Upload
iman-hakim-wicaksana
View
322
Download
88
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mounteneringperjalanangunung
Citation preview
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
1
MANAJEMEN PERJALANAN
Manajemen adalah suatu penyusunan suatu rencana dan persiapan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Secara garis besar, Manajemen perjalanan terdiri dari tahap perencanaan, persiapan,
pelaksanaan dan laporan kegiatan.
1. Perencanaan
Sebelum melakukan suatu kegiatan sebaiknya kita menentukan hal-hal sebagai berikut:
a. What : kegiatan apa yang akan kita lakukan
b. Where : dimana kegiatan tersebut akan dilakukan
c. When : kapan kegiatan akan dilaksanakan
d. Who : siapa yang akan mengikuti kegiatan tersebut
e. Why : tujuan yang akan dilakukan dengan adanya kegiatan tersebut
f. How : bagaimana kegiatan tersebut akan dilakukan
Pengumpulan informasi juga merupakan tahap penting dalam perencanaan perjalanan.
Pengembangan dari informasi yang ada meliputi:
a. Kondisi medan
Kondisi meliputi keadaan cuaca, kondisi medan, rute yang dipilih.
b. Waktu pelaksanaan
Tetapkan waktu pelaksanaan agar tidak mengganggu kegiatan lainnya. Perkirakan juga
alokasi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan tersebut. Hal ini penting
untuk menentukan logistik yang diperlukan
c. Pembagian tugas
Untuk lebih memudahkan, perlu koordinasi dalam suatu kelompok dalam penentuan
tugas.
d. Logistik dan obat
Logistik disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat. Misalnya dari alokasi waktu
yang kita buat, kita akan memerlukan logistik seberapa banyak.
Obat-obatan yang harus dibawa adalah obat untuk pertolongan pertama. Misalnya:
antiseptic, pembalut kasa, plester, oralit, obat penghilang nyeri, obat sakit perut, dan
anti biotik. Obat juga sebaiknya sesuai dengan kebutuhan saat pelaksanaan kegiatan.
Misalnya : krim pelindung kulit (medan dengan paparan sinar matahari). Apabila
memiliki penyakit yang bisa kambuh, sebaiknya membawa obat pribadi tersebut.
e. Akses perjalanan
Bagaimana cara mencapai tempat tujuan, dengan alat transportasi apa hingga estimasi
waktunya
f. Perijinan
Menghubungi pihak berwajib untuk mendapatkan ijin, apabila ada syarat khusus yang
ditetapkan di suatu tempat alangkah baiknya untuk mengikuti perintah tersebut.
g. Perlengkapan alat
Alat navigasi, carrier dan cover carrier, Sepatu atau sandal outdoor, peralatan masak,
peralatan tidur, peralatan mandi, pakaian ganti, kaos kaki, topi lapangan, ponco/rain
coat, alat tulis, survival kit (korek, senter, tali, jarum dan benang dll).
h. Pembiayaan dan administrasi
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
2
Baik untuk transportasi maupun perijinan
i. Kesiapan fisik, mental, dan pengetahuan serta etika perilaku perjalanan
2. Persiapan
a. Pengkoordinasian anggota kelompok
b. Checking (semua rencana)
c. Pemberangkatan
Semua barang yang telah di check dimasukkan dalam carrier. Urutan packing yang
baik adalah :
1. kelompokkan barang sesuai kategori .dikelompokkan menurut fungsinya, lalu
letakkan bersama-sama menurut tingkat kebutuhannya.kemudian di masukkan
kedalam kantong plastik
2. longgarkan tali carrier, masukkan trash bag untuk pelindung air kemudian
matras dilingkarkan didalam carrier
3. Letakkan barang-barang yang berat di bagian atas dan barang-barang yang
ringan di bagian bawah seperti alat tidur, alat ganti, alat masak, dan logistik. ini
penting dilakukan agar berat seluruh beban jatuh di pundak, bukan di pinggang
atau punggung. Bagilah berat itu secara merata di sebelah kiri dan kanan,
jangan menyiksa salah satu bahu dengan berat yang tak seimbang.
4. Letakkan barang-barang yang dibutuhkan dalam perjalanan di bagian atas
seperti survival kit, obat-obatan, dan alat navigasi
5. Manfaatkan ruangan yang ada seefektif mungkin.
6. Kencangkan tali carrier dan sesuaikan dengan tubuh kita
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan hendaknya sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya. Tetap waspada akan hal yang tidak diinginkan seperti perubahan cuaca
atau kecelakaan. Selalu bersiap untuk melaksanakan plan B
4. Laporan kegiatan
Meliputi evaluasi kegiatan dan catatan perjalanan. Segala hal-hal yang terjadi saat
pelaksanaan harus dicatat agar dikedepannya bisa menjadi lebih baik
Manajemen logistik
Manajemen logistik tergantung dari alokasi waktu, kebutuhan tubuh, dan sesuai perencanaan.
Biasanya kebutuhan energi seseorang bisa dihitung dengan rumus: berat badan x 24 kalori.
Adapun kebutuhan karbohidrat sehari adalah 60-70%, protein sekitar 12-15% dan lemak
sebanyak 20-25%. Secara keseluruhan jumlah kebutuhan seseorang berkisar 2500 s/d 3500
kalori per hari.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
3
NAVIGASI DARAT
Sebagai seorang Tim Bantuan Medis, ketika dihadapkan dengan suatu berita kecelakaan
pesawat di suatu daerah terpencil, kita harus mampu melakukan usaha pencarian dan
penyelamatan korban kecelakaan tersebut. Dibutuhkan suatu ketrampilan khusus dalam
melakukan tindakan tersebut yakni kemampuan navigasi darat. Kemampuan ini sangat
dibutuhkan agar tidak salah dalam menentukan posisi jatuhnya pesawat ataupun tersesat dalam
perjalanan menuju lokasi kejadian.
Kemampuan navigasi darat adalah kemampuan menentukan posisi dan arah perjalanan
baik di medan sebenarnya maupun di peta serta kemampuan merekam dan membaca gambaran
permukaan fisik bumi. Hal tersebut ditunjang dengan kemampuan menggunakan peralatan
pedoman arah seperti peta dan kompas serta perlengkapan lainya seperti protaktor/ busur
derajat, penggaris, dan alat tulis.
I. Peta Topografi
Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian
sama dari lintang dan garis bujur. Koordinat geografis pada peta dinyatakan dalam
satuan derajat, menit dan detik.
A. Koordinat Peta
Cara mengubah koordinat derajat menjadi menit dan detik, dengan cara
mengalikannya dengan 60.
Contoh:
5,123o = 5o + 0,123o = 0,123 x 60
= 5o 7,38’ = 7,38’
= 5o7’22,8” = 7’ + 0,38’
= 0,38’ x 60
= 22,8”
B. Skala Peta
Penulisan skala :
1. Skala Angka
contoh :
Skala 1 : 25.000 berarti 1 cm dipeta = 25.000 cm (250 m) di medan sebenarnya.
2. Skala Garis
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
4
contoh:
Setiap bagian blok dipeta mewakili 5 km pada medan sebenarnya.
C. Garis Kontur
Garis kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik berketinggian
sama dari permukaan laut yang digunakan untuk mengetahui letak suatu tempat dari
permukaan laut dan juga untuk mengetahui jarak di lapangan yang sebenarnya.
Garis kontur yang berbentuk ‘U’ menandakan pegunungan, sedangkan yang
berbentuk ‘V’ terbalik menandakan lembah/jurang. Perbedaan ketinggian antara 2 garis
ketinggian apabila tidak tertulis dipeta adalah 1:2000 skala peta (m).
D. Tanda Medan
Selain dengan tanda pengenal pada peta topografi, kita juga bisa menggunakan
bentuk-bentuk atau bentang alam yang menyolok di lapangan dan mudah dikenali
dipeta, seperti puncak gunung/bukit, lembah, jembatan, tanjung/teluk, sungai,dll.
II. Kompas
Kompas adalah perangkat navigasi disamping peta yang berfungsi sebagai
petunjuk arah kutub-kutub magnetik bumi.
a. Bagian-bagian Kompas
- Jarum magnetik, menunjukkan arah utara dan selatan
- Skala penunjuk / skala lingkaran mendatar, menunjukkan pembagian derajat
sistem mata angin.
- Badan kompas atau bagian penyangga.
b. Jenis Kompas
1. Kompas Orienteering, kurang akurat untuk membidik tetapi banyak
membantu dalam pembacaan dan perhitungan di peta.
2. Kompas Bidik, memudahkan membidik namun perlu dilengkapi dengan busur
dan penggaris untuk membacanya.
Cara Penggunaan :
- Buka kompas dan tutupnya tegak lurus ke atas
- Tarik cincin ibu jari jauh-jauh ke bawah
- Masukkan ibu jari ke dalam cincin dan jari telunjuk menekan kotak kompas
- Dekatkan prisma ke mata dan arahkan ke sasaran yang dicari, garis rambut
pada tutup kompas berada satu garis dengan sasaran
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
5
- Baca melalui prisma nilai skala yang ditunjuk pada kompas, ini adalah sudut
kompas
III. Teknik-teknik Pada Kompas
a. Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta secara benar sesuai
dengan keadaan di medan.
Langkah-langkah orientasi peta:
- Carilah tempat terbuka untuk dapat melihat tanda-tanda medan.
- Letakkan peta pada bidang datar
- Samakan arah utara peta dan kompas
- Samakan tanda-tanda medan tadi dengan tanda-tanda yang ada dalam peta.
b. Resection
Resection adalah menentukan posisi kita pada peta dengan menggunakan
tanda-tanda medan yang ada.
Langkah-langkah resection:
- Lakukan orientasi peta
- Pilih tanda medan yang mencolok, setidaknya dua buah
- Bidik dua tanda medan tersebut dari posisi kita dan catat sudut kompasnya
- Pindahkan sudut kompas pada peta dan tarik garis lurus sehingga didapatkan
titik perpotongan dari dua garis tersebut dan disitulah posisi kita berada
c. Intersection
Intersection adalah menentukan posisi suatu titik pada peta dengan
menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan.
Langkah-langkah intersection:
- Lakukan orientasi medan dan orientasi peta
- Bidik objek yang kita amati
- Pindahkan sudut kompas yang kita dapatkan ke peta
- Bergerak ke posisi atau tanda medan lain, bidik dan pindahkan sudut
kompasnya ke peta
- Tarik garis lurus dan perpotongan garis tersebut adalah titik yang kita cari
d. Azimuth – Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang
pengamat. Azimuth digunakan untuk menentukan suatu titik dari posisi kita
berada, sedangkan Back Azimuth digunakan untuk menentukan posisi kita
dengan bantuan tanda-tanda medan.
Perhitungan Back Azimuth adalah dengan menggunakan Azimuth. Jika
sudut azimuth kurang dari 180o maka back azimuthnya ditambah 180o,
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
6
sedangkan jika sudut azimuthnya lebih dari 180o maka back azimuthnya
dikurang 180o.
e. Menentukan Arah Tanpa Kompas
Dalam sebuah perjalanan kita tidak bisa mengetahui apa yang akan
terjadi salah satunya adalah kompas yang tiba-tiba tidak berfungsi. Pada saat
seperti ini kita tidak bisa selalu mengandalkan peralatan saja, namun masih ada
alam yang dapat membantu kita, antara lain:
1. Tanda-tanda alam :
- Kuburan islam menghadap ke utara
- Masjid menghadap kiblat atau barat laut
- Bagian pohon yang berlumut tebal menunjukkan arah timur, karena
pada pagi hari matahari belum terik
2. Jarum Arloji
Untuk daerah di sebelah utara khatulistiwa, jarum kecil diarahkan ke
matahari, garis pembagi sudut antara jarum kecil dengan angka 12 akan
menunjukkan arah utara. Begitu pula dengan daerah di sebelah selatan
khatulistiwa, tetapi yang didapat adalah arah selatan.
3. Perbintangan
- Rasi bintang Crux (bintang salib/gubuk penceng) menunjukkan arah
utara dengan memperhatikan tiga bintang utama yang terdekat.
- Rasi bintang Orion menunjukkan arah utara dengan memperhatikan tiga
buah bintang di bagian atas.
- Rasi bintang Waluku (bajak) dan bintang Kutub menunjukkan arah
utara. Keistimewaan bintang ini, sekalipun bintang lainnya berputar di
langit pada malam hari, tetapi bintang Kutub tetap berada di utara.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
7
SIMPUL
Kriteria simpul yang baik:
- Mudah untuk dibuat dan serbaguna
- Mudah dilihat kebenaran lilitannya
- Aman, dengan ikatan/lilitan tidak bergerak dan bergeser ataupun bertumpuk pada saat
dibebani
- Mudah dilepas/diurai setelah dibebani
- Mengurangi kekuatan tali seminimal mungkin
Jenis-jenis simpul yang sering digunakan:
1. Simpul 8
a. Simpul 8/Figure Eight Knot
Merupakan simpul yang paling banyak digunakan, hampir 90%. Digunakan untuk
menyambung tali ke carabiner atau ke harness langsung.
Kelebihannya antara lain mudah dipelajari dan dicek kebenarannya, serta mempunyai
kekuatan 75-80%, lebih kuat dari bowline.
Kelemahannya agak susah dilepas, apalagi jika sudah terikat dengan kuat.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
8
b. Simpul 8 Anyam
c. Simpul 8 Double
2. Simpul 9
Digunakan sebagai simpul di ujung tali, biasa digunakan sebagai penambat. Salah satu
simpul terkuat dan sangat dianjurkan untuk pembebanan berat. Kekuatan 75-85%.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
9
3. Simpul Bowline
Digunakan sebagai penambat langsung. Kelebihan mudah dilepas, sedangkan
kekurangannya adalah kekuatannya hanya 70-75%.
a. Bowline Single
b. Bowline Double
4. Simpul Pangkal/Clove Hitch
Digunakan untuk awalan dan akhiran dalam pembuatan tandu menggunakan webbing.
Sebagai penahan yang dapat digeser sehingga dapat mendekati atau menjauhi anchor
sesuai kondisi yang diinginkan penambat.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
10
Dapat menjerat dan mampu menahan beban dengan baik pada bidang vertikal.
5. Simpul Jangkar/Girth Hitch
Dapat digunakan untuk mengikat anchor yang alami atau buatan. Selain itu, digunakan
untuk menganyam webbing dalam pembuatan tandu darurat.
6. Simpul Butterfly/Alpine Butterfly
Berfungsi sebagai middle knot, breaking strength 65%, merupakan salah satu simpul yang
tidak terkunci pada pembebanan lintasan tali. Digunakan juga untuk mengamankan tali
yang sudah cacat.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
11
7. Simpul Playboy
Digunakan dalam pembuatan double anchor (Y anchor)
8. Simpul Double Fisherman
Digunakan untuk menyambung tali yang sama besar, kekuatan 65-75%.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
12
9. Simpul Pita
Berfungsi sebagai penyambung tali pita/webbing, memiliki friksi yang terbaik dalam
penyambung tali.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
13
ANCHORING
Anchor/jangka/tambat merupakan bagian penting dalam instalasi alat-alat
rappelling. Anchor adalah bagian dimana tali berawal (diikatnya, tentunya dengan
menggunakan simpul yang sesuai dengan kondisi saat itu) dan sebagai penopang utama
tubuh rappeller.
Ada dua jenis anchor :
1. Natural Anchor, contohnya pohon besar, lubang-lubang di tebing, atau tonjolan-tonjolan
batu.
2. Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan pada tebing menggunakan peralatan
panjat seperti piton, chox, friends.
Syarat-syarat suatu tempat ataupun benda bisa digunakan untuk anchor, antara lain:
1. Lokasinya sesuai dan aman (tidak ada reruntuhan batu atau es)
2. Bisa untuk nature dan artificial anchor
3. Tinggi anchor antara lutut sampai dada (optional tergantung kenyamanan)
4. Kemungkinan antar tali untuk menyilang kecil (ropes crossovers)
5. Anchor lebih dari satu (optional)
Instalasi anchor mungkin agak sulit dijelaskan secara tertulis. Akan jauh lebih baik jika teori
dan praktek dilakukan dalam satu kesempatan. Contoh pemasangan anchor adalah sebagai
berikut;
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
14
a) Fixed rope with intermediate anchors
b) Two-point equalized anchor
c) Boulders used as anchors
d) Hero-loop
e) Examples of piton placements
f) Chockstones
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
15
g) Chock placements
h) Self-equalizing anchors
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
16
SURVIVAL GUNUNG HUTAN – JUNGLE SURVIVAL
1.1 Pengertian Survival
Survival : Berasal dari kata “Survive” yang artinya mampu mempertahankan hidup.
Sedangkan “Survival” artinya berhasil/mampu mempertahankan hidup dari
keadaan yang kurang mengutungkan (kritis/Buruk) demi kelangsungan hidup.
Survivor : Orang yang sedang melakukan kegiatan Survival, bisa perorangan ataupun
kelompok
1.2 Misi Survival
A. English Version
a. Size Up The Situation
b. Undue Haste Makes Waste, Use All Your Senses
c. Remember Where you are
d. Vanquish Fear And Panic
e. Improvise
f. Value Living
g. Act Like The Natives
h. Live By Your Wits, but for now Learn Basic Skills
B. Indonesian Version
a. Sadarilah Sungguh-Sungguh Situasimu
b. Usahakan Untuk Tenang dan Tabah
c. Rasa Takut dan Putus Asa Harus di Kuasai
d. Vitalitas Harus di Tingkatkan
e. Ingatlah Dimana Kau Berada
f. Variasi Alam Bisa Dimanfaatkan
g. Adat Istiadat Setempat Perlu Ditiru
h. Latihlah Dirimu dan Belajarlah Selalu
1.3 Masalah Yang Sering Dihadapi Dalam Survival
A. Masalah Alam (Cuaca, Keadaan Medan dll)
a. Faktor Dingin
Penurunan suhu tubuh lebih dari 350 dapat menyebabkan kematian. Penurunan suhu
tubuh dari suhu normal ini biasa disebut Hypothermia/Hipotermia
Cirri-ciri Hypothermia :
Badan menggigil kedinginan
Bibir, ujung jari dan telinga terasa dingin dan membiru (pucat)
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
17
Kaku dan terasa sulit saat berbicara (kondisi ini menunjukan penderita
mengalami tahap kritis/parah)
Pencegahannya :
Mengganti energy melalui metabolisme tubuh
Membuat bivak/shelter
Menyalakan/membuat perapian (api unggun)
Usahakan untuk mencari pertolongan secepatnya
b. Faktor Panas
Menurut beberapa ahli “panas jarang menyebabkan kematian tetapi bukan berarti
tidak ada kematian yang disebabkan oleh panas”.
Gangguan yang disebabkan panas diantaranya :
Sunstroke (Sengatan Sinar Matahari)
Sunburn (Terbakar Matahari)
Sunblink (Buta Akibat Pantulan Matahari)
Combustio (Luka Bakar)
Heat Exhaustion (Kelelahan/Keletihan Karena Panas)
c. Dan Faktor-Faktor Lainnya
B. Masalah Diri Sendiri
a. Faktor Fisik
b. Faktor Mental
Adapun faktor keberhasilan survival diantaranya adalah sebagai berikut :
Kebulatan tekad untuk tetap hidup
Kepercayaan diri
Akal sehat dan inisiatif
Disiplin dalam rencana kegiatan
Alat survival yang memadai
c. Faktor Pengetahuan Dan Keterampilan
C. Masalah Makhluk Hidup Lainnya
a. Faktor Diri Sendiri
Prinsip yang perlu untuk di ingat :
Hadapi situasi dengan tenang dan bijaksana
Istirahat untuk menghilangkan rasa cemas, takut dan panik
Perhatikan kondisi tubuh
Ingat pengetahuan yang dimiliki
b. Faktor Manusia
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
18
Masalah yang berpengaruh adalah menghadapi manusia/penduduk asli, perlu di
ingat :
Hormati adat istiadat setempat
Ikuti kebiasaan yang berlaku
Selalu bertindak dengan sopan.
c. Faktor Binatang
Kenali sifat-sifat binatang, segera lakukan tindakan untuk menghindari hal-hal
yang mengancam jiwa kita
d. Faktor Tumbuhan
Jangan memakan tumbuhan yang ada sebelum yakin bahwa tumbuhan tersebut
mengandung racun
1.4 Pedoman Survivor
Pedoman ini sangatlah penting saat kita menghadapi keadaan yang sulit *contoh ; tersesat
A. S = Stop and seating (Berhenti Duduklah dan Jangan Panik)
B. T = Thingking (Gunakan Akal Sehat dan Selalu Sadar Akan Keadaan yang sedang di
hadapi)
C. O = Observe (Amati Keadaan Sekitar)
D. P = Planning and Preparing (Buat Rencana dan Persiapan Mengenai Tindakan/Usaha
Yang Akan Dilakukan).
1.5 Survival Style
Gaya kegiatan survival dibedakan menjadi 2, yaitu :
A. Survival Dinamis (Bergerak Mencari Jalan Keluar)
a. Membuat rencana kegiatan dan pembagian tugas
b. Mengadakan orientasi medan (Bab Navigasi)
c. Mengadakan penjatahan makan/minum
d. Membuat jejak dan mencari perhatian (tanda-tanda/isyarat)
e. Mencari pertolongan
f. Diusahakan untuk berkomunikasi dengan dunia luar (regu/individu diluar hutan)
B. Survival Statis (Tinggal Ditempat)
g. Membuat bivouac/bivac/bivak
h. Mencari air
i. Mencari makanan
j. Membuat api
k. Membuat jerat/trap
l. Mengatur penjatahan makan/minum
m. Membuat tanda-tanda/isyarat
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
19
Adapun langkah penting (3M) sebelum menentukan Gaya Kegiatan Survival, yaitu ;
1. Mengkoordinasi Anggota
2. Melakukan Pertolongan Pertama
3. Melihat Kemampuan dan Keadaan Anggota
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
20
BAB II
TEKNIS KEGIATAN
Kegiatan Survival tidak hanya dilakukan dengan dasar kemampuan Fisik dan Mental yang
kuat, dalam Kegiatan Survival-pun ada teknis kebutuhan yang akan menunjang Kegiatan
Survival yang akan kita lakukan.
Teknis Kegiatan Survival yang akan dibahas dalam buku saku ini adalah Teknis Kegiatan
Survival Gunung Hutan atau Jungle Survival.
2.1 Bivac
Bivac adalah tempat perlindungan yang nyaman dalam keadaan darurat untuk melindungi
diri dari faktor-faktor alam dan lingkungan yang mana digunakan untuk satu orang atau lebih.
Bahan untuk membuat bivac/bivoac/bivak di bagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagai berikut :
Alam :
Pohon yang utuh maupun yang tumbang
Dedaunan
Gua
Lubang Tanah
Dan Lainnya
\
Buatan :
Poncho Plastik
Jas Hujan
Flysheet
Dan Lainnya
Berbagai bentuk, macam dan cara membuat bivac tergantung daripada selera dan
kreatifitas masing-masing, keadaan alam dan lingkungan, jumlah orang dan bahan yang ada
untuk membuatnya.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat bivac adalah sebagai berikut :
Pilih lokasi yang baik (usahakan ditempat yang datar)
Jangan terlalu merusak alam sekitar
Cukup dekat dengan sumber air
Hindari daerah aliran air
Bukan pada jalur lintasan binatang buas atau sarang nyamuk/serangga
Tidak berada dibawah pohon, tebing, atau benda yang berkemungkinan roboh (rapuh)
Memiliki rangka dan kontruksi (bahan) yang kuat
Bivac jangan sampai bocor
Tidak tergenang air bila hujan
Terlindung langsung dari angin
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
21
* lihat di Bab Gambar
2.2 Air
Air merupakan prioritas utama dalam Kegiatan Survival. Seseorang tidak mendapatkan air
sama sekali dalam waktu 3 hari maka ia akan terancam kematian.
Adapun Air yang tidak perlu dimurnikan, seperti air hujan langsung. Kita bisa
menampung air hujan dengan poncho atau daun yang lebar dan mengalirkannya ke tempat
penampungan (botol air atau yang lainnya)
Contoh air yang tidak perlu dimurnikan (dapat diminum langsung) antara lain adalah
sebagai berikut :
Mata air
Air tidak berbau
Air tidak berwarna
Air dari tumbuhan beruas-ruas
Air dari tumbuhan merambat
Sedangkan Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu (tidak dapat diminum langsung)
antara lain adalah sebagai berikut :
air yang tergenang
air didaerah berbatu/berkapur
air dari batang pohon pisang
air laut
atau air yang berbau tidak sedap
2.3 Makanan
Seorang Survivor bisa bertahan cukup lama tanpa makanan maksimal sekitar 2-3 minggu,
hal ini jika dibandingkan dengan tidak ada air sama sekali. Untuk sekedar mengganjal perut
selama dalam perjalanan seorang Survivor bisa makan tumbuhan/makanan apa saja, selama
tumbuhan/makanan tersebut aman untuk dikonsumsi. *sumber makanan dapat diperoleh dari
tumbuhan dan hewan (lihat Bab Botani dan Zoologi Praktis)
Untuk memanfaatkan bahan yang tersedia kita perlu Memasak agar bahan makanan baik
itu dari hewan atupun tumbuhan dapat kita makan tanpa menyebabkan keracunan. Jadi bahan
makanan yang tersedia di alam (natural food) bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Tujuan Memasak :
Sterilisasi bahan makanan
Membuat bahan makanan mudah dimakan dan dicerna
Menambah kenikmatan rasa
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
22
2.4 Api
Api sangat berguna dalam Kegiatan Survival, selain untuk penerangan ketika malam tiba
adapun manfaat dari perapian adalah sebagai berikut ;
Menjauhkan binatang buas
Sebagai penghangat badan
Memasak
Dan lainnya
* lihat di Bab Gambar
2.5 Jerat / Trap
Jerat atau Trap(jebakan) akan sangat berguna untuk mendapatkan binatang yang akan
dijadikan sebagai bahan makanan dalam Kegiatan Survival.
* lihat di Bab Gambar.
2.6 Survival Kits
Agar Survivor tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan Survival, perlu dilengkapi
alat-alat Survival yang memadai.
A. Jungle Survival Kits (Pro)
1. 2 Buah Senjata Tajam *contoh ; Bayonet dan Parang
2. Waterproof Matches (Korek Api Anti Air)
3. Batu Api / Geretan
4. Lilin dan Atau Parafin
5. Peta dan Kompas
6. Poncho / Jas Hujan / Raincoat
7. Jarum, Peniti, kancing dan Benang
8. Benang Sol dengan Jarumnya
9. Tali Temali
10. Kail dan Senar
11. Flash Light (Senter)
12. Peluit
13. Cermin Kecil
14. Obat Pribadi
15. Alat Kosmetik / Sunblock (Penangkal Panas)
16. Topi Rimba
17. Sarung Tangan
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
23
18. Suryakanta
19. Tablet Garam, Norit
20. Kantung Plastik (Besar MaupunKecil)
21. Kantung / Botol Tempat Air Atau Kondom
B. Jungle Survival Kits (Mini)
1. Senjata Tajam *contoh ; Parang
2. Korek Api
3. Lilin dan Atau Parafin
4. Peta dan Kompas
5. Poncho / Jas Hujan / Raincoat
6. Jarum, Peniti, kancing dan Benang
7. Benang Sol dengan Jarumnya
8. Mini Flash Light / Flash Light (Senter)
9. Peluit
10. Obat Pribadi
11. Kantung / Botol Tempat Air Atau Kondom
*Benda yang ditulis dengan huruf tebal berarti benda tersebut sangat penting dalam Kegiatan
Survival.
Untuk Survival Kits hendaknya disesuaikan dengan lingkungan atau medan yang di
tempuh agar kita bisa mengefisiensikan kegunaan atau kapasitas tempat dimana kita akan
membawa Survival Kits tersebut.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
24
BAB III
TIPS DAN TRIK SURVIVAL
3.1 Bivac
Bentuk lain dari alam yang bisa dimanfaatkan sebagai Bivac yaitu gua, lekukan tebing
atau batu yang cukup dalam, lubang-lubang dalam tanah dan sebagainya. Apabila memilih
gua agar kita bisa memastikan tempat ini bukan persembunyian satwa. Gua yang akan
ditinggali juga tak boleh mengandung racun. Cara klasik untuk mengetahui ada tidaknya racun
adalah dengan memakai obor. Kalau obor tetap menyala dalam gua tadi artinya tak ada racun
atau gas berbahaya di sekitarnya.
3.2 Air
Cara lain untuk mendapatkan air, dapat pula dengan cara membaca jejak binatang yang
biasanya menuju arah mata air atau mengikuti kelompok burung yang terbang disekitar kita.
*lihat di Bab Gambar
Berikutnya air dapat diperoleh dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang
sehingga yang tersisa tinggal bawahnya (bongkahnya) lalu buat lubang ditengahnya maka air
akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan. *air harus dimurnikan terlebih
dahulu.
Untuk mengatasi rasa haus yang berlebihan dapat dijaga dan diusahakan agar mulut tetap
lembab dan basah dengan cara menelan air liur, menghisap ujung kerah baju. Dalam mengatur
makanan disesuaikan dengan persediaan air yang ada. Jangan minum alkohol sebagai penahan
haus ini akan sangat berbahaya. Meminum air seni merupakan tindakan yang salah. Jangan
merokok karena mengakibatkan keringnya tenggorokan dan kehausan
3.3 Api
Untuk menyalakan perapian sebaiknya kita hindari tanah yang lembab. Jika kita hanya
bisa mendapatkan kayu bakar yang basah kita bisa mengiris kulit luarnya terlebih dahulu dan
usahakan potong kayu bakar dengan ukuran yang kecil jika kita menggunakannya untuk
penyulut.
Susunlah kayu bakar dari mulai ukuran yang terkecil hingga ukuran\yang besar.
3.4 Makanan
Pertolongan pertama untuk keracunan akibat makanan bisa menggunakan air garam,
minyak kelapa, dan susu
Makanlah makanan berkalori tinggi untuk menghindari keletihan yang berlebih.
3.5 Gangguan Binatang
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
25
Mengatasi Gangguan Binatang
Nyamuk : Bunga kluwih yang dibakar, kulit jeruk, membakar kain kemudian dimatikan
sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk, oleskan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
Disengat Lebah : oleskan air bawang merah pada luka bekas sengatan berkali-kali,
tempelkan tanah basah/liat diatas luka sengatan, jangan dipijit, tempelkan pecahan genting
panas diatas luka, olesi dengan vetsin untuk mencegah pembengkakan
Gigitan Lintah : Teteskan air tembakau, garam atau sari jeruk mentah pada lintahnya.
Untuk membuang atau mengangkat lintah upayakan dengan patahan kayu hidup yang ada
kambiumnya.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
26
BAB IV
BOTANI DAN ZOOLOGI PRAKTIS
Mempelajari Botani dan Zoologi Praktis dianggap sangat penting untuk mengenal jenis
tumbuhan dan hewan yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan darurat (Survival Food) atau
obat-obatan serta mengenal jenis tumbu-tumbuhan dan hewan yang harus dijauhi karena
beracun, berbisa atau dapat mengancam keselamatan jiwa.
5.1 Botani Praktis
A. Tumbuhan Yang Dapat Dimakan
Bagian yang dapat dimakan dan memberikan cukup energy adalah umbi, umbi batang
dan umbi akar, buah biji dan daun.
a. Ciri-ciri tumbuhan yang dapat dimakan
Bagian tumbuhan yang masih muda (Pucuk/Tunas)
Tumbuhan yang tidak mengandung getah
Tumbuhan yang tidak berbau
Tumbuhan yang tidak berbau kurang sedap
Tumbuhan yang dimakan oleh hewan mamalia
b. Langkah-langkah yang perlu dilakukan apabila akan memakan tumbuhan
Makan tumbuhan yang sudah dikenal
Makan tumbuhan jangan satu jenis tumbuhan saja
Perhatikan apakah hewan sekitarnya dapat memakan tumbuhan tersebut atau
tidak
Hindari dan berhati-hatilah pada tumbuhan atau buah-buahan yang berwarna
mencolok
Hindari tumbuhan yang mengeluarkan getah berwarna putih/getah seperti
sabun
Hindari tumbuhan yang rasanya tidak enak (Pahit dan Asam)
Tumbuhan yang akan dimakan dicoba dulu dengan mengoleskan pada tangan
atau dicicipi terlebih dahulu, tunggu beberapa menit kemudian apabila terasa
gatal dan menyengat, sebaiknya tumbuhan tersebut jangan dimakan
Apabila pemeriksaan atau pengenalan awal dirasa cukup aman, maka cicipi
dulu setiap bahan makanan yang didapat sedikit demi sedikit
Berhati-hatilah terhadap biji-bijian yang berwarna merah/merah tua.
B. Tumbuhan Obat
a. Dapat Dimakan Atau Diminum
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
27
Brotowali (Anamitra Cocculus), tumbuhannya merayap, terdapat dihutan,
dikampung. Batangnya direbus, rasanya pahit. Digunakan untuk anti demam,
anti malaria, pembersih luka dan bisa juga digunakan untuk penambah nafsu
makan.
Keji Beling/Ngokilo (strobilateses), tumbuhan semak yang bisa dijumpai di
hutan. Daunnya dimasak untuk obat sakit pinggang dan infeksi/keracunan pada
pencernaan.
Sembung/Sembung Manis (Blumen Balsmifira), jenis rumput-rumputan yang
bisa dijumpai di padang rumput yang banyak anginnya. Daunnya diseduh
dengan air panas, digunakan untuk sakit panas (demam) dan sakit perut.
b. Tumbuhan Obat Untuk Luka Luar
Getah Pohon Kamboja, untuk menghilangkan Bengkak. Gosok getah pada
bagian tubuh yang bengkak biarkan 24 jam kemudian bersihkan dengan minyak
kelapa lalu air hangat, bisa juga untuk terkilir
Air rebusan Brotowali untuk mencuci luka, juga air Batang Randu (Kapuk
Hutan)
Daun Sambiloto ditumbuk halus untuk anti sengatan kalajengking.
C. Tumbuhan Beracun
a. Getah Pohon Paku putih dapat menyebabkan kebutaan
b. Getah Jambu Monyet menyebabkan gatal-gatal
c. Buah Aren mentah juga menyebabkan gatal-gatal
d. Kecubung menyebabkan kerusakan saraf otak bahkan kematian bila dimakan
e. Daun Pulus menyebabkan gatal-gatal dan demam
D. Tumbuhan Berguna Lainnya
a. Tumbuhan penyimpan air : tumbuhan beruas (Bambu, Rotan dan lainnya)
tumbuhan merambat dan sebagainya
b. Indikator air bersih : Tespong, Selada Air
c. Pengusir ular dan serangga : Kayu Lemo
5.2 Zoologi Praktis
Hewan memiliki tempat (habitat) yang beragam, semakin tinggi permukaan tanah maka
jenis hewan yang ada akan semakin sedikit. Jika tersesat di gunung dan ingin mencari
makanan (hewan) kemungkinan terbesar menemukan hewan bukanlah ke arah puncak gunung
melainkan arah kaki gunung.
Sama halnya dengan prilaku setiap jenis hewan, ada beberapa waktu perubahan prilaku
hewan yang bisa kita manfaatkan untuk menangkap hewan tersebut diantaranya adalah saat
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
28
musim kawin, hewan-hewan biasanya kurang peka terhadap sekelilingnya. Saat seperti inilah
waktu yang baik untuk menangkap hewan tersebut.
Adapun waktu perubahan prilaku hewan yang berbahaya bagi kita diantaranya saat belut
yang berpindah tempat di sungai untuk bertelur, saat ular telah berganti kulit atau saat
menjaga telurnya. Pada saat seperti ini hewan biasanya akan bertambah ganas.
A. Binatang Berbahaya
Adapun beberapa contoh Binatang yang berbahaya antara lain:
Nyamuk di daerah malaria
Lalat dayak/lalat kerbau (besarnya 2 kali lalat biasa) terdapat dihutan Kalimantan,
Sulawesi, Irian Jaya. Bekas gigitannya bengkak dan gatal, bisa menyebabkan infeksi.
Lebah, sengatannya beracun, dalam jumlah besar/banyak dapat mematikan.
Kelabang, kalajengking. Bekas sengatannya sakit, bengkak. Untuk mengurangi rasa
sakit dapat dengan ammonia, tembakau dan sambiloto.
Pacet, lintah. Menghispa darah, untuk melepaskannya siram dengan air tembakau.
Ular berbisa : ular Hijjau, ular bakau, ular tanah, ular sendok/kobra, ular belang dll.
Umumnya jenis ular berbisa dapat diketahui dengan melihat bentuk kepala (segi tiga),
leher relatif kecil, terdapat lekukan antara mata dan hidung, mempunyai gigi bisa.
B. Binatang Yang Berguna
Hampir semua mamalia dan burung dapat dimakan dagingnya
Ular, kadal, kura-kura dapat dimakan.
Lebah bisa diambil madu dan larvanya.
Cacing dan siput hutan dapat dimakan.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
29
BAB V
GAMBAR
5.1 BIVAC
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
30
5.2 API / PERAPIAN
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
31
5.3 TRAP
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
32
5.4 SURVIVAL KITS
Waterproof Matches
Kompas
Waterproof Matches
Parafin
Jas Hujan Poncho
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
33
Bayonet Flash Light
Peluit Peniti
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
34
VERTICAL RESCUE
VR merupakan salah satu teknik penyelqmatan paling berbahaya dan membutuhkan kemampu
an khusus. Setiap anggota tim harus dapat saling bekerja sama dan mengenal baik alat yang di
gunakan maupun medan yang dihadapi. Sebagai sebuat tim, harus sering mekatih kerjasama m
enghadapi berbagai situasi dan kondisi. Faktor - faktor yang ada di medan juga menjadi penen
tu keselamatan korban.
Sebelum melakukan VR perlu dipersiapkan :
1. menentukan tujuan penyelamatan
2. mempertimbangkan faktor resiko
3. menyusun rencana penyelamantan
4. menentukan rencana antisipasi
Alat - alat yang harus dibawa saat melakukan VR :
Tali Karmantel
Tali yang digunakan tipe statik dan berdiameter 11 mm dan dicek dahulu sebelum digu
nakan
Webbing
Hal - hal penting saat menggunakan webbing saat operasi VR :
Dilarang membawa webbing di leher sebab bisa menyebabkan luka serius sampa
i fatal (tercekik saat pemanjat jatuh).
Bawalah webbing di harness ataupun melingkari leher dan 1 lengan secara disgo
nal.
Selalu cek simpul untuk melihat tanda - tanda terlalu kencang atau longgar.
Panjang minimum webbing sepanjang 100 mm.
Selalu periksa webbing secara teratur dan seksama untuk mengetahui adanya ker
usakan. Jangan gunakan webbing yang rusak.
Helm
Ringan, pas di kepala, berstandart keselamatan (minimal helm caving atau climbing)
Sarung tangan
Sarung kulit yang pas di tangan kontrol tali saat belaying dan menahan tali serta
mencegah panas dari gesekan.
Sepatu
Soll sepatu masih bagus, bergigi, nyaman, dan pas di kaki.
Pakaian
Melindungi penyelamat dan jangan terlalu longgar (supaya tidak tbelit tali).
Karabiner
Karabiner yang digunakan bertipe screw dengan kekuatan minimum 2.500 kg dan bah
annya sebaiknya besi. Lebar bukaan karabiner yang digunakan dalam VR berdiamet se
kitar 25 mm. Penggunaan karabiner screw bisa digantikan dengan karabiner snap deng
an memasang 2 buah secara berkebalikan arah.
Maillons Rapide
Mirip seperti karabiner dalam kegunaan dan bahannya. Bisa menahan beban hingga 6.
000 kg, berbentuk segitiga sehingga sanga efektif menahan 3 beban sekaligus.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
35
Peluit dan pisau
Gerigi
Digunakan untuk 1 bilayer dan memposisikan penyelamat di tebing atau tempat yang t
idak stabil. Gerigi akan melewatkan tali (dapat menaikkan dan menurunkan) dan secar
a otomatis menahan pergerakan tali saat handle nya ditutup. Bekerja pada tali berdiam
eter 10 - 11 mm.
Peralatan keselamatn individu
Descender
Digunakan untuk menurunkan beban, namun dapat minimbulkan friksi karena cincin b
esar akan memilin tali.
P3K individu
I`D Self-Breaking Descender
o Jenis descender yang tingkat efisiensinya menengah. Fungsinya sebagai alat be
lay, mengontrol besarnya friksi, dan menegangkan tali yang melewatinya.
Pulley
Digunakan untuk mengurangi friksi, mengubah arah pergerakan beban, atau mengangk
ut beban secara horizontal/diagonal.
Pulley yang digunakan bercirikan :
Ukuran 4 kali diameter tali yang digunakan.
Roll pulley harus mudah digerakkan tanpa menggerakkan tali.
Tali harus diletakkan di antara roll pulley dan pucuknya.
Skrup pully tidak terbentur atau tersangkut benda apapun.
beban yang ditahan pully bisa lebih dari 1.500 kg.
Stretchers
Korban yang terluka parah akan diangkut dengan stretcher khusus VR demi kenyamanan, pe
rlindungan, dan keamanan.
Alat - alat tambahan saat melakukan VR pada malam hari :
Lampu helm dan sumber cahaya cadangan individu
Penerangan yang dapat menerangi area VR
Batang fosfor atau sejenis penanda anggota ataupun peralatan yang ada di tempat VR
Terpal pembatas tempat - tempat berbahaya
Simpul yang digunakan :
Figure of eight
Alpine Butterfly
Clove Hitch
Double Fisherman
Hal - hal yang mendasari operasi VR :
Lokasi korban
Memastikan lokasi korban
Menjangkau korban
Menentukan dan memberitahukan kondisi korban ke anggota lainnya
Merancang rencana operasi vr sesuai kondisi
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
36
Memberitahukan rencana operasi vr ke seluruh anggota tim
Akses
Membuat jalur penyelamatan secepatnya untuk jalur pembuka
Terus memantau dan memberitahukan kondisi korban
Stirep kenkepala tim
Mengubah rencanq operasi vr secepat dan setepat mungkin menyesuaikan perubahan
situasi dan kondisi medan vr
Secara teratur mempertahankan kondisi korban ke kondisi terbaiknya
Stabilisasi
Menjaga medan sekitar korban supaya tidak memperburuk kondisi korban
Melakukan life saving first aid kepada korban
Memindahkan dan memfiksasikan korban ke tandu untuk evakuasi
Mempersiapkan jalur evakuasi
Memberitahukan operasi tahap terakhir vr ke seluruh anggota tim
Transport
Memastikan semua sistem terpasang dengan benar dan kuat
Melakukan pengecekan akhir sebelum melakukan operasi vr
Memindahkan korban ke tempat aman
Mengedukasi korban bila memungkinkan
Selalu mengawasi pergerakan dan kinerja alat serta tim
Kepala tim harus memberikan perintah sesuai situasi dan kondisi medan. Perintah yang diberi
kan harus mengarahkan tim dan korban ke tempat dan kondisi medan yang aman. Perintah kep
ala tim juga berfungsi mengarahkan kerja tim. Selama proses evakuasi perintah tim dipindahk
an ke anggota yang menjaga stretcher.
Diterjemahkan dari : Australian Emergency Manual
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
37
PENGENALAN SAR DASAR
A. Tujuan Pengetahuan SAR
Agar diperoleh pengertian yang benar oleh setiap insan dan potensi SAR untuk
memudahkan dalam setiap pelaksanaan SAR.
1. Pendahuluan
a. Definisi SAR
SAR merupakan singkatan dari Search And Rescue yang mempunyai arti
usaha untuk melakukan pencarian, pertolongan dan penyelamatan terhadap
keadaan darurat yang dialami baik manusia maupun harta benda berharga
lainnya yang dikhawatirkan hilang atau menghadapi musibah atau bencana.
b. Hakekat SAR
SAR merupakan kegiatan kemanusiaan yang dilakukan secara suka rela dan
tanpa pamrih dan merupakan kewajiban moril bagi setiap individu yang
terlatih untuk melakukan pertolongan secara tepat dan efisien dengan
memanfaatkan sumber daya/ potensi yang ada, baik sarana dan prasarana
maupun manusia yang ada kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja, tanpa
membedakan kebangsaan, ras, kepercayaan, kedudukan, dan asal-usul
mereka yang membutuhkan pertolongan.
Hal tersebut berdasar kepada sifat-sifat operasi SAR, yaitu : 1)
Kemanusiaan, 2) Netral, 3) Cepat, Cermat, Cekatan, 4) Tepat dan Aman, 5)
Koordinatif, serta 6) Borderless.
c. Tujuan SAR
1) Menyelamatkan jiwa manusia dan harta benda serta barang yang
ditimpa musibah kecelakaan/ bencana sebanyak mungkin dengan cara
yang effisien dan efektif.
2) Memberi rasa aman, rasa pasti, dan rasa tidak was-was pada orang
yang terkena musibah.
3) Memenuhi dan melaksanakan kewajiban internasional dalam rangka
kerja sama dan hubungan antar bangsa dan keluarga dunia.
d. Wewenang SAR
SAR mempunyai wewenang sebatas pada usaha pencariaan, petolongan,
serta evakuasi, sampai korban musibah diserahkan kepada pihak yang lebih
berwenang.
e. Sasaran SAR
Sasaran utamanya adalah keselamatan jiwa manusia, baru kemudian
keselamatan harta benda.
B. Pelaksanaan Operasi SAR
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
38
Operasi SAR harus dilaksanakan secara cepat: segera setelah diketahui adanya keadaan
darurat atau bencana; dan andal: dilaksanakan oleh personel berketrampilan yang telah
memperoleh pendidikan dan pelatihan.
Dalam dunia pelayaran dan penerbangan, penyelenggaraan operasi SAR menggunakan
suatu system SAR, terdiri dari 5 tahap kegiatan ditunjang dengan 5 komponen dengan
memperhatikan 3 keadaan darurat (emergency phase)
1. Tingkat Keadaan Darurat
Keadaan darurat suatu musibah dibagi menjadi 3 tingkat :
a. Tingkat Meragukan (Uncertainly Phase – INCERFA), ketika ada dugaan
adanya musibah yang terjadi.
“Sebuah pesawat terlambat melaporkan kedatangan melebihi batas waktu
perkiraan kedatangan”
b. Tingkat Mengkhawatirkan (Alert Phase – ALERFA), merupakan kelanjutan
dari tingkat INCERFA atau jika dikketahui dalam keadaan
mengkhawatirkan karena adanya ancaman terhadap keselamatannya
“Diketahui pesawat dalam keadaan mengkhawatirkan atau adanya
ancaman.”
c. Tingkat Memerlukan bantuan (Distress Phase – DISTRESFA), telah
diketahui secara pasti bahwa ada yang membutuhkan pertolongan -> operasi
segera dilakukan.
“Diketahui bahwa penumpang memerlukan bantuan karena pesawat
mengalami kerusakan dan harus melakukan pendaratan darurat.”
C. Tahap operasi SAR
1. TAHAP MENYADARI (AWARENESS STAGE)
Yaitu saat diiketahui/ disadari terjadinya keadaan darurat/ musibah. Tindakan
yang dilakukan, nama pesawat/ kapal, posisi dan waktu kejadian, cuaca, dll.
2. TAHAP TINDAKAN AWAL (INITIAL ACTION STAGE)
Yaitu saat dilakukan suatu tindakan awal sebagai respon adanya musibah.
Tindakan yang harus dilakukan adalah evaluasi informasi kejadian, penyiagaan
fasilitas SAR, pencariaan awal dan lanjut, penunjukan SMC (SAR Mission
Coordinator), dll.
3. TAHAP PERENCANAAN OPERASI (PLANNING STAGE)
Yaitu pembuatan rencana operasi yang effektif, meliputi penentuan titik duga,
perhitungan luas area pencarian, pemilihan dan penggunaan unsur SAR, metode
dalam pelaksanaan, koordinasi dengan unsur-unsur terkait, dll.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
39
4. TAHAP OPERASI SAR (OPERATION STAGE)
Yaitu saat dilakukannya operasi pencarian dan pertolongan. Tindakan yang
dilakukan antara lain adalah briefing SRU, pemberangkatan SRU, pelaksanaan
pencarian/ penolongan oleh SRU, penggantian SRU, penarikan SRU, debriefing.
5. TAHAP AKHIR PENUGASAN (MISSION CONCLUSION STAGE)
Yaitu saat Operasi SAR dinyatakan selesai dan seluruh unsur SAR dikembalikan
ke kesatuan induk / organisasinya masing-masing. Kegiatan yang dilaksanakan
adalah pengembalian unsur, evaluasi hasil acara, dan pembuatan laporan.
D. Komponen penunjang SAR
1. ORGANISASI, merupakan struktur organisasi SAR yang meliputi aspek
pengerahan unsur komando, komando dan pengendalian, kewenangan, lingkup
penugasan, dan tanggung jawab untuk penanganan musibah.
2. FASILITAS, adalah komponen berupa unsur, peralatan/peralatan, serta fasilitas
pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam operasi SAR.
3. KOMUNIKASI, adalah komponen berupa penyelenggaraan komonikasi sebagai
sarana pemantauan musibah / kejadian, komamndo pengendalian serta membina
kerja sama / koordinasi selama operasi berlangsung.
4. PERAWATAN DARURAT, adalah komponen berupa penyediaan fasilitas
perawatan darurat yang bersifat sementara dalam mendukung terhadap korban.
5. DOKUMENTASI, adalah pendataan laporan / kegiatan analisa serta data
kemampuan yang akan menunjang effisiensi pelaksanaan operasi dan
pengembangan kegiatan misi SAR yang akan dating.
6. ORGANISASI MISI OPERASI SEARCH AND RESCUE
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
40
7. SC ( SAR COORDINATOR )
Dijabat oleh seorang pejabat karena fungsi dan wewenangnya mampu
memberikan dukungan kepada kantor SAR untuk menggerakkan unsur-unsur SAR
8. SMC ( SEARCH MISSION COORDINATOR )
Dijabat oleh seseorang yang karena memiliki kemampuan / kwalifikasi yang
ditentukan. Dan tugasnya adalah melaksanakan evaluasi kejadian, perencanaan
serta koordinasi pencarian. Tugas ini berlaku untuk satu kejadian SAR.
9. OSC ( ON SCENE COMANDER )
Dijabat oleh seseorang yang ditunjuk SMC untuk mengkoordinasikan serta
mengendalikan unsur SAr dilapangan, OSC ini ada bila SMC merasa perlu
untuk kelancaran tugas.
10. SRU (SEARCH RESCUE UNIT)
Adalah unsur SAR/ fasilitas personil SAR yang secara nyata melaksanakan
operasi SAR.
a. Tugas Utama SRU (Search and Rescue Unit) :
1) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh SMC atau OSC.
SRU wajib patuh terhadap tugas yang diberikan oleh SMC atau OSC.
Apabila keadaan menghendaki adanya perubahan, maka hanya dapat
dilakukan setelah konsultasi dan disetujui oleh SMC atau OSC.
Penyimpangan atau melawan wewenang dari SMC atau OSC sama
SC
SMC
OSC
SRUSRU
SC
SMC
OSC
SRU
SRU
OSC
SRU
SRU
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
41
sekali tidak dibenarkan dan SMC atau OSC wajib menarik kembali
SRU yang tidak disiplin
2) Melaksanakan prosedur pencarian secara benar
Berbagai petunjuk pelaksanaan tugas harus dikerjakan secara seksama
ddengan kewaspadaan dan ketelitian yang baik.
3) Melapor segala kegiatan secara berkala kepada SMC atau OSC pada
waktu yang ditetapkan sambil konsultasi mengenai berbagai keperluan
dan kepentingan guna kelancaran operasi pencarian
4) Memasang rambu-rambu (Marker) pada daerah pencarian guna
membantu kelancaran serta ketepatan usaha dalam sistem pencaria.
a) Dapat berupa :
(1) Rambu tanda :
(2) String line (berikut tags/tanda-tanda)
(3) Ribbon (ikatan pita atau tali raffia)
(4) Rambu tertulis
(5) Petunjuk ketinggian suatu tempat
(6) Petunjuk ketinggian suatu tempat
(7) Catatan Petunjuk Lapangan atau CPL yang berisi :
(a) Tanggal, nomor regu, jumlah anggota
(b) Keterangan tugas
(8) Keterangan tugas yang dilakukan
(a) Petunjuk tempat-tempat yang berbahaya (tanah
longsor, jurang dsb)
(b) Petunjuk diketemukan jejak, tanda-tanda dsb, yang
diperkirakan/dipastikan milik korban
SAR
1000 m
SAR
1500 m
CAMP SAR I
25m
Air
15 m
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
42
(c) Keterangan tambahan pada CPL oleh regu
berikutnya yang melewati tempat terdapatnya CPL.
Keterangan ini dapat ditambahkan bila dianggap
perlu oleh SRU guna melengkapi keterangan yang
sudah ada.
5) Memberikan pertolongan pertama pada korban bila diperlukan.
Pertolongan harus diberikan dengan pengetahuan serta kesadaran
kemanusiaan yang tinggi.
6) Melaksanakan evakuasi korban, baik dalam keadaan sehat, sakit
ataupun sudah meninggal.
7) Dapat melakukan hubungan komunikasi radio baik dan jelas sesuai
prosedur standar operasi radio yaitu dengan menggunakan HT. Juga
mengerti kode yang telah disepakati bersama untuk keadaan darurat.
8) Membuat laporan kerja secara tertulis bila diminta oleh SMC atau
OSC
b. Perlengkapan Wajib SRU
Selain membawa perlengkapan standar untuk menjelajah rimba dan gunung,
anggota SRU wajib membawa beberapa perlengkapan yang dikategorikan
sebagai perlengkapan wajib bila akan bergabung dalam suatu operasi SAR.
Peralatan itu berupa :
1) Perorangan
a) Ponco atau jas hujan
b) Golok tebas
c) Peluit
d) Tempat air
e) Senter dan bola lampu serta baterai cadangan secukupnya
f) Makanan untuk 4 hari (bila rencana mengikuti SAR selama 3
hari).
2) Regu
a) Tenda
b) Peta, kompas, altimeter, penggaris busur
c) Peralatan masak (Kompor + bahan bakar, nesting)
d) Peralatan Rock Climbing (karmentel, harness, jumar, piton,
hammer, descender, sling dsb)
e) Alat komunikasi (HT, dsb)
f) Benang (untuk string line) sejumlah 4 kelos @ 500 m
g) Tali rafiah 500 gr
h) Obat-obatan dan peralatan P3K
i) Jerigen air 5 lt
j) Senter besar/lampu penerangan (neon baterai, lampu badai)
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
43
EXPLORER SEARCH AND RESCUE (ESAR)
A. Pendahuluan
Pada awal tahun 1980-an beberapa kelompok pendaki gunung mencoba
mengembangkan Explorer Search And Rescue (ESAR). Sistem ini berasal dari Amerika
Serikat yang diperuntungkan bagi para penjelajah daerah-daerah berhutan, padang
kering dan sungai. Pada tahun-tahun sebelumnya sistem SAR laut dan udara masih
menjadi rujukan untuk melakukan pencarian orang hilang di gunung. Yang
membedakan ESAR dengan induknya SAR secara keseluruhan terletak pada rinci
operasionalnya. Dalam ESAR dikenal limat tahap pencarian atau operasi.
B. Maksud dan Tujuan
Menolong sesama hidup merupakan salah satu bukti dari pengamatan rasa cinta alam.
Sehingga sebagai makhluk hidup yang mengaku dekat dengan alam, Explorer Search
And Rescue amatlah dibutuhkan, khususnya untuk menolong sesame hidup. Lebih
dipersempit lagi ruang lingkup operasionalnya dalam menolong korban di gunung dan
hutan.
Materi ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang teknik operasional dalam ESAR
sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Sebab ESAR memerlukan dan menuntut personil
yang siap, cepat dan tanggap. Personil ESAR diharapkan mampu menjalankan
kewajibannya dengan baik, yang bukan berasal dari kata tugas, melainkan dari
panggilan moral, hati nurani dan sebuah arti kesetiakawanan terhadap sesama.
C. Teknik-teknik Pencarian
Dalam pencarian terdiri dari empat unsur yang dapat dijadikan standar dalam
menentukan keterampilan tertentu yang dibutuhkan bagi suatu operasi SAR :
No. Unsur Pengetahuan
1 Locate (menentukan
lokasi korban)
Pengetahuan tentang
navigasi darat, data
peristiwa, keadaan
korban, keadaan medan
dll.
2 Reach (mencapai korban) Keterampilan mendaki
gunung, RC, hidup di
alam, mencari jejak,
penguasan peta dan
kompas, dll
3 Stabilize (menentramkan
korban)
Pengetahuan dan
keterampilan PPPK,
gawat darurat
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
44
4 Evacuate (membawa
kembali korban)
Sama dengan reach serta
penguasaan P3K.
Teknik pencarian disini merupakan teknik pencarian yang dilakukan di darat. Walaupun
tidak secara khusus untuk di darat, teknik ini juga yang membedakan antara SAR dan
ESAR. Teknik pencarian ini bertumpu pada lima tahap.
1. Tahap Awal (Preliminary Mode)
Yaitu mengumpulkan informasi-informasi awal, saat dari mulai tim-tim pencari
diminta bantuannya sampai kedatangannnya di lokasi. Melakukan perencanaan
pencarian awal, perhitungan-perhitungan, mengkoordinasikan regu pencari,
membentuk pos pengendali perencanaan, mencari identitas subjek, perencanaan
operasi dan evakuasi.
2. Tahap Pemagaran (Confinement Mode)
Yaitu memantapkan garis batas untuk mengurung orang yang dinyatakan atau
dikhawatirkan hilang agar berada di dalam areal pencarian (search area). Untuk
lebih jelasnya akan dibahas dalam bagian tersendiri
3. Tahap Pengenalan (Detection Mode)
Yaitu pemeriksaan-pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang dicurigai. Apabila
dirasa perlu, dilakukan pencarian dengan cara menyapu (sweep searches). Bisa
juga dilakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang diketemukan tanda-
tanda atau barang-barang yang ditinggalkan oleh survivor. Untuk lebih jelasnya
akan dibahas dalam bagian tersendiri.
4. Tahap Pelacakan (Tracking Mode)
Yaitu mengikuti dan melacak jejak yang ditinggalkan oleh survivor atau pelacakan
terhadap barang-barang yang tercecer dari survivor. Tracking bisa benar-benar
dilakukan oleh orang-orang yang terlatih dan berpengalaman serta mempunyai
kemampuan melacak yang tinggi antara lain membaca jejak, medan peta kompas,
mengerti maksud dan tujuan korban, makna dari benda-benda yang terjatuh dan
sengaja ditinggal korban atau dengan menggunakan anjing pelacak. Dari beberapa
pengalaman, pelcakan dengan anjing pelacak masih belum bisa dilakukan secara
baik untuk kondisi alam Indonesia. Hal ini dikarenakan factor alam yang sulit dan
ekstrim serta cepat berubah
5. Tahap Evakuasi (Evacuation Mode)
Yaitu memberikan pertolongan pertama dan membawa survivor ke titik
penyerahan untuk perawatan lebih lanjut. Tiga hal pokok yang harus dilakukan
pencari apabila berhasil menemukan survivor dalam keadaan hidup :
a. Memberikan pertolongan pertama bila diperlukan. Dalam hal ini personil
harus benar-benar memiliki kemampuan pertolongan pertama karena kalau
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
45
salah menangani akan mengakibatkan korban bertambah parah bahkan bisa
meninggal.
b. Meyakinkan pada survivor bahwa Ia akan selamat.
c. Mengabarkan ke pangkalan pengendali tentang kondisi dan lokasi
ditemukannya survivor
1) Bila survivor dalam keadaan meninggal :
a) Tidak boleh merubah posisi survivor sebelum ada perintah dari
SMC
b) Menjaga survivor dari segala gangguan yang mungkin terjadi
c) Melaporkan ke pangkalan untuk dievakuasi
d. Teknik yang digunakan dalam evakuasi :
1) Memapah
2) Memandu
3) Bantuan helicopter
4) Modifikasi dari teknik yang ada
6. Tahap Pemagaran (Confinement Mode)
Dasar pemikirannya adalah menjebak survivor dalam area yang jelas dan kita
dapat mengetahui batasan-batasannya, sehingga :
a. Area tersebut dapat dilakukan pencarian atau disapu.
b. Sebagai petunjuk bagi survivor untuk menuju tempat yang dapat diketahui
tim pencari.
c. Kerja awal dari tahap ini adalah memagari kemungkinan gerak dari
pencarian yang padat yang mungkin diperlukan bila areal pencarian menjadi
terlalu luas.
a. Metode Confinement :
1) Trail Blocking (razia pada jalan setapak)
Yaitu menempatkan tim kecil pada jalan masuk ke areal
pencarianuntuk menjaga kemungkinan korban melalui daerah tersebut.
Mencatat nama-nama yang keluar masuk areal pencarian tersebut.
2) Road Blocks (razia pada jalan keluar)
Pada dasarnya sama dengan trail blocks, hanya saja disini masyarakan,
pamong desa dapat diminta bantuan untuk melakukan pengawasan
kemungkinan korban keluar melalui desa mereka atau dengan
meminta bantuan petugas keamanan atau tenaga yang lainnya.
3) Look Outs
Mengadakan “pengintaian” dengan menempatkan regu-regu kecil di
ketinggian untuk dapat mendeteksi dan mengawasi daerah-daerah
sekitar yang lebih rendah untuk mendeteksi dan mengawasi bila ada
yang bergerak, membuat asap, tanda-tanda dari survivor jika berada di
sekitar daerah itu. Juga menggunakan tanda-tanda yang menyolok
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
46
untuk menarik perhatian survivor, misalnya bunyi-bunyian, lampu,
sinar, api, asap, dll.
4) Camp In
Yaitu mendirikan pos-pos di lokasi yang strategis, misalnya saja
persimpangan jalan ataua pertemuan aliran sungai. Dari Camp In ini
tim pencari dapat bergerak melakukan pencarian di daerah sekitar.
5) Track Traps (jalur jebakan)
Yaitu jalur setapak atau tempat-tempat tertentu yang kemungkinan
besar akan dilalui oleh korban karena tempat tersebut secara alamiah
dan naluri, besar kemungkinannya akan dipilih atau dilewati korban,
missal jalur air, mata air, goa, tempat datar dsb. Tim pencari dapat
membuat jebakan buatan, missal dengan menggemburkan tanah
disekitar jalur. Periksalah secara berulang area itu secara berkala untuk
melihat jejak korban.
6) String Lines
Yaitu pembatas buatan berupa jalur benang atau tali yang ditarik
mengikuti jalur tertentu yang diharapkan akan membatasi ruang gerak
korban. Bila string line jalur tertentu yang diharapakan akan
membatasi ruang gerak korban. Bila string line tersebut diketemukan
oleh korban, ia akan dituntun menuju tempat tertentu missal jalan
setapak, camp in dsb (lihat gambar). Secara khusus akan efektif bila
dilakukan pada daerah-daerah terbuka dimana cara pandangnya baik.
Bila daerahnya berpohon dan bersemak lebat, dapat lebih sempurna
dengan menggunakan Tagged String Lines (Bentangan tali yang
bertanda). Tags (tanda-tanda) pada string lines akan menarik perhatian
survivor untuk bergerak mengikuti tali itu dan keluar menuju tempat
yang ditunjukkan oleh tanda-tanda itu. (lihat gambar)
Tujuan menggunakan string line adalah menjadikan ruang-ruang atau
kotak-kotak search areah menjadi sektro yang terkuasai untuk
pencarian tim pencari. Setelah Initial Confinement (pemagaran awal),
tambahan string line dapat dipergunakan untuk membagi-bagi area itu.
String line dapat digunakan untuk pemagaran dan untuk menandai
SAR
Jalan Keluar
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
47
sector pencarian. Pemisahan lebih lanjut ini bertujuan untuk
mempersemput areal pencarian yang dilakukan oleh tim pencari.
7. Tahap Pengenalan (Detection Mode)
Detection adalah usaha untuk mencari korban atau benda yang tercecer/terjatuh
atau sengaja ditinggalkan survivor. Pada keadaan inilah pasukan atau tenaga dari
tim ESAR terutama diperlukan atau digunakan.
Metode detection, dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Penamaan dari ketiga
kategori di bawah ini telah digunakan dalam ESAR untuk beberapa tahun ini,
diambil karena hal ini secara umum bertalian terhadap tahapan dari
pengembangan operasi pencarian. Tipe I umumnya mendahului tipe II, tipe II
muncul sebelum tipe III
a. Tipe I Search
Yaitu pemeriksaan tidak resmi yang segera dilakukan terhadap areal yang
dianggap paling memungkinkan. Penamaan lain untuk tipe ini adakah
Reconnaisance atau Hayt Searching/pencarian terburu-buru.
Metode ini digunakan pada :
1) Tahap pencarian awal
Memeriksa ulang daerah dimana diduga survivor berada
a) Sasaran metode ini :
(1) Pemeriksaan yang segera atas area yang spesifik dimana
survivor diduga berada
(2) Memperoleh informasi mengenai areal pencarian
Teknik yang digunakan
Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang yang mampu bergerak cepat
untuk memeriksa daerah pencarian. Bila menemukan barang yang tercecer
dan bila SMC (SAR Mission Coordinator) menghandaki barang tersebut
dibawa, maka sebuah marker akan dipasang dan ditempatkan di lokasi
penemuan.
b. Tipe II Search
Kriterianya adalah efisiensi, pemeriksaan yang cepat dan sistematis atas area
yang luat, dengan metode penyapuan yang akan menghasilkan hasil akhir
yang tinggi dari setiap pencari per jam kerjanya. Nama lain dari tipe ini
adalah open grids (pencarian grid renggang/penyapuan renggang).
Metode ini digunakan pada :
1) Tahap awal operasi pencarian, terutama bila jangka waktu orang yang
bertahan hidup diperkirakan sangat pendek
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
48
2) Bila areal pencarian luas dan tidak ada areal tertentu yang dapat
dicurigai dan tidak tersedia cukup tenaga pencari yang dapat
mengcover keseluruhan area.
3) Sasaran metode ini adalah pencarian yang tepat dan cepat pada areal
yang luas.
Teknik yang digunakan :
Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang , yang sejajar dengan jarak yang
cukup lebar antara 10 sampai 20 meter dengan arah yang telah ditentukan.
Ada baiknya ada seorang pemimpin tim yang bergerak mengawasi
penyapuan, tugasnya :
1) Memperhatikan apakah penegang kompas dapat menjaga sudut
kompas yang sejajar
2) Mengatasi hal-hal yang muncul mendadak
3) Memriksa penemuan-penemuan yang ditemukan oleh tim
Ada cara umum untuk mencegah regu pencari saling tumbang tindih satu
sama lain atau tidak bisa menjaga jarak yang telah ditentukan diantara
mereka yaitu dengan memakai pita atau ribbon dan menggunakan kompas.
Pada metode I dan II pada selang waktu tertentu regu berhenti untuk
memperhatikan sekilat sekitarnya serta memanggil survivor sambil menanti
kemungkinan jawaban. Contoh pencarian dan penyapuan pada metode tipe
II (lihat gambar).
Keterangan :
1) Tim terdiri dari 6 orang memriksa kedua tepi sungai kecil.
2) A & B, personil ujung kiri dan kanan memasang, marker (cataatan
petunjuk lapangan), dan string line/ribbon.
3) C adalah petugas kompas/kompas man yang selalu memeriksa bahwa
pencarian sesuai arah kompas.
4) X adalah pimpinan SRU yang mondar-mandir sekitar barisan sambil
memeriksa dan memastikan jarak personil terjaga dan juga melihat
A 15m D C
E B
Z
15m
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
49
situasi sekitar medan, apakah perlu ada perubahan arah atau sistem
pencarian.
5) Z adalah navigator, yang bertugas membantu kompas man untuk
memastikan agar sudut pencarian tidak melenceng.
Bila alat komunikasi cukup, maka idealnya X, A, dan B masing-masing
membawa HT.
b. Tipe III Search
Kriterianya adalah kecermatan, pencarian dengan sistematika yang ketat atas
area yang lebih kecil menggunakan metode penyapuan yang cermat.
Dinamakan juga close grids (pencarian grid rapat/penyapuan rapat).
Metode ini digunakan pada :
1) Besarnya kemungkinan objek yang ditemukan dalam areal pencarian
pada metode tipe II, lebih rendah dari apa yang diharapkan
2) Bila areal pencarian terbatas dan tenaga yang tersedia mencukupi
Sasaran metode ini adalah pencarian yang cermat atas areal yang spesifik
Teknik yang digunakan
Penyapuan dengan jarak yang sempit. Jumlah anggota tim 3-9 orang dengan
jarak kira-kira antar personil 3 sampai 5 meter. Pita-pita atau string line
banyak digunakan untuk mengontrol dalam memberi tanda yang jelas antara
areal yang sudah dicari dan yang belum. Contoh pencarian dan penyapuan
pada metode tipe III (lihat gambar).
Tim yang menggunakan kompas man untuk pencarian dan penyapuan.
C = Kompas man
Tiga tim menggunakan kompas sebagai unit control dalam penyapuan.
C O O O O C
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
50
C = Kompas man
Tiga tim pada penyapuan sejajar menggunakan ribbon (potongan tali
rafiah/pita) sebagai unit control dalam penyapuan. (lihat gambar)
C O O O C C O O O C O O O
O O O O O O O O O O O O O O O
TIM 1 TIM 2 TIM 3
TIM 1 TIM 2 TIM 3
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
51
B. Sikap Mental Selama Pencarian
Cepat tanggap. Pentingnya cepat tanggap untuk mencegah :
7. Sangat cepatnya meluasnya area pencarian yang potensial
8. Meningkatnya kesuliatan pencarian berkaitan dengan mobilitas dan reaksi
Dalam melakukan pencarian jangan terlalu terburu-buru, hendaknya dilakukan dengan
kecermatan dan ketelitian. Hal ini untuk menghindari kemungkinan survivor tidak
terdeteksi saat dilakukan penyapuan.
Pencarian adalah hal yang menarik. Bila pencarian kita anggap sebagai hal menarik,
maka hasilnya akan lebih efektif. Kesungguhan, perhatian penuh dan sikap agresif
dalam mengawasi merupakan komponen yang berharga bagi kerja pencarian.
Pentingnya mencari jejak atau barang yang tercecer. Penemuan jumlah jejak dan barang
yang tercecer di dalam area, diperkirakan lebih banyak dari survivor. Penemuan juga
dapat merupakan pemasukan yang penting bagi penyempitan area pencarian.
C. KOMPONEN PENUNJANG
GUNA KEBERHASILAN PELAKSANAAN DIATAS BILA DIDUKUNG
DENGAN KOMPONEN PENUNJANG DIBAWAH INI :
1. ORGANISASI, merupakan struktur organisasi SAR yang meliputi aspek
pengerahan unsur Komando, Komando dan Pengendalian, Kewenangan, Lingkup
Penugasan, dan Tanggung jawab untuk penganganan musibah
2. FASILITAS, adalah komponen berupa unsur, peralatan / peralatan, serta fasilitas
pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam OPERASI SAR
3. KOMUNIKASI, adalah komponen berupa penyelenggaraan komunikasi sebagai
sarana pemantauan musibah / kejadian, komando pengendalian serta membina
kerja sama / koordinasi selama operasi berlangsung
4. PERAWATAN DARURAT, adalah komponen berupa penyediaan fasilitas
perawatan darurat yang bersifat sementara dalam mendukung terhadap korban.
5. DOKUMENTASI, adalah pendataan laporan/kegiatan analisa serta data
kemampuan yang akan menunjang effesiensi pelaksanaan operasi dan
pengembangan kegiatan misi SAR yang akan dating
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
52
KOMUNIKASI MARABAHAYA
(Emergency Communication)
A. Pendahuluan
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (komunikasi, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada
bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan
dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya
tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut
komunikasi nonverbal.
Dalam penggolongan berkomunikasi ada beberapa macam, ada komunikasi
verbal non verbal, ada langsung tak langsung, serta dengan atau tanpa alat bantu.
Komunikasi verbal adalah jenis komunikasi yang penyampaiannya
menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang
didengarnya. Sedangkan, komunikasi non-verbal adalah jenis komunikasi yang
penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami
isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi
muka pengirim komunikasi. Pada komunikasi non-verbal mengandalkan indera
penglihatan sebagai penangkap stimuli yang timbul.
Komunikasi langsung adalah komunikasi yang langsung disampaikan kepada
penerima saat itu juga, sedangkan tak langsung terdapat delay, missal dengan kurir.
Sedangkan komunikasi tanpa alat berarti kita langsung berhadapan dengan
penerima pesan, sedangkan dengan alat bias dengan telepon radio, surat dsb.
Marabahaya (bencana) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
B. Peran Komunikasi di saat Marabahaya
Dalam Keadaan mara bahaya komunikasi sangatlah penting. Pada saat sebelum bencana
sampai saat pasca bencana. Pada saat sebelum bencana dapat digunakan untuk
memberikan peringatan kepada masyarakat tentang adanya ancaman bencana tersebut
juga dapat mengerakkat masyarakat untuk mengungsi bilamana diperlukan. Setelah
bencana dapat berfungsi dalam pengoorrdinasian para relawan yang membantu
dilapangan.
Dalam bencana yang besar biasanya Sarana komunikasi yang ada ikut hancur dengan
fasilitas yang lain.saat itulah dibutuhkan sarana komunikasi yang siap apakai dalam
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
53
waktu singkat. Kita dapat memanfaatkan telepon satelit maupun dengan radio
komunikasi dua arah. Kendala kalau kita pakai telepon satelit selain handet yang mahal
kita perlu beli pulsa untuk bisa berkomunikasi. Maka sebetulnya yang paling bias
diandalkan adalah komunikasi radio, apalagi di Indonesia banyak yang punya perangkat
baik yang ikut organisasi ( ORARI dan RAPI ) maupun yang tidak.
Dalam penggunaan Radio komunikasi, kita dapat mengunakan frekuensi HF, VHF
Maupun UHF, sesuai dengan perangkat yang ada.
Dalam penggunaan frek HF kita akan dapat range jangkauan yang cukup jauh Karena
gelombang tersebut mempunyai lamda yang lebih panjang dari VHF dan UHF. Tetapi
perangkat yang besar (HT HF kurang maksimal, karena jarang yang memiliki) sehinga
kurang leluasa untuk dipakai oleh team yang mobile dengan berjalan, selain itu
harganya mahal. Sehingga yang paling sesuai adalah VHF atau UHF yang mempunyai
perangkat yang lebih murah dan banyak dimiliki masyarakat. Untuk mengatasi jarak
jangkauan yang lebih dekat, (lebih kurang 4 km dengan antenna bawaaan pada kondisi
LOS) maka bias diakali dengan pemasangan RADIO PANCAR ULANG ( RPU ) atau
lebih popular dengan sebutan Repeater.
Dengan menggunakan RPU kita dapat berhubungan dengan jarak yang lebih jauh
tergantung posisi dan kekuatan RPU tersebut. Dalam keadaan bencana kita dapat
menggunakan atau mendirikan RPU yang portable, atau dengan crossband repeater yang
ada pada beberapa perangkat RIG dual band.
C. Tata cara Komunikasi Marabahaya
Saat terjadi Dalam berkomunikasi bencana ada beberapa yang perlu diperhatikan.
Antara lain :
1. Persiapkan terlebih dahulu berita yang akan disampaikan secara tertulis agar runut,
efektif dan effisien
2. Usahakan selalu berbicara tepat dimuka mike agar supaya suara/berita dapat
diterima dengan jelas, usahakan berbicara dengan nada yang baik, jelas dan
perlahan.
3. Usahakan selalu berbicara tepat dimuka mike agar supaya suara/berita dapat
diterima dengan jelas, usahakan berbicara dengan nada yang baik, jelas dan
perlahan.
4. Catatlah waktu kejadian, lokasi kejadian dan bantuan yang dibutuhkan
5. Usahakan selalu berbicara tepat dimuka mike agar supaya suara/berita dapat
diterima dengan jelas, usahakan berbicara dengan nada yang baik, jelas dan
perlahan.
6. Hindarkan perasaan emosi di udara karena dapat mengeruhkan situasi/keadaan dan
membawa kesan negatif terhadap Amatir Radio.
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
54
7. Hindarkan menggunakan kata-kata atau istilah yang sulit dimengerti dan tidak lazim
8. Sampaikan berita dengan sopan, bijaksana dan relevan dengan situasinya, jangan
membuat lelucon
9. Isi berita sekurang-kurangnya harus menyabutkan tentang :
a. Peristiwa yang terjadi : jelas menyatakan kejadian dan situasi benar-benar
dalam kondisi darurat seperti kebakaran, kebanjiran, gunung meletus,
kecelakaan dan lain-lain;
b. Waktu kejadian : jelas menunjukkan waktu setempat (waktu Indonesia Barat,
waktu Indonesia Tengah, waktu Indonesia Timur)
c. Tempat kejadian : jelas menunjukkan alamat lengkap tempat kejadian,
Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kota dan lain-lain
d. Pengirim berita : nama pengirim berita,
e. Penanggung jawab berita anggota masyarakat : anggota team juga dapat
bertindak sebagai penanggung jawab berita bila berada pada tempat dan betul-
betul mengetahui, menyaksikan peristiwa/ keadaan darurat
f. Anggota masyarakat sepert Kepala Desa, Ketua RT, Tokoh masyarakat atau
beberapa orang lainnya dengan saksi-saksi yang jelas, dapat bertindak sebagai
penanggung jawab berita.
10. Apabila anda merelay berita tersebut, maka catatlah dulu kemudian kirimkan kata
demi kata dengan lafal yang jelas
11. Jangan menjadi relay bila tidak diminta
12. Sebutkan identitas anda dengan jelas pada awal dan akhir pembicaraan
13. Sebutkan lokasi anda dengan benar dan jelas
14. Jangan mencoba menjadi relay station bila anda tidak diminta untuk hal tersebut
15. Kirimkan berita dengan benar dan hanya sesuai dengan dasar fakta
16. Jika anda menggunakan stasiun jinjing jangan berpindah-pindah dari posisi
transmit/receive yang terbaik
17. Stasiun yang tidak membawa berita apapun tidak perlu mengudara agar frekuensi
terjada dalam keadaan clear
Selain itu pada penggunaan HT ada yang perlu diperhatikan
D. Power / daya listrik
1. Daya listrik ada hal paling penting dalam hal ini. Tanpa listrik / battery, HT anda
tak akan berfungsi sama sekali sebagai alat komunikasi.
Tips: belilah battery case yang bisa diisi dengan battery biasa; kemudian siapkanlah
battery alkaline dalam jumlah cukup untuk komunikasi aktif selama 72 jam. Battery
alkaline lebih lama tahan disimpan, dan lebih tahan lama ketika digunakan.
Baik juga menyiapkan battery rechargable cadangan yang sudah terisi penuh,
namun batt case dan batt alkaline lebih praktis dalam hal ini (batt bisa dipinjamkan/
diberikan ke rekan lain dst).
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
55
2. Antena HT
Antena standard cukup baik jika anda masih memiliki fasilitas repeater yang bisa
diakses dalam kondisi darurat. Namun dalam kondisi terburuk, repeater terpaksa
mati karena kerusakan, HT tersebut hanya bermanfaat untuk komunikasi jarak
pendek (2-3km) dan monitoring.
Dengan antena yang baik, anda juga bisa menghemat penggunaan battery, dengan
low power sudah bisa menjangkau jarak yang lebih jauh.
Tips:siapkan antena after market cadangan, disarankan antena teleskopik 5/8
lambda, panjang kurang lebih 90-120m, dan disimpan bersama-sama dengan batt
cadangan.
3. Spesifikasi radio
Pilihlah radio dengan output power minimal 4-5watt. Akan lebih baik lagi jika anda
memiliki HT yang tahan benturan, tahan percikan air/ hujan (waterproof), atau
bahkan tahan jika ditenggelamkan (submersible). Ada HT jenis tertentu yang jika
jatuh ke air akan terapung, mantab kan?
Tips:Jika HT anda belum tahan air, belikan plastik zip ganda (bisa dibeli di
supermarket atau toko hardware), untuk menyimpan HT, bahkan juga dompet dan
jam tangan, jika terpaksa harus berbasah-basah.
Dalam komunikasi kadang pengucapan beberapa huruf terlihat sama, hal ini bias
dikarenakan cara pelfafalan seseorang maupun karena transmisi yang jelek. Untuk
membantu supaya berita tetap dapat diterima dengan jelas maka dibuatlah standar
pengejaan seperti yang biasa dipakai kalangan radio amatir dan kalangan aparat
(TNI dan POLISI). Disini akan dibeberkan dari kalangan radio amatir yaitu sbb:
A Alpa K Kilo U Uniform
B Bravo L Lima V Victor
C Charlie M Mike W Whiskey
D Delta N November X X-Ray
E Echo O Oscar Y Yankee
F Foxtrot P Papa Z Zulu
G Golf Q Quebec
H Hotel R Romeo
I India S Sierra
J Juliette T Tango
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com
56