Upload
gilar-antasya-muharam
View
152
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bismillahirahmanirrahim
Segala puji saya panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan
kesempatan untuk kami bisa menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Terimakasih banyak atas dukungan dari kawan-kawan sekalian terutama
untuk asisten Laboratorium Geologi Universitas Islam Bandung yang telah
memberikan pengetahuan dan tuntunan kepada kami dalam penyusunan laporan
ini.
Dalam laporan ini dijelaskan tentang pengertian dari mineral dan ilmu
yang mempelajari mineral atau dikenal dengan istilah mineralogi. Dijelaskan
tentang berbagai ilmu yang dipelajari dari mineralogi dan menjelaskan tentang
mineral dari segi sifat-sifatnya dan golongannya. saya sadari bahwa laporan ini
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu kiranya dapat memaklumi.
Akhir kata saya ucapkan terimaksih dan semoga laporan ini bermanfaat
untuk khalayak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Bandung, 19 Oktober 2013
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 11.1 Latar Belakang ............................................................................ 11.2 Maksud Dan Tujuan .................................................................... 1
1.2.1 Maksud .............................................................................. 11.2.2 Tujuan ................................................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 22.1 Pengertian Mineralogi .................................................................. 22.2 Definisi Mineral............................................................................. 22.3 Asal-Usul Mineral Dan Pembetukannya ...................................... 22.4 Mineral Primer Dan Mineral Sekunder ........................................ 3
2.4.1 Mineral primer ..................................................................... 32.4.2 Mineral sekunder ................................................................ 4
2.5 Golongan Mineral ........................................................................ 52.5.1 Golongan unsur .................................................................. 52.5.2 Golongan sulfida ................................................................. 52.5.3 Golongan oksida ................................................................. 52.5.4 Golongan halida ................................................................. 62.5.5 Golongan karbonat ............................................................. 62.5.6 Golongan sulfat .................................................................. 62.5.7 Golongan pospat ................................................................ 62.5.8 Golongan silikat .................................................................. 6
2.6 Sifat - Sifat Fisik Mineral .............................................................. 72.6.1 Bentuk kristal ...................................................................... 72.6.2 Belahan .............................................................................. 82.6.3 Warna ................................................................................. 82.6.4 Kekerasan .......................................................................... 82.6.5 Gores .................................................................................. 92.6.6 Kilap .................................................................................... 92.6.7 Pecahan ............................................................................. 92.6.8 Berat jenis ........................................................................... 10
BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 113.1 Tugas ........................................................................................... 11
3.1.1 Mendeskripsikan mineral berdasarkan sifat fisiknya ......... 113.2 Pembahasan ............................................................................... 11
3.2.1 Mineral 1 ............................................................................. 113.2.2 Mineral 2 ............................................................................. 123.2.3 Mineral 3 ............................................................................. 123.2.4 Mineral 4 ............................................................................. 133.2.5 Mineral 5 ............................................................................. 133.2.6 Mineral 6 ............................................................................. 14
ii
3.2.7 Mineral 7 ............................................................................. 153.2.8 Mineral 8 ............................................................................. 15
BAB IV ANALISA ........................................................................................ 17
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah ilmu geologi dipelajari tentang mineral dan ilmu yang
mempelajari mineral atau bisa disebut dengan istilah mineralogi. Pada ilmu yang
mempelajari tentang mineral ini merupakan sumber informasi geologi yang
diperlukan untuk tahap perencanaan dan implementasi kegiatan kontruksi pada
dunia pertambangan yang mencakup dalam skala besar maupun skala
menengah.
Pengimpletasiannya juga dapat dilakukan pada proses penggalian bahan
tambang. Dalam ilmu ini dipelajari tentang suatu bahan padat penyusun atau
bahan pembentuk sebuah batuan ataupun bahan galian yang bernilai harganya.
Pengetahuan tentang mineral merupakan hal yang sangat penting untuk
dapat mempelajari bagian padat dari bumi ini yang terdiri dari batuan. Tidak
kurang dari 2000 jenis mineral yang sudah diketahui dan dipelajari lebih dalam
oleh para ahli-ahli mineralogi.
1.2 Maksud Dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum kali ini yaitu tentang mineral dan mineralogi,
dipelajari definisi ataupun pengertian dari mineral dan cabang ilmu yang
mempelajari mineral. Memahami asal mula mineral terjadi (orogenesa) dan
keterbentukannya serta memahami setiap perbedaan mineral.
1.2.2 Tujuan
Mampu menjabarkan tiap bagian dari cabang ilmu mineralogi yang menjadi
dasar dalam mempelajari suatu mineral.
Mampu mendeskripsikan suatu mineral dengan mengamati sifat fisik
mineral.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Mineralogi
Mineralogi merupakan suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari
tentang mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan.
Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos dimana logos diartikan sebagai ilmu
maka dapat digabungkan dengan mineral sebagai arti dari mineralogi yaitu suatu
ilmu tentang mineral. Mineralogi dapat diartikan juga sebagai ilmu yang
mempelajari tentang ganesa, klasifikasi dan deskripksi mineral serta
pemanfaatannya. Dalam pembelajaran tentang mineralogi meliputi tentang :
Identifikasi mineral
Sifat fisika dan kimia mineral
Pembentukan mineral
Keterjadian
Susunan penyusun mineral
Klasifikasi mineral
2.2 Definisi Mineral
Mineral merupakan suatu bahan padat yang secara struktular bersifat
homogen yang didalamnya mempunyai komposisi kimia dan sifat fisik tertentu.
Mineral terbentuk melalui proses alam secara anorganik serta mempunyai
pengaturan ion-ion atau atom yang teratur membentuk sebuah bidang rata yang
tergambar melalui bentuk atau susunan kristal yang teratur.
Gambar 2.1Mineral yang memperlihatkan struktur kristal
2
3
2.3 Asal Usul Mineral dan Pembentukannya
Mineral sebagai penyusun utama batuan memiliki karakteristik yang unik
dan beragam dari segi bentuk kristal maupun susunan kimianya. Semakin rumit
susunan kimianya maka bentuk kristal yang dihasilkan dari konfigurasi atom-
atomnya juga semakin rumit. Variasi kandungan senyawa kimia suatu mineral
sangat ditentukan oleh materi penyusunnya dan proses pembentukannya
Dalam pembentukan suatu mineral logam ataupun non logam menurut M.
bateman, proses pembentukan mineral dapat dibagi kedalam beberapa proses
yang menghasilkan jenis mineral yang berbeda. Proses-proses ini meliputi :
Proses magmatis
Proses pegmatisme
Proses pneumatolisis
Proses hydrothermal
Proses evaporasi
Proses sedimenter
Proses metasomatik
Secara umum mineral terbentuk dari hasil lelehan magma silikat yang naik
ke permukaan bumi melalui rekahan-rekahan lapisan litosfer bumi dan
kehilangan mobilitasnya sehingga berhenti dan membentuk sebuah dapur
magma. Dalam keadaan seperti itu magma akan kehilangan gerak bebasnya dan
menyusun diri, menghablur (pembentukan mineral).
Disini magma yang mengalami proses pendinginan dan pembekuan
membentuk sebuah mineral-mineral silikat dan bijih pada temperatur tinggi untuk
selanjutnya diteruskan dengan proses-proses diatas yang nantinya akan
menghasilkan jenis-jenis mineral yang lainnya berdasarkan pengaruh tekanan
dan temperatur yang diterima larutan magma tersebut yang selanjutnya akan
terendapkan dan dan membentuk mineral-mineral baru.
2.4 Mineral Primer dan Mineral Sekunder
Secara garis besar pembentukan mineral terbagi kedalam 2 bagian, yaitu
pembentukan mineral primer dan pembentukan mineral sekunder.
2.4.1 Mineral Primer
Suatu mineral yang terbentuk pertama dari hasil lelehan larutan magma
(proses magmatis) yang mengalami proses pembekuan magma dan mengalami
4
kristalisasi larutan sehingga membentuk susunan kimianya serta sturuktur
kristalinnya yang menjadi bahan pembentuk mineral utama pada batuan.
Gambar 2.2Proses magmatis pembentuk mineral primer
Dalam mineral primer ini atau bisa disebut sebagai mineral utama dapat
dilihat pada deret seri bowen’s yang didalamnya berisi gambaran dan penjelasan
tentang mineral yang merupakan mineral utama pembentuk sebuah batuan hasil
dari proses magmatis dengan tekanan dan suhu yang mempengaruhinya.
Gambar 2.3Deret seri bowen’s
2.4.2 Mineral sekunder
Mineral sekunder adalah suatu mineral ubahan yang terbentuk dari hasil
rombakan mineral utama atau mineral primer yang disebabkan oleh proses
pelapukan, secara kimia dan fisika. Seperti contoh kalsite, kuarsa dan oksida
besi pada proses sementasi.
5
Gambar 2.4Pembentukan mineral sekunder dengan proses sementasi
Salah satu contoh pembentukan mineral sekunder lainnya adalah melalui
proses kimia pada oksidasi. Contohnya mineral otrtoklas (Potasium Feldspar)
KAlSi3O8 menjadi mineral lempung.
Gambar 1.5Perubahan kimia pada mineral ortoklas menjadi mineral lempung
2.5 Golongan Mineral
Berdasarkan sifat dan unsur pembentukan mineral, mineral dapat
digolongkan kedalam beberapa golongan, yaitu :
2.5.1 Golongan Unsur (native element)
Golongan ini adalah mineral yang memiliki delapan elektron pada kulit
terluarnya, sehingga membutuhkan ikatan dengan unsur lain untuk menstabilkan
pengaturan ion-ion kristalnya. Contohnya adalah emas (Au).
2.5.2 Golongan Sulfida (S)
Golongan sulfida mempunyai unsur kimia yang hamper serupa dengan
golongan oksida, merupakan golongan pembentuk bijih. Contohnya pyrit.
2.5.3 Golongan Oksida (O) dan Hidroksida
Golongan mineral oksida ini biasa terbentuk dekat dengan permukaan
bumi. Teroksidasi dari hasil pelapupkan mineral lain dan juga sebagai mineral
aksesoris pada batuan beku kerak dan mantel bumi. Kelas oksida ini sangatlah
penting dalam dunia pertambangan karena golongan mineral oksida ini
merupakan mineral pembentuk mineral bijih.
2.5.4 Golongan Halide (F, Cl, Br, l)
Golongan halide adalah grup mineral yang membentuk garam alami (salt)
dan termasuk flourit (kalsium florida), halit (natrium hidroksida), silvit (kalium
6
khlorida) dan sal amoniak (ammonium khlorida). Golongan mineral ini sering
ditemukan pada derah evaporitik.
2.5.5 Golongan Karbonat (CO3), Nitrat (NO3), dan Borat (BO3 atau BO4)
Golongan karbonat merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2- dan
termasuk kalsit dan aragonite. Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh
endapan sisa organisme laut.
2.5.6 Golongan Sulfat (SO4)2- dan Kromat (CrO4)2-
Golongan sulfat biasa terdiri dari anion sulfat (SO4)2-, biasa terbentuk
didaerah avaporitik yang tinggi kadar airnya. Perlahan-lahan menguap sehingga
formasi sulfat dan halide berinteraksi. Contoh anhydrite (kalsium sulfat).
2.5.7 Golongan Pospat (PO4)3-
Kelas pospat termasuk mineral dengan tetrahedral unit PO4 phosphorus,
antimoni, arsenic atau vanadium. Golongan pospat ini umunya adalah apatite
yang merupakan mineral biologis yang ditemukan dalam gigi dan tulang hewan.
2.5.8 Golongan Silikat (SiO4)2-
Golongan silikat merupakan golongan atau grup terbesar dalam mineral.
Sebagian besar batuan yang ada di bumi >95% termasuk kelompok silikat. Silikat
terdiri dari silicon dan oksigen dengan ion tambahan seperti alumunium,
magnesium, potassium, besi dan kalsium. Contohnya kuarsa, olivin, piroksen,
amphibol, fledspar dan mika.
Gambar 2.6Kandungan unsur kimia pada golongan silikat
2.6 Sifat Fisik Mineral
Sebuah mineral yang terbentuk untuk menyusun sebuah batuan
mempunyai sifat-sifat fisiknya yang membedakan anatara mineral satu dengan
mineral lainnya. Sifat fisik mineral diantaranya adalah :
7
2.6.1 Bentuk kristal mineral (habit).
Bentuk kristal pada mineral ini merupakan bagian terpenting dari
pembentukan sebuah bentuk mineral. Keadaan ini dipengaruhi oleh keadaan
dimana ia tumbuh yang nantinya akan mempunyai bentuk yang berbeda-beda.
Setiap mineral akan mempunyai sifat bentuk kristalnya yang khas yang
merupakan perwujudan dari kenampakan luar yang terjadi akibat susunan kristal
didalamnya. Adapun bentuk umum dari kristal habitnya adalah prismatic, tabular,
acicular, bladed, fibrous, foliaceous, lamellar, reticulate dan scaly.
Gambar 2.7Bentuk umum kristal habit
Dan bentuk bangun struktur kristal dapat dibagi kedalam tujuh sistem
utama kristal yang diantaranya adalah isometrik, heksagonal, tetragonal,
monoklin, trigonal, orthorombik dan triklin.
Gambar 2.8Bentuk struktur kristal
2.6.2 Belahan (Cleveage)
Belahan merupakan sifat fisik mineral yang cenderung pecah sepanjang
bidang yang teratur (bidang kristal) atau melalui bidang tertentu dalam bentuk
bidang yang rata.
8
Belahan ini dibagi kedalam bentuk sempurna, tidak sempurna dan tidak
jelas yang mempengaruhi bentuk dari mineral. Belahan juga mempunyai
kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang mempunyai arah
tertentu. dibagi kedalam belahan satu arah, dua arah, tiga arah dan empat arah.
Gambar 2.9Arah belahan pada sifat fisik mineral
2.6.3 Warna mineral
Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama dalam
membedakan antara mineral yang satu dan yang lainnya. Namun paling tidak
dengan warna dari mineral dapat dicirikan dengan warna yang khas untuk
mengetahui mineral tersebut dan mengenali unsur tertentu didalamnya. Warna
mineral biasa dikelompokan kedalam warna mineral gelap dan terang.
2.6.4 Kekerasan (hardness)
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan
mengetaui kekerasan dari mineral. Bisa diartikan sebagai sifat resitensi dari
suatu mineral terhadap kemudahan mengalami abrasi atau mudah tergores.
Kekerasan mineral relativ yang artinya apabila dua mineral saling digoreskan
satu dengan lainnya, mineral yang tergores adalah mineral yang lebih lunak.
Berdasarkan kekerasan dari mineral dapat dikenal dengan teori skala kekerasan
mosh.
Gambar 2.10Perbandingan skala kekerasan pada mineral
9
2.6.5 Goresan pada bidang (streak)
Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya, seperti pada
mineral kuarsa dan pyrit yang sangat jelas dan khas.
2.6.6 Kilap (luster)
Kilap adalah suatu kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari
permukaan suatu mineral. Kilap pada mineral ada dua jenis, yaitu kilap logam
dan kilap non logam. Kilap logam pada umunya terdapat pada mineral bersifat
logam, sedangkan kilap non logam terdapat pada mineral bukan non logam yang
terdiri atas kilap kaca, kilap sutera, kilap damar, kilap lemak, kilap intan.
2.6.7 Pecahan
Sifat fisik mineral untuk pecahannya yaitu adalah sifat mineral untuk pecah
tidak mengikuti bidang belahnya sehingga terjadi suatu retakan atau pecahan
ataupun patahan. Berdasarkan bentuk pecahannya, mineral dapat dibedakan
menjadi pecahan rata dan pecahan tidak rata dan pecahan kulit kerang
(concodial). Berdasrakan sifat permukaan pecahannya, pecahan dibedakan
menjadi pecahan licin, pecahan berbutir kasar, pecahan berbutir halus, pecahan
tajam dan pecahan serbuk. Sebagai contoh bentuk pecahan kulit kerang
(concodial)
Gambar 2.11Pecahan concodial pada obsidian
2.6.8 Berat jenis (specific gravity)
Berat jenis pada mineral dipengaruhi oleh kepadatan struktur atom mineral
tersebut yang penentuannya dapat dilakukan dengan cara menimbangnya dalam
udara atau dalam air. Penentuan berat jenis digunakan standar
≥ 3 : untuk mineral logam
< 3 : untuk mineral non logam
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN
3.1 Tugas
Mendeskripsikan sebuah mineral dengan menggunakan sifat-sifat fisiknya
sebagai ciri utama mineral yang membedakan satu sama lainnya, yang meliputi
warna mineral, kilap, kekeraasan, pecahan, belahan, ketahanan, kemagnetan
dan gores dari mineral.
3.2 Pembahasan
Setelah melakukan pengamatan dan pendeskripsian pada beberapa
mineral didapatkan hasil sebagai berikut :
3.2.1 LG / Mineral / 1
Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,
mineral tersebut mempunyai warna mineral saddle brown yang diamati dan
disamakan warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap tanah.
Mineral ini mempunyai kekerasan 2.5 - 5.5 dengan media paku tembaga sebagai
bahan uji. Pecahan yang dimiliki mineral ini tidak beraturan dan mempunyai
belahan yang tidak sempurna. Sifat fisik mineral ini terhadap ketahanannya
bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa. Dan mempunyai goresan
putih pada porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui warna dari goresan
tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah diamagnetik (tidak dapat
ditarik oleh magnet).
Foto 3.1 Gambar 3.1
Mineral 1 sketsa mineral 1
11
12
3.2.2 LG / Mineral / 2
Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,
mineral tersebut mempunyai warna mineral honey dew yang diamati dan
disamakan warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap kaca.
Mineral ini mempunyai kekerasan 2.5 - 5.5 dengan media paku tembaga sebagai
bahan uji. Pecahan yang dimiliki mineral ini bersifat konkodial dan mempunyai
belahan yang tidak sempurna. Sifat fisik mineral ini terhadap ketahanannya
bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa. Dan mempunyai goresan
putih pada porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui warna dari goresan
tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah diamagnetik (tidak dapat
ditarik oleh magnet).
Foto 3.2 Gambar 3.2
Mineral 2 sketsa mineral 2
3.2.3 LG / Mineral / 3
Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,
mineral tersebut mempunyai warna mineral aquamarine yang diamati dan
disamakan warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap tanah.
Mineral ini mempunyai kekerasan 2.5 - 5.5 dengan media paku tembaga sebagai
bahan uji. Pecahan yang dimiliki mineral ini tidak beraturan dan mempunyai
belahan yang tidak sempurna. Sifat fisik mineral ini terhadap ketahanannya
bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa. Dan mempunyai goresan
aquamarine pada porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui warna dari
goresan tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah diamagnetik (tidak
dapat ditarik oleh magnet).
13
Foto 3.3 Gambar 3.3
Mineral 3 sketsa mineral 3
3.2.4 LG / Mineral / 4
Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,
mineral tersebut mempunyai warna mineral beige yang diamati dan disamakan
warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap mutiara. Mineral ini
mempunyai kekerasan > 7, dapat diukur kekerasannya dengan mineral itu sendiri
sebagai medianya. Pecahan yang dimiliki mineral ini berupa konkodial dan
mempunyai belahan sempurna. Sifat fisik mineral ini terhadap ketahanannya
bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa. Dan mempunyai goresan
putih pada porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui warna dari goresan
tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah diamagnetik (tidak dapat
ditarik oleh magnet).
Foto 3.4 Gambar 3.4
Mineral 4 sketsa mineral 4
3.2.5 LG / Mineral / 5
Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,
mineral tersebut mempunyai warna mineral saddle brown yang diamati dan
disamakan warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap tanah.
Mineral ini mempunyai kekerasan 0 – 2.5, dapat diukur kekerasannya dengan
kuku jari manusia sebagai medianya. Pecahan yang dimiliki mineral ini tidak
14
beraturan dan mempunyai belahan tidak sempurna. Sifat fisik mineral ini
terhadap ketahanannya bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa.
Dan mempunyai goresan putih pada porselen sebagai bahan kasar untuk
mengetahui warna dari goresan tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini
adalah diamagnetik (tidak dapat ditarik oleh magnet).
Foto 3.5 Gambar 3.5
Mineral 5 sketsa mineral 5
3.2.6 LG / Mineral / 6
Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,
mineral tersebut mempunyai warna mineral cornsilk yang diamati dan disamakan
warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap tanah. Mineral ini
mempunyai kekerasan 2.5 – 5.5, dapat diukur kekerasannya dengan paku
tembaga sebagai medianya. Pecahan yang dimiliki mineral ini tidak beraturan
dan mempunyai belahan sempurna. Sifat fisik mineral ini terhadap ketahanannya
bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa. Dan mempunyai goresan
putih pada porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui warna dari goresan
tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah diamagnetik (tidak dapat
ditarik oleh magnet).
Foto 3.6 Gambar 3.6
Mineral 6 sketsa mineral 6
15
3.2.7 LG / Mineral / 7
Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,
mineral tersebut mempunyai warna mineral black (hitam pekat) yang diamati dan
disamakan warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap
mutiara. Mineral ini mempunyai kekerasan 0 - 2.5 , dapat diukur kekerasannya
dengan kuku manusia sebagai medianya. Pecahan yang dimiliki mineral ini
konkoidal dan mempunyai belahan tidak sempurna. Sifat fisik mineral ini
terhadap ketahanannya bersifat sektile. Dan mempunyai goresan olive drab pada
porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui warna dari goresan tersebut.
Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah diamagnetik (tidak dapat ditarik oleh
magnet).
Foto 3.7 Gambar 3.7
Mineral 7 sketsa mineral 7
3.2.7 LG / Mineral / 8
Hasil deskripsi sifat – sifat fisik pada mineral ini didapatkan hasil yaitu,
mineral tersebut mempunyai warna mineral white (putih pekat) yang diamati dan
disamakan warnanya pada komparator warna, dengan kilap berupa kilap
mutiara. Mineral ini mempunyai kekerasan 0 - 2.5 , dapat diukur kekerasannya
dengan kuku manusia sebagai medianya. Pecahan yang dimiliki mineral ini
menyerat dan mempunyai belahan sempurna. Sifat fisik mineral ini terhadap
ketahanannya bersifat brittle atau hancur saat dipukul atau di tempa. Dan
mempunyai goresan putih pada porselen sebagai bahan kasar untuk mengetahui
warna dari goresan tersebut. Sifat kemagnetan pada mineral ini adalah
diamagnetik (tidak dapat ditarik oleh magnet).
16
Foto 3.8 Gambar 3.8
Mineral 8 sketsa mineral 8
BAB IV ANALISA
Dalam praktikum mineral dan mineralogi ini dipelajari tentang ilmu yang
mempelajari tentang mineral yang berkaitan dengan asal mula mineral tersebut
terbentuk, terbagi kedalam golongan-golongan tertentu, susunan penyusun dari
unsur kimia yang menyusunnya dan menjabarkan berbagai sifat dari mineral.
Suatu mineral meruapakan bahan padat yang secara alami terbentuk alami
dengan berbagai prosesnya. Bahan padat dari mineral ini terbentuk dari cairan
magma yang memebeku dan menghablur pada lapisan litosfer bumi. bahan
dasar magma berupa cairan yang bersifat basa dan asam dimana dalam
pembentukan suebuah mineralnya, sifat dari magma ini mempengaruhi suatu
jenis mineral, unsur kimia yang menghablur membentuk sebuah mineral
tergantung dari tempat mineral tersebut dibentuk. Namun mineral-mineral utama
yang terbentuk merupakan mineral hasil penghabluran dari cairan magma yang
bersifat basa. Bilamana magma tersebut belum mengalami pembekuan secara
keseluruhan maka magma tersebut akan naik kembali ke atas permukaan
dengan membawa sisa-sisa dari unsur kimianya yang akan mengalami
pendinginan dan membentuk sebuah mineral dengan proses yang berbeda.
Sifat fisik dari sebuah mineral meruapakan hasil dari berbagai proses yang
dialami oleh suatu mineral dalam proses keterbentukannya. Seperti halnya pada
warna yang dimiliki mineral, dimana warna tersebut merupakan warna asal atau
bawaan yang menjadi ciri khas dari suatu mineral dan ada pula warna mineral
yang berbeda tetapi dengan unsur kimia yang sama yang terjadi akibat proses
isomorfisme ataupun polimorfisme dari suatu mineral. Contohnya mineral kuarsa
yang berwarna putih kilap dengan ametis yang berwarna fiolet dengan unsur
kimia yang sama.
Kekerasan pada suatu mineral merupakan ciri dari suatu mineral yang
dapat menjadi patokan dalam mendeskripsikan mineral satu dengan mineral
yang lainnya. Namun disini untuk mendeskripsikan kekrasan mineral digunakan
metode yang telah ada sebelumnya atau dikenal dengan skala kekerasan mosh,
namun untuk memudahkan dalam pendeskripsian kekerasan mineral dilakukan
dengan bahan-bahan padat yang mempunyai bangun unsur kimia yang sama
17
18
atau mewakili dengan mineral yang terdapat dalam skala kekerasan mosh
yang seperti halnya kuku manusia, paku tembaga, baja dan dengan mineral itu
sendiri.
Perbedaan pada pendeskripsian pecahan dan belahan pada sebuah
mineral dapat dilihat dengan cara bilamana suatu mineral tersebut pecah tidak
mengikuti bidang belahnya yang mengakibatkan retakan, pecahan dan patahan.
Atau bisa dilihat pada permukaan sebuah mineral, ini disebut sebagai sifat fisik
pecahan dari suatu mineral. Untuk belahan dari mineral merupakan sifat fisik
yang dimana sebuah mineral dapat pecah sepanjang bidang yang teratur atau
mengikuti bidang kristalnya bisa berbentuk sempurna dan tidak sempurna.
Sifat fisik mineral selanjutnya adalah ketahan dimana dalam
pendeskripsian dilakukan uji terhadap mineral untuk mengetahui ketahanan
sebuah mineral apabila dipukul dengan benda lain. Ketahanan dari sebuah
mineral merupakan ketahan terhadap gaya yang diberikan dari luar. Apabila
gaya yang diberikan lebih besar maka mineral yang bila mempunyai ketahanan
rendah akan pecah dan membentuk sebuah bentuk baru yang biasanya
mempunyai sifat hancur, flexsible, elastis, sektil dan melable (biasa terjadi pada
mineral bijih).
Sebuah mineral juga mempunyai sifat fisik untuk goresan (streak), dimana
goresan yang ditimbulkan oleh mineral terhadap bidang kasar atau biasa
dilakukan pada porselen akan menimbulkan warna bekas dari goresan tersebut.
Warna dari goresan merupakan warna asli dari mineral. Tidak selamanya warna
mineral jika digoreskan akan menghasilkan warna yang sama, ini terjadi karena
sebuah mineral dengan warna aslinya mengalami pelapukan sehingga merubah
warna dari mineral itu sendiri. Seperti contohnya mineral pirit, warna mineral ini
kuning keemasan namun memiliki sifat gores berupa warna hitam.
Namun deskripsi yang dilakukan sifat-sifat diatas dilakukan secara
megaskopis. Untuk lebih mengetahui secara jelas mineral tersebut termasuk
kedalam jenisnya bisa dilakukan deskripsi mineral secara mikroskopis.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini yaitu tentang mineral dan mineralogi dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam ilmu geologi terdapat cabang ilmu yang mempelajari
tentang lebih lanjut mengenai mineral. Ilmu yang mempelajari mineral ini disebut
dengan mineralogi. Dalam ilmu dipelajari tentang identifikasi terhadap mineral,
sifat-sifat fisik mineral mapun sifat kimia dari mineral juga dalam cabang ilmu
mineralogi ini dipelajari tentang keterjadian suatu mineral dan susunan yang
menyusun bentuk sebuah mineral.
Dalam kajian ilmu mineralogi, di perdalam pamahaman tentang definisi,
jenis-jenis mineral, bentuk, unsur penyusun dan lainnya. Mineral di muka bumi ini
terbentuk secara alami di alam dan bersifat anorganik. Mempunyai struktur yang
sangat beragam bentuknya. Mineral terbentuk menjadi dua bagian yaitu mineral
primer dan mineral sekunder yang secara teori dihasilkan dari proses
pembekuan magma yang dimana magma tersebut bisa bersifat basa ataupun
asam yang mengalami berbagai prosesnya. Mineral merupakan bahan padat
penyusun sebuah batuan yang terdapat di muka bumi ini. Mineral dapat
dibedakan satu sama lainnya dengan melihat dan memperhatikan sifat-sifat fisik
nya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Syadid, Ahmad, 2012, “Mineralogi”.
http://miningunlam.blogspot.com/2012/01/mineralogi.html. Diakses tanggal
11 Oktober 2013 (html, online)
Christian, Jemmy, 2013, “Proses Pembentukan Mineral”.
http://jhem90.blogspot.com/2013/06/proses-pembentukan-mineral.html.
Diakses tanggal 11 oktober 2013 (html, online)
30, Purnama, 2011, “Mineralogi”.
http://id.scribd.com/doc/47359316/MINERALOGI. diakses tanggal 11
oktober 2013 (pdf, online)
Lembaga pelatihan olimpiade sains, 2012, “Mineralogi kebumian”.
http://elearning.pelatihan-osn.com/riddar/kebumian/mineralogi.pdf. Diakses
tanggal 11 oktober 2013 (pdf, online)
Putih, kuarsa, 2011,”Mineral Dan Mineralogi”.
http://id.scribd.com/doc/93645940/Definisi-Mineralogi-Dan-
Mineral#download. Diakses tanggal 11 oktober 2013 (pdf, online)