Upload
duongtruc
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MENGHITUNG LINK BUDGET UNTUK KONEKSI RADIO WLAN MENGGUNAKAN RADIO MOBILE
Naskah Publikasi
diajukan oleh
Kristianto Wibowo 07.01.2400
M. Marchaban 07.01.2404
kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM YOGYAKARTA
2011
CALCULATING LINK BUDGET FOR WLAN RADIO CONNECTION USING RADIO MOBILE
MENGHITUNG LINK BUDGET UNTUK KONEKSI RADIO WLAN MEN GGUNAKAN
RADIO MOBILE
Kristianto Wibowo
M. Marchaban Jurusan Teknik Informatika
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
ABSTRACT
For outdoor wireless LAN installation we need calculate the transmit distance, Free Space Loss (FSL) that is decreasing the transmit power in the air after traveling a certain distance, the Fresnel Zone Clearence (FZC) to estimate the required height for antenna so the antenna is not blocked any obstacle and System Operating Margin (SOM) to ensure a good signal transmision and the capital that must be paid for the installation of the Wireless LAN. This is called Link Budget calculations.
Research on the Link Budget calculations performed using the method of direct observation was conducted at research sites are in SMK Ma'arif Kota Mungkid. This study also uses a library method that refers to the sources of the article a few authors.
Link Budget Calculation using Radio Mobile software helps administrator network in calculating a wireless LAN network connection that have a distance far enough for the resulting connection can pass data to the maximum.
Keyword : Wireless LAN, Local Area Network, Link Budget, Wireless Network, Internet.
1. Pendahuluan Dewasa ini teknologi komputer berkembang sangat pesat. Perkembangan
tersebut memacu untuk menghadirkan teknologi sampai ke daerah terpecil di pedesaan meskipun mengalami kendala yang cukup berat untuk mencapai ke sana. Salah satu cara guna mengusung teknologi sampai ke daerah – daerah adalah menggunakan teknologi WLAN.Untuk mendapatkan sebuah koneksi jaringan WLAN perlu adanya perencanaan agar jaringan dapat terhubung dengan baik dan mendapatkan performa yang memuaskan dengan menghitung Link Budget.
Link Budget adalah perhitungan dari kekuatan (gain) dan hambatan (loss) dari pemancar ( transmitter), ke penerima ( receiver ) dengan memasukkan parameter – parameter tertentu pada sistem gelombang radio WLAN guna mencapai SNR (Signal-to-Noise Ratio).SNR ialah Perbandingan (ratio) antara kekuatan Sinyal (signal strength) dengan kekuatan Derau (noise level). Nilai SNR dipakai untuk menunjukkan kualitas jalur (medium) koneksi. Makin besar nilai SNR, makin tinggi kualitas jalur tersebut. Artinya, makin besar pula kemungkinan jalur itu dipakai untuk lalu - lintas komunikasi data & sinyal dalam kecepatan tinggi yang diinginkan di receiver.
2. Landasan Teori
Wireless LAN merupakan salah satu aplikasi pengembangan dari wireless yang
digunakan untuk komunikasi data, sesuai dengan namanya wireless yang artinya tanpa kabel, wireless LAN adalah jaringan lokal tanpa kabel dalam satu ruangan, kantor, wilayah, dan bahkan antar kota. Lokal area tidak lagi terbatas diukur dengan menggunakan satuan kaki atau meter, tetapi mil atau kilometer. Infrastrukturnya tidak lagi harus ditanam dibawah tanah atau berada dibalik dinding.
Sistem koneksi wireless LAN adalah dengan menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mengirim dan menerima data lewat media udara, dengan komunikasi jaringan yang menggunakan media tanpa kabel, maka diharapkan wireless LAN dapat meminimalisasikan kebutuhan untuk komunikasi menggunakan kabel walaupun penggunaan kabel masih tetap ada dalam mendukung aplikasi wireless LAN.
Untuk pemasangan wireless LAN (WLAN) pada outdoor kita perlu memperhitungkan jarak pancar yang dapat dijangkau oleh radio dan juga modal yang harus dikeluarkan untuk pemasangan radio tersebut. Inilah yang disebut perhitungan Link Budget.
Ada beberapa parameter kritis yang memerlukan perhitungan yang baik untuk meyakinkan sistem itu agar dapat bekerja dengan baik, diantaranya:
• Free Space Loss (FSL), untuk memperkirakan kemungkinan penurunan daya pancar setelah menempuh jarak tertentu.
• Fresnel Zone Clearence (FZC), untuk memperkirakan tinggi tiang antenna yang diperlukan agar antenna tidak terhalang apapun.
• System Operating Margin (SOM), yang termasuk dalam perhitungan SOM diantaranya: Kekuatan daya pancar dari antena, jenis antena, serta panjang dan jarak kabel coaxial, Dengan menggunakan perhitungan ini, dapat memperhitungkan semuanya termasuk daya pancarnya untuk jarak yang diinginkan.
3. Gambaran Umum SMK Ma’arif Kota Mungkid Dan SMP N egeri 1 Muntilan
SMK Ma’arif Kota Mungkid terletak di Jl. Unus Desa Deyangan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang. Sekolah Yang saat ini di pimpin oleh Bapak Drs. Sugeng Riyadi ini berdiri tahun 1987. Sekolah memberikan kesempatan pendidikan
kepada masyarakat dengan membuka dua program keahlian yaitu Teknik Kelistrikan dan Teknik Permesinan. Untuk menyelaraskan keinginan masyarakat tentang program keahlian Pemesinan, sejak tahun 1990 SMK Ma'arif hanya membuka satu program keahlian yaitu Teknik Pemesinan.
Pada tahun 2006 SMK Ma’arif Kota Mungkid menjadi salah satu sekolah kejuruan yang mempunyai tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi. Sehingga terpilih menjadi ICT Center untuk wilayah Kabupaten Magelang. Dengan terpilihnya SMK Ma’arif Kota Mungkid sebagai ICT Center Kabupaten Magelang, sekolah ini memiliki infrastruktur jaringan internet untuk di sebarluaskan ke sekolah – sekolah yang membutuhkan. Salah satunya adalah SMP N 1 Muntilan.
SMPN 1 Muntilan merupakan lembaga pendidikan menengah tingkat pertama tertua yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang. SMPN 1 Muntilan memiliki sejarah yang cukup panjang dan sangat unik karena telah mengalami berbagai perubahan sebelum menggunakan nama yang sekarang ini sedang disandang.
Pada awalnya (sebelum tahun 1946) merupakan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pemda. Mulai tahun 1946 berganti nama menjadi SMP Negeri 1 Muntilan. Selanjutnya pada tahun 1971 mendapat predikat sebagai SMP Perintis, tahun 1978 sebagai SMP Teladan, tahun 2002 sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN), dan tahun 2008 oleh pemerintah ditetapkan sebagai salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Secara geografis, letak SMPN 1 Muntilan sangat strategis karena terletak di dalam kota Muntilan serta berada di jalan utama kota yaitu Jl. Pemuda No 161 Muntilan. Dengan letak yang strategis seperti itu, SMPN 1 Muntilan sangat accessible bagi siswa dan masyarakat di seluruh penjuru Kota Muntilan dan sekitarnya.
Sebagai sekolah yang telah mendapatkan akreditasi A dan memanggul status sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional), SMPN 1 Muntilan telah membekali siswa dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan DEPDIKNAS ditambah dengan kompetensi pendukung seperti bahasa asing, e-learning, internet, dan sebagainya. Selain itu, proses pembelajaran juga dilengkapi berbagai sarana yang memadai guna menunjang pencapaian kompetensi. Salah satunya adalah Laboratorium komputer yang terhubung ke Internet.
Koneksi Internet yang dipakai SMP Negeri 1 Muntilan ini menggunakan fasilitas yang telah di sediakan oleh Jardiknas yang berpusat di SMK Ma’arif Kota Mungkid selaku ICT Center Kabupaten Magelang.
4. Pembahasan
4.1. Survey Lokasi
Survey lokasi merupakan tahapan yang paling menentukan penyusun untuk
mengidentifikasi masalah yang ada dan hasilnya karena titik yang akan dikoneksikan
tempatnya berjauhan maka solusi yang digunakan untuk masalah tersebut adalah
teknologi WLAN. Untuk mengoptimalkan performa koneksi jaringan WLAN dengan cara
menghitung Link Budget terlebih dahulu. Pada tahap ini data-data di lokasi yang akan di
koneksikan dikumpulkan untuk memulai perhitungan link budget. Data – data yang
dikumpulkan antara lain:
4.1.1 Koordinat Lokasi
Tentukan koordinat lokasi dengan menandai menggunakan Global Positioning
System (GPS) di kedua titik yang akan di koneksikan. Sebelumnya, pastikan GPS sudah
mendapat sinyal yang bagus dari satelit dan toleransi jarak sekecil mungkin dari posisi
sebenarnya agar posisi yang kita menandai benar – benar sesuai dengan data yang di
terima GPS oleh satelit pemancar.
Gambar 4.1 GPS Marking
Hasil marking di GPS seperti pada gambar di atas sebagai berikut :
Koordinat Titik A : S07º 35’ 01.5’’ E110º 12’ 28.6’’
Koordinat Titik B : S07º 35’ 28.6’’ E110º 17’ 29.2’’
Ketinggian / Elevasi Titik A : 268 meter dpl.
Ketinggian / Elevasi Titik B : 368 meter dpl.
4.1.2 Jarak dan Arah
Untuk menentukan jarak dan arah dari titik A ke Titik B dan sebaliknya dapat
dilakukan dengan menggunakan GPS setelah kita menandai kedua titik yang akan kita
hubungkan. Dengan menggunakan Garmin GPSMAP 76CSx cara menentukan jarak
adalah dengan mencari waypoint hasil menandai yang telah di lakukan sebelumnya.
Setelah mendapatkan titik yang akan dituju maka akan terlihat jarak dan sudut
yang mengarah ke titik yang dituju.
Gambar 4.3 Waypoint
Dari gambar diatas di dapat keterangan bahwa jarak titik A dari posisi kita saat
ini, yaitu di titik B adalah 9.24 km. Sedangkan arahnya adalah 95º (utara = 0º ) dari titik
B. Sudut ini sangat penting untuk menentukan arah menggunakan kompas jika di daerah
tersebut buta arah.
Kemudian tekan tombol “Go To” untuk menentukan arah dengan kompas
berdasarkan sudut yang ada arah dari waypoint yang dituju.
4.1.3 Obstacle / Halangan
Obstacle/halangan terdekat yang ada disekitar lokasi yang memungkinkan
menjadi penghalang untuk konektifitas kedua titik:
Gambar 4.5 Obsatcle/Penghalang di Titik A
Gambar 4.6 Obsatcle/Penghalang di Titik B
Dari gambar diatas terlihat bahwa di sekitar titik A dan titik B terdapat halangan
yang akan mempengaruhi hasil koneksi wireless. Untuk tetap bisa memperolah minimal
60% fresnel yang merupakan batas minimal agar sinyal dapat bertemu dan
berkomunikasi, harus di ketahui ketinggian halangan terdekat yang ada di antara kedua
titik tersebut. Jika diasumsikan ketinggian penghalang sekitar 20 meter, tinggi antenna
harus melebihi penghalang tersebut, plus 3 meter jika menginginkan fresnel zone yang
utuh.
4.2. Perhitungan Link Budget
Link Budget adalah perhitungan dari kekuatan (gain) dan redaman (loss) dari
pemancar (transmitter), ke penerima (receiver) dengan memasukkan parameter –
parameter tertentu guna mencapai SNR (Signal-to-Noise Ratio). SNR ialah Perbandingan
(ratio) antara kekuatan Sinyal (signal strength) dengan kekuatan derau (noise level). Nilai
SNR dipakai untuk menunjukkan kualitas jalur (medium) koneksi. Makin besar nilai SNR,
makin tinggi kualitas jalur tersebut. Artinya, makin besar pula kemungkinan jalur itu
dipakai untuk lalu-lintas komunikasi data & sinyal dalam kecepatan tinggi yang
diinginkan di receiver.
4.2.1 Perhitungan Menggunakan Software Radio Mobile
Pada penghitungan link budget ini penulis menggunakan software Radio Mobile.
Radio Mobile merupakan software yang digunakan untuk simulasi sistem radio wireless.
Software ini dapat di gunakan untuk memprediksi performa link wireless. Radio Mobile
di lengkapi dengan peta digital dan Geographical Information System (GIS) sehingga
memungkinkan untuk melihat kontur tanah yang sesungguhnya. Dengan demikian
penghalang yang berupa bukit/gunung dapat terlihat dari software ini.
4.2.1.1 Instalasi Radio Mobile
1) Untuk dapat menjalankan software Radio Mobile, komputer harus sudah
terinstal Visual Basic Runtime (Service pack 6). Kalau belum, download dan instal
Visual Basic Runtime (Service pack 6) dari situs Microsoft.com dengan alamat :
http://www.microsoft.com/downloads/details.aspx?FamilyID=7b9ba261-7a9c-
43e7-9117-f673077ffb3c&DisplayLang=en
2) Buat direktori di komputer untuk menempatakn software Radio Mobile.
Misalnya “C:\Radio Mobile”
3) Download dan ekstrak program Radio Mobile melalui situs
http://www.cplus.org/rmw/download/rmwcore.zip pada direktori yang telah di
buat sebelumnya.
4) Download dan ekstrak file bahasa yang di gunakan. Dalam hal ini penulis
menggunakan bahasa inggris :
http://www.cplus.org/rmw/download/rmw1074eng.zip.
4.2.1.2 Download Peta Digital
Jalankan program Radio Mobile dengan meng- klik 2 kali file rmweng.exe.
Kemudian pilih “Option” , “Internet”.
1) Plih menu “File”, “Map Properties”. Untuk mendapatkan peta yang di inginkan,
masukkan koordinat pusat peta yang akan didapatkan. Misalnya disini adalah
peta kabupaten Magelang radius 60 km dari pusat kota Magelang yang
mempunyai koordinat 7°28'52.51"S 110°12'49.68"E.
Gambar 4.8 Map Properties
2) Kemudian klik “Extract” . Program akan otomatis men- download peta digital
dari server yang telah di tentukan oleh program Radio Mobile. Salah satunya
adalah http://rmd.neoknet.com/srtm3/. Dan Hasilnya adalah Sebagai berikut:
Gambar 4.9 Peta Digital Kabupaten Magelang
4.2.2 Penambahan Unit
Unit ini yang penulis namakan sebagai Titik A dan Titik B hasil dari survey lokasi
yang telah di lakukan sebelumnya.
1) Pilih menu “File”, ”Unit Properties”. Masukkan nama dan koordinat Titik A dan
Titik B yang di dapat dari hasil marking menggunakan GPS dengan meng klik
tombol “Enter LAT LON or QRA”
Gambar 4.10 Koordinat Unit
4.2.3 Membuat Network / Jaringan
4.2.3.1 Parameter
Pilih Menu “File”,”Network Properties”. Disini kita menentukan unit yang telah
dibuat tadi untuk bergabung di jaringan mana.
Gambar 4.11 Network Parameter
1) Isikan nama Network yang diinginkan, penulis menggunakan nama “Net1”.
2) Minimun dan Maksimum Frekuensi adalah lebar frekuensi yang dipakai untuk
koneksi WLAN. Disini penulis menggunakan frekuensi 2.4GHz, sehingga Penulis
mengisikan parameter untuk frekuensi sebagai berikut:
- Minimum frequency (MHz) : 2400
- Maximum frequency (MHz) : 2499
3) Surface refractivity adalah ukuran pembiasan udara diatas permukaan tanah.
Parameter ini di isikan default yaitu 301.
4) Ground Conductivity adalah sifat konduktif tanah. Parameter ini sangat
menentukan refleksi gelombang radio di tanah. Secara umum, semakin
konduktif medan semakin besar risiko redaman yang terjadi. Parameter ini juga
isi sesuai default.
5) Relative Ground Permittivity. Isi yang di sarankan untuk ukuran rata rata adalah
15.
6) Climate/iklim juga mempengaruhi sinyal radio wireless yang di pancarkan. Oleh
karena itu perlu di perhatikan lokasi pemasangan WLAN. Dalam hal ini penulis
berada di daerah Continental Temperate yang merupakan daerah yang tidak
terlalu kering (gurun) dan tidak terlalu basah (laut).
7) Polarisasi Antena dapat menggunakan Horizontal atau Vertikal. Penentuan
polarisasi berdasarkan hasil survey lokasi apakah kondisi lapangan
memungkinakan untuk di lewati sinyal vertikal yang tentunya mempunyai beam
yang lebih lebar daripada horizontal. Jika kondisi LOS sebaiknya menggunakan
polarisasi vertikal untuk memudahkan proses pointing antena.
8) Mode Variability adalah variabel lain di luar teknis yang bisa mengganggu kinerja
sinyal radio.
9) Additional Loss adalah redaman yang diakibatkan oleh :
- City / Kota / bangunan / gedung bertingkat.
- Forest (hutan) / pepohonan.
Di sesuaikan dengan lokasi dari hasil survey. Berapa persen nilai redaman city atau forest
diisikan pada parameter ini.
4.2.3.2 Topology
Topology yang dipakai disini adalah Data net, star topology (Master/Slave).
Topology ini sesuai dengan konsep WLAN yang juga menerapkan mode AP – Client.
4.2.3.3 System
Merupakan parameter sistem radio yang di gunakan. Sistem radio ini berupa
access point, antenna, dan redaman kabel yang digunakan. Pengisian parameter ini
tergantung alat yang digunakan. Dalam hal ini penulis menggunakan radio CM9, antenna
corner semi parabolic, dan kabel coaxial.
Spesifikasi teknis:
o CM9
Transmit Power : 18 dBm
Receive Treshold /Rx Sensitivity : -90 dBm
o Semi parabolic grid antenna
Antena Gain : 24 dBi
4.2.3.4 Membership
Pada parameter ini pilih unit yang tergabung dengan network “Net1” agar bisa
dilakukan simulasi konektifitas kedua titik tersebut. Berdasarkan survey lokasi, unit yang
di dapatkan adalah Titik A dan Titik B. Titik A merupakan Access Point yang akan di
associate oleh klien (Titik B) sehingga pada parameter ini Titik A bertindak sebagai
master dan menggunakan sistem radio CM9 dan antenna Corner.
Antenna Corner adalah sebuah antenna pengarah, jadi arahnya harus di pastikan
terlebih dahulu agar tidak mengarah kearah lain. Disini Arah antenna di arahkan ke Titik
A. Titik B adalah klien, sehingga pada parameter ini Titik B bertindak sebagai Slave,
menggunakan system radio dan antenna yang sama dengan Titik A dan antenna
mengarah ke Titik A.
4.2.3.5 Pengujian Link
Setelah semua parameter dimasukkan sesuai hasil survey lokasi dan spesifikasi
alat, tahap berikutnya adalah pengujian link dari Titik A ke Titik B. Dengan pengujian ini
semua paramater yang telah di masukkan tadi akan sangat mempengaruhi sinyal radio.
Pengujian dengan menggunakan menu Radio Link. Pilih menu “Tool”, “Radio Link” maka
akan muncul seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.16 Radio Link
Dari pengujian diatas didapat data – data sebagai berikut:
Free Space Loss : 119.3 dB
Fresnel Zone : 2.9 m
Rx Signal Level : -61 dBm
4.3. System Operating Margin (SOM)
Dari data diatas kita dapat menentukan System Operating Margin (SOM) yang
merupakan ukuran untuk baik buruknya koneksi WLAN yang akan kita pasang. Koneksi
yang baik harus menghasilkan SOM antara 10 – 15dBm. Perhitungan SOM adalah
sebagai berikut :
SOM = Rx Signal Level - Rx Sensitivity
SOM = -61dBm – (-90dBm) = 29dBm
Hasil perhitungan SOM diatas menunjukan nilai 29dBm dimana telah melebihi
batas minimal nilai SOM yang di butuhkan, sehingga koneksi sangat layak di gunakan.
4.4. Pemasangan di Lapangan
4.4.1. Konfigurasi Radio WLAN Di Titik A
Titik A sebagai pemancar / transmitter (Tx), sehingga mode radio yang di
gunakan adalah “ap bridge”. Selain itu band, frequency, dan SSID diset pada radio ini.
Berikut konfigurasi selengkapnya:
[admin@ap smk maarif] >/ interface wireless set wlan3 name="wlan3” radio-
name="Ap Maarif" mode=ap-bridge ssid="icttomuntilan" frequency=2412
band=2.4ghz-b/g antenna-mode=ant-a wds-mode=disabled wds-default-
bridge=bridge-wlan3 hide-ssid=no preamble-mode=long comment="smp 1
Muntilan" disabled=no
Untuk keamanan masukkan alamat MAC interface wlan di access point Titik B ke
dalam access list di access point Titik A :
[admin@ap smk maarif] > / interface wireless access-list add mac-
address=00:0C:42:65:EF:28 interface=wlan3 authentication=yes
forwarding=yes ap-tx-limit=0 client-tx-limit=0 private-algo=none private-
key="" comment="RBMuntilan" disabled=yes
Tambahkan interface bridge dan bridge port untuk menghubungkan interface
wlan dengan Ethernet :
[admin@ap smk maarif] >/ interface bridge add name="bridge-wlan3"
arp=enabled stp=yes disabled=no
[admin@ap smk maarif] >/ interface bridge port add interface=wlan3
bridge=bridge-wlan3 disabled=no
[admin@ap smk maarif] >/ interface bridge port add interface=ether1
bridge= bridge-wlan3 disabled=no
Tambahkan IP Address di interface Ethernet untuk keperluan console :
[admin@ap smk maarif] >ip address add address=11.11.11.1/30
interface=ether1
4.4.2. Konfigurasi Radio WLAN Di Titik B
Titik B sebagai penerima / receiver (Rx), mode radio yang di gunakan adalah
“station”. Radio ini bertindak sebagai klien, sehingga parameter – parameter seperti
band, frequency, dan SSID di set sesuai dengan radio AP. Berikut konfigurasi
selengkapnya pada Titik B :
[admin@BTSMuntilan] >/ interface wireless set wlan3 name="wlan1” radio-
name="to maarif" mode=station ssid="icttomuntilan" frequency=2412
band=2.4ghz-b/g antenna-mode=ant-a hide-ssid=no preamble-mode=both
disabled=no
Setelah koneksi kedua radio WLAN terhubung dan sudah memenuhi Link Budget
yang telah dihitung sebelumnya,masukkan konfigurasi ip address yang terhubung ke
internet :
[admin@BTSMuntilan] >/ip address add address=192.168.91.2/29
interface=wlan1
Tambahkan ip address untuk komputer lokal yang yang digunakan untuk sharing ke
komputer – komputer yang nantinya akan dihubungkan ke Internet :
[admin@BTSMuntilan] >/ip address add address=200.177.10.1/24
interface=ether1
Menentukan default gateway :
[admin@BTSMuntilan] >/ip route add dst-address=0.0.0.0/0
gateway=192.168.91.1
Menentukan alamat DNS :
[admin@BTSMuntilan] >/ip dns set allow-remote-requests=yes
servers=10.40.109.254
Agar koneksi internet dapat di share ke banyak computer di bawahnya, buat
masquerade untuk ip lokal :
[admin@BTSMuntilan] >/ip firewall nat add action=masquerade chain=srcnat
comment="" disabled=no out-interface=wlan1
4.4.3. Hasil Konektivitas Radio WLAN
Hasil yang didapat pada pemasangan di lapangan adalah sebagai berikut :
[admin@BTSMuntilan] > interface wireless monitor 0
Status : connected-to-ess
Band : 2.4ghz-g
Frequency : 2412MHz
tx-rate : "36Mbps"
rx-rate : "24Mbps"
ssid : "icttomuntilan"
signal-strength : -64dBm
tx-signal-strength : -66dBm
signal-to-noise : 30dB
tx-ccq : 35%
rx-ccq : 39%
Dari statistik diatas sinyal WLAN yang didapatkan di receiver / Titik B adalah -64dBm.
4.5 Perbandingan Link Budget Dengan Pemasangan Di Lapangan
Pada perhitungan Link Budget menggunakan software Radio Mobile didapat
sinyal yang diterima di Titik B / receiver adalah -61dBm. Sedangkan pada pemasangan
sesungguhnya di lapangan didapat sinyal -64dBm. Di sini terjadi perbedaan antara
perhitungan secara teori dengan praktek di lapangan. Perbedaan ini terjadi karena
beberapa factor, antara lain :
1. Kondisi geografis di lapangan jelas berbeda dengan parameter yang di masukkan
ke dalam software, karena pada perhitungan menggunakan software hanya
berupa perkiraan.
2. Perangkat yang terpasang di lapangan ada kemungkinan mengalami
ketidaksesuaian dengan parameter yang dimasukan ke dalam perhitungan
menggunakan software Radio Mobile.
3. Faktor arah pointing yang belum maksimal.
4. Faktor sumber daya manusia yang berbeda - beda.
Terlepas dari faktor – faktor diatas, hasil yang didapat dari simulasi menggunakan software dengan praktek dilapangan terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Sehingga penggunaan software untuk simulasi sebelum pemasangan langsung di lapangan akan sangat membantu.
5. Penutup
Dalam implementasi WLAN (Wireless Local Area Network), Link Budget merupakan salah satu cara untuk menetukan parameter-parameter perangkat radio guna memenuhi standar dan persyaratan mampu tidaknya sebuah link wireless dilewati data. Terdapat sedikit perbedaan antara perhitungan menggunakan Radio Mobile dengan hasil pemasangan di lapangan. Perbedaan tersebut terjadi karena beberapa faktor, antara lain kondisi geografis dilapangan, kondisi perangkat yang digunakan, faktor penentuan arah antenna, dan sumber daya manusia.
Meskipun terdapat perbedaan, tapi tidak terlalu signifikan sehingga penggunaan software Radio Mobile sangat membantu untuk menentukan System Operating Margin (SOM) dalam perhitungan Link Budget sebuah pemasangan koneksi jaringan nirkabel jarak jauh.
6. DAFTAR PUSTAKA
1. Andhi Setianto, Laporan Praktek Industri Pada PT. Global Prima Utama.
2. Mike Outmesguine, (2004) Wi-Fi Toys, Wiley Publishing Inc. Indianapolis.
3. http://www.pataka.net/2006/07/07/panduan-praktis-instalasi-wireless-lan/
4. http://www.cplus.org/rmw/howto.html
5. http://www.cplus.org/rmw/rme.html
6. http://www.g3tvu.co.uk/Base_Network_Settings.htm#Network_Properties_Pa
ne:_
7. http://radiomobile.pe1mew.nl/
8. http://onno.vlsm.org/v10/onno-ind-2/physical/wireless/
9. http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=19&submit.y=17&submit=prev&
page=18&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Felkt%2
F2008%2Fjiunkpe-ns-s1-2008-23402094-9785-yagi-chapter2.pdf
10. http://www.scribd.com/doc/7090667/Link-Budget-for-Dummies