Upload
widya-rizky-amalia
View
289
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Masalah-masalah belajar mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran (4 SKS)FKIP UNLAM Banjarmasin , 2012
Citation preview
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Belajar merupakan sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Dalam belajar peran guru sangatlah penting karena tugas seorang guru adalah
membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka
diharapkan siswa belajar. dalam kegiatan belajar mengajar ditemukannya masalah-
masalah siswa. Ada siswa yang belajar dengan giat dan ada pula siswa yang pura-
pura belajar. Guru menyadari bahwa dalam tugas pembelajaran ternyata ada masalah-
masalah belajar yang dialami oleh siswa. Bahkan guru memahami bahwa kondisi
lingkungan siswa juga dapat menjadi sumber timbulnya masalah-masalah belajar
tersebut. Bermacam-macam keadaan siswa tersebut menggambarkan bahwa
pengetahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan hal yang sangat penting
bagi guru dan calon guru.
1.2 Batasan masalah
1 Bagaimana cara menetukan masalah-masalah dalam belajar ?
2 Apa faktor penyebab timbulnya masalah-masalah dalam belajar ?
3 Bagaimana upaya dalam penanggulangan masalah belajar dan mengatasinya?
1.3 Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis dalam makalah ini adalah metode
kepustakaan. Metode ini menggunakan media seperti buku.
1.4 Tujuan penulisan
1 Untuk mengetahui masalah belajar apa saja yang dihadapi oleh siswa
17
2 Untuk mengetahui faktor penyebab adanya masalah-masalah belajar tersebut
3 Untuk mengetahui cara penanggulangan masalah belajar yang dihadapi oleh
siswa
17
BAB II
ISI
II.1 Menentukan masalah-masalah belajar
Program pembelajaran merupakan hal yang kompleks terentang dari :
a. Konstruksi kurikulum dan pemberlakuan kurikulum sekolah
b. Tugas guru menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi program
pembelajaran
c. Peran siswa dalam proses belajar yang sesuai kurikulum yang berlaku
Dalam bertindak belajar, siswa berhubungan dengan guru, bahan belajar,
pemerolehan pengetahuan dan pengalaman, dan tata kerja evaluasi belajar. Guru juga
berkepentingan mendorong siswa agar aktif belajar. Dengan demikian guru
berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa.
1. Pengamatan Perilaku Belajar
Perilaku belajar merupakan gejala belajar menurut pengamat. Sedangkan
tindak belajar atau proses belajar merupakan gejala belajar yang dialami dan dihayati
oleh siswa.
Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut :
a) Menyusun rencana pengamatan
b) Memilih siapa yang akan diamati meliputi beberapa orang siswa
c) Menentukan berapa lama berlangsungnya pengamatan
d) Menentukan hal-hal yang akan diamati
e) Mencatat hal-hal yang akan diamati
f) Menafsirkan hasil pengamatan
2. Analisis Hasil Belajar
Analisis hasil belajar siswa merupakan pekerjaan khusus. Dalam melakukan
analisis hasil belajar guru dapat melakukan langkah-langkah berikut :
a) Merencanakan analisis sejak awal semester, sejalan dengan desain
instruksional
17
b) Merencanakan jenis-jenis pekerjaan siswa yang dipandang sebagai hasil
belajar
c) Merencanakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi, kemudian menganalisis
kepantasan jenis ujian dan alat evaluasi tersebut
d) Mengumpulkan hasil belajar siswa
e) Melakukan analisis secara statistic tentang angka-angka perolehan ujian
dan mengkategorikan karya-karya yang tidak bisa diangkakan
f) Mempertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa
g) Mempertimbangkan tingkat kesukaran bahan ajar bagi kelas
h) Memperhatkan kondisi-kondisi ekstern yang berpengaruh
i) Guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajarn pada siswa
menjelang akhir semester
3. Tes Hasil Belajar
Tes yang digunakan umumnya digolongkan sebagai tes lisan dan tes tertulis.
Tes tertulis terdiri dari tes esai dan tes objektif.
Tes lisan
Kelebihannya :
a) Penguji dapat menyesuaikan bahasa dengan tingkat daya tangkap siswa
b) Penguji dapat mengejar tingkat penguasaan siswa tentang pokok bahasan
c) Siswa dapat melengkapi jawaban lebih leluasa
Kelemahannya :
a) Penguji dapat terjerumus pada kesan subjektif atas perilaku siswa
b) Memerlukan waktu yang lama. Tenggang waktu masih dapat diatasi
Tes tertulis
Kelebihannya :
a) Penguji dapat menguji banyak siswa dalam waktu terbatas
b) Objektifitas pengerjaan tes terjamin dan mudah diawasi
c) Penguji dapat menyusun soal-soal yang merata pada tiap pokok bahasan
d) Penguji dengan mudah dapat menentukan standar penilaian
17
e) Dalam pengerjaan, siswa dapat memilih menjawab urutan soal sesuai
kemampuannya
Kelemahannya :
a) Penguji tidak sempat memperoleh penjelasan tentang jawaban siswa
b) Rumusan pertanyaan yang tidak jelas menyulitkan siswa
c) Dalam pemeriksaan dapat terjadi subjektivitas penguji
Tes esai
Kelebihannya :
a) Penguji dapat menilai dan meneliti kemampuan siswa bernalar
b) Bila cara memberi angka ada kriteria jelas maka dapat menghasilkan data
objektif
Kelemahannya :
a) Jumlah soal sangat terbatas dan siswa kemungkinan berspekulasi belajar
b) Objektivitas pengerjaan dan pembinaan sukar dilakukan
Tes objektif
Kelebihannya :
a) Penguji dapat membuat soal yang banyak dan meliputi semua pokok
bahasan
b) Pemeriksaan dapat dilakukan secara objektif dan cepat
c) Siswa tidak dapat berspekulasi dalam belajar
d) Siswa yang tak pandai menjelaskan dengan bahasa yang baik tidak
terhambat
Kelemahannya :
a) Kemampuan siswa bernalar tidak tertangkap
b) Penyusunan tes memakan waktu lama
c) Memakan dana besar
d) Siswa yang pandai menerka jawaban dapat keuntungan
e) Pengarsipan soal sukar dan memungkinkan kebocoran
17
Tes hasil belajar dapat digunakan untuk menilai kemajuan belajar dan mencari
masalah-masalah dalam belajar. Oleh karena itu, pada tempatnya guru professional
memiliki kemampuan melakukan penelitian secara sederhana.
II.2 Faktor penyebab adanya masalah-masalah belajar
Masalah-masalah belajar yang akan dipelajari meliputi masalah-masalah intern
belajar dan masalah-masalah ekstern belajar.
a. Masalah-masalah Intern belajar
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswa lah yang menentukan
terjadi atau tidak terejadinya belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi
masalah-msalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia
tidak belajar dengan baik.
1. Sikap terhadap belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang
membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya
proses belajar.
3. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada
pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar merupakan
proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran guru
memerlukan bermacam-macam strategi belajar mengajar dan memperhitungkan
waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut
Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia
menyarankan agar guru memberikan istiraha selingan selama beberapa menit.
17
4. Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi
dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan
belajar merupakan nilai-nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai
kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran
menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar. Misalnya, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang disampaikan,
sehingga siswa benar-benar memahami materi yang telah disampikan. Siswa akan
mengolah bahan belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang diampaikan
menarik, sehingga seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara menarik
sehingga siswa akan memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan
oleh guru.
5. Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi
pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung
dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses
belajar terdiri dari proses pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses
penggunaan kembali. Biasanya hasil belajar yang disimpan dalam jagka waktu yang
panjang akan mudah dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak
membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru.
Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah
lama diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut.
Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi
yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan
materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin
kuat.
6. Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan
yang telah terterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan
17
dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal
pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman
lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Proses menggali pesan lama tersebut dapat
berwujud dengan transfer belajar atau unkjuk prestasi belajar.
Ada kalanya siswa juga mengalami gangguan dalam menggali pesan dan
kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau
pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran
penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan.
7. Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak
proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Kemampuan
berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-
pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan
dan pengalaman.
8. Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan
berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya
pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi
merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan
sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin
memperoleh pengakuan umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
9. Intelegensi dan Keberhasilan Belajar
Menurut Wechler (Monks & Knoers, Siti Rahayu Haditono) intelegensi
adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak
secara terarah, berpikir secara baik, bergaul dengan lingkungan secara efisien.
Intelegensi normal bila nilai IQ menunjukkan angka 85-115. Diduga 70%
penduduk memiliki IQ normal. Sedangkan yang IQ dibawah 70 diduga sebesar 15%
penduduk, dan yang ber-IQ 115-145 sebesar 15%. Yang ber-IQ 130-145 sebesar 2%
penduduk. Yang menjadi masalah adalah siswa yang memiliki kecakapan di bawah
17
normal. (Monks, Knoers, Siti Rahayu Haditono. 1989). Menurut Siti Rahayu
Haditono, di Indonesia juga ditemukan banyak siswa memperoleh angka hasil belajar
yang rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti kurangnya fasilitas belajar
disekolah dan ruma di perbagai pelosok, siswa makin dihadapkan oleh berbagai
pilihan dan mereka merasa ragu dan takut gagal, kurangnya dorongan mental dari
orang tua, keadaan gizi yang rendah sehingga siswa tidak mampu belajar yang lebih
baik , serta gabungan dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi berbagai hambatan
belajar.
10. Kebiasaan Belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang
baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (i) belajar pada akhir semester (ii)
belajar tidak teratur, (iii) menyia-nyiakan kesempatan belajar, (iv) bersekolah hanya
untuk bergengsi, (v) datang terlabat bergaya pemimpin, (vi) bergaya jantan seperti
merokok, sok menggurui teman lain, (vii) bergaya minta belas kasihan tanpa belajar.
11. Cita-cita Siswa
Cita-cita merupakan motivasi intrinsik. Tetapi adakalanya “gambaran yang
jelas” tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya
berperilaku ikut-ikutan.
Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu dididikkan. Didikan memiliki cita-
cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Disekolah menengan didikan pemilikan dan
pencapaian cita-cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi
dan emansipasi diri siswa. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sebaiknya
berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang
semakin sulit.
b. Masalah-masalah Ekstern belajar
Dalam proses belajar dapat terjadi atau bertambah kuat, bila didorong oleh
lingkungan siswa. Faktor-faktor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas belajar
diantaranya adalah :
17
1. Guru sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi
penyandang profesi guru bidang studi tertentu. Ia juga harus mengembangkan diri
menjadi pribadi yang utuh, menghadapi masalah pengembangan diri, dan pemenuhan
kebutuhan hidup sebagai manusia. Guru juga harus mempelajari perilaku, norma,
nilai, dan sub-kebudayaan lokal di wilayah tempatnya bertugas. Disatu pihak, guru
mempelajari perilaku budaya wilayah tempat tinggal bertugas. Sedangkan dipihak
lain, warga masyarakat setempat perlu memahami dan menerima guru sebagai pribadi
yang sedang tumbuh.
Hal-hal yang dipelajari seorang guru adalah :
a) Memiliki integritas moral kepribadian
b) Memiliki integritas intelektual berorientasi kebenaran
c) Memiliki integritas religious dalam konteks pergaulan dalam masyarakat
majemuk
d) Mempertinggi mutu keahlian bidang studi sesuai dengan kemampuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni
e) Memahami, menghayati, dan mengamalkan etika profesi guru
f) Bergabung dengan asosiasi profesi
g) Mengakui dan menghormati martabat siswa sebagai klien guru
Dalam mempelajari hal-hal tersebut, guru akan menghadapi masalah intern
yang harus dipecahkan sendiri. Dalam mengatasi masalah-masalah keutuhan secara
pribadi dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan pekerjaan sepanjang hayat.
Kemampuan mengatasi masalah-masalah tersebut merupakam keberhasilan seorang
guru membelajarkan siswanya.
Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa meliputi hal-hal berikut :
a) Pembangunan hubungan baik dengan siswa
b) Menggairahkan minat, perhatian, dan memperkuat motivasi belajar
c) Mengorganisasi belajar
d) Melaksanakan pendekatan pembelajaran secara tepat
17
e) Mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan objektif
f) Melaporkan hasil belajar siswa kepada orang tua siswa yang berguna bagi
orientasi masa depan siswa
2. Prasarana dan Sarana Pembelajaran
Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi
pembelajaran yang baik. Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang
belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olah raga.
Sedangkan sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat, dan
fasilitas laboratorium sekolah, serta berbagai media pengajaran yang lain. Masalah
yang akan timbul adalah “bagaimana mengelola prasarana dan sarana pembelajaran
sehingga terselenggara proses belajar yang berhasil baik”.
Prasarana dan sarana proses belajar adalah barang mahal. Dengan tersedianya
prasarana dan sarana belajar berarti menuntut guru dan siswa menggunakannya.
Peranan guru adalah sebagai berikut :
a) Memelihara dan mengatur prasarana untuk menciptakan suasana belajar
yang menggembirakan
b) Memelihara dan mengatur sasaran pembelajaran yang berorientasi pada
keberhasilan siswa belajar
c) Mengorganisasi belajar siswa sesuai dengan prasaran dan sarana secara
tepat guna
Peranan siswa sebagai berikut :
a) Ikut serta memelihara dan mengatur prasaran dan sarana dengan baik
b) Ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan prasarana dan sarana
secara tepat guna
c) Menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran dalam rangka
mencerdaskan kehidupan generasi muda
Dengan adanya peranan siswa tersebut, siswa akan mengatasi masalah
kebiasaan mengunakan prasarana dan sarana yang kurang baik yang ditemukan
17
disekitar sekolah. Dalam hal ini siswa belajar memelihara kebaikan fasilitas umum
dalam masyarakat.
3. Kebijakan Penilaian
Penilaian yang dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang
berharga, bermutu, atau bernilai. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu
keberhasilan belajar tersebut adalah guru yang merupakan kunci pembelajaran. Guru
menyusun desain pembelajaran, melaksanakann pembelajaran, dan menilai hasil
belajar.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan “tingkat perkembangan mental”
yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terkait dengan bahan pelajaran. Tingkat
perkembangan mental terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif, dan
psikomotor.
Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan
pelajaran. Hal ini juga terkait dengan tujuan penggal-penggal pengajaran.
Pada tujuan-tujuan instruksional khusus mata pelajaran di kelas, peran guru
secara professional bersifat otonom. Dengan kata lain, peran guru menilai
hasil belajar berorientasi pada ukuran-ukuran tingkat yang lebih tinggi,
yaitu tingkat sekolah, wilayah, dan tingkat nasional.
4. Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah
Tiap siswa dalam lingkungan social memiliki kedudukan, peranan, dan
tanggung jawab social tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan, seperti
hubungan social tertentu, hubungan akrab, kerja sama, kerja berkoperasi,
berkompetisi, berkonkurensi, bersaing, konflik, atau perkelahian.
Sikap positif dan negative terhadap guru akan berpengaruh pada kewibawaan
guru. Akibatnya, bila guru menegakkan kewibawaan maka ia akan dapat mengelola
proses belajar dengan baik. Seebaliknya, guru tak berwibawa maka ia akan
mengalami kesulitan dalam mengelola proses belajar.
17
Pengaruh lingkungan social disekolaj berupa hal-hal berikut :
a) Pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa, yang akan
berakibat memperkuat atau memperlemah konsentrasi belajar
b) Lingkungan social mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun, dan
damai; sebaliknya dapat mewujud dalam perselisihan, bersaing, salah-
menyalahkan, dan bercerai-berai. Suasana kejiwaan tersebut berpengaruh
pada semangat dan proses belajar
c) Lingkungan social siswa di sekolah atau juga di kelas dapat berpengaruh
pada semangat belajar di kelas.
5. Kurikulum Sekolah
Kurikulum sekolah berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar-
mengajar, dan evaluasi. Program kurikulum di sekolah sesuai dengan system
pendidikan nasional. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat.
Dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Timbul tuntutan kebutuhan baru
dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi yang menimbilkan kurikulum
baru.
Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah, yaitu :
a) Tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah
b) Isi pendidikan berubah yang menimbulkan perubahan anggaran pendidikan
di semua tingkat
c) Kegiatan belajar-mengajar berubah
d) Evaluasi berubah
II.3 Upaya Penaggulangan Masalah Belajar
1. Perhatikan Mood
Untuk mengenal mood anak, seorang ibu harus mengenal karakter dan
kebiasaan belajar anak. Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan
kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari
lebih cepat ditangkap. Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu
17
penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau karena
konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas orangtua untuk menyenangkan hati si anak.
2. Siapkan Ruang Belajar
Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak
memadai. Karena itu, coba sediakan tempat belajar untuk anak. Selain itu, saat
mengajari anak ini Anda bisa melakukannya dengan menularkan cara belajar yang
baik. Misalnya bercerita kepada anak tentang bagaimana dahulu ibunya
menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut dengan
cerita ibunya sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya
sekarang.
3. Komunikasi
Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru
itu mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada
kaitan dengan cara guru mengajar di kelas. Sempatkan juga waktu dan dengarkan
anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika,
anak Anda aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru kelas
memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi ini,
biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku
sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya.
4. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Adapun langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
a) Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik bersifat umum maupun
khusus dalam bidang studi
b) Meneliti nilai ulangan yang tercantum dalam “record academic” kemudian
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas atau dengan kriteria tingkat
penguasaan minimal kompetensi yang dituntut.
c) Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat.
17
d) Melakukan observasi pada saat siswa dalam kegiatan proses belajar
mengajar yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas-
tugas tertentu yang diberikan di dalam kelas, berusaha mengetahui
kebiasaan dan cara belajar siswa di rumah melalui check list
e) Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas,dan
guru pembimbing.
5. Mengalokasikan letaknya kesulitan atau permasalahannya
dengan cara mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu,
seperti catatan keterlambatan penyelesaian tugas, ketidakhadiran, kekurang aktifan
dan kecenderungan berpartisipasi dalam belajar.
6. Melokalisasikan jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami
berbagai kesulitan.
7. Memperkirakan alternatif pertolongan.
Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya baik yang bersifat
mencegah (preventif) maupun penyembuhan (kuratif).
II.4 Mendiagnosa dan Mengatasi masalah belajar
Yang dimaksud dengan proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan
terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika
guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya.
Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-
langkah:
1. Mengidentifikasi adanya masalah belajar
Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat ketrampilan
khusus, sebab kemampuan mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belaka kurang
efektif. Semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala kesulitan belajar dan
makin banyak pengalaman guru dalam mengidentifikasi kesulitan belajar, akan makin
trampil guru melakukan diagnosis masalah belajar.Gejala-gejala munculnya masalah
belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk, biasanya muncul dalam bentuk
17
perubahan perilaku yang menyimpang atau dalam menurunnya hasil belajar. Perilaku
yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk seperti: suka mengganggu
teman, merusak alat-alat pembelajaran, sukar memusatkan perhatian, sering
termenung, menangis,hiperaktif, sering bolos dan sebagainya
2. Menelaah/menetapkan status siswa
Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara:
a. Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid
b. Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan
menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat.
c. Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari
tujuan yang ditetapkan itu.
3. Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar
Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang
keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa prinsip yang
harus diingat dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar.
a. Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda
b. Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda
c. Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala
masalah yang makin kompleks
17
BAB III
PENUTUP
111.1 Kesimpulan
1. Faktor internal belajar siswa, meliputi sikap siswa dalam belajar, motivasi
belajar siswa, konsentrasi siswa, cara mengolah pembelajaran, rasa percaya
diri siswa, kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa.
2. Faktor eksternal belajar siswa, meliputi guru sebagai pembina siswa belajar,
sarana dan prasarana, lingkungan siswa di sekolah dan kurikulum sekolah.
3. Adapun solusi dalam mengatasi masalah belajar siswa, yaitu :
1. Melakukan pendekatan terhadap siswa
2. Pencarian data tentang masalah yaitu dengan berkomunikasi dengan orang
tua siswa dan wali kelas.
3. Melakukan konsultasi secara privat.
III.2 Saran
Agar proses belajar mengajar siswa dapat berlangsung secara optimal,
diperlukan pendekatan yang lebih intensif dari guru BK. Sehingga siswa dapat terus
terpantau bagaimana perkembangannya dalam proses pembelajaran.
17
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud
berkerjasama dengan Rineka
Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta