Metode Produksi, Panen, Dan Pasca Panen

Embed Size (px)

Citation preview

Produksi, Panen, dan Pasca PanenBPTOAhttp://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/08/06/teh-celup-rasa-jahe/

The Quality Cycle Quality: degree of excelence, relative nature or kind or character. Quality attributes: sight, taste, smell, texture.

Quality

Production

Postharvest

MarketingSumber: Joyce D, 2001. Crop Management and Postharvest Handling of Horticultural Products. Science Publishers, Inc., Plymouth.

Panen Salah satu rangkaian dalam proses budidaya tanaman obat. Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi merupakan awal dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran. Periode kritis yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Setiap tanaman memiliki waktu dan cara panen yang berbeda-beda.

Pada dasarnya yang dituju pada perlakuan panen adalah: mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat, dengan kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang rendah .

Waktu yang tepat untuk pemanenan1. Biji Panen tidak bisa dilakukan secara serentak karena perbedaan waktu pematangan dari buah atau polong yang berbeda. Pemanenan biji dilakukan pada saat biji telah masak fisiologis. Fase ini ditandai dengan sudah maksimalnya pertumbuhan buah atau polong dan biji yang di dalamnya telah terbentuk dengan sempurna. Kulit buah atau polong mengalami perubahan warna misalnya kulit polong yang semula warna hijau kini berubah menjadi agak kekuningan dan mulai mengering.

2. Buah Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara memetik. Pemanenan sebelum masak fisiologis akan menghasilkan buah dengan kualitas yang rendah dan kuantitasnya berkurang. Buah yang dipanen pada saat masih muda, seperti buah mengkudu, jeruk nipis, jambu biji dan buah ceplukan akan memiliki rasa yang tidak enak dan aromanya kurang sedap. Begitu pula halnya dengan pemanenan yang terlambat akan menyebabkan penurunan kualitas karena akan terjadi perombakan bahan aktif yang terdapat di dalamnya menjadi zat lain. Selain itu tekstur buah menjadi lembek dan buah menjadi lebih cepat busuk.

3. Daun Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis dan dilakukan dengan memangkas tanaman. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau yang bersih atau gunting stek. Pemanenan yang terlalu cepat menyebabkan hasil produksi yang diperoleh rendah dan kandungan bahan bahan aktifnya juga rendah, seperti tanaman jati belanda dapat dipanen pada umur 1 - 1,5 tahun, jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4 bulan dan lidah buaya pada umur 12 - 18 bulan setelah tanam. Pemanenan yang terlambat menyebabkan daun mengalami penuaan (senescence) sehingga mutunya rendah karena bahan aktifnya sudah terdegradasi. Pada beberapa tanaman pemanenan yang terlambat akan mempersulit proses panen.

4. Rimpang Pmanenan bervariasi tergantung penggunaan. Pada umumnya, pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 8 - 10 bulan. Seperti rimpang jahe, untuk kebutuhan ekspor dalam bentuk segar, jahe dipanen pada umur 8 - 9 bulan setelah tanam. Sedangkan untuk bibit 10 - 12 bulan. Selanjutnya untuk keperluan pembuatan jahe asinan, jahe awetan dan permen, dipanen pada umur 4 - 6 bulan karena pada umur tersebut serat dan pati belum terlalu tinggi. Sebagai bahan obat, rimpang dipanen setelah tua yaitu umur 9 - 12 bulan setelah tanam. Untuk temulawak, pemanenan rimpang dilakukan setelah tanaman berumur 10 - 12 bulan. Temulawak yang dipanen pada umur tersebut menghasilkan kadar minyak atsiri dan kurkumin yang tinggi. Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal musim hujan dan dipanen pada pertengahan musim kemarau. Saat panen yang tepat ditandai dengan mulai mengeringnya bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah (daun dan batang semu), misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan kencur.

5. Bunga Bunga digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik dalam bentuk segar maupun kering. Bunga yang digunakan dalam bentuk segar, pemanenan dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah pertumbuhannya maksimal. Bunga dalam bentuk kering, pemanenan dilakukan pada saat bunga sedang mekar. Seperti bunga piretrum (Chrysantemum cinerariaefolium), bunga yang dipanen dalam keadaan masih kuncup menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang sudah mekar.

6. Kayu Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder secara maksimal. Umur panen tanaman berbeda-beda tergantung jenis tanaman dan kecepatan pembentukan metabolit sekundernya. Tanaman secang (Caesalpinia sappan) baru dapat dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun, karena apabila dipanen terlalu muda kandungan zat aktifnya seperti tanin dan sappan masih relatif sedikit.

7. Herba Pada beberapa tanaman semusim, waktu panen yang tepat adalah pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman sudah maksimal dan akan memasuki fase generatif atau dengan kata lain pemanenan dilakukan sebelum tanaman berbunga. Pemanenan yang dilakukan terlalu awal mengakibatkan produksi tanaman yang kita dapatkan rendah dan kandungan bahan aktifnya juga rendah. Sedangkan jika pemanenan terlambat akan menghasilkan mutu rendah karena jumlah daun berkurang, dan batang tanaman sudah berkayu. Contohnya tanaman sambiloto sebaiknya dipanen pada umur 3 - 4 bulan, pegagan pada umur 2 - 3 bulan setelah tanam, meniran pada umur kurang lebih 3,5 bulan atau sebelum berbunga dan tanaman ceplukan dipanen setelah umur 1 - 1,5 bulan atau segera setelah timbul kuncup bunga.

Penanganan segera setelah panenTujuan: menghindari kerusakan. 1. Pengeringan (drying): mengurangi kadar air, agar biji dapat disimpan lama. 2. Pendinginan pendahuluan (precooling): mengurangi penguapan, kesegaran buah lebih lama. 3. Pemulihan (curing): untuk ubi, umbi, dan rizom. Misalnya, menjemur selama 1 2 jam sampai tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, lalu segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan kering. 4. Pengikatan (bunching): memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan. 5. Pencucian (washing): membersihkan dari kotoran (tanah) dan memberi kesegaran, mencuci dari residu pestisida & hama penyakit, hanya untuk beberapa jenis tanaman. 6. Pembersihan (cleaning, trimming): mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar yang tidak dikehendaki. 7. Sortasi: pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak menular pada yang sehat.

Postharvest (Pasca panen)Postharvest system: a set of operations and functions between production and consumption of agricultural and horticultural commodities which are carried out by different actors in order to achieve an effective and efficient food supply. berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Sistem pasca panen: Meliputi teknologi dan finansial dari mulai panen sampai jatuh ke tangan konsumen. Prinsip: produktivitas, efisiensi, dan fleksibilitas Mengurangi transaksi biaya dari mulai produksi hingga tujuan akhir.

Postharvest Chain: Potato Produser: memanen, menggolongkan, dan mengemas hasil panen. Material untuk mengemas hasil panen diantarkan oleh agen di pedesaan. Agen pedagang perantara di pedesaan: mengorganisir petani agar menyiapkan hasil panennya, menggolongkannya, dan mengemasnya, sesuai permintaan pasar. Melalui truk: dagangan dibawa ke pasar utama di kota. Proses industri: mengolah dan memproduksi kentang menjadi keripik atau makanan ringan lain. Produksi makanan kecil tergantung dari permintaan pembeli, terutama supermarket, restoran, dan hotel di kota-kota besar. Industri lokal akan tersaingi oleh produk impor, karena kemasan yang lebih menarik dan harga yang kompetitif. Pabrik keripik kentang akan membangun jaringan langsung dengan pertanian kentang agar pasokan kentang berjalan secara reguler dengan kualitas yang terjamin (diperkuat dengan kontrak). Sistem penjualan yang lebih canggih dibangun di pedesaan: untuk menstimulasi produksi kentang.

Kendala dalam Pasca panen1. Teknis Kurangnya teknologi untuk menjalankan sistem operasional pasca panen. Terlalu tingginya biaya operasional. Kurang baiknya infrastruktur dan adanya hambatan dalam membuat kontrak dengan pihak konsumen.

2. Finansial dan ekonomi

3. Institusional

Panen dan Pasca panen Jeruk (Citrus spp.) Penentu kualitas jeruk: aroma, rasa, keasaman, kandungan air/sarinya, dan kandungan serat. Prosedur pengemasan dalam paska panen: 1. Pengantaran dan penyortiran Setelah panen, jeruk diantar ke tempat pengemasan jeruk. Pengemasan dengan mesin-mesin canggih. Penyortiran menggunakan tangan (tenaga skill). Buah dicuci dengan mesin pencuci dan penyikat menggunakan deterjen. Melak jeruk menggunakan resin: mengurangi kehilangan air, membuat buah mengkilap. Melak dilengkapi dengan pemberian antifungi.

2. Pencucian, lak (waxing), dan perlakuan antifungi

3. Pengaturan ukuran dan pengemasan Menyortir buah berdasarkan diameter, berat, dan warna, serta jenis jeruk (menggunakan mesin). Pengemasan dapat dilakukan manual atau dengan menggunakan mesin.

Penyakit pada Jeruk Puncaknya terjadi pada saat pasca panen. Penyebab: fungi patogen, parasit yang masuk melalui luka/potongan saat buah dipanen, diproses atau disimpan. Penyebab utama: Penicillium digitatum penyebab busuk kapang hijau (green mould rot), Botrytis cinerea penyebab busuk kapang abu (grey mould), dan beberapa jenis Phytophthora penyebab busuk pangkal (brown rot).

Citrus Packinghouse

http://www.freshplaza.com/news_detail.asp?id=58115

Penyakit paska panen jerukBusuk kapang hijau Busuk pangkal

http://visualsunlimited.photoshelter.com/image/I0000POig3F0g eU8

http://visualsunlimited.photoshelter.com/gallery-image/PlantDisease/G0000ovKVkL5lP8M/I0000DRnhFRw.aSk

Panen dan Paska panen Jahe Panen untuk konsumsi: 6 10 bulan Panen untuk benih: 10 12 bulan Cara memanen: membongkar seluruh rimpang menggunakan garpu, cangkul, dan membersihkan tanah yang menempel. Varietas jahe permintaan pasar: jahe putih besar, jahe putih, dan jahe merah. Kandungan pada jahe: minyak atsiri, oleoresin. Mutu jahe: memenuhi standar Materia Medika Indonesia (MMI).

Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikategorikan sebagai berikut: Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulitnya tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang; Mutu II : bobot 150 - 249 g/rimpang, kulitnya tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang; Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3%, kapang maksimum 10%

http://www.her bs.pukkaherbs. com/?137

http://kasihdananugrah.blogspo t.com/2010/08/panenjahe.html http://w ww.diffe rentkindsofplants.c om/gro winggin ger.html

http://a plim123 .multiply .com/jo urnal

http://www.freshplaza.com/news_detail.asp?id=55794

Materi UAS Ekspedisi TOA (Balittro, TNGP, Kebun Raya Cibodas, metode, jenis-jenis tumbuhan yang dipresentasikan). Pengenalan bahan aktif/metabolit sekunder tanaman obat. Perlindungan tanaman. Produksi, panen, dan pasca panen tanaman obat.