28
MASALAH PENGEMBANGAN PERTANIAN INDONESIA Penugasan Makalah Inovatif Mahasiswa Tahun 2013 Disusun Oleh: Annisa Istiqomah Septiana TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

MASALAH PENGEMBALIAN LAHAN PERTANIAN INDONESIA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MAKALAH PENUGASAN PENERIMAAN MAHASISWA BARU UNIVERSITAS DIPONEGEROPROGRAM MAHASISWA INOVATIFSEMARANG

Citation preview

Penugasan Makalah Inovatif Mahasiswa

Tahun 2013

Disusun Oleh:

Annisa Istiqomah Septiana

TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul  “Masalah Pengembangan

Pertanian Indonesia”. Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas

Penerimaan Mahasiswa Baru Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

Diponegoro Semarang.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman, orang tua,

kakak tingkat serta dosen Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

Semarang yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat

untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Semarang, Oktober 2013

      Penulis

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….2

BAB 1

PENDAHULUAN…………………………………………………………………. ..3

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. ....31.2 Maksud dan Tujuan Penulisan……………………………………………. ....4

1.3 Manfaat Penulisan………………………………………………………… ....4

BAB 2

ISI…………………………………………………………………………...…..........5

2.1 Masalah Pembangunan Pertanian Indonesia………………………………….5

2.2 Pembangunan Pertanian Beberapa Negara Asia Tenggara……………...........6

2.2.1 Pembangunan Pertanian Thailand………………………………....6

2.2.2 Pembangunan Pertanian Vietnam…………………………………7

2.3 Upaya Pemerintah Dalam Memperbaiki Pembangunan Pertanian Indonesia..8

BAB 3

PENUTUP………………………………………………………………………..…16

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..16

3.2 Saran dan Solusi……………………………………………………………..16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………18

LAMPIRAN

Biodata Penulis…………………………………………………………………19

2

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Masyarakat dunia kini semakin merasa terancam dengan krisis pangan yang

kian marak terjadi di negara-negara berkembang, tidak terkecuali benua yang

memiliki Negara-negara pengekspor beras utama di dunia, yaitu Asia. Asia terkenal

memiliki negara-negara agraris yang kaya akan sumber daya pangan serta lahan

pertanian yang dibutuhkan olah masyarakat belahan dunia manapun untuk memenuhi

kebutuhan pangan mereka. Namun, banyak faktor yang menyebabkan negara-negara

tersebut tidak mendapatkan keuntungan sebagaimana seharusnya. Salah satu

faktornya adalah pengembangan sistem pertanian negara yang kurang tepat serta

kurangnya perhatian pemerintah yang bersangkutan. Indonesia termasuk salah satu

contoh Negara di Asia yang memiliki masalah dalam kebutuhan pangan

masyarakatnya. Oleh karena itu, butuh pembanding dalam keberhasilan sistem

pertanian dari beberapa Negara agraris lain di Asia, khususnya Asia Tenggara, yang

bertujuan untuk meningkatkan pengembangan pertanian di Indonesia serta

meminimalisasi masalah krisis pangan di dunia.

3

I.2 Maksud dan Tujuan Penulisan

Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk membandingkan

pembangunan pertanian Indonesia dengan Negara agraris lain yang berhasil dalam

pembangunan pertaniannya dan makalah ini bertujuan agar masyarakat dan

pemerintah Indonesia dapat memperbaiki pengembangan sistem pertanian Negara

dan meminimalisasi krisis pangan yang terjadi di masyarakat.

I.3 Manfaat Penulisan

Memajukan pembangunan pertanian dan meningkatkan kualitas petani

Indonesia.

4

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Masalah Pembangunan Pertanian Indonesia

Permasalahan pada pembangunan pertanian, khususnya produk pangan, dapat

diidentifikasi dari aspek produksi, konsumsi dan distribusi. Orientasin kebijakan

pembangunan pertanian yang mengutamakan pada produksi bahan pangan terutama

beras cenderung mengabaikan potensi sumber pangan lain, sehingga menyebabkan

beban kebijaksanaan pnagn menjadi semakin berat. Akibatnya, setiap pelaksanaan

program peningkatan produksi beras membutuhkan biaya yang makin mahal.

Dari aspek konsumsi, pemahaman bahwa konsumsi beras merupakan

indikator masyarakat maju menyebabkan perubahan kebiasaan dan ketergantungan

konsumsi pangan pada beras. Bahkan, perubahan kebiasaan yang dipaksakan dari

makanan pokok noon-beras ke beras menyebabkan ketergantungan terhadap beras

semakin besar. Keadaan menjadi lebih sulit dengan kebutuhan beras yang tidak

didukung oleh keampuan daerah dalam menyediakan produksi pangannya.

Ketimpangan antara produksi dengan konsumsi, menyebabkan harga berfluktuasi.

Masalah lain akan muncul apabila petani, baik secara individual atau kelompok,tidak

mampu mengendalikan produk pangan sejak produksi, distribusi dan pengelolaan

pendapatan. Lemahnya daya saing petani, menyebabkan rendahnya pendapatan dan

kesejahteraan petani yang pada akhirnya tidak memotivasi petani untuk

meningkatkan produksi lebih lanjut.

5

Dunia agribisinis Negara-negara berkembang, khususnya Indonesia,

umumnya merupakan suatu sistem pertanian rakyat dan hanya sedikit saja yang

merupakan sistem perusahaan pertanian. Walaupun keduanya tidak dapat dipisahkan

dan sangat menentukan kinerja secara keseluruhan pertanian Indonesia, akan tetapi

perbedaan pada skala usaha, penguasaan teknologi, kemampuan manajemen dan

perspektif pemasaran sudah cukup mewakili kenyataan bahwa keduanya merupakan

dua hal yang sangat berbeda. Sangat sulit untuk mengulang sukses swasembada beras

selama hamper sepuluh tahun jika tidak dilakukan beberapa terobosan dan inovasi

baru serta pemanfaatan peluang agribisnis didepan mata. Dengan bergesernya

manajemen agribisnis dari produksi menjadi pasar, pemanfaatan peluang dan potensi

serta terobosan baru pada sekotr buah-buahan jelas mutlak ditempuh, atau sistem

agribisnis Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

Namun, sebagaimana sudah menjadi kebiasaan pada komoditas pertanian

pada umumnya, buah-buahan Indonesia diproduksi oleh petani buah yang jumlahnya

tidak sedikit. Luas lahan garapan atau area tanam dan panen buah-buahan di

Indonesia relatif kecil. Sifat musiman yang besar, manajemen usaha tani yang sangat

sederhana dan terkesan seadanya karena lebih banyak sebagai usaha sampingan serta

penanganan pasca panen yang minim dan tidak memadai. Strategi pemasaran yang

diterapkan para petani pun juga masih seadanya. Para petani cenderung menanam

buah-buahan yang berumur pendek pada waktu yang bersamaan.

2.2 Pembangunan Pertanian Beberapa Negara di Asia Tenggara

2.2.1 Pembangunan Pertanian Thailand

Thailand adalah contoh negara yang telah melakukan transformasi dari negara

agraris menjadi negara industri, dengan tetap menempatkan pertanian sebagai sektor

yang penting.

6

Kemajuan pembangunan pertanian di Thailand telah diketahui secara luas.

Selain lebih mampu mencukupi kebutuhan pangan untuk masyarakatnya, Thailand

juga dikenal karena menghasilkan buah-buahan dan benih sayuran yang berkualitas

tinggi, seperti durian bangkok, pepaya bangkok, dan berbagai sayuran unggul lain.

Pada tanggal 6 Desember 1995, lembaga FAO telah memberikan medali

emas "Agricola" kepada Raja Bumiphol sebagai bentuk penghargaan atas

kepemimpinannya yang menonjol dalam 2 pembangunan pertanian. Penghargaan ini

merupakan penghargaan yang bergengsi tinggi, karena hanya diberikan kepada sangat

sedikit pemimpin dunia. Keberhasilan Thailand tersebut didukung oleh berbagai

faktor. Salah satu strategi khas yang diterapkannya adalah menggunaankan

pendekatan kultural dalam pembangunan pertanian dan pedesaan, yang berpusat

kepada kepemimpinan raja dan jajaran birokrasi pada umumnya.

2.2.2 Pembangunan Pertanian Vietnam

Keberhasilan Vietnam mengatasi masalah pangan dan kini menjadi

pengekspor pangan, termasuk beras ke Indonesia patut dicontoh. Kerja sama yang

intensif untuk bisa mengikuti jejak Vietnam perlu dijalin, khususnya dalam hal

kebijakan dan penerapan teknologi pertanian.

FAO memperkirakan, antara saat ini hingga tahun 2050, 91 persen

pertambahan dalam produksi pangan akan berasal dari panen yang lebih tinggi. Hal

itu berarti penelitian adalah kuncinya, dan organisasinya bekerja sama dengan negara-

negara lain, untuk memperbaiki produksi. Pemerintah Vietnam telah melakukan

berbagai kebijakan untuk menciptakan pertanian berkelanjutan. Menteri Pertanian

dan dan Pembangunan Pedesaan Vietnam, Cao Duc Phat, menyatakan bahwa

pemerintah Vietnam melakukan investasi dengan membangun infrastruktur untuk

mendukung produksi beras berupa irigasi.

7

Selain dukungan infrastruktur, pemerintah Vietnam juga memberikan

berbagai bantuan kepada petani. Bantuan tersebut, antara lain berupa sistem

perbankan untuk petani.  Ini dilakukan agar petani mendapat pinjaman dengan lebih

mudah. Kebijakan ini dilakukan agar petani mau lebih banyak investasi untuk

menambah produksi pangan. Langkah Pemerintah Vietnam ini terbukti bisa

membawa mereka melewati krisis pangan.

Vietnam akan terus meningkatkan produksi berasnya baik dari sisi kualitas

dan kuantitas. Sehingga beras asal Vietnam bisa kompetitif dan akhirnya memberi

keuntungan berupa pendapatan lebih tinggi bagi petani.

Sejak reformasi ekonomi yang digulirkan pemerintah Vietnam pada

pertengahan dekade 1980-an, perekonomian Vietnam terus merangkak naik. Bank

Dunia mencatat pertumbuhan ekonomi Vietnam stabil di atas 5% per tahun sejak

tahun 2004. Bahkan, di tahun 2004 – 2008 pertumbuhan Vietnam selalu di atas 7,3%

per tahun.

2.3 Upaya Pemerintah Dalam Memperbaiki Pembangunan Pertanian

Indonesia

Dengan sistem pembangunan pertanian Indonesia yang tertinggal jauh

keberhasilannya oleh Negara-negara agraris lain, peran pemerintah sangat dibutuhkan

dalm menanggulangi masalah ini. Yang sekiranya telah pemerintah lakukan dalam

membenahi pembangunan pertanian Indonesia adalah:

1. PADA ERA REFORMASI

Rencana Kasimo (Kasimo Plan) :

Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277

HA

8

Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul

Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi

produksi pangan.

Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit

Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera

dalam jangka waktu 10-15 tahun

Undang-undang pokok agraria (uupa)

Tujuan diberlakukannya UUPA adalah:

Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang akan

merupakan alat untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi

negara dan rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur;

Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan

dalam hukum pertanahan;

Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-

hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.

Sayangnya pemerintahan Orde Lama tidak berlangsung lama, kebijakan

distribusi tanah secara adil menurut UU Pokok Agraria atau lebih dikenal dengan

landreform kandas di jaman Orde Baru. Maka, Agrarische Wet yang menjadi dasar

bagi Hak Guna Usaha (HGU) para pemodal dan partikelir untuk memeras tanah dan

petani kecil terus berlangsung.

 

2. JAMAN ORDE BARU

Kebijakan modernisasi pertanian pada masa Orde baru dikenal dengan

sebutan Revolusi Hijau.

Revolusi Hijau 

9

Revolusi hijau merupakan perubahan cara bercocok tanam dari cara

tradisional ke cara modern. Revolusi Hijau (Green Revolution) merupakan suatu

revolusi produksi biji-bijian dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih

unggul baru dari berbagai varietas, gandum, padi, dan jagung yang mengakibatkan

tingginya hasil panen komoditas tersebut.

Tujuan Revolusi hijau

Tujuan diberlakukannya revolusi hijau adalah untuk mengubah petani-petani

gaya lama (peasant) menjadi petani-petani gaya baru (farmers), memodernisasikan

pertanian gaya lama guna memenuhi industrialisasi ekonomi nasional. Revolusi

hijau ditandai dengan semakin berkurangnya ketergantungan para petani pada cuaca

dan alam karena peningkatan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

peningkatan produksi bahan makanan.

Latar belakang munculnya revolusi Hijau

Munculnya masalah kemiskinan yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah

penduduk yang sangat pesat dan tidak sebanding dengan peningkatan produksi

pangan melatarbelakangi munculnya revolusi hijau. Sehingga dilakukan pengontrolan

jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha pencarian dan penelitian binit unggul

dalam bidang Pertanian. Upaya ini terjadi didasarkan pada penelitian yang dilakukan

oleh Thomas Robert Malthus.

Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menggalakan revolusi hijau

ditempuh dengan cara:

Intensifikasi Pertanian

Intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan nama Panca Usaha

Tani yang meliputi :

Pemilihan Bibit Unggul

Pengolahan Tanah yang baik

10

Pemupukan

Irigasi

Pemberantasan Hama

Ekstensifikasi Pertanian

Ekstensifikasi pertanian, yaitu  Memperluas lahan tanah yang dapat ditanami

dengan pembukaan lahan-lahan baru (misal mengubah lahan tandus menjadi lahan

yang dapat ditanami, membuka hutan).

Diversifikasi Pertanian

Usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan pertanian melalui

sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan karena dapat mencegah kegagalan

panen pokok, memperluas sumber devisa, mencegah penurunan pendapatan para

petani.

Rehabilitasi Pertanian

Merupakan usaha pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang kritis,

yang membahayakan kondisi lingkungan, serta daerah rawan dengan maksud untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Usaha pertanian tersebut

akan menghasilkan bahan makanan dan sekaligus sebagai stabilisator lingkungan.

Pelaksanaan Penerapan Revolusi Hijau:

Pemerintah memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani.

Kegiatan pemasaran hasil produksi pertanian berjalan lancar sering

perkembangan teknologi dan komunikasi.

Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi atau yang dikenal dengan monokultur,

yaitu menanami lahan dengan satu jenis tumbuhan saja.

Pengembangan teknik kultur jaringan untuk memperoleh bibit unggul yang

diharapkan yang tahan terhadap serangan penyakit dan hanya cocok ditanam

di lahan tertentu.

11

Petani menggunakan bibit padi hasil pengembagan Institut Penelitian Padi

Internasional (IRRI=International Rice Research Institute) yang bekerjasama

dengan pemerintah, bibit padi unggul tersebut lebih dikenal dengan bibit IR.

Pola pertanian berubah dari pola subsistensi menjadi pola kapital dan

komersialisasi.

Negara membuka investasi melalui pembangunan irigasi modern dan

pembagunan industri pupuk nasional.

Pemerintah mendirikan koperasi-koperasi yang dikenal dengan KUD

(Koperasi Unit Desa).

PELITA

Pemerintah lalu melakukan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang (25-30

tahun) dilakukan secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita(Pembangunan

Lima Tahun). Pelita berlangsung dari Pelita I-Pelita VI.

Pelita I(1 April 1969 – 31 Maret 1974)

Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang,

perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan

rohani. Pelita I lebih menitikberatkan pada sektor pertanian.

Keberhasilan dalam Pelita I yaitu:

Produksi beras mengalami kenaikan rata-rata 4% setahun.

Banyak berdiri industri pupuk, semen, dan tekstil.

Perbaikan jalan raya.

Banyak dibangun pusat-pusat tenaga listrik.

Semakin majunya sektor pendidikan.

Pelita II(1 April 1974 – 31 Maret 1979)

12

Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang,

perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan

kerja . Pelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7%

setahun. Perbaikan dalam hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna

produksi. Lalu banyak jalan dan jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.

Pelita III(1 April 1979 – 31 Maret 1984)

Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan. Asas-asas pemerataan

di tuangkan dalam berbagai langkah kegiatan pemerataan, seperti pemerataan

pembagian kerja, kesempatasn kerja, memperoleh keadilan, pemenuhan kebutuhan

sandang, pangan, dan perumahan.

Pelita IV(1 April 1984 – 31 Maret 1989)

Pada Pelita IV lebih dititik beratkan pada sektor pertanian menuju

swasembada pangan dan meningkatkan ondustri yang dapat menghasilkan mesin

industri itu sendiri. Hasil yang dicapai pada Pelita IV antara lain :

Swasembada Pangan

Pada tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton.

Hasil-nya Indonesia berhasil swasembada beras. kesuksesan ini mendapatkan

penghargaan dari FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. hal

ini merupakan prestasi besar bagi Indonesia.

Pelita V(1 April 1989 – 31 Maret 1994)

Pada Pelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri

untuk memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian

lainnya serta menghasilkan barang ekspor.

Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999)

13

Pada masa ini pemerintah lebih menitikberatkan pada sektor bidang ekonomi.

Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan pertanian serta

pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.

3. JAMAN ORDE REFORMASI

Pada era reformasi, paradigma pembangunan pertanian meletakkan petani

sebagai subyek, bukan semata-mata sebagai peserta dalam mencapai tujuan nasional.

Karena itu pengembangan kapasitas masyarakat guna mempercepat upaya

memberdayakan ekonomi petani, merupakan inti dari upaya pembangunan

pertanian/pedesaan. Upaya tersebut dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat

pertanian menjadi mandiri dan mampu memperbaiki kehidupannya sendiri. Peran

Pemerintah adalah sebagai stimulator dan fasilitator, sehingga kegiatan sosial

ekonomi masyarakat petani dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan pada paradigma tersebut maka visi pertanian memasuki abad 21

adalah pertanian modern, tangguh dan efisien. Untuk mewujudkan visi pertanian

tersebut, misi pembangunan pertanian adalah memberdayakan petani menuju suatu

masyarakat tani yang mandiri, maju, sejahtera dan berkeadilan. Hal ini akan dapat

dicapai melalui pembangunan pertanian dengan strategi :

Optimasi pemanfaatan sumber daya domestik (lahan, air, plasma nutfah,

tenaga kerja, modal dan teknologi)

Perluasan spektrum pembangunan pertanian melalui diversifikasi teknologi,

sumber daya, produksi dan konsumsi

Penerapan rekayasa teknologi pertanian spesifik lokasi secara dinamis, dan

Peningkatan efisiensi sistem agribisnis untuk meningkatkan produksi

pertanian dengan kandungan IPTEK dan berdaya saing tinggi, sehingga

memberikan peningkatan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat secara

berimbang.

14

Salah satu langkah operasional strategis yang dilakukan dalam rangka

mencapai sasaran tersebut di atas adalah Gerakan Mandiri (Gema) yang merupakan

konsep langkah-langkah operasional pembangunan pertanian, dengan sasaran untuk

meningkatkan keberdayaan dan kemandirian petani dalam melaksanakan usaha

taninya. Mulai TA 1998/1999 telah diluncurkan berbagai Gema Mandiri termasuk

Gema Hortina untuk peningkatan produksi hortikultura.

Gerakan Mandiri Hortikultura Tropika Nusantara menuju ketahanan

hortikultura (Gema Hortina), dilaksanakan untuk mendorong laju peningkatan

produksi hortikultura. Melalui gerakan ini komoditas hortikultura yang

dikembangkan adalah sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat

unggulan.

Komoditas yang diutamakan adalah yang bernilai ekonomi tinggi, mempunyai

peluang pasar besar dan mempunyai potensi produksi tinggi serta mempunyai

peluang pengembangan teknologi. Adapun upaya yang dilaksanakan untuk

mendorong tumbuh dan berkembangnya hortikultura unggulan tersebut meliputi

penumbuhan sentra agribisnis hortikultura dan pemantapan sentra hortikultura yang

sudah ada.

Komoditas unggulan yang mendapat prioritas adalah :

•         Sayuran : kentang, cabe merah, kubis, bawang merah, tomat dan jamur

•         Buah-buahan : pisang, mangga, jeruk, nenas dan manggis

•         Tanaman hias : anggrek

•         Tanaman obat : jahe dan kunyit.

Pada tahun 2000 pemerintah mengurangi dan menghapus bea masuk import

beras yang berdampak pada masuknya beras Vietnam, Thailand, Philipine, dan Cina.

Sejak itu pula, perjuangan petani Indonesia makin berada pada posisi yang sangat

lemah dengan tingkat kesejahteraan/nilai tukar petani yang sangat lemah.

15

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembangunan pertanian Indonesia telah tetinggal jauh keberhasilannya bila

dibandingkan dengan Negara-negara agraris Asia Tenggara lain yaitu Thailand dan

Vietnam. Hal ini disebabkan oleh sistem pertanian Indonesia yang kurang tepat, salah

satu faktornya adalah kurangnya daya saing petani. Cara pemasaran produk pertanian

yang masih seadanya juga mejadi faktor ketidaksejahteraan para petani Indonesia.

Sangat dibutuhkan bantuan pemerintah yang bersangkutan dalam membenahi

masalah pembangunan pertanian dengan memberikan penyuluhan kepada para petani

untuk meningkatkan daya saing, kualitas dan kuantitas produksi, serta untuk

menggunakan sistem pertanian yang tepat sehingga dapat tercipta industry

perusahaan pertanian.

3.2 Saran dan Solusi

Langkah yang tepat untuk memecahkan masalah pembangunan pertanian ini

adalah dengan menanamkan ketiga aspek ini. Pertama, meningkatkan daya saing

petani dengan memberikan jaminan pendapatan yang memadai. Pendapatan yang

memadai dapat ditempuh dengan meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan

harga, yakni menyimpan produk pangan dan menjualnya ketika harga tinggi. Kedua,

menciptakan jaminan keterkaitan usaha dengan sector kegiatan ekonomi di luar

16

pertanian yang memberikan jaminan kelangsungan usaha. Sementara dari sisi

konsumsi adalah adanya upaya diversifikasi makanan selain beras.

17

DAFTAR PUSTAKA

Bey, Idham Samudera. 1999. Pertanian Membangun Bangsa. Pustaka Sinar Harapan.

Jakarta

Sumodiningrat, Gunawan. 2000. Pembangunan Ekonomi Melalui Pembangunan

Pertanian.Bina Reka Pariwara. Jakarta

Arufin, Bustanul. 2001. Spectrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Erlangga. Jakarta

18

LAMPIRAN

Biodata Penulis

Nama : Annisa Istiqomah Septiana

Tempat/tanggal lahir : Purwokerto, 18 Septemb er 1995

NIM : 23020113120009

Jurusan/prodi/fakultas : S-1 Teknologi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian

19