Upload
dalrino
View
111
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Metodologi Studi Alur Pelayaran
Citation preview
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-1
BAB 5
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
5.1. Pola Pikir
Penyelenggaraan kegiatan kenavigasian dimaksudkan untuk mendorong kemajuan
kegiatan perekonomian, menjamin keamanan dan keselamatan pelayaran, serta
menandai batas wilayah negara. Kenavigasian meliputi sarana dan pra -sarana yang
menyangkut hal-hal sebagai berikut:
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
Telekomunikasi-Pelayaran
Alur dan Perlintasan
Pemanduan
Hidrografi dan meteorologi
Penanganan kerangka kapal
Penyelenggaraan kegiatan kenavigasian dilaksanakan dengan berorientasi kepada
kemajuan teknologi yang mutakhir dalam hal sarana dan pra-sarananya serta kondisi
geografis dan perairan di sekitar Distrik Navigasi yang akan dikembangkan, dalam
hal ini Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin.
Untuk melaksanakan pekerjaan Studi Pemetaan Alur dan Penetapannya sehingga
menghasilkan keluaran sebagaimana yang ditentukan dalam Kerangka Acuan Kerja,
pola pikir dalam melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur peraturan, kebijakan, konvensi internasional, perkembangan
teknologi, dan perkembangan lingkungan strategis yang terkait
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-2
2. Pengumpulan data kondisi sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi
pelayaran, fasilitas pendukung untuk bantuan navigasi, organisasi, dan SDM
3. Pengumpulan informasi batas – batas daerah survei, metode pelaksanaan di
lapangan dan penentuan titik survey.
4. Melakukan survei lapangan berupa survei batimetri, survei pasang surut,
pengukuran arus, dan pengambilan contoh sedimen.
5. Melakukan analisis dan proyeksi lalu lintas angkutan laut dan kepelabuhanan
di sekitar wilayah Distrik Navigasi
6. Melakukan analisis kebutuhan pengembangan sistem kenavigasian
7. Penggambaran peta alur pelayaran beserta penandaan SBNP.
5.2. Program Kerja
Tahapan pelaksanaan kegiatan Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan Penetapannya
untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan dalam maksud dan tujuan
dilaksanakan kegiatan ini.Tahapan kegiatan tersebut disusun berdasarkan pola pikir
yang diuraikan pada Gambar 5.1. Kegiatan dilaksanakan dalam 4 (empat) tahap,
yaitu tahap pendahuluan, tahap pengumpulan data, tahap analisis dan usulan, dan
tahap finalisasi.
a. Tahapan Pendahuluan
Tahap pendahuluan merupakan tahap persiapan kegiatan, yang terdiri dari beberapa
kegiatan seperti berikut:
a. Administrasi kegiatan, yaitu menyusun jadwal rencana pelaksanaan kegiatan,
mempersiapkan form survei dan surat yang diperlukan untuk pengumpulan
data primer dan sekunder.
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-3
b. Mobilisasi personil untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang
keahlian yang dimilikinya dan hirarki dalam susunan organisasi pelaksanaan
pekerjaan.
c. Pemantapan metodologi, dilakukan untuk menyempurnakan metodologi yang
telah disusun sebelumnya dengan melibatkan semua anggota pelaksana
pekerjaan dan nara sumber yang kompeten.
d. Pengumpulan referensi awal untuk mendapatkan gambaran regulasi dan
kebijakan yang terkait dengan kenavigasian serta berbagai studi yang telah
dilakukan terkait dengan Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan Pemetaannya.
e. Penyiapan pengumpulan data, yang dilakukan dengan menyusun data -data
yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan ini, baik data primer maupun
data sekunder sehingga pelaksanaan survei menjadi efisien dan efektif.
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan Penetapannya
Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-4
Gambar 5. 1 Pola Pikir Pelaksanaan kegiatan Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan Penetapannya
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-5
b. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan sebagai dasar untuk melakukan
analisis kondisi eksisting.Pengumpulan data dilakukan dengan survei lapangan dan
institusional untuk memperolehnya. Adapun data yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut:
a. Data primer
Kondisi peralatan SBNP
Sistem dan kondisi peralatan telekomunikasi pelayaran
Organisasi penyelenggaraan pelayanan kenavigasian
SDM yang mengoperasikan dan memelihara SBNP dan telekomunikasi
pelayaran
Kondisi kontur dasar laut, arus, pasang surut, dan tanah
b. Data sekunder
Laporan tahunan Direktorat Kenavigasian
Data SBNP di Banjarmasin sampai dengan 2011
Data telekomunikasi pelayaran di Banjarmasin sampai dengan 2011
Data lokasi kecelakaan kapal di perairan Distrik Navigasi Banjarmasin
Data lalu lintas angkutan laut
c. Tahap Analisis dan Usulan
Analisis data kondisi eksisting untuk mendapatkan gambaran kesesuaian sistem dan
peralatan kenavigasian dengan perencaan, perkembangan teknologi, dan peraturan
perundangan terkait.
Proyeksi data dilakukan untuk memprediksi perkembangan kondisi transportasi laut
sebagai dasar melakukan perencanaan pengembangan sistem kenavigasian dan
keselamatan pelayaran pada masa mendatang.
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-6
d. Tahap Finalisasi
Tahap finalisasi dilakukan dengan menyusun usulan peta alur pelayaran beserta
penandaannya SBNP pada alur pelayaran di Wilayah Kerja Distrik Navigasi Kelas II
Banjarmasin
e. Penyusunan Laporan
Laporan yang diberikan pihak konsultan kepada pemberi tugas akan disampaikan
dalam beberapa tahap sesuai yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja sebagai
berikut.
1) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan hasil kegiatan disampaikan setelah satu bulan
dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK).Laporan Pendahuluan merupakan
hasil kegiatan tahap pendahuluan atau persiapan, yang berisi tentang latar
belakang, maksud dan tujuan, sasaran kegiatan, lingkup kegiatan, metodologi,
kajian awal, dan rencana kerja.
2) Laporan Fakta dan Analisa
Laporan Fakta dan Analisa merupakan laporan kegiatan pada tahap
pengumpulan data dimana hasil kegiatan disampaikan setelah dua bulan
dikeluarkannya SPK. Laporan Antara berisi tentang latar belakang, tujuan dan
sasaran kegiatan, lingkup kegiatan, metodologi, dan hasil pengumpulan data
primer dan sekunder, yaitu data kondisi alur pelayaran, data hasil survei
berikut analisisnya, lalu lintas angkutan laut, kondisi SBNP, telekomunikasi
pelayaran yang ada, fasilitas pendukung untuk bantuan navigasi, SDM yang
mengoperasikan dan memelihara SBNP dan telekomunikasi pelayaran serta
bentuk organisasinya.
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-7
3) Laporan Draft Akhir
Laporan Draft Akhir disampaikan setelah tiga dikeluarkannya SPK. Laporan
Draft Akhir merupakan laporan hasil kegiatan tahap analisis dan ususlan yang
berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran kegiatan, lingkup kegiatan,
metodologi, analisis dan prediksi, usulan rencana pengembangan SBNP dan
telekomunikasi pelayaran, fasilitas pendukung untuk bantuan na vigasi,
perkiraan kebutuhan SDM untuk pengoperasian dan pemeliharaan SBNP dan
telekomunikasi pelayaran serta bentuk organisasinya.
4) Laporan Akhir
Laporan Akhir disampaikan setelah empat dikeluarkannya SPK. Laporan
Akhir berisi perbaikan dan penyempurnaan dari Laporan Draft Akhir.
5) Laporan Ringkas
Laporan Ringkas disampaikan setelah empat bulan dikeluarkannya
SPK.Laporan Akhir berisi ringkasan dari semua materi laporan.
5.3. Pendekatan Teknis dan Metodologi
5.3.1. Survei Batimetri
Survei batimetri atau pemeruman (sounding) adalah kegiatan pengukuran kedalaman
yang bertujuan untuk memperoleh gambaran permukaan dasar laut ( seabed surface).
Survei dilakukan dengan alat echosounder dan penentuan posisinya menggunakan
GPS geodetik, sehingga survei dapat dilakukan dengan mudah walau lokasi yang
disurvei meliputi cukup jauh dari garis pantai. Hasil dari survei batimetri ini diolah
sehingga diperoleh peta kawasan yang telah dikaji. Adapun metode pelaksanaan
survei batimetri ini digambarkan dalam uraian berikut ini :
(1) Penentuan Titik Referensi (Bench Mark)
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-8
Titik referensi biasanya direalisasikan dalam bentuk patok atau tugu yang dibuat
secara permanen yang disebut Bench Mark (BM). BM berfungsi untuk mengikat posisi
titik perum relatif terhadap posisi BM di darat yang sudah diketahui koordinatnya.
Titik referensi ini dapat berupa BM eksisting atau membuat BM baru yang diikatkan
terhadap titik Jaring Kerangka Horizontal Nasional yang dibuat Bakosurtanal. BM
dipasang dekat dengan area survey dan diletakkan pada tempat yang strategis,
mudah dilihat, relatif aman dari aktifitas manusia/pekerjaan sehingga diperkirakan
tidak akan terganggu. BM yang dibuat memiliki ukuran 30 cm x 30 cm x 1 m (masuk
ke dalam tanah 70 cm), dengan contoh seperti pada Gambar 5.3.
Gambar 5. 2 Contoh Bench Mark.
(2) Instalasi Alat
Peralatan survei yang diperlukan pada pengukuran batimetri adalah :
i. Echo Sounder ODOM Hydrotrac. Alat ini merupakan echosounder tipe single beam
yang dilengkapi dengan echogram atau hard copy berupa kertas yang
Jenis Alat Merk/Tipe
Echo Sounder ODOM Hydrotrac
GPS Geodetik Trimble 4800 dan 5700/R7
Notebook Acer Aspire One
Software Navigasi HydroPro
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-9
menggambarkan profil kedalaman hasil survei, yang merupakan spesifikasi alat
standar IHO. Gambar alat ini disajikan pada Gambar 5.4.
ii. GPS Geodetik Trimble 4800 dan 5700/R7 . Alat ini merupakan tipe GPS geodetik
dual frequency yang digunakan untuk pengikatan titik BM di darat (base) dan
penentuan posisi kapal di laut (rover). Gambar alat ini disajikan pada Gambar 5.5.
iii.Notebook. Satu unit portable computer diperlukan untuk navigasi kapal dan tempat
penyimpanan data dari software navigasi yang digunakan.
iv.Software HydroPro Navigation System. Software ini adalah sistem navigasi yang
terintegrasi dengan alat echosounder dan GPS untuk memberikan arah perjalanan
kapal agar sesuai dengan jalur yang telah direncanakan. Gambar tampilan
software ini disajikan pada Gambar 5.6.
v. Perahu. Perahu digunakan untuk membawa surveyor dan alat-alat pengukuran
menyusuri jalur-jalur sounding yang telah ditentukan. Dalam operasinya, perahu
tersebut harus memiliki beberapa kriteria, antara lain:
Perahu harus cukup luas dan nyaman untuk para surveyor dalam melakukan
kegiatan pengukuran dan downloading data dari alat ke komputer, dan lebih
baik tertutup dan bebas dari getaran mesin.
Perahu harus stabil dan mudah bermanuver pada kecepatan rendah.
Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur sounding.
Gambar contoh penempatan alat pada perahu disajikan pada Gambar 5.7.
vi.Peralatan keselamatan. Peralatan keselamatan yang diperlukan selama kegiatan
survei dilakukan antara lain life jacket.
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-10
Gambar 5. 3 Alat Echosounder ODOM Hydrotrac (kiri) dan transducernya (kanan).
Gambar 5. 4 Alat GPS geodetik Trimble 4800 untuk base di darat (kiri) dan Trimble 5700/R7 untuk
rover di kapal (kanan).
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-11
Gambar 5. 5 Contoh tampilan software Hydro Pro.
Gambar 5. 6 Penempatan Alat di Perahu.
Alat-alat tersebut kemudian di pasang di kapal/perahu, dimana transducer dan
antenna GPS dipasang pada satu garis atau satu tiang yang sama. Setelah itu
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-12
dilakukan kalibrasi kedalaman atau pengukuran barcheck untuk memperoleh draft
teliti atau kedalaman alat transducer yang masuk kedalam air, yang diukur dari
permukaan air seperti kegiatan yang ditunjukkan pada Gambar 5.8. Nilai dari draft
transducer tersebut kemudian dimasukan sebagai input data pada alat echosounder
sebelum dilakukan pengukuran bathymetri.
b
Gambar 5.8.
Gambar 5. 7 Instalasi alat transducer dan antenna GPS (kiri) dan kalibrasi draft transducer atau
pengukuran barcheck (kanan).
(3) Penentuan Jalur Sounding
Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan sounding dari titik
awal sampai ke titik akhir dari kawasan survei. Jarak antar jalur sounding tergantung
pada resolusi ketelitian yang diinginkan. Untuk pekerjaan ini jalur utama dibuat
dengan interval 100 m dan 50 m untuk lokasi tertentu (misal terdapat terumbu
karang). Selain itu dilakukan pengukuran jalur silang dengan perbandingan 10 x
jalur utama. Untuk tiap jalur sounding dilakukan pengambilan data kedalaman
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-13
perairan setiap jarak 20 m. Jalur sounding dibuat tegak lurus dengan garis
pantai seperti dapat dilihat pada Gambar 5.9.
Gambar 5. 9
Gambar 5. 8 Pergerakan perahu dalam menyusuri jalur sounding
(4) Pengukuran Kedalaman
Pengukuran kedalaman adalah tahapan yang paling utama dalam kegiatan
pemeruman. Metode yang umum digunakan dalam kegiatan pengukuran kedalaman
adalah metode akustik dengan memanfaatkan gelombang suara, sehingga biasa
disebut dengan istilah sounding. Alat yang digunakan adalah alat perum gema yang
disebut echosounder, yang memiliki transducer pengirim dan penerima gelombang.
Transducer tersebut akan menghitung selang waktu antara gelombang dipancarkan
dan diterima kembali, sehingga kedalaman laut (hasil ukuran) pada tempat yang
diperum dapat ditentukan. Ilustrasi tampilan hasil pengukuran kedalaman, yang
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-14
secara otomatis tersimpan pada software Trimble Hydro Pro. Adapun rumus
perhitungan kedalaman seperti persamaan dibawah ini :
)(2
1 tvdu
du
v
∆t
=
=
=
kedalaman laut yang terukur pada saat pengukuran
kecepatan gelombang akustik pada medium air
selang waktu antara saat gelombang suara dipancarkan dengan
penerimaan kembali gelombang pantulnya
(5) Penentuan Posisi Perum
Penentuan posisi perum harus dilakukan secara bersamaan dengan pengukuran
kedalaman, sehingga kedalaman yang diukur berada tepat pada posisi sebenarnya.
Metode penentuan posisi perum yang akan digunakan adalah metode Differential
GPS (DGPS). Prinsip kerja DGPS adalah melakukan koreksi koordinat pada titik-titik
perum GPS rover yang berada di kapal dari titik kontrol GPS base yang berada di
darat.
Akurasi posisi tergantung pada kondisi atmosfer pada saat pengamatan, kualitas
koordinat stasiun referensi yang disediakan, lokasi antena sistem dan jumlah satelit
yang diamati / tersedia ketika pelaksanaan survei. Dengan spesifikasi alat yang
digunakan, ketelitian yang dapat diperoleh yaitu hingga fraksi desimeter. Data GPS
yang terkoreksi secara differential dari sistem DGPS secara otomatis tersimpan pada
software Hydro Pro. Interval jarak antar titik-titik perum disesuaikan dengan jarak
antar jalur atau sudah ditentukan yaitu 20 meter. Ilustrasi penentuan posisi (fix) titik -
titik perum seperti pada Gambar 5.10.
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-15
Gambar 5.10.
Gambar 5. 9 Ilustrasi penentuan posisi (fix) titik-titik perum yang ditentukan secara bersamaan
dengan pengukuran kedalamannya.
5.3.2. Survei Hidro-Oseanografi
(1) Survei Pasang Surut
Pasut laut (ocean tide) didefinisikan sebagai fenomena naik dan turunnya permukaan
air laut yang terjadi secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda -
benda langit terutama bulan dan matahari. Pengamatan pasut laut bertujuan untuk
memperoleh model tinggi muka air laut yang mewakili lokasi survei dan sekitarnya,
dengan cara mengambil sampel data tinggi muka air laut dengan periode waktu
tertentu atau minimal 15 hari. Selain itu pengamatan pasang surut juga dilakukan
untuk digunakan dalam koreksi kedalaman hasil pengukuran batimetri.
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-16
Pengamatan pasut yang paling sederhana dilakukan menggunakan rambu ukur yang
biasa disebut palem (peilschaal), dengan interval waktu pengamatan minimal setiap
jam. Pemilihan lokasi pemasangan peilschaal dikondisikan sedemikian rupa yang
secara teknis memenuhi syarat, dimana posisi nol palem dalam kondisi selalu
terendam, sehingga bacaan peil scaal masih dapat diamati bahkan pada saat surut
paling rendah sekalipun.
Hasil pengamatan pada papan peilschaal dicatat pada formulir pencatatan elevasi air
pasang surut yang telah disediakan. Kemudian peilschaal diikatkan (levelling) ke patok
BM seperti Gambar 5.11, dengan menggunakan alat waterpass. Sehingga elevasi BM
dan kedalaman hasil batimetri mempunyai datum (bidang referensi) yang sama.
Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2
Dimana: T.P = tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal.
BT.1 = bacaan benang tengah di patok.
BT.2 = bacaan benang tengah di peilschaal.
Gambar 5. 10 Pengikatan peilschaal
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-17
(2) Pengukuran Arus
Tujuan pengukuran arus adalah untuk mendapatkan besaran kecepatan dan arah
arus yang akan berguna dalam penentuan sifat dinamika perairan lokal. Metoda
pelaksanaan pengukuran ini dijelaskan sebagai berikut:
i. Pengukuran arus dilakukan pada beberapa lokasi dimana arus mempunyai
pengaruh penting. Penempatan titik pengamatan ini disesuaikan dengan kondisi
oseanografi lokal dan ditentukan dari hasil studi pengamatan/survei
pendahuluan (reconnaissance survey). Pengukuran yang dilakukan adalah
pengukuran distribusi kecepatan, dalam hal ini pengukuran dilakukan di
beberapa kedalaman dalam satu penampang.
ii. Pengamatan kecepatan arus dilakukan pada kedalaman 0.2d, 0.6d, 0.8d seperti
yang ditampilkan pada Gambar 5.11.
iii.Pengukuran arus dilakukan pada 2 saat, yaitu pada saat pasang tertinggi (spring
tide) dan surut terendah (neap tide). Lama pengukuran masing-masing selama 24
jam dengan interval waktu tertentu, yaitu dari saat surut sampai dengan saat surut
berikutnya atau pada saat pasang ke saat pasang berikutnya atau disebut 1 siklus
pasang surut.
iv.Di samping mengetahui besar arus, arah arus juga diamati.
v. Alat yang digunakan dalam pengukuran arus adalah Current Meter OTT C31,
seperti pada Gambar 5.12.
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-18
Gambar 5. 11 Pengukuran Arus yang Dilakukan Pada Tiga Kedalaman Laut
Gambar 5. 13
Gambar 5. 12 Contoh alat Current Meter OTT C31
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-19
(3) Pengambilan Sampel Sedimen Dasar (Grab Sampling)
Pengambilan sampel sedimen dasar bertujuan untuk mengetahui tingkat sedimentasi
dari perairan disekitar lokasi yang disurvei. Sampel sedimen dasar diambil dari dasar
perairan dengan menggunakan alat grab sampler. Grab Sampler diturunkan dengan
kondisi yang “mulut” terbuka dengan mengulurkan tali sampai membentur tanah
dasar laut. Saat tali ditarik kembali, secara otomatis mulut grabber akan menggaruk
material di bawahnya hingga tertutup. Dengan demikian grabber yang telah memuat
material dasar dapat ditarik ke atas. Sampel kemudian ditampung dalam plastik dan
ditandai sesuai dengan lokasi pengambilan sampel. Di laboratorium dilakukan tes
analisa butiran, untuk mengetahui persentase dan gradasi butirannya. Contoh alat
dan skema pengambilan sampel sedimen dasar dengan grab sampler dapat dilihat
pada Gambar 5.14.
Gambar 5.14
Gambar 5. 13 Skema Grab Sampler untuk Pengambilan Sedimen dasar
5.3.3. Survei Traffic Pelayaran
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-20
Aspek pelayaran meliputi pengembangan dan keselamatan pelayaran seperti
diuraikan di bawah ini.
1. Kecenderungan pengembangan jaringan infrastruktur pelayaran nasional dan
internasional.
2. Kecenderungan pengembangan kapal angkutan barang maupun penumpang,
container, general kargo, curah, dan penumpang.
3. Kecenderungan pengembangan peralatan bongkar muat.
4. Kondisi, sarana dan prasarana keselamatan pelayaran.
5. Kondisi, sarana dan prasarana keselamatan di pelabuhan-pelabuhan setempat.
6. Pelaksanaan ISPS code.
5.3.4. Analisis dan Prediksi Data
Perkiraan arus muatan (traffic forecasting) dilakukan dengan menggunakan metode
campuran, yaitu dengan menggunakan metode laju pertumbuhan untuk komoditi
yang kecenderungan pertumbuhannya bisa dilihat dari data historisnya, serta
dengan melakukan wawancara langsung dengan pengguna jasa pelabuhan -
pelabuhan yang ada di kota Banjarmasin
Traffic forescasting terhadap komoditi-komoditi yang didistribusikan di pelabuhan-
pelabuhan setempat akan dilakukan dengan menggunakan Model Trend Linear dan
Pertumbuhan Majemuk. Pengunaan model tersebut didasarkan pad a asumsi
perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia serta perkembangan perekonomian
dunia yang akan datang.
Berdasarkan asumsi tersebut, penggunaan model forescasting Trend Linear sangat
praktis digunakan. Menurut Anto Dajan (1975), trend linear menggunakan metode
kuadrat minimum yang secara teoritis menggambarkan probabilitas suatu kejadian
yang dimaksimalkan guna memperoleh penyebaran normal sekitar nilai trend yang
telah diminimalkan. Karena peristiwa ekonomi ataupun perdagangan yang sebagian
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-21
besar datanya berfluktuasi secara deret berkala di sekitar garis trendnya dan tidak
bersifat independen, maka untuk memperkirakan kondisi yang akan datang lebih
baik menggunakan penarikan garis trend. Sedangkan penggunaan model
Pertumbuhan Majemuk digunakan untuk beberapa sektor yang pertumbuhannnya
lebih konstan untuk beberapa tahun sehingga forescasting nilai yang akan datang
dapat dilakukan berdasarkan pertumbuhan yang telah terjadi. Model formulasi
untuk perkiraan arus muatan adalah sebagai berikut:
1. Model Trend Linear
Y = a + bt
Y = Nilai trend untuk periode tertentu
a = Konstanta yaitu nilai Yt pada saat t = 0
b = Kemiringan garis trend
t = Tahun
2. Model Pertumbuhan Majemuk
Yt = Y0 (1+i)t
Yt = Nilai tahun t yang akan datang
Y0 = Nilai tahun sekarang
i = Pertumbuhan ekspor (%)
t = Tahun
5.3.5. Pengolahan Data
(1) Pengolahan Data Survei Bathymetri
Terdapat beberapa kesalahan sistematik dalam pengukuran kedalaman. Kesalahan
sistematik adalah jenis kesalahan yang dapat dihilangkan dengan memberikan
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-22
koreksi. Adapun kesalahan tersebut antara lain pasut, draft transducer, variasi cepat
rambat gelombang, serta settlement and squat. Metode pemberian koreksi terhadap
kedalaman akibat kesalahan-kesalahan sistematik yang dilakukan sebagai berikut :
Koreksi Pasut, dilakukan dengan cara koreksi tinggi muka air sesaat terhadap
tinggi datum vertikal yang diperoleh dari hasil pengamatan pasut.
Koreksi Draft Transducer, dilakukan dengan cara mengukur kedudukan (jarak
vertical) permukaan transducer terhadap bidang permukaan laut.
Variasi cepat rambat gelombang, dilakukan dengan kalibrasi barcheck atau
pengambilan sample suhu, tekanan dan salinitas air laut.
Settlement dan squat, dengan membandingkan kedudukan vertical transducer
terhadap permukaan air saat kapal diam dan saat kapal bergerak.
Gambar 5.15 menampilkan sketsa definisi besaran-besaran panjang yang terlibat
dalam proses koreksi tersebut.
Keterangan gambar:
EMA = elevasi muka air diukur dari nol papan duga.
Z = kedalaman air hasil sounding (jarak dasar perairan ke transducer).
A = jarak transducer ke muka air.
Dari definisi-definisi di atas maka elevasi dasar perairan dihitung dari nol papan
duga adalah (ED):
EMAAZED
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-23
Gambar 5. 15
Gambar 5. 14 Sketsa Definisi Besaran-Besaran yang Terlibat Dalam Koreksi Kedalaman
(2) Pengikatan Terhadap Elevasi Referensi
Hasil dari koreksi pertama (koreksi terhadap jarak transducer ke muka air dan
terhadap pasang surut) menghasilkan elevasi dasar perairan terhadap nol papan
duga.Elevasi ini kemudian diikatkan kepada elevasi LLWL yang dihitung pada
pengolahan data pasang surut.
Pengikatan terhadap LLWL dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut
ini:
ELWSEDEDLWS
Keterangan:
EDLWS = elevasi dasar perairan relatif terhadap LLWL
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-24
ED = elevasi dasar perairan relatif terhadap nol papan duga
LWS = elevasi LWS relatif terhadap nol papan duga
Dengan demikian LLWL berada pada elevasi + 0.00 m.
(3) Pengolahan Data Pasang Surut
Data hasil pengamatan selama 15 (lima belas) hari kemudian dianalisis untuk
mendapatkan parameter-parameter pasang surut di lokasi pekerjaan. Proses yang
dilakukan dalam analisis pasang surut ini digambarkan dalam suatu bagan alir yang
disajikan pada Gambar 5.16.
Perhitungan konstituen pasang surut dilakukan dengan menggunakan metode Least
Square, meliputi 9 (sembilan) konstituen seperti yang disajikan dalam Tabel 5.1.
Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses sebelumnya dilakukan
penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut:
22
11
SM
OKNF
Dimana jenis pasut untuk nilai NF:
0....0,25 = semi diurnal
0,25....1,5 = mixed type (semi diurnal dominant)
1,5....3,0 = mixed type (diurnal dominant)
>3,0 = diurnal
Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut untuk 15 hari yang dipilih bersamaan
dengan masa pengukuran yang dilakukan. Hasil peramalan tersebut dibandingkan
dengan pembacaan elevasi di lapangan untuk melihat kesesuaiannya.
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-25
Dengan konstanta yang didapatkan dilakukan pula peramalan pasang surut untuk
masa 20 tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk
menentukan elevasi-elevasi penting pasang surut. Elevasi-elevasi penting yang akan
dicari disajikan dalam Tabel 5.2.
Gambar 5. 15 Bagan Alir Proses Analisis Pasang Surut
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-26
Tabel 5. 1 Sampel Konstituen Pasang Surut
Tabel 5. 2 Elevasi-Elevasi Penting Pasang Surut
Perioda
(jam)
1 M2 Principal lunar 12.24
2 S2 Principal solar 12.00
3 N2 Larger lunar elliptic 12.66
4 K2 Luni-solar semi diurnal 11.97
5 K1 Luni-solar diurnal 23.93
6 O1 Principal lunar diurnal 25.82
7 P1 Principal solar diurnal 23.07
8 M4 6.21
9 MS4 6.10
No.Konstituen pasang
surutKeterangan
No
1 HHWL Highest high water level
2 MHWS Mean high water spring
3 MHWL Mean high water level
4 MSL Mean sea level
5 MLWL Mean low water level
6 MLWS Mean low water spring
7 LLWL Lowest low water level
Elevasi Penting Pasang Surut
Pekerjaan Jasa Konsultansi Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan PenetapannyaDistrik Navigasi Kelas II Banjarmasin
Laporan Pendahuluan 5-27
(4) Analisis Kebutuhan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)
Penyusunan Master Plan Studi Pemetaan Alur Pelayaran dan Penetapannya berkaitan
dengan analisa kebutuhan SBNP yang memerlukan pendekatan aspek rekayasa
kepelabuhanan dan lalu lintas laut, tetapi juga aspek sosial-ekonomi. Sebuah
kenavigasian harus direncanakan untuk menjamin keamanan, kenyamanan, dan
efisiensi pelayaran. Selain itu, hasilnya diharapkan harus mampu memenuhi
kebutuhan pada masa yang akan datang, perkembangan teknologi, dan biaya
pengangkutan yang bersaing. Untuk memenuhi standar operasi pelabuhan yang
memuaskan persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut.
Alur pelayaran yang aman.
Ukuran dan kedalaman kolam pelabuhan cukup memenuhi kebutuhan kapal
yang berlabuh.
Tempat berlabuh (kolam pelabuhan) terlindung dari serangan gelombang.
Tersedia cukup ruang untuk menaikturunkan penumpang.
Tersedia peralatan dan fasilitas pelayanan laut lainnya (misalnya tug boat) dalam
jumlah dan ukuran yang memadai.
Tersedia fasilitas pemeliharaan/perbaikan (bengkel) untuk kapal dan peralatan
lainnya.
Tersedia alat bantu navigasi yang cukup dan laik operasi.