Upload
trantuong
View
242
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
37
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai penelitian Survei deskriptif korelasional
yaitu melihat pada suatu kelompok dengan aspek yang diteliti adalah hubungan
antara peubah secara mendalam, mendetail dan komprehensif (Faisal 1982).
Rakhmat (2005) menerangkan bahwa penelitian yang bersifat menerangkan
bertujuan untuk menguji adanya hubungan antar berbagai peubah yang diteliti.
Peubah penelitian yang diamati terdiri dari peubah bebas, peubah antara
dan peubah tidak bebas. Peubah bebas yang diteliti yaitu indikator-indikator yang
dimiliki oleh petani, baik ciri yang melekat ataupun pengetahuan dan pengalaman.
Peubah bebas itu antara lain: karakteristik individu petani & pemandu,
karakteristik inovasi dan peubah saluran komunikasi. Peubah antara adalah
partisipasi komunikasi petani dalam SL-PTT Padi dan peubah terikat berupa
efektivitas komunikasi di dalam SL-PTT Padi.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Cikarawang, Kecamatan Bogor
Barat, Kota Bogor. Pemilihan lokasi menggunakan metode purposive sampling.
Sedangkan alasan penentuan lokasi tersebut adalah: (1) Kelurahan Cikarawang
merupakan kelompok tani relatif baru dan berdekatan dengan kota, maka dapat
diamati apakah lokasi pertanian yang berdekatan dengan kota (banyak sumber
informasi) memberi pengaruh positif atau pengaruh negatif terhadap penerimaan
petani dengan inovasi-inovasi pertanian, (2) secara metodologis, seluruh tahapan
penelitian terpenuhi dan dapat dilakukan di Kelurahan Cikarawang dan (3) secara
geografis dan ekonomis, lokasi penelitian mudah dijangkau oleh kendaraan dan
tidak membutuhkan anggaran yang besar, mengakibatkan pengamatan dapat
dilakukan secara intensif, seksama dan cepat.
Pengumpulan data primer dan pengamatan di lapangan dilakukan selama
dua bulan yaitu bulan Pebruari sampai Maret 2010. Waktu pelaksanaan penelitian
diawali dengan tahapan pra-survei, dan pengumpulan data penelitian.
38
Populasi dan Sampel Penelitian
Singarimbun dan Effendi (2006) menyatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Menurut Rakhmat
(2005), kumpulan obyek penelitian adalah populasi. Dalam penelitian ini
populasi yang ditetapkan adalah petani di Kelurahan Cikarawang, Kecamatan
Bogor Barat, Kota Bogor. Agar penelitian ini menghasilkan data yang akurat dan
obyektif, maka populasi penelitian ini ditetapkan yaitu petani yang telah menjadi
atau pernah menjadi anggota SL-PTT Padi di lokasi tersebut.
Di lokasi penelitian sebenarnya ada empat kelompok tani, yaitu: kelompok
tani Suka Makmur, Tani Maju, Tani Makmur dan kelompok tani Urip. Namun
demikian, hasil survei awal menunjukkan bahwa baru satu kelompok yang
mengikuti program SL-PTT padi, yakni kelompok tani Suka Makmur. Oleh
karena itu keseluruhan sampel (responden) dalam penelitian ini diambil dari
kelompok tersebut, dimana jumlah anggotanya hanya 30 (tiga puluh) orang.
Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung dan data sekunder diperoleh
dari deks study di perpustakaan dan instansi terkait, misalnya Dinas Pertanian
Kota Bogor.
Teknik pengumpulan data primer dengan mengunakan alat instrumentasi
yaitu kuesioner dan wawancara mendalam yang juga telah dipersiapkan secara
terstruktur. Penyusunan wawancara dalam kuesioner dilakukan secara tertutup
yaitu jawaban dari pertanyaan dalam kuesioner tersedia dalam pilihan, sedangkan
pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang tidak mencantumkan jawaban.
Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam
mengukur suatu peubah atau memanipulasinya (Kerlinger 2004). Menurut
Kerlinger, definisi operasional meletakkan arti dalam suatu konstruk dari suatu
peubah yang diamati dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-
tindakan yang perlu untuk mengukur peubah itu. Menurut Sumardjo (1999)
pengukuran peubah sangat penting dilakukan untuk memberikan kesempatan pada
39
peneliti menggunakan gejalah sosial yang diteliti dalam menyusun hipotesis,
sehingga dapat menentukan tingkat hubungan dengan peubah-peubah yang lain.
Berdasarkan definisi operasional dan pengukuran peubah dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1) Karakteristik Pemandu Lapang yaitu ciri-ciri pemandu lapang yang dapat
menggambarkan kemampuannya dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya
sebagai pemandu SL-PTT padi. Peubah ini diukur berdasarkan penilaian
petani dan hasilnya digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu: rendah,
sedang dan tinggi. Pengukuran karakteristik pemandu lapang menggunakan
tiga indikator berikut:
a) Tingkat penguasaan materi SL-PTT Padi adalah kemampuan pemandu
lapang mengatasi permasalahan yang bersifat teknis yang terjadi di lahan
garapan petani dan menjawab setiap pertanyaan yang dipertanyakan
petani kepada dirinya, selama melakukan kegiatan SL-PTT Padi.
b) Pengalaman pemandu lapang adalah lamanya waktu seorang pemandu
lapang mulai pertama kali bertugas melakukan penyuluhan pertanian
sampai penelitian ini dilakukan.
c) Kemampuan berkomunikasi adalah pendapat responden tentang
kemampuan pemandu lapang dalam melakukan komunikasi dengan petani
dalam kegiatan SL-PTT Padi.
2) Inovasi Teknologi adalah keragaan inovasi yang diajarkan di dalam SL-PTT
padi dan diukur berdasarkan penilaian petani terhadap ciri-ciri inovasi yang
dapat menggambarkan peluangnya untuk diadopsi. Ciri-ciri inovasi adalah
karakteristik perubahan dan pembaharuan yang melekat pada teknik/teknologi
yang mempengaruhi tingkat kecepatan adopsi suatu inovasi teknologi. Ciri-
ciri inovasi adopsi teknologi terdiri dari lima macam yakni: keuntungan relatif,
kesesuaian, kerumitan, kemudahan dicoba dan kemudahan diamati (Rogers
2003)
a) Keuntungan relatif
Keuntungan relatif adalah tingkat keuntungan (nilai tambah) ekonomi
penggunaan cara baru dalam paket komponen dasar dan komponen pilihan
40
dirasakan lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan cara lama.
Derajat keuntungan tersebut dapat diukur secara ekonomis tetapi faktor
prestise sosial, kenyamanan dan kepuasan juga merupakan faktor penting,
dengan mengkomparasikan keuntungan antara kedua jenis sarana produksi
tersebut. Tingkat keuntungan ini diukur dengan kategori (1) kurang
menguntungkan, (2) sama saja dan, (3). menguntungkan
b) Tingkat Kesesuaian
Tingkat kesesuaian adalah derajat dimana praktek dengan menggunakan
sarana dalam SL-PTT padi dirasakan sebagai sesuatu yang konsisten
dengan nilai–nilai yang berlaku, pengalaman-pengalaman terakhir dan
kebutuhan petani. Tingkat kesesuaian ini diukur dengan menggunakan
angka ordinal, yaitu (1) rendah, (2) sedang dan, (3) tinggi
c) Kerumitan
Tingkat kerumitan adalah tinkat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit
untuk dimengerti dan digunakan, makin rumit suatu inovasi bagi seseorang
maka akan makin lambat pengadopsiannya. Kriteria pengukuran dilakukan
berdasarkan nilai tingkat kerumitan dengan kriteria pengukuran adalah (1).
sederhana, (2) sedang dan (3) rumit.
d) Dapat Dicoba
Tingkat kemudahan untuk dicoba adalah derajat kemudahan pemanfaatan
benih, pupuk dan pestisida untuk dicoba pada keadaan sumberdaya yang
terbatas. Suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil, makin rumit suatu
inovasi makin lambat pengadopsiannya dengan kriteria pengukuran yang
digunakan adalah (1) mudah digunakan, (2) sedang dan (3) sulit
digunakan.
e) Mudah Diamati
Tingkat kemudahan adalah derajat kemudahan hasil-hasil inovasi dapat
dilihat dan disaksikan hasilnya oleh orang lain, sehingga mudah
dikomunikasikan pada lingkungan sistem sosial masyarakat. Pengukuran
dilakukan berdasarkan kriteria (1) mudah diamati, (2) Sedang dan (3) sulit
diamati.
41
3) Karakteristik Petani
Karakteristik petani adalah ciri-ciri yang melekat pada diri petani dan
ditetapkan dengan sebanyak lima karakteristik, yaitu umur petani, tingkat
pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan garapan, dan status petani yang,
masing-masing dapat diuraikan berikut ini:
a) Umur adalah lama hidup responden dihitung sejak tahun kelahiran sampai
waktu penelitian dilakukan, diukur dalam satuan tahun dengan
pembulatan keulang tahun terdekat.
b) Tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah formal yang pernah diikuti
responden sampai dengan penelitian dilakukan dalam satuan tahun.
c) Pengalaman usahatani adalah lamanya responden berusahatani padi dalam
satuan tahun, sejak mulai berusaha sampai saat penelitian ini.
d) Status petani adalah posisi petani terhadap lahan usahatani padinya, diukur
dengan menggunakan skala nominal dan dikategorikan sebagai petani (1)
pemilik, (2) penggarap dan (3) buruhtani dan penggarap
e) Luas lahan garapan adalah luas area yang digarap petani untuk berusaha
tani padi dalam satuan hektar.
4) Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi dilihat dari beberapa indikator diantaranya adalah: jenis
media waktu dan tempat pelaksanaan:
(a) Jenis media
Jenis media adalah media yang digunakan dalam SL-PTT Padi yang
terdiri dari media tercetak, elektronik dan tatap muka langsung
(brosur, majalah, buku panduan, dan praktek lapang). Tingkat kemudahan
petani dalam menerima informasi berdasarkan jenis media komunikasi
yang digunakan dalam proses komunikasi SL-PTT padi diukur
berdasarkan kategori: (1) sulit dipahami, (2) dapat dipahami, dan (3)
mudah dipahami.
(b) Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan yang dimaksudkan di sini adalah waktu dimana
proses komunikasi tersebut berlangsung. Mengingat kegiatan harian petani
42
peserta SL-PTT padi telah terjadwalkan, sehingga kegiatan yang sarat
komunikasi, seperti pertemuan, diskusi dan temu lapang juga telah
ditentukan. Kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan dimaksud
sangat mempengaruhi daya serap petani peserta terhadap permasalahan
yang dibicarakan dan atau didiskusikan. Untuk mengukur tingkat
kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut, maka dibuat
beberapa kategori, yaitu: (1) kurang sesuai, (2) sesuai, dan (3) sangat
sesuai.
c). Tempat Pelaksanaaan
Tempat pelaksanaaan adalah tempat petani peserta SL-PTT melakukan
suatu kegiatan rutin seperti pertemuan, diskusi, temu lapang dan praktek
lapang. Kesesuaian tempat pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut sangat
mempengaruhi tingkat kehadiran serta kemampuan memahami
permasalahan yang dibicarakan atau didiskusikan.
Untuk mengukur tingkat kesesuaian tempat pelaksanaan kegiatan
dimaksud, dibuat beberapa kategori, meliputi: (1) kurang sesuai, (2)
sesuai, dan (3) sangat sesuai.
5) Keefektivan Komunikasi
Keefektivan komunikasi dalam SL-PTT Padi adalah perubahan perilaku yang
terjadi pada diri seorang petani setelah menerima suatu informasi melalui
partisipasinya dalam SL-PTT Padi yang diukur dengan skala ordinal.
Pengukuran menggunakan tiga indikator perilaku mencakup perubahan
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif). dan tindakan (konatif).
a) Aspek kognitif adalah tingkat pengetahuan responden tentang teknologi
inovatif yang didiseminasikan dalam sekolah lapang SL-PTT padi sebagai
pesan. Dikategorikan dalam ukuran (1) rendah, (2) sedang, (3) tinggi.
b) Aspek afektif adalah sikap responden terhadap teknologi inovatif yang
dikomunikasikan dalam sekolah lapang SL PTT Padi, dikategorikan
dengan ukuran (1) rendah, (2) sedang, dan (3) tinggi.
c) Aspek konatif adalah tindakan responden untuk menggunakan teknologi
inovatif yang diberikan. Tindakan diukur berdasarkan dilaksanakan atau
43
tidak teknologi inovatif dalam sekolah lapang SL-PTT Padi,
dikategorikan dalam ukuran (1) rendah, (2) sedang, dan (3) tinggi .
6) Partisipasi Komunikasi petani dalam SL-PTT Padi
Partisipasi komunikasi petani dalam hal ini berkaitan dengan semua kegiatan
dimana terjadi proses komunikasi antara petani peserta SL-PTT (sebagai
penerima inovasi) dengan pihak-pihak terkait (aparat desa dan kecamatan,
pemandu lapang, penyuluh pertanian, KCD serta POPT (pengamat organisme
pengganggu tanaman). Kegiatan-kegiatan dimaksud meliputi:
a) Participatory Rural Appraisal (PRA)
Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat,
maka proses pemilihan atau perakitannya didasarkan pada hasil analisis
potensi, kendala dan peluang atau dikenal dengan PRA.
Dari hasil PRA teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya
peningkatan produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilih
teknologi yang diintroduksikan, baik dari komponen teknologi dasar
maupun pilihan. Komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen
teknologi dasar, jika hasil PRA memprioritaskan penerapan komponen
teknologi tersebut untuk pemecahan masalah utama di wilayah setempat.
Secara singkat alur perakitan komponen teknologi PTT dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 6. Bagan pelaksanaan PRA
Dalam penelitian ini, tingkat partisipasi petani dalam proses komunikasi
SL-PTT dikelompokkan dalam beberapa tingkatan, yaitu: (1) hadir pasif,
(2) hadir aktif bertanya, (3) aktif bertanya dan memberikan masukan/
saran.
PRA Identifikasi
masalah
Pemilihan
komponen
teknologi
PTT
(Rakitan
teknologi
spesifik lokasi)
44
a. Pertemuan
Pertemuan yang dilakukan dalam SL-PTT padi adalah pertemuan rutin dan
pertemuan khusus. Pertemuan rutin adalah pertemuan yang dilaksanakan
pada persiapan pelaksaann SL-PTT padi. Pertemuan segera melaksakan SL-
PTT. Pertemuan persiapan dilakukan di tingkat desa, di tingkat kecamatan,
dan pertemuan di tingkat kelompok tani, di mana pertemuan ini membahas
tentang persiapan pelaksanaan SL-PTT, yaitu di tingkat desa membahas
tentang pemilihan desa untuk dijadikan Desa penyelenggara SL-PTT padi,
pemilihan lahan 25 hektar, satu ha LL (laboratorium lapang), bahan dan alat
belajar. Pertemuan dilakukan di tingkat desa karena diperlukan dukungan
dari aparat desa dan pejabat kecamatan, pertemuan di kecamatan
mengikutsertakan Camat, KCD (kantor cabang dinas), POPT (pengamat
organisme pengganggu tanaman) dan penyuluh. Pertemuan di tingkat desa
mengikutsertakan perangkat desa, tokoh masyarakat, penyuluh pertanian,
POPT, ketua Gapoktan, ketua kelompok tani, ketua P3K, dan tokoh wanita.
Pertemuan di tingkat desa dan kecamatan dilakukan empat atau lima minggu
sebelum SL-PTT padi dimulai. Selain itu ada pula pertemuan pelaksanaan,
yang diamati adalah umur tanaman, aktivitas pengelolaan hama dan penyakit
tanaman padi dan kemungkinan terjadinya anomali iklim.
Pertemuan di tingkat kelompok tani adalah pembagian kelompok menjadi
sub kelompok yang terdiri dari 20-30 petani. Pertemuan ini dilaksanakan dua
atau tiga minggu sebelum SL-PTT padi dimulai. Selain pertemuan pada
tahap persiapan juga dilaksanakan pertemuan sebagai pelaksanaaan SL-PTT
padi. Karena pada pelaksanaan sudah melakukan proes belajar maka yang
dilakukan dalam pertemuan ini adalah melakukan PRA untuk melihat
potensi, kendala, dan peluang. Pertemuan berikutnya pada saat pengolahan
tanah, pembuatan persemaian, pemupukan, pengairan, dan pada saat
tanaman padi dalam fase anakan maksimum, promordia, bunting, berbunga,
pengisian bulir, panen, dan pascapanen. Pertemuan khusus dilakukan
apabilah terjadi sesuatu yang mendesak misalnya ada kerusakan saluran
irigasi dan adanya seranan hama pada tanaman padi. Proses belajar setiap
harinya adalah enam jam.
45
Tingkat partisipasi komunikasi petani dalam pertemuan-pertemuan
diukur berdasarkan beberapa kategori, yaitu: (1) hadir pasif, (2) hadir aktif
bertanya, dan (3) hadir aktif bertanya dan memberi saran.
b. Praktek Lapang
Praktek lapang dalam program SL-PTT padi dilaksanakan di petak
laboratorium lapang (LL) dan petak sekolah lapang (SL). Kegiatan di LL
adalah berupa percontohan dari komponen teknologi yang dianjurkan untuk
dapat diterapkan oleh petani. Semua kegiatan LL dipandu oleh pemandu
lapang. Aplikasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang mereka
peroleh di LL dilaksanakan oleh setiap petani peserta di lahan garapan
mereka masing-masing dalam lingkup area sekolah lapang (SL). Semua
anggota kelompok tani diwajibkan melakukan pengamatan terhadap
kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanamannya. Aspek yang diamati
adalah kondisi cuaca, keadaan air, populasi hama dan musuh alaminya,
tingkat kerusakan tanaman, tingkat kehijauan warna daun padi dengan
BWD, jumlah anakan, dan tinggi tanaman. Jumlah rumpun yang diamati
disarankan paling sedikit 20 rumpun. Pencatatan dimaksudkan untuk
merekam perubahan yang terjadi akibat penerapan teknologi yang sementara
diterapkan.
Tingkat partisipasi petani dalam praktek lapang diukur dengan kategori (1)
tidk melakukan, (2) melakukan tetapi tidak memahami, (3) melakukan dan
memahami.
c. Diskusi
Setiap hari petani peserta SL-PTT padi melakukan diskusi sub kelompok dan
diskusi pleno, masing-masing waktunya satu jam. Diskusi sub kelompok
adalah proses analisis terhadap hasil pengamatan lapangan dari setiap sub-
kelompok yang kemudian dipresentasikan (diplenokan) atas sub-kelompok.
Partisipasi petani dalam diskusi diukur berdasarkan kategori berikut: (1)
hadir pasif, (2) hadir aktif bertanya, (3) aktif bertanya dan membeir saran.
46
d. Temu Lapang Petani
Temu lapang petani adalah media komunikasi antara petani peserta SL-PTT
dengan aparat dari instansi terkait, petani non-SL-PTT dan masyarakat tani
pada umumnya. Kegiatan ini dilakukan untuk memperkenalkan PTT dan alih
teknologi kepada masyarakat di sekitar lokasi SL-PTT. Dalam kegiatan ini,
petani peserta SL-PTT memperkenalkan proses pelaksanaan SL-PTT, hasil
kajian, analisis agroekosistem, organisasi kelompok taninya dan
mengupayakan terjadinya diskusi dilapangan.
Tingkat partisipasi komunikasi petani dalam kegiatan ini diukur berdasarkan
beberapa kategori, yaitu: (1) hadir pasif, (2) hadir aktif bertanya, dan (3)
hadir aktif bertanya dan memberi penjelasan dan pemahaman.
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur (Singarimbun & Effendi 2006). Cara yang digunakan untuk
menguji validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
validitas konstrak, yaitu menyusun tolok ukur operasional dari suatu kerangka
konsep dan teori. Materi kuesioner disesuaikan dengan konsep dan teori yang
dikemukakan oleh para ahli, selain itu melakukan konsultasi intensif dengan
berbagai narasumber yang dinilai menguasai materi yang ada dalam kuesioner
tersebut. Titik berat dari uji validitas adalah validitas isi, yang dapat ditentukan
berdasarkan: (1) apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang telah
diukur tersebut, (2) apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan
konsep yang digunakan ( Kerlinger 2004).
Singarimbun dan Effendi (2006) menyatakan bahwa agar kuesioner
memiliki uji validitas yang tinggi, maka daftar pertanyaan harus disusun dengan
cara: (1) mendefinisikan secara operasional berbagai konsep yang diukur, telah
ditulis oleh para ahli dan literatur, (2) melakukan uji coba alat pengukur atau
kuesioner tersebut pada sejumlah responden, (3) mempersiapkan tabel tabulasi
jawaban dan (4) menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan
skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi (product moment Pearson).
47
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat dipakai dua kali
untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran diperoleh relatif
konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel (Singarimbun & Effendi 2006).
Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel alat pengukur. Sebaliknya
makin besar kesalahan pengukuran, makin tidak reliabel alat pengukur tersebut.
Besar kecilnya suatu pengukuran dapat diketahui dari indeks korelasi antara hasil
pengukuran pertama dan hasil pengukuran yang kedua.
Arikunto (1998) menyatakan bahwa reliabilitas instrumen menunjukkan
tingkat keterpercayaan suatu alat mengumpulkan data karena instrumen tersebut
sudah baik. Suatu instrumen dikatakan baik, apabila instrumen tersebut tidak akan
bersifat tendensius, dan tidak mengarahkan responden untuk memilih jawaban-
jawaban tertentu. Untuk mencapai reliabilitas alat ukur yang maksimal dilakukan
penyempurnaan instrumen melalui pengujian terhadap 30 responden dengan
menggunakan rumus split-half reliability test atau uji reliabilitas teknik belah dua,
yakni dengan membagi butir pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner tersebut
menjadi dua belahan. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus sebagai berikut:
nndimana :
R.tot adalah angka koefisien reliabilitas keseluruhan item
r.tt adalah angka korelasi belahan pertama dan belahan ke dua
Berdasarkan hasil analisis terhadap instrument yang digunakan dengan
menggunakan SPSS 16 terhadap seluruh instrument, dapat di simpulkan bahwa
sebagian besar item instrument valid karena memiliki nilai total corrected item
lebih besar dari rtabel (0.632). Instrument yang memiliki nilai validitas yang
rendah dilakukan berbaikan terhadap redaksional dan konten dari instrument
tersebut. Uji realibilitas terhadap insrument yang digunakan menunjukan bahwa
semua item instrument memiliki koefisien alpha dari Cronbach yang tinggi. Dari
R tot = 2(r.tt)/1+r.tt
48
hasil analisis terhadap instrument ini maka dapat disimpulkan kuesioner ini
reliable atau layak untuk digunakan dalam penelitian. Hasil uji dari reliabilitas
terhadap kuesioner adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Koefisien Cronbach alhpa hasil uji coba kuesioner
Peubah Penelitian Koefisien Cronbach
Alfa
Penguasaan Materi 0,842
Pengalaman 0,902
Kemampuan Berkomunikasi 0,925
Keuntungan Relatif 0,944
Kesesuaian 0,890
Kerumitan 0,909
Dapat Dicoba 0,845
Dapat Diamati 0,966
Waktu Pelaksanaan 0,893
Tempat Pelaksanaan 0,861
Jenis Media 0,950
Partisipasi 0,951
Kognitif 0,943
Afektif 0,940
Konatif 0,943
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data penelitian adalah bertujuan menjawab masalah dan menguji
hipotesis yang telah dirumuskan, dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
sebagai berikut:
1) Mendeskripsikan peubah (sebagian besar karakteristik internal dan eksternal)
dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan sebaran nilai responden
dengan menggunakan sebaran normal.
2) Untuk mendeskripsikan sebagian karakteristik internal, karakteristik eksternal,
sikap dan tingkat partisipasi responden terhadap penerimaan kelompok dalam
kegiatan SL-PTT Padi: (Oppenheim 1992), ini dikategorikan: (a). rendah, (b).
sedang, (c). tinggi.
Data yang terkumpul ditabulasikan dengan distribusi frekuensi dan analisis
secara deskriptif. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antar peubah dilakukan
49
analisis inferensial, berupa analisis hubungan dengan koefisien korelasi τ - Kendal
.
Keterangan:
τ = Koefisien korelasi Tau Kendal yang besarnya (-1 < 0 < 1)
A = Jumlah rangking atas
B = Jumlah rangking bawah
N = Jumlah sampel
∑A - ∑B
τ =
N (N-1)
2