Upload
syahadahrizka
View
258
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
1/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
1
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
2/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
2
MATA PELAJARAN : PENGOPERASIAN JARINGAN DISTRIBUSI
TUJUAN MATA PELAJARAN
:Diharapkan peserta memahami prosedur mengoperasikan jaringan distribusi
TUJUAN POKOK BAHASAN :
Diharapkan peserta mampu :
1. Mengoperasikan peralatan pada Gardu Induk 20 KV dan Jaringan Distribusi 20 KV
2. Mengoperasikan peralatan pada Gardu Distribusi Pasangan Luar
3. Mengoperasikan peralatan pada Gardu Distribusi Pasangan Dalam
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
3/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
3
PENGOPERASIAN JARING DISTRIBUSI
1. PENGERTIANAdalah segala kegiatan yang mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga
listrik kepada konsumen secepat mungkin serta menjamin kelangsungan penyaluran / pelayanan.
2. TOLOK UKUR KINERJA PENGOPERASIAN JARINGAN DISTRIBUSI
Sebagai tolok ukur atas keberhasilan pada pengoperasian dapat dilihat dari beberapa parameter,
yaitu :
2.1. Mutu listrik harus terjaga
Ada 2 ( dua ) hal yang menyatan yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu : tegangan dan frekwensi.
Tegangan pelayanan ditentukan oleh :
Batasan toleransi tegangan, pada konsumen TM adalah 5 % , sedangkan pada konsumen TR
maksimum + 5 % dan minimum10 %.
Keseimbangan tegangan pada setiap titik sambungan
Kedip akibat pembebanan sekecil mungkin
Hilang tegangan sejenak akibat manuver secepat mungkin
Frekuensi
Batas toleransi frekuensi adalah 1 % dari frekuensi standar 50 Hz
Faktor yang membuat baik-tidaknya mutu listrik tersebut dari sisi distribusi adalah faktor
pembebanan pada sistem distribusi yaitu pembebanan yang tidak stabil oleh karena pengoperasian
normal atau karena lebih banyak akibat gangguan pada suplai dari GI dan penyulang.
2.2. Keandalan penyaluran tenaga listrik tinggi
Sebagai indikator penyaluran adalah angka lama dan atau seringnya pemadaman pada pelanggan
yang disebut dengan angka SAIDI dan SAIFI.
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
4/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
4
Angka lama padam : SAIDI (system average interuption duration index)
lama padam x jumlah pelanggan padam
SAIDI = -------------------------------------------------------------- = menit / pelanggan . tahun
jumlah pelanggan x 1 tahun
Atau,
lama padam x daya tidak tersalurkan
SAIDI = ------------------------------------------------------------- = .menit/ pelanggan . tahun
daya total x 1 tahun
Angka sering padam : SAIFI (system average interuption frequency index)
seringnya padam x pelanggan padam
SAIFI = -------------------------------------------------------------- = kali / pelanggan . tahun
jumlah pelanggan x 1 tahun
PLN berkeinginan untuk mewujudkan perusahan dengan tingkat kelas dunia, yaitu dengan angka
SAIDI 100 menit / pelanggan / tahun dan SAIFI 3 kali / pelanggan / tahun.
Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai SAIDI dan SAIFI dari sisi dstribusi adalah :
a. Konfigurasi jaringan yang berkaitan dengan manuver
b. Kondisi jaringan yang rentan terhadap gangguan dari dalam sistem maupun dari luar sistem
c. Cara pengoperasian yang tidak memperhatikan kemampuan peralatan maupun kemampuan
pasokan daya.
Menurunkan angka SAIDI dan SAIFI dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
Meningkatkan kualitas konfigurasi jaringan
Meningkatkan pasokan tenaga listrik alternatif
Meningkatkan kualitas pemeliharaan
Meningkatkan pengetahuan & ketrampilan petugas
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
5/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
5
Menyiapkan jumlah petugas dengan perbandingan yang memadai dengan jumlah pelanggan
Menggunakan material sesuai standar
Mengidentifikasi peralatan yang sering rusak
Meningkatkan kualitas teknik informasi pelanggan
Memutakhirkan data teknik jaringan
2.3.Keamanan dan keselamatan terjamin
Sebagai indikator adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada personil dan kerusakan pada
instalasi / peralatan serta lingkungan
Meningkatkan keamanan dan keselamatan
Kondisi instalasi memenuhi persyaratan
Sistem proteksi berfungsi dengan baik
Pemeliharaan instalasi sesuai jadual
Alat kerja dan peralatan keselamatan kerja memenuhi syarat
Koordinasi kerja baik
Sikap dan cara kerja memperhatikan aturan K3 / K2
Menginformasikan kepada masyarakat tentang bahaya listrik dan menghindarinya
2.4. Biaya pengoperasian efisien
Sebagai indikator adalah angka susut jaringan, yaitu selisih antara energi yang dikeluarkan oleh
gardu / pembangkit dengan energi yang digunakan oleh pelanggan
Penyebab susut jaringan :
Pencurian listrik
Kesalahan alat ukur
Kesalahan rasio CT
Kesalahan ukuran penghantar
Jaringan terlalu panjang
Faktor daya rendah
Kualitas konektor dan pemasangannya jelek
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
6/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
6
2.5. Mempertahankan kepuasan pelanggan
Mempertahankan kepuasan pelanggan dapat terjadi bila kebutuhan akan listrik oleh konsumen baik
kwantitas, kualitas dan kontinyuitas pelayanan terpenuhi, untuk itu hal yang perlu dilakukan adalah :
Pengendalian tegangan, yaitu mengadakan pengaturan mulai dari tingkat suplai sampai ke titik
ujung tegangan pada batas toleransi yang diijinkan.
Pengendalian beban, yaitu membatasi pembebanan sesuai kemampuan sumber pasokan tenaga
listrik, maupun peralatan dan material jaringan .
3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANGSUNGAN PELAYANAN
Ada 2 ( dua ) faktor yang mempengaruhi kelangsungan pelayanan,yaitu dari faktor ketersediaan
pasokan energi dari pembangkit sampai gardu induk dan faktor dari sisi distribusi sendiri sebagai
akibat dari :
Adanya pekerjaan jaringan
Kecepatan mengisolasi gangguan dan manuver beban
Ketahanan peralatan terhadap gangguan tegangan lebih, hubung singkat, pembebanan
4. PROSEDUR PENGOPERASIAN JARINGAN DISTRIBUSI
Ada 2 macam jaringan distribusi yang dioperasikan :
Jaringan baru
Jaringan lama yang padam atau dipadamkan
4.1. Operasi Sistem
Kegiatan mengatur, membagi, memindahkan, dan menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk,
gardu distribusi sampai ke konsumen dilakukan oleh beberapa pihak yang dikoordinir oleh
Pengatur Distribusi
Alur tugas ditentukan prosedur tetap SOP Pengoperasian .
Operasi pengaturan dibedakan:
Keadaan normal
Keadaan gangguan
Operasi pengaturan berdasarkan konfigurasi dan pola sistem distribusi.
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
7/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
7
4.2.Operasi pengaturan JTM di Gardu Induk.
4.2.1. Keadaan normal
1. Pada pelaksanaan / pengeluaran PMT 150 & 70 kV dilaksanakan oleh Area / PengaturBeban / Piket Pengawas secara RC ataupun operator GI
- Area berkonsultasi dengan Area Pengatur Distribusi ( APD )
- Pengatur beban memutuskan sendiri
- Piket pengawas konsultasi dengan piket pimpinan
2. Posisi normal PMT TM incoming dan trafo TT / TM dalam keadaan masuk.
3. Posisi normal PMTfeederTM dalam keadaan masuk.
4. APD / piket cabang melakukan pencatatan data operasional secara langsung atau dari
display.
5. APD menerima pemberitahuan perubahan keadaan jaringan di GI dari Area Pengaturam
Beban / Piket Pengawas atau melaluiprinter atau display.
6. Pemasukan / pengeluaranfeederTM dilaksanakan oleh Operator GI atas permintaan APD
7. Pemasukan / pengeluaran PMTTM dari trafo TT / TM dilaksanakan oleh :
- APD bila dilengkapi RC sepengetahuan operator dan konsultasi dengan area, jika
gagal oleh operator
- Operator GI atas permintaan APD
8. Operator GI wajib bertanggung jawab untuk segera melaporkan semua pelaksanaan
pengoperasian.
4.2.2. Keadaan gangguan
1. APD menerima pemberitahuan keadaan GI
- dari area
- dari display
2. Pengeluaran / pemasukan PMTTM trafo / incoming dilaksanakan oleh :
- APD bila dilengkapi RC, sepengetahuan operator GI dan telah berkonsultasi dengan Area
bila gagal oleh operator GI
- Operator GI atas permintaan APD
3. PMTPMTfeederkhusus tidak dikeluarkan pada keadaan gangguan total
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
8/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
8
4. Pengeluaran / pemasukan PMT feeder dilaksanakan oleh ;
- APD bila dilengkapi RC, sepengetahuan operator GI , bila gagal oelh operator GI
- Operator GI atas permintaan APD
5. Operator GI wajib bertanggung jawab untuk segera melaporkan semua pelaksanaan
pengoperasian
4.3. Operasi pengaturan JTM sistem radial.
4.3.1. Keadaan Normal:
1. Semua peralatan hubung dalam keadaan masuk.
2. Koordinasi pengaman PMT, Reclosser dan Sectionalizer, fese Cut Out ( bila ada ) harus
benar.
3. Penampang penghantar perlu diperhitungkan dengan cermat.
4.3.2. Keadaan Gangguan:
1. Pemadaman pada sebagian jaringan tidak dapat dihindarkan.
2. PTS atau saklar tiang , Fuse Cut Out , Jumper dapat dipakai untuk sarana melokalisir
gangguan.
3. Penormalan jaringan dilakukan setelah gangguan diperbaiki.
4.4. Operasi pengaturan JTM lingkar / loop.
4.4.1. Keadaan Normal:
1. Posisi normal jaringan disususn / ditetapkan berdasarkan :
Beban, Jarak, Kemampuan penghantar, Tingkat urgensipenyaluran dan sebagai saluran
cadangan.
2. PMS tiang pada saluran utama dalam keadaan keluar / terbuka.
3. PMS tiang pada saluran percabangan dalam keadaan masuk.
4. APD menerima pemberitahuan perubahanpada jaringan dari operator lapangan PLN APJ /
cabang.
5. Pemasukan / pengeluaran PMS / PTS , PMT dan PMS gardu dilaksanakan oleh operator
lapangan.
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
9/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
9
6. Operator lapangan wajib dan bertanggung jawab untuk segera melaporkan pada APD atas
pelaksanaan Pengaturan.
4.4.2. Keadaan Gangguan:
1. APD menerima pemberitahuan keadaan gangguan Penyulang / feeder dari :
- Indikasi keluarnya PMT dan bekejanya Rele.
- Indikasi keluarnya secara tetap, dari kondisi Recloser sction / tiang.
2. Mengadakan pengusutan gangguan.
3. Mengadakan manuver jaringan
4. Penormalan jaringan dilakukan setelah gangguan diperbaiki.
Operasi pengaturan JTM sistem spindel.
4.5.1. Keadaan Normal :
1. Posisi jaringan di GH adalah :
- PMB / LBS seluruh penyulang / feeder kerja dalam keadaan keluar.
- PMB / LBS Express Feeder / Penyulang dalam keadaan masuk.
2. APD menerima pemberitahuan perubahan keadaan jaringan di GI dari :
- Operator lapangan Cabang / APJ.
- Melalui Printer / Display Dispatcher APD.
3. Pemasukan dan pengeluaran PMB / LBS dilaksanakan oleh :
- Operator lapangan Cabang / APJ atas permintaan APD.
- Apabila operator lapangan gagal, maka dlakukan oleh UPD.
4. Posisi jaringan di gardu distribusi adalah :
- PMB / LBS incoming ( kearah GI ) Masuk.
- PMB / LBS out going (kearah GH) Masuk.
5. Operator lapangan wajib dan bertangung jawab untuk segera melaporkan kepada
APD.
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
10/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
10
4.5.2. Keadaan Gangguan :
1. APD menerima pemberitahuan keadaan jaringan dari indikasi keluarnya PMT dan
bekerjanya Rele.
2. APD menetapkan Section gangguan pada Penyulang / Feeder, bila dilengkapi teleprocesing.
3. Melokalisir gangguan berdasarkan section yang terganggu.
4. Mengadakan manuver pada jaringan yang tidak terganggu.
5. Mengadakan perbaikan gangguan oleh regu pemeliharaan
6. Penormalan jaringan dilakukan setelah gangguan diperbaiki
5. MANUVER JARINGAN DISTRIBUSI.
Manuver / Manipulasi jaringan adalah serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap
operasi normal dari jaringan akibat adanya gangguan / pekerjaan jaringan sehingga tetap
tercapainya kondisi penyaluran tenaga listrik yang maksimal atau dengan kata lain yang lebih
sederhana adalah mengurangi dareah pemadaman . Kegiatan yang dilakukan dalam manuver :
Memisahkan bagian-bagian jaringan yang semula terhubung dalam keadaan bertegangan /
tidak bertegangan.
Menghubungkan bagian-bagian jaringan yang terpisah menurut keadaan operasi normalnya
dalam keadaan bertegangan / tidak bertegangan.
5.1. Peralatan Manuver
Optimalisasi atas keberhasilan manuver dari segi teknis ditentukan oleh konfigurasi jaringan
dan peralatan manuver yang tersedia di sepanjang jaringan. Peralatan jaringan yang dimaksud
adalah peralatan-hubung yang terdiri dari berbagai macam.
5.1.1.Peralatan Manuver pada pada jaringan sistem Radial SUTM
Pole Top Switch ( PTS )
Dioperasikan secara lokal, untuk membuka setelah jaringan bebas dari beban / tegangan
sedang untuk memasukkan kembali diusahakan beban di sisi hilirnya tidak terlalu besar.
Fuse Cut-Out ( FCO ) atau Cut- Out ( CO )
Dioperasikan sama dengan PTS
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
11/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
11
Pole TopLoad Break Switch ( PT LBS )
Dioperasikan secara lokal, maupun jarak jauh bila dilengkapi peralatan control jarak jauh.
Untuk membuka dan menutup kembali sirkit dapat dilakukan dalam keadaan berbeban.
Sectionalizer
Akan membuka secara otomatis bila jaringan di sisi hilirnya mengalami gangguan hubung
singkat, setelah melalui beberapa kali PMT disisi hulunya trip. Untuk memasukkan kembali
dilakukan secara manual di lokasi.
Recloser
Berupa PMT yang dilengkapi dengan peralatan proteksi arus lebih dan penutup-balik ,. Bila ada
gangguan pada sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan penutupan-
balik sampai beberapa kali tergantung penyetelannya atau membuka secara permanent.
Penormalan kembali dilakukan secara manual di lokasi.
Automatic Vacum Switch ( AVS )
Pengoperasiannya hampir sama dengan Sectionalizer, perbedaannya hanya pada peraltan
deteksi yang menyebabkan terbukanya alat-hubungnya, yaitu berdasarkan tegangan.
5.1.2.Peralatan Manuver pada pada jaringan sistem Lingkar / loop SUTM
Peralatan manuver terletak pada ujung-ujung jaringan yang dapat dioperasikan lingkar, berupa
PTS atau PT-LBS.
5.1.3.Peralatan Manuver pada pada jaringan sistem Spindel SKTM
Peralatan manuver berupa LBS atau PMT yang berada pada Gardu- Hubung, Gardu-Tengah
atau Gardu Distribusi.
Dioperasikan secara manual di lokasi atau secara jarak jauh bila dilengkapi dfengan peraltan
kontrol jarak jauh.
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
12/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
12
5.2. Persiapan manuver
Mengetahui keadaan operasi normal maupun darurat dari bagian jaringan yang mutakir.
Mengetahu kemampuan seluruh peralatan yang terpasang pada jaringan.
Mengikuti secara kronologis keadaan yang terjadi pada jaringan, manuver-manuver yang
berlangsung.
Mengetahui tata cara komunikasi dalam operasi jaringan.
Mempersiapkan perlengkapan manuver :
Perlengkapan pengaman.
Peralatan kerja, K3 /K2, Alat ukur dan SOP.
Sarana transportasi / kendaraan.
5.3. SOP / prosedur tetap dalam pelaksanaan manuver jaringan.
Manuver secara manual : mengirim petugas ketempat / lapangan.
Manuver dengan control : dilakukan dari GH / gardu Induk.
Manuver dangan control jarak jauh : dilakukan dari pusat control APD yang melayani daerah
/ area yang cukup luas.
5.4. Pemadaman.
Akibat gangguan pada jaringan sehingga alat proteksi bekerja memutus jaringan.
- Gangguan hubung singkat di penghantar.
- Penghantar jaringan putus.
- Gangguan pada gardu distribusi.
- Pelepasan beban.
Pemadaman direncanakan.
- Adanya pekerjaan pemeliharaan jaringan.
- Adanya pekerjaan perluasan jaringan.
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
13/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
13
6. PROSEDUR KOMUNIKASI.
Alat komunikasi yang digunakan :
Telpon, JWOT, PLC, Radio komunikasi.
Prosedur komunikasi
Tata-tertib berkomunikasi :
Fasilitas telekomunikasi operasional hanya digunakan untuk menyampaikan berita operasional
jaringan distribusi.
Tisdak dibenarkan menyampaikan berita yang berbeda diluar tanggung jawab piket pelaksana /
pengatur distribusi.
Tidak dibenarkan untuk bergurau / berbicara tidak sopan.
Setiap berita operasional harus ditulis dan diulang pembacaanya secara detail.
Penerima berita harus membaca ulang seluruh berita yang diterima.
Berita operasional diusahakan disampaikan secara langsung.
Semua insformasi yang diperlukan baik lisan /tertulis harus dicatat / direkam.
Setiap menyampaikan / menerima berita harus menyebut atau mencatat :
- Nama dan indentitas penmgirim / penerima.
- Waktu dan tanggal menerima / menyampaikan insformasi.
9. OPTIMASI JARING DISTRIBUSI
Optimasi jaring distribusi adalah pengoperasian jaring distribusi yang paling menguntungkan, tetapi
masih berada pada sistem yang di tetapkan, yaitu :
Daya terpasang tidak berlebihan.
Beban tidak terlalu kecil.
Rugi tegangan dan daya dalam batas-batas normal.
Keandalan sistem distribusi menjadi prioritas.
Keamanan terhadap lingkungannya terjaga.
Secara ekonomismenguntungkan.
Susut umur peralatan sesuai rencana.
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
14/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
14
9.1. OPTIMASI PEMBEBANAN PADA PENGHANTAR.
Optimasi pembebanan penghantar adalah batasan arus pada penghantar sesuai dengan KHA dan
kondisi sekitarnya, sebab bila arus yang dibebankan berlebihan akan mengakibatkan :
Pelunakan pada titik tumpu penghantar.
Pelunakkan pada titik tumpu ikatan penghantar.
Berkurangnya jarak aman / andongan.
Kerusakan pada isolasi.
9.1.1. Penghantar pada saluran udara
Kawat telanjang ( BCC, AAC, AAAC, ACSR )
Dengan angin 0.6 m / detikSuhu sekitar kecepatan 35
0c
Suhu hantaran maks 800c kecuali tembaga 70
0c
LUAS
PENAMPANG
( mm2
)
KEMAMPUAN HANTAR ARUS ( KHA )
( Amper )
AAC AAAC BCC
16
2535
50
7095
120
150
185240
115
160185
230
300345
390
465
530630
110
150175
220
285325
370
435
500600
125
145200
250
310390
440
510
595700
CATATAN : pada keadaan tanpa angin, kha tersebut dalam tabel ini harus dikalikan dengan
faktor koreksi 0.7
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
15/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
15
Kawat berisolasi
- AAAC - S : Direntang di udara dipasang pada isolator TM
- NFA 2 x SEYT : Kabel pilin direntang di udara dengan kabel penggantung
- NFA 2 x CEYT : Kabel pilin direntang di udara dengan kabel penggantung
JENIS KABEL PENAMPANG NOMINAL
( mm2 )
KHA
( Amper )
AAAC-S
35
50
7095
120
150
185
240
150
180
246282
319
378
423
523
NFA 2 x SEY - T
NFA 2 x CEY - T
2 x 35 + 50
2 x 50 + 50
2 x 70 + 50
2 x 95 + 50
2 x 120 + 50
3 x 35 + 50
3 x 50 + 50
3 x 70 + 50
3 x 95 + 50
3 x 120 + 50
3 x 150 + 50
3 x 240
110
134
163
203
234
127
151
188
228
262
293
393
Kabel tanah 20 KV.
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
16/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
16
Kabel ditanam langsung di dalam tanah sedalam 70 cm
- Temperature tanah 30C
- Faktor beban 100%
- Spesifikasi tahanan jenis panas tanah 1000C cm/W
Kabel digelar di udara bebas
- Temperature tanah 30C
- Faktor beban 100%
Suhu maksimal di dalam keadaan hubung singkat maksimal 2500C, berlangsung paling
lama 5 detik
9.2. OPTIMASI PEMBEBANAN TRAFO
KUAT HANTAR ARUS
TEGANGAN KERJA
6 / 10 KV
TEGANGAN KERJA
9 / 15 KV & 12 / 20 KVJENIS
KABEL
PENAMPANG
NOMINAL
mm2
Di
Tanah
( A)
Di
Udara
( A )
Di
Tanah
(A)
Di
Udara
( A )
1 2 3 4 5 6
N2XSEBY
N2XSEFGbY
N2XSERGbY
N2XSYBY
N2XSEFGbY
N2XSERGbY
N2XCYBY
N2XCYGbY
N2XCYRGbY
35
50
7095
120
150
185
240
300
164
194
236293
322
362
409
474
533
173
206
257313
360
410
469
553
629
164
194
236285
322
362
409
474
533
173
206
257313
360
410
469
553
629
N2XSEBY
N2XSEFGbY
N2XSERGbY
N2XSYBY
N2XSEFGbY
N2XSERGbY
N2XCYBY
N2XCYFGbY
N2XCYRGbY
50
70
95
120150
185
240
300
148
184
220
250281
319
370
420
161
199
242
280318
365
425
481
146
179
214
246272
308
358
398
161
204
242
282319
365
425
481
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
17/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
17
Seperti kita ketahui fluktuasi beban di indonesia secara umum sangat tajam perbedaan antara beban
puncak dan di luar beban puncak. Hal ini bila ditinjau dari segi efisien trafo menjadi kurang baik
terutama pada beban yang sangat rendahnya selanjutnya bila penyediaan kapasitas trafo didasarkan
pada beban (beban puncak) bila dikaitkan pada segi ekonomi, menjadi kurang efisien. Sebab bisa
jadi hanya untuk memikul beban yang rendah dilayani oleh trafo dengan kapasitas yang besar.
Untuk pemecahan masalah diatas, sebenarnya trafo dapat dibebani melebihi daya pengenalnya pada
suhu sekitar trafo tersebut pada nilai tertentu tetapi harus dibatasi oleh lamanya pembebanan lebih,
agar susut umur trafo sesuai dengan yang direncanakan. Susut trafo sangat dipengaruhi oleh suhu
titik panas pada lilitan.
TABEL. Susut umur sebagai fungsi dari suhu titik panas lilitan c ( C )
Trafo dengan susut umur sama dengan 1,0 berarti trafo tersebut akan mempunyai susut umur normal,
dan itu terjadi bila suatu suhu titik panas pada lilitan mencapai 98 C.. Suhu tersebut tercapai untuk
trafo yang bekerja pada daya pengenal dengan suhu sekitar 20C.. Pada umumnya suhu sekitar di
indonesia terutama di kota-kota besar suhu sekitar rata-rata tahunan sekitar 25,5C. dan mengingat
sifat beban di indonesia, maka dimungkinkan trafo dapat dipakai sampai batas waktu yang
direncanakan pabriknya.
Dari tabel susut umur diatas dapat dihitung umur trafo:
c( C ) SUSUT UMUR
80
86
92
98
104
110
116122
128
134140
0,125
0,25
0,5
1,0
2,0
4,0
8,016,0
32,0
64,0
128,0
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
18/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
18
Contoh 1. Trafo dibebani 10 jam pada c = 104C dan 14 jam pada c = 86C.
susut umurnya = ( 10 x 2) + (14 x 0,25) = 23,5 jam umur selama 24 jam.
karena kurang dari 24 jam, trafo tidak mengalami kenaikan susut umur, sehingga
umurnya tetap sama dengan desain.
Contoh 2. Trafo dibebani 12 jam pada oc = 104C & 12 jam pada c = 98 0c. Susut umurnya =
(12x2) + (12x1) = 36 jam umur selama 24 jam. Susut umur = 1,5 susut umur normal,
sehingga umur trafo = 2/3 x umur desain.
Contoh 3 : Trafo dibebani 4 jam pada c = 110 C ( pada beban puncak) dan 20 jam pada c =
90C. Susut umurnya = (4 x 4) + (20 x 0,4) = 24 jam umur selama 24 jam,berarti susut umur normal.
Dari contoh 3 bisa digambarkan seperti pada umumnya pembebanan trafo untuk konsumen umum di
Indonesia, dimana beban puncak terjadi pada malam hari yaitu antara jam 18.00 s.d. 22.00.
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
19/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
19
Sebagai pedoman pembebanan trafo untuk keperluan tertentu, dan dengan beban yang melebihi
daya pengenalnya, waktu lamanya pembebanan tersebut dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah
ini :
Transformator ONAN dan ONAF
Grafik k2 (pembebanan lebih) sebagai fungsi dari suhu-kitar dengan berbagai t (lamanya
pembebanan) sebagai parameter untuk berbagai k1 (pembebanan kurang)
t = 0,5 t = 1
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
20/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
20
t = 2t = 4
t = 6 t = 8
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
21/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
21
t = 24t = 12
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
22/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
22
TRANSFORMATOR ONAN DAN ONAF : A = 24 OC
NILAINILAI K2 UNTUK NILAI-NILAI K1 DAN T YANG DITENTUKAN
CATATAN : dalam tugas siklis normal nilai k2 tidak lebih dari 1.5. Nilai-nilai k2 yang lebih besar
dari 1.5, terlukis dengan garis-putus-putus, dipakai untuk tugas darurat. Tanda +
menunjukan bahwa k2 lebih tinggi dari 2.0.
K1t 0,25 0,50 0,70 0,80 0,90 1,00
0,5
1
2
4
6
8
12
24
+
1.84
1.55
1.31
1.20
1.13
1.06
0.965
2.00
1.76
1.49
1.27
1.17
1.12
1.05
0.965
1.87
1.64
1.42
1.23
1.14
1.10
1.04
0.965
1.76
1.56
1.35
1.19
1.11
1.08
1.03
0.965
1.59
1.40
1.22
1.10
1.05
1.03
1.00
0,965
-
-
-
-
-
-
-
-
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
23/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
23
TRANSFORMATOR ONAN DAN ONAF : A = 27 OC
NILAINILAI K2 UNTUK NILAI-NILAI K1 DAN T YANG DITENTUKAN
CATATAN : dalam tugas siklis normal nilai k2 tidak lebih dari 1.5. Nilai-nilai k2 yang lebih besar
dari 1.5, terlukis dengan garis-putus-putus, dipakai untuk tugas darurat. Tanda +
menunjukan bahwa k2 lebih tinggi dari 2.0.
K1
T
0,25 0,50 0,70 0,80 0,90 1,00
0,5
1
2
4
6
8
12
24
+
1.81
1.52
1.28
1.17
1.11
1.04
0.94
1.96
1.72
1.45
1.24
1.125
1.09
1.03
0.94
1.83
1.60
1.38
1.20
1.12
1.07
1.02
0.94
1.71
1.51
1.31
1.15
1.08
1.04
1.00
0.94
1.49
1.30
1.13
1.04
1.00
0.99
0.96
0.94
-
-
-
-
-
-
-
-
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
24/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
24
10. PROSEDUR TEKNIS PENGOPERASIANPERALATAN PADA INSTALASI
DISTRIBUSI
10.1. Pengoperasian Gardu Distribusi Pasangan Luar untuk pemeliharaan
10.1.1. Persiapan pengoperasian
1. Membaca dan memahami prinsip gardu distribusi dan sistem jaringan tegangan menengah
2. Mampu berkomunikasi dengan pengatur / posko untuk pengoperasian instalasi kubikel tm
3. Menyusun rencana kerja yang berisi langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan
4. Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2 dan alat bantu yang diperlukan dan dalam kondisi siap
pakai dan aman
5. Menghubungi pihak-pihak yang berwenang untuk memastikan bahwa pekerjaan telah
dikoordinasikan secara efektip dengan pihak-pihak terkait
JTM
FCOARRESTER
TRAFO
SAKLAR
NH FUSE
SALURAN JURUSAN
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
25/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
25
10.1.2. Prosedur pemadaman sebelum pemeliharaan
1. Kurangi beban trafo, caranya :
Untuk pelanggan umum dan beban kecil, maka bukalah satu persatu nh fuse, kemudian
bukalah saklar masuk
Untuk pelaggan industri, bukalah saklar utama, kemudian bukalah seluruh nh fuse
2. Buka FCO
3. Hubungkan kabel pentanahan yang sudah dihubungkan ke elektrode pentanahan dimulai dari
ke empat bushing trafo sisi tegangan rendah, lalu ketiga bushing trafo sisi tegangan
menengah
4. Buka kabel / kawat yang terhubung pada terminal / bushing sisi TR dan TM.
5. Kabel / kawat yang sudah terlepas hubungkan jadi satu dan tersambung pada kabel
pentanahan
6. Lakukan pemeliharaan gardu
10.1.3. Prosedur pengoperasian kembali Gardu sesudah pemeliharaan
1. Pasang kembali kabel / kawat pada terminal/bushing sisi TR maupun TM
2. Lepaskan kawat pentanahan
3. Periksa keadaan disekitar trafo dan yakinkan trafo aman dioperasikan
4. Laporkan kepada pihak yang yang berwenang untuk pengoperasian kembali, sampai jawaban
izin pengoperasian keluar
5. Masukkan fco
6. Ukur tegangan sisi tr, pastikan bahwa penyetelan sadapan trafo sudah benar
7. Operasikan saluran jurusan dengan cara :
Untuk pelanggan umum : masukkan saklar utama, menyusul kemudian NH fuse satu
persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat pada saluraan jurusan
Untuk palanggan industri : masukkan seluruh nh fuse, menyusul kemudian saklar utama
8. Melaporkan pada pengatur, kejadian yang diakibatkan pengoperasian tersebut
9. Membuat berita acara serah terima operasi yang berisi antara lain :
10.Membuat laporan pengoperasian
Kondisi peralatan
Posisi peralatan hubung
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
26/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
26
Temuan-temuan kelainan operasi
10.1.4. Peralatan kerja yang dibutuhkan:
1. Tangga
2. Tongkat / stock FCO
3. Tongkat / stock pentanahan
4. Kabel pentanahan fleksibel
5. Kunci pas / ring / shok sesuai ukuran
6. Phase squence indicator
10.2. Pengoperasian Gardu Distribusi Pasangan Dalam untuk pemeliharaan
10.2.1. Persiapan pengoperasian
1. Membaca dan memahami prinsip kerja gardu distribusi dan sistem jaringan tegangan menengah
2. Mampu berkomunikasi dengan pengatur / posko untuk pengoperasian instalasi kubikel tm
3. Menyusun rencana kerja yang berisi langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan
4. Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2 dan alat bantu yang diperlukan dan dalam kondisi siap pakai
dan aman
5. Menghubungi pihak-pihak yang berwenang untuk memastikan bahwa pekerjaan telah
dikoordinasikan secara efektip dengan pihak-pihak terkait
Pemutus beban(PMB)
1
NH fuse
Saklar Utama
PMS PMS PMS
2 3
Pemutusbeban(PMB) 1
Saklar
Utama
PMS PMS
2 3
Saluran Jurusan
PMS
NH Fusi
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
27/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
27
10.2.2. Prosedur pemadaman sebelum pemeliharaan
1. Buka pemutus beban ( PMB ) 3
2. Masukkan pemisah bumi (PMS ) 3
3. Buka seluruh NH fuse
4. Lakukan pemeliharaan
10.2.3. Prosedur pengoperasian kembali sesudah pemeliharaan
1. Periksa keadaan disekitar gardu dan yakinkan aman untuk dioperasikan
2. Laporkan kepada pihak yang berwenang untuk pengoperasian kembali, sampai jawaban izin
pengoperasian keluar
3. Lepaskan PMS bumi (PMS) 3
4. Masukkan PMBb 3
5. Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa penyetelan sadapan trafo sudah benar
6. Operasikan saluran jurusan dengan cara :
Untuk pelanggan umum, masukkan saklar utama menyusul kemudian nh fuse satu persatu
sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat pada saluran jurusan
Untuk pelanggan industri masukkan saluran NH fuse, menyusul kemudian saklat utama
7. Melaporkan pada pengatur, kejadian yang diakibatkan pengoperasian tersebut
8. Membuat berita acara serah terima operasi yang berisi antara lain :
Kondisi peralatan
Posisi peralatan hubung
Temuan-temuan kelainan operasi
9. Membuat laporan pengoperasian
10.2.4. Peralatan kerja yang dibutuhkan
Handle / tuas kubikel
Kunci pas / ring / shok sesuai ukuran
Multi meter
Phase squence indicator
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
28/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
28
10.3. Pengoperasian Gardu Induk 20 KV untuk pemeliharaan
10.3.1. Persiapan pengoperasian
1. Membaca dan memahami prinsip kubikel dan sistem jaringan tegangan menengah
2. Mampu berkomunikasi dengan pengatur / posko untuk pengoperasian instalasi kubikel tm
3. Menyusun rencana kerja yang berisi langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan
4. Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2 dan alat bantu yang diperlukan dan dalam kondisi siap pakai
dan aman
5. Menghubungi pihak-pihak yang berwenang untuk memastikan bahwa pekerjaan telah
dikoordinasikan secara efektip dengan pihak-pihak terkait
6. Memastikan bahwa surat perintah kerja dapat dilaksanakan sesuai SOP
7. Memahami dan dapat melaksanakan prosedur dan peraturan K3 / K2
GF
Rele &Pengukuran
GF
Rele &Pengukuran
GFD
Rele &Pengukuran
1250 A 630 A 630 A
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
29/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
29
10.3.2. Prosedur pemadaman sebelum pemeliharaan
1. Buka PMT penyulang dan
2. Pastikan bahwa Amper meter menunjukkan angka nol
3. Periksa kabel penyulang tidak bertegangan
4. Bebaskan PMT dari kontaknya dengan Busbar dan kabel penyulang, dengan cara membuka
PMS sisi masuk dan sisi keluar PMT atau menarik PMT secara mekanis melepaskan
kontaknya dengan busbar dan kabel penyulang
5. Masukkan PMS pentanahan
6. Lakukan pemeliharaan
10.3.3. Prosedur pengoperasian kembali sesudah pemeliharaan
1. Memeriksa hasil pengujian relai dan instalsi dan hasilnya sesuai SOP
2. Menyatakan kepada pengatur bahwa kubikel dalam kondisi aman untuk diisi tegangan,
urutan fasa kabel benar posisi PMT terbuka
3. Masukkan kembali kontak PMT dengan Busbar dan Kabel Penyulang
4. Buka PMS pentanahan
5. Masukkan PMT dan yakinkan tegangan sudah masuk pada ketiga fasanya
6. Memeriksa urutan fase R , S , T
7. Memeriksa kerja alat ukur dengan melihat penunjuk jarum atau putaran piringan
8. Melaporkan pada pengatur, kejadian yang diakibatkan pengoperasian tersebut
9. Membuat berita acara serah terima operasi yang berisi antara lain :
Kondisi peralatan
Posisi peralatan hubung
Temuan-temuan kelainan operasi
10.Membuat laporan pengoperasian
10.3.4. Peralatan kerja yang dibutuhkan
Handle / tuas kubikel
Kunci pas / ring / shok sesuai ukuran
Multi meter
8/10/2019 Materi 1 Operasi STL.pdf
30/30
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Pengoperasian Sistem Distribusi
8,69 mm
8,69 mm
N5,8 mm
n