13

Click here to load reader

Master Atsiri Pemurnian Minyak Atsiri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SEdikit master

Citation preview

Page 1: Master Atsiri Pemurnian Minyak Atsiri

A.            PEMURNIAN

Pemurnian atau isolasi adalah proses pemisahan senyawa-senyawa yang terdapat

dalam minyak atsiri yang keberadaannya dapat menurunkan mutu dari minyak atsiri terebut.

Pemurnian atau isolasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu penarikan air,

penyaringan, sentrifuse, redistilasi, flokulasi, adsorbsi, kromatografi kolom, membran filtrasi,

ekstraksi fluida CO2 superkritis, distilasi fraksionasi, dan distilasi molekuler. Sedangkan

pada praktikum ini dilakukan pemurnian minyak atsiri dengan cara adsorbsi (pemucatan dan

penarikan air), pengkelatan atau flokulasi, deterpenasi, dan isolasi eugenol.

Adsorbsi

1. Pemucatan

Pada praktikum kali ini, pemucatan dilakukan dengan menggunakan adsorben.

Adsorben yang digunakan dalam proses pemucatan terdiri dari tipe polar (hidrofilik) dan non

polar (hidrofobik). Adsorben polar antara lain silica gel, alumina yang diaktivasi, bentonit,

dan beberapa jenis tanah liat (clay). Adsorben tipe ini umumnya digunakan jika zat warna

yang akan dihilangkan lebih polar dari cairannya. Adsorben non polar antara lain adalah

arang (karbon dan batubara) dan arang aktif, yang biasa digunakan untuk menghilangkan zat

warna yang kurang polar. Adsorben tipe polar secara kualitatif sangat mirip satu sama lain

dalam hal selektivitas untuk menyerap komponen dari beberapa campuran. Sedangkan yang

digunakan pada saat praktikum adalah bentonit dan zeolit yang bersifat polar dan arang yang

bersifat non polar.

Pada saat proses pemucatan dilakukan pengadukan minyak dengan adsorben (bentonit

atau arang aktif) selama 20 menit dengan tujuan agar kontak antara minyak dengan adsorben

menjadi lebih efektif, sehingga dapat menghasilkan efek adsorbsi yang optimal. Daya

penyerapan terhadap warna juga dipengaruhi oleh bobot jenis adsorbennya. Semakin rendah

bobot jebis adsorben, maka semakin efektif penyerapan terhadap warna. Selain faktor bobot

jenis, keefektifan penyerapan juga dipengaruhi oleh ukuran partikel dan pH adsorben.

Sebaiknya ukuran partikel tersebut halus dan pH adsorben mendekati netral. Pada hasil

praktikum, tidak dilakukan pengukuran pH adsorben terlebih dahulu, sehingga faktor pH

adsorben tidak dapat diperhitungkan pada hasil pengamatan. Sedangkan untuk ukuran

partikel bentonit yang digunakan dapat digolongkan tidak terlalu halus atau ukuran

partikelnya agak sedikit besar seperti ukuran garam halus.

Page 2: Master Atsiri Pemurnian Minyak Atsiri

Pada keadaan awal bentonit dan  arang aktif memiliki kemampuan adsorbs yang

rendah. Kapasitas adsorbsi dari bentonit dapat dinaikkan dengan prose aktivasi untuk

memberikan sifat yang diinginkan sehubungan dengan penggunaannya. Pengaktifan bentonit

dan arang aktif bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa selain bentonit dan arang

aktif yang tidak mempunyai sifat penyerap dan juga untuk memperluas permukaan melalui

pembentukan struktur porous dan berguna untuk mempertinggi daya adsorbsinya.

Berdasarkan teori ada dua cara perlakuan untuk meningkatkan daya serap bentonit, yaitu

dengan pemanasan dan aktivasi dengan pengasaman. Aktivasi dengan pemanasan bertujuan

agar air yang terikat di celah-celah molekul dapat teruap, sehingga prositasnya meningkat.

Sementara pengaktifan dengan pengasaman dapat menaikkan angka perbandingan antara

SiO2 dan Al2O3. Pengaktifan bentonit dan arang aktif yang dilakukan pada praktikum adalah

dengan pemansan. Minyak cengkeh yang akan dipucatkan warnanya terlebih dahulu

dipanaskan hingga suhunya mencapai 50oC, setelah suhu minyak mencapai 50oC barulah

bentonit atau arang aktif tersebut dimasukkan ke dalam minyak sambil dilakukan pengadukan

selama 20 menit. Suhu minyak dijaga tetap 50oC, karena jika suhu terus naik maka mutu

minyak tersebut akan rusak karena pemanasan dengan suhu yang berlebihan. Sudah

dijelaskan sebelumnya bahwa pengadukan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan

efektivitas penyerapan warna.

Hasil yang didapat setelah dilakukan pemucatan dengan adsorben arang aktif

menunjukkan nilai rendemen minyak atsiri adalah 85%. Sedangkan dengan menggunakan

bentonif menunjukkan hasil rendemen 90,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa rendemen yang

dihasilkan dari pemucatan dengan bentonit lebih tinggi dibanding yang menggunakan

adsorben arang aktif. Hasil yang ditujukkan juga menunjukkan warna yang menggunakan

adsorben bentonit lebih jernih dibanding yang menggunakan arang aktif. Hal ini

dikarenankan sifat kepolaran dari zat warna yang akan dihilangkan lebih polar dari cairannya,

sehingga kandungan bahan lain seperti zat-zat yang tidak dikehendaki dalam minyak,

diantaranya adalah zat-zat yang menyebabkan warna minyak menjadi gelap. Pemucatan dapat

berlangsung dengan baik apabila senyawa yang diserap memiliki polaritas yang berdekatan

dengan zat warna. Zat warna yang terkandung dalam minyak mudah sekali mengalami

oksidasi yang bersumber dari hidroperoksida asam atau dari udara terbuka. Senyawa yang

teroksidasi mempunyai sifat sukar diserap oleh adsorben, dan biasanya diatasi dengan

peningkatan konsentrasi adsorben namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

Page 3: Master Atsiri Pemurnian Minyak Atsiri

2. Penarikan Air

Penarikan air ini bertujuan untuk mengambil sejumlah air yang terkandung dalam

minyak atsiri agar mutunya dapat meningkat dan warna menjadi lebih jernih. Pada penarikan

air ini digunakan Na2SO4 yang berfungsi untuk menarik air dari minyak atsiri. Dengan

penambahan Na2SO4 diharapkan kadar air yang terkandung dalam minyak dapat berkurang.

Jika dengan penambahan awal Na2SO4 minyak tersebut belum menunjukkan penambahan

kejernihan, maka kembali ditambahkan Na2SO4 ke dalam minyak tersebut. Hasil yang

didapatnya adalah rendemen minyak atsiri sebesar 90%. Air yang dapat ditarik dengan

penambahan Na2SO4  ini kurang banyak. Hal ini dekarenakan air yang terkandung dalam

minyak cengkeh ini tidak sepenuhnya terambil. Kesalahan terjadi pada ketidaktelitia

praktikan dalam melakukan praktikum, karenaa jika warna minyak masih gelap, berarti

kandungan air yang ada dalam minyak masih banyak. Kegagalam dalam praktikum

dikarenakan pada penambahan Na2SO4 yang belum optimal atau yang tidak terus

ditambahkan ketika minyak masi terlihat keruh.

Pengkelatan/Flokulasi

Pada praktikum kali ini, bahan pembentuk kompleks yang digunakan adalah EDTA

dan minyak yang digunakan adalah minyak cengkeh. EDTA telah lama digunakan dalam

tahap pemurnian pada industri minyak. Di beberapa negara di Eropa, pemurnian minyak

dengan menggunakan EDTA pada tahap bleaching dalam pemurnian kimia minyak. Serta

untuk memperoleh flavor yang baik dan stabilitas oksidasi pada minyak dan juga asam sitrat

mempunyai kemampuan sebagai chelating agent dalam menghilangkan katalis logam, selama

pemurnian minyak yang telah dihidrogenasi.

Setelah dilakukan pengkelatan terhadap minyak cengkeh dengan penambahan EDTA

sebagai flokulan, didapat kegagalam dalam pelaksanaan praktikum. Hal ini terjadi karena

ketidak telitian dan kearifan praktikan dalam melakukan praktikum.

Deterpensi

Pada praktikum deterpenasi kali ini menggunakan teknik atau cara dengan ekstraksi

dengan memakai pelarut. Minyak yang digunakan adalah minyak cengkeh, sedangkan pelarut

yang digunakan adalah alkohol 90% dan hexan. Dari hasil praktikum, rendemen yang

diperoleh adalah 91,24 %. Karena minyak atsiri pada minyak pala terdiri dari campuran

senyawa non-polar (hidrokarbon) dan polar (hidrokarbon-O), maka pelarut yang digunakan

Page 4: Master Atsiri Pemurnian Minyak Atsiri

terdiri dari kombinasi pelarut-pelarut polar dan non polar sehingga diharapkan fraksi

hidrokarbon akan terdistribusi di lapisan pelarut non-polar, sedangkan fraksi hidrokarbon-O

terdistribusi pada pelarut polar (Ketaren, 1986).

MASTER

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri, seperti minyak nilam, sereh wangi

yang dikenal sebagai Java cittronellal oil, akar wangi, pala, kenanga, daun cengkeh dan cendana. Beberapa

daerah produksi minyak atsiri adalah daerah Jawa Barat (Sereh wangi, akar wangi, daun cengkeh, nilam),

Bengkulu (nilam), Aceh (nilam, pala), Nias, Tapanuli dan Sumatera Barat (Manurung, 2003).

Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu secara fisika dan kimia.

Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang teriri dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk

pada tanaman sesuai dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Davis et al., 2006). Proses

pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan menistilasi ulang minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation)

dan distilasi fraksinasi dengan pengurangan tekanan. Untuk proses secara kimia dengan 1) adsorpsi

menggunakan adsorben tertentu seperti bentonit, arang aktif, zeolit, 2) menghilangkan senyawa terpen

(terpenless) untuk meningkatkan efek flavouring, sifat kelarutan dalam alkohol encer, kestabilan dan daya

simpan dari minyak, dan 3) larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat, asam tartarat (Sait dan

Satyaputra, 1995).

Pada proses distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena komponen kimia dipisahkan berdasarkan

perbedaan titik didihnya (Sulaswasty dan Wuryaningsih, 2001). Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan

golongannya. Adsorpsi adalah proses difusi suatu komponen pada suatu suatu permukaan atau antar partikel.

Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau cairan terhadap adsorbat atom-

atom, ion-ion atau molekul-molekul lainnya (Anon, 2000). Untuk proses tersebut, bisa digunakan adsorben, baik

yang bersifat polar (silika, alumina dan tanah diatomae ataupun non-polar (arang aktif) (Putra, 1998). Adsorben

yang digunakan pada praktikum isolasi minyak atsiri berikut ialah bentonit. Bentonit memiliki warna dasar putih

dengan sedikit kecoklatan atau kemerahan atau kehijauan tergantung dari jenis dan jumlah fragmen mineralnya.

Bentonit bersifat sangat lunak, ringan, mudah pecah, terasa seperti sabun, mudah menyerap air dan dapat

melakukan pertukaran ion (Siregar, 2009).

Adsorpsi

Adsorpsi adalah proses fisik atau kimia dimana senyawa berakumulasi di permukaan (interface) antar

dua fase. Interface merupakan suatu lapisan yang homogen antara dua permukaan yang saling berkontak.

Substansi yang diserap disebut adsorbat sedangkan material yang berfungsi sebagai penyerap disebut adsorben.

Mekanisme yang terjadi pada proses adsorpsi yaitu:

1.     Molekul-molekuladsorben berpindah dari fase bagian terbesar larutan ke permukaan interface, yaitu lapisan

film yang melapisi permukaan adsorben atau eksternal.

2.     Molekul adsorben dipindahkan dari permukaan ke permukaan luar dari adsorben (exterior surface).

3.     Molekul-molekul adsorbat dipindahkan dari permukaan luar adsorben menyebar menuju pori-pori adsorben.

Fase ini disebut dengan difusi pori.

Page 5: Master Atsiri Pemurnian Minyak Atsiri

4.     Molekul adsorbat menempel pada permukaan pori-pori adsorben.

Ada dua metode adsorpsi yaitu adsorpsi fisikadan adsorpsi kimia. Perbedaan dasar antara adsorpsi

fisika dan adsorpsi kimia adalah sifat dari gaya-gaya yang menyebabkan ikatan adsorspi tersebut:

1. Adsorpsi fisika

Ikatan Van der Walls, reversible, karena proses penyerapan dapat lepas kembali ke dalam pelarut, kalor

adsorpsi kecil yaitu 5-10 kkal/mol. Kecepatan pembentukan ikatan cukup tinggi, regenerasi dapat dilakukan,

terjadi pada suhu rendah, makin tinggi suhu tingkat penyerapan semakin kecil.

2. Adsorpsi kimia

Ikatan kimia, Irreversible, karena proses penyerapan tidak dapat dilepas kembali ke dalam pelarut,

kalor adsorpsi besar yaitu 10-100 kkal/mol, kecepatan pembentukan ikatan bisa lambat bisa cepat, tergantung

besarnya energi aktivasi. Regenerasi tidak dapat dilakukan, terjadi suhu tinggi, makin tinggi suhu tingkat

penyerapan semakin besar.

Pada praktikum, minyak yang telah dicampurkan bentonit diaduk selama 20 menit dengan tujuan agar

kontak antara minyak dengan adsorben menjadi lebih efektif sehingga dapat menghasilkan efek adsorbs yang

optimal. Daya penyerapan terhadap warna juga dipengaruhi oleh bobot jenis adsorbennya. Semakin rendah

bobot jenis adsorben, maka semakin efektif penyerapan terhadap warna. Selain bobot jenis, faktor lainnya yang

berpengaruh ialah pH adsorben. Pada hasil adsorbsi, untuk metode pemucatan untuk minyak lemon digunakan

arang aktif sebanyak 0,5 gr dengan hasilnya berupa minyak yang lebih jernih.

Metode adsorbsi selanjutnya ialah metode penarikan air. Penarikan minyak atsiri dengan metode

penarikan air merupakan metode yang paling sederhana, ekonomis dan murah dalam pengerjaannya (Guenther,

1987). Penambahan natrium sulfat anhidrat ini dimaksudkan untuk menarik air yang masih terdapat dalam

minyak atsiri dimana air akan ditarik oleh natrium sulfat anhidrat hingga dihasilkan minyak atsiri dengan

kemurnian yang tinggi. Adapun sesuai data golongan P1, minyak lemon yang dihasilkan menjadi lebih jernih.

Flokulasi

Flokulasi atau pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa pengkelat

dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat (Ekholm et al., 2003). Proses pengkelatan dilakukan

dengan cara yang sama dengan adsorpsi hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat.

Senyawa pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri, antara lain asam sitrat, asam

malat, asam tartarat dan EDTA (Karmelita, 1991; Marwati et al., 2005; Moestafa et al., 1990).

Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan

senyawa pengkelat. Berarti proses pengkelatan dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada, jenis pengkelat,

kecepatan dan cara pengadukan, waktu kontak dan teknik penyaringan (Karmelita, 1991).

Senyawa fenol murni dapat mengikat ion logam sehingga warna menjadi lebih gelap (Sastrihamidjojo,

2002). Penambahan flokulan berupa asam sitrat pada proses pengkhelatan yang dilakukan pada praktikum kali

ini dapat melepas ion logam dari senyawa fenol, sehingga ion logam ini dapat terikat pada senyawa asam sitrat

yang ditambahkan. Hal ini dapat membuat minyak yang awalnya berwarna lebih gelap menjadi lebih jernih

karena telah terikatnya senyawa logam pada asam sitrat dan senyawa fenol yang terkandung lebih murni. Pada

praktikum yang dilakukan diperoleh nilai flokulasi untuk minyak sereh sebesar 0,6986 gr. Hal ini membuktikan

Page 6: Master Atsiri Pemurnian Minyak Atsiri

bahwa kandungan logam yang ada pada minyak telah terikat pada asam sitrat. Asam sitrat tersebut membentuk

endapan dan pada akhir proses asam sitrat tersebut disaring menggunakan kertas saring.

Pengkelatan

Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa pengkelat dan membentuk

kompleks logam senyawa pengkelat (Ekholm et al., 2003). Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang

sama hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat. Senyawa pengkelat yang cukup dikenal

dalam proses pemurnian minyak atsiri, antara lain asam sitrat, asam malat, asam tartarat dan EDTA (Karmelita,

1997; Marwati et al., 2005;Moestafa et al., 1990).

Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan

senyawa pengkelat. Berarti proses pengkelatan dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada. Secara umum

kesembangan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:

L-+S-→ LS

L = logam

S = senyawa pengkelat

LS = kompleks logam-senyawa pengkelat

Senyawa pengkhelat yang digunakan adalah EDTA yang bersifat asam dengan ion negatif (-), sedangkan

logam akan diikat bersifat positif karena adanya perbedaan muatan tersebut menyebabkan logam yang terdapat

di dalam minyak atsiri dapat diikat dengan senyawa tersebut, sehingga minyak lemon bebas dari logam. Proses

flokulasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kecepatan pengadukan, jenis flokulan dan banyaknya

flokulan yang ditambahkan.

Pada pemucatan minyak lemon, digunakan arang aktif seberat 0,5 gram untuk membuat minyak lemon

tersebut menjadi murni. Masa arang aktif yang digunakan diperoleh dari 2% volume minyak atsiri yang

digunakan. Karena penambahan arang aktif ini, warna minyak lemon menjadi lebih jernih dari sebelum

penambahan arang aktif. Hal ini dikarenakan arang aktif dapat menyerap zat-zat pengkotor minyak atisiri

tersebut. Pada penarikan air, digunakan Na2SO4 seberat 1% dari volume minyak atsiri. Pada praktikum ini

digunakan Na2SO4 seberat 0,25 gram dari volume minyak lemon 25 ml. Dengan penarikan air ini menjadikan

minyak lemon tampak lebih jernih. Hal ini disebabkan Na2SO4 dapat menyerap kandungan air yang terdapat di

dalam minyak atsiri.

Pada proses pengkelatan minyak atsiri digunakan EDTA sebanyak 0,5 ml untuk mengikat logam yang

terdapat di dalam minyak lemon sebanyak 25 ml. Dari hasil percobaan pengkelat minyak lemon ini dihasilkan

minyak lemon jernih sebesar 18,444 ml. Sehingga logam yang terikat dengan EDTA dapat dihitung dari jumlah

minyak ditambah dengan jumlah EDTA dikurangi dengan jumlah minyak jernih yang dihasilkan, sebanyak

7,056 ml. Dengan demikian logam terikat yang diikat oleh EDTA sebanyak 6,556 ml dari minyak lemon.

Dengan proses pengkelatan ini menjadikan minyak lemon menjadi lebih jernih dari sebelumnya karena logam

yang terkandung didalamnya dapat diserap oleh senyawa-senyawa pengkelat, diantaranya adalah EDTA.

Deterpenasi

Page 7: Master Atsiri Pemurnian Minyak Atsiri

Deterpenasi merupakan salah satu pemurnian minyak atsiri yaitu dengan memisahkan komponen minyak

atsiri berupa terpen, karena banyaknya terpen yang terkandung dalam suatu minya atsiri akan menurunkan

kualitas minyak atsiri berupa bau yang kurang mantap. Metode umum pemisahan atau pengurangan terpen yang

digunakan menurut Wakayabashi (1961) dalam Djuanita (1995), yaitu destilasi bertingkat dalam kondisi vakum,

ekstraksi secara selektif dengan menggunakan pelarut (cair-cair), dan kromatografi menggunakan gel silica.

Namun, yang paling banyak digunakan adalah metode ekstraksi cair-cair atau menggunakan pelarut. Biasanya

pelarut yang digunakan adalah pelarut polar dan non polar, dimana fraksi terpen akan terlarut dalam pelarut non

polar dan fraksi terpen-o akan terlarut dalam pelarut polar. Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless

biasa dilakukan terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pemuatan parfum, karena minyak yang

dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al., 2002; Sait dan Satyaputra, 1995). Ada dua

cara penghilangan terpen, yaitu dengan adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentu dan

ekstraksi menggunakan alkohol encer.

Pada praktikum ini, deterpenasi dilakukan dengan menggunakan pelarut ethanol. Ethanol merupakan

pelarut polar. Tujuan dihilangkannya terpen dari minyak atsiri adalah untuk menguapkan aroma khas dari

minyak lemon. Minyak lemon dicampur dengan pelarut ethanol dengan perbandingan 1:4 dan dimasukkan ke

dalam erlenmeryer. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam labu pemisah dan didiamkan selama 24

jam. Hal ini ditujukan untuk memisahkan fraksi terpen dengan terpen-o.

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau kriteria-kriteria tertentu. Biasanya

dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik

ilmiah dari masing-masing minyak tersebut. Dari sifat fisika kita akan mengetahui keasliannya, sedangkan dari

sifat kimianya yang meliputi komponen kimia pendukung minyak secara umum bisa diketahui, terutama

komponen utamanya. Adanya bahan-bahan asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak

tersebut. Oleh karena itu, cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk mendeteksi adanya bahan-

bahan asing, baik secara kualitatif ataupun kuantitatif. (Pardede, 2003).

Deterpenasi merupakan teknik pemisahan dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan berupa

pelarut organik seperti alkohol, hexan, eter, dan sebagainya. Deterpenasi adalah pemisahan minyak atsiri dengan

terpen. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan senyawa atau flavor yang lebih kuat. Proses ini sangat berguna

dalam menghasilkan minyak essens bermutu tinggi. Proses pemisahan menggunakan prinsip perbedaan massa

jenis minyak dengan terpen. Minyak yag digunakan pada praktikum kali ini adalah minyak lemon dan pelarut

yang digunakan adalah alkohol 90%. Minyak lemon yang digunakan adalah sebanyak 25 ml dan dilarutkan

dalam 100 ml etanol serta ditambahkan air sebagai pelarut non-polar. Setelah dilakukan pencampuran dilakukan

pemisahan sehingga terbagi menjadi 2 fasa, yaitu fasa polar dan non-polar. Fase ini terdiri atas minyak atsiri

yang terlarut dalam senyawa nonpolar, sedangkan terpen terlarut dalam hidrokarbon-O (senyawa polar). Fase

polar merupakan terpen yang terbentuk dan tidak diproses lanjut. Fasa yang diambil adalah fase non-polar yang

selanjutnya dilakukan evaporasi dengan menggunakan rotary evaporator untuk memisahkan minyak dengan air.

Terbentuknya 2 fasa ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ketaren (1986) karena minyak atsiri pada

minyak pala terdiri dari campuran senyawa non-polar (hidrokarbon) dan polar (hidrokarbon-O), maka pelarut

yang digunakan terdiri dari kombinasi pelarut-pelarut polar dan non-polar sehingga fraksi hidrokarbon akan

terdistribusi di lapisan pelarut non-polar, sedangkan fraksi hidrokarbon-O terdistribusi pada pelarut polar.

Page 8: Master Atsiri Pemurnian Minyak Atsiri

Anon. 2000. Adsorption. Microsoft Corporation. [Terhubung berkala] http://encarta.msn.com/fin

d/consice.asp?ti=01AFA000 [18 April 2012]

Davis, E; J. Hassler; P. Ho; A. Hover and W. Kruger. 2006. Essential Oil.

[Terhubung berkala] http://wsu.edu/~gmhyde/433_web_pages/433oil-webpages/essence/ essence-oils [18 April

2012]

Djuanita, Nilla. 1995. Mempelajari Proses Deterpenasi Minyak Lemon dan Aplikasiny pada Deterjen Cair [skripsi].

Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Ekholm P., L. Virkki, M. Ylinen, and L. Johanson. 2003. The effect of phytic acid

and some natural chelating agents on solubility of mineral elemets in aot

bran. Food Chem.

Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri Jilid I. Terjemahan S. Ketaren. UI Press, Jakarta.

Hernani, Munazah dan Ma’mun. 2002. Peningkatan Kadar Patchouli Alkohol dalam

Minyak Nilam (Pogestemon cublin Benth.) melalui Proses Deterpenisasi. Prosiding Simposium

Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik. LIPI, Bogor.

Karmelita, L. 1991. Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L.) dengan asam

aspartat. Bogor: IPB Bogor.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta

Manurung, T.B. 2003. Usaha Pengolahan dan Perdagangan Minyak Atsiri Indonesia dan Permasalahannya dalam

Menghadapi Era Perdagangan Global. Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak

Atsiri. Jakarta: Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan.

Sait, S dan I. Satyaputra. 1995. Pengaruh Proses Deterpenasi Terhadap Mutu Obat Minyak Biji Pala. Yogyakarta.

Pardede, J.J. 2003. Peningkatan Mutu Minyak Atsiri dan Pengembangan Produk Turunannya. Jakarta:

Deperindag.

Poucher, W.A. 1924 Perfumes, Cosmetics and Soaps. London: Chapman and Hall

Putra, R.S.A. 1998. Desain Alat Pemucat Minyak Akar Wangi Skala Industri Kecil. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Siregar, Sri Rachmawati Hidayah. 2009. Flokulasi. [Terhubung berkala] http://envist2.blogspot. com/flokulasi.html [24

Maret 2012]