Upload
arif-endotel
View
90
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya
keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak
ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat
disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat
pencemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan ataupun
perforasi akibat trauma.
Manajemen pasien dengan akut abdomen memerlukan keputusan yang
tepat dalam rentang waktu yang singkat, untuk melakukan operasi pembedahan.
Keputusan ini membutuhkan evaluasi dari riwayat pasien dan pemeriksaan fisik,
data laboratorium, dan tes pencitraan. Sindrom acute abdominal pain
menyebabkan sejumlah besar kunjungan ke rumah sakit dan dapat terjadi pada
mereka yang sangat muda, sangat tua, laki-laki maupun perempuan, dan semua
tingkatan sosioekonomi (Brewer,1999).
Lebih dari tujuh juta pasien datang dengan akut abdomen ke Instalasi
Gawat Darurat setiap tahunnya diseluruh dunia. Dimana, 25-41% merupakan
kasus akut abdomen dengan penyebab yang tidak spesifik. Sebagian besar
merupakan kasus ringan dengan prognosis yang baik namun demikian, beberapa
kasus mengancam jiwa dapt berujung kepada kematian akibat misdiagnosis,
termasuk diantaranya ruptur aorta, aneurisma, appendicitis, kehamilan ektopik,
dan infark miokard (Medina, 2011).
Semua pasien dengan nyeri abdomen harus menjalani evaluasi untuk
menegakkan diagnosis sehingga pengobatan tepat waktu dan dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas. Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari
semua kunjungan gawat darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat
(Graff, 2001).
Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke gawat
darurat mengeluh nyeri perut. Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia,
yaitu anak dan geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering
1
disebabkan oleh apendisitis , sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis, dan
infark usus lebih umum terjadi pada bayi (Cordell, 2002).
IDENTITAS
B. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. E
Tempat Tanggal Lahir : Kalteng, 7 Mei 1992
Usia : 20 tahun
Alamat : jln Tlogo mas No. 99, Malang
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : Mahasiswi UMM (Fak. B.Inggris)
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tanggal Periksa : 19 Novmber 2012
C. ANAMNESA
1. Keluhan Utama
Nyeri perut sejak satu minggu terakhir
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri perut mendadak terjadi setelah pasien makan sambal. Nyeri perut
terutama timbul ketika malam hari terutama ketika pasien hendak istirahat atau
tidur. Nyeri terutama dirasakan pasien dibagian ulu hati sehingga pasien merasa
sulit tidur. Selain itu juga hal itu mengganggu aktifitas pasien sebagai mahasiswi
karena nyeri tersebut.
Pasien juga mengeluh mual dan kembung. Mual dirasakan pasien
terutama dipagi hari setelah bangun tidur tetapi tidak sampai muntah. Selain itu
juga pasien merasa lemas dalam beraktifitas sehari-hari. Hal ini juga dirasakan
sejak seminggu yang lalu dan itu juga mengganggu aktifitas pasien sehari-hari.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
2
Riwayat Sakit Serupa : Pasien pernah mengalami Diare.
Riwayat Mondok : Disangkal
Riwayat Sakit Gula : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Sakit Kejang : Disangkal
Riwayat Alergi Obat : Disangkal
Riwayat Alergi Makanan : Disangkal
4. Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien pernah berobat sejak mengalami nyeri perut tersebut,
dan didiagnosa dengan gastritis akut, tetapi tidak ada perubahan sampai obatnya
habis. Pasien juga lupa nama obat yang dibeli.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Sakit Gula : Ayah pasien
Riwayat Jantung : Ayah pasien
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Asam urat : Ayah pasien
6. Riwayat Kebiasaan
Riwayat Merokok : Disangkal
Riwayat Minum Alkohol : Disangkal
Riwayat Olahraga : Jarang Olahraga
Riwayat Pengisisan Waktu Luang : Berkumpul dengan teman
7. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien seorang mahasiswi UMM Fakultas B. Inggris semester lima.
Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayah pasien meninggal sejak
setengah bulan yang lalu. Ibu pasien adalah Pegawai Negeri (Guru SMA).
Penghasilan orangtua pasien digunakan untuk membiayai kuliah pasien dan adik
3
dari pasien. Pasien memilki adik yang masih kelas 3 SMP dan tinggal bersama
orangtuanya di Kalimantan.
Hubungan pasien dengan ibunya dan adiknya cukup baik terbukti dengan
ibu pasien yang jauh dikalimantan masih dikabari tentang keadaan pasien disini.
Pasien tinggal dikos bersama teman-temannya. Hubungan pasien dengan teman-
temannya cukup baik terbukti dengan banyaknya teman pasien yang datang
menjenguk pasien, pasien sering mengikuti kegiatan di kampus.
8. Riwayat gizi:
Pasiena makan sehari-hari biasanya 3 kali sehari dengan nasi yang cukup
dengan sayur dan lauk pauk berupa tahu, tempe dan kadang-kadang dengan telur,
ayam atau daging. Pasien suka makan makanan yang pedas.
D. ANAMNESA SISTEM
Kulit : Gatal (-), kering (-)
Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), rambut tidak rontok,
luka kepala (-), benjolan (-).
Mata : Pandangan mata berkunang-kunang (-),
penglihatan kabur (-), ketajaman penglihatan
normal.
Hidung : Tersumbat (-) , Mimisan(-)
Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar
cairan (-)
Mulut : Sariawan(-), Mulut Kering (-)
Tenggorokan : Sakit menelan (-), Suara serak (-)
Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk (-)
Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), Nyeri dada (-)
Gastrointestinal : Mual (+), Kembung, Diare (-), nafsu makan
meningkat (-), nyeri perut di ulu hati (+), BAB
normal.
Genitourinaria : BAK normal, frekuensi meningkat (-)
4
Neurologik : Kejang (-), Lumpuh (-), Kesemutan pada kaki (-)
Psikiatri : Emosi stabil
Muskuloskeletal : Kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot
(-)
Ekstremitas :
- Atas kanan : Bengkak (-), Sakit (-), Luka (-)
- Atas Kiri : Bengkak (-), Sakit (-), Luka (-)
- Bawah kanan : Bengkak (-), Sakit( -), Luka bisul (-)
- Bawah Kiri : Bengkak (-), Sakit (-), Luka (-)
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak lemah, Composmentis , GCS 456
2. Vital Sign :
- BB : 45 Kg
- TB : 154 cm
- BMI : BB / TB2 = 18,97 (normoweight)
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 88 x/ menit
- RR : 20 x/ menit
- Suhu : 36,9 0C
3. Pemeriksaan:
- Kulit : Kulit sawo matang, pucat (-), mengelupas
(-) ,petechie(-).
- Kepala : Simetris, normocephal, rambut tidak rontok, Luka
pada kepala (-), benjolan/borok (-).
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
radang/konjungtivitis/uveitis (-/-), reflek cahaya
(+/+), katarak (-/-)
5
- Hidung : Nafas cuping hidung (-), simetris, saddle nose (-),
sekret (-), perforasi (-), epistaksis (-), deformitas
hidung (-)
- Telinga : Daun telinga simetris, membran tympani (intak),
nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran
berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal.
- Mulut : Simetris, mulut kering (-), sianosis (-), bibir pucat
(-), bibir kering (-), lidah kotor (+), papil lidah
atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-), gusi
berdarah (-).
- Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).
- Leher : JVP tidak meningkat, trakea di tengah,
pembesaran, kelenjar tiroid (-), pembesaran
kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
- Thorax : Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal
(-), retraksi subkostal (-), spider nevi (-), venectasi
(-), pembesaran kelenjar limfe (-)
o Cor :
I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis kuat angkat
P : batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral
LPSS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral
LMCS
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A : BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)
6
o Pulmo : I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kanan sama dengan kiri
P : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan
ronchi (-/-)
- Abdomen
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)
A : Peristaltik (+) normal
P : timpani seluruh lapang perut
P : supel, nyeri tekan (+),
- Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
P : NKCV (-)
- Ektremitas: palmar eritema (-/-)
akral dingin oedem
- - - -
- - - -
- Sistem genetalia: dalam batas normal
- Pemeriksaan Neurologik
Kesadaran : GCS 456
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
7
N NN NN
Fungsi motorik :
Kekuatan Tonus
RF RP
- Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri terkesan baik
Kesadaran : kualitatif tidak berubah ; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : Bentuk : realistik
Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
Arus : koheren
Insight : baik
4. Status lokalis
Abdomen :
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus 6x/menit,
Palpasi : dinding abdomen distensi, nyeri tekan pada epigastric,
hipocondriac sinistra dan dextra, Hepar Lien tidak teraba,
Rovsing sign (-), Psoas sign (-), Obturator sign (-)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap
No JenisHasil
PemeriksaanNilai Normal
1 Hemoglobim 14,2 g/dl (12-16)2 Leukosit 5.200 /mm3 (4-10 ribu)
8
5 55 5N
N NN NN
N NN NN
- -- -N
3 LED - mm/jam (2-20)4 Trombosit 192.000 /mm3 (150-400 ribu)5 PVC/Hematokrit 45,1 % (37-48)6 Eritrosit 5,01 /mm3 94,0-5,5 juta)7 Hitung Jenis :
EOS BAS ST SEG LYM MO
43-
443514
1-30-12-6
50-7020-402-8
8 SGOT SGPT
1311
< 40< 41
G. RESUME
Pasien Nn. E 20 tahun, mengalami Nyeri perut mendadak terjadi setelah
pasien makan sambal. Nyeri perut terutama timbul ketika malam hari terutama
ketika pasien hendak istirahat atau tidur. Nyeri terutama dirasakan pasien dibagian
ulu hati sehingga pasien merasa sulit tidur. Penderita juga mengeluh mual. Mual
dirasakan dipagi hari, Riwayat penyakit dahulu pernah Diare. Dari pemeriksaan
fisik pasien didapatkan keadaan umum tampak lemah, compos mentis, status gizi
kesan cukup. Tanda vital T: 120/80 mmHg, N: 88 x/ menit, S: 36,9 0C, RR : 20 x/
menit. Status lokalis abdomen nyeri tekan pada epigastric, hipocondriac sinistra
dan dextra. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan Monosit.
H. DIAGNOSE KERJA
Observasi akut abdomen supect. Gastritis akut
I. DIFERENSIAL DIAGNOSA
Gastritis akut
pankreatitis
J. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. IFVD: RA 1 30 tetes/menit
b. Injeksi: R/ Inj OMZ 3x1 gr/IV
c. Oral
Primadex F 2x1
9
Fudan 2x1
Narfoz 3x1
2. Non Medikamentosa
a. Edukasi
Edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai
Penyakit Observasi akut abdomen
Factor-faktor penyebab Observasi akut abdomen
Intervensi farmakologik dan non farmakologik
b. KIE untuk banyak istirahat dan tidur
c. Makan-makan yang bergizi dan tidak pedas
d. Mengurangi stress
K. PLANNING DIAGNOSA
Endoskopi
USG abdomen
L. FOLLOW UP
Tanggal 19 November 2012
S : Nyeri perut
O : KU tampak lemas, composmentis
Tanda Vital: TD : 120/70 mmHg RR : 22x/menit
N : 80 x/menit t : 36,7 0C
BB : 45 kg
Status Generalis : lidah kotor
Status lokalis : dalam batas normal
Status Neurologis : dalam batas normal
Status Mentalis : dalam batas normal
Hasil Lab : monosit terdapat peningkatan
Rontgen : tidak dievaluasi
A : Observasi akut abdomen supect. Gastritis akut
P : - RA 1 30 tetes/menit
- Injeksi OMZ 1x/hari
10
- Primadex F 2x1
- Fudan 2x1
- Narfoz 3x1
M. FOLLOW SHEET
No. Tanggal Vital Sign Status
Lokalis
Keluhan Rencana
1. 19-11-2012 T : 120/70
S : 36oC
N : 80x/m
Abd : nyeri
tekan (+),
Nyeri
perut
Terapi
medikamentosa
dilanjutkan
13. Diagnostik Holistik :
Nn. E. dengan usia 20 tahun adalah penderita Observasi akut abdomen
supect. Gastritis akut yang tinggal dalam nuclear family. Hubungan Nn.E dengan
keluarganya harmonis , Tn. S adalah mahasiswi UMM jurusan B. Inggris.
1. Diagnostik segi biologis : Observasi akut abdomen supect. Gastritis akut.
2. Diagnostik segi psikologis : Hubungan Nn. E dengan keluarga baik.
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pasien tinggal
dikos di kota malang bersama teman-temannya. Sedangkan keluar-
ganya tinggal di Kalimantan.
3. Diagnosis dari segi sosial : Keluarga pasien tidak mempunyai ke-
dudukan social tertentu dalam masyarakat, hanya sebagai anggota
masyarakat biasa. Pasien merupakan mahasiswi UMM jurusan B. Ing-
gris. Hubungan pasien dengan teman-teman sangat baik.
1. Aspek Personal
Keluhan utama : nyeri perut.
Harapan : ingin cepat sembuh
11
Kekhawatiran : penyakitnya bertambah parah, dan tidak sembuh-
sembuh
2. Aspek Klinis
Observasi akut abdomen supect. Gastritis akut
3. Aspek Resiko Internal
Perempuan, jarang olahraga,suka makanan yang pedes.
4. Aspek Resiko Ekternal
Hubungan dengan masyarakat baik. Aktif dalam berbagai kegiatan.
Hubungan keluarga di antara dalam satu rumah terjalin dengan baik.
5. Aspek Fungsional
Derajat fungsionalnya dengan score 5 karena pasien tidak mampu
melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit.
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Nn. E
12
Alamat Lengkap : Kalimantan tengah
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Daftar Anggota Keluarga
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien
Klinik
Ket.
1. Nn. E Anak P 20 thn SMA Pelajar Ya Observasi akut ab-
domen supect.
Gastritis akut
2. Ny. Y Ibu P 47 thn SMK - Tidak sehat
4. An.A Anak P 14 thn SMP - tidak sehat
B. FUNGSI HOLISTIK
• Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas pasien anak pertama (Nn. E 20 tahun), Ibu
pasien (Ny. Y 47 tahun), anak kedua (An. A 14 tahun). Pasien
adalah penderita akut abdomen suspect. Gastritis akut.
• Fungsi Psikologis
Ayah pasien setengah bulan lalu meninggal dunia sehingga pasien
agak stress tetapi hubungan keluarga di antara mereka terjalin
cukup baik, terbukti dengan adanya komunikasi antar anggota
keluarga, meskipun ibu pasien jauh tetapi pasien masih
menyempatkan diri untuk mengabari tentang kondisi pasien kepada
ibu.
• Fungsi Sosial
Hubungan dengan teman cukup baik, kadang-kadang pasien
menyempatkan berkumpul dengan teman-temannya. Hal itu
13
dibuktikan saat pasien di RSI, teman-temannya silih berganti
menunggu dan menemani pasien.
C. FUNGSI FISIOLOGIS
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga
yang lain. APGAR score meliputi:
1. Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari
anggota keluarga yang lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh
keluarga tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota keluarga.
5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan
dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
APGAR Terhadap Keluarga Nn. E
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya 1
14
menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi
masalah dengan saya
2
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
2
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
2
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu
bersama-sama
1
Skor 8
APGAR skor = Fungsi fisiologis keluarga baik
Keterangan :
Skoring :
Hampir selalu : 2 poin
Kadang – kadang : 1 poin
Hampir tak pernah : 0 poin
Total APGAR score keluarga Nn. E adalah = (8)
Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga Nn. E baik.
D. FUNGSI PATOLOGIS
15
Fungsi patologis dari keluarga Nn. E dinilai dengan menggunakan alat
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
SUMBER PATOLOGIS KET
SocialNn. E sering ikut berpartisipasi dalam kegiatan
dilingkungannya-
CulturDalam kesehariannya Nn. E menggunakan bahasa
Indonesia, sedangkan bahasa jawa masih dipelajari-
ReligiousNn. E dan keluarga rajin beribadah sholat 5 waktu serta
mengikuti kegiatan ibadah di lingkungannya-
Economic Menengah kebawah +
Educational
Tingkat pengetahuan pasien cukup baik, Nn. E
adalah mahasiswi dan tingkat pemahaman tentang
kesehatannya baik
-
Medical Jika sakit Nn. E pergi berobat ke dokter terdekat -
Kesimpulan : fungsi patologis pada keluarga ini terletak pada fungsi
Ekonomi
D. GENOGRAM :
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
keterangan
: Pasien : Laki-laki yang sudah meninggal
: laki-laki : Perempuan
E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA
16
Pola interaksi keluarga Nn. E
Keterangan:
: Hubungan Baik
: Hubungan tidak baik
BAB III
17
Nn. E
An.A
Ny. Y
IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU
KELUARGA
1. Faktor Perilaku Keluarga
a. Pengetahuan
Keluarga kurang memahami kesehatan penderita.
b. Sikap
Keluarga ini peduli terhadap kesehatan penderita
c. Tindakan
keluarga tidak membawa Nn. E ke pelayanan kesehatan terdekat
2. Faktor Non Perilaku
a. Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memenuhi standar
kesehatan. Kebersihan lingkungan terjaga dengan baik dengan
pencahayaan ruangan dan ventilasi rumah yang cukup memadai.
Untuk kebutuhan air sehari-hari diperoleh dari PDAM
b. Keturunan
tidak ada faktor keturunan.
c. Pelayanan Kesehatan
Keluarga Nn. E biasanya pergi kerumah sakit sebagai sarana untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
18
Keluarga Ny. T
Faktor Perilaku
Keluarga Nn. E Sikap: Pasien kurang
dapat menjaga kesehatannya dengan
baik
Pelayanan Kesehatan : Jika sakit Nn. E ke dokter praktek
Tindakan: Pasien segera memeriksakan dirinya
jika pasien sakit
Faktor Non Perilaku
Pemahaman: Keluarga cukup paham tentang
penyakit
Keturunan : Tidak ada penyakit sserupa dgn yg
diderita pasien
Lingkungan : tempat tinggal kurang memenuhi syarat
kesehatann
B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
Lingkungan Luar Rumah
Tinggal di perkampungan. Kosan pasien memiliki halaman yang sempit
dan banyak tanaman. Saluran pembuangan limbah sudah tersalur ke got.
Pembuangan sampah dirumah diangkut oleh petugas kebersihan.
Lingkungan Dalam Rumah
Ukuran kamar dikos pasien 3x4 m. Kamar tidur dikeramik. Satu kamar
dihuni oleh 1 orang. Kamar mandi pasien diluar kamar jadi satu dengan teman kos
lainnya. Sedangkan pencahayaan cukup serta ventilasi kurang.
Denah Tempat tinggal :
Keterangan :
19
1
2 2 2
2 2 2
3
4
56
- 1 halaman kos
- 2 kamar kos
- 3 kamar mandi
- 4 jemuran
- 5 ruang tengah
- 6 tempat parker motor
BAB IV
20
DAFTAR MASALAH
A. MASALAH MEDIS
Observasi akut abdomen supect. Gastritis akut
B. MASALAH NON MEDIS
Pasien kurang dapat menjaga kesehatannya dengan baik
Ekonomi pasien yang kurang dan keluarganya yang jauh
Pasien merasa kurang nyaman dalam beraktifitas karena penyakit
yang diderita.
Lingkungan tempat tinggal pasien yang kurang memenuhi syarat
kesehatan
C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
BAB V
21
Nn. E Akut abdomen suspect.
Gastritis akut
Ekonomi pasien yang kurang dan
Rumah sakit pasien dirawat yang
tidak terkaver oleh Askes
Lingkungan tempat tinggal
pasien yang kurang
memenuhi syarat kesehatan
Pasien kurang dapat
menjaga kesehatannya
dengan baik
Pasien merasa kurang nyaman
dalam beraktifitas karena
penyakit yang diderita.
TINJAUAN PUSTAKA
AKUT ABDOMEN
A. DEFINISI AKUT ABDOMEN
Akut abdomen adalah suatu kondisi abdomen yang terjadi secara
mendadak pada umumnya diikuti nyeri perut akibat dari radang, luka,
penyumbatan (obstruksi), kerusakan organ (ruptur), sehingga memerlukan
tindakan bedah darurat (Cakmoki, 2007). Siegenthaller (2007) mendefinisikan
bahwa akut abdomen adalah suatu keadaan nyeri perut hebat yang terjadi dalam
hitungan jam dan tidak diketahui diketahui penyebabnya, dimana dianggap
sebagai keadaan darurat bedah karena tanda dan gejala klinisnya
B. ETIOLOGI AKUT ABDOMEN
Banyak kondisi yang dapat menimbulkan akut abdomen, apapun
penyebabnya gejala utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah
abdomen. Secara garis besar, akut abdomen dapat disebabkan oleh infeksi atau
inflamasi, oklusi obstruksi, dan perdarahan. Keadaan infeksi atau peradangaan
misalnya pada kasus apendisitis, kolesistitis, atau penyakit Crohn. Keadaan oklusi
obstruksi misalnya pada kasus hernia inkaserata atau volvulus. Sedangkan
keadaan perdarahan misalnya pada kasus trauma organ abdominal, kehamilan
ektopik terganggu, atau rupture tumor (Sinha, 2010).
Menurut survei World Gastroenterology Organization, diagnosis akhir
pasien dengan nyeri akut abdomen adalah apendisitis (28%), kolesistitis (10%),
obstruksi usus halus (4%), keadaan akut ginekologi (4%), pancreatitis akut (3%),
colic renal (3%), perforasi ulkus peptic (2,5%) atau diverticulitis akut (1,5%)
(Scaglione, 2012).
C. ANATOMI ABDOMEN
Bagian abdomen sering dibagi menjadi 9 regio maupun 4 kuadran.
22
Pembagian berdasarkan 9 regio:
a) Regio hipokondriak kanan
b) Regio epigastrika
c) Regio hipokondriak kiri
d) Regio lumbal kanan
e) Regio umbilicus
f) Regio lumbal kiri
g) Regio iliaka kanan
h) Regio hipogastrika
i) Regio iliaka kiri
Pembagian berdasarkan 4 kuadran:
a) Kuadran kanan atas
b) Kuadran kiri atas
c) Kuadran kanan bawah
d) Kuadran kiri bawah
D. PATOFISIOLOGI
1. Nyeri viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur
dalam rongga perut, misalnya cedera atau radang. Peritoneum viserale yang
menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka
terhadap perabaan, atau pemotongan. Dengan demikian sayatan atau penjahitan
pada usus dapat dilakukan tanpa rasa nyeri pada pasien. Akan tetapi bila
23
dilakukan penarikan atau peregangan organ atau terjadi kontraksi yang berlebihan
pada otot sehingga menimbulkan iskemik, misalnya pada kolik atau radang pada
appendisitis maka akan timbul nyeri. Pasien yang mengalami nyeri viseral
biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia
menggunakan seluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang nyeri.
Nyeri viseral kadang disebut juga nyeri sentral (Sjamsuhidajat et all,2004).
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan
embrional organ yang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu lambung,
duodenum, sistem hepatobilier dan pankreas yang menyebabkan nyeri di ulu hati
atau epigastrium. Bagian saluran cerna yang berasal dari midgut yaitu usus halus
usus besar sampai pertengahan kolon transversum yang menyebabkan nyeri di
sekitar umbilikus. Bagian saluran cerna yang lainnya adalah hindgut yaitu
pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon sigmoid yang menimbulkan
nyeri pada bagian perut bawah. Jika tidak disertai dengan rangsangan peritoneum
nyeri tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif
bergerak(Sjamsuhidajat , dkk., 2004).
2. Nyeri somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi
saraf tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding
perut. Nyeri dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk
dengan tepat dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri dapat
berupa tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang (Sjamsuhidajat dkk., 2004).
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang
peritoneum dan dapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun gesekan
antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan
inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada appendisitis akut. Setiap gerakan
penderita, baik gerakan tubuh maupun gerakan nafas yang dalam atau batuk, juga
akan menambah intensitas nyeri sehingga penderita pada akut abdomen berusaha
untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk (Sjamsuhidajat, dkk.,
2004).
3. Nyeri alih
24
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu
daerah. Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah
pada masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau
peradangan akan dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri
dirasakan pada daerah ujung belikat. Abses dibawah diafragma atau rangsangan
karena radang atau trauma pada permukaan limpa atau hati juga dapat
menyebabkan nyeri di bahu. Kolik ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya
dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labia mayora pada wanita atau testis
pada pria (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
4. Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf
sensoris akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri
phantom setelah amputasi, atau nyeri perifer setempat akibat herpes zooster.
Radang saraf pada herpes zooster dapat menyebabkan nyeri yang hebat di dinding
perut sebelum gejala tau tanda herpes menjadi jelas (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
5. Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada
peradangan pada rongga di bawahnya. Pada akut abdomen, tanda ini sering
ditemukan pada peritonitis setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum
parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum sehingga
penderita dapat menunjuk dengan tepat lokasi nyerinya, dan pada tempat itu
terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk serta tanpa rangsangan peritoneum
lain dan defans muskuler yang sering disertai hipersetesi kulit setempat. Nyeri
yang timbul pada pasien akut abdomen dapat berupa nyeri kontinyu atau nyeri
kolik (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
6. Nyeri kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus
menerus karena berlangsung terus menerus, misalnya pada reaksi radang. Pada
saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot
dinding perut menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi
bagian yang meraadang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat
(Sjamsuhidaja, dkk., 2004).
25
7. Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga
dan biasanya diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi
usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini
timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena
kontraksi berbeda maka kolik dirasakan hilang timbul (Sjamsuhidajat, dkk.,
2004).
Kolik biasanya disertai dengan gejala mual sampai muntah. Dalam
serangan, penderita sangat gelisah. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri dari
serangan nyeri perut yang hilang timbul mual atau muntah dan gerak paksa.
8. Nyeri iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap,
dan tidak mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam
nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia,
keadaan umum yang jelek dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
E. PENEGAKAN DIAGOSIS AKUT ABDOMEN
1. Anamnesis
Dalam anamnesis penderita akut abdomen, perlu ditanyakan dahulu
permulaan nyerinya, letaknya, keparahannya dan, perubahannya, lamanya dan
faktor yang mempengaruhinya. Adakah riwayat keluhan serupa.
Muntah sering didapatkan pada pasien akut abdomen. Pada obstruksi usus
tinggi, muntah tidak akan berhenti dan bertambah berat. Konstipasi didapatkan
pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum. Nyeri tekan didapatkan
pada iritasi peritoneum. Jika ada radang peritoneum setempat ditemukan tanda
rangsang peritoneum yang sering disertai defans muskuler. Pertanyaan mengenai
defekasi, miksi daur haid, dan gejala lain seperti keadaan sebelum serangan akut
abdomen harus dimasukkan dalam anamnesis (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Letak nyeri perut
Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya sama dengan asal
organ tersebut pada masa embrional, sedangkan letak nyeri somatic biasanya
dekat dengan organ sumber nyeri sehingga relatif mudah menentukan
penyebabnya. Nyeri pada anak presekolah sulit ditentukan letaknya karena
26
mereka selalu menunjuk daerah sekitar pusat bila ditanya tentang nyerinya. Anak
yang lebih besar baru dapat menentukan letak nyeri (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Sifat nyeri
Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan
nyeri yang diproyeksikan. Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri dapat
membantu menegakkan diagnosis. Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke
arah belikat, nyeri pankreatitis dirasakan menembus ke bagian pinggang. Nyeri
pada bahu kemungkinan terdapat rangsangan pada diafragma (Sjamsuhidajat,
dkk., 2004).
Permulaan nyeri dan intensitas nyeri
Bagaimana bermulanya nyeri pada akut abdomen dapat menggambarkan
sumber nyeri. Nyeri dapat tiba-tiba hebat atau secara cepat berubah menjadi hebat,
tetapi dapat pula bertahap menjadi semakin nyeri. Misalnya pada perforasi organ
berongga, rangsangan peritoneum akibat zat kimia akan dirasakan lebih cepat
dibandingkan proses inflamasi. Demikian juga intensitas nyerinya. Sesorang yang
sehat dapat pula tiba-tiba langsung merasakan nyeri perut hebat yang disebabkan
oleh adanya sumbatan, perforasi atau pluntiran. Nyeri yang bertahap biasanya
disebabkan oleh proses radang, misalnya pada kolesistitis atau pankreatitis.
Posisi pasien
Posisi pasien dalam mengurangi nyeri dapat menjadi petunjuk. Pada
pankreatitis akut pasien akan berbaring ke sebelah kiri dengan fleksi pada tulang
belakang, panggul dan lutut. Kadang penderita akan duduk bungkuk dengan fleksi
sendi panggul dan lutut. Pasien dengan abses hati biasanya berjalan sedikit
membungkuk dengan menekan daerah perut bagian atas seakan-akan
menggendong absesnya. Appendisitis akut yang letaknya retrosaekum mendorong
penderitanya untuk berbaring dengan fleksi pada sendi panggul sehingga
melemaskan otot psoas yang teriritasi. Akut abdomen yang menyebabkan
diafragma teritasi akan menyebabkan pasien lebih nyaman pada posisi setengah
duduk yang memudahkan bernafas. Penderita pada peritonitis lokal maupun
umum tidak dapat bergerak karena nyeri, sedangkan pasien dengan kolik terpaksa
bergerak karena nyerinya (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
2. Pemeriksaan fisik
27
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut
nadi, pernafasan, suhu badan dan sikap berbaring. Gejala dan tanda dehidrasi,
perdarahan, syok dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.
Inspeksi
Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak
rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalik usus (Darm-
steifung). Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen. Keadaan nutrisi
penderita. Cullen’s sign (daerah kebiruan pada periumbilical) dan grey turner’s
sign (daerah kebiruan pada bagian flank) merupakan tanda pancreatitis.
28
Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen, memar, luka, prolaps
omentum atau usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar
ditemukan tanda-tanda khusus, maka harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh
dokter yang sama untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya perubahan pada
pemeriksaan fisik. Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya
letak rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus
(Darm-steifung).
Palpasi
Palpasi akan menunjukkan 2 gejala yaitu nyeri dan muscular rigidity/
defense musculaire. Nyeri yang memang sudah dan akan bertambah saat palpasi
sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peritonitis lokal akan
timbul rasa nyeri di daerah peradangan dan daerah penekanan dinding abdomen.
defense musculaire/ muscular rigidity ditimbulkan karena rasa nyeri peritonitis
diffusa dan rangsangan palpasi bertambah sehingga terjadi defense musculaire.
Kebanyakan kasus nyeri epigastrik atau nyeri perut atas akan didapatkan
nyeri tekan. Ada beberapa teknik palpasi khusus murphy sign (palpasi dalam di
perut bagian kanan atas menyebabkan nyeri hebat dan berhentinya nafas sesaat)
untuk cholecystitis, rovsing sign (nyeri di perut kanan bawah saat palpasi di
daerah kiri bawah/samping kiri) pada appendicitis. Nyeri lepas di perut kanan
bawah pada appendicitis dan nyeri lepas di hamper seluruh bagian perut pada
29
kasus peritonitis. Palpasi pada kasus akut abdomen memberikan rangsangan
peritoneum melalui peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum
tergantung dari luasnya daerah yang terkena iritasi.
Hepatomegali menandakan hepatitis dan abses hepar jika hebar teraba
lunak, atau ca liver jika teraba keras dan berbenjol-benjol. Benjolan di daerah
epigastrik dapat berupa kanker lambung atau pancreas.
Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal yaitu perasaan nyeri
oleh ketokan jari yang disebut sebagai nyeri ketok dan bunyi timpani karena
meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas karena ileus obstruksi
letak rendah. Pekak hati yang menghilang merupakan tanda khas terjadinya
perforasi (tanda pneumoperitoneum, udara menutupi pekak hati).
Auskultasi
Auskultasi dapat memberikan informasi yang berguna tentang saluran
pencernaan dan sistem vaskular. Suara usus biasanya dievaluasi kuantitas dan
kualitasnya.
Data ini kemudian dapat dibandingkan dengan temuan selama palpasi dan
dievaluasi untuk konsistensi. Meskipun beberapa pasien sengaja mencoba untuk
menipu dokter mereka, beberapa mungkin melebih-lebihkan keluhan rasa sakit
mereka sehingga tidak dapat diabaikan atau dianggap enteng.
Cruveilhier-Baumgarten sign, adanya murmur pada auskultasi caput
medusa pasien dengan hipertensi portal, akibat rekanalisasi dari vena umbilical
dengan aliran balik dari vena porta.
Rectal Toucher
Pemeriksaan rectal toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga
merupakan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma rektum atau
keadaan ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba tumor.
Colok dubur dapat membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis
usus karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada
obstruksi usus ampulanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah informasi
kemungkinan kelainan di organ ginekologis (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
3. Pemeriksaan Penunjang
30
1. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk memantau kemungkinan terjadinya
perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi
menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak terutama pada kemungkinan
rupture lienalis.
Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma
pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pada hepar.
2) Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.
Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.
2. Pemeriksaan radiologi
1) Foto thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak untuk
menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma pada thoraks.
Harus juga diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma atau
adanya gambaran usus dalam rongga thoraks pada hernia diafragmatika.
2) Plain abdomen foto tegak
Akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperitoneal dekat duodenum, corpus alienum, perubahan gambaran usus.
3) IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
4) Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan
Berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum
dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
31
Pencitraan yang di rekomendasi menurut lokasi nyeri akut abdomen (Cartwright,
2008).
3. Pemeriksaan khusus
1) Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000
eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah
dimasukkan 100--200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi
untuk laparotomi.
2) Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
3) Rektosigmoidoskopi
Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rektosigmoidoskopi.
4) NGT
Pemasangan nasogastric tube (NGT) untuk memeriksa cairan yang keluar
dari lambung pada trauma abdomen.
Dari data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan tambahan dan pemeriksaan khusus dapat diadakan analisis data
untuk memperoleh diagnosis kerja dan masalahmasalah sampingan yang perlu
diperhatikan. Dengan demikian dapat ditentukan tujuan pengobatan bagi penderita
dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengobatan.
4. Diagnosis Banding
Kadang sukar membedakan kelainan akut di perut yang disertai nyeri perut
dengan kelainan akut di toraks yang menyebabkan nyeri perut. Umumnya pada
32
anamnesis nyata bahwa penyakit organ toraks tidak didahului atau disertai dengan
mual atau muntah. Kelainan perut umumnya tidak mulai dengan panas tinggi atau
menggigil (kecuali pada apendisitis dan tifus abdominalis), sedangkan panas
tinggi yang disertai menggigil lazim ditemukan sebagai tanda awal kelainan akut
toraks seperti pleuritis. Pada pemeriksaan perut pun tidak ditemukan tanda
rangsangan peritoneum.
Nyeri perut juga dapat disebabkan oleh kelainan organ kelamin dan
saluran kemih. Radang akut (pielitis) atau pionefros serta kolik ureter (batu atau
gumpalan darah) mungkin menyebabkan tanda yang mirip akut abdomen.
Perkiraan penyebab berdasarkan fakta bahwa patologi struktur yang
mendasari di setiap regio cenderung memberikan nyeri perut maksimal di regio
tersebut.
GASRITIS
A. DEFINISI GASRITIS
33
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet
yang tidak benar, atau makanan yang berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner and Suddarth, 2001). Sedangkan
menurut Mansjoer tahun 2001, gastritis akut adalah lesi mukosa akut berupa erosi
atau perdarahan akibat faktorfaktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut
mukosa lambung.
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut. (Suyono Slamet, 2001). Gastritis adalah episode berulang nyeri
epigastrium, gejala sementara atau cepat hilang, dapat berhubungan dengan diet,
memiliki respon yang baik dengan antasid atau supresi asam. (Grace, Pierce
A,dkk, 2006).
B. Klasifikasi Gasritis
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis
akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala
yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan
gastritis kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun, yang disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan
Helicobacter pylori. (Mansjoer, 2001)
C. Etiologi Gasritis
Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
a. Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi
nonsteroid dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambug.
b. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung
dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung
walaupun pada kondisi normal.
c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar
d. Stress
34
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada lambung.
2. Gastritis Kronik
Pada gastritis kronik penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan
Helicobacter pylori, apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.
D. Patogenesis Gasritis
Menurut Priyanto, 2008 proses terjadinya gastritis yaitu awalanya karena
obatobatan, alkohol, empedu atau enzim-enzim pankreas dapat merusak mukosa
lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan
memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal
ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan
penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-
gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat
terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat
korosif dapat mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung
(gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung
dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.
E. Manifestasi Klinis Gasritis
Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah :
a. Gastritis akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada
mukosa lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering
muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehinggs
terjadi peningkatan asam lambung yang mengakibatkan mual hingga
muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan
melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
b. Gastritis kronis
35
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan
fisik tidak ditemukan kelainan.
F. Penatalaksanaan Gasritis
1. Gastritis Akut
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaan medis pada pasien
gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol
dan makanan samapi gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut,
diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan
secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa
dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila
gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan
terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir
asam digunakan antacid umum. Dan bila korosi luas atau berat dihindari karena
bahaya perforasi.
Sedangkan menurut Sjamsuhidajat, 2004 penatalaksanaannya jika terjadi
perdarahan, tindakan pertama adalah tindakan konservatif berupa pembilasan air
es disertai pemberian antacid dan antagonis reseptor H2. Pemberian obat yang
berlanjut memerlukan tindakan bedah.
2. Gastritis Kronik
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaan medis pada pasien
gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat,
mengurangi stress dan memuli farmakoterapi. Helicobacter pylori dapat diatasi
dengan antibiotic dan bismuth.
Sedangkan menurut Mansjoer, 2001 penatalaksanaan yang dilakukan
pertama kali adalah jika tidak dapat dilakukan endoskopi caranya yaitu dengan
mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan
pengobatan empiris berupa antacid. Tetapi jika endoskopi dapat dilakukan berikan
terapi eradikasi.
G. Komplikasi Gasritis
36
Menurut Mansjoer, 2001 komplikasi yang terjadi dari gastritis adalah :
a. Gastritis Akut
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang berupa hematemesis dan
melena. Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan syok hemoragik yang bisa mengakibatkan kematian.
2) Terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat. Ulkus ini diperlihatkan hamper
sama dengan perdarahan saluran cerna bagian atas. Namun pada tukak
peptic penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter pylori, sebesar
100% pada tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Hal ini
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi.
b. Gastritis Kronis
1) Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terhadap
vitamin.
2) Anemia Pernisiosa yang mempunyai antibody terhadap faktor intrinsic
dalam serum atau cairan gasternya akibat gangguan penyerapan terhadap
vitamin B12.
3) Gangguan penyerapan zat besi.
BAB VI
37
PENUTUP
A. KESIMPULAN HOLISTIK
Diagnosis Holistik:
Nn. E 20 tahun datang dengan mengeluh nyeri perut terutama dibagian ulu hati.
Nn. E tinggal dalam bentuk keluarga nuclear family. Hubungan Nn. E dengan
keluarganya harmonis. Nn. E adalah anggota masyarakat biasa dalam kehidupan
kemasyarakatan.
1. Diagnosis dari segi biologis:
Observasi akut abdomen supect. Gastritis akut
2. Diagnosis dari segi psikologis:
Hubungan Nn. E dengan keluarganya harmonis.
3. Diagnosis dari segi social:
Hubungan Nn. E dengan anggota masyarakat yang lain (teman-teman)
baik. Aktif dalam mengikuti kegiatan dikampusnya.
DAFTAR PUSTAKA
38
Hirlan, 2006, Gastritis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Suyono, S. (ed),
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Lindes, G., 2006. Gangguan Lambung dan Duodenum, dalam Patofisiologi.
Jakarta: EGC
McGuigan, J., 2000. Ulkus Peptikum dan Gastritis, dalam Prinsip-Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. Jakata: EGC
Tierney, L., dkk.2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Salemba Medika
39