150

Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: [email protected]; [email protected]

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com
Page 2: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati di Universitas Sosial, Penulis: Hadini, M.Ag,Editor: Dr. Abd. Wahid, M.AgPenerbit: SEARFIQH Banda Aceh.

Penulis:Hadini, M.Ag

Editor:Dr. Abd. Wahid, M.Ag

Design Sampul:Awfa Tsaqiyya

Cetakan I, Safar 1438 H / November 2016 MISBN: 978-602-1027-23-3

Diterbitkan Oleh:Forum Intelektual al-Qur’an dan Hadits Asia Tenggara

(SEARFIQH), Banda AcehJl. Tgk. Chik Pante Kulu No. 13 Dusun Utara,

Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh, 23111HP. 08126950111

Email: [email protected];[email protected]: al-muashirah.com

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Page 3: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt dengan segalarahmat dan inayah-Nya penulisبسم هللا الرحمن الرحیم telah dapat menyelesaikankarya ini dengan judul Mendidik Hati di Universitas Sosial.Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada RasulullahSaw yang kehadirannya menjadi rahmat sekalian alam.Buku ini penulis ketengahkan sebagai salah satu upayamemotivasi penulis sendiri dan masyarakat secara luas, untukmenjadikan segala aktifitas ibadah sebagai wahanapembelajaran. Potensi ibadah-ibadah ini dapat diibaratkansebagai sumber pengetahuan yang tidak terbatas luasnya.Proses penyelesaian buku ini penulis sadari tidak akanmencapai tahap finishing tanpa peran dan bantuan berbagaipihak. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak terutama kepada Bapak Dr. Abd.Wahid, M.Ag, selaku editor buku ini, dan pihak penerbit dalamhal ini team Divisi penerbitan SEARFIQH Banda Aceh, yangselalu mendorong penulis untuk dapat menyelesaikan tulisanini. Tanpa dorongan tersebut tentu saja buku ini tidak akanpernah hadir ke tangan pembaca.Akhirnya, penulis menyadari bahwa masih terdapatkekurangan dalam penerbitan buku ini. Oleh karena itu, penulismengharapkan masukan dan kritik konstruktif pembaca untukkesempurnaan buku ini ke depan. Semoga bermanfaat danmenjadi amal yang diridhai Allah Swt. AmiinBanda Aceh, 21 November 2016Penulis

Page 4: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR /iiiDAFTAR ISI/ ivBAGIAN PERTAMAPENDAHULUAN / 1BAGIAN KEDUAMENEMBUS JANTUNG IBADAHA. Spiritulitas Foreplay Ramadhan >>5B. Takhalli Ramadhan >> 10C. Puasa membunuh Marx, Freud dan Machiavelli >> 14D. Psikologi puasa >> 19E. Puasa Sufistik >> 24F. Puasa bicara >> 29G. Bertajalli dengan puasa >> 33H. Puasa sufistik menurut neurosains >> 42I. Menuzulkan al Qur’an >> 37J. Menjaga Takwa dengan Melayani >> 42

Page 5: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

v

BAGIAN KETIGAHUMANISME HAJIA. Fikih Prioritas dalam Hajji >> 59B. Hajji dan Enterpreneurship >> 65C. Bertaqarrub dengan Qurban >> 69D. Cinta Ibrahim VS Cinta Kita >> 73BAGIAN KEEMPATMENDIDIK HATI DI UNIVERSITAS SOSIALA. Muhammad juga Manusia >> 77B. Hijrah menuju Ukhwah >> 82C. Fikih Giok >> 85D. MTQ vs Sepak Bola >> 95E. Teologi Lingkungan >>101F. Inocence of Muslim >> 108G. Kurikulum kematian >> 112H. Menyoal materi ceramah maulid >> 118I. Pesan tengku khatib >> 109J. Prestasi atau prestise >> 115K. Mencari Dokter Spiritualis >> 117L. Etika memberi >> 121M. Menjumpai Tuhan di Pasar >> 125N. Psikologi aliran sesat >> 129O. Save gajah save manusia >> 133P. Konsep Islam tentang Lahan >> 137Q. Santunnya Syafi’i dalam Berbeda >> 141

Page 6: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

vi

Page 7: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 1

BAGIAN PERTAMAPENDAHULUAN

Entah berapa banyak sudah energi yang terkuras untukmewujudkan cita-cita pembentukan manusia yang unggul,yang “bangunlah jiwanya” dan “bangunlah badannya”sebagaimana yang selalu kita dengungkan dalam lagu“Indonesia Raya”. Sudah banyak program-program unggulanyang digulirkan untuk menjadikan manusia yang seutuhnya.Sudah tak terhitung lagi seminar dan loka karya yangdiselenggarakan, kurikulum pun sudah digonta ganti seiringdengan pergantian para menteri, sekolah unggul bermunculandi mana-mana, bahkan bertaraf internasional, begitupunpenyediaan sarana dan pra sarana juga telah berdiri gagah dimana-mana.Lalu, apakah gerangan hasil yang telah didapat darisederatan usaha-usaha semua itu? Sudahkah kitamendapatkan manusia-manusia yang kita harapkan“bangunlah jiwanya” dan “bangunlah badannya”. Bila melihat

Page 8: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

2 | Hadinikenyataan, sepertinya kita bisa berkata bahwa saat ini kitahanya bisa “membangun badannya”, kita akui bahwa sudahbanyak lembaga-lembaga pendidikan yang dibangun, sudahribuan pula sarjana-sarjana yang ditelurkan. Namunsayangnya, seringkali lulusan-lulusan yang telah dihasilkantampil menyebalkan, seringkali lulusan-lusan yang bergelarsarjana, bahkan profesor itu mempertontonkan perbuatan-perbuatan yang kurang ramah, seperti korupsi, sampaimenjual ilmunya untuk memuaskan syahwat dan kepentinganpribadi dan kelompoknya. Tidak jarang kita melihat danmendengar baik di TV atau media massa bahwa banyak sekalitokoh-tokoh, pejabat dan politisi yang sudah bergelar sarjanaitu berurusan dengan lembaga hukum, mulai dari tertangkapKPK, tertangkap polisi, masuk pengadilan dan sebagainya.Sepertinya pendidikan kita belum menyentuh harapankita agar “bangunlah jiwanya”. Pendidikan yang berjalanselama ini rasanya begitu hambar dan belum menyentuh jiwamanusianya. Hal ini bahkan bisa kita rasakan saat prosespendidikan berlangsung, mulai dari rekruitmennya yangharus dari kalangan berdompet tebal, proses belajarnya yangmekanis layaknya seperti robot bahkan aksi-aksi kekerasanyang kerap dipertontonkan. Tentu wajar jika kita kecewadengan hasilnya, karena yang masuk dan pengolahan yangsudah menyimpang tentu hasilnya juga turut menyimpang.Berkaca dari pengalaman tersebut tampak bahwapersoalan utama mengapa “bangunlah jiwanya” belumoptimal saat ini adalah karena pendidikan yang kita jalankanselama ini, baik di keluarga, sekolah dan masyarakat belummenyentuh hati. Karenanya semua kita tentu harus turutbertanggung jawab untuk menyuguhkan dan menyediakanusaha-usaha nyata untuk menyentuh hati masyarakat kitadengan memaknai setiap peristiwa yang melewati kehidupankita, tidak hanya di lingkungan sekolah, tapi juga dalam

Page 9: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 3lapangan kehidupan yang lebih luas lagi, baik keluarga ataulapangan sosial, sehingga harapan untuk “bangunlah jiwanya”yang ditandai manusia-manusia yang berkarakter danberakhlak tercapai hendaknya.*

Page 10: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

4 | Hadini

Page 11: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 5

BAGIAN KEDUAMENEMBUS JANTUNG IBADAH

A. Spiritualitas Foreplay RamadhanMengapa Tuhan menciptakan alam semesta inibertahap selama enam masa (fi sittati ayyam)? BukankahTuhan mampu menciptakannya dengan sekaligus saja,?Bukankah Tuhan pernah berkata kun fa yakun?. Sebenarnya dibalik penciptaan yang bertahap itu ada hikmah dan rahasiayang hendak diajarkan oleh Allah kepada kita untuk kita ambilpelajaran. Tuhan sebenarnya hendak mengajarkan bahwamanusia harus melaksanakan segala sesuatu secara bertahap,tidak hanya memikirkan hasil akhir dan tidak berharap segalasesuatu terjadi secara instan, akan tetapi juga harus melihatproses dan tahapannnya, karena di balik proses tersebut

Page 12: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

6 | Hadiniterkandung banyak nilai-nilai dan pelajaran yang harusdipetik, seperti kesabaran, tanggung jawab dan berbagaipelajaran lainnya. Oleh karenanya, kita harus mengikuti segalasesuatu sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada, mulai daritahap pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, kita harusmenjalani mana yang tahap pendahuluan, mana yang prosesdan mana yang terakhir.Pendahuluan Sebelum RamadhanJika kita berharap mendapatkan puasa yangberkualitas di bulan Ramadhan nanti, maka kita juga harusmemperhatikan tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Salahsatu tahap penting sebelum melaksanakan puasa Ramadhanadalah tahap pendahuluan, tahap pendahuluan ini merupakansemacam tahap “pemanasan” yang dilakukan sebelum sampaike tahapan inti, yaitu tahap melaksanakan puasa ramadhan.Sehingga dengan kegiatan-kegiatan pendahuluan ini diharap-kan akan bisa mengantarkan kita pada pelaksanaan puasayang berkualitas.Pentingnya kegiatan pendahuluan ini sebenarnyahampir semua ada di setiap kegiatan beribadah danbermu’amalah. Sebagai contoh, dalam hubungan suami isterimisalnya, Rasulullah melarang seorang suami yang men-datangi isterinya tanpa terlebih dahulu mencumbuinya,artinya memperhatikan tahap pendahuluan sebelummendatangi isteri adalah suatu anjuran yang bernilai sunnahyang dapat menciptakan eratnya hubungan suami istri, dalamhadits nabi kegiatan pendahuluan seperti ini disebut jugadengan mula’abah, atau dalam bahasa sekarang sering disebutdengan foreplay atau pemanasan.Sementara di bidang ibadah juga demikian, shalatmisalnya, sebelum melaksanakan shalat, agama memberi

Page 13: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 7tuntutanan agar melaksanakan beberapa kegiatan pemanasanyang mendahuluinya seperti didahului dengan bersuci,memakai baju yang bersih, memakai perhiasan jika memasukimesjid, memakai wangi-wangian, serta menjauhi makanan-makanan yang berbau seperti bawang dan sebagainya,kesemua ini adalah kegiatan-kegiatan pendahuluan danpemanasan yang dilakukan agar shalat yang kita laksanakanmenjadi lebih fokus, khusyu’ dan siap lahir bathin, sehinggamelahirkan aktifitas shalat yang penuh nikmat. Dalam bahasasufi, kegiatan-kegiatan pendahuluan atau foreplay di atasdinamakan dengan riyadhah atau mujahadah, yaitu semacamusaha dan latihan untuk mendekati Allah.Demikian juga halnya dengan puasa, sebelum bulanRamadhan tiba, hendaknya kita dahului dengan kegiatan-kegiatan “pemanasan”, sehingga kita siap secara psikologisdan fisiologis untuk fokus menyambut datangnya “tamuagung” tersebut dengan berbagai amal ibadah dan kebajikanlainnya.Dalam sejarahnya Rasulullah telah memberikantuntunan-tuntunan kepada kita tentang bagaimana seharus-nya kita melakukan “pemanasan” sebelum datangnyaRamadhan. Beberapa di antaranya yaitu Rasulullah mengajar-kan kita untuk berharap kepada Allah agar kita diberikesempatan untuk bertemu bulan Ramadhan, seperti sebuahhadisnya yang mengatakan: ”Ya Allah, berkatilah kami di bulanRajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulanRamadhan”. Demikianlah Rasulullah sejak jauh harisebelumnya sudah mengiba dan memohon kepada Allah agardiberikan kesempatan berjumpa dengan Ramadhan, hal initentunya akan memberikan efek psikologis bagi kita, karena

Page 14: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

8 | Hadiniperasaan harap-harap cemas tersebut akan semakin membuathati kita fokus pada Ramadhan.Selain itu, sebelum Ramadhan tiba, Rasul jugamelakukan “pemanasan“ dengan memperbanyak puasasunnat di bulan Sya’ban, sebagaimana pernah diriwayatkanoleh ‘Aisyah yang mengatakan: “Aku tidak pernah melihatRasulullah menyempurnakan puasa dalam suatu bulan kecualibulan Ramadhan, dan aku tidak melihat beliau memperbanyakpuasa dalam satu bulan kecuali bulan Sya’ban,”(Bukhari).Mengapa Rasul memperbanyak puasa di bulan itu dibandingdengan bulan-bulan yang lain?, tentu banyak hikmah di balikitu, tapi jika ditinjau secara psikologis dan fisiologis, seringnyaRasul puasa sunnat menjelang tibanya Ramadhan tentumerupakan sebuah sikap yang bisa membuat kita lebih fokusdan familiar dengan aktifitas puasa, begitupun secarafisiologis, yang demikian tentu akan membuat fisik kita lebihsiap berpuasa, karena tubuh kita tidak lagi perlu lama-lamauntuk beradaptasi atau penyesuaian diri ketika bulanRamadhan tiba.Selanjutnya Rasul juga menuntun kita untukmelakukan “pemanasan” puasa dengan cara saling ingatmengingatkan kepada para sahabat akan kabar gembiraberupa kedatangan Ramadhan, sebagaimana sebuahungkapannya yang mengatakan “Wahai manusia! Sungguhtelah datang kepada kalian bulan Allah yang membawa berkah,rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah.Hari-harinya adalah hari yang paling utama, malam-malamnya adalah malam yang paling utama....” (hadits).Adanya usaha saling mengingatkan ini tentunya akanmembuat jiwa dan fikiran kita semakin fokus, karenaperasaan yang gembira akan keindahan suasana Ramadhanserta kelebihan-kelebihannya yang berlipat ganda akan

Page 15: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 9membuat kita lebih siap untuk menyambut Ramadhan. Saatini, kita tentu gembira melihat sebagian masyarakat kitaterutama para Pelajar dan Mahasiswa yang sering melakukankegiatan tarhib ramadhan menjelang Ramadhan tiba, ataubuku-buku tentang puasa yang laris manis menjelangRamadhan tiba, yang kesemua itu tentu bentuk “pemanasan”untuk mempersiapkan pemahaman kita tentang Ramadhansehingga kita sudah siap sebelum Ramadhan tiba.Sebenarnya masih banyak lagi tuntunan Rasul tentangapa seharusnya yang perlu kita lakukan menjelang Ramadhantiba. Selain tuntunan yang diajarkan Rasul tersebut, kita jugaperlu mengapresiasi beberapa adat budaya serta kearifanlokal kita yang yang juga mempunyai tradisi melakukan“pemanasan” sebelum Ramadhan tiba, sebagaimana kitamelihat pada budaya ziarah, Meugang , pawai keliling, gotongroyong menyambut Ramadhan, SMS Ramadhan, spanduk-spanduk ucapan penyambutan Ramadhan (terutama paracaleg) dan berbagai bentuk lainnya, yang kesemua itutentunya merupakan ungkapan perasaan kegembiraan yangmembuat kita lebih siap dan lebih fokus menatap tibanyaRamadhan.Oleh karenanya, menjelang Ramadhan ini, alangkahindahnya jika kita mau mempersiapkan diri dengan berbagaikegiatan-kegiatan “pemanasan” Ramadhan sebagaimana yangtelah diajarkan Rasulullah, sehingga begitu Ramadhan tibananti, jiwa dan raga kita telah siap untuk mengisi bulantersebut dengan sebaik-baiknya, dan apabila puasa bisaberhasil kita jalani dengan sebaik-baiknya, maka pada tataranselanjutnya yang demikian itulah yang akan mengantarkankita kepada sasaran akhir puasa, yaitu Taqwa. Dalam literatursufi, taqwa inilah maqam yang paling tertinggi dalam usaha

Page 16: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

10 | Hadiniseorang hamba mendekati Tuhannya, seorang yangmendapatkan Taqwa akan membuat ia merasakan nikmatnyapuncak orgasme spiritual bertemu dengan Tuhannya(bertajalli). Seorang hamba akan selalu merasakan kehadiranAllah, itulah mengapa sebabnya orang puasa tidak maumakan meski pun di kamar sendirian, itu karena seorang yangtaqwa merasakan Tuhan selalu mengawasinya, Tuhan begitudekat, bahkan lebih dekat dari urat lehernya, itulah hakikattaqwa.B. ‘Takhalli Ramadhan’

Ketika bulan Ramadhan tiba, kita akan segera melihatummat muslimin melaksanakan ibadah puasa, kita melihatmereka berpuasa dengan menahan diri untuk tidak makan,tidak minum dan tidak pula melakukan hubungan suami isterimulai dari pagi hari hingga terbit fajar.Namun kita perlu merenungkan, apabila kaummuslimin telah melaksanakan seperti yang demikian, tidakmakan, dan tidak minum, apakah mereka sudah dikatakanberpuasa?, tunggu dulu, jawabannya adalah belum tentu, bisa“ya”, tapi bisa pula “tidak”. Boleh jadi mereka mandapatkanmendapatkan puasa (al shawwam), tapi boleh jadi jugamereka hanya orang-orang yang hanya mendapatkan laparsaja (al jawwa’).Dalam konteks Fikih mungkin boleh jadi mereka yangtidak makan dan minum tersebut dipandang telah melakukanshawm, tetapi dalam pandangan Tasawwuf belum tentumereka melakukan shawm, boleh jadi mereka hanya orang-orang al jawwa’, jadi, dalam konteks Tasawuf, tidak semuaorang yang berlapar dan berhaus-haus di bulan Ramadhan itu

Page 17: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 11berarti berpuasa, bisa jadi mereka hanya sekedarmendapatkan rasa lapar dan dahaga saja.Mengapa ada orang yang tidak makan dan tidak minumtetapi belum dikatakan berpuasa? Ini dikarenakan dalamdunia Tasawuf, Puasa seseorang belum dianggap jika ternyatamasih ada dosa dan kemaksiatan masih berlangsung pada diriseorang, jadi, jika seseorang di bulan Ramadhan menahanlapar dan dahaga namun masih ada dosa dan maksiatbersemayam di hatinya maka yang demikian bukandikategorikan golongan al shawwam tapi mereka adalah aljawwa’, yaitu orang yang hanya mendapatkan lapar dandahaga semata tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasa.Karenanya sangat relevan dengan apa yang pernah dikatakanoleh Rasululullah dalam sebuah hadisnya yang mengatakankam min shaimin laisa lahu min shiyamihi illa alju’i wal ‘athsy(berapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidakmendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dandahaga). Jadi, jangankan mendapat pahala puasa, malah orangyang demikian justru mendapat penderitaan karena lapar dandahaga.Oleh karenanya, dalam menyongsong dan memasukiRamadhan tahun ini, kita harus terlebih dahulu mendorsmeerdan membersihkan diri kita dari berbagai noda dan dosa yangtelah kita perbuat atau yang sedang kita perbuat, karenaruang hati yang masih tersimpan kotoran dosa tidak akan bisadimasuki oleh cahaya kebaikan, sebagaimana sebuah anekdotSufi yang sering mengatakan bahwa “ayam tidak akan pernahmasuk ke dalam kandang yang di dalamnya ada srigala”.Karenanya, sifat-sifat Srigala dan kebinatangan dalam diri kitaharus kita bersihkan dahulu, dalam khazanah Sufi, prosesmelakukan pembersihan dari segala sifat-sifat kebinatangandan dosa-dosa tersebut dinamakan dengan berTakhalli.

Page 18: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

12 | HadiniDi Bulan Ramadhan ini kita harus melakukan Takhallidari dosa-dosa kita kepada Allah dan berTakhalli dari dosa-dosa kita terhadap sesama manusia. Karenanya, dosa-dosakita kepada Allah seperti riya, syirik, munafik, ‘ujub, takabur,takhayyul, khurafat, harus segera dibuang dengan berTakhalli.Begitupun dosa-dosa dengan sesama manusia seperti dendam,iri, dengki, ghibah, fitnah, tajassus/memata-matai, berkata-kata kotor, merampas hak orang lain, menyakiti fisik atau jiwaorang lain dan sebagainya, semuanya harus dimusnahkandengan berTakhalli.Khusus untuk dosa kepada sesama manusia ini, makaia berbeda dengan dosa kepada Allah. Jika dosa kepada Allah,maka ia bisa diampuni dengan bertaubat mohon ampunkepada Allah secara langsung, namun berbeda dengan dosakepada sesama manusia, maka untuk menghapusnya tidakbisa langsung mohon ampun kepada Allah sebelum kitaterlebih dahulu memperbaiki hubungan antar sesama. Itulahmengapa sebabnya Rasulullah suatu ketika pernah tidak maumenshalatkan seorang sahabat dekatnya yang meninggalkarena yang bersangkutan masih memiliki hutang. Itu pulalahsebabnya mengapa dalam surat al Ma’un mengatakan adaorang yang Shalat tapi celaka, karena suka menghardik anakyatim. Ini artinya bahwa Allah tidak akan menyelesaikanurusan kita selagi urusan kita dengan antar sesama manusiabelum selesai.Jadi, di bulan Ramadhan ini kita harus bersih darisegala dosa-dosa di atas, baik dosa kepada allah maupun dosakepada sesama manusia. Namun jika dosa-dosa di atas masihada dan terus kita lakukan, maka jangan berharap kita akanmendapatkan kado pahala dan berbagai keistimewaan-keistimewaan lainnya dari Ramadhan. Jika kita masihmemelihara kata-kata kasar dan caci maki kepada sesama, ituberarti kita belum dikatakan al shawwam, tapi hanya sebatas

Page 19: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 13sebagai orang yang al jawwa’ saja. Suatu ketika Rasulullah sawpernah mendengar seorang ibu yang sedang mencaci makibudaknya, melihat kejadian itu Rasulullah saw menyuruh parasahabat untuk memberikan makanan kepada si ibu tersebut,Rasulullah pun menyuruh dengan mengatakan “makanlah,”sang ibu pun keheranan, sambil berkata “wahai Rasulullah,saya ini sedang berpuasa” Rasululullah pun menjawab“bagaimana mungkin engkau berpuasa sementara budakmuengkau caci maki, alangkah banyaknya orang lapar danalangkah sedikitnya orang berpuasa.” Demikianlah, bahwatidak ada artinya puasa jika kita masih tersangkut dosaterhadap sesama.Demikian juga penyakit lainnya seperti dendam, didaerah kita meskipun Ramadhan sudah tiba, ada sebagianorang karena masalah-masalah sepele tega melarangkeluarganya untuk bersilaturrahmi ke rumah orang yang iabenci, bahkan disertai ancaman dengan kata-kata semisal“akucerai kamu jika mendatangi rumahnya”, sementara ada lagimengatakan “aku haramkan makananku engkau makan”, atauberbagai kata-kata lain yang mengarah kepada dendamkusumat, na’uzubillah. Apabila penyakit ini masih kitapelihara, maka sebaiknya tidak usah capek-capek berpuasa,percuma saja, silahkan saja makan dan minum, demikianmenurut pandangan para Sufi.Karenanya, alangkah indahnya jika Ramadhan ini kitaawali dengan usaha berTakhalli, mengosongkan semua dosa-dosa kita kepada Allah dan dosa-dosa kita kepada sesamadengan saling bermaaf-maafan. Penulis yakin apabila kitamemahami makna puasa seperti ini, maka tidak akan ada lagipelanggaran-pelanggaran, korupsi akan hilang, kriminalitasakan hilang, fitnah memfitnah akan hilang dan sebagainya,karena takut puasanya menjadi sia-sia. Puasa seperti inilah

Page 20: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

14 | Hadiniyang akan mengantarkan kita menuju terminal puasa, yaituTaqwa Namun sebaliknya, jika kita berpuasa hanya sebataspada pemahaman Fikih saja tanpa berusaha melakukanproses berTakhalli, penulis khawatir puasa yang kita jalankanhanya sekedar puasa dalam bentuk al jawwa’ yang hanyamendapatkan lapar dan dahaga saja, bukan puasa dalambentuk al shawwam yaitu puasa dalam arti yang sebenarnya,Wallahu’alam

C. Puasa: Membunuh Marx, Freud danMachiavelliSekarang ini ada tiga mazhab besar yang dijadikananutan dan landasan filosofi hidup sebagian besar manusiamodern di permukaan bumi ini. Ketiga serangkai Mazhabtersebut adalah Marxisme, Freudanisme dan Machiavellisme.Marxisme mengatakan bahwa tujuan hidup manusiaadalah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Menurut KarelMarx, pencetus mazhab ini, terjadinya berbagai peperangan,kekacauan dan perkelahian saat ini sebenarnya semuadikarenakan masalah perut. Untuk memenuhi kebutuhanperut ini orang mau melakukan apa saja, mau menerapkanhukum rimba, menindas yang lemah, merampas hak oranglain, menipu dan sebagainya, semuanya boleh saja dilakukandemi untuk mendapatkan sepiring nasi itu, harga sepiring nasiterkadang bisa menjadi lebih mahal harganya ketimbangnyawa seorang manusia.Lain dengan Marxisme, Sigmund Freud seorangPsikolog mengatakan bahwa tujuan hidup di atas permukaanbumi ini adalah semata untuk memenuhi kePuasan Sex.

Page 21: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 15Manusia akan bahagia jika mendapatkan kebebasan seks,sebaliknya, manusia akan merasa terikat jika kebebasan sekstidak didapatkan. Jadi, falsafah hidup Freud mengatakanbahwa dunia ini adalah masalah libido, terjadinya kerusakandan berbagai permasaalahan di dunia ini semua berawal daripersoalan libido. Akibat dari falsafah hidup Freud ini makamuncullah kebebasan seks di mana-mana. Bahkan, hari inikita bisa melihat dengan jelas bahwa falsafah Freud ini sudahada di dapan mata kita yang mayoritas muslim ini, lihatlahbetapa banyak kita mendengar berita bayi atau anak tercecerdi mana-mana, di WC, di parit-parit, di got, di dalam kardus,atau di tempat pembuangan sampah, yang lahir dari akibatpergaulan bebas remaja kita sendiri. Berbagai pesta yangdiarahkan pada seks pun semakin merajalela, entah itu pestaulang tahun, pesta valentine, pesta tahun baru, pesta bikinianak sekolah dan berbagai party atau pesta-pesta lainnya,yang semuanya berujung pada seks. Prostitusi semakin marak,sampai ke prostitusi online. Sementara mereka yang sudahmenikah semakin akrab dengan apa yang dinamakan denganperselingkuhan. Bagi mereka hampir tidak ada lagi artikesakralan sebuah tali pernikahan.Celakanya, iklan-iklan juga turut serta mengomporifalsafah Freud ini agar terus menyala. Hampir semua iklan dimedia sekarang ini menampilkan sisi keseksian dan erotismewanita, mulai dari iklan cat rumah sampai iklan mobil truk,semuanya menjual kemolekan tubuh wanita untuk menambahdaya tariknya, yang pada tahap selanjutnya membuat matalaki-laki terbelalak dan terangsang untuk melakukanperzinahan.Kebebasan seks ini terkadang membuat sebagianmereka sampai juga ke titik jenuh, anehnya, kejenuhan

Page 22: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

16 | Hadinisebagian mereka beralih untuk melirik hububungan sekssesama jenis, seorang laki-laki tertarik dengan laki-laki,sementara yang perempuan tertarik dengan perempuanlainnya. Bahkan, atas nama Hak Azazi Manusia (HAM) merekabisa memaksa seorang pemuka agama untuk merestuiperkawinan mereka.Selain Marx dan Freud, ada satu falsafah lagi yangdianut oleh kebanyakan manusia modern saat ini, yaitumazhab Machiavelli. Mazhab ini mengatakan bahwa tujuankehidupan dunia ini adalah untuk mendapatkan kekuasaan.Terjadinya kekacauan, peperangan dan pertumpahan darahyang terjadi saat ini sebenarnya terjadi karena perebutankekuasaan dan kedudukan. Untuk sebuah kursi kita boleh sajamembohongi orang dengan kampanye, menjual ayat-ayat,membeli suara rakyat dengan uang, bahkan demi kursimereka rela membunuh orang, kalau tidak cukup membunuhkarakternya, ya, sekalian saja membunuh nyawanya sekaligus.Demikianlah tiga pandangan hidup yang dianut olehkebanyakan manusia modern sekarang ini. MendapatkankePuasan ekonomi, kePuasan seks dan kekuasaan terkadangsudah menjadi Tuhan baru sebagian mereka, na’uzubillah.

Mengendalikan dengan PuasaSungguh sangat mengerikan jika ketiga mazhab di atastidak dibendung. Sebab orang bisa saja melakukan apa sajadan menimbulkan kekacauan demi untuk menguasai ekonomi,seks dan kekuasaan. Pertanyaannya, mengapa semuakebebasan terhadap ketiga hal itu bisa terjadi? Jawabannyaadalah bahwa itu semua terjadi karena tujuan pemenuhanterhadap ekonomi, seks dan kekuasaan tidak dilandasi olehunsur-unsur ruhiyah.

Page 23: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 17Sebenarnya agama Islam tidak menafikan ketigakebutuhan tersebut, baik ekonomi, seks maupun kekuasaan.Karena ketiga hal tersebut juga penting bagi kelangsunganhidup manusia, manusia perlu makan untuk kelangsunganhidupnya, manusia perlu kawin untuk kelangsungan generasiselanjutnya, Islam juga memerlukan dukungan kekuatankekuasaan untuk menegakkan aturan dan kemaslahatanmanusia.Sebaliknya, Islam justru melarang seseorang yangmencoba lari dari masalah ekonomi, seks dan kekuasaan,itulah sebabnya Rasulullah marah ketika ada tiga orangsahabat yang melapor untuk tidak mau menggauli wanita,tidak makan, dan tidak tidur demi ibadah, kepadaketiganyaRasul mengatakan: “aku ini adalah orang yang paling tahusiapa Allah dan paling takut padanya, tapi aku bangun malamdan tidur, aku juga berPuasa dan berbuka, dan aku juga kawindengan sejumlah perempuan, maka siapa yang tidak sukadengan sunnahku, berarti dia bukan golonganku (muttafaq‘alaih). Demikianlah sikap Rasulullah yang tidak setujuterhadap sebagian sahabat yang mencoba menjauhi ekonomidan seks.Namun berbeda dengan Marx, Freud dan Machiavelli,bedanya adalah bahwa di dalam Islam, pemenuhan ketiganyaharuslah senantiasa dilandasi oleh unsur ruhiyah. Bahwauntuk memenuhi kebutuhan perut, seks dan kekuasaantidaklah bisa diraih dengan cara menghalalkan segala cara dansesuka hati yang bisa menzhalimi orang lain, akan tetapi harusada aturan dari yang maha mengatur, yaitu aturan Allah swt.Karenanya, kita dipersilahkan memperbaiki ekonomi selagisesuai dengan aturan-Nya, bukan dengan memakan danmerampas harta orang lain, kita dipersilahkan untukmelakukan hubungan seks selagi sesuai dengan aturan-Nya,

Page 24: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

18 | Hadinibukan hubungan bebas dengan tanpa ikatan, kita jugadipersilahkan untuk memantapkan kekuasaan kita jika sesuaidengan aturan dan kehendak –Nya, bukan dengan menzalimiorang lain.Untuk menjamin manusia agar tidak terpeleset dariaturan-aturan dalam memenuhi kebutuhan perut, seks dankekuasaan, untunglah Allah swt mewajibkankan ibadah Puasabagi ummatnya. Dengan berPuasa, Allah bermaksud untukmelatih manusia untuk mengendalikan dirinya darikecenderungan terhadap keinginan perut, seks dankecenderungan berkuasa yang liar dan bebas tak terbatas.Dengan Puasa Allah melatih manusia untuk selalu merasakanpengawasan Allah dalam setiap aktifitas hidupnya, itulahsebabnya meskipun di depan mata sudah ada makanan yangdidapat secara halal, namun ia tidak mau memakannya karenaia sadar Allah melihatnya, meskipun di depan mata sudah adaisteri yang sah, namun ia tidak mau menggaulinya karenamerasa Allah memonitornya. Jadi, kalau yang halal saja kitatidak mau, apalagi yang haram?.Demikianlah agama menjadikan Puasa sebagaikewajiban yang salah satu tujuannya agar melatih kita untukmengendalikan diri terhadap liarnya kecenderungan terhadapsyahwat perut, seks dan kekuasaan, sehingga dengan Puasadiharapkan manusia bisa menempatkan persoalan perut diatas aturan Allah, manusia bisa menempatkan seks di atasaturan Allah, dan bisa menempatkan kekuasaan di atas aturanAllah. hingga pada akhirnya setiap aktifitas pemenuhan perut,seks dan kekuasaan diharapkan bisa menjadi rahmat bagisekalian alam, wallahu’alam

Page 25: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 19

D. Psikologi PuasaMenjadi Tua Pasti, Menjadi Dewasa itu pilihan (Iklan Mild)Singkat tapi padat, itulah yang terkandung dari iklanrokok yang inspiratif di atas. Iklan di atas ingin menegaskanbahwa antara ‘tua’ dan ‘dewasa’ ternyata tidaklah sama, iniberarti orang yang tua belum tentu ia dewasa, begitupunsebaliknya, orang yang dewasa belum tentu harus tua.Mungkin ilustrasi berikut ini bisa dikemukakan untukmemudahkan kita memahaminya. Kita barangkali pernahmelihat pengalaman sehari-hari ada orang tua yang umurnyadi atas 50 tahun, tapi perilakunya sangat egois, tergesa-gesa,suka marah, tidak bertanggung jawab dan suka menyalahkanorang lain, berbicara tanpa pertimbangan, suka cengar cengirdan sebagainya, orang semacam ini kalau kita lihat memang‘sudah tua’, akan tetapi sebenarnya ia ‘belum dewasa’.Sementara kita juga barangkali pernah melihat pengalamanseorang anak tingkat SMU yang kira-kira berumur 17 tahun,tapi ia mempunyai perilaku yang sangat santun, sabar,bertanggung jawab, mandiri, ulet serta penyayang, orangsemacam ini kalau kita melihat memang ‘belum tua’, akantetapi dalam kacamata psikologi sebenarnya ia ‘sudahdewasa’.Dari ilustrasi di atas, tentu semakin jelas bagi kitauntuk membedakan antara tua dan dewasa. Setidaknya kitabisa menyimpulkan bahwa, pertama, kalau ‘tua’ berorientasipada fisik, sementara ‘dewasa’ berorientasi pada mental,kedua, kalau’ tua’ tumbuh dengan sendirinya secara alamiah,sementara ‘dewasa’ harus dengan belajar, ketiga, kalau ‘tua’sifatnya ‘kongkrit’, sementara dewasa sifatnya ‘abstrak’.Dalam ilmu Psikologi, kedewasaan inilah yangmerupakan tolok ukur perkembangan jiwa yang sehat. Jadi,jiwa yang sehat itu ditandai dengan kebutuhannya terhadap

Page 26: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

20 | Hadinisesuatu yang bersifat mental atau sesuatu yang bersifatabstrak. Namun sebaliknya, jika seseorang hanya lebih terikatpada sesuatu yang sifatnya fisik dan kongkrit, maka orangtersebut sebenarnya mengalami hambatan perkembanganjiwa.Kedewasaan Menurut PsikologSigmund Freud mengatakan bahwa perkembangananak-anak ditandai dengan tiga tahap perkembangan, yangkesemuanya bersifat fisik dan kongkrit, pertama, tahap oral,yaitu tahap di mana anak-anak senang memasukkan sesuatuke dalam mulutnya, kedua, tahap anal, yaitu tahap di manaanak-anak senang mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya,karenanya pada saat ini anak senang melihat-lihat danmemain-mainkan kotorannya, ketiga, tahap genital, yaitutahap di mana anak senang memain-mainkan alat kelaminnya.Bila diperhatikan ketiga tahap tersebut semuanyaberorientasi kongkrit dan fisik, tidak ada yang bersifat abstrakatau ruhiyah, sementara itu menurut Freud perkembanganjiwa seseorang ditandai dengan beralihnya orientasi manusiakepada ketiga tahap tersebut menuju pada kebutuhan yanglebih abstrak dan ruhiyah. Oleh karenanya, Freudberpendapat bahwa jika ada orang tua yang kesenangannyahanya dalam bentuk mencari kepuasan makan dan minumsaja, maka perkembangan jiwanya terhambat pada tataranoral saja, selanjutnya, jika ada orang tua yang hanya mencarikepuasan dengan menumpuk-numpuk harta kekayaan, makaperkembangan jiwanya terhenti pada tahap anal saja,sementara jika ada orang tua yang hanya mencari kesenangandengan memenuhi kepuasan seks saja maka perkembanganjiwanya hanya berhenti di tataran genital saja. Karenanya,kedewasaan seseorang ditandai dengan kemampuannya

Page 27: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 21melampaui kebutuhan fisik seperti makan, harta dan seksmenuju kepada kebutuhan yang lebih abstrak dan ruhiyah.Mirip dengan Freud, Psikolog Abraham Maslow dalamteori hirarchy of need juga berpendapat bahwa tahap terendahperkembangan manusia bersifat fisik, sementara tahapselanjutnya beralih menuju pada tahap yang lebih abstrak. Iamengatakan bahwa kebutuhan manusia yang pertama adalahkebutuhan fisiologis, seperti makan dan minum, kedua, rasaaman dari gangguan atau safety, ketiga, seperti kebutuhansaling mencintai keempat, kebutuhan untuk saling mengakuidan diakui, kelima, kebutuhan aktualisasi diri, sepertimengembangkan bakat pada diri. Bila diperhatikan tampakbahwa semakin tinggi tingkat perkembangan dan kedewasaanmanusia maka semakin abstrak dan ruhiyah pula tingkatkebutuhannya.Selain itu psikolog lain Erick Fromm juga sepakatdengan dua psikolog di atas tentang ciri-ciri manusia yangjiwanya berkembang. Ia mengatakan bahwa orientasi manusiaada dua bentuk yaitu orientasi to have (memiliki) danorientasi to be (menjadi). Orientasi to have adalahkecenderungan manusia untuk memiliki dan menguasaisesuatu, seperti mendapatkan makan dan kekayaan hartayang banyak, sementara orientasi to be adalahkecenderungan untuk menjadi, seperti menjadi seorang yangbertanggung jawab, menjadi sabar, menjadi pencinta dansebagainya. Menurut Fromm, jenis orientasi to be merupakantipe kepribadian yang sehat. Dari pandangan Fromm ini, lagi-lagi memperlihatkan bahwa kedewasaan sebagai bentuk jiwayang sehat itu cenderung semakin abstrak dan semakinruhiah.

Page 28: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

22 | Hadini

Puasa untuk MendewasakanPuasa pada dasarnya adalah sebuah proses untukmenjauhkan kita dari sifat kekanak-kanakan untuk menujukedewasaan. Puasa akan membawa kita terbangmeninggalkan yang fisik menuju ke spiritual, puasa membawakita beralih dari yang kongkrit menuju ke abstrak, ia jugamengalihkan kita dari yang bendawi menuju ke ruhiyah ataudari material ke spiritual.Puasa akan melepaskan ketergantungan kita kepadakecenderungan oral, anal, genital atau kecenderungan to have.Di bulan suci Ramadhan, seorang yang berpuasa tidakdibenarkan makan dan minum, ini sebenarnya latihan untukmelepaskan kita dari kecenderungan oral kita, kita jugadilarang melakukan hubungan suami isteri, ini jugasebenarnya proses latihan kita untuk meninggalkankecenderungan genital. Dengan ditinggalkannya sifat-sifatkekanakanakan itu kita terbang menuju ke arah yang lebihdewasa dan ruhiyah yang berorientasi seperti to be,kebutuhan untuk menjadi orang baik, menjadi orang yangsabar, menjadi pemaaf, selalu butuh saling menyayangi, butuhuntuk aktualisasi diri (self of actualization)dan sebagainya.Karenanya tidak salah jika Allah swt menjadikan puasadalam rangka untuk mendewasakan manusia. Munculnyasifat-sifat kedewasaan yang lahir dari puasa ini sebagaimanajuga tampak jelas dari gambaran al-Qur’an tentang ciri-ciriorang bertakwa sebagai hasil dari proses berpuasa. Dalam al-Qur’an dijelaskan ciri-cirinya sebagai berikut: “danbersegeralah kepada ampunan Tuhan mu dan syurga seluaslangit dan bumi yang dipersiapkan bagi yang bertaqwa, yaituorang yang berinfaq, baik secara sembunyi atau terang-terangan, menahan amarah dan mau memaafkan manusialain”

Page 29: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 23Dari ciri-ciri yang digambarkan oleh ayat di atastampak bahwa orang yang taqwa sebagai buah puasa itusemuanya menggambarkan sifat-sifat kedewasaan seorangmanusia, semua sifat-sifat tersebut berdimensi ruhiyah,mental dan abstrak. Tidak sedikitpun menggambarkan sifatkekanak-kanakan.Jika demikian, puasa Ramadhan merupakankesempatan emas buat kita melatih diri untuk meningkatkankualitas kepribadian kita menjadi lebih dewasa. Karena puasamerupakan sarana buat melatih kita untuk menekankecenderungan fisik kita, sementara di sisi lain puasamendorong dan mengarahkan kita untuk mengembangkanunsur-unsur ruhaniayah kita, Oleh karenanya, di bulanRamadhan ini hendaknya kita mau mengintrospeksi diri kita,sejauh mana sudah tingkat kedewasaan kita saat ini sudahberkembang? Dalam musim politik seperti sekarang iniseyogyanya Ramadhan kali ini bisa membuat para politikussemakin jujur dalam berpolitik, dan tidak menjadikan politiksebagai ladang untuk memperkaya diri dengaanmenghalalkan segala cara. Seorang pedagang seyogyanya bisalebih jujur, tanpa harus merugikan orang lain demi kepuasanfisiknya.Jadi, jika kita ingin mengukur keberhasilan berpuasakita tahun ini, maka kita bisa melihat sejauh manakedewasaan kita telah meningkat, sejauh mana kesabarankita, keikhlasan kita, kemampuan memberi maaf kita,kedermawanan kita, dan sebagainya, ini karena kedewasaanmerupakan tolok ukur berhasil tidaknya puasa yang kitalakukan selama satu bulan ini. Tapi jika kedewasaan kita tidakbertambah, atau malah masih menuhankan budaya benda,wanita dan tahta, ini berarti ada yang salah dengan cara kita

Page 30: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

24 | Hadiniberpuasa, kita perlu mengkaji ulang kembali cara berpuasayang benar.Akhirnya, penulis ingin mengingatkan kembali, jikamemang menjadi tua itu pasti, dan menjadi dewasa itu pilihan,maka puasa adalah sebuah pilihan untuk menjadi dewasa,wallahu’alam

F. Puasa SufistikIslam dalam ajarannya ditandai dengan adanyaberbagai ritual-ritual. Semua ritual yang disyai’atkan itudibuat dengan tujuan agar manusia yang melaksanakan ritus-ritus tersebut tercipta tatanan kehidupan manusia yang lebihharmonis, bahagia dan tentram. Pendeknya ritus-ritus itudibuat agar kebutuhan manusia terpenuhi baik secarapsikologis maupun secara fisiologis.Ritual yang disyari’atkan itu mempunyai aturan yanglengkap dengan rukun dan syaratnya. Dan dalam ajaran Islam,ritual ini biasanya dibahas dalam bab fikih, sah dan tidaknyaritual ditentukan pada sempurna atau tidaknya aturan yangditetapkan, suatu ritual akan dipandang sah apabila iadilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan dalamfikih, sebaliknya ritual tidak akan sah apabila rukun dansyaratnya tidak tepat.Dalam pelaksanaan ritual ibadah, biasanya ia terfokuspada aspek lahiriah. Shalat misalnya terdiri dari gerakan-gerakan seperti berdiri, rukuk, sujud, membaca ayat dansebagainya. Puasa dalam bentuk menahan rasa lapar dandahaga, Zakat dengan mengeluarkan sebagian harta yangdimiliki, demikian juga halnya dengan Hajji. Semua bentukritual-ritual dalam ibadah-ibadah itu dapat diindera secaralahiriah.

Page 31: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 25Yang menjadi persoalan sekarang adalah, mengapamasih ada terlihat ummat yang melakukan ritual secara ketattapi toh harapan-harapan sebagaimana dituju oleh ritus itutidak terwujud di permukaan? Mengapa setelah melaksanakanritual namun tidak memberikan bekas dalam kehidupanpengamalnya?, mengapa ritus-ritus yang dilakukan itu terasakering?, lebih jauh mengapa setelah selesai shalat masih sukakorupsi? memaki dan menghardik, mengapa setelah berpuasaeksploitasi terhadap orang miskin masih tetap terjadi?mengapa setelah berhajji masih tetap menipu?. Sebenarnyaapa yang salah, apakah ritualnya yang salah?.Sebenarnya tidak ada ritus yang disyari’atkan dalamIslam salah. Akan tetapi yang perlu disadari adalah bahwa adaaspek lain yang tidak tersentuh ketika manusia melakukanritus-ritus itu, yaitu aspek tarekat. Aspek ini merupakan usahauntuk meraih spiritualitas tertinggi di balik simbol-simbolritual yang ada, aspek tarekat berusaha menembus maknaterdalam dari bungkus ritus.Ini berarti berarti antara fikih dan tarekat harusberjalan secara harmonis. Meski demikian, tarekat merupakanaspek yang lebih tinggi perannya dibanding aspek fikih, fikihitu mungkin tingkat pertama, sedangkan tarekat merupakantingkat kedua, sempurnanya tingkat pertama terletak padasempurnanya tingkat kedua, akan tetapi sempurnanya tingkatkedua tidak akan sempurna jika tingkat pertama tidaksempurna. Tingkat atas tidak akan tercapai jika tingkatpertama belum tercapai, meskipun sebaliknya mungkinterjadi, yaitu fikih dapat terlaksana tanpa tarekat, akan tetapitarekat tidak mungkin terjadi tanpa fikih. Jadi, jelaslah bahwapenyempurnaan fikih hanya akan terjadi dengan melaluitarekat.

Page 32: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

26 | HadiniPada bulan puasa yang agung ini, tentunya sangatdiharapkan bagi setiap mukmin untuk menjalankan amalanpuasa ramadhan secara sempurna, sehingga pada akhirnyamanusia benar-benar dapat meraih titel takwa. Tentu,kesempurnaan puasa tidaklah cukup dengan hanyamenjalankannya secara fikih saja, yaitu menjalankan ibadahpuasa dengan hanya berhenti pada tataran badaniah dalambentuk menahan lapar, dahaga dan seks yang dimulaisemenjak terbit fajar ampai terbenam matahari. Pelaksanaanpuasa seperti ini sebenarnya merupakan puasanya orangawam dan puasa seperti ini sangatlah dangkal, padahal puasatidak hanya menitik beratkan aspek badani.Secara fikih, puasa seperti ini boleh jadi sah. Tapi,puasa tidak bisa dipandang hanya dari sisi sah tidaknya saja.Ia mengharapkan adanya dimensi lain yang harus ditangkap,yaitu adanya proses pemaknaan terhadap substansi ibadahpuasa itu serta dapat menyelami dimensi terdalam di balikritus-ritus puasa.Jadi, untuk kesempurnaan ibadah puasa ia tidak cukupapabila pengamalan puasa hanya berhenti pada tataran fikihsaja, ia membutuhkan cara lain pelaksanaan puasa yang lebihbaik lagi untuk menjadikan puasanya lebih sempurna.Kesempurnaan puasa akan dapat dicapai jika pelaksanaannyadilakukan secara tarekat. Lalu bagaimana bentuk puasatarekat yang diharapkan mampu untuk menyempurnakanpuasa? Menurut Jalaluddin Rakhmat, dalam pelaksanaanpuasa tarekat kita harus dapat mengendalikan alat indera kita,di mana alat indera kita dibagi menjadi dua, yaitu inderalahiriah dan indera bathiniah. Semua indera ini harus dapatdikendalikan agar ia tidak bertentangan dengan kehendakAllah.

Page 33: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 27Adapun puasa indera lahiriah, ia dilakukan sepertipuasa bicara, puasa melihat, puasa mendengar, puasamencium, puasa cita rasa dan sebagainya. Puasa bicaradilakukan dengan cara tidak mengeluarkan kata-kata kotordan menyakitkan, dalam puasa bicara, jangankan dilaranguntuk berkata kotor dan menyakitkan, bicara yang tidak perlusaja sebenarnya harus dijauhkan. Sebenarnya dengan puasabicaralah kita dapat berdialog secara intensif dengan hatinurani kita, sehinga kita mendapatkan bisikan-bisaikan indahsuara hati yang dapat membimbing perjalanan hidup kita.Puasa melihat yaitu dengan cara menghindaripandangan-pandangan buruk yang dapat menjauhkan kitadari ridha Allah SWT. Jika kita mencermati, banyak didapatibudaya-budaya yang memberikan peluang untuk merusakpuasa melihat. di beberapa daerah misalnya, tampak dalambudaya menjual kue-kue di jalan raya, di mana para wanitaberbusana ketat sangat mudah dijumpai.Adapun puasa mendengarkan yaitu dengan caramenghindari diri dari pembicaraan-pembicaraan yang dibenciAllah. Seperti mendengar gunjingan, fitnah, ucapan kotor danberbagai ucapan tak berguna lainnya.Dalam puasa penciuman, kita dituntut untuk menjagadiri dari bau-bauan yang bisa mengganggu orang lain, sepertimengkonsumsi bawang, di hadis lain disunnatkan pula untukmandi sebelum jumat, ini merupakan isyarat untukmemperhatikan bau-bauan.Sementara dalam puasa cita rasa yaitu melakukanpuasa dengan cara menghindari konsumsi secara berlebih-lebihan. Tibanya bulan ramadhan seharusnya memungkinkanterjadinya penghematan, namun kenyataannya sering terjadisebaliknya, anggaran biaya semakin membengkak dengan

Page 34: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

28 | Hadiniberbagai biaya bahan-bahan makanan, beragam hidangandipersiapkan, buka puasa menjadi ajang balas dendam setelahberlapar selama seharian. Akibatnya kualitas ibadahramadhan menurun, seperti timbul ngantuk saat tarawih yangditimbukkan rasa kekenyangan, syukur kalau tidakketinggalan.Semua puasa di atas pada dasarnya merupakan bentukdari puasa indera lahiriah. Yang lebih penting lagi dalampuasa tarekat adalah puasa indera batiniah. Puasa ini memangberat, tapi ia memerlukan proses riyadhah (latihan) untukmencapai kesempurnaan puasa. Dalam puasa ini kita dituntutuntuk menahan dan mengendalikan diri dari hati, fikiran, danimajinasi yang dapat menjauhkan diri dari ridha Allah, sebabpada dasarnya Allah tidak membutuhkan puasa seseorang jikaia tidak mampu mengendalikan hati, fikiran dan imajinasinya.Dalam hal ini sebagaimana pernah diingatkan oleh Rasulullahyang mengatakan: “Barang siapa yang tidak bisameninggalkan perkataan kotor dan tidak mampumeninggalkan perbuatan kotor, maka Allah tidak mempunyaikepentingan apa-apa meski orang itu meninggalkan makandan minum”Dari gambaran di atas, jelaslah bahwa puasa yangberkualitas tidaklah cukup hanya dengan menjalankan puasasebatas pada pemahaman terminologi fikih saja, yang hanyamenahan lapar dan dahaga saja secara dangkal, untukkesempurnaan puasa ia harus diikuti dan dijalankansebagaimana terdapat dalam terminologi puasa tarekat. Yaitudengan mempuasakan seluruh indera lahir dan batin. Denganjalan puasa seperti inilah hikmah puasa dapat kita petik,sehingga pada akhirnya kita dapat meraih titel takwa.Sebaliknya bila puasa tidak dilakukan demikian,dikhawatirkan kita tidak mendapatkan hikmah apa-apa dari

Page 35: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 29puasa. Sebagaimana yang pernah dikhawatirkan rasul dengansebuah hadisnya yang mengatakan bahwa betapa banyakorang yang berpuasa tapi ia tidak mendapatkan apa-apa daripuasanya kecuali hanya lapar dan dahaga” semoga kita bukantermasuk dari golongan ini. Wallahu a’lam.

F. Puasa Bicara“ngobrol sampai puassssss...!!!” (Iklan pulsa)Akhir-akhir ini, terlihat begitu jelas betapa syahwatberbicara masyarakat kita semakin luar biasa. Tidak pedulidari kalangan mana, mulai kelas tri sampai kelas kakap salingberlomba-lomba memperbanyak bicara, tidak peduli apakahbicaranya benar atau salah, yang penting bicara.Kebiasaan banyak bicara ini semakin digembosi lagidengan banyaknya iklan yang merangsang masyarakat kitauntuk banyak berbicara. Seperti isi Iklan pulsa di atas yangmengatakan “ngobrol sampai puas...!!!” seakan menjadi mantrabagi pengguna usaha ini untuk memanfaatkan layanannyaagar masyarakat semakin memperbanyak bicara.Untuk proyek bicara ini, dikatakan bahwa biaya iklanbisnis jasa telekomunikasi seperti HP atau pulsa ternyata bisamenyentuh angka 5 Triliun rupiah setiap tahunnya(Komaruddin Hidayat, 2009), sebuah angka yang cukupfantastis tentunya. Angka sebesar itu tentu saja datang darimasyarakat pengguna layanan. Begitu dahsyatnya nafsuberbicara ini, sampai sampai seorang Guru Besar Psikologipernah menceritakan bahwa pembantu rumah tangganyaterkadang bisa menghabiskan gaji bulanannya untuk membelipulsa. Dari fenomena ini terlihat jelas betapa derasnya budayaberbicara masyarakat kita saat ini.

Page 36: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

30 | Hadini

Efek Banyak BicaraDalam konteks teologi Islam, Tuhan sebenarnya telahmemberi arahan kepada kita bahwa banyak bicara merupakansalah satu perbuatan yang perlu dipandang secara hati-hati.Sebab bicara pada hal-hal tertentu bisa berakibat buruk bagikemaslahatan manusia. Oleh karenanya dalam kaedah Ushulfikih dikenal sebuah kaedah yang mengatakan darul mafasidmuqaddam ala jalbi al mashalih, artinya, menghindarkanmudharat jauh lebih baik dari pada mengambil kebaikan.”Perlunya kehati-hatian dalam berbicara ini, sehingga sebuahhadis nabi pernah mengatakan bahwa : orang mu’min adalahorang yang selamat orang lain dari lidah dan tangannya(hadits). Hadis ini seolah menjadi warning bahwa berbicaramerupakan salah satu unsur yang bisa membawa mudharatbagi orang lain.DiKarenakan potensi negatif banyak bicara ini, makaagama pada prinsipnya menginginkan agar ummatnya untukmengurangi berbicara jika tidak membawa manfaat. Kalaukita mau menangkap isyarat Tuhan, sebenarnya Tuhan telahmemberikan isyarat pada penciptaan manusia itu sendiri agarkita lebih sedikit bicara, coba kita perhatikan, mengapa Allahmenciptakan pada diri kita dua mata dan dua telinga?,sementara mulut kita hanya satu?, sebenarnya ini adalahisyarat bahwa, kita seharusnya lebih banyak untukmendengar dan melihat ketimbang berbicara. Agaknya, maknaini pulalah yang ditangkap oleh para orang tua kita dahulusehingga muncullah sebuah pepatah yang mengatakan“dengar dua kali tapi bicara satu kali”. Yang bermakna bahwakita harus lebih banyak mendengar dan lebih sedikit bicara.Mengapa agama menyuruh kita untuk membatasibicara? Ini karena efek kata-kata bisa membawa mudharatyang sangat dahsyat jika salah dalam memilih kata-kata.Sebuah pepatah yang tentu pernah kita dengar mengatakan

Page 37: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 31“lidah bagaikan pedang”, ini karena pembicaraan bisa dengancepat melukai hati seseorang yang sulit untuk disembuhkan,mungkin pisau yang melukai tubuh bisa sembuh dalam satubulan, tapi jika hati telah terlukai, mungkin sakitnya bisaterbawa sampai mati. Dahsyatnya efek kata-kata ini mungkinbisa kita bayangkan bagaimana jika seorang komandantentara misalnya mengeluarkan kata “tembak”, bayangkan,hanya dengan satu kata saja bisa membuat nyawa melayang,Word is sword.

Puasa Bicara Menuju Puasa SufistikDi bulan puasa ini tentu saja sangat tepat bagi kitauntuk dijadikan sebagai momentum untuk proses trainingpengendalian bicara kita. Sebab sebagaimana kita ketahuibahwa puasa bukanlah sekedar menahan lapar, haus dan sekssemata, sebab puasa seperti itu adalah level puasanya orangawam. Level puasa yang lebih tinggi tentu harus lebih darisekedar itu, tetapi juga harus mampu menahan danmengendalikan diri dari anggota tubuh yang lain, sepertipuasa mendengar, puasa melihat, puasa dari keinginansyahwat duniawi, termasuk puasa berbicara, inilahsebenarnya level puasa tingkat tinggi yang dimiliki oleh parasufi. Dengan demikian, puasa bicara merupakan salah satubentuk puasa sufistik, yang merupakan indikator tingkatkualitas puasa seseorang. Sebaliknya, ketidak mampuan kitadalam menahan pembicaraan menunjukkan lemahnyakualitas puasa kita.Dalam sejarahnya, puasa bicara ini sebenarnya sudahdiceritakan di dalam al-Qur’an melalui kisah Maryam untukkita teladani. Ketika Maryam dituduh terhadap anak yang adadalam kandungannya, Allah menyuruh Maryam untuk tidakmenanggapi tuduhan tersebut, Allah hanya

Page 38: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

32 | Hadinimemerintahkannya untuk puasa bicara. Al-qur’anmenceritakan sikap Maryam ini dalam firman-Nya:“Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yangmaha pemurah, maka aku tidak bicara dengan seorangmanusiapun pada hari ini” (Maryam: 28-29). Apa efek daripuasa bicara Maryam ini? Sebuah keajaiban, dengan puasabicara ini, ternyata ia mampu mendengar suara bayi dalamkandungannya, dan bayi itu pulalah yang menjawab hujatandan tuduhan orang-orang selama ini dengan menjawab, “dankesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari akudilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari akudibangkitkan hidup kembali” (maryam: 33). Kisah di atasmemperlihatkan kepada kita bahwa dengan menahan bicara,hatinya semakin jernih, sehingga ia bisa menguak tabirkegaiban hatinya, ia mampu mendengarkan suara hatinyasecara langsung.Dalam khazanah Sufi, puasa bicara ini pulalah yangmerupakan salah satu jalan bagi kmereka untuk melatihkejernihan hati mereka. Dalam sebuah pernyataannya,seorang sufi Haydar Amuli mengatakan: “bila kita terlalubanyak bicara, kita tidak akan mampu mendengarkan isyaratghaib yang datang kepada kita, suara mulut kita terlalu riuhsehingga isyarat-isyarat dari alam malakut tak terdengar olehbatin kita, karena kita lebih banyak mendengarkan suara kitasendiri”. Jadi, menurut Amuli, banyak bicara ternyatamerupakan penghalang bagi kita untuk menjernihkan hati.Dengan demikian, jika kita ingin melihat kualitas puasakita tahun ini, maka itu bisa dilihat dari sejauh mana kita bisamenahan banyak bicara, karenanya, ungkapan sebuah hadis“berkatalah baik, kalau tidak diam” sungguh sebuah ungkapanyang tepat. Ini berarti bahwa diam adalah pilihan terbaik jikakita tidak bisa berkata baik.

Page 39: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 33Kerenanya, kalau terpaksa harus bicara, pastikanbahwa pembicaraan itu adalah yang wajib atau yangdisunnahkan, yaitu pembicaraan yang memberi dampakpositif bagi orang banyak. Jika harus berbicara, ungkapkanlahkritik membangun kepada pengasa yang tidak adil. Jika harusbicara maka ajaklah orang lain kepadakebaikan melarangkemungkaran. Jika harus bicara, berilah kata-kata motivasikepada orang yang runtuh jiwanya. Jika harus bicara, hiburlahorang dengan humor dan joke segar yang meggembirakanorang lain. Tapi, jika itu semua tidak bisa kita lakukan, makalebih baik diam. Wallahu’alam.

G. Ber’Tajalli’ dengan PuasaIngatkah kita pada bulan Ramadhan tahun lalu, ketika kitameneteskan air mata karena berpisah dengan bulan Ramadhan…?sedih karena harus berpisah dengan bulan di mana orang-orangmenghapus dosa dengan rintihan air mata taubat, menangis karenaberpisah dengan bulan di mana orang shaleh menggetarkanlidahnya dengan zikir, sembari merebahkan tubuhnya di hadapankebesaran Allah Rabbul ‘alamin, mereka juga menangis karenaberpisah dengan bulan di mana ummat beri’tikaf merenungi dosa-dosanya.Menjelang hari raya tahun lalu memang sulit rasanyamenggambarkan perasaan apa yang menyelimuti hati kita. Hampir-hampir tidak bisa membedakan apakah kita gembira atau justrularut dan hanyut dalam kesedihan. Di satu sisi hati merasa gembiradan bahagia karena tibanya hari kemenangan, di sisi lain hati terasasedih yang sangat berat, sedih karena kita harus berpisah denganRamadhan, bulan yang di dalamnya penuh dengan rahmat danmaghfirah, bulan yang di dalamnya terdapat laiylatul qadar.Saat ini, bulan yang dulu pernah meninggalkan kita itu telahkembali lagi menyapa kita. Sungguh ini sebuah berkah yang takternilai bagi kita hari ini, berapa banyak teman-teman kita dahulu

Page 40: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

34 | Hadiniyang mengidam-idamkan bertemu bulan ramadhan, tapi ternyatamereka telah duluan dipanggil oleh Allah swt, berapa banyak pulateman-teman kita yang hanya bisa menyambut bulan ramadhandengan berbaring atau duduk di kursi roda karena sakit. Karenanya,sudah sepantasnyalah bulan penuh barakah ini kita syukuri dengancara mengisinya dengan cara yang sebaik-baiknya, karena, bolehjadi pula bulan ramadhan tahun ini adalah ramadhan terakhir bagikita, yang mungkin kita tidak bertemu lagi dengan ramadhan tahundepan. Lalu, bagaimana cara kita mengisi bulan ramadhan tahun inidengan sebaik-baiknya?. Menurut saya, ada baiknya metode yangtepat untuk mengisi ramadhan tahun ini dengan cara mengikutimetodenya orang-orang suci sebagaimana yang dibawa para ulamasufi. Dengan cara inilah diharapkan bisa mengantarkan kita padatujuan akhir puasa, yaitu untuk mencapai derajat takwa (la’allakumtattaqun). Yang ditandai dengan adanya rasa kedekatan yang begituintim dengan Tuhan.Menurut para sufi, ada 3 langkah yang mereka rumuskanuntuk bisa meraih takwa, yang ditandai dengan kedekatan yangbegitu intim dengan Tuhan. Yaitu dengan bertakhalli, bertahalli, danbertajalli.

Pertama, berTakhalli, yaitu mengosongkan jiwa dari segalakotoran-kotoran yang melekat di hati, seperti dendam, sombong,dengki, serakah, dan berbagai penyakit-penyakit hati lainnya.Karenanya menjelang bulan puasa ini, segala kotoran-kotoran yangmelekat di dalam hati kita agar sesegera mungkin dideteksi untukdisingkirkan, sehingga ketika bulan puasa tiba, kita bisa start puasadengan hati yang bersih, kosong dari segala kotoran-kotoran hati.Jika saat puasa kotoran-kotoran ini masih ada, maka akan bisamengakibatkan puasa kita menjadi sia-sia belaka, karenanya dalamsebuah hadits nabi pernah menyuruh seorang ibu yang sedangberpuasa untuk berbuka karena memaki-maki saudaranya yanglain.

Page 41: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 35Apabila kita telah mampu mengosongkan danmembebaskan hati dari segala kotoran-kotoran hati, maka kita akanmelangkah pada tahap kedua, yaitu berTahalli, berTahalli adalahusaha untuk mengisi dan menghiasi hati dan perbuatan dengankebaikan-kebaikan, seperti beribadah dan berbagai amalan-amalanshalih lainnya. Karenanya di bulan puasa ini kita harus berTahallidengan cara mengisi dan menghiasi puasa dengan memperbanyakzikir, shalat-shalat sunnat, tilawah Al-Qur’an, dan I’tikaf. Dan yangtidak kalah pentingnya lagi adalah amalan-amalan sosial, sepertiinfaq, sedekah, melakukan ishlah, sillaturrahmi, berempati danberbagai amalan-amalan sosial lainnya. Di bulan puasa ini haltersebut tentu saja semakin menemukan momentumnya, mengingatbulan puasa adalah bulan yang penuh barakah (syahrul mubarak).Berkah di sini berati mempunyai nilai tambah. Itulahsebabnya setiap amalan di bulan puasa akan dilipat gandakanpahalanya berlipat-lipat. Sangatlah tepat kalau Proffesor QuraishShihab mengibaratkan bulan puasa ini laksana “lahan subur”, yangsiap ditaburi dan ditanami dengan benih-banih amal kebajikan.Beruntunglah orang-orang yang rajin memanfaatkannya denganamal-amal kebajikan, namun bagi yang lalai, mereka tidak akanmendapat apa-apa kecuali hanya rumput dan ilalang.Apabila seseorang telah sukses melewati dua tahapsebelumnya, yaitu berTakhalli dan berTahalli maka ia akan sampaipada tahap ketiga, yaitu berTajalli, berTajalli menurut para sufiberarti bertemu dengan Allah. Inilah puncak kenikmatan tertinggidari seorang pencari Tuhan. Orang berTajalli ditandai dengankedekatan yang sangat intim dengan Tuhan, yang merasa bahwadirinya senantiasa selalu dalam pangawasan Allah, merasa bahwasegala gerak geriknya dilihat dan dimonitor oleh Allah SWT.Bila makna berTajalli merupakan adanya perasaan bersatudengan Tuhan, ini sebenarnya sangat dekat dengan makna Takwa,yang sebenarnya merupakan tujuan puasa itu sendiri. Hal inisebagaimana dikatakan oleh Almarhum Proffesor NurcholishMadjid yang mengatakan, bahwa arti takwa adalah sebuah perasaan

Page 42: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

36 | Hadiniyang merasakan bahwa seolah-olah Allah selalu hadir mengawasidan melihat setiap gerak gerik dan tingkah laku yang kita kerjakan.Karenanya, sangat tepat jika tujuan puasa adalah mencetak manusiauntuk menjadi orang yang bertakwa. Karena dengan berpuasaorang akan merasakan kehadiran Tuhan. Itulah sebabnya mengapaorang berpuasa tidak mau berbuka di siang hari, meskipun ia lapardan dahaga karena berpuasa, bukankah ia bisa berbuka denganbersembunyi di dalam kamar meski tidak ada seorangpun yangmelihatnya?, namun itu tidak ia lakukan, mengapa demikian? Inikarena orang yang sedang berpuasa sadar bahwa Allah selalu hadirbersamanya, melihat dan mengawasinya.Dan apabila manusia telah sadar merasa dalam pengawasanTuhan, maka betapa indahnya kehidupan ini, karena orang orangseperti ini tidak lagi mempunyai kesempatan dan peluang untukmelakukan perbuatan yang dilarang, saat itu tidak ada lagikesempatan melakukan korupsi, memutar balik angka-angka fiktif,menipu orang-orang miskin, mencuri ayam dan lain sebagainya.Sebaliknya, orang-orang seperti ini akan terarahkan padaperbuatan-perbuatan mulia yang mendatangkan manfaat bagi alam,hingga kehadirannya menjadi rahmat.Sebaliknya orang terdorong untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Seandainya pemimpin dan pejabat-pejabat di negeri inimempunyai sifat takwa, tentu saja kehidupan kita akan lebih damaidan jauh dari wajah carut-marut seperti sekarang ini. Jadi, jikademikian puasa diwajibkan sebenarnya bukanlah untuk membuatmanusia menderita, tetapi semata-mata untuk menciptakankehidupan yang lebih baik bagi manusia itu sendiri.Semoga dengan adanya metode berpuasa ala sufi ini, kitasenantiasa bisa mengisi dan menghiasi bulan suci ramadhan tahunini benar-benar secara optimal, hingga akhirnya kita bisa mencapaiderajat takwa. Sebuah titel tertinggi yang tidak ada satu titelpun didunia ini yang menandinginya, yang hanya dengan titel itu pulayang hanya mampu membuat dunia ini menjadi penuh dengankedamaian dan kesejahteraan. Wallahu ‘alam.

Page 43: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 37

H. Puasa Sufistik menurut NeurosainsPuasa sejatinya mengantarkan manusia berakhlak baik.Seorang yang berpuasa akan menciptakan tali hubungan yangbaik dengan Allah, dan terjalin pula hubungan baik denganantar sesama manusia beserta lingkungannya. Namundemikian, jika dikemukakan pertanyaan mungkinkah adaorang yang berpuasa tapi masih berakhlak buruk? Jika melihatfenomena yang ada di lapangan, tampaknya kita sepakatuntuk mengatakan ‘ya’, semua kita pasti pernah melihat adaorang yang berpuasa tetapi suka marah, berpuasa tapikorupsi, berpuasa tapi berbohong, berpuasa tapi mendendam,berpuasa tatapi menyakiti dan sebagainya. Mereka memangberpuasa tapi perilakunya sama seperti buaya, biawak atauseperti ular yang berbisa.Pertanyaannya, mengapa orang yang berpuasa masihbisa mempunyai sifat-sifat kebinatangan seperti itu? Mungkinjawabannya bisa banyak, tapi, diduga salah satu penyebabutamanya adalah pemahaman dan kesadaran merekaterhadap hakikat puasa yang masih dangkal, mereka hanyamemahami puasa sebatas pemahaman Fikih saja, merekamenganggap asalkan sudah meninggalkan makan, minum danseks di siang hari maka selesailah urusan,puasa dianggapsudah sah, meskipun kata-kata kotor dan menyakitisaudaranya jalan terus.Karenanya, jika kita ingin meningkatkan kualitaspuasa, maka kita tidak boleh berhenti sebatas pemahamanFikih saja, kita harus bisa melampauinya dengan caramemahami puasa dari dimensi Tasawuf. Puasa menurut parasufi tidak hanya sekedar mempuasakan perut dan seks saja,akan tetapi lebih jauh dari itu juga harus bisa mempuasakanalat indra dan hati kita. Jalaluddin Rakhmat menjelaskanbahwa dalam pelaksanaan puasa menurut para sufi, kita harus

Page 44: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

38 | Hadinidapat mengendalikan alat indera kita, baik indera lahiriahmaupun indera bathiniah. Adapun puasa indera lahiriah, iadilakukan dengan mempuasakan lidah, mempuasakanmata,mempuasakan telinga dan sebagainya. Sementara puasaindera batiniah seperti menahan dan mengendalikan diri darihati, fikiran, dan imajinasi yang dapat menjauhkan diri dariridha Allah.Jadi, menurut para sufi, berpuasa tidak cukup sekedarmenahan lapar dan haus, tetapi harus mampu mempuasakanpelinghatan dan pendengarannya dari hal-hal yang dilarang,seperti melihat aurat, visualisasi porno, mendengarkan gosip-gosip dan fitnah, marah, perkataan kotor dan sebagainya.Tidak hanya itu, lebih jauh lagi kita juga harus mempuasakanhati dan fikiran kita dari hal-hal yang dilarang, sepertisu’uzhan, dendam, riya, sombong dan sebagainya.Oleh karenanya, jika kita ingin puasa kita berhasil,maka cara puasa seperti inilah yang harus kita tempuh, danpuasa seperti ini pulalah yang mampu membawa perubahandiri kita menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang sehatsecara fisik dan sehat secara psikologis, atau dalam bahasaIbnu Arabi disebut sebagai Insan Kamil,Adanya model puasa seperti ini yang mampumembawa perubahan fisik dan psikologis yang lebih sehat,sebenarnya telah dibuktikan melalui riset para ahli,khususnya para ahli kedokteran bidang Neurosains. Para ahliberkesimpulan bahwa baik buruknya aktifitas serta sikapperilaku kita bisa mempengaruhi baik buruknya fisik danmental kita.Cara Berpuasa dan Efeknya Menurut NeurosainsKarenanya , jika kita melaksanakan puasa dengan sikapdan pemikiran yang positif, maka yang demikian akan bisameningkatkan kualitas kesehatan fisik dan kualitas

Page 45: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 39kebahagiaan kita. Bagai mana ini bisa terjadi? Taufiq Pasiakseorang dokter neurologi mencoba menjelaskan dari sistemcara kerja otak, ia mengatakan bahwa otak bagaikan apotekhidup, menurutnya otak bisa menghasilkan zat kimia yangbisa menyenangkan atau menyusahkan pemiliknya. Jika hatikita selalu gembira, selalu merasa bersyukur, qanaah ataumenerima apa adanya, maka otak akan memproduksiendomorfin, yaitu morfin yang dihasilkan oleh otak sendiriyang efeknya lebih hebat dari morfin yang ditanam, yangmembuat si pelakunya senantiasa dihinggapi perasaan senangdan bahagia.Selain itu jiwa yang sehat atau fikiran yang sehat jugabisa membuat fisik seseorang menjadi lebih baik. Sebagaicontoh orang yang memiliki sikap optimistis ternyata bisamemperkuat sistem imun manusia, lembaga National Institutof mental Health menemukan bahwa orang yang optimis akanmemproduksi sel Monosit yang bisa menyembuhkan luka danmemakan bakteri pada jaringan tubuh yang rusak. Hal initentu saja berlaku dengan sifat-sifat baik lainnya sepertisyukur, sabar, qanaah, ikhlash, penyayang dan sebagainya, dimana sifat-sifat ini merupakan aspek yang dilatih melaluipuasa. Ini berarti bahwa puasa dengan pendekatan sufi inilahyang akan membuahkan kebahagian bagi sipelaku puasa.Sebaliknya, jika puasa yang kita lakukan hanya sekedarmenahahan lapar dan dahaga saja sebagaimana menurutpandangan fikih, tapi tidak mau menahan dan mengendalikanindra lahir dan indra bathinnya, maka tidak tertutupkemungkinan orang yang berpuasa tersebut tidakmenemukan mutiara kebahagiaan dan kualitas fisik yangsehat. Sebagai misal, orang yang berpuasa tapi tidak menjagapandangan matanya maka menurut para ahli neurosains orangtersebut bisa mengalami gangguan pada otaknya. Seorang ahli

Page 46: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

40 | Hadinibedah otak dari Amerika Serikat, Dr Donald Hilton Jr, pernahmelaporkan bahwa pornografi bisa mengubah struktur danfungsi otak, atau dengan kata lain bisa merusak otak. Bagianyang paling rusak adalah PREFRONTAL CORTEX (PFC) yangmembuat anak tidak bisa membuat perencanaan,mengendalikan hawa nafsu dan emosi, serta mengambilkeputusan yang rasional. Oleh karenanya, puasa yang tidakbisa mempuasakan matanya bukan hanya ia tidakmendapatkan pahala yang dilakukannya, tapi malah bisamerusak kesehatan mental dan kesehatan fisiknya.Hal yang sama juga bisa terjadi jika dalam berpuasakita tidak mempuasakan indera bathiniah kita, sepertiberpuasa tapi marah, dendam, bohong dan sebagainya.Menurut penelitian, sifat-sifat buruk bisa mengakibatkankondisi kesehatan fisik dan mental menjadi buruk, dalam ilmukedokteran peristiwa seperti ini disebut juga denganpsikosomatik,karenanya, kondisi jiwa seperti iri, sombong,bohong, dusta, marah dan lainnya harus dihindarkan, karenaia bisa melahirkan perasaan dongkol, kecewa, dan stress,perasaan-perasaan seperi ini akan menyebabkanberproduksinya hormon-hormon pembunuh seperti dopamin,kortisol dan adrenalin yang bisa semakin memicu munculnyapenyakit seperti maag, jantung, impotensi, tekanan darahnaik, sulit tidur dan berbagai penyakit lainnya, karenanyasangat tepat jika rasulullah saw mengatakan bahwa: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta danmengerjakannya, maka Allah tidak punya kebutuhan dalammeninggalkan makanan dan minumnya.” Ini karenasesungguhnya puasa bertujuan untuk membuat kita jujur danberbagai sifat-sifat baik lainnya.Sementara itu, sifat-sifat buruk seperti di atas jugasangat berkaitan dengan kesehatan jiwa seseorang. Sifatdendam misalnya, sifat ini akan masuk melalui jalur sistem

Page 47: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 41

limbik di ujung otak reptil, yaitu bagian otak yang mengaturemosi. Orang yang dendam akan terbajak dan terhenti didaerah ini sebelum sampai ke kulit otak (cortex cerebri) yaitubagian otak yang mengatur berfikir rasional. Karenanya,itulah sebabnya orang yang pemarah dan pendendam tidakbisa berfikir rasional, karena, sebelum sampai ke kulit otaksifat ini sudah dibajak duluan di bagian ujung otak reptil,karena itu pulalah orang yang pemarah dan pendendamperilakunya bisa sama seperti biawak, ular atau buaya, maumelukai, membunuh atau mencelakai orang lain.Tentu sungguh aneh rasanya jika di bulanpengendalian diri ini ternyata kita tidak bisa mengendalikandiri. Oleh karenanya, agar puasa kita berhasil melatih kitamengendalikan diri, maka kita perlu melakukan puasa sepertimetode puasanya para sufi, yang tidak hanya sekedarmempuasakan perut dan kemaluannya, tetapi jugamempuasakan seluruh indra lahir dan indra bathinnya, dibulan puasa ini kita perlu terus melatih mata dan telinga kitauntuk digunakan kepada yang mendekatkan kita kepada Allah,kita juga harus melatih mempuasakan hati kita dari dendamdan marah menuju sifat pemaaf, dari sifat serakah menujusyukur, iri dengki kita menuju qanaah dan sebagainya.Dengan puasa seperti ini, maka tidak akan mungkinkita melihat ada orang yang berpuasa tetapi pemarah,dendam, berperangai seperti perangai reptil dan sebagainya,sebaliknya, dengan puasa seperti inilah yang akan membuatkita menjadi orang yang hidupnya paling bahagia, yang sehatsecara psikologis dan sehat pula secara fisiologis, di sampingmemperoleh keridhaan dan pahala yang telah dijanjikan olehAllah swt tentunya, wallahu’alam

Page 48: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

42 | Hadini

I. Menuzulkan Al-Qur’an dalam KehidupanAl-Qur’an adalah sebuah mu’jizat terbesar yang diturunkanAllah kepada ummat nabi Muhammad saw. Tidak ada satu kitab pundi dunia ini yang bisa menandingi keistimewaanya, ketika Allahmenantang siapa saja yang bisa menandingi satu surat saja dari Al-Qur’an dengan mengatakan “cobalah datangkan satu surat saja yangserupa dengan Al-Qur’an, (Q.s Al Baqarah:22), maka sampai dengandetik ini, tidak seorangpun yang mampu memenuhi tantangan itu.Tidak ada satupun kitab di dunia ini kecuali Al-Qur’an yangbisa dihafal oleh ummatnya, bahkan ia bisa dihafal oleh anak yangberusia dini. Tidak ada juga kitab lain yang mempunyai aturan dantata cara dalam membacanya, mulai dari panjang pendeknya, caramelafalkannya (makharijul hurufnya) dan berbagai aturan hukummembaca lainnya.Kesusastraannya begitu tinggi, bahkan bisa membuat hatiyang membatu berubah jadi mencair. Karena ketinggiansasteranyalah hati Umar bin Khatthab yang keras seperti batu bisaberubah menjadi lembut dan meleleh, hanya dengan kalimat thaha,kalimat ini mampu membuat ia terdiam seribu bahasa hingga takmampu berkata apa-apa, terpana akan keindahan sastra dankedalaman maknanya.Lihatlah Kemu’jizatan Al-Qur’an dari segi keserasianbahasanya. Dari segi keseimbangan lawan kata atau antonimnyamisalnya, Prof. Quraish Shihab menyebutkan bahwa kata Hidup(hayat) dan mati (maut) sama-sama disebutkan sebanyak 145 kali,Kata ‘Dunia’ dan ‘Akhirat’ sama-sama disebutkan sebanyak 115 kali,Kata ‘Malaikat’ dan ‘Syaithan’ sama-sama disebutkan sebanyak 88kali, Kata ketenangan (thuma’ninah) dan kecemasan (dhyq) sama-sama disebutkan sebanyak 13 kali, sementara kata ‘panas’ dan‘dingin’ sama-sama disebutkan sebanyak 4 kali.Selain itu ada juga ketepatan kata dalam bentuk lainnya,seperti kata yaum (hari) terulang sebanyak 365 hari yangmenunjukkan jumlah hari dalam setahun, juga kata syahr (bulan)terulang 12 kali, sebanyak jumlah bulan dalam setahun,masya’allah.

Page 49: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 43Lihat pula bagaimana kemu’jizatan Al-Qur’an yang sangatsesuai dengan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan perkembanganSains. Sebagai misal, Al-Qur’an mengatakan bahwa alam ini dulunyapadu sebelum ia dipisahkan, Al-Qur’an mengatakan “Tidakkahorang-orang kafir memperhatikan bahwa langit dan bumi tadinyamerupakan satu yang padu (gumpalan), kemudian Kamimemisahkannya, dan Kami jadikan dari air segala sesuaatu yanghidup, maka mengapa mereka tidak juga beriman?”Apa yang dikatakan ayat di atas dibenarkan para ilmuan,Edwin P Hubble (1889-1953) pada tahun 1929 melalui teropongbintang menunjukkan bahwa alam semesta ini memuai danberekspansi, yang awalnya merupakan gumpalan yang terdiri darineutron, kemudian meledak dan berekspansi, di mana para ahlimenyebut ledakan ini dengan istilah big bangDemikianlah sekelumit gambaran kehebatan dan keajaibankandungan Al-Qur’an, lalu adakah kitab suci yang mempunyaikeistimewaan seperti itu? karenanya pantas saja jika tantanganAllah swt untuk menandingi Al-Qur’an sampai sekarang tidak akanpernah ada, bahkan sampai kiamat datang.Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, bagaimanakahcara kita memperlakukan dan berinteraksi dengan Al-Qur’an?Adakah kita termasuk orang-orang yang dekat dan selalumenyapa Al-Qur’an? Atau malah seperti orang-orang yang pernahdiadukan Rasulullah ketika ia mengadukan kesedihannya kepadaAllah swt “ Ya Tuhan ku...,sesungguhnya kaumku telah menjadikanAl-Qur’an ini sesuatu yang ditelantarkan (al Furqn: 30).Cara Kita Mengagungkan Al-Qur’anSepantantasnyalah kehebatan Al-Qur’an ini kita hormati dankita agungkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun bila kitamelihat realitas yang terjadi, seringkali kita melihat cara ummatIslam dalam menghormati Al-Qur’an hanya dengan cara yangdangkal dan simplistik, hal ini bisa kita amati seperti: Pertama,Ummat Islam lebih banyak menghormati Al-Qur’an dengan carasekedar memperlombakan atau memusabaqahkan Al-Qur’an secara

Page 50: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

44 | Hadinimeriah di arena MTQ, melagukannya dengan suara indah dan fasih,untuk hal ini bahkan terkadang kita sering menjuarai eveninternasional mengalahkan negara-negara Arab, atau dengan caramendengungkan dia di acara-acara seremonial, berlombamengkhatamkan Al-Qur’an dan sebagainya. Padahal penghormatankita terhadap Al-Qur’an seharusnya tidak hanya sekedarmendendangkan cara membacanya, tetapi juga harus memahamidan mengkaji kandungannya serta mendendangkan isikandungannya di dalam kehidupan nyata.Kedua, pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa,kalaupun ummat Islam intens dan serius dalam mengkaji isikandungan Al-Qur’an, namun ia seringkali dikaji hanya sebataskandungan Aqidah dan Fikih semata, yang terkadang bilamentalnya belum dewasa tidak jarang menimbulkan perselisihandan keributan. Sementara kajian kandungan Al-Qur’an yangberbicara masalah sosial, serta kajian kandungan Al-Qur’an tentangmasalah Sains dan teknologi ternyata masih lemah dan jauhtertinggal. Sementara orang-orang Barat sangat fasih dan sudahsangat rajin dalam membaca masalah-masalah sosial dan sainsteknologi meski tidak fasih membaca al-qur’an.

Makna Iqra’Oleh karenanya, sudah sepatutnya di momen Nuzul Al-Qur’an ini kita perbaharui kembali cara pandang kita dalammembaca Al-Qur’an, sehingga Al-Qur’an benar-benar bisa menjelmamenjadi konsultan kehidupan kita, yang siap memberi jawabanbagi yang ingin mendapat petunjuk (hudan) bagaimana menjalanihidup yang benar, dan siap menjadi konsultan hidup kita untukmembedakan (furqan) mana yang haq /benar dan mana yangbathil. Bila kita merujuk pada ayat yang paling pertama kaliditurunkan Allah dalam Al-Qur’an, maka kata pertama yangdisampaikan adalah kata Iqra’bismi Rabbika yaitu perintah‘membaca’. Dalam ayat ini Allah swt tidak menyebutkan apa objekyang harus dibaca. Allah swt hanya menyuruh kita untuk membaca,menela’ah dan meneliti apa saja yang ada asalkan ia berada, dengan

Page 51: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 45catatan ia harus dalam koridor bismirabbika, dan bisa memberimanfa’at bagi manusia. Ini berarti bahwa sebenarnya Allah swthendak menyuruh kita untuk membaca ayat-ayatnya, baik ayat-ayatyang ‘tersurat’ di dalam Al-Qur’an maupun ayat-ayat yang ‘tersirat’yang terbentang di alam raya ini.Oleh karenanya, ummat Islam seharusnya tidak hanya bisasekedar mebaca Al-Qur’an secara harfiah dengan sekedarmengumandangkannya melalui suara yang merdu, tetapi lebih jauhdari itu harus bisa memahami kandungan Al-Qur’an dengan caramemahami ayat-ayat yang ‘tersirat’ dalam realitas sosial dan alamcosmos ini.Ummat Islam harus lihai dalam membaca hukum-hukumsosial yang terjadi di masyarakat, seperti hukum keadilan,persaudaraan, kedermawanan, kerjasama, kasih sayang, dansebagainya. Kita bisa melihat bahwa betapa banyak negara yangkacau hanya karena keadilan tidak ditegakkan, sebagaimana pulapernah dialami oleh bangsa dan daerah ini, demikianlah terkadangayat-ayat keadilan yang ‘tersirat’ ini menafsirkan pesan keadilanyang ‘tersurat’ dalam Al-Qur’an. Demikianlah antara ayat yang‘tersurat’ dan yang ‘tersurat’ saling menafsirkan.Oleh karenanya jika kita ingin membumikan tatanan sosialyang baik, maka tugas kitalah untuk menerapkan dan ‘menuzulkan’pesan hukum sosial Al-Qur’an ini di dalam setiap aktivitas sosialkemasyarakatan kita. Kita nuzulkan pesan nilai-nilai keadilan Al-Qur’an terhadap orang yang kita pimpin, kita nuzulkan pesan nilai-nilai etos kerja dan tanggung jawab Al-Qur’an di kantor-kantor, kitanuzulkan pesan nilai-nilai kejujuran Al-Quran dalam berdagang danberbisnis, kita nuzulkan pesan nilai-nilai persaudaraan dankedermawanan Al-Qur’an di masyarakat, dan menuzulkan berbagaihukum-hukum sosial lainnya. Hanya dengan cara inilahkesejahteraan dan kedamaian akan bisa membumi di tempat kita.Dengan cara ini pulalah cara kita memperkenalkan danmempromosikan isi dan kandungan Al-Qur’an kepada orang-orangnon muslim, mereka tidak bisa membaca Al-Qur’an, mereka hanya

Page 52: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

46 | Hadinibisa membaca Al-Qur’an dari perilaku yang kita tampilkan ditengah-tengah masyarakat.Selain ummat Islam harus lihai dalam membaca hukum-hukum yang ‘tersirat’ di lapangan sosial , mereka juga harus cerdasdalam membaca ayat-ayat yang ‘tersirat’ terhadap isyarat-isyaratyang terjadi di alam raya. Artinya, ummat Islam harus terampildalam menggarap alam ini dengan menguasai Sains dan teknologi,sehingga alam ini bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia,dengan adanya penguasaan Sains dan teknologi ini pula produkyang dihasilkannya bisa terkendali dari penggunaan yang salahkaprah dan membahayakan kelangsungan hidup manusia. Namunsayang, dalam hal pengusaan Sains dan teknologi ini ummat Islamternyata masih menjadi orang nomor dua, justru di tangan orang-orang Baratlah yang berhasil memegang perkembangan Sains danteknologi saat ini, tentu saja hal ini dikarenakan mereka mau danpandai membaca ayat-ayat yang yang ‘tersirat’ di alam raya ini.Orang-orang barat yang tidak tau membaca al-Qur’an ternyata telahmenuzulkan al-Qur’an dalam kehidupan mereka. Karenanya tidaksalah jika Syeikh Muhammad Abduh pernah berkata “saya melihatIslam ada di Eropa dan tidak melihat Islam di sini (Mesir).”Oleh karenanya, sudah saatnya kita mengkaji ulang danmemantapkan kembali tentang bagaimana seharusnya cara kitaberinteraksi dan cara pandang kita terhadap Al-Qur’an. Sudahsaatnya kita membaca Ayat-ayat Tuhan secara lebih luas lagi yangtidak hanya sekedar membaca Al-Qur’an dalam artian harfiah saja,tapi ummat Islam juga dituntut harus bisa memahami danmengamalkan isi kandungannya melalui ayat-ayat Tuhan yang‘tersirat’, maka dengan cara seperti inilah fungsi dan pesan-pesanAl-Qur’an sebagai hudan dan furqan bisa membumi dalamkehidupannyata kita sekaligus mewujudkan syurga di bumi ini,sehingga kita merasakan betapa indah dan damainya hidup dalamnaungan Al-Qur’an. Wallahu’alam

Page 53: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 47

J. Menjaga Ketakwaan dengan MelayaniManusiaSyukur alhamdulillah, di pagi hari yang yang cerah ini,dengan disinari matahari yang segar, dengan dipayungi langityang biru, kita kembali duduk berkumpul dan bersimpuh dihamparan rumput nan hijau ini, kita gemakan kalimat takbiryang agung ini untuk mengagungkan kebesaran Allah sebagaitanda rasa syukur kita kepada Allah Rabbul ‘alamin, kitabersyukur karena Dia telah mengembalikan kita kepada fitrahkesucian kita, setelah sebelumnya kita berlumpur dengankubangan dosa-dosa.Kelezatan alunan takbir ini bahkan telah kita rasakansejak matahari tenggalam di ufuk barat kemarin, bergemuruhsaling bersahutan membuat merinding bulu roma kita, alunanindah itu kembali kita dengungkan bersama sama ketika tadikita keluar dari rumah menuju lapangan ini bersama anak dankeluarga kita dengan wajah yang cerah, yang terpancar darijiwa yang lapang.Kelezatan bertakbir hari ini tidaklah dapat dibelidengan uang, kelezatan ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang senantiasa berusaha bermujahadah danbersungguh sungguh mencari kasih sayang Allah melaluikomunikasi yang intens yang kita lakukan selama bulanRamadhan kemarin. Kenikmatan bertakbir hari ini juga belumtentu bisa dinikmati semua orang, meskipun mereka juga ikutshalat ‘id seperti kita, sebab kenikmatan bertakbir hari inihanya bisa didapatkan oleh orang-orang yang berhasilmendapatkan prediket takwa, sebuah prediket maha tinggiyang ada di atas permukaan bumi ini, yang hanya didapatkanoleh mereka yang berjuang dan bersusah payah melakukan

Page 54: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

48 | Hadiniamal shaleh sepanjang Ramadhan kemarin. Bagi yangmendapatkan prediket itu Allah akan menjanjikan kepadamereka limpahan rizki yang tidak diduga-duga, segalaurusannya akan dimudahkan, Allah akan berlarimendekatinya, begitu dekatnya bahkan lebih dekat dari uratlehernya, ia selalu merasa ramai meski dalam kesunyian, danpastinya disediakan baginya syurga yang luasnya seluas langitdan bumi.Mendapatkan prediket takwa tidaklah dibatasi untukorang-orang tertentu. Takwa bukanlah hanya milik parasarjana agama, takwa juga bukan hanya milik ulama, takwabelum tentu dimiliki kaum santri, milik orang berjubah, atauorang berpeci, tapi takwa boleh jadi dimiliki oleh merekayang kita anggap hanya sebelah mata, boleh jadi mereka yangmendapat predikat takwa adalah orang-orang kecil (paraburuh pabrik, buruh bangunan, pendodos sawit, cleaningservice, para petani atau nelayan- bila perlu), di mata Allahboleh jadi mereka lebih mulia dari para tuannya, lebih muliadari pejabat, dan lebih mulia daripada pemuka agama. Bolehjadi tingkat kualitas hidup mereka jauh lebih bahagia daripada mereka yang bergelimang harta, betapa banyak kitamendengar para pejabat, para politisi atau para busnismenyang mengakhiri hidupnya secara tragis dengan bunuh diri?.Tanpa takwa, harta dan tahta ternyata bisa menjadi petakabagi kita, begitulah besarnya peran takwa dalam kehidupankita. Moga melalui Ramadhan kemarin, kita termasuk orang-orang yang terpilih mendapatkan prediket takwa itu, aminAllahu akbar 3x walillahilhamd

Sidang jama’ah Id yang dirahmati AllahKemarin sore, ketika bulan Ramadhan mengucapkan‘selamat tinggal’ kepada kita, ketika alunan takbir mulaibergema di rumah-rumah Allah, perasaan serasa semakin

Page 55: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 49mengharu biru, qalbu serasa bercampur aduk, ada rasasenang, ada rasa sedih, ada tawa ada tangis. Rasa senang dantawa karena Allah telah mengampuni dosa-dosa kita, sehinggakita kembali bersih seperti bersihnya bayi yang dilahirkan.Namun di sisi lain perasaan sedih dan menangis terasa begituhebat, sedih dan menangis karena Ramadhan pagi ini sudahkita lepas, teringat saat-saat indah berkumpul menanti detik-detik buka puasa bersama keluarga, teringat kenangan indahsaat kita beriring bersama-sama keluarga dan kerabat menujuRumah Allah bersama-sama bertarawih, teringat salingbertadarus Al-Qur’an, teringat kenangan saat air mata kitamembasahi tempat sujud kita, ketika kita menangisi dosa-dosa yang kita lakukan dengan air mata taubat danpenyesalan.Pagi ini, bulan yang indah itu telah berangkat, kita tidaktau apakah kita masih berjumpa lagi atau tidak. Ya Allah yaRabbi..., seiring dengan kepergian Ramadhan Mu, terimalahsemua amal-amal kami yang sedikit ini ya Allah,Ya rahman..., jadikanlah kami yang bersimpuh di lapangan Muini sebagai peserta wisuda Ramadhan yang mendapatkanprediket takwa seperti yang telah Engkau janjikan,Ya rahim..., pertemukanlah kami lagi dengan bulan yang indahitu pada tahun yang akan datang. Amin ya rabbal alamin.Mulai hari ini, kita dihadapkan dengan sebuah tugasbesar, yaitu tugas dan agenda memelihara takwa denganmenjaga kesucian Ramadhan kemarin. Selama sebelas bulankedepan kita diuji apakah kita masih mampu memeliharatakwa dan menjaga nilai-kesucian Ramadhan kemarin atautidak? atau kita kembali seperti kebiasaan lama kita yangburuk?. Apakah kita bisa menjaga aktivitaswadzakararasmarabbihi fashalla?, yang selalu berusaha

Page 56: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

50 | Hadinimendekatkan diri kepada Allah? atau justru memilih baltu’tsiruna alhayata al dunya yang lebih cenderung memilihkehidupan dunia?, tentu kita pantas untuk mencemaskannya,cemas jika kesucian Ramadhan kemarin ternoda kembalidengan kuatnya magnet keindahan dunia. Selama sebulankemarin kita getarkan lidah kita untuk menyebut nama Allah,alangkah ruginya jika sebelas bulan kedapan kita ganti denganmakian dan kata-kata kotor pada saudara kita. Selama sebulankemarin kita laparkan perut kita dari makanan yang halal,alangkah ruginya jika sebelas bulan ke depan kita gantidengan makanan haram yang kita peroleh dari hasil korupsidan dari hasil sogokan, selama sebulan kita bagi-bagikan hartakita kepada sesama, alangkah ruginya jika sebelas bulankedepan hanya kita tumpuk-tumpuk di bank. Janganlah kitaganti indahnya al mar’a dengan ghutsaanahwa, janganlah kitatukar indahnya rumput yang hijau dengan sampah yanghitam, janganlah kita gadaikan kedudukan yang mulia inidengan tempat yang hina dengan melanggar ketentuannya.Selama sebelas bulan ke depan marilah kita menjagakesucian Ramadhan ini dengan terus mendekatkan dirikepada Allah seperti kita mendekatkan diri di bulanRamadhan lalu. Kita dekati Allah dengan mendawamkan hari-hari kita dengan puasa-puasa sunnat, kita dekati Allah denganmengistiqamahkan shalat-shalat sunnat kita, kita dekati Allahdengan mengamalkan zikir secara konsisten.Satu hal yang pantang untuk kita lupakan selamasebelas bulan ke depan adalah, bahwa mendekati Allah hanyadengan ibadah-ibadah murni tidaklah cukup apabila kitamengabaikan ibadah-ibadah sosial. Bahkan bersemangatmelaksanakan ibadah kepada Allah tapi mengabaikan ibadahsosial justru bisa mendatangkan kemarahan Allah. Dalam alQur’an secara tegas Allah mengecam para ahli ibadah yang

Page 57: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 51mengabaikan saudara-saudaranya yang membutuhkan ulurantangan, dalam surah al Ma’un mengatakan fa waylullilmushallin, Allah mengatakan bahwa orang-orang yang shalatmasih dikatakan celaka, celaka karena mereka menelantarkananak yatim, dan tidak menganjurkan orang lain untuk salingmemberi makan orang-orang miskin. Ayat ini memang seringkita baca, tapi sayang kita jarang mengamalkan pesannya.Suatu ketika di bulan Ramadan, Rasul pernah berjalan-jalan dan memergoki seorang ibu yang sedang memaki-makipembantunya, (dalam bahasa kita sekarang, memakikaryawan atau bawahan kita) melihat pemandangan itu,Rasululullah pun mendatangi si ibu sambil memberikanmakanan kepadanya, rasul mengatakan “makanlah ibu”terkejut, si ibu pun bertanya, “wahai Rasulullah, bukankanbulan ini bulan puasa, bukankah engkau tau bahwa akusedang berpuasa”? Rasulullah saw pun menjawab: “wahaiibu, orang yang berpuasa bukanlah seperti ibu, yang memaki-maki orang lain dengan kata-kata kasar dan menyakitkanhatinya.” Peristiwa ini adalah pelajaran bagi kita bahwa tidakada artinya ibadah kita, termasuk puasa kita kemarin jika kitatidak bisa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.Janganlah kita hancurkan puasa kita dengan menyakiti hatidan perasaan saudara kita, janganlah kita hancurkan shalatkita dengan mengambil hak-hak orang lain, janganlah pulakita hancurkan zikir kita dengan mengabaikan keluh kesahpara fakir dan miskin.Tuhan tidak membutuhkan menjalin hubungankepada-Nya, jika kita tidak mau menjalin hubungan baikdengan sesama. Allah menginginkan agar ‘hubungan kepadaAllah’ dan ‘hubungan kepada sesama manusia’ harus seiringsejalan seperti dua sisi mata uang, namun bila tidak, Allah

Page 58: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

52 | Hadiniakan mengancam kita dengan memberikan kehinaan kepadakita, dalam Al Qur’an Allah mengatakan:Artinya: “Aku akan menimpakan kehinaan kepada manusia dimanapun ia berada, kecuali mereka yang menjalin hubunganbaik dengan Allah dan hubungan baik dengan sesama manusia”Semua kita tentu tentu tidak menginginkan jikakehinaan menimpa kita, apalah artinya kehebatan yang kitamiliki jika Allah telah menjatuhkankan kehinaan kepada kita,karenanya mari kita seimbangkan hubungan baik kita kepadaAllah dengan cara menjalin hubungan baik dengan sesamamanusia, mari kita pertahankan kesucian Ramadhan kemarindengan memperhatikan kanan dan kiri kita, pastikan tidak adayang tersakiti dan terluka hatinya karena kita, buatlahsaudara-saudara kita tersenyum dengan memasukkan rasabahagia ke dalam hati mereka, dengan meringankan sebagianbeban berat yang tidak mampu dipikul oleh saudara-saudarakita yang lemah dan mereka yang dijerat kemiskinan.Hari ini masih banyak sekali saudara-saudara kita yanghidupnya masih berada di bawah garis kemiskinan yangberharap kemurahan hati dan uluran tangan kita. masihbanyak saudara-saudara kita yang kehidupannya melarat,yang berjuang mempertahankan dapurnya agar tetap berasap,mempertaruhkan nyawanya untuk membeli sepatu anaknya,saat ini mereka ada di dekat kita, (mungkin mereka adalahpembantu kita, buruh kita, buruh kebun kita, buruhbongkaran atau para pencari ikan).Masih banyak orang yang susah memikirkan apakahbesok makan atau tidak, anak anak yatim yang inginmelabuhkan kasih sayangnya kepada kita, pasien-pasienRumah sakit yang nyawanya terancam karena tidak bisamembeli obat, masih banyak pula anak-anak cerdas yangterancam sekolah dan kuliahnya karena kekurangan biaya.

Page 59: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 53Sementara di tengah-tengah kesulitan mereka, kitahanya sibuk mementingkan diri sendiri beribadah kepadaAllah, kita egois dalam beribadah, kita sibuk dengan shalatkita sendiri, sibuk dengan puasa kita sendiri, terkadang bagimereka yang mampu, mereka bahkan mau menghambur-hamburkan uangnya pergi umrah ke Mekkah secara berulang-ulang dengan dana puluhan juta rupiah, padahal jika puluhanjuta dana umrah itu diberikan kepada mereka yang melarat,yang terancam perutnya, terancam pendidikannya serta biayabiaya obatnya, betapa ringannya beban mereka, alangkahbanyaknya mereka yang terselamatkan, tentu ini jauh lebihbermanfaat dan lebih bermakna dalam pandangan Allah.Sebuah kaedah Ushul Fikih mengatakan, menghindariMudharat jauh lebih baik dari mencari pahala, dar’ul mafasidmuqaddam ‘ala jalbi al mashalih kata Ulama Ushul. Umrah ituhukumnya sunnat, sementara menolong orang yangemergensi hukumnya wajib, maka sudah sepantasnyalah kitamengutamakan yang wajib dari yang sunnat. Tidak pantas kitamelaksanakan sunnat umrah jika tetangga di samping kitamasih banyak yang kehidupannya sudah sakarat, tentu kitawajib terlebih dahulu menyelesaikan persoalan mereka.Tapi jika hari ini kita mengabaikan kesulitan mereka,jika kita tidak bisa merasakan penderitaan mereka, makapuasa kita, shalat kita, ‘umrah kita, semuanya akan percuma,bahkan Allah mengancam akan menggolongkan kita ke dalamorang-orang celaka dan orang yang akan ditimpakankehinaan. Na’uzubillah tsumma na’uzubillah.Mencari Tuhan tidaklah hanya di mesjid-mesjid, Tuhantidak hanya di Mekkah, tapi Tuhan juga ada di pasar, dirumah-rumah gubuk, di rumah sakit, di sekolah-sekolahmiskin, Tuhan juga ada di kamp-kamp pengungsi Rohingya

Page 60: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

54 | Hadiniyang sekarang berhari raya di tenda-tenda darurat danberhari raya di tengah laut tanpa tau kemana arah tujuan.Carilah Tuhan di tempat-tempat seperti itu, mari kita cariTuhan di sana, niscaya kita akan menjumpai Nya di sana,bahkan pertemuan kita dengan Allah jauh lebih intim danlebih syahdu.Dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan olehAbu Hurairah ra, Rasulullah saw pernah bersabda: bahwasesungguhnya Allah yang maha mulia dan maha agung akanberfirman pada hari kiamat:” wahai putra adam, dulu Akusakit, mengapa engkau tidak menjenguk-Ku?’ putra adambertanya, ‘bagaimana aku menjenguk Mu, sedang Engkauadalah Tuhan seru sekalian alam”?Allah berfirman “tidakkah engkau mengetahui bahwa adahambaKu yang sakit, tapi mengapa engkau tidakmengunjunginya, tidakkah engkau mengetahui bahwasekiranya engkau mengunjunginya niscaya engkau akanmenemui Aku di sana?Allah berfirman lagi, wahai putra adam, dulu Aku Lapar, tapiengkau tidak memberi aku makan?’ putra adam bertanya,bagaimana aku menjengukMu, sedang Engkau adalah Tuhanseru sekalian alam”Allah berfirman ‘tidakkah engkau mengetahui bahwa dulu adahambaKu lapar meminta makanan kepada mu , tapi engkautidak memberinya makan, tidakkah engkau mengetahui bahwasekiranya engkau memberinya makan niscaya engkau akanmenemui Aku di sana?Allah berfirman lagi ‘wahai putra adam, dulu Aku mintaminum, tapi engkau tidak memberi aku minum?’ putra adambertanya, bagaimana aku memberiMu minum, sedang Engkauadalah Tuhan seru sekalian alam?”

Page 61: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 55Allah berfirman ‘tidakkah engkau mengetahui bahwa adahambaKu yang minta minum, tapi engkau tidak memberinyaminum, tidakkah engkau mengetahui bahwa sekiranya engkaumemberinya minum niscaya engkau akan menemui Aku disana?/ ama innaka lau saqaitahu lawajadta dzalika ‘indi. (HRMuslim)Hadits Qudsi ini begitu terang menjelaskan, bahwamencari Tuhan ternyata tidaklah hanya di tempat-tempatibadah, tetapi juga di realitas sosial, di tempat-tempat umum,tempat-tampat di mana orang-orang membutuhkan ulurantangan kita.Pada zaman Bani Israil juga pernah diceritakan, bahwasuatu ketika kaum Bani Israil mendatangi Musa, dan berkata:wahai Musa, kami ingin mengundang Tuhanmu untukmenghadiri jamuan makan kami, sampaikanlah kepada TuhanMu supaya Dia berkenan menghadiri undangan kami, nabiMusa pun marah, ia merasa seolah sedang dilecehkan olehkaum Bani Israil, dengan marah Musa pun menjawab “Tidakkah kalian tahu bahwa TuhanKu tidak memerlukanmakanan?Musa pun pergi ke bukit Sinai mengadu kepada Allahtentang permintaan kaum Bani Israil, Tuhan pun menjawabsambil menghibur Musa, “wahai musa, mengapa tidak engkausampaikan undangan itu kepada Ku, wahai Musa, sampaikankepada mereka , Aku akan datang pada undangan pestajamuan makan mereka”, Musa pun lega, dan menyampaikanpesan Tuhan kepada kaum Bani Israil.Selama berhari-hari orang-orang pun sibukmempersiapkan pesta jamuan makan ini, setelah hidangansiap, orang semua bersiap-siap menantikan kedatangan TuhanMusa, setelah sekian lama menunggu, Tuhan belum juga

Page 62: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

56 | Hadinidatang, hari mulai sore dan semakin gelap, Tuhan belum jugatampak, yang tampak hanya ada seorang kakek yang datang,dengan pakaian yang lusuh dan tampak seperti kelelahan,orang-orang pun hampir tak memperhatikan si kakek, karenamenganggap bukan tamu penting, ibarat acara pestaperkawinan anak kita, mungkin kehadirannya dianggapmengganggu pemandangan kemeriahan pesta anak kita, sangkakek pun mendekati Musa dan berkata: “aku lapar, berilahaku sedikit makanan” Musa berkata, “sabarlah kakek, sebentarlagi Tuhan akan datang ke sini, tunggulah sebentar”. Akhirnyamalampun semakin larut, tidak ada tanda-tanda lagi kalauTuhan akan datang, orang-orang Bani Israil pun mulaimengecam Musa, karena menganggap musa telahmempermain-mainkan mereka.Musa merasa sangat malu, ia pun pergi menaiki bukitSinai untuk mengadu kepada Tuhan, Musa berkata” Tuhan ku,barusan aku sudah dipermalukan di depan banyak orang,karena Engkau tidak juga datang seperti yang telah Engkaujanjikan, Tuhan menjawab, “ wahai Musa, sebenarnya Akusudah datang, Aku telah menemuimu langsung, bahkan akusempat meminta padamu untuk memberiku sedikit makanan,tapi tidak ada seorangpun menghiraukan Aku, baik kamumaupun kaummu tidak ada yang menyambutKu, apalagimenghormatiKu. Musa berkata, “Tuhan ku, seorang kakekmemang ada datang waktu itu, tapi dia hanya manusia biasa”Tuhan berkata, “sebenarnya aku bersama hambaKu itu,sekiranya kamu menyambutnya waktu itu, berarti kamu telahmenyambut Aku, sekiranya engkau melayaninya waktu ituberarti engkau telah melayani Aku

Jama’ah ‘id yang berbahagiaLagi-lagi cerita di atas semakin memperjelas bahwaAllah ada di realitas sosial.

Page 63: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 57Marilah kita mendekati Tuhan dengan mendekatihambaNya yang membutuhkan perhatian kita, Allah pastiakan memasukkan kebahagiaan dalam hati kita, danmemasukkan kita ke dalam syurga Firdaus dan syurga Ar-Rayyannya, bahkan sebelum masuk ke dalam syurganya, Allahakan langsung membalasnya secara kontan di dunia, dalamsebuah hadits qudsi yang masih diriwayatkan Abu Hurairah,Allah mengatakan: Nafkahkanlah wahai anak adam, niscayaAku akan bernafkah kepada mu ( HR Bukhari, Muslim),2x, ( ‘anAbi Hurairata radhiyallahu’anhu, anna rasulullahi sal’am qala:qalallah: anfiq ya ibnu adam, unfiq ‘alaika) para ahli psikologijuga mengatakan bahwa dalam memberi terdapat hukumkekekalan energi Fisika yang mengatakan: jika kita memberienergi positif pada dunia, maka energi tersebut akan kembalikepada kita”, tidak akan ada yang berkurang dan tidak adayang sia-sia dengan memberi.Sementara sebuah penelitian dari QueenslandUniversity of Technology Australia mengatakan bahwa saatkita berbuat baik dengan memberi sumbangan, otak akanmemproduksi hormon baik yang bisa menurunkan tekanandarah, mengurangi stres dan mengurangi penyakit jantung,demikianlah janji Tuhan yang dibuktikan dari hasil penelitiantentang dampak langsung yang kita terima didunia ini daritindakan memberi.Mulai hari ini marilah kita jaga ketakwan dan kesucianRamadhan kemarin dengan meneruskan kebiasaan ibadahRamadhan di sebelas bulan ke depan, mari pula kita jagaketakwaan dan kesucian Ramadhan kemarin dengan menjagahubungan baik kita dengan sesama manusia,Setelah kita bangkit dari tempat duduk kita nanti,marilah kita lihat kanan dan kiri kita, siapa di antara mereka

Page 64: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

58 | Hadiniyang pernah kita sakiti hatinya. Seorang anak, kenang-kenanglah dosa kita kepada ayah dan ibu kita, sudah berapasering kita menusuk hati mereka, berapa banyak air matamereka yang sudah kita tumpahkan? Bersimpuhlah dikakinya, basahi kakinya dengan air mata maaf kita. Seorangsuami kenang-kenanglah dosa kita kepada istri kita, berapabanyak kata-kata kasar yang kita lepaskan kepada merekayang sepenuh hati membahagiakan kita, ulurkanlah tangankita kepada mereka dan minta maaflah kepadanya,teteskanlah air mata kita di telapak tangannya. Seorang istri,kenang-kenanglah dosa-dosa kita pada suami, berapa banyakkita menuntut suami di luar batas kesanggupannya, kata-katayang menyakiti hati suami yang bersusah payahmembahagiakan kita, rebahkanlah kepala kita dipangkuannya, basahilah pangkuannya dengan air matapenyesalan kita,Setelah bangkit dari tempat duduk kita nanti, mari pulakita lihat kanan dan kiri kita, berapa banyak orang yang kitadiamkan dan tak saling bicara, berapa banyak orang yang kitalukai hatinya dengan ketajaman lidah kita, datangilah tempatmereka dan minta maaflah kepadanya.Setelah bangkit dari tempat duduk kita nanti, marilahkita lihat kanan dan kiri kita, berapa banyak anak-anak yatimyang kita telantarkan, santunilah ia dan usaplah kepalanyadengan belaian kasih sayang kita, berapa banyak para fakirdan miskin yang kekurangan beras, ulurkanlah tangan kitakepada mereka, dengarkanlah rintihan dan keluh kesahmereka.Semoga apa yang kita lakukan itu, bisa menjagaketakwaan dan kesucian Ramadhan yang sudah kitaperjuangkan dengan susah payah kemarin, amin, ya rabbal‘alamin,

Page 65: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 59

BAGIAN KETIGAHUMANISME HAJI

A. PENEGAKAN "FIKIH PRIORITAS" DALAMHAJISetiap kali Bulan Zulhijjah tiba, maka kita segera akanmenyaksikan sebuah ibadah kolosal, diman ummat muslimyang mampu akan memenuhi panggilan Ilahi yang disebutjuga dengan Hajji ke Baitullah. Sebuah ibadah yang didalamnya penuh dengan simbol-simbol yang sarat akanmakna bagi hidup manusia sebagai Abdullah dan Khalifatullahdi permukaan bumi.Sebagai sarjana barat sebagaimana di kutib SeyedHossein Nasr melukiskan hajji sebagai kongres ummat Muslimbertaraf internasional, hampir 4 juta Ummat dari seluruhdunia dan dari berbagai latar belakang ras dan etnisberkumpul di sana. Namun yang lebih penting adalah bahwa

Page 66: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

60 | Hadini

setelah para hujjah menunaikan ibadah hajji, mereka akankembali suci membawa berkah ketika nantinya merekapulang ke kampung halaman masing-masing.Hajji memang nikmat, mungkin itulah sebabnyamengapa sebagai ummat muslim berulangkali berangkat keMekkah. Tak peduli berapapun uang yang harus dikeluarkan,yang penting kenikmatan bathin dapat dirasakan.Menyangkut fenomena hajji yang berulang-ulang ini,terkadang saya merenung. Renungan yang terkadang munculdalam bentuk "interupsi" dalam fikiran saya sering bertanya,wajar dan pantaskah kita menghabiskan dana nyang begitubesar hanya demi untuk mencari kenikmatan dan kepuasanbatin? Sementar disekitar rumah kita dikelilingi oleh orang-orang lemah yang membutuhkan uluran tangan? Butuh biayahidup, butuh biaya pendidikan dan berbagai kebutuhan lainyang sifatnya sudah emergency. Rasanya akal sehat beratmenerima hajji yang status hukumnya sudah turun menjadisunnat (karena sudah pernah berhajji sebelumnya) lantasmeninggalkan suatu urusan yang sudah mendesak yang tidakmungkin untuk di tunda lagi.Menegakkan Fikih PrioritasDalam melihat persoalan di atas, tampaknya kita harusmelihat kaedah-kaedah agama. Salah satu kaedah agama yangharus ditegakkan di sini adalah kaedah "Fikih Prioritas".Kaedah ini berisikan pesan "mendahulukan yang lebih pentingdari yang penting".Dalam kajian Islam, terdapat sebuah kaedah ushul fiqhyang mengatakan bahwa menunjukkan bahwa perintah ituwajib dilaksanakan", dalam artian wajib atau sunnat padadasarnya ia mengandung kemaslahatan dan kebaikan bagipelakunya, ia mengandung kebaikan bagi agamanya, bagijiwanya, bagi kehormatan, bagi keturunan dan bagi akalnya.

Page 67: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 61Namun, ketika kita melakukan sebuah perintah dalamagama, seringkali kita mengalami "rabun ayam." Kita tidakbisa memandang perintah agama tersebut secara objektif, kitatidak bisa menempatkan perbuatan itu pada tempat yangsemestinya.Yang pada akhirnya membuat hikmah yangterkandung dalam agama menjadi kabur. Kita seringmelakukan suruhan agama yang bernilai baik, namunsebenarnya ia belum selayaknya dilakukan, karena adanyaperintah lain yang harus kita dahulukan terlebih dahulu,mengingat urusan itu lebih mendesak dan lebih "emergency".Dalam ajaran Islam, setiap perintah yang ditetapkanmempunyai tungkah dan skala yang berbeda-beda. Adakalnyaperintah itu harus dilakukan dan tidak bisa ditinggalkan,karena meninggalkanya bisa berakibat dosa, hukum keadaanini disebut juga dengan "wajib". Namun adakalanya agamamemerintahkan sesuatu kepada kita untuk sebuahkemashlahatan, namun tidak sampai membuat pelakunyaterkena dosa bila ia ditinggalkan, keadaan ini dalam agamadihukumkan pada "sunnat".Karenanya, dalam kaedah fikih prioritas, ketika bertemu"urusan wajib" dan "urusan sunnat" maka kita harusmemprioritaskan "urusan wajib" terlebih dahulu. Yang wajibharus di nomor satukan sebelum yang wajib selesai.Fenomena Pengabaian "Fikih Prioritas"Bila kita memperhatikan realitas sosial di sekitar kita,kita sering kali melihat ummat muslim tidakmenghindahkankan Fikih Prioritas. Mereka tidak bisamembuat skala prioritas dalam beribadah, mereka seringkalimenomorsatukan urusan yang sunnat ketimbang urusan yangwajib, yang nomor satu di nomor duakan, sementara yangnomor dua di nomor satukan.

Page 68: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

62 | HadiniTidak jarang kita melihat ummat Islam sangat seriusterhadap hal-hal yang sunnat, sementara yang wajib keteteranentah di mana. Dalam shalat misalny, orang sering ributmempersoalkan hukum Qunut (yang notabenennya sunnat)tetapi ia sendiri jarang shalat, orang sering merasa berdosajika tidak ikut shalat dua hari raya, tapi ia bisa tenang denganmeningghalkan shalat lima waktu. Dalam hal memberi,terkadang orang sering mencukupkan dengan infaq danshadaqah (sunnat) saja, namun ia tidak berzakat, padahalzakat hukumnya wajib.Hal ini pula yang sering kita temukan dalam berhajji,sering kit amelihat ummat Islam sudah memenuhi kewajibanuntuk berhajji, namun di tahun-tahun berikutnya ia berhajjilagi, padahal status hukumnya sudah turun menjadi sunnat.Bukankah kewajiban lain sudah antarian di depan mata kita?Bukankah memberikan beasiswa kepada anak putus sekolahlebih emergensy ketimbang berhajji yang kesekiankali?Bukankah menolong fakir miskin lebih mendesak darihajji yang kesekian kal? Alangkah baiknya jika dana hajji yangbesar itu di arahkan kepada persoalan persolan sosial yangkebutuhannya sudah mendesak. Pada mereka kita sebenarnyamasih "berhutang" secara sosial. Sedangkan untuk berhajjijika harus bebas dari hutang.Resiko Mengabaikan "Fikih Prioritas" dalam Ritual HajjiAda sebuah kaedah lain dalam agama, kaedah inimengatakan bahwa dar almufaasid Muqaddam a'laa jalbilmashaalih". Yang artinya "menghindarkan kerusakan lebihutama dari pada melakukan kebaikan". Ini berarti bahwamenangguhkan perbuatan baik demi menghindari terjadinyasesuatu yang merusak ternyata lebih utama. Dalam halpelaksanaan hajji yang berulang-ulang yang hukumnya sudahturun menjadi sunnat, saya melihat fonemena ini

Page 69: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 63akanmembuka peluang terjadinya pandangan miring terhadapIslam, atau merendahkan derajat Islam itu sendiri, baikdatangnya dari ummat Islam sendiri, lebih-lebih lagi dariorientalis.Orang Tentu akan bertanya dan bahkan mengkritik,mengapa ummat muslim mau menghabiskan uang miliyaranrupiah berangkat ke Hajji sementara saudara-saudara disekitarnya masih hidup melarat, butuh biaya pendidikan danberbagai kebutuhan sosial ummat Islam lainnya? Saya yakinpandangan seperti inilah yang memungkinkan terjadinyasebagaian ummat mengalihkan pandangan pada fahamMarxisme dan Sosialisme sebagai alternatif untukmenyelesaikan persoalan sosial ummat, tentu saja ini sangatberbahaya, bukankah ini bisa membuat ummat menjadiSyirik? Menganggap bahwa seolah agama tidak mampumenyeleaikan persoalan ummat sehingga harus mencari isme-isme atau faham-faham lain dui luar Islam. NaudzubillahTsumma na 'udzubillah.Oleh karena itu, jangan sampai karena kita salah dalammemahami Isyarat agama, lantas agama kita direndahkan,Karena ummat Islam harus faham bahwa dalam agama adaskala prioritas, dalam menjalankan perintah agama ummatIslam harus mendahulukan yang terpenting dahulu dari yangpenting.Bagi orang miskin dan melarat, melihat sebagaianmuslim yang berulang kali menunaikan hajji tentu akansemakin tersayat hatinya, karena jurang antara si miskin dansi kaya yang memang sudah lebar semakin diperlebar lagi,bagaimana tidak, di tengah-tengah pergulatan dari perjuanganmempertahankan hidup yang serba kekurangan, di sanasebagian ummat menghamburkan uangnya demi kepuasanindividu dalam ibadah yang hukumnya hannya sunnat.

Page 70: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

64 | HadiniOleh karena itu, kiranya perlu kita renungkan danpertimbangkan kembali niat kita untuk mengulangi hajji yangsebenarnya sudah kita laksanakan. Beberapa pertimbanganyang pantas untuk kita renungkan Pertama, kewajiban berhajjisebenarnya sudah gugur karena berhajji diwajibkan hanyasekali seumur hidup. Kalaupun berhajji status hukumnyaadalah sunnat, Kedua, mamfaat dan kepuasan bathin dari hajjibersifat individu, tapi kalau dana untuk hajji yang berulang itudigunakan untuk menolong orang miskin, orang sakit,mamfaatnya akan lebih banyak karena bersifat sosial, tentusaja kepentingan sosial lebih utama dari kepentingan individu.Ketiga,dalam Al-Qur'an, sebagaimana diisyaratkan dalamsurat Al-Ma'un dikatakan bahwa orang yang suka beribadahtetapi tidak peduli pada fakir dan miskin ternyata "dicap"sebagai pendusta agama, na'udzubillah. Keempat,masihbanyak ummat muslim lain yang belum berhajji, merekatertahan menginjakkan kakinya ke tempat para Nabi itukarena tersandung pada terbatasnya kuota yang tersedia,karena itu berilah kesempatan bagi mereka yang belum.Menurut saya tepat sekali rasanya jika Departemen Agamamemutuskan untuk memprioritaskan ummat yang belumberhajji ketimabng yang sudah pernah berhajji.Tulisan ini bukan hendak mengatakan bahwamengulangi hajji itu tidak punya arti, tetapi tulisan ini hendakmeletakkan duduk persoalan saja, bahwa yang wajibbagaimanapun harus lebih diutamakan dari yang sunnat.Wallahu'alam.

Page 71: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 65

B. Semangat Enterpreneurship dalam Hajji“apakah ada oleh-oleh lain yang kau bawa selain zamzam?”(Buya Hamka)Islam adalah agama yang menjunjung jiwaenterpreneurship. Bahkan jiwa enterpreneurship merupakanciri dari masyarakat yang maju. Namun fakta menunjukkanbahwa sedikit sekali di antara kita yang memiliki jiwatersebut. Hatta Rajasa mengatakan bahwa wirausahawanIndonesia saat ini hanya sebesar 0,24% saja, padahal menurutilmuan David Mc Clelland mengatakan bahwa menjadi bangsayang makmur harus memiliki 2% enterpreneur dari jumlahpenduduknya. Sementara tetangga kita Singapura sudahmemiliki 7%Enterpreneur.Fakta di atas menunjukkan bahwa bangsa kita yangmayoritas muslim ini ternyata banyak yang tidak produktif,pasif dan malas. Hal ini ditambah lagi dengan pemahamanteologis ummat yang keliru tentang konsep rizki. Fakta seringmenunjukkan bahwa sikap dan cara fikir kita terjebak padafaham Jabariyah yang berfaham bahwa manusia tidak perluberusaha dan bekerja, karena rizki sudah diatur Tuhan.Selama ini kita mengaku sebagai penganut Ahlussunnah walJama’ah, kita marah ketika ada orang berfaham nyelenehseperti aliran Jabariyah masuk ke kampung kita, tapi tanpakita sadari ternyata sikap dan pola fikir kita sama denganJabariyah, yang fatalis, malas dan selalu menyerah padakeadaan. Benar, bahwa rizki dari Tuhan, tapi ia wajib dijemputmelalui usaha, sebagaimana diyakini Ahlussunnah.

Page 72: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

66 | Hadini

Fakta enterpreneurship Islam,.sebenarnya Islam mengajarkan ummatnya untukmemiliki jiwa dan semangat enterpreneurship yang tinggi. Halini sebagaimana yang telah diperlihatkan oleh rasul dan parasahabat, nabi Muhammad saw misalnya, adalah seorangenterpreneur sukses dengan usaha perdagangannya, menurutriwayat untuk mahar perkawinannya dengan Khadijahsebanyak 100 ekor unta, bayangkan jika satu ekor untaharganya 15 juta, ini berarti mahar Khadijah sebanyak 1.5milyar, ini menunjukkan bahwa rasul seorang enterpreneuryang sukses.Sementara para sahabat rasulullah juga merupakanenterpreneur yang memiliki kekayaan yang melimpah, bahkan10 sahabat yang dijamin masuk syurga ternyata sebagianbesar mereka adalah “dinarder” yang mempunyai kekayaanyang besar. Sikap enterpreneur para sahabat ini secaragamblang diperlihatkan oleh abdurrahman bin ‘auf, ketikaseseorang hendak memberi shadaqah kepadanya, dengantegas ia berkata “ cukup engkau tunjukkan pada ku, di manapasar” . Abdurrahman tidak ingin menjadi orang “tangan dibawah” ia ingin bekerja keras menjadi enterpreneur denganmenggunakan potensi dan keringatnya sendiri untuk menjadiorang “tangan di atas”.Pesan enterpreneurship HajjiApabila diselami, Hajji mempunyai pesan-pesan yangmengandung makna yang sangat mendalam, salah satupesannya adalah pesan tentang semangat enterpreneurship,hal ini sebagaimana secara gamblang ditunjukkan dalam ritualsa’i, sa’i yang berarti berlari-lari kecil dari bukit shafa kemarwa.

Page 73: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 67

Sa’i berawal dari kisah Hajar. Hajar adalah Istri nabiIbrahim yang sebelumnya adalah budak hitam dari Ethiopiayang hidup di tengah-tengah kalangan dengan sistemmasyarakat yang beridiologi kapitalis dan borjuis yang sukamembelah-belah ras dan kelas. Suatu ketika Allah Swtmemerintahkan sang suami tercinta ibrahim untuk pergi danmeninggalkan Hajar beserta buah hati mereka Ismail yangmasih kecil di sebuah lembah yang tandus dan ganas, sebuahtempat yang sangat mengancam kehidupan. Namun Hajartetap tenang, karena ia yakin ini adalah perintah Allah. Hajaryakin bahwa meski ia dan anaknya ditinggal di tempat yanggersang, ia pasti dilindungi dan dipelihara oleh Allah sangpemelihara alam. Dengan keyakinannya ia sangkal semuapemikiran-pemikiran yang logis, ia yakin Allah mampuberbuat apa saja meski di luar logika manusia. Termasukmenyelamatkan diri dan anaknya meski berada di tengah ‘zona berbahaya.’Tapi, di sinilah kelebihan seorang Hajar, meskipun iayakin berada dalam lindungan dan pemeliharaan Allah Swt iatidak lantas berpangku tangan sambil berharap hujan turundari langit seraya menonton Ismail yang semakin lamasemakin tersiksa rasa haus dan lapar. Keyakinannya kepadaAllah tidak lantas membuat ia menunggu keajaiban datangnyatangan gaib yang membawa buah-buahan dari syurga, akantetapi ia terus berusaha sekuat tenaga mencari air untukkeselamatan anak yang dicintainya yang kian lama kiankehausan. Ia berusaha mondar mandir berulang-ulang kali,meski tidak menemukan air, sementara kekhawatiran akankeselamatan anaknya terus menyelimutinya, ia tidakmenyerah dan terus berlari ke sana ke mari dari satu bukit kebukit lainnya, sampai akhirnya ”tangan Tuhan” datang untuk

Page 74: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

68 | Hadinimemancarkan air kehidupan yang bernama zamzam. zamzamyang dalam bahasa Ibrani yang artinya kumpullah di sini,kumpullah di sini, sebuah ungkapan kekhawatiran Hajar kalau-kalau air ini habis diserap pasir.Saat hajar berusaha mencari air ia melintasi dua bukityang bernama bukit shafa dan bukit marwa, ia memulainyadari bukit Shafa, shafa secara etimologis mempunyai arti“kesucian” dan “ketegaran”, sebenarnya ini merupakanlambang dan simbol bahwa sebuah usaha haruslah diawalidengan kesucian dan ketegaran. Sementara itu usaha yang kitalakukan haruslah diakhiri dengan marwa, marwa yang secaraetimologis berarti “manusia yang ideal”, “sikap menghargai”,“bermurah hati” dan ”memaafkan orang lain”. Jikadiperhatikan, tampak semua kata-kata tersebut tentu sajamenggambarkan keagungan sebuah usaha.Rangkaian drama peristiwa yang dialami oleh Hajaryang menjadi salah satu ritual hajji yang bernama sa’i tersebutsebenarnya merupakan simbol kehidupan di dunia yang harusdiisi dengan kerja keras, jika dalam thawaf merupakan simbolhubungan manusia dengan Allah, maka sa’i adalah simbolhubungan manusia dengan dunia.Ini juga sekaligus mengisyaratkan bahwa antara duniadan akhirat tidak bisa dipisah-pisahkan, memisahkan antarakeduanya justru bisa membuat kita menjadi sekuler.Selanjutnya ini juga mengajarkan kita bahwa kehidupan duniajuga merupakan wilayah yang sakral ketika sebuah pekerjaandan usaha diawali dengan niat serta kerja keras dan cerdassebagaimana yang disimbolkan oleh kata shafa, selanjutnya,jika ini dilakukan maka di akhirnya ia insya Allah akanmelahirkan keberhasilan dan kemuliaan sebagaimana yangdisimbolkan dalam kata marwa.

Page 75: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 69Pesan semangat etos kerja dalam sa’i inilah yangseharusnya diambil dan dimaknai oleh para jama’ah hajji kita.Menurut saya, semangat etos kerja dan jiwa interpreneurshipinilah yang menjadi salah satu indikator mabrur atau tidaknyaseorang yang pulang hajji, tapi jika pulang hajji semakinmalas, tentu pantas dipertanyakan kemabruran hajjinya.Karenanya, seorang hujjaj harus menjadi sumber arussemangat enterpreneurship, yang selanjutnya siap diestrum-kan kepada orang-orang di sekelilingnya, sehingga tarafkehidupan mereka semakin makmur. Para Hujjaj hendaknyatidak hanya membawa oleh-oleh air zam-zam kepadatetangganya, tapi membawa oleh-oleh titel Mabrur yang di-tandai dengan meningkatnya etos kerja dan semangatenterpreneurshipnya, sehingga kita terhindar dari sindiranBuya Hamka yang mengatakan “apakah ada oleh-oleh lainyang kau bawa selain zamzam?”, wallahu ‘alam.C. Taqarrub dengan Qurban

Ilaahi anta maqshudi, wa ridhaka mathlubi(Tuhanku, Engkaulah tujuan ku, dan ridhaMu yangkami inginkan).Bertaqarrub adalah usaha manusia untuk mendekat-kan diri sedekat-dekatnya kepada Allah swt. Kedekatanseorang hamba pada Allah tentu saja merupakan puncakkualitas keta’atan seseorang dan puncak dari ibadahnya.Berbagai jalan ditempuh seseorang untuk mendekatiTuhannya, apakah melalui ibadah ritual wajib, maupunamalan-amalan sunnah lainnya.Dalam usaha untuk bertaqarrub mendekatkan dirikepada Allah ini, sebagian ulama ada yang menempuh melaluijalan tasawwuf. Seorang sufi bernama Al Hallaj misalnya,

Page 76: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

70 | Hadinidengan metode sufinya yang terkenal dengan hulul meng-gambarkan kedekatan dirinya kepada Allah dengan ungkapanana al Haq atau (akulah Tuhan), di mana Tuhan (lahut) telahmasuk ke dalam unsur manusia (nasut), seolah-olah iamerasakan telah bersatu dengan Tuhan, demikianlahgambaran keintiman dan kedekatannya dengan Tuhannya,meski pada akhirnya ia dihukum gantung oleh ulama Fikihyang tidak merasakan pengalaman batin dan tidak memahamihakikat makna atas kalimat-kalimat yang keluar dari mulut AlHallaj. Demikian juga Sufi lain seperti Ibnu Arabi, di manausaha mujahadahnya untuk bertaqarrub kepada Allah berhasilia rasakan dan nikmati, keintiman hubungannya dengan Allahtergambar melalui ajaran wihdatul wujudnya, di mana iamerasakan seolah semua benda di sekelilingnya adalahTuhan. Secara fikih kedua ulama sufi tersebut mungkindianggap sesat, meski sebenarnya di mata ilmu hakikat itubelum tentu, karena Fikih tidak menjangkau Tasawuf, di manakita ketahui bahwa maqam Tasawwuf berada di atas Fikih.Tapi, yang penting untuk dipetik dari kedua ulama di atasadalah, demikianlah tingkat kedekatan mereka kepada Allahyang begitu dekat melalui usaha-usaha bertaqarrubmendekati Tuhannya.Di bulan Zulhijjah ini, sebenarnya Allah swt telahmenyediakan sarana kepada hamba-hambanya yang inginmendekatkan diri kepadaNya, yaitu melalui ibadah Qurban.Jadi, siapa yang ingin dekat dan bertaqarrub denganTuhannya, maka hendaklah ia berqurban. Dekatnya seseorangyang berqurban kepada Allah sebenarnya bisa dilihat darisudut semantik atau analisis kebahasaan.Di mana kata Qurbanberasal dari kata qaraba yang berati ‘dekat’, kata tersebut jugasering dipinjam dalam bahasa Indonesia seperti kata ‘karib’

Page 77: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 71atau ungkapan ‘sahabat karib’, itu berasal dari bahasa Arabyaitu qarib, selain itu juga kata ’kerabat’ atau ungkapan ‘karibkerabat’ berasal dari bahasa Arab yaitu qarabah.Semua katatersebut, baik ‘karib’ atau ‘kerabat’ mengandung makna‘kedekatan.’ Ini berarti bahwa tindakan berkorban atauberqurban pada dasarnya adalah usaha untuk mendekatiAllah, atau bertaqarrub kepada Allah Swt.Jadi sekali lagi, bahwa ide dasar perintah berkorbanatau berqurban sebenarnya adalah dalam rangka agarseorang hamba bertaqarrub kepada Allah Swt, perintahqurban sama sekali tidak terkait dengan daging hewan, karenaAllah tidak butuh sesajen. Hal ini sebagaimana dikatakan Allahdalam al-qur’an surat al Hajj: 37 yang mengatakan: “tidakakan sampai kepada Allah daging hewan itu, dan tidak puladarahnya. Tetapi yang akan sampai kepadaNya ialah taqwadari kamu”. Dari ayat ini menjelaskan bahwa bukan unsurfisiknya yang menjadi penilaian melainkan aspek batiniyahlahyang dinilai, yaitu sikap bathin yang selalu merindukan untukbertemu dan berdekatan dengan Tuhannya.Sementara itu, jika seseorang sudah dekat denganAllah swt tentu saja membawa implikasi-implikasi tertentu.Orang yang sudah dekat dengan Allah akan berimplikasi padaakhlak dan moralnya, di mana orang tersebut senantiasa akanselalu berbuat kebaikan, hal ini sebagaimana disebutkandalam al-qur’an surat al-kahfi: 110 yang mengatakan: makabarang siapa yang mengharap bertemu dengan Tuhannya,hendaknya ia berbuat kebaikan, dan janganlah beribadatkepadaNya itu mempersyarikatkan-Nya kepada suatu apapun”.Jika melihat ayat di atas, maka orang yang berkorbanatau berqurban, dikarenakan ia begitu dekat dengan Allahseharusnya memiliki akhlak yang baik. Orang yang berqurban

Page 78: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

72 | Hadinitentu akan mengantarkan pelakunya berakhlak baik kepadaorang di sekelilingnya, kehadirannya mampu merubahtangisan menjadi senyuman, dan membawa kebaikan bagilingkungan alam di sekitarnya. Sebaliknya, sebenarnya jikaorang yang bertaqarrub dengan berkorban atau melaluiqurban tidak akan mungkin melakukan kejahatan dankerusakan, orang yang berqurban tidak akan melakukankejahatan korupsi, penipuan dan tindakan pennghalalansegala cara seperti yang marak terjadi sekarang ini, orangyang berqurban juga tidak akan mungkin merusaklingkungannya seperti membakar hutan, mencemarkanmerkuri di sungai sungai, atau membunuh gajah seperti yangsering terjadi.Tapi jika sekiranya setelah berqurban tapi tetapmelakukan kejahatan dan pengrusakan, tentu saja motivasiberqurbannya layak dipertanyakan, karena boleh jadimotivasinya sebagaimana dikatakan ayat di atas, yaituberibadah tapi mempersyarikatkan Allah dengan sesuatu,seperti bersikap riya, ingin dilihat dan disanjung oleh orang disekitarnya, atau mencari simpati orang untuk suatu jabatan,na’uzubillah.Jika demikian, sepertinya kita memang harusberkorban atau berqurban, karena dengan cara itulah kita bisamendekati Tuhan. Idul Adha kali ini, karena Allah masihmemberikan kesempatan kita untuk hidup di dalamnya ,alangkah baiknya jika kita sempatkan diri untuk berqurbansehingga kita bisa bertaqarrub dan mendekatkan diri kepadaAllah, syukur-syukur tindakan ini akan melatih kita untukmelakukan pengorbananan-pengorbanan dalam bentuk lainkepada Allah di Bulan-bulan lainnya secara dinamis dan terusmenerus, sehingga kita selalu merasakan betapa nikmatnyapengalaman ruhani bisa dekat dan berhubungan secara intim

Page 79: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 73bersama Allah swt di setiap saat. Karena bukankah Dia adalahtujuan kita?, Ilaahi anta maqshudi, wa ridhaka mathlubi(Tuhanku, Engkaulah tujuan ku, dan ridhaMu yang kamiinginkan).D. Cinta Ibrahim Vs Cinta KitaIbadah Qurban kembali mengingatkan memori kita padasebuah kisah agung, yaitu kisah pengorbanan Ibrahim dan putranyaIsma’il, yang mereka lakukan sebagai bukti cintanya kepada Allahrabbul ‘alamin. Salah satu pesan penting yang bisa kita petik di siniadalah pesan tentang “cinta”, yaitu cinta kepada Tuhan.Salah satu jiwa agama Islam adalah ajarannya tentang cinta.Bahkan salah satu nama indah Allah dalam 99 asma’ al husnabernama al wadud yang mempunyai arti maha dicinta dan mahamencinta. Yang lebih menarik lagi adalah bahwa dalam al-Qur’an,sifat-sifat seperti inilah yang paling menonjol, sifat-sifat cintaTuhan, kasih sayang Tuhan, rahmat Tuhan dan sejenisnya ternyatajauh lebih banyak ketimbang sifat-sifat Allah yang maha keras,maha pengazab dan sebagainya.Di sisi lain Nabi kita Muhammad SAW disebut juga denganhabibullah, yang berarti “kekasih Allah”. Selain ia dicintai Allah, nabikita itu juga dalam menyampaikan ajarannya disebarkan penuhdengan cinta dan penuh kasih, bukan dengan paksaan. Kalaupunsejarah mencatat ada peperangan, itu semua tidak lebih hanyauntuk mempertahankan diri semata.Sementara dalam dunia Tasawuf kita mendengar nama sufiwanita Rabi’ah al Adawiyah yang dalam ajarannya membawametode Mahabbah (cinta), di mana syair-syair indah sufistiknyadinikmati oleh kita saat ini, bahkan dikaji oleh sarjana-sarjanaterkemuka di berbagai Perguruan Tinggi di dunia barat.Bahkan, alam yang tampak seolah mati ini menurutpandangan mata batin para sufi ternyata memiliki energi cinta.Seolah alam hidup layaknya kehidupan manusia yang butuh dicinta

Page 80: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

74 | Hadinidan mencinta. Fenomena ini dengan indah dilukiskan olehJalaluddin Rumi dalam sebuah syairnya:“Bagi orang bijak, langit adalah laki-laki dan bumi adalahperempuan. Bumi memupuk apa yang telah dijatuhkan dari langit.Ketika bumi kedinginan, langit mengirimkan kehangatan, ketikabumi kekeringan, langit mengirim embun atau hujan. Langitberputar seperti suami mencari nafkah demi sang isteri, sementarasang isteri menerima pemberian dari sang suami. Langit dan bumipastilah dikaruniai kecerdasan, karena mereka melakukan pekerjaanmakhluk yang cerdas, andai pasangan ini tidak mengenyamkebahagiaan, bagaimana mereka melangkah seperti kekasih.”Ternyata, alam pun jatuh cinta kepada sang Tuhan.Cinta Ibrahim dan Cinta KitaSalah satu yang menarik dari kisah Ibrahim dan Isma’il initerletak pada contohnya yang gamblang tentang bagaimanaseharusnya kita bercinta dengan Tuhan. Yaitu sebuah cinta yangmengalahkan cinta-cinta yang lain.Kisah Ibrahim, Isma’il dan Hajar menggambarkan kepadakita sebuah drama kehidupan yang mengharukan, yangmenggambarkan konflik cinta secara spektakuler, yaitu konflikcinta antara cinta Tuhan dan cinta dunia. Bayangkan, di usiaIbrahim yang sudah senja, setelah lama menanti-nantikankehadiran seorang anak, dan ketika anak sudah ada di depan mata,ia diperintahkan Allah untuk menyembelih anak kesayangannyaIsma’il, padahal Isma’il hanya anak si mata wayang, buah hati yangmenjadi ikatan bathin suami isteri dan sebagai simbol kekayaan dankebahagiaan sebuah keluarga.Berat rasanya menerima wahyu itu, kita mungkin tidak bisamembayangkan bagaimana konflik batin dan goncangnya perasaanIbrahim ketika itu, Ibrahim berada dalam dua pilihan, memilihTuhan atau memilih anak, sebuah pilihan yang sulit untuk diambil.Secara logika, akal mana yang membenarkan seorang ayahtega menyembelih sang anak tercinta?, akal mungkin berkata “ini

Page 81: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 75salah”. Namun apabila sudah bertemu dengan perintah Tuhan,semua kekuatan yang ada menjadi runtuh. Akal Ibrahim runtuhketika sudah bertemu dengan perintah Tuhan. Dari dua pilihancinta itu, Ibrahim akhirnya memilih perintah Tuhan.Kisah Ibrahim di atas mengajarkan kepada kita bagaimanasebenarnya kita bercinta dengan Tuhan, bahwa cinta kepada Tuhanharus diletakkan di atas cinta-cinta dunia yang lain. Isma’ilmerupakan representasi simbol kecintaan terhadap dunia, Ibrahimmembuktikan cintanya bahwa cinta kepada Tuhan telahmengalahkan cintanya terhadap dunia.Sekarang, sejujurnya mari kita bertanya pada suara hatikita, adakah sekarang cinta kepada Tuhan kita tempatkan di atascinta kita kepada dunia?. Namun, fenomena dalam masyarakatterkadang sering berkata lain, kita sering melihat seorang ayah yangdemi cintanya kepada anak, mereka mau melanggar perintahTuhan, tidak jarang, demi sang anak mereka mau menghembat uangrakyat, bagi yang kebetulan pejabat negara, demi membahagiakandan memanjakan si anak ia mau melanggar hukum Tuhan dengancara mengkorup uang negara. Segala cara mereka lakukan karenakecintanya kepada sang anak. Mereka telah menempatkan cintakepada anak di atas cinta kepada Tuhan, mereka telah berani“memadu” cinta Tuhan, na’udzu billah tsumma na’udzubillah.Dengan kisah Ibrahim yang menyentuh hati itu, mulai detikini juga marilah kita menjadi Ibrahim yang siap mengorbankanIsma’il-Ismail kita demi Tuhan. Lalu pertanyaannya, siapakahIsma’il-Isma’il kita saat ini?. Menurut Ali Syari’ati, Ismail-Ismail kitasaat ini adalah segala yang bisa membuat kita tidak bisamendengarkan perintah Tuhan. Mungkinkah Ismail-Isma’il kitaberupa kedudukan?, pangkat?, uang?, kelas sosial?, profesi?,ketampanan?, kecantikan?, rumah?, atau mobil?. Bisa jadi itu semuaadalah Isma’il-Ismail kita. Ketika kita berhadapan dengan perintahAllah, kita harus siap mengorbankan Ismail-Ismail kita, inilahhakikat cinta yang sesungguhnya.

Page 82: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

76 | HadiniHari ini, Tuhan tidak menyuruh kita menyembelih anaktersayang kita seperti Ibrahim. Untuk membuktikan cinta kita,Tuhan hanya menyuruh kita menyembelih seekor ternak saja.Perbedaan pengorbanan Ibrahim dan kita memang cukup jauh,seperti perbedaan langit dan bumi, tidak bisa dibandingkan denganpengorbanan Ibrahim, dan malu rasanya untuk membandingkan-nya. Ibrahim mengorbankan anak tercinta, sementara kita hanyamengorbankan seekor ternak saja.Hari ini Tuhan menyuruh kita untuk memilih, memilihantara berkurban? atau menumpuk uang?, memilih Tuhan? ataudunia?, hanya anda yang bisa menjawab. Tapi, jika tingkatpengorbanan yang kecil saja tidak bisa kita lakukan dalam seumurhidup kita, saya tidak tau berkata apa lagi, sementara dalam setiapdetiknya Tuhan secara gratis memberi kita nikmat berupa fasilitashidup yang tidak bisa dihitung.Ibrahim telah mengajari kita bagaimana menempatkan cintakepada Tuhan di atas cinta segala-galanya, semoga dengan momenQurban yang datang setiap tahun ini bisa menjadikan kita sebagaipencinta sejati yang bisa menempatkan cinta kepada Tuhan di atascinta segala-galanya. Amin. Wallahu ‘alam

Page 83: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 77

BAGIAN KEEMPATMENDIDIK HATI

DI UNIVERSITAS SOSIAL

A. Muhammad juga ManusiaKetika memberikan kuliah, saya melontarkan sebuah

pertanyaan sederhana kepada mahasiswa saya. Pernyataansaya seperti ini: adakah seseorang di desa mu yang bisa engkaujadikan teladan?. Sebenarnya tidak ada yang istimewa daripertanyaan itu, tetapi yang membuat saya tertegun adalahreaksi para mahasiswa saat itu yang terdiam seribu bahasa,setelah menunggu lama, baru kemudian ada jawaban, itupunhanya satu dua orang saja.Anda mungkin bisa saja menafsirkan makna diamtersebut, tapi satu dugaan besar saya, bahwa mencari contohteladan untuk saat ini tampaknya sudah menjadi baranglangka. Hal ini tentu saja mengkhawatirkan, karena ketiadaanketeladan membuat banyak orang kehilanagan arah hidup.

Page 84: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

78 | HadiniDitengah kelangkaan figur saat ini, agaknya kita perlulebih gencar lagi dengan berbagai metode memperkenalkantokoh Muhammad sebagai sosok yang patut diteladani. Untukmemperkenalkan sosok Muhammad, seperti pendekatanbudaya lokal tampaknya sebuah alternatif yang bisaditawarkan.Salah sati tradisonal lokal yang merupakan khazanah

kekayaan tradisi kebudayaan Islam yang masih mengakar kuatdi Nusantara saat ini adalah tradisi perayaan Maulid Nabi.dengan berbagai keunikannya.Apabila dimaknai, tradisi perayaan maulid akan bisamenjadi momentum emas untuk membumikan ajaran nilai-nilai universitas Islam di tangah-tengah ummat yang sudahsemakin larut menganut mazhab materialis ini. Sejarahmembuktikan bahwa pemamfaatan tradisi budaya lokal cukupampuh dijadikan sebagai media untuk mengembangkanajaran Islam, hal ini tampak jelas bagaiman dulu para walimemamfaatkan budaya lokal untuk mengembangkan misinya,misalnya, hasilnya, misi yang dijalankanpun mendapat suksesbesar, ajaran Islam semakin tersebar dan berkembang.Begitupun tradisi maulid, tentu ia merupakan budayayang juga bisa membuat ajaranIslam cepat meresap dimasyarakat. Bahkan kalau kita mau melihat sejarah, latarbelakang diadakan budaya perayaan maulid yang peloporioleh pendirinya pada adasarnya bertujuan untuk lebihmengekalkan ingatan kita terhadap Nabi Muhammad,sehingga ummat bisa meneladani seluruh perilakunya. Dansecara psikologis metode ini tentu bersalah, sebab,sebagaimana dikatakan Abdurrahman an-Nahlawi, menusiamempunyai naluri taqlid ghariziah (naluri mengikuti), artinya,kecenderungan manusia untuk mencontoh orang lainmerupakan sesuatu yang natural.

Page 85: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 79Namun, apabila kita amati, harapan dan dugaan kitaterkadang sering terbalik,. Dugaan bahwa semakin intens kitamengadakan perayaan maulid maka kualitas kesadarankeberagamaan juga meningkat ternyata sering tidak sesuaidengan kenyataan di lapangan. Kenyataan di lapangan seringmenunjukan bahwa meskipun intensitas tradisi maulid seringdiadakan, namun tidak selalu berbanding lurus denganpeningkatan kesadaran beragama. Kita belum melihat adanyapergeseran yang signifikan pada perilaku ummat ke arah yanglebih positif sebagaimana perilaku yang telah ditunjukkanoleh Nabi Muhammad.Fenomena di atas mungkin saja membuat kitamengerjitkan dahi, dan bertanya mengapa hal ini bisa terjadi?Mengapa tradisi maulid belum juga memberi perubahansignifikan pada perubahan akhlak ummat ke arah yang lebihbaik sesuai dengan tujuan maulis?Jawaban terhadap per-tanyaan itu tentu saja tidak tunggal, masing-masing kitamungkin punya jawaban yang berbeda-beda, dan mungkinpula jawaban itu benar, Kita mungkin bisa menjawab karenaperayaan itu sudah terlalu sering. Karena terlalu sering hinggakita menganggapnya biasa-biasa saja, perayaan itu seolahsudah berjalan secara mekanis. Mungkin juga kita bisamenjawab barangkali karena kita sudah terjebak padadimensi simbol perayaan semata. Sementara esensi dansubstansi maulid sendiri terabaikan, fenomena akhir-akhir inimenunjukkan betapa semangatnyakita ketika sesi ceramahagama diadakan di malam harinya. Namun suasana sunyimulai terasa ketika sesi perayaan tersebut. Dan tentu sajabanyak jawaban lainnya yang mungkin bisa kita kemukakan.Namun demikian, saya menduga keras, ada faktor lagiyang menyebabkan mengapa kita sulit meneladani perilakuyang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, sementar

Page 86: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

80 | Hadiniperayaan maulid sudah tak terhitung jumlahnya. Faktor yangsaya maksud adalah adanya pengabaian ummat Islamterhadap dimensi kemanusiaan Nabi Muhammad saw sebagaimanusia biasa, yang juga sama seperti manusia-manusialainnya, punya emosi, punya kecenderungan biologis, danberlaku pula sunnatullah.Seringkali kita mempersepsi bahwa Nabi Muhammadsaw bukan manusia biasa yang seolah tidak mungkin diikutioleh manusia. Kehidupan Nabi diceritakan terlalu " melangit",bahkan dalam ceramah-ceramah maulid sering sekalipenceramah menonjolkan kehidupan Nabi dari dimensi yangbersifat supra natural, ketimabng Nabi sebagai manusia biasa,akibatnya muncul persepsi di alam bawah sadar ummatbahwa Muhammad tidak mungkin untuk ditiru, sehingga tidaksedikit orang ketika diingatkan padanya contoh kepribadianNabi, ia malah menjwab enteng "ah…itu kan Muhammad, sayakan bukan nabi!" ungkapan ini seolah menjustifikasi bahwakita tidak mungkin bisa berbuat baik, sebagaimana yangditeladankan oleh Rasul.Kita tentu tidak mengabaikan adanya sisi kehidupanNabi Muhammad yang bersifat supra natutal, akan tetapi kitaharus melihat kehidupan Nabi secara proporsional. Disampingadanya kehidupan Nabi yang berdimensi supranatural, akantetapi Nabi Muhammad juga manusia biasa, dan beristeri?Secara emosional, bukankah Nabi juga pernah bersedih ketikaisteri dan kakeknya meniggal? Ketika ia bergembira,bukankah Nabi tertawa sampai terlihat gigi gerahamnya?Bukankah Nabi pernah bersedih marah kita ' Aisyah cemburuhanya karena nama Khadijah disebut-sebut Nabi?. Dari segisunattullah bukanlah Nabi pernah mengalami kekalan dalamperang, dan bahkan giginya tanggal dan berdarah karenastartegi perang yang dijalankan tidak berjalan sebagaimanayang direncanakan. Semua fakta ini menunjukkan bahwa Nabi

Page 87: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 81adalah juga manusia. Ini harusnya perlu sering ditekankan,sehingga kepribadian Nabi Muhammad menjadi lebih"membumi", sehingga kepribadian Nabi Muhammad sebagailentera hidup akan mudah untuk diikuti.Tuhan sengaja menjadikan Muhammad sebagai Nabipada dasarnya didasari kaftor kemanusiaannya. Dengantujuan agar manusia memaklumi bahwa layak dan logis kalauyang diikuti manusia adalah manusia juga, coba bayangkankalau Nabi berasal dari malaikat, tentu manusia bisa sajaberkilah tidak mampu mengikuti apa y ang diteladankanmalaikat.Di zaman yang semakin cenderung rasional ini,agaknya sangat tepat bila perkenalkan sosok Muhammad daridimensi kemanusiaannya secara rasional pula, sehingga umataka lebih memahami kehidupan Nabi yang sebenarnya, danmau melakukan apa yang diteladankan Rasulullah sekaligusmenghapus persepsi bahwa Muhammad tidak mungkin ditiru.Sehingga tidak ada lagi ungkapan ah…itu kan Muhammad, sayakan bukan nabi!.Semoga kita orang yang selalu menjadikan NabiMuhammad sebagai idola hidup, yang pada akhirnya membuatkita benar-benar merasakan bahwa life is beutifull. Wallahua'lam.

Page 88: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

82 | Hadini

B. Hijrah Menuju UkhwahBeberapa waktu yang lalu, kita kembali dihadapkanpada persoalan ukhwah. Penetapan Qanun wali Nanggroe diAceh dinilai oleh banyak kalangan telah mencederai prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan sebagian masyarakatnya. Halini terutama menyangkut masalah persyaratan bahasa danberbagai persyaratan lainnya.Tentu saja ini merupakan sebuah isu yang sangatsensitif, yang bisa menimbulkan friksi-friksi di kalanganmasyarakat Aceh sendiri, sejarah telah banyak mencatatbahwa banyak terjadi perpecahan disebabkan oleh persoalanseperti ini. Untuk kasus lembaga Wali Nangroe ini, kita bahkansudah bisa melihat percikan-percikan api itu mulai terlihatdari beberapa aksi di sebagian daerah.Tentu saja kita tidakingin percikan-percikan ini menjadi besar dan membakarperdamaian di Aceh.Di saat-saat seperti ini, tentu usaha-usaha untukmelakukan rekonsiliasi dan perbaikan adalah sebuah usahayang tidak bisa ditawar-tawar lagi, persoalan ini harusmenjadi prioritas kita semua untuk segera dituntaskan, inibahkan lebih penting dari pada usaha peningkatan-peningkatan di sektor pembangunan lainnya sepertiperbaikan ekonomi, pariwisata, dan lain sebagainya, karenamenolak kerusakan lebih utama dari mengambil kebaikan,dalam hal ini barangkali berlaku kaedah fikih yangmengatakan dar’ul mafasid muqaddam ‘ala jalbi al mashalih(menolak kerusakan harus didahulukan dan diprioritaskandaripada mengambil kemashlahatan) hal ini sama pula sepertiyang berlaku dalam bahasa kesehatan yang mengatakan“usaha preventif lebih penting dari usaha kuratif” . Karenanya,tugas pertama kita bersama sekarang ini adalah bagaimana

Page 89: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 83kembali merajut ukhwah yang saat ini mulai menampakkanriaknya.Ibrah Ukhwah dalam HijrahKarenanya, Momentum Hijrah kali ini adalah sebuahsaat yang sangat tepat untuk kita merenung kembali tentangbagaimana caranya menegakkan nilai-nilai ukhwah di antarasesama kita. Peristiwa hijrah nabi di Madinah adalah sebuahpotret bangunan ukhwah yang barang kali tidak ada teladanyang lebih sempurna kecuali saat peristiwa itu.Begitu hebat dan dahsyatnya ukhwah ketika itu, orang-orang Madinah bahkan menganggap orang-orang Mekkahlayaknya sebagai saudara sekandung, perbedaan suku diantara mereka tidak menghalangi orang-orang Madinah untukmengasihi, membantu dan membela orang-orang Mekkah,sehingga Al-Qur’an mengabadikan peristiwa tersebut dalamQS Al Hasyr: dan mereka mengutamakan orang lain dari dirimereka sendiriwalaupun diri mereka sendiri kekurangan”,begitu dekatnya hubungan dan ukhwah antar mereka, bahkanhampir saja antar tetangga saling waris mewarisi, meski padaakhirnya dihapus karena tidak sesuai fithrah manusia.Secara politik kepemimpinan rasulullah mampumengayomi seluruh suku, ras dan agama ketika itu, suku ‘Awsdan Khazraj yang sebelumnya sering bertikai menjadibersaudara, kaum Yahudi yang sebelumnya berkelompokmembuat tembok-tembok pemisah akhirnya merekaruntuhkan sendiri dan membaur di tengah-tengahmasyarakat. Begitupun secara hukum, dengan “PiagamMadinah” nya telah mampu membuat ummat dari berbagaikalangan merasa hak-haknya diakui dan dijamin denganaman.

Page 90: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

84 | HadiniOleh karenanya, mengingat keberhasilan perjuanganyang dicapai ummat Islam secara paripurna ketika itu,sehingga cukup beralasan Umar memilih peristiwa Hijrahsebagai awal penghitungan dalam kalender Islam. Tentudengan harapan peristiwa Hijrah di Madinah bisa dijadikansebagai blue print yang siap dicontoh dalam rangkamenciptakan masyarakat yang berperadaban.Keadilan Sebagai Hukum KosmosSemua peristiwa yang spektakuler di atas tentu sajatidak terlepas dari cara Rasulullah yang begitu indahmemeran dirinya sebagai pemimpin yang demokratis dan adil,sehingga semua kalangan dengan tangan terbuka menyambutkehadiran beliau sebagai pemimpin mereka.Sebagai masyarakat yang bersyari’at, tentu saja kitasangat merindukan ukhwah dan peradaban seperti yangdicontohkan oleh Rasulullah di Madinah ketika itu. Dan itusemua tidak akan didapat jika kita mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi sebagai bentuk dari keadilan yangdiberikan kepada seluruh kalangan yang berbeda-beda suku,bahasa dan agamanya, tapi jika ini terabaikan, makaperpecahan pasti tidak bisa dielakkan, ini karena seperti yangdikatakan almarhum Professor Nurcholis Madjid, bahwadalam keadilan berlaku hukum kosmos seperti hukum alam.Planet-planet yang mengelilingi matahari pada garisedarnya adalah sunnatullah yang merupakan hukum kosmos,kita bisa bayangkan apa jadinya alam ini jika salah satu planettersebut keluar darin garis edar yang menjadi hukumalamnya, tentu saja yang terjadi adalah kehancuran.Begitupun sikap demokrasi dan keadilan, ia adalah hukumalam, jika ia tidak lagi ditempatkan pada tempatnya, maka

Page 91: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 85perpecahan dipastikan akan terjadi, persoalannya hanyamasalah waktu saja, bisa cepat bisa pula lambat.Karenanya, agar ukhwah antar sesama kita di daerahini bisa tegak, maka sangat diharapkan para pemimpin daerahagar lebih sensitif merasakan setiap getaran-getaran yang adadi relung hati setiap lapisan masyarakatnya, jangan sampaiada masyarakat yang terzhalimi hak-haknya, pemimpinseperti inilah yang dinamakan dengan pemimpin yangberempati, Oprah Winfrey pernah mengatakan“Kepemimpinan adalah tentang empati”. Ini berarti seorangpemimpin belumlah dikatakan pemimpin yang baik jika matahatinya tumpul dalam melihat relung hati masyarakatnya.Sementara pemimpin yang ada di pusat jugahendaknya menjadikan moment peringatan hijrah ini untuklebih memahami perannya dalam menegakkan danmengeratkan ukhwah di daerah ini. Pemerintah pusatseharusnya memahami tugasnya untuk melakukan ishlah,inilah perintah al Qur’an yang mengatakan fa ashlihu baynaakhawaikum, (maka berbaikilah hubungan di antara saudaramu), bukankan peran ishlah inilah yang dimainkan olehRasulullah dalam menghadapi kalangan masyarakat Madinahketika itu yang didiami berbagai suku, ras dan agama.B. Fikih GiokDemam giok...!fenomena inilah yang pernah melandamasyarakat Aceh beberapa waktu lalu. Ia menjadi buah bibirhampir seluruh masyarakat mulai dari kalangan bawahsampai kalangan atas. ia juga menjadi topik hangat yang selaludiperbincangkan di setiap tempat mulai dari pasar-pasar loak,warung kopi, acara-acara pesta sampai masuk di tempat-

Page 92: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

86 | Hadinitempat perkantoran. Pendeknya, topik giok saat itu tidak lagidibatasi oleh tempat, waktu , kelamin maupun usia.Secara ekonomis, fenomena tersebut tentu sajamenguntungkan. Sebab kehadiran giok ternyata telah turutmenambah geliat ekonomi di Aceh, sebagian masyarakat adayang menjadikan giok sebagai lahan baru untuk mencarinafkah dengan menggali lahan-lahan yang menjadi sumbergiok, pedagang-pedagang giok pun bermnuculan bak jamur dimusim hujan, mulai dari pedagang giok tradisional di pinggirjalan sampai di pusat-pusat perbelanjaan modern seperti dimal-mal.Selain menguntungkan secara ekonomis, kemeriahangiok di Aceh saat ini bahkan turut membuat nama Acehsemakin melambung di mata provinsi atau daerah-daerahlain, sehingga bagi mereka yang datang ke Aceh belumsempurna rasanya jika tidak membawa pulang giok sebagaioleh-oleh. Giok memang telah sempat berhasil menggantikan‘rencong Aceh’ sebagai tanda mata.Menjaga Kemurnian AgamaNamun di balik kemeriahan Giok tersebut, munculsebuah kekhawatiran, di mana disadari atau tidak,pemahaman sebagian masyarakat tentang giok ternyataberdampak pada agama, di mana ada sisi lain peamahamangiok yang telah membuat sendi-sendi kemurnian Agama Islammenjadi tergerogoti, bahkan pemahaman masyarakat tentanggiok terkadang berseberangan dengan ajaran Islam itu sendiri.Dari pengalaman penulis, seringkali perbincangan-perbincangan tentang giok dikaitkan dengan keyakinan-keyakinan tertentu yang tidak berdalil, yang sebenarnya tidakada dalam agama, atau belum terbukti secara ilmiah. Sebagaimisal penulis pernah mendengar cerita seorang kawan yangmenjelaskan giok dari sisi mistis, yang mengatakan batu A

Page 93: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 87bisa dijadikan sebagai pemanis, batu B bisa digunakan sebagaipelindung, batu C untuk kekebalan, batu D untuk ini dan itudan sebagainya.Pemahaman-pemahaman seperti ini sebenarnya tidakdibenarkan di dalam Islam, karena hal tersebut telah masukke dalam wilayah khurafat yang sangat ditentang oleh Islam,sebagaimana kita ketahui bahwa khurafat adalah kepercayaanterhadap benda-benda atau ucapan, atau peristiwa tertentuyang dianggap mempunyai kekuatan, pemahaman seperti initidak hanya bertentangan dengan Islam tapi juga telahmembuat kita mundur kembali ke belakang seperti zamanpurbakala yang berfaham Dinamisme yang mempercayaikekuatan-kekuatan benda-benda tertentu.Di tempat lain seorang kawan bercerita pula tentangpengalamannya berbincang dengan pedagang giok. Kali ini sipedagang menceritakan tentang khasiat-khasiat giok yangsebenarnya belum terbukti secara ilmiah, di mana iamengatakan bahwa batu A bisa makin menambahkeperkasaan laki-laki, ada lagi batu B yang bisa mengobatigatal-gatal, dan sebagainya. Apa yang disebutkan ini tentu sajatidak bisa dipertanggung jawabkan, sebab belum ada buktiilmiah dan penelitian tentang hal ini.Untuk memperkaya lagi, ada lagi kawan yang berceritadari sisi psikologis, di mana dikatakan bahwa ada gioktertentu yang apabila dipakai maka hati menjadi tentramkemanapun kita pergi, katanya. Na’uzubillah, sebenarnyakawan saya ini telah mengganti pesaan ala bizikrillahtathmainnul qulub (hanya dengan mengingat Allah hatimenjadi tenang) dengan sebuah batu yang bernama giok.Sekali lagi na’uzubillah.

Page 94: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

88 | HadiniApa yang penulis kemukakan di atas sebenarnya hanyasebagian saja, masih banyak lagi cerita-cerita giok lainnyayang membuat kita sedih pada agama ini, termasuk apa yangpernah disampaikan oleh harian Serambi Indonesia beberapawaktu lalu tentang adanya para pencari batu melakukanritual-ritual tertentu sebelum ke lokasi. Tentu inibertentangan dengan ucapan nabi yang mengatakan ”Jauhilaholeh kalian perkara yang diada-adakan, karena sesungguhnyasetiap perkara yang diada-adakan itu bid’ah dan setiap bid’ahitu sesat.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud). Dengan demikianjelaslah bahwa ritual-ritual tersebut tentu saja dilarang,karena ia termasuk hal yang di ada-adakan.Dari pengalaman-pengalaman tentang giok di atas,sepertinya banyak sekali masyarakat kita yang terindikasimerusak tauhid, seperti bid’ah dan khurafat. Tentu saja hal initidak boleh dibiarkan, tentunya harus ada usaha yang harussegera dilakukan untuk meluruskan pemahaman masyarakatyang telah bengkok tentang giok ini. Oleh karenanya melaluitulisan ini penulis hendak berbagi pemikiran, bahwa adabeberapa hal yang hendaknya harus kita perhatikan bagi kitapenggemar dan pecinta giok ini.

Pertama, jika kita memang seorang pecinta giok, makaharus diyakini bahwa giok tidak lebih dari sekedar hiasan,trend, atau untuk keindahan semata. Karenanya tidak bolehmengkait-kaitkannya dengan satu keyakinan tertentu, sepertimeyakini ada kekuatan-kekuatan tertentu yang mampu untukmenjaga atau melindungi. Karena yang demikian bisaberdampak pada syirik.Kedua, keunikan dan keindahan yang melekat padagiok hendaklah mengantarkan pemakainya kepada kesadaranakan kebesaran Allah yang telah menciptakan dan mengkreasialam ini dengan begitu indahnya.

Page 95: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 89

Ketiga, memakai giok hendaklah dengan niat ibadah,yaitu dengan menyadari pesan Allah yang menghendaki kitauntuk selalu tetap indah dan mempesona. Karenaagamamengatakan bahwa innallaha jamil wa yuhibbu aljamaal (Allah itu indah dan menyukai yang indah-indah) jadi,sebenarnya memakai giok bisa bernilai ibadah jika diniatkanuntuk memenuhi pesan agama di atas.

Keempat, bagi kaum laki-laki yang memakai giok, makauntuk alasan keindahan tidak dibolehkan untuk membuatcincin yang bercampur dengan emas, sebab memakai emasharam hukumnya bagi laki-laki, ini karena emas merupakansimbol feminisme yang merupakan milik kaum wanita, yangtentunya tidak pantas bagi seorang laki-laki mengenakansimbol-simbol feminisme yang menyerupai wanita, sebabakan bisa merusak kodrat kelaki-lakiannya, sementara rasuldalam sebuah haditsnya telah melaknat seorang laki-lakimenyerupai wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.Kelima, bagi para mereka yang menjadikan gioksebagai usaha untuk mencari penghasilan seperti parapenggali giok atau toko-toko yang memperdagangkan giok,maka padanya berlaku wajib zakat apabila penghasilan darigiok tersebut telah sampai nisab.Demikianlah beberapa pandangan tentang bagaimanaseharusnya kita menyikapi giok di musim demam giok ini.Sehingga diharapkan kemeriahan giok di daerah ini tidaksampai membuat agama kita menjadi tercemari dan tidak jugasampai merusak akal sehat kita. Sebaliknya, denganpemahaman kita yang tepat dalam menyikapi giok diharapkanbisa menjadikan kemeriahan giok ini sebagai sebuah limpahanrahmat dari Allah yang harus disyukuri, amin. Wallau a’lam

Page 96: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

90 | Hadini

D. Antara MTQ dan Sepak BolaKetika seorang putra daerah berhasil mengukirprestasi dalam sebuah even tertentu, maka salah satu namayang dilambungkan saat itu tentu saja nama daerah asalnya,terlepas dari ada atau tidaknya perannya dalammensukseskan prestasi si anak. namun bila ditelusuri sulitsekali ditemukan peran daerah yang serius dalam membinapotensi peserta-peserta yang potensial. Di tengah-tengahketidak seriusan sebagian Pemerintah Daerah dalammelakukan pembinaan, namun para peserta mampu jugamengukir prestasi. Lalu, apakah ini hanya keberuntungan?,jawabnya tentu tidak, keberhasilan ini tentu tidak terlepasdari peran mereka yang ada di balik layar, mereka adalah paraorang tua mereka sendiri atau guru-guru di lembagapendidikan mereka, sepertinya, merekalah tempat pusatpelatihan utama para peserta yang sebenarnya.Memang, kalau urusan pembinaan peserta,pelaksanaannya selalu saja dalam posisi yang menyedihkan,baik di tingkat Provinsi, apalagi di tingkat Kabupaten/Kota.Hal ini terlihat dari belum intensnya program yang rapi danterencana secara menyeluluruh dan berkelanjutan daripemerintah. Yang saya amati, sepertinya mereka hanyaberorientasi pada product saja, bukan berorientasi procces.Maunya hanya hasilnya saja, sementara untuk prosesmenciptakan calon peserta tidak mau.Sehingga di beberapa daerah, terutama di tingkatkabupaten/kota, demi mendapatkan hasil maksimal, merekatidak malu-malu mengambil peserta dari daerah lain. Dalampikiran mereka mengatakan ‘buat apa capek-capekberkeringat membina peserta, toh kita bisa mencomot daridaerah orang…?’ karenanya saya termasuk salah seorang yang

Page 97: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 91tidak setuju dengan cara main comot atau kontrak seperti ini,karena cara ini bisa mematikan kreatifitas kita dalam prosespembentukan peserta MTQ yang berkualitas di setiap daerah.Terus terang saja, inilah yang sering terjadi, apalagi dikabupaten/kota. Karenanya, ketika salah satu daerah yangberhasil sebagai juara umum MTQ tingkat Provinsi beberapatahun lalu, saya tidak kaget, karena pesertanya memangbanyak peserta panggilan, yang didatangkan dari luar daerah.Jadi, berbicara pembinaan, yang ada hanya ‘nol’ besar.Oleh karenanya, jika peserta MTQ ke depan inginmelangkah maju, tentu tidak mungkin terjadi jika cara yangkita lakukan sama seperti kemarin. Jika kita ingin mengubahhasil, tentu usaha kita juga harus diubah. Kita harus maumerubah diri dari semula berorientasi product, berubah keorientasi procces.

Antara MTQ dan Sepak BolaSecara sosiologis, diakui bahwa daerah ini terkenaldengan religiusitasnya, namun di lapangan sering sekaliberkata lain. Bahkan Aceh yang kental dengan religiusitasnya,ditambah lagi dengan ditetapkannya syari’at Islam harusnyaevan-even yang diprioritaskan lebih berfihak padapengembangan even keagamaan, seperti mempersiapkankader-kader MTQ, tapi sayang kenyataannya tidak demikian,justru perhatiannya tidak sekuat aspek-aspek lain. Dalampembinaan peserta MTQ misalnya, lemahnya perhatianPemerintahan Aceh terhadap pembinaan kader peserta MTQdapat dilihat dari kesenjangan yang lebar antara pembinaanQari-Qari’ah jika dibanding dengan pembinaan tim SepakBola. Untuk urusan sepak bola, Pemda begitu seriusnya, tidakterhitung lagi berapa ratus miliar dana yang sudah

Page 98: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

92 | Hadinidihamburkan untuk mengurus Persiraja dan tim sepak bolalainnya, begitu bernafsunya, bahkan sampai-sampaipesertanya rame-rame ditraining ke luar negeri sepertiParaguay selama bertahun-tahun.Tentu saja pembinaan yang serius terhadap kadersepak Bola tidak ada salahnya, bahkan itu bagus. Tetapi jika ialebih dibesarkan dari pada pembinaan kader Qari dan Qari’ah,tentu ini sangat tidak fair dan menjadi ironi untuk daerahyang mengaku telah menetapkan syari’at Islam ini. Memangada beberapa program pengembangan yang dilakukan, tapilebih pada sebatas di bidang tilawah dan Tahfiz, padahalmasih banyak cabang-cabang MTQ lainnya yang perludiperhatikan, seperti fahmil Qur’an, Khattil Qur’an, syarhilQur’an dan banyak lagi. Jika untuk sepak bola PemerintahAceh mampu membuat proyek besar, mengapa untukpengembangan Al-Qur’an tidak? Seharusnya Pemerintah Acehjuga siap membangun lembaga mercusuar untukmempersiapkan kader-kader peserta MTQ ke depan.Ke depan, mengingat Aceh sebagai daerah syari’atIslam, lazimnya dialah yang seharusnya di depan menjadilokomotif dan menjadi contoh bagi daerah lain. Malu rasanyajika daerah yang bersyari’at Islam ini ternyata kafilahnyamasih berada di buntut kafilah daerah lain.E. Teologi Lingkungan“Saya menemukan Islam ada di Eropa, saya justru tidak menemukanIslam di sini (Mesir)”. (Muhammad Abduh)Demikianlah sepatah ungkapan ironis dan menggelitik dariMuhammad Abduh sewaktu kembali dari Eropa. Ia memandangorang Eropa meskipun tidak membaca Al-Qur’an tetapi merekamempraktekkan nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam, seperti

Page 99: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 93keadilan, kebersihan, keindahan, kedisiplinan dan etos yang tinggi,sebaliknya, di negara-negara yang mayoritas Islam, merekamembaca Al-Qur’an, tetapi sedikit sekali yang mengamalkan isi Al-Qur’an dalam kesehariannya.Dalam memandang lingkungan misalnya, terlihat bagaimanaorang-orang Eropa menjunjung tinggi nilai-nilai estetis,sebagaimana terlihat dari pemeliharaan mereka terhadap hutanyang terkenal dengan green peace nya, keindahan tata ruangkotanya, bangunan-bangunan gedungnya yang mempunyai nilaiseni yang sangat menawan, meski mereka tidak pernah mendengarkalimat innallaha jamil wa yuhibbu al jamal (Allah itu indah danmenyukai yang indah-indah). Selain itu orang Eropa juga terkenaldengan kebersihannya, jangan coba-coba membuang sampahsembarangan, karena dengan sekejap kita bisa didenda, demikianmereka menjaga kebersihan meski mereka tidak pernah mendengaran nadhafatu minal iman (kebersihan itu sebagian dari iman).Kontras dengan pemandangan di atas, di Negara-negaraIslam, meski banyak yang hafal an nadhafatu minal iman, tapi masihbisa santai membuang sampah sembarangan, bahkan ada pesantrenyang saat berbicara tentang kebersihan, justru di ruangan itubanyak puntung rokok berserakan. Hal ini belum lagi yang besar-besar seperti pembalakan liar dan berbagai pengrusakan ekosistemlainnya. Sebenarnya sudah menjadi fithrah, bahwa manusiacenderung pada yang indah-indah dan tidak menyukai yang kotor,semberawut serta hal-hal yang bisa mengundang bahaya. Namunmengapa tetap saja ada dari kalangan orang Islam yangmelanggarnya, mengotori lingkungan, menebang hutan, merusakterumbu karang dan sebagainya, sebenarnya ini dikarenakanmereka tidak mampu menahan godaan kesenangan dalam jangkapendek tapi membawa bencana dalam jangka panjang. Memangdengan menebang hutan sembarangan bisa menghasilkanpenghasilan yang melimpah, namun dalam jangka panjang bencanasiap datang melanda.

Page 100: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

94 | HadiniInilah barangkali yang mengakibatkan kejadian-kejadian alam yang terjadi saat ini tidak lagi bersahabatdengan kita, banjir bandang dan longsor di mana-mana,hewan-hewan yang kehilangan “rumah”nya karena habitatnyadirusak balik menuntut dengan mendatangi rumah-rumahmanusia, sehingga tidak jarang kita mendengar ada gajah yangmengobrak abrik rumah warga, harimau jalan-jalan masukpemukiman, buaya yang memangsa manusia, beberapaspesies semakin langka dan berbagai kerugian dan bahkanancaman lainnya, yang kesemua itu menunjukkan bahwa alammemang sudah bosan bersahabat dengan kita.Kejadian-kajadian di atas sebenarnya adalahsunnatullah atau hukum alam. Siapapun dan di manapun pastiterjadi, sebab Allah telah menciptakan alam ini dengankeseimbangan dan keserasian, namun apabila keseimbanganterganggu, maka ia akan berakibat kerusakan yang bisamerugikan kesalamatan manusia itu sendiri. Hal ini seseiringdengan ungkapan Quraish Shihab yang mengatakan bahwa“kehidupan makhluk-makhluk Tuhan saling kait berkait. Bilaterjadi gangguan pada salah satunya, maka makhluk hidupdalam lingkungan hidup tersebut ikut terganggu pula.” Jadi,alam ini sebenarnya bersifat sistemik, antara yang satudengan yang lainnya saling menyatu membentuk harmonialam yang indah, dan tidak mungkin diabaikan atau dirusaksalah satunya, ini berarti merusak lingkungan sama berartimerusak dirinya sendiri. Oleh sebab itu, keseimbangan dankeserasian alam harus dijaga.Oleh karenanya, paradigma dan Mind set kita tentanglingkungan harus diperbaharui kembali. Dalam hal ini kiranyatepat apa yang dikatakan Quraish Shihab tentang bagaimanaseharusnya kita berhubungan dengan lingkungan, beliaumengatakan “hubungan antara manusia dengan alam bukan

Page 101: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 95merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan,tapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah“ . Jadi, hubungan kita dengan alam tidak boleh menimbulkankerusakan, akan tetapi haruslah menjadikan hubungantersebut membawa kepada kemaslahatan sebagai mana yangdimaksud oleh Allah, inilah yang penulis sebut dengan” teologilingkungan.”Dalam menjaga keserasian dan keseimbanganlingkungan, nabi memberikan tuntunan yang begitu indahuntuk kita teladani. Menurut beliau, jangankan pada tataranmerusak lingkungan, pada tataran menelantarkan lingkungansaja pun sudah tidak dibenarkan, sebagaimana dalam sebuahhadits nya yang mengatakan: “Siapa yang memiliki tanah,maka hendaknya ditanami atau diberikan kepada kawannya,jika tidak diberikan tahan saja” (Bukhari), demikianlah nabimenuntun kita untuk memelihara lingkungan dengan caramemanfaatkannya untuk mendapatkan nilai tambah yangbermanfaat bagi manusia, jangan sampai potensi lingkunganyang ada dibiarkan menjadi sia-sia.Hal senada juga diriwayatkan dari Anaas ra, ia berkatabahwa rasulullah bersabda, “tiada seorang muslim pun yangmenanam tanaman, kemudian dimakan oleh burung, manusiaatau binatang lainnya, melainkan tercatat untuknya sebagaishadaqah (Bukhari). Demikianlah pentingnyamengoptimalkan potensi lingkungan menurut Nabi, sekalipunkita mungkin tidak bisa menikmati hasilnya, namun pahalanyatetap mengalir, karena ia telah membawa manfaat padamakhluk Tuhan yang lain.Dari hadits di atas jelas bahwa, jika tingkatmenelantarkan lahan saja kita sudah tidak diperbolehkan,

Page 102: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

96 | Hadiniapalagi merusak lingkungan seperti pembalakan liar,membakar hutan, merusak ekosistem laut dan sebagainya.Itulah sebabnya Islam melarang pengrusakanlingkungan. Bahkan dalam Islam memandang bahwaJangankan merusak lingkungan dalam skala yang besar,pengrusakan pada skala yang kecil dan sepele pun dilarang.Sebuah hadits misalnya mengatakan “janganlah seseorangkamu membuang air kecil di air diam yang tidak mengalir,kemudian ia mandi di air itu” (Bukhari), jika pengrusakan yangkecil dan sepele setingkat membuang air kecil sembarangansaja kita sudah dilarang, tentu yang besar lebih dilarang lagi.Dan ini membuktikan betapa Islam sangat memperhatikanpersoalan-persoalan lingkungan alam sekitar.Demikianlah Islam memberikan perhatian terhadaplingkungan sekitar, agar alam yang diciptakan Allah iniberjalan dengan serasi dan seimbang, sesuai dengan tujuanAllah menciptakannya.F. ‘Innocence of Moslims’Menjijikkan,…! Barangkali inilah ungkapan yang paling tepatdialamatkan terhadap Nakoula Basseley Nakoula seorang warga ASKristen atas perilaku pembuat film ‘Innocence of Moslims’, Film yangberisikan penghinaan terhadap Nabi Muhammad. Dalam filmtersebut tokoh Muhammad berperan sebagai seorang yang sangatjahat dengan melakukan berbagai bentuk perbuatan yang tidakpantas. Film ini tentu saja menyulut kemarahan ummat Islam,karena film tersebut sangat menyakitkan bagi ummat kaummuslimin di seluruh dunia. Karenanya wajar jika timbul gejolakbesar-besaran di negara-negara muslim, terutama di timur tengah.Di mana mereka tumpah ruah ke jalan mengecam keras pembuatfilm tersebut dan mengecam Amerika Serikat sebagai tempatpembuat film itu berindung. Meski belasan nyawa harus melayang.

Page 103: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 97Pembuatan film terkutuk tersebut membuat presidenAS Barack Obama beserta menteri luar negerinya HilaryClinton juga turut mengecam. Sebuah sikap yang tentunyaditunggu-tunggu oleh seluruh masyarakat dunia.Tidak hanyaitu, masyarakat beragama Kristen di AS juga ikut mengutukfilm tersebut, bahkan sebagian tokoh Yahudi juga ikutmengecam.Di Indonesia, selain kecaman dari mahasiswa danberbagai ormas, kita tentu harus memberi kredit point kepadapresiden SBY yang juga berani turut mengecam film tersebut,bahkan melakukan usaha melalui jalur diplomasi denganmengirim Juru bicara Kepresidenaan Dino Pati Jalal ke ASuntuk membicarakan hal tersebut.Bersikap secara tepatSebagai ummat Islam kita tentu saja mencari jalanuntuk menyikapi hal tersebut dengan cara yang tepat, bukandengan cara-cara yang justru bisa merusak citra Islam itusendiri. Sebab bisa jadi film ini juga sebagai sebuah jebakanagar ummat Islam terpancing melalukan perbuatan-perbuatananarkis sehingga mempertegas citra Islam di mata duniabahwa islam adalah agama yang suka kekerasan. Karenanya,kita sangat menyayangkan beberapa aksi turun ke jalanpengecaman film tersebut ada yang berlangsung anarkis,bahkan yang sangat disayangkan lagi belasan nyawa turutmelayang. Dan tentu saja ini yang diinginkan oleh musuh-musuh Islam.Sebagian kita ada yang meminta agar kasus inidiselesaikan secara hukum. Dalam hal ini ummat Islam diseluruh dunia sudah pasti menginginkan agar Amerika Serikatdengan tegas menghukum berat pembuat film yang telahmenghina tersebut, namun sayang usaha ini mendapat

Page 104: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

98 | Hadinikendala, di mana Amerika tidak mau melakukan tindakantersebut dengan alasan berbenturan dengan perundang-undangan AS tentang kebebasan berekspresi. Karenanya, jikapun ummat Islam mengambil jalur dengan cara menjadikankasus ini sebagai legal case atau kasus hukum dengan carameminta AS untuk mengadilinya, sepertinya hal ini tipiskemungkinan untuk bisa dimenangkan.Cara-cara yang dilakukan di atas sepertinyamenunjukkan ummat Islam berada pada posisi yang dilematis,di satu sisi aksi mengecam turun ke jalan bisa berujunganarkis, sementara jika menempuh jalur hukum terhadangdengan system perundang-undangan negara lain. Lalu,bagaimana seharusnya yang bisa kita lakukan?, menurutpenulis, dalam menyikapi hal tersebut ada beberapa cara yangbarang kali bisa untuk dipertimbangkan, di antaranya.Pertama, ummat Islam harus menunjukkan aksipengecaman secara santun dan damai, ummat Islam harusbisa menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah benar-benar agama yang rahmahtan lil alamin, kehadirannyaterhadap manusia lain selalu memberikan kedamaian.Terkadang orang non Islam tidak mengetahui Islam karena iatidak membaca Al-Qur’an dan Hadis, mereka hanya bisamembaca Islam dari perilaku-perilaku ummat Islam itusendiri. Karenanya agar orang-orang non muslim bisamengenal Islam, maka ummat Islam harus menunjukkanperilakunya seperti apa yang ada dalam ajaran Al-Qur’an danHadits itu sendiri.Kedua, memutuskan hubungan kerjasama denganfihak-fihak yang mendukung sikap pelecehan tersebut,barangkali ini sesuai dengan petunjuk al-Qur’an, sebab dalamal-Qur’an surah al-an’am ayat 68 mengatakan bahwa: apabila

engkau melihat orang membicarakan ayat-ayat Kami

Page 105: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 99

(mendustakan ayat-ayat Allah) maka tinggalkanlah merekasampai mereka membicarakan pembicaraan selainnya. Danjika setan benar-benar menjadikan engkau lupa, makajanganlah engkau duduk –sesudah teringat-bersama orang-orang yang zalim. jadi, jika ada orang-orang yang melecehkanagama, maka jangan menjalin persahabatan dengan mereka.

Ketiga, seperti yang digagas oleh Prof.Dr. YusufQardhawi yang menggagas perlunya ummat Islam untukmembantu pendanaan pembuatan film tandingan denganmenampilkan sosok nabi Muhammad sebagai manusia yangmempunyai akhlaq yang agung. Film tersebut selain berisikandakwah, tentu saja akan mematahkan penggambaranMuhammad dalam film Innocence of Moslems tersebut.keempat, mengangkat kasus pelecehan tersebut secaralebih luas lagi ke dunia internasional, sehingga diharapkansemua bangsa dan dan agama apapun di dunia ini sepakatuntuk mengecam setiap pelecehan terhadap suatu agama.

Pelecehan nabi dalam sejarahApabila kita menilik sejarah kehidupan rasul dalammenjalankan tugasnya, sebenarnya para rasul rasul sebelumMuhammad sudah mengalami pelecehan dan penghinaan, halini sebagaimana telah diinformasikan dalam al-Qur’an. Dalamsurat al-an’am ayat 10 misalnya mengatakan: dan sungguhtelah diperolok-olokkan rasul sebelummu, maka turunlahkepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka,balasan olok-olokan mereka.Begitupun ketika nabi Muhammad menyampaikandakwahnya, ia selalu mendapat gangguan dan pelecehan, baikketika dawah sembunyi-sembunyi , apalagi ketika dakwahsecara terang –terangan. Karenanya, untuk menguatkan

Page 106: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

100 | Hadinijiwanya terhadap gangguan yang datang, beliau mengingatkandirinya sendiri melalui ayat 41 dalam surat al-Anbiya yangberbunyi: semoga Allah merahmati Musa, sungguh beliau telahdiganggu melebihi (gangguan) ini. Sehingga dengan mengingatayat ini rasul bisa lebih tenang dalam berdakwah. Terhadapperlakuan tersebut rasul mengambil sikap yang beragam,adakalanya nabi menyerahkan pada Allah, memaafkan meskimenampakkan ketidak setujuan, memutuskan hubungan, danadapula kalanya memeranginya.hal ini dilakukan sesuaidengan kondisi dan konteks sosio politik yang melatari ketikaitu.G. Kurikulum Kematian“waktu anda lahir, anda menangis,padahal semua orang di sekitar anda tertawa bahagia.Berkhidmatlah pada manusia, sehingga ketika anda mati,semua orang di sekitar anda menangis,padahal anda sendiri tertawa bahagia”(ahli hikmah)Ketika ada berita tentang kematian, sering kitaterkaget-kaget mendengarnya. Fenomena masyarakat sepertiini sebenarnya sudah alamiah ketika seorang tokoh pentingmeninggal dunia. Dalam perspektif Islam, kematian seseorangdiharapkan tidaklah hanya sekedar terkejut, tapi lebih jauhkematian bisa dijadikan sebagai mau’idhah. Yaitu pelajaranyang membuat hidup kita bisa lebih bermakna, dengannyaorang mengisi sisa-sisa kehidupannya dengan perbuatan yangbisa membuat bumi semakin makmur. Sekiranya Hasan Tirobisa bicara, ia pasti mengatakan ”Hai ureng

Aceh...,sesungguhnya engkau juga akan sama seperti aku...karenanya, isilah kehidupan mu dengan amalan yang

Page 107: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 101membuat kehidupan orang-orang di kampung halaman mumenjadi makmur dan sejahtera, agar engkau bisa memetikhasilnya esok di syurga ...” Ketika ia beberapa waktu laluberpulang, adakah pesan bermakna ini terpatri di benak kita?Semoga kita tidak hanya terkejut saja.Karenanya, agama menganjurkan kita untuk sering-sering mengingat mati, aktsiru min zikri hazamu al lazah kataNabi. Tapi, mengapa setiap kali terjadi peristiwa kematian kitaenggan mengingatnya, apalagi mengambil pelajarannya?.Menurut Proffesor Quraish Shihab, itu karena sudah tabi’atmanusia bahwa manusia yang ingin hidup seribu tahun lagi,konon nabi Adam dan Hawa mau memakan buah khuldi (buahkekekalan) karena ingin hidup kekal selamanya. Alasanlainnya yaitu karena kita tidak tahu bagaimana kehidupan kitakelak di akhirat.Namun apa jadinya jika manusia tidak ada yang matidan hidup terus selamanya? Bisa dibayangkan betapa bumiyang terbatas ini penuh disesaki oleh kelahiran manusia, lalusiapakah yang mau untuk dikorbankan agar bumi bisalapang?, bayangkanlah jika tidak ada kematian, betapasenangnya para pendosa yang suka berzina, koruptor,merampas tapi tidak mendapat hukuman, sementara yangbaik-baik tidak mendapat ganjaran atas kebaikannya, tentu initidak adil. Jadi, dengan adanya kematianlah sebenarnya hidupini menjadi lebih adil.Dengan demikian, kematian adalah sebuah kemestianyang harus terjadi. Karena dengan kematian, manusia bisadiuji siapa yang paling hebat amalnya, karenanya, mengingatkematian sebenarnya salah satu cara agar hidup kita bisalebih produktif menghasilkan karya-karya terbaik yangbermanfaat bagi manusia lain dan alam sekitar.

Page 108: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

102 | HadiniSebab itu, banyak-banyaklah mengingat kematian yangsetiap saat semakin mendekat. Dengan mengingat kematianyang semakin dekat, kita akan berlomba-lomba mengumpulamal dengan cara menebar kebaikan yang bermanfaat bagiorang lain. Mengingat mati akan membuat orang menjadikreatif dan inovatif dalam berkarya, karena sadar bahwa iamerasa usia yang tersisa hanya sedikit untuk memupuk amal,sementara dengan mengingat kematian yang semakin dekatkita akan takut berbuat dosa, melakukan korupsi, berzina dansebagainya. Kalau demikian, jelaslah, mengingat kematianakan membawa dampak yang positif untuk perubahanindividu dan masyarakat yang lebih baik.Jika mengingat mati bisa membuat hidup dankehidupan menjadi lebih positif bagi perubahan individu danbangsa, tentu budaya mengingat mati perlu diteriakkan dandikampanyekan secara terus menerus kepada orang lain.Untuk bisa membudayakan mengingat mati secaraeffektif tentu saja diperlukan metode yang tepat. Kitaberuntung, karena ulama terdahulu ternyata telah berijtihadmendesain bagaimana metode mengingat mati. Imam al-Ghazali misalnya telah berusaha merumuskan beberapametode ampuh untuk mengingat kematian, beberapa metodeyang pernah ia tulis di antaranya:Pertama, dengan cara mengingat sahabat qarib yangtelah pergi, secara psikologis, emosi kita dalam mengingatteman dekat tentu lebih efektif dibanding teman jauh. Kedua,yaitu mengingat akibat yang ditinggalkan dari kematian,bayangkanlah wajah teman kita yang dulu menawan, sekarangtelah menakutkan, kalau jalannya yang dahulu tegap sekarangtelah menjadi tulang belulang dan sebagainya. Ketiga, belajarberempati dengan merasakan seperti yang diraskan olehorang yang mati itu. Ketika ada mayat yang diusung,

Page 109: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 103rasakanlah bahwa yang diusung itu adalah anda, kalaukemarin ayah kita Hasan Tiro diusung, kita harus berusahabisa merasakan seolah yang diusung itu adalah kita. Ali binAbi Thalib pernah berkata: Aku takjub melihat orang yangtertawa ketika mengantarkan jenazah. Ia tidak tahu bahwajenazah itu akhir hidup dia juga“. Masih segar dalam ingatankita suasana idul qurban yang lalu, ketika sebagian hewan-hewan ternak diqurbankan oleh sebagian saudara kita,hendaknya peristiwa itu bisa kita ambil pelajaran untukmengkritik sikap kita tentang kematian. Kita sering heranmelihat sapi yang bisa dengan asyik mengunyah rumputsambil melihat kawan-kawan di sebelahnya disembelih satupersatu. Anehnya kita manusia bisa dengan tenang dan lahapmakan dan minum, padahal kawan-kawan kita dijemputmalaikat maut seorang demi seorang, sepertinya kita sudahkehilangan empati. Keempat, sering-sering lah berziarah.Salah satu tujuan ziarah agar kita ingat pada kematian.Mengisi WaktuDalam menjalani kehidupan sebelum kematian tiba,hendaknya kita bisa membuat daftar agenda. Sebab jika tidak,kita pasti tergilas oleh waktu yang pada akhirnya membuatkita masuk dalam daftar orang yang merugi, sebagaimana al-Qur’an mengatakan “demi waktu, sesungguhnya manusiadalam kerugian”, tentu kita tidak ingin menjadi orang yangrugi. Karenanya tidak ada cara lain kecuali merancang agendastrategis kita ke depan, sebab salah atau ciri orang bertakwaadalah orang yang bisa melihat ke depan wal tandzur maqaddamat lighad (Q.S al Hasyr: 18), orang bertakwa itu adalahorang yang lebih memperhatikan jangka panjang ketimbangjangka pendek.

Page 110: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

104 | HadiniEntah apapun nama dan ciri zaman ke depan, apakahzaman megatrend, post modern, atau lainnya, semua kita akanmerugi kecuali jika kita mengisi zaman tersebut dengan reaksiyang tepat. Al-Qur’an dalam Surat Al-Ashr mengatakan bahwaada empat reaksi, reaksi yang tepat itu tidak lain adalah,pertama, mempertahankan dan meningkatkan kualitas iman,di zaman modernisasi yang ditandai dengan materialisme dansekularisme ini, telah membuat manusia semakin teranomidan teralienasi, iman sebagai sumber spiritualitas manusiaakan membuat manusia terbebas dari kehampaan. Yang kitaperlukan sekarang adalah sesuatu yang bersifat spiritual,something spiritual kata Benyamin S May. Kedua, kerja yangberkualitas (amal shaleh), di sini bukan berarti amalan yangbanyak, tetapi yang penting adalah amalan yang berkualitasyang sangat dirasakan oleh ummat, di samping sebagai orangbaik, ia juga harus membaikkan orang lain. Ketiga, berjuangmenegakkan kebenaran, jadi, tidak hanya hidup di ataskebenaran, tetapi juga harus menyebarkan kebenaran.Keempat, menyebarkan kesabaran, dalam menegakkankebenaran ia tidak saja berdiri di atas kesabaran, tetapi jugaharus menyabarkan orang lain.Inilah reaksi yang tepat dalam mengisi kehidupanmenurut al Qur’an, jika ini mampu kita terjemahkan, makaanda tidak akan pernah merugi, dan hanya dengan reaksiseperti inilah yang pada akhirnya membuat kita mati dengancara yang husnul khatimah, sebuah kematian yang indah. Yaituseperti kematian yang digambarkan oleh ahli hikmah, denganungkapannya yang indah yang mengatakan “waktu anda lahir,anda menangis, padahal semua orang di sekitar anda tertawabahagia. Berkhidmatlah pada manusia, sehingga ketika andamati, semua orang di sekitar anda menangis, padahal andasendiri tertawa bahagia.”

Page 111: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 105

H. Menyoal Metodologi Ceramah Maulidketika peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad Sawtiba. Besar harapan kita agar momen emas ini mampumemberi sinyal positif yang lebih besar untuk membumikanperilaku nabi kita tersebut di tengah-tengah kehidupanbermasyarakat.Kultur budaya kita yang selalu menyambut mauliddengan kegiatan ceramah maulid di samping kegiatan kenduridengan berbagai hidangan sedapnya tentunya semakin lebihmemantapkan usaha untuk memperkenalkan kepribadianMuhammad secara lebih dalam.Namun, jika melihat kenyataan di lapangan sekarangini, ceramah maulid nabi seringkali diposisikan sebagaipelengkap acara kenduri, sehingga terkesan hanya sebagaihiburan saja, sementara tujuan utamanya untuk memperbaikiakhlak mulai terkikis. Apakah ceramah maulid yang sudahberlangsung selama ini berbanding lurus dengan etika danmoral masyarakat kita?, agaknya inilah yang menjadipersoalan, sebab kanyataan sering menunjukkan bahwa disaat dan setelah ceramah maulid, perlikaku tak terpuji terussaja berjalan seperti biasanya, baik perilaku berekonomi,berpolitik maupun berbudaya, selah kata-kata penceramahberlalu begitu saja tanpa jejak dan bekas, bahkan saatceramah berlangsung perilaku menentang ajaran muhammadsudah diperlihatkan secara terang-terangan, sepertikekerasan, khalwad,dan sebagainya.Mengapa ini bisa terjadi? Mengapa di saat kepribadianrasulullah diperkenalkan namun di saat itu juga penentanganterhadap ajarannya diperlihatkan oleh ummatnya sendiri?.Ada apa dengan penyampaian sang penceramah?Memang, banyak faktor yang membuat perilaku masyarakatyang belum berubah setelah ceramah maulid dilakukan,

Page 112: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

106 | Hadininamun, tidak dipungkiri bahwa peran penceramah dalammenyajikan isi ceramahnya mempunyai peran yang sangatpenting. Menurut penulis ada beberapa kelemahanmetodologi yang sering dilakukan oleh penceramah selama iniPertama, selama ini, materi tentang profil Muhammad yangdisampaikan tidak membumi, tetapi terlalu melangit. Artinya,sosok Muhammad yang dipekenalkan sedikit sekali terkaitdengan aksi-aksi nabi Muhammad di lapangankemasyarakatan seperti perilaku berekonomi, berpolitik,berbudaya dan lain sebagainya, akan tetapi sosok Muhammadlebih sering ditampilkan dari sisi supra naturalnya,kemu’jizatan dan keajaiban-keajaiban lainnya seperti materi“Nur Muhammad”, “keajaiban kelahiran Muhammad”, danberbagai materi “Keajaiban” lainnya.Menurut penulis, materi-materi yang terlalu banyakmenyajikan hal-hal seperti ini akan memberi kesan kepadapendengar bahwa sosok kepribadian Muhammad tidakmungkin untuk diikuti, sehingga niat dan usaha ceramah kitauntuk mencontoh dan meneladani kepribadian NabiMuhammad manjadi “jauh panggang dari api” dan sia-sia,tentu ini tidak kita inginkan.Mengapa materi-materi ceramah ini sering muncul?Hal ini sebenarnya tidak terlepas dari miskinnya sumberbacaan dari sang penceramah, penulis melihat materi ceramahtentang kepribadian nabi Muhammad lebih banyak dirujukdari kitab ‘Duratunnashihin’ kitab ini seolah menjadi ‘kitabsuci’ oleh sebagian kalangan tertentu, padahal dalampenelusuran ahli hadits, kitab ini penuh dengan cerita-ceritaIsrailliyat, yang keabshahannya sangat dipertanyakan.Celakanya, masyarakat kita paling senang pula dengan materi-materi seperti ini, karenanya tidak heran kalau sarjana-sarjana dan Professor-professor di IAIN kurang laku dan

Page 113: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 107jarang diundang. Padahal mereka telah melihat dan mengkajiMuhammad secara objektif dan mendalam.Oleh karenanya, para penceramah hendaknya bisa lebihmenonjolkan sisi Muhammad sebagai ‘manusia’, bukanMuhammad sebagai ‘malaikat’. Karena, menonjolkanMuhammad sebagai malaikat tidak mungkin untuk diikuti,sementara dengan memperkenalkan Muhammad sebagaimanusia, justru ini akan memberi kesan bahwa kita bisa danpantas meneladani kepribadian Muhammad, karena iamanusia seperti kita juga.Nabi Muhammad juga punya perasaan, terkadang sedihjika berduka, terkadang khawatir, terkadang tertawa jikasedang gembira, pada Muhammad juga berlaku hukum alam,terkadang ia mengalami kekalahan jika strategi perangnyatidak berjalan dengan rencana sebagaimana terlihat dalamperang Uhud, bahkan ia pernah terluka dan berdarah dalamperistiwa itu.Begitupun kesuksesan-kesuksesan Muhammad dalamberbagai kehidupan sosial keagamaan, semuanya diperolehmelalui kerja keras dan pikir cerdas. Kesuksesan nabi dalambidang ekonomi misalnya, bukanlah berarti kekayaanMuhammad tersebut berasal dari mu’jizat yang jatuh darilangit begitu saja, tetapi lebih dikarenakan strategi bisnis yangjitu dan penegakan prinsip-prinsip ekonomi yang adil,bertanggung jawab dan berkemanusiaan. Dalam mendidik,kesuksesan yang diraihnya tidak terlepas dari kejituannyadalam menentukan metodologi pembelajaran sertamendalami sisi psikologis anak didiknya.Sementara, demikian pula halnya di bidang politik,kesuksesan Muhammad tidaklah diperoleh begitu saja tanpakeringat, tetapi diperoleh dengan perjuangan dan kesabaran,dengan strategi yang matang yang melibatkan banyak

Page 114: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

108 | Hadinikomponen dan menerapkan prinsip-prinsip berpolitik yangcantik dan memikat, seperti musyawarah, keadilan,persamaan dan lain sebagainya.Hal-hal seperti inilah yang seharusnya materi yangdisampaikan oleh penceramah-penceramah kita, materi-materi ceramah seperti ini dipastikan akan mempunyaimakna dan kesan yang mendalam di lubuk hati pendengar,karena perilaku Muhammad yang diceritakan si penceramahtidak berbeda dengan kehidupan yang dialami olehpendengar, menurut penulis inilah yang disebut denganceramah yang kontekstual, sebuah materi yang terkaitlangsung dengan kehidupan kita.kedua, para penceramah sering mengabaikan skalaprioritas, mereka lebih mengutamakan yang sekunder daripada yang primer, stressing ceramah terkadang tidak lagi padatopik inti, tetapi lebih banyak pada aspek pendukung, sepertimelawak, dan bernyanyi-nyanyi yang berlebihan, sehinggatopik inti menjadi kabur, hebatnya, masyarakat kita palingsenang dengan penceramah bertipologi seperti ini, karenanya,andai kata sedikit saja bang Johni atau Apalambak bisaceramah, dipastikan akan laris manis, atau jika Sabirin Lamnobisa ceramah, dipastikan undangan ceramah akan terusmengalir, memang tidak ada yang salah dengan humor tapiproporsinya yang harus diseimbangkan.ketiga, penceramah sering mengabaikanmanajememen waktu yang sering berlarut-larut, para pakarpsikologi pendidikan saat ini menemukan bahwa batas efektifotak menerima informasi hanya 15 menit saja, tapikenyataannya rata-rata penceramah menjejali audiens sampai180 menit atau atau sampai 3 jam, sehingga tidak heran jikafenomena ‘masuk telinga kanan, keluar telinga kiri’ banyakdidapati.

Page 115: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 109Semoga dengan ceramah-ceramah Maulid tahun ini bisa lebihmeningkatkan kecintaan kita kepada nabi kita Muhammad,Saw, dan mengakrabkan kita dengan perilaku yangdicontohkan oleh nya.I. Pesan Tengku Khatib“ sidang jama’ah jum’at yang mulia…!,

marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaankita kepada Allah swt…!”(pesan Khuthbah pak Khatib)Setiap kali Khatib menaiki mimbar jum’at, pasti adasatu pesan yang tidak pernah mereka tinggalkan. Pesan yangtidak pernah ditinggalkan oleh khatib di seluruh dunia ituadalah pesan untuk bertakwa, sebagaimana sering kita dengardari atas mimbar mereka berpesan: “ sidang jama’ah jum’atyang mulia…!, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dantakwa kepada Allah…!”. Inilah sepenggal pesan taqwa yangmereka sampaikan selain dengan menggunakan bahasa Arab.Betapa pentingnya pesan itu, sampai ia dijadikansebagai rukun dalam khuthbah. Mengapa pesan taqwa begitupenting hingga para khatib terus menerus setiap minggunyamengingatkan kita dengan pesan itu? Ini karena takwa adalahpuncak dari keIslaman seseorang.Menurut para sufi, taqwa merupakan maqam tertinggiatau tangga tertinggi dari tangga-tangga menuju Tuhan. Selainitu takwa adalah bekal di hari kemudian, ketika Imam Alimelewati sebuah kuburan, ia berkata kepada sahabat yanglain,”andai mayat dalam kuburan ini bisa bicara, pasti dia akanmengingatkan kita untuk mempersiapkan bekal takwa…”.Sementara itu, menurut Al-Qur’an hanya dengan takwalah kitabisa berjumpa Tuhan di hari kiamat dengan wajah yang

Page 116: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

110 | Hadinimemancarkan kegembiraan, wujuuhun yauma’idzin naa’imah,sebaliknya, tanpa takwa, wajah-wajah pada hari itu menjadiwujuhun yaumaizin ghaasyiah (wajah-wajah pucat dan takut).Karena takwa adalah bekal hidup di dunia dan diakhirat, maka wajar saja jika setiap minggu khatib terus-menerus mengingatkan kita, agar dalam setiap minggunyakita tidak lepas dari lingkaran takwa dan senantiasa tetapdalam keadaan bertakwa, sehingga kalaupun Tuhan mencabutnyawa kita, diharapkan kematian kita dalam minggu itu masihtetap dalam keadaan bertakwa.Lalu, apakah takwa itu? Dalam literatur keIslamandijelaskan, bahwa orang yang mempunyai sifat dan ciri-ciribertakwa adalah “orang yang sadar bahwa dia dilihat Allahswt, ia sadar bahwa ia sedang dimonitor Allah, ia juga sadarbahwa Allah selalu bersamanya”.Ketika bulan puasa dulu, tentu kita masih ingat padasatu ayat yang paling laris manis disampaikan parapenceramah, yaitu surat Al baqarah ayat 183 yang ujungnyamengatakan la’allakum tattaquun (mudah-mudahan egkautermasuk orang yang bertaqwa). Kondisi taqwa inilahsebenarnya yang hendak diantarkan oleh puasa, bukankahketika kita berpuasa kita bisa saja berbuka dengan menguncipintu kamar? Tapi itu tidak kita lakukan, mengapa? yakinlah,karena ketika itu kita sadar bahwa Allah bersama kita, dansedang melihat kita. Saat itu kita merasa Tuhan begitu dekat.Kondisi orang bertakwa tersebut sebagaimanadigambarkan al-Qur’an, sebagaimana ketika Tuhan berbisikkepada kita, Wa idza sa’alaka ‘Ibaadi ‘annii fa innii qariib (danapabila hambaKu bertanya tentang Aku, maka katakanlahpadanya sesungguhnya Aku dekat). Ayat di atasmenggambarkan kondisi orang bertakwa, bahwa begitudekatnya hubungan seorang hamba yang bertakwa dengan

Page 117: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 111Allah, sebagaimana ungkapan fa inni qariib. Dalam ayat lainmengatakan Dia bersama mu di manapun engkau berada (alHadid: 43).Dalam lintasan sejarah, agaknya kisah Abdullah binUmar cukup merepresentasikan bagaimana sebenarnyaorang-orang yang bertakwa itu. Suatu ketika, ketika ia hendakberibadah ke Mekkah, di tengah gurun pasir yang tandus, dandi bawah sinar matahari yang membakar, ia bertemu denganseorang anak gembala bersama kambing-kambingnya, ketikaitu muncul fikiran Abdullah bin Umar untuk menguji sejauhmana ketakwaan si anak gembala ini, Abdullah bin Umarbertanya “wahai anak gembala, juallah seekor anak gembalaini pada ku” si anak gembala menjawab “ternak ini bukanmilikku, ternak ini milik tuan ku, bahkan dirikupun hanyaseorang budak yang dimilikinya, saya tidak punya wewenanguntuk menjualnya” Abdullah melanjutkan bujuk danrayuannya “ wahai anak gembala, jangan khawatir, tuan mutidak akan mengetahui, mana mungkin ia mengetahuinya,katakan saja bahwa kambing itu sudah dimakan srigala.”Mendengar rayuan itu, si anak gembala menatap wajahAbdullah bin Umar, sambil berkata dengan mantap “fa aynaAllah?” ( Lalu…, di mana Allah?) “Apakah tuan tidak tau bahwaAllah melihat…?”. Mendengar pertanyaan “fa ayna Allah” itu,bergetar tubuh Abdullah bin Umar, sambil berjalan ia tersedu-sedu, air matanya berlinang membasahi wajahnya, iaterpesona dan terpana akan ketakwaan si anak gembala tadi.Si anak gembala dalam kisah tadi hanyalah seorangbudak, yang menurut ukuran masyarakat kita sekarangdisebut dengan masyarakat kelas dua, kelas rendahan, ataumasyarakat bawahan, akan tetapi subahanallah, ia telahsampai pada maqam taqwa.

Page 118: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

112 | HadiniDemikianlah cuplikan drama kehidupan tentang profiltakwa yang diperankan si anak gembala tadi, suatu kondisiyang menggambarkan bahwa Allah begitu dekat, bahkan lebihdekat dari urat leher kita, kemanapun kita arahkan wajah kita,pasti akan bertemu wajah Allah, fa aynama tuwallu fatsammuwajhullah, Dia lah tempat mengadu segala duka, Dia pula lahtempat memohon kekuatan dan perlindungan.Saat ini, di zaman modern ini, kita sangat merindukanpenggembala-penggembala manusia yang mempunyaiketakwaan seperti budak penggembala padang pasir 14 abadyang lalu. Jika ini terjadi, maka tidak mungkin lagi adapenyimpangan, tidak ada lagi pembolak balikan angka-angkafiktif, kita haqqul yaqiin, jika penggembala-penggembalamanusia di negeri ini mempunyai sikap tersebut, pastipembangunan yang hakiki akan berjalan baik.Takwa inilah yang membuat kita tidak pernah sunyi,kita selalu ramai di tengah-tengah kesunyian, karena selalubersamaNya, Allah bahkan berjanji akan memberi jalan keluarketika kita sudah buntu dengan jalan yang tak diduga-duga,dengan jalan yang tak terfikirkan, bahkan dengan jalan yangtidak diprediksi, Wa man yattaqillaaha yaj’allahu makhraja wayarzuqhu min haytsu laa yahtasib (siapa yang bertakwakepada Allah, maka akan diberi jalan keluar, dan rizki darijalan yang tak diduga-duga)Takwa Juga Shaleh Secara SosialDemikianlah keadaan orang bertakwa yang setiap saatselalu bercengkrama bersama-Nya. Namun demikian, yangtidak boleh dilupakan adalah, bahwa orang bertakwa tidakhanya asyik berhubungan dengan-Nya dengan melupakanrealitas sosial, orang bertakwa adalah orang yang peka

Page 119: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 113terhadap realitas sosial, orang bertakwa tidaklah hanya shalehsecara individual, tetapi ia juga shaleh secara sosial.Lebih lanjut Al-Qur’an menggambarkan ciri-ciri orangbertakwa secara sosial dengan firmannya Wa saari’uu ilaamaghfiratin min Rabbikum wa jannatin ‘ardhuha alsamaawaati wal ardh, u’iddad lil muttaqiim alldziinayunfiquuna fi al sarra i wa al dharra ii wal kaazhimiina alghaizha, wa al’aafiina ‘an al-nas. (dan bersegeralah kepadaampunan Tuhan mu dan syurga seluas langit dan bumi yangdipersiapkan bagi yang bertaqwa, yaitu orang yang berinfaq,baik secara sembunyi atau terang-terangan, menahan amarahdan mau memaafkan manusia lain)Dalam kehidupan sosial, ciri-ciri takwa bisa dilihatdengan kemauan kita untuk memberi. Kita bisa mengukurtakwa kita dengan memperhatikan kesulitan orang lain,berempati dengan berbagi kepada orang tak punya, yang tidakhanya dalam keadaan lapang, bahkan dalam keadaan sempitsekalipun, karena berinfak tidak selalu terkait dengan kaya.Memberi tidaklah harus selalu dengan harta, kita bisamemberi orang lain dengan cinta, dengan kasih sayang, kitajuga bisa memberi perhatian yang tulus, bahkan walau hanyadengan memberikan senyuman. Memberilah, karena tangan diatas lebih baik dari pada tangan di bawah.Dalam ayat tadi juga menjelaskan bahwa ciri takwaadalah bisa menahan amarah, kita bisa menakar takwa kitadengan kemampuan menahan amarah. Ketika rasul selesaidari perang Badar, Beliau mengingatkan kita bahwa adaperang yang lebih besar lagi, yaitu perang melawan dirisendiri.Dalam ayat tadi juga menjelaskan bahwa kita juga bisamelihat ketakwaan kita dengan kesediaan kita memaafkan

Page 120: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

114 | Hadiniorang yang pernah menyakiti hati kita. Maafkan danlupakanlah, tidak ada orang yang sempurna, yang sempurnahanya milik Allah swt, kesempurnaan manusia justru terletakpada ketidak sempurnaannya, “memaafkan itu sehat” katapsikolog. Detik ini juga, mari kita saling bermaafan danberjabat tangan, ingatlah! dosa kepada Allah dapat dimaafkanlangsung, tapi Allah belum memaafkan dosa kita selagi masihterpaut dengan sesama manusia.Dalam konteks kemodernan, sikap empati denganmemperhatikan nasib orang lain, menahan amarah, danmemaafkan kesalahan orang lain, inilah ciri-ciri yang disebutdengan kecerdasan Emosional, sebagaimana ditulis olehDaniel Goleman dalam bukunya Emotional Quotient, sebuahkecerdasan tingkat tinggi yang mengalahkan kecerdasan IQ.Sejarah juga membuktikan bahwa sifat-sifat seperti inilahyang dimiliki orang-orang sukses di abad ini.Terima kasih Teungku khatib…! engkau telahmengingatkan kami untuk menjalani hidup dengan bekaltakwa dalam sepekan ini. Semoga dalam sepekan ini, kamibisa lebih memantapkan ketakwaan kepada Allah. Kamirasakan belaian kasih sayangNya di setiap gerak dan langkahkami, semoga kami juga bisa membuktikan ketakwaan kamidengan berbagi dan memberi kepada saudara-saudara kamiyang tak punya, dan semoga kami juga mampu menahanamarah dan sudi memaafkan orang lain serta berbagai amalsosial lainnya. Sekali lagi, terimakasih teungku…! Wallahua’lam

Page 121: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 115

J. Prestasi atau Prestise...?Al i’tibar fi al Jahiliyyah bi al anshab,wa al i’tibar fi al Islam bi al a’mal.(pertimbangan dalam Jahiliyyah berdasarkan keturunan,dan pertimbangan dalam Islam berdasarkan amal perbuatan)(Ibn Taymiyyah)Prestasi atau Prestise?Penetapan pemimpin yang didasarkan atas alasanprestise berupa kesukuan sebenarnya tidak saja mencederairasa keadilan orang lain, lebih jauh ia juga merusak dinamikaberkompetisi. Padahal semangat berkompetisi mutlakdiperlukan, karena sebuah peradaban gemilang hanya akandilahirkan oleh orang-orang yang berprestasi, berbeda denganalasan prestise kesukuan dan prestise keturunan, ia bisa sajamuncul dari orang yang tidak berkompeten, karena ia tidakmemandang kualitas, kerja keras dan kerja cerdas.Berkompetisi adalah termasuk dari hukum alam yangberlaku pasti. Kita seharusnya bisa mengambil ibrahberkompetisi dari proses terciptanya manusia. Bahwaeksistensi manusia ini sebenarnya lahir dari sebuah proseskompetisi, ada jutaan sel sperma yang saling berkompetisiuntuk bisa menuju sel telur, namun dari jutan sel tersebuthanya satu yang berprestasi meraih sel telur, sementara selsperma yang lain legowo menerima proses kompetisi yangtelah terjadi.Oleh karenanya, dalam pemilihan pimpinan, ia jugaberlaku hukum alam. Ia tidak bisa dilanggar, karenamelanggarnya sama dengan mengundang kehancuran, ini pulabarangkali yang diisyaratkan oleh agama yang mengatakan

Page 122: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

116 | Hadini

idza wussidal amri ila ghairi ahliha fantazhiru as sa’ah, “jikasuatu urusan diberikan bukan pada ahli yang berkompeten,maka tunggulah kehancurannya”. Janganlah hendaknya demikedudukan sesaat, ummat di masa yang akan datang kitakorbankan. Karenanya, biarkanlah hukum alam mengalirdengan sendirinya, biarkanlah proses berkompetisi berjalanapa adanya, jangan sekali-kali memaksakan kehendak atasnama prestise atau gengsi kesukuan atau keturunan.Berprestasi dalam Perspektif IslamIslam memberikan penghargaan yang amat tinggikepada seseorang yang mempunyai prestasi. Hal inisebagaimana tersirat dari dialog antara Allah dan nabiIbrahim. Ketika Allah menyatakan kepada Ibrahim bahwa iadiangkat sebagai pemimpin, lalu Ibrahim pun balik bertanya“Dan bagaimana dengan keturunan ku?” lalu Allah menjawab“Perjanjian Ku ini tidak berlaku bagi orang-orang yang zalim”(al Baqarah: 124)Dialog antara Allah dan Ibrahim di atas dengan jelasmenggambarkan bahwa pengangkatan Ibrahim bukanlahkarena unsur prestise, melainkan semata karena unsurprestasi, pengangkatan Ibrahim bukan karena keturunannya,tetapi semata karena keberhasilan-keberhasilan yang telah ialakukan.Seandainya pengangkatan Ibrahim berdasarkan ataspertimbangan prestise keturunan, sudah pasti Ibrahim tidakdiangkat menjadi pemimpin, karena ayahnya ‘Azar adalahseorang musyrik penyembah patung dari Babilonia.Sementara sebaliknya, ketika Ibrahim berharap agarketurunannya juga kelak diangkat sebagai pemimpin denganungkapan “dan bagaimana dengan keturunanku?”, tetapi Allahmengatakan tidak akan mengangkat ternyata keturunanya

Page 123: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 117termasuk orang yang zalim, “perjanjian Ku tidak berlaku bagiorang yang zalim” kata Allah. Ini menunjukkan bahwapengangkatan pemimpin bukan didasari oleh pertimbanganprestise, sekiranya didasari oleh pertimbangan prestise sudahpasti Allah juga menjanjikan keturunan Ibrahim diangkatsemua jadi pemimpin, tapi di sini Allah dengan tegasmengatakan tidak.Berdasarkan pandangan Al-Qur’an di atas, maka dalampengangkatan pemimpin hendaknya memperhatikan pesan-pesan Al-Qur’an di atas, bahwa sesuatunya harus ataspertimbangan prestasi, bukan prestise. Sebab jika ini tidakkita indahkan, sama saja kita tidak menjalankan syari’at Islamsecara kaffah, kita hanya menjalankan syari’at secarasepotong-sepotong, kita hanya menjalankan syari’at jilbabsaja, sementara syari’at berpolitik kita campakkan, untukkepentingan pribadi, kita ambil ayat Allah, tetapi jikabertentangan dengan nafsu kita, Ayat al-Qur’an pun kitacampakkan, na’udzu billah. Karenanya, tidak salah jika IbnTaymiyyah mengatakan bahwa pengangkatan pemimpin yangdidasari pertimbangan prestise keturunan berarti mengikutiprinsip Jahiliyyah. Wallahu alam.

K. Mencari Dokter Spiritualis“Kalau aku sudah besar, aku mau jadidokter”Demikianlah jawaban kebanyakan anak bila ditanyaapa cita-citanya kalau sudah besar nanti. Jawaban tersebutsebenarnya manusiawi, karena Allah menciptakan fitrahmanusia cenderung kepada nilai-nilai kebaikan dankemuliaan, seperti menolong, pengabdian, mengasihi dan lainsebagainya, dan sifat-sifat itu ada pada dokter.

Page 124: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

118 | HadiniNamun, anehnya, fakta menunjukkan bahwa profesidokter saat ini ternyata tidak lagi semulia yang dibayangkankebanyakan anak-anak ketika kecil, situasinya mulai terbalik,di mana profesi kedokteran sudah mulai dipandang miringoleh sebagian orang, tidak jarang dokter sekarang ini seringdihujat dan sebagainya.Lalu, siapa yang menyebabkan hal itu terjadi?,jawabannya bukan siapa-siapa, yang merusak kemuliaanmereka ternyata kebanyakan dari para dokter-dokter itusendiri. sebagian para dokter saat ini sudah beranimenanggalkan sumpah dan etika kedoterannya. Mereka tidaklagi bekerja karena panggilan hati untuk menyelamatkan, tapidemi panggian uang dan jabatan. Pasien di mata merekadianggab sebagai seonggok jasad yang siap dikuras uangnya,berapa banyak kita mendengar berita dokter tega menundapasien emergensi untuk dioperasi, karena mogok kerjamenuntut uang insentif yang tertunda?Ini hanya satu contoh kasus saja, belum lagi contoh-contoh kecil lainnya. Seperti hubungan interaksi dokter-pasien yang sangat kaku dan mekanis layaknya seperti robot,padahal pasien adalah manusia yang memiliki jiwa dan ruhyang memerlukan perlakuan secara manusiawi, butuhsenyum manis, ada basa basi, hubungan yang bersahabat, dansebagainya, mereka ingin sesuatu yang lebih emosional danspiritualitas.Sebenarnya, hal-hal yang sifatnya emosional danspiritual seperti ini sangat penting membantu kesembuhanpasien, karena membuat pasien dalam suasana psikologisyang positif, cara seperti ini membuat pasien merasadiperhatikan dan dihargai kemanusiaannya. Inilahpendekatan kedokteran yang spiritualis.

Page 125: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 119

Era Spiritualisasi kedokteranSekarang ini, dunia kedokteran modern di negara-negara maju telah mulai melirik dimensi spiritualitas dalampengobatan. Menurut Daniel H Pink, kini lebih dari setengahFakultas-Fakultas Kedokteran di AS menyelenggarakankuliah-kuliah spiritualitas. Para dokter diajari bagaimana caraberempati kepada pasien, merasakan apa yang dirasakan olehsi pasien, para dokter belajar mengungkapkan empatinyadengan cara mengomentari perasaan-perasaan si pasien, tidakhanya itu, si dokter juga belajar memahami kondisi pasienmelalui isyarat-isyarat verbal seperti nada suara, mimik wajahdan bahasa tubuh lainnya. Karenanya, beberapa Universitasseperti Fakultas Kedokteran Vanderbilt, dan Sekolah TinggiKedokteran Jefferson di Philladelphia mengembangkan teknikini. Di Fakultas Kedokteran Universitas Columbia,mahasiswa mengambil kuliah “Kedokteran Naratif”, untukmembaca penyakit pasien, mahasiswa diajari berempatidengan cara mendengar cerita-cerita yang dikatakanpasiennya, karenanya konsep penyembuhan mereka tidak lagisekedar “katakan pada saya mana yang sakit” tapi juga”katakan kepada saya tentang kehidupan anda”. Pentingnyateknik ini sebagaimana juga diungkapkan oleh dokter HowardBrody yang berpesan pada para dokter, ia mengatakan“kemampuan kita sebagai dokter untuk menyembuhkan,sangat terkait dengan kemampuan kita secara akuratmendengar cerita-cerita pasien, jika anda tidak dapatmelakukan itu, berarti anda bekerja dengan satu tangan...”,katanya.Demikianlah kedokteran modern saat ini telah melirikspiritualitas sebagai usaha untuk penyembuhan, pendekatan

Page 126: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

120 | Hadinifisik semata dirasa belum sepenuhnya mampu untukmengatasi poblem-problem kesehatan.Spiritualitas Kedokteran dalam IslamIbnu Qayyim al-Jawziyah seorang ulama besar Islammengemukakan ada 20 persyaratan untuk menjadi seorangdokter, 3 di antra persyaratan tersebut mengisyaratkanbahwa dokter harus memperhatikan dimensi spiritualitasdalam penyembuhannya.

Pertama, hendaknya dokter ahli mempunyai keahliandi bidang penyakit hati dan ruh, sebab, pengaruh antara badandengan hati dan jiwa pasien adalah sebuah bukti yang takterbantahkan. Maka, dokter yang mengetahui berbagai jenishati dan ruh serta pengobatannya, maka itulah dokter yangsempurna, jika tidak, ia hanyalah setengah dokter yangberlagak seperti dokter (mutathabbib). Karenanya setiapdokter harus mengobati pasien dengan membersihkanhatinya, zikir kepada Allah, taubat, do’a, shadaqah, berbuatihsan, semua ini mempunyai dampak untuk menolak penyakitdan mendapatkan kesembuhan, bahkan lebih agung dari padaobat-obatan lahiriah.Ini berarti seorang dokter harus mendalami selukbeluk sisi psikologis si pasien, karena faktor psikologismempunyai peran besar untuk kesembuhan seorang pasien.Kedua, bersikap penuh kelembutan dan kasih sayangkepada pasien, seperti sikap lembut kepada seorang anak.Seorang dokter yang sangat pintar sekalipun bisa jaditidak membawa hasil jika si ia bermuka masam dan berkatajudes. Sebaliknya, seorang dokter yang tidak terlalu pintartetapi punya sikap ramah dan murah senyum, akan bisamembawa kesembuhan, karena pendekatan tersebut bisamemberi sugesti yang bisa membantu kesembuhan pasien.

Page 127: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 121

Ketiga, hendaknya seorang dokter mengunakan jenis-jenis pengobatan alamiah dan Ilahiah, serta pengobatandengan menggunakan takhyil (fantasi), sebab kemahirandokter dalam menciptakan takhyil berupa harapan terdapathal yang menakjubkan yang tidak tercapai oleh obat-obatan.Karenanya, seorang dokter, selain memberi obatalamiah dari ramuan yang telah diolah, juga dituntutmenguasai obat Ilahiah seperti do’a dan zikir, selain itu jugadituntut berkreatifitas dan berinovasi menciptakan bahasa-bahasa yang bisa menambah optimisme si pasien untuksembuh. Hal inilah yang terkadang bisa melahirkan keajaiban,bahkan vonis mati bisa sembuh secara normal.Karenanya, sudah saatnya para dokter saat inimemperbaharui paradigma dalam pendekatan pengobatannyasecara lebih komprehenship dengan menggunakanpendekatan spiritualitas, karena pendekatan secara fisik danmekanis semata tidaklah cukup, sebagaimana telah diakuibaik secara teologis maupun secara sains. Pendekatan sepertiini pulalah yang akan lebih menjadikan peran dokter lebihmulia dan jadi impian semua orang.L. Etika Memberi

Koin untuk Abbott! inilah yang pernah menjadi topikperbincangan yang mewarnai kesibukan aktivitas seluruhmasyarakat Indonesia saat itu. Sebagaimana diketahui bahwauntuk menuntut pembebasan 2 narapidana kasus narkoba wargaAustralia, Abbott telah mengungkit dan menyebut-nyebutpemberian negara Australia senilai 12 Triliun rupiah untukmembantu korban tsunami di Aceh sepuluh tahun lalu. Apa yangdilakukan Abbott ini tentu saja telah membuat hati dan perasaanrakyat Aceh ketika itu menjadi terluka. Akhirnya, sebagai bentuk

Page 128: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

122 | Hadini

protes dan untuk mengobati luka hati tersebut sehinggamasyarakat Indonesia beramai-ramai mengumpul koin untukdikembalikan lagi kepada Negara Australia. Pada tataranselanjutnya, apa yang dilakukan Abbott di atas semakinmempertegas keyakinan kita tentang filosofi “no free lunch” dikalangan Barat, karenanya kita tentu harus menyiapkan kuda-kudaterhadap apa yang telah diberikan Barat selama ini, pembangunanjalan USAId, beasiswa luar negeri dan lainnya siap-siap akandisebut-sebut kembali untuk maksud tersembunyi mereka.

Mengungkit pemberian seperti yang dilakukan Abbott diatas adalah merupakan persoalan etika yang tidak pantasdilakukan oleh siapapun. Bahkan di dalam Islam mengungkit-ungkit pemberian yang pernah diberikan adalah perbuatan yangsecara tegas dilarang. Karena hal tersebut secara psikologismerupakan perbuatan yang bisa membuat si penerima merasatersakiti perasaannya.

Larangan mengungkit-ungkit pemberian ini sebagaimanatampak jelas dalam al-Qur’an yang mengatakan : "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaansi penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karenaria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan harikemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yangdi atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalumenjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasaisesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidakmemberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. Al-Baqarah: 164)

Dari ayat di atas tampak jelas bahwa menyebut-nyebutpemberian adalah perbuatan yang dilarang oleh allah swt,sehingga siapa yang melakukannya, maka pahala dan kebaikanyang bersangkutan terancam akan terhapus, seperti terhapusnyadebu di atas batu yang disiram hujan. Ini karena perbuatannyayang mengungkit-ungkit pemberian tersebut telah membuat hati

Page 129: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 123

dan perasaan si penerima menjadi sedih dan terluka. Kita tentusaja sedih jika ada yang menyebut-nyebut pemberian atau jasanyakepada kita, seperti ungkapan ‘dulu aku lah yang membantu biayakuliahnya’, ‘kalau aku tidak bantu mana mungkin dia seperti ini’,‘akulah yang telah menolongnya’, ‘akulah yang mengurusnya’,‘karena jasa sayalah makanya ia berhasil’, ‘akulah yang telahmemberi ini dan itu’dan lain sebagainya, tentu kata-kata tersebutsangat menyakitkan.

Karenanya, ketika kita telah memberikan sesuatu kepadaorang lain, baik yang bersifat materi seperti uang dan benda, atauyang bersifat immateri seperti sumbangan jasa, tenaga, ataufikiran, maka segeralah mengunci mulut kita dan menutuppembicaraan yang berkaitan dengannya, sembari melupakannya.Jadilah kita seperti matahari yang memberikan cahayanya kepadasiapa saja tanpa pernah mengharap balasan dari yang disinarinya.

Begitupun kita, hendaklah pemberian yang kita berikantersebut semata-mata sebagai wujud dan bentuk kasih sayang kitakepada sesama, tanpa pernah berfikir ia akan membalas atau tidak,atau ia berterima kasih atau tidak. Karena sikap seperti inilah yangdikehendaki oleh mereka yang diberi dan yang dikehendaki Allahswt pula, sebagaimana yang tergambar dalam ayat al-qur’an yangmengatakan “Dan mereka itu memberi makan kepada orangmiskin, anak yatim dan orang-orang yang terbelenggu, kamimemberi kamu makan ini adalah semata-mata demi allah saja,dan kami tidak menghendaki dari kamu balasan ataupunterimakasih (al isnsan 8-9).

Ayat tersebut merupakan gambaran yang paling tepatbagaimana seharusnya kita memberi, bahwa pemberian yang kitaberikan hendaklah tulus karena Allah untuk meringankanhambanya yang membutuhkan, tanpa berharap apapun reaksi darisipenerima, karenanya tidak pantas kalau pemberian tersebut kitaungkit-ungkit, sebab hal tersebut berarti bentuk ketidak tulusan.

Page 130: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

124 | Hadini

Karenanya, ketika kita memberi, anggaplah semuanya telahselesai, seolah-olah tidak pernah memberinya.

Bukankah nabi juga pernah mengatakan bahwa ketika kitatelah memberi sesuatu, maka hendaklah dianggap selesai, tanpaperlu diketahui oleh khalayak, sebagaimana sebuah haditsnyayang mengatakan : “Berilah sesuatu dengan sembunyi sembunyi,sehingga ketika tangan kananmu memberi tangan kirimu tidakakan mengetahuinya”. Begitu dalamnya makna ungkapan nabikita ini, jika tangan kiri yang begitu dekat dengan diri sendiri sajaharus tidak mengetahui, tentu saja orang lain lebih tidakmengetahui lagi.

Oleh karenanya, ketika kita memberikan sesuatu kepadaorang lain hendaklah kita memperhatikan etika dalam memberi,jangan sampai justru pemberian yang awalnya membawakebaikan bisa berubah menjadi pembawa petaka, jangan sampaiyang awalnya mempererat justru merenggangkan silaturrahmi,atau yang awalnya menyenangkan berubah menjadi menyakitkan.Karenanya pemberian yang kita berikan harus dipastikan tidakakan membawa efek yang tidak menyenangkan bagi si penerima.

Salah satu etika memberi lainnya yang harus diperhatikanagar tidak menimbulkan efek yang tidak menyenangkan adalahtermasuk dari aspek bentuk materi yang kita berikan. Bahwamateri yang diberikan hendaklah benda yang terbaik, bukan bendayang asal-asalan, sebab bila hal ini tidak kita perhatikan, maka iajuga akan bisa melukai sipenerima. Hal ini sebagaimana pernahdisinggung dalam al-Qur’an yang mengatakan: Wahai sekalianorang yang beriman, dermakanlah dari rizki yang kamu perolehitu yang baik-baik, juga dari karunia yang kami keluarkan untukkamu semua dari bumi, dan janganlah kamu memilih-milih yangburuk daripadanya kemudian kamu dermakan, padahal kamusendiripun tidak mau mengambilnya kecuali dengan menutupmata, ketahuilah bahwa Allah itu maha kaya dan maha terpuji (alBaqarah. 267)

Page 131: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 125

Dari ayat di atas jelas bahwa hendaklah kita memberikansesuatu dengan kualitas terbaik sebagaimana kualitas yang seringkita pakai, kita dilarang untuk memilih-milih pemberian yangkualitasnya di bawah standar yang kita pakai dan konsumsisendiri, di mana jika benda itu diberikan kepada kita justru akanmembuat kita merasa terhina atau bahkan merasa jijik, karenanyatidak elok kalau yang kita berikan itu adalah sesuatu yang kitajustru enggan untuk memakainya, seperti memberi baju-bajubekas atau bersedekah dengan uang yang terlalu sedikit nilainyaseperti uang receh, yang semua ini tentu saja menyakitkansipenerimanya.

Karenanya, dalam memberi, hendaklah kita memper-hatikan etika-etika dalam memberi, serta menjaga kehormatanorang yang kita beri, jangan sampai pemberian yang awalnya baikberubah menjadi keburukan, wallahu ‘alam

M. Menjumpai Tuhan di Pasar“Kemanakah kita mencari Tuhan”?, inilah pertanyaan pokokbagi para pencinta Allah, karena pada hakikakatnya inilah tujuanterakhir manusia, sebagaimana ungkapan anta maqshudi waridhaka mathlubi. Namun,ketika pertanyaan ini diutarakan,mungkin kebanyakan kita akan menjawab bahwa kita akanmenemukan Tuhan di Mesjid, di Mekkah, atau bersama orangberjenggot dan berjubah.Pertanyaannya, Jika memang benar Tuhan hanya ada padatempat-tempat tersebut, sudah tentu jadwal pertemuan kita denganTuhan terlalu sedikit, karena shalat hanya 5 kali saja dalam sehari,bahkan ke Mekkah mungkin hanya sekali saja dalam seumur hidup,itupun kalau mampu. Kebanyakan waktu dan umur kita barang kalilebih banyak di pasar, di kantor-kantor, di sawah, di rumah sakit, disekolah atau di tempat lainnya. Jika dibandingkan, jelas persentasiantara di mesjid dengan di pasar sangat tidak seimbang. Ini artinyasedikit sekali umur kita yang kita habiskan bersama Tuhan.

Page 132: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

126 | HadiniDemikian juga persentasi kematian kita lebih besar di pasar daripada tempat-tempat suci seperti mesjid. Jika demikian halnya,apakah kebanyakan manusia tidak beruntung.Sebenarnya, kebanyakan kita selama ini telah salah kaprah,sebab dengan logika di atas, ini berarti kita telah membatasikeberadaan Tuhan hanya sebatas di balik tembok-tembok Mesjid,Seolah Tuhan milik segelintir orang yang bersarung dan berjenggot,Tuhan bukanlah hanya sebatas milik segolongan orang tertentu.Sejujurnya, kita telah terjebak pada golongan orang yangmempersempit makna agama. Kita lupa bahwa Tuhan ada di mana-mana, kita lupa bahwa Tuhan ada di lingkungan sosial, di rumahsakit pada orang yang berjuang dan bergelut melawan sakit dankekurangan biaya pengobatan, di pasar, pada orang yang bergelutdengan kemiskinan, kita lupa bahwa Tuhan juga hadir di sekolah-sekolah yang muridnya tidak mampu membayar uang SPP , atausekolah-sekolah yang hampir roboh dan kekurangan dana.Sebenarnya, jika kita mau melihat teks-teks agama, banyaksekali isyarat-isyarat yang menunjukkan bahwa Tuhan berada ditempat-tempat yang telah disebutkan di atas. Sebuah hadits Qudsikiranya cukup untuk menggambarkan hal tersebut. Di sebutkanbahwa Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung akan berfirmanpada hari kiamat: “Wahai putra putri Adam, Aku sakit serta mintamakan dan minum, maka mengapa engkau tidak mengunjungi Ku?”.Putra Adam menjawab: “Wahai Tuhan, bagaimana kamimengunjungi Mu, memberi makan dan minum sedang Engkauadalah Tuhan sekalian alam?” Allah menjawab: “tidakkah engkaumengetahui bahwa si Anu sakit, lapar dan dahaga, tapi engkau tidakmengunjunginya? Padahal, sekiranya engkau mendatangi merekaniscaya engkau akan menemukan Aku di sana.”Hadis di atas sungguh sangat memperjelas, bahwa Tuhanlebih sering berada di lingkungan sosial kita, di tengah-tengah orangsakit yang membutuhkan pertolongan untuk menyelamatkannyawanya, di tengah-tengah saudara kita yang kelaparan dankesulitan mendapatkan sesuap nasi dan di tempat-tempat lainnya.

Page 133: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 127Karenanya, kalau memang kita mengaku orang yang merindukanpertemuan dengan Tuhan, maka temuilah tempat-tempat sepertiitu. Karena ini memang sudah janji Tuhan yang mengatakan“engkau akan menemui Aku di sana.”Untuk lebih menambah keyakinan kita, ada juga riwayat lainyang semakna dengan hadits Qudsi di atas. Diriwayatkan bahwaKetika Musa as bertanya “Ya, Allah, di mana aku harus mencariMu?,Allah menjawab, ”carilah Aku di tengah orang yang hatinya hancur.”Riwayat tersebut memberi makna bahwa, jika kita ingin bertemuTuhan maka carilah orang-orang yang kehidupannya berada dalamkeadaan kesulitan yang membutuhkan bantuan dan uluran tangankita, orang-orang yang mungkin membutuhkan sedikit materi darikita, atau mungkin membutuhkan motivasi berupa kata-kata yangbisa membuat semangat hidup mereka yang mati menjadi bergairahdan hidup kembali dalam menjalani ujian dan cobaan.Bila kita telusuri lagi, Allah bahkan mengecam bagi merekayang hanya rukuk dan sujud tapi tidak memperhatikan realitassosial yang ada, tidak memperhatikan saudara-saudaranya yangdalam keadaan sakarat yang membutuhkan perhatian dan ulurantangannya. Dalam surat al Ma’un Allah berkata “celaka orang-orangyang shalat”, bayangkan, orang yang sudah shalat saja masih tetapcelaka, mengapa ini bisa terjadi?. Ternyata shalat saja tidak cukupuntuk bertemu Tuhan, orang yang merindukan berjumpa denganTuhan harus memperhatikan perintah ayat dalam surah al Ma’unyang menyuruh kita untuk memperhatikan anak yatim dan tidakpernah memberi makan orang-orang miskin. Ini menunjukkanbahwa siapapun yang mencari Tuhan di Mesjid, maka bisa jadi tidakakan sempurna pencariannya jika ia tidak mencari di tengah-tengahsaudaranya yang membutuhkan.Sebenarnya mencari Tuhan tidaklah hanya dalam bentukibadah ritual, Tuhan justru ada di tengah-tengah kehidupanbermasyarakat, meskipun tampak sifatnya duniawi. Meski dalamrealitas ada yang dinamakan dimensi sakral dan dimensi profan,namun berbeda halnya dengan Islam, dalam Islam bisa saja yang

Page 134: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

128 | Hadiniprofan menjadi sakral, bisa saja sesuatu yang asalnya urusan duniamenjadi bagian agama yang bernilai ibadah, bekerja di kantoradalah urusan dunia, namun jika bekerja di kantor diniatkansebagai ibadah atas dasar lillahi ta’ala dan untuk memenuhikebutuhan keluarga sebagai amanah Allah, maka ketika itu ia sudahberdimensi sakral, meski awalnya ia profan.Siapa yang bertanggung jawab?Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah siapa yangbertanggung jawab terhadap kesalahan mind set ummat Islamselama ini yang menganggap bahwa Tuhan hanya ada pada sebatasrumah ibadah? Saya pikir para ulama kita sudah seharusnyamerubah doktrin yang menganggap bahwa Tuhan hanya ada dibalik tembok rumah ibadah, bukan di rumah sakit, di pasar-pasar, dikantor, di kantong-kantong kemiskinan, atau di tengah orang-orangterpinggirkan.Para ulama harus lebih jeli melihat realitas sosial ummatIslam yang saat ini sedang terpuruk, baik secara moralitas, politikmaupun ekonomi. Di sanalah tempat kita mencari Tuhan.Tentu saja sangat disayangkan, ketika moral ummatmerosot tajam dengan tingginya angka kekerasan, seks bebas yangmenjadi-jadi, peredaran narkoba di sekolah-sekolah dan dipesantren, ketika banyak ummat didera kemiskinan, ketika ummatterjepit mencari jalan keluar, para ulama justru bersembunyi dibalik mimbar. Seharusnya kitalah yang harus datang kepadamereka, melihat keterpurukan mereka, mendengar keluhan-keluhan mereka serta meringankan penderitaan mereka. Merekamungkin ada di rumah sakit, di pasar-pasar, atau di kantor. Maka,carilah Tuhan di tempat-tempat seperti ini. Wallahu a’lam.

.

Page 135: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 129

N. Psikologi Aliran SesatPernah seorang Dosen Fakultas Dakwah UIN Ar RaniryAceh mengguncang Aceh dan lembaga UIN dengan membawamahasiswanya belajar ke sebuah gereja, bagi lembaga UINtentu ini menjadi ancaman bagi imej dan pasar rekruitmenmahasiswa ke depan, sementara bagi orang tua semakin resahkarena merasa seolah anaknya ‘dimurtadkan’ oleh lembagayang menurut mereka bisa menjadikan anaknya jadi anakshaleh.Sehari setelah itu Aceh kembali disusul guncanganlainnya, hal ini terkait isu aliran sesat yang dibawa kelompokyang menamakan dirinya Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara)diLamgapang, Ule Kareeng Banda Aceh. Dari hasil pemeriksaanyang dilakukan, MPU Aceh memastikan bahwa aliran Gafatarterindikasi sesat yang mengarah pada aliran Millata Ibrahim,kepastian bahwa aliran ini sesuai dengan kriteria aliran sesatyang terkandung dalam fatwa MPU NAD no 4 tahun 2007tentang pedoman identifikasi aliran sesat.Beberapa indikasi yang memastikan bahwa aliran inisesat terlihat dari ikrar yang mereka ucapkan seperti“beriman kepada Tuhan YME”, atau ucapan “patuh kepadamesias dan ahmad Musadeq sebagai pembawa risalah”. Keduaikrar ini dirasa cukup untuk menyatakan bahwa aliran initelah menyimpang.Makna Aliran SesatAliran sesat tentu berbeda, namun demikian tidaksemua beda berarti sesat, oleh karenanya agar tidak terjadikesalahan dalam penafsiran diperlukan pemahaman tentangbatasan aliran sesat. Prof. Rusmin Tumanggor seorang ahliAntropologi dan Psikologi Agama UI mendefenisikan bahwa

Page 136: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

130 | Hadinialiran sesat adalah individu atau kelompok yang melahirkanpemahaman tentang KeTuhanan, Kitab suci, nabi, ibadah,akhlak dan lembaga keagamaan yang keluar dari aliran yangsudah membudaya secara umum, atau ajaran yang sudahmenjadi mainstream.Berdasarkan defenisi tersebut, maka justifikasi bahwaaliran millata Ibrahim telah sesat tentu saja sulit untukditolak. Ungkapan bai’at yang mengatakan “beriman kepadaTuhan YME” yang berarti semua agama yang berTuhan benar,tentu saja telah menyimpang dan lari dari mainstreampemahaman Islam tentang makna keTuhanan yangmengatakan bahwa beriman hanya semata-mata kepada Allahswt. Berdasarkan defenisi tersebut, tentu tidak semua yangberbeda dengan mainstream berarti menyimpang, selagi iaberpegang pada keyakinan pada Tuhan, kitab suci, rasul,persoalan ibadah atau akhlak Islam. Tentu ini tidak dikatakanmenyimpang, meskipun terkadang dalam menafsirkan teksagama terdapat perbedaan. Tentu tidak benar jika kitamenganggap Prof. Hasby As-Shidqy berfaham sesat hanyakarena ia berbeda dengan kebanyakan orang sehingga pernahmembuatnya terusir dari Aceh, dan tentu tidak benarmenganggap bahwa ust. Faisal di Meurudu sesat hanya karenapenafsirannya berbeda dengan orang banyak sehinggamenyebabkan majlis ilmunya distop. Sebab, meskipun merekaberbeda dengan kebanyakan orang tapi tidak sedikitpununsur-unsur aqidah, ibadah dan akhlak yang telah ada merekaingkari. Mereka hanya berbeda dalam menafsirkan yangsudah ada itu, yang namanya penafsiran dengan kaedah yanglengkap tentu tentu sah-sah saja. Sebab yang dikatakanpenafsiran tidak ada yang namanya absolut, dan penafsiranadalah bagian dari budaya yang sifatnya relatif.

Page 137: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 131

Mengapa Aliran Sesat Muncul?Dalam Psikologi agama, aliran sesat disebut jugadengan konversi, yaitu konversi agama yang negatif. Mengapaaliran ini bisa muncul?, menurut Rusmin Tumanggor, biladitinjau dari kacamata psikologis, maka ini bisa dilihat daribeberapa faktor, di antaranya yaitu kecenderungan oranguntuk terkenal, pemahaman agama yang sempit, pengalamanagama yang tidak menyenangkan, serta adanya peran fihaklain yang tidak senang pada agama tertentu.Pertama, adanya kecenderungan manusia untuk diakuiperannya, seperti popularitas, ingin terkenal, atau ingin tampilbeda, oleh Abraham Maslow kebutuhan ini disebut jugadengan need of esteem,sehingga bagi mereka yang inginterkenal tersebut lalu menginterpretasikan agama dalammakna yang lain, hal ini biasanya dilakukan oleh mereka yangpandai dan terpelajar, menurut saya inilah yang terjadi padadosen Dr. Rosnida Sari, yang dalam hal ini menampilkansesuatu yang beda untuk mendapatkan pengakuan bahwa iaadalah pionir yang telah berhasil menjembatani kerukunanantar ummat beragama. Al Qur’an sendiri sebenarnya banyaksekali menyinggung beberapa manusia yang telah mengetahuisesuatu namun ia mengikuti faham lain untuk sebuah gengsidan popularitas.Oleh karenanya, untuk menghindari sikap seperti inimaka setiap pemeluk agama harus mempunyai sikap ikhlashdalam beribadah, di mana Tuhanlah yang menjadi pusat orbitperibadatannya.Kedua, karena belum memahami ajaran agama secarautuh, sehingga mudah untuk dicuci otaknya oleh orang-orangyang pandai memutarbalikkan agama, memodifikasi agamaatau membuat praktik beribadah yang lain. Mereka yang

Page 138: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

132 | Hadiniberhasil dicuci otaknya, bagi mereka bahkan terkadang tidaksegan-segan mengeluarkan biaya berapapun besarnya, hal inisebagaimana yang terjadi pada kasus nabi palsu di Bandung,di mana para pengikutnya terlebih dahulu memberikan uangsebelum masuk ke dalam aliran tersebut. Oleh karenanya,keluarga dan sekolah dalam hal ini mempunyai tanggungjawab dalam memberikan pemahaman agama kepada anaksecara utuh.Ketiga, adanya kelompok mainstream yang tidaksimpatik, hal ini seperti adanya arogansi sebagian pemukaagama, atau dakwah yang dijalankan para juru dakwah yangkurang bijaksana, sehingga secara psikologis membuatsebagian kelompok mencari alternatif lain yang dianggapnyabisa lebih menyejukkan hatinya. Oleh karenanya, agar hal initidak terjadi, diperlukan pendekatan dengan memperkenal-kan wajah Islam sebagai agama yang penuh kelembutan dankedamaian, bukan dengan wajah sangar.Keempat, aliran sesat bisa muncul melaluipengkondisian dari pihak-pihak tertentu dengan maksuduntuk mengacaukan agama tertentu agar menjadi lemah,sehingga misi terselubungnya bisa tercapai dengan caramengail ikan di air keruh. Konon katanya, menurut bocoranHillary Clinton, bahwa ISIS sebenarnya bentukan AS, namuncelakanya ISIS berkembang begitu liar sehingga AS sendirimengalami kesulitan. Agar hal ini tidak terjadi, maka ummatIslam perlu meningkatkan wawasannya tentang duniaglobalisasi dan memahami peta-peta politik luar negeri.Faktor-faktor munculnya aliran sesat di atas tentutidak sebatas pada empat faktor, masih banyak lagi faktor lainyang memerlukan kajian lagi. Namun yang penting adalahdengan memahami faktor di atas, setidaknya kita bisa berhati-hati dan waspada, sambil mengambil langkah strategis untuk

Page 139: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 133membendung potensi aliran sesat, seperti menanamkanaqidah yang kuat pada anak-anak kita, menanamkanpemahaman keagamaan secara utuh dan menyeluruh,menampilkan wajah Islam yang damai, serta meningkatkanwawasan global kita. Sehingga kita terhindar dari bahayaaliran sesat yang menimbukan ketakutan dan keresahansecara psikologis, dan terhindar pula dari usaha-usaha fihaklain yang hendak melemahkan ummat Islam, wallahu a’lam.O. Save Gajah’, ‘Save Manusia’Akhir-akhir ini badai musibah saling bergantianmenghampiri negeri ini. Mulai dari persoalan pemberantasankorupsi, ketidak adilan, alam murka yang ditandai banjir dimana-mana, sampai pada munculnya segerombolan gajahyang datang merengut jiwa manusia, yang sekaligusmengirimkan sinyal ancaman yang membuat manusia lainnyamerasa ketakutan dan cemas. Mungkin kita berkata,barangkali ini adalah ujian, bukankah semakin tinggi derajatseseorang maka semakin berat pula cobaannya?, bukankansemakin tinggi sebuah pohon maka semakin kencang pulaangin yang menerpanya?, atau mungkin pula ada kita yangberkata sebaliknya, ini bukan ujian bahwa kita naik kelas, tapibencana ini justru karena kelemahan kita sendiri yang tidakmau memperlakukan dan menyentuh alam ini sesuai denganpesan Ilahi. Kalau begitu, terjadinya musibah ini bukanlahkarena ketinggian derajat kita, tapi karena kerapuhan moralkita, dikarenakan rapuhnya akar moral kita sehingga tidakperlu terpaan cobaan sekelas angin puting beliung, hanyadengan cobaan sekelas angin sepoi-sepoi sekalipun kita bisatumbang.Sepertinya alasan yang kedua ini dirasa lebih tepatuntuk menggambarkan apa yang sedang terjadi didaerah ini.

Page 140: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

134 | HadiniSebab kalau dikatakan derajat dan kelas kita terlalu tinggirasanya tidak mungkin, karena wajah moralitas kita rasanyajauh lebih banyak buruknya dibanding wajah moralitas kitayang baik. Permasalahan narkoba, korupsi, perzinahan, politikkotor, eksploitasi alam secara liar dan lainnya rasanya jauhlebih banyak daripada cerita tentang prestasi dan keindahanakhlak.Dalam kasus adanya fenomena serangan gajah yangdatang memporak porandakan sebuah rumah di Dusun Gedok,Kampung Musarapakat, Pintu Rime Gayo Kabupaten BenerMeriah, hingga membuat dua orang yang tak berdosakehilangan nyawa beberapa waktu lalu boleh Jadi inimerupakan persoalan moral manusia dalam memperlakukanlingkungan, karena rapuhnya akar moral kita sehingga dengankehadiran gajah yang selama ini kita anggap hewan yang lugu,penurut, patuh, bisa diajak bermain bola dan sirkus, tiba-tibabisa berubah menjadi sangar dan agresif yang membuatsebagian nyawa saudara kita yang tak berdosa melayang danmembuat orang yang berada di sekitarnya menjadi ketakutandan cemas. Barangkali ini sebuah tamparan bagi kita bahwaakibat moralitas kita yang tak terpuji dan kelatahan tangankita kepada alam, maka hanya dengan sesuatu yang kitaanggap lemah ternyata bisa menjadi ancaman dan bencanabagi kita, bahwa hanya dengan angin sepoi-sepoi saja kita bisatumbang.Adanya fenomena serangan gajah di atas sebenarnyamerupakan sebuah hukum alam atau sunnatullah. Siapapundan di manapun pasti terjadi. Hal ini karena Allah telahmenciptakan alam ini sesuai dengan sunnatullah, sebagaimana diketahui bahwa alam ini diciptakan dengankeseimbangan dan keserasian, namun apabila keseimbanganterganggu, maka ia akan berakibat kerusakan yang bisamerugikan kesalamatan manusia itu sendiri. Hal ini seseiring

Page 141: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 135dengan ungkapan Quraish Shihab yang mengatakan bahwa“kehidupan makhluk-makhluk Tuhan saling kait berkait. Bilaterjadi gangguan pada salah satunya, maka makhluk hidupdalam lingkungan hidup tersebut ikut terganggu pula.” Jadi,alam ini sebenarnya bersifat sistemik, antara yang satudengan yang lainnya saling menyatu membentuk harmonialam yang indah, dan tidak mungkin diabaikan atau dirusaksalah satunya, ini berarti merusak lingkungan sama berartimerusak dirinya sendiri, karena ini merupakan sunnatullah.Oleh sebab itu, keseimbangan dan keserasian alam harusdijaga. Karenanya, tidak diragukan lagi bahwa kejadianmasuknya gajah ke kampung-kampung menunjukkan adanyakeseimbangan alam yang terganggu. Hal ini tampaknyasemakin terbukti bahwa akhir-akhir ini kita sering mendengaradanya perambahan hutan yang meraja lela, sebagaimana jugayang pernah diberitakan Harian ini tentang terjadinya IllegalLogging di hutan Saree, Aceh Besar, kita juga bisa melihatpemberitaan Harian ini tentang perburuan gading gajah diAceh Jaya dan sebagainya, jika selama ini kita mendengarpepatah “Gajah mati meninggalkan gading...” maka hal initidak terjadi di Aceh ini, karena banyak gajah yang mati tidakmeninggalkan gading. Lantas jika tempat dan nyawa paragajah-gajah tersebut sudah terancam, tentu saja ia panik, danpenulis yakin bahwa jika kawanan gajah sudah masukkampung maka sebenarnya ini merupakan wujud darikepanikan mereka, karena tempat dan nyawanya semakinterancam. Namun yang cukup disayangkan adalah parakorbanya seringkali orang-orang yang tak berdosa, sementarasi pelaku atau perambah hutan dan pemburu gading masihbisa duduk manis dengan tenang, karenanya orang seperti initentu saja layak kita jadikan sebagai ‘musuh bersama’.

Page 142: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

136 | Hadini

‘Save Manusia’ dengan ‘Save Gajah’Kita tentu tidak ingin di kemudiaan hari ada korban-korban berikutnya yang berjatuhan. Karenanya, jika kita ingin“save manusia” tentu kita tidak boleh lupa untuk “save gajah”pula, dengan menjaga dan memelihara habitatnya. Untuk itusemua kita harus berperan serta untuk menjagakeseimbangan alam ini, bagi pemerintah melalui lembagaBKSDA, Polhut atau Dinas Kehutanan tentunya harus lebihmenunjukkan rasa tanggung jawabnya, harus mengevaluasidiri sejauh mana perannya dalam melakukan usaha preventifagar musibah seperti ini tidak terjadi lagi?, sejauh mana pulaketerlaksanaan planning atau programe yang dirancang untukkelestarian alam sudah terlaksana? Sejauh mana monitoringkinerja anggota di lapangan? Jika semua itu tidak mampudijawab, maka tentu “mengundurkan diri” adalah sebuahpilihan terbaik.Bagi para ulama, harus terus menerus tanpa lelahmengkhutbahkan akan pentingnya menjaga keseimbanganlingkungan. Begitupun kita, tentu juga harus lebih pro aktifmemperkenalkan bagaimana pesan-pesan Nabi Muhammaddalam menjaga lingkungan.Sebagaimana kita ketahui bahwa untuk menjagakeseimbangan alam rasul pernah berpesan bahwa tidak bolehbagi siapapun kencing di lobang semut. Jika di lobang semutsaja kita tidak dibolehkan, tentu merusak hutan tempatberdiam gajah atau membunuh gajah lebih diberatkan lagi. Ditempat lain Nabi juga pernah bersabda bahwa ada seorangwanita yang dimasukkan ke dalam neraka hanya karena iatelah membuat lapar seekor kucing sampai mati. Tentu inijuga sama halnya jika kita tidak melindungi habitat gajah yangmembuatnya kehilangan tempat dan kehilangan rantaimakanan, tentu ancamannya juga neraka. SebaliknyaRasulullah justru menyuruh kita untuk bisa melakukan hal-hal

Page 143: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 137yang bisa memfasilitasi kelangsungan makhluk hidup,sebagaimana dalam sebuah haditsnya rasul pernah bersabda“tiada seorang muslim pun yang menanam tanaman, kemudiandimakan oleh burung, manusia atau binatang lainnya,melainkan tercatat untuknya sebagai shadaqah (Bukhari).Demikianlah rasul mengapresiasi mereka yangmemperhatikan kelestarian lingkungan dalam rangkamewujudkan “Save Manusia”. Semoga pesan-pesan ini bisakita bumikan dalam perilaku kita, dan kita sebar luaskankepada sesama kita. Wallahua’lam

P. Konsep Islam Agar Lahan tak Jadi ‘PerawanTua’Dalam beberapa bulan terakhir ini, kita telah dibuatpanik oleh melambungnya beberapa kebutuhan rumahtangga. Fluktuatifnya harga-harga bumbu dapur seperti cabai,bawang, kedelai dan sejenisnya tidak hanya mengancam perutmasyarakat kalangan bawah, namun dampaknya sampai-sampai mengancam sebagian kursi Menteri bahkan kursiPresiden. Hal ini terjadi disinyalir oleh beberapa ahli akibatmacetnya pasokan impor bahan-bahan tersebut dari beberapanegara dan daerah penghasil.Dari pengalaman yang telah kita alami di atas semakinmemperjelas bahwa menggantungkan diri dari hasil imporsaja pada gilirannya akan dapat memperburuk perekonomiankita sendiri. Karenanya sudah saatnya, selain mengharapkankebutuhan yang berasal dari impor, kita juga harusmengimbanginya dengan memproduksi sendiri beberapa jeniskebutuhan kita dengan cara memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang kita miliki.

Page 144: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

138 | Hadinisebagian daerah memang mencoba menutupi masalahini dengan membuka beberapa pelabuhan impor. Namun, jikakita menggantungkan sepenuhnya kebutuhan kita dari prosesimpor tersebut maka bisa berakibat pada ketidak seimbanganekonomi kita, ibarat tubuh, bila makanan yang masuk terlalubanyak sementara energi yang dikeluarkan sedikit, maka akanbisa berakibat penyakit stroke, begitupun jika proses imporjauh melebihi ekspor dan usaha produksi, maka bisamengakibatkan ekonomi kita menjadi ‘stroke’, yang ternyatasaat ini tanda-tandanya sudah mulai tampak, bahkan menurutAvilliani, melemahnya rupiah juga disebabkan tingginyaimpor (lihat, Serambi 3 Desember2013)Karenanya, tidak ada cara lain mengatasiketergantungan impor selain mengimbanginya denganmenggalakkan usaha produksi secara sungguh-sungguh. Halini bisa dengan cara memanfaatkan potensi alam yang ada,seperti tidak membiarkan lahan menjadi ‘perawan tua’,terlantar tanpa terkelola, akan tetapi sebaliknya dengan caramenanami berbagai tanaman-tanaman yang bisamenghasilkan.Harus diakui bahwa sebagian besar masyarakat kitamasih belum maksimal dalam memanfaatkan lahan yang ada,masih terlalu banyak lahan yang terlantar. Bahkan menurutdata TV One mengatakan, ada sekitar 6,7 juta hektar lahan diIndonesia yang terlantar. Tentu sangat disayangkan jika lahanyang bernilai ekonomis tinggi tersebut menjadi sia-sia. Dantidak seharusnya pula kita mengalami fluktuasi hargakebutuhan dapur yang begitu liar seperti sekarang ini jikalahan yang luas tersebut bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Page 145: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 139

Motivasi Islam untuk Memanfaatkan LahanPada dasarnya Allah Swt menghamparkan alam initidak lain untuk kesenangan dan kesejahteraan manusiaselama hidup di dunia. Karenanya Allah memerintahkanmanusia untuk mensyukurinya dengan cara mengeksplorasidan memberdayakan sumber daya alam yang ada, karenanyatermasuk suatu kekufuran manakala ada sebagian kita yangdengan mudahnya menelantarkan lahan, tanpa dirawat dandikelola. Bahkan sangat mungkin fluktuasi harga-harga bahandapur ini sebuah teguran atas kekufuran kita yangmembiarkan banyaknya lahan-lahan yang terlantar, kitabarangkali sudah mendapatkan peringatan Al-Qur’an yangmengatakan “siapa yang bersyukur akan Kutambah nikmatKu,tapi siapa yang kufur maka azabKu sangat pedih.” na’uzubillah.Itulah sebabnya Rasulullah melarang kita untukmenelantarkan lahan, dan sebaliknya memerintahkan kepadakita untuk senantiasa mau memanfaatkan lahan yang kitamiliki. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Jabir binAbdullah berkata,”dahulu ada beberapa orang memilikibeberapa tanah lebih, lalu mereka berkata,” lebih baik kamisewakan dengan hasilnya sepertiga, seperempat atau separuh.“tiba-tiba nabi Saw bersabda,” barang siapa yang memilikitanah, maka hendaklaah ditanami, atau diberikan kepadakawannya,....(Bukhari)Hadits di atas menjelaskan bahwa Rasulmemerintahkan kepada siapa saja yang memiliki lahan untukmenanaminya agar bisa menghasilkan sesuatu yangbermanfaat bagi kehidupan mereka. Namun bila kita tidakmampu atau tidak mempunyai kesempatan, maka ia tetaptetap harus dioptimalkan dengan cara memanfaatkan jasa

Page 146: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

140 | Hadiniorang lain, seperti menyewakannya, sehingga lahan tersebuttidak terlantar sia-sia.Rasulullah juga menjelaskan bahwa orang yang maumemanfaatkan lahan yang dimilikinya ‘dijamin’ mendapatkanhasil, bahkan sekalipun jika ada gangguan alam terhadaplahan yang telah kita garap. Karenanya dalam sebuah riwayatlain dikatakan bahwa Rasulullah bersabda,” tiada seorangmuslim pun yang menanam tanaman, kemudian dimakan olehburung, manusia atau binatang lainnya, melainkan tercatatuntuknya sebagai sedekah (Bukhari). Dari hadits tersebutjelaslah, bahwa tidak akan sia-sia usaha seseorang yangmengelola lahan miliknya, sekalipun hasil panen ternyatadirusak oleh binatang, seperti hama binatang atau pencurianyang dilakukan manusia lain. Ini karena Allah tidak menilaihasil panen si empunya, tapi Allah menilai hasil usaha yangtelah dibuatnya. Karenanya, jika ternyata kita gagal panen,maka kita tetap dijamin mendapat ganjaran kenikmatanspiritual di dunia dan pahala di akhirat.Demikianlah besarnya motivasi Islam kepada kita untukmemanfaatkan lahan yang kita miliki, dengan sifat rahman danrahim-Nya, Allah menginginkan kita sejahtera di dunia denganmengelola lahan yang telah disediakanNya. Allah sebenarnya tidakmenginginkan kehidupan kita sempit dengan kelangkaan barang-barang kebutuhan dan fluktuasi harga kebutuhan yang sangat liarseperti yang kita alami sekarang ini. Karenanya, saatnya kita tanamilahan-lahan kita yang ada, walau sekecil apapun, sekalipun lahansempit yang ada di sekitar rumah kita. wallahu’alam.

Page 147: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 141

Q. Santunnya Syafi’i dalam Perbedaan...!Selama ini kita merasakan bahwa Shalat jum’at adalah

sebuah peribadatan sakral yang nuansanya begitu syahdu danpenuh khidmad. Memang untuk menjaga kesyahduan dankekhidmatan shalat juma’at tersebut, Rasulullah memang sudahmengkondisikannya, sehingga sampai-sampai ia melarangsiapapun untuk berbicara, bahkan untuk menertipkan orangdengan mengatakan “jangan bicara” saja ketika khutbah sudahdilarang, apalagi yang lain, demikian cara Rasul untukmengkondisikan iklim kekhidmatan ritual yang satu ini.

Tapi sungguh berbeda pemandangan yang terjadi padapelaksanaan jum’at di Mesjid Raya Baiturrahman pada Ramadhantahun 2015 yang lalu. Secara mengejutkan tiba-tiba munculsebagian kelompok yang mengaku penengikut Syafii dari berbagaiorganisasi berbasis ulama yang terdiri dari HUDA, MUNA danFPI melakukan kegaduhan dan berbagai tindakan destruktiflainnya di rumah Allah ini, mereka melakukan aksi pemaksaandirubahnya tata laksana jum’at yang sudah diatur dan telahdipatenkan gubernur tersebut dengan cara memberikan tongkatkepada sang khatib dan berteriak memaksa agar azan dan rukunkhuthbah dilakukan 2 kali melalui pengeras suara. Sebagian analismencoba menafsirkan latar belakang kejadian ini, sebagianmereka ada yang menafsirkan kejadian tersebut dilatarbelakangirasa ketersiksaan secara psikososial akibat tata laksana jum’attidak dilaksanakan menurut versi mereka.

Tulisan ini tidak hendak melihat mana tata laksana yangpaling benar, karena selagi masing-masing punya dalil yangbersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah dan pendapat ulama yangbisa dipertanggung jawabkan, maka semuanya sah-sah saja, yangtidak sah tentu yang tidak ada dalilnya, namun penulis hanya inginmeletakkan pandangan tentang bagaimana seharusnya etika dancara kita menyikapi setiap perbedaan yang terjadi. Sebenarnyakita boleh saja berdebat dan berdiskusi tentang masalah furu’iyah,

Page 148: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

142 | Hadini

tapi hendaknya juga harus menjaga ukhwah, jangan karena yangfuru’iyah membuat runtuh ukhwah. Jangan karena perkara yangkecil yang besar dikorbankan, jangan karena yang sunnat yangwajib dikorbankan.

Bila kita melihat kejadian tragedi Jum’at kemarin,sepertinya hal ini yang justru tidak ditegakkan. Di mana persoalansebenarnya adalah masalah furu’iyah, tapi lihatlah efeknya,ukhwah kita di negri ini mulai berguncang, padahal selama inisudah mulai berjalan ramah, dengan aksi tersebut pernahkah kitamerasakan bagaimana guncangnya perasaan saudara-saudara kitadari organisasi-organisasi keIslaman yang lain?, tidakkahperbuatan itu telah melukai perasaan mereka?

Kalau ditanya lebih lanjut, adakah yang haram dari tatalaksana Jum’at itu? Apalagi tata laksana Jum’atnya sudahberdasarkan ketetapan Gubernur? Penulis yakin semua kita tidakada yang berani menjawab ‘haram’, namun jika kesepakatan kitamengatakan ‘tidak haram’ mengapa kita mencoba merubahnyadengan cara dan perilaku yang ‘haram’?, bukankah ini sesuatuyang aneh, bagaimana mungkin kita mendekati Allah dengan carayang haram? Oleh karenya hendaklah kita menjaga diri darisesuatu yang dilarang Allah kalau hanya sekedar untukmenegakkan sesuatu yang sunnat.

Dalam menyikapi ini, agaknya kita perlu mencontohkearifan Imam Hasan Al Banna dalam mendudukkan persoalanperbedaan seperti ini. Pernah suatu ketika Pada permulaan malamRamadhan, Hasan Al Banna datang ke sebuah masjid di Mesir. Disana ia melihat ada dua kubu jama’ah yang saling berhadap-hadapan dan bertengkar dengan suara yang cukup keras. Satukelompok berpendapat bahwa tarawih yang sesuai dengan sunnahRasulullah Saw adalah 11 rakaat. Kelompok lainnya mengatakanbahwa shalat tarawih 23 rakaat lebih utama. Hasan Al-Bannabertanya kepada kedua kelompok itu, “Apa hukumnya salattarawih?”, keduanya menjawab, “Sunnat”. Beliau bertanya lagi,“Apa hukumnya berdebat di rumah Allah dengan suara keras?”.

Page 149: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

Mendidik Hati Di Universitas Sosial | 143

Mereka menjawab, “Haram”. Imam Hassan Al-Banna bertanya,“Mengapa kalian malah melakukan yang haram untukmempertahankan yang sunnat?”.

Dari peristiwa di atas sebenarnya Imam Hasan Al-Bannamenegur kaum muslimin, sebenarnya ia ingin menitipkan pesankepada kita, seolah ia mengatakan “Mengapa kalianmempertahankan fikih yang khilafiyah dengan mengorbankanukhuwah?”, jadi, bagaimanapun ukhwah dan persaudaraan jauhlebih utama ketimbang membicarakan yang hukumnya hanyasekedar sunnah.

Karenanya, kita boleh saja berbeda pendapat, karenaperbedaan itu sebenarnya indah seperti indahnya taman bungayang bermacam ragam warna, tentu saja taman bunga tidak akanindah jika warnanya hanya satu. Jangankan sekarang pada masaRasulullah saja beda pendapat sering terjadi, sebagaimana jugaterlihat ketika sahabat berbeda pendapat apakah harus shalat dibani Quraidhah atau sebelum sampai di bani Quraidhah. Jika padamasa Rasulullah saja sudah ada perbedaan, tentu saja di zamanteknologi sekarang ini lebih-lebih lagi. Jadi, sekali lagi perbedaanbukanlah barang baru, ia akan terus ada sampai hari kiamat tiba.

Namun yang menjadi persoalan penting sebenarnya bukanperbedaannya, persoalan sebenarnya adalah cara kita menyikapiperbedaan itu sendiri, yaitu sejauh mana kita bisa menegakkanetika di atas perbedaan tersebut, sejauh mana rasa hormat kita kitakepada yang lain, keramahan kita, persahabatan kita sertakesantunan kita dalam berbeda pendapat. Bukankah Imam Syafi’itelah memberikan contoh teladan kepada kita dalam menyikapiperbedaan. Dalam sejarahnya ia selalu menegakkan kesantunandalam berbeda pendapat, kesantunan Imam Syafi’i ini sendiri iatunjukkan dengan kesediaannya menziarahi makam imam AbuHanifah, sekalipun Imam Hanifah berbeda mazhab.

Sebaliknya tidak ada satu referensipun sejauh ini yangpenulis temukan adanya sikap destruktif yang ia lakukan bagi

Page 150: Mendidik Hati di Universitas Sosial,al-muashirah.com/wp-content/uploads/2018/01/Mendidik-Hati-Hadini... · HP. 08126950111 Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com

144 | Hadini

mereka yang berbeda. Tidak pernah kita mendengar imam Syafi’imengatakan bahwa Imam Ahmad, Imam Hanafi, dan Malikisebagai mazahab yang salah apalagi sesat. Tidak pernah pula kitamendengar imam Syafi’i memaksa seorang khatib harus memakaitongkat atau azan dua kali. Begitulah kesantunan dan lapangdadanya Ia dalam melihat perbedaan.

Karenanya, jika ada sekelompok orang yang mengakudirinya penganut Syafi’i tapi memaksakan ajaran mazhabnyadengan cara yang destruktif, tentu saja itu bukan penganut ImamSyafii yang baik, Imam Syafi’i tentu tidak akan mau mengakuiorang yang mengaku pengikutnya kalau mereka hanya mengikutimazhab Syafi’i tapi tidak mengikuti etika Imam Syafi’i.Seandainya imam Syafi’i masih hidup tentu dia akan berkatabahwa “dia bukan pengikutku”, karena pengikut Syafi’i bukanhanya yang mengikuti ‘mazhab fikihnya’, tapi juga harusmengikuti mazhab etikanya’.

Jadi, jika harus ingin membicarakan persoalan-persoalanfuru’iyah seperti kasus hari Jum’at tersebut, tentu sajadiperbolehkan, namun tentu harus dengan cara-cara yang beretika,ajaklah berdiloglah secara santun bersama orang yang punyaotoritas, jika hendak melakukan perubahan maka hendaklah sabardalam mengikuti proses demi proses serta tahap demi tahap yangberlangsung, bukankah Tuhan menciptakan Alam semesta inisecara bertahap? Karena dengan cara inilah hasil terbaik akandidapatkan. Sebaliknya, cara-cara instan, potong kompas, tergesa-gesa dan memaksakan diri tentu hasil yang didapatkan justrusemakin. Karenanya, yang penting adalah meskipun kita berbeda-beda, tapi tetap satu etika, yaitu ‘santun’wallahu’alam