Maternal Mortality - SDG's

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    1/19

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa

    melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga karya tulis

    ilmiah dapat terselesaikan pada kali ini. Karya tulis ilmiah ini disusun untuk

    memenuhi persyaratan pendaftaran Mahasiswa Pretasi 2016 dengan judul

    “Pemanfaatan SIG dalam Pemetaan Daerah Rentan Ketidakterjangkauan Ibu

    Hamil terhadap Sarana Kesehatan Kecamatan Genuk Kota Semarang”.

    Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 

    1. Dosen Kemahasiswaan D-III Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota yaitu

    Intan Muning H., ST, MT., yang telah membimbing serta memberikan

    pembekalan atas program Mawapres ini;

    2. Serta kepada Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yaitu Pangi, ST, MT.,

    yang telah memberikan arahan secara positif guna memperbaiki kualitas

    dari karya tulis ilmiah ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini jauh

    dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh

    karena itu diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi

    acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan

    datang.

    Semarang, Maret 2016

    Penulis

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    2/19

    ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. i 

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii 

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iii 

    BAB I ................................................................................................................... 1 

    PENDAHULUAN.................................................................................................. 1 

    1.1. 

    Latar Belakang ...................................................................................... 1 

    1.2. 

    Rumusan Masalah ................................................................................. 1 

    1.3. 

    Tujuan ................................................................................................... 2 

    BAB II .................................................................................................................. 3 

    TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3 

    1.4. 

    Kematian Ibu ......................................................................................... 3 

    1.5.  Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ...................................................... 3 

    1.6.  Sistem Informasi Geografis.................................................................... 4 

    BAB III ................................................................................................................. 5 

    DESKRIPSI PRODUK ......................................................................................... 5 

    3.1.  Rancangan Pemilihan Wilayah Penelitian .............................................. 5 

    3.1.2.  Pemilihan Wilayah Studi Mikro ....................................................... 6 

    3.1.4.  Implementasi dan manfaat Pemetaan ............................................ 8 

    BAB IV ................................................................................................................. 9 

     ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 9 

    4.1.  Deskripsi Wilayah Penelitian .................................................................. 9 

    4.3. 

    Network Analysis ................................................................................. 10 

    4.3.1. 

    Penentuan Rute Tercepat (Closest Facility ) .................................. 10 

    4.3.2.  Pemetaan Daerah Rentan Ketidakterjangkauan Sarana Kesehatan

    (Service Area) ............................................................................................. 12 

    BAB V ................................................................................................................ 15 

    PENUTUP ......................................................................................................... 15 

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16 

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    3/19

    iii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 .......................................................................................................... 5 

    Grafik Perbandingan Puskesmas dan AKI Provinsi Jawa Tengah ....................... 5 

    Gambar 3.2 .......................................................................................................... 6 

     Angka Kematian Ibu di Kota Semarang ............................................................... 6 

    Gambar 3.3 .......................................................................................................... 7 

    Peta Jumlah Kematian Ibu Maternal .................................................................... 7 

    Gambar 3.4 .......................................................................................................... 7 

    Jumlah Sarana Kesehatan Kota Semarang ......................................................... 7 

    Gambar 4.1 .......................................................................................................... 9 

    Peta Administrasi dan BWK Kecamatan Genuk ................................................... 9 

    Gambar 4.2 ........................................................................................................ 13 

    Peta Kerentanan Ketidakterjangkauan Sarana Kesehatan ................................ 13 

    http://i/Proposal%20-%20KTI%20-%20Nindy.docx%23_Toc444375527http://i/Proposal%20-%20KTI%20-%20Nindy.docx%23_Toc444375527http://i/Proposal%20-%20KTI%20-%20Nindy.docx%23_Toc444375528http://i/Proposal%20-%20KTI%20-%20Nindy.docx%23_Toc444375528http://i/Proposal%20-%20KTI%20-%20Nindy.docx%23_Toc444375528http://i/Proposal%20-%20KTI%20-%20Nindy.docx%23_Toc444375527

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    4/19

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Selepas berakhirnya Millenium Development Goal’s pada akhir tahun 2015

    kemarin, UN-Habitat telah memberikan laporan mengenai hasil dari MDG’s

    tersebut di Indonesia. Diperolehlah 4 aspek dalam  MDG’s  yang

    seharusnya mampu untuk Indonesia capai di jangka waktu 15 tahun yaitu

    2000-2015 kemarin. Keempat aspek tersebut adalah Penurunan Angka

    Kematian Ibu, Penurunan Angka Kematian Balita, Penurunan AngkaHIV/AIDS, dan yang terakhir masalah cakupan air minum dan sanitasi.

    Oleh karena itu diperlukan usaha ekstra guna mencapai target di atas pada

    SDG’s nanti sebagai New Urban Agenda pengganti MDG’s. 

    Dari keempat aspek mengenai ketidaktercapaian Indonesia dalam MDG’s 

    di atas terdapat satu aspek yang seharusnya mampu dijabarkan melalui

    urban perspective yaitu angka kematian ibu. Tingginya angka kematian ibu

    seharusnya mampu dijelaskan secara kualitatif dan kuantitatif dalam urban

     perspective. Data-data mengenai penyediaan sarana kesehatan tersebut

    mampu dianalisis lebih lanjut hingga ditemukan jawaban ‘bagaimana suatu

    sarana kesehatan mampu menjangkau masyarakat dalam segi jarak

    maupun waktu diluar kemampuan mereka membayar sarana kesehatan

    tersebut’. Data kuantitatif yang digunakan tentunya mengenai jumlah dan

    persebaran sarana kesehatan itu sendiri sedangkan data kualitatifnya

    digunakan data dan analisis mengenai jangkaun dari sarana kesehatan

    tersebut terhadap permukiman-permukiman warga sekitar. Sertapemecahan masalah kualitatif lainnya dalam kacamata perencanaan

    wilayah dan perkotaan mengenai angka kematian ibu.

    1.2. Rumusan Masalah

    Kota Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah tentunya memiliki

    tingkat permasalahan perkotaan yang tinggi di antara kota atau kabupaten

    lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Mulai dari ekonomi, sosial hingga

    kesehatan. Hal yang perlu disoroti terkait pembahasan di atas adalah Kota

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    5/19

    2

    Semarang merupakan 8 besar kabupaten atau kota yang ada di Provinisi

    Jawa Tengah dengan jumlah Angka Kematian Ibu tertinggi. Aspek

    selanjutnya yang perlu dikritisi adalah dengan jumlah Angka Kematian Ibu

    yang tinggi tersebut berbanding terbailk dengan jumlah sarana kesehatan

    yang disediakan pemerintah. Kota Semarang sendiri merupakan Ibukota

    Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah sarana kesehatan tertinggi ketiga

    setelah Kabupaten Purbalingga dan Cilacap yang dimana kedua

    kabupaten tersebut tidak termasuk dalam kabupaten dalam kategori Angka

    Kematian Ibu yang tinggi. Artinya terdapat masalah kualitatif dari

    penyediaan sarana kesehatan tersebut di Kota Semarang seperti

    ketidakefisiensian peletakan sarana kesehatan tersebut terhadap susunan

    pusat-pusat permukiman yang ada. Hal yang dikhawatirkan nantinya dari

    ketidakefisiensian peletakan penyediaan itu sendiri adalah keterlamabatan

    penanganan kasus persalinan maupun kasus kesehatan lainnya.

    Kemudian guna mempermudah proses analisis digunakan konsep

    pemodelan dengan menentukan wilayah studi penelitian. Kecamatan

    Genuk dipilih sebagai wilayah penelitian dikarenakan Kecamatan Genuk

    merupakan kecamatan di Kota Semarang dengan Angka Kematian Ibutertinggi.

    Pemecahan dari masalah-masalah tersebut dapat diuraikan dengan

    bantuan Sistem Informasi Geografis mengenai data spasial atau

    keruangan mengenai sarana kesehatan tersebut. Sehingga akan ditemui

     jawaban mengenai permasalahan tingginya Angka Kematian Ibu dan

    penyediaan sarana kesehatan yang diharapkan dapat menjadi input bagi

    para Stakholder terkait.

    1.3. Tujuan

    Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah pemecahan masalah

    dan solusi mengenai data keruangan terkait tingginya Angka Kematian Ibu

    dan penyediaan sarana kesehatan Kecamatan Genuk Kota Semarang.

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    6/19

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.4. Kematian Ibu

    Kematian Ibu menurut International Statistical Classification of Deseases,

    Injuries and Causes of Death, Edition (ICD-X), adalah kematian seorang

    wanita yang terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah

    berakhirnya kehamilan, tanpa memperhatikan lama dan tempat terjadinya

    kehamilan, yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilan atau

    penanganan persalinan (WHO,et al, 2000).Penyebab kematian ibu secara umum dibagi menjadi dua kelompok

    (Depkes RI, 2003), yaitu:

    1. Penyebab langsung

    Kematian yang terjadi akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan

    nifas yang disebabkan oleh intervensi, kegagalan, penanganan yang

    tidak tepat atau rangkaian semua peristiwa tersebut.

    2. Penyebab tidak langsung

    Kematian yang terjadi oleh karena penyakit yang timbul sebelum atau

    selama kehamilan dan tidak disebabkan langsung oleh penyebab

    kebidanan, akan tetapi diperburuk oleh kehamilan yang fisiologis.

    Seringnya terjadi kematian pada saat persalinan, lebih banyak

    disebabkan karena perdarahan, selain itu penyebab lain yang bisa

    menimbulkan kematian pada ibu hamil yaitu terjadinya empat terlalu

    (4T) yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering (dekat) dan terlalu

    banyak. Kondisi ini kemudian didukung oleh adanya tiga Terlamabat

    (3T) yaitu terlambat mengenali tanda-tanda, terlambat mencapai

    tempat pelayanan dan terlambat mendapat pertolongan.. Faktor

    tesebut (4T dan 3T) merupakan masalah social yang turut menentukan

    kesehatan dan keselamatan proses persalinan.

    1.5. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

    Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dan

     provider , yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, organisasi, faktor

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    7/19

    4

    yang berkaitan dengan konsumen dan faktor yang berkaitan dengan

     provider , mencakup :

    1. Faktor sosial budaya menentukan pada pemanfaatan pelayanan

    kesehatan, Penggunaan pelayanan kesehatan juga ditentukan oleh

    budaya, etnik atau ras tertentu, dan social network. 

    3. Lokasi fasilitas kesehatan dengan tempat tinggal konsumen berkaitan

    dengan jarak, waktu tempuh, biaya transportasi dan keterbatasan

    waktu yang berkaitan dengan akomodasi dan jam buka pelayanan

    kesehatan.

    4. Faktor social accessibility berhubungan dengan karakteristik non

    spasial dan non-temporal suatu sumber daya yang dapat mendukung

    dan menghambat pemanfaatan pelayanan kesehatan.

    5. Faktor sosial demografi meliputi umur, sex, ras dan suku bangsa

    (etnik), status perkawinan dan status sosial ekonomi yang meliputi

    pendidikan, pekerjaan dan penghasilan

    6. Faktor sosial psikologi yaitu persepsi seseorang terhadap sakit

    dan sikap perilaku terhadap pelayanan medis dan penyakit yang

    mempengaruhinya.7. Persepsi perilaku dan kepercayaan berpengaruh terhadap pencarian

    pengobatan pertama pada seseorang.

    1.6. Sistem Informasi Geografis

    Sistem Informasi Geografi (SIG) atau yang lebih dikenal dengan

    Geographic Information System (GIS) merupakan sistem yang dirancang

    untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-

    koordinat geografi.

    SIG juga merupakan teknologi untuk mengelola, menganalisa dan

    menyebarkan informsi geografis. Sistem Informasi Geografi yang

    selanjutnya disebut dengan SIG, pertama kali dikenal pada awal tahun

    1980 dan mulai berkembang pesat sekitar tahun 1990. Adapun ekstensi

    SIG yang terdapat di ArcGis adalah Network Analyst: modul perangkat

    lunak yang diguakan untuk melakukan analisis-analisis yang berhubungan

    dengan jaringan (Routing).

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    8/19

    5

    BAB III

    DESKRIPSI PRODUK

    3.1. Rancangan Pemilihan Wilayah Penelitian

    Pemilihan wilayah studi merupakan hal yang penting dalam melakukan

    sebuah penelitan. Dengan adanya wilayah studi, pemecahan wilayah dari

    studi yang sebelumnya adalah makro menjadi lebih mikro guna

    mempermudah proses analisis dan proses perencanaan dan analisis

    pemanfaatan hasil penelitian nantinya.

    3.1.1. Keterkaitan Antara AKI dengan Sarana Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

     Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah sendiri terbagi menjadi 3 jenis

    yaitu Angka Kematian Ibu ketika hamil, Angka kematian ibu bersalin, dan

     Angka Kematian Ibu ketika nifas. Akan tetapi dalam penggunaannya,

    digunakan Angka Kematian Ibu secara total. Angka Kematian Ibu tersebut

    kemudian dikaitkan dengan jumlah sarana kesehatan di Provinsi Jawa

    Tengah. Tujuan mengkaitkan keduanya adalah guna mengetahui wilayah

    di Provinsi Jawa Tengah manakah yang memiliki Angka Kematian Ibu

    tinggi dan jumlah sarana kesehatan yang tinggi sehingga diketahui

    Kabupaten apakah yang memiliki potensi untuk dianalisis dalam

    ketidakefisiensian penyediaan sarana kesehatan di tingkat provinsi.

    Gambar 3.1

    Grafik Perbandingan Puskesmas dan AKI Provinsi Jawa Tengah

    Sumber : Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    9/19

    6

    Dari data di atas, di dapat bahwa terdapat 3 besar jumlah puskesmas di

    Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Cilacap,

    dan Kota Semarang

    Ketiga kabupaten tersebut dipilih berdasarkan jumlah sarana kesehatan

    terbanyak dari kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah yang

    sebelumnya sudah dikorelasikan dengan Angka Kematian Ibu

    sebelumnya. Dari grafik di atas terlihat bahwa Kabupaten Cilacap dan Kota

    Semarang memiliki kedudukan yang hampir sama yaitu antara AKI dengan

    sarana kesehatan yang ada. Akan tetapi AKI tertinggi berada di Kota

    Semarang dengan jumlah sarana kesehatan tinggi dan relevan. Kemudian

     jika dilihat dari grafik jumlah AKI secara time series diketahui bahwa Kota

    Semarang mengalami pengingkatan AKI tiap tahun. Sehingga kabupaten

    atau kota yang digunakan adalah Kota Semarang.

    Gambar 3.2

    Angka Kematian Ibu di Kota Semarang

    Sumber : Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

    3.1.2. Pemilihan Wilayah Studi Mikro

    Setelah didapat Kota Semarang, selanjutnya guna pemodelan dan analisis

    yang lebih detail dan rinci digunakan wilayah kecamatan yang memiliki

    wilayah administrasi lebih kecil. Pemilihan lokasi wilayah studi kecamatan

    didasarkan pada jumlah sarana kesehatan yang tersedia, jumlah AKI tiap

    kecamatan dan tingkat kepadatan. Fungsinya adalah sebagai bahan

    analisis apakah di tiap kecamatan yang memiliki AKI tinggi memiliki

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    10/19

    7

    penyediaan sarana kesehatan yang relevan atau sesuai dengan kepadatan

    yang ada di kecamatan tersebut.

    Gambar 3.3

    Peta Jumlah Kematian Ibu Maternal

    Sumber : Analisis Individu dan Buku Profil Kesehatan Kota Semarang

    Dari peta jumlah dan persebaran AKI di Kota Semarang diketahui bahwa

    Kecamatan Ngaliyan dan Genuk merupakan dua kecamatan yang memiliki

     jumlah kematian ibu maternal tertinggi di Kota Semarang. Selanjutnya, dua

    kecamatan tersebut dikaitkan dengan jumlah sarana kesahatan dan

    kepadatan permukiman yang ada.

    Gambar 3.4

    Jumlah Sarana Kesehatan Kota Semarang

    Sumber : Buku Profil Kesehatan Kota Semarang

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    11/19

    8

    Jika dilihat dari grafik di atas, terlihat bahwa Kecamatan Ngaliyan memiliki

     jumlah sarana kesehatan yang lebih banyak dibandingkan Kecamatan

    Genuk. Akan tetapi jika dibandingkan dengan kepadatan permukiman yang

    ada, Kecamatan Genuk memiliki tingkat kepadatan yang lebih

    dibandingkan Kecamatan Ngaliyan yang apabila dikorelasikan dengan

    sarana kesehatannya akan timbul pertanyaan “Apakah sarana kesehatan

    tersebut mampu menjangkau per mukiman yang berada di dalamnya”.

    Pembahasan dari pertanyaan tersebut akan dibahas lebih lanjut pada

    pengujian dan pembahasan di bab selanjutnya.

    3.1.4. Implementasi dan manfaat Pemetaan

    Manfaat dan sasaran implementasi dari pemetaan ini dibagi

    menjadi 2, yaitu :

    1. Masyarakat

    Salah satu tools yang digunakan dalam analisis dan pemanfaatan

    network analyst   dalam Sistem Informasi Geografis kali ini adalah

    Closest Facility. Penerapan tools  tersebut mampu menganalisis dan

    memberikan solusi terhadap suatu kejadian (incident ) denganmemberikan route tercepat serta pemberian informasi berupa jarak

    maupun waktu yang akan ditempuh dari route tersebut. Penerapan hal

    tersebut berkaitan dengan judul pada karya tulis ilmiah kali ini dalam

    kehidupan sehari-hari yang akan dirasakan masyarakat adalah

    pemberian dan penjelasan route tercepat berdasarkan waktu atau

     jarak bagi ibu hamil jika terdapat hal yang tidak diinginkan menuju

    sarana kesehatan terdekat.

    2. Stakeholder

    Tools selanjutnya yang digunakan juga ialah pemetaan daerah rentan

    ketidakterjangkauan ibu hamil terhadap sarana kesehatan. Tujuannya

    adalah agar diketahui daerah rentan tersebut dan berapa banyak

    penduduk wanita yang berada disana yang berpotensi hamil dilihat

    melalui banyaknya bangunan rumah di daerah rentan tersebut. Hasil

    dari tools ini diharapkan dapat menjadi input bagi pemerintah maupun

    stakeholder terkait dalam menyelesaikan penanganan kasus tersebut.

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    12/19

    9

    BAB IV

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

    Kecamatan Genuk merupakan salah satu Kecamatan di Kota Semarang

    yang jika dilihat dari rencana pola ruang Kota Semarang sebagian besar

    diperuntukan untuk Industri dan permukiman. Dengan peruntukan pola

    ruang industri, hal tersebut mengakibatkan banyak tumbuhnya

    permukiman-permukiman baru di kawasan Genuk itu sendiri. Dalam

    Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang juga menjadikanKecamatan Genuk sebagai BWK IV yaitu Bagian Wilayah Kota Zona IV

    guna mempermudah proses  planning activity di dalamnya. Terlihat pada

    gambar di bawah ini bahwa dalam Peta BWK IV dan Pola Ruang

    Kecamatan Genuk memiliki peruntukan zonasi paling banyak untuk

    permukiman. Dengan banyaknya kawasan permukiman tentunya harus

    disertai sarana dan prasaran pendukung lainnya. Salah satu alasan

    pemilihan wilayah studi Kecamatan Genuk juga didasari oleh luasnya

    peruntukan lahan permukiman. Sehingga yang menjadi perhatian khusus

    adalah bagaimana sarana dan prasarana yang ada dapat mencukupi atau

    menjangkau permukiman tersebut.

    Gambar 4.1

    Peta Administrasi dan BWK Kecamatan Genuk

    Sumber : Bappeda 2014

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    13/19

    10

    4.3. Network Analysis

    Network Analysis (NA) secara umum adalah Pemodelan Transportasi

    Makroskopis untuk melihat hubungan antar obyek yang dihubungkan oleh

     jaringan transportasi. Network Analysis merupakan salah satu alat analisis

    dalam Sistem Informasi Geografis guna mempermudah pekerjaan

    manusia dalam konteks jaringan yang dimana jalan sebagai variabel utama

    dalam analisisnya.

    4.3.1. Penentuan Rute Tercepat (Closest Facility )

    Closest Facility Analysis  dapat digunakan sebagai metode untuk

    menentukan fasilitas mana yang lebih dekat dari suatu titik. Satuan yang

    digunakan dalam menentukan rute tercepat dapat dijelaskan dalam jarak

    dan waktu. Berikut pemaparan dan penjelasan Closest Facility Analyst :

    - Konsep dari Closest Facility adalah adanya kejadian atau insiden di suatu

    wilayah yang membutuhkan penangan secara cepat menuju sarana

    kesehatan. Berikut contoh penerapan dari Closest Facility Analyst :

    - Gambar di atas mengilustrasikan bahwa terdapat 2 insiden mengenai

    kasus ibu yang sedang hamil dan mengalami kontraksi secara mendadak.

    Diperlukan rute tercepat untuk ibu hamil menuju sarana kesehatan sebagai

    pertolongan pertama.

    2

    1

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    14/19

    11

    o  Insiden yang pertama terjadi pada daerah dengan tingkat

    kepadatan dan konsentrasi bangunan yang cukup tinggi sehingga

    tersedia penyediaan sarana kesehatan yang memadai.

    o  Terlihat jika

    tingginya

    konsentrasi

    penduduk dan

    permukiman di

    kawasan tersebut

    membuat

    banyaknya sarana

    kesehatan yang ada di sekitarnya yaitu 3 Puskesmas dan 1 Rumah

    Sakit

    o  Ketika dianalisis

    menggunakan bantuan SIG

    melalui ArcGis didapatlah

    rute recepat sebagai berikut

    dengan jarak insiden

    menuju sarana kesehatan

    yang dituju hanya 908

    meter.

    o  Insiden yang kedua berada di kawasan dengan tingkat konsentrasi

    permukiman yang tidak terlalu tinggi. Terlihat pada gambar di

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    15/19

    12

    bawah ini yang menyebabkan persebaran sarana kesehatan tidak

    terlalu banyak di kawasan ini.

    o  Ketika di analisis menggunakan bantuan SIG didaptlah hasil

    sebagai berikut :

    o  Jarak dari jalan atau rute di

    atas adalah 3.569 Meter

    yang artinya 3,5 km dari

    insiden menuju sarana

    kesehatan. Disinilah salah

    satu kelemahan

    penyediaan sarana di

    Indonesia. Penyediaan

    sarana pada hakikatnya

    sudah diatur oleh SNI 03-1733-2004 mengenai tata cara

    perencanaan lingkungan di perkotaan akan tetapi hanya variabel

    kepadatan penduduk dan bangunan yang digunakan dalampersyaratan pendiriannya. Sedangkan pada aspek jarak tidak

    diperhitungkan walaupun sudah tercantum dalam SNI bahwa jarak

    terjauh sarana kesehatan tingkat Puskesmas adalah 3000 m2.

    Pemerintah kaitannya pemerintah daerah seharusnya mampu

    mengevaluasi hal-hal dalam penyediaan sarana seperti kasus ini.

    4.3.2. Pemetaan Daerah Rentan Ketidakterjangkauan Sarana Kesehatan

    (Service Area)

    Metode lain dalam NA adalah Service Area, yaitu metode untuk

    memperhitungkan area cakupan dari suatu obyek. Cakupan ini didasarkan

    pada waktu tempuh atau jarak yang diperlukan untuk mencapai suatu

    obyek melalui jaringan transportasi atau jalan.

    Di dalam contoh penerapan kali ini, service area analyst akan membuat

    area pelayanan dari satuan yang diberikan (jarak maupun waktu). Satuan

     jarak atau waktu yang telah diinput tersebut akan membuat areanya sendiri

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    16/19

    13

    dari segi data jaringan jalan yang telah dimasukan sebelumnya. Perbedaan

    alat analisis Multiple Ring Buffer   dalam ArcGis dengan Network Analyst  

    yaitu berada pada variabel yang digunakan dalam analisis. Jika dalam

    Multiple Ring Buffer  hanya mengandalkan data luas dari wilayah tersebut

    secara umum, sedangkan Service Area menggunakan variabel jalan. Jika

    data jarak yang akan dianalisis adalah 2000 meter, maka Service Area

    akan membuat polygon daerah yang dilintasi jalan sejauh 2000 meter dan

    begitu seterusnya. Contoh penerapan yang telah disebutkan sebelumnya

    adalah sebagai alat pemetaan daerah rentan ketidakterjangkauan ibu

    hamil terhadap sarana kesehatan, berikut proses penggunaan alat analisis:

    - Guna mengetahui tingkat keterjangkauan sesesorang khususnya

    ibu hamil terhadap sarana kesehatan diperlukan data acuan

    mengenai bagaimana jarak tempuh atau waktu standar suatu

    - sarana kesehatan menjangkau permukiman atau masyarakat

    lainnya. Data acuan yang digunakan adalah SNI 03-1733-2004

    mengenai tata cara perencanaan lingkungan di perkotaan yang

    menyebutkan bahwa radius jangkauan maksimal sarana

    kesehatan puskesmas adalah 3000 meter.- Guna mengetahui daerah rentan tentunya diperlukan interval jarak

    non rental hingga sangat rentan, interval jarak yang diberikan

    adalah 2000 meter, 3000 meter, dan 4000 meter. Sehingga di

    dapat daerah kerentanan sebagai berikut :

    Gambar 4.2

    Peta Kerentanan Ketidakterjangkauan Sarana Kesehatan

    Sumber : Bappeda 2014

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    17/19

    14

    - Dari peta di atas dapat terlihat bahwa terdapat beberapa daerah dengan

    kerentanannya masing-masing. Akan tetapi hal yang perlu di soroti adalah

    daerah dengan tingkat kerentanan yang cukup tinggi pada daerah dengan

    deliniasi warna yang cenderung gelap.Apakah terdapat permukiman di

    dalam deliniasi tersebut.

    - Dari ketiga daerah yang mendapat deliniasi warna merah terdapat satu

    deliniasi yang dimana terdapat

    permukiman dan lahan

    terbangun didalamnya. Hal yang

    ditakutkan terjadi adalah bahwa

    dalam permukiman tersebut

    terdapat ibu hamil atau jumlah

    wanita potensi hamil lebih dari

    10-20% didalamnya. Hal

    tersebut didasarkan pada asumsi perhitungan jumlah penduduk wanita

    denan potensi hamil (subur) dengan jumlah bangunan yang ada yang

    menyebutkan bahwa terdapat 1-2 orang wanita subur (potensi hamil)dalam satu bangunan.

    Harapannya adalah penerapan fungsi Sistem Informasi Geografis beserta

    analisis-analisisnya dapat diterapkan tidak hanya pada bagian pusat seperti

    tingkat provinsi atau kabupaten, akan tetapi seluruh wilayah administrasi yang

    ada bahkan hingga tingkat desa sekalipun agar proses evaluasi, perencanaan

    maupun pembangunan wilayah menjadi lebih cepat dan praktis.

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    18/19

    15

    BAB V

    PENUTUP

    Demikianlah pemaparan hasil penelitian dari pemanfaatan SIG dalam pemetaan

    daerah rentan ketidakterjangkauan ibu hamil terhadap sarana kesehatan yang

    berlokasi di Kecamatan Genuk Kota Semarang. Harapannya adalah ilmu praktis

    sistem informasi geografis dalam bidang  planning, monitoring and evaluation

    dapat diterapkan dan dipahami secara komprehensif bagi para stakeholder terkait.

    Hal tersebut yang dikarenakan permasalahan perkotaan setiap hari selalu

    bertambah dan kondisi lahan yang secara kuantitatif tidak pernah bertambahnamun aktivitas manusia selalu berkembang. Oleh karena itu mau tidak mau,

    cepat atau lambat permasalahan tersebut akan terus bertambah sehingga kita

    sebagai penghuni dari ruang itu sendiri harus mau dan mampu memahami ilmu

    dan konsep keruangan sebagai langkah preventif maupun antisipasi dari

    permasalahan yang akan terjadi nantinya.

    Tentunya tidak terbatas mengenai pemanfaatan SIG dalam bidang kesehatan

    akan tetapi bidang mitigasi bencana dan lain-lain. Sehingga kekompleksitasan

    masalah perkotaan tersebut secara perlahan dapat teruraikan melalui integrasi

    pemanfaatan teknologi dan ilmu pengetahuan mengenai spatial issue. Melalui

    pemberdayaan komunitas dan konsep lainnya dalam perencanaan diharapkan

    permasalahan dan isu tersebut dapat terpecahkan dengan baik dan

    komprehensif.

  • 8/19/2019 Maternal Mortality - SDG's

    19/19

    16

    DAFTAR PUSTAKA

     Anderrson Cecilia. et al. 2010. Planning Sustainable Cities. UN-Habitat Practices

    and Perspectives. Nairobi : United Nation Human Settlement Program

    Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik.

    2013. Semarang dalam Angka 2012. Semarang : Badan Pusat Statistik 

    Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik.

    2013. Kecamatan Genuk dalam Angka 2012. Semarang : Badan Pusat

    Statistik

    Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2011. Rencana Tata Ruang

    Wilayah Kota Semarang Tahun 2011 – 2031. Peraturan Daerah Kota

    Semarang Nomor 14 Tahun 2011.

    Badan Standarisasi Nasional. 2004. Tata Cara Perencanaan Lingkungan

    Perumahan di Perkotaan. SNI 03-1733-2004

    Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2015. Profil Kesehatan Kota SemarangTahun

    2014. Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang

    Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Buku Profil Kesehatan Provinsi

    Jawa Tengah Tahun 2012. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

    Tengah

    Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Provinsi

    Jawa Tengah Tahun 2014. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

    Tengah

    Gar Anthony. 2008. GIS as Planning Support System for the Planning of

    Harmonious Cities. UN-Habitat Lecture Award Series. 3

    Kementerian Pekerjaan Umum. 20001. Pedoman Standar Pelayanan Minimal

    Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman. Keputusan

    Meneteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001.

    Santoso Hamong. et al. 2015. Panduan SDG’ s : Untuk Pemerintah Daerah dan

    Pemangku Kepentingan Daerah. Jakarta : INFID