Upload
trywahyudi
View
44
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kebijakan
Citation preview
MASALAH DALAM KEBIJAKAN PUBLIK
DAMPAK KEBIJAKAN PEMBEKUAN PSSI OLEH KEMENPORA
Pencarian Masalah
Berbagai ironi masih terus melingkupi persepakbolaan Indonesia.
Sepak bola gajah dalam laga PSS Sleman dan PSIS Semarang pada
Oktober lalu hanyalah satu contoh yang semakin menegaskan bahwa
akar permasalahan sepak bola nasional tidak pernah sepenuhnya teratasi.
Maklum saja, isu suap, judi, tunggakan gaji pemain, kerusuhan antar
suporter, tawar-menawar skorsing, hingga pengaturan skor adalah cerita
lama yang sering kali terulang dalam kancah sepak bola Indonesia.
Permasalahan sepak bola menjadi makin kompleks saat olahraga
favorit rakyat ini justru dipolitisasi dan dijadikan komoditi pengeruk materi.
Sebagai pihak yang dinilai paling bertanggung jawab terkait karut-marut
sepak bola nasional, PSSI tak pelak menjadi sasaran tuntutan untuk
direvolusi.
Melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga, pemerintahan
menggunakan hak konstitusional dimilikinya untuk tidak lagi mengakui
kepengurusan PSSI, hasil Kongres Luar Biasa PSSI di Surabaya, yang
menetapkan Lanyalla Mattalitti sebagai Ketua Umum.
Bahkan tak tanggung-tanggung, surat keputusan yang
ditandatangani Menteri Pemuda dan Olahraga itu, tidak hanya
membekukan kepengurusan PSSI, tetapi juga secara bulat ikut pula
membekukan kelembagaan PSSI. Atas keputusan kontroversialnya itu,
Menteri Pemuda dan Olahraga, bahkan menegaskan bahwa pemerintah
sama sekali tak pernah takut pada ancaman sanksi yang akan dijatuhkan
FIFA.
Pendefinisian Masalah
Melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga, pemerintahan
menggunakan hak konstitusional dimilikinya untuk tidak lagi mengakui
kepengurusan PSSI, hasil Kongres Luar Biasa PSSI di Surabaya, yang
menetapkan Lanyalla Mattalitti sebagai Ketua Umum.
Bahkan tak tanggung-tanggung, surat keputusan yang
ditandatangani Menteri Pemuda dan Olahraga itu, tidak hanya
membekukan kepengurusan PSSI, tetapi juga secara bulat ikut pula
membekukan kelembagaan PSSI. Atas keputusan kontroversialnya itu,
Menteri Pemuda dan Olahraga, bahkan menegaskan bahwa pemerintah
sama sekali tak pernah takut pada ancaman sanksi yang akan dijatuhkan
FIFA.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi membekukan
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada April 2015 karena
rekomendasi soal kepemilikan dua klub oleh satu pemilik diabaikan. PSSI
menghentikan kompetisi Liga Bank Nasional Qatar (dulu bernama Liga
Super Indonesia) pada pekan pertama Mei 2015 setelah pemerintah tidak
mengizinkan kompetisi dengan 18 klub. Pemerintah tidak
merekomendasikan dua tim (Persebaya dan Arema Cronus) dan hanya
memberi rekomendasi pada 16 klub yang dinilai memenuhi syarat untuk
mengikuti kompetisi.
Berdasarkan audit terhadap semua klub peserta kompetisi Liga
Super Indonesia, hanya lima yang menurut Kemenpora memenuhi
persyaratan pada awal tahun ini. Persebaya dan Arema Cronus tidak
direkomendasikan oleh Kemenpora sampai menjelang kompetisi digelar
April 2015. Namun PSSI tetap menyertakan dua klub itu, sehingga
pemerintah membekukan PSSI.
Asosiasi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) atau badan
sepak bola dunia akhirnya menjatuhkan sanksi dan melarang Indonesia
mengikuti seluruh kompetisi internasional akibat adanya intervensi
pemerintah ikut campur mengurusi kompetisi. Sanksi akan dijatuhkan
pada 29 Mei 2015 bersamaan dengan pemilihan Presiden FIFA
Spesifikasi Masalah
Kebijakan Menteri Imam Nahrawi, serta merta mendapat sorotan
berbagai pihak, terutama kalangan pecinta sepakbola tanah air. Tapi
Imam Nahrawi balik menanggapi bahwa apa kebijakan ditempuhnya demi
untuk kebaikan PSSI dan prestasi olahraga sepakbola di masa-masa akan
datang.
Menteri Pemuda dan Olahraga bisa saja berdalih seperti itu, tetapi
kalangan dari pengelola persepakbolaan nasional tetap saja menudingnya
sebagai bagian dari intervensi pemerintah terhadap institusi PSSI, apalagi
Imam Nahrawi melatari dalihnya karena ada keinginan menumpas
permasalahan PSSI dari akarnya. Dan menumpas akar yang dimaksud
tentu ditujukan pada para pengurus PSSI hasil Kongres Luar Biasa yang
tak lain adalah mereka dari orang-orang yang itu-itu juga. Yaitu mereka
para pengelola PSSI sebelum-sebelumnya.
Mungkin mereka itulah yang disebut Imam Nahrawi senagai akar
yang mestinya ditumpas, karena dituding sebagai biang kerok kegagalan
prestasi persepakbolaan nasional beberapa tahun terakhir. Sebab itu
Menteri Pemuda dan Olahraga, secara tegas menolak tudingan intervensi.
Harus dibedakan antara intervensi dan keinginan membenahi
Pada ujung akhir keseluruhannya sangat ditentukan bukan pada
dalih, tetapi pada siapa yang sedang berada di kekuasaan dan sedang
memiliki kuasa. Apakah benar semata karena maksud ingin membenahi
PSSI ataukah karena memang tidak sejalan dengan pengurus PSSI
terpilih.
Perlu ada penyelesaian secara terstruktur setelah bertahun-tahun
waktu terbuang percuma karena para pihak yang berkepentingan tidak
mau mengesampingkan kepetingan masing-masing. sejumlah besar
pemain telah menderita terlalu lama karena klub yang tidak berkomitmen
membayar mereka. Banyak klub yang menunggak membayar gaji pemain
selama berbulan-bulan.
NAMA : TRI WAHYUDI
NO.STAMBUK : G2C1 14055
KELAS : C
PRODI : ADMINISTRASI PEMBANGUNAN