Upload
budiman-apriyossa
View
113
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 1/12
MULTIPLE INTELLIGENCES DAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Dra. NANI TIRYAWINARTI (NIP. 19631024 198410 2 005)
SD NEGERI KADIPATEN VIII
5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 2/12
2
MULTIPLE INTELLIGENCES
DAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK USIA DINI
Dra. NANI TIRYAWINARTI
NIP. 19631024 198410 2 005
Latar Belakang
Usia dini merupakan usia yang sangat penting dan menentukan bagi perkembangan anak
sehingga disebut sebagai the golden age. Perkembangan anak usia dini sebenarnya dimulai sejak
pranatal. Pada saat itu, perkembangan otak sebagai pusat kecerdasan terjadi sangat pesat.
Setelah lahir, sel-sel otak mengalami mielinasi dan membentuk jalinan yang kompleks (embassy)
sehingga nantinya anak bisa berfikir logis dan rasional. Selain otak, organ sensoris sepertipendengar, penglihat, pencium, pengecap, peraba, dan organ keseimbangan juga berkembang
pesat. Sedikit demi sedikit anak dapat menyerap informasi dari lingkungannya melalui organ
sensoris dan memprosesnya menggunakan otaknya. Perkembangan ini demikian pentingnya
sehingga mendapat perhatian yang cukup luas dari para pakar psikologi dan pakar pendidikan,
yang menyatakan bahwa pendidikan untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan pertumbuhan
dan perkembangan anak. Prinsip tersebut dinamakan praktek-praktek yang sesuai dengan
perkembangan anak (developmentally appropriate practice atau DAP) (Bredekamp, S., 1987).
Perkembangan anak usia dini yang sangat kompleks dan memiliki arti yang sangat penting
tersebut tentu tidak dapat dipandang secara sederhana. Optimalisasi perkembangan anak
(termasuk kecerdasan jamaknya) memerlukan pengkondisian yang kondusif. Orang dewasa perlu
memfasilitasi perkembangan anak dengan menciptakan kondisi yang memungkinkan anak
berkembang secara optimal. Hal ini berarti profesionalitas orang dewasa sangat dituntut untuk
membantu agar anak dapat berkembang. Namun pada kenyataannya, penciptaan kondisi yang
dilakukan oleh orang dewasa termasuk tenaga pendidik di lembaga pendidikan anak usia dini
(termasuk TK) masih memprihatinkan. Pemberdayaan lingkungan dan sumber belajar belum
dimanfaatkan secara optimal dalam memfasilitasi perkembangan anak. Tidak sedikit orang tua
yang menuntut bahwa di TK semestinya diberikan pelajaran membaca, menulis berhitung
sebagaimana layaknya di SD. Hal ini terjadi karena SD-SD favorit justru mengadakan ujian
5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 3/12
3
masuk yang mempersyaratkan lulusan TK bisa membaca dan menulis serta berhitung dengan
lancar.
Guru sebagai pemegang otoritas dalam mendidik anak ikut terpengaruh dengan kenyataan itu.
Hal ini disebabkan karena wawasan mereka terhadap perkembangan anak belum mendalam. Jika
hal ini terus menerus berlangsung, bukan tidak mungkin anak-anak TK frustrasi belajar dan
memandang belajar sebagai sesuatu yang menakutkan. Anak kehilangan kesempatan untuk
bermain, karena anak dijejali dengan pesan-pesan akademik di TK dan di rumah anak dilibatkan
dengan beragam kegiatan les tambahan. Kenyataan seperti ini tentu sangat merugikan anak.
Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
1. Definisi
NAEYC mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan layanan yang diberikan
dalam tatanan awal masa anak (usia 0-8 tahun). Pengertian ini memiliki arti bahwa anak sejak
lahir memerlukan suatu pengasuhan dan pelayanan yang mengarah pada upaya memfasilitasi
anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Seefeldt, 1994). Dipilihnya usia 0-8
tahun sebagai rentangan pelayanan pendidikan anak usia ini, karena anak usia dini masih dalam
perkembangan yang holistik pada semua aspek perkembangannya. Perkembangan pada salah
satu aspek dipengaruhi dan mempengaruhi aspek-aspek perkembangan lainnya. Perkembangan
kecerdasan juga sangat pesat di usia-usia tersebut, bahkan para ahli berpendapat hampir 80%
kecerdasan anak berkembang pada rentangan usia tersebut. Namun karena sistem kelembagaan
pendidikan yang agak berbeda, dalam UU No. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan anak
usia dini ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun. Hal ini terjadi karena ketika
anak berusia 6 atau 7 tahun sudah memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar (SD).
Fokus pendidikan anak usia dini adalah peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan
fisik, maupun psikisnya secara holistik dan terpadu. Atau kalau mengikuti taksonomi kecerdasan,
Gardner mengemukakan anak memiliki potensi yang meliputi kecerdasan logic-mathematic,
verbal-linguistik, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, bodily-kinestetic, musical-rithmic,
5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 4/12
4
dan natural. Pengembangan ke-8 bidang kecerdasan tersebut terjadi secara simultan. Oleh karena
itu anak perlu difasilitasi dengan memberikan layanan yang kondusif, sehingga anak dapat
berkembang secara optimal pada seluruh aspek kecerdasannya tersebut.
2. Tujuan
Tujuan umum pendidikan anak usia dini adalah untuk membantu mengembangkan seluruh
potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral dan keagamaan secara optimal
dalam lingkungan yang kondusif, demokratis dan kompetitif (UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Hal ini berarti bahwa lembaga pendidikan (baik formal,
nonformal maupun informal), bertugas memfasilitasi anak agar berkembang secara menyeluruh,
dengan cara menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, mengarah pada pemberdayaan anak,
dengan meminimalkan pola indoktrinasi, tetapi menerapkan pola-pola demokratis. Di pihak
yang lain, harus diupayakan agar anak memiliki rasa percaya diri dan konsep diri yang positif
dalam melakukan kegiatan belajar dengan menyeimbangkan antara sikap kompetitif dan sosial
anak.
Secara khusus, pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membantu anak dalam hal berikut:
1) Mampu mengelola gerakan dan keterampilan tubuh, termasuk gerakan-gerakan yang
mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus (motorik halus) dan gerakan kasar (motorik kasar).
2) Memperoleh pengetahuan tentang pemeliharaan tubuh, kesehatan dan kebugaran tubuh.
3) Mampu berpikir secara kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan
hubungan sebab akibat.
4) Mampu memanfaatkan indera penglihatan dan dapat memvisualisaikan suatu objek,
termasuk mampu menciptakan imajinasi mental internal dan gambar-gambar.
5) Mampu mengembangkan konsep diri dan sikap positif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa
memiliki.
6) Mampu mengembangkan keingintahuan tentang dunia, kepercayan diri sebagai anak didik,
kreativitas dan inisiatif pribadi.
7) Mampu memahami keadaan diri manusia secara internal, refleksi diri, berpikir meta kognisi,
dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan spiritual, moral dan kepercayaan agama.
5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 5/12
5
8) Mampu mengenal, memahami serta mengapresiasi flora-fauna dan lingkungan alam sebagai
kebesaran ciptaan Tuhan.
9) Mampu mengenal peran masyarakat, kehidupan sosial, dan budaya.
10) Mampu menggunakan bahasa untuk dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat
untuk belajar dan berpikir.
11) Mampu menghargai dan menginternalisasi nilai-nilai moral dan agama.
12) Mampu mengenal pola-pola bunyi dalam suatu lingkungan yang bermakna, memiliki
sensitivitas terhadap irama serta mengapresiasi seni, kemanusiaan, dan ilmu pengetahuan.
3. Keterkaitan antara Multiple Intelligences dan Tujuan PAUD
Apakah ada sinergi antara kedelapan bidang kecerdasan dari Gardner dengan tujuan pendidikan
anak usia dini? Untuk memahami hal tersebut, perhatikanlah tabel di bawah ini.
Tabel. Keterkaitan antara MI dan Tujuan PAUD
Bidang Kecerdasan Tujuan PAUD
Verbal Linguistik Mampu menggunakan bahasa untuk dapat berkomunikasi secara efektif
yang bermanfaat untuk belajar dan berpikir
Logic-Mathematic Mampu berpikir secara kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan
menemukan hubungan sebab akibat
Visual-Spatial Mampu memanfaatkan indera penglihatan dan dapat memvisualisaikansuatu objek, termasuk mampu menciptakan imajinasi mental internal dan
gambar-gambar
Bodily-Kinesthetic Mampu mengelola gerakan dan keterampilan tubuh, termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus(motorik halus)
dan gerakan kasar (motorik kasar).
Memperoleh pengetahuan tentang pemeliharaan tubuh, kesehatan dan
kebugaran tubuh
Musical-Rithmic Mampu mengenal pola-pola bunyi dalam suatu lingkungan yang
bermakna, memiliki sensitivitas terhadap irama serta mengapresiasi seni,
kemanusiaan, dan ilmu pengetahuan
Interpersonal Mampu menghargai dan menginternalisasi nilai-nilai moral dan agama
Intrapersonal Mampu mengembangkan konsep diri dan sikap positif terhadap belajar,
kontrol diri dan rasa memiliki.
Mampu, kepercayan diri sebagai anak didik, kreativitas dan inisiatif
pribadi.
5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 6/12
6
Mampu memahami keadaan diri manusia secara internal, refleksi diri,berpikir meta kognisi, dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan
spiritual, moral dan kepercayaan agama
Natural Mampu mengenal, memahami serta mengapresiasi flora-fauna dan
lingkungan alam sebagai kebesaran ciptaan Tuhan
Mampu mengembangkan keingintahuan tentang dunia
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa unsur-unsur kecerdasan jamak sudah teradopsi dalam
tujuan pendidikan anak usia dini. Oleh karena itu, pengembangan kecerdasan jamak pada anak
usia dini merupakan suatu yang sangat urgen, walaupun sebenarnya masih banyak komponen
kecerdasan jamak yang belum tampak secara eksplisit.
3. Pengembangan Multiple Intelligences melalui Pembelajaran yang Mendidik
Berdasarkan pada uraian tersebut, membawa konsekwensi bagi guru anak usia dini, bahwa dalam
pembelajaran memerlukan beragam strategi, sehingga semua gaya belajar anak dengan modalitas
yang dimilikinya dapat terfasilitasi dengan optimal.
4. Strategi Pengembangan Multiple Intelligences pada Anak Usia Dini
Anak memiliki potensi berupa kecerdasan jamak. Kecerdasan anak akan berkembang secara
optimal bila difasilitasi dengan baik dan benar, melalui strategi pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik dan perkembangannya. Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru, hendaknya
menekankan pada konsep pembelajaran yang mendidik.
Dalam merancang pembelajaran yang mendidik, guru perlu memperhatikan modalitas belajar
anak. Ada empat modalitas belajar anak, yakni: (1) visual learner , (2) auditory learner , (3)
tactile/kinesthetic learner , dan (4) global learner (DePorter dan Hernacki, 1992). Dalam
modalitas yang pertama, anak cenderung mengalami pengalaman belajar dengan cara mengamati
sesuatu. Anak lebih mengandalkan indera penglihatan dalam belajar. Dalam hal ini guru
hendaknya memfasilitasi kebutuhan anak dengan cara menyediakan media visual yang menarik.
Dalam modalitas yang kedua, anak lebih mengandalkan indera pendengarnya. Anak dengan
mudah memahami sesuatu jika dia memperoleh kesempatan untuk mendengarkan berbagai
bahan yang disajikan melalui media audio atau penjelasan langsung dari narasumber. Modalitas
belajar yang ketiga, lebih mengandalkan pada pengalaman belajar dengan cara menyentuh,
5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 7/12
7
bergerak dan bekerja. Sementara modalitas yang keempat, anak dalam belajar menggunakan
ketiga modalitas tersebut secara simultan.
Sementara ini, secara umum guru cenderung mengutamakan kecerdasan logic-mathematic. Anak
dikatakan cerdas jika anak mampu membaca, berhitung dan menulis dengan cepat, serta dapat
menghafal berbagai kejadian. Strategi yang seperti itu cenderung menafikan potensi anak
terutama yang ada di belahan otak kanan, sehingga anak menjadi kurang kreatif dalam
memecahkan masalah. Padahal permasalahan kehidupan bersifat multi dimensi, yang tidak dapat
ditinjau dari salah satu aspek saja. Berdasarkan hal ini guru perlu memilih strategi pembelajaran
yang dapat memfasilitasi perkembangan otak belahan kiri dan kanan secara seimbang, sehingga
semua aspek kecerdasan dapat berkembang secara optimal. Strategi yang dimaksud mengarah
pada pembelajaran yang mendidik, yang dapat memberdayakan seluruh aspek perkembangan
dan kecerdasan anak.
5. Karakteristik Pembelajaran yang Mendidik
Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menyediakan seperangkat kondisi lingkungan yang
dapat merangsang anak untuk melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini, guru termasuk orang
dewasa berperan menciptakan lingkungan yang kondusif dan dinamis untuk anak belajar. Ada 4
pilar belajar yang dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan pembelajaran yang mendidik,
yaitu: (1) learning how to know, (2) learning how to do, (3) learning how to be, dan (4) learning
how to life together .
Bagian pertama, guru dan orang dewasa menciptakan lingkungan belajar yang dapat memicu
rasa ingin tahu anak. Misalnya dengan mengajak anak berhadapan dengan lingkungan yang baru,
menghadapkan anak pada gejala yang berbeda dari situasi keseharian anak. Wujud dari perilaku
anak yang memiliki rasa ingin tahu antara lain, bertanya-tanya tentang sesuatu, mengamati
sesuatu secara seksama, dan ingin mencoba pengalaman/keterampilan baru. Dalam hal ini guru
dan orang dewasa lainnya hendaknya menjadi pendengar yang baik, melayani pertanyaan anak
tanpa memberikan jawaban yang instan. Selain itu anak perlu digiring pada pengalaman baru
yang menyebabkan rasa keingintahuannya itu terpenuhi.
5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 8/12
8
Kedua, berkecamuknya rasa ingin tahu anak akan memerlukan suatu kompensasi. Anak akan
mencoba memahami sesuatu dengan melakukan kegiatan secara langsung (a hand-on
experiences). Anak bereksperimen, memanipulasi alat-alat bermainnya, mengkonstruksi sesuatu
dan lain sebagainya secara trial and error . Peran guru dan orang dewasa adalah memfasilitasi
dengan berbagai sarana/alat permainan manipulatif, sehingga anak merasa tertantang melakukan
sesuatu (bermain secara aktif). Hindari penggantian peran oleh guru/orang dewasa dalam
memecahkan masalah anak. Biarkan mereka secara kreatif memecahkan masalahnya, tanpa
intervensi orang dewasa/guru. Bila diperlukan guru berperan sebagai partner anak dalam belajar
dan bermain, sambil mengamati perkembangan anak.
Ketiga, apa yang dilakukan anak pada bagian kedua tadi akan membentuk kepribadian anak.
Kemandirian, keuletan, belajar dari kesalahan dan rasa sukses dalam memecahkan permasalahan
akan membuat anak memiliki konsep diri yang positif, dan rasa percaya diri yang mantap.
Keempat , kesempatan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya perlu dikembangkan.
Misalnya dengan cara collaborative learning and playing (bermain dan belajar secara
kolaboratif). Kebersamaan, kekompakan, mau menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri
dan orang lain merupakan tujuan dari learning how to life together .
Chen (2004) mengemukakan ada 6 prinsip dasar dalam pengembangan kurikulum dan
pembelajaran dalam rangka memfasilitasi perkembangan kecerdasan jamak pada anak, yaitu: (1)
holistic development and learning, (2) integrated learning, (3) active learning, (4) supportive
learning, (5) learning through interaction, dan (6) learning trough play. Pengembangan
kurikulum dan pembelajaran hendaknya berangkat dari pemahaman terhadap perkembangan dan
gaya belajar anak usia dini yang bersifat holistik. Pendekatan pembelajaran yang digunakan
untuk memfasilitasi karakteristik perkembangan dan belajar anak adalam melalui pembelajaran
terpadu. Keterpaduan ini meliputi proses dan materinya, sehingga menghasilkan pembelajaran
yang bermakna dan menyenangkan. Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akanmerangsang anak untuk bermain dan belajar secara aktif. Peran guru adalah mendorong
terjadinya belajar. Untuk lebih memperluas wawasan dan berkembangnya kemampuan berbahasa
dan sosial anak, maka pembelajaran hendaknya memungkinkan anak berinteraksi dengan
lingkungannya. Interaksi anak dengan lingkungan dan objek-objek belajar akan memungkinkan
5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 9/12
9
anak mengkonstruksi pengalaman belajarnya secara efektif. Mengingat dunia anak usia dini
adalah bermain, maka pembelajaran dikemas dalam bentuk permainan kreatif-konstruktif,
sehingga anak secara alamiah belajar di balik kegiatan bermain yang dilakukannya.
Implikasi dari prinsip-prinsip di atas, maka strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru
adalah:
1) dimulai dari anak,
2) pengembangan suasana belajar yang positif atau kondusif,
3) penyiapan lingkungan pembelajaran,
4) perencanaan dan aktivitas belajar yang terstruktur,
5) pengadaan nara sumber, dan
6) mengadakan observasi kepada anak.
Dengan demikian karakteristik pembelajaran yang mendidik adalah:
1) memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa keingintahuannya,
2) memberi kesempatan anak untuk mengadakan eksplorasi terhadap lingkungan dan objek-
objek belajarnya secara langsung (a hand on experiences), secara trial and error, sebagai
wahana untuk mengkonstruksi pengalaman belajarnya,
3) berdasarkan poin 2, anak terfasilitasi untuk membentuk konsep diri, rasa percaya diri,
disiplin, mandiri dan kemampuan mengendalikan diri berdasarkan nilai keagamaan, norma
sosial, serta kreatif dalam memecahkan permasalahannya,
4) memungkinkan anak berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain, sehingga aspek
perkembangan moral dan sosial anak berkembang secara optimal di era globalisasi dan
teknologi informasi, dan
5) pembelajaran bermuara kepada outcome berupa terbentuknya kecakapan pribadi, sosial,
akademik dan vokasional pada anak usia dini.
Untuk mewujudkan hal itu, pembelajaran hendaknya bersifat kontekstual. Nurhadi dkk. (2004)
mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru menghadirkan dunia nyata ke
dalam kelas dan memdorong anak membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 10/12
10
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian anak memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses
mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat.
Contoh-contoh Aktifitas Pengembangan Multiple Intelligences
Berikut ini adalah contoh-contoh aktivitas pengembangan multiple intelligences, yang sesuai
untuk anak usia dini.
Bidang Kecerdasan Contoh Aktivitas
Verbal Linguistik melengkapi cerita
asosiasi kata
memainkan cerita
bersajak
menciptakan sendiri nyanyian
bermain tangga kata
bermain baby boggle
Logic-Mathematic mencari hubungan bentuk
bermain batang buah
permainan menghitung
bermain karton telur
melompat dan menghitungVisual-Spatial menandai perubahan
menandai perbedaan
permainan mata mengembara
belajar tentang warna, garis dan bentuk
Bodily-Kinesthetic memilih bentuk, warna dan pola
bergerak mengikuti musik
menirukan hewan
permainan menebak peragaan kata-kata
keseimbangan pada garis atau balok Musical-Rithmic mendengarkan musik instrumental
bertepukmenurut irama
membentuk band dengan media sederhana
Interpersonal mengenal teman-temanku
bekerja dengan teman-teman
5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 11/12
11
berjalan saling percaya
Intrapersonal menuliskan keberhasilan dan kelebihan
saya mempunyai perasaan
permainan impian saya
Natural permainan penjelajahan alam sekitarmencari keajaiban alam sekitar
Contoh-contoh tersebut bermuara pada bidang kecerdasan tertentu. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya kegiatan tesebut dilakukan secara terpadu, karena perkembangan kecerdasan
tersebut terjadi secara holistik.
Penutup
Anak usia dini merupakan masa emas perkembangan anak, karena sampai dengan usia 8 tahun
hampir 80% kecerdasan anak sudah berkembang. Kecerdasan yang dimiliki oleh anak meliputi
verbal linguistik , logic-mathematic, visual-spatial, bodily-kinesthetic, musical-rithmic,
interpersonal, intrapersonal, dan natural.
Agar kecerdasan tersebut berkembang secara simultan dan optimal, maka orang tua dan guru
perlu memfasilitasi dengan menciptakan pembelajaran yang mendidik, dengan mengedepankan
pada prinsip demokratis, terpadu dan menyenangkan dengan menghadirkan dunia nyata ke dalam
kelas. Di samping itu agar upaya guru dan orang tua efektif, maka pembelajaran pembelajaran
dikemas ke dalam permainan-permainan yang menantang dan menjadikan anak bersikap
kolaboratif baik dengan teman sebaya, orang dewasa, maupun guru dan lingkungannya.
-----ooo0ooo-----
5/14/2018 MI Paud - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/mi-paud 12/12
12
Daftar Rujukan
Seefeldt, C dan N. Barbour. 1994. Early Childhood Education, an Introduction, 3rd. Edition.
New York: MacMillan Colledge Publishing Company
Lwin, May, dkk. 2005. How to Multiply Your Child’s Intelligence. Alih bahasa: ChristineSujana. Jakarta: Gramedia
Chen, C. 2004. Application of Multiple Intelligences in Early Childhood Education in
Singapore. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Nasional PendidikanAnak Usia Dini, Menyongsong Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis
Kecerdasan Jamak di Masa Depan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta
DePorter, B dan Mike H. 2000. Quantum Learning. Bandung: Kaifa
DePorter, B. dkk. 2000. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.