23
74 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013 Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Agus Prianto ABSTRACT Indonesia has a high potential economy to become a world economic power. At least, it can be indentified from the stability of economic growth, rising GDP, increasing income per capita, and supported by so much economic size, market share, a large number of people in the golden age, and abundant natural resources. Based on the existing of the economic potential, it is no reason to doubt the ability of the Indonesian economy to the be a leader in the global economic. Economic performance of a country can not be separated by a variety of factors beyond economic variables. The quality of economic growth is strongly influenced by the quality of the nation's competitive- ness. Growing economy requires a strongly, effectiveness, and stability of the governance, the availability of adequate infrastructure, rule of law, the availability and reliability of financial institutions, the availability of educated and competent human resources, adequate and quality of education institutions, a strong entrepreneurial culture , as well as a variety of social capital in society. The Indonesian's economic growth will be more qualified if suported by a high competitiveness. KEY WORDS : The quality of economic growth, competitiveness, entrepreneurship culture, productivity

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

  • Upload
    others

  • View
    46

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

74 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Menakar Kualitas Pertumbuhan EkonomiIndonesiaAgus Prianto

ABSTRACT

Indonesia has a high potential economy to become a world economic power. At least,it can be indentified from the stability of economic growth, rising GDP, increasingincome per capita, and supported by so much economic size, market share, a largenumber of people in the golden age, and abundant natural resources. Based on theexisting of the economic potential, it is no reason to doubt the ability of the Indonesianeconomy to the be a leader in the global economic. Economic performance of a countrycan not be separated by a variety of factors beyond economic variables. The qualityof economic growth is strongly influenced by the quality of the nation's competitive-ness. Growing economy requires a strongly, effectiveness, and stability of thegovernance, the availability of adequate infrastructure, rule of law, the availability andreliability of financial institutions, the availability of educated and competent humanresources, adequate and quality of education institutions, a strong entrepreneurialculture , as well as a variety of social capital in society. The Indonesian's economicgrowth will be more qualified if suported by a high competitiveness.

KEY WORDS : The quality of economic growth, competitiveness, entrepreneurshipculture, productivity

Page 2: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013 - 75

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Dr. Agus Prianto, M.Pdadalah dosen Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Jombang, dapat dihubungi di: [email protected]

ABSTRAK

Potensi Indonesia untuk menjilma menjadi kekuatan ekonomi dunia memang sangatbesar. Setidaknya, hal itu dilihat dari stabilitas pertumbuhan ekonomi, meningkatnyaPDB, meningkatnya pendapatan per kapita; dan didukung dengan begitu besarnyaukuran ekonomi, pangsa pasar, jumlah penduduk besar dan masuk dalam usiaproduktif, serta kekayaan alam yang sangat melimpah. Memperhatikan begitubesarnya potensi ekonomi yang ada, rasanya tidak ada alasan untuk meragukankemampuan perekonomian Indonesia untuk masuk dalam barisan depan kekuatanekonomi dunia. Kinerja perekonomian suatu negara tentu tidak dapat dipisahkandengan berbagai faktor di luar variabel ekonomi. Kualitas pertumbuhan ekonomisangat dipengaruhi oleh kualitas daya saing bangsa. Perekonomian yang tumbuh dankuat mensyaratkan adanya pemerintahan yang efektif dan stabil, tersedianyainfrastruktur yang memadai, hukum yang tegak berdiri, tersedianya lembaga keuanganyang dapat dihandalkan, tersedianya sumber daya manusia yang terdidik dan cakap,institusi pendidikan yang memadai dan berkualitas, budaya wirausaha yang kuat,serta berbagai modal sosial yang berkembang di masyarakat. Pertumbuhan ekonomiIndonesia akan semakin berkualitas bila didukung oleh daya saing yang tinggi.

KATA KUNCI : kualitas pertumbuhan ekonomi, daya saing, budaya wirausaha,produktifitas

Page 3: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

76 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

I. PENDAHULUANDalam beberapa tahun terakhir,

perekonomian Indonesia mampu mencatatpertumbuhan ekonomi pada level yang cukuptinggi dan stabil. Bahkan ketika krisis globalmelanda berbagai negara di dunia, termasuknegara-negara yang menjadi pasar utamaproduk ekspor; perekonomian Indonesia tetapmencatat pertumbuhan ekonomi positip. Trendpertumbuhan ekonomi ini dipredikasi akanterus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan,sehingga beberapa lembaga internasionalmenempatkan Indonesia sebagai kekuatan barudalam perekonomian dunia. Momentumpertumbuhan ekonomi yang dalam beberapatahun belakangan selalu mencatat angkapositip ini perlu untuk dirawat dandikembangkan, sehingga potensi Indonesiasebagai salah satu kekuatan ekonomi dalambeberapa tahun ke depan benar-benar menjadikenyataan; bukan sekedar impian belaka.

Mengacu pada data-data yang dikeluarkanoleh lembaga resmi pemerintah dan berbagailembaga internasional, potensi Indonesia untukmenjilma menjadi kekuatan ekonomi duniamemang sangat besar. Setidaknya, hal itudilihat dari terus meningkatnya besaran PDBdan rata-rata pendapatan per kapita yangdidukung dengan begitu besarnya ukuranekonomi, pangsa pasar, jumlah penduduk besardan masuk dalam usia produktif; serta kekayaanalam yang sangat melimpah. Memperhatikanbegitu besarnya potensi ekonomi yang ada,rasanya tidak ada alasan untuk meragukankemampuan perekonomian Indonesia untukmasuk dalam barisan depan kekuatan ekonomidunia. Tetapi potensi yang besar itu bisa sajaakan lenyap apabila seluruh komponen bangsatidak pandai untuk merawat,

mengembangkan, dan menjaga momentum.Kinerja perekonnomian suatu negara tentu

tidak dapat dipisahkan dengan berbagai faktordi luar variabel ekonomi. Perekonomian yangtumbuh dan kuat mensyaratkan adanyapemerintahan yang efektif dan stabil,tersedianya infrastruktur yang memadai,hukum yang tegak berdiri, tersedianya lembagakeuangan yang dapat dihandalkan, tersedianyasumber daya manusia yang terdidik dan cakap,institusi pendidikan yang memadai danberkualitas, budaya wirausaha yang kuat, sertaberbagai modal sosial lain yang ada danberkembang di masyarakat. Pemerintah harusbenar-benar mampu menjadi pemimpin dan“dirigen” yang memungkinkan berbagaivariabel non ekonomi ini benar-benar terawat,tumbuh, dan berkembang dengan baik; seiringdengan berkembangnya kegiatan ekonomi.Oleh karena itu, penilaian tentang kinerja dankualitas perekonomian suatu negara harusdiikuti dengan penilaian tentang berbagaivariabel di luar ekonomi tersebut.

Pengalaman dari negara-negara majumembuktikan bahwa kinerja ekonomi selaluberjalan beriringan dan berkaitan erat dengankinerja berbagai variabel non ekonomi. Dalamkontek perekonomian Indonesia, kitamenyaksikan munculnya fenomenaparadoksal. Pertumbuhan ekonomi yang tinggidan stabil, PDB yang sudah masuk 20 besardunia, dan meningkatnya rata-rata pendapatanper kapita ternyata tidak secara otomatismampu menekan tingkat pengangguran danmengurangi kesenjangan sosial ekonomi. PDByang tinggi tetapi diikuti dengan penganggurandan kesenjangan sosial ekonomi yang tinggimenandakan rendahnya kualitas pertumbuhanekonomi. Lalu, apa yang harus dilakukan

Page 4: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013 - 77

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

pemerintah dan segenap komponenmasyarakat untuk meningkatkan kualitaspertumbuhan ekonomi? Persoalan inilah yangakan dibahas dalam tulisan ini.

II. KINERJA PEREKONOMIANINDONESIASampai dengan akhir tahun 2012, Indone-

sia merupakan salah satu negara yang mampumenciptakan angka pertumbuhan ekonomi dikisaran angka 6%. Capaian ini menempatkanIndonesia sebagai salah satu di antara tiganegara di dunia (bersama-sama dengan Indiadan China) yang dianggap mampu menjagamomentum pertumbuhan ekonomi pada leveltinggi di tengah-tengah adanya ancaman krisisekonomi global. Capaian kinerja perekonomianIndonesia mampu mengungguli negara-negarayang lebih maju. Di kawasan Asia Tenggarapun pertumbuhan perekonomian Indonesiatetap berada pada level tertinggi.

Berdasarkan data dari International Mon-etary Fund, World Economic Outlook Data-base, October 2012; dalam kurun waktu 2010

sampai dengan 2012, Indonesia merupakansatu-satunya negara di kawasan Asia Tenggarayang mampu mencatat pertumbuhan ekonomistabil di kisaran 6%. Tabel 1 berikut inimenjelaskan kecenderungan tersebut:

Pada Tabel 1, menunjukkan ketikapertumbuhan ekonomi di negara-negaratetangga berfluktuasi sangat tajam dancenderung terus menurun, pertumbuhanekonomi Indonesia cenderung tetap stabil dilevel tinggi. Stabilitas pertumbuhan ekonomiIndonesia tidak terlepas dari karakteristikekonomi nasional yang ditopang oleh besarnyajumlah penduduk, yang berarti juga berdampakpada besarnya tingkat konsumsi nasional,besarnya potensi sumber daya alam; danpembentukan modal sebagai dampak darimeningkatnya angka investasi. Sebagaigambaran, hingga triwulan III tahun 2012,besarnya peran pengeluaran konsumsimasyarakat terhadap pembentukan PDB Indo-nesia mencapai 54,79%, menyusul kegiataninvestasi sebesar 37,58%, dan pengeluaranpemerintah sebesar 8,24% (BPS, triwulan III

Page 5: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

78 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

2012). Potensi perkembangan ekonomi Indo-nesia semakin menjanjikan seiring denganmeningkatnya pendapatan perkapita. Dalamkurun waktu yang sama, rata-rata pendapatanper kapita penduduk meningkat 57,15%; dariUS$2.329 pada tahun 2009 menjadi US$3.660pada tahun 2012 (http://imf.org, diakses 22Nopember 2012).

Mengutip situs Infobanknews.com, MikeSmith , sang CEO ANZ Group; menyatakanbahwa Indonesia adalah merupakan salah satudari sangat sedikit negara di dunia yangdianggap memiliki kesiapan tinggi dan memilikiperangkat yang cukup untuk menhadapidampak krisi global (Infobanknews.com,diakses 5 Maret 2013). Dengan didukung olehwilayah yang luas, sumber daya alam yangmelimpah, dan jumlah penduduk yang besar;potensi Indonesia untuk menjadi salah satukekuatan ekonomi dunia memang sangatterbuka lebar. Banyak kalangan bahkan menilaibahwa Indonesia sebagaimana layaknyanegara autopilot, yakni negara yangperekonomiannya akan tetap berjalanmeskipun tanpa adanya peran dan tugas daripemerintah (http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha, diakses 6 Maret 2013). Asumsi iniseolah hendak menguatkan pendapat yangmenyatakan betapa aktifitas ekonomi yangdilakukan warga masyarakat memegang peranvital dalam kegiatan ekonomi nasional.

Secara absolut, meningkatnya pendapatanper kapita dalam 3 tahun terakhir sebesar57,15% dipastikan akan berdampak langsungpada meningkatnya pengeluaran konsumsimasyarakat. Kuatnya pertumbuhan ekonomiyang didukung oleh besarnya pengeluarankonsumsi masyarakat secara nyata membawadampak positip pada besaran PDB. Sebagai

gambaran, menurut data Bank Dunia; besaranPDB Indonesia tahun 1990-2010 sebesar 706,558milar USD, dan menempatkan Indonesia padaurutan 18 besar (“GDP (current US$) Data in2010”. worldbank.org, diakses 15 Juli 2012).Besaran PDB Indonesia menurut CIA WorldFactbook (2000-2011) sebesar 834,300 miliarUSD, dan menempatkan Indonesia pada urutan17 besar (GDP (Official Exchange Rate. CIAWorld Factbook. Diakses pada 15 Juli 2012).Selanjutnya besaran PDB Indonesia tahun 2011naik menjadi 845,680 miliar USD, danmenempatkan Indonesia pada urutan 16 besardi dunia. IMF bahkan memprediksi pada tahun2015 PDB Indonesia akan mampu menembusangka 1.172,10 miliar USD; dan bila dihitungdari posisi sekarang akan masuk pada urutan10 besar dunia (http://imf.org, diakses 16 juli2012).

Peningkatan secara simultan pendapatanper kapita, konsumsi masyarakat, dan PDBseharusnya mampu membuka peluang usaha,dan hal ini tentu akan menjadi kabar baik bagiaktifitas usaha/bisnis yang dilakukan olehwarga masyarakat. Sejauh ini, besarnya potensiekonomi nasional memang telah mampumenarik pebisnis global untuk masuk ke pasarIndonesia. Mereka inilah yang akhirnyamendapatkan keuntungan terbesar dariberkembangnya perekonomian nasional.Sementara bagi masyarakat lokal, besarnyapotensi ekonomi nasional tidak secaralangsung mampu meningkatkan aktifitas bisnismereka. Bahkan kegiatan usaha di level mikrobanyak yang kalah bersaing dan terpinggirkandengan kehadiran pelaku usaha besar, baikdari dalam maupun luar negeri.

Data BPS sebagaimana dipublikasikanmelalui Berita Resmi Statistik tahun 2013

Page 6: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013 - 79

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

memaparkan koefisien Indeks Tendensi Bisnis(ITB) yang masih fluktuatif. Tabel 2 berikut inimenjelaskan kecenderungan tersebut.

Fluktuasi angka koefisien ITBmenggambarkan bahwa besarnya potensiekonomi di dalam negeri tidak serta mertadiikuti dengan meningkatnya kegiatan usahayang ada di masyarakat secara keseluruhan.Tampaknya ada hambatan-hambatan seriusyang perlu untuk diurai, sehingga besarnyapotensi ekonomi benar-benar mampumenggairahkan aktifitas usaha di masyarakat.Salah satu hambatan serius yang perlumendapatkan penanganan segera daripemerintah adalah berkaitan dengan belummemadainya ketersediaan tenaga kerja terdidikdan terampil yang bisa disediakan olehpemerintah dan masyarakat. Sebagaigambaran, pada awal Maret 2012 permintaanpasar tenaga kerja tercatat 113 juta orang,sedangkan jumlah tenaga terdidik dan terampiltercatat 104 juta orang (http://merdeka.com,diakses 5 Maret 2012). Dengan demikian adapermintaan tenaga kerja terdidik dan terampil

sebanyak 9 juta orang yang tidak bisa segeralangsung disediakan oleh masyarakat danpemerintah. Bukan rahasia lagi, kurangnyatenaga terdidik dan terampil merupakan salahsatu faktor penghambat kegiatan usaha bisnisdi dalam negeri. Kelak, potensi kesempatankerja yang besar ini hampir pasti akan diisi olehtenaga kerja dari luar. Kemungkinan ini sangatbesar seiring dengan kian terbukanya pasartenaga kerja di berbagai negara kawasanAsean. Singkatnya, besarnya potensi ekonomiIndonesia ternyata tidak sepenuhnya bisadinikmati oleh warga masyarakat dalam negeri;tetapi sebagian besar juga dinikmati warganegara asing.

Meskipun ada kekurangan tenaga terdidikdan terlatih dalam jumlah yang sangat besar,hal ini tampaknya tidak mengurangi minatpara penanam modal untuk membuka kegiatanusaha dan bisnisnya di Indonesia. Kekurangantenaga terdidik dan terampil yang ada di dalamnegeri akan bisa diisi oleh tenaga kerja asingyang masuk ke dalam negeri, seiring denganditerapkannya kebijakan pasar terbuka oleh

Page 7: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

80 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

berbagai negara di kawasan Asean. Selain itu,dengan memperhatikan proyeksi besaran PDBIndonesia yang dilakukan oleh lembagamoneter internasional dan diperkirakan dalambeberapa tahun ke depan akan menembusangka 1000 miliar USD, maka hal itumemberikan indikasi yang sangat kuat bahwapara penanam modal akan semakin banyakmasuk ke Indonesia. Para penanam modalpasti sangat paham bahwa membesarnya PDByang diikuti dengan meningkatnyapendapatan per kapita dari 2.329 USD padatahun 2009 menjadi 3.660 USD pada tahun2012 (meningkat 57,15% atau rata-rata pertahun 19,05%) sebagaimana dipublikasikanoleh IMF memberikan sinyal yang sangat kuatbahwa pangsa pasar di Indonesia padabeberapa tahun ke depan akan sangat cerah.

III. OPTIMALISASI POTENSI EKONOMISeiring dengan membesarnya potensi

ekonomi Indonesia, ada beberapapermasalahan non ekonomi yang berpotensimenghambat laju pertumbuhan dalam jangkapanjang. Hingga saat ini, tampaknya kita kurangsigap menangkap peluang super jumbo yangada di depan pelupuk mata. Peluang yangdimaksud tidak lain adalah berkaitan dengankian menggelembungnya besaran PDB, kianderasnya investasi yang hendak ditanam didalam negeri; dan kian membesarnya rata-ratapendapatan per kapita masyarakat. Berbagaiindikator ekonomi ini secara langsung pastiakan membuka peluang usaha dan peluangkerja selebar-lebarnya. Yang menjadipertanyaan kemudian adalah sampai dimanakesiapan warga masyarakat untuk menangkapberbagai peluang usaha dan peluang kerjakelas super jumbo tersebut? Kesiapan warga

masyarakat itu tidak lain adalah berkaitandengan kesiapan untuk beraktifitas usaha dankesiapan untuk memasuki lapangan kerja.

Kesiapan warga masyarakat untukberaktifitas usaha berkaitan dengan spirit en-trepreneurship yang harus menjadi budayabaru di tengah-tengah kehidupan masyarakat.Meskipun saat ini belum menjadi budaya yangmengakar kuat dalam kehidupanbermasyarakat, munculnya kelompok-kelompok Pewirausaha Muda Indonesia (Indo-nesia Young Entrepreneurs, IYE; Young Genera-tion, dan sejenisnya) memberikan secercahharapan bahwa menggelembungnya potensiekonomi Indonesia kelak akan mampu diikutitampilnya pewirausaha yang tangguh darianak bangsa sendiri. Pemerintah diharapkanmemiliki kebijakan yang mendukung tumbuhsuburnya spirit kewirausahaan, karena sampaisaat ini jumlah pewirausaha di Indonesia masihtertinggal jauh bila dibandingkan dengannegara-negara tetangga.

Kesiapan untuk memasuki lapangan kerjaberkaitan dengan bekal pendidikan yang harusdimiliki oleh para calon tenaga kerja. Seiringdengan kian terbuka pasar tenaga kerja, wargamasyarakat tentu tidak cukup hanya dibekalidengan pendidikan dasar 9 tahun,sebagaimana yang diwajibkan dan telahdisediakan oleh pemerintah. Para calon tenagakerja harus membekali diri dengan pendidikansampai pada level tertinggi, agar lebih mampubersaing dengan sesama pencari kerja dari luarnegeri. Dengan mengakses pendidikan sampaipada jenjang tertinggi, penguatan budayawirausaha dan peningkatan wawasan usahabisnis akan dapat lebih bisa diasah. Yangmenjadi masalah adalah akses masyarakatterhadap pendidikan tinggi di Indonesia

Page 8: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013 - 81

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

tergolong masih sangat rendah. Padahalberbagai kajian membuktikan bahwa latarbelakang pendidikan berdampak pada orientasiwirausaha (Prianto, 2012). Itulah sebabnya,jumlah pewirausaha Indonesia masih tertinggaljauh dibandingkan dengan negara tetangga.

Prianto (2012) yang mengutip dataKementerian Koperasi dan Usaha KecilMenengah menyebutkan jumlah pewirausahaIndonesia per januari 2012 mencapai 1,56%.Angka ini masih jauh lebih rendah biladibandingkan dengan jumlah pewirausaha dinegara lain yang perekonomiannya jauh lebihkuat. Sebagai perbandingan, jumlahpewirausaha di Amerika mencapai 11%, Jepangdan China mencapai 10%, Singapura mencapai7%; sedangkan Malaysia mencapai 5% daritotal penduduk. Data lain dikutip oleh Prianto(2012) dari The 2011 Legatum Prosperity Index.Dari 110 negara di dunia; budaya kewirausaha-an dan kesempatan berusaha di Indonesiaberada pada peringkat 80. Peringkatkewirausahaan dan kesempatan berusaha diIndonesia ini ada di bawah negara-negara AsiaTenggara lainnya. Sebagai perbandingan, Viet-

nam berada pada peringkat 78, Phillipinaperingkat 70, Thailand peringkat 53, Malaysiaperingkat 36, dan Singapura peringkat 14.

Belum kuatnya budaya wirausaha di Indo-nesia dibandingkan dengan negara tetanggamenyebabkan besarnya peluang usahaberpotensi akan dimanfaatkan oleh parapewirausaha dari luar negeri. Tingginya angkainvestasi asing yang masuk ke dalam negerimemang dipastikan akan memperkuatperekonomian Indonesia. Tetapi di sisi lain,semakin besarnya investor asing yangmenanamkan kegiatan usahanya di Indonesiajuga mengindikasikan belum kuatnyakemampuan ekonomi dan budaya wirausahadi dalam negeri. Tabel 3 berikut ini menjelaskankecenderungan tersebut.

Dilihat dari sisi pemanfaatan potensiekonomi, data dari BKPM sebagaimana terterapada tabel 3 menunjukkan bahwa hampir duaper tiga peluang usaha di Indonesia telahdiambil oleh pelaku usaha dari luar, sedangkanpelaku usaha dari dalam negeri hanyamemanfaatkan sepertiga potensi ekonomi.Selama dua tahun, kecenderungan tersebut

Page 9: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

82 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

terlihat tidak berubah. Bahkan, meskipun kecil;kecenderungan tersebut menunjukkan adanyapenurunan. Harus diakui, fakta sebagaimanatersaji dalam tabel 3 sesungguhnya jugamencerminkan bahwa kita belum mampumenjadi tuan di negeri sendiri. Fakta ini sekalilagi juga mencerminkan bahwa ternyatabudaya usaha masyarakat di dalam negerimasih kalah kuat dibandingkan dengan budayausaha masyarakat di luar negeri.

Investasi asing yang besar memangberkontribusi pada besarnya produk domestikbruto (PDB), tetapi ia tidak selalu memperkuatproduk nasional bruto (PNB). Mengapademikian? Hal ini tidak lain karena keuntunganyang didapatkan para investor asing padaakhirnya akan dibawa pulang ke negara dimanaia berasal. PDB Indonesia dalam beberapa tahunke depan bisa saja masuk 10 besar duniasebagaimana diprediksikan oleh IMF, tetapipada saat yang sama berita baik tersebutbelum tentu akan berdampak signifikanterhadap peningkatan PNB. Sebab padadasarnya PNB adalah dihitung dengan berbasispada kegiatan produksi yang dilakukan olehpara pelaku usaha (warga) Indonesia, baikyang menanamkan usahanya di dalam negerimaupun di luar negeri. Besarnya konsumsinasional yang menyumbang lebih dari 50%bagi terbentuknya PDB juga menjadi indikatoryang nyata bahwa besarnya PDB Indonesiatidak serta merta akan berjalan paralel denganbesarnya PNB yang berbasis pada kegiatanproduksi nasional.

PDB yang besar, tetapi sebagian besarditopang oleh investor asing dan konsumsinasional tidak selalu mencerminkan kualitaspeningkatan PNB. Meskipun PDB Indonesiasaat ini ada pada urutan 16 besar dunia, jauh

di atas Thailand (urutan 31), Malaysia (urutan36), dan Singapura (urutan 38); namun kualitaspertumbuhan ekonomi Indonesia ternyata jauhdi bawah negara tetangga tersebut. Padatahun 2011, peringkat kualitas perekonomianIndonesia berada pada posisi 44. Peringkatkualitas pertumbuhan ekonomi Indonesiaberada di bawah Phillipina peringkat 43, Viet-nam peringkat 40, Malaysia berada padaperingkat 17, Thailand peringkat 13, danSingapura peringkat 1. Di Asia Tenggara kualitasperekonomian Indonesia hanya unggul dariKamboja yang berada pada peringkat 61 (http://www.prosperity.com/rankings.aspx, diakses12 Maret 2012).

Mengapa tingginya PDB dan pendapatanper kapita berbanding terbalik denganrendahnya kualitas pertumbuhan ekonomi?Mengacu pada data yang disajikan The 2011Legatum Prosperity Index, ada beberapaindikator yang menyebabkan kualitaspertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggaldengan beberapa negara tetangga. Tabel 4berikut ini memberikan penjelasan tentang haltersebut.

Mengacu pada tabel 4, untuk indikatorpertama, kegiatan ekonomi yang masihdidominasi kegiatan konsumsi sebagaipenyumbang utama terbentuknya PDBmenyebabkan kualitas pertumbuhan ekonomiIndonesia berada di bawah negara tetangga.Negara kita kuat di sektor konsumsi, karenamemang dianugerahi jumlah pendudukterbesar di tingkat kawasan; tetapi kegiatanekonomi nasional kita lemah di sektor produksinasional. Komposisi modal asing yang mencapaidua per tiga dari total investasi memberikangambaran tentang rendahnya kegiatanproduksi nasional. Bahasa gampangnya, kita

Page 10: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013 - 83

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

mungkin banyak memiliki uang; tetapikemampuan kita untuk memutar uang rendah.Modal yang masuk ke dalamsnegeri sebagianbesar diputar oleh para pelaku usaha dari luar(investor asing). Kita juga memiliki kekayaanalam yang melimpah, tetapi kapasitas kitauntuk mengolah sumber alam terbatas.Kekayaan alam kita yang melimpah dalamskala besar juga lebih banyak dikelola olehinvestor asing. Inilah yang menyebabkankualitas perekonomian nasional juga rendah,meskipun secara kuantitas sangat besar.

Indikator kedua, belum kuatnya sektorproduksi nasional memiliki hubunganinterdependensi dengan belum kuatnyabudaya kewirausahaan. Belum kuatnya budayawirausaha warga masyarakat menyebabkanketergantungan mereka pada penyedialapangan kerja menjadi sangat tinggi.Masyarakat dengan budaya wirausaha yangrendah akan mengantarkan mereka menjadi

kelompok pencari kerja, bukan penciptalapangan kerja. Dengan kata lain, wargamasyarakat dengan budaya wirausaha yangrendah dipastikan juga memiliki peluangberusaha dan peluang kerja yang lebih rendahdibandingkan dengan mereka yang memilikibudaya wirausaha yang kuat. Belum kuatnyabudaya wirausaha di tengah-tengah kehidupanmasyarakat inilah yang menyebabkan kualitaspertumbuhan ekonomi kita menjadi tertinggaldibandingkan dengan beberapa negaratetangga.

Indikator ketiga, tata penyelenggaraannegara kita juga dinilai tertinggal dibandingkandengan negara tetangga. Kualitas tatapenyelenggaraan negara diukur dariakuntabilitas dan efektifitas penyelenggaraantata pemerintahan, partisipasi politik danpenyelenggaraan pemilu yang jujur, sertapenegakan hukum. Harus kita akui, hinggasaat ini tata penyelenggaraan pemerintahan

Page 11: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

84 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

kita masih banyak dihiasi dengan cerita tentanglayanan publik yang berbelit dan diikuti denganbiaya siluman yang menyebabkan adanyaekonomi biaya tinggi. Pemerintah memangsudah sekian lama berusaha membudayakanlayanan prima di sektor publik. Tetapi untukaktifitas layanan publik, hingga kini dimasyarakat masih nyaring terdengar jargon“Kalau bisa diperlambat mengapa harusdipercepat”. Biaya siluman yang menyebabkanekonomi biaya tinggi akan menjadi penentuapakah layanan publik bisa cepat selesai ataulambat selesai. Belum lagi menyangkutefektifitas kegiatan layanan yang dinilai belummaksimal ikut menjadi biang keladi kegiatanlayanan publik oleh pemerintah menjadi boroswaktu dan biaya.

Mengacu pada data yang dikeluarkan olehThe Global Competitiveness Report 2007-2008dalam WEF (2007), koefisien biaya dariperaturan pemerintah sebesar 3,9; jauh dibawah Malaysia (4,6) dan Singapura (5,3).Selanjutnya juga dikemukakan peringkat In-donesia mengenai prosedur bea cukai adapada posisi 101 dari 131 negara. Data yangdikemukakan oleh Bank Dunia dalam WorldGovernment Indicators (2010), yang mengkajitentang efektifitas layanan oleh pemerintahmenempatkan Indonesia pada posisi 80.Bandingkan dengan negara-negara tetanggaseperti Philipina (72), Thailand (62), BruneiDarusalam (34), Malaysia (28), dan Singapura(1). Data-data ini menunjukkan bahwa tatapenyelenggaraan negara kita belum dinilaibaik oleh para pebisnis global. Indeks persepsikorupsi Indonesia hingga kini juga masih sangattinggi, dan menempatkan Indonesia sebagainegara korup peringkat 118 dari 176 negara.Peringkat korupsi Indonesia ada di bawah

Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, danPhilipina (http://www.ti.or.id/indes.php,diakses 14 Maret 2013). Kesemuanya iniberkontribusi terhadap rendahnya kualitaspertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Indikator keempat, layanan pendidikan diIndonesia, terutama pendidikan tinggi;diharapkan dapat diakses lebih luas olehmasyarakat. Ada upaya dan program daripemerintah untuk meningkatkan akses kependidikan tinggi. Namun harus diakui bahwahingga kini belum semua warga masyarakatmampu mengakses layanan pendidikan secarasetara. Meskipun ada program wajib belajar 9tahun, tetapi layanan pendidikan di Indonesiadi atas pendidikan dasar dinilai belummemenuhi asas imparsial. Tidak semua wargamasyarakat mendapatkan kesempatan yangsetara untuk mengakses layanan pendidikandi atas pendidikan tingkat dasar. Masih banyakwarga masyarakat yang tidak mampumengakses layanan pendidikan yang bermutukarena faktor biaya yang kian mahal. Jawa Posbahkan melaporkan bahwa biaya pendidikantinggi di Indonesia dalam beberapa kasus dinilailebih mahal dibandingkan dengan di luar negeri,dan hal ini menyebabkan semakin banyakwarga masyarakat lapis bawah yang tidakmampu mengaksesnya (Jawa Pos, 7 Maret2013).

Untuk layanan pendidikan yang berkualitas,masih terjadi disparitas yang tinggi antarapendidikan berkualitas yang berada di Indone-sia bagian barat dan Indonesia bagian timur,Jawa dan luar Jawa; di perkotaan dan dipinggiran. Kondisi ini menyebabkan ketersedia-an sumber daya manusia terdidik dan terampilkebanyakan ada di wilayah Indonesia bagianbarang, di Jawa, di perkotaan dan belum

Page 12: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013 - 85

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

menyebar merata di semua wilayah, termasukwilayah Indonesia Timur dan wilayah pinggiran.Ketersediaan jumlah tenaga kerja terdidik danterlatih merupakan salah satu prasyarat utamauntuk berkembangnya kegiatan investasi danusaha bisnis. Hal inilah yang menyebabkankegiatan investasi dan usaha bisnis kebanyakanberada di Indonesia bagian barat, di Jawa, diwilayah perkotaan; dan belum menyebar kesemua wilayah. Tanpa disadari, kondisi ini ikutmenyebabkan terjadinya kesenjangan sosialekonomi antara wilayah Indonesia baratdengan Indonesia timur, antara Jawa dan luarJawa, antara desa dan kota. Koefisien giniratio pun meningkat dari 0,33 pada tahun 2004menjadi 0,41 pada tahun 2011 (analisadaily.com,diakses 7 Maret 2013). Singkatnya, layananpendidikan berkualitas yang belum bisadinikmati semua warga masyarakat secaramerata juga berkontribusi pada rendahnyakualitas pertumbuhan ekonomi.

Indikator kelima, kualitas kesehatanmasyarakat Indonesia secara umum berada dibawah Philipina, Vietnam, Thailand, Malaysia,dan Singapura. Kualitas kesehatan masyarakatjelas sangat berpengaruh terhadap tingkatproduktifitas mereka. Kemampuan bekerja danproduktifitas kerja dari penduduk merupakansalah satu variabel yang mampu menarik minatpara investor untuk menanamkan modalnya.Kegiatan usaha bisnis akan semakin kompetitifapabila didukung oleh tenaga kerja yangmemiliki tingkat produktifitas yang tinggi.Rendahnya produktifitas kerja yang disebabkanoleh rendahnya kualitas kesehatan masyarakatjuga tidak dapat dipisahkan dari tingkatpendidikan. Masyarakat yang mendapatkanlayanan pendidikan yang baik akanmengantarkan mereka menjadi tenaga terdidikdan terampil, sehingga mereka akan menjadi

lebih produktif. Dengan lebih produktif, makakemampuan ekonomi mereka juga akanmeningkat. Meningkatnya kemampuanekonomi akhirnya memungkinkan merekauntuk meningkatkan kualitas kesehatannya.Dengan demikian jelaslah bahwa kualitaspendidikan masyarakat pada akhirnya jugaberkontribusi terhadap terbentuknyapertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Kecuali untuk indikator pendidikan yangmenempatkan Indonesia di atas Vietnam,indikator aktifitas ekonomi, indikator budayawirausaha dan peluang usaha, indikator kualitastata penyelenggaraan negara, dan indikatorkualitas kesehatan masyarakat Indonesiaberada di bawah beberapa negara tetangga.Tampaknya, kuatnya potensi ekonomi Indo-nesia dilihat dari besaran PDB dan rata-ratapendapatan per kapita lebih banyak ditopangoleh besarnya jumlah penduduk, luasnyawilayah Indonesia, dan melimpahnya sumberdaya alam. Kekayaan sumber daya alam danbesarnya jumlah penduduk ternyata masihharus diikuti dengan layanan pendidikan yangberkualitas dan dapat dinikmati semua wargasecara merata. Pemerintah juga dituntut untukterus mampu menciptakan layanan publik yangtransparan dan akuntabel, termasuk layanandi bidang kesehatan. Tata penyelenggaraannegara juga harus mampu menciptakankepastian dan tertib hukum. Kesemuanya inidibutuhkan untuk meningkatkan produktifitasnasional guna terciptanya pertumbuhanekonomi yang lebih berkualitas.

Belum maksimalnya kualitas pertumbuhanekonomi Indonesia juga dapat dilihat darikomponen utama pembentuk PDB beserta lajupertumbuhannya, sebagaimana tampak padatabel 5 berikut ini.

Page 13: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

86 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Berdasarkan tabel 5, konsumsi masyarakatdan investasi merupakan dua komponen utamapembentuk PDB dan memiliki laju pertumbuhanpositip. Sedangkan komponen pengeluaranpemerintah, ekspor, dan impor justrumenunjukkan laju pertumbuhan negatif.Pengeluaran konsumsi masyarakat yangproporsinya lebih dari 50%, dan pada saatyang sama diikuti dengan pertumbuhan negatifdari pengeluaran pemerintah, ekspor, danimpor bisa menjadi sinyal awal bahwaproduktifitas nasional belum mampu bekerjasecara optimal. Sekali lagi, hal ini adalahmerupakan pertanda bahwa kehidupan dimasyarakat kita masih didominasi denganbudaya konsumtif, dan belum kuat denganbudaya produktif; meskipun melaluimekanisme multiplier effect kegiatan konsumsijuga mampu menggerakkan aktifitas ekonomi,dan kemudian merangsang terciptanyapertumbuhan ekonomi.

Sebagai dampak dari perilaku produktifyang belum kokoh maka angka pertumbuhanekonomi yang tinggi yang diikuti denganmenggelembungnya PDB menjadi kurang

mampu memberikan tekanan yang signifikanbagi turunnya angka kemiskinan. Data yangdisajikan oleh BPS menunjukkan bahwa jumlahpenduduk miskin pada bulan September 2012tercatat sebesar 28,59 juta orang atau sebesar11,66% dari keseluruhan jumlah penduduk(Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th.XVI, 2 Januari2013). Bahkan semakin membesarnya volumeekonomi nasional ternyata masih diikuti dengankian melebarnya kesenjangan ekonomi. Hal initerlihat dari meningkatnya koefisien gini ratio,bila koefisien gini ratio tahun 2004 sebesar0,33 meningkat menjadi 0,41 untuk tahun2011 (analisadaily.com, diakses 7 Maret 2013).Semakin lebarnya kesenjangan ekonomi jugamenguatkan indikasi bahwa pelaku usaha dilapis bawah tidak serta merta mampu ikutmenikmati membesarnya peluang kegiatanusaha seiring dengan semakin membesarnyapotensi perekonomian nasional.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yangcukup tinggi seharusnya juga diikuti dengansemakin terbukanya peluang kerja. Sejauh ini,permintaan pasar tenaga kerja di Indonesiamencapai 113 juta orang. Sedangkan

Page 14: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013 - 87

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

ketersediaan SDM yang terampil berada padakisaran angka 104 juta orang (merdeka.com,diakses 5 Maret 2012). Memperhatikankesenjangan antara kebutuhan tenaga terampildan ketersediaan tenaga terampil sertarendahnya produktifitas nasional, ancamanpengangguran yang semakin membesartampak di depan mata. Akibatnya, tingkatpengangguran di Indonesia masih belumsegera bisa ditekan. Besarnya pengangguranjuga berdampak secara langsung padatingginya angka kemiskinan. Artinya, tingginyapengangguran juga berdampak pada dayasaing bangsa. Sebagai gambaran komposisipengangguran di Indonesia sampai denganpertengahan tahun 2011 tampak pada tabel 6.

Tata penyelenggaraan negara yang belumoptimal menyebabkan penegakan hukummenjadi lemah. Lemahnya penegakan hukumikut memicu terjadinya penyelewengan olehaparatur negara yang ditandai dengan perilakukorup. Hingga saat ini Indonesia masihditempatkan oleh berbagai lembagainternasional sebagai negara yang korup.Dampak ikutan yang ditimbulkan dari situasitersebut adalah terjadinya ekonomi biaya tinggi

(high cost economy). Inilah yang menyebabkandaya saing Indonesia dari tahun ke tahunnyaris tidak beranjak dari peringkat bawah.Tahun 2012 daya saing Indonesia masih beradadi urutan 50 dari 142 negara di dunia. Indone-sia juga masih dinilai World CompetitivenessYear book kurang kompetitif lantaran masihadanya masalah efisiensi bisnis danpemerintahan. Menurut data dari World Bank,iklim investasi Indonesia berada pada peringkat121 dari 183 negara di dunia. Daya saing yangkurang kuat menyebabkan iklim investasimenjadi kurang menarik, dan dampak ikutanberikutnya adalah produktifitas nasionalmenjadi rendah (http://portalkbr.com, diakses10 Maret 2013).

Rendahnya tingkat produktifitas dantingginya tingkat pengangguran secarabersama-sama mencerminkan rendahnyaproduktifitas nasional dan daya saing bangsa.Ada hubungan interdependensi antara dayasaing bangsa, kualitas tata penyelenggaraannegara yang baik, kualitas layanan publik,penegakan hukum, tingkat korupsi, tingkatpendidikan masyarakat, kualitas kesehatanmasyarakat, tingkat efisiensi bisnis, tingkat

Page 15: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

88 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

pengangguran, kualitas pertumbuhanekonomi nasional, dan tingkat produktifitasnasional.

IV. PROBLEM DAYA SAING BANGSADi kawasan Asean, daya saing negara kita

dalam tiga tahun terakhir menunjukkanperubahan yang menunjukkan kecenderunganpenurunan, sehingga belum mampu mampuberanjak dari posisi lima besar. Semakin kecilangka indeks menunjukkan daya saing yangtinggi, dan semakin besar angka indeksmenunjukkan daya saing yang rendah. Tabel7berikut ini menjelaskan kecenderungantersebut.

Khusus daya saing Indonesia, paparan lebihterperinci tampak pada tabel 8. Dari tabeltersebut terlihat dalam tiga tahun terakhir adagejala penurunan.

Indikator persyaratan dasar, penopangefisiensi, serta faktor inovasi dan kecanggihanmerupakan prasyarat utama bagi daya saingsebuah negara untuk menjadi negara maju.Dalam dua tahun terakhir, indikatorpersayaratan dasar dan indikator penopangefisiensi menunjukkan adanya penurunan.Dengan indikator utama yang masih beradapada peringkat di atas 50, dipastikan masihbanyak pekerjaan yang harus dilakukanpemerintah untuk meningkatkan daya saing.

Indikator apa saja yang harusdiperbaiki agar daya saing bangsadalam masa mendatang menjadilebih kuat dapat dilihat dari tabel 9.

Berdasarkan tabel 9, terdapattiga pilar daya saing yang dalamdua tahun terakhir naik peringkat,yaitu kesiapan teknologi, efisiensipasar barang, dan kecanggihanbisnis. Meskipun 3 pilar tersebutnaik peringkat, tetapi kesemuanyamasih berperingkat rendah; dan ituberarti juga menunjukkan dayasaing bangsa kita masih rendah pula.Yang justru perlu mendapatkan

Page 16: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013 - 89

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

perhatian serius adalah ada 9pilar daya saing yang justru turunperingkat. Penurunan peringkatpaling menyolok ada pada pilarefisiensi pasar tenaga kerja(turun26 peringkat). Pilar efisiensipasar tenaga kerja benar-benardalam kondisi “SOS” ataudarurat, karena selain ber-peringkat paling rendahpenurunan peringkatnya jugapaling besar. Hal ini meng-indikasikan pasar tenaga kerjakita benar-benar kurangkompetitif dibandingkandengan negara lain.

Mengacu pada data jumlahpengangguran tahun 2011, pasar tenaga kerjakita sekitar 90% didominasi oleh mereka yangberpendidikan SD sampai dengan SMA atauSMK, dan hanya sekitar 10% yang berpendidik-an akademik atau universitas (http://Pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id,diakses 21 Maret 2012). Bersamaan denganitu, ada 2 pilar lain yang mengalami penurunancukup signifikan, yaitu pilar pendidikan tinggidan pelatihan serta pilar kesehatan masyarakatdan pendidikan dasar. Selain mengalamipenurunan, dua pilar ini berperingkat sangatrendah. Dari sini terlihat adanya keterkaitanantara dimensi kualitas kesehatan, pendidikan,dan pelatihan dengan kualitas tenaga kerja.Kualitas kesehatan, pendidikan, dan pelatihanyang kurang baik menyebabkan rendahnyadaya saing tenaga kerja; dan kesemuanya iniberdampak pada efisiensi pasar tenaga kerjayang rendah pula.

Pilar daya saing lain yang meliputi kesiapanteknologi, efisiensi pasar barang, kecanggihan

bisnis, kelembagaan, kemajuan pasar uang,ketersediaan sarana infrastruktur, dan inovasirata-rata berada pada peringkat 64. Berbagaiindikator daya saing lainnya yang perlumendapatkan perhatian serius karena memilikiperingkat yang rendah dan pada saat yangsama sedang mengalami penurunan peringkatyang cukup besar adalah: (1) layananpemerintah untuk mendorong bisnis, turun 21peringkat; (2) neraca anggaran dan belanjapemerintah, turun 15 peringkat; (3) patent persejuta penduduk, turun 15 peringkat; (4)praktek suap, kriminal terorganisasi, dampakteror terhadap bisnis, kompetisi lokal, danefek perpajakan; masing-masing turun 7peringkat; (5) infrastruktur umum, turun 10peringkat; (6) transportasi udara, turun 9peringkat; (6) akses internet di sekolah, turun7 peringkat; (7) partisipasi pendidikanmenengah, turun 4 peringkat; (8) upah danproduktifitas, turun 6 peringkat. Penurunanperingkat ini jelas mengindikasikan bahwa

Page 17: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

90 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

berbagai variabel pendukung kegiatanekonomi nasional semakin kalah bersaing biladibandingkan dengan negara kompetitor.

Kualitas infrastruktur merupakan salah satupilar daya saing yang paling banyak dikaji dandijadikan pertimbangan utama bagi parapebisnis untuk menanamkan kegiatanusahanya. Rendahnya kualitas infrastruktursudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu.Hal ini dapat dilihat dari laporan Global Com-petitiveness Report 2010-2011 (WEF, 2010),yang menyatakan bahwa dari 139 negara didunia yang diperingkat; kualitas infrastrukturIndonesia menempati peringkat 82. Bandingkandengan Malaysia di pertingkat 30, Thailandperingkat 35, Turki peringkat 56, Brasil peringkat62, dan Meksiko peringkat 75. InsfrastrukturIndonesia nyaris disalipi oleh Vietnam yangberada pada peringkat 83. Insfrastruktur terbaikdi kawasan Asean adalah Singapura berada diperingkat 5. Tabel 10 menggambarkan rinciankualitas infrastruktur di Indonesia, dankesemuanya masih berperingkat rendah.

Sebagaimana pilar daya saing lainnya,keterbatasan infrastruktur baik dari sisikuantitas dan kualitas menyebabkan terjadinyadisefisiensi ekonomi dan menghambat lajuproduktifitas nasional. Rendahnya kualitasinfrastruktur nasional dibandingkan denganinsfrastruktur negara lain menyebabkan dayasaing nasional dibandingkan negara lainmenjadi rendah. Hal ini menjadi tantanganbesar perekonomian nasional di tengah-tengahbesarnya potensi ekonomi dalam negeri.

Dari 12 pilar daya saing, hanya ada 2 pilardaya saing yang memiliki peringkat setaradengan peringkat PDB Indonesia di dunia,yaitu pilar besar pasar (peringkat 16) dan pilarlingkungan ekonomi makro (peringkat 25).Besar pasar dalam negeri menentukan ukuranekonomi nasional dilihat besaran konsumsinasional. Dengan jumlah penduduk terbesardi kawasan Asean menjadikan ukuran ekonominasional berada pada peringkat teratasdibandingkan dengan ukuran ekonomi negaratetangga. Itulah sebabnya, pilar besar pasar

Indonesia memiliki peringkat daya saingteratas di kawasan Asean. Ukuran pasaryang besar dan potensi sumber dayaalam yang melimpah ikut menentukankualitas ekonomi makro. Dua pilar inipula yang saat ini menjadi pendukungutama pembentuk PDB, danmenempatkan Indonesia masuk 20besar kekuatan ekonomi dunia dengantingkat pertumbuhan ekonomi yangtinggi dan stabil. Berkah ukuran pasardan potensi sumber daya alam yangmelimpah inilah yang menyebabkanindikator makro ekonomi Indonesiasenantiasa tampak moncer, meskipunberbagai pilar daya saing berperingkatrendah.

Page 18: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013 - 91

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Mengapa disaat Indonesia menjadi 20 besarkekuatan ekonomi dunia, dengan jumlah PDBhampir 1 trilyun USD, dan rata-rata pendapatanper kapita mencapai 3.660 USD; tetapi padasaat yang sama masih harus menanggungpenduduk miskin dan tingkat pengangguranyang sangat besar, serta kesenjangan sosialekonomi yang kian melebar? Sebagaimanadilaporkan oleh BPS bahwa saat ini jumlahpenduduk miskin sebesar 28,59 juta orangatau sebesar 11,66% dari keseluruhan jumlahpenduduk (Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th.XVI, 2 Januari 2013). Selanjutnya data dariPusdatinaker (2011), sebagaimana dikutipPrianto (2012) mencatat jumlah angkatan kerjatercatat 117.370.485 orang, sedangkan yangbekerja tercatat 109.670.399 orang. Dengandemikian angka pengangguran terbukatercatat sebesar 7,7 juta orang. Selain masalahpengangguran yang besar, kesenjangan sosialekonomi di Indonesia juga kian melebar. Hal initerlihat dari meningkatnya koefisien gini ratio.Bila koefisien gini ratio tahun 2004 sebesar0,33; maka pada tahun 2011 meningkat menjadi0,41 (analisadaily.com, diakses 7 Maret 2013).Mengapa situasi kontradiktif ini bisa terjadi?

PDB dibagi dengan jumlah pendudukmenentukan besaran pendapatan per kapita.Timbulnya fakta kontradiktif antara besaranPDB dan pendapatan per kapita di satu pihakdengan kemiskinan, pengangguran, dankesenjangan sosial ekonomi di pihak lain kianmenegaskan adanya problem serius denganpersoalan daya saing bangsa. Jumlah pendudukmiskin dan pengangguran yang besar yangdibarengi dengan kesenjangan sosial ekonomiyang kian lebar mengindikasikan tidak semuapenduduk mampu mengakses sumberekonomi. Berbagai kajian membuktikan bahwa

rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilanpenduduk merupakan penyebab utamaketidakmampuan mereka dalam mengaksesberbagai sumber ekonomi.

Kajian yang dilakukan Prianto (2012) jugamembuktikan bahwa rendahnya pendidikanpenduduk menyebabkan kemampuanberwirauaha mereka menjadi rendah.Rendahnya kemampuan berwirausahapenduduk menyebabkan kemampuan merekauntuk mengoptimalkan potensi ekonomimenjadi rendah. Artinya, sebesar apa punpotensi ekonomi suatu negara tetapi bilanegara tersebut dihuni oleh penduduk dengantingkat pendidikan yang rendah; maka potensiekonomi yang besar itu pun menjadi kurangbermakna. Bahkan apabila tidak segeradisadari, potensi ekonomi yang besar itu bisasaja menjadi layaknya sebuah “candu”, sebagaisebuah asesori untuk keperluan puja puji; danseringkali bisa meninabobokan anak negeri.Sebagai warga dari bangsa ini, kita sudahterlalu sering disirami puja puji tentang negerikita yang besar, kaya raya, gemah ripah lohjinawi, murah sandang pangan, dan seterusnya;tetapi kondisi riil yang terjadi seringkaliberbalikan dengan semuanya itu.

Sejak jaman nenek moyang kitadininabobokan dengan puja puji tentang negerikita yang kaya raya sebagaimana layaknyanegeri surga. Sebagian kaum penggiat senimenyatakan tanah kita tanah surga, tongkatkayu dan batu dengan mudah menjaditetanaman. Tetapi kelak terbukti, bahwa negerisurga yang kita dengungkan itu ternyata tidakselalu mampu memancarkan aroma surgawinyakarena tingkat pendidikan para penduduknyayang terbatas. Dan akhirnya sama-sama kitalihat, predikat negeri surga menampakkan

Page 19: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

92 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

gejala paradoks: angka kemiskinan danpengangguran masih sangat besar,kesenjangan sosial ekonomi kian melebar,perilaku sebagian penduduk menjadi sangatkasar, emosi masyarakat mudah terbakar; dandalam batas tertentu dengan mudah kitamenyaksikan perilaku masyarakat kita menjadibersifat barbar.

Selain ukuran skala ekonomi yang besar,dan didukung dengan potensi kekayaan alamyang melimpah; Indonesia juga masihdianugerahi dengan mayoritas penduduk yangmasuk dalam kategori usia muda, usia kerja.Sayang mayoritas penduduk hanya berlatarpendidikan sekolah dasar sampai dengansekolah menengah atas. Sampai saat iniproporsi lulusan sekolah menengah atas yangmelanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi jugamasih rendah. Hal inilah yang menyebabkanpilar efisiensi pasar kerja di Indonesia nyarisberada di peringkat terbawah (peringkat 120dari 142 negara di dunia).

Di berbagai aktifitas ekonomi, mayoritaspenduduk Indonesia bekerja pada posisipekerjaan menengah ke bawah akibat

rendahnya tingkat daya saing. Sebaliknya, padaposisi pekerjaan menengah ke atas diisi olehpara profesional dari luar. Sudah bukan rahasialagi, bangsa kita terkenal di dunia sebagaipengekspor tenaga kerja untuk mendudukiposisi pekerjaan sebagai tukang, kuli, danpembantu rumah tangga. Belum banyak TKI diluar negeri yang bekerja sebagai tenaga terampildi berbagai usaha bisnis multinasional. Padasaat yang sama, kita banyak mengimpor paraprofesional untuk menduduki posisi pekerjaandi level menengah ke atas. Mayoritas wargamasyarakat yang berpendidikan rendahmenyebabkan bangsa kita seolah-olah belumbisa menjadi tuan di negeri sendiri. Jangankanmenjadi tuan, sekedar menjadi pembantu rumahtangga pun sebagian besar warga kita harusmerantau ke negeri orang.

Daya saing bangsa yang rendahmenyebabkan indeks kinerja arus masuk PMAdan indeks potensi arus masuk PMA di Indone-sia berada pada peringkat terendahdibandingkan dengan negara tetangga. Tabel11 berikut ini menggambarkan peringkat Indo-nesia dibandingkan dengan negara tetangga.

Page 20: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013 - 93

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Berdasarkan tabel 11 terlihat, meskipunIndonesia sangat unggul pada pilar besar pasar;namun keunggulan itu ternyata tidak cukupmampu menarik minat investor asing untukmenanamkan investasinya dalam jumlah yangmasif. Rendahnya berbagai pilar daya saingnasional menjadi penyebab utama rendahnyaperingkat indeks kinerja dan potensi arus masukPMA.

World Economic Forum, WEF (2007)menjelaskan ada banyak variabel yang menjadikendala dalam melakukan kegiatan bisnis diIndonesia. Berikut ini adalah beberapa masalahpenghambat kegiatan usaha bisnis di Indone-sia (urutan dari masalah terbesar menuju keterkecil): infrastruktur yang buruk, birokrasitidak efisien, akses terbatas untuk pendanaan,kebijakan pemerintah tidak stabil, peraturanketenagakerjaan yang retristif, regulasiperpajakan tidak kondusif, keterbatasantenaga kerja terdidik, inflasi, dan korupsi. WEF(2007) juga melaporkan, dari 131 negara didunia yang dijadikan sampel; perlindunganbisnis di Indonesia oleh aparat kemanan beradapada peringkat 93. Dengan demikian ada begitubanyak pekerjaan yang harus diselesaikanpemerintah untuk membuat iklim kegiatanekonomi di Indonesia menjadi lebih baik. Sekalilagi, Indonesia masih beruntung karenadianugerahi Tuhan berupa pilar besar pasardan sumber alam yang melimpah.

V. CATATAN PENUTUPKetika daya saing bangsa disebut sebagai

sebuah persoalan, maka pihak pertama yangpaling punya kapasitas untuk mengatasinyatidak lain adalah pemerintah beserta semuakomponen penyelenggara negara yang ada didalamnya. Pemerintah adalah satu-satunya

institusi yang memiliki otoritas untuk membuattata aturan main dan kebijakan yangmemungkinkan sistem hukum, layanan publik,sistem pendidikan, dan semua aktifitas ekonomidapat berjalan sesuai dengan koridor yangberlaku. Melalui otoritas dan peraturan yangdibuatnya, pemerintah bahkan mampumengitrodusir budaya baru yang mendukungkegiatan ekonomi produktif.

Tidak ada pihak mana pun yang palingmampu mempengaruhi besaran daya saingbangsa, kecuali pihak pemerintah. Jumlahpenduduk yang besar dan berusia muda, sertakekayaan alam yang melimpah ruahsesungguhnya merupakan berkah dankemurahan Tuhan; dan dua variabel itu di luarkontrol pemerintah. Bahwa kemudian duavariabel tersebut pada saat ini menjadipenopang utama besaran PDB (dan secaraotomatis menentukan besaran rata-ratapendapatan per kapita) hingga masuk 20 besardunia; apakah tidak malu kepada Tuhan kalaucapaian itu kemudian kita klaim sebagai sebuahkeberhasilan dalam membangun perekonomiannasional?

Ketika hampir semua pilar daya saing bangsadan berbagai variabel pendukung kegiatanusaha bisnis dalam kondisi tertinggal jauhdibandingkan dengan negara tetangga, darititik mana pemerintah harus melakukanintervensi perbaikan? Pertama-tama kita harusmembuat keyakinan bersama, bahwa pesawatsuper jumbo yang bernama “Indonesia”memiliki kesempatan untuk terbang tinggi.Sang super jumbo akan terbang tinggi bila“kapten pilot”, “teknisi pesawat”, “para awakkabin”, dengan didukung semua“penumpang” memiliki kemauan dankemampuan untuk menjalankan pesawat

Page 21: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

94 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

menuju dengan “arah” yang hendak dituju,sesuai dengan “rute” yang telah disepakati.Sang super jumbo berpotensi untuk terbangtinggi, karena didukung oleh “mesin” sumberdaya alam yang melimpah dan ukuran pasaryang besar, serta tersedia “bahan bakar”berupa komposisi penduduk yang masukkategori usia produktif.

Pada saat impian kita untuk menerbangkansang super jumbo ke titik tertinggi sedangmelambung, ternyata masih banyak bagiankomponen pesawat yang konslet danmendesak untuk segera diperbaiki. Komponenapa saja yang sedang konslet dalam pesawatsuper jumbo? Hal itu tidak lain adalah: latarpendidikan penduduk rata-rata rendah,kecakapan dan keahlian penduduk rata-ratarendah, kemampuan berwirausaha pendudukrendah, kualitas kesehatan penduduk rendah,kualitas infrastruktur rendah, kesiapanteknologi rendah, kualitas birokrasipemerintahan rendah, dan efisiensi pasartenaga kerja rendah pula. Berbagai komponenpesawat super jumbo yang berkualitas rendahini selanjutnya merembet ke persoalan:penegakan hukum lemah, korupsi meningkat,kemiskinan tinggi, ekonomi biaya tinggi,kesenjangan sosial ekonomi meningkat,kriminalitas meningkat, koefisien indekspembangunan manusia Indonesia rendah,daya saing rendah, iklim investasi rendah,tingkat produktifitas rendah, dan semuanyabermuara pada rendahnya kualitaspertumbuhan ekonomi. Kini sang pesawatsuper jumbo sedang terjebak dalam fenomenaparadoks: Pada saat PDB dan rata-ratapendapatan per kapita kian membesar,kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomijustru kian melebar.

Ketika pesawat super jumbo sedangmenghadapi masalah selama penerbangan,Sang “kapten pilot” merupakan figur utamadan pertama yang harus turun tangan untukmenjadi komandan dalam kegiatan perbaikan.Ia harus turun tangan secara langsung,mengkoordinir para “teknisi” dan semua “awakkabin” dalam kegiatan perbaikan itu.Keputusan yang dibuat “kapten pilot” itulahyang disebut dengan produk hukum: peraturanperundangan dan kebijakan. Peraturan dankebijakan yang dibuat “kapten pilot” tentusaja harus dirumuskan dengan sangat cermat,dan sekali diputuskan maka ia harusdilaksanakan dengan konsisten, dan berlakubagi seluruh penumpang pesawat super jumbotanpa pandang bulu. Bila tahapan ini mampudilewati, maka tertib sosial didalampenerbangan akan dapat diciptakan; danpesawat super jumbo pun akan tetap terusmelaju terbang tanpa tergoncang. Selanjutnyasemua “penumpang” tentu diharapkanmemiliki kepedulian dengan situasi dan kondisipesawat, dan segera melaporkan kepada para“awak kabin” apabila ada sesuatu yangdiperkirakan dapat menganggu penerbangan.Artinya, partisipasi publik sangat dibutuhkanuntuk membawa pesawat super jumbo Indo-nesia untuk terus terbang tinggi. Partisipasipublik yang baik juga memungkinkan tatapenyelenggaraan negara akan lebih terkontrol,sehingga penyalahgunaan wewenang oleh“kapten pilot” beserta segenap “awak kabin”akan dapat diminimalkan sedini mungkin.

Partisipasi publik akan semakin kuat apabiladidukung oleh latar belakang pendidikan yangmemadai. Oleh karena itu, layanan pendidikan,hingga sampai pada pendidikan tinggi; harusdapat diakses secara merata. Warga negara

Page 22: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013 - 95

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

(dianalogikan dengan “penumpang”) yangterdidik dengan baik akan memungkinkanmereka untuk mengembangkan kemampuanwirausahanya. Artinya, di tangan warga yangterdidik berbagai sumber daya ekonomi yangada akan dapat dioptimalkan pemanfaatannya.Dengan kata lain, peningkatan produktifitasnasional dapat dilakukan dengan membukalayanan pendidikan yang dapat diakses secaramerata oleh seluruh warga.

Pemerintahan yang stabil dan efektif ditandaidengan terciptanya tata penyelenggaraannegara yang efisien, yang memungkinkan semuakegiatan usaha di masyarakat dapat berjalandengan transparan, mudah, murah, dan cepat.Tata penyelenggaraan negara yang efisien jugamembutuhkan warga yang terdidik untukmemperkuat kontrol pemerintahan oleh publik.Transparansi, kemudahan, dan kecepatanlayanan merupakan berbagai variabel yang akanmendukung kegiatan usaha di masyarakat akantumbuh dan berkembang; sehinggaproduktifitas dapat meningkat. Produktifitasyang meningkat akan berdampak padaterciptanya lapangan kerja, sehinggapengangguran, kemiskinan, dan kesenjangansosial dapat ditekan.

Pemerintah bersama-sama denganmasyarakat, terutama dengan kalanganpendidikan tinggi; harus mampu menciptakankondisi yang memungkinkan kegiatankewirausahaan dapat berkembang dengan baik.Lingkungan sosial, termasuk lingkungankeluarga juga berperan penting untuk tumbuhsuburnya perilaku kewirausahaan. Selama inilingkungan sosial masyarakat kita sering“dituduh” kurang mendukung berkembangnyakegiatan kewirausahaan. Hingga saat ini adaanggapan bahwa kebanyakan warga

masyarakat lebih berorientasi menjadi pegawai,terutama pegawai negeri; daripada menjadipewirausaha. Orientasi menjadi pegawai inilahyang konon masih banyak menjangkiti kaumterdidik, termasuk dari kalangan pendidikantinggi. Melalui otoritasnya, pemerintah dapatmenjadikan gerakan kewirausahaan sebagaisebuah gerakan nasional yang harusdilaksanakan secara intensif di semua sektorkehidupan. Peningkatan kualitas perekonomiannasional, pengurangan pengangguran, danupaya menekan angka kemiskinan dapatdilakukan dengan menumbuhkan budayawirausaha.

Tingginya pertumbuhan ekonomi danmeningkatnya PDB yang diikuti dengansemakin besarnya rata-rata pendapatanperkapita akan lebih bermakna apabila angkapengangguran dan kesenjangan sosial dapatdikurangi. Pertumbuhan ekonomi Indonesiayang tinggi dan stabil, yang didukung dengankegiatan ekonomi produktif akan membuatperekonomian Indonesia menjadi lebihberkualitas. Bila ini yang terjadi, impian kitauntuk menerbangkan “sang super jumbo”Indonesia kedalam kancah perekonomian glo-bal akan lebih mungkin untuk segeradiwujudkan.

Page 23: Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

96 - Manajemen Usahawan Indonesia Vol. 42 No.1 | Januari - Maret 2013

Menakar Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Angka Kemiskinan di Indonesia. Berita Resmi StatistikNo. 06/01/Th.XVI, 2 Januari 2013

http://bapenas.go.id/blog. Mempercepat BangunanInfrastruktur, diakses 10 Maret 2013

http://bapenas.go.id/blog. Penurunan Daya SaingIndonesia Tahun 2012, diakses 10 Maret 2013

http://portalkbr.com, Produktifitas Nasional Rendah,diakses 10 Maret 2013

http://Pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id.,Pengangguran Terbuka Nasional MenurutPendidikan dan Lokasi Tempat Tinggal,diakses 21Maret 2012

http://merdeka.com. Permintaan Tenaga Kerja diIndonesia, diakses 5 Maret 2012

http://analisadaily.com. Kesenjangan Sosial EkonomiIndonesia, diakses 7 Maret 2013

http://www.ti.or.id/indes.php, Indeks Persepsi KorupsiTahun 2012, diakses 14 Maret 2013

http://www.prosperity.com./rankings.aspx, The 2011Legatum Prosperity Index, diakses 10 Maret 2012

http://m.okezone.com. Investasi Asing TerusTumbuh, diakses 6 Maret 2013

http://worldbank.org. GDP (current US$) Data in2010, diakses 15 Juli 2012

http://imf.org. GDP and IPC Data ini 2011 , diakses16 juli 2012

http://kompasiana.com./wirausaha, Potensi EkonomiIndonesia, diakses 6 Maret 2013

http://Infobanknews.com. Perekonomian Indonesia,diakses 5 Maret 2013

Indeks Tendensi Bisnis. Berita Resmi Statistik No.15/02/Th.XVI, 5 Februari 2013

Prianto, Agus. 2012. Indentifikasi Berbagai FaktorPemicu Orientasi Kewirausahaan (Studi pada ParaPengusaha di Empat Kota di Jawa Timur. JurnalManajemen Usahawan Indonesia. Vol.41 No.3Hal.243-270

UNCTAD. 2006. World Investment Report 2006.New York and Geneva: United Nations Conferenceon Trade and Investment

WEF. 2006. The Global Competetitiveness Report2006-2007. Geneva: World Economic Forum

WEF. 2007. The Global Competetitiveness Report2007-2008. Geneva: World Economic Forum

WEF. 2010. The Global Competetitiveness Report2010-2011. Geneva: World Economic Forum

WEF. 2011. The Global Competetitiveness Report2011-2012. Geneva: World Economic Forum

WEF. 2012. The Global Competetitiveness Report2012-2013. Geneva: World Economic Forum