Upload
anatomimanusia
View
171
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PERBEDAAN PENGARUH APLIKASI METODE MENYIKAT GIGI TERHADAP JUMLAH PLAK
Citation preview
PERBEDAAN PENGARUH APLIKASI METODE MENYIKAT GIGI
HORISONTAL DAN ROLL TERHADAP JUMLAH PLAK
PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB-B NEGERI SEMARANG
Welly Anggarani
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Islam Sultan Agung
ABSTRAK
Latar belakang. Plak merupakan salah satu penyebab utama
terjadinya karies gigi dan inflamasi penyakit periodontal yang dapat dicegah
dengan penghilangan plak secara teratur dan teliti dalam bentuk pencegahan
primer dengan cara menyikat gigi. Salah satu yang dapat mempengaruhi
keberhasilan penyikatan gigi adalah metode menyikat gigi. Anak dengan
gangguan pendengaran (tunarungu) seringkali menimbulkan masalah,
terutama dalam pemenuhan kebutuhan. Tujuan. Penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya perbedaan pengaruh aplikasi metode menyikat gigi
horisontal dan roll terhadap jumlah plak pada anak tunarungu di SLB-B
Negeri Semarang. Rancangan penelitian. Quasi experimental dengan
menggunakan one group pre test – post test design. Sampel penelitian ini
adalah anak tunarungu usia 6-11 tahun yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 23 orang di SLB-B Negeri Semarang. Prosedur penelitian.
Memberikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi, mengajarkan menyikat gigi
sesuai dengan metode yang dianjurkan peneliti dan mengukur indeks plak
sebelum perlakuan, dan 7 hari sesudah perlakuan pada kelompok horisontal
dan roll. Pada kelompok kontrol, anak hanya diinstruksikan untuk menyikat
gigi 2 kali sehari sesuai dengan kebiasaan menyikat gigi di rumah. Hasil
penelitian. Analisis uji paired t-test, ada perbedaan bermakna antara rata-rata
indeks plak sebelum dan sesudah perlakuan, kelompok roll lebih dapat
menurunkan jumlah plak dibandingkan kelompok horisontal. Analisis uji
anova, tidak terdapat perbedaan pengaruh aplikasi metode menyikat gigi roll
dan horisontal terhadap jumlah plak pada anak tunarungu usia 6-11 tahun di
SLB B Negeri Semarang.
Kata kunci : plak, metode horisontal, metode roll, anak tunarungu
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal
yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan baik dokter gigi
maupun perawat gigi, Departemen Kesehatan RI Pelita IV menyatakan bahwa
penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk Indonesia.1
Berdasarkan teori Blum, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan,
lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan pelayanan kesehatan.
Penentuan perilaku dalam hal ini adalah dihasilkannya kebiasaan menyikat
gigi pada anak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada
perasaan terpaksa.
Plak merupakan salah satu penyebab utama terjadinya karies gigi dan
inflamasi penyakit periodontal yang dapat dicegah dengan penghilangan plak
secara teratur dan teliti dalam bentuk pencegahan primer dengan cara
menyikat gigi.2 Metode menyikat gigi saat ini banyak dikembangkan oleh
tenaga kesehatan dalam memenuhi keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut. Metode horisontal terbukti merupakan cara yang paling sesuai
dengan bentuk anatomis permukaan oklusal. Metode roll merupakan cara yang
paling sering dianjurkan karena sederhana tetapi efisien dan dapat digunakan
di seluruh bagian mulut.3
Anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu) seringkali
menimbulkan masalah tersendiri. Gangguan pendengaran merupakan defisit
sensorik yang paling sering terjadi pada populasi manusia, mempengaruhi
lebih dari 250 juta orang di dunia. Dari hasil WHO Muliti Center Study pada
tahun 1998, Indonesia termasuk 4 negara di Asia Tenggara dengan prevalensi
tunarungu yang cukup tinggi yaitu 4,6 %, 3 negara lainnya adalah Sri Lanka
(8,8 %), Myanmar (8,4%), dan India (6,3 %).4 Dari hasil penelitian yang
dilakukan sebelumnya mengenai gambaran oral higiene dan karies gigi pada
siswa sekolah tunarungu dan tidak tunarungu kelompok usia 11-12 tahun dan
14-16 tahun menunjukkan indeks oral higiene dan DMF-T rata-rata siswa-
siswi tunarungu lebih tinggi dibandingkan dengan siswa-siswi tidak
tunarungu.5
Perawatan gigi penderita cacat tidak banyak berbeda dari individu
normal, tetapi ketentuan tatalaksana tindakan biasanya lebih sulit. Karena
dasar rasa takut dari ketidakmampuan untuk menghadapi situasi, mendorong
banyak dokter gigi untuk menolak perawatan gigi pada penderita cacat ini.
Bedasarkan pemikiran di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan pengaruh aplikasi metode menyikat gigi horisontal dan roll
terhadap jumlah plak pada anak tunarungu yang mendapatkan pendidikan
formal di SLB-B Negeri di Semarang.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan
menggunakan one group pre test – post test design. Sampel penelitian ini
adalah anak tunarungu usia 6-11 tahun yang berjenis kelamin laki-laki di SLB
B Negeri Semarang. Sampel penelitian ini didapatkan sebanyak 23 orang yaitu
anak tunarungu yang kooperatif dan memberikan surat informed consent yang
telah ditanda tangani oleh orang tua. Teknik pengambilan sampel
menggunakan sampling jenuh, adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang.6 Penelitian ini dilakukan
selama 1 minggu pada bulan Juli 2011.
Sampel kemudian dibagi secara acak menjadi tiga kelompok yaitu
kelompok A (metode horisontal) 8 orang, kelompok B (metode roll) 8 orang,
dan kelompok C (plasebo / tanpa perlakuan) 7 orang. Besar sampel penelitian
ini didapatkan karena telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian.
Pengukuran plak gigi dengan menggunakan indeks PHP (Personal
Hygiene Performance) adalah angka yang menunjukkan jumlah total skor plak
pada gigi yang diperiksa dibagi jumlah seluruh permukaan gigi yang
diperiksa.7 Pemeriksaan dilakukan secara sistematis pada permukaan labial
gigi insisif pertama kanan atas, labial gigi insisif pertama kiri bawah, bukal
gigi molar pertama kanan atas, bukal gigi molar pertama kiri atas, lingual gigi
molar pertama kiri bawah, permukaan lingual gigi molar pertama kanan
bawah. Apabila gigi tersebut tidak ada, gigi pengganti di sebelah mesial. Cara
penilaian plak adalah skor 0 tidak ada plak pada permukaan gigi yang
diperiksa dan skor 1 terdapat plak pada satu permukaan yang diperiksa.
Pemeriksaan dilakukan pada permukaan mahkota gigi bagian fasial
atau lingual dengan membagi tiap permukaan mahkota gigi menjadi lima
subdivisi, yaitu : distal (D), 1/3 tengah gingival (G), mesial (M), 1/3 tengah
gigi (C), dan 1/3 tengah insisal/oklusal (I/O)
I O
M C D M C D
G G
Insisivus Molar
Lima Subdivisi Permukaan Gigi dalam Indeks Plak PHP 7
Indeks plak PHP didapatkan dengan cara jumlah total skor plak
seluruh permukaan gigi yang dipeiksa dibagi jumlah gigi yang diperiksa.
Kriteria penilaian tingkat kebersihan mulut berdasarkan IP PHP (Personal
Hygiene Performance), yaitu :
Sangat Baik = 0
Baik = 0,1 – 1,7
Sedang = 1,8 – 3,4
Buruk = 3,5 – 5
PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan indeks plak sebelum dan
sesudah perlakuan pada anak tunarungu usia 6 – 11 tahun yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 23 orang di SLB B Negeri Semarang yang
kemudian dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok metode horisontal
sebanyak 8 orang, kelompok metode roll sebanyak 8 orang, dan kelompok
kontrol sebanyak 7 orang. Kelompok horisontal dan roll ini mendapat
perlakuan yang sama yakni dilakukan pemeriksaan indeks plak sebelum
perlakuan yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian penyuluhan
mengenai kesehatan gigi. Setelah penyuluhan, anak diajarkan menyikat gigi
sesuai dengan metode yang dianjurkan. Pada kelompok kontrol, anak hanya
dilakukan pemeriksaan indeks plak sebelum perlakuan dan diinstruksikan
untuk menyikat gigi 2 kali sehari sesuai dengan kebiasaan menyikat gigi di
rumah. Anak diberikan waktu tujuh hari untuk melatih motoriknya dalam
menyikat gigi sesuai dengan metode yang diajarkan. Setelah tujuh hari,
dilakukan kembali pemeriksaan indeks plak sesudah perlakuan pada masing-
masing kelompok.
Data yang di dapat dari hasil penelitian, dianalisis dengan
menggunakan uji anova untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan mean
antara kelompok A, B, dan C. Kemudian dilanjutkan dengan uji Paired T Test
untuk mengetahui perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah perlakuan pada
sampel berpasangan
HASIL PENELITIAN
Uji normalitas data sebelum dan sesudah perlakuan antar kelompok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran data semua kelompok
adalah normal, hal ini menunjukkan probability dari kelompok sebelum dan
sesudah pada kelompok horisontal, roll, dan kontrol masing-masing lebih
besar dari 0,05 (P > 0,05). (Tabel 1)
KELOMPOK
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statist
ic
df Sig.
SEBELUM HORISONTAL 0,206 8 0,200* 0,926 8 0,480
ROLL 0,182 8 0,200* 0,974 8 0,928
KONTROL 0,251 7 0,200* 0,896 7 0,308
SESUDAH HORISONTAL 0,221 8 0,200* 0,878 8 0,182
ROLL 0,208 8 0,200* 0,873 8 0,163
KONTROL 0,193 7 0,200* 0,948 7 0,711
Uji homogenitas data sebelum dan sesudah perlakuan antar kelompok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran data semua kelompok
adalah homogen, hal ini menunjukkan probability dari kelompok sebelum dan
sesudah pada kelompok horisontal, roll, dan kontrol masing-masing lebih
besar dari 0,05 (P > 0,05). (Tabel 2)
Levene Statistic df1
df2 Sig.
SEBELUM Based on Mean 0,078 2 20 0,925
SESUDAH Based on Mean 0,910 2 20 0,419
Hasil perbedaan rata-rata indeks plak sebelum perlakuan antara 2
kelompok
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata indeks plak sebelum perlakuan
pada anak tunarungu usia 6 – 11 tahun yang berjenis kelamin laki-laki antara
kelompok horisontal, roll, dan kontrol terlihat tidak adanya perbedaan yang
bermakna (P > 0,05). (Tabel 3)
KELOMPOK NINDEKS PLAK
SEBELUM PERLAKUAN PX ± SD
HORISONTAL 8 2,12 ± 1,05 0,50
ROLL 8 2,47 ± 1,01HORISONTA
L 8 2,12 ± 1,050,45
KONTROL 7 1,73 ± 0,83ROLL 8 2,47 ± 1.01
0,15KONTROL 7 1,73 ± 0,83
Hasil pengukuran indeks plak sebelum dan sesudah perlakuan
Hasil analisis statistik dengan uji paired t-test, indeks plak sebelum
dan sesudah perlakuan pada anak tunarungu dengan kelompok horisontal
menunjukkan perbedaan yang bermakna (P < 0.05), demikian juga pada
indeks plak sebelum dan sesudah perlakuan pada anak tunarungu dengan
kelompok roll menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna (P< 0,05).
Pada kelompok kontrol menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna
pada indeks plak sebelum dan sesudah perlakuan (P > 0,05). (Tabel 4)
KELOMPOK NINDEKS PLAK
PSEBELUM SESUDAHX ± SD X ± SD
HORISONTAL 8 2,12 ± 1,05 1,25 ± 0,73 0,034*ROLL 8 2,47 ± 1,01 1,25 ± 0,46 0,006*
KONTROL 7 1,74 ± 0,83 1,64 ± 0,85 0,755 * Terdapat perbedaan yang bermakna pada P < 0,05
Hasil perbedaan penurunan indeks plak antara kelompok horisontal, roll,
dan kontrol
Hasil analisis statistik dengan uji anova menunjukkan tidak terdapat
perbedaan penurunan indeks plak yang bermakna antara kelompok horisontal,
roll, dan kontrol pada anak tunarungu (P > 0,05). (Tabel 5)
KELOMPOK NSELISIH MEAN INDEKS PLAK
PX ± SD
HORISONTAL 8 0,87 ± 0,94
0,061ROLL 8 1,23 ± 0,88
KONTROL 7 0,09 ± 0,77
PEMBAHASAN
Gambaran indeks plak sebelum perlakuan pada anak tunarungu usia 6-
11 tahun di SLB B Negeri Semarang
Hasil perhitungan rata-rata indeks plak sebelum perlakuan pada tabel 3
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai P lebih
besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa populasi yang homogen,
mempunyai indeks plak awal yang sama sehingga syarat untuk dilakukan
penelitian terpenuhi. Menurut Hojo et al proses terjadinya plak gigi dimulai
dari pembentukan pellicle gigi yang melapis tipis pada permukaan email yang
dengan cepat terbentuk kembali setelah permukaan gigi dibersihkan. Pellicle
gigi ini dapat terbentuk dengan atau tanpa adanya bakteri.
Hasil pengukuran indeks plak sebelum dan sesudah perlakuan pada anak
tunarungu usia 6-11 tahun di SLB B Negeri Semarang
Hasil analisis statistik dengan uji paired t-test pada tabel 4 menunjukkan
adanya perbedaan yang bermakna antara rata-rata indeks plak sebelum dan
sesudah perlakuan baik pada metode horisontal maupun roll pada anak
tunarungu (P < 0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua metode tersebut
memiliki pengaruh dalam menghilangkan plak, namun metode menyikat gigi
roll lebih dapat menurunkan jumlah plak dibandingkan metode horisontal.
Hal ini dapat dilihat dari indeks plak metode horisontal sebelum perlakuan
adalah 2,12 dengan standar deviasi sebesar 1,05 dan indeks plak sesudah
perlakuan adalah 1,25 dengan standar deviasi sebesar 0,73 sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok metode roll yang memiliki indeks plak
sebelum perlakuan adalah 2,47 dengan standar deviasi sebesar 1,01 dan indeks
plak sesudah perlakuan adalah 1,25 dengan standar deviasi 0,46.
Hasil uji statistik ini sesuai dengan pendapat Ariningrum yang menyatakan
bahwa pada metode roll, ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah
ke apeks sehingga sebagian bulu sikat menekan gingiva dan digerakkan
berputar membentuk lengkungan melalui permukaan email gigi. Metode roll
adalah cara yang paling sering dianjurkan karena sederhana tetapi efisien
dalam membersihkan permukaan mahkota klinis dan gingiva dari sisa
makanan.
Perbedaan pengaruh aplikasi metode menyikat gigi horisontal dan roll
terhadap penurunan indeks plak pada anak tunarungu di SLB B Negeri
Semarang
Hasil analisis statistik dengan uji anova pada tabel 5 menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada penurunan indeks plak antara
kelompok horisontal dan roll (P > 0,05). Hasil penelitian ini berbeda dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayudia Rifki pada tahun 2010 di Medan
yang menunjukkan bahwa penurunan indeks plak pada menyikat gigi dengan
metode horisontal lebih besar dibandingkan dengan metode roll dan secara
statistik bermakna. Metode horisontal dianggap sebagai metode yang
sederhana, mudah ditiru dan dilatih pada anak.
Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan karena perbedaan subjek yang
dijadikan sampel penelitian, pada penelitian sebelumnya sampel yang diambil
berusia 8 dan 10 tahun di SDN 060880 Medan. Kemampuan motorik dan
kemampuan dalam menerima informasi antara anak normal tentunya lebih
baik dibandingkan anak tunarungu. Anak tunarungu memiliki
ketidakmampuan memusatkan perhatian bila diajak bicara, sehingga
mengalami kesulitan dalam memberikan penyuluhan dan mengajarkan cara
menyikat gigi.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan selain metode menyikat gigi dapat
berpengaruh dalam menurunkan jumlah plak, faktor usia juga sangat
berpengaruh terhadap kemampuan anak dan penyikatan gigi. Menurut
psikologi perkembangan anak, semakin meningkat umur anak semakin baik
kemampuan motoriknya dan semakin baik pula gerakan dalam penyikatan
gigi. Namun demikian, subjek penelitian ini memiliki kemampuan motorik
dibawah dari kemampuan motorik subjek penelitian pada penelitian yang
dilakukan oleh Ayudia Rifki pada tahun 2010 di Medan. Oleh karena itu
pemilihan metode menyikat gigi perlu diketahui, sesuai dengan kemampuan
motorik dan umur anak sehingga dengan pemilihan metode yang tepat hasil
penurunan jumlah plak dapat lebih optimal.
Selain faktor usia dan kemampuan pendengaran, faktor dari respon orangtua
juga dapat mempengaruhi perbedaan hasil penelitian sekarang dengan
sebelumnya. Pada orangtua kemungkinan yang terjadi adalah adanya
perubahan perilaku dari orangtua yang mewajibkan si anak untuk lebih rajin
dan lebih memperhatikan kebersihan dan kesehatan gigi karena orangtua
mengetahui bahwa si anak ikut dalam populasi sampel pengukuran indeks
plak.