Masyarakat dan Pranata Sosial.docx

Embed Size (px)

Citation preview

17

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangManusia adalah jenis makhluk yang hidup secara kolektif, maka dari itu pengetahuan mengenai azas-azas hidup kolektif yang sebenarnya dapat kita pelajari pada berbagai kehidupan binatang. Meskipun terdapat perbedaan azas yang sangat dasar antara kehidupan kolektif binatang dan kehidupan kolektif manusia, seperti dalam sistem pembagian kerja, aktivitas kerjasama serta berkomunikasi dalam kehidupan kolektif binatang bersifat naluriah. Artinya, kehidupan kolektif binatang merupakan suatu kemampuan yang telah terencana oleh alam dan terkandung dalam gen jenis binatang yang bersangkutan, sedangkan sistem pembagian kerja, aktivitas kerjasama, serta berkomunikasi dalam kehidupan kolektif manusia bukan bersifat naluri. Hal ini disebabkan karena organisme manusia mengevolusi otak yang khas.Kelakuan binatang kolektif (animal behavior) yang berakar dalam naluri, pada manusia menjadi tingkah laku yang dijadikan milik diri dengan belajar (learned action). Agar ada suatu perbedaan yang tajam antara kelakuan binatang dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan kolektif, sebaiknya diadakan perbedaan istilah juga. Kelakukan binatang dan kelakuan manusia yang prosesnya telah direncanakan dalam gennya dan merupakan milik dirinya tanpa belajar, seperti refleks, kelakuan naluri, dan kelakuan membabi buta, tetap kita sekuat kelakuan (behavior). Sebaliknya, perilaku manusia yang prosesnya tidak terencana dalam gennya tetapi harus dijadikan milik dirinya dengan belajar, kita sebut tindakan atau tingkah laku (action).33

Adanya bermacam-macam wujud kesatuan kolektif manusia menyebabkan perlunya penggunaan istilah yang membedakan satu kesatuan dengan kesatuan lainnya. Kecuali istilah yang paling lazim, masyarakat, ada istilah-istilah khusus untuk menyebut kesatuan-kesatuan khusus yang merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu kategori sosial, golongan sosial, komunitas, 1

kelompok dan perkumpulan. Keenam istilah sebutan itu beserta konsepnya, syarat pengikatnya, serta ciri-ciri lainnya, akan kita tinjau lebih mendalam.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat?2. Apa pranata sosial itu?3. Bagaimana status dan peran masyarakat itu?

C. Tujuan PenulisanBerdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, adapun tujuan penyusun dalam melakukan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui :1. Untuk mengetahui pengertian masyarakat.2. Untuk mengetahui pranata sosial.3. Untuk mengetahui status dan peran masyarakat.

D. Metode PenulisanDalam penulisan makalah ini, penyusun menggunakan metode studi pustaka. Penulis mendapatkan sumber dari buku dan internet yang kemudian disusun dan dijabarkan kembali dengan bahasa yang sesuai kemampuan dan keterampilan diri sendiri.

E. Sistematika PenulisanMakalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut :Bab I Pendahuluan Pada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II Pembahasan Pada bab ini ditemukan pembahasan yang terdiri dari pengertian masyarakat, pranata sosial serta status dan peran masyarakat.Bab III Penutup Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran.Daftar Pustaka Pada bagian ini berisi referensi-referensi dari berbagai media yang penyusun gunakan untuk pembuatan makalah ini.

3

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian MasyarakatMasyarakat merupakan istilah yang diambil dari akar kata Arab Syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat saling berinteraksi. Tidak semua perkumpulan manusia dapat disebut masyarakat. Jadi, ikatan apa yang membuat kesatuan manusia itu menjadi masyarakat? Yaitu pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupan dalam batas kesatuan itu. Lagi pula, pola itu harus bersifat mantap dan kontinu. Dengan kata lain, pola khas itu harus sudah menjadi adat istiadat yang khas.Apabila didefinisikan, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Pengertian yang hampir sama berlaku untuk komunitas, yaitu kesatuan hidup manusia yang menempat suatu wilayah yang nyata, dan yang berinteraksi menurut suatu sistem adat tertentu yang terikat oleh suatu rasa identitas komunitas.Kategori sosial, merupakan pengelompokkan manusia ke dalam kelompok-kelompok tertentu tanpa mempertimbangkan kesatuan adat, sistem nilai, atau norma tertentu. Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujudkan karena adanya suatu ciri atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan kepada manusia-manusia itu. Ciri-ciri objektif itu biasanya dikenakan oleh pihak dari luar kategori sosial itu sendiri tanpa disadari oleh yang bersangkutan, dengan suatu maksud praktis tertentu.

Berbeda dengan konsep kategori sosial, golongan sosial merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan seringkali ciri itu juga dikenakan kepada mereka oleh pihak luar kalangan mereka sendiri. Walaupun demikian, suatu kesatuan manusia yang kita sebut golongan sosial itu mempunyai ikatan identitas sosial. Hal ini dapat disebabkan karena kesadaran 4

identitas itu tumbuh sebagai respons atau reaksi terhadap caranya pihak luar memandang golongan sosial tadi, atau mungkin juga karena golongan itu memang terikat oleh suatu sistem nilai, sistem norma dan adat istiadat.Suatu kelompok atau group juga merupakan suatu masyarakat karena memenuhi syarat-syaratnya, dengan adanya sistem interaksi antara para anggota, dengan adanya adat istiadat serta sistem norma yang mengatur interaksi itu, dengan adanya kontinuitas, serta dengan adanya rasa identitas yang mempersatukan semua anggota tadi. Namun, disamping ketiga ciri tadi, suatu kesatuan manusia yang disebut kelompok juga mempunyai ciri tambahan, yaitu organisasi dan sistem pimpinan, dan selalu tampak sebagi kesatuan dari individu-individu pada masa-masa yang secara berulang berkumpul dan yang kemudian bubar lagi.Apabila mempelajari prinsip pengelompokan dalam masyarakat yang relatif kompleks, maka kita ketemukan di dalamnya beberapa klasifikasi, yaitu:1. Dapat kita temukan prinsip pengelompokan yang menggambarkan tingkat kualitas dari interaksi sosial yang terdapat dalam masyarakat. Dalam klasifikasi ini dapat kita bedakan antara kelompok sosial yang kecil, yang dapat berhubungan secara berhadapan, seperti kelompok keluarga, kawan sekampung, regu belajar, dan kelompok sosial yang besar yang berhubungan antara manusia berjalan secara tidak langsung seperti hal negara.2. Dapat dilakukan atas dasar kepentingan, seperti kelompok politik, gabungan ekonomi.3. Pengelompokan dalam masyarakat dapat kita lihat dari sudut lamanya atau pendeknya hubungan sosial itu berlaku dalam kelompok. Masyarakat majemuk itu sendiri adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok ras atau etnik yang berada di bawah satu sistem pemerintahan, karena itu seringkali masyarakat majemuk mengalami konflik, pertentangan dan paksaan.

Apabila tahun 1971 (Koentjaraningrat dalam Judistira K.G, 1999) membagi masyarakat Indonesia dalam 6 tipe sosial budaya, sebagai perwujudan ke anekaragaman itu, atau dilakukan jauh sebelumnya berazas kepada 19 daerah hukum adat, maka tahun 1989 sebagai dasar dari keanekaragaman itu diwujudkan dalam 3 golongan suku bangsa, yaitu: (1) suku bangsa, (2) keturunan asing dan (3) masyarakat terasing. Kelompok suku bangsa daerah asal di dalam wilayah Indonesia. Lain pula hanya dengan kebudayaan keturunan asing, kelompok masyarakat yang dianggap tidak memiliki daerah asal Indonesia. Karena daerah asalnya ada di luar negeri. Golongan masyarakat ketiga, masyarakat terasing, adalah mereka yang dianggap penduduk yang masih hidup dalam tahap kebudayaan sederhana, dan biasanya masih bertempat tinggal dalam lingkungan hidup yang terisolasi. Pembagian masyarakat itu semata-mata hanyalah dilihat dari segi kebudayaan, belum lagi keanekaragaman penduduk Indonesia itu dilihat dari agama.Pieerrel Van den Berghe (Belgia) menyebutkan beberapa karakteristik masyarakat majemuk, adalah sebagai berikut:1. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki sub kebudayaan yang berbeda satu sama lain.2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non komplementer.3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat mendasar.4. Secara relatif intergratif seringkali mengalami konflik-konflik diantara kelompok yang satu dengan yang lainnya.5. Adanya dominan politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain.6. Secara relatif integratif sosisal tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketrgantungan di dalam bidang ekonomi.

Faktor geografis yang membagi wilayah Indonesia kurang lebih ada 3.000 pulau. Keadaan geografis seperti itu telah memaksa masyarakat hidup terpencar, yang pada gilirannya penduduk yang menempati setiap pulau tumbuh menjadi kesatuan suku-suku lain. Setiap suku terikat oleh nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan, ikatan-ikatan emosi, bahasa-bahasa dan kebudayaan yang berbeda. Menurut catatan Hitched tidak kurang 300 suku bangsa Indonesia, Skinner menyebutkan lebih dari 35 bangsa Indonesia yang memiliki adat, bahasa, dan suku kebudayaan yang berbeda. Dia menyebutkan suku yang tergolong besar, yaitu suku Jawa, Sunda, Madura, Minangkabau, Bugis pada tahun 1956.Selain suku bangsa Indonesia asli terdapat suku atau ras lain (pendatang) yang menetap Di Indonesia yakni: Tionghoa, Arab, India, Belanda, dan sebagainya. Letak geografis (Geografi dalah ilmu yang mempelajari tentang gejala alam dan kehidupan di muka bumi serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya dalam kaitannya dengan hubungan/susunan keruangan dan kewilayahannya) yang diapit oleh dua samudera (Indonesia pasifik) dan dua benua (Asia Australia) sangat mempengaruhi terciptanya pluralisme agama di dalam masyarakat Indonesia.Pengaruh pertama adalah datangnya agama Hindu dan Budha ke Indonesia sejak 4000 tahun sesudah Masehi yang menyatu dengan kebudayaan asli dan kini masih banyak pengaruhnya di Bali dan Pulau Jawa. Pengaruh kebudayaan dan agama Islam yang dibawa kaum/pedagang dari Gujarat (Timur Tengah) sejak abad 13, 15 sampai akhir abad 19, terutama di daerah pantai pulau Jawa dan Sumatera, kecuali pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur yang amat kuat dengan Agama Hindu, Budha serta pengaruh Agama Katholik dan Protestan dan kebudayaan Barat/Eropa (Belanda, Portugis) pada permukaan abad ke-16 terutama di daerah/pulau yang kaya akan rempah-rempah yaitu Maluku, NTT, Sulawesi Utara, Tapanuli dan Kalimantan Tengah dan sebagian di daerah-daerah perkotaan di Jawa.Penyebaran makhluk hidup di permukaan bumi tidak merata. Penyebaran ini tergantung pada beberapa faktor seperti:1. Perbedaan iklim (climatic), suhu, curah hujan, kelembaban dan angin.2. Keadaan tanah (edafik), humus tanah, ukuran butir tanah (tekstur), tingkat kegemburan, mineral hara (mineral organic), air tanah, dan kandungan udara.3. Tinggi-rendahnya permukaan bumi (relief) mempunyai pola penyinaran matahari (disebut juga faktor fisiografi).4. Tindakan manusia (faktor biotik) mengubah bentangan alam yang ada. Misalnya tanah tandus menjadi daerah hutan, hutan menjadi daerah pertanian, dan dengan kemajuan teknologi modern manusia mampu melestarkian kehidupan flora dan fauna.

Perbedaan Iklim dan kesuburan tanah menyebabkan dua kondisi lingkungan ekologis yang berbeda yakni daerah pertanian sawah (wetrice cultivation) ke banyak di Pulau Jawa dan daerah pertanian ladang (shifting cultivation) kebanyakan di luar Pulau Jawa. Hal ini mempengaruhi terhadap tumbuh suburnya pusat-pusat pemerintahan dan kebudayaan serta pengokohan terhadap sistem sosial berorientasi pada potensi dan keunggulan alam.Bagi daerah antar pulau/antar-negara yang banyak memunculkan pengusaha-pengusaha pribumi yang handal. Sedangkan di Pulau Jawa dengan kesuburan tanahnya mata pencaharian lebih banyak berorientasi pertanian, sistem perdagangan domestik dan pegawai pemerintahan (birokrat).Perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, dan regional merupakan dimensi horizontal dari struktur masyarakat Indonesia yang lebih memperlihatkan keragaman yang berpengaruh terhadap pola budaya, sistem ekonomi, sistem sosial.Di dalam dimensi vertikal (atas-bawah) struktur masyarakat Indonesia yang menjadi semakin penting dapat dilihat dari semakin tumbuhnya polarisasi berdasarkan kekuatan politik dan kebudayaan/ekonomi. Dalam struktur ekonomi modern secara komersil lebih bersifat canggih (sophisticated) banyak bersentuhan dengan lalulintas perdagangan internasional yang didorong motif-motif memperoleh keuntungan yang maksimal. Sektor ini banyak dikuasai oleh orang-orang asing dan masyarakat ynag berada di kota yang menurut Edward Shills digolongkan pada kaum priyayi yang notabene memiliki pengaruh yang sangat besar.Sedangkan struktur ekonomi tradisional terutama banyak dijumpai dalam masyarakat desa yang berorientasi pada aspek keharmonisan, keseimbangan, dan kepuasan batin dalam hidup dan amat sangat bergantung pada sumber daya alam. Pada umumnya masyarakat desa yang kurang berpendidikan, miskin dan kurang berdaya yang termasuk kelompok wong cilik (orang sehingga cenderung mereka dikuasai). Mereka umumnya berada di peringkat infrastruktur atau pada level masyarakat bawah (grass root).Kondisi di atas merupakan suatu gambaran bahwa pola stratifikasi (pelapisan sosial) dalam masyarakat Indonesia selain ditentukan oleh adanya pengaruh nilai-nilai, norma-norma (agama, budaya) juga ditentukan oleh nilai kepemilikan kekayaan (ekonomi) dan pengaruh kedudukan individu dalam bidang politik dan juga oleh keberadaban desa dan kota.Dengan demikian konsep tentang masyrakat majemuk memiliki berbagai kelompok yang kebudayaannya berbagai ragam, sering berlangsung perpecahan dan pertentangan. Sedangkan dari sisi politik, masyarakat majemuk itu dikuasai oleh satu kelompok minoritas yang juga memiliki kebudayaan sendiri, dan masyarakat majemuk berwujud bukan atas dasar sistem nilai-nilai yang sama, tetapi oleh dasar konflik dan paksaan (Judistira K.G. dalam M.G. Smith, 199

B. Pranata SosialBerbagai tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikelompokkan kedalam tindakan yang menurut pada pola-pola resmi dan tindakan yang dilakukan menurut pola-pola yang tidak resmi. Sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi, disebut pranata atau dalam bahasa Inggris disebut Intitution. Pranata adalah suatu sistem norma khusus yang menata suatu rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu kepentingan khusus dari manusia dalam kehidupan masyarakat.Pranata sosial, dapat dikemukakan bahwa semua kebudayaan tersusun dalam pranata-pranata sosial, yang mewujudkan dari berbagai respon yang diformalisasikan dan disistematisasikan dari segala kebutuhan hidup. Dengan kata lain, pranata sosial timbul apabila interest, ide, sentiment, dan kepercayaan dalam bentuk folkways, custom, konvensi, hak dan moral tampak dalam bentuk yang rasional dan dalam keadaan sebagai tipe dan prosedur sosial.Pranata sosial yang penting adalah hak perkawinan, religi, sistem hokum, sistem kekerabatan dan edukasi. Demikian juga diperhatikan kembali mengenai sifat umum dan pranata sosial, dapat kita kemukakan sebagai berikut:1. Pranata sosial berfungsi sebagai unit dalam sistem kebudayaan yang merupakan satu kesatuan.2. Pranata sosial biasanya mempunyai berbagai tujuan yang jelas.3. Pranata sosial biasanya relative tetap dan kokoh.4. Pranata sosial dalam melakukan fungsinya sering mempergunakan hasil kebudayaan material.5. Pranata sosial biasanya mempunyai tradisi tertulis atau lisan yang jelas.

Konsep pranata atau institution telah lama berkembang dan dipergunakan dalam ilmu sosiologi dan merupakan suatu konsep dasar yang diuraikan secara panjang lebar dalam semua kitab pelajaran mengenai ilmu itu. Sebaliknya, dalam ilmu antropologi, konsep pranata kurang digunakan. Para ahli antropologi lebih suka mempergunakan konsep unsur kebudayaan untuk menganalisis aktivitas-aktivitas manusia dalam masyarakat yang mereka pelajari.Dalam bahasa sehari-hari istilah institution sering dikacaukan dengan istilah institut. Dalam bahasa Indonesia, pertukaran arti itu terjadi. Istilah Indonesia untuk institut adalah lembaga; maka sesuai dengan itu dalam bahasa surat kabar dan bahasa populer di Indonesia sering kita baca istilah dilembagakan. Padahal antara pranata dan lembaga harus diadakan perbedaan secara tajam. Pranata adalah sistem norma atau aturan-aturan yang mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus, sedangkan lembaga atau institut adalah badan atau organisasi yang melaksanakan aktivitas itu. Menurut para ahli, pranata dapat diklasifikasikan kedalam paling sedikit 8 golongan, yaitu:1) Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan dan kekerabatan, yaitu sering disebut kinship atau domestic institution. Contoh: perkawinan, tolong-menolong antar kerabat, pengasuhan anak-anak, sopan santun, pergaulan antar kerabat, sistem istilah kekerabatan dan sebagainya.2) Pranata-pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian hidup, memproduksi, menimbun, menyimpan, mendistribusi hasil produksi dan harta adalah economic institution. Contoh: pertanian, peternakan, pemburuan, feodalisme, industri, barter, koperasi penjualan, penggudangan, perbankan dan sebagainya.3) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan perorangan dan pendidikan manusia agar menjadi anggota masyarakat yang berguna adalah educational institutions. Contohnya: pengasuhan anak-anak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pemberantasan buta huruf, pendidikan keamanan, pers, perpustakaan umum, pendidikan keahaman, pers, perpustakaan umum dan sebagainya.4) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia, menyelami alam semesta dan sekelilingnya adalah scientific institutions. Contohnya: metodologi ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah dan sebagainya.5) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk menghayatkan (menyatakan) rasa keindahan dan untuk rekreasi adalah arsthetic and recreational institutions. Contohnya: seni rupa, seni tari, seni suara, seni drama, kesusastraan, olahraga dan sebagainya.6) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan dan berbakti kepada Tuhan atau dengan alam gaib adalah religious institutions. Contoh: doa, kenduri, upacara, semedi, bertapa, penyairan agama, pantangan, ilmu gaib, ilmu dukun dan sebagainya. 7) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mengatur dan mengelola keseimbangan kekuasaan dalam kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok secara global dan kehidupan bernegara adalah political institutions. Contohnya: pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan, dan sebagainya.8) Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia adalah somatic institutions. Contohnya: pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan kesehatan, kedokteran, dan sebagainya.

Jumlah pranata dalam masyarakat selalu bertambah, terutama dalam masyarakat yang sedang berkembang, dan karena itu berada dalam keadaan transisi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Dalam masyarakat Indonesia yang merupakan contoh dari masyarakat serupa itu, berkali-kali harus berkembang dan dikembangkan pranata-pranata baru untuk memenuhi keperluan kehidupan masyarakat yang semakin hari menjadi semakin kompleks.

C. Status dan PeranPranata-pranata didalam masyarakat terdiri dari suatu kompleks tindakan berinteraksi yang menyebabkan terwujudnya pola-pola sosial dalam masyarakat. Adapun manusianya yang melakukan tindakan interaksi itu biasanya menganggap dirinya berada dalam suatu kedudukan sosial tertentu yang juga dikonsepsikan untuknya oleh norma-norma yang menata seluruh tindakan tersebut. Dengan demikian, konsep kedudukan (status) itu menjadi unsur penting dalam setiap usaha kita untuk menganalisis masyarakat. Dalam rangka kedudukan-kedudukan suatu pranata itulah, para individu warga masyarakat bertindak menurut norma-norma khusus dari kedudukan khusus dalam pranata itu. Tingkah laku individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu disebut dengan suatu istilah ilmiah, yaitu peranan sosial (sosial role atau role saja). Jadi, kedudukan (status) adalah posisi sosial yang merupakan tempat seseorang menjalankan kewajiban-kewajiban dan berbagai aktivitas lain sekaligus merupakan tempat bagi seseorang untuk menanamkan harapan-harapan. Status sosial adalah posisi seseorang dalam suatu hierarki. Sedangkan peran (role) adalah apa yang dikerjakanoleh seseorang yang memiliki kedudukan (status) tersebut. Kemudian, antara kedudukan dan peran terdapat hubungan yang saling mendukung. Artinya, Antara status dengan peran tidak bisa dipisahkan. Orang yang memiliki kedudukan setrendah apapun di dalam masyarakat, tentu akan memiliki peran, walaupun itu sangat kecil.Adapun empat faktor yang menentukan status sosial seseorang, menurut Max Weber, seorang sosiologi yang lahir tahun 1864, yaitu:a. Gaya atau cara hidup.Gaya hidup seseorang merupakan faktor yang menentukkan apa saja yang dia butuhkan dalam menjalankan kediupan sehari-hari. Gaya hidup merupakan pola tingkah laku seseorang dalam menunjukkan kelas sosialnya. Status sosial merupakan hal yang paling penting dalam mempengaruhi gaya hidup seseorang.b. Pendidikan formal mengenai kemampuan, sikap dan kegiatan.Pendidikan memberikan dorongan dan meningkatkan penghasilan.. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan hasil ekonomi dan psikologis yang lebih baik (yaitu: pendapatan lebih, kontrol yang lebih, dan dukungan sosial dan jaringan yang lebih besar). Pendidikan memainkan peranan penting dalam mengasah keterampilan seorang individu yang membuat dia sebagai orang yang siap untuk mencari dan memperoleh pekerjaan.Pendidikan tidak hanya sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan cara hidup seseorang sehingga dapat di hargai oleh orang-orang.c. Warisan dan keturunan.Seseorang yang memiliki keturunan bangsawan atau ningrat akan memiliki gaya hidup yang sangat tinggi,mereka akan menjaga kebangswanan mereka dengan menjalankan hidup yang penuh kemewahan. Seorang bangsawan memiliki kekayaan yang sangat besar sehingga mereka akan jauh lebih konsumtif dibandingkan dengan seseorang yang memiliki keturunan dari rakyat biasa.d. Gengsi pekerjaan.Status pekerjaan menjadi sebuah indikator untuk posisi sosial kita / status dalam masyarakat. Pekerjaan akan menentukan status sosial karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi dilihat dari pekerjaannya: a). Pekerjaan yang berstatus tinggiYaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin dan ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usahab). Pekerjaan yang berstatus sedangYaitu pekerjaan di bidang penjualan dan jasac). Pekerjaan yang berstatus rendahYaitu petani dan operator alat angkut/bengkel

Talcott Parsons menyebutkan lima kriteria tinggi rendahnya status seseorang, yaitu:1) Kriteria kelahiran: meliputi faktor ras, jenis kelamin, kebangsawanan, dan sebagainya.2) Kriteria kualitas pribadi : meliputi kebijakan, kearifan, kesalehan, kecerdasan, usia dan sebagainya.3) Kriteria prestasi : meliputi kesuksesan usaha, pangkat dalam pekerjaan, prestasi belajar, prestasi kerja, dan sebagainya.4) Kriteria pemilikan: meliputi kekayaan akan uang dan harta benda. Semakin banyak seseorang itu memiliki sesuatu yang berharga seperti rumah dan tanah, maka dapat dikatakan bahwa orang itu mempunyai kemampuan ekonomi yang tinggi dan mereka semakin dihormati oleh orang-orang disekitarnya.5)Kriteria otoritas : yaitu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain sehingga pihak lain tersebut bertindak seperti yang diinginkan.Peranan adalah sesuatu yang dilakukan oleh individu dalam kedudukannya pada jabatan tertentu. Untuk tiap individu dalam masyarakat, ada dua macam kedudukan yang dapat diperoleh dengan sendirinya, dan kedudukan yang hanya dapat diperoleh dengan usaha. Golongan yang pertama disebut kedudukan tergariskan (ascribed status) dan yang kedua disebut kedudukan diusahakan (achieved status).15

Didalam menganalisis masyarakat, seorang peneliti merinci kehidupan masyarakat itu ke dalam unsur-unsurnya, yaitu pranata, kedudukan sosial dan peranan sosial. Walaupun demikian, tujuan peneliti adalah untuk kemudian mencapai pengertian mengenai prinsip-prinsip kaitan antara berbagai unsur masyarakat itu. Analisis yang menggambarkan kaitan antara unsur satu dengan unsur lain dalam masyarakat disebut analisis struktur sosial dari suatu masyarakat.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanMasyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat memiliki sistem kepemimpinan dalam suatu organisasi, dan selalu tampak sebagai kesatuan dari individu-individu pada masa-masa yang secara berulang berkumpul dan yang kemudian bubar lagi. Masyarakat terikat oleh sistem nilai, sistem norma dan adat istiadat.Pranata adalah suatu sistem norma khusus yang menata suatu rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu kepentingan khusus dari manusia dalam kehidupan masyarakat. Pranata diklasifikasikan kedalam 8 golongan, yakni domestic, economic, educational, scientific,art and recreational, religius, political, somatic intitutions. Pranata sosial yang berkembang pada suatu masyarakat akan selalu bertambah sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri dalam proses perkembangannya.Kedudukan (status) adalah posisi sosial yang merupakan tempat seseorang menjalankan kewajiban-kewajiban dan berbagai aktivitas lain sekaligus merupakan tempat bagi seseorang untuk menanamkan harapan-harapan. Status sosial adalah posisi seseorang dalam suatu hierarki. Sedangkan peran (role) adalah apa yang dikerjakan oleh seseorang yang memiliki kedudukan (status) tersebut. Kemudian, antara kedudukan dan peran terdapat hubungan yang saling mendukung. Artinya, Antara status dengan peran tidak bias dipisahkan.

B. Saran

Mempelajari dan memahami pembahasan tentang masyarakat, pranata sosial serta status dan peran masyarakat merupakan salah satu hal yang penting, terlebih lagi hakekat manusia yang tidak bisa hidup sendiri sehingga sudah barang tentu membutuhkan orang lain dengan cara bersosialisasi dan16

beradaptasi untuk membentuk kepribadian dan karakter yang sesuai dengan norma, nilai dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat.