12
  MULTIPLE INTELLIGENCES DAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Dra. NANI TIRYAWINARTI (NIP. 19631024 198410 2 005)  SD NEGERI KADIPATEN VIII

MI Paud

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MI Paud

5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 1/12

 

 

MULTIPLE INTELLIGENCES DAN

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Dra. NANI TIRYAWINARTI (NIP. 19631024 198410 2 005) 

SD NEGERI KADIPATEN VIII

Page 2: MI Paud

5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 2/12

 

2

MULTIPLE INTELLIGENCES

DAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK USIA DINI 

Dra. NANI TIRYAWINARTI 

NIP. 19631024 198410 2 005

Latar Belakang 

Usia dini merupakan usia yang sangat penting dan menentukan bagi perkembangan anak 

sehingga disebut sebagai the golden age. Perkembangan anak usia dini sebenarnya dimulai sejak 

 pranatal. Pada saat itu, perkembangan otak sebagai pusat kecerdasan terjadi sangat pesat.

Setelah lahir, sel-sel otak mengalami mielinasi dan membentuk jalinan yang kompleks (embassy)

sehingga nantinya anak bisa berfikir logis dan rasional. Selain otak, organ sensoris sepertipendengar, penglihat, pencium, pengecap, peraba, dan organ keseimbangan juga berkembang

pesat. Sedikit demi sedikit anak dapat menyerap informasi dari lingkungannya melalui organ

sensoris dan memprosesnya menggunakan otaknya. Perkembangan ini demikian pentingnya

sehingga mendapat perhatian yang cukup luas dari para pakar psikologi dan pakar pendidikan,

yang menyatakan bahwa pendidikan untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan pertumbuhan

dan perkembangan anak. Prinsip tersebut dinamakan praktek-praktek yang sesuai dengan

perkembangan anak (developmentally appropriate practice atau DAP) (Bredekamp, S., 1987).

Perkembangan anak usia dini yang sangat kompleks dan memiliki arti yang sangat penting

tersebut tentu tidak dapat dipandang secara sederhana. Optimalisasi perkembangan anak 

(termasuk kecerdasan jamaknya) memerlukan pengkondisian yang kondusif. Orang dewasa perlu

memfasilitasi perkembangan anak dengan menciptakan kondisi yang memungkinkan anak 

berkembang secara optimal. Hal ini berarti profesionalitas orang dewasa sangat dituntut untuk 

membantu agar anak dapat berkembang. Namun pada kenyataannya, penciptaan kondisi yang

dilakukan oleh orang dewasa termasuk tenaga pendidik di lembaga pendidikan anak usia dini

(termasuk TK) masih memprihatinkan. Pemberdayaan lingkungan dan sumber belajar belum

dimanfaatkan secara optimal dalam memfasilitasi perkembangan anak. Tidak sedikit orang tua

yang menuntut bahwa di TK semestinya diberikan pelajaran membaca, menulis berhitung

sebagaimana layaknya di SD. Hal ini terjadi karena SD-SD favorit justru mengadakan ujian

Page 3: MI Paud

5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 3/12

 

3

masuk yang mempersyaratkan lulusan TK bisa membaca dan menulis serta berhitung dengan

lancar.

Guru sebagai pemegang otoritas dalam mendidik anak ikut terpengaruh dengan kenyataan itu.

Hal ini disebabkan karena wawasan mereka terhadap perkembangan anak belum mendalam. Jika

hal ini terus menerus berlangsung, bukan tidak mungkin anak-anak TK frustrasi belajar dan

memandang belajar sebagai sesuatu yang menakutkan. Anak kehilangan kesempatan untuk 

bermain, karena anak dijejali dengan pesan-pesan akademik di TK dan di rumah anak dilibatkan

dengan beragam kegiatan les tambahan. Kenyataan seperti ini tentu sangat merugikan anak.

Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini

1.  Definisi 

NAEYC mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan layanan yang diberikan

dalam tatanan awal masa anak (usia 0-8 tahun). Pengertian ini memiliki arti bahwa anak sejak 

lahir memerlukan suatu pengasuhan dan pelayanan yang mengarah pada upaya memfasilitasi

anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Seefeldt, 1994). Dipilihnya usia 0-8

tahun sebagai rentangan pelayanan pendidikan anak usia ini, karena anak usia dini masih dalam

perkembangan yang holistik pada semua aspek perkembangannya. Perkembangan pada salah

satu aspek dipengaruhi dan mempengaruhi aspek-aspek perkembangan lainnya. Perkembangan

kecerdasan juga sangat pesat di usia-usia tersebut, bahkan para ahli berpendapat hampir 80%

kecerdasan anak berkembang pada rentangan usia tersebut. Namun karena sistem kelembagaan

pendidikan yang agak berbeda, dalam UU No. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan anak 

usia dini ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun. Hal ini terjadi karena ketika

anak berusia 6 atau 7 tahun sudah memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar (SD).

Fokus pendidikan anak usia dini adalah peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

fisik, maupun psikisnya secara holistik dan terpadu. Atau kalau mengikuti taksonomi kecerdasan,

Gardner mengemukakan anak memiliki potensi yang meliputi kecerdasan logic-mathematic,

verbal-linguistik, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, bodily-kinestetic, musical-rithmic,

Page 4: MI Paud

5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 4/12

 

4

dan natural. Pengembangan ke-8 bidang kecerdasan tersebut terjadi secara simultan. Oleh karena

itu anak perlu difasilitasi dengan memberikan layanan yang kondusif, sehingga anak dapat

berkembang secara optimal pada seluruh aspek kecerdasannya tersebut.

2.  Tujuan 

Tujuan umum pendidikan anak usia dini adalah untuk membantu mengembangkan seluruh

potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral dan keagamaan secara optimal

dalam lingkungan yang kondusif, demokratis dan kompetitif (UU No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional). Hal ini berarti bahwa lembaga pendidikan (baik formal,

nonformal maupun informal), bertugas memfasilitasi anak agar berkembang secara menyeluruh,

dengan cara menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, mengarah pada pemberdayaan anak,

dengan meminimalkan pola indoktrinasi, tetapi menerapkan pola-pola demokratis. Di pihak 

yang lain, harus diupayakan agar anak memiliki rasa percaya diri dan konsep diri yang positif 

dalam melakukan kegiatan belajar dengan menyeimbangkan antara sikap kompetitif dan sosial

anak.

Secara khusus, pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membantu anak dalam hal berikut:

1) Mampu mengelola gerakan dan keterampilan tubuh, termasuk gerakan-gerakan yang

mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus (motorik halus) dan gerakan kasar (motorik kasar).

2) Memperoleh pengetahuan tentang pemeliharaan tubuh, kesehatan dan kebugaran tubuh.

3) Mampu berpikir secara kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan

hubungan sebab akibat.

4) Mampu memanfaatkan indera penglihatan dan dapat memvisualisaikan suatu objek,

termasuk mampu menciptakan imajinasi mental internal dan gambar-gambar.

5) Mampu mengembangkan konsep diri dan sikap positif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa

memiliki.

6) Mampu mengembangkan keingintahuan tentang dunia, kepercayan diri sebagai anak didik,

kreativitas dan inisiatif pribadi.

7) Mampu memahami keadaan diri manusia secara internal, refleksi diri, berpikir meta kognisi,

dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan spiritual, moral dan kepercayaan agama.

Page 5: MI Paud

5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 5/12

 

5

8) Mampu mengenal, memahami serta mengapresiasi flora-fauna dan lingkungan alam sebagai

kebesaran ciptaan Tuhan.

9) Mampu mengenal peran masyarakat, kehidupan sosial, dan budaya.

10) Mampu menggunakan bahasa untuk dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat

untuk belajar dan berpikir.

11) Mampu menghargai dan menginternalisasi nilai-nilai moral dan agama.

12) Mampu mengenal pola-pola bunyi dalam suatu lingkungan yang bermakna, memiliki

sensitivitas terhadap irama serta mengapresiasi seni, kemanusiaan, dan ilmu pengetahuan.

3. Keterkaitan antara Multiple Intelligences dan Tujuan PAUD

Apakah ada sinergi antara kedelapan bidang kecerdasan dari Gardner dengan tujuan pendidikan

anak usia dini? Untuk memahami hal tersebut, perhatikanlah tabel di bawah ini.

Tabel. Keterkaitan antara MI dan Tujuan PAUD

Bidang Kecerdasan Tujuan PAUD

Verbal Linguistik Mampu menggunakan bahasa untuk dapat berkomunikasi secara efektif 

yang bermanfaat untuk belajar dan berpikir

Logic-Mathematic Mampu berpikir secara kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan

menemukan hubungan sebab akibat

Visual-Spatial Mampu memanfaatkan indera penglihatan dan dapat memvisualisaikansuatu objek, termasuk mampu menciptakan imajinasi mental internal dan

gambar-gambar

Bodily-Kinesthetic Mampu mengelola gerakan dan keterampilan tubuh, termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus(motorik halus)

dan gerakan kasar (motorik kasar).

Memperoleh pengetahuan tentang pemeliharaan tubuh, kesehatan dan

kebugaran tubuh

Musical-Rithmic Mampu mengenal pola-pola bunyi dalam suatu lingkungan yang

bermakna, memiliki sensitivitas terhadap irama serta mengapresiasi seni,

kemanusiaan, dan ilmu pengetahuan

Interpersonal Mampu menghargai dan menginternalisasi nilai-nilai moral dan agama

Intrapersonal Mampu mengembangkan konsep diri dan sikap positif terhadap belajar,

kontrol diri dan rasa memiliki.

Mampu, kepercayan diri sebagai anak didik, kreativitas dan inisiatif 

pribadi.

Page 6: MI Paud

5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 6/12

 

6

Mampu memahami keadaan diri manusia secara internal, refleksi diri,berpikir meta kognisi, dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan

spiritual, moral dan kepercayaan agama

Natural Mampu mengenal, memahami serta mengapresiasi flora-fauna dan

lingkungan alam sebagai kebesaran ciptaan Tuhan

Mampu mengembangkan keingintahuan tentang dunia

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa unsur-unsur kecerdasan jamak sudah teradopsi dalam

tujuan pendidikan anak usia dini. Oleh karena itu, pengembangan kecerdasan jamak pada anak 

usia dini merupakan suatu yang sangat urgen, walaupun sebenarnya masih banyak komponen

kecerdasan jamak yang belum tampak secara eksplisit.

3.  Pengembangan Multiple Intelligences melalui Pembelajaran yang Mendidik

Berdasarkan pada uraian tersebut, membawa konsekwensi bagi guru anak usia dini, bahwa dalam

pembelajaran memerlukan beragam strategi, sehingga semua gaya belajar anak dengan modalitas

yang dimilikinya dapat terfasilitasi dengan optimal.

4.  Strategi Pengembangan Multiple Intelligences pada Anak Usia Dini

Anak memiliki potensi berupa kecerdasan jamak. Kecerdasan anak akan berkembang secara

optimal bila difasilitasi dengan baik dan benar, melalui strategi pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik dan perkembangannya. Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru, hendaknya

menekankan pada konsep pembelajaran yang mendidik.

Dalam merancang pembelajaran yang mendidik, guru perlu memperhatikan modalitas belajar

anak. Ada empat modalitas belajar anak, yakni: (1) visual learner , (2) auditory learner , (3)

tactile/kinesthetic learner , dan (4) global learner  (DePorter dan Hernacki, 1992). Dalam

modalitas yang pertama, anak cenderung mengalami pengalaman belajar dengan cara mengamati

sesuatu. Anak lebih mengandalkan indera penglihatan dalam belajar. Dalam hal ini guru

hendaknya memfasilitasi kebutuhan anak dengan cara menyediakan media visual yang menarik.

Dalam modalitas yang kedua, anak lebih mengandalkan indera pendengarnya. Anak dengan

mudah memahami sesuatu jika dia memperoleh kesempatan untuk mendengarkan berbagai

bahan yang disajikan melalui media audio atau penjelasan langsung dari narasumber. Modalitas

belajar yang ketiga, lebih mengandalkan pada pengalaman belajar dengan cara menyentuh,

Page 7: MI Paud

5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 7/12

 

7

bergerak dan bekerja. Sementara modalitas yang keempat, anak dalam belajar menggunakan

ketiga modalitas tersebut secara simultan.

Sementara ini, secara umum guru cenderung mengutamakan kecerdasan logic-mathematic. Anak 

dikatakan cerdas jika anak mampu membaca, berhitung dan menulis dengan cepat, serta dapat

menghafal berbagai kejadian. Strategi yang seperti itu cenderung menafikan potensi anak 

terutama yang ada di belahan otak kanan, sehingga anak menjadi kurang kreatif dalam

memecahkan masalah. Padahal permasalahan kehidupan bersifat multi dimensi, yang tidak dapat

ditinjau dari salah satu aspek saja. Berdasarkan hal ini guru perlu memilih strategi pembelajaran

yang dapat memfasilitasi perkembangan otak belahan kiri dan kanan secara seimbang, sehingga

semua aspek kecerdasan dapat berkembang secara optimal. Strategi yang dimaksud mengarah

pada pembelajaran yang mendidik, yang dapat memberdayakan seluruh aspek perkembangan

dan kecerdasan anak.

5.  Karakteristik Pembelajaran yang Mendidik

Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menyediakan seperangkat kondisi lingkungan yang

dapat merangsang anak untuk melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini, guru termasuk orang

dewasa berperan menciptakan lingkungan yang kondusif dan dinamis untuk anak belajar. Ada 4

pilar belajar yang dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan pembelajaran yang mendidik,

yaitu: (1) learning how to know, (2) learning how to do, (3) learning how to be, dan (4) learning

how to life together .

Bagian  pertama, guru dan orang dewasa menciptakan lingkungan belajar yang dapat memicu

rasa ingin tahu anak. Misalnya dengan mengajak anak berhadapan dengan lingkungan yang baru,

menghadapkan anak pada gejala yang berbeda dari situasi keseharian anak. Wujud dari perilaku

anak yang memiliki rasa ingin tahu antara lain, bertanya-tanya tentang sesuatu, mengamati

sesuatu secara seksama, dan ingin mencoba pengalaman/keterampilan baru. Dalam hal ini guru

dan orang dewasa lainnya hendaknya menjadi pendengar yang baik, melayani pertanyaan anak 

tanpa memberikan jawaban yang instan. Selain itu anak perlu digiring pada pengalaman baru

yang menyebabkan rasa keingintahuannya itu terpenuhi.

Page 8: MI Paud

5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 8/12

 

8

Kedua, berkecamuknya rasa ingin tahu anak akan memerlukan suatu kompensasi. Anak akan

mencoba memahami sesuatu dengan melakukan kegiatan secara langsung (a hand-on

experiences). Anak bereksperimen, memanipulasi alat-alat bermainnya, mengkonstruksi sesuatu

dan lain sebagainya secara trial and error . Peran guru dan orang dewasa adalah memfasilitasi

dengan berbagai sarana/alat permainan manipulatif, sehingga anak merasa tertantang melakukan

sesuatu (bermain secara aktif). Hindari penggantian peran oleh guru/orang dewasa dalam

memecahkan masalah anak. Biarkan mereka secara kreatif memecahkan masalahnya, tanpa

intervensi orang dewasa/guru. Bila diperlukan guru berperan sebagai partner anak dalam belajar

dan bermain, sambil mengamati perkembangan anak.

Ketiga, apa yang dilakukan anak pada bagian kedua tadi akan membentuk kepribadian anak.

Kemandirian, keuletan, belajar dari kesalahan dan rasa sukses dalam memecahkan permasalahan

akan membuat anak memiliki konsep diri yang positif, dan rasa percaya diri yang mantap.

Keempat , kesempatan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya perlu dikembangkan.

Misalnya dengan cara collaborative learning and playing (bermain dan belajar secara

kolaboratif). Kebersamaan, kekompakan, mau menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri

dan orang lain merupakan tujuan dari learning how to life together .

Chen (2004) mengemukakan ada 6 prinsip dasar dalam pengembangan kurikulum dan

pembelajaran dalam rangka memfasilitasi perkembangan kecerdasan jamak pada anak, yaitu: (1)

holistic development and learning, (2) integrated learning, (3) active learning, (4) supportive

learning, (5) learning through interaction, dan (6) learning trough play. Pengembangan

kurikulum dan pembelajaran hendaknya berangkat dari pemahaman terhadap perkembangan dan

gaya belajar anak usia dini yang bersifat holistik. Pendekatan pembelajaran yang digunakan

untuk memfasilitasi karakteristik perkembangan dan belajar anak adalam melalui pembelajaran

terpadu. Keterpaduan ini meliputi proses dan materinya, sehingga menghasilkan pembelajaran

yang bermakna dan menyenangkan. Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akanmerangsang anak untuk bermain dan belajar secara aktif. Peran guru adalah mendorong

terjadinya belajar. Untuk lebih memperluas wawasan dan berkembangnya kemampuan berbahasa

dan sosial anak, maka pembelajaran hendaknya memungkinkan anak berinteraksi dengan

lingkungannya. Interaksi anak dengan lingkungan dan objek-objek belajar akan memungkinkan

Page 9: MI Paud

5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 9/12

 

9

anak mengkonstruksi pengalaman belajarnya secara efektif. Mengingat dunia anak usia dini

adalah bermain, maka pembelajaran dikemas dalam bentuk permainan kreatif-konstruktif,

sehingga anak secara alamiah belajar di balik kegiatan bermain yang dilakukannya.

Implikasi dari prinsip-prinsip di atas, maka strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru

adalah:

1) dimulai dari anak,

2) pengembangan suasana belajar yang positif atau kondusif,

3) penyiapan lingkungan pembelajaran,

4) perencanaan dan aktivitas belajar yang terstruktur,

5) pengadaan nara sumber, dan

6) mengadakan observasi kepada anak.

Dengan demikian karakteristik pembelajaran yang mendidik adalah:

1) memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa keingintahuannya,

2) memberi kesempatan anak untuk mengadakan eksplorasi terhadap lingkungan dan objek-

objek belajarnya secara langsung (a hand on experiences), secara trial and error, sebagai

wahana untuk mengkonstruksi pengalaman belajarnya,

3) berdasarkan poin 2, anak terfasilitasi untuk membentuk konsep diri, rasa percaya diri,

disiplin, mandiri dan kemampuan mengendalikan diri berdasarkan nilai keagamaan, norma

sosial, serta kreatif dalam memecahkan permasalahannya,

4) memungkinkan anak berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain, sehingga aspek 

perkembangan moral dan sosial anak berkembang secara optimal di era globalisasi dan

teknologi informasi, dan

5) pembelajaran bermuara kepada outcome berupa terbentuknya kecakapan pribadi, sosial,

akademik dan vokasional pada anak usia dini.

Untuk mewujudkan hal itu, pembelajaran hendaknya bersifat kontekstual. Nurhadi dkk. (2004)

mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru menghadirkan dunia nyata ke

dalam kelas dan memdorong anak membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

Page 10: MI Paud

5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 10/12

 

10

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian anak memperoleh

pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses

mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai

anggota masyarakat.

Contoh-contoh Aktifitas Pengembangan Multiple Intelligences 

Berikut ini adalah contoh-contoh aktivitas pengembangan multiple intelligences, yang sesuai

untuk anak usia dini.

Bidang Kecerdasan Contoh Aktivitas

Verbal Linguistik melengkapi cerita

asosiasi kata

memainkan cerita

bersajak 

menciptakan sendiri nyanyian

bermain tangga kata

bermain baby boggle

Logic-Mathematic mencari hubungan bentuk 

bermain batang buah

permainan menghitung

bermain karton telur

melompat dan menghitungVisual-Spatial menandai perubahan

menandai perbedaan

permainan mata mengembara

belajar tentang warna, garis dan bentuk 

Bodily-Kinesthetic memilih bentuk, warna dan pola

bergerak mengikuti musik 

menirukan hewan

permainan menebak peragaan kata-kata

keseimbangan pada garis atau balok Musical-Rithmic mendengarkan musik instrumental

bertepukmenurut irama

membentuk band dengan media sederhana

Interpersonal mengenal teman-temanku

bekerja dengan teman-teman

Page 11: MI Paud

5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 11/12

 

11

berjalan saling percaya

Intrapersonal menuliskan keberhasilan dan kelebihan

saya mempunyai perasaan

permainan impian saya

Natural permainan penjelajahan alam sekitarmencari keajaiban alam sekitar

Contoh-contoh tersebut bermuara pada bidang kecerdasan tertentu. Akan tetapi dalam

pelaksanaannya kegiatan tesebut dilakukan secara terpadu, karena perkembangan kecerdasan

tersebut terjadi secara holistik.

Penutup 

Anak usia dini merupakan masa emas perkembangan anak, karena sampai dengan usia 8 tahun

hampir 80% kecerdasan anak sudah berkembang. Kecerdasan yang dimiliki oleh anak meliputi

verbal linguistik , logic-mathematic, visual-spatial, bodily-kinesthetic, musical-rithmic,

interpersonal, intrapersonal, dan natural.

Agar kecerdasan tersebut berkembang secara simultan dan optimal, maka orang tua dan guru

perlu memfasilitasi dengan menciptakan pembelajaran yang mendidik, dengan mengedepankan

pada prinsip demokratis, terpadu dan menyenangkan dengan menghadirkan dunia nyata ke dalam

kelas. Di samping itu agar upaya guru dan orang tua efektif, maka pembelajaran pembelajaran

dikemas ke dalam permainan-permainan yang menantang dan menjadikan anak bersikap

kolaboratif baik dengan teman sebaya, orang dewasa, maupun guru dan lingkungannya.

-----ooo0ooo-----

Page 12: MI Paud

5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 12/12

 

12

Daftar Rujukan 

Seefeldt, C dan N. Barbour. 1994.  Early Childhood Education, an Introduction, 3rd. Edition.

New York: MacMillan Colledge Publishing Company

Lwin, May, dkk. 2005.   How to Multiply Your Child’s Intelligence. Alih bahasa: ChristineSujana. Jakarta: Gramedia

Chen, C. 2004.   Application of Multiple Intelligences in Early Childhood Education in

Singapore. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Nasional PendidikanAnak Usia Dini, Menyongsong Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis

Kecerdasan Jamak di Masa Depan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

DePorter, B dan Mike H. 2000. Quantum Learning. Bandung: Kaifa

DePorter, B. dkk. 2000. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.