Upload
mukti-ali
View
199
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
MEMAKSIMALKAN AKAL
Tidak ada agama selain islam dan tidak ada kitab suci selain Al Qu’ran yang
demikian tinggi menghargai ilmu pengetahuan, mendorong untuk mencarinya, dan
memuji orang-orang yang menguasainya. Termasuk di dalamnya menjelaskan ilmu
dan pengaruhnya di dunia dan akhirat., mendorong untuk belajar dan mengajar, serta
meletakan Islam yang asasi: Al Qur’an dan As Sunah.
Islam mewajibkan kaum muslim menuntut ilmu sejak dari buaian sampai
liang lahat, karena orang yang berilmu di masyarakat memiliki kedudukan yang
tinggi, sedangkan yang tidak berilmu menduduki derajat yang rendah. Islam
menganggap, bahwa agama tidak akan mendapat tempat yang baik, apabila oaring-
orang Islam tidak mempunyai ilmu pengetahuan yang matang dan pokiaran yang
sehat. Oleh karena itu, pengetahuan bagi Islam bagaikan ruh (nyawa) bagi manusia1
Al Qur’an merupakan salah satu pedoman hidup bagi umat Islam. Surat yang
pertama kali Allah turunkan dalam Al Qur’an adalah surat Al Alaq. Di dalamnya
Allah SWT menyebut nikmat-Nya dengan mengajarkan manusia apa yang ia tidak
ketahui. Hal itu menunjukan akan kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan. Allah
membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang jahil. Keduanya tidak sama.
Terlepas dari substansi ilmu pengetahuan, yang terpenting adalah antara orang yang
berilmu dan orang yang bodoh jelas tidak sama. Seperti halnya antara orang yang
1Ahmadsoe , dalam WWW.kotasantri.blogspot, Posted April 27th, 2008
2
melihat dan orang yang buta, cahaya dan kegelapan, orang yang hidup dan mati,
manusia dan hewan, serta antara penghuni surga dan penghuni neraka.
Kedudukan bagi Orang-orang Berilmu, Al Qur’an memuji ahli ilmu
pengetahuan dan menyebut mereka dengan alladziina utul-ilma, dan Allah SWT
menisbatkan mereka dengan beberapa keutamaan pemikiran, keimanan, serta akhlak.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hajj: ayat 54
“Dan agar orang yang telah diberi ilmu, meykini bahwasanya Al Qur’an itulah
yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadaNya dan
sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada
jalan yang lurus.”
Dalam ayat yang lain (azzumar: 9) Allah berfirman :
3
Artinya : ……………….. adakah sama orang orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran.
Begitu pentingnya upaya untuk memaksimalkan potensi akal, maka dalam
alqur’an banyak sekali kita temukan ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang berfikir,
misalnya dengan ungkapan apakah kamu tida berfikir, apakah kamu tidak
mengetahui, apakah kai tidak mengetahui. Bahkan dalam banyak hal orang yang tidak
memaksimalkn potensi berfikirnya diibaratkan sebagai pohon rindang yang tidak
berbuah atau lebih jauh dikatakan bahwa agama hanya bagi orang yang befikir.
Walaupun demikian, tidak banyak umat Islam yang tahu dan mengerti
bagaimana memaksimalkan potensi luar biasa tersebut dalam setiap gerak
kehidupannya di dunia ini untuk itu maka perlu ada pembahasan lebih lanjut tentang
bagaimana memaksimalkan potensi akal tersebut.
4
PEMBAHASAN
Ketika seseorang melakukan sebuah “inner journey” untuk mengenal siapa
sesungguhnya dirinya, maka akan menemukan setidaknya ada tiga karunia istimewa
yuang diberikan Allah Sang Pemilik Kehidupan secara cuma-cuma, sebagai modal
kesuksesan hidupnya di dunia. Karunia pertama berupa potensi kekuatan fisik dan
bentuk tubuh yang fungsional, dengan susunan tulang dan otot yang dapat
memungkinkan untuk melakukan gerakan yang berbeda-beda. Kekuatan potensi fisik
ini menjadikan manusia mampu menghasilkan produktifitas yang tinggi dalam
berkarier, dalam berbisnis dan dalam berbagai aktivitas kehidupan.
Karunia kedua adalah otak atau akal pikiran yang super canggih yang mampu
mengontrol dan mengatur kinerja berbagai organ tubuh dan panca indra manusia.
Mulai dari mengendalikan dan mengatur denyut jantung yang mampu memompa
ribuan liter darah melalui pembuluh darah yang sangat panjang, mengontrol dan
mengatur kinerja paru-paru yang memberikan supply oksigen bagi tubuh yang tidak
pernah berhenti sedetikpun dan berbagai panca indra lainnya.
Karunia ketiga adalah hati atau qalbu yang memiliki peran paling penting
dalam mengatur kehidupan manusia. Hati adalah rajanya yang mengatur dan
mengendalikan potensi akal pikiran dan panca indra. Hati manusialah yang akan
mengendalikan otak atau akal pikiran manusia untuk kemudian memprosesnya
melalui panca indra, sehingga menghasilkan sesuai yang dikehendaki hati.
Dari ketiga potensi tersebut, akal adalah potensi yang dinamis yang
menyebabkan manusia berkembang secara maksimal, memiliki peradaban yang tinggi
5
sehingga memiliki kemampuan untuk mengelola potensi alam yang ada untuk
kepentingan umat manusia.
Bagaimana Memaksimalkan Potensi Akal ?
Kedahsyatan potensi akal pikiran manusia tidak perlu diragukan lagi. Dengan
akal ini manusia memiliki kemampuan untuk memahami bagaimana proses berpikir
dan mengelola pikirannya. Manusia dapat mempelajari ilmu pengetahuan,
mengungkap berbagai misteri kehidupan, menjelajahi ruang angkasa, mengarungi
samudra luas tak berbatas dan dapat membaca bukti-bukti kekuasaan Allah Yang
Maha Kuasa di alam semesta ini.
Memahami akal manusia, setidaknya ada dua makna pemahaman yakni
berfungsi menjelaskan semua urusan, baik berkenaan dengan masalah duniawi
maupun masalah kehidupan akhirat. Yang kedua berarti pandangan mata batin dan
pengetahuan terhadap mana yang bermanfaat dan mana yang membahayakan baik
untuk kehidupan dunia maupun kehidupan akhiratnya.
Setiap manusia berkewajiban menggunakan akalnya untuk dapat memahami
“rules”atau aturan-aturan yang sudah diperintahkan Allah melalui para nabi dan
kitab suci-Nya. Maksudnya, manusia harus memberdayakan akalnya untuk dapat
membaca bukti-bukti yang terhampar di alam semesta ini agar dapat memahami
hakekat kehidupan secara utuh dan benar. Karena sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada mereka sesuatu yang dapat mereka pahami dengan akal mereka.
Khalid ibn Shafwan berkata, ”Bila ada seseorang yang tidak bisa
menjelaskan apa-apa, ia tidak ada bedanya dengan binatang ternak atau ia hanya
6
berganti rupa.” Inilah yang membedakan manusia sebagai makhluk sempurna
dengan makhluk ciptaan Allah lainnya. Makna dari penggalan kalimat ini adalah
kalau manusia tidak memberdayakan aklnya untuk memahami mana yang baik dan
buruk dalam kehidupan, tidak digunakan untuk memikirkan kehidupan dunia dan
akhirat dalam keseimbangan, tidak digunakan untuk memahami norma-norma atau
ketentuan Allah yang sudah berlaku dalam kehidupan dan tidak dapat membaca
bukti-bukti kekuasaan Allah Yang Maha Perkasa di alam semesta, maka tidak
ubahnya seperti binatang.
Seseorang dikatakan cerdas akalnya apabila dia dapat memecahkan masalah
yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu menghasilkan sesuatu yang berharga dan
berguna bagi dirinya dan umat manusia. Adapun cara-cara melatih akal tersebut
antara lain :
1. Meneliti berulang-ulang lalu mengkaji permasalahannya2. Mencari jalan pemecahan masalah3. Mendokumentasikan proses pemecahan masalah4. Menganalisa lalu memilah5. Mengambil kesimpulan jalan pemecahan masalah6. Terbukti hasil yang diperoleh mamu melatih diri, menilai membuat, mengambil
keputusan yang tepat, percaya diri, kreatif mmpu mengkolaborasi serta bertanggung jawab dan memiliki rasa syukur kepada Tuhannya. 2
Kecerdasan sendiri menurut Jalaludin dalam bukunya Psikologi Agama,
berbeda-beda antara satu orang dengan orang yang lain, jika seseorang memiliki akal
yang diatas normal maka dia akan mudah untuk menghadapi dan memecahkan
masalah namun jika dia berada dalam keadaan normal, maka seseorang menerlukan
2 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, remaja rosdakarya, Jakarta, 1990
7
beberapa pelatihan berulang dengan metode yang bervariasi agar seseorang dapat
memecahkan masalah dalam hidupnya. 3
Disinilah mengembangkan potensi akal menjajadi sutu hal yang sangat prinsip
dan mendasar agar seorang hamba dapat mennjadi pengabdi yang baik kepada
Tuhannya, mampu menterjemahkan ap yang menjadi pesan suci dari wahyu yang
disampaikan kepada manusia berupa kitab suci al-Qur’an. Lebih jauh agr dalam
pandangan keberagamaan umat islam tidak bertentangan dengan realitas sunnatullah
sebagaimana yang pernah terjadi dalam sejarah umat kristen
Jika kita menengok kebelakang, bahwa dalam sejarah peradaban manusia
sekitar abad ke-16 masehi dimana gereja mendominasi peran dari pengambilan ilmu
pengetahuan. Segala keputusan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan diambil alih
oleh gereja, tidak ada peran yang lebih tinggi selain dominasi gereja pada masa itu.
Sehingga keputusan tertinggi ada ditangan gereja tidak ada yang dapat
menentangnya, jika ada yang menentang gereja maka ia akan dieksekusi oleh pihak
gereja hal ini terjadi ketika Copernicus menggugat dogma gereja yang mengatakan
bahwa bumi adalah pusat alam semesta, dan matahari berputar mengelilingi bumi.
Karena ilmuwan berpegang teguh pada hasil fikirnya, mereka mengalami eksekusi
oleh gereja. Di antaranya Bruno, Galileo Galilei,
Padahal dogma yang dipegang dan diajarkan oleh tokoh-tokoh gereja pada
abad tersebut jelas-jelas bertentangan dengan fakta-fakta yang dihasilkan oleh ilmu
pengetahuan. Disinilah terjadi revolusi besar-besaran yang dipimpin oleh para tokoh
3 Sirajudin, Filsafat Islam, Raja Grafindo Persada:Padang, 2004
8
untuk menentang gereja. Sebuah gerakan yang menolak peran apapun dari wahyu
dalam mengatur urusan-urusan manusia, menyerahkan segala yang terkait dengan
urusan manusia pada kekuatan dan kemampuan akal untuk membedakan antara yang
baik dan buruk, antara yang benar dan salah, antara yang adil dan tidak adil.
Sehingga mereka mengajukan pendekatan hedonis dari utilitarianisme sebagai
suatu alternatif. Benar dan salah ditentukan oleh kriteria yang dapat diukur
berdasarkan ”rasa nyaman” dan ”rasa sakit”. Pendekatan ini telah meratakan jalan
bagi diperkenalkanya falsafah darwinisme sosial, materialisme, dan determinisme
dalam ilmu ekonomi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.4 Dari sinilah titik tolak terjadinya
arus sekularisasi besar-besaran di Eropa hampir di setiap bidang tak terkecuali ilmu
pengetahuan. Mereka mengeluarkan landasan agama, landasan ketuhanan, landasan
nilai-nilai dan norma dari arus pemikiran pengetahuan mereka.
Karena itu lahirlah ilmu pengetahuan yang bersifat positivistik. Hanya
menjelaskan fakta-fakta secara apa adanya.Pertanyaaan normatif “what should?”,
“what best?” yang mempertanyakan apa yang terbaik dan yang seharusnya dilakukan
dikesampingkan5 Dari paradigma diataslah ilmu pengetahuan dibangun, termasuk
ilmu yang sekarang banyak tersebar di kampus-kampus. Sehingga bukan menjadi
sebuah kemustahilan ketika banyak kita dapati kekeringan-kekeringan jiwa walaupun
pengetahuan kita sudah dianggap tinggi karena kuliah, ataupun sudah banyak yang
berpangkat sarjana. Ilmu yang sekarang kita pelajari, banyak mengesampingkan
4 lihat Chapra, dalam Masa Depan Ilmu Ekonomi hal.17-18 5 lihat Adiwarman A.Karim, dalam Ekonomi Mikro Islami, hal. 42
9
variabel-variabel norma, variabel nilai-nilai selain ekonomi, bahkan variabel
keagamaan dikesampingkan jauh-jauh karena dianggap tidak relevan dan kuno.
Dari contoh diatas, dapat dengan jelas kita lihat bahwa akal haruslah
bersesuaiangan dan berjalan seiring dengan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT,
agar tidak terjadi pertentangan yang dapat meberikan torehan buruk dalam sejarah
umat manusia untuk itu perlu diketahui bagaimana langkah-langkah untuk
merpertemukan antara akal dan wahyu tersebut.
Pertentangan antara akal, wahyu dan langkah integrasi keduanya
Secara sekilas, kita banyak dapati pertentangan antara akal dan wahyu, antara
sains dan wahyu.Wahyu yang diturunkan oleh Tuhan tidak selamanya bisa diterima
oleh akal. Perkembangan ilmu pengetahuan kadang bertentangan dengan wahyu,
sehingga seolah hal tersebut bertentangan dan bertolak belakang. Padahal jika dikaji
lebih lanjut kita akan banyak menemukan Hikmah dibalik apa yang telah diwahyukan
Allah dan Rosulnya(baca lebih lanjut karangan Harun Yahya)6.
Chapra mengungkapkan dalam bukunya bahwa sains dan agama berbicara
tentang dua tingkatan realitas yang berbeda. Pertama, berbicara tentang jagad raya
fisik yang dapat diraih oleh pancaindra manusia, sementara yang kedua, berbicara
tentang tingkatan realitas yang lebih tinggi yang bersifat transedental dan di luar
jangkauan pengalaman indra. Lebih lanjut ia menjelaskan :
“…….Sains sangat menggantungkan manusia terutama akal, dan mencoba mendapatkan pengetahuan melalui observasi dan eksperimen; ia mencoba melakukan
6http: tribunaeconomia.blogspot.com/2007/11/ judul: melihat-kembali-hakekat- pengetahuan.html
10
deskripsi dan analisis “apa” ia harus dapat melakukan prediksi apa yang kan terjadi di masa depan. Ketika sains berbicara tentang jagad raya fisik, maka deskripsi dan analisisnya lebih pasti dan prediktifnya lebih besar. Namun manakala ia berbicara tentang manusia, makhluk yang tidak selalu berperilaku standar seringkali tidak akurat. Berbeda dengan agama, yang bergantung pada wahyu dan akal dalam pengetahuannya. Tujuan utamanya untuk membantu mentransformasikan kondisi manusia dari “apa” kepada kondisi ideal atau “apa seharusnya”…….”(Chapra, hal.71)
Untuk itulah sebenarnya wahyu diturunkan membimbing manusia untuk
bertindak “apa yang seharusnya” dilakukan. Agama difungsikan untuk menjaga
manusia keluar dari batas orbit yang telah ditentukan. Karena bagaimanapun juga
manusia memiliki keterbatasan dari apa yang dimiliki. Dan sains seharusnya tetap
berpijak pada pandangan agama, membantu agama untuk menganalisis pengetahuan
yang lebih baik tentang “apa yang seharusnya”. Pertentangan antara agama dan sains
akan terjadi, jika sains tidak menghormati kontribusi ajaran-ajaran moral dan
transedental yang dapat disumbangkan kepada kebahagiaan manusia. Begitu juga
dengan agama, akan terjadi konflik ketika agama membuat pernyataan yang irasional
dan sulit diterima oleh sains. Dan sikap yang seharusnya dilakukan adalah ketika akal
sudah tidak lagi sampai untuk mencapai wahyu, maka wahyu dikedepankan,
kemudian akal diajukan. Memaksimalkan potensi akal untuk menggali dibalik apa
yang ditetapkan Allah. Bukankah akal digunakan untuk berfikir, dan dalam berpikir
akalpun memiliki keterbatasan…?
Dalam sejarah perkembangan Muslim, ketika umat islam mencapai zaman
keemasan ilmu pengetahuan pernah terjadi gerakan rasionalis gerakan rasionalis
adalah sebuah gerakan pencerahan yang mengedepankan akal. Menjadikan konflik
antara wahyu dan spekulasi filsafat. Kaum rasionalis pada waktu itu terdiri dari dua
11
golongan sarjana yang memiliki latar belakang intelektual berbeda. Kedua golongan
itu adalah Mu’tazilah dan kaum filosof (falasifah)
Namun gerakan tersebut tidak mempertentangkan antara sains dan wahyu;
karena hal ini tidak mungkin terjadi karena sikap positif islam terhadap sains dan
metode ilmiah. Konflik itu terjadi antara wahyu dan spekulasi filsafa7
Integrasi pengetahuan dan agama
Dari keterangan diatas jelaslah, bahwa pengetahuan yang mengedepankan
akal dalam berobservasi tidak bisa dipisahkan dari agama, begitu juga agama tidak
bisa dipisahkan dari ilmu pengetahuan, keduanya dapat terjalin hubungan erat. Allah
telah menganugerahkan manusia dengan akal yang merupakan alat untuk memahami
dunia, dan untuk memenuhi segala kebutuhannya juga untuk mendukung posisinya
sebagai khalifah. Sementara itu, wahyu merupakan sarana untuk menuntun manusia
terhadap segala pengetahuan tentang tujuan hidupnya, dengan demikian sebenarnya
akal dan wahyu saling melengkapi satu sama lainnya dan sangat berguna bagi
kehidupan manusia. Sejarah telah membuktikan bahwa integrasi keduanya pernah
membentuk satu peradaban yang menakjubkan, serta saling menguat satu sama lain.
Selama kurun waktu tersebut peradaban Islam menyinari dunia, termasuk barat8.
K E S I M P U L A N
7 Mehdi Nakosten, Kontribusi muslim atas dunia pemikiran barat8 (Hendri anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, hal.19).
12
1. Akal, dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat tinggi hal ini dapat kita
lihat dalam firman Allah maupun hadits Nabi Muhammad SAW dengan
demikian berfikir dan menggunakan akal bagi seorang muslim adalah
kewajiban. Akal juga di maknai sebagai kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Diantara cara melatih untuk memaksimalkan menurut Ngalim Purwanto dalah
dengan cara : Meneliti berulang-ulang lalu mengkaji permasalahannya, Mencari
jalan pemecahan masalah, Mendokumentasikan proses pemecahan masalah,
Menganalisa lalu memilah, Mengambil kesimpulan jalan pemecahan masalah,
Terbukti hasil yang diperoleh mamu melatih diri, menilai membuat, mengambil
keputusan yang tepat, percaya diri, kreatif mmpu mengkolaborasi serta
bertanggung jawab dan memiliki rasa syukur kepada Tuhannya.
3. Penyatuan atau pengintegrasian akal dan wahyu sesuatu yang mutlak dilakukan
agar tidak terjadi pertentangan sehingga keduanya dapat berjalan berseiringan
sehingga dapat dicapai kemaslahatan umat manusia. Disamping itu berdasarkan
sejarah pertentangan akal dan tafsir atas wahyu terbukti memberikan dampak
buruk bagi kemajuan ilmu pengetahuan sebagaimana yang terjadi pada ilmu
pengetahuan di abad 16 yang menimpa Galileo Galilei dan ilmuan lainnya.
DAFTAR BACAAN
13
Ahmadsoe , dalam WWW.kotasantri.blogspot .com Posted April 27th, 2008
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, remaja rosdakarya, Jakarta, 1990
Sirajudin, Filsafat Islam, Raja Grafindo Persada:Padang, 2004
Chapra, dalam Masa Depan Ilmu Ekonomi
Adiwarman A.Karim, dalam Ekonomi Mikro Islami
http: tribunaeconomia.blogspot.com/2007/11/ judul: melihat-kembali-hakekat-
pengetahuan.html
Mehdi Nakosten, Kontribusi muslim atas dunia pemikiran barat
Hendri anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami,
TUGAS KULIAH
14
TEKNIK PENULISAN KARYA ILMUAH
MEMAKSIMALKAN POTENSI AKAL
Oleh :
S A Y U T INIM. 11.1101.0273
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DUAL MODE ROMBEL KUTAI BARATSTAIN SAMARINDA
TAHUN 2012