31
Source 1 Karl Marx lahir di Trier, sebuah kota di Jerman, dekat perbatasan dengan Prancis di tahun 1818. lahir setelah perang Napoleon, dan setahun setelah David Ricardo meluncurkan bukunya “The Principles of Political Economy”. Dia merupakan pendiri Idiologi komunis yang sekaligus merupakan seorang teoritikus besar kapitalisme. Bukan hanya sekedar ekonom, namun juga seorang philosopis, sosiologis, dan seorang revolusionir. Merupakan seorang profesor dalam berbagai ide yang Revolusioner, yang menginspirasi pemikir-pemikir lainnya. Setelah menyelesaikan gelar Ph. D dalam filsafat pada tahun 1841 di Bonn, Berlin, dan Jena. Maka dari sinilah karier Marx dimulai. Pemikiran Karl Marx merupakan adopsi antara filsafat Hegel, French, dan tentunya pemikiran dari David Ricardo (pemikir teori ekonom klasik). Analisa Karl Marx tentang kapitalisme merupakan aplikasi dari teori yang dikembangkan oleh G.W.F Hegel, dimana teorinya berpendapat jika,”sejarah berproses melalui serangkaian situasi dimana sebuah ide yang diterima akan eksis, tesis. Namun segera akan berkontradiksi dengan oposisinya, antitesis. Yang kemudian melahirkanlah antitesis, kejadian ini akan terus berulang, sehingga konflik- konflik tersebut akan meniadakan segala hal yang berproses menjdai lebih baik.” Karl Marx beserta teman dekatnya, yakni Friedrich Engles (1820-1895) menuliskan sebuah buku “Das Kapital”, yang isinya kurang lebih tentang bagaimana ekonomi sosial atau komunis diorganisasikan. Yang kemudian disusul buku The Communist Manifesto (1848) yang berisikan daftar singkat karakter alamiah komunis. Dimana suprastruktur yang berfungsi untuk menjaga relasi produksi yang dipengaruhi oleh historis (seni, literatur, musik, filsafat, hukum, agama, dan bentuk budaya lai yang diterima oleh masyarakat). Prinsip-prinsip komunis modern dalam bukunya tersebut antara lan :

Marxisme Sejarah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Marxisme

Citation preview

Source 1Karl Marx lahir di Trier, sebuah kota di Jerman, dekat perbatasan dengan Prancis di tahun 1818. lahir setelah perang Napoleon, dan setahun setelah David Ricardo meluncurkan bukunya “The Principles of Political Economy”. Dia merupakan pendiri Idiologi komunis yang sekaligus merupakan seorang teoritikus besar kapitalisme. Bukan hanya sekedar ekonom, namun juga seorang philosopis, sosiologis, dan seorang revolusionir. Merupakan seorang profesor dalam berbagai ide yang Revolusioner, yang menginspirasi pemikir-pemikir lainnya. Setelah menyelesaikan gelar Ph. D dalam filsafat pada tahun 1841 di Bonn, Berlin, dan Jena. Maka dari sinilah karier Marx dimulai. Pemikiran Karl Marx merupakan adopsi antara filsafat Hegel, French, dan tentunya pemikiran dari David Ricardo (pemikir teori ekonom klasik). Analisa Karl Marx tentang kapitalisme merupakan aplikasi dari teori yang dikembangkan oleh G.W.F Hegel, dimana teorinya berpendapat jika,”sejarah berproses melalui serangkaian situasi dimana sebuah ide yang diterima akan eksis, tesis. Namun segera akan berkontradiksi dengan oposisinya, antitesis. Yang kemudian melahirkanlah antitesis, kejadian ini akan terus berulang, sehingga konflik-konflik tersebut akan meniadakan segala hal yang berproses menjdai lebih baik.”

Karl Marx beserta teman dekatnya, yakni Friedrich Engles (1820-1895) menuliskan sebuah buku “Das Kapital”, yang isinya kurang lebih tentang bagaimana ekonomi sosial atau komunis diorganisasikan. Yang kemudian disusul buku The Communist Manifesto (1848) yang berisikan daftar singkat karakter alamiah komunis. Dimana suprastruktur yang berfungsi untuk menjaga relasi produksi yang dipengaruhi oleh historis (seni, literatur, musik, filsafat, hukum, agama, dan bentuk budaya lai yang diterima oleh masyarakat). Prinsip-prinsip komunis modern dalam bukunya tersebut antara lan :

1. pengahapusan kekayaan tanah dan menerapkan sewa tanah bagi tujuan-tujuan publik.

2. pengenaan pajak pendapat (tax income) yang bertingkat.

3. pengapusan seluruh hak-hak warisan.

4. penarikan kekayaan seluruh emigran dan para penjahat atau pemberontak.

5. sentralisasi kredit pada negara melalui bank nasional dengan modal negara dan monopoli yang bersifat eksklusif.

6. sentralisasi alat-alat komunikasi, dan transportasi di tangan negara.

7. perluasan pabrik dan alat-alat produksi yang dimilki oleh negara, menggarap tanah yang tanah, dan meningkatkan guna tanah yang sesuai dengan perencanaan umum.

Karl Marx percaya dalam kapitalisme, terjadi keterasingan (alienasi) manusia dari dirinya sendiri. Kekayaan pribadi dan pasar menurutnya tidak memberikan nilai dan arti pada semua yang mereka rasakan sehingga mengasingkan manusia, manusia dari diri mereka sendiri. Hasil keberadaan pasar, khususnya pasar tenaga kerja menjauhkan kemampuan manusia untuk memperoleh kebahagiaan sejati, karena dia menjauhkan cinta dan persahabatan. Dia berpendepat bahwa dalam ekonomi klasik, menerima pasar tanpa memperhatikan kekayaan pribadi, dan pengaruh kebradaan pasar pada manusia. Sehingga sangat penting untuk mengetahui hubungan antra kekayaan pribadi, ketamakan, pemisahan buruh, modal dan kekayaan tanah, antara pertukaran dengan kompetisi, nilai dan devaluasi manusia, monopoli dan kompetisi dan lain-lain. Fokus kritiknya terhadap ekonomi klasik adalah, feudalis tidak memeperimbangkan kekuatan produksi akan meruntuhkan hubungan produksi.

Hasil dari teori historis Karl Marx pada masyarakat antara lain :

masyarakat feudalisme, dimana faktor-faktor produksi berupa tanah pertanian dikuasai oleh tuan-tuan tanah.

Pada masa kapitalisme hubunganantara kekuatan dan relasi prodksi akan berlangsung, namunkarena terjadi peningkatan output dan kegiatanekonomi, sebagaimana feudalisme juga mengandung benih kehancurannya, maka kapitalismepun akan hancur dan digantikan dengan masyarakat sosialise.

Masa sosialisme dimana relasi produksi mengikuti kapitalisme masih mengandung sisa-sisa kapitlisme.

Pada masa komunisme, manusia tidak didorong untuk bekerja dengan intensif uang atau materi.

Menurut Karl Marx dalam komoditas dan kelas dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu:

kaum kapitalis (borjuis) yang memiliki alat-alat produksi.

Kaum buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja, maupun bahan-bahan produksi.

Teori historis dari Karl Marx mencoba menerapkan nya ke dalam masyarakat, dengan meneliti antara kekuatan dan relasi produksi. Dimana nantinya akan terjadi sebuah kontradiksi, yang berakibat perubahan kekuatan produksi dari penggilingan tangan pada sistem feodal menjadi penggilingan uap pada sistem kapitalisme. Menurutnya satu-satunya biaya sosial untuk memproduksi barang adalah buruh.

Analisa karl marx tentang Kapitalisme

karl marx adalah salah satu penentang ekonomi kapitalis memunculkan akibat social yang tidak diinginkan dan sebagai pertentangan pada kapitalisme menjadi lebih nyata dari waktu ke waktu. Kritik karl marx ini tertuang pada hukum Karl Marx tentang kapitalisme, yang berisi tentang :

1. Surplus pengangguran

Pada konsep tentang surplus pengangguran ini, Karl Marx berpendapat bahwa selalu terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja yang erdampak pada penekanan tingkat upah sehingga menjadi surplus value dan keuntungan tetap bernilai positif. Karl Marx melihat ada 2 faktor penyebab terjadinya surplus tenaga kerja ini. Pertama, yaitu Direct Recruitment yang terjadi akibat penggantian tenaga kerja manusia oleh mesin-mesin produksi. Kedua, Indirect Recruitment yang terjadi akibat adanya anggota baru tenaga kerja yang memasuki pasar tenaga kerja.

2. Penurunan tingkat keuntungan

Dalam model Karl Marx dirumuskan bahwa tingkat keuntungan (P) mempunyai hubungan positif dengan tingkat surplus Value (S’) dan mempunyai hubungan negative dengan organic komposition of capita (Q).

P=S’(1-Q)

Dengan asumsi bahwa surpus value dipertahankan untuk tidak berubah. Setiap kenaikan dalam organic composition of capital akan menghasilkan penurunan pada tingkat keuntungan, melalui mekanisme sebagai berikut.

Menurut Karl Marx ada pengaruh yang kuat para kapitalis untuk menghimpun modal. Penghimpunan modal ini berarti bahwa aka nada lebih banya fariabel modal yang digunakan untuk menambah tenaga kerja, sehingga akan menaikkan upah dan akan mengurangi tingkat pengangguran. Tingkat surplus value akan mengalami penurunan sebagai akibat dari naiknya upah, begitu juga tingkat laba juga akan turun. Para kapitalis akan bereaksi dengan mengganti tenaga kerja manusia dengan mesin dengan menambah organic composition of capital. Jika

tingkat surplus value dipertahankan untuk tidak berubah maka kenaikan pada organic composition of capital akan mendorong tingkat keuntungan pada level yang lebih rendah.

3. Krisis Bisnis

Pada konteks krisis bisnis (depresi), Karl Marx berpendapat bahwa adanya perubahan orientasi atau tujuan dari proses produksi dari tujuan nilai guna pada zaman ekonomi barter berubah menjadi tujuan nilai tukar dan keuntungan saat dibawah kapitalisme, menyebabkan terjadinya fluktuasi ekonomi. Pada ekonomi barter, produse hanya menghasilkan barang untuk dikonsumsi sendiri atau ditukar dengan komoditi yang lain, sehingga pada saat ekonomi barter ini tidak pernah terjadi over produksi. Sedangkan ketika tujuan produksi berubah menjadi nilai tukar dan keuntungan maka terjadinya over produksi pada suatu perekonomian akan mungkin terjadi. Over produksi itu sendiri akan berdampak pada menurunnya tingkat keuntungan. Perubahan tingkat keuntungan tersebut akan berdampak pada pengeluaran untuk infestasi. Volatility dari pengeluaran infestasi inilah yang menurut pendapat Karl Mark merupakan penyebab umum dari fluktuasi pada keseluruhan aktifitas ekonomi. menghasilkan siklus bisnis, hal ini Karl Marx bercermin pada pertumbuhan dramatic pada industry tekstil di Inggris dengan mekanisme sebagai berikut. Adanya ledakan pada teknologi akan menyebabkan peningkatan akumulasi dari modal dan permintaan pada tenaga kerja. Jumlah pengangguran akan berkurang, tingkat upah akan naik, surplus value akan berkurang, dan tingkat surplus value akan berkurangdan akhirnya akan mengurangi tingkat keuntungan. Penurunan tingkat keuntungan akan menyebabkan penurunan akumulasi modal dan akan menyebabkan depresi. Namun menurut Karl Marx depresi ini mempunyai elemen yang akhirnya, cepat atau lambat akan menyebabkan ekspansi yang baru pada kegiatan ekonomi.

Teori klasikmelihat bahwaadanya pasar di harapkan dapat memecahkan masalah alokasi sumber daya yang ada, hal ini akan menciptakan suatu kondisi keseimbangan dalam jangka panjang.

4. Jatuhnya nilai profit dan krisis bisnis

Dalam model Karl Marxian sebuah ekonomi klasik dengan jelas bergantung pada kapitalis itu sendiri yang berupaya untuk mengubah jumlah atau nilai profit dan mengubah ekspetasi profit dalam kaitannya dengan krisis bisnis. Karl Marx memakai hukumnya itu untuk menjelaskan fluktusi dalam jangka pendek dalam aktifitas ekonomi. Untuk memperoleh profit yang besar, aliran kapitalis menambah komposisi modal an ternyata hal itu justru menurunkan profit.

Kaum kapitalis secara periodic akan berusaha menanggulangi jatuhnya nilai profit dengan mengurangi infestasi secara berlebih yang dapat menyebabkan aktifitas ekonomi mengalami fluktuasi yang nantinya bias menyebabkan krisis.

Karl Marx mengatakan bahwa fakor yang menyebabkan fluktuasi dalam aktifitas bisnis, yaitu: jatuhnya nilai profit, factor teknologi baru yang tidak sama, dan tidak proporsionalnya pengembangan dalam suatu sector ekonomi yang nantinya dapat menyebabkan penurunan dalam level kegiatan ekonomi.

Fluktuasi menurutnya terjadi dalam suatu system karena pada dasarnya kebanyakan dari aktifitas kapitalis cenderung ingin mencari jumlah profit sebanyak mungkin.

Adapun teori karl marx tentang krisis bisnis mungkin banyak terdapat kekurangan secara internal, tidak diragukan lagi bahwa pandangannya tentang kapitalis secara mendasar belum stabil. Meskipun begitu, visi dari karl marx tentang teori kapitalis ini secara lebih lanjut tidak mendapat smabutan oleh teori orthodox sapai tahun 1930.

5. Konsentrasi modal

Meskipun model karl marx memberi asumsi mengenai adanya pasar persaingan sempurna dengan jumlah yang besar untuk perusahan-perusahan kecil dalam tiap –tiap industry, namun karena ketatnya persaingan maka akan mengarah pada jatuhnya industry-industri kecil sehingga akan mengurangi persaingan.

Untuk mengurangi adanya persaingan salah satunya dengan peusatan modal. Pemusatan modal ini terjadi melalui sebuah redistribusi pada modal. Karl Marx menujukan bahwa

perusahaan yang besar lebih bias mencapai skala ekonomi yang lebih baik ketimbang perusahaan yang kecil, hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar itu dapat memproduksi dengan biaya yang rendah. Persaingan diantara perusahaan yang besar dan yang kecil menghasilkan pertumbuhan monopoli. Penambahan modal secara lebih jauh dengan mengembangkan sistem kredit dan kerja sama dalam bentuk organisasi bisnis.

6. Bertambahnya kesengsaraan kaum proletar

kontradiksi kapitalisme menurut marx menyebabkan bertambahnya tingkat kesengsaraan pada kaum proletar. Bertambahnya kesengsaraan secara absolut menunjukkan pendapatan dari masyarakat secara global menurun dalam sistem kapitalis dan juga menunjukan bahwa bagian pendapatan nasional mereka menjadi turun di kemudian hari.

Hingga pada akhirnya marx berasumsika secara konsisten bahwa hal yang harus dilakukan untuk menghilangkan kesengsaraan, yakni dengan lebih memperhatikan pada kualitas hidup mereka.

Source 2

Teori Konflik

Sejarah Awal

Karl Marx adalah salah satu tokoh sosiologi yang lahir pada bulan Mei 1818 di Trier, Jerman. Ayahnya adalah seorang pengacara yang pindah agama dari Yahudi menjadi Kristen Protestan. Pemikiran Karl Marx berangkat dari filsafat Hegel, French, dan David Ricardo (filsafat ekonom klasik). Karl Marx ialah pendiri ideologi komunis dan juga merupakan seorang teoritikus besar kapitalisme. Selain ekonom, ia juga seorang philosopis, sosiologis, dan seorang revolusionir. Ia mendapat gelar Ph.D dalam filsafat pada tahun 1841 di Bonn, Berlin, dan Jena.

Karl Marx pernah menjadi pimpinan redaksi sebuah harian radikal 1843-1844. Ia menikah dengan Jenny Von Westphalen, putri seorang bangsawan, dan pindah ke Paris. Di sana ia menjadi penerjemah teori-teori Friedrich Engels (Sosialis Prancis). Dari seorang liberal radikal ia menjadi seorang sosialis. Beberapa tulisan penting lahir pada tahun 1845, yang membuatnya ia diusir oleh pemerintah Perancis dan pindah ke Brussel di Belgia.

Bersama dengan Engels ia menulis Manifesto Komunis. Kemudian pecahlah revolusi’48, berawal di Perancis, kemudian juga di Prussia dan Austria. Marx kembali ke Jerman secara ilegal. Tetapi revolusi itu akhirnya gagal. Karena diusir dari Belgia, Marx akhirnya pindah ke London. Di London mulai tahap baru dalam hidup Marx. Ia lebih memusatkan perhatiannya pada studi ilmu ekonomi.

Tahun-tahun itu merupakan tahun-tahun paling suram dalam kehidupannya. Keluarganya miskin dan sering kelaparan. Karena sikapnya yang sombong dan otoriter, hampir semua bekas kawan terasing daripadanya. Akhirnya, baru 1867, terbit jilid pertama Das Kapital, karya utama Marx yang memuat kritiknya terhadap kapitalisme (jilid kedua dan ketiga baru diterbitkan oleh Engels sesudah Marx meninggal). Akhirnya pada tahun 1883, ia meninggal dunia dan pemakamannya hanya dihadiri oleh 8 orang kawannya.

Teori Konflik Karl Marx

Pengertian konflik :

Konflik merupakan pertentangan antara kelas borjuis melawan kelas proletar yang memperebutkan sumber-sumber ekonomi (alat-alat produksi).

Kelas sosial :

Karl Marx menjelaskan bahwa masyarakat pada abad ke-19 di Eropa, terbagi menjadi 2 kelas sosial yakni

a. Borjuis : pada jaman kolonialisme kaum pemilik modal yaitu mereka yang memiliki alat-alat kerja/produksi misalnya pabrik, mesin, dan tanah. Tetapi pada jaman modern, kaum borjuis adalah mereka yang memiliki knowledge/keahlian khusus.

b. Proletar : kaum pekerja miskin.

Dalam sistem produksi kapitalis kedua kelas tersebut saling ketergantungan namun tidak seimbang. Kelas proletar tidak dapat hidup jika tidak bekerja. Sedangkan kelas borjuis meskipun pabriknya tidak berjalan, ia masih dapat bertahan dari modal yang dikumpulkannya selama pabriknya bekerja yakni dengan menjual pabriknya. Dengan demikian kelas borjuis adalah kelas yang kuat, sedangkan kelas proletar adalah kelas yang lemah.

Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Dan pemilikan alat-alat produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat. Marx juga menjelaskan bahwa seluruh keteraturan dalam masyarakat proletar disebabkan adanya pemaksaan oleh para penguasa (borjuis).

Penyebab konflik :

Karena ada kelas-kelas dalam masyarkat dimana terjadi ketidaksetaraan sosial yang tinggi antara kaum borjuis & proletar.

Fungsi konflik :

Untuk mencapai keadilan dan kemakmuran di dalam masyarakat diperlukan revolusi kelas. Revolusi ini bisa dilakukan dengan cara kekerasan agar terjadi perubahan drastis ke arah yang lebih baik.

Faktor produksi dalam konflik :

Borjuis sebagai pemilik modal memiliki kontrol penuh untuk mengendalikan roda ekonomi dan melakukan eksploitasi terhadap pekerja.

Tenaga kerja :

Perusahaan dikendalikan sepenuhnya oleh kelas borjuis. Kaum pekerja akan tetap tereksploitasi bila tidak memiliki kesadaran untuk melakukan perjuangan kelas. Marx tidak membedakan skill setiap pekerja.

Dampak konflik :

Karl Marx lebih menekankan pada dampak negatif dari konflik yakni ;

-Menyebabkan keretakan hubungan antara anggota kelompok.

-Mengakibatkan perubahan kepribadian para individu.

-Mengakibatkan kerusakan harta benda dan nyawa manusia.

-Menimbulkan dominasi atau penaklukan oleh salah satu.

Akan tetapi, ia juga melihat adanya dampak positif dari konflik yakni timbulnya gerakan sosial yang besar (revolusi) yang dapat dijadikan alat yang efektif oleh kelas proletar untuk mendapatkan kesetaraan dalam pembagian sumber-sumber ekonomi.

Kelemahan pada teori Karl Marx :

Teori kelas sosial dan konfliknya hanya relevan pada awal kapitalisme (awal revolusi industri) dan tidak lagi sesuai dengan masyarakat industry post kapitalis. Hal ini dikarenakan pekerjaan masyarakat semakin heterogen dan hak-hak dan kemakmuran masyarakat mulai mengalami peningkatan.

daftar pustaka :

Suseno, Franz Magnis. 1999. Pemikiran KARL MARX “Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Source 3

Tradisi Marxisme di Nusantara

Oleh: Harsa Permata*

A. Pendahuluan

Ideologi Marxisme adalah salah satu aliran filsafat barat yang telah mewarnai ragam ideologi di Indonesia. Bisa dikatakan mayoritas pendiri negeri ini pernah mempelajari dan mempraktekkan Marxisme. Bahkan Soekarno, Proklamator, Presiden Indonesia pertama, dan penggali Pancasila, mengIndonesiakan Marxisme dengan konsep Marhaenisme-nya.

Akan tetapi pasca Pemerintahan Soekarno boleh dikata tradisi Marxisme mengalami stagnasi. Pelarangan terhadap ideologi Marxisme melalui TAP MPRS NO.XXV/1966 adalah salah satu penyebabnya. Ketidakbebasan pengkajian terhadap ideologi Marxisme, ditambah stigmatisasi negatif terhadap ideologi Marxisme, membuat tradisi Marxisme di Nusantara menjadi tidak berkembang.

Untuk itu maka kebutuhan untuk mengkaji tradisi Marxisme di Nusantara adalah penting. Dengan ini maka kita bisa melacak kembali akar sejarah dari tradisi Marxisme di Nusantara. Gunanya adalah untuk mengetahui sejarah tradisi Marxisme di Nusantara, bagaimana corak Marxisme yang diaplikasikan oleh para tokoh Marxis Nusantara, dan penyebab stagnasi tradisi Marxisme di Nusantara. Karena sedikit banyak, konsep keadilan sosial dalam sila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, adalah diilhami oleh ideologi Marxisme.

B. Pembahasan

Marxisme sebagai salah satu pandangan filsafat, ideologi, dan politik, sudah berkembang di Eropa sebelum abad ke-20. Sementara di Nusantara, Marxisme mulai berkembang setelah abad ke-20, yaitu setelah kedatangan Henk Sneevliet pada tahun 1913, ia adalah seorang pendiri ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging), yang kemudian bermetamorfosa menjadi partai komunis yang pertama di Asia, yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI). Awalnya ISDV beraliansi dengan Insulinde yang merupakan pecahan dari Indische Partij. Insulinde beranggotakan kaum Indo-Eropa yang radikal. Akan tetapi kemudian ISDV beralih pada Sarekat Islam yang memiliki pengikut yang besar dari kalangan rakyat (Ricklefs, 2001:216).

Sneevliet adalah salah seorang anggota SDAP (Sociaal Democratische Arbeiderspartij) yang beraliran Marxis di Belanda. Ia sempat menjadi anggota dewan kota Zwolle sebagai perwakilan SDAP. Setelah itu dua bulan kemudian ia diangkat sebagai pimpinan SDAP ranting Zwolle. Ia berangkat ke Hindia, tahun 1913, sempat menjabat sebagai redaksi media media Soerabaiasch Handelsblad. Dan pada tanggal 1 Juli 1913, dirinya menjabat sebagai sekretaris Handelsve-reeniging (serikat dagang) di Semarang. Pada saat itu pula, ia diangkat menjadi penasihat pengurus besar VSTP, di VSTP, ia bertemu dengan dua aktivis Sarekat Islam, yang juga merupakan anggota VSTP, yaitu Semaun dan Darsono (http://sejarahbangsaindonesia.blogdetik.com, diakses tanggal 27 Maret 2012, jam 12:45 WIB).

Sejarawan M.C Ricklefs menuliskan hal ini dalam bukunya History of Modern Indonesia since c. 1200,

Sarekat Islam was undergoing increasing leftist influence, as ISDV sought its mass base. In 1914 a young Javanese railway worker named Semaun (1899–1971) joined SI’s Surabaya branch. In 1915 he moved to Semarang, where Sneevliet was active in the Railway and Tram Workers Union (VSTP). Semaun now joined ISDV as well. The Semarang SI grew rapidly to 20 000 members in 1917, and under Semaun’s influence it adopted a strongly anti-capitalist line. It opposed SI’s participation in the Indië weerbaar campaign, opposed the idea of sitting in the Volksraad, and bitterly attacked the Central Sarekat Islam (CSI) leadership (Ricklefs, 2001:217).

Dengan masuknya ideologi Marxisme ke dalam kesadaran individu-individu bangsa yang dijajah oleh kolonialisme Belanda, yang merupakan metamorfosa dari sistem kapitalisme, maka dimulailah tradisi Marxisme di Nusantara. Setelah PKI dibentuk pada bulan Mei 1920, maka dimulailah tradisi Marxisme-Leninisme di Nusantara. Secara ideologi, Marxisme-Leninisme menitikberatkan pada kepemimpinan partai pelopor dalam perjuangan kelas tertindas yang dalam hal ini adalah kelas proletariat (Sudisman, 1966:32-33).

Pengaruh Sneevliet terhadap pendiri PKI awal, bisa dilihat pada buku Soe Hok Gie, Di Bawah Lentera Merah, dalam bukunya Soe Hok Gie mengatakan,

Dari Sneevliet-lah mereka belajar menggunakan analisis Marxistis untuk memahami realitas sosial yang dialami. Mereka berpendapat bahwa sebab dari kesengsaraan rakyat Indonesia adalah akibat dari struktur kemasyarakatan yang ada, yaitu struktur kemasyarakatan tanah jajahan yang diperas oleh kaum kapitalis (Gie, 1999:19-20).

Setelah itu banyak tokoh-tokoh Marxis bermunculan, seperti Haji Misbach, Marco Kartodikromo, Darsono, Semaun, Tan Malaka, Musso, dan lain-lain. Haji Misbach adalah seorang tokoh PKI, yang mencoba menghubungkan konsep keadilan sosial dalam Marxisme yang dalam hal ini adalah masyarakat tanpa kelas, dengan ayat-ayat Al Qur’an. Sementara, Marco Kartodikromo mencoba untuk menghubungkan konsepsi perjuangan kelas dalam ajaran Marxisme, dengan kebudayaan tradisional Jawa. Menurutnya, perjuangan melawan kapitalisme adalah sama halnya dengan perang Bratayudha Joyobinangun demi mempertahankan kemanusiaan dan kehidupan (Gie, 1999:60). Hal yang serupa juga terdapat pada pemikiran Semaun, ini terlihat dari pemikirannya bahwa suatu saat akan ada suatu kondisi yang seperti Jawa kuno, ketika itu semua warga akan hidup dengan apa yang mereka inginkan. Baginya ini akan terjadi jika pemerintahan Soviet terwujud di Nusantara (id.wikipedia.org/wiki/semaun, diakses tanggal 29 Maret 2012, pukul 11:15 WIB).

Darsono memiliki kekaguman terhadap kaum nihilis/anarkis Rusia, seperti Bakunin, dan Sophia Borodina. Sehingga ia menulis tentang kaum nihilis/anarkis Rusia tersebut dengan rasa kagum. Kekaguman ini kemudian membuat munculnya aksi-aksi teror ala nihilis/anarkis Rusia, yang kemudian menyebabkan dibuangnya Haji Misbach (Gie, 1999:65).

Tan Malaka adalah tokoh Marxis berikutnya, ia berasal dari Sumatera Barat. Ia banyak menulis, karyanya yang monumental adalah buku MADILOG (Materialisme Dialektika Logika). MADILOG adalah penjelasan Tan Malaka tentang filsafat materialisme dialektika yang mendasari konsep sosialisme ilmiah Marx dan Engels. Tujuan penjelasan Tan Malaka, adalah untuk mengikis logika mistis yang dominan di Indonesia (Triyana, 2010:5).

Represi pemerintah kolonial Belanda sebelum dan sesudah pemberontakan PKI 1926 dan 1927, mengakibatkan banyak tokoh-tokoh Marxis yang dibuang ke Boven Digul atau keluar negeri, juga ada yang menghabiskan hidupnya dalam pelarian seperti Tan Malaka. Bahkan setelah pemberontakan 1926 dan 1927, PKI dilumpuhkan dan dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda (Poeze, 2008:xvii).

Pasca kemerdekaan Indonesia, Musso kembali ke Indonesia dari Uni Soviet. Misinya adalah untuk menyatukan semua kekuatan komunis ke dalam satu partai. Ini sesuai dengan pemikiran Stalin, bahwa hanya boleh ada satu partai kelas buruh. Untuk itu maka kekuatan-kekuatan kiri yang ada di dalam Front Demokrasi Rakyat, dilebur ke dalam satu partai yaitu PKI. Politbiro PKI yang baru, dibentuk pada tanggal 1 September 1948. Di dalamnya terdapat kader-kader PKI muda, seperti, D.N.Aidit, M.H.Lukman, Njoto, dan Sudisman (Ricklefs, 2001:280).

Pemberontakan Madiun kemudian mengalami kegagalan, tetapi empat kader muda PKI di Politbiro tadi berhasil meloloskan diri dari penangkapan, pertengahan tahun 1950, Aidit, muncul lagi bersama M.H. Lukman, Sudisman, dan Njoto. Ia kemudian memindahkan kantor PKI dari Yogyakarta ke Jakarta (Majalah Tempo Edisi 1-7 Oktober 2007).

Era kepemimpinan Aidit dan kawan-kawan di PKI, menandai awal pragmatisme baru di praktek politik PKI, inilah yang kemudian membuat PKI menjadi salah satu partai politik yang besar dari segi kuantitas kader dan massa. Salah satu wujud dari pragmatisme kepemimpinan Aidit adalah strategi aliansi antara PKI dengan kekuatan nonkomunis yang antikolonialisme. Argumentasi Aidit untuk itu adalah bahwa kaum komunis bisa berkolaborasi dengan borjuis kecil dan borjuis nasional untuk melawan borjuis komprador

(borjuis yang bekerja sama dengan imperialis), dan kelas feodal. Menurut Aidit, Indonesia adalah Negara yang semi kolonial dan semi feodal (Ricklefs, 2001:293-294). PKI kemudian menjadi kekuatan politik yang cukup diperhitungkan ketika itu. Ini bisa dilihat dari perolehan suara yang didapat PKI pada pemilu tahun 1955, yaitu sebanyak 6.176.914 suara. Dengan ini PKI mendapatkan 39 kursi di parlemen (Ricklefs, 2010 : 304).

Peristiwa kup militer pada bulan Juni 1965 yang dipimpin oleh Kolonel Boumedienne terhadap Presiden Ahmed Ben Bella, cukup menarik perhatian Aidit. Setelah itu ia berpendapat bahwa karakter kudeta Boumedienne adalah progresif, oleh karena itu maka didukung oleh rakyat. Selain itu, menurutnya jika sebuah kudeta didukung oleh minimal 30% rakyat maka bisa diubah menjadi sebuah revolusi rakyat (Roosa, 2008:227).

Pemikiran inilah yang kemudian diterapkan oleh Aidit dengan biro chususnya yang dipimpin oleh Sjam. Hasilnya adalah peristiwa G-30-S 1965 (Gerakan 30 September 1965), yang kemudian mengakibatkan dihabisinya seluruh organisasi komunis, ditangkapinya orang-orang komunis, dituduh komunis, dan nasionalis radikal yang pro-Soekarno.

Awalnya para jenderal yang dihabisi dalam peristiwa G-30-S akan dihadapkan secara hidup-hidup pada Soekarno, untuk dimintai pertanggungjawaban terkait dengan isu Dewan Jenderal (Roosa, 2008 : 311). Akan tetapi pada prakteknya gerakan tersebut gagal membawa semua jenderal tersebut dalam keadaan hidup, karena tim yang menculik belum pernah dilatih sebelumnya untuk menangkap para jenderal dalam keadaan hidup. Yang ada hanya perintah dari seorang sersan pasukan kawal istana, sebelum penculikan, yang berbunyi: “Tangkap. Jangan sampai ada yang lolos” (Roosa, 2008:311).

Pasca peristiwa G-30-S, ideologi Marxisme, khususnya Marxisme-Leninisme dilarang untuk disebarkan dan pengkajiannya secara ilmiah juga dibatasi. Marxisme menjadi hantu yang menakutkan selama masa Rezim Orde Baru. Tradisi Marxisme di Nusantara pasca pemerintahan Soekarno, bisa dikatakan mandeg.

Baru pada awal tahun 1990-an, banyak aktivis mulai kembali mempelajari karya-karya klasik Marxisme. Ide dua tahap revolusi oleh lenin, yang meliputi revolusi demokratik dan sosialisme, serta penerapan strategi aksi massa mulai dipraktekkan lagi oleh beberapa organisasi mahasiswa dan rakyat, yang salah satunya adalah Partai Rakyat Demokratik (PRD) (Caldwell, M & Utrecht, 2011: 484-486).

Akan tetapi, dengan masih diberlakukannya TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966, 5 Juli 1966, melalui Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003 yang berbunyi:

“Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan seluruh ketentuan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia Nomor XXV/MPRS/1966 ini, kedepan diberlakukan dengan berkeadilan dan menghormati hukum, prinsip demokrasi dan hak asasi manusia” (id.wikipedia.org, diakses tanggal 7/12/2011, jam 8.41 WIB).

Karena itulah maka pemikiran Marxisme tidak bisa dikaji secara luas oleh masyarakat Nusantara. Hal inilah yang kemudian membuat tradisi Marxisme di Nusantara menjadi tersendat dan cenderung mandeg. Diskusi mengenai Marxisme menjadi tidak objektif lagi, dan boleh dikata tidak ada satupun organisasi masyarakat yang terang-terangan mendeklarasikan Marxisme sebagai ideologi.

C. Kesimpulan dan Penutup

Ideologi Marxisme di Nusantara ternyata mengalami proses sinkretisasi. Para tokoh Marxis Nusantara pada kenyataannya memahami dan mempraktekkan Marxisme secara eklektis, digabungkan dengan pandangan hidup lain, yang sudah mereka anut sebelumnya, atau yang mereka suka. Inilah yang menyebabkan inkonsistensi dalam penerapan prinsip-prinsip Marxisme dalam praktek politik, sehingga mengakibatkan gagalnya penerapan ideologi Marxisme di Nusantara.

Seperti contoh, penggabungan antara Marxisme dan nihilisme/anarkisme Rusia, berujung pada kegagalan dari pemberontakan PKI tahun1926-1927. Begitu pula yang terjadi pada tahun 1948, pemaksaan penerapan unifikasi kekuatan komunis, yang didasari oleh ajaran Stalin yang anti demokrasi, membuat pemberontakan tahun 1948 menjadi tidak meluas. Selain itu juga kesalahan fatal Musso berikutnya adalah mengajak rakyat untuk memilih Musso atau Soekarno. Padahal yang ada di kesadaran rakyat adalah figur Soekarno yang telah berjuang bersama rakyat pasca pemberontakan PKI tahun 1926, dengan PNI. Sementara Musso, pasca pemberontakan PKI 1926, tidak menginjakkan kaki di Indonesia (kecuali dalam kunjungan rahasia untuk membangun organisasi PKI bawah tanah tahun 1935). Inilah yang kemudian membuat Front Demokrasi Rakyat Banten dan Sumatera tidak mau mendukung pemberontakan PKI Madiun (Ricklefs, 2001:280-281).

Peristiwa G-30-S/1965 adalah puncak dari semua kegagalan itu. Kombinasi antara ideologi Marxisme dan kudeta militer yang elitis mengakibatkan diberangusnya semua kekuatan komunis, dan progresif lainnya. Bahkan seorang Sudisman, anggota Politbiro CC PKI saja mengakui bahwa,

“Gerakan 30 September 1965, menunjukkan, bahwa Politbiro CC PKI yang dipilih pada tahun 1951, dan yang terpilih kembali oleh CC Partai hasil Kongres ke-V dan Ke-VI, bukan saja tidak berhasil melaksanakan koreksi besar Musso, tetapi sudah melakukan penyelewengan-penyelewengan secara serius dari Marxisme-Leninisme. Sebagai akibatnya, PKI tidak dapat memenuhi tugasnya dalam sejarah, sebagai pelopor kelas buruh dan pemimpin perjuangan pembebasan rakyat Indonesia” (Sudisman, 1966:2).

Lebih jauh Sudisman juga menyatakan,

Pengalaman itu menunjukkan bahwa PKI belum berhasil memperoleh pimpinan inti yang terdiri dari elemen-elemen proletar, yang sungguh-sungguh memiliki pengertian setepat-tepatnya tentang Marxisme-Leninisme, pengertian yang sistematis dan tidak sepotong-sepotong, pengertian yang praktis dan tidak abstrak (Sudisman, 1966:4).

Hal inilah yang seharusnya menjadi pelajaran untuk kontinuitas tradisi Marxisme di Nusantara. Yaitu apakah akan tetap menggabungkan penerapan prinsip-prinsip Marxisme dengan ideologi lain, “yang secara prinsip berlawanan dengan Marxisme?”, ataukah akan menerapkan Marxisme secara konsisten. Untuk itu maka dibutuhkan sebuah pemahaman yang utuh terhadap ideologi Marxisme. Cara mendapatkan pemahaman tersebut adalah dengan menyelaraskan teori dan praktek Marxisme, dengan metode diskusi dan aksi.

Daftar Pustaka

a. Buku dan Makalah

Caldwell, M & Utrecht, E., 2011, Sejarah Alternatif Indonesia, Terjemahan Indonesia,

Diterjemahkan oleh Saut Pasaribu, Djaman Baroe,Yogyakarta.

Gie, S.H, 1999, Di Bawah Lentera Merah, Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta.

Poeze, H.A, 2008, Tan Malaka, Gerakan Kiri, Dan Revolusi Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Roosa, John, 2008, Dalih Pembunuhan Massal, Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto, Hasta Mitra, Jakarta.

Ricklefs, M.C., 2001, A History Of Modern Indonesia Since C. 1200, Palgrave, Great Britain.

Sudisman, 2005, Pledoi Sudisman Politbiro CC PKI, Edi Cahyono’s Experience, Tanpa Tempat.

Triyana, B, 2010, Lakon Tan Malaka, disampaikan dalam diskusi masa depan Tan Malaka sebagai bagian dari opera Tan Malaka di

Komunitas Salihara Pasar Minggu tanggal 14 Oktober.

b. Situs Internet

http://sejarahbangsaindonesia.blogdetik.com, diakses tanggal 27 Maret 2012, jam 12:45 WIB.

id.wikipedia.org/wiki/semaun, diakses tanggal 29 Maret 2012, pukul 11:15 WIB.

c. Majalah

Majalah Tempo Edisi 1-7 Oktober 2007.

*) Pembicara adalah Alumni Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada tahun 1999 yang aktif dalam eksplorasi pemikiran Karl Marx beserta Marxisme; dan saat ini menjadi mahasiswa Pascasarjana Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada tahun 2011

Terakhir Diperbaharui (Selasa, 03 April 2012 12:42)

Source 4

a. Peta Pemikiran Karl Marx

Secara universal pemikiran Karl Marx bertumpu pada tiga konsep pokok yaitu (1) perkembangan histori berlangsung melalui sintesis ketegangan atau kontradiksi yang inheren—dialektika; (2) institusi sosial dan politik dibentuk dan ditentukan oleh ekonomi—-materialisme historis; (3) gerakan dialektik sejarah terungkap dalam pertentangan atau konflik antar kelompok-kelompok ekonomi—pertentangan kelas.

Secara keseluruhan konsep pemikiranMarx ini merupakan antitesis dari konsep filsafatnya Hegel. Titik tolak pemikiran Marx ini berangkat dari tokoh yang mempengaruhinya yaitu Feaurbach dan Hegel sendiri. Feaurbach sendiri merupakan tokoh yang awalnya sudah bersebrangan dengan Hegel.

Pertentangan Feaurbach dengan Hegel ini terlontar dalam kritik Feaurbach terhadap pemikiran Hegel. Karakter filsafat Hegel adalah idealisme. Hal ini ditandai adanya konsep roh yang menjadi semacam pusat atau logosentrisme dalam bangunan filsafat Hegel. Seluruh kenyataan , kata Hegel, merupakan satu kejadian besar, dan kejadian ini adalah kejadian roh. Roh ini adalah Allah. Namun konsep Roh atau Allah dalam filsafatnya Hegel ini bukanlah Allah yang transenden, melainkan Allah yang imanen. Dalam pandangan Hegel, apa yang terjadi di dunia ini tidak lain adalah wujud atau pengejawantahan dari yang namanya Roh tersebut.

Konsep hegel ini sepintas seperti konsep wahdatul wujud dalam Islam bahwa seluruh keragaman di dunia ini merupakan tajalli dari Allah Yang maha satu. Jadi ide absolut—Tuhanlah—yang berkembang dalam sejarah dan mengungkapkan dirinya melalui dunia ruang dan waktu. Artinya yang benar-benar ada tidak lain adalah Roh itu sendiri, sementara alam materi ini hanya sebatas cermin atau perwujudan dari Roh. Sejarah, bagi Hegel adalah perkembangan Roh dalam waktu, sedangkan alam adalah perkembangan ide dalam ruang. Tuhan baginya tidak hanya yang memiliki sejarah, tetapi dia adalah sekarah itu sendiriDengan demikian seluruh keragaman yang ada ini pada dasarnya hanyalah ilusi, sementara yang benar-benar ada adalah Roh yang satu dan mutlak. Sebagai ide mutlak, Roh ini merupakan realitas yang keseluruhan (the whole) yang meliputi segala-galanya.

Untuk menerangkan filsafatnya dari yang banyak ke satu, atau menuju ke keseluruhan itu, Hegel menggunakan prinsip berpikir dialektika. Dialektika adalah konsep berpikir yang terdiri dari tesis, antitesis dan sintesis. Sistem ini merupakan pola untuk mengatasi unsur-unsur yang bertentangan untuk menjadi sebuah rekonsiliasi (aufhebung) yang mana kedua

unsur yang bertentangan tadi didamaikan dan diangkat ke level yang lebih tinggi. Maka prinsip dialketika ini mengadung dua ciri yaitu totalitas dan aktif. Rekonsiliasi dalam bentuk sitesis ini bukanlah perpaduan yang statis, tetapi realitas yang aktif sebagai pernytaan diri rasio manusia yang telah sampai kepada kesempurnaannya Roh absolut.

Dalam hal ini Feurbach tidak sepakat dengan konsep filsafatnya Hegel yang cenderung idealis tersebut. Menurut Feuearbach bahwa yang absolut seperti yang dikatakan Hegel bukanlah tuhan tetapi alam (nature) yang menyingkapkan dirinya dalam proses perkembangan dialketik yang abadi.

a.1 Dialektika Marx (materialisme dialketis)

Berangkat dari tesis Feuerbach tersebut, Marx mencoba membalik dan melnacarkan kritiknya terhadap filsafat Hegel dan juga terhadap agama. Maklum filsafat Hegel yang idealistik itu banyak persamaannya dengan konsep keagamaan. Konsep pembalikan ontologi filsafat Hegel ini terkenal dengan dialeketika materialsme. Inti dari konsep ini adalah bahwa pada prinsipnya yang menjadi substansi atau inti hidup ini adalah materi dan bukan Roh seperti yang dikatakan Hegel.seperti kata Keith Campbell (1976) bahwa dunia ini terdiri dan tergantung pada materi.

Dalam dialektika materialisme ini Marx memakai metode dialektikanya Hegel juga untuk menjelaskan filsafatnya. Jadi di sinilah nampak Marx belajar kepada Hegel. Meskipun pandangan ontologinya berbeda dengan Hegel, namun Marx memakai metode dialektika yang sebelumnya diciptakan oleh Hegel. Konsep dialektika ini, seperti yang dikatakan oleh Alexander Gray, dijadikan Marx sebagai sarana untuk belajar teori perkembangan melalui pertentangan dan konflik.

Materialisme dialektik menurut Marx adalah keseluruhan proses perubahan yang terjadi yerus menerus tanpa ada yang mengantarai. Dari proses ini akhirnya menimbulkan pertentangan. Materi yang menjadi dasar kehidupan merupakan realitas yang senantiasa berubah terus menerus tanpa henti. Perubahan ini tidak berjalan secara evolutif (gradual) melainkan secara dialektis. Perkembangan secara dialektis ini merupakan perkembangan yang berjalan melalui pertentangan dan konflik yang kalau ditelisik lebih dalam potensi pertentangan dan konflik ini sudah ada secara alamiah di dalam materi itu sendiri.Jadi, dalam pandangan materialsime dialektis, sebuah materi itu di dalam dirinya mengandung unsur konflik dan pertentangan.

Oleh karena itu materialisme dialektis ini tidak lain adalah sejarah perkembangan alam berdasarkan benih yang hadir dari kekuatan yang ada pada dirinya sendiri.

Dari konsep itu, konsep dasar yang bisa diambil oleh Marx dari sistem dialektika ini adalah bahwa setiap benda, dalam dirinya sendiri, sudah mengandung segi-segi yang berlawanan dan bertentangan satu sama lain. Kemudian selain itu juga diketahui bahwa segala sesuatu mengalami perkembangan secara kontinyu.

Berdasarkan dua kosep tersebut hendak mengatakan bahwa kalau begitu sistem dialektika itu sebenarnya tidak berjalan di wilayah idealisme melainkan di wilayah materialisme. Bahwa potensi konflik, pertentangan dan semangat berlawanan hanya terjadi di dunia nyata atau dunia benda yang konkrit. Dengan demikian hal yang menjadi pokok atau dasar adalah materi, sementara segala sesuatu yang bersifat Rohani tidak lain adalah hasil dari materi dan tidak sebaliknya.

a.2 Materialisme Historis

Selain materialisme dialektis, konsep pokok pemikiran Mrax lainnya adalah materialisme historis. Engel mendefinisikan materialisme historis ini sebagai “pandagan sejarah yang berusaha menemukan sebab tertinggi serta kekuatan penggerak dari semua kejadian sejarah yang penting dalam cara produksi dan pertukaran, dalam pembagian masyarakat menjadi kelas-kelas yang terpisah, dan dalam perjuangan masing-masing kelas ini”

Dengan kata lain, fenomena sejarah ditentukan oleh faktor-faktor ekonomi. Kebudayaan , filsafat , politik dan bahkan agama, dalam setiap zaman, dibentuk oleh metode produksinya. Ketika metode produksinya berubah, maka berubah pula watak sosial dan politiknya.

Dari pola pemikiran semacam itu, Marx menegaskan bahwa penggerak sejarah adalah ekonomi, materi, kerja dan ujungnya adalah produksi. Marx percaya bahwa produksi dan distribusi barang-barang produksi merupakan faktor utama yang bisa menguatkan eksistensi kehidupan manusia di muka bumi. Untuk memahami masyarakat, maka masyarakat harus dilihat dalam kerangka struktur. Menurut dalam kehidupan masyarakat ada dua struktur pokok yaitu basic struktur dan superstruktur. Basic struktur ini adalah unsur kehidupan yang menjadi motor penggerak roda kehiduapan, apa itu? Ekonomi. Sementara superstruktur adalah unsur-unsur kehidupan yang lahir dari basic struktur. Unsur-unsur yang masuk kategori superstruktur ini adalah politik, seni, pendidikan, agama dan sejenisnya. Unsur-unsur super ini lahir karena ada basic struktur yakni ekonomi. Kalau tatanan ekonomi sebuah masyarakat kacau, maka unsur-unsur super tersebut secara otomatis menjadi kacau.

Dengan demikian berarti bahwa materialisme historis ini merupakan vcara berproduksi kebutuhan yang hidup yang pada akhirnya ide-ide dan isntitusi sosial pada mas a itu. Terdapat hubungan yang erat antara tingkat teknik tertentu dengan jenis masyarakat tertentu.

Bertolak dari artikulasi ekonomi sebagai basis sejarah kehidupan manusa inilah maka melihat perkembangan sejarah masyarakat berdasarkan tingkat kualitas produksi masyarakat.Tahap perkembangan sejarah kemanusiaan yang dimaksud adalah:

Pertama, masyarakat komunal primitif yaitu masyarakat yang memakai alat-alat bekerja yang sifatnya sangat sederhana. Kedua, masyarakat perbudakan (slavery), tercipta berkat hubungan produksi natara orang-orang yang memiliki alat-alat produksi dengan orang yang hanya memiliki tenaga kerja, ketiga, tingkat perkembangan masyarakat feodal bermula setelah runtuhnya masyarakat perbudakan. Masyarakat ini ditandai dengan pertentangan yang muncul di dalamnya. Keempat, masyarakat kapitalis, seperti setelah disebutkan menghendaki kebebasan dalam mekanisme perekonomian. Hubungan dalam sistem ini didasarkan pada pemlikan individual (private ownership), kelima masyarakat sosialis—yang dipahami sebagai formulasi terakhir dari lima tahap perkembangan sejarah Marx adalah sistem pemilikan produksi yang disandarkan atas hak milik sosial (social ownership).

C. Kritik

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, filsafat Marx ini merupakan ledakan yang dahsyat dalam ranah pemikiran maupun pergerakan. Di samping ia berfungsi sebagai counter dan kritik keras terhadap sistem kapitalisme yang menindas serta upaya untuk membela nasib kaum buruh yang diperas oleh para kaum pemodal, bangunan keilmuan pemikiran Marx bisa memperluas wilayah sains. Seperti kata Louis Althusser (2007), sebelum Marx baru terbangun dua bneua yang terbentang buat pengetahuan saintifiksebagai hasil dari pemutusan epistemologi yaitu benua Matematika oleh orang Yunani dan benua fisika oleh Galileo dan penerusnya. Kini, melalui pemikirannya Marx telah membentangkan benua saintifik ketiga yang baru yakni benua sejarah.

Namun kelemahannya adalah dalam pemikirannya ini Marx telah melakukan reduksi dan distrosi nilai aspek kemanusiaan yang kuar biasa. Manusia yang sejatinya multi dimensi, oleh Marx hanya dipandang sebagai manusia wadak belaka. Konsep Marx ini secara langsung telah ikut andil atas lenyapnya nilai-nilai moral dan etis sebagai representasi aspek intelektual dan spiritual hingga menyebabkan maraknya dehumanisasi kehidupan manusia.

Selain dari itu, kritik Marx ternyata sangat pincang. Karena fokus kritik Marx hanya tertuju pada masalah produksi dan tidak menyentuh masalah konsumsi. Padahal dalam persoalan ekonomi—khususnya sekarang ini— yang menjadi masalah dalam perspektif kapitalis-neoliberalis bukan hanya terbatas pada masalah overproduksi yang dilakuakn oleh kaum kapitalis, melainkan juga overkonsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Seperti yang ditegaskan oleh Yasraf Pilliang (2004). Bahwa dalam kapitalisme mutakhir, persoalan-persoaan yang menonjol tidak lagi berupa ketidakadilan sosial di balik produksi komoditi, akan tetapi persoalan-persoalan moralyang muncul di balik rekayasa konsumer lewat komoditi.

D. Penutup

Dengan demikian, pemikiran Marx ini tidak cukup di puja-puja oleh para pengagum Marx sendiri, melainkan perlu terus dikritik dan direkonstruksi jika memang ide-ide dan spirit Marx dikehendaki untuk bisa lebih aktual di era sekarang sehingga bisa menjadi martil untuk melawan maraknya ketidak adilan ekonomi dan politik di dunia saekarang, terutama di dunia-dunia ketiga, khususnya Indonesia.

Daftar Pustaka

http://moxeeb.wordpress.com/2008/09/29/marx-dan-pemikirannya/

http://nuridafebriany.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_19.html

http://filsafat.kompasiana.com/2010/05/02/karl-marx-dengan-segala-pemikirannya-131396.html

http://lafinus.filsafat.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=86:tradisi-marxisme-di-nusantara&catid=42:philosophy-of-nusantara-for-enlightenment&Itemid=63