Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MINAT BELAJAR SOSIOLOGI SISWA
DALAM PEMBELAJARAAN KOOPERATIF DENGAN
METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION
(STAD) KELAS XI DI MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Skripsi
Diajukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan IPS (S.Pd)
Oleh
LILIS KOMARIAH
107015003750
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Lilis Komariah
NIM : 107015003750
Jurusan : Pendidikan IPS
Judul : Minat Belajar Sosiologi Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif
dengan Metode Student Team Achievement Division (STAD) Kelas
XI MA Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.
No. Referensi Paraf
1. Abdurrahman,Meaningful Learning Re-Invensi kebermaknaan
pembelajaran Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 1,
2007
2. Arifin, Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan
Nasional dalam Undang-undang SISDIKNAS, Jakarta:
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, Cet. 3, , 2003
3. Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 6, 2001
4. _________________, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:
Bumi Aksara, cet. 4, 2007
5. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta:
CV.Atlas, 1998
6. Friesda, Neng Jamilah F, Penerapan Pembelajaran Dengan
Menggunakan Metode Peta Konsep Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Biologi, Jakarta: UIN, Jakarta, 2008.
7. Hernawan, Asep Herry, dkk., Belajar dan Pembelajaran SD,
Bandung, UPI Press, cet. 1, 2007
8. Imron , Ali, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya,
Cet. 1, 1996
9. Isjoni, Pembelajaran Visioner, Jakarta, Pustaka Pelajar, cet. 1,
2007
10. _____, Pembelajaran Kooperatip, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
cet.1, 2009
11. Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan
Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, cet. 1,2006
12. Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Gaung Persada
Press, cet.1, 2009
13. Junaedi, dkk.., Paket 7-14 Strategi Pembelajaran, Jakarta:
PGMI, cet. 1, 2008
14 Kusumah, Wijaya dan Dwitagama Dedi, Mengenal Penelitian
Tindakan Kelas, Jakarta, PT. Indeks, cet. 3, 2009
15 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Bandung,
Remaja Karya CV, 1973
16 Mulyasa, E, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2003
17 Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar,
18 Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman
Ilmu Jaya, cet. 2, 1995
19 Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, cet. 5, 2006
20 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta:
PT Raja Grapindo Persada, cet. 10, 2003
21 Shadily, Hassan, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia,
Jakarta: Rineka Cipta, cet. 12, 1993
22 Shaleh , Abdul Rahman, Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta,
Kencana, cet. 1, 2004
23 Slavin, Robert E, Psikologi Pendidikan, Terj. Educational
Psychology, Jakarta: Indeks, cet. 1, 2009
24 Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, cet. 25, 1990
25. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, Cet. 13, 2003
26 ____________, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT
Raja Garapindo Persada, 2007
27 Syah, Darwyan, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Faza Media, cet. 1,
2006
28 Syam, Jonny, Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar
Teknologi, Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 1, Nmor 1,
Mei 2004
29 Tim Penyusun , Panduan Siswa Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan
Aliyah, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
30 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik, Jakarta, Prestasi Pustaka, cet. 1, 2007
31 Waskito, A. A, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: PT.
Wahyu Media, cet. 1, 2009
32 Wisadirana, Darsono, Sosiologi Pedesaan, Malang: UMM Press,
cet. 1, 2004
33 Witherington, H. C, dkk., Teknik-teknik Belajar dan Mengajar,
Bandung, Jemmars, cet. 3, 1986
34 Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta, Grasindo, cet. 4, 1996
35 Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi,
Jakarta: Gaung Persada Press, cet. 2, 2004
36 Widyaningrum, Retno, Strategi Pengajaran yang
Berasosiasikan dengan Pembelajaran Kontekstual, Jurnal
Kependudukan dan Kemasyarakatan, cendekia Vol 3 N0.
Jakarta, 24 Nopember 2010
Pembimbing,
Drs. H. Nurochim, MM.
NIP: 195907151984031003
2 Juli-Desember, 2005
37 Qym, Pengertian Minat, artikel di akses pada 12 oktober 2009
dari:http://qym7882.blogspot.com/2009/03/pengertian-
minat.htm
38 Zanikhan, Minat Belajar Siswa, artikel di akses pada 12
oktober2009dari:http://zanikhan.multiply.com/journal/ite
m/1206
PERSETUJUAN PEMBIMBING
MINAT BELAJAR SOSIOLOGI SISWA DALAM PEMBELAJARAAN
KOOPERATIF DENGAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) KELAS XI DI MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Skripsi
Diajukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan IPS (S.Pd)
Oleh:
LILIS KOMARIAH
NIM: 107015003750
Pembimbing,
Drs. H. Nurochim, MM
NIP. 195907151984031003
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi berjudul “ Minat Belajar Sosiologi Siswa dalam Pembelajaran
Kooperatif dengan Metode Student Team Achievement Division (STAD)”,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah, pada
tanggal 17 Februari 2011 dihadapan Dewan Penguji. Karena itu penulis berhak
memperoleh gelar sarjana SI (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial.
Jakarta, 21 Februari 2011
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan) Tanggal Tanda Tangan
Drs. H. Nurochim, MM ................................ (............................)
NIP: 19590715 198403 1 003
Penguji I
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd ................................ (............................)
NIP: 19730424 200801 1 012
Penguji II
Drs. H. Syaripulloh, M.Si .................................. (............................)
NIP: 19670909 200701 1 003
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
NIP: 19571005 198703 1 003
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Lilis Komariah
NIM : 107015003750
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS)
Alamat :Ds. Bolang, Kec. Tirtajaya, Karawang
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul:
MINAT BELAJAR SOSIOLOGI SISWA DALAM PEMBELAJARAAN
KOOPERATIF DENGAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) KELAS XI DI MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama : Drs. H. Nurochim, MM
Dosen Jurusan : Pendidikan IPS
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, 24 November 2010
Yang menyatakan
Lilis Komariah
i
ABSTRAK
Lilis Komariah. Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Minat Belajar Sosiologi dalam Pembelajaraan Kooperatif Dengan Metode Student
Team Achievement Division (STAD) Di Kelas XI MA Pembangunan UIN. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui minat belajar sosiologi siswa serta untuk
meningkatkan minat belajar sosiologi siswa dalam proses pembelajaran sosiologi siswa di
kelas XI. Adapun metode yang digunakan penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Kemudian instrument yang digunakan adalah instrument tes yang berupa
pretest dan postes, serta instrument nontes berupa lembar angket, lembar observasi, jurnal
harian siswa, catatan lapangan, dan lembar wawancara. Hipotesis tindakannya adalah Jika
pembelajaran sosiologi dilakukan dalam pembelajaran kooperatif dengan metode Student
Team Achievement Division (STAD), maka siswa akan memiliki minat yang tinggi. Adapun
indikator keberhasilannya yang dicapai adalah 80 dari KKM > 70. Dari hasil penelitian
memperlihatkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan bahwa
adanya minat belajar sosiologi tinggi yaitu dengan dibuktikan siswa menjadi lebih aktif
dalam proses pembelajaran serta ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar
sosiologi siswa dari siklus I ke siklus II. Nilai rata-rata N-Gain siklus I adalah 0,49.
Sedangkan siklus II rata-rata N-Gainnya mencapai 0,62. Berdasarkan analisa angket, respon
siswa setelah belajar sosiologi dengan metode STAD adalah sebagian besar baik, yaitu
mencapai 100%. Dapat disimpulkan bahwa adanya minat belajar sosiologi siswa tinggi dari
siklus I ke siklus II yaitu dalam pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode
STAD. Setelah belajar dengan metode STAD siswa menjadi lebih aktif dan menyenangkan
dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci: Minat Belajar, Hasil Belajar, Sosiologi, Metode STAD
ii
ABSTRACT
Lilis Komariah. Social Science Education Departement Faculty of Tarbiyah and Teacher’s
Training. The student interesting for subject of sociology through the educational cooperative
with Method Student Team Achievement Division (STAD) in Class XI MA Pembangunan UIN
Jakata. The purpose of this study is to determine interest in studying sociology students as well
as to increase interest in studying the sociology of sociology students in the learning process of
students in class XI. The method used in this study is the method of Classroom Action Research
(CAR). Then the instrument used is a test instrument in the form of pretest and posttest, and the
instrument nontest a questionaire sheet, observation sheets, students' daily journals, field notes,
and interview sheet. Hypothesis If the action is a sociological study carried out through
cooperative learning with the method of Student Team Achievement Division (STAD), then
students will have a high interest. The indicator of success was 80 of KKM> 70. From the
research shows that students' acquisition of teaching materials shows that the high interest in
learning sociology is to prove the students become more active in the learning process as well as
indicated by an increase in sociology student learning outcomes from cycle I to cycle II. The
average value of N-Gain cycle I is .49. While the average cycle II N-Gain reached 0.62. Based
on the analysis of questionnaire, students' response after studying sociology with STAD method
is mostly good, reaching 100%. It can be concluded that the presence of high student interest in
learning sociology from cycle I to cycle II is through a cooperative learning method STAD. After
studying with STAD method students become more active and fun in the learning process.
Keywords: Interest in Learning, Learning Outcomes, Sociology, STAD Methods
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis persembahkan ke hadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan dalam segala kebaikan.
Shalawat dan salam, penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai
Rasul pembawa pencerahan dan perdamaian bagi seluruh umat.
Atas rahmat, barokah, dan hidayah, serta ridha Allah SWT., penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas akhir penulis untuk
menyelesaikan studi di jenjang Strata Satu (S1) Jurusan Pendidikan IPS Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan
karena mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai
ungkapan rasa hormat yang dalam, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Drs. H. Nurochim, MM, Ketua Jurusan Pendidikan IPS sekaligus sebagai
pembimbing penulis dalam mengerjakan skripsi. yang telah memberikan
arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis.
3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS.Yang
senantiasa telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, kritik dan
saran kepada penulis dalam megerjakan skripsi.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang banyak memberikan segudang ilmu pengetahuan.
5. Pimpinan perpustakaan UIN beserta seluruh staf dan karyawan yang telah
memberikan kemudahan dalam penggunaan sarana perpustakaan.
6. Untuk Ibunda tercinta (Ibu Hj. Rosyidah),Ayahanda (Bpk. Aep Saepulloh)
yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang, motivasi, doa, dan bantuan
baik moril maupun materil. Serta beserta seluruh sanak keluarga, yang selalu
memberikan penulis semangat dan motivasi.
iv
7. Untuk Habibi Aa Salapuddin “Ichal” yang senantiasa memanjatkan do’a
kepada-Nya untuk kesuksesan penulis, memberikan motivasi, serta senantiasa
menemani penulis dalam setiap kondisi, baik suka maupun duka.
8. Untuk kaka qu k’Lulu El-Maknun terima kasih atas support dan bantuannya.
9. H. Darul Janin, S.Ag Kepala MA Pembangunan UIN Jakarta khususnya
kepada guru sosiologi Bapak Wage Wardana, S.Pd, yang telah memberikan
bantuan dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah tersebut.
10. Teman-teman seperjuangan Jurusan PIPS angkatan 2005, 2006 dan 2007
(khususnya Sutarsih, Ello Humaeroh, Wijay, dewi Atikoh, Hilda Rizqiani,
Vivi dan Diah), kalian semua telah memberikan motivasi, bantuan dan warna,
dalam hidup penulis.
11. Teman-teman Tim SMM ISO 9001:2008 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan do’a,
serta dukungan kepada penulis.
12. Teman-teman kosn untuk Adeku Syifa Fauziah,Adeku Rani, Diah, Ilmi dan
Tetehku Aida Fitriati dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah memberikan motivasi, kritik dan saran buat penulis.
13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun semua yang kalian berikan
sangat berarti bagi penulis.
Dan semoga apa yang telah seluruh pihak berikan kepada penulis, baik
doa, bantuan moril maupun materil, motivasi dan pengalaman. Semoga
mendapatkan balasan dan berokah dari Allah SWT. Amin.
Jakarta, 24 Nopember 2010
Penulis
Lilis Komariah
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTEAKSI…………………………………………………………………….i
ABSTRACT……………………………………………………………………..ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….....iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..vii
DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………ix
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………..1
B. Identifikasi Masalah………………………………………….7
C. Pembatasan Masalah…………………………………………7
D. Perumusan Masalah………………………………………….8
E. Manfaat Penelitian……………………………………………8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakekat Minat Belajar……………………………………….9
B. Hakekat Sosiologi…………………………………………….22
C. Hakekat Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Student
Team Achievement Division (STAD)………………………...27
D. Kerangka Berpikir…………………………………………..39
E. Hipotesis Tindakan…………………………………………..40
F. Penelitian yang Relevan……………………………………..40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian……………………………………………42
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………..42
C. Metode Penelitian…………………………………………...43
vi
D. Subjek Penelitian…………………………………………46
E. Peran dan Posisi dalam Penelitian………………………46
F. Tahapan Intervensi Tindakan…………………………..46
G. Hasil Intervensi /Tindakan yang diharapkan…………..47
H. Instrumen Pengumpulan Data…………………………..47
I. Teknik Pengumpulan Data………………………………52
J. Pemeriksaan Keterpercayaan……………………………53
K. Teknik Analisa Data……………………………………...56
BAB IV DESKRIPSI, ANALISA DATA, INTERPRETASI HASIL
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah………………………………58
B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan……………………….64
C. Pemeriksa Keabsahan Data……………………………...70
D. Analisa Data………………………………………………71
E. Interpretasi Hasil Analisa………………………………...86
F. Pembahasan Temuan Penelitian………………………....91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………..93
B. Saran………………………………………………………94
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….95
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Disain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian
viii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 N-gain Suklus I
Grafik 4.2 N-gain Siklus II
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Sosiologi Siklus I
Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Sosiologi Siklus II
Tabel 3.5 Kisi-Kisi angket
Tabel 4.1 Daftar Nama Guru MA Pembangunan UIN Jakarta
Tabel 4.2 Jumlah Siswa MA Pembangunan UIN Jakarta
Tabel 4.3 Fasilitas Belajar Siswa MA Pembangunan UIN Jakarta
Tabel 4.4 Hasil Belajar Siklus I & Siklus II
Tabel 4.5 Respon Siswa Terhadap Tindakan Pebelajaran pada Siklus I
Tabel 4.6 Respon Siswa Terhadap Tindakan Pebelajaran pada Siklus II
Tabel 4.7 Rekapitulasi Respon Siswa pada Siklus I & Siklus II
Tabel 4.8-422 Hasil Analisis Angket
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 RPP Siklus I Pertemuan Pertama
LAMPIRAN 2 RPP Siklus II Pertemuan Pertama
LAMPIRAN 3 Hand Out Siklus I & Siklus II
LAMPIRAN 4 Soal Siklus I
LAMPIRAN 5 Soal Siklus II
LAMPIRAN 6 Kunci Jawaban Siklus I & Siklus II
LAMPIRAN 7 Hasil wawancara guru pada saat observasi
LAMPIRAN 8 Hasil wawancara Siswa pada saat observasi
LAMPIRAN 9 Catatan Lapangan Siklus I
LAMPIRAN 10 Catatan Lapangan Siklus II
LAMPIRAN 11 Lembar Observasi aktivitas Guru Siklus I
LAMPIRAN 12 Lembar Observasi aktivitas Guru Siklus II
LAMPIRAN 13 Lembar Observasi aktivitas Siswa Siklus I
LAMPIRAN 14 Lembar Observasi aktivitas Siswa Siklus II
LAMPIRAN 15 Lembar Angket Minat Belajar Sosiologi Siswa
LAMPIRAN 16 Pedoman Wawancara Siswa pada saat Observasi
LAMPIRAN 17 Pedoman Wawancara Guru pada saat Observasi
LAMPIRAN 18 Hasil Belajar Siklus I
LAMPIRAN 19 Hasil Belajar Siklus II
LAMPIRAN 20 Uji Validitas Instrumen Siklus I
LAMPIRAN 21 Uji Validitas Instrumen Siklus II
LAMPIRAN 22 Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I
LAMPIRAN 23 Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II
LAMPIRAN 24 Rekap Analisis Butir Soal Siklus I
LAMPIRAN 25 Rekap Analisis Butir Soal Siklus II
LAMPIRAN 26 Poto dalam PBM
LAMPIRAN 27 Soal & Jawaban Siklus I
LAMPIRAN 28 Soal & Jawaban Siklus II
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa, karena
pendidikan merupakan salah satu dasar kebutuhan manusia untuk mampu
bersaing dengan Negara-negara lain.
Abdurrahman berpendapat bahwa:
Pendidikan adalah transfer pengetahuan dan nilai (knowledge and
value). Dari kedua transfer tersebut setiap manusia menyerap ilmu dan
meresapi nilai-nilai yang ada pada satu disiplin ilmu. Kedua transfer
tersebut akan berjalan optimal bila setiap manusia menyatu dalam
proses belajar mengajar dengan mencurahkan segenap dimensi
kemanusiaannya untuk menangkap dan mengendapkan segala materi.
Menangkap, mengendapkan dan mentransformasikan segala yang
didapat dari proses transfer itulah inti proses belajar mengajar. Maka
proses yang demikian adalah salah satunya didapatkan melalui
pendidikan.1
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan
merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui
proses pembelajaran yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Hal ini
diperkuat dengan adanya Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 tentang sistem pendidikan nasional yaitu “bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
1 Abdurrahman, Meaningful Learning Re-Invensi Kebermaknaan Pembelajaran (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), Cet. 1, h. 3
2
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan Undang-undang”.2 Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib
mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara
Indonesia. Hal ini dinyatakan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 No. 20 pada pasal 5 ayat (1) yaitu “bahwa setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu”.3 Sehingga masyarakat bisa mengembangkan potensi dirinya
dalam kegiatan pembelajaran.
Islam sebagai agama yang paling sempurna dengan Al-Quran sebagai
pedoman ajarannYa menegaskan kepada umatnya agar mengembangkan
potensi akal yang ada pada dirinya.
Islam begitu mementingkan pendidikan, bahkan ayat yang pertama turun
(Qs. Al-Alaq) berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan perintah untuk
belajar. Bunyi surat tersebut beserta artinya adalah sebagai berikut:
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan
Tuhanmulah yang paling pemurah, yang telah mengajar (manusia)
dengan perantara kalam. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya”.4
Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa maksud Allah mengajar
manusia, yaitu dengan perantara tulis dan baca sehingga manuasia memiliki
ilmu pengetahuan serta dapat berjuang keras untuk mendapatkan pendidikan.
2 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-undang
SISDIKNAS, (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,
2003 ), Cet. 3, h. 33
3 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru…, 3, h. 263
4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV.Atlas, 1998), hal. 1079
3
Disebut pula dalam Al-Quran bahwasanya Allah SWT akan mengangkat
derajat orang yang berilmu dengan mempergunakannya secara benar. Sesuai
Firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadallah ayat 11:
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.5
Darwyan Syah mengatakan perkembangan zaman pada era
globalisasi dewasa ini, pendidikan menjadi sangat penting. Bila
pendidikan dalam suatu masyarakat berkembang dengan baik, maka
tidak dapat dipungkiri lagi bahwa masyarakat tersebut akan semakin
berkualitas dan mampu bersaing terhadap kompetisi yang semakin hari
semakin ketat dan keras dalam berbagai aktivitas kehidupan. Dalam
kondisi semacam ini maka sumber daya manusia yang berkualitas
mampu menghadapi persaingan dalam aktivitas kehidupan. Pada
dasarnya kualitas sumber daya manusia menjadi peran utama dalam
menentukan aktivitas dalam berbagai sektor pembangunan baik
pembangunan fisik maupun nonfisik.6
Pendapat Isjoni mengenai pendidikan bahwa “sumber daya manusia yang
berkualitas sangat dituntut oleh motivasi dan kerja keras dari manusia itu
sendiri.”7
Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas maka sekolah
sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal merupakan lembaga
kepercayaan masyarakat sebagai komponen penting dalam mempersiapkan
5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, hal. 910
6 Darwyan Syah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Faza Media, 2006), cet. 1, h. 34
7 Isjoni, Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006),
h.11
4
dan mengantarkan generasi anak bangsa untuk mampu menghadapi kompetisi
secara global yang kian hari semakin jelas dan terasa dampaknya terhadap
aktivitas kehidupan masyarakat. Adapun proses pendidikan merupakan
aktivitas yang sangat panjang dan penuh dengan perencanaan yang matang
dengan tujuan dan fungsi yang jelas seperti yang tertuang dalam undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional yaitu:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.8
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang baik
maka pemerintah menjalankan berbagai kebijakan dalam pendidikan yang
disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan Nasional. Adanya program
wajib belajar enam tahun kemudian ditingkatkan menjadi wajib belajar
sembilan tahun. Hal ini merupakan salah satu bukti, pemerintah benar-benar
ingin mencerdaskan kehidupan bangsa.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sumber daya
manusia adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang berfokus pada
pengembangan kemampuan. Untuk itu, Depdiknas mengembangkan suatu
kurikulum dasar berbasis kompetensi dengan mengacu pada empat pilar
pendidikan yang dikemukakan oleh UNESCO yang di kutip oleh Mulyasa
yaitu “belajar memahami (learning to know), belajar melakukan (learning to
do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar bekerjasama atau
hidup dalam kebersamaan (learning live together)”.9
Usaha lain yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan adalah dengan menetapkan kurikulum SMU/SMA pada mata
pelajaran Sosiologi. Pendidikan Sosiologi sebagai salah satu mata pelajaran di
8 Darwyan Syah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran..., h. 2
9 E, Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 5
5
lembaga pendidikan memiliki peran penting yang sangat strategis dalam
pembinaan kompetensi peserta didik. Adapun menurut Darsono Wisadirana
Sosiologi dapat didefinisikan “sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang hidup dan kehidupan masyarakat dan sosiologi memusatkan perhatian
pada segi-segi masyarakat yang bersifat umum”.10
Maka dari itu, pemerintah
dan guru harus bekerjasama untuk menciptakan suatu pembelajaran yang baik.
Salah satunya adalah dalam meningkatkan kualitas mata pelajaran Sosiologi
yang bertujuan supaya siswa bisa menguasai mata pelajaran tersebut, tentunya
dengan minat yang tinggi.
Kualitas pembelajaran Sosiologi yang dilaksanakan guru dan siswa sangat
ditentukan oleh kualitas metode pembelajaran yang dirancang oleh guru.
Menentukan metode pembelajaran Sosiologi merupakan langkah yang paling
penting, dalam hal ini seorang guru harus mengetahui terlebih dahulu macam-
macam aspek pembelajaran yang diajarkan, baik itu aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik.
Dalam pengembangan pembelajaran sosiologi banyak siswa yang kurang
menyerap pelajaran yang diberikan, hal ini disebabkan kurangnya minat
belajar siswa bahkan proses belajar mengajar Sosiologi sendiri sampai saat ini
belum mencapai efektif. Biasanya guru hanya mengacu pada satu metode saja,
atau hanya diskusi biasa saja tanpa mengacu pada pemahaman maupun
keterampilan siswa yang seharusnya dilatih, sehingga siswa merasa bosan,
tidak merasa dilibatkan secara aktif dan akhirnya siswa tidak memahami
materi yang diajarkan guru. Dalam kegiatan belajar yang pasif maka siswa
tidak bisa berkontribusi dalam membangun pengetahuan. Jika keadaan ini
dibiarkan terus menerus dalam waktu yang panjang, tentu akan berpengaruh
bagi minat belajar siswa, baik pada pelajaran Sosiologi maupun pada pelajaran
lainnya, dan akan memberikan dampak yang buruk pula bagi pertumbuhan
pendidikan nasional.
10 Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, (Malang: UMM Press, 2004) h. 9-10
6
Berdasarkan uraian di atas metode sangat memegang peranan penting
dalam pembelajaran serta dalam mengajar berperan sebagai alat untuk
menciptakan proses pembelajaran yang kondusif.
Darwyan Syah berpendapat metode mengajar merupakan cara-cara
yang digunakan guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada
siswa untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan mengajar makin tepat
metode yang digunakan, maka makin efektif dan efisien kegiatan
pembelajaran yag dilakukan antara guru dan siswa, yang pada akhirnya
akan mengetahui minat belajar dan menghantarkan keberhasilan belajar
siswa dan keberhasilan mengajar yang dilakukan oleh guru. Dengan
demikian guru harus tepat memilih metode apa yang akan digunakan
dalam mengajar dengan melihat tujuan belajar yang hendak dicapai,
situasi dan kondisi serta tingkat perkembangan siswa.11
Pemilihan metode pembelajaran sosiologi yang digunakan oleh guru
hendaklah siswa harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar serta
berkontribusi dalam membangun pengetahuan Serta bertanggung jawab
terhadap apa yang ia konstuksikan.
Guru tidak lagi mendominasi proses pembelajaran dengan menyajikan
pengetahuan dalam bentuk siap kepada siswa yang akan menerimanya secara
pasif. Maka diperlukan pendekatan pembelajaran kooperatif. Dalam meguasai
keterampilan atau pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Salah satu
metode pembelajaran kooperatif yang dapat melibatkan siswa aktif adalah
metode Student Teams Achievement Division (STAD). Metode yang dimaksud
adalah diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian
materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Berdasarkan hal di atas diperkuat oleh Isjoni mengenai
pembelajaran dengan kooperatif dengan metode STAD ini agar guru
menyediakan kesempatan-kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan masalah dengan
tujuan agar memotivasi siswa untuk mendorong minat belajar siswa dan
saling membantu di antara mereka dalam menguasai keterampilan atau
pengetahuan yang disajikan oleh guru.12
11 Darwyan Syah, dkk., Perencanaan Sistem..., h. 133
12
Isjoni, Pendidikan..., Hal.70-73
7
Dengan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka penulis
tertarik untuk mengetahui bagaimana minat belajar sosiologi dalam
pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division
(STAD) di MA Pembangunan UIN Jakarta kelas XI. Penulis akan melakukan
penelitian lebih lanjut dan akan menuangkannya dalam sebuah skripsi yang
berjudul: “MINAT BELAJAR SOSIOLOGI DALAM PEMBELAJARAN
KOOPERATIF DENGAN METODE STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) KELAS XI DI MA
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA”
B. Identifikasi Masalah
Telah diketahui Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai
berikut:
1. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi.
2. Tidak adanya variasi metode yang digunakan guru pada mata pelajaran
sosiologi sehingga siswa menjadi jenuh dan tidak adanya minat belajar.
3. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran Sosiologi.
4. Efektifkah penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode Student
Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan minat belajar
sosiologi siswa.
C. Pembatasan Masalah
Agar memudahkan penulis dalam menyusun skripsi ini dan tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka penulis membatasi
permasalahan skripsi ini sebagai berikut:
1. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi
2. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran Sosiologi
3. Efektifkah penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode Student
Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan minat
belajar Sosiologi siswa.
8
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana minat belajar siswa dalam mata pelajaran Sosiologi ?
2. Bagaimana interaksi belajar siswa pada pelajaran Sosiologi dalam
pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement
Division (STAD)?
3. Apakah pembelajaran kooperatif dengan metode STAD secara efektif
dapat meningkatkan minat belajar siswa pada kelas XI MA
Pembangunan UIN Jakarta?
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat penelitian yang peneliti kaji ini diharapkan dapat menambah
wawasan khususnya bagi peneliti
2. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan minat belajar siswa pada
mata pelajaran Sosiologi dalam pembelajaran kooperatif dengan
metode STAD
3. Bagi guru IPS dapat meningkatkan minat belajar di kelas dengan baik,
khususnya pada mata pelajaran Sosiologi
4. Untuk mahasiswa khususnya Mahasiswa jurusan IPS Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan agar menggunakan metode yang bervariatif
sehingga tidak membosankan siswa
5. Bagi instansi sekolah diharapkan untuk meningkatkan mutu sekolah
khususnya dalam pembelajaran yang efektif dengan menggunakan
metode yang bervariatif .
6. bagi pembaca diharapkan dapat memberi pandangan yang lebih kreatif
dari penulisan skripsi ini.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian ini
mamiliki Tujuan agar peneliti mengetahui peningkatan minat belajar sosiologi
dalam pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement
Division (STAD).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah MA Pembangunan
UIN Jakarta kelas XI. Adapun waktu yang dipergunakan oleh penulis dalam
melakukan penelitian ini adalah tiga (3) bulan yaitu dari bulan Juli sampai
bulan September 2010.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan Penelitian Juni Juli Agu Sept Okt Nov
Persiapan dan
perencanaan
√
Observasi (studi
lapangan)
√
Kegiatan penelitian √ √
43
Analisis data √ √
Laporan penelitian √
C. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan
metode Penelitian Tindakan Kelas atau yang lebih dikenal Classroom Action
Research. Adapun “esensi dari action research yang terletak pada adanya
tindakan dalam situasi yang dialami untuk memperbaiki atau meningkatkan
pembelajaran atau penyempurnaan peningkatan proses dan praktik
pembelajaran”.1
Penelitian tindakan kelas yang menekankan pada penerapan
pembelajaran koperatif dengan metode Student Team Achievement Divisions
(STAD). Adapun dalam “pembelajaran dengan metode STAD memiliki
tahapan-tahapan yang terdiri dari: 1) menyajikan pmateri, 2) siswa bekerja
dalam kelompok, 3) memberi kuis, 4) perhitungan skor, 5) memberi
penghargaat atau reward ”.2 tahapan ini dilakukan dalam peningkatan minat
belajar sosiologi. Dalam penelitian, peneliti menggunakan kegiatan rangkaian
siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
“Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian.
Tahap awal penelitian yaitu menyiapkan Skenario pembelajaran yaitu
dengan menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan
perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen
pengamatan untuk membantu merekam fakta yang terjadi selama tindakan
berlangsung”.3kemudian tahap persiapan yang dilakukan adalah
perencanaan yang matang setelah mengetahui masalah dalam
pembelajaran seperti membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran
1 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT.
Indeks, 2009), cet. 3, h. 44
2 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan… h. 24
3 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet. 4, h. 18
44
(RPP), menyiapkan instrumen penelitian terdiri dari: soal atau tes yang
harus dikerjakan siswa,lembar observasi, dan lembar wawancara
2. Tindakan (Acting)
Tahap ke-2 dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan ataupun juga melaksanakan
sekenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu menggunakan
tindakan di kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan
metode STAD.
3. Pengamatan (Observation)
Tahap ke-3, yaitu selama tahap pelaksanaan penelitian yaitu
dilakukan kegiatan pengamatan atau observasi terhadap perencanaan
pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti. Adapun “Observasi adalah
proses pengambilan data dalam peneliti dimana peneliti atau pengamat
melihat situasi penelitian”.4 Kemudian observasi dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi.
Begitu juga observasi dilakukan untuk mengetahui aktvitas belajar
siswa, untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam
mengaplikasikan pembelajaran serta menilai tindakan-tindakan yang sudah
baik dan tindakan yang masih perlu diperbaiki. Kemudian pada akhir
siklus dilakukan evaluasi terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa serta
pendapat siswa mengenai pembelajaran yang diharapkan maka oleh guru,
siswa diperintah untuk membuat buku harian siswa dikelas.
Data yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
dua jenis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Adapun data kuantitatif
terdiri Dari hasil belajar siswa baik melalui pretest maupun postest dan
data tentang pendapat siswa dari angket, sedangkan data kualitatif terdiri
dari data tentang aktivitas belajar siswa dari hasil observasi dan pendapat
siswa dari hasil angket ataupun wawancara.
4 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT.
Indeks, 2009), cet. 3, h. 66
45
4. Refleksi (Reflecting)
“Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan. Pada tahap ini, hasil yang didapat dari
pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan guru,
sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
tujuan perencanaan”.5 Maka hasil dari analisis tersebut akan digunakan
sebagai pedoman untuk merencanaan siklus berikutnya.
Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Disain Intervensi Tindakan /Rancangan Siklus Penelitian
Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK).6
5 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan…h. 19
6 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet. 4, h. 16
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II Pelaksanaan Refleksi
Perencanaan
SIKLUS 1 Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
46
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dimaksud mengarah pada subjek yang menjadi
sasaran penelitian ini, subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI MA
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan atau
praktisi, juga sebagai perancang kegiatan. Praktisi membuat perencanaan
kegiatan, kemudian melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis
data serta melaporkan hasil penelitian. Adapun dalam penelitian ini, dibantu
seorang guru, guru ini adalah guru mata pelajaran sosiologi kelas XI yang
bertindak sebagai observer atau pengamat.
F. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan intervensi tindakan yang dilakukan pada setiap siklus, yaitu:
Tabel 3.2
Tahap Kegiatan
Perencanaan Observasi ke Sekolah MA Pembangunan UIN Jakarta
Mengurus surat izin penelitian
Melakukan wawancara terhadap guru sosiologi dan
wawancara kepada siswa kelas XI IPS
Analisis dan refleksi dari kegiatan penelitian pendahuluan
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
Membuat instrument Soal penelitian
Melakukan uji coba insrumen Soal
Melakukan uji validitas, reabilitas
Menyiapkan perlengkapan penelitian
Pelaksanaan Melakukan kegiatan belajar mengajar dengan diawali
pemberian pretest
Appersepsi: guru memberikan pertanyaan
Penyampaian tujuan pembelajaran khusus
Melaksanakan langkah pemeblajaran kooperatif dengan
metode student teams divisions achievement (STAD)
Kesimpulan materi
Observasi Observasi dilakukan saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. sedangkan aspek-aspek yang dievaluasi
adalah mengenai minat belajar sosiologi. Sedangkan
Mengakhiri pelajaran dengan memberikan postest
47
Refleksi Hasil evaluasi dijadikan dasar tahap refleksi dalam rangka
perbaikan. Maka hasil dari analisis evaluasi tersebut akan
dijadikan sebagai pedoman untuk merencanakan siklus
berikutnya.
G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Proses pembelajaran kooperatif dengan metode STAD, diharapkan dapat
meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi. Adapun
indikator untuk mengetahui keberhasilan peneliti ini ditetapkan sekurang-
kurangnya 80% siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran seperti aktif
berpendapat, kemudian aktif mengerjakan tugas dan memiliki hasil belajar
yang baik, sehingga bisa memiliki minat tinggi dalam mata pelajaran
sosiologi.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Instrumen tes
Tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan
kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-
jawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Tes juga merupakan
alat pengukur data yang berharga dalam penelitian.7
Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis,
yaitu tes pilihan ganda, kemudian tes tertulis ini berupa tes awal (pre-
test) dan tes akhir (post-test). Tes awal (pre-test) yaitu dilakukan
sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Sedangkan
tes akhir (post-test) adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong
penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik, dan biasanya
naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal.8 Adapun tes
ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebagai acuan mnat
7 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT.
Indeks, 2009), cet. 3, h. 78-9
8 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Garapindo Persada, 2007),
h. 69-70
48
belajar siswa. Soal-soal yang diajukan berupa materi yang akan
dibahas pada saat pelaksanaan pembelajaran. Kemudian bentuk
penilaian tes ini adalah memberikan skor atau nilai 1 apabila siswa
menjawab benar dan memberikan nilai 0 apabila siswa menjawab
salah.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Sosiologi Siklus I
Standar Kompetensi: Memahami Struktur Sosial serta Berbagai Faktor
Penyebab Konflik dan Mobilitas Sosial.
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
No Kompetens
i Dasar
Konsep/sub
konsep
indikator No
Soal
Aspek
yang
diukur
1 Mendeskrip
sikan
Bentuk-
Bentuk
Struktur
dalam
Fenomena
Kehidupan
Diferensiasi Sosial
a. Pengertian
Struktur Sosial
b. Mendefinisikan
Diferensiasi
Sosial
c.Mengidentifikasi
Bentuk-bentuk
Diferensiasi
Sosial
Berdasarkan Ras,
Etnis, Suku,
Klen, Agama,
Profesi dan
Gender
1.Menjelaska
n Struktur
sosial
2.Mendefinisi
kan
diferensiasi
soaial
3.Menjelaska
n landasan
diferensiasi
soaial
4.Mencontohk
an pengertian
bentuk
diferensiasi
sosial
berdasarkan
gender
5.Mengidentif
ikasi bentuk
diferensiasi
sosial
berdasarkan
suku atau
etnis
6.Mengklasifi
kasikan
1
5,8,11,
15,17,
27
13,14,
25
2,3,12,
22,23,
24
5,7,9,
20,28
4,6,16,
17,29
C1
C1
C1
C2
C4
C4
49
bentuk
diferensiasi
berdasarkan
Ras
7.Menentukan
macam-
macam Ras
8.Menyebutka
n ciri-ciri
diferensiasi
sosial
9.Mengintegr
asikan Faktor-
faktor
diferensiasi
sosial
18,19,
30
26
10,21
C3
C1
C5
Tabel 3.4
Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Sosiologi Siklus II
Standar Kompetensi: Memahami Struktur Sosial serta Berbagai Faktor
Penyebab Konflik dan Mobilitas Sosial.
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
No Kompetens
i Dasar
Konsep/sub
konsep
indikator No
Soal
Aspek
yang
diukur
1 Mendeskrip
sikan
Bentuk-
Bentuk
Struktur
dalam
Fenomena
Kehidupan
Stratifikasi Sosial
a. Menjelaskan
Definisi
Stratifikasi Sosial
b. Mendeskripsikan
Proses Terjadinya
Startifikasi Sosial
1.Mencontohk
an pengertian
stratifikasi
sosial yang
terjadi dalam
masyarakat
2.Menjelaska
n stratifikasi
sosial
3.Menentukan
Pengertian
stratifikasi
sosial
4.Membedaka
1,3,57,
8,10,1
2,21
2
9
C2
C1
C3
C4
50
c. Mengidentifikasi
Unsur-unsur
Stratifikasi Sosial
d. Menyebutkan
Contoh Unsur-
unsur Stratifikasi
Sosial
e.Mengklasifikasika
n macam-macam
dalam Stratifikasi
Sosial
n terjadinya
stratifikasi
sosial
5.Mengidentif
ikasi unsur
stratifikasi
berdasdarkan
kelas atas,
bawah dan
menengah
6.Menyebutka
n unsur-unsur
stratifikasi
sosial
7Menjelaskan
macam-
macam
stratifikasi
sosial
8.Mencontohk
an macam-
macam
stratifikasi
sosial
9.Menjelaska
n macam-
macam dalam
stratifikasi
sosial
10.Menguraik
an Stratifikasi
Sosial
Berdasarkan
Macam-
macam
Stratifikasi
Sosial
13,30
14,15,
16
18.19
20,11,
4,6
17,26,
27
24,25,
22,23,
28,29
C4
C1
C1
C2
C1
C1
51
2. Instrumen Non Tes
Instrument nontes yang digunakan adalah sebagai berikut
a) lembar observasi yang digunakan terdiri dari tes perbuatan
yang berupa penilaian. Observasi dilakukan untuk melakukan
pencatatan mengenai aktivitas siswa dalam pembelajaran di
kelas.
b) lembar wawancara dilakukan awal penelitian dan tiap akhir
siklus dalam penelitian. Wawancara dengan fokus pada
tanggapan dan kesulitan siswa selama proses pembelajaran
dengan metode STAD yang telah diterapkan, serta saran siswa
terhadap pembelajaran berikutnya.
c) Lembar kuesioner atau angket dilakukan setelah akhir
penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat
belajar sosiologi melalui pembelajaran kooperatif dengan
metode STAD.
Tabel 3.5
Kisi-kisi Angket
Minat Belajar Sosiologi Melalui Pembelajaran Kooperatif
Dengan Metode Student Team Achievement Division (STAD)
Variabel Dimensi Indikator Butir
Item
Jumlah
Minat Belajar
Perasaan
Senang
- Menerima
Pelajaran dengan
Senang
- Tidak Terpaksa
dalam Belajar
- Tidak Merasa
Bosan
1,2,3,4,5
,6
6
52
Metode
Student Team
Achievement
Division
(STAD)
Perhatian
dalam
belajar
- Mengikuti
Penjelasan guru
- Mengerjakan
tugas dari guru
7,8,10, 3
Pengetahu
an dan
materi
- Pokok bahasan
menarik
- Isi materi
menantang untuk
diuji
12,13, 2
- Sikap
Guru
-Keaktifan
- Penjelasan Guru
Mudah di Pahami
- Aktif Belajar
dengan Metode
STAD
9,11,14,
15
4
d) lembar jurnal harian siswa adalah jurnal harian yang digunakan
siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap proses
pembelajaran pada setiap pengamatan
I. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data penelitian, maka penulis melakukan tahap
pengumpulan data berikut ini:
1. Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksud menurut Iskandar adalah “seperti
foto-foto dari proses pembelajaran, hasil tes siswa, dokumentasi dari
profil sekolah, dan juga lembar jurnal siswa, ataupun sumber-sumber
lain yang dapat dipertanggung jawabkan oleh peneliti”.9
2. Kuesioner atau angket
Angket yang digunakan adalah angket skala likert (rating scale).
Adapun pada skala ini siswa memberikan respon terhadap
9 Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 73
53
pertanyaan-pertanyaan mengenai peningkatan minat belajar sosiologi
melalui pembelajaran kooperatif dengan metode STAD dengan
memilih:
SS = sangat setuju
S = setuju
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju
Adapun angket ini digunakan untuk mengetahui pendapat siswa
mengenai metode yang diterapkan oleh penulis dan untuk
mengetahui peningkatan minat belajar sosiologi.
3. Wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif
dengan menggunakan instrument pedoman wawancara.10
Adapun
peneliti mewawancarai guru sebelum penelitian maupun sesudah
penelitian dan juga peneliti mewawancara siswa setelah dilakukan
tindakan pada akhir siklus
4. Observasi
Peneliti melakukan observasi atau pengamatan ketika proses belajar
mengajar berlangsung. Kemudian hasil setiap pengamatan
didiskusikan oleh peneliti bersama guru pada saat menganalisis data
untuk membuat tindakan pada siklus berikutnya.
J. Pemeriksaan Keterpercayaan
Penulis menggunakan teknik triangulasi untuk menganalisis data
kualitatif. Menurut Iskandar triangulasi adalah memeriksa kebenaran atau
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu data.11
10 Iskandar, Penelitian Tindakan…, h. 71
11
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 84
54
Untuk menganalisis butir angket, maka peneliti melakukan dua tahap
yaitu:
a. Data yang penulis peroleh melalui angket akan diolah dengan
menggunakan langkah sebagai berikut:
1. Editing, yaitu meneliti satu persatu kelengkapan pengisian
dan kejelasan penulisannya. Dalam tahap ini dilakukan
dengan mengecekkan terhadap kelengkapan dan kebenaran
pengisian penulisannya.
2. Presentase, yaitu melakukan perhitungan dari hasil jawaban
respoden dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah
responden dikali 100 % dengan rumus presentase sebagai
berikut:
P = F x 100 %
N
Keterangan:
P = Presentase
F = Presentase Jawaban
N = Jumlah Responden 12
b. Data yang penulis peroleh dari hasil observasi maka peneliti
menganalisis dengan menggunakan langkah yaitu menganalisis
proses pembelajaran yaitu hasil observasi terhadap tindakan
pembelajaran peneliti dan hasil observasi terhadap peoses aktivitas
kelompok siswa.
c. Penulis menganalisis jurnal harian dengan mengelompokkan respon
siswa kedalam kelompok komentar positif, netral, negatif dan tidak
berkomentar kemudian dihitung persentasenya. Apabila persentase
komentar positif lebih besar dari pada komentar yang lain sehingga
komentar positif mencapai di atas 65% maka penelitian dihentikan.
12 Anas Sudijo, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), Cet.
13, H. 193
55
d. Kemudian agar dapat diperoleh data yang valid, instrument atau alat
untuk mengevaluasi harus valid. Oleh karena itu, sebelum digunakan
dalam penelitian, instrumen soal sosiologi terlebih dahulu diuji
cobakan untuk mengetahui dan mengukur validitas dan
reliabilitasnya.
1. Validitas
Untuk mengetahui validitas instrument soal maka
digunakan rumus product mement sebagai berikut:
2222 YYNXXN
YXXYNxyr
Keterangan :
rxy = Validitas Instrumen
N = Jumlah Responden
X = Skor Item (butir ) total
Y = Skor Total
Dihitung menggunakan program ANATES V4.
Dari uji instrument dari siklus I diuji validitas sebanyak 30 soal.
Adapun hasil uji validitas dengan r-tabel 0,388 didapat jumlah soal yang
valid terdapat 11 soal yakni nomor 1, 5, 7, 8, 9, 11, 13, 16, 17, 18, dan
23. kemudian agar menjadi 10 soal, maka harus dibuang 1 soal yaitu soal
no 8. (tingkat kesukarannya tergolong sukar)
Sedangkan pada siklus II didapat 10 soal yang valid yakni no 1, 2,
3, 4, 5, 6, 17, 8, 9, dan 16.
2. Reliabilitas
Untuk mengetahui realibilitas instrument soal digunakan rumus
KR-20 (Kuder Richardson) yaitu:
2
2
11S
pqS
1n
nr
56
Keterangan:
r11 = Realibilitas Instrumen
N = Banyaknya item
P = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
Q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
∑ pq = Jumlah hasil perkalian p dan q
S = Standar deviasi dari tes (Standar deviasi adalah akar
varians)
Berdasarkan rumus reliabilitas di atas dengan kriteria
pengujiannya adalah sebagai berikut:
r11= 0,91-1,00= Sangat Tinggi
r11= 0,71-0,90= Tinggi
r11= 0,41-0,70= Cukup
r11= 0,21-0,40= Rendah
r11= < 0,21 = Sangat Rendah
Dari hasil perhitungan pada siklus I diperoleh r hitung sebesar 0,87
yang menunjukkan bahwa instrumen memiliki nilai reliabilitas tinggi.
Sedangkan perhitungan pada siklus II diperoleh r hitung sebesar 0,93 yang
menunjukkan bahwa instrument memiliki nilai reliabilitas tinggi.
Dihitung menggunakan program ANATES V4.
K. Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data, yaitu peneliti
memberi uraian mengenai hasil penelitian. Menganalisa data merupakan
suatu cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh
agar dapat dimengerti. Menganalisis data yang diperoleh dari hasil belajar
siswa, lembar observasi kegiatan siswa dan guru pada proses pembelajaran,
catatan lapangan, jurnal harian siswa, dan respon siswa terhadap metode
Student Team Achivement Division (STAD).
Menganalisis data pada aspek kognitif atau pengasaan materi
57
menggunakan analisis deskrptif dari setiap siklus dengan menggunakan Gain
skor. Gain adalah selisih dari pretes dan postes, adapun gain menunjukkan
peningkatan pemahaman konsep atau materi setelah pembelajaran dilakukan
guru.
Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan rumus
Normalize Gain.13
g= skor postes-skor pretes
skor ideal-skor pretes
Rumus gain di atas dengan kategori sebagai berikut:
g tinggi : nilai (g) > 0,70
g sedang : 0,70> (g) 0,3
g rendah : nilai (g) < 0,3
13 Neng Friesda Jamilah F, Penerapan Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Peta
Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi, Skripsi Sarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2008), h. 21
58
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakekat Minat Belajar
1. Minat
a. Pengertian Minat
Minat adalah memegang peranan penting dalam mendorong siswa
untuk berpikir secara kritis agar meningkatkan suatu prestasi
khususnya prestasi dalam belajar. Adapun menurut Kamus Bahasa
Indonesia “minat adalah keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap
sesuatu hal”.1
Menurut Abdul Rahman “minat adalah sebagai suatu
kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap
orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut
dengan disertai perasaan senang”.2
Definisi minat menurut Winkel yang dikutip Qym bahwa “minat
merupakan suatu kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa
tertarik pada bidang studi tertentu dan merasa senang untuk
mempelajari materi itu”.3
1 A. A. Waskito, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Wahyu Media, 2009), cet. 1,
h. 355
2 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar, (Jakarta, Kencana, 2004), cet. 1, h. 262-
263
3 http://qym7882.blogspot.com/2009/03/pengertian-minat.htm pada 12 oktober 2009
10
Dewasa ini minat belajar dapat ditimbulkan oleh perasaan.
Perasaan merupakan faktor psikis yang non intelektual yang khusus
berpengaruh terhadap semangat atau gairah belajar. Dengan
perasaannya siswa mengadakan penilaian yang agak spontan terhadap
pengalaman-pengalaman belajar di sekolah.
M. Alisuf Sabri mengatakan yang dimaksud dengan “minat
(interest) adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan
mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya
dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan
minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu”. 4
Definisi senada menurut Mahfudz Shalahuddin yang dikutip
Zanikhan “minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur
perasaan”.5 Adapun menurut Abdurrahman Shaleh Dapat diketahui
bahwa dalam batasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa di
dalam “minat ada pemusatan perhatian subjek, ada usaha untuk
mendekati, mengetahui, memiliki, menguasai, dan berhubungan dari
subjek yang dilakukan dengan perasaan senang tersebut, atau ada daya
penarik dari objek”.6
Pendapat lain menurut Crow dan Crow yang dikutip Zanikhan
“minat atau interest adalah bisa berhubungan dengan daya gerak yang
mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda dan
kegiatan”.7
Definisi diatas dapat disimpulkan mengenai minat adalah
keinginan, kemauan, gairah, tertarik, sikap senang kepada sesuatu, dan
kecenderungan hati yang tinggi untuk selalu memperhatikan dan
mengingat secara terus menerus terhadap sesuatu (orang, benda,
4 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995), cet. 2,
Hal.84
5 http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1206, pada 12 oktober 2009
6 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar, (Jakarta, Kencana, 2004), cet. 1, h. 263
7 http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1206, pada 12 oktober 2009
11
kegiata) yang diinginkan untuk mengetahui dan mempelajari serta
membuktikannya lebih lanjut khususnya dalam kegiatan belajar.
Kesimpulan di atas menunjukkan bahwa beberapa definisi para
tokoh-tokoh tersebut terlihat definisi yang saling melengkapi, yaitu
terdapat aspek mengenai minat mencakup perasaan, daya gerak yang
mendorong, sikap senang, memperhatikan, kemauan, keinginan dan
tertarik kepada suatu hal secara terus menerus. Namun penulis lebih
setuju kepada definisi yang dikatakan oleh M. Alisuf Sabri mengenai
minat, karena pendapatnya memuat semua aspek minat yaitu erat
kaitannya dengan perasaan atau sikap senang yang merupakan suatu
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat secara
terus menerus sehingga rasa senang yang ditimbulkan akan
menciptakan rasa keingintahuan yang besar terhadap suatu hal atau
materi yang diajarkan, dan akan menjadikan siswa memiliki kreatifitas
tinggi, aktif, dan inovatif.
Penjelasan mengenai minat di atas terdapat hubungan yang erat
antara perasaan siswa dan sikap siswa terhadap pengalaman-
pengalaman belajar di sekolah, baik secara menyeluruh maupun
terhadap mata pelajaran tertentu.
Sikap dan minat merupakan faktor psikologis yang akan
mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang akan menunjang
belajar seseorang ialah sikap positif (menerima/suka) terhadap bahan
mata pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan
terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti ; kondisi kelas,
teman-temannya sarana pengajaran dan sebagainya
Minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada materi
mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya. Apabila siswa
tidak berminat kepada materi mata pelajaran juga kepada gurunya,
maka siswa tidak akan mau belajar. Oleh karena itu apabila siswa tidak
berminat sebaiknya dibangkitkan sikap positif (sikap menerima)
12
kepada pelajaran dan kepada gurunya. Agar siswa mau belajar
memperhatikan pelajaran.
Hal di atas diperkuat oleh M. Alisuf Sabri mengatakan “sikap dan
minat salah satunya harus ada dalam belajar yaitu apabila tidak ada
minat kepada pelajaran atau kepada gurunya, paling tidak pada diri
siswa itu harus ada sikap yang positif (menerima) kepada pelajaran
yang dipelajari atau kepada gurunya”.8
Jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau
kegiatan belajar mengajar. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa
lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan
belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima
pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat
untuk melakukannya sendiri.
Hal tersebut di atas diperkuat oleh Kurt Singer bahwa minat
adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi
keberhasilan suatu proses belajar. Jika seorang siswa memiliki
rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan
mengingatnya. Jika belajar merupakan suatu siksaan maka tidak
akan memberi manfaat jika tidak disertai sifat terbuka bagi
bahan-bahan pelajaran. Guru yang berhasil membina kesediaan
belajar siswa berarti melakukan hal yang terpenting khususnya
demi kepentingan belajar. Sebab minat bukanlah sesuatu yang
ada begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dipelajari.9
Berdasarkan pernyataan di atas minat belajar yang telah dimiliki
siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap
sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa
yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
8 M. Alisuf Sabri, Psikologi ..., Hal.84
9 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Terj. Dari Verhindert Die Schule Das
Learnen, oleh Bergman Sitorus, (Bandung: Remaja Karya CV, 1973), cet. 1, h. 24
13
b. Macam-macam Minat
Minat merupakan suatu karakteristik efektif yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran sehingga dapat dilihat langsung
hasilnya anatara siswa yang berminat dan tidak berminat. Dilihat dari
cara mengungkapkan minat dalam proses pembelajaran antara lain:
1) Expressed interest, yakni minat yang diungkapkan dengan
cara meminta kepada subyek untuk menyatakan atau
menuliskan kegiatan-kegiatan baik tugas maupun bukan
tugas yang disenangi dan tidak disenangi. Dari jawabannya
kemudian dapat diketahui minatnya
2) Manifest interest, yakni minat yang diungkapkan dengan
cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara
langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan
subyek atau dengan mengetahui hobinya.
3) Tested interest, yakni minat yang diungkapkan cara
menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang
diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau
masalah biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula
terhadap hal tersebut.10
Uraian di atas merupakan macam-macam dari minat belajar. Siswa
dapat dilihat minatnya, apakah minat siswa tinggi atau rendah. Dapat
diketahui bahwa siswa melaksanakan tugasnya karena ada minat. Bisa
dilihat dari ketika siswa tekun dalam belajar, membaca buku, dan
mengerjakan tugas tanpa menghiraukan kelelahan, itu disebabkan oleh
adanya minat.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat
Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat
terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya
akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya minat.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa,
yaitu:
1) Faktor Intern
a) Faktor Biologis
Faktor ini merupakan faktor yang mendukung
perkembangan individu dalam minat sebagai totalitas
10 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 267-268
14
karakteristik individu. Faktor biologis ini seperti: kesehatan
jasmani dan rohani.
b) faktor Psikologis
Keadaan psikologis dimana perkembangan potensi anak
tergantung pada diri dan emosi anak itu sendiri seperti:
perhatian, kesiapan, dan bakat atau intelegensi.
2) Faktor Ekstern
a) Faktor Lingkungan Keluarga
Minat belajar siswa biasanya dipengaruhi oleh keluarga
seperti: cara orang tua mendidik, suasana rumah dan
keadaan ekonomi keluarga, karena keluarga merupakan
lingkungan pertama dan paling penting bagi anak.
b) Faktor Lingkungan Sekolah
Suatu lingkungan yang dapat mempengaruhi proses
belajar mengajar yang kondusif yang bersifat formal yaitu
lingkungan sekolah.
c) Lingkungan masyarakat
Masyarakat juga berpengaruh terhadap minat siswa
khususnya dalam minat belajar.11
Penjelasan di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
minat belajar. Adapun untuk mendukung siswa memiliki keberhasilan
dalam belajar adalah didukung dengan minat yang tinggi. Untuk itu,
minat tidak datang dengan sendirinya, banyak faktor yang
mempengaruhi minat adalah faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi faktor biologis dan faktor psikologis .
faktor biologis seperti seseorang siswa yang ingin memperdalam ilmu
pengetahuan tentang mata pelajaran sosiologi yang harus
dipertimbangkan adalah faktor biologis harus mendukung untuk
mudah belajar dan mendapatkan hasil yang baik pula. Sedangkan
faktor psikologis hal ini akan membantu anak atau siswa dalam
membentuk konsep serta optimis dan percaya diri dalam
mengembangkan minat .
Faktor eksternal yang meliputi faktor lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Faktor lingkungan keluarga seperti dalam kegiatan
belajar seorang anak memerlukan bimbingan orang tua, suasana rumah
11
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 263
15
yang kondusif dan fasilitas-fasilitas belajar yang memadai seperti:
buku dan alat tulis lainnya.. kemudian faktor lingkungan sekolah yakni
lingkungan ini sangat berpengaruh bagi pengembangan minat, dan
karena di lingkungan itu minat anak dikembangkan secara intensif.
Sedangkan faktor lingkungan masyarakat meliputi apabila siswa
bergaul dengan anggota masyarakat yang baik, maka akan baik pula
siswa tersebut. Begitupun sebaliknya apabila pergaulan di masyarakat
tidak baik, maka tidak baik pula siswa tersebut.
2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Manusia yang hidup di dunia pada awalnya ini terlahir dalam
keadaan kosong atau seperti kertas kosong, yaitu tidak memiliki ilmu
pengetahuan apapun. Untuk mengisi keadaan kosong tersebut maka
harus diisi dengan ilmu pengetahuan yaitu dengan proses belajar.
Jika manusia ingin berubah, maka manusia itu harus mau belajar.
Karena dengan belajar manusia itu akan memiliki ilmu dan
pengalaman serta akan mengerti keadaan dirinya yang sebenarnya.
Dengan demikian dia akan berusaha untuk melakukan perubahan demi
untuk mencapai apa yang diinginkannya.
Martinus Yamin berpendapat “belajar merupakan proses orang
memperoleh kecakapan, keterampilan. Kemudian belajar dapat
dikatakan pula merupakan kegiatan yang membawa manusia pada
perkembangan pribadi yang seutuhnya, meliputi perkembangan
kognitif, afektif, dan psikomotorik”.12
Sedangkan pengertian belajar
menurut Ali Imron dalam pengertian yang umum atau popular, belajar
adalah
Mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut
diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini
dikenal dengan guru .Dalam belajar, pengetahuan tersebut
12 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2004), cet. 2, h. 97, 105
16
dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga akhirnya menjadi
banyak. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi
sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit
pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar,
dan juga orang yang tidak berpengetahuan di pandang sebagai
orang yang tidak belajar.13
Pendapat lain menurut Asep Hery Hernawan bahwa konsep belajar
di atas dapat dikaitkan bahwa “belajar adalah proses perubahan
perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara
sadar”.14
Adapun menurut H. C. Witherington mengatakan “belajar
merupakan suatu perbuatan yang dilakukan terus menerus sepanjang
hidup manusia dan adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh
manuasia”.15
.
Definisi lain dikatakan oleh Abdurrahman Shaleh bahwa “belajar
atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara
relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman”.16
Bisa dikatakan belajar merupakan salah
satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup
manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi)
dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia
bertahan hidup (survived).
Penjelasan di atas bahwa belajar membuat suatu perubahan yang
relatif lama pada individu yang belajar. Perubahan ini tidak hanya
mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga untuk bentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penghargaan,
penyesuaian diri, intinya mengenai segala aspek organisme atau siswa.
Karena itu seseorang yag belajar tidak sama lagi dengan sebelum
13 Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), Cet. 1, h. 2-3
14
Asep Herry Hernawan, dkk., Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung, UPI Press, 2007),
cet. 1, h. 2
15
H. C. Witherington, dkk., Teknik-teknik Belajar dan Mengajar, (Bandung, Jemmars, 1986),
cet. 3, h. 9-10
16
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 207
17
belajar, ia lebih mampu menghadapi kesulitan dalam memecahkan
masalah atau menyesuaikan diri dengan keadaan.
Menurut Zikri Neni Iska “belajar merupakan proses perubahan
dari yang belum mampu menjadi mampu, terjadi dalam jangka waktu
tertentu.17
Kemudian menurut Sardiman belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu-individu yang belajar”.18
Definisi lain dikatakan oleh Zikri Neni bahwa Perubahan
yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanen)
dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang terjadi yang saat ini
nampak (immediate behavior), tetapi perilaku yang mungkin
terjadi di masa mendatang (potential behavior). Oleh karena
itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman.19
Penjelasan di atas Diperkuat menurut Morgan dalam buku
Introduction of Psychology, yang dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh
mengemukakan “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau
pengalaman”.20
Pendapat Zikri Neni mengenai Perubahan yang terjadi
karena pengalaman ini membedakan dengan perubahan-
perubahan lain yang disebabkan oleh kerusakan fisik (baik
pengaruh obat-obat berbahaya, seperti psikoaktiva maupun
karena kecelakaan atau penyakit tertentu) mungkin saja sebab-
sebab lain perubahan-perubahan non permanen seperti lelah,
ngantuk, dan lain sebagainya.21
Menurut hal di atas menjelaskan bahwa belajar adalah membawa
siswa pada perubhan-perubahan positif bukan pada perubahan negatif.
Disamping itu juga belajar bisa diperoleh dari pengalaman-pengalaman
khususnya pengalaman pada suatu hal yang baik .
17 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2006), cet. 1, h. 76
18
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada,
2003), cet. 10, h. 21
19
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2006), cet. 1, h. 76
20
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, (Jakarta, Kencana, 2004), cet. 1, h. 210
21
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2006), cet. 1, h. 76
18
Beberapa definisi tentang belajar menurut para ahli antara lain
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in
behaviour as a result of experience.
2. Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read,
to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
3. Geoch, mengatakan: “Learning is a change in performance as a
result of practice22
.
Berdasarkan ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Belajar itu akan lebih baik jika subjek tersebut berinteraksi
langsung melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik sehingga siswa
dapat meningkatkan minatnya. Menurut W.S. Winkel “belajar adalah
suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap”23
.
Pendapat Gagne yang dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh ia
mengatakan “belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama-
sama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.24
Definisi lain menurut Bower dan Hilgard yang dikutip oleh Asep
Herry Hernawan “belajar diartikan sebagai usaha memperoleh dan
mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan”.25
22 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada,
2003), cet. 10, h. 21
23
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), cet. 4, h. 53
24
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 210
25
Asep Herry Hernawan, dkk., Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung, UPI PRESS, 2007),
cet. 1, h. 2,28
19
Definisi yang berbeda menurut Umar Malik yang dikutip dalam
jurnal Jonny Syam mengemukakan bahwa “belajar merupakan suatu
bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan”.26
Tingkah laku yang dimaksud ialah dari tidak tahu menjadi tahu,
timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dan sikap,
kebiasaan-kebiasaan, keterampilan, kesanggupan menghargai,
perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmani
dan lain sebagainya.
Definisi senada menurut Nana Sudjana dikutip dalam jurnal Jonny
Syam mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang melalui proses
melihat, mengamati dan memahami sesuatu”.27
Menurut Witherington dalam buku Educational Psychology, yang
dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh mengemukakan: “belajar adalah
suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.28
Hasil senada diungkapkan oleh Skinner yang dikutip oleh Asep
Herry Hernawan “Belajar adalah perubahan dalam perilaku yang dapat
diamati dalam kondisi yang dikontrol secara baik”.29
Menurut teori konstruktivisme yang dikutif oleh Sardiman “belajar
adalah kegiatan yang aktif di mana subjek belajar membangun sendiri
26 Jonny Syam, “Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknologi”, dalam Ilmu
Pendidikan, Volume 1, No. 1, Mei 2004, h. 44
27
Jonny Syam, “Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknologi”, dalam Ilmu
Pendidikan, Volume 1, Nmor 1, Mei 2004, h. 44
28
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 210
29
Asep Herry Hernawan, dkk., Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung, UPI PRESS, 2007),
cet. 1, h. 2,28
20
pengetahuannya, juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka
pelajari”.30
Abdurrahman mengatakan “tingkah laku yang mengalami
perubahan karena belajar adalah menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan,
kecakapan,kebiasaan, ataupun sikap yang telah disebutkan di atas”.31
Disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang
dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman pada individu yang belajar. Perubahan ini tidak hanya
mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga untuk bentuk latihan
seperti: kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penghargaan,,
penyesuaian diri, intinya mengenai segala aspek dari organisme atau
siswa.
Penjelasan di atas maka penulis lebih setuju kepada pendapat
Martinus karena belajar menurut pendapatnya dikaitkan pada kegiatan
membawa manusia pada perkembangan pribadi meliputi 3 ranah,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari ke 3 ranah ini siswa bisa
memiliki pengetahuan atau pemahaman untuk bertingkah laku atau
bersikap baik. kemudian diaplikasikan dalam keterampilan atau latihan
ysng didapat dari proses belajar, sehingga dapat mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya.
Sebagaimana uraian di atas maka dari itu siswa yang sudah belajar
tidak sama lagi dengan sebelum belajar, ia lebih matang dan juga lebih
mampu menghadapi kesulitan dalam memecahkan masalah atau
menyesuaikan diri dengan keadaan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam proses belajar yang baik tentunya banyak hal yang
mendukung yaitu dengan melalui metode yang digunakan dalam
30 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada,
2003), cet. 10, h. 38
31
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 211
21
belajar harus efektif seperti menggunakan pembelajaran kooperatif
dengan metode Study Team Achievement Division (STAD).
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu
perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan.
Maka berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-
macam faktor, Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses
belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam
dua golongan yaitu:
1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang
disebut faktor individual. Faktor yang termasuk kedalam
factor individual antara lain: faktor
kematangan/pertumbuhan, kecerdasan latihan, motivasi,
dan factor pribadi.
2) Faktor yang ada di luar individual yang disebut social.
Faktor yang termasuk factor sosial antara lain: faktor
keluarga/keadaan rumah tangga, guru, dan cara
mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam mengajar,
lingkungan, dan kesempatan yang tersedia dan juga
motivasi sosial.32
Uraian di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
bahwa yang mempengaruhi belajar siswa, tidak hanya disebabkan pada
kemampuan diri individu seperti kematangan, kecerdasan latihan ,
motivasi yang bisa mempengaruhi minat belajar. Namun harus
dipertimbangkan pula faktor eksternal seperti metode yang di ajarkan
guru, dan keluarga. Untuk itu, antara faktor internal dan eksternal
harus saling melengkapi agar mampu lebih mengembangkan potensi
siswa tersebut sehingga mempengaruhi minat belajar tinggi..
Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud dengan minat belajar adalah
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat secara
terus menerus terhadap sesuatu (orang, benda, atau kegiatan) yang
disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajarinya serta
32 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu…, h. 224-225
22
membuktikannya dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang
sifatnya menetap.
B. Hakekat Sosiologi
1. Pengertian Sosiologi
Dewasa ini perlu diperhatikan sosiologi merupakan ilmu sosial yang
mempengaruhi kehidupan bermasyarakat agar tumbuh menjadi masyarakat
yang berintegrasi.
Merujuk Secara etimologi “sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu
Socius yang berarti kawan atau hidup bersama atau masyarakat, dan logos
yang berarti ilmu pengetahuan. berdasarkan pengertian tersebut, maka
sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang hidup dan kehidupan masyarakat”.33
Hasan Shadily berpendapat “sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antara
manusia yang menguasai kehidupan itu”.34
Menurut Hasan Shadily yang dikutip oleh Darsono Wisadirana,
“sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat
dan menyelidiki tenaga kekuatan yang menguasai kehidupan itu”. 35
Pendapat lain yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto “sosiologi
adalah ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu
pengetahuan yang konkrit. Artinya, bahwa yang diperhatikannya adalah
bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat tetapi bukan wujudnya
yang konkrit”.36
Sosiologi menurut Hasan Shadily yaitu mencoba mengerti sifat
dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta
berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula
kepercayaan, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara
hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia. Karena
sosiologi ini mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat
33 Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, (Malang: UMM Press, 2004), cet. 1, h.9
34
Hassan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), cet.
12, h. 1
35
Darsono Wisadirana, Sosiologi…, h. 11
36
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990),
cet. 25, h. 24
23
maka dengan sendirinya ia meliputi atau setidaknya dapat bertalian
dengan ilmu-ilmu masyarakat lainnya seperti, hukum, ekonomi,
ilmu-ilmu jiwa, antropologi dan lain sebagainya.37
Menurut William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff yang dikutip
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa “sosiologi adalah penelitian secara
ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya adalah organisasi sosial”.38
Pada dasarnya sosiologi terdiri dari 2 bagian pokok yaitu:
1) Sosiologi sebagai Sosial Statistik: yaitu merupakan suatu ilmu
yang mempelajari hubungan timbal- balik antara lembaga
kemasyarakatan.
2) Sosiologi sebagai Sosial Dinamik: yaitu suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang
dan mengalami perkembangan sepanjang zaman sesuai dengan
tahap-tahap perkembangan fikiran manusia.39
Pendapat lain yang diungjkapkan oleh Pitrim Sorokin yang dikutip
oleh Soerjono Soekanto mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu
yang mempelajari:
a. hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam
gejala-gejala social (misalnya antara gejala ekonomi dengan
agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak
masyarakat dengan politik );
b. hubungan dan pengaruh timbal-balik antara gejala sosial
dengan gejala-gejala non sosial (misalnya gejala geografis,
biologis);
c. ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.40
Berdasarkan penjelasan di atas sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
secara umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus.
Artinya, sosiologi mempelajari gejala yang umum ada pada setiap
interaksi setiap manusia.
37 Hassan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), cet.
12,h. 1
38
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990),
cet. 25, h. 20-21
39
Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, (Malang: UMM Press, 2004), cet. 1, h. 6
40
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990),
cet. 25, h. 20
24
Menurut Roucek dan Warren yang dikutip oleh Surjono Sukanto
mengemukakan bahwa “sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara manusia dalam kelompok-kelompok”.41
Definisi senada yang diungkapkan Bouman Pj yang dikutip oleh
Darsono Wisadirana mengatakan bahwa “sosiologi adalah ilmu yang
pengetahuan tentang kehidupan manusia dalam hubungan kelompok”.42
Menurut J.A.A van Doorn dan C.J. Lammers yang di kutip oleh
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa “sosiologi adalah ilmu
pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan
yang bersifat stabil”.43
Definisi lain yang diungkapkan oleh Hasan Shadily sosiologi
adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang
mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau
masyarakatnya (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan
atau masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan,
kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau
yang disebut kebudayaan yang meliputi segala segi
kehidupannya.44
Berdasarkan uraian di atas sosiologi mempunyai 3 unsur utama yang
harus ada yaitu:
1) Unsur manusia atau individu
2) Unsur hubungan/interaksi
3) Unsur kelompok atau /masyarakat.45
Jadi dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa
sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia yang hidup
dalam masyarakat beserta kebudayaannya dan gejala-gejala sosial yang
41 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990),
cet. 25, h. 20
42
Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, (Malang: UMM Press, 2004), cet. 1, h. 11
43
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990),
cet. 25. h. 21
44
Hassan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), cet.
12, h. 2
45
Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, (Malang: UMM Press, 2004), cet. 1, h. 11-12
25
timbul di dalam masyarakat tersebut sehingga terjadi saling berinteraksi
antara masyarakat dan akan terjadinya perubahan-perubahan didalam
struktur sosial.
2. Tujuan
Merujuk pada Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi,
Perlu diketahui bahwa mata pelajaran sosiologi bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
b. Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi,
kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan
sosial, dan konflik sampai dengan terciptanya integrasi sosial.
c. Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan
bermasyarakat.
d. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam
kehidupan bermasyarakat.46
Dilihat dari tujuan yang telah ditetapkan di atas, maka, pelajaran
sosiologi memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi
seseorang dalam hubungannya dengan masyarakat, keadaan masyarakat
yang perilakunya sesuai dengan norma-norma dan aturan-aturan yang
berlaku dalam masyarakat tersebut akan membuat masyarakat tersebut
akan menjadi lebih baik atau akan terciptanya suatu integrasi dan dalam
masyarakat tidak akan kehilangan identitas kebangsaan yang mungkin
dapat terkikis oleh banyaknya pengaruh kebudayaan asing yang belum
tentu sesuai dengan budaya suatu bangsa.
4. Ruang Lingkup
Berdasarkan ruang lingkup mata pelajaran sosiologi meliputi aspek-
aspek sebagai berikut:
a) Struktur sosial
b) Proses sosial
c) Perubahan sosial
d) Tipe-tipe lembaga sosial47
46 Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, h.
545
26
Penjelasan di atas mengacu pada pengembangan kemampuan
pemahaman fenomena kehidupan sehari-hari ruang lingkup mata pelajaran
sosiologi seperti yang telah disebutkan, dikembangkan dalam bentuk
materi-materi yang salah satunya adalah materi mengenai sosialisasi,
perilaku menyimpang, dan keteraturan hidup dimana materi ini diberikan
kepada siswa kelas X (sepuluh) pada semester kedua.
5. Sifat Hakikat Sosiologi
Sosiologi ditelaah dari sudut sifat dan hakikatnya maka akan meliputi
antara lain:
a. Telah diketahui bahwa sosiologi adalah suatu ilmu sosial dan
bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu
pengetahuan kerohanian.
b. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif akan tetapi
adalah suatu disiplin yang kategoris, artinya sosiologi membatasi
diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa
yang terjadi atau yang seharusnya terjadi.
c. Sosiologi merupakan lmu pengetahuan yang murni (Pure
science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau
terpakai (applied science). Adapun ilmu pengetahuan murni
adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk membentuk dan
mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, tanpa
menggunakannya dalam masyarakat. sedangkan ilmu
pengetahuan terapan adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan
untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan
tersebut dalam masyarakat dengan maksud membantu kehidupan
masyarakat.
d. Sosiologi adalah merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan
bukan merupakan ilmu pengetahuan yang konkrit. Artinya bahwa
yang diperhatikannya adalah bentuk dan pola-pola peristiwa
dalam masyarakat tetapi bukan wujudnya yang konkrit.
e. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian
dan pola-pola umum. Artinya sosiologi meneliti dan mencari apa
yang menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dari interaksi
antar manusia dan juga perihal sifat hakikat, bentuk, isi, dan
struktur masyarakat manusia.
47 Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, h.
545-546
27
f. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan
rasional. Ciri tersebut menyangkut soal metode yang
dipergunakannya.48
Uraian di atas bahwa sosiologi ialah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari hubungan-hubungan sosial antara oknum satu dengan yang lain,
kemudian penyelidikannya bersifat umum yakni kehidupan bersama manusia
yang menyangkut ilmu sosial secara kategoris, murni, abstrak, berusaha
mencari pengertian-pengertian umum,rasional dan umum.
C. Hakekat Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Study Team
Achievement Division (STAD)
1. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan, saat
ini mulai berkembang berbagai model pembelajaran salah satunya
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif ini digunakan guru
untuk meningkatkan minat belajar siswa. “Secara etimologi
“pembelajaran Kooperatif mempunyai arti belajar bersama antara dua
orang atau lebih”. 49
Wina Sanjaya berpendapat definisi “pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran secara tim. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar. Maka dari itu semua anggota tim
(anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu keberhasilan tergantung anggota tim”.50
Sedangkan menurut Junaedi dalam arti yang lebih luas pembelajaran
kooperatif yaitu :
48 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990),
cet. 25, h. 21-24
49
Junaedi, dkk.., Paket 7-14 Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PGMI, 2008), cet. 1, h. 8-9
50
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2006), cet. 5, h. 14
28
Belajar bersama yang melibatkan antara 4-5 orang, yang
bekerja bersama menuju kelompok kerja dimana tiap anggota
bertanggungjawab secara individu sebagai bagian dari hasil
yang tidak akan bisa dicapai tanpa adanya kerja sama antara
kelompok. Dengan kata lain, anggota kelompok saling
tergantung secara positif untuk menyelesaikan suatu masalah
atau soal.51
Definisi yang berbeda yang diungkapkan oleh Retno bahwa
“pembelajaran kooperatif guru menciptakan suasana yang mendorong
agar siswa meraa saling membutuhkan, yaitu adanya interaksi tatap
muka, menunjukkan akuntabilitas individual dan keterampilan
menjalin hubungan antar pribadi”. 52
Junaedi berpendapat “pembelajaran kooperatif mengandung arti
keterlibatan secara proaktif antara kelompok yang melibatkan pada
proses kognisi, afeksi dan psikomotorik”.53
Menurut Wina Sanjaya “pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan
atau tim kecil, yaitu antara empat sampai lima orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku
yang berbeda (heterogen)”.54
Adapun menurut pendapat Perdi Karuru
“hal demikian itu bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan
pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar
belakangnya”.55
Berdasarkan uraian di atas Trianto mengatakan pembelajaran
kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih menemukan
dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan
51 Junaedi, dkk., Paket 7-14 Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PGMI, 2008), cet. 1, h. 8-9
52
Retno Widyaningrum, “Strategi Pengajaran yang Berasosiasikan dengan Pembelajaran
Kontekstual”, dalam Kependudukan dan Kemasyarakatan, cendekia Vol 3 N0. 2 Juli-Desember,
2005, h. 6
53
Junaedi, dkk., Paket 7-14 Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PGMI, 2008), cet. 1. h. 8-9
54
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2006), cet. 5, h. 14
55
Perdy Karuru, “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses”, dalam Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 045, tahun ke-9, November 2003, h. 793
29
temannya.56
Penjelasan menurut Wina Sanjaya maka setiap individu akan
saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk
keberhasilan kelompok diskusi, sehingga setiap individu akan
memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi
untuk keberhasilan kelompok. Kemudian system penilaian
dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan
memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu
menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.57
Definisi yang berbeda yang diungkapkan oleh Slavin yang dikutip
oleh Perdy Karuru dalam Jurnal pendidikan dan kebudayaan bahwa
pada “pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan
khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi
pendengar yang baik, memberikan penjelasan pada teman sekelompok
dengan baik”.58
Menurut Johnson yang dikutip oleh Isjoni bahwa “pembelajaran
kooperatif sebagai satu kaedah pengajaran yang melibatkan siswa
dalam kumpulan yang kecil. Setiap siswa dalam kumpulan ini
dikehendaki bekerjasama untuk memperlengkapkan dan
memeperluaskan pembelajaran diri sendiri dan juga ahli yang lain”.59
Penjelasan menurut Abdurrahman dan Bintoro yang dikutip oleh
Retno Widyaningrum dalam Jurnal kependudukan dan kemasyarakatan
“pembelajaran kooperatif adalah opembelajaran secara sadar dan
sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih dan
silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup didalam
masyarakat nyata”.60
56 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi
Pustaka, 2007), cet. 1, h. 41
57
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2006), cet. 5, h. 15
58
Perdy Karuru, “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses”, dalam Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 045, tahun ke-9, November 2003, h. 793
59
Isjoni, Pembelajaran Visioner,(Jakarta, Pustaka Pelajar, 2007), cet. 1, hal.30
60
Retno Widyaningrum, “Strategi Pengajaran yang Berasosiasikan dengan Pembelajaran
Kontekstual”, dalam Kependudukan dan Kemasyarakatan, cendekia Vol 3 N0. 2 Juli-Desember,
2005, h. 6
30
Definisi pembelajaran kooperatif menurut Efendi Zakaria
yang dikutip oleh Isjoni bahwa pembelajaran kooperatif
dirangka bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam
proses pembelajaran menelusuri perbincangan dengan rekan-
rekan dalam kumpulan kecil. Dalam kelompok kecil ini terbuka
kesempatan bagi siswa untuk berkomunikasi serta berinteraksi,
misalnya mengajukan pertanyaan, membahas ide-ide dan juga
belajar dari siswa lainnya.61
Hasil senada menurut Nur yang dikutip oleh Isjoni “pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelomokkan siswa
untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil
yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan
akademik”62
.
Pembelajaran kooperatif terdapat empat unsur penting antara lain:
1. adanya peserta dalam kelompok
2. adanya aturan kelompok
3. adanya upaya belajar setiap anggota kelompok dan
4. adanya tujuan yang harus dicapai.63
Hal tersebut di atas adalah mengenai unsur penting dalam
pembelajaran kooperatif karena hal tersebut, harus ada dalam
pembelajaran kooperatif dengan tujuan agar pembelajaran lebih terarah
dan menjadi proses pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah sesuatu yang ingin dicapai
dalam pembalajaran. Adapun tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup
tiga jenis tujuan penting yaitu:
a) Hasil belajar akademik
b) Penerimaan terhadap keragaman
c) Pengembangan keterampilan sosial. 64
61 Isjoni, Pembelajaran Visioner,(Jakarta, Pustaka Pelajar, 2007), cet. 1, hal.30
62
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. 1, h. 27
63
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2006). Cet. 5, h. 15
64
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi
Pustaka, 2007), cet. 1, h. 44-45
31
Berdasarkan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar diperoleh dengan pembelajaran kooperatif yaitu dapat
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik seperti,
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit
dan juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis.
Kemudian mengenai penerimaan keragaman yakni pembelajaran
kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap keragaman ras,
budaya, agama, strata social, kemampuan dan keidak mampuan.
Sedangkan pengembangan keterampilan yaitu pembelajaran kooperatif
sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan-keterampilan
kerjasama serta kolaborasi dan juga keterammpilan Tanya jawab.
c. Prinsip dalam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran dikatakan pembelajaran kooperatif bilamana
pembelajaran tersebut meliputi prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Saling bergantungan dalam arti yang positif yakni merasa
senasib sepenanggungan maka saling bergantungan satu
sama lain.
2) Interaksi bersemuka yakni perlu diberikan kesempatan
kepada siswa untuk berinteraksi dalam kumpulan supaya
mereka membantu, menggalak, dan seterusnya
meningkatkan usaha diantara satu sama lain.
3) Akuntibiliti individu (individual acountability) yakni setiap
kumpulan bertanggungjawab untuk belajar.
4) Penglibatan saksama yakni kemahiran kooperatif untuk
bergaul secara berkesan dengan individu lain
5) Pemprosesan kumpulan yakni sebagai membuat refleksi
yaitu proses interaksi dalam kumpulan membolehkan
ketergantungan dan menyelesaikan masalah antara ahli
kumpulan dijalankan lebih efektif.
6) Kemahiran sosial yakni setiap kelompok kooperatif perlu
mempunyai kemahiran sosial untuk saling bekerja sama.
7) Interaksi serentak yakni apabila siswa-siswa bekerja atau
terlibat secara serentak dalam kumpulan kooperatif mereka.
Maka akan meningkatkat pembelajaran aktif dan juga
meningkatkan potensi belajar setiap siswa.65
65 Isjoni, Pembelajaran Visioner,(Jakarta, Pustaka Pelajar, 2007), cet. 1, h..31-34
32
Berdasarkan uraian di atas adalah mengenai prinsip dalam
pembelajaran kooperatif. Prinsip ini agar saling bekerjasama, saling
membantu antar siswa yang memiliki kesulitan dalam proses
pembelajaran. Disamping itu juga pembelajaran kooperatif bertujuan
untuk mencapai tahap pembelajaran yang maksimum sehingga siswa
memiliki kompetensi atau kemampuan menyelesaikan masalah dalam
pembelajaran. Maka akan membuat pembelajaran lebih efektif, kreatif
dan menyenangkan.
d. Keterampilan-keterampilan dalam Pembelajaran kooperatif
Menurut Lungren yang dikutif oleh Trianto bpembelajaran
kooperatif memiliki keterampilan-keterampilan kooperatif secara
terinci dalam tiga tingkatan keterampilan. Tingkatan tersebut yaitu:
a) Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain:
1. Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai
dengan tanggung jawabnya;
2. Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu
menggantikan teman dengan tugas tertentu dalam
kelompok;
3. Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua
anggota kelompok untuk memberikan konstribusi;
4. Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan persepsi
atau pendapat
b) Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain:
1. mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan
fisik dan perbal agar pembicara mengetahui anda secara
energik menyerap informasi;
2. bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi
atau klarifikasi lebih lanjut;
3. menafsirkan, yaitu menyampaikan informasi dengan
kalimat berbeda;
4. memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban,
memastikan bahwa jawaban tersebut benar.66
66 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi
Pustaka, 2007), cet. 1, h. 46
33
Berdasarkan hal di atas bahwa siswa diharapkan
memiliki keterampilan yakni mendengarkan penjelasan
guru dengan aktif, aktif bertanya, dan aktif dalam
menafsirkan materi.
c) Keterampilan kooperatif tingkat mahir, antara lain:
1. mengelaborasi
2. memeriksa dengan cermat
3. menenyakan kebenaran
4. menetapkan tujuan
5. dan berkompromi.67
Hal di atas menunjukkan bahwa pembelajaran koopertif
diperoleh keterampilan-keterampilan baik dari tingkat awal yakni mampu
mengerjakan tugas, dan aktif berpartisipasi, Selanjutnya tingkat menengah
terdapat keterampilan yaitu aktif bertanya dan aktif mendengarkan guru
dalam proses pembelajaran, sedangkan pada tingkat mahir yakni
Keterampilan ini mengenai mampu mencari kebenaran, mampu
menetapkan tujuan yang dicapai, dan mampu berdiskusi dengan sungguh-
sungguh.
e. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam
kelompok secara kooperatif,
2. kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan jika dalam
kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras,
suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka
diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku,
budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan
3. penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari
pada perorangan.
Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu
saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu
tujuan bersama.68
67 Perdy Karuru, “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses”, dalam Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 045, tahun ke-9, November 2003, h. 794
68
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi
Pustaka, 2007), cet. 1, h. 47
34
Dari uaraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan kerja
sama antara siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian
tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung
dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana
keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang
positif dalam belajar kelompok.
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,
terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Setidaknya ada terdapat
empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan
strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu:
Study Team Achievement Division (STAD), JIGSAW, Investigasi Kelompok
(Teams Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang
meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT).
2. Metode Student Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran dengan menggunakan “pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD) ini merupakan salah satu
tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-
kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa
secara heterogen”.69
Berdasarkan langkah-langkah metode Student Teams Achievement
Divisions (STAD) ini adalah sebagai berikut:
1. Penyajian materi
2. Kerja Kelompok
3. Kuis
4. Perhitungan skor
5. Penghargaan tim.70
69 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi
Pustaka, 2007), cet, 1, h. 53
70
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan, Terj. Educational Psychology, oleh Marianto
Samosir, (Jakarta: Indeks, 2009), cet. 1, h. 24
35
Berdasarkan penjelasan di atas pada tahapan penyajian materi siswa
masih belum berada dalam kelompok-kelompok. Selain guru yang
menyampaikan materi pelajaran yang sudah ia siapkan, guru perlu
menyampaikan secara jelas tujuan pembelajaran khusus, memotivasi
siswa, menjelaskan kiat-kiat yang perlu mereka lakukan , kemudian ketika
mereka bekerja atau bekerja dalam kelompok guru mengimformasikan
materi prasyarat dalam kaitan dengan materi yang akan dipelajari.
Kemudian setelah itu dibuatlah kelompok terdiri dari 4-5 orang untuk
saling bekerjasama.
Dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang, tiap siswa diberikan
lembar-lembar kerja (LKS) berisikan tugas atau kegiatan yang harus
dikerjakan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang tadi guru jelaskan.
Pada tahap kerja kelompok ini siswa akan berinteraksi dan saling
membantu, mendiskusikan permasalahan atau tugas yang harus mereka
selesaikan. Akuntabilitas dari tiap anggota kelompok memastikan bahwa
tiap individu harus berfokus pada aktivitaas saling menolong dalam
mempelajari materi yang diajarkan guru untuk memastikan bahwa setiap
anggota siap untuk mengikuti kuis. Hasil kerja kelompok dituangkan
dalam satu lembar kerja siswa dan dikumpulakan. Pada kerja kelompok,
peranan guru adalah sebagai motivator dan fasilitator. Ketika dalam kerja
kelompok sudah dilakukan maka mereka diberikan tugas atau kuis untuk
dikerjakan pada masing-masing siswa.
Sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar dapat diketahui dengan
diadakannya kuis oleh guru mengenai materi yang dibahas. Dalam
mengerjakan kuis ini siswa harus bekerja secara individu sekalipun skor
yang ia peroleh nanti digunakan untuk menentukan keberhasilan
kelompoknya dan juga menentukan keberhasilan siswa dalam belajar IPS,
maka ditunjukkan dengan perhitungan skor.
Skor yang diperoleh setiap anggota dalam kuis akan berkontribusi pada
kelompok mereka, dan ini didasarkan pada sejauhmana skor mereka telah
meningkat dibandingkan dengan skor rata-rata awal yang telah mereka
36
capai pada kuis yang lalu. Dengan menggunakan STAD setelah guru
melakukan tiga kuis atau lebih , maka menggunakan skor rata-ratanya
sebagai skor awal. Berdasarkan skor awal setiap individu ditentukanlah
skor peningkatan atau perkembangan. Rata-rata skor peningkatan atau
perkembangan dari tiap individu dalam suatu kelompok akan digunakan
untuk menentukan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi. Perlu
diketahui ada bentuk penghargaan bagi kelompok yang yang berprestasi
dapat dipilih sendiri oleh guru hal ini dipandang sebagai suatu upaya untuk
mendorong siswa untuk tetap giat dalam upaya meningkatkan minat
belajar siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dengan
mereka secara berkelompok. Kemudian setelah itu diberikan suatu
penghargaan kepada tim.
Penghargaan tim yakni nilai tim dihitung berdasarkan nilai-nilai
anggota tim, untuk menghargai nilai-nilai tersebut adalah dengan cara
memberikan sertifikat, berita berkala kelas, atau papan buletin dalam
menghargai tim dalam memperoleh nilai yang tinggi.
Jadi Ide utama yang dimiliki Student Teams Achievement Divisions
(STAD) adalah mendorong minat siswa untuk saling membantu diantara
siswa dalam menguasai keterampilan atau pengetahuan yang disajikan
oleh guru. Jika siswa-siswa menginginkan agar team mereka memperoleh
penghargaan (reward) maka mereka harus membantu teman mereka
mempelajari bahan yang disajikan oleh guru. Mereka harus saling
mendorong satu sama lain agar belajar dan bekerja secara sungguh-
sungguh dan menjelaskan bahwa belajar adalah suatu hal yang amat
penting(important), bermanfaat (valuable) dan menyenangkan (fun).
Penjelasan di atas diperkuat menurut Slavin yang dikutip oleh trianto
menyatakan bahwa pada “metode Student Teams Achievement Divisions
(STAD) siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4-5
37
orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin,
dan suku”.71
Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) ini diutamakan
untuk saling berinteraksi agar saling bekerjasama bertukar pikiran atau
pendapat untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan guru. Hal ini
diperkuat oleh Isjoni bahwa “tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) juga merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada
adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai
prestasi yang maksimal”.72
Berdasarkan hal tersebut di atas ada berapa persiapan yang perlu
dilakukan oleh seorang guru untuk menunjang terselenggaranya
pembelajaraan kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) secara baik, seperti:
1) Memanfaatkan materi prasyarat, memotivasi siswa dan
menjelaskan kiat atau aturan main bagaimana siswa bekerja
dalam kelompok.
2) Lembar kegiatan siswa yang berupa tugas untuk kelompok.
3) Lembar kegiatan untuk tugas individu.
4) Lembar observasi untuk perolehan skor individu dan
kelompok.
5) Pembentukan kelompok dilakukan dengan mula-mula
menentukan masing-masing kemampuan untuk setiap siswa
dan selanjutnya ditetapkan 4 kelompok utama, yaitu kelompok
siswa berkemampuan tinggi, kelompok siswa berkemampuan
sedang, dan kelompok siswa berkemampuan rendah.73
71 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi
Pustaka, 2007), cet. 1, h. 52
72
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, h. 74
73
Isjoni, Pembelajaran Visioner,(Jakarta, Pustaka Pelajar, 2007), cet. 1, h. 74
38
Adapun pembelajaran kooperatif dengan metode Student Teams
Achievement Divisions (STAD) terdapat kelebihan sebagai berikut:
a) Melatih kerjasama dengan baik
b) Seluruh peserta didik menjadi lebih siap
Disamping kelebihan dalam pembelajaran kooperatif dengan
metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) terdapat pula
kekurangan diantaranya:
a) Anggota kelompok semuanya mengalami kesulitan
b) Membedakan peserta didik satu dengan lainnya.74
Ide kegiatan pembelajaran kooperatif dengan metode Student
Teams Achievement Divisions (STAD) ini jelaslah menekankan pada
aktivitas dan interaksi diantara siswa seperti kegiatan di atas. Adapun
kegiatan Student Teams Achievement Divisions (STAD) ini bertujuan
untuk saling memotivasi minat belajar khususnya belajar sosiologi, saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran sosiologi guna mencapai
prestasi yang maksimal.
Jonny Syam mengatakan pembelajaran kooperatif dengan
metode Student Teams Achievement Divisions (STAD)
memungkinkan guru dapat memberikan perhatian terhadap
siswa. Hubungan yang lebih akrab akan terjadi anatara guru
dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Ada kalanya
siswa belajar dari temannya sendiri, ada pula siswa yang lebih
mudah belajar karena harus mengajari atau melatih temannya
sendiri. Dalam hal ini pengajaran kooperatif dengan metode
STAD dalam pelaksanaanya mengacu kepada belajar kelompok
siswa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan memungkinkan
siswa belajar lebih aktif. Mempunyai rasa tanggung jawab yang
besar, berkembangnya daya kreatif, serta dapat memenubi
kebutuhan siswa yang optimal.75
74 Junaedi, dkk., Paket 7-14 Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PGMI, 2008), cet. 1, h. 11-13
75
Jonny Syam, “Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknoloi”, dalam Ilmu
Pendidikan, Volume 1, Nmor 1, Mei 2004), h. 43
39
Uraian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan
metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah menempatkan
siswa aktif dalam pembelajaran sosiologi, bukan menjadi pasif. Maka dari
pembelajaran kooperatif dengan metode Student Teams Achievement Divisions
(STAD) ini siswa dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya,
saling mengajari, memperhatikan dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menyampaikan pendapat mereka sehingga mereka berpikir kreatif
dan inovatif.
D. Kerangka Berpikir
Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di kelas, dalam
penyampaian materi pelajaran sosiologi, dapat menggunakan beberapa metode
pengajaran yang sesui dengan materi yang diberikan kepada siswa. Tetapi
pada dasarnya metode yang di pergunakan dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas kebanyakan guru menggunakan metode ceramah atau metode yang
hanya berfokus pada satu metode saja. sehingga siswa merasa bosan dan
kurangnya minat siswa dalam belajar sosiologi, oleh karena itu minat adalam
pembelajaran sosiologi perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak yang
berkecimpung dalam bidang pendidikan khususnya guru pengajar sosiologi.
Maka dari itu harus ada metode baru yaitu dengan pembelajaran kooperatif
dengan metode STAD. Dengan tujuan untuk menjadikan dunia pendidikan
yang berkualitas.
Suatu pendidikan akan berkualitas apabila sistim pembelajarannya
berkualitas pula. Maka dengan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD
ini akan memacu minat belajar sosiologi dengan tujuan untuk mendapatkan
hasil belajar yang lebih baik. Dengan pembelajaran ini siswa diikutsertakan
dalam proses belajar mengajar dengan membentuk kelompok yang terdiri dari
4 atau 5 orang yang bertujuan untuk membangun siswa aktif .
40
Bagan: Kerangka Berpikir
E. Hipotesis Tindakan
Jika pembelajaran sosiologi dilakukan melalui pembelajaran kooperatif
dengan metode Student Team Achievement Division (STAD), maka siswa
akan memiliki minat yang tinggi.
F. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang relevan dilaksanakan oleh Acung Muzaky Khoir, jurusan
pendidikan IPS, dalam skripsi yang berjudul: perbedaan hasil belajar
melalui metode Student Teams Achievement Divisiond (STAD) dengan
Teams Game Turnamen pada pelajaran sejarah. Adapun hasil
penelitiannya adalah bahwa dengan metode (STAD) lebih baik digunakan
pada mata pelajaran sejarah dibandingkan dengan metode Teams Game
Turnamen
2. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Muhammad Syahrul, jurusan
pendidikan kimia, dalam skripsi yang berjudul: Perbedaan Hasil Belajar
PEMBELAJARAN
KOPERATIF
DENGAN METODE
STAD
GURU
SISWA
KBM
EVALUASI
MINAT
dan HASIL
BELAJAR
Belajar
41
Kimia Siswa Antara yang Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigasi Dengan metode Student Teams Achievent Division
(STAD). Adapun hasil penelitiannya bahwa antara tipe Group Investigasi
dengan metode STAD tidak ada perbedaan yang signifikan.
42
58
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISA DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS
DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Berdirinya MA Pembangunan UIN
MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan UIN (Universitas Islam Negeri)
Jakarta awalnya berdiri pada tahun 1991/1992, terletak di Jl. Ibnu Taimia IV
Kompleks UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta selatan.1 Adapun lokasi MA
(Madrasah Aliyah) Pembangunan ini sangat strategis yang mendukung
peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran, kemudian di depan
sekolah dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan siswa untuk naik
kendaraan. Sekolah tersebut juga tidak jauh dari pemukiman warga atau
masyarakat yaitu di sekitar kompleks Dosen UIN (Universitas Islam Negeri)
Jakarta.
Awal lahirnya MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan, siswa yang diterima
pertama kali sebanyak 32 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 22 orang
perempuan. Setelah empat tahun berjalan, berkenaan dengan kebijakan
pemerintahdalam hal pendidikan khusnya Madrasah Aliyah, adapun pada
tahun pelajaran 1995/1996 MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan tidak
menerima pendaftaran siswa baru lagi. Tahun 1996/1997, sebanyak 31 orang
siswa terakhir lulus dari MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan IAIN
Jakarta.
1 Tim Penyusun , Panduan Siswa Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2008), h. 3-5
59
Tahun pelajaran 2006/2007 atas dorongan Rektor UIN (Universitas
Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan
masyarakat, maka Madrasah Pembangunan UIN (Universitas Islam Negeri)
Jakarta kembali membuka tingkat Aliyah. Adapun jumlah siswa pertama
yang diterima adalah 47 siswa terbagi dalam 2 rombongan belajar.
Kemudian setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun 2009 MA (Madrasah
Aliyah) Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan hasil grade A
kategori memuaskan.
2. Visi MA Pembangunan UIN
Menjadikan Madrasah Pembangunan UIN (Universitas Islam Negeri)
sebagai jenjang pendidikan dasar dan menengah yang unggul dan terkemuka
dalam pembinaan keislaman, keilmuan dan keindonesiaan, dengan
mengapresiasi potensi-potensi anak serta pada perkembangan globalisasi
dan perkembangan zaman.
3. Misi MA Pembangunan UIN
a. Menyelenggarakan pendidikan yang akan melahirkan lulusan yang
beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan yang kompetitif dan
keunggulan komparatif
b. Melakukan pembinaan kesehatan fisik sehingga terbentuk
keseimbangan anatara kekuatan keilmuan dengan pertumbuhan jasmani
siswa serta dapat melahirkan lulusan cerdas, kuat dan sehat.
c. Senantiasa melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pembinaan
pada pembinaan keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap
kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian
Indonesia.
d. Senantiasa melakukan pembinaan terhadap tenaga pendidikan yang
professional yang menguasai aspek keilmuan, keterampilan mengajar
(skill teaching), kepribadian pedagogis, serta komunikasi global yang
dijiwai akhlak mulia.
60
e. Senantiasa melakukan pembinaan terhadap tenaga pendidikan yang
professional yang menguasai lmu yang mendukung tugasnya, etos kerja
yang tinggi, serta kepribadian yang islami.
f. Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas belajar
mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-luasnya, sehingga madrasah
benar-benar berfungsi sebagai center of learning.
g. Melakukan pembinaan kemandirian dan teamwork melalui berbagai
aktivitas belajar baik intra maupun ekstra kurikuler.
4. Tujuan
Madrasah Pembangunan UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta
mempunyai tujuan:
a. Terciptanya pendidikan yang dapat melahirkan lulusan yang beriman
dan bertaqwa dengan kemamuan kompetitif serta memiliki
keunggulan komparatif.
b. Terwujudnya kurikulum yang memiliki kekuatan pada pembinaan
keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap
kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian
Indonesia dan kemampuan potensi anak.
c. Tersedianya pendidik sebagai tenaga professional yang menguasai
bidang keilmuan yang diasuhnya secara luas, mendalam dan
komprehensif serta memiliki kemampuan untuk mengajarkannya
(teaching skill) berkepribadian pedagogis dan berakhlak mulia.
d. Tersedianya pendidik sebagai tenaga professional yang dalam
melaksanakannya tugasnya didukung oleh ilmu pengetahuan yang
relevan, memiliki etos kerja, loyalitas dan dedikasi yang tinggi
dilandasi akhlak mulia.
e. Tersedianya sarana dan prasarana dan fasilitas sumber belajar yang
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar seluas-
luasnya , sehingga sekolah benar-benar berfungsi sebagai center of
learning.
61
f. Terwujudnya siswa yang memiliki keseimbangan antara kekuatan
jasmani dan rohai serta kepekaan dan kepedulian sosial.2
5. Keadaan Guru, Siswa dan Fasilitas Sekolah
a. Keadaan Guru
MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan adalah sebuah Instansi
pendidikan harus ada tenaga pengajar sebagai sebuah syarat
utamanya atau yang lebih disebut dengan guru, dimana setiap guru
yang mengajar harus memiliki persyaratan formal dan kredibilitas
serta kepribadian yang tinggi.
Keadaan guru di MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan apabila
dilihat pada standar kompetensinya, pendidikan dengan tenaga
pengajar pada umumnya sesuai dengan bidangnya dengan disiplin
keilmuannya.
Di bawah ini merupakan keterangan guru dan tugas mengajarnya.
Tabel 4.1
Daftar Nama Guru MA Pembangunan UIN
No Nama L/P Pend. Terakhir/Jurusan Mata
Pelajaran
1 Iqbal Muhammad L D I IKIP/Seni Budaya Seni Budaya
2 Eny S. Rosyidatun, MA P S2 Mc Gill/Biologi Biologi
3 Iwan Permana Suwarna,
M. Pd
L S2 UPI/Bahasa
Indonesia
Bahasa
Indonesia
4 Tonih Feronika, M. Pd L S2 UPI/ Kimia Kimia
5 Dini Andriany, SS P S1 UNAS/Bahasa
Jepang
Bahasa
Jepang
6 Zakariya, S. Pd. I L S1 UIN /Pendidikan
Bahasa Arab
Bahasa Arab
2 Tim Penyusun, Buku Panduan Siswa Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2008), h. 6-7
62
7 Tri Sunarsih, Dra P S1 IAIN/ Pendidikan
IPS
Geografi
8 Wage Wardana, S. Pd L S1 UNJ/ IPS Sosiologi
9 Wahyu Ramdani, S. Pd L S1 UPI/Olah raga Olah raga
10 Tri Nuryani, S. Pd P S1 UIN/Pendidikan
Biologi
Biologi
11 Denden Permana Sidik, S.
Pd
L S1 UIN/Pendidikan
Matematika
Matematika
12 Zaki Mubarok, S. Pd L S1 UNJ/PPKN PPKN
13 Nidya Khoerina, S. Pd P S1 UNJ/Bahasa
Indonesia
Bahasa
Indonesia
14 Yayat Hidayatul M, S. Pd L S1 UIN/Pendidikan
Agama Islam (PAI)
PAI
15 M. Nurudin, S. Pd L S1 UIN/Pendidikan
Fisika
Fisika
16 Halimatussa’diyah, S. Pd P S1 UNJ/ IPS Ekonomi
17 Asep Mutaqin Abror, S.
Pd
L S1UIN / Pendidikan
B.Inggris
B.Inggris
Berdasarkan daftar nama guru MA Pembangunan UIN Jakarta pada
table 4.1 di atas menunjukkan bahwa seluruh guru MA Pembangunan
UIN Jakarta yang berjumlah 17 guru yaitu mengajar sesuai dengan
kualifikasi pendidikan terakhirnya. Hal ini dinyatakan bahwa guru MA
Pembangunan UIN Jakarta seluruhnya adalah guru profesional yang
sesuai dengan kualifikasi berdasarkan kompetensi masing-masing guru.
Adapun sebagian besar terdapat lulusan SI, selebihnya yakni terdapat
lulusan S2.
63
b. Keadaan Siswa
Peserta didik merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sebab peserta didik adalah
subjek yang mendukung keberhasilan sebuah pendidikan.
Keadaan siswa MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan tahun
ajaran 2010/2011 sudah mencapai angka keseluruhan 196 siswa
dengan jumlah rombongan belajar (RB) sebanyak 8.
Dibawah ini merupakan jumlah siswa MA (Madrasah Aliyah)
Pembangunan Tahun 201
Tabel 4.2
Jumlah Siswa MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan Tahun 2010
No Program Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah
RB Siswa RB Siswa RB Siswa RB Siswa
L P L P L P L P
1 Umum 3 36 39 3 36 39
2 IPA 2 20 28 1 12 10 3 32 38
3 IPS 1 15 11 1 13 12 2 28 23
Jumlah 3 36 39 3 35 39 2 25 22 8 96 100
c. Fasilitas Skolah
Instansi pendidikan dapat berjalan dengan baik apabila didukung
dengan fasilitas yang baik pula sehingga bisa mewujudkan dalam
mencerdaskan siswa. Dibawah ini akan dipaparkan fasilitas yang
dimiliki MA (Madrasah Aliyah) Pembangunan dalam menbantu
aktifitas guru dan siswa.
64
Tabel 4.3
Fasilitas Belajar Siswa MA (Madrasah Aliyah)
Pembangunan UIN Jakarta
Jenis Ruang Jumlah
Ruang Kelas Ber AC 9
Perpustakaan 1
Laboratorium Komputer dengan
jaringan Internet
1
Laboratorium MIPA 1
Laboratorium Bahasa 1
Laboratorium Keterampilan/Kitchen
Lab
1
Masjid 1
Sarana Audio Visual 1
Ruang UKS 1
Ruang BK 1
Ruang Musik 1
Tabungan Amal Shaleh 1
Fasulitas Antar Jemput 1
Kantin 1
Sekuriti 1
Koperasi Sekolah 2
Lapangan Olah Raga 1
B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan /Hasil Intervensi Tindakan
Proses penelitian ini dilakukan selama satu kali pertemuan atau selama 2
minggu, di bulan Agustus. Adapun penelitian dilakukan sebanyak dua siklus,
masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi,
atau pengamatan, dan refleksi.
65
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah
mendiskusikan skenario pembelajaran yang dibuat oleh peneliti
kepada guru bidang studi sosiologi, adapun peneliti berperan sebagai
praktisi dan guru mata pelajaran berperan menjadi peneliti. Pada
kegiatan ini peneliti menjelaskan tugas-tugas guru mata pelajaran
yang berperan sebagai peneliti pada saat penelitian, kegiatan ini
dimaksudkan agar peneliti dan guru dapat bekerjasama mengamati
jalannya penelitian. Sebelum melakukan tindakan, pada tahap ini
peneliti dan guru mata pelajaran sosiologi membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat hand out terkait dengan
materi yang akan diajarkan sebagai media siswa, menyiapkan
instrument (tes, lembar observasi, jurnal harian siswa, dan lembar
angket), dan kemudian melakukan uji coba instrument.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pertemuan Pertama
Kegiatan belajar sosiologi di kelas XI pada hari Selasa, 3
Agustus 2010 dimulai pukul 07:00-08:30 WIB. guru sosiologi
hadir untuk membantu peneliti dalam melaksanakan kegiatan
hari ini.
Proses pembelajarannya diawali dengan melaksanakan pretes
selama 15 menit, tujuannya adalah untuk mengetahui
kemampuan awal siswa. Sebelum proses pembelajaran
dilakukan, maka terlebih dahulu guru menjelaskan langkah-
langkah proses pembelajaran dengan metode student team
achievement division (STAD). Kemudian dilanjutkan
memberikan apersepsi yang dilakukan oleh guru kepada siswa
dengan tujuan untuk merangsang siswa agar aktif berpikir
dengan meberikan beberapa pertanyaan kepada siswa ataupun
siswa bisa mengungkapkan pendapatnya. Setelah itu guru
66
menyajikan materi diferensiasi sosial secara keseluruhan yang
mana guru memulai dengan menyampaikan indikator
pembelajaran yang harus dicapai pada hari itu dan guru juga
memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan
dipelajari. Selanjutnya guru menginstruksikan siswa untuk
membuat 4 kelompok yang terdiri dari kelompok apel, sirsak,
anggur dan manggah. Dilanjutkan dengan guru memberikan
tugas agar setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang
telah disampaikan guru selama 10 menit yang bertujuan untuk
lebih memahami materi dan untuk mempersiapkan menjawab
soal (tes) yang akan diberikan oleh guru, setelah itu siswa diberi
5 butir soal yang dikerjakan sendiri-sendiri. Tahap selanjutnya
guru menghitung skor nilai hasil tes, yang mendapat nilai
tertinggi akan diberi penghargaan yaitu dengan mengumumkan
kelompok yang terbaik nilainya, sehingga bisa memberikan
motivasi agar terus aktif belajar khususnya belajar sosiologi,
untuk bisa memberikan semangat pula kepada kelompok yang
kurang nilainya.
Berdasarkan proses siklus I di atas diakhiri dengan
melakukan postes, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
siswa telah memahami atau menguasai kompetensi tertentu
seperti yang telah dirumuskan dalam indikator minat belajar.
c. Tahap Observasi atau Pengamatan
Hasil observasi pertemuan pertama, hari Senin 3 Agustus 2010,
suasana kelas masih belum teratur sehingga terdengar suara ribut
dari masing-masing kelompok, dikarenakan mereka masih bingung
dengan proses pembelajarn tersebut. Seluruh aktivitas yang terjadi
dikelas guru mata pelajaran mengobservasi atau mengamati proses
pembelajaran dengan metode student team achievement division
(STAD) sekaligus mengamati aktivitas siswa, dengan melihat minat
belajar sosiologi tinggi, sedang, ataupun rendah, dapat diketahui
67
setelah diberikan pretes dan postes. Kemudian mendokumentasikan
proses kegiatan pembelajarn. Hal itu dilakukan sesuai dengan fungsi
observasi yaitu mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan pembelajaran yang sudah dilakukan di mana peneliti
bersama guru mata pelajaran yang berperan sebagai praktisi dan
observer atau peneliti menganalisis atau merenungi sekaligus
mengevaluasi proses pembelajaran pada silkus I.
Pelaksanaan kegiatan belajar sosiologi melalui pembelajaran
kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division
(STAD) yang telah dilakukan menggambarkan banyak kendala yang
muncul dikelas pada saat pemberian tindakan sehingga ada beberapa
hal yang masih perlu diperbaiki sebagai berikut:
1. Banyak siswa yang tidak aktif dalam bertanya
2. Siswa tidak melakukan diskusi sungguh-sungguh
3. Siswa masih bingung dengan jalannya pembelajaran melalui
pembelajaran kooperati dengan metode Student Team
Achievement Division (STAD)
4. Siswa masih merasa malu dalam mengungkapkan kesulitan
belajarnya sehingga mengalami hambatan dalam memahami
materi yang sedang dipelajarinya.
5. Siswa tidak terbiasa mengerjakan soal setiap kali pembelajaran
sosiologi berlangsung
6. Hasil pretes dan postes menunjukan masih banyaknya nilai
rendah yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM
yaitu 70.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai hasil penelitian di
siklus I, peneliti merasa penelitiannya harus diteruskan ke siklus II
karena merasa banyak siswa tidak memiliki minat tinggi dalam
pembelajaran sosiologi melalui pembelajaran kooperatif dengan
metode Student Team Achievement Division (STAD)sehingga belum
68
berhasil pula menerapkan metode tersebut dalam mata pelajaran
sosiologi. Meski demikian siswa terlihat respon ketika belajar
dengan metode Student Team Achievement Division (STAD) karena
baru diterapkan metode tersebut dalam pembelajaran sosiologi.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Pada siklus II akan diperbaiki proses pembelajaran yang masih
kurang berdasarkan perencanaan yang telah dikembangkan setelah
melakukan refleksi di siklus I.
Siklus II di mulai pada hari Selasa, 10 Agustus 2010. sebelum
melakukan tindakan, pada tahap ini peneliti dan guru mata pelajaran
sosiologi terlebih dahulu membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), membuat power point terkait dengan materi
yang akan diajarkan sebagai media pembelajaran siswa, membuat
lembar observasi, lembar angket, lembar jurnal siswa dan membuat
soal tes siklus II. Adapun materi yang akan diberikan pada siklus II
adalah mengenai stratifikasi sosial.
b. Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran di siklus II juga dilakukan I kali pertemuan.
1) Pertemuan Pertama
Kegiatan belajar sosiologi di siklus II agak sedikit berbeda
dengan pertemuan pertama di siklus I. hal ini dilakukan atas
kesepakatan peneliti dengan guru mata pelajaran sosiologi ,
tujuannya agar siswa tidak merasa bosan belajar sosiologi selalu
dengan diberikan lembar hand out dan nantinya belajar dengan
metode Student Team Achievement Division (STAD). Kegiatan
belajar pada siklus II ini diawali dengan melakukan pretes selama
15 menit. Kemudian sebelum guru menyampaikan materi maka
siswa di instrusikan untuk membuat kelompok yang terdiri dari
kelompok apel, sirsak, anggur dan manggah. Dilanjutkan dengan
69
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, tujuan pembelajaran
dan menjelaskan indikator pembelajaran yang harus dikuasai
oleh siswa. Kemudian guru memberikan apersepsi dengan
memberikan pertanyaan mengenai materi stratifikasi sosial.
Setelah itu guru menyajikan materi dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan
dengan memberikan tugas kepada siswa untuk berdiskusi dalam
kelompok yang sudah dibuat yang bertujuan agar saling bertanya
apabila ada materi yang sulit dipahami. Selanjutnya guru
memberikan kuis 5 soal seperti pada siklus I, soal tersebut
dikerjakan sendiri-sendiri artinya tidak boleh bekerjasama.
Kemudian guru memberikan skor dan yang memperoleh skor
tertinggi, maka diumumkan dikelas sehingga bisa meningkatkan
minat belajar siswa. Proses pembelajaran diakhiri dengan
melakukan postes siklus II.
c. Tahap Observasi atau Pengamatan
Pada tahap observasi, berbeda pada pelaksanaan kegiatan
pembelajaran siklus II yaitu terjadi peningkatan dibandingkan
dengan siklus I. hal tersebut bisa terlihat melalui pembelajaran
dengan metode student team achievement division (STAD siswa
cukup antusias untuk saling berdiskusi tentang materi yang belum
dimengerti, kemajuan lain yang diperoleh siswa dari hasil penelitian
bahwa siswa yang berkemampuan rendah sudah mulai bertanya
kepada teman kelompoknya yang berkemampuan sedang dan tinggi
sehingga mereka terlihat terbiasa untuk mengerjakan kuis yang
diberikan guru. Selanjutnya guru mata pelajaran mengobservasi
proses pembelajaran melalui pembelajaran dengan metode Student
Team Achievement Division (STAD sekaligus mengamati aktivitas
siswa, menilai minat belajar sosiologi siswa setelah diberikan tes
awal (pretes) dan tes akhir (postes), kemudian mendokumentasikan
70
kegiatan pembelajaran. Hal demikian dilakukan sesuai dengan fungsi
observasi yaitu mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait.
d. Tahap Refleksi
Tahap terakhir adalah refleksi, dimana peneliti dan guru mata
pelajaran sosiologi yang bertugas sebagai praktisi dan peneliti atau
observer menganalisis dan mengevaluasi proses pembelajaran pada
siklus II sesuai dengan indikator pembelajaran dan sesuai dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) . Berdasarkan hasil observasi
pada siklus II diperoleh gambaran dapat dikatakan bahwa
pembelajaran dengan metode Student Team Achievement Division
(STAD) untuk meningkatkan minat belajar sosiologi siswa
khususnya pada proses penelitian sudah baik karena dibuktikan
dengan tingginya minat siswa yaitu di atas nilai KKM. Jadi peneliti
merasa subyek penelitian sudah tercapai sesuai dengan indikator
pembelajaran dan sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), sehingga penelitian dihentikan di siklus II.
C. Pemeriksaan Keabsahan Data
Instrument yang dipergunakan dalam menguji minat belajar sosiologi siswa
pada masing-masing siklus adalah 10 soal. Soal tersebut berasal dari 30 soal,
sebelum instrument-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diberikan
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Adapun pengambilan
data minat belajar sosiologi pada masing-masing instrument melalui pretes dan
postes diambil dalam satu kali pertemuan tiap siklus.
Peneliti menguji cobakan soal yang sudah dibuat pada kelas yang akan
mempelajari materi yang diajarkan oleh peneliti pada saat penelitian, yaitu
dengan menggunakan rumus validitas “Product Moment” yakni perhitungan
menggunakan program ANATES V4 . berdasarkan siklus I, didapatkn 11 soal
yang valid yakni nomor 1, 5, 7, 8, 9, 11, 13, 16, 17, 18, dan 23. Agar menjadi
10 soal, maka harus dibuang 1 soal yakni soal nomor 23 (tingkat kesukarannya
tergolong mudah). Sedangkan pada siklus II diperoleh 10 soal yang valid yaitu
nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 17, 8, 9, dan 16.
71
Instrument tersebut juga diujikan reliabilitasnya berdasarkan rumus
Kuder-Richardson (K-R20) yakni perhitungannya menggunakan program
ANATES V4. Reliabilitas soal pada siklus I adalah 0,87, sedangkan soal pada
siklus II reliabilitasnya adalah 0,93
Reliabilitas pada soal siklus I dan II menggambarkan pengertian bahwa
instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data oleh
karena itu akan menghasilkan data yang dipercaya juga. Apabila datanya
memang benar, maka berapakalipun diambil tetap akan sama sesuai dengan
kenyataannya.
D. Analisa Data
1. Hasil Belajar Siswa
Pembelajaran sosiologi dengan menggunakan metode Student Team
Achievement Division (STAD) materi differensiasi sosial dan stratifikasi
sosial yang bertujuan untuk mengetahui minat belajar siswa. Data hasil
belajar (pretes dan postes) pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.4
Hasil Belajar Siklus I
No. Siswa Siklus I N-Gain I Kategori
Pretes Postes
1. A 6 9 0,75 Tinggi
2. B 5 8 0,57 Sedang
3. C 5 8 0,57 Sedang
4. D 4 7 0,42 Sedang
5. E 8 7 -0, 5 Rendah
6. F 5 6 0,2 Rendah
7. G 6 9 0,75 Tinggi
8. H 5 9 0,8 Tinggi
9. I 4 7 0,42 Sedang
10. J 6 9 -0, 5 Rendah
11. K 6 8 0,5 Sedang
12. L 4 9 0,83 Tinggi
13. M 5 7 0,4 Sedang
14. N 7 8 0,3 Rendah
15. O 7 6 -0,3 Rendah
72
16. P 4 4 0 Rendah
17. Q 6 9 0,75 Tinggi
18. R 7 8 0,3 Rendah
19. S 5 8 0,6 Sedang
20. T 6 7 0,25 Rendah
21. U 7 6 -0,5 Rendah
22. V 4 5 0,16 Rendah
23. W 6 3 -0,42 Rendah
24. X 5 8 0,8 Tinggi
25. Y 5 6 0,2 Rendah
26. Z 4 7 0,5 Sedang
Jumlah 142 188 7,85
Rata-rata 5,46 7,23 0,49
Berdasarkan tabel di atas agar lebih jelas hasil belajar sosiologi yang
diperoleh siswa, maka dapat dilihat grafik di bawah ini.
Grafik 4.1
Hasil belajar siswa di siklus I masih harus ditingkatkan. Hal ini berarti
minat belajar siswa masih rendah, dapat dibuktikan dengan masih
banyaknya nilai siswa yang berada di bawah rata-rata. 12 siswa N-Gainnya
tergolong rendah yakni nilai pretes 4, hingga 8, dan nilai postes antara 3
hingga 9. Kemudian 8 siswa N-Gainnya tergolong sedang yaitu nilai
pretes sekitar 4 hingga 6 dan nilai postes antara 7 hingga 8 , dan 6 siswa
0
2
4
6
8
10
12
Tinggi Sedang Rendah
Hasil Belajar
73
tegolong tinggi yakni nilai pretes 4 hingga 6, dan nilai postes antara 8
hingga 9.
Tabel
Hasil Belajar Siklus II
No. Siswa Siklus II N-Gain I Kategori
Pretes Postes
1. A 6 9 0,75 Tinggi
2. B 3 8 0,71 Tinggi
3. C 5 9 0,8 Tinggi
4. D 3 8 0,71 Tinggi
5. E 4 9 0,83 Tinggi
6. F 3 7 0,57 Sedang
7. G 3 9 0,85 Tinggi
8. H 7 10 1,0 Tinggi
9. I 4 7 0,42 Sedang
10. J 6 9 0,75 Tinggi
11. K 7 6 -0,34 Rendah
12. L 7 9 0,66 Sedang
13. M 6 9 0,75 Tinggi
14. N 6 9 0,75 Tinggi
15. O 7 10 1,0 Tinggi
16. P 6 8 0,5 Sedang
17. Q 7 6 -0,4 Rendah
18. R 6 8 0,5 Sedang
19. S 7 10 1,0 Tinggi
20. T 7 9 0,67 Sedang
21. U 6 9 0,75 Tinggi
22. V 5 9 0,8 Tinggi
23. W 4 10 1,0 Tinggi
24. X 4 8 0,67 Sedang
25. Y 3 7 0,57 Sedang
26. Z 4 4 0 Rendah
Jumlah 136 216 16,27
Rata-rata 5,23 8,30 0,62
Berdasarkan tabel di atas agar lebih jelas hasil belajar sosiologi yang
diperoleh siswa, maka dapat dilihat grafik di bawah ini.
74
Grafik 4.2
Minat belajar sosiologi siswa dapat dilihat dari hasil N-Gainnya di
siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. hal tersebut dapat
dibuktikan dengan berkurangnya nilai dibawah rata-rata. 3 siswa N-
Gainnya tergolong rendah , yakni nilai pretes diperoleh siswa 7 hingga 9,
dan nilai postesnya 6 hingga 8. Sedangkan yang tergolong N-Gainnya
sedang yaitu dengan nilai pretes antara 3 hingga 7 dan nilai postesnya 7
hingga 8. Dan 16 siswa tergolong N-Gainnya tinggi dengan nilai pretes
sekitar 3 hingga 7 dan nilai postesnya antara 7 hingga 10.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perbedaan yang nyata dengan
nilai rata-rata pretes I dengan pretes II, kemudian rata-rata postes I dengan
postes II. Perincian nilai rata-ratanya adalah sebagai berikut pretes siklus I
rata-ratanya 5,46, sedangkan pretes II rata-ratanya 5,23 kemudian postes I
rata-ratanya 7,23 sedangkan postes II rata-ratanya 8,30.
2. Hasil Jurnal siswa
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui respon siswa jurnal
harian siswa selama siklus I dan II adalah dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Tinggi Sedang Rendah
Hasil Belajar
75
Tabel 4.5
Respon Siswa Terhadap Tindakan Pembelajaran pada Siklus I
No Kategori Respon Siswa
1 Positif 1. Pembelajaran lebih
menyenangkan dari pembelajaran
sebelumnya.
2. Saya menjadi aktif bertanya
3. Jelas dalam menyampaikan materi
4. Lumayan baik
5. Saya lebih terlatih dalam
memahami materi diferensiasi
2 Netral
3 Negatif 1. Guru kurang tegas dalam proses
pembelajaran
2. Pembelajaran jadi ribet harus
berkelompok
3. Suara guru kurang jelas
4. Pembelajaran membosankan
5. Tidak mendengarkan guru ketika
guru menerangkan materi
6. Biasa saja
7. Pembelajaran tidak menantang
8. Saya menjadi pasif di kelas
9. Materi terlalu banyak
10. Jadi males belajar
Tidak Berkomentar
76
Tabel 4.6
Respon Siswa Terhadap Tindakan Pembelajaran pada Siklus II
No Kategori Respon Siswa
1 Positif 1. Dengan belajar seperti ini, saya
lebih mengerti karena dituntut
untuk aktif dalam pembelajaran
sosiologi.
2. Menjadi berani untuk
mengemukakan pendapat.
3. Menjadi terlatih dalam mengisi
soal sosiologi.
4. Kondisi pembelajaran yang
menyenangkan.
5. Saya lebih memahami materi
sosiologi.
6. Bagus
7. Baik
8. Lumayan baik.
9. Guru dalam menerangkannya
jelas.
10. Pembelajaran menarik karena bias
bekerjasama di dalam kelompok
diskusi.
11. Guru cukup tegas.
12. Membuat saya semangat belajar.
13. Bisa menambah ilmu
pengetahuan.
14. Pembelajaran hari ini
menyenangkan.
15. Pembelajaran hari ini memberikan
77
kesempatan kepada saya untuk
mengembangkan potensi saya
dalam pembelajaran sosiologi.
2 Netral
3 Negatif 1. Materi yang dijelaskan tidak
mengerti.
2. Guru menjelaskannya ribet.
3. Pembelajaran hari ini
membosankan.
4. Materi sosiologi terlalu banyak.
5. Membuat saya males belajar.
4 Tidak Berkomentar
Tabel 4.7
Rekapitulasi Respon Siswa Siklus I dan II
No Kategori Persentase Pada Pertemuan Ke- Rata-rata
Siklus 1 Siklus II
Positif 5 15 10%
Netral 5 5 5%
Negatif 10 3 6,5%
Tidak
Berkomentar
6 3 4,5
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan dari siklus I diperoleh
bahwa respon positif siswa lebih kecil yaitu hanya berjumlah 5 siswa,
dibandingkan dengan respon yang negatif yakni 10 siswa, netral sekitar 5
siswa maupun tidak berkomentar yaknu berjumlah 6 siswa. Hal ini
78
menunjukkan sebagian besar siswa berkomentar negatif. Berdasarkan hal
ini pembelajaran pada siklus I harus diperbaiki artinya siswa tidak
memiliki minat atau keinginan tinggi untuk belajar sosiologi. Sedangkan
pada siklus II respon positif siswa terhadap pembelajaran lebih besar
yakni sekitar 15 siswa, dibandingkan dengan respon yang negatif hanya 3
siswa. Ini artinya siswa memiliki minat yang tinggi dengan metode STAD
dan sebagian besar siswa menyenangi pembelajaran sosiologi dengan
metode STAD sehingga metode ini efektif diterapkan dalam pembelajaran
sosiologi.
Pada pembelajaran ini semua siswa sudah terlihat lebih bertanggung
jawab pada tugas-tugas yang diberikan guru dan siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran.
3. Hasil Angket Siswa
Angket minat belajar sosiologi melalui pembelajaran koperatif dengan
metode Student Team Achievement Division (STAD) diberikan kepada
siswa setelah berakhirnya penelitian, hasilnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.8
Tingkat Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran Sosiologi
NO Option F %
1 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
13
11
0
2
50%
42.30%
0%
7,69%
Jumlah 26 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 13 Responden (50%) menyatakan sangat
setuju bahwa belajar sosiologi bukan mata pelajaran yang sulit dan senang sekali
mengikuti pelajaran sosiologi, 11 responden (42,30%) menyatakan setuju, 0
Responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 2 responden (7,69%)
79
menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar menganggap
bahwa siswa senang dengan pelajaran sosiologi.
Tabel 4.9
Tingkat Kesulitas Siswa Dalam Belajar Sosiologi
NO Option F %
2 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
o
3
4
19
0%
11,53%
15,38%
73,07%
Jumlah 26 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 0 Responden (0%) menyatakan sangat
setuju, 3 responden (11,53%) menyatakan setuju, 4 Responden (15,38%)
menyatakan sangat tidak setuju. 19 responden (73,07%) menyatakan tidak setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar menganggap bahwa sebagian besar
siswa tidak merasa sulit dalam memahami pelajaran sosiologi sehingga membuat
siswa senang mempelajari sosiologi.
Tabel 4.10
Keaktifan Siswa Dalam Mengeluarkan Pendapat
NO Option F %
3 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
10
11
1
4
38,46%
42,30%
3,84%
15,38%
Jumlah 26 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 10 Responden (38,46%) menyatakan sangat
setuju, 11 responden (42,30%) menyatakan setuju, 1 Responden (3,84%)
menyatakan sangat tidak setuju. 4 responden (15,38%) menyatakan tidak setuju.
80
Hal ini menunjukkan bahwa siswa sangat aktif berpendapat walaupun masih ada
sebagian yang kurang aktif.
Tabel 4.11
Tingkat Kesulitan Siswa Dalam Mengeluarkan Pendapat
NO Option F %
4 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
0
6
15
5
0%
23,07%
57,69%
19,23%
Jumlah 26 100%
Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa 0 Responden (0%) menyatakan sangat
setuju, 6 responden (23,07%) menyatakan setuju, 15 Responden (57,69%)
menyatakan sangat tidak setuju. 5 responden (19,23%) menyatakan tidak setuju.
Hal ini terbukti bahwa sebagian besar menganggap bahwa siswa sangat aktif
bertanya tanpa diminta oleh guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa merespon
materi yang telah dijelaskan oleh guru.
Tabel 4.12
Kehadiran Siswa Di Dalam Pembelajaran Sosioligi
NO Option F %
5 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
10
16
0
0
38,46%
61,53%
0%
0%%
Jumlah 26 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 10 Responden (38,46%) menyatakan sangat
setuju, 16 responden (61,53%) menyatakan setuju, 0 Responden (0%) menyatakan
sangat tidak setuju. 0 responden (0%) menyatakan tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa selalu hadir dalam pelajaran sosiologi,
81
hal ini juga membuktikan siswa memiliki minat yang tinggi untuk selalu hadir
dalam pembelajaran sosiologi,
Tabel 4.13
Daya Tahan Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Sosiologi
NO Option F %
6 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
1
8
6
11
3,84%
30,76%
23,07%
42,30%%
Jumlah 26 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 1 Responden (3,84%) menyatakan sangat
setuju, 8 responden (30,76%) menyatakan setuju, 6 Responden (23,07%)
menyatakan sangat tidak setuju. 11 responden (42,30%) menyatakan tidak setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar menganggap senang mempelajari
sosiologi, karena tidak sulit dipahami sehingga tidak melelahkan siswa dalam
mempelajari pelajaran sosiologi, walaupun ada sebagian yang merasa lelah
mempelajari pelajaran sosiologi.
Tabel 4.14
Respon Siswa Dalam Pembelajaran Sosiologi
NO Option F %
7 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
14
11
0
1
53,84%
42,30%
0%
3,84%
Jumlah 26 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 14 Responden (53,84%) menyatakan sangat
setuju, 11 responden (42,30%) menyatakan setuju, 0 Responden (0%) menyatakan
sangat tidak setuju. 1 responden (3,84%) menyatakan tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa respon dalam pembelajaran sosiologi
82
yakni siswa memperhatikan materi yang dijelaskan guru sehingga membuat siswa
aktif dalam bertnya atau memberikan pendapat mengenai materi sosiologi.
Tabel 4.15
Tingkat Daya Tahan Siswa Dalam Memperhatikan Pelajaran Sosiologi
NO Option F %
8 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
6
7
10
3
23,07%
26,92%
38,46%
11,53%
Jumlah 26 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 6 Responden (23,07%) menyatakan sangat
setuju, 7 responden (26,92%) menyatakan setuju, 10 Responden (38,46%)
menyatakan sangat tidak setuju. 3 responden (11,53%) menyatakan tidak setuju.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak banyak siswa yang mengantuk
karena suasana pembelajaran menyenangkan dengan metode Student Team
Achievement Division.
Tabel 4.16
Keaktifan Siswa Di Dalam Menjawab Pertanyaan Guru
NO Option F %
9 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
5
20
0
1
19,23%
76,92%
0%
3,84%
Jumlah 26 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 5 Responden (19,23%) menyatakan sangat
setuju, 20 responden (76,92%) menyatakan setuju, 0 Responden (0%) menyatakan
sangat tidak setuju. 1 responden (3,84%) menyatakan tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa aktif dalam pembelajaran sosiologi
83
yakni dengan dibuktikan setiap kali guru mengajukkan pertanyaan maka siswa
selalu aktif dalam menjawab pertanyaan maupun mengerrjakan tugas. Sebagian
besar siswa selalu berusaha untuk mengerjakannya baik dengan mencari sendiri
maupun diskusi dalam kelompok.
Tabel 4.17
Keaktifam Dalam Mengerjakan Tugas Sosiologi
NO Option F %
10 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
3
6
9
8
11,53%
23,07%
34,6%
30,76%
Jumlah 26 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 3 Responden (11,53%) menyatakan sangat
setuju, 6 responden (23,07%) menyatakan setuju, 9 Responden (34,6%)
menyatakan sangat tidak setuju. 8 responden (44%) menyatakan tidak setuju.
Terbukti bahwa siswa sebagian besar mengerjakan tugas walaupun tidak diperiksa
oleh guru dan menunjukkan siswa memiliki minat belajar tinggi dalam
pembelajaran sosiologi.
Tabel 4.18
Ketepatan Guru Dalam Memilih Metode Pembelajaran Sosiologi
NO Option F %
11 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
6
16
1
4
23,07%
61,53%
3,84%
15,38%
Jumlah 26 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 6 Responden (23,07%) menyatakan sangat
setuju, 16 responden (61,53%) menyatakan setuju, 1 Responden (3,84%)
menyatakan sangat tidak setuju. 4 responden (15,38%) menyatakan tidak setuju.
84
Terbukti bahwa pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team
Achievemen Division membuat siswa tertarik dalam pembelajaran sosiologi.
Tabel 4.19
Kesiapan Siswa Di Dalam Pembelajaran Sosiologi
NO Option F %
12 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
0
9
0
15
0%
34,6%
0%
57,69%
Jumlah 26 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 0 Responden (0%) menyatakan sangat
setuju, 9 responden (34,6%) menyatakan setuju, 0 Responden (0%) menyatakan
sangat tidak setuju. 15 responden (57,69%) menyatakan tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa lebih dulu menyiapkan materi yang akan dipelajari
disekolah sehingga ketika sampai disekolah siswa sudah siap dengan materi yang
diajaran.
Tabel 4.20
Respon Belajar Siswa Setelah Pembelajaran Di Sekolah
NO Option F %
13 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
6
10
5
5
23,07%
38,46%
19,23%
19,23%
Jumlah 26 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 6 Responden (23,07%) menyatakan sangat
setuju, 10 responden (38,46%) menyatakan setuju, 5 Responden (19,23%)
menyatakan sangat tidak setuju. 5 responden (19,23%) menyatakan tidak setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa sebagian besar siswa belajar kembali di rumah
85
untuk lebih memahami materi yang telah diajarkan di sekolah.
Tabel 4.21
Keaktifan Siswa Dengan Metode STAD
NO Option F %
14 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
12
7
4
3
46,15%
6,92%
15,38%
11,53%
Jumlah 25 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 12 Responden (46,15%) menyatakan sangat
setuju, 7 responden (6,92%) menyatakan setuju, 4 Responden (15,38%)
menyatakan sangat tidak setuju. 3 responden (11,53%) menyatakan tidak setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa sebagian besar dengan metode STAD, siswa
merasa senang, dengan dibuktikan bahwa siswa aktif bertanya, aktif menjawab,
mengerjakan tugas. Berdasarkan hal tersebut siswa memiliki minat yang tinggi
dalam pembelajaran sosiologi melalui pembelajaran sosiologi dengan
menggunakan metode STAD,
Tabel 4.22
Tingkat Pemahaman Siswa Dengan Menggunakan Metode STAD
NO Option F %
15 Sangat Setuju
Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
3
3
10
10
11,53%
11,53%
38,46%
38,46%
Jumlah 26 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 3 Responden (11,53%) menyatakan sangat
setuju, 3 responden (11,53%) menyatakan setuju, 10 Responden (38,46%)
86
menyatakan sangat tidak setuju. 10 responden (38,46%) menyatakan tidak setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa sebagian besar siswa tidak pasif melainkan
dengan metode STAD siswa menjadi lebih aktif dalam berfikir dan memahami
materi yang diajarkan, karena dalam pembelajaran sosiologi dengan menggunakan
metode STAD siswa dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran sosiologi.
E. Interpretasi Hasil Analisa
Pada siklus I dari hasil pengamatan menunjukkan dalam beberapa tahapan
yangberupa siklus-siklus yang dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas.
Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus yakni sebagai
berikut:
a) Siklus I
Siklus satu terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi, seperti berikut:
1. Perencanaan
a. Praktisi (peneliti) dan observer (guru mata pelajaran) berdiskusi
dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran agar kegiatan
proses pembelajaran berjalan dengan baik.
b. Membuat hand out mengenai diferensiasi sosial
c. Membuat dan menyiapkan instrument yakni: tes, lembar observasi,
jurnal harian siswa, dan angket.
2. Pelaksanaan
Satu siklus terdiri dari satu kali pertemuan. Pada pertemuan ini
pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan rencana. Hal ini
disebabkan
a. Banyak siswa yang tidak aktif dalam bertanya
b. Siswa tidak melakukan diskusi kelompok dengan serius
c. Siswa belum terbiasa dengan metode STAD yaitu belum terbiasa
mengerjakan tugas setiap kali pembelajaran berlangsung.
d. Siswa belum mengetahui pasti langkah-langkah pembelajaran
sehingga siswa masih kebingungan.
87
e. Siswa masih merasa malu dalam mengungkapkan kesulitan
belajarnya.
f. Guru kurang membangkitkan rasa ingin tahu siswa.
g. Kurangnya kualitas interaksi dalam pembelajaran sosiologi.
h. Kurangnya pemusatan siswa terhadap pembelajaran di kelas.
i. Guru belum bisa mengelola kelas dengan baik
j. Keterampilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
sosiologi masih kurang jelas.
Berdasarkan masalah di atas maka masalah tersebut harus segera
diatasi oleh peneliti, karena tujuan dari metode STAD adalah untuk
meningkatkan minat bealajar sosiologi siswa. Maka dari itu, peneliti
melakukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan cara
sebagai berikut:
1. Memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah proses
pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai
2. Memberikan penjelasan mengenai metode STAD
3. Mengerjakan tes/kuis setiap pertemuan agar siswa terbiasa yakni
bertujuan untuk meguji kemampuan belajar siswa.
4. Guru harus bisa mengelola kelas dengan baik.
5. Guru harus bisa membangkitkan minat belajar siswa dengan metode
STAD.
3. Observasi
a. Hasil Observasi Siklus I Mengenai Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa
pada siklus I siswa tidak siap menikuti pembelajaran karena
sebelumnya siswa tidak memiliki pengetahuan tentang materi yang
akan diajarkan, kemudian siswa sulit memahami pelajaran
sosiologi, kurangnya kerjasama dalam diskusi kelompok sehingga
kualitas dalam memimpin dalam diskusi tidak ada dan
mengakibatkan siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran.
Disamping itu dapat dilihat dalam penguasan konsep belajar siswa
88
terhadap materi pembelajaran masih tergolong rendah. Dari skor
ideal hasil belajar 100%, skor perolehan rata-rata pretes hanya 5,46
dan pada saat postes rata-ratanya 7,23 dan N-Gain siklus I hanya
mencapai 0,49.
b. Aktivitas Guru (peneliti)
Hasil observasi aktivitas guru dalm kegiatan proses
pembelajaran pada siklus I masih rendah. Hal ini terjadi karena
guru kurang membangkitkan minat rasa ingin tahu siswa, kurang
memusatkan siswa terhadap pembelajaran sosiologi, serta media
pembelajaran dengan metode STAD, siswa hanya diberikan hand
out adalah kurang efektif dalam penggunaannya. Seharusya disertai
dengan power point atau gambar-gambar untuk membuat proses
pembelajaran lebih menarik perhatian siswa.
4. Refleksi
Berdasarkan proses pembelajaran siklus I, masih banyak kekurangan
yang harus diperbaiki ketika akan memberikan tindakan pada siklus II.
Adapun kekurangan yang terjadi pada siklus I adalah seagai berikut:
a. Guru kurang membangkitkan minat atau rasa ingin tahu siswa
sehingga siswa kurang respon dengan proses pembelajaran yang
dilaksanakan.
b. Kurangnya pemusatan perhatian siswa terhadap proses
pembelajaran sosiologi mengaibatkan siswa tidak sungguh-sunggh
dalam diskusi kelompok
c. Kurang pertimbangan dalam membuat media pembelajaran
sosiologi yang mengakibatkan tidak adanya minat belajar sosiologi
d. Guru kurang persiapan dalam menjelaskan materi pelajaran
sosiologi sehingga siswa sulit untuk memahami materi tentang
diferensiasi.
Berdasarkan masalah di atas masih banyak yang harus diperbaiki
dalam pemberin tindakan guru kepada siswa. Untuk memperbaiki
kekurangan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai
89
pada siklus I, maka pelaksanaan pada siklus II perlu dibuat
pengembangan perencanaan pemberian tindakan berdasarkan hasil
refleksi dari siklus I.
b) Siklus II
Siklus kedua ini, terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. maka perencanaan di
siklus kedua ini lebih dikembangkan agar tercapai sesuai indicator dan
sesuai dengan KKM. Perencanannya adalah sebagai berikut:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
b. Meningkatkan aktivitas pembelajaran dengan membuat media
power point untukmembuat siswa merasa tertarik dengan materi
yang diberikan oleh guru.
c. Mengamati kesulitan belajar siswa
d. Membuat instrument (tes, lembar observasi, lembar jurnal harian
siswa dan lembar angket)
2. Pelaksanaan
1. Suasana pembelajaran sudah mulai baik yakni siswa lebih
antusias, aktif bertanya, mengungkapkan pendapat dan lebih
mudah memahami materi pembelajaran
2. Siswa lebih serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan
guru
3. Suasana kelas tidak gaduh sehingga siswa bisa terpusat
perhatian pada proses pembelajaran
4. Sebagian besar siswa terlihat senang atau memiliki minat tinggi
dengan metode STAD.
5. Guru jelas dalam menyampaikan materi sosiologi.
6. Nada dan intonasi guru dalam menyampaikan materi sosiologi
sudah baik.
7. Guru bisa mengamati kesulitan dan kemajuan belajar siswa.
90
3. Observasi
a. Hasil Observasi Siklus II Mengenai Aktivitas Siswa
Berdasarkan kekurangan pada siklus I, maka pada siklus II .
ini ditunjukkan siswa sudah aktif bertanya, mengungkapkan
pendapatnya, kemudian aktif dalam bekerjasama dalam
kelompok diskusi untuk menyiapkan diri dalam tes/kuis yang
akan diuji cobakan. Kemudian dibuktikan dengan adanya
peningkatan nilai pretest siklus II yaitu 5,23 dan rata-rata
postesnya mencapai 8,30. Adapun minat belajar siswa dapat
dilihat dengan adanya peningkatan nilai Normal gain di setiap
siklus. N-Gain Siklus I hanya 0,49 sedangkan N-Gain siklus II
0,62.
b. Hasil Observasi Siklus II Mengenai Aktivitas Siswa
Di siklus II ini aktivitas guru mengalami peningkatan yakni
ditunjukkan dengan terlaksananya metode STAD yaitu dengan
proses pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa. Seperti
yang diungkapkan oleh M. Alisuf Sabri mengatakan yang
dimaksud dengan “minat (interest) adalah suatu kecenderungan
untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus
menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan terutama
perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi
karena sikap senang kepada sesuatu. Hal ini dibuktikan yakni
terlaksananya guru dalam membangkitkan minat atau rasa ingin
tahu siswa sehingga siswa memiliki hasil belajar yang tinggi.
4. Refleksi
Keberhasilan yang dicapai pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. pembelajaran sosiologi dengan metode STAD adalah meningkatkan
minat belajar sosiologi siswa yang dibuktikan dengan nilai rata-
rata pretes dan postes yakni siklus II mengalami peningkatan dari
hasil rata-rata siklus I yakni N-Gain I hanya 0,49 dan N-Gain II
91
0,62.
2. Ditunjukkan dalam aktivitas guru semakin meningkat yang
mengarahkan siswa pada pembelajaran yang menyenangkan
dengan metode STAD.
3. Proses tindakan yang dilakukan nilai yang diperoleh siswa sudah
memenuhi KKM yaitu 70 dan indikator.
4. Dari hasil angket dan jurnal harian siswa sebagian besar terdapat
respon yang menyenangkan dalam proses pembelajaran sosiologi
dengan metode STAD.
F. Pembahasan Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan guru dan
siswa pada penelitian pendahuluan. Ditemui beberapa masalah dalam
pembelajaran sosiologi. Diantaranya adalah kondisi kelas yang gaduh sehingga
tidak efektif dalam proses pembelajaran sosiologi dan mengurangi konsentrasi
siswa. Kemudian siswa merasa metode yang diterapkan guru mata pelajaran
hanya menggunakan metode yang biasa-biasa saja yakni metode ceramah dan
diskusi sehingga siswa merasa jenuh dalam proses pembelajaran. Hal ini akan
menghambat siswa untuk mengembangkan potensi siswa. Pada akhirnya
menyebabkan nilai yang diperoleh tidak memuaskan.
Berdasarkan siklus I, siswa tidak belajar aktif, siswa tidak sungguh-sungguh
dalam diskusi kelompok,dan siswa pun tidak mengerti materi yang telah
disampaikan oleh guru. Selain itu juga dalam pengamatan siklus I, yang dianggap
kurang adalah guru kurang membangkitkan rasa ingin tahu siswa, kemudian
kurangnya kualitas interaksi dalam belajar sosiologi, kurangnya pemusatan siswa
terhadap proses pembelajaran di kelas, selanjutnya guru belum bisa mengelola
kelas dengan baik, dan kurangnya keterampilan guru dalam menyampaikan materi
yang disampaikan masih kurang jelas.
Ditemui dalam penelitian berdasarkan teori dengan hasil pengamatan di
lapangan. Pada siklus I dalam pelaksanaan metode Student Team Achievement
Division (STAD), awal pembelajaran dilakukan pretes kemudian guru
menyampaikan materi pembelajaran. Selanjutnya guru menginstruksikan siswa
92
membuat 4 kelompok untuk berdiskusi, dilanjutkan guru membagi tugas atau kuis
berisi 5 soal untuk dikerjakan masing-masing siswa. Tahap selanjutnya, guru
menghitung skor hasil tes, kemudian yang mendapatkan nilai tertinggi akan
mendapatkan penghargaan (reward) yaitu dengan mengumumkan nilai yang
terbaik dalam kelompok. Selanjutnya memberikan postes.
Berdasarkan siklus II, ada terdapat perbedaan antara teori dengan pengamatan
di lapangan. siklus II ini, agak berbeda dengan siklus I. Siklus II dalam tahap
pelaksanaan setelah diawali pretes kemudian dibuat 4 kelompok diskusi terlebih
dahulu, setelah itu baru kemudian guru menyampaikan materi . selanjutnya guru
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan berdiskusi, kemudian guru
memberikan kuis 5 soal dikerjakan masing-masing siswa, dan menghitung skor
hasil tes. Tahap terakhir adalah melakukan postes. Adapun tujuan peneliti
membedakan tahapan antara siklus I dan siklus II yang memiliki tujuan yaitu agar
siswa tidak merasa bosan, siswa lebih bisa diatur sehingga membuat siswa lebih
aktif dan semangat belajar sosiologi dalam pembelajaran kooperatif dengan
metode STAD.
Pembelajaran kooperatif dengan metode STAD ditemui dalam pengamatan di
lapangan sesuai dengan teori yang diterapkan. Pembelajaran kooperatif dengan
metode STAD terdapat hal positif yaitu melatih siswa untuk kerjasama dengan
baik, seluruh peserta didik menjadi lebih siap dalam belajar sosiologi dengan
metode STAD, meningkatkan hasil belajar akademik siswa, penerimaan terhadap
keragaman , dan pengembangan keterampilan sosial siswa. Kemudian dalam
pembelajaran kooperatif terdapat pula hal negative yakni anggota kelompok
sebagian besar mengalami kesulitan, dan membedakan peserta didik satu dengan
lainnya sehingga perlu diatasi dengan baik.
Berdasarkan hasil perhitungan Normal Gain, minat belajar sosiologi
mengalami peningkatan dibandingkan dengan belajar pada siklus I. hal ini
dibuktikan dengan metode STAD berhasil meningkatkan minat belajar sosiologi
siswa di MA Pembangunan UIN Jakarta. Rata-rata N-Gain yang diperoleh siklus I
adalah 0,48 sedangkan rata-rata N-Gain siklus II adalah 0,62.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hasil penelitian minat belajar sosiologi siswa kelas XI MA
Pembangunan UIN Jakarta tergolong tinggi, hal tersebut dapat
dibuktikan dengan berkurangnya nilai dibawah rata-rata. Tiga (3)
siswa N-Gainnya tergolong rendah , yakni nilai pretes diperoleh
siswa 7 hingga 9, dan nilai postesnya 6 hingga 8. Sedangkan yang
tergolong N-Gainnya sedang yaitu dengan nilai pretes antara 3
hingga 7 dan nilai postesnya 7 hingga 8. Dan 16 siswa tergolong
N-Gainnya tinggi dengan nilai pretes sekitar 3 hingga 7 dan nilai
postesnya antara 7 hingga 10. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
siklus I rata-ratanya pretes 5,46 dan postes mancapai 7,23,
sedangkan siklus II yakni rata-ratanya pretes 5,23 dan postes 8,30.
Berdasarkan hal ini, 80% siswa mencapai di atas KKM.
2. Setelah belajar melalui pembelajaran kooperatif dengan metode
Student Team Achievement Division (STAD), siswa menjadi lebih
menyenangkan seperti aktif bertanya, aktif berpendapat, aktif
dalam diskusi kelompok, konsentrasi dalam memahami materi, dan
siswa memiliki kompetensi dalam penguasaan materi sosiologi.
Sehingga metode STAD efektif digunakan dalam pembelajaran
sosiologi.
94
3. Berdasarkan hasil angket, respon siswa setelah belajar sosiologi
dengan metode STAD yakni menunjukkan terjadinya peningkatan
minat belajar sosiologi 100% siswa kelas XI MA Pembangunan
UIN Jakarta.
B. Saran
Telah terbukti bahwa minat belajar sosiologi siswa melalui
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan minat blajar sosiologi siswa,
maka penulis sarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Guru sosiologi diharapkan menggunakan metode STAD , karena
melalui pembelajarann ini sangat efektif diterapkan pada mata
pelajaran sosiologi siswa dan dapat meningkatkan minat belajar
sosiologi siswa. Sehingga bisa menciptakan pembelajaran aktif.
2. Guru hendaknya menerapkan metode yang bervariatif agar tidak
membosankan siswa sehingga minat sosiologi siswa tinggi.
3. Guru diharapkan melakukan penelitian tindakan kelas karena untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu atau kualitas proses di kelas.
4. Siswa diharapkan aktif dalam proses pembelajaran dengan tujuan
agar menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan
menghasilkan hasil belajar yang memuaskan.
5. Kepala Sekolah seharusnya menganjurkan kepada guru untuk
menggunakan metode yang bervariatif dan mengaktifkan siswa.
6. Orang tua seharusnya bisa memotivasi siswa di rumah agar semangat
dalam belajar khususnya dalam belajar sosiologi.
95
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Meaningful Learning Re-Invensi kebermaknaan pembelajaran
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 1, 2007
Arifin, Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-
undang SISDIKNAS, Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, Cet. 3, , 2003
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
Cet. 6, 2001
, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, cet. 4, 2007
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV.Atlas, 1998
Friesda, Neng Jamilah F, Penerapan Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode
Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Biologi, Jakarta: UIN, Jakarta, 2008.
Hernawan, Asep Herry, dkk., Belajar dan Pembelajaran SD, Bandung, UPI Press,
cet. 1, 2007
Imron , Ali, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya, Cet. 1, 1996
Isjoni, Pembelajaran Visioner, Jakarta, Pustaka Pelajar, cet. 1, 2007
_ , Pembelajaran Kooperatip, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, cet.1, 2009
Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta:
Kizi Brother’s, cet. 1,2006
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Gaung Persada Press, cet.1, 2009
Junaedi, dkk.., Paket 7-14 Strategi Pembelajaran, Jakarta: PGMI, cet. 1, 2008
Kusumah, Wijaya dan Dwitagama Dedi, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta, PT. Indeks, cet. 3, 2009
Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Bandung, Remaja Karya CV,
1973
Mulyasa, E, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung, Remaja Rosdakarya,
2003
96
Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar,
Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, cet. 2,
1995
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana, cet. 5, 2006
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada, cet. 10, 2003
Shadily, Hassan, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta,
cet. 12, 1993
Shaleh , Abdul Rahman, Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta, Kencana, cet. 1,
2004
Slavin, Robert E, Psikologi Pendidikan, Terj. Educational Psychology, Jakarta:
Indeks, cet. 1, 2009
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, cet. 25, 1990
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Cet. 13, 2003
, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Garapindo Persada,
2007
Syah, Darwyan, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Faza Media, cet. 1, 2006
Syam, Jonny, Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknologi, Jurnal
Ilmu Pendidikan, Volume 1, Nmor 1, Mei 2004
Tim Penyusun , Panduan Siswa Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah, Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2008.
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Jakarta, Prestasi Pustaka, cet. 1, 2007
97
Waskito, A. A, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Wahyu Media, cet.
1, 2009
Wisadirana, Darsono, Sosiologi Pedesaan, Malang: UMM Press, cet. 1, 2004
Witherington, H. C, dkk., Teknik-teknik Belajar dan Mengajar, Bandung,
Jemmars, cet. 3, 1986
Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta, Grasindo, cet. 4, 1996
Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung
Persada Press, cet. 2, 2004
Karuru, Perdy, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses, Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, No. 045, tahun ke-9, November 2003
Pembelajaran Kontekstual, Jurnal Kependudukan dan Kemasyarakatan,
cendekia Vol 3 N0. 2 Juli-Desember, 2005
Widyaningrum, Retno, Strategi Pengajaran yang Berasosiasikan dengan
Qym, Pengertian Minat, artikel di akses pada 12 oktober 2009 dari:
http://qym7882.blogspot.com/2009/03/pengertian-minat.htm
Zanikhan, Minat Belajar Siswa, artikel di akses pada 12 oktober 2009 dari:
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1206
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
Mata Pelajaran : IPS Sosiologi
Kelas/Semester : XI IPS/ Ganjil
Siklus : I
Pertemuan ke- : I
Standar Kompetensi : Memahami Struktur Sosial serta Berbagai Faktor Penyebab Konflik
dan Mobilitas Sosial.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan Bentuk-Bentuk Struktur dalam Fenomena
Kehidupan
Alokasi Waktu : 2 x 45
A. Indikator
1. Mengetahui Pengertian Struktur Sosial
2. Mendefinisikan Diferensiasi Sosial
3. Mengindentifikasi Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial Berdasarkan Ras, Etnis,
Klen, Agama, Profesi dan Gender.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, siswa diharapkan mampu :
1. Siswa mampu mengetahui pengertian struktur social
2. Siswa mampu mendefinisikan diferensiasi social
3. Siswa mampu mengindentifikasi bentuk-bentuk diferensiasi social berdasarkan
ras, etnis, klen, agama, profesi dan gender.
C. Materi Pokok
1. Struktur Sosial
Struktur social berasal dari bahasa latin yaitu struktum yang berarti
menyusun. Jadi struktur sosial dapat diartikan sebagai susunan terhadap sesuatu
yang memiliki bagian-bagian atau unsure-unsur dan membentuk suatu susunan.
Struktur social merupakan realitas social yang bersifat statis sehingga dapat dilihat
kerangka tatanan dari berbagai bagian tubuh yang membentuk struktur.
2. Bentuk-bentuk struktur sosial berdasarkan ketidaksamaan sosial
1. Pengertian Diferensiasi Sosial
Diferensiasi berasal dari istilah bahasa inggris yaitu different yang berarti
perbedaan. Diferensiasi sosial adalah perbedaan individu atau kelompok
dalam masyarakat yang tidak menunjukan adanya suatu tingkatan (hierarki).
Artinya tidak ada golongan dari pembagian tersebuit yang memiliki
tingkatan yang lebihtinggi ataupun lebih rendah
3. Bentuk-bentuk diferensiasi social
(1) Berdasarkan ras
Diferensiasi ini timbul karena perbedaan cirri-ciri fisik tertentu misalnya
: wana kulit, bentuk rambut, bentuk mata dan lain-lain.
Pembagian ras diklasifikasikan menjadi :
a. Austroloid
b. Ras Mongoloid
c. Caukasoid
d. Negroid
e. Ras khusus
(2) Berdasarkan Etnis
Diferensiasi berdasarkan etnis atau suku bangsa menunjukkan bahwa
masyarakat terdiri atas berbagai suku bangsa dengan bangsa dan kebudayaan
masing-masing. Sedangkan menurut Wiiliam Kornblum, kelompom etnis
adalah suatu populasi yang memiliki identitas kelompok berdasarkan
kebudayaan tertentu dan biasanya memiliki leluhur yang pasti atu dianggap
pasti sama.
Jumlah suku di Indonesia sulit diperkirakan, antara peneliti dengan
penelitiannya memiliki perbedaan pandangan. Menurut C. Van Vollen
jumlah suatu suku bangsa di Indonesia: 316 suku, sedangkan menurut
professor Koenjaraingrat sekitar : 119 suku
Suku bangsa secara garis besar di Indonesia
- Dipulau Sumatra: suku bangsa Aceh, Gayo, Batak dan lain-lain
- Pulau Jawa: suku bangsa sunda, jawa, Madura dan lain-lain
- Kalimantan: Dayak
- Sulawesi: Bugis, Makasar dan lain-lain
- Nusa Tenggara: Bali, Bima dan lain-lain
- Kepulauan Maluku: Ternate dan Tidore
(3) Berdasarkan Profesi
Profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada
jenis pekerjaan seperti profesi guru, dokt5er, dan pedagang.
(4) Berdasarkan Klen
Klen adalah suatu kelompok kekerabatan yang terdapat dalam
masyarakat dengan menarik garis keturunan secara unilateral, baik
patrilineal maupun matrilineal. Adapun garis keturunan ibu adalah
matrilineal, contohnya daerah Minangkabau, sedangkan keturunan ayah
adalah patrilineal. Kemudian istilah yang mendekati ini adalah marga.
(5) Berdasarkan Agama
Diferensiasi berdasarkan agama terwujud dalam kenyataan social bahwa
masyarakat terdiri atas orang-orang yang menganut suatu agama tertentu
yaitu agama Islam,Kristen, hindu ataupun umat budha
(6) Berdasarkan Gender
Peran gender adalah yaitu pola sikap dan tingkah laku yang
diharapkanoleh masyarakat berdasarkan jenis kelamin.
D. Metode Pembelajara
Pembelajaran kooperatif dengan metode Team Student Achievement Division
(STAD)
Diskusi
Kuis
E. Media/Alat Peraga
White Board
Hand out
LKS
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
Memberi salam
Kemudian siswa menjawabnya
Bertanya pada siswa apakah siswa sudah siap mengikuti pelajaran
Memfokuskan perhatian siswa pada materi dengan menuliskan judul
nmateri di papan tulis
2. Kegiatan Inti
Memberikan soal pretes
Appersepsi: guru mengajukan pertanyaan
Menjelaskan materi
Membuat kelompok anatara 3-4 orang siswa
Guru memberikan tugas yakni siswa mendiskusikan materi yang belum
dimengerti.
Memberikan soal/kuis yang dikerjakan masing-masing siswa
Memberikan penilaian atau penghargaan kepada tiap siswa
Kesimpulan materi
Memberikan Postes
3. Kegiatan Akhir
Guru menutup / mengakhiri pelajaran tersebut dengan membaca
hamdalah/doa.
Guru mengucapkan salam kepada siswa sebelum keluar kelas dan siswa
menjawab salam.
10 menit
75 menit
5 menit
G. Alat/Buku Sumber
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 1996
Tufik Rohman D, dkk, Sosiologi I, Jakarta : Yudhistira, 2006
Kun Maryati, Sosiologi SMA, Jakarta: Esis, 2004
Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta: Umm Press, 2004
H. Penilaian
Tes Tertulis (Terlampir)
- Siswa Mengisi lembar soal pilihan ganda
Pengamatan
- Dilakukan saat diskusi berlangsung
Jakarta, 3 Agustus 2010
Mengetahui : Mahasiswa Praktikan
Guru Mata Pelajaran
Wage Wardana, S.Pd Lilis Komariah
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
Mata Pelajaran : IPS Sosiologi
Kelas/Semester : XI IPS/ Ganjil
Siklus : II
Pertemuan ke- : 2
Standar Kompetensi : Memahami Struktur Sosial serta Berbagai Faktor Penyebab Konflik
dan Mobilitas Sosial.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan Bentuk-Bentuk Struktur dalam Fenomena
Kehidupan
Alokasi Waktu : 2 x 45
A. Indikator
1. Menjelaskan definisi stratifikasi sosial
2. Mendeskripsikan proses terjadinya stratifikasi sosial
3. Mengindentifikasi unsur-unsur stratifikasi sosial
4. Menyebutkan contoh dari unsur-unsur sosial
5. Mengklasifikasikan macam-macam stratifikasi sosial
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, siswa diharapkan mampu :
1. Siswa mampu menjelaskan definisi stratifikasi sosial
2. Siswa mampu mendeskripsikan proses terjadinya stratifikasi sosial
3. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur stratifikasi sosial
4. Siswa mampu menyebutkan contoh-contoh stratifikasi sosial
5. Siswa mampu mengklasifikasikan macam-macam stratifikasi sosial
C.Materi Pokok
Stratifikasi Sosial
6. Definisi Stratifikasi Sosial
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-
hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan.penghargaan yang lebih tinggi
terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang
lebih tinggi dari hal-hal lainnya.mereka yang mempunyai uang banyak, akan mudah
sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga kehormatan dan juga
mudah mengusahakan ilmu pengetahuan.
Sistem lapisan dalam masyarakat tersebut dalam sosiologi dikenal dengan
social stratification. Kata stratification berasal dari stratum jamaknya strata yang
berarti lapisan. Adapun menurut Pitrim A. Sorokin menyatakan bahwa social
stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas
secara bertingkat (hierarki). Sedangkan menurut M. Z. lawang social stratification
adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu
kedalam lapisan-lapisan hierarchies menurut dimensi kekuasaan, privilese, prestise.
Jadi dapat disimpulkan bahwa social stratification adalah tingkatan yang ada dalam
masyarakat.
7. Proses terjadinya social stratification masyarakat
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinyadalam
proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang disengaja disusun untuk
mengejar suatu tujuan bersama. Adapun yang biasa yang menjadi alasan
terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian,
tingkat umur, dan lain-lain.
8. Unsur-unsur stratifikasi sosial
Kedudukan
(7) Ascribed status
Ascribed status merupakan kedudukan yang diperoleh seseorang melalui
kelahiran. Ex. Keluarga bangsawan atau darah biru,
(8) Achieved status
Achieved status merupakan kedudukan seseorang diperoleh melalui
usaha-usaha yang disengaja.
Ex.seorang dokter, hakim dan lain-lain.
(9) Assigned status
Assigned status adalah status yang diberikan
Peranan
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.
9. Macam-macam stratifikasi sosial
1) Stratifikasi terbuka: ex’ pada masyarakat modern
2) Stratifikasi tertutup: ex: masyarakat yang berkasta
3) Stratifikasi campuran: ex, budaya
10. Fungsi social stratification
1) Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti menentukan
penghasilan dan tingkat kekayaan
2) Penentuan lambang-lambang seperti tingkah laku
3) Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang
menduduki sistem sosial dalam masyarakat.
D.Metode Pembelajara
Pembelajaran kooperatif dengan metode Team Student Achievement Division
Diskusi
Kuis
E.Media/Alat Peraga
White Board
Power poin (LCD)
LKS
F.Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Waktu
4. Pendahuluan
Memberi salam
Kemudian siswa menjawabnya
Bertanya pada siswa apakah siswa sudah siap mengikuti pelajaran
Memfokuskan perhatian siswa pada materi dengan menuliskan judul
nmateri di papan tulis
5. Kegiatan Inti
Memberikan soal pre-test
Appersepsi: guru mengajukan pertanyaan
Membuat kelompok anatara 3-4 orang siswa
Menjelaskan materi
Guru memberikan tugas yakni siswa mendiskusikan materi yang belum
dimengerti.
Memberikan soal/kuis yang dikerjakan masing-masing siswa
Memberikan penilaian atau penghargaan kepada Kelompok
Kesimpulan materi
Memberikan Post-test
6. Kegiatan Akhir
Guru menutup / mengakhiri pelajaran tersebut dengan membaca
hamdalah/doa.
Guru mengucapkan salam kepada siswa sebelum keluar kelas dan siswa
menjawab salam.
10 menit
75 menit
5 menit
G. Alat/Buku Sumber
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 1996
Tufik Rohman D, dkk, Sosiologi I, Jakarta : Yudhistira, 2006
Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta: Umm Press, 2004.
H. Penilaian
Tes Tertulis (Terlampir)
- Siswa Mengisi lembar soal pilihan ganda
Pengamatan
- Dilakukan saat diskusi berlangsung
Jakarta, 10 Agustus 2010
Mengetahui : Mahasiswa Praktikan
Guru Mata Pelajaran
Wage Wardana, S.Pd Lilis Komariah
Lampiran 3
Materi Pokok (Hand Out)
1. Struktur Sosial
Struktur sosial berasal dari bahasa latin yaitu struktum yang berarti
menyusun. Jadi struktur sosial dapat diartikan sebagai susunan terhadap
sesuatu yang memiliki bagian-bagian atau unsure-unsur dan membentuk
suatu susunan. Struktur social merupakan realitas social yang bersifat statis
sehingga dapat dilihat kerangka tatanan dari berbagai bagian tubuh yang
membentuk struktur.
2. Bentuk-bentuk struktur social berdasarkan ketidaksamaan social
1. Pengertian Diferensiasi Sosial
Diferensiasi berasal dari istilah bahasa inggris yaitu different yang
berarti perbedaan. Diferensiasi social adalah perbedaan individu atau
kelompok dalam masyarakat yang tidak menunjukan adanya suatu
tingkatan (hierarki). Artinya tidak ada golongan dari pembagian
tersebuit yang memiliki tingkatan yang lebihtinggi ataupun lebih
rendah
3. Bentuk-bentuk diferensiasi social
1. Berdasarkan ras
Diferensiasi ini timbul karena perbedaan cirri-ciri fisik tertentu
misalnya : wana kulit, bentuk rambut, bentuk mata dan lain-lain.
Pembagian ras diklasifikasikan menjadi :
a. Austroloid
b. Ras Mongoloid
c. Caukasoid
d. Negroid
e. Ras khusus
2.Berdasarkan Etnis
Diferensiasi berdasarkan etnis atau suku bangsa menunjukkan
bahwa masyarakat terdiri atas berbagai suku bangsa dengan bangsa
dan kebudayaan masing-masing. Sedangkan menurut Wiiliam
Kornblum, kelompom etnis adalah suatu populasi yang memiliki
identitas kelompok berdasarkan kebudayaan tertentu dan biasanya
memiliki leluhur yang pasti atu dianggap pasti sama.
Jumlah suku di Indonesia sulit diperkirakan, antara peneliti dengan
penelitiannya memiliki perbedaan pandangan. Menurut C. Van Vollen
jumlah suatu suku bangsa di Indonesia: 316 suku, sedangkan menurut
professor Koenjaraingrat sekitar : 119 suku
Suku bangsa secara garis besar di Indonesia
Dipulau Sumatra: suku bangsa Aceh, Gayo, Batak dan lain-lain
Pulau Jawa: suku bangsa sunda, jawa, Madura dan lain-lain
Kalimantan: Dayak
Sulawesi: Bugis, Makasar dan lain-lain
Nusa Tenggara: Bali, Bima dan lain-lain
Kepulauan Maluku: Ternate dan Tidore
3.Berdasarkan Profesi
Profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan
pada jenis pekerjaan seperti profesi guru, dokt5er, dan pedagang.
4.Berdasarkan Klen
Klen adalah suatu kelompok kekerabatan yang terdapat dalam
masyarakat dengan menarik garis keturunan secara unilateral, baik
patrilineal maupun matrilineal. Adapun garis keturunan ibu adalah
matrilineal, contohnya daerah Minangkabau, sedangkan keturunan
ayah adalah patrilineal. Kemudian istilah yang mendekati ini
adalah marga.
5.Berdasarkan Agama
Diferensiasi berdasarkan agama terwujud dalam kenyataan social
bahwa masyarakat terdiri atas orang-orang yang menganut suatu
agama tertentu yaitu agama Islam,Kristen, hindu ataupun umat
budha
6.Berdasarkan Gender
Peran gender adalah yaitu pola sikap dan tingkah laku yang
diharapkanoleh masyarakat berdasarkan jenis kelamin.
Lampiran 3
Materi Pokok (Hand Out)
Stratifikasi Sosial
1. Definisi Stratifikasi Sosial
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-
hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan.penghargaan yang lebih tinggi
terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang
lebih tinggi dari hal-hal lainnya.mereka yang mempunyai uang banyak, akan mudah
sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga kehormatan dan juga
mudah mengusahakan ilmu pengetahuan.
Sistem lapisan dalam masyarakat tersebut dalam sosiologi dikenal dengan
social stratification. Kata stratification berasal dari stratum jamaknya strata yang
berarti lapisan. Adapun menurut Pitrim A. Sorokin menyatakan bahwa social
stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas
secara bertingkat (hierarki). Sedangkan menurut M. Z. lawang social stratification
adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu
kedalam lapisan-lapisan hierarchies menurut dimensi kekuasaan, privilese, prestise.
Jadi dapat disimpulkan bahwa social stratification adalah tingkatan yang ada dalam
masyarakat.
2. Proses terjadinya social stratification masyarakat
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinyadalam
proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang disengaja disusun untuk
mengejar suatu tujuan bersama. Adapun yang biasa yang menjadi alasan
terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian,
tingkat umur, dan lain-lain.
3. Unsur-unsur stratifikasi sosial
Kedudukan
(1). Ascribed status
Ascribed status merupakan kedudukan yang diperoleh seseorang melalui
kelahiran. Ex. Keluarga bangsawan atau darah biru,
(2). Achieved status
Achieved status merupakan kedudukan seseorang diperoleh melalui
usaha-usaha yang disengaja.
Ex.seorang dokter, hakim dan lain-lain.
(3). Assigned status
Assigned status adalah status yang diberikan
Peranan
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.
Macam-macam stratifikasi sosial
4) Stratifikasi terbuka: ex’ pada masyarakat modern
5) Stratifikasi tertutup: ex: masyarakat yang berkasta
6) Stratifikasi campuran: ex, budaya
Fungsi social stratification
4) Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti menentukan
penghasilan dan tingkat kekayaan
5) Penentuan lambang-lambang seperti tingkah laku
Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang
menduduki sistem sosial dalam masyarakat
Lampiran 4
MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
PRETES DAN POSTES SIKLIUS I
Nama: ……………………………………….
Kelas : ……………………………………….
A. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (x)
pada huruf abjad A, B, C, D dan E
1. Dengan adanya diferensiasi social, masyarakat cenderung menjadi…
A. Bersatu D. Saling Bermusuhan
B. Trebagi-bagi E. Statis
C. Tidak ada perbedaannya
2. Didalam masyarakat sering kali ada perbedaan antara pria dan wanita.
Hal ini hanya untuk menunjukan…
A. Pria drajatnya lebih tinggi dari perempuan D. Pria lebih
pandai dari perempuan
B. Wanita lebih mulia dari laki-laki
C. Berbeda peranannya
D. Sudah tertanamnya doktrin toleransi umat beragama sekedar untuk
membagi tugas
E. Wanita sebagai makhluk yang lemah
3. Berdasarkan faktor usia, kelompok usia yang biasanya bekerja mencari
nafkah pada umumnya sebagai berikut, kecuali…
A. Pemuda D. Tua
B. Remaja E. Jompo
C. Setengah tua
4. Manusia dapat dikelompokan berdasarkan warna kulitnya diferensiasi
semacam ini didasarkan atas dasar…
A. Klen D. Kelompok
B. Suku bangsa E. Marga
C. ras
5. Adanya berbagai suku bangsa menunjukan bukti adanya…
A. Perpecahan Sosial D. Pertentangan Sosial
B. Disintegrasi Sosial E. Stratifikasi Sosial
C. Diferensiasi Sosial
6. Pengertian Ras adalah kategori individu secara turun temurun
memiliki satu kesamaan yaitu …
A. Ciri Fisik D. Bentuk Muka
B. Kebudayaan E. Bentuk rambut
C. Warna Kulit
7. Golongan masyarakat yang memeluk agama yang sama berarti
mempunyai persepsi yang sama tentang …
A. Lingkungan alam sekitar D. Lingkungan sosial yang sama
B. Lingkungan budaya sekitar E. Kemampuan bekerja
C. Alam ghaib atau supranatural
8. Diferensiasi social menurut jenis kelamin pada hakikatnya didasarkan
pada…
A. Kepribadian D. Keturunan atau geneologis
B. Sifat-sifat biologis E. Kemampuan bekerja
C. Ciri-ciri fisik
9. Diferensiasi social berdasarkan klen didasarkan pada adanya
perbedaan…
A. Suku bangsa D. Bentuk fisik
B. Keluarga Besar E. Kebudayaan
C. Agama
10. Bangsa Indonesia dalam hal agama juga terdiferensiasi , namun walau
demikian kita dapat beersatu. Hal ini karena …
A. Ada kesamaan dalam ajaran agama
B. Setiap agama tidak ada perbedaannya
C. Pemerintah mengatur ajaran agama
D. Sudah tertanamnya doktrin toleransi umat beragama
E. Pemerintah berhak mencampuri urusan agama masyarakat
11. Berikut ini yang termasuk diferensiasi social adlah…
A. Ras, Jenis kelamin, dan pendidikan D. Pekerjaan, jenis
kelamin dan keahlian
B. Kekayaan, suku bangsa dan agama E. Kekuasaan, jenis
kelamin dan agama
C. Klen, agama dan Ras
12. Diferensiasi masyarakat menurut jenis kelamin pada masyarakat
tradisional dikaitkan dengan…
A. Kepribadian D. Keturunan
B. Pola pendidikan E. Kemampuan bekerja
C. Ciri-ciri fisik
13. Wujud dari diferensiasi social dalam kebudayaan masyarakat dapat di
tandai oleh hal berikut, yaitu…
A. Masyarakat tidak menunjukan Perbedaan golongan propesi
B. Terjadinya kerjasama yang erat dalam masyarakat kasta
C. Tidak adanya diskriminasi
D. Setiap anggota masyarakat saling mencela
E. Penggolongan penduduk tidak menunjukan perbedaan tingkatan
atau hierarki
14. Landasan diferensiasi agama adalah perbedaan tentang…
A. Lingkungan sekitar D. Hal-hal yang sacral dan
supranatural
B. Lingkungan budaya E. Hal-hal yang dimiliki
C. Lingkungan Sosial
15. Klasifikasi dan penempatan seseorang atau kelompok dalam
masyarakat secara horizontal merupakan cirri-ciri dari…
A. Diferensi Sosial D. tindakan Sosial
B. Stratifikasi social E. Organisasi Sosial
C. Status Sosial
16. Cara membedakan masyarakat dalam golongan tertentu dengan dasar
warna kulit, bentuk rambut adalah merupakan ukuran yang
menggunakan dasar…
A. Ciri Fisik D. Ciri Ras
B. Ciri Sosial E. Ciri Budaya
C. Ciri status
17. Perwujudan pembagian social yang termasuk dalam diferensi social
adalah…
A. Perbedaan Agama, Ras, Klen dan status
B. Perbedaan status, peranan, kelas, ras
C. Perbedaan golongan, ras, status dan peranan
D. Perbedaan agama, keturunan, klen dan status
E. Perbedaan ras, agama, klen dan suku bangsa
18. Sebagian besar orang Indonesia termasuk dalam kelompok sub ras…
A. Nordic D. Asiatic Mongoloid
B. Negrito E. Melanesoid
C. Malayan Mongoloid
19. Contoh orang yang termasuk dalam ras austroloid adalah…
A. Orang Papua D. Orang Aborigin
B. Orang Hawai E. Orang Selandia Baru
C. Orang Trobliand
20. Faktor-faktor yang memperkuat identitas suatu suku bangsa adalah
sebagai berikut, kecuali…
A. Kesamaan asal usul D. Kesamaan budaya
B. Kesamaan tempat E. Kesamaan Agama
C. Kesamaan bahasa
21. Bangsa Indonesia dalam hal agama juga terdiferensiasi, namun tetap
dapat bersatu. Hal ini karena…
A. Adanya kesamaan ajaran agama
B. Setiap agama tidak ada perbedaan
C. Pemerintah mengatur tentang ajaran agama
D. Adanya toleransi antar umat beragama
E. Agama melarang adanya diferensiasi sosial
22. Didalam masyarakat kita lihat ada yang menjadi petani, pedagang,
nelayan, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya. Diferensiasi sosial
tersebut didasarkan atas…
A. Klen D. Pendapatan
B. Aliran Politik E. Keyakinan
C. Pekerjaan
23. Perbedaan jenis kelamin di Indonesia menjadi masalah social bagi
kaum wanita terutama bagi golongan tertentu yaitu…
A. Para ibu rumah tangga
B. Wanita yang berpendidikan tinggi
C. Wanita yang keturunan bangsawan
D. Wanita yang bersifat laki-laki
E. Laki-laki yang bersifat wanita
24. Mana pernyataan berikut ini yang menggambarkan diferensiasi social
atas dasar profesi…
A. Masyarakat Austroloid, Mongoloid, dan Kaukasoid
B. Mayarakat kulit putih dan kulit hitam
C. Masyarakat Islam, Kristen, Hindu dan Budha
D. Masyarakat Sunda, Jawa, Bali, Aceh dan Maluku
E. Masyarakat pengusaha, pedagang, nelayan, buruh, pegawai negeri
dan sebagainya
25. Diferensiasi social ada juga yang terjadi secara alamiah yaitu…
A. Pembagian secara profesi
B. Pembagian secara politik
C. Pembagian secara ekonomi
D. Pembagian secara agama
E. Pembagian secara Ras
26. Perhatikan cirri-ciri dibawah ini!
1. Jenis Kelamin yang berbeda
2. Adanya keanekaragaman yang berbeda
3. Adanya kepangkatan yang berbeda
4. Adanya kekayaan yang beragam
5. Adanya suku bangsa yang berbeda
Dari cirri-ciri tersebut manakah yang termasuk cirri-ciri diferensiasi
social terbuka…
A. 1,2,3 D. 2,3,5
B. 1,2,4 E. 2,3,4
C. 1,2,5
27. Dasar terbentuknya diferensiasi sosial dalam masyarakat adalah…
A. Ras, agama, jenis kelamin, kekayaan, dan pendidikan
B. Agama, kepercayaan, pekerjaan, pendidikan dan kehormatan
C. Ras, agama, jenis kelamin, klen, suku bangsa dan profesi
D. Agama, kehormatan, kekayaan, pendidikan dan kekuasaan
E. Jenis kelamin, pekerjaan, kekayaan dan pendidikan
28. Persamaan suku bangsa di Indonesia dapat berfungsi sebagai
penghambat konflik adalah…
A. Konsolidasi D. Konformitas
B. Integrasi sosial E. Interaksi
C. Defiasi
29. Klen yang dimiliki masyarakat yang mengenal system garis keturunan
tertentu yaitu…
A. Doubel lineal D. Unilateral
B. Matrilineal E. Bilateral
C. Patrilineal
30. Klen yag menarik garis keturunan dari pihak ibu saja disebut…
A. Unilateral D. Bilateral
B. Patrilineal E. Doubel lineal
C. Matrilineal
Lampiran 5
MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
PRETES DAN POSTES SIKLIUS II
Nama: ……………………………………….
Kelas : ……………………………………….
A Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan cara member I tanda silang (x)
pada huruf abjad A, B, C, D dan E
1. Stratifikasi sosial di masyarakat terbentuk karena adanya…
A. Kemajemukan dalam masyarakat
B. Penghargaan lebih terhadap sesuatu
C. Dominasi terhadap kelompok lain
D. Distribusi hak dan kewajiban
E. Pengaturan status dan peranan
2. Stratifikasi sosial kepada masyarakat yang menganut system kasta
bersifat…
A. Terbuka D. Bebas
B. Campuran E. Terorganisasi
C. Tertutup
3. Pengelompokan masyarakat secara bertingkat (vertikal) disebut…
A Diferensiasi D. Peranan sosial
B. Pelapisan social E. Mobilitas sosial
C. Identifikasi
4. Fungsi stratifikasi sosial sebagai alat pemersatu adalah…
A. Dapat mengkoordinasikan unit-unit yang ada dalam struktur social
B. Meningkatkan bubungan antar individu yang ada dilngkungannya
C. Memudahkan dalam mendistribusikan tugas-tugas
D. Memudah cara menguasai anggota kelompoknya
E. Memudahkan cara menentukan peringkat peran anggota
5. Profesi merupakan dasar pelapisan social karena…
A. Dimasyarakat terdapat beragam pekerjaan yang menghasilkan
pendapatan yang berbeda
B. Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit terutama
ditempat-tempat yang basah
C. Adanya kecenderungan seseorang untuk memilih pekerjaan sesuai
dengan seleranya
D. Penghargaan yang diberikan masyarakat terhadap setiap pekerjaan
berbeda
E. Kecenderungan seseorang untuk mengkultuskan orang lain sesuai
dengan pekerjaan yang digelutinya
6. Fungsi stratifikasi social yang berhubungan dalam kemampuan setiap
individu adalah…
A. Memudahkan manusia melakukan interaksi sosial
B. Mendistribusikan prestise yang berbeda terhadap strata yang ada
C. Mengadakan control social terhadap berbagai perilaku
D. Mengatur partisipasi masyarakat dalam setiap aktivitas
E. Sebagai alat pemersatu unit-unit dalam struktur sosial
7. Setelah tamat dari salah satu perguruan tinggi, Solihin mendapatkan prestasi
yang memuaskan. Akhirnya solihin diangkat menjadi camat disalah satu
daerah lngkungan masyarakat sekitarnya sangat kagum dengan
keberhasilannya dan menghormatinya. Penghargaan yang lebih diberikan
masyarakat adalah berkat keberhasilannya di bidang…
A. Kekayaan D. Pendidikan
B. Kekuasaan E. Ekonomi
C. Kehormatan
8. Posisi anggota masyarakat yang bertingkat-tingkat disebut…
A. Status sosial D. Kelas sosial
B. Stratifikasi sosial E. Peranan sosial
C. Golongan sosial
9. Pelapisan social berarti pola perbedaan masyarakat dengan cara…
A. Menempatkan posisi social seseorang secara beraturan
B. Memilih apa yang dimiliki lebih dari orang lain
C. Menempatkan posisi social seseorang secara bertingkat
D. Menentukan tahap perkembangan posisi seseorang
E. Menentukan posisi social seseorang secara horizontal
10. Salah satu bentuk pelapisan social pada masyarakat primitive adalah…
A. Sistem kelas D. Tingkat kekuasaan
B. Jenis kelamin E. Kemampuan bekerja
C. Jenis pekerjaan
11. Salah satu fungsi stratifikasi social adalah mengatur partisipasi masyarakat.
hal ini berkaitan dengan…
A. Pengaturan dan pengawasan interaksi social
B. Perbedaan kemampuan ekonomi masyarakat
C. Adanya hirarki yang ditandai dengan symbol
D. Cara mempersatukan masyarakat yang berbeda
E. Pola pendistribusiankewajiban masyarakat
12. salah satu faktor yang disengaja sebagai penyebab terjadinya stratifikasi
social dalam kehidupan masyarakat adalah…
A. Keturunan D. Kejiwaan
B. Kekerabatan E. Kekuasaan
C. Kepemimpinan
13. Beberapa contoh stratifikasi social yang bersifat tertutup adalah…
A. Kasta, pangkat dan pendidikan
B. Kasta, system feudal, dan politik apartheid
C. Kasta, system pendidikan dan system ekonomi
D. Kasta, keturunan dan golongan usia
E. Kasta, golongan usia dan pendidikan
14. di Indonesia masih ada yang dikenal dengan desa tertinggal, karena desa
stratifikasi sosialnya adalah…
A. Kehormatan D. Kesalehan
B. Kekayaan E. Pendidikan
C. Kekuasaan
15. Pada prinsipnya status seseorang dapat diperoleh dengan cara-cara yang
bersifat…
A. Subyektif, obyektif dan otomatis
B. Otomatis, ada usaha dan subyektif
C. Konflik, symbol dan assigned
D. Ascribed, otomatis, assigned
E. Ascribed, achieved, dan assigned
16. Dalam stratifikasi social ada yang disebut privilese, artinya…
A. Kedudukan seseorang dalam lapisan atas
B. Penghargaan yang diberikan masyarakat
C. Hak istimewa, hak memperoleh perlakuan khusus
D. Kekuasaan untuk mengendalkan orang lain
E. Kesempatan untuk naik status yang lebih tinggi
17. Seseorang yang lahir dilingkungan keluarga biasa-biasa saja, namun dengan
keuletannya dalam belajar akhirnya dia berhasilmenjadi seorang Jenderal,
status yang diperolehnya itu adalah dengan cara…
A. Ascribed Status D. Symbol Status
B. Achieved Status E. Status Konflict
C. Assigned
18. Pelapisan sosial atas dasar kelas atas, menengah, dan bawah didasarkanatas
criteria…
A. Ekonomi D. Pendidikan
B. Sosial E. Agama
C. Politik
19. Pelapisan sosial atas dasar kasta-kasta berdasarkan pada criteria…
A. Ekonomi D. Pendidikan
B. Sosial E. Agama
C. Politik
20. Stratifikasi social ada yang bersifat terbuka, artinya…
A. Selalu terjadi perubahan criteria penilaian
B. Sering terjadi status dan peranan
C. Dibolehkan adanya golongan yang memisahkan diri
D. Adanya kesempatan untuk meningkatkan lapisan
E. Lapisan masyarakat bawah yang diberikan pendidikan
21. Orang-orang yang menduduki lapisan social yang berdasarkan ukuran
kekuasaan misalnya…
A. Orang yang berjasa besar disuatu Negara
B. Semua guru yang bekerja dengan tekun
C. Ilmuan dan cendikiawan
D. Para pejabat pemerintah
E. Kaum ulama dan cendikiawan
22. Alokasi sejumlah hak dan kewajiban seseorang sebagai anggota masyarakat
merupakan pengertian…
A. Peranan D. Stratifikasi sosial
B. Status sosial E. Golongan sosial
C. Kelas sosial
23. Salah satu hal yang mendorong terciptanya stratifikasi sosial adalah
mengkategorikan manusia kedalam tingkatan yang berbeda-beda dengan
tujuan…
A. Menciptakan pola hubungan yang permanent
B. Menciptakan masyarakat yang dinamis
C. Menumbuhkan sikap saling menghargai
D. Membina hubugan antar golongan masyarakat
E. Memudahkan manusia dalam inyeraksi sosial
24. Salah satu proses terjadinya stratifikasi social secara otomatis adalah
berdasarkan…
A. Jenis pekerjaan D. Kekuasaan
B. Penghasilan E. Tingkatan umur
C. pendidikan
25. Menurut sifatnya status sosial dibagi menjadi…
A. Status subjektif dan objektif
B. Status karena kelahiran dan status mutu pribadi
C. Status karena prestasi pribadi
D. Status karena kelahiran dan atas usaha tertentu
E. Status karena usaha dan status karena yang diberikan
26. Salah satu contoh ascribed status adalah…
A. Pelajar teladan D. Sarjana hukum
B. Gadis remaja E. Olahragawan
C. Artis terkenal
27. Perilaku atau tindakan yang harus ditampilkan seseorang sesuai dengan
statusnya dinamakan…
A. Simbol Status D. Peranan ganda
B. Konflik Status E. Konflik Peranan
C. Peranan
28. Pelapisan sosial masyarakat berdasarkan criteria politik adalah…
A. Tipe kasta, tipe keturunan, dan tipe liberal
B. Tipe liberal,. Tipe demokratis dan tipe otokratis
C. Tipe demokratis, kasta dan feodalis
D. Tipe monarki, oligarki, dan demokratis
E. Tipe kasta, oligarki, dan demokratis
29. Jika seseorang hakim memeutuskan hukuman kepada anaknya yang terkena
sanksi pidana maka terjadi…
A. Konflik status D. Pertentangan paham
B. Turun status E. Prestise
C. Assigned status
30. Seorang tokoh politik diminta untuk memberikan ceramah oleh sekelompok
mahasiswa mengenai keberadaan partai dan visinya setelah pemilu nanti.
Sebenarnya dia sendiri tidak mempunyai kemampuan dalam hal tersebut,
buktinya isi ceramahnya itu tidak memenuhi harapan .hal ini si tokoh
tersebut mengalami konflik..
A. Konflik batin D. Konflik identitas
B. Konflik status E. Konflik peranan
C. Konflik jiwa
Lampiran 6
KUNCI JAWABAN
SIKLUS I
1. A 11.C 21.D
2. C 12.D 22.C
3. C 13.E 23.C
4. C 14.D 24.E
5. C 15.A 25.E
6. A 16.A 26. E
7. C 17.E 27. A
8. D 18.C 28. B
9. B 19.D 29. D
10.D 20.E 30 .C
KUNCI JAWABAN
SIKLUS II
1. A 11.D 21.D
2.C 12.E 22.B
3.D 13.B 23.E
4.D 14.B 24.E
5.A 15.E 25.E
6.A 16.C 26. B
7.D 17.B 27. C
8.D 18.A 28. D
9.B 19.B 29. A
10.B 20.D 30 .C
Lampiran 7
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU SOSIOLOGI SEBELUM
PEMBELAJARAN DIMULAI TERKAKAIT MASALAH PEMBELAJARAN
DI KELAS
1. Bagaimana minat belajar sosiologi siswa tinggi atau rendah? Jelaskan!
Minat siswa masih rendah dan baru menuju proses penngkatan.
2. Upaya apa saja yang bapak/Ibu lakukan ketika menemukan siswa memiliki minat rendah
dalam belajar sosiologi? Sebutkan!
Sejauh ini saya, melakukan upaya sharing dan melakukan problem solving kepada siswa
yang memiliki minat rendah.
3. Bagaimana hasil belajar sosiologi siswa tinggi atau rendah?
Hasil belajar siswa masih banyak yang mendapatkan nilai dibawah KKM 70.
4. Metode apa saja yang dilakukan pada saat pembelajaran sosiologi?
Metode yang saya terapkan adalah metode yang biasa saja atau metode konvensional
yaitu ceramah dan diskusi mesjipun siswa masih terlihat pasif.
5. apakah metode pembelajaran tersebut efektik diterapkan pada mata pelajaran sosiologi?
Metode yang sudah saya terapkan yait masik kurang efektif.
6. Adakah hambatan pada saat kegiatan pembelajaran sosiologi? Sebutkan!
Ada, hambatanntanya yaitu kondisi waktu, sarana dan prasarana kurang memadai untuk
melakukan metode-metode yang lain.
7. Apakah Bapak/Ibu sudah mengenal pembelajaran kooperatif dengan metode Student
team achievement Division (STAD)? Jelaskan!
Sudah, akan tetapi tidak terlalu mendalam dan belum pernah mempraktekannya di kelas.
8. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu apakah pembelajaran kooperatif dengan metode
Student team achievement Division (STAD) dapat efektif diterapkan pada pembelajaran
sosiologi?
Menurut saya metode STAD bisa diterapkan dalam pembelajaran sosiologi karena
membantu siswa untuk terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran.
9. Menurut Bapak/Ibu , apakah metode STAD , siswa dapat memiliki mnat yang tinggi
dalam pembelajaran sosiologi? Jelaskan!
Ya, bisa. Karena dengan siswa dilibatkan secara aktif di kelas maka akan mendorong
minat yang tinggi dan dapat meningkatkan minat siswa.
Lampiran 8
HASIL WAWANCARA SEBELUM PEMBELAJARAN DIMULAI
RESPON SISWA
Kelas/Semester : X1/IPS
Hari/Tanggal : Senin, 19 Juli 2010
Siswa dengan minat belajar tinggi
Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran sosiologi di kelas?
Jawab: “Menurut saya, pembelajaran sosiologi cukup bagus”
Bagaimana minat dalam belajar sosiologi kamu?
Jawab: “Belajar sosiologi sangat senang”
Bagaimana hasil belajar sosiologi kamu?
Jawab: “ cukup baik hasil yang diperoleh yaitu 70-80”
Apakah guru sosiologi menggunakan metode yang bervariatif atau bermacam-macam di kelas?
Jelaskan!
Jawab: “ Biasa saja yang diterapkan hanya metode ceramah dan diskusi saja”
Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara guru menjelaskan materi pelajaran? Jelaskan!
Jawab: “ guru ketika menjelaskan materi saya suka”
Apakah kamu senang dengan dengan pembelajaran sosiologi di kelas? Jelaskan!
Jawab: “Biasa saja kadang-kadang menyenangkan”
Apakah kamu merasa cukup dengan nilai sosiologi yang kamu peroleh? Jelaskan!
Jawab: “ saya belum puas dengan nilai yang sudah diperoleh”
Apakah kamu sudah mengetahui tentang pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team
Achievement Division (STAD)? Jelaskan!
Jawab: “ Saya belum tahu tentang pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team
Achievement Division”
Apakah gurumu sudah menerapkan metode STAD tersebut?
Jawab: “ Metode STAD belum pernah diterapkan di kelas”
Bagaimana tes yang dilakukan guru kamu? Jelaskan!
Jawab: “tes hanya ulangan dan PR
Siswa dengan minat belajar sedang
Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran sosiologi di kelas?
Jawab: “ Menurut saya pembelajaran sosiologi cukup baik”
Bagaimana minat dalam belajar sosiologi kamu?
Jawab: “ Cukup senang”
Bagaimana hasil belajar sosiologi kamu?
Jawab: “ saya memperoleh nilai standar yaitu 70”
Apakah guru sosiologi menggunakan metode yang bervariatif atau bermacam-macam di kelas?
Jelaskan!
Jawab: “ metode yang digunakan biasa saja hanya ceramah dan diskusi”
Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara guru menjelaskan materi pelajaran? Jelaskan!
Jawab: “ Cukup jelas”
Apakah kamu senang dengan dengan pembelajaran sosiologi di kelas? Jelaskan!
Jawab: “ Cukup senang”
Apakah kamu merasa cukup dengan nilai sosiologi yang kamu peroleh? Jelaskan!
Jawab: “ Tidak puas dengan nilai yang sudah diperoleh sekarang”
Apakah kamu sudah mengetahui tentang pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team
Achievement Division (STAD)? Jelaskan!
Jawab: “ Belum tahu mengenai metode STAD”
Apakah gurumu sudah menerapkan metode STAD tersebut?
Jawab: “ Belum pernah menerapkan di kelas”
Bagaimana tes yang dilakukan guru kamu? Jelaskan!
Jawab: “ hanya tes ulangan dan PR”
Siswa dengan minat belajar rendah
Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran sosiologi di kelas?
Jawab: “ Menurut saya, cukup bagus”
Bagaimana minat dalam belajar sosiologi kamu?
Jawab: “ Kadang-kadang membosankan”
Bagaimana hasil belajar sosiologi kamu?
Jawab: “ Nilai yang diperoleh jelek dibawah KKM dari 70”
Apakah guru sosiologi menggunakan metode yang bervariatif atau bermacam-macam di kelas?
Jelaskan!
Jawab: “ Metode yang digunakan biasa saja tidak menarik”
Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara guru menjelaskan materi pelajaran? Jelaskan!
Jawab: “ guru menjelaskannya kadang-kadang ribet”
Apakah kamu senang dengan dengan pembelajaran sosiologi di kelas? Jelaskan!
Jawab: “ Kadang-kadang senang dan kadang-kadang enggak”
Apakah kamu merasa cukup dengan nilai sosiologi yang kamu peroleh? Jelaskan!
Jawab: “Tidak puas dengan nilai yang diperoleh sekarang”
Apakah kamu sudah mengetahui tentang pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team
Achievement Division (STAD)? Jelaskan!
Jawab: “ saya belum mengetahui metode STAD”
Apakah gurumu sudah menerapkan metode STAD tersebut?
Jawab: “ Metode STAD belum pernah diterapkan di kelas”
Bagaimana tes yang dilakukan guru kamu? Jelaskan!
Jawab: “ tes yang digunakan adalah hanya tes ulangan danPR”
Lmapiran 9
CATATAN LAPANGAN
Tempat Penelitian/Sejkolah : MA Pembangunan UIN Jakarta
Hari/Tanggal : Selasa/3 Agustus 2010
Kegiatan : Pembelajaran Sosiologi
Siklus : Satu
Pembelajaran ke- : 1
Perhatikan: Catatan yang penting saja!
Proses Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran diawali dengan melaksanakan pretes. Jumlah soalnya sebanyak 10
jenis soal pilihan ganda. Tes berlangsung 15 menit yang diikuti 26 siswa kelas xi IPS.
Kemudian dilanjutkan dengan appersepsi kepada siswa
Aktivitas Guru
Sebelum pembelajaran dimulai, guru membagikan hand out kepada setiap siswa. Setelah itu
guru menjelaskan materi tentang diferensiasi . kemudian dilanjutkan dengan diskusi
kelompok terdiri dari 4-5 siswa setiap kelompok. Setelah itu siswa diberikan kuis/tes yang
kemudian hasil tes diberi penilaian untuk diberi penghargaan/reward berupa pujian dari guru.
Aktivitas Siswa
Siswa belum sungguh-sungguh dalam diskusi karena belum tebiasa, masih banyak siswa
tidak memeprhatikan materi ketika guru menjelaskan, masih banyak pula siswa yang pasif
yakni malu bertanya apalagu berpendapat. Hanya beberapa siswa saja yang terlihat aktif.
Lmapiran 10
CATATAN LAPANGAN
Tempat Penelitian/Sejkolah : MA Pembangunan UIN Jakarta
Hari/Tanggal : Selasa/10 Agustus 2010
Kegiatan : Pembelajaran Sosiologi
Siklus : Dua
Pembelajaran ke- : 1I
Perhatikan: Catatan yang penting saja!
Proses Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran diawali dengan melaksanakan pretes. Jumlah soalnya sebanyak 10
jenis soal pilihan ganda. Tes berlangsung 15 menit yang diikuti 26 siswa kelas XI IPS.
Kemudian dilanjutkan dengan appersepsi kepada siswa
Aktivitas Guru
Sebelum pembelajaran dimulai, guru menamplkan gambar tentang stratifikasi sosial kepada
setiap siswa. Setelah itu membagkan kelompok kepada setiap siswa untuk berdiskusi materi
stratifikasi sosial stelah dijelaskan materi.kemudian guru menjelaskan materi tentang
stratifikasi sosial . Dilanjutkan dengan diskusi kelompok terdiri dari 4-5 siswa setiap
kelompok. Setelah itu siswa diberikan kuis/tes yang kemudian hasil tes diberi penilaian untuk
diberi penghargaan/reward berupa pujian dari guru. Setelah proses pembelajaran berakhir
siswa diberikan postes.
Aktivitas Siswa
Siswa mulai sungguh-sungguh dalam diskusi karena sudah tebiasa, banyak siswa siswa pun
sudah respon dengan materi yang dijelaskan guru kemudian siswa sudah mulai aktif bertanya
, berpendapat. Hanya beberapa siswa saja yang terlihat pasif.akan tetapi sebagian besar siswa
merasa senang dengan proses pembelajaran sosiologi dengan metode STAD.
Lampiran 11
Lembar Observasi Aktivitas Guru
Dalam Proses embelajaran
Nama Sekolah : MA Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran : 2010/2011
Kelas/Semester : XI IPS/1
Materi Pokok : Diferensiasi Sosial
Siklus : Satu
Mengajar ke- : I
Hari/tanggal : 3 Agustus 2010
Berilah Tanda Check List (√ ) Pada Nilai sesuai dengan pengamatan Anda
SB = Sangat Baik; B = Baik; C = Cukup; K = Kurang
NO Aspek Penilaian Nilai
SB B C K
1 Keterampilan membuka pelajaran √
2 Keterampilan memberikan apersepsi √
3 Membangkitkan minat atau rasa ingin
tahu siswa √
4 Menyampaikan tujuan/indicator yang
ingin dicapai √
5 Penguasaan materi √
6 Kualitas penjelasan materi √
7 Kualitas interaksi pembelajaran √
8 Ketepatan penggunaan metode sesuai
dengan indicator materi
√
9 Penjelasan pembelajaran kooperatif
dengan metode STAD √
10 Kegiatan memberikan tindak lanjut
setelah penyampaian materi √
11 Pemusatan siswa terhadap proses
pembelajaran sosiologi √
12 Teknik penjelasan / penyampaian materi √
13 Pengeloolaan kelas √
14 Mengamati kesulitan/ kemajuan belajar
siswa √
15 Keterampilan menyampaikan materi yang
disampaikan √
16 Volume dan nada berbicara √
17 Pemberian kesempatan kepada siswa
untuk berpikir √
18 Keterampilan bertanya √
19 Keterampilan menjawab pertanyaan √
20 Keterampilan menutup pelajaran √
Lampiran 12
Lembar Observasi Aktivitas Guru
Dalam Proses embelajaran
Nama Sekolah : MA Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran : 2010/2011
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Stratifikasi Sosial
Siklus : Dua
Mengajar ke- : 2
Hari/tanggal : Rabu/ 10 Agustus
Berilah Tanda Check List (√ ) Pada Nilai sesuai dengan pengamatan Anda
SB = Sangat Baik; B = Baik; C = Cukup; K = Kurang
NO Aspek Penilaian Nilai
SB B C K
1 Keterampilan membuka pelajaran √
2 Keterampilan memberikan apersepsi √
3 Membangkitkan minat atau rasa ingin
tahu siswa √
4 Menyampaikan tujuan/indicator yang
ingin dicapai √
5 Penguasaan materi √
6 Kualitas penjelasan materi √
7 Kualitas interaksi pembelajaran √
8 Ketepatan penggunaan metode sesuai
dengan indicator materi √
9 Penjelasan pembelajaran kooperatif
dengan metode STAD √
10 Kegiatan memberikan tindak lanjut
setelah penyampaian materi √
11 Pemusatan siswa terhadap proses
pembelajaran sosiologi √
12 Teknik penjelasan / penyampaian materi √
13 Pengeloolaan kelas √
14 Mengamati kesulitan/ kemajuan belajar
siswa
√
15 Keterampilan menyampaikan materi yang
disampaikan
√
16 Volume dan nada berbicara √
17 Pemberian kesempatan kepada siswa
untuk berpikir
√
18 Keterampilan bertanya √
19 Keterampilan menjawab pertanyaan √
20 Keterampilan menutup pelajaran √
Lampiran 13
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Siklus : Satu
Pembelajaran ke- : I
Hari/Tanggal : Selasa, 3 Agustus 2010
Berilah Tanda Check List (√ ) sesuai dengan pengamatan Anda
NO Aktivitas Ya Tidak Jumlah
1 Melaksanakan test awal (pre-test) √ 26
2 Kesiapan mengikuti pelajaran √ 20
3 Telah mempelajari materi yang
diajarkan
√ 18
4 Mendengarkan penjelasan materi yang
disampaikan oleh guru
√ 22
5 Aktif dalam mengungkapkan pendapat √ 20
6 Aktif bertanya √ 19
7 Keaktifan menjawab √ 17
8 Bekerjasama dalam kelompok diskusi
untuk menyiapkan diri dalam tes yang
akan diuj cobakan
√ 21
9 Kualitas dalam memimpin diskusi √ 22
10 Mendiskusikan tugas yang diberikan
guru
√ 11
11 Aktif mengikuti pembelajaran dengan
metode STAD
√ 20
12 Tingkat pemahaman siswa atas
penjelasan guru
√ 22
13 Melakukan tes √ 26
14 Melaksanakan tes akhir (post-test) √ 26
Lampiran 14
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Siklus : Dua
Pembelajaran ke- : 2
Hari/Tanggal : Selasa, 10 Agustus 2010
Berilah Tanda Check List (√ ) sesuai dengan pengamatan Anda
NO Aktivitas Ya Tidak Jumlah
1 Melaksanakan test awal (pre-test) √ 26
2 Kesiapan mengikuti pelajaran √ 23
3 Telah mempelajari materi yang
diajarkan
√ 20
4 Mendengarkan penjelasan materi yang
disampaikan oleh guru
√ 26
5 Aktif dalam mengungkapkan pendapat √ 22
6 Aktif bertanya √ 22
7 Keaktifan menjawab √ 20
8 Bekerjasama dalam kelompok diskusi
untuk menyiapkan diri dalam tes yang
akan diuj cobakan
√ 24
9 Kualitas dalam memimpin diskusi √ 19
10 Mendiskusikan tugas yang diberikan
guru
√ 23
11 Aktif mengikuti pembelajaran dengan
metode STAD
√ 25
12 Tingkat pemahaman siswa atas
penjelasan guru
√ 20
13 Melakukan tes √ 26
14 Melaksanakan tes akhir (post-test) √ 27
Lampiran 15
DAFTAR ANGKET MINAT BELAJAR SOSIOLOGI
Respon siswa Setelah Belajar Sosiologi Malalui Pembelajaran Kooperatif dengan
Metode Student Team Achievement Division (STAD)
Petunjuk pengisian:
1. Mulailah dengan membaca Bismillah
2. Tulislah nama dan kelas di tempat yang telah tersedia
3. Jaqwablah setiap pernyataan dengan jujur dan ikhlas
Berilah tanda check list (√ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pengalaman Anda
selama belajar sosiologi dengan keterangan sebagai berikut:
SS = sangat setuju
S = setuju
STS = sangat tidak setuju
TS = tidak setuju
4. Akhirilah dengan membaca Alhamdulillah
5. Terimakasih atas partisipasi Anda
Nama :…………………………………
Kelas : …………………………………
No Pernyataan SS S STS TS
1 Belajar sosiologi ternyata bukan mata pelajaran yang sulit bagi
saya, maka saya senang sekali mengikuti pelajaran sosiologi
2 Saya tidak menyukai pelajaran sosiologi karena sulit untuk saya
pahami dan pelajari
3 Saya selalu aktif berpendapat dengan kehendak sendiri
4 Jika saya tidak diminta oleh guru untuk berpendapat, maka saya
tidak akan memberikan pendapat terkait dengan pelajaran
sosiologi
5 Saya selalu hadir dalam megikuti pelajaran sosiologi
6 Saya cepat lelah apabila membaca buku sosiologi
7 Saya selalu memperhatikan ketika guru menjelaskan materi
sosiologi
8 Saya sering mengantuk waktu guru menjelaskan materi sosiologi
9 Bila guru sosiologi mengajukkan pertanyaan yang harus dijawab
oleh siswa, saya selalu berusaha sedapat mungkin untuk
menjawabnya
10 Saya tidak akan mengerjakan soal-soal sosiologi jika tidak
diperiksa
11 Saya tertarik pada pelajaran sosiologi karena gurunya pandai
mengajar sehingga saya mudah memahaminya
12 Saya tidak menyiapkan materi sosiologi yang akan diajarkan di
Sekolah
13 Setiap sampai di Rumah, saya mempelajari kembali mata
pelajaran sosiologi yang telah di ajarkan di Sekolah
14 Pembelajaran sosiologi dengan metode STAD membuat saya aktif
berpikir
15 Saya menjadi pasif dan malas ketika belajar dengan menggunakan
metode STAD
Lampiran 16
Pedoman Wawancara Pada Saat Observasi
Responden Siswa
1. Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran sosiologi di kelas?
2. Bagaimana minat dalam belajar sosiologi kamu?
3. Bagaimana hasil belajar sosiologi kamu?
4. Apakah guru sosiologi menggunakan metode yang bervariatif atau bermacam-macam
di kelas? Jelaskan!
5. Bagaimana menurut pendapatmu tentang cara guru menjelaskan materi pelajaran?
Jelaskan!
6. Apakah kamu senang dengan dengan pembelajaran sosiologi di kelas? Jelaskan!
7. Apakah kamu merasa cukup dengan nilai sosiologi yang kamu peroleh? Jelaskan!
8. Apakah kamu sudah mengetahui tentang pembelajaran kooperatif dengan metode
Student Team Achievement Division (STAD)? Jelaskan!
9. Apakah gurumu sudah menerapkan metode STAD tersebut?
10. Bagaimana tes yang dilakukan guru kamu? Jelaskan!
Lampiran 17
Pedoman Wawancara dengan Guru Sosiologi Terkait Masalah
Pembelajaran di kelas
1. Bagaimana minat belajar sosiologi siswa tinggi atau rendah? Jelaskan!
2. Upaya apa saja yang bapak/Ibu lakukan ketika menemukan siswa memiliki minat
rendah dalam belajar sosiologi? Sebutkan!
3. Bagaimana hasil belajar sosiologi siswa tinggi atau rendah?
4. Metode apa saja yang dilakukan pada saat pembelajaran sosiologi?
5. apakah metode pembelajaran tersebut efektik diterapkan pada mata pelajaran
sosiologi?
6. Adakah hambatan pada saat kegiatan pembelajaran sosiologi? Sebutkan!
7. Apakah Bapak/Ibu sudah mengenal pembelajaran kooperatif dengan metode
Student team achievement Division (STAD)? Jelaskan!
8. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu apakah pembelajaran kooperatif dengan metode
Student team achievement Division (STAD) dapat efektif diterapkan pada
pembelajaran sosiologi?
9. Menurut Bapak/Ibu , apakah metode STAD , siswa dapat memiliki mnat yang
tinggi dalam pembelajaran sosiologi? Jelaskan!
Lampiran 18
Hasil Belajar Siklus I
No. Siswa Siklus I N-Gain I Kategori
Pretes Postes
1. A 6 9 0,75 Tinggi
2. B 5 8 0,57 Sedang
3. C 5 8 0,57 Sedang
4. D 4 7 0,42 Sedang
5. E 8 7 -0, 5 Rendah
6. F 5 6 0,2 Rendah
7. G 6 9 0,75 Tinggi
8. H 5 9 0,8 Tinggi
9. I 4 7 0,42 Sedang
10. J 6 9 -0, 5 Rendah
11. K 6 8 0,5 Sedang
12. L 4 9 0,83 Tinggi
13. M 5 7 0,4 Sedang
14. N 7 8 0,3 Rendah
15. O 7 6 -0,3 Rendah
16. P 4 4 0 Rendah
17. Q 6 9 0,75 Tinggi
18. R 7 8 0,3 Rendah
19. S 5 8 0,6 Sedang
20. T 6 7 0,25 Rendah
21. U 7 6 -0,5 Rendah
22. V 4 5 0,16 Rendah
23. W 6 3 -0,42 Rendah
24. X 5 8 0,8 Tinggi
25. Y 5 6 0,2 Rendah
26. Z 4 7 0,5 Sedang
Jumlah 142 188 7,85
Rata-rata 5,46 7,23 0,49
Lampiran 19
Hasil Belajar Siklus II
No. Siswa Siklus II N-Gain I Kategori
Pretes Postes
1. A 6 9 0,75 Tinggi
2. B 3 8 0,71 Tinggi
3. C 5 9 0,8 Tinggi
4. D 3 8 0,71 Tinggi
5. E 4 9 0,83 Tinggi
6. F 3 7 0,57 Sedang
7. G 3 9 0,85 Tinggi
8. H 7 10 1,0 Tinggi
9. I 4 7 0,42 Sedang
10. J 6 9 0,75 Tinggi
11. K 7 6 -0,34 Rendah
12. L 7 9 0,66 Sedang
13. M 6 9 0,75 Tinggi
14. N 6 9 0,75 Tinggi
15. O 7 10 1,0 Tinggi
16. P 6 8 0,5 Sedang
17. Q 7 6 -0,4 Rendah
18. R 6 8 0,5 Sedang
19. S 7 10 1,0 Tinggi
20. T 7 9 0,67 Sedang
21. U 6 9 0,75 Tinggi
22. V 5 9 0,8 Tinggi
23. W 4 10 1,0 Tinggi
24. X 4 8 0,67 Sedang
25. Y 3 7 0,57 Sedang
26. Z 4 4 0 Rendah
Jumlah 136 216 16,27
Rata-rata 5,23 8,30 0,62
Lampiran 26
Siswa Sedang Berdiskusi Kelompok
Siswa Sedang berdiskusi kelompok
Proses Pembelajaran
Siswa sedang mengerjakan Tugas dengan metode Student Team Achievent
Division (STAD)
Lampiran 27
Soal Tes Siklus I
1. Jelaskan pengertian diferensiasi sosial menurut Bahasa kalian?
2. Sebutkan pembagian Ras diklasifikasikan menjadi?
3. Dimanakah letak perbandingan diferensiasi sosial dengan stratifikasi sosial?
4. Klen yang menarik garis keturunandari pihak ibu saja disebut?
5. Berikan 2 contoh orang yang termasuk dalam Ras Mongoloid?
Jawaban Siklus I
1. Pendapat siswa
2. Ras Austroloid, Ras Mongoloid, Ras Kaucasoid, Ras Negroid dan Ras
Khusus.
3. Letak perbedaannya adalah pada segi jika diferensiasi bersifat horizontal dan
stratifikasi bersifat vertikal
4. Klen Matrilineal
5. Asiatic Mongoloid, Malayan Mongoloid, American Mongoloid.
Lampiran 28
Soal Tes Siklus II
1. Jelaskan pengertian stratifikasi sosial menurut Bahasa anda?
2. Sebutkan dasar-dasar stratifikasi sosial?
3. Apa sebab timbul adanaya stratifikasi sosial?
4. Sebutkan unsur-unsur stratifikasi sosial?
5. Sebutkan macam-macam stratifikasi social dan berikan contohnya?
Jawaban Siklus II
1. Pendapat siswa
2. Ras Austroloid, Ras Mongoloid, Ras Kaucasoid, Ras Negroid dan Ras
Khusus.
3. Letak perbedaannya adalah pada segi jika diferensiasi bersifat horizontal dan
stratifikasi bersifat vertikal
4. Klen Matrilineal
5. Asiatic Mongoloid, Malayan Mongoloid, American Mongoloid.
Lampiran 20
Tabel
Uji Validitas Instrumen Siklus I
Responden Butir Soal X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 12
2 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 11
3 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 11
4 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 10
5 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 10
6 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 11
7 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 9
8 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 10
9 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 9
10 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 10
11 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 10
12 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 10
13 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 9
14 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9
15 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9
16 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9
17 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
18 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
19 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
20 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
21 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P 16 0 1 2 19 0 20 5 21 3 18 1 6 3 1 17 16 15 0 0 0 0 13 0 0 0 0 0 0 0 177
q 9 25 24 23 6 25 5 20 4 22 7 24 19 22 24 8 9 20 25 25 25 25 12 25 25 25 25 25 25 25
Lampiran 21
Tabel
Uji Validitas Instrumen Siklus II
Responden Butir Soal X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
7 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9
8 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
9 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
11 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
12 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
13 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
14 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
15 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
16 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
17 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
18 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
19 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
20 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
21 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P 16 19 20 21 16 6 10 10 14 0 2 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 13 0 0 0 0 0 0 0 142
q 9 6 5 4 9 21 15 15 11 25 23 25 25 25 25 18 25 25 25 25 25 25 12 25 25 25 25 25 25 25
Lampiran 24
REKAP ANALISIS BUTIR
=====================
Rata2= 6,72
Simpang Baku= 3,67
KorelasiXY= 0,77
Reliabilitas Tes= 0,87
Butir Soal= 30
Jumlah Subyek= 25
Nama berkas: Siklus I
Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
1 1 100,00 Sedang 0,892 Sangat Signifikan
2 2 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
3 3 14,29 Sangat Sukar 0,186 -
4 4 28,57 Sangat Sukar 0,228 -
5 5 42,86 Mudah 0,601 Sangat Signifikan
6 6 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
7 7 71,43 Mudah 0,796 Sangat Signifikan
8 8 28,57 Sukar 0,373 Signifikan
9 9 57,14 Mudah 0,725 Sangat Signifikan
10 10 0,00 Sangat Sukar 0,166 -
11 11 71,43 Sedang 0,411 Signifikan
12 12 -14,29 Sangat Sukar -0,268 -
13 13 42,86 Sukar 0,461 Sangat Signifikan
14 14 -14,29 Sangat Sukar -0,040 -
15 15 14,29 Sangat Sukar 0,300 -
16 16 100,00 Sedang 0,948 Sangat Signifikan
17 17 100,00 Sedang 0,892 Sangat Signifikan
18 18 100,00 Sedang 0,845 Sangat Signifikan
19 19 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
20 20 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
21 21 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
22 22 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
23 23 100,00 Sedang 0,749 Sangat Signifikan
24 24 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
25 25 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
26 26 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
27 27 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
28 28 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
29 29 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
30 30 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
RELIABILITAS TES
================
Rata2= 6,72
Simpang Baku= 3,67
KorelasiXY= 0,77
Reliabilitas Tes= 0,87
Nama berkas: Siklus I
No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 1 X1 9 3 12
2 2 X2 7 3 10
3 3 X3 8 2 10
4 4 X4 8 2 10
5 5 X5 8 2 10
6 6 X6 6 3 9
7 7 X7 6 2 8
8 8 X8 6 3 9
9 9 X9 6 2 8
10 10 X10 6 3 9
11 11 X11 6 3 9
12 12 X12 6 3 9
13 13 X13 5 2 7
14 14 X14 6 3 9
15 15 X15 6 3 9
16 16 X16 5 3 8
17 17 X17 3 0 3
18 18 X18 6 2 8
19 19 X19 3 0 3
20 20 X20 3 0 3
21 21 X21 2 0 2
22 22 X22 1 1 2
23 23 X23 0 1 1
24 24 X24 0 0 0
25 25 X25 0 0 0
Lampiran 25
REKAP ANALISIS BUTIR
=====================
Rata2= 5,60
Simpang Baku= 3,74
KorelasiXY= 0,86
Reliabilitas Tes= 0,93
Butir Soal= 30
Jumlah Subyek= 25
Nama berkas: I:\ SIKLUS II.
Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
1 1 100,00 Sedang 0,873 Sangat Signifikan
2 2 85,71 Mudah 0,782 Sangat Signifikan
3 3 71,43 Mudah 0,736 Sangat Signifikan
4 4 57,14 Mudah 0,667 Sangat Signifikan
5 5 100,00 Sedang 0,873 Sangat Signifikan
6 6 85,71 Sukar 0,700 Sangat Signifikan
7 7 100,00 Sedang 0,846 Sangat Signifikan
8 8 100,00 Sedang 0,846 Sangat Signifikan
9 9 100,00 Sedang 0,870 Sangat Signifikan
10 10 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
11 11 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
12 12 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
13 13 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
14 14 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
15 15 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
16 16 100,00 Sukar 0,748 Sangat Signifikan
17 17 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
18 18 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
19 19 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
20 20 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
21 21 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
22 22 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
23 23 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
24 24 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
25 25 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
26 26 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
27 27 14,29 Sangat Sukar 0,301 -
28 28 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
29 29 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
30 30 0,00 Sangat Sukar NAN NAN
RELIABILITAS TES
================
Rata2= 5,60
Simpang Baku= 3,74
KorelasiXY= 0,86
Reliabilitas Tes= 0,93
Nama berkas: I:\ SIKLUS II.
No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 1 X1 5 5 10
2 2 X2 5 5 10
3 3 X3 5 5 10
4 4 X4 6 5 11
5 5 X5 5 5 10
6 6 X6 5 4 9
7 7 X7 5 5 10
8 8 A 5 3 8
9 9 X9 5 3 8
10 10 X10 5 3 8
11 11 X11 4 2 6
12 12 X12 4 2 6
13 13 X13 4 2 6
14 14 A 4 2 6
15 15 X15 3 2 5
16 16 X16 3 2 5
17 17 X17 1 2 3
18 18 X18 1 2 3
19 19 X19 1 2 3
20 20 X20 1 1 2
21 21 X21 0 1 1
22 22 X22 0 0 0
23 23 X23 0 0 0
24 24 X24 0 0 0
25 25 X25 0 0 0
Lampiran 22
Tabel
Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I
Responden Butir Soal X
1 5 7 8 9 11 13 16 17 18 23
A1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
A2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10
A3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10
A4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10
A5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10
A6 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10
A7 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9
A8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10
A9 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9
A10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10
A11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10
A12 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9
A12 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9
A13 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9
A15 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 8
A16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 8
A17 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 5
A18 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 4
A19 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3
A20 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2
A21 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
A22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P 16 19 20 5 21 18 6 17 16 15 13 166
q 9 6 5 20 4 7 19 8 9 10 12
Lampiran 23
Tabel
Uji Realibilitas Instrumen Siklus II
Responden Butir Soal X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 16
A1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
A2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
A3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
A4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
A5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
A6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
A7 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
A8 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8
A9 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8
A10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8
A11 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 6
A12 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 6
A12 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 6
A13 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 6
A15 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5
A16 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 6
A17 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3
A18 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3
A19 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3
A20 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2
A21 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
A22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P 16 19 20 21 16 6 10 10 14 7 140
q 9 6 5 4 9 21 15 15 11 18