Upload
vanthien
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang tak terhingga, baik nikmat iman, nikmat
islam dan nikmat sehat, sang penguasa alam yang selalu memaafkan hambanya
yang khilaf.
Shalawat serta salam kita sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita kepada zaman yang kita dengan begitu mudah
dalam menerima islam tanpa ada ujian yang begitu berat dan juga kepada para
sahabat yang begitu setia menemani perjuangan beliau walau harus mengorbankan
nyawa.
Selesainya penulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itulah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs Murodi, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
2. Bapak Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA sebagai Ketua Jurusan
Manajemen Dakwah dan sebagai pembimbing yang dengan sabar
membimbing penulis dan yang selalu memberikan masukan dan motivasi
sehingga penulis bersemangat kembali untuk menyusun skripsi ini.
3. Bapak Drs Cecep Castrawijaya, MA sebagai Sekertaris Jurusan
Manajemen Dakwah yang telah banyak membantu dan memberikan
pengarahan yang amat berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Tarmi, MM selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan masukan dan semangat kepada penulis.
5. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang sudah
banyak membantu penulis.
2
6. Bapak Abdul Malik dan Ibu Rumsinah selaku orang tua dari penulis yang
telah banyak memberikan support kepada penulis baik moral maupun
materil, yang selalu setia menasihati dan mendoakan siang malam tanpa
henti-hentinya.
7. Taufik Hidayat, Tamrin SH, Tamah, Tinah dan adik tercinta Saefuddin
yang juga begitu banyak memberikan supportnya kepada penulis hingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh penghuni karantina dari Pembimbing (Ka’ Dodo, Ka’ Imam,
Ka’Harry, Ghulam, uwie, makasih atas ukhuwahnya), para Da’I Cilik
calon penerus tongkat estafet dakwah selanjutnya, para Orang tua Dacil,
dan para Kru Lativi yang sudah banyak memberikan support dan
membantu dalam pembuatan skripsi ini, Terima Kasih banyak sudah
memberikan kenangan yang begitu indah selama di karantina, dan terima
kasih atas semua pelajaran yang berharga yang kalian berikan kepada
penulis.
9. Seluruh staff perpustakaan Utama dan perpustakaan dakwah dan
komunikasi, yang telah memberikan fasilitas selama penulis kuliah dan
selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis hanya bisa berdoa semoga kebaikan bapak, ibu, sahabat, teman-
teman dan kakak-kakakku menjadi amal soleh dan semoga mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.
3
Akhirnya penulis hanya bisa berharap mudah-mudahan tulisan
sederhana ini dapat menambah perbendaharaan khasanah intelektual para
pembaca.
Jakarta, 24 Maret 2008
Penulis
4
ABSTRAK
ANTIKA FAJRIANI
MANAJEMEN PROGRAM PEMBINAAN DAI CILIK PADA KARANTINA
PILDACIL V LATIVI JAKARTA
Alasan saya mengambil judul ini, karena saya tertarik dengan program
pembinaan apa saja yang diterapkan dalam karantina Pildacil V serta sistem pembinaannya yang secara tidak langsung dapat berpengaruh dalam pembentukan karakter para da’i cilik serta kualitas ceramah masing-masingpara dacil.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas memperoleh data mengenai manajemen program pembinaan da’i cilik pada karantina Pildacil V Lativi Jakarta.
Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan yaitu penelitian langsung pada objek penelitian dengan cara kualitatif deskriptif yaitu sebagai sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati selama karantina Pildacil V berlangsung.
Pildacil adalah salah satu tayangan Televisi yang disiarkan oleh Lativi yang mengangkat tentang hal-hal religius yang mengambil format acara perlombaan untuk mencari da’i-da’i cilik yang mempunyai semangat yang tinggi yang mempunyai kemampuan untuk berceramah atau memberikan tausyiah dengan cara mereka dan dengan gaya mereka yang masih anak-anak, sangat polos dan sangat menarik, sehingga dapat cukup menarik perhatian pemirsa televisi di Indonesia dari anak-anak hingga orang dewasa, selain mendidik acara ini juga mengusung pesan-pesan dakwah, untuk dapat membuat mereka menjadi seorang da’i yang bukan Cuma bisa menyampaikan tapi juga mampu mengugah hati para pemirsa sehingga pesan dakwah bisa sampai kepada mereka yang melihat acara ini, sudah pasti itu sangat berkaitan dengan pembinaan yang dilakukan selama mereka di karantina.
5
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi/tesis/disertasi ini merupakan hasl karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1/strata 2/ strata 3 di
UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakata.
Ciputat, 19 Maret 2008
Antika Fajriani
6
MANAJEMEN PROGRAM PEMBINAAN DA’I CILIK PADA
KARANTINA PILDACIL V LATIVI JAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh : Antika Fajriani
NIM: 102053025727
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1428 H / 2008 H
7
MANAJEMEN PROGRAM PEMBINAAN DA’I CILIK PADA KARANTINA PILDACIL V
LATIVI JAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Antika Fajriani
NIM: 102053025727
Pembimbing
Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA.
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1428 H / 2008 H
8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.………………………………………………………….. i
ABSTRAK ………………………………………………………………………iv
LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………. v
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 5
D. Metodologi Penelitian ........................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 11
BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN PROGRAM DAN PEMBINAAN DA’I CILIK
A. Konsep Manajemen Program............................................... 13
1. Pengertian Manajemen .................................................. 13
2. Unsur-unsur Manajemen ............................................... 15
3. Fungsi-fungsi Manajemen ............................................. 16
4. Pengertian Program........................................................ 17
5. Macam-macam Program ................................................ 18
6. Tujuan Program.............................................................. 19
7. Evaluasi Program ........................................................... 20
9
B. Konsep Pembinaan............................................................... 21
1. Pengertian Pembinaan ................................................... 21
2. Pengertian Da’I Cilik ..................................................... 22
3. Sistem Pembinaan Da’I Cilik......................................... 24
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG LATIVI MEDIA KARYA DAN KARANTINA PILDACIL 5
A. Sejarah Berdirinya Lativi ..................................................... 30
B. Visi dan Misi ......................................................................... 30
C. Maksud dan Tujuan Berdirinya Lativi .................................. 31
D. Area Jangkauan, Studio dan Kebijakan Program.................. 31
1. Area Jangkauan ................................................................ 31
2. Studio ............................................................................... 32
3. Kebijakan Program .......................................................... 32
E. Sekilas tentang Pildacil dan Karantina Pildacil ................... 33
F. Struktur Organisasi Karantina Pildacil ................................ 37
G. Program Pembinaan pada Karantina Pildacil....................... 38
H. Sarana dan Prasarana Yang Ada di Karantina Pildacil 5 ..... 39
I. Keadaan Da’I Cilik Pada Saat Datang ke Karantina Pildacil 5 .............................................................................. 40
BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM DAN SISTEM PEMBINAAN DA’I CILIK PADA KARANTINA PILDACIL
A. Manajemen Program Pembinaan Da’I Cilik pada
karantina pildacil 5............................................................... 42
B. Sistem Pembinaan Da’I Cilik pada karantina Pildacil 5 ...... 53
10
C. Analisis Manajemen Program dan Sistem Pembinaan Da’I Cilik pada karantina Pildacil 5..................................... 69
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 74
B. Saran-saran .......................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu unsur yang sangat penting dan menunjang keberhasilan atau
lembaga atau instansi dalam pelaksanaan kegiatan yang telah disepakati
adalah manajemen, dan untuk mencapai sukses maka tentulah diperlukan
suatu komitmen dan kerjasama dalam organisasi tersebut serta kegiatan-
kegiatan yang dimanage dengan baik.
Di dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan mempunyai suatu
tujuan yang dapat dimiliki oleh semua orang yang terlibat di dalamnya, karena
setiap orang atau manusia yang hidup di alam ini mempunyai suatu tujuan
juga, yaitu suatu tujuan yang telah disusun dengan sebaik mungkin. Tetapi
apabila suatu tujuan tersebut tidak diterapkan atau tidak direalisasikan dalam
suatu kesatuan atau keterkaitan yang disusun dari suatu perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan atau yang kita kenal pada
zaman sekarang yaitu ilmu manajemen, maka tujuan yang dicapai nantinya
tidak dapat berjalan dengan baik.
Manajemen sebagai proses suatu kegiatan atau usaha untuk mencapai
tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain, memiliki peran yang
sangat penting, sebagai unsur utama pelaksanaan suatu kegiatan sehingga
tidak terjadi miss manajemen dalam melaksanakan kegiatan nantinya.1
1 M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996), Cet. Ke-15,
h. 14
12
Manajemen didefinisikan dalam berbagai cara, tergantung dari titik
pandang, keyakinan serta pengertian dari pembuat definisi. Secara umum
pengertian manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh
hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara
menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja. Pengelolaan itu terdiri dari
bermacam ragam, misalnya berupa pengelolaan industri, pemerintah,
pendidikan, pelayanan sosial, olah raga, keilmuan dan lain-lain. Bahkan
hampir setiap aspek kehidupan manusia memerlukan pengelolaan. Oleh
karena itu, manajemen ada dalam setiap aspek kehidupan manusia di mana
terbentuk suatu kerjasama (Organisasi).2
Tanpa adanya dakwah manusia akan kehilangan cinta kasih, rasa
keadilan, hati nurani, kepedulian sosial dengan lingkungan, karena manusia
akan semakin menjadi hedonis dan konsumeristik. Dan tanpa adanya
Manajemen suatu dakwah mungkin tak akan terukur apakah ia dapat berhasil
atau tidak dan bahkan kita tak bisa mengetahui apakah pesan-pesan dakwah
kita dapat sampai ke relung-relung hati masyarakat, karena apabila dakwah
pun tidak di manage dengan baik maka ia akan sangat mudah di saingi oleh
kebathilan yang sekarang ini marak dan sampai-sanpai di manage dengan
begitu rapinya, hingga cukup sangat berkembang di masyarakat dan digemari,
terlebih lagi disiarkan oleh kotak ajaib yang dinamakan Televisi maka akan
semakin mudahlah sebuah nilai-nilai keburukan di konsumsi masyarakat
terlebih anak-anak, dari usia anak-anak hingga orang tua sangat gemar melihat
Televisi hingga informasi yang baik bahkan yang buruk dapat sangat mudah
2 Yayat M.,Herujito, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), Cet. Ke-2,
h. 2
13
masyarakat dapatkan dan sangat mudah mempengaruhi masyarakat dari cara
berfikir hingga bertindak.
Pada saat sang ”penguasa informasi” menyebarkan propaganda dan
faham-faham yang dianutnya ke seluruh dunia, sehingga tersingkaplah tirai
bambu, bahkan tirai besipun tercabik-cabik oleh derasnya serbuan informasi
24 jam ’nonstop’ seakan tak pernah mengalami kematian, maka masuklah
film-film, telenovela-telenovela, musik-musik dan berbagai hasil budaya
’mereka’ sampai ke dapur-dapur kaum muslimin di seluruh belahan bumi,
kemudian terjadilah penetrasi nilai-nilai yang diusung oleh semua produk
informasi tersebut secara perlahan namun pasti, menembus pasar qalbu para
pemirsanya.
Sungguh sangat miris dan sangat disayangkan ketika anak-anak
Indonesia berubah menjadi shincan bukan menjadi sosok seperti Ali ra serta
bocah-bocah Palestina yang terlalu sibuk untuk memperjuangkan islam atau
bahkan menjadi Da’i-da’i cilik, saat para remaja sangat mengidolakan
Boyband Flower Four (F4) bukan mengidolakan Rasulnya, saat ibu-ibu muda
melupakan majelis taklim dan lebih memilih pergi ke Mall, ketika para bapak-
bapak mulai lebih memilih menonton bola atau acara olahraga lainnya
dibandingkan menemani anak shalat berjamaah atau belajar. Pada saat dakwah
islammiyah sudah tidak menarik lagi, majelis taklim, mushalla dan mesjid
sudah tidak berpenghuni dan saat inilah dakwah islam mulai di tantang untuk
tetap memiliki nilai jual agar tetap laku dipasaran sebagaimana begitu lakunya
tayangan sinetron dan tayangan lainnya.
14
Pildacil adalah salah satu tayangan Televisi yang disiarkan oleh Lativi
yang mengangkat tentang hal-hal religius yang mengambil format acara
perlombaan untuk mencari da’i-da’i cilik yang mempunyai semangat yang
tinggi yang mempunyai kemampuan untuk berceramah atau memberikan
tausyiah dengan cara mereka dan dengan gaya mereka yang masih anak-anak,
sangat polos dan sangat menarik, sehingga dapat cukup menarik perhatian
pemirsa televisi di Indonesia dari anak-anak hingga orang dewasa, selain
mendidik acara ini juga mengusung pesan-pesan dakwah, akan tetapi anak-
anak yang menjadi da’i dalam acara ini sangat mungkin bukan anak yang
begitu sempurnah namun mereka cumalah anak-anak yang mempunyai
semangat dan pemahaman agama yang sangat luar biasa untuk ukuran seorang
anak-anak seusia mereka, untuk dapat membuat mereka menjadi seorang da’i
yang bukan Cuma bisa menyampaikan tapi juga mampu mengugah hati para
pemirsa sehingga pesan dakwah bisa sampai kepada mereka yang melihat
acara ini, sudah pasti itu sangat berkaitan dengan pembinaan yang dilakukan
selama mereka di karantina, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan
penelitian tentang program pembinaan apa saja yang dilakukan untuk
menunjang peningkatan penyampaian kualitas ceramah mereka buka Cuma
untuk masyarakat yang melihat tapi terlebih untuk mereka sendiri yang
menjadi objeknya agar menjadi tauladan yang baik untuk masyarakat terlebih
lagi setelah mereka lepas dari karantina.
15
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas maka penulis mengambil
judul MANAJEMEN PROGRAM PEMBINAAN DAI CILIK PADA
KARANTINA PILDACIL V LATIVI JAKARTA.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk lebih mengarahkan penulisan skripsi ini, sesuai dengan judul
skripsi, yaitu Manajemen Program Pembinaan Dai Cilik pada Karantina
Pildacil V Lativi Jakarta, maka penulis membatasi permasalahannya hanya
pada :
a. Aspek manajemen program pembinaannya.
b. Sistem pembinaan da’i cilik pada karantina Pildacil V.
2. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan pembatasan masalah di atas yang menjadi
perumusan dalam skripsi ini adalah :
a. Bagaimana manajemen program pembinaan dai cilik pada karantina
Pildacil V Lativi Jakarta?
b. Bagaimana sistem pembinaan da’i cilik pada karantina Pildacil V ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana manajemen program pembinaan dai
cilik yang dilakukan di Karantina Pildacil V Lativi Jakarta.
16
b. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembinaan pada karantina
Pildacil V Lativi Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti selain menambah wawasan dan pengetahuan dalam
masalah ini, juga sebagai perbandingan antara teori yang didapat di
perkuliahan dan praktek yang didapat di lembaga yang bersangkutan.
b. Untuk karantina Pildacil dapat memperkaya pengetahuan tentang
manajemen program pembinaan terhadap dai cilik selama di karantina
sehingga untuk dikemudian hari dapat menjadi lebih profesional
sehingga nantinya dapat dipercaya oleh masyarakat secara
keseluruhan, bagi penulis khususnya dan bagi aktifis dakwah pada
umumnya.
c. Untuk Akademik untuk menambah khasanah pengetahuan tentang
manajemen program pembinaan, dan sebagai bahan penambahan
referensi dari peningkatan wawasan akademis, serta bahan pijakan bagi
penelitian lanjutan.
d. Untuk Pemerintah dapat memberikan konstribusi kepada masyarakat
dalam mengembangkan studi program pembinaan di Indonesia yang
lebih baik.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penulisan.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metodologi
penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif
17
menurut Bogdan dan Taylor (1975: 5) adalah sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Kirk dan Miller (1986 : 9)
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang seara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.3
a. Subyek Dan Obyek Penelitian.
Adapun yang menjadi subyek dari penelitian ini adalah karantina
pildacil. Kemudian yang menjadi objek penelitian ini adalah
Manajemen Program pembinaan dan sistem pembinaannya.
b. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan metode field research
( penelitian lapangan ) yaitu data yang diperoleh dari observasi,
wawancara, dan dokumentasi yang didapat dari objek penelitian.
Setelah data terkumpul penulis melakukan pembahasan secara
deskriptif kualitatif.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa teknik atau
cara sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi menurut Sutrisno Hadi adalah suatu pengamatan dan
pemberkatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki
3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1989), h. 3
18
sebagai acuan untuk penelitian yang dilakukan dalam suatu interaksi
sosial mendalam dalam lingkungan dan masa tertentu diantara
penelitian dengan kelompok sasaran,4 Dalam hal ini penulis
melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu
manajemen program pembinaan.
b. Wawancara
Dengan metode atau teknik wawancara mendalam (in depth interview)
ini, penulis melakukan tanya jawab secara langsung antara
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
memberikan jawaban atas pertanyaan itu, adapun yang diwawancarai
adalah pengurus karantina pildacil, tetapi tetap berpegang pada
interview guide yang telah dibuat sebelumnya, dengan alasan dari
teknik wawancara ini dirasa sangat mudah untuk memahami informasi
dari setiap individu secara langsung yang dirasa lebih efektif. Teknik
ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data primer mengenai
program pembinaan menyangkut planning, organizing, actuating dan
controling.
c. Dokumentasi
Penulis mengumpulkan informasi berupa arsip-arsip, buku-buku, dan
lain-lain yang berkaitan dengan pembahasan skripsi.
4 Soetrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), Cet. Ke-21, h.
36
19
3. Tempat dan Waktu Penelitian.
Penulis melakukan penelitian pada bulan Februari sampai dengan
bulan Juni 2007. Tempat penelitian di Jalan Raya Bukit Cinere Komplek
perumahan panorama bukit cinere, Depok, Jawa Barat .
4. Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Analisis data adalah merupakan proses penyederhanaan data
kedalam bentuk yang lebih mudah di baca dan diinterprestasikan.5 Dalam
hal ini penulis menginterprestasikan hasil observasi, wawancara, dan
dokomen-dokumen yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Data
dikumpul dengan cara wawancara dan mengumpulkan dokumen-dokumen
yang mendukung penelitian.6
5. Teknik Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian
lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka
langkah awal yang penulis tempuh adalah mentelaah terlebih dahulu terhadap
skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai judul yang serupa dengan yang
akan penulis teliti. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa
5 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (ed), Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 1989 ), Cet. Ke-1. h. 26
6 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: logos, 1997), h. 27
20
apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-
skripsi yang terdahulu.
Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian telaah kepustakaan,
penulis akhirnya menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul hampir
sama dengan yang akan penulis teliti. Judul–judul tersebut antara lain adalah
karya milik Shoffiyatullah Zainul Wahid yang berjudul “Manajemen Program
Pembinaan Mental Preman Terminal Kota Depok Yayasan Bina Insan
Mandiri”, dalam skripsi ini Shoffiyatullah memaparkan tentang bagaimana
pengolahan program yang dilakukan oleh yayasan Bina Insan Mandiri serta
faktor apa saja yang dapat menghambat dan menjadi pendukung dalam proses
pengolahan program.. Lain halnya dengan karya skripsi milik eka Julaeha
yang berjudul “Manajemen Pembinaan Rohani bagi Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Fatmawati Jakarta”, dalam skripsi ini Eka Julaeha
mengemukakan bagaimana aplikasi manajemen pembinaan rohani yang
dilakukan oleh Rumah Sakit Fatmawati bagi pasien rawat inapnya.
Berbeda halnya dengan kedua skripsi diatas bahwa penelitian yang
akan penulis lakukan pada Karantina Pildacil V Lativi Jakarta adalah
bertujuan memberikan penilaian secara kritis pada karantina Pildacil V Lativi
mengenai Proses Pembuatan dan pengelolaan program yang dilakukan oleh
Lativi selama di karantina dalam upaya mencetak da’i cilik yang memiliki
akhlak yang baik serta teladan yang dapat menjadi contoh untuk teman-teman,
saudara, keluarga bahkan masyarakat luas serta peningkatan kualitas ceramah
da’i cilik Lativi.
21
Demikianlah perbedaan pokok bahasan atau materi antara penulis akan
teliti dengan skripsi-skripsi yang terdahulu, bahwa pada penelitian terdahulu
hanya menjelaskan sebagian dari manajemen program tanpa mengkaitkan
dengan psikologi sang objek Dakwah serta yang lebih menarik lagi dalam
penelitian ini bahwa penulis mengambil tema tentang manajemen program
pembinaan yang dilakukan lativi terhadap para Da’i Cilik selama di karantina
Pildacil 5 yang berjalan selama empat bulan penuh.
F. Sistematika Penulisan
Untuk pembahasan dalam skripsi ini, penulis menyusun kedalam 5
(lima) Bab.
Setiap Bab terdiri dari beberapa sub-sub Bab tersendiri, Bab-bab
tersebut ara keseluruhan saling berkaitan satu dengan lainnya, diawali dengan
pendahuluan dan diakhiri dengan bab penutup berupa kesimpulan dan saran-
saran.
BAB I : Pendahuluan yang memuat, latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
BAB II : Mengetengahkan tinjauan umum tentang konsep manajemen
program, pengertian manajemen, unsur-unsur manajemen, fungsi
manajemen, pengertian program, macam-macam program, tujuan
program, evaluasi program, dan konsep pembinaan da’i cilik,
22
pengertian pembinaan, pengertian da’i cilik serta sistem
pembinaan da’i cilik .
BAB III : Menyajikan tinjauan pada PT Lativi Madia Karya mengenai
sejarah berdirinya lativi, visi dan misi, maksud dan tujuan
berdirinya lativi, positioning, target market, area jangkauan, tipe
dan kebijakan program lativi, tinjauan umum mengenai pildacil
V dan karantina pildacil V, struktur organisasi karantina Pildacil
V, dan Program kerja pembinaan karantina pildacil V
BAB IV : Mengetengahkan tentang analisis manajemen program, dan
sistem pembinaan da’i cilik yang dilakukan selama karantina
Pildacil V.
BAB V : Penutup terdiri dari empat bab diatas, saran diuraikan dalam
kesimpulan serta daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang
dianggap perlu.
23
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN PROGRAM DAN PEMBINAAN DAI CILIK
A. Konsep Manajemen Program
1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata bahasa Inggris management dengan
kata asal to manage yang secara umum berarti mengelola. Dalam arti
khusus managemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu
orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin dalam suatu organisasi.
Pengertian manajemen didefinisikan dalam berbagai cara,
tergantung dari titik pandang, keyakinan serta pengertian dari pembuat
definisi. Secara umum pengertian manajemen adalah pengelolaan suatu
pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan dengan cara menggerakkan orang-orang lain untuk
bekerja. Untuk mengelola suatu pekerjaan agar dapat mencapai hasil yang
sesuai dengan tujuan yang ditentukan, sangat memerlukan keahlian
khusus, bukan saja keahlian teknis, melainkan juga keahlian dalam
memimpin orang-orang. Artinya memotivasi orang lain agar mau bekerja
dengan giat dan kreatif.1
Menurut Abd. Rosyad Shaleh mengartikan manajemen dakwah
sebagai proses merencanakan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun
1Yayat M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), Cet.Ke-1,
h.1
24
dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok
tugas itu, kemudian menggerakkannya kearah pencapaian tujuan dakwah.2
Perlu dihayati bahwa manajemen dan organisasi bukan tujuan
tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang dinginkan, karena tujuan
yang ingin dicapai adalah pelayanan dan laba (profit). Untuk lebih jelasnya
pengertian manajemen ini penulis mengutip beberapa definisi dalam
bukunya Yayat M. Herujito yang berjudul Dasar-dasar Manajemen,
sebagai berikut :
1. DRS. H. Malayu S.P. Hasibuan
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efesien untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Andrew F. Sikula
Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan,
pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk
mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara
efesien.
3. G.R. Terry
Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
2Djalil Abdul Manan dan Rafi’udin, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2001), Cet. Ke-2, h. 41
25
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
4. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui
kegiatan orang lain. Dengan demikian manager mengadakan
koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan
pengendalian.3
2. Unsur-unsur Manajemen.
Unsur-unsur manajemen itu terdiri dari men, money, methods,
materials, machines, and market disingkat dengan 6 M. Dan uraiannya
sebagai berikut :
a. Men yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun
tenaga kerja operasional atau pelaksana.
b. Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
c. Method yaitu cara atau sistem-sistem yang dipergunakan dalam setiap
bidang manajemen untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
setiap unsur manajemen.
d. Materials yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
e. Machines yaitu mesin-mesin atau alat-alat yang dipergunakan dan
diperlukan untuk mencapai tujuan.
3H. Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), Cet. Ke-1, h. 2
26
f. Market yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa- jasa yang
dihasilkan.4 Setiap unsur manajemen ini berkembang menjadi bidang
manajemen yang mempelajari lebih mendalam peranannya dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Bidang-bidang manajemen dikenal
atas:
1. Manajemen sumber daya manusia (unsur men).
2. Manajemen permodalan / pembelanjaan (unsur money).
3. Manajemen akuntansi biaya ( unsur material).
4. Manajemen produksi (unsur machines).
5. Manajemen pemasaran (unsur market).
3. Fungsi-fungsi Manajemen
Dalam manajemen terdapat fungsi-fumgsi manajemen, yang
diambil dari teori G.R. Terry, biasa disingkat dengan POAC, yaitu
Planning (perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating
(Penggerakan), dan Controlling (Pengawasan).5 Dengan penjelasan
sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah menentukan program pekerjaan apa saja yang
akan dilaksanakan oleh para anggota organisasi dan bagaimana cara
melaksanakannya serta kapan setiap pekerjaan itu harus diselesaikan.
Kegiatan ini juga membuat perhitungan mengenai dana yang
digunakan untuk membagi setiap pekerjaan yang akan dilakukan.
4Ibid, h. 20 5Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: Al-Amien Press,
1996), h. 46
27
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah membagi pekerjaan yang telah ditetapkan
tersebut kepada para anggota organisasi sehingga pekerjaan terbagi
habis kedalam unit-unit kerja. Pembagian pekerjaan ini disertai
pendelegasian kewenangan agar masing-masing melaksanakan
tugasnya secara bertanggung jawab. Untuk mengatur urutan jalannya
arus pekerjaan perlu dibuat ketentuan-ketentuan mengenai prosedur
dan hubungan kerja antar unit.
2. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan adalah upaya manajer dalam menggerakan orang-orang
untuk melakukan pekerjaan secara efektif dan efesien berdasarkan
perencanaan dan pembagian tugas masing-masing. Untuk
menggerakkan orang-orang tersebut diperlukan tindakan komunikasi,
memberikan motivasi, memberikan perintah, memimpin pertemuan,
dan meminta laporan.
3. Pengawasan (Controlling)
Pengwasan dan pengendalian dilakukan agar aktivitas organisasi
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dan bila terjadi
deviasi (penyimpangan), maka manajer segera memberikan peringatan
atau meluruskan kembali langkah-langkah yang telah dilakukan oleh
anggota organisasi agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
4. Pengertian Program
Program adalah suatu rencana yang pada dasarnya telah
menggambarkan rencana yang konkrit. Rencana ini kongkrit, karena
dalam “program sudah tercantum, baik sasaran, kebijakan, prosedur,
28
waktu maupun anggarannya.” Jadi, program juga merupakan usaha-usaha
untuk mengefektifkan rangkaian tindakan yang harus dilaksanakan
menurut bidangnya masing-masing.6
Program merupakan suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan
demi mencapai tujuan yang diinginkan, suatu rencana biasanya melibatkan
beberapa bagian atau departemen maka dari departemen-departemen
tersebut melakukan suatu tindakan-tindakan tertentu demi mencapai suatu
tujuan yang telah disepakati, hal inilah yang dimaksud dengan program-
program merupakan bagian yang sangat penting dan penyusunan program
merupakan bagian yang sangat penting dan penyusunan perencanaan,
karena dengan program adalah menentukan keberhasilan pencapaian suatu
tujuan yang telah diterapkan.
Program merupakan deretan kegiatan yang dilaksanakan untuk
mencapai suatu tujuan. Suatu program menentukan kegiatan secara
bertahap yang menjadi pedoman dalam pelaksanaannya dan program tidak
dapat dipisahkan dari tujuan yang telah ditentukan.7 Pekerjaan ini
dilakukan oleh manager dalam menetapkan urutan kegiatan yang
diperlukan guna mencapai maksud dan tujuan tersebut. Manager
memperkuat langkah tindakan yang diambil sesuai dengan prioritas
pelaksanaannya.
5. Macam-macam Program
Macam atau jenis program dapat bermacam-macam wujud jika
ditinjau dari berbagai aspek. Program ditinjau dari :
6H. Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2004),edisi revisi, Cet. Ke-3, h. 96 7EK. Muchtar Efendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta:
Bharata Karya Aksara, 1996), h. 75
29
a. Tujuan, ada yang bertujuan mencari keuntungan (kegiatan komersial)
jika program tersebut mencari keuntungan, maka ukurannya adalah
seberapa banyak program tersebut telah memberikan keuntungan dan
jika program tersebut telah memberikan keuntungan dan jika program
tersebut bertujuan sukarela, maka ukurannya adalah seberapa banyak
program tersebut bermanfaat bagi orang lain.
b. Jenis, ada program pendidikan, program koperasi, program
kemasyarakatan dan sebagainya, klasifikasi tersebut tergantungdari
isi program yang bersangkutan.
c. Jangka waktu, ada program jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang.
d. Keluasan, ada program sempit, ada program luas, program sempit
hannnya menyangkut program yang terbatas sedangkan program luas
menyangkut banyak variable.
e. Pelaksanaannya, ada program kecil dan ada program besar, program
kecil hanya dilaksanakan beberapa orang saja, sedangkan program
besardilaksanakan oleh banyak orang.
f. Sifatnya, ada program penting dan ada program kurang penting.
Program penting yang dampaknya menyangkut orang banyak,
menyangkut hal yang vital, Sedangkan program yang kurang penting
adalah sebaliknya.8
8Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998),
h. 2-3
30
6. Tujuan Program
Tujuan adalah sasaran atau maksud yang harus dicapai dalam
proses pelaksanaan kegiatan yang direncanakan. Hal ini sesuai dengan hal
yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto adalah :
”Tujuan program merupakan suatu yang pokok dan harus dijadikan
pusat perhatian oleh evaluator. Jika suatu program tidak mempunyai
tujuan atau tujuan yang tidak bermanfaat maka program tersebut tidak
perlu dilaksanakan , tujuan menentukan apa yang diraih”.
Tujuan program dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum biasanya menunjukkan out put dari program
jangka panjang sedangkan tujuan khusus out putnya jangka pendek.9
Berbicara mengenai program atau tujuan program tidak dapat
terlepas dari kurikulum. Kurikulum adalah acuan yang berisi tentang
sejumlah pelajaran yang dilaksanakan dalam suatu kegiatan belajar
mengejar, sebagaimana yang dikemukakan oleh S Nasution bahwa
kurikulum adalah sejumlah mata pelejaran yang harus ditempuh atau
sejumlah pelajaran yang harus dikuasaiuntuk mencapai suatu tingkat atau
ijazah.10
7. Evaluasi Program
Untuk mengetahui sampai sejauh mana hasil yang telah dicapai
oleh program, maka haruslah melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi
merupakan kegiatan mengukur dan menilai hasil keberhasilan dari suatu
program atau kegiatan.11
9Ibid, h. 35 10S. Nasution, Azas-azas Kurikulum (Bandung: CV Jenimar, 1975), h. 5 11Wayan Nurkacana, Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nsional, 1976), h. 85
31
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan
suatu kegiatan yang sangat penting, karena dengan evaluasi kita kita dapat
mengukur dan menilai sesuatu sehingga kita mengetahui nilai dari sesuatu
tersebut. Evaluasi merupaka proses memahami, memberi arti
mendapatkan, mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-
pihak pengmbil keputusan. Dan dari defenisi dari manajemen dan program
tersebut maka penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen program
adalah suatu pengaturan dan pengelolaan terhadap suatu acara atau suatu
rencana yang akan dilaksanakan oleh seseorang, sekelompok maupun
oleh suatu organisasi.
B. Konsep Pembinaan
1. Pengertian Pembinaan
Kata pembinaan berasal dari akar kata bahasa arab yaitu -بني -بناء
yang artinya : membangun, mendirikan, membina.12 Kata bina يبني
berasal dari bahasa Arab kemudian menjadi bahasa Indonesia baku dan
kata bina itu sendiri dalam kamus lengkap bahasa Indonesia modern
artinya bangun.13 Kata bina mendapat awalan ‘pe-‘ dan akhiran ‘-an’
menjadi pembinaan yang berarti membangun, memperbaiki atau
memperbaharui.14
12Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penafsiran Al-Qur’an,
1973), Cet. Ke-1, h. 73 13 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern (Jakarta: Pustaka Amani,
t. t), h. 41 14 Poerwadarminto, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1976), h. 380
32
Sedangkan pembinaan dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer
adalah ”proses pembinaan, membina, membangun atau menyempurnakan
upaya mendapat hasil yang lebih baik”.15
Pembinaan menurut istilah adalah : suatu kegiatan untuk
mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu yang telah ada
sebelumnya.16 Begitu pula pembinaan dapat mengandung arti : usaha,
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.17
Pengertian pembinaan yang terakhir adalah suatu upaya, usaha
yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan,
mengarahkan dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan
yaitu agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan
sesuatu.18
Demikianlah arti pembinaan yang bermacam-macam berdasarkan
referensi yang berbeda-beda pula, namun penulis mengambil kesimpulan
tentang pengertian pembinaan adalah suatu upaya pengelolaan atau
penanganan berupa melatih, membiasakan memelihara, mengarahkan serta
mengembangkan komponen seseorang untuk memperoleh hasil yang lebih
baik secara efektif dan efisien.
2. Pengertian Da’i Cilik
Da’i barasal dari kata bahasa arab yang berarti orang yang
mengajak artinya masih umum sifatnya belum terkait dengan unsur lain
15 Peter Salim dan Yanni, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English, 1991)
16 Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategis Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), Cet. Ke-2, h.17
17 Departemen. Pendidikan. Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi, Ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, t. t), h. 17
18 Bp-4, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera (Jakarta: 1984), h. 8
33
yang mengikutinya. Dalam pengertian yang seperti tersebut masih
termasuk orang yang mengajak kepada ketidakbaikan. Dalam pengertian
khusus (pengertian Islam) dai adalah orang yang mengajak kepada orang
lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan kata-kata,
perbuatan, maupun tingkah laku ke arah kondisi yang baik atau yang lebih
baik menurut syariat al-qur’an dan sunnah. Dalam pengertian khusus
tersebut da’i identik dengan orang yang melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar.
Sedangkan Umar hasan mengartikan kata da’i adalah mengundang
atau mengajak, mengundang manusia kepada agama Allah SWT, yakni
agar manusia mau beriman dan mau melaksanakan ajaran-ajaran Allah
SWT.19
Sementara itu M. Syafaat Habib, dalam pedoman dakwah
mengatakan bahwa da’i adalah seorang leader atau pemimpin ”(Sayyidul
Qoum)”. Dia hidup dalam masyarakat yang terus berubah, dan harus sadar
akan perubahan ini kemudian memberikan petunjukknya.20
Bila di ibaratkan da’i adalah seorang guide atau seorang pemandu
terhadap orang-orang yang ingin mendapatkan keselamatan dunia dan
akhirat. Ia adalah petunjuk jalan yang lurus mengerti dan memahami
terlebih dahulu, mana yang harus dilalui dan mana yang tidak boleh dilalui
oleh seorang muslim, sebelum ia memberikan petunjuk jalan pada orang
lain. Sebagai orang yang memahami, mengetahui tentang agama islam, ia
harus mennyatakan sepenuh hati. Karena setiap muslim mempunyai
tanggung jawab atas kelestarian dan kesinambungan islam dan umat islam
19Umar Hasan, Mencari Ulama Pewaris Nabi (Bekasi: Dakta FFM, 1979), h. 135. 20M. Syafaat Habib, Pedoman Dakwah (Jakarta: PT Bumi Restu, 1987), Cet Ke-1, h. 106.
34
di dunia ini. Oleh karena itu kedudukan da’i di tengah masyarakat
menduduki kedudukan yang penting, ia adalah seorang pemuka( pelopor)
yang selalu diteladani oleh masyarakat sekitarnya, ia adalah seorang
pemimpin di tengah masyarakat walaupun tak pernah dinobatkan secara
resmi sebagai pemimpin. Itulah sebabnya sebagai da’i harus sadar bahwa
tingkah lakunya selalu dijadikan tolak ukur masyarakat.21
Sedangkan Cilik berarti kecil,22 kecil adalah kurang besar
keadaanya daripada biasa,23 sedangkan anak adalah manusia yang masih
kecil.24 Pada umumnya anak kecil adalah mereka yang berada pada usia
dini yaitu usia pra sekolah hingga usia pendidikan sekolah dasar yaitu
berkisar antara 3(tiga) sampai 12(dua belas) tahun.
Setelah mengetahui arti dari kedua kata tersebut penulis dapat
menyimpulkan bahwa Da’i cilik adalah seorang anak kecil atau anak yang
masuk dalam usia sekolah yang mempunyai kemampuan dan kemauan
untuk mengajak, mengundang, menyeru manusia bukan hanya dari
kalangan umur anak-anak saja tetapi juga usia remaja dan orang dewasa
kepada kebaikan dan menyuruh kita untuk menjauhi segala apa yang
dilarang oleh Allah SWT agar manusia mau melaksanakan ajaran-ajaran
Allah SWT.
3. Sistem Pembinaan Karantina Pildacil
a. Pembina
21Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), Cet Ke-1. 22Pusat pembinaan dan pengembangan Bahsa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,
Kamus umum Bahasa Indonesia (Jakarta :Balai Pustaka, 1986), cet.ke-IX, h. 205. 23Ibid. h. 457. 24Ibid. h. 39.
35
Pembina atau murobbi adalah seorang da’i, ia bisa bertindak
sebagai qiyadah (pemimpin), ustadz (guru), walid (orang tua), dan
Shohabah (sahabat) bagi sang mad’u. Peran yang multi fungsi ini yang
menyebabkan seorang pembina atau murobbi perlu memiliki berbagai
keterampilan memimpin, mengajar, membimbing, dan bergaul.25
Pembina juga adalah orang yang memberi materi untuk mengajak
kepada kebaikan, untuk itu harus orang-orang yang mempunyai
kemampuan berdakwah dengan memahami unsur-unsur dakwah. Dan
dalam buku Ilmu Pendididkan Islam, pendidik atau pembina
merupakan orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Atau dengan
kata lain, pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang mampu
membawa peserta didik ke arah kedewasaan.26
b. Terbina (mad’u atau peserta didik)
Orang yang menjadi objek dakwah, orang yang masih belum
mengenal islam secara baik, orang yang mempunyai kemauan untuk
memperbaiki diri dan orang yang belum masuk islam maupun orang
yang sudah masuk islam. Mad’u atau peserta didik dapat juga diartikan
sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.27
25Satria Hadi Lubis, Menjadi Murobbi Sukses (Jakarta: Kreasi Cerdas Utama, 2002), Cet.
Ke-1, h. 3. 26Hj. Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Islam : Pengantar dan Dasar-dasar
pelaksanaan Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. Ke-1, h. 70-71. 27Ibid, h. 69.
36
c. Materi Pembinaan
Materi merupakan isi yang harus disampaikan dalam proses
pendidikan. Materi juga dapat diartikan segala sesuatu yang langsung
diberikan oleh pendidik kepada peserta didik dalam rangka mencapai
tujuan.28 Secara umum materi yang diberikan dalam pembinaan
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1). Aqidah
Aqidah merupakan pondasi seorang muslim, kedudukannya sangat
sentral karena aqidah menjadi asas dan sekaligus sangkutan atau
gantungan segala sesuatu dalam islam. Arti Aqidah secara
etimologis adalah ikatan, sangkutan. Dalam pengertian teknis
artinya iman atau keyakinan. Aqidah islam ditentukan dengan
rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran islam.29
2) Akhlak
Pembinaan akhlak sangat penting dan merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Akhlak adalah
mutiara hidup yang membenarkan manusia dengan hewan.
Perkataan akhlak adalah jamak dari kata ”khuluk” yang artinya
menurut bahasa adat kebiasaan, tabiat dan perangai. Dan menurut
Ali Abdul Halim Mahmud, akhlak adalah suatu sistem yang
lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau
tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa.
Karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan
28Ibid, h. 74. 29M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakart : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h.
199
37
membuatnya berperilaku sesuai dirinya dan nilai-nilai yang cocok
dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.30
3) Ibadah
Ibadah adalah hubungan dengan allah dalam melakukan kewajiban
sebagai seorang muslim. Menurut ajaran islam ibadah dibagi
menjadi dua yaitu a. Ibadah khusus(mahdoh) adalah ibadah yang
ketentuan pelaksanaannya sudah pasti ditetapkan oleh allah dan
dijelaskan oleh rasulnya, misalnya ibadah shalat, puasa, zakat dan
haji b. Ibadah Umum (ghairo Mahdoh) adalah perbuatan yang
mendatangkan kebaikan kepada diri sendiri dan orang lain dan
dilaksanakan dengan niat karena allah misalnya : belajar, mencari
nafkah, menolong orang yang susah dan sebagainya.31
d. Metode Pembinaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikan
sebagai cara teratur untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem unuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
dikehendaki.32
Sedangkan menurut M. Arifin, metode secara harfiah adalah
jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Namun
pengertian hakiki dari metode adalah segala sarana yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Adapun metodenya menurut M. Arifin adalah :
30Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), Cet. Ke-1,
h. 26. 31Ibid. h. 247 32Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-3,
h. 415.
38
1. Wawancara
Yaitu salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiawaan
yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana
sebenarnya hidup kejiwaan anak bimbing pada saat tertentu yang
memerlukan bantuan.
2. Metode Group Guidance (bimbingan secara berkelompok)
Yaitu cara pengungkapan jiwa atau batin serta
pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti ceramah,
diskusi, dan sebagainya. Metode ini menghendaki bahwa setiap
anak bimbing atau mad’u melakukan hubungan timbal balik
dengan teman-temannya dan bergaul melalui kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat bagi peningkatan pembinaan pribadi.
3. Metode Non Direktif (cara yang mengarahkan)
Metode ini dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a. Client Cantered yaitu pembimbing menggunakan sistem
pemancingan yang berupa satu dua pertanyaan yang terarah,
dan mad’u atau anak bimbing diberi kesempatan yang seluas-
luasnya untuk menyampaikan unek-unek.
b. Educatif, yaitu cara pembimbing kepada anak bimbing untuk
mengungkapkan perasaan yang menyebabkan hambatan dan
ketegangan yang diperdalam melalui pertanyaan yang motivatif
dan persuasif (meyakinkan).
4. Metode Psikoanalitis ( Penganalisaan Jiwa )
Yaitu menganalisa kejiwaan melalui gejala tingkah laku baik
melalui mimpi yang menyenangkan atau yang mengerikan yang
39
muncul pada saat tertentu dalam diri ataupun melalui tingkah laku
yang kadang salah, salah yang tak disengaja atau yang tidak
disadari. Misalnya salah ucapan, salah meletakkan benda, salah
tulis dan lain sebagainya.
5. Metode Direktif ( Metode yang Bersifat Mengarahkan )
Dalam hal ini pembimbing memberikan secara langsungkepada
anak bimbing, jawaban-jawaban yang diperlukan dalam
penyelesaian yang dihadapi, saran-saran diberikan kepada anak
bimbing bagaimana seharusnya ia berbuat.
6. Metode Sosio Metri
Yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mengetahui kedudukan
anak bimbing dalam hubungan kelompok.33
e. Media atau alat pembinaan
Alat pembinaan merupakan sesuatu hal yang tidak saja
membuat kondisi-kondisi yang memungkinkan bagi terlaksananya
pekerjaan mendidik, tetapi juga mewujudkan diri sebagai perbuatan
atau situasi yang membantu tujuan pembinaan.34
f. Faktor Lingkungan
Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Situasi lingkungan berpengaruh pada proses dan hasil
pendidikan.Situasi lingkungan ini meliputi lingkungn fisik, lingkungan
teknis dan lingkungan sosio-kultural. 35
33Ibid, h. 44-50. 34Ibid, h. 74. 35Ibid, h. 75.
40
BAB III
TINJAUAN UMUM PT LATIVI MEDIA KARYA DAN KARANTINA PILDACIL 5
A. Sejarah Berdirinya Lativi
PT. LATIVI Mediakarya yang berdiri dengan izin prinsip Deppen No.
799/MP/PM/1999 tertanggal 25 Oktober 1999 menghadirkan LATIVI yang
dipancarkan melalui 7 kota besar di Indonesia : Jakarta, Bandung, Semarang,
Solo, Jogyakarta,Surabaya, dan Medan.
Sebagai nuansa baru pertelevisian nasional, LATIVI hadir dengan
sentuhan teknologi mutakhir untuk dinikmati oleh keluarga generasi baru.
LATIVI dirasa tepat hadir di era reformasi saat ini, karena fungsi
utama televisi adalah untuk menghibur masyarakat dengan program hiburan
maupun informasi yang faktual, aktual serta ikut menyelesaikan masalah,
LATIVI dirancang untuk mereka yang tidak lagi perlu keluar rumah untuk
mendapatkan hiburan dan berita yang bermanfaat. Dengan formulasi siarannya
adalah 60% erisi tentang hiburan, 20% tentang berita dan 20% info
komersial.1
B. Visi dan Misi Lativi
Visi
Lativi, pilihan baru televisi Indonesia, selalu terdepan dalam teknologi
dan terbaik dalam penyajian program hiburan dan informasi.
1Situs Lativi, www.Lativi.Com, h. 1.
41
Misi
LATIVI selalu terdepan, selangkah lebih maju dalam teknologi.
Menayangkan program berkualitas dan memiliki nilai tambah. Menyajikan
informasi faktual, aktual, dan berimbang serta memberi pemecahan masalah.
LATIVI memberi manfaat bagi perusahaan dan masyarakat.2
C. Maksud dan Tujuan Berdirinya Lativi
1. Berorientasi kepada kepuasan pemirsa melalui penyajian program acara
yang berkualitas baik di bidang hiburan, berita, dan values oriented
program.
2. Membangun dan mengembangkan kekuatan melalui penerapan dan
pembangunan sumber daya manusia yang professional.
3. Membangun kepemimpinan positif di kalangan industri pertelevisian.
4. Mengedepankan kepuasan pengiklan melalui penerapan Quality
Programming Strategy, Creative Advertising dan Teknologi Mutakhir.
5. Turut mendorong terbentuknya generasi baru berkualitas.3
D. Area Jangkauan, Studio dan Kebijakan Program.
1. Area Jangkauan
Dari 6 lokasi stasiun transmisi, LATIVI akan menjangkau pemirsa hingga
pada area di sekitar ke 6 lokasi tersebut yang menjangkau sekitar 80 juta
pemirsa yaitu :
2Ibid, h. 2. 3Ibid, h. 3
42
a. Jakarta meliputi : Jabotabek, Subang, Banten, dan Lampung.
b. Bandung meliputi : Bandung dan sekitarnya, Sukabumi, Cianjur dan
Garut.
c. Jogyakarta meliputi : Jogyakarta dan sekitarnya, Solo, Magelang dan
Sleman.
d. Surabaya meliputi : Surabaya dan sekitarnya, Madura, Tuban,
Pasuruan, Probolinggo, Mojokerto dan Jombang.
e. Semarang meliputi : Semarang dan sekitarnya, Kudus, Rembang,
Tegal dan Pekalongan.
f. Medan meliputi : Medan dan sekitarnya, Binjai, Deli, Serdang,
Belawan dan Tebing Tinggi.
2. Studio
Untuk dapat merealisasikan program siaran, LATIVI membangun sarana
dan prasarana Studio penyiaran serta pemancar Jakarta.
Adapun sarana dan prasarana studio penyiaran tersebut di Kawasan
Industri Pulogadung, Jl.Rawa terate II No.2 Jakarta menempati luas lahan
20.000 m2 dengan luas bangunan mencapai 30.000 m2.
Diawali dengan studio pemberitaan yang kemudian akan dikembangkan
dengan studio produksi. Semuanya didukung dengan perangkat yang serba
mutakhir dengan teknologi digital.
3. Kebijakan Program
LATIVI adalah sebuah brand, dengan positioning yang sangat jelas.
Karena itulah, LATIVI akan melakukan penilaian terhadap setiap program
(program Assessment) dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
43
a. Dinamika program
b. Menghargai integritas pemirsa (The Intelligence)
c. Unik namun familiar
d. Memiliki educational values (values oriented driven)
e. Menampilkan ide yang fantastic
f. Original
g. Informasi yang faktual, aktual & seimbang4
D. Sekilas tentang Pildacil dan Karantina Pildacil V
Pemilihan Da’I Cilik atau Pildacil merupakan salah satu program
keagamaan bagi anak-anak sebagai ajang pengembangan bakat khususnya
dalam berda’i. Acara Pildacil ini berdurasi 90 menit dan pertama kali
disiarkan tanggal 08 oktober 2005 disiarkan langsung dari studio 4 lativi
Pasaraya grande lt 9, inilah yang kemudian dikenal dengan Pildacil.
Pemilihan Da’i Cilik atau popular dengan nama Pildacil adalah
program reality Show pertama dari Lativi. Yang misi dan tujuannya adalah
mengutamakan pengembangan moral Fositif dan pendidikan bagi masyarakat.
Lativi menyadari misi dan tujuan yang mulia ini akan lebih optimal jika
dilakukan sejak usia dini dan kepedulian ini diwujudkan melalui program
Pildacil. Pildacil adalah bentuk kompetisi dakwah untuk anak dengan syarat-
syarat sebagai berikut:
1. Dapat diikuti oleh laki-laki dan perempuan
2. Usia 6 – 9 tahun
4Ibid, h. 4-5.
44
3. Mempersiapkan materi dakwah bebas dengan durasi 3 menit
4. Memahami al-qur’an dan pendalaman agama secara baik
5. Membawa foto diri ukuran post card 3R (close up) sebanyak 1 lembar
6. Mengisi Formulir pendaftaran
Pola audisinya pun hampir sama dengan kompetisi lainnya, keputusan juri dan
panitia tidak dapat diganggu gugat. Dan kriteria penjuriannya adalah sebagai
berikut :
1. Orator
2. Komedian
3. Cute
4. Multitalent5
Pemilihan Daí Cilik yang sudah dilakukan sejak dua tahun yang lalu,
memberikan dampak yang positif buat anak-anak dan orang tua. Hal ini
terlihat dengan ke antusiasan anak-anak, untuk mengikuti Audisi Pemilihan
Daí Cilik di seluruh Indonesia. Kalau di Data terlihat sekali kemajuan anak-
anak yang mendaftar. Mulai dari Pildacil 1 yang hanya diselenggarakan di
beberapa kota di pulau jawa saja, telah menarik simpati masyarakat Indonesia,
untuk mengikuti Audisi pildacil selanjutnya. Disetiap pemilihan hampir di
setiap kota terjadi peningkatan 2 sampai 3 kali lipat peserta yang daftar,
bahkan di Pildacil 5 jumlah peserta yang mendaftar cukup banyak hingga
audisi yang di bandung harus ditutup karena banyaknya peserta yang ingin
mendaftar.
5Wawancara dengan Kepala Sekolah Pildacil, M. Ilham Sembodo, Jakarta, November
2007.
45
Pemilihan Daí Cilik, mulai dari Pildacil I sampai pildacil 4 tampak
sekali ke khasan setiap episodenya. Contohnya : Pildacil I peserta yang
tergabung di pildacil I dibentuk menjadi seorang Daí yang penuh dengan
keseriusan berdaí untuk sasaran orang tua, dan bisa membuka katup otak
pemirsa seluruh Indonesia tentang Pildacil. Pildacil II mulai merekrut daí-daí
cilik yang berkompeten dari beraneka macam sisi, ada yang mengedepankan
kedaerahannya, bakat seninya, bakat suaranya, bahkan performance dirinya.
Pada pildacil III, membentuk daí-dai cilik yang kuat akan nilai entrepreneur.
Sehingga pada Daí cilik III terlihat karakter yang lepas ketika menguasai masa
dan tidak ada beban, karena karantina membentuk mereka sesuai dengan
adapatasinya di atas panggung. Pada pildacil IV, karantina menyelami lebih
dalam tentang karakter yang dimiliki oleh Daí-daí yang lolos audisi. Pada
pildacil 4 terlihat keluarnya karakter alami yang dimiliki anak-anak sesuai
tahap perkembangannya. Ada yang mempunyai karakter berani, maka
mewujudkan performance ceramahnya dengan berani tanpa ada beban hafalan
sedikitpun. Pada Pildacil Best of The Best, penggabungan dari semua konsep
dari pildacil I sampai pildacil IV, dan yang muncul sebagai bintang dari semua
bintang adalah anak yang mengedepankan metode berceramahnya dengan
karakter-karakter yang mereka miliki dan keluar dengan alami pada saat
berceramah, dan itu dibuktikan dengan munculnya 2 orang Daí cilik yang
berasal dari Pildacil IV.6 Maka dari itu di Pildacil V ini dari keempat konsep
yang pernah dilaksanakan di pildacil sebelumnya akan digabungkan dan para
pembimbing sangat berharap dapat menghasilkan yang terbaik dari pildacil V
6Modul Pildacil 5, h. 1-2.
46
bukan hanya dari segi anak-anak tapi juga faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi pembinaan mereka di karantina agar kelak menjadi da’i yang
menmberikan tauladan bukan hanya baik di depan para pemirsa televisi atau
bukan hanya ingin mendapatkan hadiahnya tapi lebih dari itu, karantina
berharap menjadikan mereka dan membentuk karakter mereka untuk menjadi
seorang da’i cilik yang dapat memberikan manfaat dan tauladan yang baik
dengan gaya mereka yang masih anak-anak bukan malah memaksakan mereka
menjadi da’i yang dewasa sebelum waktunya.
Karantina Pildacil V yang berada di jalan cinere raya, komplek
perumahan Panorama bukit cinere, depok jawa barat. Dalam memenuhi
keperluan karantina pihak Lativi menyewa 3 rumah yang cukup besar yang
mempunyai 2(dua) lantai, 1(satu) rumah untuk anak-anak Pildacil dan para
pembimbingnya dan 2(dua) rumah lainnya untuk para orang tua dan kru lativi,
berbeda dengan karantina Pildacil IV pada saat itu yang memakai Asrama di
daerah Cibubur, pada Pildacil V ini seluruh anak-anak Pildacil berada dalam
satu rumah, bergabung dengan para pembimbing yang berjumlah 6(enam)
orang, dengan komposisi 1(satu) orang kepala sekolah dan 5(lima)
pembimbing yang terdiri dari 3 orang ikhwan dan 2 orang akhwat, sehingga
kedekatan antara pembimbing dengan para anak-anak dacil dapat dengan
cepat terbangun karena intensitas yang cukup sering dan membuat
pembimbing dapat dengan mudah membaca karakter masing-masing anak
hingga dapat dengan cepat membangun pola komunikasi dan pola pembinaan
yang sesuai untuk setiap karakter anak.7 Bahkan anak-anak di pisah dari orang
7Wawancara dengan Kepala Sekolah Pildacil, M. Ilham sembodo, Jakarta, November
2007.
47
tua dari latihan sampai tidur, ada saat-saat tertentu para orang tua dapat
menemani anak-anaknya tapi tidak secara penuh, ini dilakukan karena untuk
menghindari preasure atau tekanan dari orang tua yang berlebihan sehingga
dapat mengganggu penampilan mereka dan proses pembentukan mereka
selama di karantina Pildacil V. 8
E. Stuktur Organisasi Karantina Pildacil V
STRUKTUR ORGANISASI KARANTINA PILDACIL LATIVI9
8Wawancara dengan Kepala Sekolah Pildacil, M. Ilham Sembodo, Jakarta, November
2007. 9Ibid.
Lativi
PIC Karantina
Kepala Rumah Tangga PILDACIL
Wakil Ka. RT Pildacil
Driver Pengurus Rumah
Juru Masak
Juru Cuci Piring
Pembimbing
Kepsek Karantina
Penanggung Jawab Materi/Psikologi
Karantina
Pembimbing Pembimbing
48
F. Program pembinaan pada karantina Pildacil V
PROGRAM PEMBINAAN PILDACIL V10
No Program Sebab Diperlukan Waktu PJ Uraian Kegiatan Pronogsa 01 IBADAH Adanya kebutuhan
mengenalkan, mengerjakan dan membiasakan ibadah kepada peserta
04.00 sampai jam 04.00 pagi lagi
Bapak Asrama dkk
Shalat Fajar, Shalat duha, Shalat Sunat rawatib dan Zikir, Doa, Tilawah, Kultum serta Qiyamulail dll.
Insya Allah program jadi milik peserta Akselarasi program
02 20 KARAKTER
Kebutuhan mendesak agar ada internalisasi karakter kepada peserta Terutama dalam memberikan kekuatan dalam materi
07.30 – 09.30 ( rutin ) dan Setiap kesempatan
Bapak Asrama dkk
Empati – Penolong – Terbuka – Toleransi –Peduli – Humor – Respek – Loyal – Sabar – Damai – Penuh motivasi – Tanggungjawab – Jujur – Disiplin – Kooperatif -
Perubahan pada tingkah laku peserta Peserta semakin dalam mengenal karakter tokoh dalam materinya
03 MATERI TAMBAHAN (konsep diri)
Kebutuhan peserta akan kuatnya penampilan dan sejenisnya
15.00 – 17.30 Idem Olah Tubuh – Olah Vokal – Olah Tempat
Peserta lebih enak dan mudah dalam penampilan
04 COMMUNITIES SERVICE LEARNING
Peserta membutuhkan bentuk kongkrit dari nilai-nilai
Setiap hari selasa atau kamis
Idem Conditioning Magang, kerja di tempat umum
Hands On dari Minds on materi
05 TOUR PERFOMANCE
Peserta membutuhkan wahana ekspresi
Setiap ada kesempatan
Idem Conditioning Kunjungan dan Penampilan di SD Islam sejenis, Majlis Ta’lim dan sejenis
Peserta bangkit harga diri Pembiasaan
06 EDUCATIONAL FIELD TRIPS
Peserta membutuhkan keseimbangan aktifitas
Tiga kali selama program
Idem Kunjungan ke tempat yang sdh ditentukan Sharing dan Jurnal
Peserta senang dan tetap semangat
07 TEMU TOKOH
Peserta membutuhkan idola
Setiap hari jumat
Idem Persiapan Kunjungi Tokoh untuk memberikan dukungan motivasi
Peserta mendapat semangat
08 PELAJARAN SEKOLAH
Sebagian peserta di tengah ujian sekolah
Setiap rabu dan kamis
Idem Pendampingan KBM Anak-anak merasa tenang dalam berlomba
09 MATERI ORANG TUA
Orang tua membutuhkan konsep parenting yang patut
Tiga sampai empat kali selama program
Tim Parenting
Assesment Pelatihan Komunikasi dan Pendidikan Anak Patut Konsultasi
Orang tua mendapat paradigma baru
10Modul Pildacil 5, h.
49
G. Sarana dan prasarana yang ada di Karantina Pildacil V
Sarana dan prasarana yang ada di karantina pildacil 5 sebagai berikut :
1. 2 (dua) buah mobil operasional Lativi.
2. 1 (satu) buah Laptop.
3. Ratusan buku cerita anak dan remaja serta novel islami untuk menambah
wawasan para penghuni karantina dari anak-anak, kakak pembimbing,
orang tua hingga kru lativi.
4. Puluhan mainan anak-anak yang menunjang kegiatan karantina mulai dari
fuzzle sampai permainan melatih otak.
5. Bola basket, bola tendang, bola voly dan raket serta matras untuk
menunjang kegiatan olah raga anak-anak.
6. Alat-alat penambah kreatifitas seperti ( buku gambar, pulpen, pensil,
rautan, penghapus, crayon, cat air dan lain-lain).
7. 1 (satu) buah printer untuk menujang pembuatan naskah.
8. 2 (dua) buah radio untuk menunjang program pelatihan konsep diri dan
latihan menari di karantina.
9. Buku fiqh, shiroh nabawiah, aqidah dan alqur’an untuk menunjang
pembuatan naskah.
10. 1 (satu) buah gitar untuk menunjang kreativitas anak serta menimbulkan
keceriaan pada anak.
11. Kertas Hvs dan asturo untuk menunjang pembuatan naskah dan kreativitas
anak.
50
12. Obat-obatan untuk menunjang kesehatan anak-anak dacil dan para
penghuni karantina.
13. Kaset nasyid dan cd film anak-anak untuk menambah wawasan anak.11
H. Keadaan Da’I Cilik pada saat datang ke Karantina Pildacil V
16 anak yang terpilih menjadi Da’I Cilik dari seluruh indonesia,
berkumpul di sebuah rumah yang biasa di sebut Rumah Dacil. Bermula
mereka di seleksi dari daerahnya masing-masing. Antara lain : Jakarta terpilih
Da’i asal ciputat tanggerang : Farhan, Da’i asal Depok Wafa dan Da’i asal
Serang Banten Irun . Bandung terpilih da’i asal kabupaten Bandung Pipit dan
Da’i asal Cimahi Arul. Jogyakarta terpilih Da’i asal jogya yayank dan Da’i
asal Pati Qarin. Surabaya terpilih Da’i asal tulungagung Kiky dan Da’i asal
Probolinggo Alan. Medan terpilih Da’i asal Langkat Fahri dan asal medan
Sari. Palembang terpilih da’i Fatur. Banjarmasin (KalSel), terpilih Royyan.
Samarinda ( KalTim) terpilih Rizali. Balikpapan terpilih Nanda. Makasar
terpilih Eko. Ke- 16 Dacil ini di tatar, dibina, ditempa demi mengikuti sebuah
kompetisi besar yang diselenggarakan oleh Lativi, yaitu Pildacil ( Pemilihan
Da’I Cilik). Da’i Cilik yang terpilih dari 10 kota besar di Indonesia, datang
dengan didampingi oleh salah satu orangtuanya atau kerabatnya.
Masa-masa awal di karantina Pildacil, belum terlihat karakter dari
masing-masing anak-anak dan apa kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak-
anak ini sebelum mereka masuk dalam karantina Pildacil, namun dari hasil
beberapa percakapan dengan beberapa anak dacil pada saat mereka datang,
11Wawancara dengan Kepala Sekolah Pildacil 5, M. Ilham smbodo, Jakarta, November
2007.
51
ternyata beberapa diantara mereka memang mempunyai kecerdasan yang luar
biasa, dari yang sangat senang membaca sampai senang ber olahraga, dan
yang lebih mengejutkan adalah ketika para dacil dengan inisiatif sendiri
melakukan shalat tahajud bersama pada malam pertama di rumah dacil,
subhanallah, sungguh hal yang sangat luar biasa untuk ukuran usia mereka.
Namun masih tampak jelas beberapa Da’i yang belum nyaman dan perlu
dipancing terlebih dahulu baru berbicara : Seperti Qarin, Alan, Kiky, Eko,
Arul. Namun juga ada Dacil yang sudah sangat aktif dan tidak malu-malu lagi
berbicara, seperti Royyan, Pipit, Wafa, Irun dan yang lainnya hanya berbicara
seperlunya. Begitu banyak keunikan dan kepolosan yang tampak dan yang
dapat terlihat dari masing-masing anak.
Proses pembinaan yang dilakukan oleh karantina pildacil sangat
berharap dapat menghasilkan da;i yang berkualitas tidak hanya dari segi
performance tapi juga berhasil mencetak da’i-da’i yang mempunyai suri
tauladan dan dapat menjadi da’i yang dapat melakukan apa yang dia katakan
bukan da’i yang tidak melakukan apa yang mereka katakan.
52
BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBINAAN DA’I CILIK DI KARANTINA PILDACIL V LATIVI JAKARTA
A. Manajemen Program Pembinaan Da’I Cilik pada karantina pildacil V
Salah satu tayangan yang menarik dan nampaknya mendapatkan
apresiasi fositif dari masyarakat luas adalah pemilihan da’i cilik, yang biasa
disingkat dengan Pildacil. Sebagaimana yang diharapkan, pildacil adalah
tontonan yang menarik dan mendidik bagi anak-anak kita. Karena itu perlu
analisis yang mengaitkan antara pildacil sebagai produk media televisi dengan
visi pendidikan dunia anak. Dua sector ini, televisi dan anak memang sangat
berkaitan. Visi pendidikan dapat teraplikasi dan dapat kita lihat pada program
apa saja yang dilakukan selama mereka para dai cilik berada dalam karantina
pildacil.1
1. Penetapan program pembinaan pada karantina Pildacil V
Penetapan program berdasarkan jangka waktu maka program pembinaan
yang ada di karantina adalah :
a. Jangka Panjang :
Membina serta melatih mental para da’i cilik selama 4 bulan di
karantina serta mencetak para da’i cilik yang berkualitas dalam
berdakwah di Televisi maupun di lingkungan masyarakat.
1M. Fauzil Adzim, Ruang Ekspresi Alternatif Anak, diakses pada 27 oktober 2007 dari
www.Republika.com.
53
b. Jangka Menengah :
1. Pelatihan Konsep Diri Peserta Pildacil adalah semacam pelatihan
yang diberikan oleh pembimbing kepada para dai cilik untuk
menunjang penampilan mereka saat live dan menambah kepekaan
mereka terhadap lingkungan dan orang-orang yang ada di
sekitarnya. Seperti Music Connection tujuannya adalah Melatih
bahasa tubuh dan mencairkan suansana, ekspresi diri tujuannya
adalah melenturkan artikulasi, melatih pemakaian informasi
dengan tepat dan menghayati peran, kata berkait tujuannya adalah
merangsang kreatifitas dan spontanitas, magic number tujuannya
adalah melatih kesabaran, mempererat keterikatan hati dan
membaca karakter peserta, rancang bangun tujuannya adalah
mengasah team work/leadership, merangsang kreatifitas dan
belajar menghargai diri sendiri dan orang lain, melukis lagu
tujuannya adalah mampu membuat sebuah karya sesuai situasi dan
kondisi peserta, mengasah argumentasi peserta dan peka,
memunculkan sifat simpayi dan empati peserta terhadap
lingkungan disekitar, cermin diri tujuannya adalah melatih gerakan
atau kinestatis tubuh dan menjadi diri sendiri lebih nikmat dari
pada menjadi orang lain, perang kertas tujuannya adalah belajar
mengendalikan emosi.2
2. Comunities Servis Learning seperti mengadakan ngamen disekitar
daerah karantina, kegiatan ini berjalan selama 2kali selama
2Wawancara dengan Pembimbing Pildacil, Imam, Jakarta, November 2007.
54
karantina berlangsung, dan mendapatkan uang sekitar 120.000
rupiah dan uang hasil mengamen anak-anak dacil diberikan kepada
kakak pembimbing untuk diserahkan kepada anak yatim yang
membutuhkan.3
3. Tour Performance yaitu kunjungan penampilan dan ceramah di
sebuah SMU, mesjid atau majelis taklim sebagai wahana ekspresi
peserta dan pembangkit harga diri peserta agar ketika mereka
tampil di depan kamera lebih percaya diri. Program ini berjalan
sebanyak dua kali selama di karantina yaitu di Mesjid Al-Barokah
Depok Timur dan di SMU Yapemri Depok masyarakat pun sangat
antusias melihat para dacil beraksi di depan masyarakat.4
4. Educational Field Trips yaitu kunjungan ke tempat wisata sebagai
program penyeimbang dan sebagai sarana hiburan agar dapat
menambah semangat untuk para dacil dan seluruh elemen yang ada
di karantina Pildacil 5. Kegiatan ini berlangsung sebayak 14 kali
yaitu ke Curuq Cilember, Planetarium, Monas, Gunung Mas, Sea
World, Keong Emas TMII, Gelanggang Samudra, Pasir Mukti, Ice
World, Villa Mira milik Menpora Adiyaksa Dault, Taman Bunga
Nusantara, Gondola, Fun World, dan ke Dufan.5
5. Materi Orang Tua yaitu program yang diadakan untuk menunjang
program pembinaan yang ada di karantina Pildacil 5, kegiatan ini
berjalan sebanyak 6 kali yang materinya berisi antara lain tentang
Pola asuh anak dan Pola komunikasi Pembinaan anak. Dan
3Ibid. 4Ibid. 5Ibid.
55
pembicara yang mengisi dalam pelatihan Orang tua antara lain
adalah Ibu Ery Soekrisno, Bpk Irwan, Bpk Bendri, Bpk Dodo, Bpk
Agus dan Bpk Udin.6
c. Program jangka pendek :
Program jangka pendek yang dilaksanakan selama di karantina Pildacil
adalah program harian yang terdiri dari kegiatan ibadah harian seperti
shalat wajib, shalat sunnah seperti (shalat tahajud, shalat duha, shalat
sunnah rawatib, dll.), kultum pada saat ba’da shalat subuh oleh kakak
pembimbing, bedah ayat oleh kakak pembimbing secara bergantian
dan disusul oleh anak-anak dacil secara bergantian pula, tilawah, bedah
hadits oleh kakak pembimbing dan anak-anak dacil secara bergantian
serta dzikir dan doa yang dilakukan secara bergantian antara para dacil
dan kakak pembimbing.
2. Penjadwalan dan penetapan tempat program pembinaan
Dalam hal penjadwalan program pembinaan yang ada di karantina
Pildacil terbagi dalam beberapa jenis yaitu :
a. Kegiatan yang dilakukan setiap hari seperti ibadah harian, kultum,
bedah ayat, tilawah, bedah hadits, shalat sunnah, olah raga, sekolah,
latihan hafalan dan latihan performance dll. Kegiatan ini dilakukan di
rumah dacil setiap hari baik di lantai satu maupun di lantai dua serta di
sekitar komplek panorama bukit Cinere.
b. Kegiatan yang dilakukan setiap minggu seperti educational field trips
atau jalan-jalan yang dilakukan setiap minggu untuk membuat para
6Ibid.
56
dacil, orang tua serta pembimbing merasa senang dan refresing setelah
selama 5 hari para dacil, orang tua serta para pembimbing bekerja
keras dalam melatih, berlatih, menghafal naskah dan melatih
performance para dai agar dapat tampil baik di layar televisi, kegiatan
ini dilakukan setiap hari Selasa ke tempat-tempat wisata yang dapat
menghibur, setelah itu ada juga pelatihan orang tua yang dilakukan
pada Selasa malam, yang materinya tentang pola asuh anak dan juga
agar para orang tua tidak terlalu mengintervensi anak-anak dalam hal
penampilan agar anak-anak pun tidak merasa terbebani oleh intervensi
orang tua yang kadang tanpa sadar mereka lakukan agar si anak dapat
tampil dengan baik tanpa mengindahkan sebatas mana anak tersebut
punya kemampuan dan dapat melakukan apa yang diinginkan oleh
orang tua. Selain itu juga ada pelatihan untuk para dacil yaitu pelatihan
konsep diri, agar para da’i dapat merasa percaya diri dengan apa yang
ada pada dirinya, dengan materi yang sangat beragam dari pelatihan
olah vokal hingga olah tubuh, pelatihan ini dilakukan pada setiap senin
malam setelah evaluasi massal yang dilakukan oleh kakak pembimbing
dan para da’i, pelatihan dilakukan di lantai dua rumah dacil. Selain itu
juga ada evaluasi massal yang dilakukan di rumah dacil setiap hari
senin malam agar para dai tahu mana yang salah dan mana yang harus
diperbaiki dalam penampilan mereka.7
7Ibid.
57
3. Penetapan biaya program Pembinaan
Penetapan biaya program pembinaan ada yang dilakukan oleh
pihak Lativi yang ada di karantina seperti pembiayaan program
educational Field Trips, transportasi yang dilakukan para dai untuk ke
sekolah serta pembiayaan untuk kesehatan mereka seperti pergi ke dokter,
pembelian obat-obatan, vitamin dan makan para dacil, orang tua serta
pembimbing. Dan ada juga pembiayaan yang dilakukan oleh pembimbing,
seperti pembelian alat-alat penunjang pembinaan seperti buku-buku,
perlengkapan sekolah, pensil warna, buku gambar, dan berbagai macam
alat permainan.8
4. Proses Manajemen Program Pembinaannya
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.9 Dan manajemen yang baik adalah
apabila setiap unsur yang ada dapat dijalankan dengan baik dalam sebuah
organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, adapun tujuan yang
ingin dicapai dalam karantina Pildacil ini adalah terbentuknya karakter
para dacil yang menunjukkan bahwa mereka adalah para dacil yang
memang benar-benar da’i yang bisa berdakwah bukan Cuma bisa
menyampaikan kata-kata yang sudah terkonsep dengan baik dalam naskah
ceramah mereka tetapi memang mereka punya kemampuan yang baik
8Wawancara dengan Kepala Sekolah Pildacil, M Ilham Sembodo, Jakarta, November
2007. 9 James A.F. Stoner, Management, Prentice / Hall International, Inc., Eng-jewood Cliffs,
New York, 1982, h. 8
58
dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah karena terpancar dari dalam
diri mereka serta mereka dapat dengan baik tampil dalam penampilan
mereka di layar televisi. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai sebuah tujuan dalam pembinaan Pildacil ini adalah :
a. Perencanaan Program
Rencana-rencana dibutuhkan untuk memberikan kepada
organisasi tujuan-tujuan dan menetapkan prosedur terbaik untuk
pencapaian tujuan-tujuan itu.10
Untuk mencapai tujuan tersebut maka harus ada sebuah
perencanan yang matang dalam menentukan program apa saja yang
bisa membuat tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud, dalam
pembuatan program pembinaan para dai pada karantina Pildacil V ini
ada beberapa program yang memang sudah pernah dilakukan pada
pildacil-pildacil sebelumnya seperti pelatihan konsep diri,
pembentukan 20 karakter, educational field trips, comunities servis
learning, tour preformance, pelajaran sekolah serta program ibadah
namun belum berjalan baik dalam pengorganisasiannya dikarenakan
karantina hanya berjalan selama 2 bulan jadi waktu yang ada selama
karantina hanya terkuras untuk memperbaiki kualitas ceramah mereka
saja hingga hampir tidak ada waktu untuk membahas serta
memberikan program yang dapat meningkatkan kualitas mereka secara
ibadah maupun akhlak, ini sangat berbeda dengan yang di alami pada
Pildacil V, pada Pildacil V karantina berjalan selama 4 bulan penuh
10 T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1998), Cet. Ke-13,
h.23
59
maka program yang belum berjalan maksimal pada pildacil
sebelumnya karena kendala waktu dimasukkan kembali dalam
program Pildacil V dan ditambah program untuk orang tua serta
program temu tokoh yang sangat diharapkan dapat membantu proses
pembinaan yang dijalankan pada karantina, penyusunan program
dilakukan oleh kepala sekolah pildacil atau bisa juga disebut sebagai
manajer, secara umum ”manajer” berarti setiap orang yang mempunyai
tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya.11 Penyusunan program dilakukan oleh manajer atau
kepala sekolah Pildacil berdasarkan pengalaman-pengalaman pada
Pildacil-pildacil sebelumnya, karena ketika perekrutan awal para
pembimbing, program yang ada telah disusun oleh kepala sekolah
Pildacil dan dimasukkan ke dalam modul Pildacil 5 interaktif, jadi
ketika para pembimbing telah terekrut, para pembimbing tinggal
menjalankan program yang telah disusun serta melakukan upaya-upaya
yang harus dilakukan dalam penerapan program yang ada hingga
dapat berjalan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah 1) penentuan sumber daya-sumber
daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi, 2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau
kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah
11 ibid, h. 17
60
tujuan, 3) penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian, 4)
pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu
untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur
formal dimana pekerjaan ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.12
Berdasarkan teori yang ada di atas pengorganisasian yang ada pada
karantina Pildacil 5 adalah setelah manajer atau kepala sekolah
menetapkan program yang sesuai berdasarkan tujuan maka kepala
sekolah menentukan siapa yang akan menjadi koordinator dalam
masing-masing program dari persoalan ibadah harian siapa yang akan
menjadi imam dalam sholat, kultum dan bedah ayat, penentuan yang
menjadi koordinator dalam pelatihan konsep diri, hingga yang menjadi
kakak asuh untuk masing-masing anak ini dilakukan pada pembinaan
karantina karena untuk memudahkan para pembimbing untuk
membaca karakter anak dan agar para pembimbing dapat fokus dalam
memantau para dacil dari segi ibadah, psikologi, maupun dalam hal
pembentukan karakter. Masing-masing pembimbing diberikan
kewenangan untuk menggali potensi yang ada dalam diri masing-
masing anak yang menjadi tanggung jawab dari masing-masing
pembimbing, hingga dari hasil menggali tersebut dapat diketahui
karakter anak setelah diketahui karakter masing-masing anak itu akan
lebih memudahkan pembimbing untuk menemukan cara yang efektif
untuk mengatasi masalah-masalah yang ada dalam proses pencapaian
12Ibid, h. 24
61
tujuan pembinaan, dan tentunya ini semua sudah sangat sesuai dengan
teori pengorganisasian yang ada menurut penulis.
c. Pengarahan
Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun,
langkah berikutnya adalah menugaskan para karyawan untuk bergerak
menuju tujuan yang telah ditentukan. Fungsi ini melibatkan kualitas,
gaya dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan pemimpin
seperti komunikasi, motivasi dan disiplin.13 Dalam hal pengarahan
kepala sekolah Pildacil sangat membantu para pembimbing untuk
menentukan sikap dan bertindak dalam membina para dacil, dalam
setiap evaluasi yang dilakukan para pembimbing, kepala sekolah
pildacil selalu memberikan masukan-masukan tentang pola pembinaan
yang efektif serta penanganan anak-anak yang baik apabila para
pembimbing merasa kesulitan dalam menangani anak didiknya, dalam
fungsi ini kepala sekolah pildacil dan para pembimbing selalu
mendiskusikan permasalahan yang ada selama proses karantina dan
langsung menentukan solusi yang tepat sehingga permasalahan yang
timbul tidak terlalu berlarut-larut dan bisa segera diatasi, selain
memberikan arahan yang baik guna mencapai tujuan yang diinginkan,
kepala sekolah juga selalu memberika motivasi kepada para
pembimbing baik pada saat evaluasi berlangsung maupun secara
personal.
13Ibid, h. 25
62
d. Pengawasan
Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa fungsi
pengawasan (controling), atau sekarang banyak digunakan istilah
pengendalian. Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan
peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan.14 Dalam fungsi ini karantina juga
menerapkan fungsi pengawasan melalui evaluasi yang diadakan setiap
senin malam, namun itu bukan hari yang mutlak dalam mengadakan
evaluasi, evaluasi pada karantina dapat dilakukan juga pada saat-saat
yang diperlukan misalnya pada saat latihan menghafal naskah dan
apabila ada permasalahan mendadak yang menuntut para pembimbing
untuk segera mengadakan evaluasi.
Akhirnya dari hasil analisis yang penulis lakukan berdasarkan
teori yang ada digabungkan dengan kenyataan yang ada di lapangan
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen yang
dilakukan pada karantina Pildacil 5 sudah sangat baik, dikarenakan
karantina sudah sangat menerapkan manajemen berdasarkan teori yang
ada, dari mulai perencanaan sampai pada pengawasan.
5. Evaluasi program
Dalam fungsi ini karantina juga menerapkan fungsi pengawasan
melalui evaluasi yang diadakan setiap senin malam, namun itu bukan hari
yang mutlak dalam mengadakan evaluasi, evaluasi pada karantina dapat
dilakukan juga pada saat-saat yang diperlukan misalnya pada saat latihan
14Ibid, h. 25
63
menghafal naskah dan apabila ada permasalahan mendadak yang menuntut
para pembimbing untuk segera mengadakan evaluasi.
C. Sistem Pembinaan Da’i cilik pada Karantina Pildacil V
Sistem menurut Zahara Idris yang dikutip dalam buku Ilmu Pendidikan
Islam karangan Hj Zurinal Z, siatem diartikan dengan suatu kesatuan yang
terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur
sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur
tidak sekedar acak, yang saling membantu untuk mencapai hasil.15Proses suatu
sistem dimulai dari masukan (input) kamudian diproses (processed) dengan
berbagai aktivitas dengan melibatkan berbagai komponen atau elemen yang
ada dalam suatu sistem untuk menghasilkan keluaran (output).16
Proses pembinaan atau pendidikan adalah kerja sebuah sistem yang di
dalamnya ada 7 faktor atau komponen yang saling mengisi dan saling
berhubungan secara fungsional. Jika salah satu faktornya tidak berfungsi maka
secara umum proses pembinaan tidak akan berjalan, atau sekurang-kurangnya
tidak bisa mencapai tujuan yang telah direncanakan.17 Uraiannya sebagai
berikut :
1. Pendidik
Secara terminologi, pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berasal dari anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sebagai
15Hj. Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Islam: Pengantar dan Dasar-dasar
Pelaksanaan Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet.Ke-1, h. 57 16 ibid, h. 59 17 Ibid.
64
tutor, pendidik, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya.18
Sebagai tenaga pendidik yang profesional seharusnya mempunyai
kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan dari sebuah institusi
pendidikan, menurut Satria Hadi Lubis dalam bukunya yang berjudul
menjadi Murabbi sukses, kriteria atau syarat yang perlu dipenuhi seorang
pendidik antara lain :
1. Memiliki pengetahuan tentang Islam sebagai minhajul hayah (metode
hidup).
2. Mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf Arab, meskipun
tingkat dasar.
3. Tidak terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an.
4. Mempunyai kemampuan mengorganisir.
5. Mempunyai kemampuan merespon dan menyelesaikan masalah.
6. Mempunyai kemampuan menyampaikan ide dan pengetahuannya
kepada orang lain.
7. Berusaha menghiasi dirinya dengan akhlak islami, khususnya Akhlaq
sebagai seorang pendidik.19
Karantina Pildacil merekrut 5 orang sebagai pembimbing yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, dan tidak
semua pembimbing berasal dari praktisi keilmuan untuk anak-anak, namun
5 orang yang terjun sebagai pembimbing, sudah cukup lama berkecimpung
18 ibid, h. 71 19 Satria Hadi Lubis, Menjadi Murobbi Sukses (Jakarta: Kreasi Cerdas Utama, 2002), h.
10
65
dalam dunia anak-anak, karena 5 orang yang direkrut untuk menjadi
pembimbing Pildacil 5 banyak yang menjadi guru, baik itu guru TK, SD,
bahkan guru privat. Jadi setidaknya mereka cukup mengerti tentang
psikolog anak apalagi mereka sangat terbantu dengan adanya kepala
sekolah yang sudah cukup berpengalaman dalam karantina Pildacil, dari
pildacil-pildacil sebelumnya. Karena dalam prasyarat untuk menjadi
pembimbing Pildacil adalah mencintai anak-anak, sabar dan mempunyai
semangat belajar yang tinggi, mengapa ke 3 syarat ini yang diutamakan,
karena dalam karantina Pildacil terkumpul berbagai macam anak dari
berbagai daerah dan dengan berbagai macam karakter, jika pembimbing
yang direkrut tidak mencintai anak-anak dan tidak sabar maka,
pembimbing akan sangat kuwalahan dalam mendidik mereka, namun jika
ini semua dilakukan secara profesional maka itu bukan suatu kendala
malah merupakan sebuah tantangan. Selain 3 syarat yang paling utama,
berdasarkan teori yang ada proses perekrutan pembimbing pada karantina
Pildacil pun, tidak mengabaikan sisi keilmuan keislaman para pembimbing
baik dari sisi pengetahuan agama maupun karakter personal, ini bisa
dilihat dari aktifivitas mereka baik sebagai guru maupun aktivis yang lain.
Dan ini pun terbukti dari tempat mereka mengajar rata-rata mereka
mengajar di sekolah Islam dan mengajar pengetahuan agama. Secara
otomatis seorang guru akan mempunyai kemampuan yang sangat
dibutuhkan dalam hal mendidik para anak didik dengan berbagai macam
latar belakang dan karakter.
66
Pembina sesungguhnya salah satu faktor yang mau tak mau harus
ada dalam sebuah proses pembinaan, peranannya sangat penting dalam
pembentukan karekter anak selama di karantina Pildacil, dalam karantina
Pildacil 5 pembina Karantina, terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah dan di
bantu 3 orang Kakak Asuh Laki-laki dan 2 orang kakak Asuh perempuan.
Mentor karantina akan direkrut dengan beberapa prasyarat, antara lain:
a. Mencintai Anak-anak
b. Sabar
c. Semangat Belajar yang tinggi.
Dengan prasyarat yang dimiliki oleh mentor, ini akan membantu
Koordinator untuk menstimulus kemampuannya dengan waktu yang
singkat.20 Proses rekruitmen berlangsung di kantor As-Syamil di jalan
Pejaten Raya no 29 A Villa Pejaten Mas Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Proses rekruitmen cukup ketat sebab hanya diambil 5 orang saja yang akan
menjadi Pembimbing.21 Dan diantara syaratnya adalah mengerti akan
anak-anak dan mencintai anak-anak sebab ketika di karantina para
pembimbing tidak hanya bekerja untuk menjadi pembimbing tapi lebih
jauh dari itu para pembimbing pun mempunyai beban moral untuk benar-
benar dapat mencetak da’i yang berkualitas terlebih masalah ibadah dan
akhlak tentunya sesuai dengan kapasitas mereka sebagai seorang anak-
anak yang masih polos ibarat kertas putih yang siap di rangkai dengan
kata-kata indah bukan coretan yang tak bermakna. Setelah proses
rekruitmen para pembimbing yang terpilih, mereka diberikan training
20 modul Pildacil 5, h. 2. 21 wawancara dengan kepala sekolah Pildacil, M. Ilham sembodo, Jakarta, November
2007.
67
yang dapat menunjang kegiatan karantina seperti pola asuh anak serta
penanganannya.
Setelah masuk dalam tim Pembimbing Pildacil V, ditambah 1orang
kepala sekolah, lalu para pembimbing mulai merangcang acara
penyambutan untuk para dacil pertama kali di karantina, dan merancang
apa saja yang dibutuhkan untuk pensuksesan program yang telah ada yang
sesuai dengan kebutuhan pembinaan karantina Pildacil V.
2. Anak Didik atau Mad’u
Unsur anak didik dengan segala unsur kognitif, afektif dan
psikomotoriknya yang akan mempengaruhi proses dan keluaran atau hasil
pendidikan.23 Kalau dapat diartikan arti dari kognitif adalah kondisi atau
kemampuan berfikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan
seseorang dalam rangka mencari solusi atas permaslahan yang dihadapi,
dan afektif adalah merupakan perasaan yang dimiliki individu yang
diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap
dan perilaku sedangkan Psikomotorik adalah kemampuan atau kecakapan
keterampilan yang dimiliki masyarakat dalam upaya menbangun atau
mendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas. Para dacil saat
pertama kali datang ke karantina Pildacil memang mempunyai kondisi
yang berbeda-beda dari segi keilmuan, sikap dan keterampilan, bila dilihat
dari segi keilmuan para dacil masih bersekolah di bangku sekolah dasar di
kelas 1 SD atau yang umurnya 6-7 tahun ada Farhan dari Jakarta, Nanda
dari Balikpapan dan Alan dari Probolinggo, di kelas 2 SD atau yang
23H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. Ke-1, h. 67
68
berumur 8 tahun ada Irun dari Serang, Arul dari Bandung dan Royyan dari
Banjarmasin, di kelas 3 yang berumur 8 tahun ada Fahri dari Langkat dan
Fatur dari Palembang, di kelas 4 SD atau yang umurnya 8-9 tahun ada
Rizali dari Samarinda, Qarin dari Yogyakarta dan Wafa dari Jakarta, di
kelas 5 SD atau yang berumur 10-11 tahun ada Kiky dari surabaya, Sari
dari Medan, Pipit dari Bandung dan Eko dari Bone. Kalau dilihat dari segi
keilmuan formal sudah tentu mereka berbeda-beda namun jika dilihat dari
pengetahuan agama yang dimiliki para dacil tentu sangat berbeda
contohnya adalah Royyan walaupun dia masih kelas 2 SD tetapi
kemampuannya dalam pengetahuan agama sangat baik sekali bahkan
dapat mengalahkan pengetahuan yang dimiliki oleh kakak kelasnya seperti
Kiky dan Sari. Kalau dilihat dari kemampuan baca Qur’an sudah tentu
Alan, Farhan dan Nanda kalah dari Qarin, karena qarin dalam hal baca
Qur’an sangat baik dari panjang pendeknya, makhrojul huruf hingga
hukum yang ada pada bacaan Al-Qur’an. Dan kalau dilihat dari sikap atau
dalam bahasa pendidikan biasa disebut Afektif para Dacil pun punya
karakter yang berbeda-beda seperti Qarin, Alan, Kiky, Eko dan Arul ketika
masuk karantina seorang anak yang pendiam, kalau Royyan, Pipit, Wafa
dan Irun mempunyai karakter yang sangat aktif, tanpa malu-malu dan
sangat ceriwis dan mudah beradaptasi dengan teman-teman yang lain,
sedangkan Rizali, Sari, Farhan, Nanda, Fathur, Yayang dan Fahri
mempunyai sikap yang biasa-biasa saja tidak terlalu banyak bicara tapi
juga tidak terlalu diam. Kalau dari segi keterampilan yang dimiliki Dacil
atau dari segi Psikomotoriknya memang ada beberapa Dacil yang
69
mempunyai keahlian dalam hal olahraga seperti eko, mendongeng seperti
Qarin bernyanyi seperti Kiky, Sari dan Nanda, berorasi seperti Rizali dan
irun selebihnya mempunyai kemampuan yang standar. Tentunya itu semua
adalah kemampuan, sikap dan keterampilan yang mereka miliki ketika
awal mereka datang ke rumah Dacil pertama kali.
c. Materi Pembinaan
Materi dapat diartikan segala sesuatu yang diberikan oleh pendidik
kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan atau
pembinaan. Dalam penyusunan materi ini terdapat beberapa syarat utama
dalam pemilihan materi pendidikan yakni sebagai berikut :
1. Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan.
2. Materi harus dengan peserta didik.24
Berdasarkan tujuan pembinaan karantina Pildacil menetapkan
materi pembentukan 20 karakter seperti empati, amanah, tolong menolong,
kasih sayang, kerja sama, cinta dll. Materi ibadah seperti yang berkaitan
dengan masalah ibadah harian yang dilakukan oleh para dacil serta
keutamaannya yang selalu disampaikan pada setiap kesempatan baik
formal maupun informal. Kisah-kisah para sahabat atau ulama terdahulu
yang dapat diambil pelajarannya atau hikmahnya, bedah ayat-ayat pilihan
ataupun bedah ayat sesudah shalat wajib serta bedah hadits-hadits pilihan,
Materi konsep diri seperti materi olah tubuh dan olah vocal, dan materi
orang tua, materi yang diberikan tidak hanya untuk para pembimbing
tetapi juga untuk orang tua karena orang tua juga merupakan salah satu
24Hj. Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Islam : Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan , h. 74.
70
unsur yang sangat mempengaruhi dalam pembinaan pada karantina
Pildacil guna untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
4. Media Pembinaan
Media adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembinaan yang ada di karantina Pildacil. Media sangat dibutuhkan
sebagai sarana yang sangat menunjang untuk pencapaian tujuan. Media
yang digunakan dalam karantina Pildacil adalah seluruh sarana yang ada
dalam karantina Pildacil 5 seperti buku-buku cerita dan buku pengetahuan
islam yang ada di karantina Pildacil yang sesuai dengan umur mereka dan
buku yang sesuai dengan bahasa yang sesuai dengan anak-anak yang
sangat berguna untuk dapat membentuk pemikiran para dacil, dan alat-alat
permainan yang ada di karantina yang sangat berguna untuk melatih
kecerdasan otak mereka.
Media yang ada dalam karantina Pildacil adalah adanya buku-buku
cerita Islami, yang dapat menambah khasanah keilmuan para dacil, selain
buku cerita Islami ada juga buku tentang sejarah Islam yang khusus untuk
anak-anak, serta buku Aqidah dan Novel Islami. Buku-buku ini tentunya
sangat bermanfaat sekali bagi para pembimbing selain sebagai bahan
untuk membuat naskah buku-buku yang ada di karantina juga bisa
membuat para dacil menjadi luas dalam pemikiran dan keilmuan, bukunya
pun banyak yang menggunakan bahasa anak-anak. Tentu saja disesuaikan
dengan usia mereka yang masih dalam usia sekolah. Selain buku-buku
Islami dikarantina juga disediakan berbagai macam permainan yang dapat
merangsang kecerdasan anak, diantaranya adalah permainan bongkar
71
pasang. Susun bangunan.. dll, yang tentunya juga dapat membantu pada
pencapaian tujuan yang diinginkan dalam pembinaan dikarantina Pildacil.
Namun ada beberapa buku yang tidak menggunakan bahasa anak-anak,
melainkan bahasa remaja dan juga ada beberapa buku yang tema atau
judul bukunya tidak sesuai dengan anak-anak. Menjadi sebuah masalah
bila buku yang tidak sesuai dengan umur mereka turut dibaca, karena
kalau dilihat dari umur para dacil, belum sesuai dengan usia mereka.
Seharusnya buku yang tidak sesuai dengan usia mereka dipisahkan dari
buku yang memang harus dibaca para dacil.
5. Faktor Lingkungan
Disadari atau tidak lingkungan juga sangat berpengaruh dalam
pembentukan karakter dan proses pembinaan, terutama faktor orang tua
dan faktor lingkungan sekitar karantina seperti para kru Lativi yang secara
tidak langsung, mau tidak mau juga sangat berpengaruh dalam proses
pembinaan pada karantina Pildacil V, faktor orang tua dalam karantina
Pildacil V sangat berpengaruh bagi pembentukan mereka baik
pembentukan akhlak maupun dalam pembentukan karakter ceramah.
faktor lingkungan anak didik seperti unsur pengaruh kondisi keluarga,
masyarakat dan budaya yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak
didik dan juga ikut mempengaruhi proses dan hasil pendidikan.25
Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan (milieu) yang mendukung
terjadinya proses pendidikan. Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Situasi lingkungan mempengaruhi
25H.M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, h. 67.
72
proses dan hasil pendidikan. Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan
fisik, lingkungan teknis dan lingkungan sosia – kultural.26
Faktor lingkungan adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi proses suatu pendidikan atau pembinaan, bahkan dapat
mempengaruhi hasil pembinaan. Dalam karantina Pildacil faktor yang
sangat mempengaruhi terhadap proses pembinaan di karantina adalah
faktor orang tua dan para kru Lativi yang ada dalam lingkungan karantina
Pildacil. Orang tua para Dacil masih banyak yang belum mengetahui cara
atau pola asuh anak yang baik, akibatnya banyak dari orang tua para Dacil
yang mengintervensi anak dalam hal penampilan ceramah para Dacil,
banyak hal-hal yang akhirnya membuat para Dacil sendiri merasa tidak
nyaman dan akhirnya sangat berpengaruh dalam ceramah mereka bahkan
pembentukan mereka selama di karantina. Namun untuk mengatasi atau
mengurangi sedikit intervensi orang tua dalam hal pembinaan di karantina,
kepala sekolah berusaha memberikan arahan tentang seputar anak-anak
dan karantina dan membuat program yang dikhususkan untuk orang tua.
Yaitu program materi orang tua setiap Selasa malam yang mengupas
masalah anak-anak, pola asuh, penanganan masalah anak dan lain-lain,
program ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan akan faktor-faktor yang
mempengaruhi pembinaan pada karantina. Program ini dapat dikatakan
berhasil karena yang penulis ketahui dari hasil wawancara, semua orang
tua para Dacil sepenuhnya menyerahkan pola pembinaan kepada para
26Hj. Zurinal Z, dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Islam: Pengantar dan Dasar-Dasar
Pelaksanaan Pembinaan, h. 75.
73
pembimbing, dan kalaupun ada yang perlu dikoreksi ataupun dibantu para
orang tua siap membantu atau dengan kata lain pembimbing dan orang tua
saling melengkapi. Dan yang paling penting yang penulis ketahui
pembimbing membuat materi orang tua ini guna mengarahkan para orang
tua Dacil untuk tidak selalu berorientasi pada materi, juara dan ketenaran,
tapi lebih dari itu bahwa kompetisi ini adalah bagian dari sebuah proses
perjalanan hidup dan sebagai sarana ekspresi untuk anak-anak mereka dan
sebagai sarana Dakwah Islam, karena Televisi atau Dunia seperti ini yang
sangat efektif untuk Syair Islam. Dan memang dapat dilihat dari 6 kali
materi yang diberikan dengan berbagai macam materi dan dengan
pembicara yang memang berkompeten lambat laun seiring berjalannya
karantina para orang tua mulai menggeser paradigma yang ada dari tujuan
awal mereka untuk meraih juara, materi atau yang lainnya menjadi sebuah
ukhuwah yang mereka ciptakan dalam karantina dan karena memang ingin
berdakwah lewat Televisi. Dan hubungan para orang tua menjadi seperti
sebuah keluarga, bukan seperti saingan dalam sebuah kompetisi besar, dan
akhirnya ini pun sangat mempengaruhi proses pembinaan karantina
Pildacil V. Faktor lain yang juga sangat mempengaruhi pembinaan Pildacil
V adalah adanya para kru Lativi yang tinggal bersama para Dacil, yang
akhirnya pun sangat berpengaruh besar bagi para Dacil, banyak dari para
kru Lativi yang belum mengetahui bagaimana mereka harus berinteraksi
dengan anak-anak dan tentang pembinaan anak, namun kondisi ini pun
tidak dilewatkan oleh pembimbing, karena pembimbing menganggap ini
adalah faktor penting untuk agar segera dicari solusinya. Akhirnya
74
pembimbing melakukan pendekatan kepada personal bukan pendekatan
jama’ah, lebih kepada Dakwah Fardiyah, pendekatan secara personal,
namun ini juga masih belum maksimal dilakukan oleh para pembimbing.
6. Metode Pembinaan
Metode yang digunakan pada karantina Pildacil adalah :
a. Pendidikan dengan keteladanan yang diberikan oleh pembimbing.
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang
paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan
membentuk anak di dalam moral, spiritual dan sosial. Hal ini karena
pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak, yang akan ditiru
tindak tanduknya dan tata santunnya disadari atau tidak, bahkan tercetak
dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran pendidik, baik dalam ucapan
ataupun perbuatan, baik material maupun spiritual, diketahui atau tak
diketahui.27
Dalam karantina pada pembimbing sangat memperhatikan perilaku
atau Akhlaq mereka selama di karantina Pildacil, karena akhlak yang baik
dapat memberikan pancaran yang luar biasa bagi proses pembinaan yang
mulia. Mendidik atau berusaha membina mereka para dacil selama 4 bulan
agar ketika keluar dari karantina diharapkan para dacil menjadi manusia
baru yang penuh dengan Akhlaq yang baik dan penuh kasih sayang.
27Abdullah Nasihin Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam (Semarang, CV. Asy
Sylfa, 1981), Cet-Ke 3 h. 2.
75
b. Pendidikan dengan adat kebiasaan
Pada karantina Pildacil 5 para dacil dibiasakan untuk berkata yang
santun, dibiasakan untuk shalat berjamaah, kultum, sholat tahajjud, sholat
sunnah rawatib, shalat duha, tilawah, dan ibadah-ibadah lainnya. Selain
ibadah para dacil juga dibiasakan untuk menutup aurat mereka dan mulai
menjaga nilai-nilai Islam dalam pergaulan antara dacil laki-laki dan dacil
perempuan.
Imam Al Ghazali menjelaskan secara khusus bagaimana cara
menanamkan keimanan pada anak, beliau berkata, langkah pertama yang
bisa diberikan kepada mereka dalam menanamkan keamanan adalah
dengan memberikan hafalan. Sebab proses pemahaman harus dimulai dulu
dengan proses hafalan. Ketika anak hafal akan sesuatu kemudian
memahaminya, akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan
akhirnya anak akan membenarkan apa yang dia yakini sebelumnya.28
Zakiah derajat dalam bukunya ilmu jiwa Agama mengemukakan bahwa
latihan-latihan keagamaan yang menyangkut ibadah seperti shalat, doa,
membaca Al Qur’an harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama kelamaan
akan tumbuh merasa senang melakukan ibadah itu. Dia dibiasakan
sedemikian rupa, sehingga dengan sendirinya ia akan terdorong untuk
melakukankannya tanpa suruhan dari luar tetapi dorongan dari dalam.29
Dari sini, peranan pembiasaan, pengajaran dan pendidikan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak dalam menemukan Tauhid yang
murni, keutamaan-keutamaan budi pekerti, spiritual dan etika agama yang
28Moh. Nur. Abdul Hafidz, Mendidik Bersama Rasulullah (Bandung : Kelompok Penerbit Mizan 1999), Cet. Ke-4, h. 110.
29Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama (Jakart : Bulan Bintang, 1996), Cet. Ke-6, h. 63.
76
lurus.30 Dan tidak diragukan mendidik dan membiasakan anak sejak kecil
adalah paling menjamin untuk mendatangkan hasil. Sedang mendidik dan
melatih setelah dewasa sangat sukar untuk mencapai kesempurnaan.31
c. Pendidikan Dengan Nasihat
Metode lain yang penting dalam pendidikan, pembentukan
keimanan, mempersiapkan moral, spiritual dan sosial anak, adalah
pendidikan dengan pemberian nasihat. Sebab nasihat dapat membukakan
mata anak-anak pada hakekat sesuatu dan mendorongnya menuju situasi
luhur, dan menghiasinya dengan akhlak mulia dan membekalinya dengan
prinsip-prinsip Islam.32
Dalam karantina Pildacil budaya nasihat menasihati selalu
diterapkan, seperti ketika ada teman yang melakukan kesalahan, maka
pembimbing dan para dacil yang lain pun akan segera memberikan
nasihat dan segera meluruskan dengan cara yang santun dan penuh
kelembutan. Namun kalau itu kesalahan dilakukan dengan kekerasan oleh
para dacil maka pembimbing akan memberikan nasihat dengan tegas
kepada para dacil yang berselisih. Dalam hal ini pembimbing memberikan
nasihat secara langsung kepada anak bimbing, jawaban-jawaban, yang
diperlukan dalam penyelesaian yang dihadapi, saran-saran diberikan
kepada anak bimbing bagaimana seharusnya dia berbuat. Selain
memberikan nasihat dengan cara memberikan solusi pada karantina
Pildacil, pembimbing pun memberikan nasihat dalam bentuk cerita kisah
30Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, h. 43. 31Ibid, h. 64. 32Ibid, h. 64
77
para nabi dan sahabat atau bahkan cerita-cerita yang ada dalam Al Qur’an
yang dilakukan pada saat kultum dan bedah ayat sehabis shalat magrib.
d. Pendidikan dengan perhatian
Pendidikan dengan perhatian adalah mencurahkan, memperhatikan
dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan akidah
dan moral, persiapan spiritual dan sosial, disamping selalu bertanya
tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil jumlahnya.33
Selama karantina Pildacil, para dacil selalu mendapat perhatian
yang khusus dari masing-masing pembimbing alam program pembinaan
pun berusaha melihat kebutuhan yang diperlukan anak dalam rangka
proses pembinaan seperti penyediaan buku sebagai sarana bacaan para
dacil, jalan-jalan ketika para dacil jenuh melakukan aktivitas hafalan, olah
raga sebagai bentuk perhatian terhadap kondisi jasmani dan untuk menjaga
kesehatan pada dacil, akhlak dalam keseharian para dacil dari berbicara
yang baik sampai kepada berkata yang jujur, bahkan sampai pada baca Al
Qur’an pada setiap personal anak dacil, dari sekian banyak perhatian yang
harus diberikan maka langkah yang dilakukan para pembimbing guna
mempermudah pengawasan dan dapat dengan mudah memfokuskan
perhatian hingga akan menjadi maksimal adalah dengan cara membagi
tugas yaitu dengan membagi satu orang pembimbing membawahi 3-4
orang dacil dan diharapkan ketika sudah dibagi maka perhatian yang
diberikan akan lebih maksimal dan menghasilkan dacil yang mempunyai
akhlak yang baik.
33Ibid, h. 123.
78
Perhatian segi keimanan, rohani, akhlak, ilmu pengetahuan, pergaulan
dengan orang lain, sikap jiwa, sikap emosi, dan segala sesuatunya.
Sehingga anak kita akan menjadi seorang mukmin yang bertakwa, disiplin,
disegani, dihormati dan dipuji. Ini semua tidak mustahil jika diberi
pendidikan yang baik, dan kita memberikan sepenuhnya hak dan tanggung
jawab kita kepadanya.34
e. Pendidikan dengan hukuman
Anak-anak dilihat dari segi kecerdasannya adalah berbeda, baik
lenturan maupun pemberian tanggapannya, juga berbeda dari segi
pembawaannya, tergantung pada masing-masing personnya. Diantara
mereka ada yang berpembawaan tenang (kalem), ada pula yang
berpembawaan emosional dan tegas. Ada yang berpembawaan antara
kedua pembawaan tersebut. Dan semua itu tergantung pada keturunan,
pengaruh lingkungan, faktor-faktor pertumbuhan dan pendidikan.
Terkadang ketika pendidik tidak berhasil dengan nasihat, tidak berhasil
dengan kecaman, lebih baik hanya dengan mencemberutkan muka.
Karenanya dalam situasi seperti ini pendidik perlu menggunakan tongkat
untuk dihadiahkan kepada anak sebagai hukuman yang menjerakan.35
Dalam hal ini karantina juga menerapkan hukuman yang
selayaknya bagi para dacil guna membina mereka jadi da’i cilik yang
disiplin dari segi akhlaknya contohnya seperti memberikan hukuman
kepada dacil yang malas-malasan dalam melaksanakan ibadah sholat
34Ibid, h. 146 35Ibid, h. 156.
79
dengan bentuk terapi bertahap. Dan memberikan hukuman pula para dacil
yang bertengkar ataupun yang malas menghafal naskah.
7. Tujuan Pembinaan
Tujuan pembinaan yang berjalan selama 4 bulan ini adalah
terbentuknya karakter para dacil menjadi dacil yang lebih berempati,
mempunyai akhlak yang baik, ibadah yang baik serta aqidah yang mantap,
mereka harus jadi dai yang lebih baik dari awal mereka masuk dalam
karantina Pildacil.
C. Analisis Manajemen Program dan Sistem Pembinaan Da’i Cilik pada
Karantina Pildacil
1. Manajemen Program Pembinaan Da’i Cilik
Manajemen yang diterapkan pada karantina Pildacil 5 menurut penulis
sudah sesuai dengan teori yang ada, Manajemen bisa dikatakan baik apabila
setiap tahapan dalam manajemen dapat dijalankan secara maksimal oleh
sebuah organisasi untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan dalam
sebuah organisasi. Dalam karantina Pildacil setiap tahapan dapat dijalankan
dengan baik namun pada tahap perencanaan, pada karantina Pildacil setiap
elemen terutama elemen pembimbing tidak terlalu dilibatkan dalam hal
pembuatan program, program dibuat langsung oleh kepala sekolah Pildacil,
karena kepala sekolah Pildacil 5 sudah tahu banyak kondisi Pildacil, jadi
ketika membuat program ia langsung dapat membaca kekurangan apa yang
bisa dilengkapi pada Pildacil 5 berdasarkan pada pengalaman sebelumnya.
Pada tahap pengorganisasian menurut penulis pada tahap ini karantina sudah
80
maksimal melakukan apa – apa yang dapat menunjang keberhasilan program
karena dalam karantina Pildacil semua membimbing diberikan tanggung
jawab yang jelas dimulai dari koordinator pada setiap program sampai
kewenangan untuk menggali potensi setiap anak yang berbeda – beda. Dapat
dikuatkan dengan teori yang ada bahwa pengorganisasian menurut T. Hani
Handoko dalam buku manajemen, pengorganisasian adalah penentuan sumber
daya dan kegiatan yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan, perancangan dan
pengembangan organisasi, penugasan tanggung jawab serta pendelegasian
wewenang yang diperlukan pada individu. Pada tahap penerapan sudah tentu
diharapkan sosok yang mengatur segalanya, dalam sebuah organisasi bisa
juga disebut Manager, dalam karantina Pildacil kepala sekolah Pildacil bisa
juga disebut sebagai Manager, dalam mengarahkan para pembimbing. Kepala
sekolah Pildacil sangat baik dan memberikan motovasi kepada para
pembimbing dan jika ada kesalahan pembimbing pun diarahkan, ini penulis
dapatkan dari hasil wawancara dengan salah satu pembimbing. Dan yang
paling penting dalam sebuah organisasi adanya sebuah pengawasan, karena
organisasi tidak dapat berjalan secara efektif jika tidak ada pengawasan yang
diaplikasikan dalam bentuk kegiatan. Untuk kegiatan evaluasi, karantina
Pildacil melakukan hal yang sama evaluasi selalu dilakukan pada senin malam
baik oleh para pembimbing maupun para Dacil dan orang tua, baik secara
jamaah maupun fardiyah.
81
3. Sistem Pembinaan
Proses suatu sistem dimulai dari masukan (input) kamudian diproses
(processed) dengan berbagai aktivitas dengan melibatkan berbagai komponen
atau elemen yang ada dalam suatu sistem untuk menghasilkan keluaran
(output).
Input yang ada dalam sistem pembinaan Pildacil V adalah para Da’i
cilik, dan untuk mencapai output yang di inginkan dalam pembinaan yaitu
mencetak para dai yang mempunyai suri tauladan yang baik yang mereka
tidak hanya cuma bisa berdakwah di atas pentas tapi memang dapat
memberikan akhlak dan tauladan yang baik dibutuhkan sebuah proses,
dikatakan Proses pembinaan adalah kerja sebuah sistem yang didalamnya ada
7 faktor yang saling mengisi, dalam karantina 7 faktor ini pun belum
maksimal dilengkapi oleh karantina, namun dari 7 faktor yang harus
dilengkapi masih saja ada yang belum maksimal di jalankan seperti media dan
factor lingkungan, pada media sebenarnya karantina sudah banyak
menyediakan buku tentang Islam dan bermacam – macam bentuk permainan,
namun dalam keseharian atau pelaksanaan yang banyak itu ternyata terdapat
novel–novel Islami yang bukan untuk anak – anak tetapi untuk remaja dan
dewasa, sedangkan karantina berisi anak–anak kecil yang masih polos dari
umur 6 th – 11 th, sebenarnya tidak akan menjadi sebuah sorotan oleh penulis
jika novel Islami dapat dipisahkan tempatnya dari buku bacaan untuk para
dacil. Karena secara psikologis dan pemahaman yang tentu anak kecil dan
orang dewasa berbeda, ini juga bisa menjadi masukan untuk para pembimbing
agar lebih cermat menempatkan sesuatu, karena anak kecil adalah ibarat kertas
82
polos yang siap ditulis dengan apapun, maka dari itu orang tua atau
pembimbing harus berhati – hati dalam memberikan asupan kepada anak didik
ataupun anak kita, tentu asupan terbaik yang sesuai dengan tuntutan islam
yang diperlukan. Dan juga yang menjadi sorotan bagi penulis adalah kru
Lativi yang menjadi salah satu penghuni karantina dan menjadi factor dalam
sistem pembinaan juga mendapat respon namun tidak maksimal dari
pembimbing, para kru Lativi yang kurang mengetahui tentang anak – anak dan
kurang dalam pengetahuan islam diajak secara personal itupun hanya
perbincangan antara individu yang sedikit – sedikit menyerempet pada hal ke
islaman dan anak – anak, tetapi tidak begitu maksimal, lain dengan para
orangtua yang juga menjadi faktor dalam system pembinaan, orang tua
dibuatkan program oleh pembimbing untuk mencerahkan para orang tua utnuk
mengetahui tentang pola asuh anak, dan inipun berjalan sangat baik dan
memberikan output yang baik, jika hal serupa dilakukan pada kru Lativi
secara maksimal tidak hanya personal, inipun akan sangat berdampak baik
bagi sistem pembinaan dan pada kru Lativi itu sendiri. Dalam sebuah sistem
pembinaan, sesungguhnya antar faktor-faktor memiliki hubungan fungsional
yang saling mendukung dan berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan
seperti faktor pendidik yang ahli dalam bidangnya, anak didik yang cerdas,
materi yang baik, metode yang tepat, alat pembinaan yang mendukung proses
pembinaan, tujuan yang jelas sertalingkungan yang mendukung akan sangat
berpengaruh dalam sebuah proses pembinaan. Apabila salah satu faktor yang
ada belum maksimal dijalankan maka sistem tersebut belum bisa dikatakan
sukses, dalam hal ini karantina masih ada beberapa faktor yang belum
83
maksimal dijalankan jadi, karantina belum sukses untuk membentuk sistem
pembinaan yang baik, dan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan
yang diinginkan dalam karantina Pildacil V, karena belum maksimal
menjalankan salah satu faktor yaitu membentuk lingkungan yang kondusif
untuk sebuah proses pembinaan dengan segala keterbatasannya.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dari pembahasan
mengenai manajemen program dan sistem pembinaan pada karantina Pildacil
5 Lativi, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Manajemen program yang dilakukan dan diterapkan pada karantina sudah
baik dan dapat dikatakan efektif guna menunjang, sistem pembinaan yang
juga dilakukan pada karantina Pildacil 5 ini terlihat dari program yang ada
dapat dijalankan dengan baik, oleh para pembimbing, walaupun ada
beberapa program yang masih belum maksimal dilakukan.
2. Sistem pembinaan pun berjalan dengan baik ini, namun belum sempurna
dilakukan ini dapat dilihat dari beberapa program yang diadakan sangat
memperhatikan dan memenuhi faktor yang memang harus ada dalam
sistem pembinaan namun masih belum maksimal dijalankan oleh
pembimbing. Sehingga proses pembinaan pun belum dapat dengan
sempurna dijalankan.
B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan antara lain, yaitu:
1. Memaksimalkan program yang ada untuk dilakukan, karena ada sebagian
program yang belum maksimal dilakukan oleh pembimbing seperti
communities servis learning dan temu tokoh, Penulis yakin apabila
85
program ini dilakukan secara maksimal akan menambah kekuatan lagi
dalam pembentukan karakter para da,i dan penambah semangat serta
penambah kepercayaan diri dalam penampilan di depan kamera.
2. Untuk pihak lativi agar dapat lebih creative dalam mengemas acara
Pildacil ini dan sekiranya pihak lativi dapat memahami karakter anak serta
kebutuhan anak jangan hanya untuk kepentingan komersial saja.
3. Untuk pihak pembimbing agar lebih memperhatikan lebih detail, factor
apa saja yang kemungkinan dapat berpengaruh terhadap proses pembinaan
di karantina Pildacil V, sehingga proses pembinaan dapat dengan
sempurna dijalankan.
86
DAFTAR PUSTAKA
Abda, Slamet Muhaimin, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, Surabaya: Usaha Nasional, 1994, Cet. Ke-1.
Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta: Pustaka Amani.
Ali, M. Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Arikunto, Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan, Yogyakarta: Bina Aksara, 1998.
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997.
BP-4, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, Jakarta: 1984.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Habib, M. Syafaat, Pedoman Dakwah, Jakarta: PT. Bumi Restu, 1987. Cet. Ke-1.
Hadi, Soetrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1992, Cet. Ke-21.
Hasan, Umar, Mencari Ulama Pewaris Nabi, Bekasi: Dakta FM, 1979.
Hasibuan, H. Malayu S.P., Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, Cet. Ke-1.
Herujito, Yayat M, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: PT. Grasindo, 2001, Cet. Ke-1.
Lubis, Satria Hadi, Menjadi Murobbi Sukses, Jakarta: Kreasi Cerdas Utama, 2002.
Manulang, M, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996, Cet. Ke-15.
Moeloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1998, Cet. Ke-2
Muchtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al Amin Press, 1996.
Nasution S., Azas-azas Kurikulum, Bandung: CV Jenimar, 1975.
Nurkacana, Wayan, Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1976.
87
Poerwadarminto, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976.
Pusat Pembinaaan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1986, Cet. Ke-IX.
Qaradhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
Rafi’udin dan Djalil Abdul Manan, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001, Cet. Ke-2.
Sabri, H. M. Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, Cet. Ke-1.
Sofian Efendi, dan, Singarimbun, masri, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989, Cet.Ke-1
Syukri, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, Cet. Ke-2.
Ulwan, Nasihin, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Bandung: CV Asy Syifa, 1981, Cet. Ke-3.
Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan Penafsiran Al-Qur’an, 1973, Cet.Ke-1.
Yanni dan Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English, 1991.
Zurinal Z, Hj. dan, Sayuti, wahdi, Ilmu Pendidikan Islam : Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006, Cet. Ke-1.