8
Memperlemah Volume Perbedaan Oleh : Darmayasa Salam kasih, Pada umumnya, ketika kita berhubungan dengan orang, kita selalu berada dalam penekanan perbedaan pandangan. Tetapi, pandangan yang diperlukan dalam pengembangan Meditasi Angka, demi peningkatan atau kemajuan latihan Meditasi Angka kita adalah pandangan kesamaan. Kita memandang sama bukan hanya setiap manusia, melainkan setiap makhluk adalah sama. Kesamaan pandangan sangat diperlukan dalam memasang dasar kuat Medang. Kesadaran persamaan tersebut adalah sangat mendasar, dan yang lebih maju lagi dari sekadar persamaan tersebut adalah kesamaan terhadap bukan hanya sesama manusia, melainkan pandangan sama terhadap sesama makhluk hidup. Tanpa memiliki "harta karun" pandangan sama tersebut, jangan harap anda bisa membeli tiket balik ke dunia spiritual. Pada suatu hari, seorang Raja sedang berjalan-jalan diiringi oleh beberapa pengiringnya. Di belakang istana Raja terdapat tempat bekas-bekas bangunan kuno. Raja melepas pandangan ke arah reruntuhan bangunan kuno tersebut dengan pandangan mata menerawang jauh..., jauh... menerawang menatap langit kosong. Raja bertanya pada pengawalnya, "kalau tidak salah....," kata Raja sambil melirik seorang pengawalnya, "dahulu ada seorang Pendeta yang biasanya tinggal di sini..." Pengawalnya mengangguk-angguk.... tidak jelas apakah ia mengerti atau tidak maksud sang Raja.... Dan tampaknya sang Raja juga tidak begitu menghiraukannya, mengerti atau tidak mengerti yang penting ia mengangguk- angguk... Dan itu sudah cukup sebagai penghormatan pada perkataan Raja. "Tetapi...," kata Raja sambil melirik kembali pada pengawalnya yang sedang memperbaiki letak kaca matanya.... “ sudah lama aku tidak melihatnya lagi lalu lalang di daerah ini seperti dahulu...” Pengawalnya sambil masih tetap mengangguk-angguk mendesis menjawab.... "Ya tuanku Raja... Sang Pendeta sudah lama tidak kelihatan lagi..." Tangannya kembali memperbaiki letak kaca matanya. Ternyata di samping pengawalnya... pengikut yang lain juga sedang memperbaiki letak kaca matanya, sebab ia melihat Raja memberikan perhatian kepada anak buahnya yang sedang memperbaiki kaca matanya, maka ia pun mengikuti langkah orang itu demi menarik perhatian Raja padanya. Raja berkata lagi, "Cari informasi keberadaan sang Pendeta dan bawa beliau ke istana. Aku ingin menanyakan perihal pengetahuan spiritual kepada beliau." Pengawalnya mengangguk-angguk tetap seperti tadi. Tetapi, kali ini diiringi

Memperlemah Volume Perbedaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

wisdom

Citation preview

Page 1: Memperlemah Volume Perbedaan

Memperlemah Volume PerbedaanOleh : Darmayasa

Salam kasih,

Pada umumnya, ketika kita berhubungan dengan orang, kita selalu berada dalam penekanan perbedaan pandangan. Tetapi, pandangan yang diperlukan dalam pengembangan Meditasi Angka, demi peningkatan atau kemajuan latihan Meditasi Angka kita adalah pandangan kesamaan. Kita memandang sama bukan hanya setiap manusia, melainkan setiap makhluk adalah sama.

Kesamaan pandangan sangat diperlukan dalam memasang dasar kuat Medang. Kesadaran persamaan tersebut adalah sangat mendasar, dan yang lebih maju lagi dari sekadar persamaan tersebut adalah kesamaan terhadap bukan hanya sesama manusia, melainkan pandangan sama terhadap sesama makhluk hidup. Tanpa memiliki "harta karun" pandangan sama tersebut, jangan harap anda bisa membeli tiket balik ke dunia spiritual.

Pada suatu hari, seorang Raja sedang berjalan-jalan diiringi oleh beberapa pengiringnya. Di belakang istana Raja terdapat tempat bekas-bekas bangunan kuno. Raja melepas pandangan ke arah reruntuhan bangunan kuno tersebut dengan pandangan mata menerawang jauh..., jauh... menerawang menatap langit kosong. Raja bertanya pada pengawalnya, "kalau tidak salah....," kata Raja sambil melirik seorang pengawalnya, "dahulu ada seorang Pendeta yang biasanya tinggal di sini..."

Pengawalnya mengangguk-angguk.... tidak jelas apakah ia mengerti atau tidak maksud sang Raja.... Dan tampaknya sang Raja juga tidak begitu menghiraukannya, mengerti atau tidak mengerti yang penting ia mengangguk-angguk... Dan itu sudah cukup sebagai penghormatan pada perkataan Raja. "Tetapi...," kata Raja sambil melirik kembali pada pengawalnya yang sedang memperbaiki letak kaca matanya.... “ sudah lama aku tidak melihatnya lagi lalu lalang di daerah ini seperti dahulu...”

Pengawalnya sambil masih tetap mengangguk-angguk mendesis menjawab.... "Ya tuanku Raja... Sang Pendeta sudah lama tidak kelihatan lagi..." Tangannya kembali memperbaiki letak kaca matanya.

Ternyata di samping pengawalnya... pengikut yang lain juga sedang memperbaiki letak kaca matanya, sebab ia melihat Raja memberikan perhatian kepada anak buahnya yang sedang memperbaiki kaca matanya, maka ia pun mengikuti langkah orang itu demi menarik perhatian Raja padanya.

Raja berkata lagi, "Cari informasi keberadaan sang Pendeta dan bawa beliau ke istana. Aku ingin menanyakan perihal pengetahuan spiritual kepada beliau."

Pengawalnya mengangguk-angguk tetap seperti tadi. Tetapi, kali ini diiringi kerdipan mata ke arah pengikut lainnya yang sedang berbaris rapi di sebelah kirinya, sebagai pertanda perintah untuk segera mengadakan pencarian Pendeta dimaksud.

Setelah beberapa hari berlalu... salah seorang anak buah pengawal Raja datang menghadap, menyampaikan bahwa ternyata Pendeta tersebut sudah lama meninggal dunia. Sang Raja menarik nafas panjang... Beliau merasa sedih, bahwa ia ingin bertanya secara khusus dan sangat penting pada Pendeta, tetapi sayang Sang Pendeta sudah tidak ada di dunia ini.

Ya, inilah kenyataan yang terjadi di dunia. Ketika orangnya masih hidup selalu dicerca dan dilihat kekurangan serta kejelekannya. Tetapi ketika orangnya sudah tidak ada, barulah mereka berpikir, wah sayang ketika yang bersangkutan masih hidup aku tidak memanfaatkan ilmunya, aku tidak ini dan itu....

Begitu pula ketika orang tua masih hidup, anak-anak tidak melakukan apa-apa. Bahkan orang tua dibiarkan menderita dalam kesakitan atau tekanan batin. Kemudian setelah orang tua meninggal barulah mereka menyesali diri, bahwa ia tidak melakukan apa-apa untuk orang tuanya, bahwa ia tidak belajar banyak dari orang tuanya ketika mereka masih hidup.

Page 2: Memperlemah Volume Perbedaan

Begitu pula halnya sang Raja. Beliau menyesali diri setelah mengetahui Pendeta tersebut telah tiada lagi di dunia ini."Kalau begitu..., kau dan pasukan..., cari informasi keberadaan muridnya, kalau beliau punya murid... " kata Raja sambil menahan rasa kecewanya.

Setelah berselang beberapa hari kemudian, pasukannya datang menghadap Raja dan mengatakan bahwa ada seorang Pendeta yang selalu dekat dengan Pendeta yang telah meninggal tersebut. Tetapi tidak jelas apakah ia muridnya ataukah tidak...?

Raja memerintahkan agar Pendeta tersebut dibawa ke istana. Mematuhi perintah Rajanya, maka pasukan pun segera berangkat kembali mencari Pendeta murid yang dimaksud. Ketika diminta ikut ke istana, Pendeta tersebut berkata, "Apa kesalahanku sehingga aku ditangkap?"

Pengawal berkata, "Tuan Pendeta..., anda tidak berbuat kesalahan apa pun dan anda tidak ditangkap. Tetapi, anda harus ikut ke istana karena Raja ingin menanyakan sesuatu hal yang berhubungan dengan spiritual dari anda..."

Pendeta menjadi tenang dan pelan berjalan di belakang mengikuti langkah-langkah kaki pasukan menuju istana. Di tengah jalan, Pendeta tiba-tiba melangkah ke pinggir jalan dan berjongkok. Para pengawal menyangka Pendeta hendak buang air kecil. Namun ternyata Pendeta melihat ada anjing beranak. Seekor anak anjing diambil dan dimasukkan ke dalam kain cadarnya, lalu melanjutkan perjalanan mengikuti pasukan istana.

Singkatnya, sesampai di istana, sang Pendeta langsung diajak menghadap Raja, yang segera menyambutnya dengan membentangkan karpet untuk Pendeta. Raja tidak menyambut Pendeta dengan kursi kerajaannya, tetapi dengan karpet dan sama-sama duduk di bawah, dengan pertimbangan agar dapat duduk sama tinggi sama rendah dengan Pendeta dan tidak duduk di singasana kerajaan, yang akan memberikan perbedaan antara dirinya dengan pendeta.

Pendeta duduk berhadap-berhadapan dengan Raja. Begitu duduk, Sang Pendeta menjulurkan kakinya mengarah pada Raja. Bersamaan dengan itu Sang Raja juga melihat pendeta menarik kedua tangannya. Melihat tingkah pendeta tersebut Sang Raja berpikir, “Ah... ini pendeta dari desa tidak mengerti aturan diplomasi kerajaan.”

Karena penasaran, maka dengan perasaan agak heran Raja lalu bertanya, “Pak pendeta..., sejak kapan anda melujurkan kaki ?“

Pendeta menjawab, "Sejak aku menarik tangan ke dadaku..."

Raja bertanya lagi, "Boleh saya tahu rahasianya ?"

Pendeta kemudian menjelaskan kepada sang Raja bahwa jika seseorang melujurkan kaki dan menarik tangan ke dada (bersidekep), hal itu menunjukkan bahwa orangnya tidak memerlukan apa pun dari orang yang berada di hadapannya. Sebaliknya ketika orang menginginkan sesuatu, maka ia akan duduk bersila yang baik dan tangannya dibuka lebar-lebar untuk menerima sesuatu dari orang yang ada di hadapannya.

“Aku tidak menginginkan apa pun dari anda Tuanku Raja, oleh karena itu aku melujurkan kaki dan menarik tangan ke arah dada.” Kemudian Pendeta memperbaiki sikap duduknya dan mulai duduk dengan baik. Tiba-tiba anak anjing di dalam cadar Pendeta terlepas, berlari dan akhirnya naik ke pangkuan Raja.

Pendeta melanjutkan, “Lihatlah Tuanku Raja, aku pendeta, pandanganku adalah sama terhadap semua makhluk. Aku tidak melihat perbedaan antara anda dengan anak anjing tersebut. Aku harap Tuanku Raja tidak menjadi salah mengerti dan tidak salah paham dalam hal ini. Oleh karena anda menginginkan pelajaran, maka sebagai seorang pendeta, adalah kewajibanku memberikan pelajaran spiritual dengan baik, jelas dan penuh kebenaran.

Page 3: Memperlemah Volume Perbedaan

Memang..., tidak ada beda antara Tuanku Raja dengan anak anjing di pangkuan anda tersebut. Raja bisa bicara, anjing itu juga bisa bicara. Anda bisa melihat, anjing itu juga mampu melihat. Anda makan, anjing itu juga bisa makan. Badan kasar anda terbentuk dari Panca Maha Bhuta, atau lima unsur alam penting seperti tanah, air, api, angin dan angkasa, demikian pula badan anak anjing itu juga terbentuk dari kelima unsur dasar tersebut. Dan di dalam badan kasar, ada diri anda yang sejati sebagai sang roh yang menghidupi badan, tetapi dalam diri anjing ini pun terdapat sang roh yang menghidupi badan anjing. Jadi aku tidak melihat perbedaan antara anda dengan anak anjing itu.”

Selanjutnya, pendeta memberikan contoh lagi dengan sebuah cerita kecil. Tersebutlah seorang pendeta. Beliau biasanya pergi meminta-minta dari satu rumah ke rumah lain dari orang-orang yang saleh. Suatu saat sang Pendeta mengunjungi rumah seorang pengusaha. Setelah pendeta menyelesaikan makannya, sang pengusaha hendak mengangkat piring makan Pendeta. Tetapi, Pendeta tersebut segera menolak sambil berkata, “Aku tidak akan membiarkan kamu mencucikan piringku ini.”

Lalu pengusaha itu menjawab, “Kalau begitu, saya akan minta pelayan saya mencucikan piring pendeta “. Mendengar jawaban itu, pendeta menjawab lagi dengan penekanan suara lebih tegas. "Bagiku, apa bedanya kamu dan pelayanmu? Kamu yang cucikan piringku ataukah pelayanmu yang mencucikan piringku? Apa bedanya? Kan sama saja?! Ya..., perbedaan barangkali ada ketika aku menganggap kamu sebagai orang besar dan pelayanmu adalah orang kecil atau orang biasa. Bagi diriku sendiri, kamu adalah terhormat di hadapanku, tetapi pelayan itu pun orang terhormat di hadapanku. Mengapa? Karena pelayan itu adalah pelayanmu dan bukan pelayanku. Di hadapanku ia adalah insan manusia yang sama dengan kamu yang juga adalah insan manusia. Akan berbeda pandanganku terhadap kamu dan pelayanmu ketika aku memerlukan sesuatu darimu, ketika aku menjalin hubungan memberi dan menerima denganmu, maka saat itu akan berbeda. Pelayanmu adalah pelayanmu, ia bukan pelayanku. Karena itu pelayanmu adalah sama terhormatnya di hadapanku, sebagaimana kamu terhormat di hadapanku. Ia akan berbeda ketika ia menjadi pelayanku, ketika aku menggajinya.“

Demikianlah.., para pe-Meditasi Angka sangat perlu dan harus memperhatikan serta memiliki pandangan indah seperti ini. Bahwa kita hanya berhak memandang orang lain sebagai insan Tuhan, dan tidak memandang seseorang dari segi tinggi rendahnya kedudukan mereka di masyarakat, terhormat atau tidak terhormat, kaya atau miskin, dan lain-lain. Sebab, kesadaran yang melihat perbedaan duniawi seperti itu hanya akan mem-blok atau MENUTUP rapat-rapat jalan maju seorang pe-Meditasi Angka untuk melangkah kepada tujuan lebih jauh lagi, tujuan indah, tujuan spiritual, tujuan yang adalah merupakan asal muasal kita yang sejati, yaitu dunia spiritual yang penuh dengan keindahan, kedamaian dan kebahagiaan sejati, SANGKAN PARANING DUMADI menurut para leluhur kita.

Kebahagiaan spiritual adalah kebahagiaan yang tidak tercemari oleh apapun, yang berada jauh di luar dualisme yang selalu saling bertolak belakang. Kebahagiaan yang tidak dipengaruhi oleh apa yang terlihat oleh mata duniawi, dan tidak membeda-bedakan penampilan duniawi. Kebahagiaan yang tidak akan pernah berubah kembali menjadi kedukaan/kesengsaraan. Kebahagiaan yang tidak akan terpengaruh oleh keadaan apapun. Ia dinamakan Paramasukham atau Paramanandam, karena kebahagiaan seperti itu berkembang dan berkembang terus tanpa batas.

Demikianlah... semoga semua berbahagia....

Sriguru...

Page 4: Memperlemah Volume Perbedaan

CINTA KASIH SEJATI(Era Baru)

Kita saat ini hampir memasuki Era Baru dalam persaudaraan dan persatuan yang dijalin oleh Kasih Sejati. Meskipun kita semua mengetahuinya, namun kita secara sadar mengabaikannya dan acuh tak acuh terhadap hal tersebut karena kita biasanya tertarik pada hal-hal yang kurang penting. Bagi saya hal itu adalah seperti jika kita menggenggam pecahan-pecahan kaca dimana kita tetap menganggapnya sebagai berkah meskipun tangan kita berlumurah darah olehnya. Seharusnya yang kita pegang itu bukanlah pecahan kaca yang bisa membuat tangan kita berdarah, sebaliknya, seharusnya semua itu adalah batu permata berharga. Kita melupakan permatanya dan tenggelam dalam pecahan kaca. Saya merasa kita semua harus menyadari bahwa kita terperangkap dalam ilusi secara mendalam terhadap hal-hal kurang penting yang justru kita berikan prioritas terdepan dalam hidup kita.

Harapan saya agar Seminar ini dapat mengantarkan kita kepada Era Baru, Era yang akan memberikan kebahagiaan dan keindahan hidup; suatu Era yang secara radikal dapat mengubah hidup kita.

Terdapat kesalahan mendasar yang telah terjadi dalam kehidupan kita. Kita menginginkan agar orang lain mengikuti kita. Berharap orang lain untuk menjadi pengikut kita; menjadi seperti kita. Namun kita tidak mau mengikuti orang lain, kita tidak mau "menjadi" seperti orang lain dan ini adalah kesalahan besar yang menyebabkan kita menderita serta membawa kita ke jalan yang salah.

Sesungguhnya, kita diberkahi dengan cahaya, dengan lampu senter, sebuah cahaya penerang yang sangat terang benderang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Namun kita tidak mengetahui cara menyalakannya, atau bagi mereka yang tahu cara menyalakannya akan tetapi tidak tahu cara mempergunakannya dan bagi mereka yang mengetahui cara mempergunakannya namun mereka mengarahkan lampu senternya ke arah yang salah (mengarahkan lampu senternya ke belakang). Seharusnya kita mengarahkan cahaya lampu senter kita ke depan pada arah dimana cahaya tersebut dapat menerangi jalan di depan kita. Namun demikian, disebabkan kebodohan kita melakukan kesalahan maka kita melangkah maju ke depan tetapi dengan cahaya lampu senter mengarah ke belakang. Apakah gunanya menerangi jalan di belakang kita sementara kita maju ke depan? Itulah kesalahan yang terjadi dalam hidup ini dan kita tidak menginginkan generasi mendatang juga mengulangi kesalahan yang sama.

Kita tidak ingin generasi mendatang dipimpin oleh pemimpin yang buta. Pemimpin buta memimpin rakyat buta. Kita tidak menginginkan hal ini terjadi. Untuk itulah kita harus fokus terhadap apa yang dapat kita wariskan kepada generasi penerus sebelum kita tutup mata untuk selamanya. Kita semua mengetahui bahwa ketika tutup usia, kita tidak akan dapat membawa apapun dari dunia fana ini selain karma kita (karma baik dan karma buruk). Apakah uang receh atau bahkan kartu kredit, semuanya akan mengucapkan selamat tinggal. Orang-orang terkasih dan mereka yang memuja kita ketika kita masih hidup semuanya hanya akan mengantarkan kita sampai ke gerbang pemakaman/krematorium. Kita tidak akan membawa apapun bersama diri kita saat kematian menjelang! Namun jika kita mau, kita dapat hidup selamanya di dunia ini dengan cara meninggalkan/mewariskan sesuatu yang indah bagi anak-anak kita, generasi penerus kita.

Kita harus memberikan penekanan pada lampu senter yang harus diarahkan pada arah yang benar. Apakah lampu senter (lampu penerang) itu? Ia adalah Cinta Kasih Sejati. Kita diberkahi Cinta Kasih Sejati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, namun kita tidak mempergunakan (memanfaatkannya) dengan baik. Meskipun Beliau telah memberikannya secara berlimpah namun kita tidak membaginya dengan orang lain, secara spiritual. Mengapa kita mengabaikan hal ini?!

Kasih bersemayam di dalam diri setiap individu dan kita semua dapat merasakannya. Hanya saja disalaharahkan, karena kita berpikir cinta kasih tersebut hanyalah masalah material. Karena kita masih berada dalam tingkatan material dan belum mencapai tingkatan cinta kasih spiritual. Itulah sebabnya mengapa kasih kita cenderung mengarah pada lawan jenis dan kita mengartikannya sebagai kepemilikan/hak milik. Cinta kasih terhadap lawan jenis bukanlah sesuatu yang sangat istimewa dan tidak mengantarkan kita menuju ke arah mana pun.

Cinta kasih spiritual tidaklah terikat dan dibatasi oleh hal-hal material. Itulah Cinta Kasih Sejati yang harus

Page 5: Memperlemah Volume Perbedaan

kita capai. Kasih Sejati itu tidak dibatasi oleh suku, kepercayaan, ras dan agama. Semua itu tidak dapat mengikat Cinta Kasih Sejati yang memiliki kekuatan ampuh untuk melampaui keragaman, perbedaan-perbedaan dalam masyarakat dan juga diantara masing-masing individu.

Sangat sering terjadi dimana kita menginginkan orang lain menyukai dan menerima kita namun di saat bersamaan kita tidak menyukai dan menerima orang lain, karena mereka berbeda dari kita. Dan ini adalah tidak benar. Ketika kita melihat hal ini sebagai suatu rumus maka secara logika rumus selanjutnya dihasilkan dari rumus sebelumnya. Jika kita memulai dengan formula/rumus yang salah maka apapun hasilnya nanti pastilah akan salah juga.

Jika saya boleh mengatakan bahwa Cinta Kasih Sejati seperti benang sutra maka semua unit atau individu-individu adalah batu permata. Baik dan buruk berada di dalam setiap unit atau individu. Apabila kita memperhatikan secara jujur, sangatlah mudah melihat keburukan pada diri orang lain. Namun apabila kita menginginkan adanya Kasih Sejati maka kita harus melihat kebaikan pada diri orang lain. Dengan demikian kita akan dapat hidup dalam persahabatan/persaudaraan tanpa syarat dan kondisi apapun dan mencapai Kasih Sejati.

Kita sangat sering terperangkap di dalam cinta material yang palsu dan menjadi statis sehingga lupa untuk terus bergerak maju. Kita melupakan tujuan kita yang sebenarnya karena kita dipenuhi dengan cinta duniawi dan diarahkan oleh rumus/formula yang salah. Namun jika kita memperhatikan dan mencari hanya kebaikan pada diri orang lain maka kita akan mulai menyadari bahwa kita memerlukan orang lain, kita membutuhkan keunikan orang lain. Kita akan merasa bahwa tanpa mereka hidup tidaklah berarti dan oleh karena itu kita memerlukan orang lain. Sebagai contoh, tukang sapu diperlukan di kantor seperti halnya juga seorang bos diperlukan. Dengan tumbuhnya cinta kasih di dalam diri kita maka kita akan melihat tidak ada perbedaan diantara mereka. Tak seorang pun dapat membangun tembok penghalang terhadap cinta dan kasihnya; bukan warna kulit, bukan asal keturunan, bukan kepercayaan atau agama yang dapat membatasi cinta kasihnya. Semua itu akan berhasil jika kita hanya melihat sisi baik dari orang lain dan mengabaikan sisi buruk mereka.

Sebaliknya, kita juga harus melihat kesalahan diri kita dan waspada terhadap kebanggaan diri saat memberikan perhatian penting terhadap hal kecil yang kita sempat lakukan. Dengan cara ini kita akan mengenali pentingnya kehadiran orang lain dalam hidup kita dan melihat orang lain sebagai insan manusia serta menghormati mereka sebagai anak-anak dari yang SATU, Tuhan yang sama.

Pada saat kita berpikir orang lain lebih baik daripada kita, kita akan mencari cara untuk berhubungan dengan mereka dan berbagi Cinta Kasih Sejati. Inilah yang telah saya kemukakan sebelumnya. Ikatan/jalinan benang sutra halus akan menghubungkan biji-biji batu permata untuk membuat rangkaian permata atau sebuah untaian biji permata seperti biji rosario (japamālā) yang akan digunakan untuk mengagungkan Nama Suci Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan melakukan "japa", "zikir", dan lain-lain dengan mengulang-ulang melafalkan Nama Tuhan agar kita dapat mengarah pada jalan Tuhan.

Jika ikatan halus benang sutra dalam bentuk cinta dan kasih sejati mempersatukan unit-unit ini, maka ia akan membentuk sebuah "mala" pelayanan terhadap Tuhan. Hal tersebut memungkinkan terjadi pada diri kita. Sesuatu yang sederhana, titdak diperlukan "tapa" atau nglaku spiritual yang berat-berat dan ia merupakan berkah menakjubkan yang dapat dibangkitkan pada masing-masing diri kita dengan upaya yang kita lakukan sendiri. Semua sifat-sifat baik pada masing-masing individu harus dikembangkan dan disempurnakan sehingga rasa kebersamaan dan persaudaraan akan muncul secara otomatis.

Semboyan persatuan bangsa Indonesia sangatlah indah yaitu "Bhinneka Tunggal Ika" - Persatuan dalam Keragaman. Tidak ada perbedaan diantara kita, tidak ada tingkatan yang berbeda, semuanya sederajat/sama. Jika kita menyadari akan perbedaan, kita akan melihatnya sebagai sesuatu hal yang sama. Hal tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi sbb.: dalam lilin yang menyala, kita dapat menyalakan lilin-lilin lainnya dari nyala lilin awal. Nyala lilin adalah sama, nyala lilin dari semua lilin adalah satu dan sama. Tidak ada satu lilin pun yang akan cemburu terhadap lilin yang lain ketika mereka menyadari bahwa mereka adalah satu dan memiliki tujuan yang sama. Dan di saat yang bersamaan kita juga melihat terdapat berbagai macam lilin berbeda-beda. Kita harus saling mendengarkan terhadap satu sama lain. Ketika kita benar-

Page 6: Memperlemah Volume Perbedaan

benar mendengarkan satu sama lain kita dapat mengerti terhadap satu sama lain dan selanjutnya belajar untuk menghormati satu sama lain. Dari sini akan timbul rasa membutuhkan terhadap orang lain dan pada akhirnya kita akan menyadari bahwa tujuan hidup kita adalah satu dan sama bagi setiap orang.

Yang terpenting di dalam spiritual dan praktik keagamaan adalah untuk menghindari rasa iri dengki/kecemburuan. Pada umumnya kita tidak suka melihat kemajuan orang lain dan itu adalah tidak benar karena hal tersebut malah dapat menghalangi kemajuan diri kita sendiri. Kita seharusnya malah berbahagia melihat kemajuan yang dicapai orang lain.

Seperti seorang ayah yang bersedih ketika terdapat kesalahpahaman diantara anak-anaknya dan berbahagia saat semua anaknya bersatu meskipun memiliki karakter yang berbeda-beda. Demikian pula halnya Tuhan akan sangat berbahagia terhadap umatNya yang hidup harmonis dan menghormati satu sama lain seperti halnya kita menghormati diri sendiri. Persaudaraan universal dapat dicapai hanya melalui Cinta Kasih Sejati. Dan saya menekankan sekali lagi bahwa seseorang akan mendapatkan kekuatannya hanya dan hanya ketika ia menghindari melihat kesalahan orang lain. Dengan melihat hanya kebaikan orang lain maka ia akan dapat menggunakannya sebagai alat untuk bergerak maju bersama. Ini merupakan cara untuk memperkuat individu dan menyalakan lampu Kasih Sejati di dalam hati kita. Kasih Sejati dapat secara pasti mengenyahkan/menghapuskan semua bentuk kekerasan yang saat ini banyak terjadi di berbagai belahan dunia. (Darmayasa)