Upload
adrinurmm
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Makalah Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Media dan Isu-Isu Sosial Budaya
Ketidakseimbangan Konten dan Penggambaran Ayah Serta Ibu dalam Media Parenting
Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Mata kuliah Media dan Isu-Isu Sosial Budaya
ADRI NUR MUHAMMAD MARTADIPURA 1006762316
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
DEPOK DESEMBER 2013
Abstrak
Di zaman yang semakin canggih, hampir semua orang memiliki akses terhadap
informasi, baik bentuk konvensional mau pun media baru. Media massa bertema parenting
adalah salah satu media yang hadir dalam bentuk keduanya. Para orang tua mulai menjadikan
media parenting sebagai sumber informasi dan jawaban bagi masalah parenting selain orang
tuanya sendiri.
Akan tetapi, dalam berbagai media parenting baik cetak mau pun online, memiliki
pola pemberitaan yang hampir sama, bahwa yang wajib mengasuh anak adalah ibu. Padahal,
ayah juga harus terlibat aktif dalam proses parenting karena ayah berperan unik dan
signifikan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Kehadiran dan peran ayah
dan ibu dalam hidup seorang anak menjadi sumber referensi utama indentifikasi gender
seorang anak. Identifikasi ini akan membawa sang anak menuju masa depan yang terarah.
Oleh karena itu, diharapkan makalah ini dapat mendorong para pemilik media
parenting atau yang baru mau menggagas media parenting untuk memperhitungkan
keberadaan ayah lewat porsi penggambaran dan konten untuk ayah yang lebih banyak dari
yang ada hingga seimbang dengan peran ibu. Upaya ini dilakukan agar anak dapat merasakan
proses parenting yang baik.
Kata kunci (keywords): media, parenting, fatherhood, motherhood, unbalanced, gender
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 1 [email protected]
Pendahuluan
Kebutuhan akan informasi mengenai parenting oleh para orang tua semakin
meningkat. Ekspansi media cetak parenting kepada bentuk online adalah salah satu buktinya.
Peningkatan ini sudah seharusnya diikuti oleh peningkatan kualitas baik dari segi
pemberitaan, mau pun pengemasan media. Akan tetapi, ada hal-hal yang masih harus
dibenahi agar anak merasakan proses parenting yang baik, terutama dalam proses identifikasi
gender yang bersumber dari orang tuanya.
Seks dan Gender
Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya istilah jenis kelamin (seks) dan gender
dicampuradukkan. Padahal, secara terminology, seks dan gender adalah dua istilah yang
berbeda. Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan
dan laki-laki, tepatnya pada perbedaan antara tubuh atau fisik laki-laki dan perempuan.
Menurut Moore dan Sinclair (1995), sex refers to biological differences between men and
women, the result of differences in three chromosomes of the embryo. Maksudnya, definisi
konsep seks menekankan pada perbedaan biologis antara pria dan wanita yang disebabkan
oleh perbedaan kromosom pada janin).
Sementara definisi gender menurut Giddens (1989), konsep gender menyangkut
perbedaan psikologis, sosial, dan budaya antara laki-laki dan perempuan. Macionis (1996)
memaknai gender sebagai arti penting yang diberikan masyarakat pada kategori biologis laki-
laki dan perempuan. Sementara itu, Lasswell dan Lasswell (1987) mendefinisikan gender
sebagai pengetahuan dan kesadaran, baik secara sadar atau pun tidak, bahwa diri seseorang
tergolong dalam suatu jenis kelamin tertentu dan bukan dalam jenis kelamin lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan, gender merujuk pada perilaku,
sikap, dan peran yang ada pada diri pria mau pun perempuan. Gender bukanlah sesuatu yang
didapat sejak lahir, namun datang dari konstruksi sosial1
, meliputi perbedaan budaya,
perilaku, kegiatan, sikap, pengetahuan, dan kesadaran sebagai seseorang.
Sosialisasi dan Identifikasi Gender dari Orang Tua
Salah satu nilai yang ditanamkan dalam keluarga adalah gender. Keluarga merupakan
agen sosialisasi pertama yang mengajarkan seorang anak laki-laki untuk menganut sifat
maskulin dan seorang anak perempuan menganut sifat feminin. Gender tidak dibawa sejak
lahir melainkan dipelajari melalui sosialisasi, maka gender dapat berubah2. Proses sosialisasi
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 2 [email protected]
yang membentuk persepsi diri dan aspirasi semacam ini dalam sosiologi dinamakan
sosialisasi gender.
Adanya sosialisasi gender diharapkan membedakan sikap dan perilaku antara laki-laki
dan perempuan dalam menentukan arah hidupnya. Landasan sikap dan perilaku yang
bertentangan demikian mendalam sehingga sebagai orang dewasa kadang bertindak, berpikir,
dan bahkan berperasaan sesuai dengan panduan kebudayaan kita mengenai apa yang pantas
bagi jenis kelamin kita3
Orang tua kita adalah orang yang pertama mengajarkan dalam pembagian dunia
secara simbolis. Orientasi gender pada orang tua kita telah tertanam sehingga membuat
mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan. Dalam sebuah proses sosialisasi
gender, seorang ayah akan menjadi sumber identitas maskulin seorang anak dan ibu akan
menjadi identitas femininnya. Proses identifikasi identitas gender oleh seorang manusia ini
dinamakan proses identifikasi gender. Seorang anak akan mengalami proses identifikasi
gender pertama dari orang tuanya. Anak harus mendapatkan kedua sumber identifikasi
gender, baik dari ibu mau pun ayahnya.
.
Berdasarkan wawancara penulis kepada Psikolog Perkembangan Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, Luh Surini Yulia Savitri,4
baik anak perempuan mau pun laki-laki,
harus mendapatkan identifikasi gender dari ayah dan ibunya, tidak bisa hanya dari salah satu,
misalnya anak perempuan dengan ibu dan anak laki-laki dengan ayah. Anak laki-laki tidak
sepenuhnya hanya membutuhkan identifikasi gender maskulin, tapi juga feminin, begitu pun
anak perempuan sehingga kadar feminin dan maskulin dalam seorang anak seimbang.
Identifikasi gender ini tercermin dari perilaku sang ayah dan ibu sehari-hari. Identifikasi
gender ini penting untuk menentukan kehidupan seorang anak di masa yang akan datang.
Parenting
Parenting merupakan kata yang relatif baru, berasal dari bahasa latin parere yang
berarti “to bring forth” atau “develop” yang secara harfiah menunjukkan fungsi biologis
orang tua dalam melakukan prokreasi dan menjaga keturunannya5. Beberapa ahli juga
mengemukakan berbagai definisi parenting. Martin dan Colbert6 memberikan batasan yang
bersifat psikologis, yakni parenting merupakan proses yang dilakukan oleh orang tua mulai
dari merencanakan kelahiran, hingga menjaga, membimbing, dan mengarahkan anak-
anaknya. Menurut Morrison7 mendefinisikan parenting sebagai proses membangun dan
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 3 [email protected]
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai untuk merencanakan kelahiran
serta mengarahkan dan memberikan perhatian bagi keturunannya.
Sedangkan Brooks8
a. Membantu anak agar dapat bertahan (survive) dan sehat secara fisik
mengemukakan bahwa parenting merupakan suatu proses
membesarkan, menjaga, dan mengarahkan anak melalui tahapan perkembangan. Parenting
merupakan suatu proses interaksi antara orang tua dan anak yang berkelanjutan dan interaksi
ini mengubah keduanya, baik anak mau pun orang tua. Berdasarkan pendapat yang
dikemukakan para ahli, pembahasan parenting mencakup interaksi dua arah antara orang tua
dengan anak dengan tujuan mengasuh dan membesarkan anak agar mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal. Menurut Martin dan Colbert, secara umum, tujuan
parenting adalah:
b. Agar anak memiliki berbagai kemampuan sehingga dapat mandiri secara ekonomi
c. Agar anak dapat memenuhi tujuan-tujuan yang bersifat khusus yang berbeda-beda
sesuai dengan budaya yang dimiliki. Tujuan ini berkaitan dengan prestasi,
kepercayaan, agama, dan kepuasan personal.
Orang tua ingin agar anak-anaknya berkembang menjadi manusia yang kompeten
pada setiap tahap perkembangannya, serta memiliki kepercayaan diri yang kuat, mandiri, dan
bertanggung jawab secara sosial9
. Secara sadar atau tidak, usaha orang tua membesarkan
anaknya adalah bentuk investasi mereka untuk mewujudkan generasi masa depan yang lebih
baik.
Panduan Menjadi Orang Tua Melalui Parenting Determinant
Menurut Martin & Colbert, parenting merupakan suatu proses yang kompleks dan
ditentukan oleh faktor karakteristik orang tua serta konteks dan karakteristik. Untuk
mencapai keberhasilan dalam parenting, komponen-komponen yang berasal dari orang tua,
anak, dan konteks keduanya menjadi acuan dalam parenting determinant. Parenting
determinant hadir sebagai gambaran utuh bagaimana parenting seharusnya dilaksanakan.
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 4 [email protected]
Gambar Bagan Parenting Determinant
Karakteristik Orang Tua
Orang tua memiliki tingkat kematangan yang berbeda-beda, demikian juga dengan
energi, kesabaran, kemampuan intelektual, dan sikap10
Sejarah Perkembangan Waktu Kecil
. Dengan karakter yang berbeda, orang
tua juga akan memiliki kepekaan terhadap kebutuhan anak yang berbeda, demikian juga
dengan harapan mereka terhadap diri sendiri dan terhadap anak serta kemampuan yang
berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan peran sebagai orang tua.
Sejarah perkembangan menyangkut parenting yang diterima orang tua. Gaya
parenting seseorang dipengaruhi oleh gaya parenting yang didapatkannya dari orang
tuanya.
Kepercayaan (Belief)
Belief merupakan suatu kerangka dasar kognitif dari parenting yang berisi
pemikiran tentang anak, diri sendiri, lingkungan, serta proses parenting itu sendiri.
KARAKTERISTIK ORANG TUA Sejarah Perkembangan Kepercayaan Kepribadian Pengetahuan Gender
KONTEKS Jaringan Sosial Lingkungan Kerja Hubungan Perkawinan Struktur Keluarga Status Sosial Ekonomi Budaya
KARAKTERISTIK ANAK Tempramen Gender Kemampuan Usia
PARENTING
CHILD DEVELOPMENT ADULT DEVELOPMENT
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 5 [email protected]
Belief yang dimiliki orang tua merupakan faktor yang memengaruhi nilai-nilai,
emosi, dan tingkah laku pengasuhan yang dilakukan orang tua.
Kepribadian
Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang berpengaruh terhadap
pengasuhan yang akan dilakukan. Tingkat kematangan seseorang, konflik
individual, mekanisme pertahanan, dan kekuatan serta kelemahan ego memengaruhi
perkembangan kepribadian. Seseorang yang berkepribadian matang dapat menerima
pesan sebagai orang tua dalam pengasuhan anak secara efektif, sedangkan seseorang
yang memiliki kepribadian tidak matang tidak dapat menjalankan fungsinya dalam
pengasuhan anak secara efektif11
Pengetahuan
.
Orang tua yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang parenting dan
perkembangan anak akan lebih mampu memahami kebutuhan anak dan dapat
menunjukkan tingkah laku yang sesuai dalam menyelesaikan masalah12
Gender
.
Berbagai penelitian tentang parenting pada umumnya merupakan penelitian tentang
mothering. Dulu para peneliti berkeyakinan bahwa ibu yang memiliki predisposisi
secara biologis untuk menjaga anak-anaknya, karena ibulah yang melahirkan dan
menyusui bayi-bayinya. Akan tetapi, belakangan ini, para peneliti setuju bahwa ayah
memainkan peran unik dan krusial dalam mengasuh dan mengawal pertumbuhan
dan perkembangan anak.
Karakteristik Anak
Karakteristik anak juga memberikan kontribusi terhadap kemungkinan terjadinya
kekerasan dan pengabaian terhadap anak (Martin & Colbert, 1997). Michael Rutter (Kaplan,
1994) telah menyatakan bahwa kerentanan tersebut dipengaruhi karakteristik bawaan.
Sebagai contohnya, anak yang mempunyai temperamen lembut lebih kecil kemungkinannya
menjadi korban penyiksaan di dalam keluarga dibandingkan anak yang hiperaktif, dengan
kebaikan sifat lembutnya itu mereka kurang terpengaruhi oleh kekacauan emosional di
sekeliling mereka (Kusnadi, 2006).
Temperamen
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 6 [email protected]
Temperamen merupakan behavioral style yang memiliki dasar biologis dan
cenderung stabil sepanjang waktu, meskipun aspek-aspek dari temperamen tersebut
dapat saja dipengaruhi oleh pengalaman lingkungan13
Gender
.
Gender memengaruhi proses parenting karena orang tua dan masyarakat memiliki
harapan yang berbeda terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Adanya peranan
atau perbedaan antara gender orang tua dan anak juga memengaruhi parenting.
Kemampuan
Kemampuan yang dimiliki anak juga merupakan faktor yang menentukan
bagaimana orang tua berinteraksi dengan anaknya. Orang tua akan memperlakukan
anak yang sangat berbakat atau mengalami keterlambatan perkembangan dengan
cara yang berbeda.
Usia
Usia menjadi faktor penting dalam parenting karena usia memengaruhi tugas-tugas
pengasuhan dan harapan-harapan orang tua. Perasaan dan tingkah laku parenting
orang tua seringkali berdasarkan harapan-harapan yang disesuaikan dengan usia
anak.
Konteks
Pada awalnya, penelitian tentang hubungan orang tua dengan anak lebih banyak
dilakukan di laboratorium dan mengabaikan konteks lingkungan tempat parenting
berlangsung. Urie Bronfenbreuer14
Jaringan Sosial
memperkenalkan pendekatan ekologis yang
mempertimbangkan berbagai konteks lingkungan yaitu mikrosistem (lingkungan terdekat
dengan anak), ekosistem (lingkungan yang sedikit lebih luas dan memengaruhi pengasuhan)
dan makrosistem (lingkungan yang lebih luas, budaya).
Jaringan sosial yang dimiliki orang tua ikut berpengaruh terhadap parenting,
misalnya lingkungan tetangga dan sekolah, Jaringan sosial ini dapat memberikan
masukan kepada orang tua tentang cara-cara pengasuhan dan membantu mengatasi
masalah yang dihadapi oleh orang tua dan anak.
Lingkungan Kerja
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 7 [email protected]
Jika orang tua bekerja di luar rumah, parenting akan turut terpengaruh. Orang tua
yang memiliki pekerjaan menarik dan penuh tantangan akan lebih banyak
melakukan pengembangan-pengembangan dalam proses pengasuhannya dan melihat
hubungan yang positif antara pekerjaan dan pengasuhan anak. Sebaliknya, bila
pekerjaan banyak menimbulkan tekanan, maka keadaan ini akan memengaruhi mood
dan energi yang tersedia untuk menjalani proses parenting.
Hubungan Perkawinan
Kualitas hubungan perkawinan akan memengaruhi emosi dan kebahagiaan orang
tua. Selain itu, besarnya jumlah energi yang digunakan untuk menjalankan peran
sebagai orang tua juga menimbulkan ketegangan dalam hubungan dengan
pasangan15. Suami atau istri dapat menjadi dukungan sosial pertama bagi
pasangannya. Menurut Levy16
Struktur Keluarga
bahwa tanpa adanya pembagian tugas yang jelas,
maka fungsi keluarga akan terganggu yang selanjutnya akan memengaruhi sistem
yang lebih besar lagi. Hal ini bisa terjadi kalau ada satu posisi yang perannya tidak
dapat dipenuhi, atau konflik akan terjadi karena tidak adanya kesepakatan siapa yang
akan memerankan tugas apa.
Struktur keluarga berkaitan dengan jumlah keluarga, jarak usia antar-anak, jumlah
orang dewasa yang ada di rumah, dan urutan kelahiran anak. Faktor-faktor ini tidak
secara langsung memengaruhi adanya perbedaan dalam diri anak-anak, akan tetapi
struktur keluarga memengaruhi proses parenting karena perbedaan ukuran dan
komposisi keluarga menyebabkan terjadinya perbedaan sumber daya dan cara
berinteraksi.
Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga dapat diketahui berdasarkan pendidikan orang tua,
pendapatan, dan pekerjaan orang tua. Proses parenting dipengaruhi oleh status
sosial ekonomi karena perbedaan dalam kemampuan keuangan akan memengaruhi
cara-cara pengasuhan.
Budaya
Budaya menunjukkan suatu pola kehidupan dari suatu kelompok yang diturunkan
dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui bahasa, kebiasaan, nilai-nilai, dan
kegiatan. Budaya memengaruhi parenting, misalnya pola asuh autoritatif sudah
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 8 [email protected]
menjadi norma pada budaya tertentu, demikian juga dengan penghargaan terhadap
sikap kompetitif dan individualis, yang bisa saja dianggap tidak baik oleh budaya
lain.
Adult Development
Pada usia dewasa, sebagian besar orang membentuk keluarga dan harus berhadapan
dengan berbagai masalah orang tua-anak. Pada umumnya, masalah pria berkutat pada
pekerjaan dan pencapaian kedudukan ketimbang mengasuh anak di saat perempuan
memasalahkan peranan mereka sebagai ibu. Pada kira-kira usia 35 tahun, perempuan dapat
secara dramatis mengubah perjalanan hidupnya. Saat anak-anaknya menjadi lebih dewasa,
mereka memasuki kembali lapangan pekerjaan untuk melakukan karirnya atau untuk
memulai karir untuk pertama kali.
Robert Butler17
1. Ketuaan, karena perubahan fungsi tubuh diperhatikan pada masa dewasa pertengahan
menggambarkan sejumlah tema dasar masa dewasa yang tampaknya
ditemukan tidak tergantung pada status perkawinan dan keluarga, jenis kelamin, serta tingkat
ekonomi. Tema-tema tersebut adalah:
2. Melakukan pemeriksaan terhadap prestasi dan menentukan tujuan untuk masa depan
3. Menilai kembali komitmen terhadap keluarga, pekerjaan, dan perkawinan
4. Menggunakan daya yang terkumpul secara bertanggun jawab dan etis
5. Menghadapi penyakit dan kematian orang tua
6. Melakukan semua tugas perkembangan tanpa kehilangan kemampuan untuk mengalami
kesenangan atau untuk terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan
Child Development
Pada tahun pertama perkembangan, seorang bayi menyesuaikan diri dengan interaksi
sosial dan interpersonal pada bulan-bulan pertama18
Periode prasekolah ditandai dengan pertumbuhan fisik dan emosional yang nyata.
Memasuki usia sekolah, kemampuan emosional mulai terbentuk. Di pertengahan sekolah
dasar, kebutuhan formal untuk belajar dan pencapaian akademik menjadi penentu utama
dalam perkembangan kepribadian lebih lanjut.
. Kemahiran mototrik dan intelektual
seperti berbicara memperluas pandangan anak.
Saat anak menjadi lebih besar dan memasuki masa remaja, proses individuasi
mendapatkan kepentingan yang besar. Hubungan dengan teman sebaya menjadi penting bagi
perkembangan anak. Orang tua yang over protective atau menahan anak-anaknya dari
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 9 [email protected]
mengembangkan persahabatan dapat memengaruhi jalan anak-anaknya menuju masa remaja.
Bimbingan dan keterlibatan adalah penting. Tetapi, orang tua harus mengenali bahwa remaja
khususnya membutuhkan persetujuan orang tua, walaupun tampaknya suka melawan, remaja
jauh lebih patuh dibandingkan yang terlihat, asalkan orang tua tidak suka memaksa atau suka
menghukum.
Situs Parenting di Indonesia
Hingga saat ini, menurut Netcraft.com terdaftar 66 situs yang memiliki domain yang
berhubungan dengan parenting. Media parenting di Indonesia dimulai dari media cetak,
seperti tabloid dan majalah. Seiring berkembangnya teknologi, ekspansi medium pun
dilakukan hingga merambah internet dengan membuat situs. Situs parenting yang ada saat ini
di Indonesia ada yang merupakan pengembangan dari media cetak atau pun murni media
online. Untuk situs parenting, informasi lebih banyak dikemas dalam bentuk artikel, foto,
ilustrasi, dan beberapa bentuk interactive platform.
Permasalahan dan Analisis
Ketidakseimbangan Konten Penggambaran Peran Ayah dan Ibu serta Konten yang
Ditujukan kepada Mereka dalam Media Parenting Indonesia
Masih ada yang beranggapan bahwa mengasuh anak merupakan murni urusan para ibu,
sementara ayah hanya berperan sebagai pencari nafkah. Di era ini, pemahaman tersebut tidak
berlaku karena dalam pola asuh yang benar, ayah dan ibu sangat berperan untuk membentuk
karakter anak19
Menurut Ratih Ibrahim, psikolog dari Personal Growth, dalam Reader’s Digest Edisi
November 2013, anak-anak yang diasuh oleh ibu dengan pola asuh yang benar akan tumbuh
sebagai anak dengan karakter yang bagus. Namun anak yang mendapatkan pengasuhan yang
benar dari ibu dan ayah akan tumbuhh menjadi anak yang tangguh dan luar biasa.
.
Setiap anak harus memiliki identifikasi kepada kedua orang tuanya untuk
menyeimbangkan sifat maskulin dan femininnya. Baik anak laki-laki maupun perempuan,
keduanya harus memiliki sifat maskulin dan feminin yang seimbang. Feminimitas dan
maskulinitas atau identitas gender seseorang mengacu pada sejauh mana orang-orang melihat
diri mereka sebagai maskulin atau feminin mengingat apa artinya menjadi seorang pria atau
wanita dalam masyarakat20. Seorang anak melakukan identifikasi gender tersebut dari ayah
dan ibunya sebagai lingkungan pertamanya.
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 10 [email protected]
Namun, berdasarkan pengamatan penulis terhadap berbagai media cetak dan online di
Indonesia, konten yang ditujukan untuk ibu dan ayah belum berimbang. Konten untuk ibu
lebih banyak dibandingkan untuk ayah. Selain itu, penggambaran peran orang tua dalam
beberapa media parenting cetak mau pun online didominasi oleh ibu. Penulis akan
memaparkan hasil pengamatan penulis terhadap 2 media online parenting.
Parenting.co.id
“Above the fold” page (bagian halaman depan yang muncul saat memasukkan
alamat situs)
Dalam halaman tersebut, kita bisa lihat rubrik-rubrik, artikel terpopuler, dan sampul
majalah cetak parenting.co.id. Jika diperhatikan, ada rubrik bernama dunia mama.
Rubrik ini berisi segala informasi kebutuhan hingga kebiasaan para ibu, seperti tips
dan zodiak. Tidak terlihat ada bahasan khusus untuk ayah. Bahkan, foto-foto yang
merepresentasikan artikel-artikel terpopuler pun didominasi oleh karakter ibu yang
bergender feminin.
“Below the fold” page (bagian homepage yang harus di-scroll terlebih dahulu
sebelum dinikmati
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 11 [email protected]
Dalam below the fold ini juga minim ditemukan penggambaran sosok ayah dalam
keterlibatan aktif membesarkan anak. Bagian ini didominasi oleh rubrik ‘tip mama’,
‘curhat mama’ dan ‘meet mom bloggers!’. Meskipun ada rubrik ‘papa hebat’ yang
ditujukan untuk para pembaca yang merupakan ayah dapat berbagi kisah parenting,
penggambaran sosok ibu dan target khalayak media ini adalah para ibu. Padahal,
nama media adalah parenting yang tidak merepresentasikan salah satu orang tua saja
dalam membesarkan anak.
Logo dan warna
Logo parenting.co.id merupakan jenis logo typography yang menggunakan
huruf/typeface sebagai karakter utama logo. Ada sebuah hasil kreasi/crafting
berbentuk bunga di atas huruf “i” (menggantikan titik di atas huruf “i” kecil). Seperti
yang kita ketahui, bahwa bunga sering disangkutpautkan atau dihubungkan dengan
perempuan, kelembutan, dan hal-hal feminin lainnya. Tidak ada unsur maskulin atau
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 12 [email protected]
kenetralan yang terpancar dari logo ini. Warna tema situs ini adalah biru langit. Biru
langit termasuk warna yang netral dan mencerminkan kelembutan.
Ayahbunda.co.id
Ayahbunda adalah salah satu media parenting yang berawal dari bentuk cetak
kemudian merambah bentuk online.
“Above The Fold” page
Pada above the fold, kita bisa menemukan slideshow artikel terbaru. Slideshow terdiri
dari 5 artikel. Kelima artikel tersebut diwakilkan oleh lima foto ilustrasi. Menurut
pengamatan penulis, dari kelima artikel yang ada dalam slideshow, tiga di antaranya
merupakan artikel bagi ibu, yakni “Terapi Emosi Ibu Hamil dengan Musik”,
“Kuantitas Terbatas, Bermain Tetap Berkualitas”, dan “Hadiah untuk Hari Ibu”. FOto
ilustrasi yang digunakan pun mengandung penggambaran ibu dan anak, tanpa ayah.
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 13 [email protected]
Gambar Screenshot Slideshow Artikel Ayahbunda.co.id
Selain itu, di bagian header, bisa kita temukan iklan banner dari media cetak
ayahbunda.co.id. Model yang dijadikan sampul depan adalah ibu dan anak saja, tanpa
ayah. Padahal, judul medianya adalah “ayahbunda” yang menggambarkan keberadaan
ayah dan bunda dalam proses parenting seorang anak.
Salah Paham Identifikasi Gender Orang Tua dalam Mengasuh Anak Melalui Media
Parenting
Target khalayak media parenting tentu adalah para calon orangtua atau yang sudah
menjadi orangtua. Orang tua pun membutuhkan informasi mengenai masalah parenting, oleh
karena itu, banyak di antara mereka yang mengakses internet untuk mencari tahu jawaban
atau sekadar mencari informasi ringan seputar parenting.
Berdasarkan pemaparan tentang tidak seimbangnya konten penggambaran ayah dan ibu
serta konten yang ditujukan untuk ayah dan ibu dalam media parenting, dinilai dapat memicu
timbulnya pemahaman kepada para orang tua bahwa yang wajib mengurus dan membesarkan
anak adalah ibu, bukan ayah. Padahal dalam kenyataannya, peran ayah sama signifikannya
dengan ibu dan memiliki keunikan tersendiri.
Jika media parenting cukup mengakomodasi penggambaran ayah dan ibu, diharapkan
akan terjadi kerja sama antara ibu dan ayah untuk menjadi tim orangtua yang dapat
membesarkan anak secara baik.
Pentingnya Peran Ayah dalam Proses Parenting
Mencari informasi mengenai hubungan orangtua dan anak menjadi aktivitas penting
bagi orangtua untuk membesarkan anak-anaknya. Informasi tersebut dapat diperoleh dari
berbagai sumber, salah satunya media massa, seperti majalah, acara televisi, dan situs di
internet. Dari pengamatan penulis, informasi hubungan anak dengan orangtua yang tersedia
di berbagai media massa, terutama majalah dan situs internet terfokus untuk sang ibu saja.
Padahal, berbagai studi mengungkapkan pola pengasuhan anak antara ibu dan ayah memiliki
berbagai perbedaan.
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 14 [email protected]
Dalam dua puluh lima tahun terakhir, diakui bahwa ayah memainkan peran penting
dalam perkembangan anak dan perilaku seseorang saat dewasa (Flouri, E., 2005.). Selain itu,
Profesor Klinis Pusat Studi Anak Yale University, Kyle Dean Pruett berpendapat jika di masa
sebelumnya psikolog yang mempelajari perkembangan anak hanya fokus pada hubungan
anak dengan ibunya, sekarang mereka sepakat bahwa ayah memiliki peran unik dan krusial
dalam merawat dan membimbing perkembangan anaknya. Sejumlah profesional percaya
bahwa ayah memiliki kemampuan merawat dan sensitivitas yang sama dengan ibu (Pruett,
K., M.D., 1987).
Keterlibatan ayah dalam perkembangan anak memiliki efek seperti yang diinginkan,
yakni berkurangnya frekuensi masalah perilaku anak laki-laki dan masalah psikologis anak
perempuan. Selain itu dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan mengurangi tingkat
kenakalan serta kerugian ekonomi di dalam keluarga (Bremberg S., et al., 2008)
Meski studi mengenai pentingnya peran ayah dalam mendidik dan menuntun
perkembangan anak sudah bermunculan sejak akhir 1980-an, dari pengamatan penulis, belum
ada media massa yang menyediakan informasi mendidik anak untuk ayah.
Meskipun ayah sibuk mencari nafkah, mereka pun membutuhkan
pengetahuan mengenai cara mendidik yang tepat. Terutama ayah baru harus
mengetahui bagaimana cara ia mendidik dan merawat anak dari berbagai
aspek, seperti kesehatan fisik, psikologis, emosional, sosial, dan pendidikan.
Dalam beberapa riset psikologi dan sosial, ayah memiliki peran unik yang tidak
dimiliki ibu. Ayah umumnya mendukung kompetensi melalui permainan fisik, sementara ibu
umumnya menggunakan ekspresi lisan dan kegiatan mengajar untuk mendukung
keterampilan anak (Clarke-Stewart, K.A., 1980). Pendekatan ayah kepada anak cenderung
taktis dan fisikal, sementara ibu cenderung menggunakan verbal, didaktik, dan permainan
yang menggunakan mainan. Jelas, bayi dan anak-anak tidak hanya mendapatkan stimulasi
dari ayah mereka, tapi juga dari variasi stimulasi yang diberikan ayah dan ibunya (Parke,
R.D, 1995).
Ayah memiliki pengaruh lebih baik dalam kepercayaan diri anak usia sekolah dasar
daripada ibu (Amato, P.R., 1986). Keterlibatan ayah dalam urusan sekolah anak usia sekolah
menengah (baik sebagai orangtua tunggal ataupun bersama ibu) berhubungan dengan
pencapaian anak yang lebih baik di bidang akademik di sekolah formal (Nord, Brimhall,
West, 1997). Anak-anak yang menghabiskan banyak waktu dengan ayahnya dengan kegiatan
rekreasional seperti membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan berbagi makanan
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 15 [email protected]
cenderung memiliki tingkat akademis yang lebih tinggi secara signifikan dibanding mereka
yang tidak (Cooksey, E.C., 1996).
Selain itu, penelitian oleh lembaga riset Civitas (2002) mendokumentasikan banyak
efek yang ditimbulkan pada anak yang tidak tumbuh dan kembang bersama ayahnya. Anak-
anak yang hidup tanpa ayah biologis mereka lebih cenderung berada dalam kemiskinan dan
kondisi kesehatan yang buruh. Remaja tanpa ayah cenderung akan menjadi orangtua saat
remaja, suka menyinggung, merokok, terlibat konsumsi obat terlarang, membolos dari
sekolah, dikucilkan, dan tidak tamat sekolah. Sedangkan usia dewasa muda yang tidak
tumbuh dan kembang bersama ayah cenderung menjadi pengangguran, memiliki gaji rendah,
tunawisma, masuk penjara, memasuki kehidupan bersama pasangan tanpa ikatan, dan
memiliki anak di luar pernikahan (O’Neill, R., 2002).
Kemunculan Gerakan Sosial Ayah untuk Ikut Terlibat Aktif dalam Fase-Fase
Parenting
Ayah Asi
Ayah Asi adalah gerakan sosial yang muncul pada pertengahan 2011. Ayah Asi berisi
para ayah yang peduli akan pemberian ASI eksklusif kepada anak-anaknya. Ide ini
bermula dari keinginan untuk membuat buku oleh Shafiq Pontoh tentang
pengalamannya membantu istri dalam proses menyusui. Setelah itu, terkumpulah
beberapa ayah yang peduli terhadap proses menyusui istri dan anaknya. Ide membuat
buku cerita ASI dari sudut pandang ayah ini disambut baik oleh pihak penerbit, namun
mereka masih ragu dengan ide Ayah ASI karena umumnya, ASI hanya dibahas oleh
ibu-ibu. Alhasil, mereka mencoba pre-test dengan melempar topik ini ke publik melalui
akun twitter @ID_AyahASI pada 27 September 2011. Tanggapan publik ternyata
positif. Baru dua hari aktif, followers akun twitternya mencapai 2.000. Tepat seminggu,
jumlah followers menembus angka 3.000. Hingga tulisan ini dibuat (22 Desember
2013), jumlah followersnya @ID_AyahASI adalah 106.780. Kegiatan akun ini pun
beragam, mulai dari memberikan pendidikan dan informasi mengenai proses menyusui
dan pentingnya ASI bagi bayi hingga berbagi pengalaman oleh para ayah tentang
pengalaman mereka membantu istri dalam proses menyusui.
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 16 [email protected]
Kesimpulan
Media parenting sudah menjadi sumber jawaban dan informasi para orang tua yang
kebingungan dalam melaksanakan proses parenting. Dari segi bisnis, media parenting tak
kalah “basah” nya dengan media bertema lain karena banyak pengiklan yang merupakan
perusahaan/produk/komunitas yang berhubungan dengan anak dan parenting.
Pelaksana parenting adalah orang tua yang merupakan ayah dan ibu, bukan hanya
salah satunya. Jika keberadaan keduanya masih ada di dunia, hendaknya peran keduanya
memiliki porsi yang adil dan seimbang dalam membesarkan anak-anaknya, terutama dalam
menjadi referensi identifikasi gender bagi anak-anaknya. Jangan sampai berat sebelah atau
kosong sebelah. Hal ini akan mengakibatkan kekosongan-kekosongan psikologis yang akan
berdampak kelak dalam kehidupan sang anak di masa yang akan datang.
Media parenting sudah seharusnya menjadi media yang menyajikan informasi bagi
kedua orangtua, baik ibu dan ayah. Juga penggambaran peran ayah dan ibu yang seharusnya
seimbang. Hal ini ditujukan agar para orangtua tidak salah paham bahwa parenting adalah
kewajiban salah seorang saja, terutama ibu. Hal yang perlu disadari adalah bahwa parenting
dilakukan oleh kedua orang tua, baik ayah mau pun ibu kepada anak-anaknya. Dalam proses
parenting, bukan hanya anaknya, tapi juga orang tua diajak untuk menikmati dan terus
belajar. Dan untuk mengakomodasi kebutuhan ayah, konten yang disajikan media parenting
pun sudah seharusnya berimbang, agar para ayah juga mengerti apa yang harus dilakukan
kepada anak saat proses parenting.
1 Kamanto Sunarto (2004) dalam Pengantar Sosiologi. 2 Hajar Yuli Rahmawati (2012) dalam skripsinya berjudul Permainan Tradisional Pasar-Pasaran Sebagai Media Sosialisasi Gender untuk Anak. Diunduh dari http://eprints.uny.ac.id/8604/3/BAB%20II%20-%2008413241035.pdf 3 Henslin, J.M. (2006) dalam Essential of Sociology dalam Hajar Yuli, Rahmawati (2012). 4 Wawancara dilaksanakan oleh penulis pada 26 November 2013. 5 Dwivedi, K.N. (2000) dalam Enhancing Parenting Skills: A Guide for Professionals Working with Parents 6 Martin and Colbert (1997) dalam Parenting, A Life Span Perspective 7 dalam Hamner & Turner (1990), Parenting in Contemporary Society 8 Brooks, J.B. (2008) dalam The Process of Parenting 9 Martin and Colbert (1997) dalam Parenting, A Life Span Perspective 10 Kusnadi (2006) dalam tesisnya berjudul Gambaran Parenting pada Pasangan Penderita Skizofrenia terhadap Anak dalam Keluarga Inti 11 Kaplan (1994) dalam Kusnadi (2006), Gambaran Parenting pada Pasangan Penderita Skizofrenia terhadap Anak dalam Keluarga Inti 12 Cooke dalam Martin & Colbert (1997) 13 Boinstein & Lamb, dalam Martin & Colbert (1997) 14 dalam Martin & Colbert (1997) 15 Lerner dalam Martin & Colbert (1997) 16 Ratna Megawangi (1999) dalam Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 17 [email protected]
17 dalam Kaplan (1994) dalam Kusnadi (2006) 18 Bowlby dalam Kaplan (1994) dalam Kusnadi (2006) 19 Reader’s Digest (November 2013) 20 Burke & Stets (1988) dalam Gender, Control, and Interaction
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 18 [email protected]
Daftar Referensi
Buku:
Brooks, J. B. (2008). The Process of Parenting (7th Edition). Mountain View California:
Mayfield Pub. Corp.
Dwivedi, K. N. (2000). Enhancing Parenting Skills: A Guide for Professionals Working with
Parents. New York: John Wiley & Sons.
Hamner, T. J & Turner, P.H. (1990). Parenting in Contemporary Society (2nd Edition).
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.
Martin, C.A & K. K. Colbert. (1997). Parenting, A Life Span Perspective. New York: The
McGraw Hill Companies Inc.
Megawangi, Ratna. (1999). Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung: Mizan.
Penelitian dan Tugas Akhir
Burke, P.J. & Stets, J.E. (1988). Gender, Control, and Interaction. Washington State
University, Washington, Amerika Serikat.
Kusnadi, Didik. (2006). Gambaran Parenting pada Pasangan Penderita Skizofrenia
terhadap Anak dalam Keluarga Inti. (Tesis). Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat,
Indonesia.
Rahmawati, H. Y. (2012). Permainan Tradisional Pasar-Pasaran sebagai Media Sosialisasi
Gender untuk Anak (Studi Kasus Peer Group di SDN Mangir Lor Sendangsari
Pajangan Bantul). (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta, D.I Yogyakarta,
Indonesia.
Rozamon. (2004). Penerusan Kekerasan dan Pengabaian dalam Parenting. (Tesis).
Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia.
Sapriana, Ika. (2010). Identitas Penari Cross Gender dalam Kehidupan Masyarakat
Surakarta. (Skripsi). Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.
Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 19 [email protected]
Situs Online
eprints.uny.ac.id/8604/1/1%20-%2008413241035.pdf
http://ayahbunda.co.id
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2230316-pengertian-gender-dan-jenis-
kelamin/
http://parenting.co.id/
staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Marzuki, Dr.M.Ag./25.Kajian Awal Tentang Teori-
Teori Gender.pdf