Upload
sutarto-wondo-saputro
View
74
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORANMEKANIKA TANAH II
Disusun oleh :
Bahrul AfandiFaris Budi PrasetyaSutarto Wondo SaputroFivit AnggrainiMudri Octafia SariZahratun Nisa HanifaJenni FransiscaMoch. Azizul Rohmi
: (115534006): (115534020): (115534021): (115534022): (115534023): (115534024): (115534025): (115534027)
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYATahun Pengajaran 2012/2013
Mekanika Tanah IIi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Mekanika Tanah II dengan baik. Laporan Mekanika Tanah II ini merupakan salah satu tugas akhir yang digunakan sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen Mekanika Tanah II yang telah membimbing dan mengajarkan segala ilmu yang berhubungan dengan ilmu hitung tanah.Demi sempurnanya makalah ini penulis butuh sumbang kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, 29 Desember 2012
Hormat kami,
Penyusun
Mekanika Tanah II
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….....
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...
ISI
BAB I TEST PEMADATAN …………………………………………………………...........
BAB II PRAKTIKUM UJI UNCONFINED……………………………………………….....
BAB III PRAKTIKUM UJI DIRECT SHEAR (PERGESERAN LANGSUNG)
…………………………………………………………………………………..
BAB IV TEST KONSOLIDASI……………………………………………………………...
BAB V PRAKTIKUM UJI SONDIR…………………………………………………………
PENUTUP………………………………………………………………………………………
i
ii
iii
1
13
15
21
31
33
Mekanika Tanah II
ii
BAB I
TEST PEMADATAN
Untuk konstruksi jalan raya, lapangan terbang, bendungan tanah, tanah pondasi
dari suatu bangunan dan bangunan lainya, pamadatan dari tanah bersangkutan adalah
sangat penting untuk memperbaiki atau menaikan kekuatan tanah, dengan
memperbaiki kekuatan tanah ,maka daya dukung tanah untuk menerima beban
bangunan diatasnya akan meningkat; besarnya penurunan akibat beban bangunan
diatas akan berkurang, dan pada talud, stabilitas lerengnya akan bertambah.
Pemadatan tanah berarti memperkecil volume pori dari suatu tanah atau
memperbesar berat volume tanah. Selain proses pemadatan, penambahan air akan
menyebabkan butir-butir tanah mudah untuk bergerak untuk mengisi ruang-ruang antar
butiran yang kosong, sehingga keadaan tanah tersebut menjadi lebih padat (harga d
semakin besar); hal ini disebabkan karena air berfungsi sebagai pelumas antara butir-
butir tanah. Apabila kadar air tanah sudah mencapai kadar air optimum (wopt),
penambahan air akan menghasilkan keadaan yang berbeda, yaitu harga d makin
menurun. Hal ini disebabkan karena air tersebut tidak lagi berfungsi sebagai pelumas
antar butir-butir tanah, tetapi justru mengambil alih tempat-tempat yang semula
ditempati oleh butir-butir tanah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pada tahap
awal dari test pemadatan, harga dari d selalu bertambah, tetapi setelah kadar air dari
tanah yang dipadatkan lebih besar dari wopt harga dari d akan menurun. Tingkat atau
derajat kepadatan suatu tanah dapat dilihat dari harga berat volume kering (d) dari
tanah yang dipadatkan; makin besar harga d, makin padat tanah tersebut.
Test hasil pemadatan tanah dapat dilakukan di lapangan dan di laboratorium;
cara test pemadatan dilakukan yang umum dipakai adalah:
Metode Sand Cone
Metode Rubber Ballon
Sedangkan cara test pemadatan li laboratorium yang biasa dilakukan adalah
metoda yang diperkenalkan oleh Proctor pada tahun 1933.
Mekanika Tanah II
iii
Test pemadatan di laboratirium dengan cara yang dianjurkan oleh Proctor
bertujuan untuk menentukan harga maksimum berat volume kering (d max) dan
besarnya kadar air yang dicapai saat d tersebut; kadar air dimana d max tercapai
dinamakan ” kadar air optimum (wopt)”. harga dari wopt tersebut kemudian dipakai
sebagai patokan dalam pelaksanaan pemadatan dari tanah yang bersangkutan di
lapangan. Ada dua cara test pemadatan di laboratorium yang diperkenalkan oleh
Proctor yaitu:
Standart Proctor test
Modified Proctor test
Kedua metoda test pemadatan tersebut diatas pada prinsipnya adalah sama
kecuali tenaga yang digunakan untuk memadatkan berbeda. Dalam bab ini, prosedur
pelaksanaan pemadatan tanah dengan cara standart proctor, modified proctor dan sand
cone akan diterangkan secara jelas.
V.1 STANDART PROCTOR TEST
Skema dari cetakan standart proctor test yang mempunyai diameter 12,16 cm (4
inchi) dan tinggi 11,643 cm (4,584 inchi) dapat dilihat pada gambar 4.1a. cetakan
tersebut mempunyai plat dasar (base plat) yang dapat dipasang pada dasar cetakan,
dan mempunyai silinder perpanjangan (extension) yang bisa disambung pada bagian
atas dari cetakan untuk menambah ketinggian cetakan tersebut. Volume dalam cetakan
(tanpa silinder perpanjangan) adalah 943,94 cm3. Gambar 4.1b menunjukan skema
dari standart proctor hammer (penumbuk) yang beratnya 2,5 kg (5,5 1b); penumbuk
dapat diangkat dan dijatuhkan dari ketinggian 30,48 cm (12 inchi).
1. Peralatan yang diperlukan:
1. Satu set alat standart proctor test (cetakan dan penumbuk)
2. Timbangan dengan ketelitian 4,5 gram
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
4. Lengser besar
5. Jack (untuk mengeluarkan contoh tanah dari cetakan)
6. Penggaris besi dengan pinggiran lurus
Mekanika Tanah II
1
7. Ayakan no 4
8. Cawan
9. Oven
10.Botol plastik
11.Seperangkat alat untuk menentukan Gs (seperti yang dicantumkan pada bab
1.3).
2. Urutan Pelaksanaan Test :
1. Mengambil tanah yang sudah diangin-anginkan sebanyak 2,5 kg. pecahkan
semua gumpalan tanah
2. Tanah yang sudah disiapkan pada langkah no 1 tersebut diayak dengan
mengunakan ayakan no 4. Mengumpulan semua tanah yang lolos ayakan no 4
didalam lengser yang besar.
3. Menambahkan air pada tanah didalam lengser tersebut dan campur hingga
merata untuk membuat kadar air dari tanah tersebut kira-kira 5%
4. Menentukan berat cetakan + plat dasar (=W1)
5. Memasang silinder perpanjangan pada bagian atas dari cetakan
6. Tanah yang sudah disiapkan pada langkah no 3 tersebut lalu di bagi menjadi 3
bagian. Memasukan masing-masing bagian tanah kedalam cetakan didalam 3
lapis yang kira-kira sama tebalnya. Tiap-tiap lapis harus dipadatkan secara
merata dengan menggunakan standart proctor hammer sebanyak 25 kali.
Adapun cara melakukan penumbukan untuk tiap-tiap lapisan dapat dilihat pada
gambar 4.2.
Catatan : Tanah lepas yang ditaruh didalam cetakan untuk lapisan ketiga (paling
atas) harus sedemikian tinggi sehingga apabila dipadatkan, bagian
atas dari permukaan tanah tersebut masih lebih tinggi dari pada
cetakan.
7. Meletakan silinder perpanjangan yang disambung pada bagian atas cetakan.
Silinder perpanjangan tersebut harus dilepas secara berhati-hati supaya tidak
merusak tanah yang sudah dipadatkan didalam silinder tersebut.
Mekanika Tanah II
2
8. Dengan menggunakan penggaris besi, potong kelebihan tanah diatas cetakan
secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit hingga permukaan tanah yang
dipadatkan sama tinggi dengan permukaan cetakan tersebut.
9. Menimbang berat cetakan + tanah yang sudah dipadatkan + plat dasar (yang
sudah disiapkan pada langkah no 8) = W2
10.Melepaskan plat dasar dari cetakan, kemudian mengeluarkan tanah yang sudah
dipadatkan dari dalam cetakan dengan menggunakan jack.
11.Mengambil sedikit contoh tanah yang sudah dilepaskan dari cetakan (pada
langkah no 10), dan meletakan di cawan untuk ditentukan kadar airnya (sebelum
dimasukan dalam oven berat dari tanah basah ditentukan terlebih dahulu).
12.Memecahkan gumpalan-gumpalan tanah yang sudah dikeluarkan dari cetakan
(langkah no 10), dengan tangan dan campur tanah tersebut dengan tanah
lembab yang tersisa didalam lengser. Menambahkan air dan campur hingga
merata agar supaya kadar air dari campuran tersebut naik kira-kira 2%.
13.Mengulangi urutan pelaksanaan no 5 sampai no 12. dalam pelaksanaan test ini,
harga dari berat volume tanah kering (d) mula-mula akan naik dan kemudian
akan turun.
Garis luas cetakan tanah
Tampak dari pemadatan oleh alat penumbuk
(tahap urutan dari pukulan dari alat penumbuk)
Lapisan pertama
Mekanika Tanah II
3
1
49
8
7
5
62
3
Lapisan kedua Lapisan ketiga
Gambar 4.2 Cara melakukan penumbukan
Teruskan test tersebut sampai didapat paling sedikit dua kali pembacaan harga
dari (d) yang makin mengecil
14.Pada hari berikutnya, menimbang tanah yang sudah dikeringkan pada no 11
untuk mengetahui berat tanah kering yang bersangkutan, dan kemudian tentukan
kadar airnya.
15.Selanjutnya dari contoh tanah tersebut tentukan harga Gs nya (urutan langkah
pelaksanaan test Gs seperti yang diuraiakan pada bab 1.3).
Mekanika Tanah II
15
1017
16
13
14
11 12
21
2325
22
19
20
2418
4
V.2 TEST KEPADATAN LAPANGAN (SAND CONE)
Test ini dimaksudkan untuk menentukan kepadatan tanah di lapangan. .
disamping itu tes ini juga untuk mengetahui derajat kepadatan tanah di lapangan, yaitu
perbandingan antara kepadatan tanah lapangan dengan kepadatan maksimum dari
hasil standart proctor test, di devinisikan sebagai berikut:
Salah satu metoda untuk menentukan kepadatan lapangan adalah metoda sand
cone. Alat sand cone terdiri dari botol plastik atau kaca dengan sebuah kerucut logam
diatasnya, adapun skema dari sand cone diberikan pada gambar 4.6.
1. Peralatan yang diperlukan :
1. satu set alat send cone yang terdiri dari : botol transparan, corong logam dan
pelat dasar,
2. peralatan kecil terdiri dari : palu, sendok, kuas dan kapi.
3. timba untuk tempat tanah.
4. peralatan untuk menentukan kadar air.
5. timbangan kapasitas 50 gram dengan ketelitian 0,1 gram, untuk menentukan
kadar air.
6. timbangan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 1.0 gram .
7. oven
8. pasil silica
9. air suling
2. Urutan pelaksanaan :
1. Menentukan volume botol transparan dengan cara:
a. Menimbang alat (botol +corong ), (W1)
Mekanika Tanah II
5
b. Mengiisi botol dengan air suling, bersihkan air yang menempel diluar botol.
c. Menimbang botol yang berisi air tersebut, (W2).
2. Menghitung berat air = W2-W1, berat air = volume air jika harga w = 1 dan
volume air tersebut adalah sama dengan volume botol.
3. Menentukan berat volume pasil silika dengan cara:
a. Meletakkan alat dengan botol dibawah pada dasar yang rata ,tutup kran,
kemudian isi corong dengan pasir silika.
b. Membuka kran, isi botol dengan pasir silika sampai penuh dan dijaga selama
pengisian corong terisi pasir paling sedikit setengahnya.
c. Menutup kran dan bersihkan kelebihan pasir diatas kran dan timbanglah
beratnya (W3).
d. Menghitung berat pasir silika dalam botol = W3 - W1.
e. Menghitung berat volum pasir silika , dimana
volume pasir silika = volume botol.
4. Menentukan berat pasir silika dalam corong.
a. Mengisi botol dengan pasir silika secukupnya (melebihi volume corong) dan
timbang beratnya, (W4).
b. Meletakkan alat dengan corong dibawah ; corong diletakkan diatas pelat
dasar, dimana kedudukan pelat dasar harus rata dan bersih.
c. Membuka kran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir.
d. Menutup kran dan timbanglah alat beserta sisa pasir, (W5).
e. Menghitung berat pasir silika dalam corong = W4 – W5
5. Menentukan berat volume tanah :
a. Mengisi botol dengan pasir sampai penuh, timbang beratnya (W6)
b. Meratakan permukaan tanah yang akan diperiksa. Letakkan pelat dasar pada
permukaan tanah yang telah rata tersebut dan kokohkan dengan paku di
keempat sisinya.
c. Menggali lubang sedalam minimal 10 cm (tidak melebihi satu hamparan
padat).
Mekanika Tanah II
8
9
d. Seluruh tanah hasil galian dimasukkan dalam kaleng yang tertutup yang telah
diketahui beratnya (W7), dan timbang kaleng + tanah tersebut beratnya (W8).
e. Meletakkan alat dengan corong dibawah diatas pelat dasar yang telah
disiapkan untuk melubangi tanah, buka kran pelan-pelan sehingga pasir silika
masuk ke dalam lubang. Setelah pasir silika berhenti mengalir tutup kran
kembali dan timbang alat beserta sisa pasir silika, beratnya (W9).
f. Mengambil tanah sedikit dari kaleng untuk ditentukan kadar airnya.
Mekanika Tanah II 10
BAB II
PRAKTIKUM UJI UNCONFINED
1. Tujuan Pengujian:
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan parameter kekuatan tekan bebas
tanah kohesif pada kondisi tanah asli (undisturbed) maupun tanah yang
dipadatkan/dibuat (remoulded).
2. Peralatan Yang Dibutuhkan:
a. Tabung contoh tanah.
b. Mesin penekan.
c. Tabung penh dan tabung belah.
d. Alat pengeluar contoh.
e. Dial deformasi.
f. Jangka sorong.
g. Stop watch.
h. Oven.
i. Timbangan.
j. Gergaji kawat.
3. Benda Uji yang Digunakan:
a. Ukuran tanah uji
Tanah uji yang digunakan mempunyai diameter minimal 1,3 in (13 mm),
apabila ukuran maksimal partikel benda uji lebih kecil dari 1/10 diameter tanah
uji. Untuk tanah uji yang minimal 2,8 in (71 mm) atau lebih digunakan ukuran
partikel maksimal lebih kecil dari 1/6 diameter tanah uji.
Tinggi contoh dibuat 2 atau 3 kalinya diameter.
b. Tanah uji asli.
Untuk menjamin keaslian tanah uji, keluarkan tanah uji dari dalam
tabung contoh asli. Potong bagian contoh yang terdapat pada tepi tabung
Mekanika Tanah II 13
contoh asli sepanjang 2 cm. dorong tanah uji pada tabung contoh asli
sampai masuk seluruhnya ke dalam tabung yang akan di uji, kemudian
ratakan kedua permukaan tanah dengan menggunakan gergaji kawat.
Mengambil tanah uji dari tabung contoh asli dengan memasang
tabung yang sesuai ukuran tanah uji yang digunakan tepat di tengah-
tengah.
Mengeluarkan tanah uji yang sudah tercetak dalam tabung
dengan alat pengeluar tanah, kemudian tentukan berat tanah uji tersebut.
c. Tanah uji buatan.
Menyiapkan tabung belah yang sudah diberi pelumas bagian dalam dengan
ukuran sesuai pada langkah no 1.
Menyiapkan tanah uji dari contoh tanah asli. Untuk tanah uji dari contoh
tanah buatan, remas-remas dengan jari tangan hingga mendapatkan berat
isi seragam. Masukkan sedikit demi sedikit ke dalam tabung belah dan
padatkan. Pengisian terus dilakukan sampai memenuhi isi tabung.
Usahakan dalam memadatkan tanah uji tersebut menghasilkan tingkat
kepadatan yang sama.
Mengeluarkan tanah uji tersebut, menentukan beratnya.
4. Urutan Pelaksanaan Test
a. Menempatkan tanah yang akan diuji pada mesin penekan tepat pada tengah-
tengah plat bagian bawah. Lalu menurunkan plat bagian atas sampai menyentuh
permukaan tanah yang diuji.
b. Memutar dial beban maupun dial reformasi pada posisi nol.
c. Melakukan penekanan dengan nilai regangan ½ - 2 % per menit fan, lal
mencatat nilai beban dan deformasi yang terjadi setiap 30 detik.
d. Penekanan terus dilakukan hingga sudah tidak ada penambahan beban pada
penambahan renggangan atau hingga tercapainya regangan 20 %.
e. Menentukan kadar airnya.
Mekanika Tanah II
f. Menggambar pola keruntuhan yang terjadi pada tanah yang diuji dan ukur sudut
kemiringan keruntuhannya.
BAB III
PRAKTIKUM UJI DIRECT SHEAR (PERGESERAN LANGSUNG)
1. Tujuan:
Pengujian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh parameter kekuatan geser
tanah terganggu atau tanah tidak terganggu yang terkonsolidasi, dan diuji geser
dengan diberi kesempatan berdrainase dan kecepatan gerak tetap.
2. Peralatan Dan Bahan Yang Digunakan:
a. Tabung contoh tanah
b. Alat pendorong contoh tanah (extruder)
c. Gergaji kawat (pisau pemotong)
d. Satu set peralatan direct shear
e. Batu pori
f. Dial holder
g. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
h. Stop watch
i. Cawan
j. Contoh tanah
k. Air suling atau air bersih
3. Urutan Pelaksanaan Test:
Test direct ini dilakukan sebanyak 3 kali dengan beban yang berbeda, yaitu 10
kg, 20 kg dan 40 kg. Langkah-langkah yang diambil dalam pelaksanaan test
adalah :
a. Persiapan tanah uji.
b. Pemasangan tanah uji pada kotak geser
c. Penyetelan rangka pembeban vertikal
d. Penyetelan arloji ukur gerak vertikal
Mekanika Tanah II
14
e. Penyetelan arloji ukur gerak horizontal
4. Urutan Langkah-Langkah Persiapan Benda Uji :
a. Mengambil contoh tanah dengan menggunakan tabung contoh
b. Meletakkan tabung contoh tanah pada alat pendorong (extruder), stel dan kunci
alat tersebut hingga tabung contoh tidak bergerak.
c. Memutar alat pendorong hingga contoh tanah di dalam tabung keluar sedikit,
potong dan ratakan dengan gergaji kawat bagian permukaan sampai
mendapatkan permukaan tanah yang bersih (tidak terdapat batu).
d. Setelah mendapat permukaan yang bersih, meletakkan ring direct shear (cincin
cetak) pada bagian tepi tabung. Selanjutnya mendorong terus contoh tanah
tersebut hingga masuk kedalam cincin, lalu meratakan permukaan contoh tanah
bagian atas dan bawah dengan pisau atau gergaji kawat.
5. Urutan Langkah – Langkah Pemasangan Benda Uji Pada Kotak
Geser.
a. Sebelum memasukkan contoh tanah ke dalam kotak geser, terlebih dahulu
memeriksa dan membersihkan kotak geser, memasang baut pengunci agar
kotak geser bagian atas dan bawah manjadi satu rangkaian.
b. Memasukkan batu pori bagian bawah ke dalam kotak geser, lalu meletakkan
cincin cetak yang berisi contoh tanah, pada kotak geser dengan posisi bagian
runcingnnya menghadap ke atas (lihat gambar 3.4).
c. Memasukkan contoh tanah kedalam kotak geser dengan menggunakan alat
pengeluar contoh yang ditekan hingga keseluruhan contoh tanah masuk ke
dalam alat geser, seperti terlihat pada gambar 3.4.
d. Memasang batu pori bagian atas, dan stel alat pembeban vertikal. Untuk beban
pada pengujian pertama ini yang diberikan adalah 10 kg. Selanjutnya memasang
arloji ukur gerak vertikal.
e. Menyetel dan memasang arloji ukur gerak horizontal.
f. Menjenuhkan contoh tanah dengan cara mengisi bak dengan air hingga contoh
tanah dan batu pori terendam seluruhnya.
Mekanika Tanah II
15
g. Sebelum melakukan pergeseran horizontal terlebih dahulu melakukan
pembebanan konsolidasi. Dan tentukan waktu untuk menentukan terjadinya 50
% kosolidasi primer (t50).
h. Setelah mendapatkan harga t50 kemudian dilakukan untuk perhitungan untuk
melakukan pergeseran horizontal. Pergeseran horizontal ini dilakukan terus
sampai tanah tersebut mengalami keruntuhan, baru kemudian dihentikan.
6. Urutan Penyetelan Rangka Pembeban Vertikal.
a. Mengangkat ujung lengan pembeban agar rangka pembebanan dapat diatur
sedemikian rupa sehingga posisinya benar-benar tegak lurus.
b. Meluruskan stang pembeban dan meletakkan sampai menyentuh kotak geser
dan usahakan agar posisinya tidak berubah.
c. Memasang beban 10 kg pada gantungan beban hingga lengan pembeban tidak
mengambang letaknya.
7. Urutan Penyetelan Arloji Ukur Gerak Vertikal
a. Memasang arloji ukur pada penopang arloji ukur.
b. Menyetel lengan penggantung arloji ukur agar batang arloji ukur menyentuh
batang penekan bagian atas.
c. Menyetel arloji ukur sehingga letak jarum berada pada posisi nol.
8. Urutan Penyetelan Arloji Ukur Gerak Horizantal :
a. Memasang arloji ukur pada penopang arloji ukur horizontal.
b. Menyetel penopang arloji ukur agar batang arloji ukur menyentuh kontak geser
yang berisi contoh tanah.
c. Menyetel arloji ukur sehingga letak jarum berada pada posisi nol.
9. Urutan Langkah – Langkah Melakukan Pembebanan Konsolidasi
b. Melepaskan beban 10 kg yang terpasang.
c. Memasang beban pada gantungan beban sehingga contoh tanah mendapat
tekanan sesuai dengan tekanan yang akan dialami di lapangan.
Mekanika Tanah II
16
d. Membuka kunci lengan pembeban dan dan baca defleksi pada arloji ukur gerak
vertikal untuk waktu t = 0 menit, 0.25 menit, 1 menit, 4 menit, 6.25 menit, 12.25
menit, 16 menit, 20.25 menit, 60 menit, 120 menit, 240 menit, 480 menit dan
1440 menit.
Mekanika Tanah II
17
BAB IV
TEST KONSOLIDASI
1. Tujuan Dari Test Konsolidasi.
Tujuan dari praktikum konsolidasi adalah untuk menentukan parameter-
parameter tanah yaitu:
b. Koefisien konsolidasi (Cv).
c. Indeks kompresi (Cc).
d. Indeks mengembang (Cs).
e. tegangan prakonsolidasi (σc)
2. Alat dan Bahan yang Digunakan:
a. Tabung contoh tanah.
b. Alat pengeluar sampel tanah.
c. Satu set alat konsolidasi.
d. Alat untuk memotng.
e. Gergaji kawat.
f. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
g. Stop watch.
h. Oven.
i. Cawan
j. Contoh tanah.
k. Air suling.
3. Urutan Pelaksanaan Test:
a. Mengambil tanah di lapangan dengan menggunakan tabung sampel tanah.
b. Meletakkan tabung sampel tanah tersebut pada alat extruder.
c. Meletakkan ring konsolidasi yang akan digunakan pada ujung tabugn, dan
keluarkan sampel tanah dari dalam tabung dengan jalan mendorong alat
Mekanika Tanah II
18
21
extruder tersebut hingga ada permukaan tanah yang masuk ke dalam ring
konsolidasi, (catatan: sebelum sampel tanah dimasukkan ke dalam ring
konsolidasi, dinding sebelah dalam ring harus diberi bahan pelumas.
d. Memotong sampel tanah dengan meggunakan gergaji kawat, hingga permukaan
bagian atas dan bawah rata dengan ring konsolidasi.
e. Menentukan berat dari ring konsolidasi + sampel tanah yang di test (W1).
f. Sebelum ring yang berisi sampel tanah tersebut dimasukkan ke dalam alat
konsolidasi, terlebih dahulu meletakkan salah satu batu porous pada bagian
bawah sampel tanah ke dalam ring kuningan pada alat konsolidasi.
g. Meletakkan sampel tanah beserta ring konsolidasi yang sudah disiapkan pada
langkah e di atas batu porous yang telah disiapkan pada langkah f. Kemudian
mengeluarkan sampel tanah dari dalam ring konsolidasi dengan menggunakan
alat pendorong ring konsolidasi.
h. Meletakkan batu porous yang lainnya di atas sampel tanah yang telah disiapkan
pada langkah g.
i. Meletakkan consolidometer di dalam loading device.
j. Meletakkan deal reading di atas permukaan tanah yang di test untuk mengukur
besar penurunan yang akan terjadi selama pengujian berlangsung. Dial reading
harus di pasang sedemikian rupa hingga dapat bekerja dengan baik pada saat
permulaan test. Dial reading yang dipakai seharusnya dikalibrasikan.
k. Meletakkan beban di atas sampel tanah yang di test dengan tegangan sebesar
0,25 kg/cm2, dan mencatat penurunan vertikal dari dial reading pada saat waktu t
= 0 menit, 0,25 menit, 0,5 menit, 2 menit, 4 menit, 8 menit, 15 menit, 30 menit, 60
menit,120 menit, 240 menit, 480 menit, 960 menit dan 1440 menit (24 jam).
Catatan: setelah pengambilan pembacaan pada saat t = 2 menit selesai
dilakukan, tambahkan air pada consolidometer hingga penuh untuk merendam
sampel tanah yang di test dan usahakan agar sampel tanah tetap dalam
keadaan jenuh air selama test berlangsung.
l. Setelah pengambilan pembacaan penurunan untuk waktu t = 24 jam selesai,
naikkan beban dari 0,25 kg/cm2 menjadi 0,5 kg/cm2. Catat penurunan vertikal
dari contoh tanah yang di test pada waktu t sama seperti yang dilakukan pada
Mekanika Tanah II
22
langkah k. dalam hal ini kita menggunakan ratio penambahan muatan ∆σ/σ = 1
(dimana ∆σ = penambahan muatan dan σ = muatan yang ada).
m. Mengulangi langkah tersebut (langkah 1) untuk beban atau tegangan sebesar
1 kg/cm2, 2 kg/cm2, 4 kg/cm2, dan seterusnya.
n. Setelah beban tertinggi selesai diberikan selama 24 jam, maka perlu dilakukan
pengurangan beban sacara bertahap (reboun) atau yang disebut sebagai
unloading. Besarnya perubahan tinggi (swelling) dari contoh tanah yang
disebabkan oleh adanya pengurangan beban harus dicatat setiap 30 menit.
Apabila perubahan tinggi terjadi menunjukan kecil sekali (yaitu = 0,00254 mm =
0,0001 inchi), maka pengurangan beban dapat diteruskan. Begitu seterusnya
pengurangan beban dilakukan sampai pada beban yang paling kecil, yaitu 0,25
kg/cm2.
o. Setelah pengetesan selesai, ambil contoh tanah yang di test dari dalam reng
kuningan. Letakkan pada cawan dan timbang, selanjutnya masukan contoh
tanah tersebut ke dalam oven untuk dikeringkan minimal 24 jam dengan suhu
110o C untuk ditentukan kadar airnya.
Mekanika Tanah II 23
BAB V
PRAKTIKUM UJI SONDIR
1. Tujuan Pelaksanaan Test:
Untuk memperoleh perlawanan penetrasi conus dan hambatan lekat tanah.
perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung onus yang
dinyatakan dalam gaya luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah
terhadap selubung biconus dalam gaya persatuan panjang.
2. Peralatan Yang Digunakan:
a. Mesin sondir ringan (2.5 ton) atau mesin sondir berat (10 ton)
b. Manometer masing-masing 2 buah dengan kapasitas:
- Untuk sondir ringan 0 – 50 kg/cm2 dan 0 – 250 kg/cm2
- Untuk sondir berat 0 – 250 kg/cm2 dan 0 – 600 kg/cm2
c. Conus dan biconus
d. Satu set angker (4 buah) dan perlengkapannya.
e. Satu set batang stang sondir lengkap dengan stang dalam, yang panjangnya
masing- masing 1 meter sebanyak 20 buah
f. Perlengkapan: kunci pipa, kunci plunyer, palu dan kunci untuk manometer.
g. Unting-unting.
h. Alat pembersih, oli, minyak hidrolik dan lain-lain.
3. Urutan Pelaksanaan Test:
a. Sebelum melakukan penyondiran, terlebih dahulu menentukan letak titik yang
akan dilakukan penyondiran. Kemudian memasang angker yang ditanam ke
dalam tanah.
b. Meletakkan mesin sondir tegak lurus di tempat yang akan diselidiki yang sudah
diperkuat dengan angker di atas. Untuk mengontrol apakah mesin tersebut
sudah berdiri tegak lurus digunakan untung-unting.
c. Mengontrol keadaan minyak hidrolik dan tidak boleh ada udara didalamnya.
Mekanika Tanah II 31
d. Alat sondir yang sudah disiapkan dapat diperoleh pengoperasiannya. Kepala
pipa dipasang di atas pipa yang panjangnya 1 meter dan dibagian bawah pipa
dipasang bikonus.
e. Kepala pipa yang ada diatas batang pipa dimasukkan ke dalam rumah plunyer,
kemudian kunci kepala pipa ditutup. Setelah kunci pipa ditutup maka tabung
plunyer digerakkan ke bawah menekan pipa sondir beserta bikonusnya sampai
sedalam 20 cm.
f. Kemudian kunci pipa dibuka dan pipa ditahan dengan kunci inggris supaya pipa
tidak turun masuk ke dalam tanah. selanjutnya tabung plunyer diturunkan pelan-
pelan sampai bagian bawah plunyer menyentuh batang besi yang menonjol dari
dalam pipa sondir, dan penekanan tepat dilakukan pelan-pelan sampai
manometer tersebut bergerak dan menunjukkan suatu angka. Penekanan
dilanjutkan terus sampai mantel biconus tertarik mendadak yang ditunjukkan
oleh bergeraknya jarum manometer dan menunjukkan angka yang lebih besar
dari yang pertama tadi. Setelah itu penekanan masih terus dilakukan pelan-pelan
sampai manommeter tidak bergerak lagi, yang berarti bikonus sudah berada
pada posisi semula.
g. Mengulangi lagi langkah e dan f sampai kedalaman mencapai satu meter. Tetapi
sebelum mencapai satu meter (yaitu kedalaman 80 cm), maka pipa sondir
disambung lagi bagian atasnya untuk melakukan pengujian sampai pada
kedalaman tanah keras. Sedangkan bagian bawahnya ditahan dengan kunci
inggris agar tidak terus masuk ke dalam tanah. begitu seterusnya pekerjaan
tersebut dilakukan samapi pada kedalaman yang ditentukan kemudian
dihentikan.
h. Semua data yang dicatat pada kedalam 20 cm harus ditabelkan
Mekanika Tanah II 32
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah kami menyelesaikan ke semua praktik tersebut,kami dapat mengerti beberapa sifat – sifat dan jenis tanah.Untuk mendirikan sebuah bangunan di suatu tempat tentunya kita harus mengerti kuat tanah dan kedalaman tanah tersebut mampu menahan beban bangunan itu sendiri.Oleh karena itu pentingnya praktik ini untuk mengetahui mengetahui apakah tanah tersebut dapat didirikan sebuah bangunan di atas tanah serta kita mengerti juga bagian kandungan tanah di setiap kedalaman.
Mekanika Tanah II 33