12
84 MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK MENULIS TEKS ARGUMENTASI Sony Sukmawan, Lestari Setyowati, Andhy Nurmansyah Universitas Brawijaya [email protected] ABSTRAK: Kemampuan berargumentasi mahasiswadalam dunia akademik kurang mendapatkan perhatian dan penanganan. Untuk itu, perlu adanya inovasi baru tentang bahan yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran menulis teks argumentasi, salah satunya dengan menggunakan karya sastra genre flash fiction.Berdasar hasil penelitian disimpulkan bahwa flash fiction dapat membantu para pembelajar bahasa asing, dalam hal ini pembelajar bahasa Inggris, untuk belajar menulis teks argumentasi. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bila flash fiction akan dipakai untuk belajar menulis esai, yaitu tingkat kesulitan tatabahasa dan kosakata dari cerita tersebut, kekompleksitasan alur cerita, dan panjang pendeknya flash fiction yang dipilih. Selain melatih keterampilan mahasiswa menulis teks argumentasi, penggunaan kara sastra juga mampu meningkatkan kemampuan analisis dan berpikir kritis mahasiswa. Kata Kunci: menulis, argumentasi, flash fiction, refutation PENDAHULUAN Harus diakui bahwa kemampuan berargumentasi mahasiswadalam dunia akademik kurang mendapatkan perhatian dan penanganan. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya kemampuan mahasiswa dalam berargumentasi. Padahal, teksargumentasi(lisan/tulis) dapat membantu mahasiswa untuk mengembangkan keahlian berpikir kritis, keahlian meneliti, dan keahlian berpikir logis.Sementara itu, ketiga keahlian tersebut menjadi pemarkah mahasiswa sebagai manusia terpelajar, calon ilmuwan, agen perubahan, dan sejumlah label yang melekat dalam dirinya sebagai insan cendekia. Harus diakui pula bahwa mempelajari teks argumentasi tidaklah mudah karena teks jenis ini mempunyai ciri khas pembeda dari jenis teks narasi, deskripsi, eksposisi, dan persuasi. Ciri pembeda ini dapat dilihat dari adanya pendapat atau sikap penulis yang bertujuan meyakinkan pembaca sehingga pembaca menyetujui bahwa pendapat, sikap, dan keyakinan penulis benar adanya. Oleh karena itu, teks argumentasi memiliki penyangkalan (refutation ) dari pendapat penulis lain. Untuk melakukan penyangkalan dan menyakinkan pembaca bahwa pendapat penulis logis dan valid, maka harus ada fakta yang terdapat dalam paragraf pengembang baik berupa tabel, data, gambar sebagai pendukung ide pokok (Freeley and Steinberg, 2008 dalam Norquist, 2015). Ciri pembeda lainnya adalah berisi analisis dan sintesis yang membahas suatu objek/topik. Ciri pembeda inilah yang membuat „pekerjaan‟ menguasai dan mengajarkan teks argumentasi memiliki tantangan tersendiri, baik bagi mahasiswa yang mempelajarinya, dan dosen yang mengajarkannya. Topik yang biasanya diberikan untuk mengajarkan teks argumentasi adalah topik yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan telah banyak dikenal melalui media, misalnya tentang merokok, narkoba, penggunaan media sosial, game online, perdagangan manusia, penebangan liar, dll. Tidak ada yang salah dalam penggunaan topik-topik tersebut untuk mengajar teks argumentasi. Namun, perlu diwaspadai bahwa dengan kemajuan teknologi saat ini, topik-topik tersebut dan contoh karangan argumentasinya akan dapat ditemui di internet yang dapat

MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK …

84

MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK MENULIS

TEKS ARGUMENTASI

Sony Sukmawan, Lestari Setyowati, Andhy Nurmansyah

Universitas Brawijaya

[email protected]

ABSTRAK: Kemampuan berargumentasi mahasiswadalam dunia akademik

kurang mendapatkan perhatian dan penanganan. Untuk itu, perlu adanya inovasi baru

tentang bahan yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran menulis teks

argumentasi, salah satunya dengan menggunakan karya sastra genre flash

fiction.Berdasar hasil penelitian disimpulkan bahwa flash fiction dapat membantu para

pembelajar bahasa asing, dalam hal ini pembelajar bahasa Inggris, untuk belajar

menulis teks argumentasi. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bila flash

fiction akan dipakai untuk belajar menulis esai, yaitu tingkat kesulitan tatabahasa dan

kosakata dari cerita tersebut, kekompleksitasan alur cerita, dan panjang pendeknya

flash fiction yang dipilih. Selain melatih keterampilan mahasiswa menulis teks

argumentasi, penggunaan kara sastra juga mampu meningkatkan kemampuan analisis

dan berpikir kritis mahasiswa.

Kata Kunci: menulis, argumentasi, flash fiction, refutation

PENDAHULUAN

Harus diakui bahwa kemampuan

berargumentasi mahasiswadalam dunia

akademik kurang mendapatkan perhatian

dan penanganan. Hal tersebut

mengakibatkan rendahnya kemampuan

mahasiswa dalam berargumentasi.

Padahal, teksargumentasi(lisan/tulis) dapat

membantu mahasiswa untuk

mengembangkan keahlian berpikir kritis,

keahlian meneliti, dan keahlian berpikir

logis.Sementara itu, ketiga keahlian

tersebut menjadi pemarkah mahasiswa

sebagai manusia terpelajar, calon ilmuwan,

agen perubahan, dan sejumlah label yang

melekat dalam dirinya sebagai insan

cendekia.

Harus diakui pula bahwa

mempelajari teks argumentasi tidaklah

mudah karena teks jenis ini mempunyai

ciri khas pembeda dari jenis teks narasi,

deskripsi, eksposisi, dan persuasi. Ciri

pembeda ini dapat dilihat dari adanya

pendapat atau sikap penulis yang bertujuan

meyakinkan pembaca sehingga pembaca

menyetujui bahwa pendapat, sikap, dan

keyakinan penulis benar adanya. Oleh

karena itu, teks argumentasi memiliki

penyangkalan (refutation ) dari pendapat

penulis lain. Untuk melakukan

penyangkalan dan menyakinkan pembaca

bahwa pendapat penulis logis dan valid,

maka harus ada fakta yang terdapat dalam

paragraf pengembang baik berupa tabel,

data, gambar sebagai pendukung ide pokok

(Freeley and Steinberg, 2008 dalam

Norquist, 2015). Ciri pembeda lainnya

adalah berisi analisis dan sintesis yang

membahas suatu objek/topik. Ciri

pembeda inilah yang membuat „pekerjaan‟

menguasai dan mengajarkan teks

argumentasi memiliki tantangan

tersendiri, baik bagi mahasiswa yang

mempelajarinya, dan dosen yang

mengajarkannya.

Topik yang biasanya diberikan

untuk mengajarkan teks argumentasi

adalah topik yang berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari dan telah banyak

dikenal melalui media, misalnya tentang

merokok, narkoba, penggunaan media

sosial, game online, perdagangan manusia,

penebangan liar, dll. Tidak ada yang salah

dalam penggunaan topik-topik tersebut

untuk mengajar teks argumentasi. Namun,

perlu diwaspadai bahwa dengan kemajuan

teknologi saat ini, topik-topik tersebut dan

contoh karangan argumentasinya akan

dapat ditemui di internet yang dapat

Page 2: MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK …

85

dengan mudah dibaca, bahkan diunduh,

dengan telpon genggam android/tablet

yang biasa dibawa mahasiswa ke kelas.

Untuk mencegah dan

meminimalisisi plagiasi seperti itu, maka

perlu adanya inovasi baru tentang bahan

yang bisa digunakan untuk proses

pembelajaran menulis teks argumentasi,

salah satunya dengan menggunakan karya

sastra. Tidak banyak dosen/guru yang

menggunakan topik dan bahan yang

berasal dari karya sastra karena adanya

anggapan bahwa sastra itu sulit dan

kompleks sehingga dibutuhkan keahlian

tersendiri untuk memahaminya. Hal

tersebut tentulah tidak benar. Dari

beberapa genre karya satra, cerita pendek

adalah salah satu genre yang dapat

digunakan untuk pembelajaran menulis

teks argumentasi. Dalam

perkembangannya, cerita pendek

mempunyai satu bentuk baru yaituflash

fiction (cerita kilat). Tujuan penelitian ini

adalah mendeskripsikan perencanaan,

pelaksanaan, dan hasil penulisan

argumentasi dengan menggunakan flash

fictionyang dapat meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam menulis

teks argumentasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Terdahulu

Dari penelusuran literatur belum

ditemukan kajian terdahulu yang

membahas penggunaan flash fiction dalam

pembelajaran berbahasa. Kajian yang

menggunakan (teks) sastra secara umum

(bukan jenis flash fiction) untuk

pembelajaran berbahasa juga belum dapat

dilacak. Sejauh ini, penerapan teks sastra

sebagai materi otentik (bukan media,

teknik, maupun strategi) untuk

pembelajaran berbahasa hanya sebatas

gagasan (opini) atau artikel ilmiah hasil

pemikiran/konseptual. Sejumlah opini atau

artikel konseptual tersebut antara lain

adalah artikel dengan judul Pengajaran

Keterampilan Berbahasa melalui Kajian

Sastra oleh Purbarini, dkk. (2006) dan;

Using Children‟s Literature to Teach

Writing oleh Schwedt dan Delong (2007).

Gagasan yang dikemukakan adalah bahwa

sastra anak dapat digunakan untuk menulis

berbagai bentuk jenis tulisan, misalnya

menulis surat, fiksi sejarah, catatan

perjalanan, dan fiksi ilmiah.

Pembelajaran Keterampilan Menulis

Menulis adalah sebuah

keterampilan berbahasa yang terpadu,

yang ditujukan untuk menghasilkan

sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang-

kurangnya, ada tiga komponen yang

tergabung dalam aktivitas menulis, yaitu:

(1) penguasaan bahasa tulis, yang akan

berfungsi sebagai media tulisan, meliputi:

kosakata, struktur kalimat, paragraf, ejaan,

pragmatik, dan sebagainya; (2)

penguasaan isi karangan sesuai dengan

topik yang akan ditulis; dan (3)

penguasaan tentang jenis-jenis tulisan,

yaitu bagaimana merangkai isi tulisan

dengan menggunakan bahasa tulis

sehingga membentuk sebuah komposisi

yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita

pendek, makalah, naskah drama, dan

sebagainya.

Menulis bukan pekerjaan yang sulit

namun juga tidak mudah. Untuk memulai

menulis, setiap penulis tidak perlu

menunggu menjadi seorang penulis yang

terampil. Belajar teori menulis itu mudah,

tetapi untuk mempraktikkannya tidak

cukup sekali dua kali. Frekuensi latihan

menulis akan menjadikan seseorang

terampil dalam bidang tulis-menulis.

Tidak ada waktu yang tidak tepat

untuk memulai menulis. Artinya, kapan

pun, di mana pun, dan dalam situasi yang

bagaimana pun seorang dapat

melakukannya. Ketakutan akan kegagalan

bukanlah penyebab yang harus

dipertahankan. Itulah salah satu kiat,

teknik, dan strategi Nunan (1991: 86-90)

yang menawarkan suatu konsep

pengembangan keterampilan menulis yang

meliputi: (1) perbedaan antara bahasa lisan

dan bahasa tulisan, (2) menulis sebagai

suatu proses dan menulis sebagai suatu

Page 3: MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK …

86

produk, (3) struktur generik wacana tulis,

(4) perbedaan antara penulis terampil dan

penulis yang tidak terampil, dan (5)

penerapan keterampilan menulis dalam

proses pembelajaran.

Pembelajaran Menulis Sebagai Sebuah

Proses

Menulis sebagai sebuah proses

mengandung makna bahwa menulis

meliputi serangkaian aktivitas yang aktif

dan dinamis. Rangkaian aktivitas tersebut

tidak berurutan secara ketat tetapi bersifat

luwes dan berulang-ulang. Flowers dan

Hayes (dalam Marzano, 1992:57)

mengatakan bahwa proses menulis tidak

bersifat linier melainkan bersifat interaktif

dan rekursif. Hal ini berarti bahwa dalam

proses menulis, antara tahap yang satu

dengan tahap yang lain saling berkaitan

dan berulang secara fleksibel. Zuchdi

(1997: 6) mengatakan bahwa tahap-tahap

dalam menulis bukanlah tahap yang

bersifat linear karena penulis terus-

menerus memantau tulisannya dan

bergerak maju mundur. Peninjauan

kembali tulisan yang telah dihasilkan ini

dapat dianggap sebagai komponen

keempat dalam proses menulis. Hal inilah

yang membantu penulis dapat

mengungkapkan gagasan secara logis dan

sistematis, tidak mengandung bagian-

bagian yang kontradiktif. Dengan kata

lain, konsistensi (keajegan) isi gagasan

dapat terjaga.

Mengenai tahapan-tahapan dalam

menulis, Tompkins (1994) dan Ellis

(1989) menguraikan lima tahapan proses

menulis. Kelima tahap tersebut yaitu

pramenulis (prewriting), penyusunan dan

penerapan konsep (drafting), perbaikan

(revising), penyuntingan (editing), dan

penerbitan (publishing). Adapun Hamp-

Lyons dan Heasbey (1987)

mengemukakan tiga tahapan proses

menulis yakni pramenulis, menulis, dan

menulis kembali. Selanjutnya, Cox (1999:

319-327)) menyebutkan lingkungan

literasi, pemodelan, workshop menulis,

konferensi, perevisian dan pengeditan,

serta pemublikasian sebagai bagian-bagian

penting dalam proses pembelajaran

menulis. Dengan demikian, proses menulis

pada dasarnya merupakan sebuah kegiatan

produktif yang terdiri atas beberapa level

aktivitas yang bermuara pada hasil atau

produk tulisan. Setiap level aktivitas

tentunya berisi kegiatan kolaboratif antara

mahasiswa dengan dosen maupun sesama

mahasiswa.

Menulis merupakan keterampilan

mekanis yang dapat dipahami dan

dipelajari. Tahapan-tahapan yang telah

disebutkan sebelumnya dapat

mempermudah pemahaman dan

pemerolehan keterampilan yang dimaksud.

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran

menulis sebagaimana diuraikan di atas

merupakan pengalaman yang harus

dilakukan dalam mengonstruksi sebuah

teks dan sudah barang tentu memiliki

aktivitas dan strategi masing-masing.

Teks Argumentasi

Argumentasi adalah suatu bentuk

retorika yang berusaha untuk

mempengaruhi sikap dan pendapat orang

lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya

bertindak sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh penulis atau

pembicara(Keraf, 2007:3). Senada dengan

pendapat di atas, Atmazaki (2007:94)

mengungkapkan bahwaargumentasi

digunakan untuk meyakinkan pembaca

atau pendengar tentang gagasan atau

pernyataan yang dikemukakan. Melalui

argumentasi , penulis berusaha merangkai

fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia

mampu menunjukkan kebenaran suatu

pendapat.

Argumentasi termasuk bidang

retorika yang memberikan keyakinan

kepada pendengar atau pembaca

berdasarkan alasan (argumentasi) yang

tepat. Alasan yang tepat itu mungkin

berasal dari fakta dan hubungan logis

antara fakta dengan fakta atau antara fakta

dengan pendapat. Melalui argumentasi ,

penulis atau pembicara berusaha

meyakinkan pembaca.

Page 4: MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK …

87

Argumentasi adalah suatu proses

penalaran. Ada dua cara bernalar atau

argumentasi yaitu secara deduktif dan

induktif. Argumentasi deduktif adalah

metode bernalar yang bergerak dari hal

atau pernyataan yang bersifat umum ke hal

atau pernyataan yang bersifat

khusus.Argumentasi induktif adalah

metode bernalar yang dimulai dengan

mengemukakan pernyataan yang bersifat

khusus kemudian diiringi dengan

kesimpulan umum.Ciri-ciri argumentasi

antara lain: (a) bertujuan meyakinkan

pembaca (b) berusaha membuktikan

kebenaran suatu pendapat atau pernyataan

(c) berusaha mengubah pendapat atau

pandangan pembaca, dan (d) bertujuan

menampilkan fakta sebagai bahan

pembuktian Semi (Semi, 2007:73-74).

Flash Fiction

Istilah flash fiction muncul pada

tahun 1980-an dimana terdapat dua editor

yang bernama Robert Shapard and James

Thomas yang memopulerkan dan

menerbitkan kumpulan seri flash fiction

atauSudden Fiction dimana kumpulan

cerita didalamnya berisi kurang dari 2000

kata (Sustana, 2015). Sustana juga

menambahkan bahwa jenis flash fiction ini

semakin berkembang di tahun 1986 saat

diadakannya kontes menulis cerita pendek

terbaik dunia (World's Best Short Short

Story Contest) yang diadakan oleh Jerome

Stern, direktur menulis kreatif dari

Universitas Florida. Pada saat itu, Jerome

Stern menantang para kontestan untuk

menulis cerita pendek utuh dengan tidak

lebih dari 250 kata, meskipun kemudian

batas katanya dinaikkan menjadi 500 kata.

Jenis cerita pendek ini sesuai untuk

dipakai di kelas dalam proses

pembelajaran menulis esai dikarenakan

jumlah katanya yang tidak terlalu banyak

sehingga tidak membutuhkan banyak

waktu saat membaca dan memahaminya.

Menurut Emery (tanpa tahun), flash fiction

adalah ceritapendek yang terdiri dari 300-

1000 kata. Beberapa jenis cerita pendek

yang dapat dikategorikan flash fiction

adalah cerita pendek yang ditulis oleh Kate

Chopin dengan judul The Blind Man dan

The Story of An Hour (Chopin, 2013).

METODE

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebagai

upaya untuk meningkatkan kemampuan

mahasiswadalam menulis teks argumentasi

dengan menggunakan flash fiction. Proses

pelaksanaannya dimulai dengan

mengidentifikasi masalah-masalah

pembelajaran menulis teks argumentasi.

Setelah permasalahan teridentifikasi,

dilakukan penyusunan perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

Perencanaan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah,

disusun rencana tindakan sebagai berikut.

(1) menyusun rencana penelitan menjadi

dua fase, yaitu fase penyampaian

materi dan fase praktik penulisan.

(2) menyusun format evaluasi, proses dan

hasil yang diharapkan dan kriteria

pencapaian target yang diharapkan.

Pelaksanaan Penelitian Dalam pelaksanaannya, penelitian

ini dibagi dalam dua tahap yaitu tahap

presentasi materi dan praktik penulisan.

Tahap praktik penulisan terdiri atas tiga

tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

pramenulis, dan tahap menulis.Tahap

Persiapan bertujuan memberi pengetahuan

dasar tentang topik dibahas. Pengetahuan

dasar tersebut adalah tentang pengarang

dan cerita pendek dari karya sastra yang

akan dibaca. Pada Tahap Pramenulis,

mahasiswa diberi pajanan teks yang akan

dibaca, baik secara tertulis maupun dengan

menggunakan media audio visual.

Mahasiswa juga diberi kesempatan

membaca dalam hati dan menikmati cerita

pendek tersebut selama beberapa menit

tanpa memberi tugas apapun selain

membaca.Setelah mereka membacanya,

diskusi dilaksanakan baik dalam kelompok

kecil untuk mengetahui pemahaman

Page 5: MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK …

88

mahasiswa tentang teks yang dibaca. Pada

Tahap Menulis, mahasiswa diminta untuk

menuangkan idenya tentang cerita pendek

tersebut dalam bentuk esai argumentasi.

Agar mahasiswa mampu mengeluarkan

idenya dalam bentuk argumentasi, maka

bentuk perintah menulisnya juga harus

meminta mahasiswa untuk menulis esai

jenis ini.Contohnya “Bagaimanakah

pendapat Saudara tentang pesan moral yang

disampaikan oleh pengarang?”.

Tahap pelaksanaan penelitianini

merupakan langkah pelaksanaan rencana

yang telah disusun bersama dosen mitra.

Pelaksanan penelitanberupa pelaksanaan

lokakarya menulis teks argumentasi

dengan menggunakan flash fictionpada

mahasiswaSTKIP PGRI Pasuruan.

Evaluasi

Kegiatan evaluasi dilakukan

diakhir penelitan. Dalam kegiatan ini,

seluruh informasi yang berhasil dihimpun

akan dikaji dan dibahas bersama dengan

peserta lokakarya dan dosen mitra. Hal-hal

yang dikaji dan dibahas meliputi (1)

menganalisis pelaksanaan penelitian yang

telah dilakukan, (2) membahas perbedaan

antara rencanapenelitian dan

pelaksanaannya, (3) menginterpretasi,

memaknai, dan menyimpulkan informasi

yang telah diperoleh

Teknik Pengumpulan Informasi dan

Instrumen

Teknik pengumpulan informasi yang

digunakan dalam penelitan ini adalah

teknik diskusi kelompok terfokus, studi

dokumentasi. Selanjutnya, penelitian ini

menggunakan dua buah instrumen yang

akan digunakan untuk mengumpulkan

informasi. Instrumen tersebut adalah

instrumen utama dan instrumen penunjang.

Instrumen utama adalah tim peneliti,

sedangkan instrumen penunjang berupa

catatan lapangan, dokumentasi, foto, dan

tes.

HASIL

Penggunaan flash fiction ini telah

dipraktikkan di kelas menulis esai untuk

mahasiswa bahasa Inggris angkatan 2013

di STKIP PGRI Pasuruan. Sebelum hasil

kegiatan dipaparkan, akan lebih baik untuk

mengetahui karakteristikflash fictionyang

dipakai. Terdapat tiga jenis cerita pendek

dengan rentang kata 500 – 2000 kata yang

dipakai, dan ditulis oleh tiga pengarang

yang berbeda. Yang pertama adalah The

Lady or The Tiger karangan Frank

Stockton dengan jumlah 2.722

kata.Namun cerita yang dipakai pada saat

pelatihan penulisan, adalah cerita yang

telah disederhanakan dengan jumlah kata

sekitar 2000 dengan tingkat kesulitan

tinggi dalam hal kosakata dan struktur

bahasa.Flash fictionyang kedua adalah

salah satu cerita klasik berjudul The Little

Match Girl karangan Hans Cristian

Andersen yang memiliki 1.021 kata

dengan tingkat kesulitan sedang. Cerita ini

sudah cukup terkenal karena telah sering

muncul di layar televisi dalam versi film

kartun.Flash fictionyang ketiga adalah The

Giving Tree dengan jumlah 623 kata.

Selanjutnya, akan dideskripsikan hasil dari

penggunaan flash fiction untuk menulis

teks argumentasi yang dipaparkan dalam

tabel berikut.

Tabel 1. Deskripsi Kemampuan Menulis

Esai Argumentasi The Lady or The Tiger

No Kriteria The Lady or The Tiger

(Frank Stockton)

Ya % Tidak %

1 Kemampuan menyata-

kan pendapat dalam kalimat tesis di paragraf

pertama

22 9% 2 8

%

2 Membuat refutation 2 9% 20 90

%

3

Pengembangan para-graf

dengan memberi contoh

minimal dua dari minifiction yang dibaca

0 0% 24 10

0

%

4 Membuat kesimpulan

yang merefleksikan isi

argumentasi

6 25% 18 75

%

5 Jumlah kata yang

dihasilkan. > 200 kata

11 46% 13 54

%

Page 6: MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK …

89

Tabel 2 . Deskripsi Kemampuan

Menulis Esai Argumentasi The Little

Match Girl No Kriteria The Little Match Girl

(Hans Cristian Andersen)

Ya % Tidak %

1 Kemampuan menyata-

kan pendapat dalam

kalimat tesis di paragraf pertama

21 100 0 0

2 Membuat refutation 5 24% 16 76

%

3

Pengembangan para-graf dengan memberi contoh

minimal dua dari

minifiction yang dibaca

20 95% 1 5%

4 Membuat kesimpulan

yang merefleksikan isi

argumentasi

15 71% 6 29

%

5 Jumlah kata yang dihasilkan. > 200 kata

18 86% 3 14%

Tabel 3. Deskripsi Kemampuan Menulis

Esai Argumentasi The Giving Tree

No Kriteria The Giving Tree

(Shell Silverstain)

Ya % Tidak %

1 Kemampuan menyata-kan pendapat dalam

kalimat tesis di paragraf

pertama

21 95% 1 5%

2 Membuat refutation 6 28% 15 72

%

3

Pengembangan para-graf

dengan memberi contoh minimal dua dari

minifiction yang dibaca

5 23% 17 77

%

4 Membuat kesimpulan yang merefleksikan isi

argumentasi

9 41% 13 59%

5 Jumlah kata yang

dihasilkan. > 200 kata

12 55% 10 45

%

Tabel 1,2,dan 3 diatas menunjukkan

bahwa, flash fictiondengan kosakata dan

struktur bahasa yang sulit, seperti The

Lady or the Tiger tidak memudahkan

mahasiswa untuk menulis teks

argumentasi dengan cukup baik. Hal ini

dapat dilihat bahwa tidak ada satupun

mahasiswa yang mampu mengembangkan

paragraf dengan memberi contoh dari

cerita yang dibaca. Sebaliknya, cerita fiksi

dengan tingkat kesulitan sedang, seperti

The Little Match Girl mampu membuat

hampir seluruh mahasiswa (95%)

mengembangkan paragrafnya dengan

cukup baik. Secara keseluruhan,

kemampuan mahasiswa menulis teks

argumentasi dengan menggunakan flash

fictiondapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Kemampuan Menulis Esai

Argumentasi denganFlash Fiction

N

o

Kriteria Jml

total

mhs

(N)

Kemampuan secara

umum

Ya % Tida

k

%

1 Kemampuan

menyatakan penda-pat

dalam kalimat tesis di paragraf pertama

67 64

96

%

3 4

%

2 Membuat Refutation 67 13 19

%

54 81

%

3

Pengembangan paragraf dengan

memberi contoh

minimal dua dari minifiction yang

dibaca

67 25

37%

42 63%

4 Membuat kesimpulan

yang merefleksikan isi argumentasi

67 30

45

%

37 55

%

5 Jumlah kata yang

dihasilkan. > 200 kata

67 41

61

%

26 39

%

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa

dengan menggunakan flash fiction,

mahasiswa pada umumnya mampu

membuat karangan argumentasi dengan

cukup baik, meskipun sepertinya membuat

refutation atau kalimat penyangkalan

masih cukup sulit bagi mahasiswa secara

umum. Hal ini dapat dilihat bahwa hanya

19% dari total mahasiswa yang mampu

membuat kalimat penyangkalan.

Sementara itu, dari 64 mahasiswa, 96%

diantaranya, mampu membuat kalimat

tesis di paragraf pertama yang berisi

tentang ide pengontrol yang selanjutnya

dikembangkan di paragraf selanjutnya,

meskipun di dalamnya tidak terdapat

kalimat penyangkalan. Namun, sangat

disayangkan, masih banyak mahasiswa

yang belum mampu mengembangkan ide

pengontrol tersebut pada paragraf inti

(63%). Kebanyakan dari mereka masih

belum mampu memberi dua contoh

relevan yang sebenarnya dapat di ambil

dari cerita yang mereka baca dan

berhubungan dengan topik yang mereka

tulis. Selanjutnya, meski 61% mahasiswa

telah mampu memproduksi jumlah kata

yang lebih dari 200 kata dalam esainya,

Page 7: MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK …

90

banyak dari kata dan kalimat yang

dihasilkan tidak menggunakan tata bahasa

Inggris yang baku dan benar. Oleh karena

itu, masih banyak yang perlu dilakukan

oleh dosen untuk meningkatkan

kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa

terutama dalam membuat esai yang padu

agar ide yang ditulis dapat membentuk

suatu kepaduan dan keterkaitan.

PEMBAHASAN

Dalam kegiatan pembelajaran,

mahasiswa diberi kesempatan untuk

memahami isi flash fictiontersebut melalui

diskusi kelompok dan diskusi kelas selama

10 menit. Terdapat beberapa media

pengajaran yang dipakai, yaitu video yang

diunduh dari YouTube, LCD, dan gambar.

Untuk flash fictionThe Little Match Seller,

mahasiswa diminta untuk membandingkan

versi tulis dan versi film dari cerita yang

sama yang nanti akan ditulis dalam esainya

dengan menggunakan paragraf

pengembang Comparison and

Contrast.Setelah membaca cerita tersebut

sekitar 10 menit, mahasiswa kemudian

diminta untuk melihat versi filmnya uang

diunduh dari You Tube, berdurasi sekitar 7

menit. Setelah melakukan diskusi tentang

persamaan antara versi tulis dan versi

filmnya dalam hal elemen intrinsiknya,

mahasiswa kemudian diminta untuk

menulis draft awal tentang perbedaan dan

persamaan antara keduanya selama 15

menit. Aktifitas pembelajaran berikutnya

adalah menulis esai minimal 250 kata

selama 30 menit berdasar draft awal yang

telah dibuat. Dibawah ini, disajikan salah

satu hasil karangan mahasiswa dengan

tanpa refutation. In writing class, I have given a

story entitled “The Little Match Girl” by

H.C. Anderson. I have seen the movie

version as well. “The Little Match Girl”

is a story about a little girl who sold

match during the snow in the last day of

New Year eve. She has offered the

matches she sold to whomever who

passed the street, but nobody was willing

to buy the matches. She was afraid to

back home because her father would

scold at her when she could not sell one

of the matches. Because of the cold, she

burnt some matches to make her body

became warm while imagining what she

wanted to happen to her. She finally died

because she could not stand the cold.

However, both of the written and movie

version have some similarities and a

difference.

Both of the two versions have

flash forward plot. The story began in

the cold of New Year eve, when the little

girl sold the matches. But no one of the

matches was sold. She did not go home

because she was afraid if her father

would scold her. She tried to make

herself warm by burning the matches she

sold until she has run out of the matches.

Then finally she died because of the

cold.

Loneliness is the theme of both

the written and the movie version. The

story tells about the little match girl who

had no one to accompany her except her

cruel father who did not care about her.

When she sold the matches then had a

rest because feeling tired with no one

was there and accompany her also shows

her loneliness.

When she sat down at the corner

of the house reflects the setting place

both in the written and the movie

version. The story was happened in the

night of New Year eve shows the setting

of time in the two versions. Both in the

written and movie version shows a sad

circumstance, when the little girl could

sell any of the matches and had no one to

share what she felt at that time.

In contrary, the character is

different in both of the two versions. In

the movie version, there was a dog

which had a role in the story. The dog

gave food to the little girl in exchange of

her kindness of giving food to the dog.

In conclusion, both of the written

and the movie version have the same

plot, theme, setting. But both of them are

different in the character (Fitrotul A,

2013 C, 423).

Dari contoh karangan diatas, dapat

dilihat bahwa mahasiswa mampu

menunjukkan argumentasinya dan

menguraikan persamaan dan perbedaan

antara versi asli cerita pendek karangan

H.C Andersen dan versi filmnya. Fitrotul

mampu membandingkan dua versi cerita

tersebut dilihat dari alur cerita, setting dan

Page 8: MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK …

91

tema. Dia juga mampu menunjukkan

perbedaan kedua versi cerita tersebut

dalam hal tokoh cerita.Namun sangat

disayangkan bahwasannya Fitrotul tidak

mengelaborasi lebih jauh tokoh cerita

dalam cerita pendek The Little Match Girl

tersebut.

Berikut adalah contoh karangan

mahasiswa yang berisi kalimat refutation

/penyangkalan di paragraf pertama.

Kalimat refutation ini pada dasarnya

menyatu dengan thesis statement. Berikut

contoh yang disajikan. My lecture gave me a

paper when I atterded in class.In

paper ,there is a short story.She

ask me to read and showed me

audio with the same title. We

discussed what is the

differences and similarites

about .the short story entittled

“The Lilttle Match Girl „‟ by

H.C Anderson in the original

version and audio version. My

friend said that there are many

differences between the story

and the movie, but I think there

is only one differences in term

of character and one similarites

in terms of setting.

The differences between

the original version and audio

version of character is the mai

character and the cloth.Main

character in original version is

the gril didn;t have a friend, she

is alone sellery the match. In

audio version she help ,a dog

,she gave a foot to dog and the

dog alwasy followed the girl to

sell the match until the end of

story the dog followed girl.The

second is what the girl wear the

original version she didn‟t wear

shoes or slipper but in audio

version they wear shoes.

Similarities in bot type ,is

in the weather in the audio and

original version the weather is a

snow in street. In

conclution original version and

audio version have different and

similarities of each character

and setting. (Choirul, 2013

C,222 words)

Choirul mampu membuat

refutation pada kalimat tesisnya dengah

menyangkal pendapat temannya. Hal ini

terlihat pada paragraf pertama pada baris

kelima. My friend said that there are many

differences between the story and the

movie, but I think there is only one

differences in term of character and

one similarites in terms of setting.

...........

Pada tahap belajar membuat

kalimat argumen, kalimat penyangkalan

diatas sudah mencukupi. Mahasiswa

tersebut mengakui pendapat orang lain

yang mengatakan bahwa “ada banyak

perbedaan antara versi film dan cerita

pendeknya”, namun dia mampu

menyangkalnya dengan mengutarakan

pendapatnya bahwa “hanya ada satu

perbedaan dan satu persamaan saja”. Bila

dilihat dari struktur bahasa, kosakata, dan

ejaan bahasa dari karangan mahasiswa ini,

banyak sekali kesalahan tata bahasa yang

dilakukan, misal one differences, one

similarities, the differences,, she is alone

sellery the match, dan beberapa lainnya.

Dalam hal kosakata, terdapat kesalahan

kosakata yang dapat mengubah makna

kalimat secara keseluruhan, misal she gave

a foot to dog, yang seharusnya she gave

some food to the dog. Contoh dalam

kesalahan ejaan adalah conclution yang

seharusnya conclusion dan beberapa

lainnya. Terlepas dari itu semua, bila

dilihat esai diatas secara keseluruhan,

mahasiswa tersebut telah mampu membuat

esai argumen sederhana dengan

mengambil beberapa contoh nyata yang

diambil dari cerita yang dibaca.

Dibawah ini, disajikan karangan

argumen mahasiswa dengan jumlah kata

lebih dari 250 kata, yang mana didalamnya

terdapat kalimat tesis dan kalimat

penyangkalan. The story entitled “ The Little

Match Girl” written by Hans Christian

Anderson in the original version and

movie (audio visual ) version has

several differences, in terms of character

and several similarities in terms of

setting and theme. It is my first time read

this touching story. My lecturer gives

Page 9: MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK …

92

the two kinds of the story. First is the

original version written by H.C.

Anderson and second is the movie

(audio visual) version. Both of the story

version are very touching. If some of my

friend think that there is only one

similarity and one difference, actually,

there are some similarities but also there

are differences thing. This is what we

gonna talk about.

In the original version of the

story, especially in character point, there

was a little girl who sell match in the

snow. She was a poor little girl alone.

She walked on with her tiny naked feet,

that were quite red and blue from cold.

She brought a quantity of matches in an

old apron, and she held a bundle of them

in her hand, and so on. But, if we try to

enjoying the story from the movie

version, we would like to get the

differences. Firstly from the character is

the girl. In the movie version, the girl

was not alone. There was a little dog

with her. The dog was very cute, smart

and care with the girl. She walked on

with her old shoes. She met a little boy

that she thought He would to buy her

matches. But, he was not buying it, she

stole the match. Oh, what a pity girl. He

was very afraid the father getting angry

with her if the match was not sold out.

But, there is also several

similarities in terms of setting and

theme. In the original version the setting

place is in a corner formed by two

houses. She light the first match with the

dreaming about a large iron stone. The

second match with the dreaming about

enjoying meat and delicious food and

etc. from the movie version there are

same setting and theme but more

dramatically because we can see the

movie and the slow sound ( touching

sound)

From the written above, we

can take a simple conclusion that in the

original version and movie version is has

several differences and similarities. But,

over all ..the story is very touching story.

Thanks for H.C Anderson for written

this touching story and also for my

lecturer to show me the video.

(Mazziyatus, 2013, 426 kata)

Dari karangan diatas, dapat dilihat

kalimat penyangkalan yang tergabung

dalam kalimat tesisnya yang dibuat oleh

Mazziyatus, yaitu

If some of my friend think that there is

only one similarity and one difference,

actually, there are some similarities but

also there are differences thing.

Terlepas dari kemampuannya

membuat penyangkalan dalam kalimat

tesis dan pengembangan paragraph yang

baik pada paragraph-paragraph

selanjutnya, bila dibaca dengan hati-hati,

karangan diatas banyak terdapat kesalahan

dalam hal tata bahasa dan spelling.

Beberapa diantaranya adalah there was a

little girl who sell match in the snow dan

He would to buy her matches. Namun

karena penilaian hasil kerja mahasiswa

tidak menitik beratkan pada tatabahasa,

maka hal-hal diatas dikesampingkan.

Dilihat dari tingkat kesulitannya,

secara keseluruhan, dari tabel 1 diketahui

bahwa mahasiswa sulit mengembangkan

esai mereka dengan menggunakan cerita

pendek The Lady or The Tiger.Hal ini

cukup dipahami karena cerita ini memiliki

tingkat kesulitan yang tinggi dalam hal

kosakata dan tata bahasa.Hal ini tentulah

membuat mahasiswa kesulitan untuk

menulis dan menuangkan idenya karena

mereka menjadi terpaku dan tergantung

dengan kamus.Pada tahap pra-menulis,

mereka telah mendapatkan kesulitan untuk

memahami cerita.Karena mereka terlalu

fokus pada cerita yang dibaca, waktu

menjadi banyak tersita untuk kegiatan

membaca. Oleh karena itu, pada saat tahap

menulis tiba, mereka menjadi tidak punya

cukup waktu untuk menuangkan idenya

dan menghasilkan tulisan yang baik karena

waktu untuk merevisi dan mengedit tulisan

menjadi sangat berkurang.

Berdasar hal ini, terdapat beberapa

beberapa hal yang perlu diperhatikan bila

akan menggunakan karya sastra, dalam hal

ini cerita pendek, untuk mengasah

keterampilan menulis mahasiswa.

Beberapa hal diantaranya adalah panjang

pendeknya cerita, tingkat kesulitan

kosakata dan tatabahasa, dan tingkat

kompleksitas alur cerita.

Page 10: MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK …

93

Yang pertama, cerita yang dipilih

hendaknya tidak terlalu panjang. Tidak ada

jumlah baku tentang jumlah kata yang ada

dalam suatu cerita pendek. Cerita pendek

yang terlalu panjang akan membuat

mahasiswa cepat kehilangan rasa

tertariknya untuk terus membaca. Selain

itu, dosen juga akan kesulitan mengatur

tahapan pengajaran agar waktu menulis

tidak banyak tersita dengan kegiatan

membaca cerita tersebut. Oleh karena itu,

batasan jumlah kata harus dipatuhi.

Yang kedua, tingkat kesulitan

tatabahasa dan kosakata juga harus

diperhatikan. Cerita pendek yang

mempunyai tingkat kesulitan bahasa dan

kosakata yang tinggi, misalnya The Lady

or the Tiger oleh Frank Stockton dapat

membuat mahasiswa kehilangan minat

untuk membaca. Tingkat kesulitan yang

tinggi dalam hal tata bahasa dan kosakata

akan membuat mahasiswa cepat bosan dan

tidak termotivasi untuk menikmati

bacaannya karena mereka akan lebih

sering melihat kamus untuk mencari

makna kata yang sulit daripada memaknai

cerita pendek itu sendiri. Oleh karena itu,

sebaiknya dosen memilih jenis cerita

pendek dengan tingkat kesulitan tatabahasa

dan kosakata sedang.

Yang ketiga, tingkat kompleksitas

alur cerita juga perlu mendapat perhatian.

Cerita pendek dengan tingkat kompleksitas

tinggi akan membutuhkan waktu lama

untuk memahami alur ceritanya. Sebagai

konsekuensinya, waktu pengajaran akan

banyak dihabiskan untuk diskusi

kelompok/kelas. Bila hal ini terjadi, maka

waktu yang seharusnya dipakai untuk

mahasiswa menulis, akan banyak tersita

untuk kegiatan lain selain menulis.

Selain itu, terdapat beberapa

permasalahan yang mungkin ditemukan

dalam penggunaan flash fiction. Beberapa

permasalah yang mungkin timbul adalah

tentang dimana mencarinya, bagaimana

memilih materi yang cocok, dan apakah

materi tersebut tidak terlalu sulit bagi

mahasiswa. Berdasar hasil pelatihan dan

diskusi dengan dosen pengajar mata kuliah

menulis esai, diperoleh beberapa solusi

untuk memecahkan masalah yang mungkin

timbul seperti yang disebutkan diatas.

Untuk menemukan materi flash

fictionyang dapat dipakai untuk

pembelajaran bahasa, dosen dapat

mendapatkannya dengan mudah

melaluimesin pencari di internet. Beberapa

web yang bisa dikunjungi adalah:

1. http://www.shortbreadstories.co.uk/sto

ry/browse/text/genre/flash_fiction/. Di

web ini, dosen bisa menemukan

banyak sekalicerita pendek kategori

flash fiction. Para penulis cerita

pendek ini menulis ceritanya dengan

batasan kata dari 300-1000 kata.

2. http://www.creative-writing-

now.com/short-short-stories.html. Di

web ini, ada juga banyak kumpulan

flash fiction yang ditulis oleh banyak

pengarang muda. Rentang jumlah

kata yang dipakai juga masih sekitar

300-1000 kata.

Selain itu, dosen juga bisa mencari

cerita pendek dalam bentuk audio

visual yang banyak terdapat di

youtube. Untuk mencari di youtube,

dosen menentukan temanya terlebih

dahulu sebelum mulai mencarinya di

internet, misal cerita pendek bertema

persahabatan, ibu, alam, anak,

binatang, kasih sayang, dll. Ketik

salah satu tema ini di mesin pencari di

youtube, maka akan banyak sekali

yang dapat dipilih.

Permasalahan yang kedua adalah

menyangkut pemilihan materi yang

cocok.Untuk memilih materi yang cocok,

dosen harus memahami karakteristik

kemampuan mahasiswa dan kompetensi

dasar yang ingin dicapai. Bila kemampuan

mahasiswa homogen dan masuk dalam

kategori diatas rata-rata, maka cerita

pendek yang dipilih tentulah yang lebih

panjang dari kategori flash fiction yang

ada, misal cerita pendek dengan kisaran

kata 1000-2000 kata dengan tingkat

kompleksitas tatabahasa dan kosakata

sedang. Bila kompetensi dasar yang ingin

Page 11: MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK …

94

dicapai adalah menulis teks argumentasi,

maka cerita pendek yang dipilih haruslah

cerita yang mampu memberi banyak

pilihan pada pembacanya sehingga mereka

dapat menentukan sikap, baik itu

setuju/tidak setuju, pesan cerita, atau

bahkan kritik terhadap karya sastra

tersebut.

KESIMPULAN

Berdasar hasil penelitian

disimpulkan bahwa flash fiction dapat

membantu para pembelajar bahasa asing,

dalam hal ini pembelajar bahasa Inggris,

untuk belajar menulis teks argumentasi.

Namun ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan bila flash fictionakan dipakai

untuk belajar menulis esai, yaitu tingkat

kesulitan tatabahasa dan kosakata dari

cerita tersebut, kekompleksitasan alur

cerita, dan panjang pendeknya flash

fictionyang dipilih. Agar dapat digunakan

secara maksimal di kelas menulis esai,

flash fictionyang dipilih harus dalam

tingkat kesulitan sedang dengan jumlah

kata dibawah 1000 kata. Hasil pelatihan

juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang

diberi flash fictiondengan tingkat kesulitan

sedang dan tidak terlalu panjang

menunjukkan kinerja menulis yang lebih

baik daripada kelas yang diberi flash

fictiondengan tingkat kesulitan tinggi

dengan panjang cerita sekitar 2000 kata.

Selanjutnya, dapat pula disimpulkan

bahwa hasil tulisan mahasiswa yang

menggunakan flash fictiondengan dengan

jumlah kata dibawah 1000, menunjukkan

bahwa mereka mampu menyatakan

pendapat dalam esai argumentasinya

melalui kalimat tesis di paragraf pertama,

mengembangkan paragraf inti dengan

mengambil contoh dari event/elemen yang

ada di dalam cerita, membuat kesimpulan

pada paragraf terakhir yang merefleksikan

isi karangannya, dan mampu menghasilkan

jumlah kata lebih dari 200 kata dalam

karangannya.

Penggunaan karya sastra untuk

melatih keterampilan mahasiswa menulis

teks argumentasi tidak hanya dapat

mengasah keterampilan mereka menulis

jenis teks ini, namun juga mampu

meningkatkan kemampuan analisis dan

berpikir kritis mahasiswa.

SARAN

Sebagai materi otentik, flash fiction

dapat dimanfaatkan untuk menulis

beragam jenis teks. Karena itu, kepada

peneliti selanjutnya disarankan

menggunakan flash fiction untuk

mengembangkan kemampuan menulis teks

selain argumentasi, misalnya teks

eksposisi dengan beragam polanya atau

teks persuasi. Selain dapat dimanfaatkan

untuk membantu meningkatkan

kemampuan menulis, teks flash fiction

dapat pula dimanfaatkan sebagai materi

pembelajaran berbicara. Menjadikan tema,

plot, pengembangan karakter, amanat

serta sarana cerita yang lain dalam flash

fiction sebagai bahan diskusi, materi debat,

atau acuan bercerita lisan, tentunya dapat

melatih kemampuan berbicara peserta

didik.

DAFTAR PUSTAKA

Aalkadri.2014. Flash Fiction collection,

(online),

(http://www.wattpad.com/ story/

21491525-flash-fiction-collection-

by-ahmad-alkadri), diakses 20

Maret 2015).

Atmazaki. 2007. Kiat-kiat Mengarang dan

Menyunting. Padang: UNP Press.

Chopin, Kate. 2013. Delphi Complete

Works of Kate Chopin

(Illustrated). Ebook of Delphi

Classics, (online),

(https://books.google.co.id/books?

20%20 Chopin&f), diakses 20

Maret 2015).

Gordon, Christine J. 1990. Modeling an

Expository Text StructureStrategy in

Think Alouds. Reading Horizon. Vol

Page 12: MENDAYAGUNAKAN GENRE SASTRA FLASH FICTION UNTUK …

95

31 (2). (Online)

(http://scholarworks.wmich.

edu/cgi/viewcontent.cgi?

article=1608&context=reading_horiz

ons), accessed 6 Juni 2015.

Ilham. 2015. Hitungan Mundur:

Kumpulan Cerpen dan Flash

Fiction, (online),

(https://hitunganmundur.wordpres

s.com/, diakses 20 Maret 2015).

Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan

Narasi: Komposisi Lanjutan III.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Milles, M.B.& Huberman, M.A. 1992.

Analisis Data Kualitatif.

Penterjemah: Tjetjep Rohendi

Rohidi. Jakarta: UI.

Norquist, Richard. 2015. Rebuttal,

(online),

(http://grammar.about.com/od/rs/g

/ rebuttalterm.htm), diakses 12

Maret 2015).

Notes, Cliffs. 2014. What is a definition of

short story? (online)

(http://www.cliffsnotes.

com/cliffsnotes/literature/what-is-

a-definition-of-short-story),

diakses 21 Maret 2015.

Oshima, Alice & Hogue, Ann.

(1988).Introduction to Academic

Writing.New York:Addison-

Wesley Publishing Company, Inc.

Poe, Edgar Allan. Tanpa Tahun. The

Philosophy of

Composition.(Online) (http://

shortstoryamerica.com/pdf_classic

s/poe_philosophy_of_composition

.pdf), diakses 21 Maret 2015.

Purbarini, dkk. 2006. Pengajaran

Keterampilan Berbahasa melalui

Kajian Sastra, (online),

(http://digilib.unimed.ac.id,

diakses 31 Mei 2015).

Semi, M. Atar. 2007. Dasar-dasar

Keterampilan Menulis. Bandung:

Angkasa.

Schwedt, racel dan Delong, Janice A.

2007.Using Children‟s Literature

to Teach Writing, (online),

(http://digitalcommons.

Library.edu/lib_fac_pubs/23,

diakses 31 Mei 2015).

ShortBreadStories. 2015. Read Flash

Fiction, (0nline)

(www.shortbreadstories. co.uk/

story/

browse/text/genre/flash_fiction/),

diakses 20 Maret 2015).

Sustana, Chaterine. 2015. What Is Flash

Fiction?, (online),

(http://shortstories.

about.com/od/Flash/a/What-Is-

Flash-Fiction.htm), diakses 21

Maret 2015).