29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penggunan lensa kontak banyak digemari oleh masyarakat, karena mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan menggunakan kaca mata. Banyak orang memilih lensa kontak karena alasan estis dan area pandangnya yang lebih baik dari kacamata. Selain untuk membatu penglihatan lensa kontak juga banyak digunakan untuk mempercantik penampilan. Alasan lain penggunaan lensa kontak karena lebih sesuai untuk indikasi terapeutik seperti aniseikonia dan keratokonus yang tidak dapat dikoreksi secara akurat dengan kacamata. (1) Tetapi pengguaan lensa kontak dapat menimbulkan dampak negatif yang perlu diwaspadai apabila kita tidak mengikuti aturan pemakaian. Seperi gangguan metabolisme mata (hypoxia), kerusakan stroma, timbulnya 1

METLIT JADI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TUGAS

Citation preview

Page 1: METLIT JADI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini penggunan lensa kontak banyak digemari oleh masyarakat, karena

mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan menggunakan kaca mata.

Banyak orang memilih lensa kontak karena alasan estis dan area pandangnya

yang lebih baik dari kacamata. Selain untuk membatu penglihatan lensa kontak

juga banyak digunakan untuk mempercantik penampilan. Alasan lain penggunaan

lensa kontak karena lebih sesuai untuk indikasi terapeutik seperti aniseikonia dan

keratokonus yang tidak dapat dikoreksi secara akurat dengan kacamata.(1)

Tetapi pengguaan lensa kontak dapat menimbulkan dampak negatif yang

perlu diwaspadai apabila kita tidak mengikuti aturan pemakaian. Seperi gangguan

metabolisme mata (hypoxia), kerusakan stroma, timbulnya toksik dan alergi,

keratitis steril, keratitis mikroba dan gangguan aliran mata. Keratitis oleh mikroba

atau bakteri merupakan masalah terpenting pada pengguna lensa kontak.

Kebersihan yang buruk, kegagalan disinfeksi dan tipe lensa merupakan faktor-

faktor yang berkaitan dengan risiko terjadinya keratitis pada pemakain lensa

kontak.(2)

Penggunaan lensa kontak, memerlukan cairan perawatan dan prosedur

kebersihan yang benar. Cairan perawatan ini (cairan soflen) digunakan untuk

pemasangan, pelepasan, pemeliharan dan perendaman lensa kontak.

1

Page 2: METLIT JADI

Kemungkinan terjadinya kontaminasi bakteri pada cairan ini sangat besar,

karena cairan ini selalu digunakan baik ketika melakukan pemasangan atau pun

pelepasan lensa. Kontaminasi bisa bersumber dari tangan pemakai dan

lingkungan yang ditransmisikan pada tempat penyimpanan lensa ini.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh waktu

perendaman lensa kontak terhadap jumlah angka lempeng total (ALT) bakteri.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1) Berapakah nilai ALT pada lensa kontak yang direndam pada waktu 4 jam, 8

jam, 12 jam, 16 jam, 20 jam dan 24 jam?

2) Apakah terdapat pengaruh waktu perendaman lensa kontak terhadap Angka

Lempeng Total?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui nilai ALT pada lensa kontak yang direndam dalam waktu 4

jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam, 20 jam dan 24 jam.

2. Untuk mengetahui adanya pengaruh waktu perendaman lensa kontak terhadap

Angka Lempeng Total.

2

Page 3: METLIT JADI

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah

tentang jumlah bakteri yang terdapat pada cairan perendaman lensa kontak

sehingga dapat diketahui waktu perendaman yang tepat untuk lensa kontak. Serta

memberikan informasi tentang kemungkinan terdapatnya bakteri kontaminan

pada cairan perawatan lensa kontak, yang bisa menjadi penyebab utama terhadap

timbulnya komplikasi keratitis, sehingga pengguna lensa kontak dapat lebih

berhati-hati dan berusaha meningkatkan kebersihan dalam menggunakan lensa

kontak.

3

Page 4: METLIT JADI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Lensa Kontak

Lensa kontak sudah menjadi bagian gaya hidup. Orang tak lagi

mengenakannya sekadar alat bantu penglihatan, tapi juga untuk mempercantik

penampilan. Tak heran, muncul lensa kontak dengan aneka warna.

Lensa kontak dibuat dari bahan baku, permeabel terhadap gas atau bahan

hidrofilik lunak. Semua lensa kontak akan memperlambat difusi oksigen ke

kornea. Lensa kaku yang permeabel terhadap gas lebih permeabel terhadap

oksigen dari pada lensa lunak. Meski lensa lunak lebih dapat ditoleransi

dengan baik, lensa yang permeabel terhadap gas memiliki beberapa

keuntungan salah satunya yaitu karena permeabilitas oksigennya lebih besar

dapat mengurangi risisko kerusakan kornea akibat hipoksia.(3)

Lensa kontak dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu lensa keras (hard lens)

dan lensa lunak (soft lens). Lensa kontak keras umumnya terbuat dari

bahan plexiglass dan lensa kontak lunak terbuat dari silikon.

Penyesuaian bentuk dari Softlens yang langsung menempel pada kornea yang

mengikuti bentuk mata yang cekung pertama kali dibuat oleh ahli Optometri

asal Oregon bernama Dr. George Butterfield.(4) Inovasi lensa kontak ini tak

berhenti sampai di sini saja, penyesuaian terhadap kebutuhan konsumen yang

4

Page 5: METLIT JADI

bermata normal dalam arti kata konsumen memakai lensa kontak sebagai

penyempurna penampilan terus berlangsung. Warna lensa kontak kini tak

hanya bening, tapi bisa warna-warni.

2.1.2 Cairan Perawatan Lensa Kontak

Cairan pembersih lensa kontak digunakan untuk membersihkan, membilas,

dan menyimpan lensa kontak. Cairan pembersih lensa kontak merupakan

kebutuhan mutlak bagi para pengguna lensa kontak. Hal ini disebabkan karena

penggunaan, struktur dan bahan dari lensa kontak membutuhkan perawatan

lebih dibanding lensa kacamata. Karena struktur dari lensa kontak yang tipis

dan relatif rapuh membuat kebutuhan akan cairan pembersih dan penyimpan

menjadi sesuatu yang wajib dimiliki. Dengan alasan tersebut, cairan lensa

kontak yang diproduksi massal terus dikembangkan untuk membuatnya makin

nyaman dan mudah digunakan, namun bukan berarti cairan tersebut tidak

memiliki efek samping bagi yang menggunakan.

2.1.3 Bakteri Penyebab Keratitis

Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan infeksi kornea, diantaranya

:

Staphylococcus epidermidis

5

Page 6: METLIT JADI

Staphylococcus aureus

Streptococcus pneumoniae

Koliformis

Pseudomonas

Haemophilus

Adapun beberapa kondisi yang dapat menyebabkan infeksi keratitis bakteri,

yaitu :

Keratokonjungtivitis sika (mata kering)

Robekan di epitel korea (misal setelah trauma)

Penggunaan lensa kontak

Penggunaan steroid topikal jangka panjang.(3)

2.1.4 Perhitungan Jumlah Bakteri

Penentuan jumlah angka mikroorganisme sangat penting dilakukan

untuk menetapkan keamanan suatu sediaan farmasi dan makanan. Jumlah

Bakteri dalam suatu bahan dapat ditentukan dengan bermacam-macam,

tergantung pada bahan dan jenis bakteri yang ditentukan. Ada dua cara

perhitungan bakteri, yaitu:

1. Perhitungan secara langsung

Cara ini dipakai untuk menghitung jumlah bakteri pada suatu ruang yang

dapat dilihat dengan mikroskopis, dilakukan dengan :

6

Page 7: METLIT JADI

a) Menggunakan gelas objek.

b) Menggunakan Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer. (5)

2. Perhitungan secara tidak langsung

Cara ini digunakan untuk menghitung jumlah bakteri secara keseluruhan baik

yang mati atau yang hidup atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba

yang hidup saja, ini tergantung dengan cara yang digunakan. Perhitungan

jumlah bakteri secara tidak langsung dapat dilakukan dengan :

a) Menggunakan Centrifuge

b) Berdasarkan kekeruhan (turbiditas/turbidimetri)

c) Menggunakan cara Most Probable Number (MPN)

d) Berdasarkan jumlah koloni total (ALT)

Jumlah koloni total (ALT) merupakan jumlah bakteri yang dihitung

dengan metode hitung cawan yaitu dengan cara menghitung koloni

yang tumbuh pada cawan petri pada media Plate Count Agar (PCA)

yang telah diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.

Teknik perhitungan dengan Angka Lempeng Total antara lain :

1. Teknik Cawan Sebar (Spread Plate)

Teknik spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik menumbuhkan

mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok

7

Page 8: METLIT JADI

kultur bakteri atau menghapuskannya di atas media agar yang telah

memadat.

2. Teknik Cawan Gores (Streak Plate)

Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar

terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi.

Cara ini dilakukan dengan membagi 3-4 cawan petri. Ose steril yang

telah disiapkan diletakkan pada sumber isolat , kemudian

menggoreskan ose tersebut pada cawan petri berisi media steril.

Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk garis horisontal disatu

cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen. Setelah kering, ose

tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi

cawan ke dua. Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan

tergores.

3. Teknik Cawan Tuang (Pour Plate)

Teknik cawan tuang adalah teknik perhitungan jumlah bakteri dengan

metode Angka Lempeng Total yang pengenceran dan medianya

disiapkan terlebih dahulu. Sekitar 1 ml suspensi dari pengenceran

diambil dan dituang ke dalam cawan petri steril, kemudian dituangkan

media agar cair ke dalam cawan petri.(6)

8

Page 9: METLIT JADI

2.2 Kerangka Konsep

2.3 Hipotesis

Terdapat pengaruh lama perendaman lensa kontak terhadap ALT.

9

Waktu Perendaman Lensa Kontak

Angka Lempeng Total CFU/mL

Page 10: METLIT JADI

2.4 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala

1. Waktu

Perendaman

Lensa

Kontak

Waktu

perendaman

lensa kontak

dengan waktu

4, 8, 12, 16,

20, 24 jam.

Manual Stopwatch Jam (4, 8,

12, 16, 20,

24 jam)

Interval

2. Angka

Lempeng

Total (ALT)

Perhitungan

jumlah bakteri

dalam media

agar PCA

dengan teknik

cawan tuang.

Menghitung

koloni

berdasarkan

ALT

(Angka

Lempeng

Total)

Coloni

Counter

Angka

dalam

cfu/mL

Ratio

10

Page 11: METLIT JADI

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperiment dan

dilakukan dengan cara menghitung jumlah Angka Lempeng Total (ALT)

menggunakan perlakuan waktu perendaman 4, 8, 12, 16, 20, 24 jam.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lensa kontak

serta cairan perawatan lensa kontak.

Sampel yang digunakan adalah cairan perawatan lensa kontak yang

telah digunakan untuk merendam lensa kontak selama 4 jam, 8 jam, 12 jam,

16 jam, 20 jam dan 24 jam.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi

Politeknik Kesehatan Bandung Jurusan Analis Kesehatan, yang dilaksanakan

pada bulan Januari-Juni 2016.

11

Page 12: METLIT JADI

3.4 Cara Pengumpulan Data

3.4.1. Metode dan Prinsip

Metode : Angka Lempeng Total (ALT)

Prinsip :

3.4.2. Alat dan Bahan yang digunakan

Alat dan bahan yang digunakan

3.4.2.1. Alat

1. Cawan petri diameter 10cm

2. Erlenmeyer

3. Neraca analitis

4. Gelas kimia 1.000 mL

5. Gelas ukur 1000 Ml

6. Matt pipet 10,0 mL dan 1,0 ml

7. Tabung reaksi 16mm x 160mm

8. Spatula

9. Batang pengaduk

10. Spirtus

11. Kertas pembungkus (kertas coklat )

12. Kapas lemak lapis kassa

13. Oven

14. Inkubator

15. Autoclave

12

Page 13: METLIT JADI

3.4.2.2. Bahan

1. Sampel cairan rendaman perawatan lensa kontak

2. NaCl fisiologis

3. Plate Count Agar (PCA)

4. Aquadest

3.4.3. Cara Kerja

3.4.3.1. Persiapan alat dan bahan

1. Sterilisasi alat

Alat-alat laboratorium yang disterilisasi antara lain : cawan petri,

tabung reaksi, matt pipet, dan erlenmeyer. Setelah dicuci, alat-alat

yang disterilkan dikeringkan. Tabung reaksi, matt pipet dan

erlenmeyer harus dilindungi dengan menyumbat/menutupnya

dengan kapas lemak yang dilapisi kassa untuk mencegah

kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven. Kemudian dibungkus

dengan kertas pembungkus (kertas coklat), kemudian dimasukkan

kedalam oven dan dipanaskan pada temperatur 180oC, selama

kurang lebih 60 menit.

2. Pembuatan Media dan Pengencer

a) Media Plate Count Agar (PCA)

Dibuat dengan cara menimbang 23,5 g PCA dan

dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian dilarutkan

13

Page 14: METLIT JADI

1.000 ml, di didihkan dan diaduk sampai larut. Setelah

larut, erlenmeyer tersebut ditutup dengan kapas lemak yang

lapisi kassa, kemudian dibungkus dengan kertas

pembungkus (kertas coklat). Sterilisasi dilakukan pada

autoclave dengan suhu 121o C selama 15 menit.

b) Pengenceran (NaCl fisiologis)

Ditimbang 8,5 g NaCl dan dimasukkan ke dala gelas kimia

1.000 ml, kemudian dilarutkan dengan 1.000 ml aquadest,

kemudian dimasukkan ke dalam setiap tabung reaksi

sebanyak 9 ml, ditutup dengan kapas lemak yang dilapisi

kassa, diikat dan dibungkus menggunakan kertas

pembungkus (kertas coklat). Sterilisasi dilakukan pada

autoclave dengan suhu 121o C selama 15 menit.

3.4.3.2. Pengujian

1. Pengujian ALT Pada Sampel

A. Disiapkan 5 tabung reaksi yang telah berisi masing-masing 9

ml NaCl fisiologis dan secara berurutan diberi kode 10-1, 10-2,

10-3, 10-4, dan 10-5.

B. Disiapkan 5 buah cawan petri steril, kemudian diberi tanda

sesuai dengan kode pengenceran.

14

Page 15: METLIT JADI

C. Dipipet 1 ml sampel (cairan rendaman lensa kontak),

dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 yang telah diberi kode

10-1, dihomogenkan.

D. Dipipet 1 ml dari tabung reaksi 1 yang berisi suspensi sampel,

dipindahkan ke tabung 2, dihomogenkan.

E. Dilakukan langkah seperti diatas hingga pada tabung 5. Pada

tabung terakhir, dihomogenkan suspensi dan dibuang 1 ml.

F. Dari masing-masing tabung reaksi dari tabung reaksi ke-1

sampai ke-5, dipipet 1 ml dan dimasukkan ke dalam masing-

masing cawan petri steril sesuai dengan pengencerannya.

G. Ke dalam masing-masing cawan petri yang berisi suspensi

sampel, ditambahkan 15 ml PCA yang telah dipanaskan dalam

waterbath 45o C.

H. Masing-masing cawan petri dihomogenkan perlahan hingga

tercampur merata, dan dibiarkan hingga dingin dan membeku.

I. Seluruh cawan petri yang telah membeku di inkubasi selama

48 jam di dalam inkubataor pada suhu 37o C dengan posisi

cawan terbalik.

2. Pengujian Kontrol Pengenceran

Dimasukkan 1,0 ml NaCl fisiologis steril ke dalam cawan petri,

kemudian ditambahkan kurang lebih 15 ml PCA di homogenkan,

setelah dingin dan membeku di inkubasi selama 48 jam pada suhu 35-

15

Page 16: METLIT JADI

37o C dengan posisi cawan terbalik, kemudian diamati adanya

pertumbuhan.

3. Pengujian Kontrol Media

Dimasukkan 15 ml PCA steril ke dalam cawan petri steril,

dihomogenkan, setelah dingin dan membeku, diinkubasi selama 48

jam pada suhu 35-37o C dengan posisi cawan terbalik, kemudian

diamati adanya pertumbuhan.

3.4.3.3. Interpretasi Hasil dan Perhitungan Koloni Pada Cawan petri

1. Di pilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah

koloni antara 30 koloni sampai 300 koloni setiap cawan petri.

2. Perhitungan Angka Lempeng Total, sebagai berikut :

= [(koloni cawan- koloni kontrol)x p] + [(koloni cawan-koloni kontrol)x p] + dst

Cawan yang dihitung

= ...... CFU/mL

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

eksperimen, sehingga data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk

tabel dan grafik.

16

Page 17: METLIT JADI

3.6. Rencana Kegiatan Penelitian

N

O

Rencana

Kegiatan

Waktu Penelitian

Februari Maret April Mei Juni

Minggu ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1Studi

KepustakaanX X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

2Konsultasi dan

BimbinganX X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

3

Penyusunan

Usulan

Penelitian X X

4

Seminar

Usulan

Penelitian X

5Persiapan Alat

dan Bahan X X X

6 Penelitian X X X

7Pengumpulan

DataX X X

8 Pengolahan

dan Analisis

X X X X

17

Page 18: METLIT JADI

Data

9Penyusunan

KTIX X X X

10 Sidang KTI X

3.7. Rencana Anggaran Biaya

Anggaran Biaya yang dibutuhkan :

1. Alat dan Bahan : Rp. 900.000,00

2. Pembuatan Proposal dan KTI : Rp. 300.000,00 +

Rp. 1.100.000,00

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: METLIT JADI

1. Sihota R and Tandon R, Parsons Diseases of the Eye, Twentieth Edition,

Elsevier, 2007, page 81-82.

2. Sidharta Ilyas. ( 2001 ).Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Penerbit FKUI

3. Bruce James, Chris Chew, dan Anthony Bron. 2006. Lecture Notes on

Ophthalmology. Edisi 9. Diterjemahkan oleh : dr. Asri Dwi Rachmawati.

Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.

4. American Academy of Ophthalmology: Optics, Refraction, and Contact

Lenses, Section 3. Basic and Clinical Science Coure, 2003, page 181.

5. DR. Harmita, Apt, dan DR. Maksum Radji, M.Biomed. 2008. Buku Ajar

Analisis Hayati. Edisi 3. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

6. Yuwono, Triwibowo. 2005. Biologi Molekular. Jakarta : Erlangga.

19