lingkungan Hidup (Volume
15 Issue 1 (2017)), 36.
29
adalah suatu konsekuensi yang harus ditanggung atau yang membawa
pengaruh buruk bagi seseorang atau lingkungan sekitar.40
Keuntungan program Adiwiyata terhadap sekolah:
1) Mendukung pencapaian standar kompetensi/ kompetensi dasar dan
standar kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.
2) Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional sekolah
melalui penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai
sumber daya dan energi.
3) Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar
mengajar yang lebih nyaman dan kondusif.
4) Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga
sekolah dan masyarakat sekitar.
5) Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup melalui kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian
kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan di sekolah.41
40 Ibid. 41 Tim Adiwiyata Tingkat Nasional, Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya
Lingkungan (Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2012), 4.
30
2. Karakter Peduli Lingkungan
a. Karakter
1) Pengertian Karakter
Dalam kamus bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dari yang lain tabiat, watak. Sedangkan pendidikan karakter adalah
perihal menjadi sekolah karakter, dimana sekolah adalah tempat terbaik
untuk menanamkan karakter.42
Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari
bahasa Yunani, eharassein yang berarti “to engrave”. Kata “to
engrave” itu sendiri dapat diterjemahkan menjadi mengukir, melukis,
memahatkan, atau menggoreskan. Arti ini sama dengan istilah
“karakter” dalam bahasa Inggris (character) yang juga berarti
mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan.
Berbeda dalam bahasa Inggris, dalam bahasa Indonesia
“karakter” diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Arti
karakter secara kebahasaan yang lain adalah huruf, angka, ruang atau
simbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik.
Artinya, orang yang berkarakter adalah orang yang berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak tertentu, dan watak
tersebut yang membedakan dirinya dengan orang lain.
42 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Kreatif & Inovatif, 8.
31
Menurut Fuad Wahab yang dikutip oleh Hamdani Hamid dan
Beni Ahmad Saebani, istilah karakter sama dengan istilah akhlak dalam
pandangan Islam. Dalam berbagai kamus, karakter (character) dalam
bahasa Arab diartikan khuluq, sajiyyah, thab’u, yang dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan syakhshiyyah atau personality, artinya
kepribadian.43
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter
baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.44
Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah
etika, ahlak, atau nilai, dan berkaitan dengan kekuatan moral,
berkonotasi “positif” bukan netral. Adapun karakter menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan
demikian, karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri
dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku.45
43 Hamdani Hamid & Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2013) 30. 44 Muchlas Samani & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), 41. 45 Ibid., 42.
32
Dalam pandangan agama (Islam), karakter semakna artinya
dengan akhlak yang berasal dari bentuk jamak ‘Khuluk’ yang berarti
budi pekerti, perangai, tabiat, atau tingkah laku.46
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan karakter
adalah suatu bentuk tindakan spontan dari dalam diri seseorang yang
mana merupakan hasil penanaman nilai sebagai pedoman untuk
bertindak, sehingga seseorang dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk.
2) Nilai-Nilai Karakter
Nilai adalah hal positif atau negatif yang dipertimbangkan oleh
seseorang sehingga menjadi pilihan yang kemudian diaplikasikan
dalam kehidupan. Proses internalisasi nilai-nilai karakter dapat dipakai
kerangka konsep dari Krathwohl sebagai acuan langkah-langkah
internalisasi nilai-nilai karakter sebagai berikut:
Pertama, menerima (receiving) adalah kesediaan untuk
mendengarkan dengan sungguh-sungguh terhadap bahan yang
disampaikan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kedua,
memberikan jawaban (responding), merupakan tahap sudah mulai
bersedia menerima dan menanggapi secara aktif terhadap stimulus
dalam bentuk respon yang nyata. Ketiga, memberi nilai (valuing), pada
langkah ini sudah mulai ditanamkan pengertian dan kecintaan terhadap
46 Ridhahani, Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2011), 69.
33
tata nilai tertentu (akidah dan akhlak), sehingga akan memiliki latar
belakang teoritis tentang sistem nilai yang berlaku, maupun memberi
argumentasi secara rasional dan selanjutnya dapat berkomitmen
terhadap pilihan nilai tertentu. Keempat, organisasi nilai (organization),
pada langkah ini dilatih untuk mengatur sistem kepribadiannya yang
sesuai dengan sistem nilai yang berlaku secara normatif. Kelima,
karakterisasi nilai (characterization), langkah ini merupakan tingkatan
paling tinggi, dimana nilai-nilai sudah mulai terintenalisasi dalam diri
secara matang, sehingga nilai-nilai itu sudah menjadi suatu keyakinan
yang dijadikan sebagai watak atau karakter.47
Kemendiknas mengemukakan 18 nilai karakter yaitu sebagai
berikut:
a) Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan
melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut,
termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan
berdampingan.
b) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar,
mengatakan yang benar dan melakukan yang benar), sehingga
menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat
dipercaya.
47 Ibid., 71.
34
c) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan
penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku,
adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda
dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup di tengah
perbedaan tersebut.
d) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap
segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
e) Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara
sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam
menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-
lain dengan sebaik-baiknya.
f) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam
berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu
menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik
dari sebelumnya.
g) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun
hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif,
melainakan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab
kepada orang lain.
h) Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan
persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya
dengan orang lain.
35
i) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang
mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal
yang dilihat, didengar dan dipelajari secara lebih mendalam.
j) Semangat kebangsaan dan nasionalisme, yakni sikap dan tindakan
yang menempatkan kepentingan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.
k) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa
bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
budaya, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga tidak mudah
menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
l) Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang
lain dan mengakui kekurangan dan sendiri tanpa mengurangi
semangat berprestasi yang lebih tinggi.
m) Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan
tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang
santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.
n) Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana
damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam
komunitas atau masyarakat tertentu.
o) Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk
menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai
informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya,
sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
36
p) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya
menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
q) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan
kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang
membutuhkannya.
r) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan
diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupum agama.48
b. Peduli Lingkungan
Secara ekologis, manusia pada hakikatnya merupakan makhluk
lingkungan (homo ekologis), artinya dalam melaksanakan fungsi dan
posisinya sebagai salah satu sub dari ekosistem, manusia adalah makhluk
yang memiliki kecenderungan untuk selalu mencoba dan mengerti akan
lingkungannya.49
Menurut Soeryani, pendidikan lingkungan hidup adalah pengajaran
serta penyebarluasan filsafat dan dasar-dasar pemahaman tentang
lingkungan hidup. Hal ini berarti bahwa pendidikan lingkungan akan
menjadikan peserta didik mempunyai kepedulian terhadap lingkungan.
Filsafat itu sendiri adalah kecintaan terhadap kearifan, sehingga
pengajaran tentang filsafat berarti mendorong diri kita guna memperoleh
kearifan itu untuk berperilaku sebaik mungkin dalam hidup ini. Filasafat
48 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2013), 8. 49 H. Mahmud, Pendidikan Lingkungan Sosial dan Budaya, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015), 73.
37
lingkungan hidup adalah kecintaan terhadap kearifan sikap dan perilaku
kita. Jadi filsafat lingkungan hidup merupakan pencarian untuk
mendapatkan kearifan guna menata sikap dan perilaku seserasi mungkin
dalam lingkungan di mana kita berada.50
50 Luh Galuh, Pengertian Peduli Lingkungan, Jurnal Lingkungan Hidup, 2015,
http://pedulilingkunganpeduli.blogspot.co.id/, Diakses: 05 Desember 2019.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati bertujuan
menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan di
lapangan, bersifat verbal, kalimat-kalimat, fenomena-fenomena, dan tidak
berupa angka-angka.51 Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah studi kasus
yang dapat juga dianggap sebagai pendekatam luas dalam penelitian kualitatif.
Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan
pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah. Dalam hal
demikian, maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan peran serta
peneliti di lapangan biasanya membuat catatan secara ekstensif yang kemudian
dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara.52 Studi kasus
memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek
yang diselidiki terdiri dari satu unit (kesatuan unit) yang dipandang sebagai
kasus.53
51Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT: Remaja Rosda Karya,
2014, 2). 52 Ibid., 26. 53 Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah Cet 3 (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 30.
39
B. Kehadiran Peneliti
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus
merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan
pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Peneliti bertindak sebagai
instrumen sekaligus pengumpul data. Selanjutnya peneliti juga dibantu dengan
pedoman wawancara, pedoman observasi dan lain sebagainya. Pengertian
instrumen di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses
penelitian.54
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Jenangan Ponorogo yang beralamat di Jl. Niken Gandini No.98, Plampitan,
Setono Jenangan Ponorogo. Peneliti memilih tempat di SMK Negeri 1 Jenangan
Ponorogo, dengan beberapa pertimbangan yang pertama yaitu SMK Negeri 1
Jenangan Ponorogo merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan negeri
yang sudah menjadi sekolah Adiwiyata sehingga sesuai dengan judul penelitian
yang akan peneliti lakukan. Selain itu dalam pelaksanaannya SMK Negeri 1
Jenangan Ponorogo juga sudah menerapkan IS0 9001:2015 dalam rangka
penguatan mutu lingkungan pendidikan.55
54 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 168. 55 Wawancara dengan Bapak Sujono selaku Kepala Skolah di SMKN 1 Jenangan Ponorogo
pada tanggal 18 November 2019.
40
D. Sumber Data
Menurut Arikunto yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian
adalah subjek darimana data dapat diperoleh.56 Dalam hal ini, sumber data dalam
penelitian ini berupa manusia dan non manusia. Sumber data dalam penelitian
ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari
sumber pertamanya.57 Menurut Jusuf Soewandi data primer adalah data yang
diperoleh peneliti langsung dari objek yang diteliti.58 Sumber data primer
merupakan sumber informasi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab
terhadap pengumpulan ataupun penyimpanan data atau disebut juga sumber
data/informasi tangan pertama.59 Adapun sumber data primer dalam penelitian
ini adalah Bu Siti Roudlotul Jannah S.T sebagai ketua tim Adiwiyata SMK
Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Selain itu, sumber data lainnya adalah kepala
sekolah yaitu Bapak Sujono M.Pd, Bu Maylina Wulandari S.Pd sebagai tenaga
pengajar, Bu Trias Noor Kartikasari S.Pd sebagai staf administrasi kurikulum,
dan Muhammad Hafidz N sebagai ketua osis SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo.
Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini berkenaan dengan “Manajemen
Program Adiwiyata dalam Membentuk Karakter Peduli Lingkungan di SMK
Negeri 1 Jenangan Ponorogo” mulai dari perencanaan, pelaksanaan, faktor
56 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), 107. 57 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru (Bandung: Remaja
Rodakarya, 2012), 162. 58 Jusuf Soewandi, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012),
147. 59 Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan: Prosedur dan strategi (Bandung: Angkasa,
1987), 42.
41
pendukung dan penghambat program Adiwiyata dan juga dampak adanya
program Adiwiyata.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen atau
publikasi yang sudah dalam bentuk jadi.60 Sumber data sekunder dalam
penelitian ini berkaitan dengan literatur dan dokumen-dokumen seperti dokumen
sejarah berdirinya SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, Visi Misi dan Tujuan
SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Jenangan
Ponorogo, Keadaan Guru dan Siswa di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, serta
Sarana dan Prasarana di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data secara teknis sudah dirancang oleh peneliti
berdasarkan hasil prasurvei.61 Umumnya, setiap metode pengambilan data
memiliki panduan pelaksanaan dan peneliti dituntut memahaminya sejak awal.62
Berikut teknik pengumpulan data dalam penelitian ini:
1. Observasi
Observasi ialah metode pengumpulan data secara sistematis melalui
pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti. Dalam artian
luas observasi berarti pengamatan yang dilaksanakan secara tidak langsung
dengan menggunakan alat-alat bantu yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Dalam arti sempit observasi berarti pengamatan secara langsung terhadap
60 Jusuf Soewandi, Pengantar Metodologi Penelitian, 147. 61 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, 162. 62 Hendrik Rawambaku, Metodologi Penelitian Pendidikan : Dasar-dasar analisis
danPengolahan Data Statistik (Jakarta: Libri, 2015), 60.
42
fenomena yang diselidiki baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi
buatan. Metode ini baik secara langsung maupun tidak langsung menuntut
adanya pengamatan bagi peneliti terhadap objek penelitiannya.63 Dengan kata
lain observasi merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara
mendatangi lokasi penelitian untuk mengamati secara langsung situasi,
kondisi, serta hal yang berkaitan langsung dengan objek penelitian. Metode
Observasi ini digunakan untuk mengetahui secara langsung kondisi nyata
SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, dalam hal ini peneliti mengamati
pelaksanaan Jum’at Bersih dalam program Adiwiyata di SMK Negeri 1
Jenangan Ponorogo yang dilakukan setiap hari Jum’at pagi di jam pertama.
Selanjutnya peneliti juga mengamati kegiatan penanaman tumbuhan di
lingkungan SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, pemanfaatan composter multi
drum, pembuatan pupuk cair mikro organisme lokal, pembuatan pupuk
organik dan obat pembasmi hama organik.
2. Wawancara
Wawancara dipergunakan sebagai cara untuk memperoleh data dengan
jalan mengadakan wawancara dengan narasumber atau responden. Teknik
wawancara mempunyai kelebihan yakni penanya dapat menerangkan secara
detail pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.64
Wawancara ini dilakukan kepada pihak yang bersangkutan dan dapat
dijadikan narasumber/informan. Dalam menentukan informan utama peneliti
63 Ibid., 139. 64 Ibid.
43
menggunakan purposive sampling dan snowballing sampling.65 Dalam
penelitian ini yang menjadi informan utama yaitu Bu Siti Roudlotul Jannah
S.T sebagai ketua tim adiwayata. Wawancara ini dilakukan di ruang guru
pada hari Rabu tanggal 19 Februari 2020 dan mendapatkan data terkait latar
belakang program Adiwiyata, perencanaan dan pelaksanaan program
Adiwiyata, pihak-pihak yang terlibat, dan faktor pendukung dan faktor
penghambat program Adiwiyata serta solusinya. Dan informan lainnya
adalah Bapak Sujono sebagai kepala sekolah. Wawancaranya dilakukan di
ruang Kepala SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo pada hari Senin, 10 Februari
2020. Kemudian informan selanjutnya Bu Trias sebagai staf administrasi
kurikulum, wawancaranya dilakukan di ruang Waka Kurikulum pada hari
Rabu tanggal 19 Februari 2020. Selanjutnya Bu Maylina, wawancaranya
dilakukan di ruang Guru pada hari Senin 24 Februari 2020. Serta Muhammad
Hafidz selaku ketua osis di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo wawancaranya
dilakukan di Gazebo sekolah pada hari Selasa, 24 Maret 2020. Semua
informan dalam penelitian ini, peneliti gali datanya terkait latar belakang
program Adiwiyata, perencanaan dan pelaksanaan program Adiwiyata,
pihak-pihak yang terlibat, dan faktor pendukung dan faktor penghambat
program Adiwiyata serta solusinya.
65 Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Skripsi Revisi 2019 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Ponorogo, 2019, 33.
44
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi adalah cara
mencari data atau informasi dari buku-buku, catatan-catatan, transkip, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan yang lainnya.
Teknik pengambilan data dengan menggunakan metode ini dianggap lebih
mudah dibanding dengan teknik pengambilan data yang lain seperti angket,
wawancara, observasi ataupun tes.66
Dalam teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang gambaran umum SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo seperti sejarah
berdirinya SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, visi misi dan tujuan SMK
Negeri 1 Jenangan Ponorogo, struktur organisasi SMK Negeri 1 Jenangan
Ponorogo, keadaan guru dan siswa di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo,
serta sarana dan prasarana di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Peneliti
mendapatkan dokumen ini melalui Bapak Amin E S.E selaku ketua Tata
Usaha di kantor tata usaha SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
66 Hendrik Rawambaku, Metodologi Penelitian Pendidikan : Dasar-dasar analisis
danPengolahan Data Statistik, 160.
45
mengorganisasikan data menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan
sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.67
Teknik analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles,
Huberman dan Saldana, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada
setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh.
Aktivitas dalam analisis data, meliputi: kondensadi data, tampilan data dan
penarikan kesimpulan/verifikasi.68
1. Kondensasi Data
Kondensasi data mengacu pada proses pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, pengabstrakan atau mentransformasikan data yang muncul
dalam korpus lengkap catatan lapangan teertulis, transkrip wawancara,
dokumen dan materi empiris lainnya untuk dipadatkan agar data lebih kuat.
Dalam kondensasi data yang terjadi di dalamnya adalah menulis
ringkasan, pengkodean, mengembangkan tema, membuat kategori dan
menulis memo analitik. Proses kondensasi berlangsung berlanjut setelah kerja
lapangan selesai, hingga laporan akhir penelitian selesai.
Data yang dipilah meliputi latar belakang program Adiwiyata,
perencanaan dan pelaksanaan program Adiwiyata, pihak-pihak yang terlibat,
67 Fatik, Buku Pedoman Penelitian Skripsi, 48. 68 Matthew B. Milles, A Michael Huberman, Johnny Saldana, Qualitative Data Analysis A
Methoods Sourcebook Edition 3, (Sage Publication: India, 2014) 31.
46
dan faktor pendukung dan faktor penghambat program Adiwiyata serta
solusinya.
2. Tampilan Data
Setelah data dikondensasi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data atau menampilkan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang
ditemukan telah didukung oleh data, maka pola tersebut menjadi baku dan
akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian.
Dalam hal ini data yang ditampilkan adalah data-data temuan yang
berkaitan terkait latar belakang program Adiwiyata, perencanaan dan
pelaksanaan program Adiwiyata, pihak-pihak yang terlibat, dan faktor
pendukung dan faktor penghambat program Adiwiyata serta solusinya.
3. Kesimpulan Sementara (Conclusion Drawing/Verification)
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang
diharapkan adalah merupakan temuan baru yang belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya kurang
jelas kemudian diteliti menjadi jelas dan kemudian ditarik kesimpulan.
Kesimpulan ini digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan sejak
awal.69
Dalam hal ini, Peneliti akan menarik kesimpulan berdasarkan deskripsi
manajemen program Adiwiyata dalam membentuk karakter peduli
69 Ibid.
47
lingkungan di SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo. Kesimpulan ini akan ditulis
sesuai dengan pembagian fokus penelitian.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep
kesahihan (validitas), keandalan (reliabilitas), dan derajat kepercayaan
keabsahan data (kredebilitas). Berikut ini dipaparkan teknik pengecekan
keabsahan data dalam proses penelitian kualitatif adalah:70
1. Keikutsertaan yang diperpanjang
Perpanjangan keikutsertaan peneliti berarti tinggal di lokasi penelitian
sampai mencapai kejenuhan dalam pengumpulan data tercapai. Maksudnya
adalah bahwa peneliti sebelum melakukan penelitian sudah menetapkan
berapa lama penelitian akan dilakukan, tetapi karena ada beberapa data yang
belum di dapat akhirnya peneliti harus menambah waktu penelitian di luar
target. Apabila hal itu dilakukan: 71
a. Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.
b. Membatasi kekeliruan (biases) peneliti.
c. Mengonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau
pengaruh sesaat.
d. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan meningkatkan
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.
70 M. Djunaidi, Metodologi Penelitian Kualitatif , 320. 71 Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, 327.
48
Pada penelitian ini, Peneliti membuat jadwal pada bulan Februari-
Maret, akan tetapi jika ternyata data yang diperlukan belum cukup, Peneliti
akan melanjutkan penggalian data pada bulan April hingga Juni.
2. Pengamatan yang tekun/keajegan pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau
tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa
yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.72 Pada penelitian ini,
Peneliti mengadakan pengamatan secara optimal dengan intensitas 2 kali
dalam seminggu untuk mendapatkan data yang diperlukan.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling
banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda
dalam penelitian kualitatif.73 Pada penelitian ini, Peneliti membandingkan
data hasil wawancara dengan data hasil observasi. Selain itu Peneliti juga
akan membandingkan hasil wawancara dari satu informan dengan informan
yang lain, guna untuk mendapatkan data yang valid.
72 Ibid., 329. 73 Ibid., 330.
49
H. Tahapan-tahapan Penelitian
Tahapan penelitian kualitatif diharapkan memberikan gambaran tentang
keseluruhan kegiatan penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengumpulan data, analisis dan penafsiran data, sampai penelitian laporan.74
Berikut adalah tabel tahapan penelitian yang peneliti lakukan:
Tabel 3.1 Tahapan Penelitian Lapangan
Tahapan Penelitian Lapangan
Tahapan
Penelitian
Lapangan
Waktu pelaksanaan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A. Tahap Pra lapangan
1. Menyusun rancangan
penelitian
2. Memilih lapangan
penelitian
3. Melakukan seminar
proposal
4. Mengurus perizinan
penelitian
5. Menjajaki dan
menilai
lokasi
penelitian
6. Memilih dan
74 M. Djunaidi, Metodologi Penelitian Kualitatif, 144.
50
memanfaa
tkan
informan
7. Menyiapkan
instrumen
penelitiian
B. Tahap Pekerjaan Lapangan
8. Pengumpulan Data
di SMK
Negeri 1
Jenangan
Ponorogo
C. Tahap Analisis Data
9. Pengelompokkan,
Pengklasif
ikasian
dan
Reduksi
Data
10. Verifikasi Data
11. Analisis dan
Penafsiran
Data
12. Penulisan hasil
laporan
penelitian
13. Jadwal Sidang Skripsi
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Umum
1. Profil SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo
SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo adalah salah satu sekolah
menengah kejuruan di Ponorogo yang beralamatkan di Jl. Niken Gandini
No. 98 Plampitan Jenangan Ponorogo.75
Tabel 4.1 Profil SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo
A Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo
NSS : 321051102001
2 NPSN : 20510101
3 Jenjang Pendidikan : SMK
4 Status Sekolah : Negeri
5 Alamat Sekolah : Jl. Niken Gandini No.98, Plampitan,
RT/ RW : 1/3
Kode Pos : 63492
Kelurahan : Setono
Kecamatan : Jenangan
Kabupaten/ Kota : Ponorogo
Provinsi : Jawa Timur
Negara : Indonesia
6 Letak Geografis : Lintang
75 Dokumen Profil SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, 2020.
52
: Bujur
B Data Pendukung
7 SK Pendirian Sekolah : 148/Diprt/BI/66
8 Tanggal SK Pendirian : 01 Februari 1966
9 Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
10 SK Izin Operasional : -
11 Tanggal SK Izin
Operasional
: -
12 Kebutuhan Khusus
Dilayani
: Tidak Ada
13 Nomor Rekening : -
14 Nama Bank : BPD JAWA TIMUR
15 Cabang KCP/ Unit : BPD JAWA TIMUR CABANG
PONOROGO
16 Rekening Atas Nama : BOSSMKN1JENANGANPONOROGO
17 MBS : -
18 Luas Tanah Milik (m2) : 1
19 Luas Tanah Bukan
Milik (m2)
: 125000
20 Nama Wajib Pajak :
21 NPWP : 00.007.033.4-647.000
C Kontak Sekolah
22 Nomor Telepon : (0352) 481236
23 Nomor Fax : -
24 Email : [email protected]
25 Website : http://www.smkn1jenpo.sch.id/
D Data Periodik
26 Waktu : Sehari Penuh (5 h/m)
https://www.google.com/search?q=smkn+jenangan+ponorogo&oq=SMKN+JEN&aqs=chrome.1.69i57j0l5.5973j1j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8mailto:[email protected]://www.smkn1jenpo.sch.id/
53
Penyelenggaraan
27 Bersedia Menerima
Bos
: Bersedia Menerima
28 Sertifikasi ISO : 9001:2008
29 Sumber Listrik : PLN & Diesel
30 Daya Listrik (watt) : 10000
31 Akses Internet : Lainnya (serat optik)
E Data Lainnya
32 Kepala Sekolah : Sujono
33 Operator Pendataan : Slamet Sugiarto
34 Akreditasi : A
35 Kurikulum : Kurikulum 2013
2. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo
SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo berdiri tahun 1964 hasil prakarsa
pemerintah daerah dan dunia usaha/dunia industri di Ponorogo, ketika
namanya disebut STM (Sekolah Teknologi Menengah) Persiapan Negeri
Ponorogo. Secara resmi lembaga ini menjadi STM Negeri Ponorogo setelah
terbitnya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 148/Diprt/BI/66
tanggal 1 Februari 1966. Perubahan STM Negeri Ponorogo menjadi SMK
Negeri 1 Jenangan berdasarkan SK Mendikbud nomor 036/0/1997 tanggal 7
Maret 1997.
SMK Negeri 1 Jenangan menyelenggarakan diklat dengan
implementasi Competency Based Training dan Production Based
Curicullum dengan tujuh Bidang Keahlian meliputi : (1) Teknik Pemesinan,
54
(2) Teknik Pengelasan, (3) Teknik Sepeda Motor, (4) Teknik Konstruksi
kayu, (5) Teknik Gambar Bangunan, (6) Teknik Elektronika Industri dan (7)
Rekayasa perangkat Lunak, (8) Teknik Otomasi Industri. Penetapan SMK
Negeri 1 Jenangan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berdasar
SK Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan no.
0351/C5.2/Kep./MN/2006, tanggal 12 Oktober 2006. 76
3. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo
a. Visi SMK Negeri 1 Jenangan:
“Menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan yang Unggul,
Berdaya Saing Tinggi dalam Persaingan Global dan Berbudaya
Lingkungan”.
b. Misi SMK Negeri 1 Jenangan:
1) Memberikan layanan pendidikan dan pelatihan dalam berbagai
jenjang kompetensi.
2) Menyiapkan tamatan yang memiliki keunggulan dalam kedisiplinan,
kejujuran, kreatifitas, kemandirian dan berjiwa entrepreneur untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dan mampu bersaing dalam era
global.
3) Melaksanakan pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dan
pelatihan secara berkelanjutan.
76 Dokumen Profil SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, 2020.
55
4) Mewujudkan pendidikan untuk menjaga daya dukung alam melalui
tindakan pelestarian, pencegahan pencemaran dan kerusakan
lingkungan sehingga tercipta kondisi belajar dan bekerja yang nyaman
dan produktif.
c. Tujuan SMK Negeri 1 Jenangan:
1) Memenuhi Standart Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan.
2) Penyediaan dan penyusunan materi, bahan ajar untuk menunjang
kegiatan pembelajaran.
3) Peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.
4) Mengembangkan kurikulum berkarakter, berbudaya lingkungan secara
terintegrasi dan sinkronisasi (penyelarasan) dengan DU / DI.
5) Peningkatan kualitas lingkungan sekolah untuk mewujudkan Green,
Clean and Healthy School.
6) Mengembangkan sistem pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang
kompeten.
7) Melaksanakan penerapan Teaching Industri/Teaching Factory dalam
pengembangan produk melalui kegiatan praktik dan berbudaya
lingkungan.
8) Melaksanakan pembelajaran Kewirausahaan praktis dan
melaksanakan tata kelola BLUD.
56
9) Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk
mengembangkan pendidikan, peningkatan kualitas lulusan dan
keterserapan lulusan.
10) Meningkatkan kepedulian warga se