8
Experiential Learning: Untuk menggerakkan motivasi belajar, proses belajar paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum memperoleh bahan ajar yang akan dipelajari (Deporter, 2000: 25). Dengan kata lain, untuk pembelajaran harus mendatangkan pengalaman umum yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran. Metode Experiential Learning adalah suatu metode proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experiential Learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Perbedaan mendasar antara Experiential Learning dengan cara tradisional adalah Experiential Learning Tradisional Content-based Learning. Aktif Pasif Bersandar pada penemuan individu Bersandar pada keahlian mengajar Partisipatif, berbagai arah Otokratis, satu arah Dinamis dan belajar dengan melakukan Terstruktur dan belajar dengan mendengar Bersifat terbuka Cakupan terbatas dengan sesuatu yang baku Mendorong untuk menemukan sesuatu Terfokus pada tujuan belajar yang khusus Metode Experiential Learning tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja. Namun, juga memberikan pengalaman yang nyata yang akan membangun keterampilan. Selanjutnya, metode ini akan

metode

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: metode

Experiential Learning: Untuk menggerakkan motivasi belajar, proses belajar paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum memperoleh bahan ajar yang akan dipelajari (Deporter, 2000: 25). Dengan kata lain, untuk pembelajaran harus mendatangkan pengalaman umum yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran. Metode Experiential Learning adalah suatu metode proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experiential Learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

Perbedaan mendasar antara Experiential Learning dengan cara tradisional adalah

Experiential Learning Tradisional Content-based Learning.

Aktif PasifBersandar pada penemuan individu Bersandar pada keahlian mengajarPartisipatif, berbagai arah Otokratis, satu arahDinamis dan belajar dengan melakukan Terstruktur dan belajar dengan mendengarBersifat terbuka Cakupan terbatas dengan sesuatu yang

bakuMendorong untuk menemukan sesuatu Terfokus pada tujuan belajar yang khusus

Metode Experiential Learning tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja. Namun, juga memberikan pengalaman yang nyata yang akan membangun keterampilan. Selanjutnya, metode ini akan mengakomodasi dan memberikan proses umpan balik serta evaluasi antara hasil penerapan dengan apa yang seharusnya dilakukan.

Dasar Pemikiran Penggunaan Experiential Learning

Metode Experiential Learning didasarkan pada beberapa pendapat sebagai berikut:1. pembelajar dalam belajar akan lebih baik ketika mereka terlibat secara langsung dalam

pengalaman belajar,2. adanya perbedaan-perbedaan secara individu dalam hal gaya yang disukai,3. ide-ide dan prinsip-prinsip yang dialami dan ditemukan pembelajar lebih efektif dalam

pemerolehan bahan ajar,4. komitmen peserta dalam belajar akan lebih baik ketika mereka mengambil tanggung jawab

dalam proses belajar mereka sendiri, dan5. belajar pada hakekatnya melalui suatu proses.

Page 2: metode

Keuntungan Experiential Learning

Apabila metode Experiential Learning dilakukan dengan baik dan benar, maka ada beberapa keuntungan yang akan didapat, antara lain:

1. meningkatkan semangat dan gairah pembelajar,2. membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif,3. memunculkan kegembiraan dalam proses belajar,4. mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif,5. menolong pembelajar untuk dapat melihat dalam perspektif yang berbeda,6. memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah, dan7. memperkuat kesadaran diri.

Kerangka Kerja Experiential Learning

Briefing activity review

Briefing adalah tahap proses pengarahan pada individu atau kelompok sebelum melakukan pengarahan. Teknik-teknik yang perlu dikuasai antara lain:

1. setting dan conditioning (pengaturan dan pengkondisian)Experiential Learning menggunakan prinsip belajar yang menekankan pada perubahan aspek pemahaman akan hasil belajar tersebut. Salah satu cara untuk memunculkan pemahaman adalah pengaturan situasi. Hal-hal yang dapat dikatakan sebagai pengaturan situasi antara lain:

a. lokasi yang akan digunakan,b. sarana yang akan dipakai,c. tata letak,d. aturan main, dane. kata-kata, intonasi, dan tempo yang digunakan saat penjelasan.

2. directingDirecting adalah proses pengarahan pada pembelajar tentang materi kegiatan yang akan dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengarahan yaitu:

a. tempo berbicara harus disesuaikan dengan kondisi peserta dan juga situasi yang akan dimunculkan,

b. gunakan alat bantu untuk memudahkan pembelajar memahami tujuan kegiatan,c. definisikan kata-kata penting untuk menyamakan persepsi,d. demonstrasikan kegiatan yang harus dilakukan,e. jelaskan secara rinci prosedur kegiatanf. metode penjelasan dapat dilakukan dengan cara dari umum ke khusus atau dari

khusus ke umum,g. tanyakan kepada peserta apakah penjelasan dapat diterima/difahami dll.

Page 3: metode

Seperti: apakah penjelasan saya tadi dapat dipahami ?

3. motivatingPemberian motivasi dilakukan ketika pembelajar mengalami penurunan semangat. Untuk mengatasi hal tersebut, pengajar dapat melakukan beberapa cara berikut ini:

a. jelaskan tujuan yang akan dijalankan,b. ungkapkan keuntungan yang akan diperoleh apabila melakukan kegiatan tersebut,c. tunjukkan hubungan antara yang akan dijalankan dengan aktivitas sebelumnya,d. tunjukkan kepercayaan kita bahwa mereka sanggup dan mampu melakukan kegiatane. tunjukkan antusiasme kita, baik dengan gerakan, lisan, bahasa tubuh, dll.f. bila dianggap perlu ungkapkan pengalaman kita,g. beri tantangan yang realistik sesuai dengan kemampuan mereka.

Activity adalah tahap individu/kelompok melaksanakan kegiatan sesuai dengan briefing yang telah diberikan.

Teknik-teknik yang perlu dikuasai pengajar yaitu:1. observation

Observasi atau pengamatan yang dimaksud di sini adalah tahap memberikan perhatian yang intensif kepada kelompok untuk mengamati proses kelompok selama melaksanakan kegiatan. Tahap ini menjadi sangat penting sebagai bahan untuk review. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1) mengamati segala perilaku individu yang muncul selama kegiatan berlangsung Apa yang dilakukan individu dan apa reaksi individu lainnya atas reaksi tersebut Sebab-akibat/aksi-reaksi yang positif maupun negatif

2) mengamati dinamika kelompok dalam menyelesaikan tugas, masalah, dll. pola interaksi antarindividu proses penyelesaian tugas (pemanfaatan waktu, sumber daya, dll.)

3) mencatat hasil pengamatan tersebut sebagai bahan untuk review

2. Safety Control (Pengamatan keamanan)Fasilitator wajib memperhatikan dan menjaga keamanan pembelajar dari hal-hal yang sekiranya akan membahayakan mereka, baik secara fisik, mental, emosional, sosial, dan rohani.Hal-hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan antara lain:a. Perhatikan lingkungan fisik dari lokasi yang akan digunakan;b. Perhatikan kondisi peserta dari:

kata-katanya intonasinya bahasa tubuhnya raut mukanya tatapan matanya

3. Intervention (intervensi)

Page 4: metode

Intervensi adalah kondisi pengajar ikut campur dalam proses kelompok, yang disebabkan antara lain;a. individu/kelompok salah mempersepsi kegiatan yang harus

dilakukanb. individu/kelompok tidak menemukan alternatif pemecahan masalah

atas persoalan yang sedang dihadapic. konflik yang berkepanjangan dalam kelompokd. adanya indikasi ancaman yang membahayakan individu/kelompok

Review adalah tahap pembelajar dibantu pengajar melihat dan memandang secara kritis (apa, mengapa, dampak yang terjadi). Lalu menarik insight/pelajaran dari pengalaman tersebut untuk diterapkan dalam kehidupannya.

health coaching: memiliki keunggulan karena tidak hanya mementingkan aspek kognitif pasien saja melainkan psikomotorik dan psikologis. Dalam health coaching berpusat pada pasien dan pemilihan tujuan aktifitas juga ditentukan oleh pasien sehingga pasien lebih terlibat dalam aktifitas. health coaching juga meneliti aspek aspek lain dalam domain kognisi spesifik perilaku dan afektif yang meliputi benefit of action, barrier, of action, activity related affect, interpersonal influence, dan situational influence.

(peer education): adalah sebuah konsep populer yang mengacu pada berbagai pendekatan seperti saluran komunikasi, metodologi, filosofi, dan strategi. Menurut kamus Merriam Webster (1985), istilah pendidikan mengacu pada pembangunan, pelatihan, atau bujukan dari pendidik yang diberikan pada kelompok tertentu. Atau ilmu pengetahuan yang merupakan hasil dari suatu proses pendidikan. Dalam prakteknya, pendidikan sebaya telah diambil pada berbagai definisi dan interpretasi tentang siapa yang kelompok sebaya/peer dan apa yang disebut sebagai pendidikannya (misalnya advokasi, konseling, memfasilitasi diskusi, drama, ceramah, mendistribusikan bahan, membuat rujukan ke layanan, memberikan dukungan, dan sebagainya).

Page 5: metode

Daftar Pustaka

Akhadiah, Sabarti.(1997). Menulis. Jakarta : Depdikbud.

Adams, s., Goler, n., Sanna, r., Boccio, M., Bellamy, d., & Brown, S. (2013). Patient Satisfaction and Perceived Success with a Telephonic Health Coaching Program: The Natural Experiments for Translation in Diabetes (NEXT-D) Study, Northern California, 2011. Preventing chronic disease , 10, 1-12.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Deporter, dkk. (2000). Quantum Learning. Jakarta: Kaifa.

Ghorob, A., Vivas, M., Vore, D., Ngo, V., Bodenheimer, T., Chen, E., et al. (2011). BMC Public Health The effectiveness of peer health coaching in improving glycemic control among low-income patients with diabetes: protocol for a randomized controlled trial , 11, 1-6.

Koermen, Imam, dkk. (1997). Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Depdikbud. Jakarta UT.

Topatimasang, Roem, dkk. (1986). Belajar dari Pengalaman. Jakarta:P3M.

Wahono, Mahruf. (2000). Makalah: Metode Experiential Learning. Bandung.