Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MODAL SOSIAL DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA: Studi Kasus BUMDes Amarta Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Ekonomi
Oleh:
Andreas Suranto NIM: 162314010
PROGRAM STUDI EKONOMI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
MODAL SOSIAL DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA: Studi Kasus BUMDes Amarta Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Ekonomi
Oleh:
Andreas Suranto NIM: 162314010
PROGRAM STUDI EKONOMI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRTPST
IvTOBAL SOSTAL DAN PENCELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA:$tudi Kasus *UMDes Amarta Desa Pa*dorroharj*"Kssnatan Slmnaq Habrptm Stmrarq Y*p'61srx*
#E*Ee*
,&*dr*a$ l*gtrenfsNle{ : }*13}4*1*
'f*E*fu Eli=*fee*ac* x*xfu :
ff*ctcE:*sx*E:ie:s.
KFE*r**:r€seass Strgc * F{xt*i*e*${r= * "8, - h{,Sc " Ta*gg"*E: i &'€*s** 3#3*
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
King of kings, thank you for life.
For happiness, for tears, for laughter
Also when is’s hard at times even the Lord.
You are never far away. − King of Kings.
Kamu tak perlu menang setiap saat.
Meski kamu terjatuh dan dikalahkan selama hatimu dan keinginanmu
terhubung dengan yang lain, itu sudah cukup.
Kalau begitu, kamu masih bisa berdiri. – Sword Art Online II
Skipsi ini dipersembahkan untuk:
Keluarga Kudus Nazaret,
Bapakku Ngatemin dan Ibuku Martha Parni,
Mbakku Sri Rejeki, Masku Martinus Tubari dan Adikku Antonia Anita Septiani,
Seluruh Keluargaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI EKONOMI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: MODAL SOSIAL DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA:
Studi Kasus BUMDes Amarta Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 24 April 2020 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak
sengaja, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 29 Mei 2020 Yang membuat pernyataan,
Andreas Suranto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Andreas Suranto NIM : 162314010 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: MODAL SOSIAL DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA:
Studi Kasus BUMDes Amarta Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
beserta perangkat yang diberikan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 29 Mei 2020 Yang membuat pernyataan, Andreas Suranto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Baik atas berkat dan kasih-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada: 1. Keluarga Kudus Nazaret atas berkat dan kasih yang melimpah. 2. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.
3. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., MBA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
4. Drs. Laurentius Bambang Harnoto, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
5. Robertus In Nugroho Budisantoso, S.J., M.Hum., M.P.P. selaku DPA Mahasiswa Angkatan 2016 yang telah mendampingi dan membimbing selama 4 tahun belajar di Program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
6. Florentinus Nugro Hardianto, S.E., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu selama belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
8. Lembaga Kesejahteraan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan beasiswa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
9. Orang tua, saudara dan keluarga besar yang selalu mendukung secara langsung maupun melalui doa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.
10. Ko Johanes Dicky dan keluarga yang telah mendukung penulis dalam perkuliahan dan menyelesaikan skripsi.
11. Romo Andreas Setyo Budi Sambodo, Pr. yang memberikan dukungan finansial dan doa kepada penulis selama kuliah.
12. Yayasan JRS Indonesia yang memberikan dukungan tempat tinggal dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.
13. Teman-teman di JRS Indonesia dan TIM JRS Malam yang selalu mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
14. Pusat Studi Lingkungan Universitas Sanata Dharma yang memberikan dukungan tempat tinggal kepada penulis selama kuliah.
15. Pihak BUMDes Amarta Desa Pandowoharjo Sleman yang telah mengijinkan penulis memperoleh data untuk penelitian skripsi.
16. Kawan-kawanku: Stacia Priyono, Mario Harvey CH, Bondan Suto Pambayun, Cristoper Hastian, dan Virgen Wuwungan yang memberi semangat dan dukungan bagi penulis.
17. Sahabatku Taufiq Ridwan Amri yang selalu menemani penulis untuk melepaskan penat dan uneg-uneg.
18. Teman-teman Angkatan 2016 Program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang mewarnai dinamika penulis selama berkuliah.
19. Serta seluruh pihak yang telah membantu dalam mempelancar penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebut satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 29 Mei 2020
Andreas Suranto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ................. v HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........... vi HALAMAN KATA PENGANTAR ..................................................................... vii HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................................... ix HALAMAN DAFTAR TABEL ............................................................................ xi HALAMAN DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xii HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xiii ABSTRAK ...................................................................................................... xiv ABSTRACT ........................................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5 C. Batasan Masalah .............................................................................. 6 D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6 E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7 F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 8
BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................. 10 A. Tinjauan Teori ............................................................................... 10
1. Modal Sosial .............................................................................. 10 2. Komponen-komponen Modal Sosial ......................................... 12 3. Aspek Modal Sosial ................................................................... 15 4. Wujud Modal Sosial .................................................................. 15 5. Badan Usaha Milik Desa ........................................................... 17 6. Kinerja Organisasi ..................................................................... 19 7. Determinan Modal Sosial di BUMDes ...................................... 22 8. Pengaruh Modal Sosial terhadap Kinerja BUMDes .................. 23
B. Tinjauan Studi Empiris .................................................................. 24 C. Model Teoretis/Konseptual ........................................................... 27
1. Model Deskriptif Modal Sosial .................................................. 27 2. Model Kausalitas Modal Sosial dan Kinerja BUMDes ............. 28
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 30 A. Objek Penelitian ............................................................................ 30 B. Subjek Penelitian ........................................................................... 30 C. Metode dan Desain Penelitian ....................................................... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 32 E. Variabel Penelitian ........................................................................ 34 F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 34
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN .................................. 38 A. Gambaran Umum BUMDes Amarta ............................................. 38
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 42 A. Keberadaan Modal Sosial .............................................................. 42
1. Modal Sosial dalam Pengelolaan BUMDes Amarta .................. 42 2. Jaringan Sosial dalam Pengelolaan BUMDes Amarta .............. 44 3. Norma dalam Pengelolaan BUMDes Amarta ............................ 47 4. Kepercayaan dalam Pengelolaan BUMDes Amarta ................. 49 5. Wujud Modal Sosial dalam Pengelolaan BUMDes Amarta ...... 51 6. Modal Sosial Mengikat atau Bonding Social Capital
dalam Pengelolaan BUMDes Amarta ........................................ 52 7. Modal Sosial Menjembatani atau Bridging Social Capital
dalam Pengelolaan BUMDes Amarta ........................................ 55 8. Modal Sosial Menghubungkan atau Linking Social Capital
dalam Pengelolaan BUMDes Amarta ........................................ 58 B. Hubungan Modal Sosial dan Kinerja Organisasi .......................... 61
1. Fungsi Modal Sosial dalam Pengelolaan BUMDes Amarta ...... 61 2. Efektivitas Fungsi Modal Sosial dalam Pengelolaan
BUMDes Amarta ....................................................................... 62 3. Kinerja BUMDes Amarta .......................................................... 63
C. Pokok-pokok Temuan Penelitian .................................................. 70 BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 73
A. Kesimpulan .................................................................................... 73 B. Saran .............................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 79 LAMPIRAN ........................................................................................................ 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................................. 25 Tabel 2. Struktur Organisasi BUMDes Amarta Tahun 2016 – 2019 ................ 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Model Deskriptif Modal Sosial ..................................................... 28 Gambar 2. Model Kausalitas Modal Sosial dan Kinerja BUMDes ................ 29 Gambar 3. Model Empiris Komponen Modal Sosial dalam Pengelolaan
BUMDes Amarta ........................................................................... 43 Gambar 4. Model Empiris Komponen Jaringan dalam Pengelolaan
BUMDes Amarta ............................................................................ 45 Gambar 5. Model Empiris Komponen Norma dalam Pengelolaan
BUMDes Amarta ............................................................................ 47 Gambar 6. Model Empiris Komponen Kepercayaan dalam Pengelolaan
BUMDes Amarta ............................................................................ 50 Gambar 7. Model Empiris Komponen Wujud Modal Sosial dalam
Pengelolaan BUMDes Amarta ....................................................... 51 Gambar 8. Model Empiris Bonding SC dalam Pengelolaan BUMDes
Amarta ............................................................................................ 53 Gambar 9. Model Empiris Bridging SC dalam Pengelolaan BUMDes
Amarta ............................................................................................ 56 Gambar 10. Model Empiris Linking SC dalam Pengelolaan BUMDes
Amarta ............................................................................................ 59 Gambar 11. Model Empiris Fungsi Modal Sosial dalam Pengelolaan
BUMDes Amarta ............................................................................ 61 Gambar 12. Model Empiris Efektivitas Fungsi Modal Sosial dalam
Pengelolaan BUMDes Amarta ....................................................... 63 Gambar 13. Model Empiris Kinerja BUMDes Amarta ...................................... 63 Gambar 14. Model Empiris Aspek Produktivitas Kinerja BUMDes
Amarta ............................................................................................ 64 Gambar 15. Model Empiris Aspek Kualitas Layanan Kinerja BUMDes
Amarta ............................................................................................ 65 Gambar 16. Model Empiris Aspek Responsivitas Kinerja BUMDes
Amarta ............................................................................................ 66 Gambar 17. Model Empiris Aspek Responsibilitas Kinerja BUMDes
Amarta ............................................................................................ 67 Gambar 18. Model Empiris Aspek Akuntabilitas Kinerja BUMDes
Amarta ............................................................................................ 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Format Wawancara Penelitian ........................................................ 87 Lampiran 2. Daftar Nama Narasumber BUMDes Amarta .................................. 90 Lampiran 3. Transkrip Wawancara Narasumber 1 ............................................. 91 Lampiran 4. Transkrip Wawancara Narasumber 2 ........................................... 104 Lampiran 5. Transkrip Wawancara Narasumber 3 ........................................... 113 Lampiran 6. Kategorisasi Data Wawancara Narasumber 1 .............................. 124 Lampiran 7. Kategorisasi Data Wawancara Narasumber 2 .............................. 135 Lampiran 8. Kategorisasi Data Wawancara Narasumber 3 .............................. 146 Lampiran 9. Kategorisasi Modal Sosial ............................................................ 157 Lampiran 10. Kategorisasi Fungsi Modal Sosial ................................................ 160 Lampiran 11. Kategorisasi Efektivitas Fungsi Modal Sosial .............................. 161 Lampiran 12. Kategorisasi Kinerja BUMDes ..................................................... 162 Lampiran 13. Kategorisasi Wujud Modal Sosial ................................................ 165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
MODAL SOSIAL DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA: Studi Kasus BUMDes Amarta Desa Pandowoharjo,
Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
ABSTRAK
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan hasil musyawarah antara masyarakat desa dan pemerintah desa dalam memaksimalkan perekonomian di desa. Perkembangan BUMDes dipengaruhi oleh modal sosial yang ada di desa. Modal sosial tersebut berdampak pada kegiatan ekonomi dan sosial di BUMDes. Maka dari itu, modal sosial mempunyai pengaruh yang penting dalam meningkatkan kinerja BUMDes. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi keberadaan modal sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta; (2) mengeksplorasi fungsi modal sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta; (3) mengidentifikasi gambaran efektivitas fungsi modal sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta; (4) mengetahui gambaran kinerja BUMDes Amarta.
Dalam analisisnya digunakan metode deskriptif kualitatif untuk mengetahui hubungan modal sosial dan kinerja BUMDes. Sumber data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan subjek penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara, dokumentasi dan kepustakaan. Analisis data dilakukan dalam beberapa tahap dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil analisis data wawancara bahwa modal sosial teridentifikasi dalam pengelolaan BUMDes Amarta. Modal sosial memiliki fungsi dalam pengelolaan BUMDes Amarta. Modal sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta mendorong pada efektivitas modal sosial. Efektivitas modal sosial berpengaruh pada sumber daya manusia di BUMDes. Dampak lain efektivitas modal sosial mempengaruhi kinerja BUMDes menjadi semakin baik.
Kata Kunci: modal sosial, efektivitas modal sosial, badan usaha milik desa, kinerja BUMDes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
SOCIAL CAPITAL AND MANAGEMENT OF VILLAGE-OWNED ENTERPRISES: A Case Study at BUMDes Amarta Pandowoharjo Village,
Sleman District, Sleman Regency, Yogyakarta
ABSTRACT
Village-owned enterprises (Badan Usaha Milik Desa, BUMDes) originate from discussions between village citizens and their government on how to maximize their rural economies. The development of BUMDes is influenced by the presence of social capital in their village. Social capitals affect economic and social activities in BUMDes. Therefore, social capitals have an important influence in improving the performance of BUMDes. This research aimed to: (1) identify the existence of social capital in the management of BUMDes Amarta; (2) explore the function of social capital in the management of BUMDes Amarta; (3) identify an overview of the effectiveness of the function of social capital in the management of BUMDes Amarta, and; (4) find out the performance description of BUMDes Amarta.
The analysis applied qualitative descriptive methods to determine the relationship between social capital and BUMDes’ performance. Data sources were obtained through in-depth interviews with research subjects. Data collection techniques included interviews, documentation, and literature. Data analysis was carried out in several stages with data collection, data reduction, data presentation and conclusion.
Based on the analysis of interview data, social capital is identified in the management of BUMDes Amarta. Social capital has a function in the management of BUMDes Amarta. Social capitals in the management of BUMDes Amarta promote the effectiveness of social capital. The effectiveness of social capital affects human resources in BUMDes, as well as the performance of BUMDes.
Keyword: social capital, the effectiveness of social capital, village-owned enterprises, BUMDes performance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang Masalah
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan organisasi/lembaga
publik yang melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan ekonomi yang
dimiliki oleh pemerintahan desa. BUMDes dibentuk atas persetujuan bersama
masyarakat desa dan pemerintah desa secara formal dalam rangka pencapaian
tujuan tertentu (Siagian, 2008). BUMDes dibentuk untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Desa (PADes), berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan
warga masyarakat (Santi & Wulandari, 2018), pengentasan kemiskinan dan
pengentasan pengangguran di desa (Suastika, 2017). BUMDes dapat berperan
dalam pengembangan kelembagaan dan pengelolaan usaha masyarakat
(Hastuti & Chilmy, 2017) dan akhirnya dapat membawa perubahan pada
bidang ekonomi dan sosial di desa (Anggraeni, 2016). BUMDes sebagai
organisasi/lembaga publik dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Petugas
dan karyawan BUMDes adalah penduduk desa (Hardijono, 2014). BUMDes
membantu dalam pegembangan usaha baru di desa, dengan demikian
dibutuhkannya tenaga kerja baru (Mampanini, 2016).
1 Materi dalam bagian ini telah dibuat menjadi makalah dan dipresentasikan di Manajement Dynamic Conference 5th (MADIC 5) dalam Seminar Nasional dan Call for Papers Universitas Stikubank Semarang dengan judul “Model Konseptual Hubungan Modal Sosial dan Kinerja BUMDes” pada tanggal 3 September 2019. Diakses 19 November 2019 dari https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/madic/article/view/7550/2520
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
BUMDes dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
mulai berlaku sejak sekitar tahun 2004 hingga kini. BUMDes dilindungi oleh
Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan
Pemerintah No. 72 tahun 2005 tentang Desa. Dalam Undang-undang No. 32
tahun 2004, pembentukan BUMDes didasarkan atas kebutuhan dan potensi
yang dimiliki desa dan mendorong peningkatan Pendapatan Asli Desa
(PADes). Tindak lanjut dari pelaksanaan pendirian BUMDes dijelaskan dalam
PP No. 72 tahun 2005. Namun secara teknis, BUMDes yang ada mengacu
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 39 tahun 2010
tentang Badan Usaha Milik Desa terkait usaha desa yang dibentuk oleh
pemerintah desa dengan modal kepemilikannya dan pengelolaannya dilakukan
oleh pemerintah desa dan masyarakat. Undang-undang No. 6 tahun 2014
tentang Desa menyebutkan BUMDes dapat menjalankan usaha diberbagai
bidang ekonomi dan atau pelayanan umum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Keberadaan dan tata kelola BUMDes juga didukung
dengan adanya Permendesa No. 4 tahun 2015 tentang Perusahaan Milik Desa.
Dengan demikian BUMDes memiliki landasan hukum yang kuat dan diatur
dalam undang-undang, peraturan pemerintah, hingga peraturan desa yang
telah disepakati oleh masyarakat desa (Suastika, 2017).
BUMDes sebagai lembaga/organisasi merupakan elemen penting
dalam pembangunan pedesaan (Esman & Uphoff, 1986). BUMDes dapat
menjadi penggerak masyarakat dalam mewujudkan desa yang mandiri,
berkelanjutan, dan berciri lokal pedesaan. BUMDes merupakan wujud dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kemandirian di desa (Putra, 2018). Melalui BUMDes, pemerintahan desa
dapat melakukan kegiatan yang inovatif dan kreatif sesuai dengan potensi desa.
BUMDes dapat mengembangkan potensi ekonomi demi meningkatkan daya
saing ekonomi pedesaan (Kirowati & Setia, 2018). Pengembangan potensi ini
dapat melalui sisi produksi, pemasaran, distribusi dan pengelolaan sumber
daya manusia di desa (Ubaididillah, 2017). Pengembangan potensi ekonomi
ini tentunya berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat di desa,
sehingga membawa pada pengentasan kemiskinan di desa (Suastika, 2017).
Prakarsa dan partisipasi masyarakat membantu perbaikan manajemen
organisasi/lembaga BUMDes. Apabila prakarsa dan partisipasi masyarakat
desa terus dikembangkan dalam pengelolaan BUMDes, maka BUMDes akan
bisa beroperasi dengan baik (Palupi et al., 2016). BUMDes beroperasi dengan
baik dapat melalui manajemen organisasi/lembaga BUMDes pada kegiatan di
desa (Adawiyah, 2018). Keberadaan BUMDes yang berkinerja baik tersebut
dapat memberi kontribusi terhadap kesejahteraan warga desa. Selain itu,
keberadaan BUMDes yang berkinerja baik pada akhirnya dapat membangun
kemandirian masyarakat desa. BUMDes melalui prakarsa dan partisipasi
masyarakat desa dapat melakukan penguatan ekonomi di desa (Mampanini,
2016). BUMDes dapat memberikan manfaat dalam penciptaan usaha baru dan
lapangan pekerjaan baru (Mampanini, 2016; Suastika, 2017).
BUMDes mempunyai kendala-kendala dalam melaksanakan
aktivitasnya. Banyak masyarakat di desa tidak memiliki pengetahuan dan
kesadaran akan pentingnya BUMDes bagi kesejahteraan desa. Masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
desa masih beranggapan bahwa keberadaan BUMDes tidak membawa
manfaat siginifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
langsung (Anggraeni, 2016). Kendala lainnya adalah bahwa BUMDes belum
menjadi alat/instrumen untuk membangun perekonomian desa yang
demokratis, inklusif dan berkelanjutan (Palupi et al., 2016). Sumber daya
manusia lokal yang masih memiliki kapasitas dan kapabilitas terbatas juga
menjadi kendala dalam pengelolaan BUMDes itu sendiri (Anggraeni, 2016).
BUMDes belum mampu untuk menjalin hubungan dengan pihak lainnya.
Relasi BUMDes dengan pemerintah desa belum terjalin secara penuh sebagai
bagian dari pemberdayaan desa (Putra, 2018).
Perkembangan BUMDes di desa dipengaruhi oleh modal sosial dalam
bentuk tradisi-tradisi desa yang berkembang dalam masyarakat pedesaan
(Hastowiyono & Suharyanto, 2014). Tradisi-tradisi desa merupakan wujud
dari identitas masyarakat desa yang didasarkan pada budaya, agama dan
kearifan lokal. Modal sosial dibangun dalam tradisi-tradisi desa dalam
interaksinya dengan masyarakat di desa (Nasution et al., 2015). Modal sosial
juga merupakan cerminan dari kearifan lokal masyarakat desa (Mirayani,
2014). Tradisi-tradisi desa juga berpengaruh pada pengentasan kemiskinan di
desa. Gotong royong, arisan, paguyuban dan paseduluran di desa merupakan
wujud dalam pengurangan kemiskinan (Satlita et al., 2017). Oleh karena itu,
modal sosial mempunyai pengaruh kuat dalam menggerakkan penduduk desa
dalam kegiatan BUMDes di desa (Djaha et al., 2018).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Sehubungan dengan peran modal sosial dalam pengelolaan BUMDes,
penelitian ini akan meneliti keberadaan modal sosial dalam pengelolaan
BUMDes Amarta. BUMDes Amarta, Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta merupakan salah satu BUMDes yang
bergerak dalam pengelolaan sampah yang menguntungkan. BUMDes Amarta
ini bekerja sama dengan masyarakat di desa dan perusahaan swasta pengelola
sampah hasil produksi. BUMDes Amarta berdiri tanggal 6 Juni 2016, yang
berakar dari pemecahan masalah Desa Pandowoharjo mengenai sampah.
Selain pemecahan masalah mengenai sampah, BUMDes Amarta pada tahun
2017 sudah mencapai omset Rp200 juta dengan keuntungan sebesar Rp37 juta
dan menyumbang pendapatan asli desa sebesar Rp15 juta dari pengelolaan
tersebut. BUMDes Amarta juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui kegiatan BUMDes Amarta dalam pengolahan sampah.
Keberhasilan BUMDes Amarta dalam pengelolaan sampah ini juga
merupakan wujud BUMDes menciptakan lingkungan pedesaaan yang bersih
dan sehat.
B. Rumusan Masalah
Setelah mendalami latar belakang yang sudah dijabarkan di atas,
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Modal sosial apa sajakah yang ada dalam pengelolaan BUMDes
khususnya di BUMDes Amarta?
2. Apa sajakah fungsi modal sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Bagaimanakah gambaran efektivitas fungsi modal sosial dalam
pengelolaan BUMDes Amarta?
4. Bagaimanakah gambaran kinerja BUMDes Amarta?
C. Batasan Masalah
Adapun batasan dalam penelitian ini berfokus pada keberadaan modal
sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta sebagai elemen dalam
pembangunan desa.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa
tujuan penelitian, yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi keberadaan modal sosial dalam pengelolaan
BUMDes khususnya di BUMDes Amarta.
2. Untuk mengeksplorasi fungsi modal sosial dalam pengelolaan BUMDes
Amarta.
3. Untuk mengidentifikasi gambaran efektivitas fungsi modal sosial dalam
pengelolaan BUMDes Amarta.
4. Untuk mengetahui gambaran kinerja BUMDes Amarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi serta dapat
menjadi bahan referensi yang berkaitan dengan keberadaan modal
sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sarana dan acuan akademik
dalam meningkatkan dan menambah gambaran tentang keberadaan
modal sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta.
b. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan
pemerintah dalam mengembangkan desa yang diakomodir oleh
BUMDes Amarta menggunakan pendekatan modal sosial.
c. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan terkait
keberadaan modal sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
F. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Literatur
Bab ini berisikan tentang tinjauan teori, tinjauan studi empiris
dan model koseptual yang berkaitan mengenai modal sosial
dalam pengelolaan BUMDes.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini berisikan tentang objek penelitian, metode dan desain
penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan
teknik analisis data.
Bab IV : Gambaran Umum Objek Penelitian
Bab ini berisikan tentang profil objek penelitian, yaitu
BUMDes Amarta dari berbagai aspek.
Bab V : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan data
yang diperoleh penulis dari hasil penelitian di BUMDes
Amarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Bab VI : Penutup
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari seluruh rangkaian
proses penelitian mulai dari awal hingga hasil penelitian dan
pembahasan data serta saran yang diharapkan berguna bagi
BUMDes Amarta.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka berisikan sumber-sumber literasi sebagai bahan
dalam pembuatan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II TINJAUAN LITERATUR2
A. Tinjauan Teori
1. Modal Sosial
Modal sosial sendiri merupakan kesatuan utuh yang hidup, tumbuh
dan melekat dalam komunitas, organisasi/lembaga dan masyarakat yang
cenderung berdampak positif bagi pembangunan masyarakat. Modal sosial
adalah kombinasi norma-norma yang berada dalam sistem sosial dengan
memadukan interaksi dan berkontribusi pada pembangunan manusia di
suatu masyarakat (Collier, 1998), bertujuan pada kerja sama antar anggota
masyarakat (Santi & Wulandari, 2018) dan penggerak dalam pencapaian
tujuan bersama (Hasbullah, 2006). Modal sosial merupakan kekuatan
penggerak dalam pemberdayaan dan pengelolaan komunitas,
organisasi/lembaga dan masyarakat (Ife & Tesoriero, 2008). Modal sosial
melekat pada hubungan dalam komunitas, organisasi/lembaga dan
masyarakat untuk tujuan bersama. Modal sosial tidak terbatas pada aktor
atau kelompok mayoritas tetapi juga pada aktor atau kelompok minoritas
melalui hubungan dan kebersamaan yang terjalin sebagai pembangun
kehidupan sosial (Coleman, 2009). Modal sosial sebagai perekat sosial
dalam menjaga keutuhan kelompok secara bersama-sama (Ubaididillah,
2 Materi dalam bagian ini telah dibuat menjadi makalah dan dipresentasikan di Manajement Dynamic Conference 5th (MADIC 5) dalam Seminar Nasional dan Call for Papers Universitas Stikubank Semarang dengan judul “Model Konseptual Hubungan Modal Sosial dan Kinerja BUMDes” pada tanggal 3 September 2019. Diakses 19 November 2019 dari https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/madic/article/view/7550/2520
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2017). Modal sosial merupakan perekat kelompok masyarakat satu dengan
yang lainnya (Mirayani, 2014).
Modal sosial menjadi kekuatan dalam menjaga keharmonisan
komunitas, organisasi/lembaga dan masyarakat dalam kegiatan ekonomi
dan sosial. Modal sosial merupakan salah satu bentuk hubungan yang ideal
dalam aktivitas ekonomi (Syahyuti, 2008). Modal sosial terjadi melalui
hubungan yang harmonis yang digunakan dalam komunitas,
organisasi/lembaga dan masyarakat (Coleman, 2009). Hubungan yang
ideal ini mengalahkan individualitas (Andreas & Savitri, 2016).
Keharmonisan ini berdampak pada aspek ekonomi dan sosial dalam
komunitas, organisasi/lembaga dan masyarakat (Burt, 1992). Modal sosial
mampu membantu dalam mengatasi permasalahan warga (Andreas &
Savitri, 2016). Oleh karena itu modal sosial memengang peranan penting
dalam memfungsikan dan memperkuat komunitas, organisasi/ lembaga
dan masyarakat (Fukuyama, 2001).
Modal sosial membentuk kegiatan ekonomi yang menguntungkan.
Modal sosial dianggap sebagai sumber daya yang melibatkan jaringan dan
hubungan yang diatur dalam norma-norma bersama serta dilandaskan pada
sikap saling percaya dan berkerja sama dalam mencapai keuntungan
bersama melalui kelangsungan produktivitas masyarakat (Coleman, 1988;
Putnam, 1995; Solow, 1999). Produktivitas inilah yang membentuk
kegiatan ekonomi (Kebede, 2018). Modal sosial merupakan suatu
keunggulan dalam memperoleh keuntungan ekonomi (Yustika, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Modal sosial didorong untuk pemberdayaan ekonomi melalui kegiatan
ekonomi (Mampanini, 2016). Bentuk kerja sama dengan berbagai pihak
memungkinkan modal sosial untuk dapat membentuk kegiatan ekonomi
(Putra, 2018). Kegiatan ekonomi terjadi atas dasar saling percaya oleh
berbagai pihak (Mampanini, 2016).
2. Komponen-komponen Modal Sosial
Modal sosial juga diimplementasikan dalam wujud harmonisasi
terhadap komponen-komponen modal sosial dalam masyarakat. Modal
sosial diklasifikasikan dalam enam komponen yaitu jaringan/hubungan
dalam kelompok masyarakat, solidaritas dan kepercayaan dalam
masyarakat, kerja sama timbal balik, komunikasi dan informasi, kohesi
anggota masyarakat, dan kebijakan dan pemberdayaan masyarakat (Collier,
1998). Penelitian lainnya menyebutkan bahwa modal sosial juga mengacu
pada nilai-nilai dan tindakan proaktif (Hasbullah, 2006), kesetaraan,
tanggung jawab dan daya tanggap, dan komitmen antara anggota
masyarakat yang dapat mempengaruhi pengembangan kegiatan ekonomi
(Cao et al., 2015). Dalam pertumbuhan ekonomi komponen modal sosial
juga dihubungkan pada kepercayaan, kekompakan, altruism, gotong
royong, jejaring dan kolaborasi sosial (Suharto, 2005). Komponen modal
sosial mendorong partisipasi dalam masyarakat (Satlita et al., 2017).
Partisipasi dalam masyarakat ini menghasilkan organisasi/lembaga publik
yang efektif dan layanan yang lebih baik (Adhikari & Goldey, 2010). Jadi
komponen modal sosial tersebut secara tidak langsung membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kualitas dan kuantitas organisasi/lembaga publik dalam masyarakat
(Aliabadi et al., 2016).
Modal sosial mempunyai komponen utama dalam
mengkoordinasikan kerja sama yang saling menguntungkan yaitu jaringan,
norma dan kepercayaan sosial (Putnam, 1993):
a. Jaringan sosial. Jaringan sosial terjadi karena adanya kesamaan misi
dalam pencapaian kesejahteraan bersama dalam hubungan masyarakat.
Jaringan sosial digunakan sebagai sumber daya yang penting dimiliki
oleh seseorang untuk berinteraksi dengan sesamanya (Granovetter,
2001). Jaringan sosial memfasilitasi harapan dan kepercayaan di antara
para pelaku dalam suatu jaringan, sehingga pencapaian tujuan tertentu
dapat terlaksana (Coleman, 1988). Jaringan sosial menumbuhkan nilai
dan kepercayaan yang menjadi dasar dalam pencapaian kesejahteraan
bersama. Jaringan sosial membangun relasi positif dari adanya
kepercayaan dan nilai-nilai yang dibangun dalam masyarakat
(Ubaididillah, 2017). Relasi positif ini berdampak pada jaringan yang
bertahan lama karena hubungan timbal balik para pelaku dalam
jaringan (Bourdieu dalam Field, 2010). Adanya jaringan sosial dapat
menumbuhkan potensi lokal suatu daerah dalam kegiatan ekonomi
(Putra, 2018).
b. Norma. Norma tidak dapat dipisahkan dalam hubungannya dengan
jaringan sosial dan kepercayaan. Dalam komunitas, organisasi/lembaga
dan masyarakat, modal sosial melibatkan jaringan sosial, norma dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kepercayaan (Putnam, 1993). Norma berperan sebagai pembenteng
komunitas, organisasi/lembaga dan masyarakat terhadap pengaruh
negatif yang merusak. Norma juga mengatur pola perilaku komunitas,
organisasi/lembaga dan masyarakat. Norma berperan mengontrol
perlindungan yang tumbuh dalam komunitas, organisasi/lembaga dan
masyarakat (Mawardi, 2007). Norma sosial turut menjaga
keberlangsungan komunitas, organisasi/lembaga dan masyarakat
(Mirayani, 2014). Norma sosial juga dijelaskan sebagai penangkal
akan pengaruh negatif yang merusak tatanan komunitas,
organisasi/lembaga dan masyarakat (Coleman, 2009).
c. Kepercayaan. Kepercayaan berpengaruh pada hubungan yang
berkelanjutan dalam komunitas, organisasi/lembaga dan masyarakat.
Kepercayaan muncul akibat adanya share value sebagai dasar dalam
menciptakan pengharapan dan kejujuran dalam komunitas,
organisasi/lembaga dan masyarakat (Fukuyama, 1995) yang
menghasilkan komitmen untuk mencapai tujuan bersama secara terus-
menerus (Cao et al., 2015). Kepercayaan merupakan tindakan yang
dapat menimbulkan kerugian, ketidakpastian dan kemandirian.
Kepercayaan didasarkan pada keberanian dalam mengambil risiko dan
didasarkan pada keyakinan bahwa anggota komunitas,
organisasi/lembaga dan masyarakat saling mendukung satu sama lain
(Fox, 1974). Kepercayaan berpotensi besar dalam mewujudkan
komunitas, organisasi/lembaga dan masyarakat yang mandiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
(Fukuyama, 1995). Kepercayaan juga berpengaruh pada aktivitas
ekonomi. Kepercayaan meningkatkan kegiatan ekonomi.
3. Aspek Modal Sosial
Modal sosial digunakan sebagai alat uji hubungan dan komunikasi
antar anggota komunitas, organisasi/lembaga dan masyarakat. Modal
sosial dibagi dalam tiga aspek (Nahapiet & Ghoshal, 1998), antara lain: (a)
Aspek struktural: Hubungan antar anggota komunitas, organisasi/lembaga
dan masyarakat. Aspek ini dikaitkan dengan pola komunikasi dan
hubungan antara pihak-pihak dalam kehidupan sosial (Burt, 2000); (b)
Aspek kognitif: Kesamaan prinsip dan tujuan yang hendak dicapai. Aspek
ini dikaitkan dengan kesamaan budaya, tujuan dan visi bersama oleh
berbagai pihak dalam komunitas, organisasi/lembaga dan masyarakat
(Ozigi, 2018); (c) Aspek relasional: Adanya sikap kekeluargaan yang
terus-menerus dijalani dalam komunitas, organisasi/lembaga dan
masyarakat. Dimensi ini mengacu pada kepercayaan, persahabatan, rasa
hormat dan interaksi yang dibangun secara berkelanjutan oleh berbagai
pihak dalam kehidupan sosial (Gelderman et al., 2016).
4. Wujud Modal Sosial
Ada tiga wujud modal sosial. Ketiga wujud modal sosial tersebut
(Woolcock & Narayan, 2000) yaitu: (1) modal sosial mempunyai
karakteristik karena adanya ikatan yang kuat atau perekat sosial, (2)
hubungan yang menjembatani dan, (3) hubungan sosial yaitu
menghubungkan karakteristik sosial dengan orang yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kekuasaan yang berbeda atau status sosial antara elit politik dan
masyarakat atau individu dari kelas sosial yang berbeda. Wujud modal
sosial tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Modal Sosial Mengikat atau Bonding Social Capital merupakan
modal sosial yang mengikat anggota-anggota masyarakat dalam
kelompok-kelompok tertentu ditunjukkan melalui nilai, kultur,
persepsi dan tradisi yang ada di masyarakat. Tipe ini merupakan tipe
dengan karakteristik adanya ikatan yang kuat dalam suatu sistem
kemasyarakatan.
b. Modal Sosial Menjembatani atau Bridging Social Capital merupakan
salah satu bentuk modal sosial yang menghubungkan warga
masyarakat dari kelompok sosial yang berbeda, biasanya berwujud
institusi maupun mekanisme yang berlaku di masyarakat dalam
rangka mencapai tujuan bersama. Ketidakmampuan untuk
membangun institusi maupun mekanisme akan membuat masyarakat
tidak mampu mengembangkan modal sosial untuk dapat membangun
integrasi sosial.
c. Modal Sosial Menghubungkan atau Linking Social Capital
merupakan ikatan antara kelompok masyarakat yang lemah dan
kurang berdaya dengan kelompok warga masyarakat yang lebih
berdaya (powerful people). Masyarakat yang lebih berdaya ini dapat
digunakan sebagai pendukung atau penghambat dalam ikatan sosial.
Hal ini dapat dimaknai dari sikap masyarakat itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
5. Badan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah badan usaha yang
keseluruhan atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui
penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan
guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lain untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat desa (UU No. 32 tahun 2004).
BUMDes menggerakkan masyarakat desa untuk mengembangkan potensi
desa bersama-sama. BUMDes adalah organisasi di desa yang bertujuan
memberdayakan dan mengembangkan kemandirian masyarakat desa
dengan melibatkan pengelolaan penuh masyarakat pedesaan dalam upaya
memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan
potensi desa (Mampanini, 2016; Suastika, 2017). BUMDes merupakan
organisasi/lembaga di desa yang berdiri atas gagasan pemberdayaan
ekonomi masyarakat (Ubaididillah, 2017). BUMDes menawarkan kerja
sama untuk mengolah potensi desa menjadi bermanfaat bagi desa. Adanya
kerja sama dan simbiosis yang baik antara pengelola BUMDes dan
pemerintah desa serta berbagai elemen desa untuk saling mendukung dan
mempromosikan desa (Anggraeni, 2016). Jadi, BUMDes mejalankan
kegiatannya melalui kekayaan desa dengan dikembangkan secara penuh
oleh masyarakat desa dan berasaskan potensi desa untuk kesejahteraan
masyarakat desa.
Berdasarkan Permendesa No. 4 tahun 2015, susunan kepengurusan
pengelola BUMDes terpisah dari organisasi pemerintahan desa dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
tujuan tidak adanya penyalahgunaan jabatan ganda. Susunan kepengurusan
yang dimaksud menyesuaikan dengan penyebutan nama setempat di desa
yang dilandasi dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong.
Susunan kepengurusan pengelola BUMDes menurut Permendesa No. 4
tahun 2015 terdiri dari:
a. Penasihat. Penasihat dijabat secara ex officio oleh kepala desa yang
bersangkutan yang berkewajiban memberikan nasihat kepada
pelaksana operasional dalam menjalankan pengelolaan BUMDes,
memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang terjadi dalam
pengelolaan BUMDes dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan
pengelolaan BUMDes.
b. Pelaksana Operasional. Pelaksana Operasional mempunyai tugas
mengurus dan mengelola BUMDes sesuai dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang berkewajiban
melaksanakan dan mengembangkan BUMDes agar menjadi lembaga
yang melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum
masyarakat desa, menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi
desa untuk meningkatkan PAD dan melakukan kerja sama dengan
lembaga-lembaga perekonomian desa lainnya.
c. Pengawas. Pengawas adalah sekelompok orang yang bertugas
mewakili kepentingan masyarakat dalam mengawasi pengelolaan
BUMDes. Pengawas berkewajiban menyelenggarakan rapat umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
untuk membahas kinerja BUMDes sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun
sekali.
Susunan kepengurusan BUMDes dipilih oleh masyarakat desa
melalui musyawarah desa sesuai dengan ketentuan dalam Peratuan
Menteri tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa.
6. Kinerja Organisasi
Kinerja merupakan sebuah kata dalam bahasa Indonesia yang
merupakan kata dasar dari “kerja” yang dapat diartikan menjadi prestasi.
Dapat juga diartikan menjadi hasil kerja. Kinerja juga dapat didefinisikan
sebagai tingkat pencapaian hasil. Kinerja dalam suatu organisasi berwujud
pada hasil dari berbagai proses yang dilakukan guna mencapai tujuan yang
hendak dicapai. Organisasi menilai bahwa kinerja merupakan gambaran
hasil kegiatan yang dapat mewujudkan tujuan organisasi.
Kinerja organisasi merupakan suatu patokan dalam pencapaian
pelaksanaan tugas organisasi dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi organisasi (Tangkilisan, 2005). Pendapat lain mengatakan bawa
kinerja memberikan gambaran seberapa jauh suatu organisasi mencapai
hasil dengan membandingkannya ke dalam pencapaian tujuan dan target
yang dipatok sebagai ukuran (Keban, 2004).
Berbagai pengertian di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan baru
bahwa kinerja organisasi merupakan suatu capaian dari hasil kegiatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bermula dari berbagai proses dalam kegiatan organisasi yang terencana
guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Kinerja organisasi juga dapat diukur melalui berbagai indikator.
Indikator kinerja organisasi meliputi lima hal, yaitu: (a) produktivitas, (b)
kualitas layanan, (c) responsivitas, (d) responsibilitas dan, (e) akuntabilitas
(Dwiyanto, 2006). Teori tersebut merupakan indikator kinerja ogranisasi
publik yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Produktivitas. Konsep produktivitas digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan efektivitas pelayanan. Produktivitas pada
umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output.
Produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi tetapi juga
efektivitas pelayanan.
b. Kualitas Layanan. Isu mengenai kualitas layanan cenderung semakin
menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan
publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai
organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap
kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik.
c. Responsivitas. Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk
mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, dan prioritas
pelayanan, mengembangkan program-program pelayanan publik
sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat
responsivitas merujuk pada keselarasan antara program dan kegiatan
pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas
secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam
menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan
dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan
masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi
dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi
yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki
kinerja yang jelek pula.
d. Responsibilitas. Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan
kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik
yang eksplisit maupun implisit.
e. Akuntabilitas. Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar
kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat
publik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat
politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan
selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini,
konsep dasar akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat
seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten
dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak
hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh
organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi
publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap
benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam
masyarakat.
Indikator tersebut di atas dipandang sesuai, lebih tepat dan lebih
mampu dalam merepresentasikan kinerja organisasi BUMDes Amarta.
Teori indikator kinerja organisasi tersebut relevan untuk diaplikasikan
pada BUMDes Amarta. Hal tersebut karena BUMDes Amarta merupakan
organisasi publik yang dibuat sesuai dengan amanat undang-undang
dengan tugas menggerakkan perekonomian desa, membuka lapangan
pekerjaan di desa dan diharapkan memberikan kontribusi dalam
Pendapatan Asli Desa.
7. Determinan Modal Sosial di BUMDes
Faktor determinan modal sosial di BUMDes berkaitan langsung
dengan aktor-aktor yang mengetahui, memahami dan terlibat dalam
kegiatan atau memiliki hubungan dengan BUMDes (Putra, 2018). Aktor-
aktor tersebut tentunya merujuk kepada pemegang kekuasaan dan
legitimasi, pemilik kepentingan dan peran khusus dalam dinamika desa,
menguasai pengetahuan serta sumber daya dan memiliki kepentingan pada
pembangunan ekonomi di desa (Anggraeni, 2016). Aktor-aktor tersebut
merupakan individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan organisiasi/lembaga khususnya di BUMDes (Richard et al., 1983).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Pada tingkat individu, modal sosial tentunya dipengaruhi oleh faktor-
faktor sosial-ekonomi, usia, tingkat modal manusia (pendidikan dan
pekerjaan) dan pendapatan (Coleman, 1988). Usia seseorang dapat
menjadi penentu dalam pengelolaan organisasi/lembaga khususnya di
BUMDes. Sedangkan tingkat modal manusia dan pendapatan dapat
memperkuat kepercayaan dan norma-norma di organisasi/lembaga
khususnya di BUMDes. Faktor penentu lainnya adalah jenis kelamin.
Dalam beberapa penelitian yang penulis ketahui menyebutkan bahwa jenis
kelamin berpengaruh pada rendahnya tingkat jaringan terutama bagi
perempuan, tingginya kontak sosial bagi laki-laki dan tingginya norma-
norma yang dipegang bagi perempuan.
8. Pengaruh Modal Sosial terhadap Kinerja BUMDes
Modal sosial mempunyai pengaruh yang penting dalam
meningkatkan kinerja BUMDes. Keinginan dari aktor-aktor yang
berhubungan dengan BUMDes menjadikan komponen modal sosial
digunakan untuk memperkuat kelompok atau individu terhadap kinerja
BUMDes (Santi & Wulandari, 2018). Kinerja BUMDes bermula dari
modal sosial yang terwujud atas rasa saling percaya dan kerja sama untuk
mewujudkan kepentingan bersama dan menciptakan jejaring baru (Putnam,
1993). Modal sosial menumbuhkan sumber daya baru dan mendorong
setiap pengurus BUMDes untuk dapat bekerja lebih lagi dalam
memajukan kelembagaan BUMDes yang merupakan salah satu dari
kinerja BUMDes (Ubaididillah, 2017). Pengurus BUMDes yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
modal sosial akan berkomitmen dalam memajukan desa melalui BUMDes
(Mirayani, 2014). Modal sosial juga membentuk kolaborasi sosial dan
pemberdayaan ekonomi untuk pembangunan BUMDes lewat kerja sama
pengurus BUMDes dengan masyarakat (Mampanini, 2016). Bukan hanya
itu saja, modal sosial juga menjadi alat dalam mendukung dan
mempromosikan desa melalui kerja sama dan simbiosis yang baik antara
pengurus BUMDes dan pemerintahan desa (Anggraeni, 2016).
B. Tinjauan Studi Empiris
Tinjauan studi empiris merupakan unsur yang sangat penting dalam
suatu penelitian yang dapat digunakan sebagai pembanding dan acuan
terhadap penelitian yang akan dilakukan. Bagian ini berisikan hasil analisis
beberapa penelitian terdahulu yang menjadi landasan teoretis/konseptual
dalam penelitian ini.
Dari hasil kajian jurnal penelitian di bawah dapat ditarik kesimpulan
bahwa modal sosial dapat mempengaruhi kinerja BUMDes. Pengelolaan
BUMDes dengan membentuk jaringan sosial dengan pihak lain mendorong
keberhasilan strategi kemandirian BUMDes demi pembangunan desa. Melalui
program pemberdayaan masyarakat juga dapat memberikan manfaat bagi
BUMDes. Metode yang dapat digunakan dalam pengelolaan BUMDes yaitu
dengan menggabungkan tinjauan studi mengenai konsep modal sosial dan
paradigma definisi modal sosial serta kerangka teoritik James S. Coleman
untuk mengggambarkan peran modal sosial dalam pengelolaan BUMDes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tabel 1. Hasil Penelitian Terdahulu No Penulis dan Tahun Judul Metode Hasil
1. Siska Katiya Santi.
2018
Peran Modal Sosial dalam
Pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) di
Desa Ponggok, Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten
Klaten.
Kualitatif deskriptif mengenai
peran modal sosial (jaringan,
norma dan kepercayaan)
dalam pengelolaan BUMDes
Tirta Mandiri.
Modal sosial berperan dalam
pengelolaan BUMDes Tirta Mandiri.
Peran modal sosial meliputi 3
unsur/komponen yaitu jaringan, norma
dan kepercayaan.
2. Dewi Kirowati dan
Lutfiyah Dwi S.
2018
Pengembangan Desa
Mandiri Melalui BUMDes
dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat
Desa (Studi Kasus: Desa
Temboro, Kecamatan Karas,
Kabupaten Magetan)
Kualitatif deskriptif mengenai
strategi pengembangan
mandiri melalui BUMDes dan
peran modal sosial.
Modal sosial (kepercayaan, jaringan
dan norma) diterapkan dengan baik
dalam pengelolaan BUMDes di Desa
Temboro Kecamatan Karas Kabupaten
Magetan.
3. Robiatul Adawiyah.
2018
Strategi Pengembangan
Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) Berbasis Aspek
Modal Sosial (Studi pada
Kualitatif deskriptif mengenai
strategi pengembangan
BUMDes berbasis aspek
modal sosial berupa
Keberhasilan strategi BUMDes terjadi
karena didukung oleh aspek modal
sosial dan juga mendukung
pengembangan organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
No Penulis dan Tahun Judul Metode Hasil
BUMDes Surya Sejahtera,
Desa Kedungturi,
Kecamatan Taman,
Kabupaten Sidoarjo)
partisipasi, reciprocity,
kepercayaan, norma sosial,
nilai kejujuaran dan tindakan
proaktif.
4. Brian Syah Putra.
2018
BUMDes Al-Madina dalam
Prespektif Modal Sosial
James S. Coleman
(Penelitian Tentang
Pengembangan
Perekonomian Desa)
Kualitatif deskriptif mengenai
paradigma definisi modal
sosial serta kerangka teoritik
James S. Coleman.
Modal sosial dalam struktur
kemasyarakatan Desa Temurejo tidak
berperan dalam pengembangan
ekonomi desa. Modal sosial hanya
berperan dalam rangka membentuk
jaringan sosial dengan pihak-pihak di
luar desa yang dapat memberikan
manfaat yang dibutuhkan BUMDes.
5. Badaruddin,
Kariono, Ermansyah
dan Lina Sudarwati.
2018
Community Empowerment
Based Social Capital and
Village Business Company
(BUMDes)
Tinjauan studi mengenai
konsep modal sosial dan
pembedayaan masyarakat
(desa).
Modal sosial dimanfaatkan dalam
program pemberdayaan masyarakat,
sehingga menjadi prioritas bagi
pembangunan desa melalui sarana
BUMDes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
C. Model Teoretis/Konseptual
1. Model Deskriptif Modal Sosial
Kajian modal sosial dalam pengelolaan BUMDes diwujudkan
dalam komponen-komponen modal sosial di desa. Komponen utama
dalam modal sosial terdiri dari jaringan, norma dan kepercayaan sosial.
Melalui ketiga komponen utama ini, modal sosial dapat
diimplementasikan ke dalam komponen yang lebih luas. Komponen yang
lebih luas ini tentunya menyesuaikan kondisi lingkungan, budaya dan
sosial-ekonomi suatu desa. Komponen modal sosial ini menjadi perekat
sosial dalam menjaga keharmonisan bersama-sama. Adanya komponen
yang lebih luas ini kualitas dan kuantitas organisasi/lembaga BUMDes
dapat semakin baik, sehingga pengelolaan BUMDes juga semakin baik.
Dalam menjaga keharmonisan bersama diperlukan alat uji hubungan dan
komunikasi antar anggota organisasi/lembaga BUMDes. Alat uji ini
berupa asepk-aspek modal sosial. Aspek-aspek modal sosial ini
berhubungan dengan kualitas dan kuantitas dari organisasi/lembaga
BUMDes, sehingga berpengaruh juga pada pengelolaan BUMDes. Maka
model deskriptif modal sosial yang diharapkan mampu memberikan
gambaran pada penelitian ini sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Gambar 1: Model Deskriptif Modal Sosial (Diolah)
2. Model Kausalitas Modal Sosial dan Kinerja BUMDes
Gambaran hubungan sebab-akibat antara modal sosial dan kinerja
BUMDes dipicu oleh adanya faktor-faktor ditingkat individu berupa
sosial-ekonomi, usia, tingkat modal manusia (pendidikan dan pekerjaan),
pendapatan dan jenis kelamin. Faktor-faktor ditingkat individu ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kemudian menunjuk pada aktor-aktor yang memegang kekuasaan dan
memiliki kepentingan pada pembangunan ekonomi di desa terutama
kaitannya dengan BUMDes. Aktor-aktor tersebut kemudian menjadikan
elemen modal sosial untuk memperkuat kekuasaan dan kepentingan.
Aktor-aktor tersebut menggunakan rasa saling percaya dan kerja sama
sebagai bagian dari komponen modal sosial. Hal ini dibutuhkan karena
perlunya membentuk kolaborasi sosial dan pemberdayaan ekonomi di desa.
Aktor-aktor tersebut juga mendorong keberhasilan strategi untuk
mewujudkan kepentingan bersama di BUMDes. Kepentingan bersama
dalam memajukan desa sebagai salah satu dari upaya untuk mempengaruhi
kinerja BUMDes di desa. Model kausalitas modal sosial dan kinerja
BUMDes yang diharapkan mampu memberikan gambaran pada penelitian
ini sebagai berikut:
Gambar 2: Model Kausalitas Modal Sosial dan Kinerja BUMDes (Diolah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan titik pusat penelitian yang hendak
dipecahkan. Objek penelitian adalah beberapa elemen yang dapat berupa
orang, organisasi atau barang yang akan diteliti atau pokok permasalahan yang
hendak diteliti untuk mendapatkan data secara lebih terarah (Supranto, 2000).
Objek penelitian adalah objek atau kegiatan yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Objek
dalam penelitian ini adalah peran modal sosial dalam pengelolaan BUMDes
Amarta. Lokasi penelitian menujuk pada tempat atau wilayah yang dicirikan
unsur penelitian yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang akan diteliti (Nasution,
2003). Penelitian ini dilakukan pada BUMDes Amarta Desa Pandowoharjo,
Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Waktu penelitian
berlangsung pada bulan Desember 2019.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pihak BUMDes Amarta Desa
Pandowoharjo, Kabupaten Sleman, Kecamatan Sleman, Yogyakarta,
khususnya subjek Pengawas BUMDes, Direktur BUMDes dan Sekretaris
BUMDes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang
bersifat sosial dan dinamis dan cocok diteliti menggunakan metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dapat digunakan untuk
melihat permasalahan yang belum jelas, untuk memahami makna dibalik
data yang tampak, untuk memahami interaksi sosial, untuk memahami
perasaan orang, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan
kebenaran data dan untuk meneliti sejarah perkembangan (Sugiyono,
2011). Peneliti memilih menggunakan penelitian dengan metode kualitatif
agar peneliti dapat memperoleh variasi data yang mendalam (Creswell,
2012). Dengan menggunakan metode kualititatif peneliti dapat
memperoleh informasi tentang peran modal sosial dalam pengelolaan
BUMDes Amarta. Selain itu, analisis deskriptif bertujuan untuk
mendefinisikan suatu keadaan atau fenomena secara apa adanya
(Sukmadinata, 2009). Penelitian ini mengunakan analisis deskriptif dengan
asumsi bahwa untuk mendapatkan jawaban yang lebih lengkap dari objek
penelitian.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan peneliti berupa studi kasus.
Penelitian ini menfokuskan diri pada objek tertentu untuk mempelajarinya
sebagai suatu kasus. Studi kasus adalah penelitian terhadap kesatuan sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang dipilih sebagai bahan kajian terhadap agregat sosial yang lebih luas,
akan tetapi hubungan antara kesatuan sosial tersebut dengan total populasi
tidak dapat ditaksir (Creswell, 2016). Studi kasus dalam penelitian ini
untuk memfokuskan pada satu kasus secara mendalam. Data studi kasus
diperoleh dari pihak-pihak yang bersangkutan dengan informasi yang lebih
mendalam namun mengenal kasus tersebut dengan baik. Data studi kasus
diperoleh dari berbagi sumber namun terbatas dalam kasus yang dihadapi
(Hadari, 2003). Studi kasus dapat meyajikan informasi sesuai dengan
objek penelitian yang hendak dipecahkan.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang didasarkan
pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan (Marshall & Rossman,
1989). Wawancara memungkinan adanya hubungan timbal balik.
Wawancara mendalam perlu dihindari adanya pertanyaan yang kaku,
sebaliknya disarankan membuat pertanyaan yang bersifat umum dan
mudah dimengerti. Wawancara dilakukan antara pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan pewawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan (Moleong, 2011). Wawancara dilakukan dalam bentuk
komunikasi untuk memperoleh informasi yang mendalam. Dalam
melakukan wawancara, peneliti membawa pedoman yang berisi garis
besar tentang hal-hal yang ini diketahui. Wawancara dilakukan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menggali informasi mengenai peran modal sosial dalam pengelolaan
BUMDes Amarta.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang menjadi bahan dalam penelitian. Metode dokumentasi
dapat dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, jurnal dan sebagainya (Arikunto,
2010). Dokumentasi merupakan hasil dari penelitian yang bersumber dari
observasi dan wawancara yang dipercaya dengan bukti pendukung dari
lokasi penelitian (Sugiyono, 2015). Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan
BUMDes Amarta. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa artikel, jurnal
dan dokumen pendukung lainnya yang berhubungan dengan BUMDes
Amarta. Selain itu peneliti juga melakukan pencarian pada berita-berita
yang berkaitan dengan objek penelitian. Dokumentasi terhadap BUMDes
Amarta bertujuan untuk mendukung data dari hasil wawancara dan
kepustakaan.
3. Kepustakaan
Kepustakan merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan
data. Kepustakan merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan
pada pencarian informasi yang mendukung dalam penulisan penelitian.
Kepustakaan berkaitan dengan kajian teoretis dan referensi lain yang
berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
sosial yang diteliti dengan mencari sumber-sumber penelitian terdahulu
(Sugiyono, 2012). Peneliti menggunakan jurnal, buku-buku dan dokumen-
dokumen tertentu dalam mencari pengumpulan data. Hasil penelitian juga
akan semakin kredibel apabila didukung dengan karya tulis akademik
(Sugiyono, 2015). Jadi, kepustakaan dapat mempengaruhi kredibilitas
hasil penelitian yang dilakukan. Kepustakaan membantu dalam
pengumpulan data untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan peneliti.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk atribut, nilai,
objek dan kegiatan yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2012). Berdasarkan konsep tersebut, maka variabel adalah objek
suatu penelitian yang menjadi titik fokus dalam penelitian. Variabel penelitian
utama dalam penelitian ini adalah modal sosial dan kinerja BUMDes.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang
terpenting dan mempelajarinya, dan mengambil keputusan untuk dapat
diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2011). Teknik analisis data
merupakan proses mencari dan menyusun sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengkoordinasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari kemudian membuat simpulan (Sugiyono, 2012). Jadi
teknik analisis data merupakan serangkaian kegiatan dalam mengolah data
yang telah didapatkan dari pengumpulan data dan diolah menjadi hasil yang
berguna, sehingga memberikan jalan keluar bagi permasalahan penelitian yang
dihadapi dan dapat dipahami oleh peneliti maupun oleh orang lain.
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif meliputi empat
komponen (Miles et al., 2014):
1. Pengumpulan Data
Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Menggunakan
transkrip wawancara dan mengelompokkan data tersebut dalam jenis yang
berbeda sesuai dengan sumber informasi. Menentukan strategi dalam
pengumpulan data pada proses pengumpulan data selanjutnya. Strategi
dalam pengumpulan data tersebut dibagi menjadi dua, yaitu penyuntingan
dan interpretasi. Penyuntingan merupakan teknik mengolah data dengan
meneliti kembali data yang sudah diperoleh melalui transkrip wawancara
dan dokumentasi lainnya untuk meminimalisir kesalahan. Penyuntingan
dilakukan dengan menyajikan hasil transkrip wawancara dalam bentuk
kalimat kurang baku menjadi kalimat baku dan bahasa yang mudah
dipahami. Interpretasi merupakan teknik menentukan maksud yang lebih
dalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan.
Interprestasi dilakukan dengan meninjau hasil penelitian secara kritis
dengan teori terkait dan informasi yang telah diperoleh dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2. Reduksi Data
Merupakan langkah-langkah dalam memilah, mengategorikan dan
mengkoordinasikan data-data yang telah direduksi dari wawancara,
dokumentasi dan kepustakaan. Reduksi data dilakukan secara terus-
menerus selama penelitian. Reduksi data berkaitan dengan masalah
penelitian yang sedang diteliti. Data yang telah direduksi dapat
memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah dalam
melakukan pengumpulan data dan penambahan data yang diperlukan.
Banyaknya data yang diperoleh pada saat melakukan penelitian
berpengaruh pada kerumitan data. Kerumitan data ini mempengaruhi
pengambilan gambaran yang spesifik tersebut. Bertolak dari hal tersebut,
reduksi data perlu dilakukan untuk menghindari banyaknya data rumit
yang ada agar tidak mempersulit dalam melakukan analisis selanjutnya.
3. Penyajian Data
Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Melalui penyajian data ini, data yang sudah direduksi tersusun dalam pola
hubungan yang dapat dipahami. Penyajian data dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, tabel, bagan dan hubungan antar kategori. Melalui
penyajian data yang sudah terkategori, peneliti dapat menganalisis dengan
mudah dan efisien. Penyajian data dilakukan guna menyusun data yang
relevan sehingga informasi yang diperoleh dapat disimpulkan dan dapat
menjawab pertanyaan penelitian. Penyajian data merupakan satu langkah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
untuk mencapai analisis kualitatif yang baik. Penyajian data tidak
didasarkan dengan mendeskripsikan secara naratif, melainkan disertai
dengan proses analisis yang terus-menerus sampai pada ke proses
penarikan kesimpulan. Penyajian data merupakan langkah akhir sebelum
melakukan penarikan kesimpulan.
4. Penarikan Kesimpulan
Langkah terakhir dalam menganalisis data adalah penarikan
kesimpulan. Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk memahami makna,
pola-pola, penjelasan, alur sebab-akibat atau proposisi. Proses analisis
dilakukan melalui proses secara bolak-balik dan terus-menerus dari
kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Berdasarkan data yang telah direduksi dan disajikan, peneliti
membuat kesimpulan yang didukung dengan bukti kuat dalam tahap
pengumpulan data. Setelah melakukan penarikan kesimpulan, maka dapat
ditarik kesimpulan berdasarkan hasil peneltian yang disajikan dalam
bentuk narasi. Kesimpulan ini adalah jawaban dari rumusan masalah dan
pertanyaan yang akan diselesaikan oleh peneliti. Penarikan kesimpulan
merupakan langkah terakhir dari kegiatan analisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum BUMDes Amarta
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Amarta, Desa Pandowoharjo,
Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Yogyakarta berdiri pada tanggal 6
bulan Juni tahun 2016 melalui musyawarah desa yang dikukuhkan dengan
Peraturan Desa (Perdes) Pandowoharjo No. 4 tahun 2016 tentang Pendirian
Badan Usaha Milik Desa dan Keputusan Kepala Desa Pandowoharjo No.
10/KPts.KD/2016 tentang TIM Penyiapan dan Perencanaan BUMDes Desa
Pandowoharjo. Dalam rangka penyiapan dan perencanaan BUMDes Desa
Pandowoharjo yang dipimpin oleh Kepala Desa Pandowoharjo, Bapak Catur
Sarjumiharta dan dihadiri berbagai unsur masyarakat, yaitu: Sekretaris Desa,
LPMD, Ketua BPD, Kabag Pembangunan, Pengelola TPST, Tokoh
Masyarakat, Pengelola GAPOKTAN, Pengelola POKDARWIS, PKK Desa,
Staff Desa dan Karang Taruna. BUMDes Amarta Desa Pandowoharjo
merupakan tempat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Desa
Pandowoharjo yang bersinergi dalam mewujudkan desa mandiri dan sejahtera
berdasarkan pada pembenahan-pembenahan sesuai dari hasil kajian-kajian
yang dibuat dan disetujui melalui musyawarah desa saat pembentukan
BUMDes Amarta.
Sekretariat BUMDes Amarta beralamat kantor di Dusun Jetakan, Desa
Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dalam
kegiatannya BUMDes Amarta melayani kurang lebih 600 pelanggan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dibantu oleh empat (4) orang jasa pengumpul sampah mandiri yang
merupakan warga Desa Pandowoharjo sebagai bentuk profesi dan mata
pencaharian. BUMDes Amarta bergerak pada Instalasi Pengelolaan Sampah
Terpadu (IPST) dengan empat (4) unit usaha, yaitu: (a) Unit Pengelolaan
Sampah, (b) Unit Toko Desa “Amarta”, (c) Unit Pasar Desa Amarta Online,
(d) Unit Produksi Pupuk Organik.
BUMDes Amarta dalam melaksanakan mandat Perdes Pandowoharjo
No. 4 tahun 2016 bersumber pada visi dan misi yang disepakati dan
diputuskan pada saat pendirian BUMDes Amarta. Visi BUMDes Amarta
adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat Desa Pandowoharjo dengan
mengembangkan usaha ekonomi dan potensi desa untuk mewujudkan desa
yang sejahtera dan mandiri. Untuk mewujudkan visi BUMDes tersebut,
BUMDes Amarta berpedoman pada misi BUMDes. Misi BUMDes Amarta
adalah (a) mengembangkan potensi ekonomi dan aset Desa Pandowoharjo, (b)
pembangunan dan peningkatan layanan sosial dan layanan dasar kepada
masyarakat diprioritaskan dalam penanggulangan kemiskinan, (c)
pembangunan infrastruktur yang mendukung pelayanan umum dan
perekonomian Desa Pandowoharjo, dan (d) mengembangkan jaringan kerja
sama ekonomi dengan berbagai pihak. Pendirian BUMDes Amarta juga
mengacu pada tujuan yang hendak dicapai oleh BUMDes. Tujuan BUMDes
Amarta adalah (a) meningkatkan perekonomian desa, (b) mengoptimalkan aset
Desa Pandowoharjo agar bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat desa, (c)
meningkatkan usaha masyarakat pelaku UMKM dalam pengelolaan potensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
ekonomi Desa Pandowoharjo, (d) mengembangkan rencana kerja sama usaha
antar desa dan/atau dengan pihak ketiga, (e) menciptakan peluang dan jaringan
pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga, (f) membuka
lapangan kerja untuk mengurangi laju urbanisasi tenaga kerja produktif, (g)
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan dasar,
pelayanan umum, serta pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa
Pandowoharjo, (h) meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan
asli desa.
Tabel 2. Struktur Organisasi BUMDes Amarta Tahun 2016 – 2019 Jabatan Nama
Penasihat Dewan Pengawas a. Ketua b. Sekretaris c. Anggota
Dewan Pengurus
a. Direktur b. Bendahara c. Sekretaris
Pengelola Unit Usaha Pengelolaan Sampah 3R a. Koordinator b. Staff Unit Toko Desa a. Koordinator b. Staff
: Kepala Desa/ Catur Sarjumiharta : Mardi Harsono : YB Sutarman : Eko Susetyo : Agus Setyanta, S.Sos. : Priyo Susanto : Sri Nurtamsi : Sri Nurtamsi : Mugiyo : Munjiran : Priyo Susanto : Rossy Ayu : Irvan (Div. Online)
Sesuai dalam Perdes Pandowoharjo No. 4 tahun 2016, bahwa rangka
kepengurusan dan kepengelolaan BUMDes, organsisasi pengelola BUMDes
Amarta terpisah dari ogranisasi pemerintah desa. Untuk memfasilitasi hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
tersebut, pemerintah desa melalui Keputusan Kepala Desa Pandowoharjo
mengangkat warganya untuk menduduki posisi dalam kepengurusan
organisasi pengelola BUMDes. Adapun struktur organisasi dari BUMDes
Amarta dapat dilihat pada Tabel 2.
BUMDes Amarta dibentuk berdasarkan landasan hukum. Adapun
dasar hukum pendirian BUMDes Amarta sebagai berikut:
a. Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa
b. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia No. 2 tahun 2015 tentang Pedoman Tata
Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa.
c. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Republik Indonesia No. 4 tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
d. Peraturan Desa (Perdes) Pandowoharjo No. 4 tahun 2016 tentang
Pendirian Badan Usaha Milik Desa.
Dalam menunjang kegiatan usaha BUMDes Amarta dilakukan
penyusunan dan pembuatan pengadministrasian dengan metode pembukuan
dan sistem komputerisasi. Demi menjaga keakuratan data dan administrasi
BUMDes Amarta membuat pengarsipan data yang bersifat autentik, seperti:
(a) Buku daftar anggota, (b) Buku notulen rapat, (c) Buku agenda masuk dan
keluar, (d) Buku rencana kegiatan BUMDes, (e) Buku laporan kegiatan
BUMDes, (f) Buku inventaris barang, (g) Buku tamu, (h) Buku hasil
BUMDes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keberadaan Modal Sosial
1. Modal Sosial dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Modal sosial adalah kesatuan utuh yang ada dalam komunitas,
organisasi/lembaga dan masyarakat. BUMDes Amarta merupakan
organisasi/lembaga yang memiliki modal sosial dalam kegiatannya.
Perkembangan BUMDes Amarta bermula dari modal sosial. BUMDes
Amarta membentuk pola berinteraksi melalui komponen-komponen modal
sosial. Modal sosial ini membantu dalam memperkuat dan meningkatkan
pengelolaan organisasi/lembaga BUMDes Amarta. Gambar 3 di bawah
mempresentasikan adanya komponen-komponen modal sosial di BUMDes
Amarta. Komponen-komponen modal sosial di BUMDes Amarta meliputi
jaringan sosial, norma dan kepercayaan. Ketiga komponen modal sosial
tersebut saling melengkapi satu sama lain dalam memperkuat dan
meningkatkan pengelolaan organisasi/lembaga BUMDes Amarta.
Komponen-komponen tersebut mempunyai peranan penting dalam
kemajuan organisasi/lembaga BUMDes Amarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 3. Model Empiris Komponen Modal Sosial dalam Pengelolaan BUMDes
Amarta
Dalam model teoretis modal sosial, modal sosial penting dalam
memfungsikan dan memperkuat organisasi/lembaga BUMDes (Fukuyama,
2001). Hal ini karena modal sosial melalui komponen-komponen
utamanya merupakan sumber daya yang melibatkan hubungan dengan
pihak lainnya dalam wujud jaringan sosial, norma dan kepercayaan
(Coleman, 1988). Komponen-komponen modal sosial dikelompokkan
dalam tiga komponen yang mengacu pada jaringan sosial, norma dan
kepercayaan (Putnam, 1993). Dalam konsep teori lainnya dijabarkan
secara luas, antara lain: jaringan dalam kelompok, solidaritas, kerja sama
timbal balik, komunikasi dan informasi, kohesi antar anggota, kebijakan,
nilai-nilai, tindakan proaktif, kesetaraan, tanggung jawab dan daya tanggap,
komitmen antar anggota, kekompakan, altruism, gotong-royong, jejaring,
kolaborasi sosial dan partisipasi (Cao et al., 2015; Collier, 1998; Hasbullah,
2006; Suharto, 2005). Komponen-komponen modal sosial dalam
pengelolaan BUMDes Amarta mengacu pada komponen-komponen yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dinyatakan oleh Putnam tahun 1993. Dalam praktiknya BUMDes Amarta
dibentuk oleh komponen-komponen modal sosial dengan pengelolaan
BUMDes Amarta yang mana modal sosial tersebut dimanfaatkan untuk
menemukan korelasi positif.
2. Jaringan Sosial dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Jaringan sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta memfasilitasi
kerja sama yang terjalin dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta.
Jaringan sosial yang terbentuk diharapkan berdampak positif dalam
memperkuat kelembagaan BUMDes Amarta. Gambar 4 di bawah
mempresentasikan adanya jaringan sosial dalam pengelolaan BUMDes
Amarta. Jaringan sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta antara lain:
(a) eksistensi anggota dalam pengelolaan BUMDes Amarta yang meliputi:
anggota/karyawan, bekerja secara aktif, dan kontribusi positifnya dalam
pengelolaan BUMDes Amarta; (b) tindakan komunikasi dan interaksi
intensif dalam pengelolaan BUMDes Amarta yang meliputi: interaksi baik,
frekuensi sosialisasi dan tindakan saling mengenal, dan; (c) tujuan
bersama-sama yang diharapkan dalam pengelolaan BUMDes Amarta yang
meliputi: memiliki tujuan yang sama dan tujuan yang disepakati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Gambar 4. Model Empiris Komponen Jaringan Sosial dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Jaringan sosial dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta
terbentuk karena adanya anggota/karyawan yang terdiri dari pengelola
BUMDes, tiga karyawan tetap dan tiga karyawan tidak tetap. Jaringan
sosial tersebut dipengaruhi oleh keaktifan anggota/karyawan dalam
bekerja memilah dan mengelola sampah selama 8 jam sehari secara efektif.
Anggota/karyawan tersebut memberikan kontribusi positif dalam
meningkatkan jaringan sosial melalui pengambilan sampah ke masyarakat,
kinerja baik dan membantu dalam pengelolaan sampah.
Jaringan sosial dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta
dipengaruhi oleh interaksi atau hubungan antar anggota yang terjadi secara
efektif. Interaksi baik yang memperkuat jaringan sosial tersebut dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
dalam interaksi komunikasi melalui grup media sosial Whatsapp dan
melalui ngobrol santai, melalui kerja dalam tim, dan melalui pendekatan
dengan karyawan. Untuk merajut interaksi atau hubungan jaringan sosial
tersebut dilakukan dalam frekuensi sosialisasi antara anggota/karyawan
melalui rapat rutin terjadwal, perbincangan informal yang cukup sering
dan melalui pertemuan komunikasi selama dua minggu sekali. Interaksi
atau hubungan dalam jaringan sosial ini membawa anggota/karyawan
saling mengenal dan memahami satu sama lain. Jaringan sosial yang ada
terjadi karena adanya tujuan bersama yang diharapkan antar
anggota/karyawan. Dalam mewujudkan tujuan yang diharapkan, perlu
adanya tujuan sama dan tujuan yang disepakati.
Jaringan sosial dalam organisasi/lembaga BUMDes bermula dari
tujuan sama yaitu memiliki tujuan lewat visi dan misi BUMDes Amarta
dan memiliki tujuan untuk mengembangkan BUMDes. Jaringan sosial
dalam organisasi/lembaga BUMDes terjadi juga karena tujuan yang
disepakati yaitu dalam mensikronkan tujuan yang hendak dicapai,
anggota/karyawan wajib menyepakati kosep pengelolaan BUMDes
Amarta dan bekerja untuk mendapatkan output yang lebih besar.
Jaringan sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta terbentuk
karena adanya eksistensi anggota/karyawan, interaksi intensif dan tujuan
bersama dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta. Hal tersebut
menjadikan jaringan sosial bertahan lama dan berkelanjutan. Jaringan
sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta selaras dengan model teoretis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
jaringan sosial. Bahwa jaringan sosial dalam organisasi/lembaga terjadi
karena adanya sudut pandang sama yang hendak dicapai. Lewat interaksi
yang menghasilkan relasi positif antar anggota/karyawan dalam
organisasi/lembaga (Granovetter, 2001). Adanya interkasi tersebut
memungkinkan tercapainya tujuan bersama-sama (Coleman, 1988).
3. Norma dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Norma yang ada dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta
merupakan perwujudan dari penegakan kedisplinan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia BUMDes Amarta. Norma yang ada
membantu sumber daya manusia BUMDes Amarta untuk tetap berpegang
pada prinsip-prinsip yang telah disepakati bersama.
Gambar 5. Model Empiris Komponen Norma dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar 5 di atas mempresentasikan adanya norma dalam
pengelolaan BUMDes Amarta. Sejauh pengamatan dan hasil yang peneliti
dapatkan, norma yang ada dalam pengelolaan BUMDes Amarta berkaitan
dengan aturan perilaku dan sanksi pelanggar aturan. Ada aturan tertulis
dan sanksi tertulis. Ada pula aturan tidak tertulis dan sanksi tidak tertulis.
Aturan tertulis dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta dapat
ditemukan di papan pengumuman, buku laporan BUMDes Amarta dan
standar operasional prosedur kegiatan. Anggota/karyawan BUMDes
Amarta yang melanggar aturan tertulis dikenakan sanksi berbentuk teguran
peringatan, pengarahan dan pada tindakan pemberhentian kerja. Pada
tahap aturan tidak tertulis dapat ditemukan dalam pemberitahuan melalui
media sosial Whatsapp, jam kerja fleksibel 8 jam dan aturan yang bersifat
insidiental. Anggota/karyawan BUMDes Amarta yang melanggar aturan
tidak tertulis ini tentunya dikenakan sanki tidak tertulis pula dalam bentuk
teguran dan rencana pengurangan tunjangan hari raya. Aturan dan sanksi
dalam BUMDes Amarta merupakan pedoman yang digunakan dalam
melakukan kegiatan yang dilakukan. Aturan dan perilaku tersebut
kemudian menjadi patokan dan ukuran dalam melakukan kegiatan yang
kemudian dikenal dengan sebutan norma.
Norma dalam pengelolaan BUMDes Amarta mendisiplinkan
anggota/karyawannya dalam melakukan kegiatan yang dilakukan dengan
membatasi perilaku yang tidak sejalan masuk ke dalam organisasi/lembaga
BUMDes Amarta. Norma dalam pengelolaan BUMDes Amarta menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
pedoman dalam melakukan kegiatan yang dilakukan. Sanki yang ada
merupakan wujud dari penegakan aturan yang belum sepenuhnya
disepakati oleh anggota/karyawan yang melanggar aturan. Norma dalam
pengelolaan BUMDes selaras dengan model teoretis norma. Norma
melindungi tatanan organisasi/lembaga terhadap pengaruh negatif yang
masuk dan merusak (Coleman, 2009). Norma sebagai pedoman yang harus
dilakukan dan digunakan untuk mengontrol organisasi/lembaga menjadi
lebih baik lagi (Mawardi, 2007).
4. Kepercayaan dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Keberadaan komponen kepercayaan dalam pengelolaan BUMDes
Amarta dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah. Kepercayaan dalam
organisasi/lembaga BUMDes Amarta timbul karena adanya komitmen dan
sikap saling mendukung satu sama lain antar anggota/karyawan BUMDes
Amarta. Komitmen dan sikap saling mendukung yang timbul tersebut
digunakan untuk mencapai tujuan bersama secara terus-menerus. Sumber
daya manusia dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta berkomitmen
dan saling mendukung dalam mengembangkan BUMDes Amarta.
Komitmen dalam kepercayaan BUMDes Amarta terjadi pada tiga hal,
yaitu: (a) adanya kerja tim lewat aktivitas kegiatan di BUMDes, (b)
berkomitmen untuk mencapai hasil kerja maksimal dan (c) loyal bekerja di
BUMDes. Ketiga hal tersebut terjadi karena organisasi/lembaga BUMDes
Amarta ikut serta dalam menjaga keharmonisan internalnya. Sikap saling
mendukung dalam kepercayaan BUMDes Amarta terjadi pada dua hal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
yaitu: (a) saling mendukung dalam hal informasi dan (b) mendukung
kegiatan BUMDes. Kedua hal tersebut terjadi karena organisasi/lembaga
BUMDes Amarta mengikutsertakan anggota/karyawannya untuk terlibat
aktif dalam pengembangan BUMDes Amarta. Kepercayaan yang timbul
dari komitmen dan sikap saling mendukung ini tentunya menimbulkan
hubungan yang semakin membaik bagi semua pihak dan mempererat kerja
sama di BUMDes Amarta.
Gambar 6. Model Empiris Komponen Kepercayaan dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Model empiris komponen kepercayaan pada Gambar 6 timbul
karena dorongan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Dorongan ini
mengakibatkan adanya keyakinan dalam organisasi/lembaga BUMDes
Amarta untuk berkomitmen dan saling mendukung antar
anggota/karyawan. Kepercayaan dalam BUMDes Amarta selaras dengan
model teoretis kepercayaan. Bahwa adanya komitmen dan sikap saling
mendukung tersebut organisasi/lembaga BUMDes Amarta dapat mencapai
tujuan bersama-sama (Fukuyama, 1995). Kepercayaan yang timbul
tersebut berdampak pada hubungan yang membaik dalam aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
kegiatan BUMDes Amarta. Atas dasar hubungan yang baik inilah kegiatan
ekonomi BUMDes Amarta berkembang dan tumbuh. Wujud dari
kepercayaan menjadikan BUMDes Amarta dalam berdikari (Fukuyama,
1995).
5. Wujud Modal Sosial dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Komponen wujud modal sosial dalam pengelolaan BUMDes
Amarta dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah. Wujud modal sosial dalam
organisasi/lembaga BUMDes Amarta dapat ditemukan dalam
hubungannya dengan komponen-komponen modal sosial. Wujud modal
sosial dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta berawal dari tiga wujud
modal sosial. Ketiganya adalah bonding social capital, bridging social
capital dan linking social capital.
Gambar 7. Model Empiris Komponen Wujud Modal Sosial dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Model teoretis wujud modal sosial BUMDes Amarta mampu
menciptakan transformasi organisasi/lembaga BUMDes Amarta menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
semakin baik. Hal tersebut karena wujud modal sosial ditandai adanya
perekat sosial, hubungan yang menjembatani dan menghubungkan
karakteristik sosial dengan berbagai pihak yang berkuasa (Woolcock &
Narayan, 2000). Jadi, wujud modal sosial yang ditemukan dalam BUMDes
Amarta sejalan dengan model teoretis yang ada.
6. Modal Sosial Mengikat atau Bonding Social Capital dalam
Pengelolaan BUMDes Amarta
Modal sosial mengikat atau bonding social capital dalam
pengelolaan BUMDes Amarta dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah.
Modal sosial mengikat timbul dari semangat yang dibawa dari lingkungan
masyarakat melalui tindakan, nilai yang dipengang, presepsi dan tradisi
yang kemudian dihidupi dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta.
Modal sosial mengikat dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta
ditemukan antara lain: (a) gotong royong, (b) solidaritas, (c) keberagaman,
(d) nilai-nilai lokal, (e) nilai kebersihan, (f) nilai tenggang rasa, (g)
kekeluargaan, (h) kesukarelaan, (i) nilai menghormati, dan (j) nilai
memiliki. Kesepuluh unsur modal sosial mengikat tersebut merupakan
ikatan yang kuat yang ditunjukkan dalam organisasi/lembaga BUMDes
Amarta dalam membangun budaya organisasi lebih baik lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Gambar 8. Model Empiris Bonding SC dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Model teoretis modal sosial mengikat atau bonding social capital
didasarkan pada ikatan anggota-anggota masyarakat dalam kelompok
tertentu yang ditunjukkan melalui nilai, kultur, presepsi dan tradisi. Modal
sosial mengikat dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta sejalan
dengan model teoretisnya. Modal sosial mengikat dalam
organisasi/lembaga BUMDes Amarta juga mengikat anggota/karyawannya
melalui sepuluh unsur modal sosial dalam Gambar 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Wujud modal sosial mengikat atau bonding social capital dalam
organisasi/lembaga BUMDes Amarta memiliki kekuatan dan kelemahan.
Kekuatan dalam modal sosial mengikat atau bonding social capital
terdapat pada nilai, kultur, presepsi dan tradisi yang dipegang cenderung
kuat dan berakar. Apabila dibandingkan dengan tulisan dari Putnam tahun
1995 dalam bukunya yang berjudul Bowling Alone: America’s Declining
Social Capital. Hasil dari tulisan Putnam menjelaskan bahwa modal sosial
justru mengalami penurunan dalam kehidupan bermasyarakat di Amerika.
Bertolak dari tulisan Putnam tersebut, tentunya ada hal-hal yang
melatarbelakanginya. Letak georafis, nilai dan adat budaya menjadi faktor
modal sosial berkembang. Amerika menggunakan nilai dan adat budaya
barat yang tentunya berpengaruh terhadap modal sosial yang terjadi
nantinya. Sedangkan organisasi/lembaga BUMDes Amarta masih
memegang teguh mindset dan kerangka berpikir, nilai dan budaya adat
ketimuran Indonesia. Wujud modal sosial mengikat yang ditemukan
secara gamblang menggambarkan nilai dan budaya adat ketimuran
Indonesia. Sumber daya manusia dalam organisasi/lembaga BUMDes
masih memegang nilai dan budaya adat ketimuran Indonesia secara turun-
temurun. Kelemahan dalam modal sosial mengikat atau bonding social
capital yang ada tersebut belum sepenuhnya menjadi budaya
organisasi/lembaga BUMDes Amarta yang menjadi bagian dalam profil
BUMDes Amarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
7. Modal Sosial Menjembatani atau Bridging Social Capital dalam
Pengelolaan BUMDes Amarta
Modal sosial menjembatani atau bridging social capital dalam
pengelolaan BUMDes Amarta dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah.
Modal sosial menjembatani timbul karena adanya aturan main yang
menghubungkan BUMDes Amarta dengan komunitas, organisasi/lembaga,
dan masyarakat lain. Aturan main tersebut membangun integrasi sosial
BUMDes Amarta. Modal sosial menjembatani dalam organisasi/lembaga
BUMDes Amarta ditemukan antara lain: (a) kerja sama Lembaga-lembaga
BPD, (b) Forum Musyawarah Desa, (c) Forum Komunikasi BUMDes, (d)
kerja sama dengan restoran/rumah makan, (e) kolaborasi BUMDes lainnya,
(f) mengikutsertakan peran Karang Taruna, (g) kerja sama Institusi
Pendidikan, (h) kerja sama Komunitas Desa, (i) kerja sama dengan
pemasok, (j) studi banding BUMDes, (k) kerja sama Karang Taruna, (l)
Forum BUMDes Indonesia, (m) kerja sama pengepul mandiri, (n) kerja
sama dengan perbankan, dan (o) kerja sama dusun. Keseluruhan modal
sosial menjembatani yang ditemukan tersebut menghubungkan BUMDes
Amarta dengan kelompok sosial yang berbeda untuk mencapai tujuan
bersama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Gambar 9. Model Empiris Bridging SC dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Model empiris dari modal sosial menjembatani atau bridging
social capital didasarkan pada hubungan warga masyarakat dari kelompok
sosial berbeda yang berwujud institusi dalam rangka mencapai tujuan
bersama. Modal sosial menjembatani dalam organisasi/lembaga BUMDes
Amarta sejalan dengan model teoretisnya. Modal sosial yang ditemukan
mampu membangun integrasi sosial dalam komunitas, organisasi/lembaga,
dan masyarakat lain dengan kelompok sosial yang berbeda.
Wujud modal sosial menjembatani atau bridging social capital
dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta memiliki kekuatan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kelemahan. Kekuatan dari wujud modal sosial menjembatani atau bridging
social capital terdapat kerja sama dalam lingkup desa yang cenderung
dominan terhadap wujud modal sosial lainnya. Hal ini karena
organisasi/lembaga BUMDes Amarta mampu membangun integrasi sosial
dalam komunitas, organisasi/lembaga dan masyarakat lainnya.
Organisasi/lembaga BUMDes Amarta dapat mengembangkan sayapnya
melalui modal sosial menjembatani. Dalam wujud ini organisasi/lembaga
BUMDes Amarta mampu bekerja sama dengan berbagai komunitas,
organisasi/lembaga dan masyarakat di desa. Organisasi/lembaga BUMDes
Amarta menjalin jejaring dengan warga masyarakat dari kelompok sosial
yang berbeda. Hubungan inilah menjadikan organisasi/lembaga BUMDes
Amarta dapat berkembang di desa.
Kelemahan dalam wujud modal sosial menjembatani adalah
Karang Taruna belum tertarik dalam pengelolaan sampah di BUMDes.
Kurangnya daya tarik ini tentunya dilandaskan pada sikap belum
pahamnya Karang Taruna akan pentingnya memajukan desa lewat
pengelolaan sampah di BUMDes Amarta. Kerja sama Karang Taruna
dengan organisasi/lembaga BUMDes Amarta hanya sebatas pada
dukungan kegiatan Karang Taruna dan tidak sebaliknya. Sedangkan peran
ikut serta Karang Taruna terjadi dalam kegiatan pemerintah desa yang
secara tidak langsung juga berhubungan dengan organisasi/lembaga
BUMDes Amarta. Lalu, sikap gengsi dari jiwa anak muda Karang Taruna
untuk bekerja di pengelolaan sampah juga menjadi salah satu faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
kurangnya daya tarik untuk berkontribusi dalam pengelolaan sampah di
BUMDes Amarta. Belum lagi globalisasi yang saat ini terjadi juga
menjadi pendukung Karang Taruna enggan berpartisipasi dalam
pengelolaan sampah di BUMDes Amarta. Karena bekerja di perkotaan
menjadi pilihan utama Karang Taruna daripada bekerja di desa dan
membangun desa.
8. Modal Sosial Menghubungkan atau Linking Social Capital dalam
Pengelolaan BUMDes Amarta
Modal sosial menghubungkan atau linking social capital dalam
pengelolaan BUMDes Amarta dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah.
Modal sosial menghubungkan dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta
digunakan untuk memperkuat BUMDes Amarta dalam kegiatannya.
Modal sosial menghubungkan yang ada mengindikasikan bahwa
organisasi/lembaga BUMDes Amarta memerlukan dukungan dan bantuan
dari komunitas, organisasi/lembaga, dan masyarakat lain. Modal sosial
menghubungkan dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta ditemukan
antara lain: (a) kerja sama corporate social responsibility (CSR)
Perusahaan, (b) kerja sama Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, (c)
kerja sama Dinas Pertanian, (d) kerja sama dan sosialisasi Dinas
Lingkungan Hidup, (e) kerja sama Balai Besar Latihan Masyarakat
Kemdes PDTT, (f) kerja sama Forum Nasional, dan (g) kerja sama dan
sosialisasi Dinas Pertanian (GAPOKTAN). Modal sosial menghubungkan
yang ditemukan tersebut merupakan komunitas, organisasi/lembaga, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
masyarakat yang lebih berdaya dan mendukung kemajuan BUMDes
Amarta.
Gambar 10. Model Empiris Linking SC dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Modal sosial menghubungkan dalam model teoretisnya merupakan
ikatan antar kelompok masyarakat yang kurang berdaya dengan kelompok
masyarakat yang lebih berdaya. Masyarakat yang berdaya tersebut dapat
menjadi pendukung dalam ikatan sosial. Selaras dengan model teoretisnya,
bahwa modal sosial menghubungkan dalam organisasi/lembaga BUMDes
Amarta mencerminkan adanya kelompok masyarakat yang lebih berdaya.
Kelompok masyarakat yang berdaya tersebut mendukung
organisasi/lembaga BUMDes Amarta.
Wujud modal sosial menghubungkan atau linking social capital
dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta memiliki kekuatan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
kelemahan. Kekuatan dari wujud modal sosial menghubungkan atau
linking social capital terdapat dukungan dari organisasi/lembaga yang
berdaya yang mendukung dan membantu organisasi/lembaga BUMDes
Amarta. Hal ini menandakan bahwa organisasi/lembaga BUMDes Amarta
mendapat perhatian serius dari kelompok masyarakat yang berdaya
tersebut. Ada kesatuan tujuan dalam memajukan desa melalui kegiatan dan
aktivitas BUMDes Amarta. Kelemahan dari wujud modal sosial
menghubungkan atau linking social capital adalah bahwa
organisasi/lembaga BUMDes Amarta dan Pemerintah Daerah Kabupaten
Sleman melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG)
Kabupaten Sleman belum menjalin hubungan yang menguntungkan.
Besarnya volume sampah dari lingkungan pasar tradisional di Kabupaten
Sleman yang dikelola oleh DISPERINDAG Kabupaten Sleman, memiliki
keuntungan menjanjikan yang belum dikelola secara maksimal. Apabila
adanya kerja sama dalam mengelola potensi dari sampah pasar ini,
organisasi/lembaga BUMDes Amarta dapat mengelolanya dalam kegiatan
organisasi/lembaga BUMDes maka akan berdampak pada hal lainnya.
Dampak yang ditimbulkan dapat berpengaruh pada kebutuhan tenaga kerja
baru dan pada peningkatan Pendapatan Asli Desa nantinya. Sedangkan
DISPERINDAG akan terbantu pada masalah sampah yang kian hari
semakin bertambah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
B. Hubungan Modal Sosial dan Kinerja Organisasi
1. Fungsi Modal Sosial dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Gambar 11. Model Empiris Fungsi Modal Sosial dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Fungsi Modal Sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta dapat
dilihat dalam Gambar 11 di atas. Modal sosial tumbuh dan berkembang
dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta. Melalui komponen-
komponen modal sosial yang mempengaruhi sumber daya manusia
BUMDes Amarta. Pengaruh sumber daya manusia tersebut berdampak
pada fungsi modal sosial. Gambar 11 di atas menjelaskan fungsi modal
sosial dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta. Terdapat empat fungsi
modal sosial dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta, antara lain: (a)
membangun jaringan, (b) mengelola sampah masyarakat, (c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mensosialisasikan dan memasarkan BUMDes, dan (d) menggugah
partisipasi masyarakat desa untuk menyetor sampah ke BUMDes Amarta.
Fungsi modal sosial yang ditemukan terdapat kesamaan dan
perbedaan dalam model teoretisnya dan model empirisnya. Persamaanya
bahwa fungsi modal sosial dalam model teoretisnya mengatakan bahwa
modal sosial memberi dorongan bagi pengelola BUMDes untuk
meningkatkan produktivitas, pelayanan dan tanggung jawab BUMDes
(Ubaididillah, 2017), membangun kolaborasi sosial dan mempromosikan
desa lewat kegiatan BUMDes (Anggraeni, 2016). Sedangkan
perbedaannya terletak pada fungsi modal sosial dalam organisasi/lembaga
BUMDes Amarta yang dapat menggugah partisipasi masyarakat desa
untuk bekerja sama dalam kegiatan BUMDes Amarta.
2. Efektivitas Fungsi Modal Sosial dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
Efektivitas Fungsi Modal Sosial dalam Pengelolaan BUMDes
Amarta dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah. Pengaruh modal sosial
menjadi penting dalam meningkatkan kinerja BUMDes Amarta. Modal
sosial mendorong keberhasilan strategi kemandirian BUMDes dalam
rangka mewujudkan kepentingan bersama dalam organisasi/lembaga
BUMDes Amarta. Kepentingan bersama tersebut tercermin dalam kinerja
BUMDes Amarta. Modal sosial berpengaruh terhadap kinerja BUMDes
Amarta. Jadi, jelas bahwa fungsi modal sosial sudah efektif dilaksanakan
dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 12. Model Empiris Efektivitas Fungsi Modal Sosial dalam Pengelolaan BUMDes Amarta
3. Kinerja BUMDes Amarta
Gambar 13. Model Empiris Kinerja BUMDes Amarta
Kinerja BUMDes Amarta dapat dilihat pada Gambar 13 di atas.
Ada lima indikator dalam mengukur kinerja organisasi/lembaga BUMDes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Amarta. Indikator kinerja BUMDes Amarta meliputi lima aspek, yaitu: (a)
produktivitas, (b) kualitas layanan, (c) responsivitas, (d) responsibilitas
dan, (e) akuntabilitas. Kinerja BUMDes Amarta yang ditemukan
menggambarkan hasil capaian yang terjadi dalam kegiatan atau aktivitas
dari organisasi/lembaga BUMDes Amarta.
Gambar 14. Model Empiris Aspek Produktivitas Kinerja BUMDes Amarta
Aspek produktivitas kinerja BUMDes Amarta dapat dilihat pada
Gambar 14 di atas. Ada empat aspek produktivitas dalam kinerja BUMDes
Amarta, yaitu: Produksi, Penjualan, Keuntungan dan Manfaat. Produksi
dalam BUMDes Amarta sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
melalui produk yang dihasilkan secara rutin. Produksi BUMDes Amarta
yang baik menunjukkan bahwa BUMDes Amarta ada untuk
menyelesaikan persoalan di desa. Penjualan dalam BUMDes Amarta
terjadi karena produksi yang baik dan dapat bersaing dengan produk
lainnya. Hal ini juga menggambarkan bahwa penjualan dalam BUMDes
Amarta terjadi karena produknya sesuai dengan selera masyarakat.
Produktivitas ini juga memberikan keuntungan dalam BUMDes Amarta.
Keuntungan untuk dapat menyumbang Pendapatan Asli Desa lewat laba
penjualan produknya. Produktivitas ini tentunya memberikan manfaat.
Manfaat dalam BUMDes Amarta adalah menjawab kebutuhan atau
permasalahan desa mengenai sampah.
Gambar 15. Model Empiris Aspek Kualitas Layanan Kinerja BUMDes Amarta
Aspek kualitas layanan kinerja BUMDes Amarta dapat dilihat pada
Gambar 15 di atas. Ada dua aspek kualitas layanan dalam kinerja
BUMDes Amarta, yaitu: Calon Konsumen dan Pelanggan. Kualitas
layanan terhadap calon konsumen adalah memberikan/menghasilkan
kualitas pelayanan sesuai standar dan berkualitas kepada calon konsumen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Sedangkan kualitas layanan terhadap pelanggan adalah
memberikan/menghasilkan pelayanan prima kepada pelanggan dan
mencarikan alternatif dalam meningkatkan dan mempertahankan kualitas
kepada pelanggan. BUMDes Amarta senantiasa menjaga hubungan baik
dengan calon pelanggan dan pelanggannya melalui pelayanan yang
berkualitas.
Gambar 16. Model Empiris Aspek Responsivitas Kinerja BUMDes Amarta
Aspek responsivitas kinerja BUMDes Amarta dapat dilihat pada
Gambar 16 di atas. Ada tiga aspek responsivitas dalam kinerja BUMDes
Amarta, yaitu: Prioritas Kebutuhan, Program Pelayanan dan Partisipasi
Masyarakat. Prioritas kebutuhan yang dilakukan oleh BUMDes Amarta
dengan melakukan pendataan kebutuhan masyarakat dan menindaklanjuti,
mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan mengakomodir kebutuhan
masyarakat lewat musyawarah desa. Jadi BUMDes dalam melakukan
kegiatannya melakukan pemetaan pemasaran sesuai dengan harapan
masyarakat. Program pelayanan yang dilakukan oleh BUMDes Amarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
mendapatkan dukungan dan partisipasi dari tokoh-tokoh di desa. Program
pelayanan BUMDes Amarta yang dilakukan telah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat di desa. Program pelayanan yang dilakukan oleh
BUMDes Amarta tentunya terjadi karena adanya partisipasi masyarakat.
Partisipasi masyarakat terdapat dalam keikutsertaan kegiatan BUMDes
Amarta. BUMDes Amarta memberikan ruang bagi masyarakat untuk ikut
andil dalam membangun desa lewat kegiatan-kegiatan BUMDes.
Gambar 17. Model Empiris Aspek Responsibilitas Kinerja BUMDes Amarta
Aspek responsibilitas kinerja BUMDes Amarta dapat dilihat pada
Gambar 17 di atas. Ada tiga aspek responsibilitas dalam kinerja BUMDes
Amarta, yaitu: Administrasi Baik, Kegiatan Teradministrasi dan Program
Evaluasi. Administrasi Baik dalam BUMDes Amarta dapat dilihat dalam
bentuk laporan keuangannya. Pengadministrasian yang dilakukan
menandakan bahwa BUMDes Amarta melaksanakan prinsip-prinsip
administrasi yang benar dengan baik. Kegiatan teradministrasi dalam
BUMDes Amarta dibuktikan dalam buku laporan dan rencana kerja dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
setiap kegiatan dalam pengelolaan sampahnya dilakukan sesuai dengan
standar operasional prosedur/SOP. BUMDes Amarta melakukan
pendokumentasian kegiatan secara baik. Program evaluasi dalam
BUMDes Amarta dilakukan melalui evaluasi administrasi, rapat evaluasi
intrernal dan laporan pertanggungjawaban di musyawarah desa. BUMDes
Amarta melakukan kegiatan evalusi merupakan langkah dalam
memperbaiki organisasi/lembaga BUMDes Amarta semakin baik dan
berkelanjutan.
Gambar 18. Model Empiris Aspek Akuntabilitas Kinerja BUMDes Amarta
Aspek akuntabilitas kinerja BUMDes Amarta dapat dilihat pada
Gambar 18 di atas. Ada tiga aspek akuntabilitas dalam kinerja BUMDes
Amarta, yaitu: Kepentingan Masyarakat, Mekanisme Menampung
Aspirasi dan Saran, Kritik dan sejenisnya. BUMDes Amarta menjalankan
kegiatan usahanya sesuai dengan kepentingan masyarakat. Kegiatan
BUMDes Amarta merupakan hasil musyawarah bersama yang menjawab
permasalahan mengenai sampah. Mekanisme dalam menampung aspirasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dalam BUMDes Amarta mengakomodir masyarakat untuk memberikan
pemikiran terbaiknya melalui musyawarah desa hingga pada datang
langsung ke kantor BUMDes Amarta. BUMDes Amarta memiliki sikap
bertanggung jawab dalam menjalankan organisasi/lembaga publik di desa
lewat mekanisme untuk menampung aspirasi. Saran, kritik dan sejenisnya
dalam BUMDes Amarta diperoleh dari masyarakat. Saran, kritik dan
sejenisnya yang diterima BUMDes Amarta merupakan wujud
organisasi/lembaga BUMDes Amarta dalam menampung aspirasi dari
masyarakat dengan tujuan untuk kemajuan BUMDes Amarta.
Kinerja BUMDes Amarta yang terlihat pada Gambar 13
merupakan wujud dari hasil kegiatan yang telah dicapai. Kinerja BUMDes
Amarta mengambarkan secara keseluruhan tentang pencapaian
organisasi/lembaga BUMDes. Kinerja BUMDes Amarta merupakan hasil
capaian yang diharapkan bersama-sama. Model empiris yang ditemukan
selaras dengan model teoretis kinerja organisasi yang mengatakan bahwa
kinerja organisasi merupakan patokan dalam mencapai hasil yang
diharapkan (Keban, 2004). Hal ini karena kinerja BUMDes Amarta yang
ditemukan cocok untuk merepresentasikan kinerja BUMDes yang
sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
C. Pokok-pokok Temuan Penelitian
Temuan yang didapatkan peneliti dari data yang telah dikumpulkan di
lapangan dengan pemaparan pokok-pokoknya sebagai berikut:
1. BUMDes Amarta adalah organisasi/lembaga publik di Desa
Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang
dibentuk atas prakarsa masyarakat dan pemerintah desa untuk mengatasi
persoalan sampah di desa.
2. BUMDes Amarta merupakan organisasi/lembaga yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan perekonomian Desa Pandowoharjo yang bersinergi
dalam mewujudkan desa mandiri dan sejahtera.
3. Komponen-komponen modal sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta
dikelompokkan dalam tiga komponen yang mengacu pada jaringan sosial,
norma dan kepercayaan (Putnam, 1993).
4. Komponen jaringan sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta meliputi
eksistensi anggota/karyawan, tindakan komunikasi dan interaksi intensif,
dan tujuan bersama yang diharapkan. Jaringan sosial dalam pengelolaan
BUMDes Amarta berdampak positif terhadap kelembagaan dan sumber
daya manusia BUMDes Amarta.
5. Komponen norma dalam pengelolaan BUMDes Amarta meliputi aturan
tertulis, aturan tidak tertulis, sanksi tertulis dan sanksi tidak tertulis.
Norma dalam pengelolaan BUMDes Amarta merupakan perwujudan dari
penegakan kedisiplinan dan pedoman yang dilakukan dalam pengelolaan
BUMDes Amarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
6. Komponen kepercayaan dalam pengelolaan BUMDes Amarta timbul
karena adanya komitmen dan sikap saling mendukung antar
anggota/karyawan BUMDes Amarta. Komitmen dan sikap saling
mendukung tersebut digunakan untuk mencapai tujuan BUMDes Amarta.
7. Wujud modal sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta dikelompokkan
kedalam tiga wujud. Ketiganya adalah modal sosial mengikat (bonding
social capital), modal sosial menjembatani (bridging social capital) dan
modal sosial menghubungkan (linking social capital).
8. Modal sosial mengikat dalam pengelolaan BUMDes Amarta ditemukan
antara lain: (a) gotong royong, (b) solidaritas, (c) keberagaman, (d) nilai-
nilai lokal, (e) nilai kebersihan, (f) nilai tenggang rasa, (g) kekeluargaan,
(h) kesukarelaan, (i) nilai menghormati, dan (j) nilai memiliki.
9. Modal sosial menjembatani dalam pengelolaan BUMDes Amarta
ditemukan antara lain: (a) kerja sama Lembaga-lembaga BPD, (b) Forum
Musyawarah Desa, (c) Forum Komunikasi BUMDes, (d) kerja sama
dengan restoran/rumah makan, (e) kolaborasi BUMDes lainnya, (f)
mengikutsertakan peran Karang Taruna, (g) kerja sama Institusi
Pendidikan, (h) kerja sama Komunitas Desa, (i) kerja sama dengan
pemasok, (j) studi banding BUMDes, (k) kerja sama Karang Taruna, (l)
Forum BUMDes Indonesia, (m) kerja sama pengepul mandiri, (n) kerja
sama dengan perbankan, dan (o) kerja sama dusun.
10. Modal sosial menghubungkan dalam dalam BUMDes Amarta ditemukan
antara lain: (a) kerja sama corporate social responsibility (CSR)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Perusahaan, (b) kerja sama Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, (c)
kerja sama Dinas Pertanian, (d) kerja sama dan sosialisasi Dinas
Lingkungan Hidup, (e) kerja sama Balai Besar Latihan Masyarakat
Kemdes PDTT, (f) kerja sama Forum Nasional, dan (g) kerja sama dan
sosialisasi Dinas Pertanian (GAPOKTAN).
11. Modal sosial berperan/berfungsi dalam organisas/lembaga BUMDes
Amarta. Fungsi modal sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta antara
lain: (a) membangun jaringan, (b) mengelola sampah masyarakat, (c)
mensosialisasikan dan memasarkan BUMDes, dan (d) menggugah
partisipasi masyarakat desa untuk menyetor sampah ke BUMDes Amarta.
12. Terdapat hubungan modal sosial dan kinerja BUMDes Amarta. Hubungan
tersebut dijelaskan dalam efektivitas fungsi modal sosial dalam
pengelolaan BUMDes Amarta. Fungsi modal sosial sudah efektif dalam
pengelolaan BUMDes Amarta. Hal tersebut karena fungsi modal sosial
mendorong kemandirian BUMDes Amarta dalam rangka mewujudkan
kepentingan bersama. Modal sosial mempengaruhi kinerja BUMDes.
13. Kinerja BUMDes Amarta diklasifikasikan dalam lima aspek, yaitu: (a)
produktivitas, (b) kualitas layanan, (c) responsivitas, (d) responsibilitas
dan, (e) akuntabilitas. Kinerja BUMDes Amarta mengambarkan secara
keseluruhan tentang pencapaian organisasi/lembaga BUMDes. Kinerja
BUMDes Amarta merupakan hasil capaian yang diharapkan bersama-
sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil temuan dalam penelitian di lapangan tentang peran modal sosial
dalam pengelolaan BUMDes Amarta menunjukkan bahwa BUMDes Amarta
merupakan organisasi/lembaga publik di Desa Pandowoharjo, Kecamatan
Sleman, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. BUMDes Amarta dibentuk atas asas
demokrasi melalui musyawarah desa. Organisasi/lembaga BUMDes Amarta
pada awal pembentukannya bertujuan untuk mengatasi permasalahan sampah
di desa. Organisasi/lembaga BUMDes Amarta bergerak pada pengelolaan
sampah terpadu yang menguntungkan di Desa Pandowoharjo.
Organisasi/lembaga BUMDes Amarta dibentuk untuk mewujudkan desa
mandiri dan sejahtera sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
Organisasi/lembaga BUMDes Amarta memiliki modal sosial. Modal
sosial dalam organisasi/lembaga BUMDes Amarta dikelompokkan dalam tiga
komponen yang mengacu pada jaringan sosial, norma dan kepercayaan
(Putnam, 1993). Modal sosial memperkuat dan meningkatkan pengelolaan
BUMDes Amarta. Modal sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta
merupakan sumber daya yang melibatkan hubungan dengan banyak pihak
dalam wujud jaringan sosial, norma dan kepercayaan yang tumbuh dalam
organisasi/lembaga BUMDes Amarta. Modal sosial dalam pengelolaan
BUMDes Amarta dimanfaatkan untuk menentukan korelasi positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Komponen-komponen modal sosial dijelaskan secara terpisah. Komponen
jaringan sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta berdampak positif
terhadap kelembagaan dan sumber daya manusia BUMDes Amarta.
Komponen norma dalam pengelolaan BUMDes Amarta merupakan wujud
dalam menegakan kedisiplinan dan merupakan pedoman yang harus dilakukan
dalam kegiatan BUMDes Amarta. Aturan dan sanksi yang merupakan norma
dalam pengelolaan BUMDes Amarta merupakan kontrol organisasi/lembaga
BUMDes Amarta semakin baik. Komponen kepercayaan dalam pengelolaan
BUMDes Amarta berpengaruh terhadap pengembangan sumber daya manusia
BUMDes Amarta. Komitmen dan sikap saling mendukung yang merupakan
kepercayaan dalam pengelolaan BUMDes Amarta digunakan untuk mencapai
tujuan BUMDes Amarta. Modal sosial dikelompokkan dalam tiga wujud.
Ketiganya adalah modal sosial mengikat (bonding social capital), modal
sosial menjembatani (bridging social capital) dan modal sosial
menghubungkan (linking social capital). Modal sosial mengikat (bonding
social capital) dalam pengelolaan BUMDes Amarta ditemukan antara lain: (a)
gotong royong, (b) solidaritas, (c) keberagaman, (d) nilai-nilai lokal, (e) nilai
kebersihan, (f) nilai tenggang rasa, (g) kekeluargaan, (h) kesukarelaan, (i) nilai
menghormati, dan (j) nilai memiliki. Modal sosial mengikat dalam
pengelolaan BUMDes Amarta membangun budaya organisasi/lembaga
BUMDes Amarta semakin kuat. Modal sosial menjembatani (bridging social
capital) dalam pengelolaan BUMDes Amarta ditemukan antara lain: (a) kerja
sama Lembaga-lembaga BPD, (b) Forum Musyawarah Desa, (c) Forum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Komunikasi BUMDes, (d) kerja sama dengan restoran/rumah makan, (e)
kolaborasi BUMDes lainnya, (f) mengikutsertakan peran Karang Taruna, (g)
kerja sama Institusi Pendidikan, (h) kerja sama Komunitas Desa, (i) kerja
sama dengan pemasok, (j) studi banding BUMDes, (k) kerja sama Karang
Taruna, (l) Forum BUMDes Indonesia, (m) kerja sama pengepul mandiri, (n)
kerja sama dengan perbankan, dan (o) kerja sama dusun. Modal sosial
menjembatani membangun integrasi sosial organisasi/lembaga BUMDes
Amarta. Modal sosial menghubungkan (linking social capital) dalam
BUMDes Amarta ditemukan antara lain: (a) kerja sama corporate social
responsibility (CSR) Perusahaan, (b) kerja sama Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa, (c) kerja sama Dinas Pertanian, (d) kerja sama dan
sosialisasi Dinas Lingkungan Hidup, (e) kerja sama Balai Besar Latihan
Masyarakat Kemdes PDTT, (f) kerja sama Forum Nasional, dan (g) kerja
sama dan sosialisasi Dinas Pertanian (GAPOKTAN). Modal sosial
menghubungkan mengindikasikan bahwa organisasi/lembaga BUMDes
Amarta memerlukan dukungan dan bantuan dari komunitas,
organisasi/lembaga, dan masyarakat lain.
Hubungan modal sosial dan kinerja BUMDes Amarta. Hubungan
tersebut dijelaskan dalam efektivitas fungsi modal sosial dalam pengelolaan
BUMDes Amarta. Fungsi modal sosial sudah efektif dalam pengelolaan
BUMDes Amarta. Fungsi modal sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta
antara lain: (a) membangun jaringan, (b) mengelola sampah masyarakat, (c)
mensosialisasikan dan memasarkan BUMDes, dan (d) menggugah partisipasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
masyarakat desa untuk menyetor sampah ke BUMDes Amarta. Hal tersebut
karena fungsi modal sosial mendorong kemandirian BUMDes Amarta dalam
rangka mewujudkan kepentingan bersama. Kinerja BUMDes Amarta
merupakan patokan dalam mencapai hasil yang diharapkan dari kepentingan
bersama. Kinerja BUMDes Amarta melingkupi lima aspek, yaitu: (a)
produktivitas, (b) kualitas layanan, (c) responsivitas, (d) responsibilitas dan,
(e) akuntabilitas. Kinerja BUMDes Amarta sendiri mengambarkan secara
keseluruhan tentang pencapaian organisasi/lembaga BUMDes. Kinerja
BUMDes Amarta merupakan hasil capaian yang diharapkan bersama-sama.
Hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa
terdapat pengaruh postif modal sosial dan kinerja BUMDes Amarta.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai modal sosial dan pengelolaan
BUMDes Amarta, maka terdapat beberapa saran yang bisa dijadikan
masukkan sebagai bahan pertimbangan:
1. Bagi akademisi
a. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh modal
sosial dalam pengelolaan BUMDes yang dilihat selain dari modal
sosial menurut Putnam tahun 1993.
b. Sebaiknya dilakukan penelitian mengenai pengaruh modal sosial
terhadap kinerja organisasi/lembaga BUMDes dengan melihat peran
modal sosial dalam pengelolaan BUMDes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
2. Bagi Pemerintah
Perlu adanya kerja sama antara Pemerintah Daerah Kabupaten
Sleman melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG)
Kabupaten Sleman dengan BUMDes Amarta dalam upaya mengelola
sampah pasar secara maksimal. Kerja sama ini dapat membantu
DISPERINDAG dalam rangka mengatasi volume sampah di pasar yang
kian bertambah dan membantu BUMDes Amarta dalam hal pengelolaan
kegiatannya menjadi berkembang dan berdampak pada Pendapatan Asli
Desa.
3. Bagi BUMDes Amarta
a. Perlu mempertahankan nilai dan adat budaya ketimuran Indonesia
sebagai bagian dari mempertahankan dan mengembangkan modal
sosial.
b. Perlu menciptakan budaya organisasi/lembaga BUMDes Amarta,
sehingga sumber daya manusia di BUMDes Amarta dapat memegang
teguh budaya organisasi dalam kegiatan pengelolaan BUMDes Amarta.
c. Perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka
menghadapi globalisasi dan dorongan kerja generasi muda ke wilayah
perkotaan. Sumber daya manusia dalam BUMDes Amarta perlu
memberikan arahan kepada generasi muda bahwa perkembangan dan
pembangunan desa dimulai dari generasi muda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
d. Perlu mendorong kerja sama dengan Karang Taruna di Desa
Pandowoharjo dalam rangka estafet regenerasi
kepengurusan/kepengelolaan BUMDes Amarta.
4. Bagi Masyarakat
Masyarakat Desa Pandowoharjo agar lebih aktif dan reaktif
terhadap kegiatan dalam BUMDes Amarta, sehingga manfaat BUMDes
Amarta dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, R. (2018). Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Berbasis Aspek Modal Sosial (Studi pada BUMDes Surya Sejahtera , Desa Kedungturi , Kecamatan Taman , Kabupaten Sidoarjo). Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, 6, 1–15. Diakses 5 Maret 2019 dari http://journal.unair.ac.id/KMP@strategi-pengembangan-badan-usaha-milik-desa-(BUMDes)-berbasis-aspek-modal-sosial-(studi-pada-BUMDes-surya-sejahtera,-desa-kedungturi,-kecamatan-taman,-article-12721-media-138-category-8.html.
Adhikari, K. P., & Goldey, P. (2010). Social Capital and its “Downside”: The
Impact on Sustainability of Induced Community-Based Organizations in Nepal. World Development, 38(2), 184–194. Diakses 19 Mei 2019 dari https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2009.10.012.
Aliabadi, V., Ataiee, P., & Movahedi, R. (2016). The Effect of Strategic Thinking
and Social Capital on Recognition of Entrepreneurial Opportunities among Rural Youths (Case Study: Kangavar County). Journal of Research & Rural Planning, 5, 95–110. Diakses 5 Maret 2019 dari https://doi.org/https://doi.org/10.22067/jrrp.v5i2.46072.
Andreas, & Savitri, E. (2016). The Role of Economic Empowerment of Coastal
Communities and Social Capital in Improving Prosperity in Meranti and Rokan Hilir District. University of Riau.
Anggraeni, M. R. R. S. (2016). Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pada
Kesejahteraan Masyarakat Pedesaan Studi pada BUMDes di Gunug Kidul Yogyakarta. Jurnal Modus, 28(2), 155–167. Diakses 19 Mei 2019 dari https://doi.org/10.24002/modus.v28i2.848.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. In
Rineka Cipta. Badaruddin, Kariono, Ermansyah & Lina S. (2017). Community Empowerment
Based Social Capital and Village Business Company (BUMDes). Advances in Social Science, Education and Humanities Research, 136; 181-187. Diakses 5 Maret 2019 dari https://dx.doi.org/10.2991/icosop-17.2018.27.
Burt, R. S. (1992). Structural Holes: The Social Structure of Competition (Vol.
21, Issue 4, pp. 122–143). Edward Elgar Publishing Limited. Diakses 19 Mei 2019 dari https://doi.org/http://personal.stevens.edu/~jbao/BIA658A/Session5/burt.pdf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Burt, R. S. (2000). The Network Structure of Social Capital. In Research in Organizational Behavior (Vol. 22). Diakses 19 Mei 2019 dari https://doi.org/https://www.bebr.ufl.edu/sites/default/files/The%20Network%20Structure%20of%20Social%20Capital.pdf.
Cao, Q., Simsek, Z., & Jansen, J. J. P. (2015). CEO Social Capital and
Entrepreneurial Orientation of the Firm: Bonding and Bridging Effects. Journal of Management (Vol 41, Issue 7, pp. 1957-1991). Diakses 19 Mei 2019 dari https://doi.org/10.1177/0149206312469666.
Coleman, J. S. (1988). Social Capital in the Creation of Human Capital. The
American Journal of Sociology, 94, 95–120. Diakses 19 Maret 2019 dari http://www.jstor.org/stable/2780243.
Coleman, J. S. (2009). Dasar-dasar Teori Sosial (Edisi Revisian). Nusa Media. Collier, P. (1998). Social Capital and Poverty. Social Capital Initiative Working
Paper No. 4. Social Capital Initiative, The World Bank. Creswell, J. W. (2012). Research design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed. (2nd ed.). Pustaka Pelajar. Creswell, J. W. (2016). Penelitian Kualitatif & Desain Riset (Memilih diantara
Lima Pendekatan). Pustaka Pelajar. Djaha, A. S. A., Lino, M. M., & Mau, A. E. (2018). Social Capital Making
Through Local Institution: A Village Community Empowerment Strategy in the Pulau Buaya Village, East Nusa Tenggara of Indonesia. Russian Journal of Agricultural and Socio-Economic Sciences, 77(5), 116–122. Diakses 5 Maret 2019 dari https://doi.org/10.18551/rjoas.2018-05.14.
Dwiyanto, A. (2006). Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Penerbit Gadjah
Mada University Press. Esman, M. J., & Uphoff, N. T. (1986). Local Organizations: Intermediaries in
Rural Development. Cornell University Press. Field, J. (2010). Modal Sosial (Social Capital). Edisi Indonesia (Nurhadi
(Penerjemah). Inyiak Ridwan Muzir (Ed.) (ed.)). Kreasi Wacana. Fox, A. (1974). Beyond Contract: Work Power and Trust Relations. In Beyond
Contract: Work Power and Trust Relations (pp. 32–50). Faber and Faber.
Fukuyama, F. (1995). Trust: The Social Virtues and The Creation of Prosperity.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Free Press. Fukuyama, F. (2001). Social; Civil Society and Development. Third World
Quarterly, 22(1), 7–20. Diakses 19 Mei 2019 dari http://fbemoodle.emu.edu.tr/pluginfile.php/38056/mod_resource/content/3/Socila%20capital_Fukuyama.pdf.
Gelderman, C. J., Semeijn, J., & Mertschuweit, P. P. (2016). The Impact of Social
Capital and Technological Uncertainty on Strategic Performance: The Supplier Perspective. Journal of Purchasing and Supply Management, 22(3), 225–234. Diakses 5 Maret 2019 dari https://doi.org/10.1016/j.pursup.2016.05.004.
Granovetter, M. (2001). The Strength of Weak Ties. University of Chicago Press.
Diakses 19 Mei 2019 dari https://doi.org/10.2307/202051. Hadari, N. (2003). Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University
Press. Hasbullah, J. (2006). Social Capital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia
Indonesia. MR-United Press. Hastowiyono, & Suharyanto. (2014). Seri Buku Pintar BUM Desa Penyusunan
Kelayakan Usaha dan Perencanaan Usaha BUM Desa (S. E. Yunanto (ed.); 1st ed.). Forum Pengembangan Pembaharuan Desa. Diakses 19 Mei 2019 dari https://bagianpemerintahan.wonosobokab.go.id/wp-content/uploads/2018/09/Buku-Seri-BUMDesa-Kelayakan-Usaha-BUM-Desa.pdf.
Hastuti, D., & Chilmy, N. (2017). The Analysis of Local Potential in BUM Desa
Empowering in Desa Lembengan, Kecamatan Ledokombo, East Java. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, 6(2), 85. Diakses 5 Maret 2019 dari https://doi.org/10.22202/mamangan.2357.
Ife, J., & Tesoriero, F. (2008). Community Development: Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keban, Y. T. (2004). Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep, Teori
dan Isu. Gaya Media. Kebede, G. F. (2018). Social Capital and Entrepreneurial Outcomes: Evidence
from Informal Sector Entrepreneurs in Ethiopia. The Journal of Entrepreneurship, 27(2), 209–242. Diakses 19 Mei 2019 dari https://doi.org/10.1177/0971355718781250.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Kirowati, D., & Setia, L. D. (2018). Pengembangan Desa Mandiri Melalui BUMDes dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa (Studi Kasus: Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan). Jurnal AKSI (Akuntansi Dan Sistem Informasi), 2(1), 15–24. Diakses 19 Mei 2019 dari https://doi.org/10.32486/aksi.v2i1.213.
Mampanini, D. (2016). Pola Pengembangan Usaha BUMDes untuk Mewujudkan
Peningkatan Penduduk Miskin di Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau. Jurnal Akuntansi Dan Manajemen, 13(1), 496–505. Diakses 19 Mei 2019 dari http://manajemen.upy.ac.id/manajemen/wp-content/uploads/2016/12/BAB-III-dianto-mampanini-496-504.pdf.
Marshall, C., & Rossman, G. (1989). Designing Qualitative Research. In
Designing Qualitative Research (3rd edition). CA: Sage Publications. Diakses 5 Maret 2019 dari https://doi.org/10.2307/2072869.
Mawardi, M. J. (2007). Peranan Social Capital dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 3(2), 5–14. Miles, M. B., Michael Huberman, A., & Saldaña, J. (2014). Qualitative Data
Analysis, A Methods Sourcebook, Edition 3. In SAGE Publications, Inc. Sage Publications. Diakses 19 Mei 2019 dari https://doi.org/10.1177/239700221402800402.
Mirayani, N. P. (2014). Peranan Modal Sosial dalam Pengelolaan Perusahaan Air
Minum Desa (PAMdes) Tri Mandala Tirta (Studi Kasus: Desa Kenderan, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar). Jurnal Citizen, 1(1). Diakses 19 Mei 2019 dari https://ojs.unud.ac.id/index.php/citizen/article/view/9418.
Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). PT.
Remaja Rosda Karya. Nahapiet, J., & Ghoshal, S. (1998). Social Capital, Intellectual Capital, and the
Organizational Advantage. The Academy of Management Review, 23(2), 242. Diakses 5 Maret 2019 dari https://doi.org/10.2307/259373.
Nasution. (2003). Metode Research: Penelitian Ilmiah. PT Bumi Aksara. Nasution, A., Rustiadi, E., Juanda, B., & Hadi, S. (2015). Two-Way Causality
between Social Capital and Poverty in Rural Indonesia. Asian Social Science, 11(13), 139–150. Diakses 19 Mei 2019 dari https://doi.org/10.5539/ass.v11n13p139.
Ozigi, O. (2018). Social Capital and Financial Performance of Small and Medium
Scale Enterprises. Journal of Advanced Research in Business and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Management Studies, 1(10), 18–27. Diakses 29 Maret 2019 dari http://www.akademiabaru.com/doc/ARBMSV10_N1_P18_27.pdf
Palupi, S., Ulfiah, U., Prasetyohadi, Sukapti, Y. S., & Fauzi, S. Al. (2016). Buku
Panduan Pelaksanaan Undang-undang Desa Berbasis Hak. Lakpesdam PBNU.
Putnam, R. D. (1993). The Prosperous Community: Social Capital and Public
Life dalam The American Prospect. 13, 335–342. Diakses 19 Mei 2019 dari https://prospect.org/article/prosperous-community-social-capital-and-public-life.
Putnam, R. D. (1995). Bowling Alone: America’s Declining Social Capital.
Journal of Democracy, 6(1), 65–78. Diakses 19 Mei 2019 dari https://doi.org/10.1353/jod.1995.0002.
Putra, B. S. (2018). BUMDes Al-Madina dalam Perspektif Modal Sosial James S.
Coleman (Penelitian Tentang Pengembangan Perekonomian Desa). Jurnal Sosiologi, 1–15. Diakses 19 Mei 2019 dari http://repository.unair.ac.id/70892/3/JURNAL_TSO.01%2018%20Put%20b.pdf.
Richard, D., Miller, J. C., Freeman, J., Carroll, G. R., & Hannan, M. T. (1983).
The Liability of Newness : Age Dependence in Organizational Death Rates. American Sociological Review, 48(5), 692–710. Diakses 19 Mei 2019 dari https://www.jstor.org/stable/2094928.
Santi, S. K., & Wulandari, T. (2018). Peran Modal Sosial dalam Pengelolaan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Jurnal Social Studies, 7(2), 145–157. Diakses 5 Maret 2019 dari http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/social-studies/article/download/12699/12238.
Satlita, L., Dewi, U., & Priyanto, A. (2017). Strenghtening Social Capital in
Implementing Segoro Amarto Movement to Alleviate poverty in Yogyakarta City. International Journal of Social Studies, 13, 70–81. Diakses 19 Mei 2019 dari https://journal.uny.ac.id/index.php/international/article/view/16975.
Siagian, S. P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara. Solow, R. M. (1999). Social Capital A Multifaceted Perspective: Note Social
Capital and Economic Performance. In Social Capital A Multifaceted Perspective: Note Social Capital and Economic Performance. The World Bank. Diakses 19 Mei 2019 dari http://www-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/IW3P/IB/1999/11/19/000094946_99110505361324/Rendered/PDF/multi_page.pdf#page=339.
Suastika, I. N. (2017). Village Enterprises (a Case Study of Rural Enterprise-
Based Social Capital At the Purwakerti Village Community). South East Asia Journal of Contemporary Business, Economics and Law, 12(4), 26–29. Diakses 19 Mei 2019 dari http://seajbel.com/wp-content/uploads/2017/05/LAW-99.pdf.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. CV
Alfabeta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV
Alfabeta. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV
Alfabeta. Suharto, E. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Refika Aditama.
Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Supranto, J. (2000). Statistik Teori dan Aplikasi. Erlangga. Suranto, A., & Hardianto, F. N. (2019). Model Konseptual Hubungan Modal
Sosial dan Kinerja BUMDes. Management Dynamic Conference 5 (MADIC 5), 214–220. Diakses 19 November 2019 dari https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/madic/article/view/7550/2520.
Syahyuti. (2008). The Role of Social Capital in Agricultural Trade. Forum
Penelitian Agro Ekonomi, 26(1), 32–43. Diakses 19 Mei 2019 dari http://pse.litbang.pertanian.go.id/eng/index.php?option=com_content&view=article&id=66:socio-cultural-policy-framework-toward-agriculture-2025-toward-high-competitive-fair-and-sustainable-rural-agriculture40&catid=15&Itemid=143.
Tangkilisan, H. N. (2005). Manajemen Publik. Gramedia Widia. Ubaididillah, H. (2017). Analisa pengaruh Modal Sosial terhadap Organizational
Citizenship Behaviors (OCB) dengan Mediasi Kepercayaan pada Manajemen BUMDesa. Jurnal Ilmiah Sains Dan Ilmu Pendidikan, 68(1), 53–59. Diakses 19 Mei 2019 dari https://doi.org/http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/whn/article/view/63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
3/898. Woolcock, M., & Narayan, D. (2000). Social Capital: Implications for
Development Theory, Research and Policy. World Bank Research Observer, Oxford Journals Economics & Social Sciences, 15(2P), 225–249. Diakses 19 Mei 2019 dari http://documents.worldbank.org/curated/en/961231468336675195/Social-capital-implications-for-development-theory-research-and-policy.
Yustika, A. E. (2008). Ekonomi Kelembagaan, Definisi, Teori dan Strategi.
Banyumedia Publishing. _______. (2018). Bumdes.id, “Utamakan Memberi Benefit, BUMDes Amarta Tak
Hanya Sekedar Kelola Sampah.”, Diakses 19 Mei 2019 dari https://bumdes.id/2018/02/utamakan-memberi-benefit-bumdes-amarta-tak-hanya-sekedar-kelola-sampah/.
_______. (2004). Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah. _______. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa. _______. (2010). Permendagri Nomor 39 tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik
Desa. _______. (2014). Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. _______. (2015). Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
_______. (2016). Laporan Hasil Kajian dan Perumusan Pembentukan Badan
Usaha Milik Desa (BUM Desa) Desa Pandowoharjo Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
_______. (2019). Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2019 tentang Musyawarah Desa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
LAMPIRAN 1
FORMAT WAWANCARA PENELITIAN
MODAL SOSIAL DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA: Studi Kasus BUMDes Amarta Desa Pandowoharjo,
Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Yogyakarta Pembuka: Selamat siang, Perkenalkan nama saya Andreas Suranto, saya mahasiswa Program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Saya membutuhkan pendapat Bapak/Ibu mengenai modal sosial dalam pengelolaan BUMDes Amarta, Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pendapat Bapak/Ibu sangat bermanfaat bagi penelitian saya, khususnya untuk mengidentifikasi, menjelaskan, dan memahami modal sosial di BUMDes Amarta. Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan jawaban lengkap dalam wawancara mendalam di bawah ini. Isi:
A. Modal Sosial
1. Menurut Anda, BUMDEs Amarta memiliki anggota/karyawan tetap. 2. Menurut Anda, anggota/karyawan tetap BUMDEs bekerja secara aktif. 3. Menurut Anda, setiap anggota/karyawan tetap BUMDes memiliki
kontribusi positif. 4. Menurut Anda, antar-anggota/karyawan BUMDes saling berinteraksi
dengan baik. 5. Menurut Anda, frekuensi bersosialisasi antar-anggota/karyawan
cenderung intensif. 6. Menurut Anda, antar-anggota/karyawan BUMDes saling mengenal
dengan baik. 7. Menurut Anda, antar-anggota/karyawan BUMDes memiliki tujuan
yang sama di dalam BUMDEs. 8. Menurut Anda, BUMDEs memiliki tujuan yang disepakati semua
anggota/karyawannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
9. Menurut Anda, BUMDes memiliki aturan tertulis yang diketahui semua anggota/karyawannya.
10. Menurut Anda, BUMDes memiliki aturan tidak tertulis yang diketahui semua anggota/karyawannya.
11. Menurut Anda, BUMDEs memiliki sanksi tertulis kepada anggota/karyawan yang melanggar aturan tertulis.
12. Menurut Anda, BUMDEs memiliki sanksi tidak tertulis kepada anggota/karyawan yang melanggar aturan tidak tertulis.
13. Menurut Anda, anggota/karyawan BUMDes memiliki komitmen untuk mencapai tujuan bersama secara terus-menerus.
14. Menurut Anda, anggota/karyawan BUMDes saling mendukung satu sama lain.
B. Fungsi Modal Sosial
1. Selain modal non-sosial, BUMDes, ternyata, juga memiliki modal sosial. Jadi di dalam kegiatan usaha BUMDes terdapat modal sosial selain modal non-sosial. Sebutkan dan jelaskan fungsi/peran modal sosial di dalam kegiatan usaha BUMDes.
C. Efektivitas Fungsi Modal Sosial
1. Setelah teridentifikasi sejumlah fungsi/peran modal sosial di dalam BUMDes, lalu, apakah fungsi/peran tersebut bekerja secara efektif bagi BUMDes?
D. Kinerja BUMDes
1. Menurut Anda, BUMDes memproduksi barang atau jasa secara teratur. 2. Menurut Anda, BUMDes menjual barang atau jasa yang diproduksi
secara teratur. 3. Menurut Anda, BUMDes mendapat keuntungan dari usaha yang
dilakukannya. 4. Menurut Anda, BUMDes memproduksi barang atau jasa yang
diharapkan masyarakat. 5. Menurut Anda, BUMDes menjual barang atau jasa yang diproduksi
sesuai dengan harapan masyarakat. 6. Menurut Anda, BUMDes memberi manfaat sesuai harapan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
7. Menurut Anda, BUMDes memberi pelayanan yang berkualitas kepada calon konsumen.
8. Menurut Anda, BUMDes memberi pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan.
9. Menurut Anda, BUMDes merencanakan, mengidentifikasi dan menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat.
10. Menurut Anda, BUMDes membuat dan merealisasikan program-program pelayanan kepada masyarakat.
11. Menurut Anda, Bentuk partisipasi masyarakat teridentifikasi dengan baik dalam pengembangan program organisasi di BUMDes.
12. Menurut Anda, BUMDes memiliki administrasi yang baik. 13. Menurut Anda, BUMDes menggunakan administrasi yang baik dalam
setiap kegiatan usahanya. 14. Menurut Anda, BUMDes melaksanakan program evaluasi administrasi
demi perbaikan yang berkesinambungan. 15. Menurut Anda, BUMDes memberi kesempatan kepada masyarakat
untuk memberi saran, masukan, kritik, dan sejenisnya terhadapnya. 16. Menurut Anda, BUMDes memiliki mekanisme formal dan informal
untuk menjaring,menampung, dan merealisasikan aspirasi masyarakat. 17. Menurut Anda, BUMDes menjalankan kegiatan usahanya sesuai
dengan kepentingan masyarakat.
E. KARAKTERISTIK RESPONDEN: *) Coret yang tidak perlu a. Umur : Tahun b. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan *) c. Jabatan : d. Lama bekerja : Tahun e. Pendidikan terkahir : f. Status perkawinan : Belum Kawin/Kawin/Pernah Kawin *)
Penutup: Saya kira cukup sampai disini wawancara kita, terima kasih atas bantuan Bapak/Ibu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
LAMPIRAN 2
DAFTAR NAMA NARASUMBER BUMDES AMARTA DESA PANDOWOHARJO
KECAMATAN SLEMAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA
No Nama Jabatan Lama Bekerja Umur Pendidikan
1 YB Sutarman, S. Pd. Pengawas BUMDes
Amarta 3 Tahun/ Sejak 2016 63 Tahun Sarjana Pendidikan
2 Agus Setyanta, S.Sos. Direktur BUMDes Amarta 3 Tahun/ Sejak 2016 50 Tahun
Sarjana Ilmu Administrasi
Spesialisasi Administrasi
Pemerintahan
3 Sri Nurtamsi Sekretaris BUMDes
Amarta 3 Tahun/ Sejak 2016 60 Tahun
Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
LAMPIRAN 3
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER 1
Identitas Narasumber 1 Nama : YB. Sutarman, S.Pd. Umur : 63 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Jabatan : Pengawas BUMDes Amarta Lama Bekerja : 3 Tahun/ Sejak 2016 Pendidikan : Sarjana Pendidikan Status Perkawinan : Kawin Pelaksanaan Wawancara Tanggal Wawancara : Mingggu, 28 Desember 2019 Tempat Wawancara : Rumah Bapak YB. Sutarman, S.Pd. Waktu Wawancara : Sekitar pukul 14:00 WIB Kode Transkrip : N1.W1 (Narasumber 1. Wawancara 1) Keterangan : - P : Peneliti / Interviewer
- N : Narasumber / Interviewee - Kalimat atau frase yang digarisbawahi merupakan
data penting yang dimasukkan ke dalam kategorisasi data.
Gambaran Situasi Pada Pengambilan Data Wawancara Wawancara dilakukan di rumah Bapak YB. Sutarman, S.Pd. yang berada di Karangtanjung, Pandowoharjo, Sleman. Begitu datang di rumah tersebut, peneliti dipersilahkan duduk di ruang tamu. Cuaca saat itu sedang hujan deras. Wawancara dilakukan di ruang tamu, hanya ada narasumber dan peneliti yang berada di ruangan tersebut. Di dalam ruang tersebut, terdapat dua baris tempat duduk sofa berhadap-hadapan dengan ditengahnya terdapat meja tamu. Narasumber dan peneliti duduk dengan berhadapan dalam satu tempat duduk sofa yang sama. Suasana di dalam ruang tamu tersebut cukup kondusif. Sementara di sudut meja terdapat tumpukan buku-buku milik narasumber. Selama proses wawancara, narasumber menunjukkan ekspresi mendengarkan pertanyaan yang diajukan. Perbincangan berlangsung selama kurang lebih 45 menit. Selama proses wawancara juga cucu balita dari narasumber bermain di area ruang tamu, sambil sesekali memanggil-manggil kakeknya. Baris Transkrip Wawancara
1 2 3 4 5
P:Menurut Bapak, Bumdes Amarta itu mempunyai anggota/karyawan tetap, Pak?
N: Ada P: Anggotanya berapa, Pak? N: Anggotanya yaitu pengurusnya itu: Ketua/direkturnya, sekretaris,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
bendahara. Karyawannya yaitu ada pemilah sampah. Terus yang selama ini yang berkembang, ini ...apa... bekerja sama dengan (Kuliner) Taman Pandawa. Baru dikembangkan lagi taman kulier nanti kedepannya akan untuk Kolam Renang.
P: Kalau untuk karyawan tetap ada ya, Pak? N: Ada. P: Jumlahnya berapa itu ya, Pak? N: Berapa ya sekitar tiga sampai empat, ada yang masuk seringkali
keluar terus diganti lagi. P: Untuk karyawan yang kontrak/tidak tetapnya apakah ada, Pak? N: Ada. P: Kisaran berapa orang, Pak? N: Sekitar tiga atau empat orang. P: Kalau untuk karyawan yang tetap, Pak. Bekerja secara aktif apa
tidak, Pak? N: Aktif. P: Dalam wujud apa ya, Pak? N: Ya memilah sampah itu. P: Lalu dari pandangan bapak ini untuk karyawan tetapnya itu memiliki
kontribusi positif atau tidak? N: Ya jelas. Jadi kan memacu lingkungan jadi bersih. Juga memacu ke
dusun-dusun yang selama ini belum menangani sampah untuk termotivasi dengan BUMDes Amarta. Selama ini kan sebagian warga sudah kontak dengan ...apa... penanganan sampah yang ditangani di luar BUMDes dari TPS-TPS sebelah Timur SCH (Mall Sleman City Hall) itu. Nah BUMDes Amarta mencoba untuk menangani sampah agar desa menjadi bersih tersebut yang belum memilah sampah tadi yang bisa di dusun selesai, yang tidak nanti diserahkan ke BUMDes untuk ditindaklanjuti.
P: Tadi kan untuk karyawan ini sudah berkontribusi secara positif. Apakah sesama karyawan itu memiliki kontibusi yang baik, Pak?
N: Iya. P: Dalam wujud apa saja itu dalam wujud sehari-harinya, Pak? N: Jadi seperti dengan Pak Nur kan sebagai sekertarisnya juga ada kerja
sama, motivasi nanti dalam arti pekerja tersebut digaji dari pagi sampai sore. Tapi nanti dalam ...apa... ada tambahan pemilihan nanti yang diluar ...apa... kerja tadi menjadi bonus dia sendiri. Jadi motivasinya itu. Dia ada semangat untuk memaksimalkan kerja diluar jam kerja. Kan nanti menjadi bonus tambahan mereka.
P: Lalu untuk setiap karyawan atau seluruh karyawan apa sosialisai gitu, Pak?
N: Ada P: Apakah sosialisasinya itu cenderung baik atau malah jarang gitu,
Pak? N: Itu dalam perektrutan atau dalam...? P: Dalam sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
N: Emm, ya selama ini biasa-biasa ya, jadi awalnya memang untuk karena tadi dishare di grup ataupun juga nanti kan lewat rapat-rapat di desa. Jadi lembaga dusun, RT/RW kan seringkali ada rapat dusun, informasi lewat sana. Termasuk juga kan ada grup WA (Whatsapps Grup) Desa Pandowoharjo.
P: Kalau grupnya itu untuk sesama pengurus ya, Pak? N: Tidak, untuk warga. Pengurus sendiri ada grup WA untuk pengurus.
Tapi informasi yang sifatnya masyarakat perlu tahu, desa tempatnya. P: Kalau untuk sosialisasi antar karyawan itu, Pak? N: Ya ada. Ada rapat rutin, pertemuan rutin. P: Itu sosialisasinya itu intensifnya itu tinggi atau rendah itu, Pak? N: Saya kira sedang, dibandingkan selama ini saya melihat pada waktu
ada kunjungan dari BUMDes yang lain, dalam arti sharing pengalaman nampaknya sama. Jadi aktifnya BUMDes seperti itu.
P: Lalu pandangan Bapak sebagai Komisari BUMDes itu melihat karyawan-karyawan itu, apa berinterkasi baik dengan lainnya dan memiliki jiwa untuk mengenal satu sama lain gitu ndak, Pak?
N: Iya, iya seperti itu. (Dijeda karena narasumber menanyakan maksud dari Komisari
BUMDes) N: Nah Komisaris itu saya agak mau tanya dulu nggih. Komisaris itu
yang dimaksud penasihat atau pengawas? P: Pengawas, Pak. N: Oh gitu. Kalau posisi penasihat dimana ya? P: Penasihat BUMDes itu kan terkait dengan Kepala Desa. N: Oh gitu ya.. Komisaris tadi pengawas ya. Betul iya, iya. Njih. P: Lalu apakah dari pandangan Bapak, semua karyawan itu memiliki
pandangan yang sama terkait dengan tujuan BUMDes? N: Ya sama. Selama ini awalnya sudah diberitahu, visi misi BUMDes
tadi. Jadi apa betul kalau nanti ada yang belum seirama tentu akan seirama dengan sendirinya waktu tadi berjalan.
P: Jika belum seirama, terus bagaimana langkah-langkah BUMDes untuk membuat karyawan bisa seirama?
N: Ya mencoba untuk menjelaskan dan memberi motivasi tadi. P: Lalu kalau disetiap organisasi juga BUMDes ini, Pak. Tentunya
punya aturan-aturan ini, Pak. Kalau di BUMDes menurut Bapak, punya aturan tertulis gitu, Pak?
N: Ada. P: Kalau dari pandangan Bapak, aturan tertulis itu dalam wujud apa
saja, Pak? N: Ya misalnya di Kantor dicantumkan tidak? Iya.. P: Terus kalau dari aturan-aturan ada aturan tertulis dan tidak tertulis
ini, Pak. Kalau dari pandangan Bapak, ada aturan tidak tertulis tetapi dihidupi bersama?
N: Iya, ya mungkin seperti apa yaa.. Masuknya terlambat, tidak adil itukan palingkan tidak tercantum. Tetapi kan otomatis harus dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143
ngasih tahu, entah lewat WA atau diwaktu lain menyampaikan maaf tidak sempat memberitahu sebelumnya.
P: Lalu terkait untuk aturan tertulis tadi itu, Pak. Jika ada karyawan yang melanggar, dari BUMDes diberi sanksi apa itu ya, Pak?
N: Iya semacam diingatkan dulu, diingatkan gimana, terus dikasih jeda waktu berapa bulan. Ada perubahan tidak. Tidak langsung diambil dihindarkan tetapi diamati pas waktu rapat. Tiba-tiba mungkin karyawan toko tidak masuk berapa hari, ada sesuatu yang barang kali perlu diurai. Ingatkan dulu pas ada rapat, sehingga ada alasan yang tidak logis mungkin. Tetapi artinya ternyata kita itu ada problem keluarga terus nanti setelah terungkap ok ya sudah. Tapi ke depan nanti kerja sama dengan kami BUMdes seperti itu. Akhirnya seperti ada yang terus jalan terus, terus ada yang minggir teratur dan menggundurkan diri. Jadi paling tidak ada tahapan-tahapan mengingatkan memberi saran, terus pada tahapan berikutnya lebih tegas bagaimana enaknya.
P: Itu terkait yang melanggar aturan tertulisnya itu, Pak. Kalau terkait dengan sanksi yang diberikan jika melanggar aturan tidak tertulis tadi itu, Pak. Itu dalam bentuk apa itu, Pak?
N: Iya paling, selama ini belum. Seperti kan tiap tahun dikasih semacam THR, mungkin bisa juga ya semacam bingkisan dikurangi nominalnya seperti yang lain misalnya. Sepertinya jadi kalau memang ini juga dalam rangka dalam mencari bentuknya, pengganti. Tetapi paling tidak ada perbedaanya dikasih reward atau sanksi tadi. Untuk yang aktif atau tidak atau kurang aktif harus ada perbedaanya.
P: Lalu kalau dari pandangan Bapak sendiri, apa semua karyawan itu mempunyai komitmen untuk mencapai tujuan bersama-sama itu, Pak?
N: Saya kira iya, saya melihat aktivitas kegiatan di sana juga kelihatan kalau ada sentilan dan banyolan dalam rangka untuk mencari apa, kekompakan untuk saling mengungkapkan. Saya kira sama.
P: Terus dari pandangan Bapak, apakah karyawan BUMDes itu satu sama lainnya itu saling mendukung atau tidak?
N: Iya. Bisa melakukan kontinyuitas di sana kan keadaan tersebut mesti nganu ada. Kalau tidak ada, saya tanya “Ini (karyawan) mana?” Dia pasti “Baru kesana, Pak.” Itu kan berarti saling tahu, ada kerja sama.
P: Terus ini, Pak. Berpindah ke.. tadi kan terkait dengan beberapa modal. Lalu terkait dengan modal sosial ini, Pak. Kan, tentunya BUMDes kan mempunyai modal sosial. Jadi dalam kegiatan BUMDes terdapat modal sosial. Selain modal non sosial. Selain modal sosial yang dipakai. Bisa dijelaskan tidak, Pak, peran atau fungsi modal sosial di BUMdes gitu, Pak?
N: Contohnya apa modal sosial? P: Modal sosial itu terkait dengan jaringan, terus nilai, terus
kepercayaan satu sama lain terkait dengan adat istiadat yang digunakan. Itu kalau di BUMDes tentunya ada modal sosial dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189
bentuk seperti itu, Pak. Selain modal sosial selain modal ekonomi. Kalau dari pandangan Bapak, itu Modal sosial di BUMDes itu bagaimana, Pak?
N: Ya sama dengan ...apa... desa-desa wisata di dusun, itu juga dengan UKM-UKM yang ada. Jadi paling tidak BUMDes ini seringkali ada kedatangan tamu. Nah, di sana wahananya jadi kita mengenalkan dengan tamu tersebut. Nanti bisa berkunjung ke desa wisata ini, kita punya punya 4 desa wisata di Pandowoharjo ini. Nanti akan memotivasi dia untuk berkunjung tadi, memberikan kontibusi ke desa tersebut. Tentu nanti desa itu nanti ada semacam sekedar untuk ...apa... imbalan dari mana BUMDes Amarta itu tadi berperan untuk mensosialisasikan, memasarkan termasuk juga nanti ada van-van (mini bis) manakala tamu-tamu yang hadir di Desa Pandowoharjo. Kita kerja sama dengan UMK dengan usaha makanan apa.. snack apa... Ya kita beri tahu kita beri peluang terus nanti, sehingga dia merasa dibantu sehingga lancar dan berkembang.
P: Lalu terkait dengan modal sosial yang ada di BUMDes tadi yang Bapak jelaskan, apak sudah berfungsi dengan baik, Pak, saat ini?
N: Iya P: Terkait dengan kalau di BUMDes itu juga tentunya ada nilai-nilai
yang dipegang gitu, Pak. Apakah di BUMDes itu memegang nilai-nilai gotong royong gitu, Pak?
N: Iya P: Dalam wujud tindakan/ kegiatan seperti apa itu, Pak? N: Ya misalnya, ee... kita tidak mem.. ...apa... mengutamakan untuk
hasil, tapi bagaimana kita berperan untuk membantu kemajuan masyakarat desa di dusun. Sehingga manakala ada problem yang muncul tersebut. Di BUMDes tadi turun. Mungkin ada sampah yang belum tertangani, kita bantu. Tapi kita tidak akan mengintervensi keluarga-keluarga yang tadi belum sadar berlangganan ...apa.. sampah ini kan sehingga kan yang diambil beberapa. Nah, kita tidak akan membuat benturan dengan yang Musdes ambil bagian itu, termasuk yang lain misalnya. Ada usaha apa.. Nah sejauh dia jalan yang tidak apa-apa. Sejauh dia meminta bantuan ya kita membantu. Jadi, kita tidak akan menjadi tandingan atau ...apa.. saingan, tapi kita akan membantu yang merasa butuh bantuan. Jadi kayak BUMDes tadi, menjadi solusi yang ada di desa ini. Jadi misalkan seperti desa wisata Brayut, duluan sebelum BUMDes Amarta sudah ada. Nah, kita akan membuat semacam aturan bagaimanakah aturan untuk desa wisata yang ada di Desa Pandowoharjo, ada BUMDes kita akan menjadi jembatan antara desa wisata. Kan tidak segampang itu. Deswita (desa wisata) yang lahir setelah adanya Bumdes Amarta mungkin itu gampang, bisa. Tetapi yang sudah “saya dulu belum lahir dan bisa eksis”. Nah ini mengapa kita masih mencari bagaimana bentuknya nanti, kontribusi pada desa. Desa wisata yang memang eksis tapi kontribusi dengan desa belum ada. Yang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235
baru muncul, dia sudah memberikan kontribusi walaupun nominalnya kecil. Nah, untuk menyiapkan tadi kan tidak gampang.
P: Apakah di BUMDes Amarta itu juga memegang nilai-nilai solidaritas begitu, Pak?
N: Iya P: Semacamnya gitu, Pak? N: Iya P: Dalam bentuk kegiatan atau tindakan seperti apa itu, Pak? N: Ya misalnya untuk ...apa.. pas idul fitri yang misalnya ada bingkisan
tadi. Nanti mungkin, kedepan mungkin. Menurut saya, pas hari natal ada bingkisan atau ucapan atas nama BUMDes Amarta. Nah kita belum sampai sana. Tapi angan-angannya ada. Kita akan menjadi pelopor keberagaman. Dan itu pas sekali komposisi di BUMDes. Pak Agus katolik, pak Nurtamsi kristiani, terus mas Eko muslim, terus yang juga di pengawas juga sama, saya kristiani. Ketuanya pak Mardi islam dan yang satunya Pak mBayut Katolik eh islam juga.
P: Kalau di BUMdes itu sendiri, Pak, apakah memegang nilai atau tradisi atau budaya yang sampai saat ini...?
N: Misalnya apa? P: Yang digunakan di BUMDes. Tradisi-tradisi, misalnya kalau di Jogja
kan ada tradisi, misalnya kalau di pesisir pantai itu kan tradisinya “ngelaut” gitu, Pak. Kalau di BUMDes itu apa juga ada model-model tradisi yang digunakan gitu, Pak? Jadi bisa mempererat hubungan satu sama lain.
N: Oh ada, jadi seperti, kenduri, merti dusun, merti kali, yaa.. P: Jadi untuk yang tadi itu juga di BUMDes, Pak? N: Iya, sehingga BUMDes juga memberi warna. Jadi misalnya ada
kegiatan seperti itu support BUMDes ada. Termasuk juga kan pada saat nanti musim BankDes. Kan juga itu nanti akan ...apa.. bisa ...apa.. bisa menopang itu saya kira.
P: Kalau nilai-nilai yang dihidupi di dalam BUMDes itu sendiri pak? Itu kan terkait dengan nilai yang di luar.
N: Tanpa diberi contoh saya belum begitu nganu... Apa yang contohnya..?? Di BUMDesnya..??
P: Misalnya di suatu organisasi itu punya nilai menjaga lingkungan. Nah apakah di BUMDes juga hampir sama kayak gitu? Jadi nilai-nilai walaupun nilainya tidak wah tapi bisa dihidupi bersama gitu, Pak?
N: Ada tapi apa ya..?? Kadang kala lupa sebetulnya. Tapi ada.. Yang kita wujudkan bersama.
P: Terus apakah di BUMdes itu ada kegiatan arisan gitu, Pak, sesama karyawan, Pak?
N: Belum yaa.. P: Belum ada? N: Belum ada..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281
P: Kalau terkait dengan arisan. Lalu ini, Pak, di BUMDes itu memegang teguh nilai-nilai kesukarelaan tidak, Pak?
N: Iya.. P: Dalam wujud apa itu, Pak? N: Tentang apa ya... ya tadi misalnya kan, kalau ada yang datang
terlambat, yang lain saling memaklumi dalam arti gantian. Kali aja ada masalah keuarga atau juga tentu akan seperti itu. Jadi saling memaklumi. Tentang rasa tadi.
P: Nilai tenggang rasa...? N: Njihh.. P: Terus ini, Pak, terkait dengan modal sosial yang digunakan itu untuk
berinteraksi dengan orang lain dalam arti di luar BUMDes, tadi kan di dalam BUMDes. Nah di BUMDes Amarta sendiri apa ada kegiatan sosialisasi pembentukan BUMDes dan lembaga BPD itu, Pak, dalam pembentukannya dulu?
N: Iya, P: Apakah BUMDes juga ikut dalam Forum Musywarah Desa gitu,
Pak? N: Justru menjadi pionir. Jadi kan direktur tadi ikut menjadi apa ya..
ee.. pada saat kita kan seringkali merampingkan, koq anggarannya defisitnya banyak.. Nah salah satu tim tadi dari BUMDes yang ikut didalamnya untuk mencermati, sehingga meningkat dana desa tadi juga sebagian bisa menjadi ...apa... disubsidikan ke BUMDes. Tapi dia juga ikut membantu mewujudkan, berkontribusi untuk mengatur kemajuan desa untuk berbagai macam program tadi.
P: Terus apakah BUMDes juga punya Forum Badan Kerja Sama Antar Desa?
N: Oh ada.. Justru ini kan, Pak Agus sebagai pengurus Forum Antar BUMDes.
P: Itu kegiatannya berlangsung berapa kali dalam setahun, berapa kali dalam sebulan?
N: Seingat saya agak rutin. Dan itu kan ada.. ...ada.. apa.. Whatsapps Grup. Nah pengurus dan pengawas juga tahu persis pembahasannya di BUMDes mana.
P: Terus apakah BUMDes itu juga punya kerja sama dengan komunitas di luar, seperti kayak businessman, untuk mengangkut sampah mereka gitu, Pak?
N: Ada.. P: Itu dari perusahaan atau dari mana itu pak? N: Selama ini juga baru anu yaa.. dari dusun yaa. Yang sifanya lebih
besar perusahaan belum. P: Maksudnya perusahaan, kayak restoran atau model bisnis lain? N: Belum.. P: Jadi kalau misalnya ada restoran cepat saji itu kan ada sampahnya? N: Oh sudah, Jejamuran sudah. Hooh.. P: Terus apa punya kolaborasi dengan BUMDes lain gitu, Pak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327
N: Ada.. P: Dalam wujud kegiatan apa, Pak? N: Misalnya BUMDes Amarta itu, ...apa.. itu usaha untuk kolam
perikanan dekat rumahnya Pak Agus itu. Nah bibitnya dari BUMDes dari daerah Kalasan sana mungkin. Tentu nanti penjualan bersama dengan BUMDes yang lain. Begitu.. termasuk bibit-bibit yang lain. Misalnya bibit padi dan sebagainya..
P: Terus dari pandangan Bapak sendiri, apakah BUMDes sudah bekerja sama dengan Karang Taruna sekitar atau belum itu pak?
N: Sudah.. P: Dalam wujud apa itu, Pak, kerja samanya? N: Seperti misalnya ada ee.. kelompok-kelompok Deswita. P: Itu Deswita kelompok apa ya, Pak? N: Desa wisata ya.. P: Oh desa wisata N: Busnya kan di depannya kan ee.. ...apa... itu Busnya kan tidak akan
langsungan. Nah itu dilibatkan. Termasuk juga nanti pas nanti ada tamu-tamu. Kan seringkali BUMDes Amarta bekerja sama dengan pemerintah desa. Jadi kadangkala ada tamu pemerintah desa, ada tamu bekerja sama dengan BUMDesnya. Seringkali diarahkan berkujung ke dusun-dusun desa wisata yang di sana itu, juga melibatkan anak-anak Karang Taruna.
P: Kalau dari, kan BUMDes itu kan kegiatan pengolahan sampah itu, Pak?
N: Iya yang utama. P: Terus apakah juga mengaet Karang Taruna sekitar BUMDes untuk
membantu untuk berkontrisbusi dalam pengolahan sampah sekitar? N: Nah itu masih perjuangan. Jadi susah sekali. Tetapi kebanyakan
mereka itu kan ya... sebentar nanti begitu masuk terus ngga tahan untuk mengundurkan diri. Seperti di dusun itu juga sama. Jadi selama seperti ini tempat kami ada pengurus tapi belum eksis sebelum ada relawan yang terjun langsung untuk memilah. Nah selama ini yang masih bisa dan mampu itu yang sudah usia tua. Anak-anak muda belum, paling-paling dia yang menjadi manajemennya pengurusnya. Tapi yang terjun langsung, pada justru relawan itu yang dibutuhkan, tanpa itu kan susah. Tapi upaya tentu sudah kita motivasi, nanti betul-betul masuk, nanti kita kasih gaji UMR tapi masih belum ada yang minat.
P: Pak, ini apa ada kerja sama dengan institusi pendidikan gitu, Pak? N: Ada. P: Untuk wujudnya? N: Jadi misalnya untuk ee.. dari UPN. Semacam bimbingan tentang
sampah terus nanti tentang Uji B. P: Uji B itu ? N: Semacam kualitas tanah. (suara tidak jelas)... Instalasi Bio Gas, jadi
ada semacam bidang-bidang apa yang barang kali kita butuh, dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373
kerja sama pada kita. P: Terus terkait dengan apakah ada kerja sama CRS (tanggungjawab
sosial perusahaan) dengan perusahan-perusahaan atau bisnis-bisnis atau toko bisnis yang lain. Kerja sama barengan?
N: Mungkin dalam rangka.. taraf kerja sama. Tapi yang memang belum begitu nampak. Baru taraf penjajakan mengarah kesana.
P: Lalu pak, apa ada kerja sama atau sosialisasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Pak?
N: Iya P: Itu dalam kegiatan apa saja ya, Pak? N: Ya mungkin dalam forum-forum rapat, ada ..apa.. pelatihan apa,
terus penanganan spot misalnya. Itu kan juga nanti kan narasumbernya dari BUMDes tadi. Nah kita melakukan Karang Taruna seluruh padukuhan di desa ini. Itu belum dirancang juga.
P: Kalau sampai saat ini pak apa ada kerja sama dengan Dinas Pertanian gitu, Pak?
N: Ada. Ya seperti timurnya (BUMDes Amarta) itu kan ada ..apa.. gedung Gapoktan. Dan bahkan sekarang ada semacam MoU. Selama ini kan Gapoktan sangat kaya dapat bantunan dari pemerintah dan hibah tapi SDMnya kurang, tidak memadahi. Banyak yang mangkrak alatnya ini. Dalam rangka hal ini kita kerja sama. Jadi Gapoktan minta bantuan BUMDes Amarta untuk kerja sama untuk menghidupkan tadi.
P: Itu tadi terkait Dinas Lingkungan Hidup atau Dinas Pertanian? N: Pertanian, Gapoktan.. P: Kalau kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup, Pak? N: Ya sampah-sampah tadi. Kita minta bantuan seperti apa.. Barusan
dikasih apa itu.. Pengangkut sampah itu (motor roda tiga atau niaga). P: Kalau kerja sama dan sosialisasi dari Dinas Lingkungan Hidup apa
ada? N: Ada. P: Kegiatan apa itu, Pak? N: Pernah kita mengadakan diklat di desa terus kita mengundang untuk
hadir. P: Terus apa ada kegiatan atau sosialisasi Kerja sama dari Balai Besar
Latihan Masyarakat Kementrian Desa PDTT itu, Pak? N: Pernah, iya.. Bahkan saya pernah ikut juga jadi unsur pengawas,
unsur pengurus pernah ada. Di kabupaten ada. P: Terus ini, Pak, tadi terkait modal sosialnya, Pak. Terus sekarang
pindah ke kinerja BUMDes. Menurut Bapak, BUMDes memproduksi barang atau jasa secara teratur apa tidak, Pak?
N: Iya saya pikir teratur ya... Iyaa.. P: Bisa ditunjukan lewat apa itu, Pak? (Menunggu jawaban lama)
....Atau bisa kan produksinya teratur kan bisa dilihat secara fisik atau dilihat secara akuntansinya?
N: Iya paling engga terlihat dari laporannya itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419
P: Berarti dari laporannya ya, Pak? N: Iya.. Ini saya ada laporannya, seperti ini. (Menunjukkan laporan).
Saya melihat dari fisik laporan. P: Terus tadi kan BUMDesnya, kan memproduksi barang secara teratur
ini, Pak? N: Inggih.. P: Apakah juga menjual barang dan jasanya yang diproduksi tadi secara
teratur, Pak, dari barang-barang yang diproduksi dari BUMDes itu dijual secara teratur apa tidak?
N: Iya. Sering kali kan juga untuk pupuknya. Seringkali kita juga menjual di warga tapi juga seringkali dipesan dari BUMDes yang lain.
P: Berarti siklus dari memproduksi barang dan jasa tadi sudah teratur ya, Pak?
N: Iya. Cuma nanti kalau itu semakin besar yang dikelola kita juga masih berpikir nanti bagaimana untuk ...apa... eee.. penjualannya tadi. Selama ini masih agak mepet. Nanti kalau semakin besar, barangkali mungkin harus tetap kita pikirkan.
P: Terus ini, Pak. Menurut Bapak itu BUMDes mendapat keuntungan dari usaha yang dilakukan atau tidak, Pak?
N: Dapat. Walau sedikit. Tapi yang utama kan kita ingin berkontrubsi untuk desa agar desa lebih bersih dari sampah misalnya. Tidak semata dari eee... finansial uang ya.
P: Apakah mendapat keuntungan dari usaha yang lain, Pak? Keuntungan dari lainnya itu apa ada, Pak?
N: Ada. P: Dalam wujud apa itu, Pak? N: Misalnya tamu-tamu tadi datang juga memberi kontribusi, seringkali
belajar ke Bumdes (BUMDes Amarta) jadi nanti kita menyewakan, dia ninggali uang sekedar untuk apa.. kita ngasih semacam buku tentang sekitar BUMDes tersebut dan sebagainya..
P: Lalu menurut Bapak, BUMDes memproduksi barang dan jasanya tadi apakah sudah sesuai dengan harapan-harapan masyarakat atau belum?
N: Ya saya kira belum. Ya kita masih perlu tingkatkan. P: Lalu, berarti untuk menjual barang dan jasanya BUMDes juga belum
sesuai harapan masyarakat ya, Pak? N: Ya kadang kalanya memang terbentur misalnya untuk soal ...apa
itu.. pupuk ya. Pupuk produk BUMDes, kadang kala kita juga belum berani bersaing dengan harga yang di luar. Tanpa disupply dibantu oleh desa. Selama ini kita bisa dari desa, desa tadi juga berkontribusi membantu. Harganya, misalnya mestinya 2000 terus diturunkan menjadi berapa.. sehingga kita bisa bersaing. Jadi sama-sama ada keuntungan. Jadi sisi lain BUMDes tadi, harganya terbantu, bisa ditekan bersaing dengan yang lain lebih murah, tapi disamping itu desa merasa untung karena misalnya untuk ...apa... eee... program
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465
pemerintah tadi, desa direspons oleh dusun tadi. Misalnya untuk dalam rangka mau menangani sampah dan sebagainya. Ada semacam MoU. Terbantu tapi kamu nanti juga harus tak bantu ...apa.. pupuk sampah. Tapi coba tangani sampahnya lingkungan njenengan, seperti itu.
P: Lalu ini, Pak, apakah BUMDes sudah memberi manfaat sesuai harapan masyarakat? Menurut pandangan, Bapak?
N: Sudah, walau masih perlu ditingkatkan. Tapi sudah sekali. Jadi jelas bener-bener BUMDes ini kan juga tertata karena pengaruh BUMDes juga. Jadi, sampah tertangani, lingkungan menjadi bersih dan sebagainya.
P: Lalu, Pak, terkait dengan pelayanan ini, Pak. Apakah BUMDes memberikan pelayanan berkualitas bagi calon pelanggannya ini, Pak? Untuk calon pelanggannya dulu?
N: Saya kira masih wajar. P: Kalau untuk pelayanan berkualitas bagi pelanggannya itu, apakah
sampai saat ini pelayanannya masih berkualitas apa menurun, Pak? Menurut pengamatan, Bapak?
N: Saya kira ya semakin berkualitas. P: Itu dilihat dari bagaimananya, Pak? N: Ya, respons program-program tersebut ditanggap oleh masyarakat.
Misalnya pupuk juga banyak yang membeli ataupun usaha yang lain, misalnya. Yang dikelola oleh BUMdes tersebut responsnya juga lumayan bagus.
P: Lalu, Pak, kan kita juga menampung harapan masyarakat masyarakat ini pak. Apakah BUMDes itu juga merencanakan, mengidentifikasi dan menetapkan prioroitas masyarakat seesuai harapan masyarakat tadi itu, Pak?
N: Dulu pernah memang, eee.. mencoba untuk mendata kebutuhan masyarakat tersebut. Terus tadi akan ditindak lanjuti. Nanti kita akan jemput bola. Itu baru sejauh angan-angan, tapi pernah terpikirkan hal itu.
P: Apa itu belum pernah mengidentifikasi, tapi baru dalam proses angan-angan?
N: Iyaa... P: Terus apakah BUMDes itu membuat program-program pelayan
kepada masyarakat gitu, Pak? Diluar dari pengolahan sampah? N: Ya seperti tadi, taman Pandowo tadi. Kan bersama dengan yang
jualan, terus nanti pas ...apa.. eee... ...apa itu... pameran burung. Jadi event semacam itu.
P: Kalau bisa diberikan contoh terkait dengan program-program pelayanan kepada masyarakat gitu, Pak. Misalnya BUMDes itu punya Website-nya itu tidak, Pak?
N: Ada.. P: Bisa diakses oleh masyarakat? N: Harusnya bisa ya.. Saya tidak begitu memperhatikan. Mesti ada,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511
bisa. P: Apakah masyarakat mendapat informasi yang memadai dari
Website-nya BUMDes Amarta? N: Iya.. iyaa... tentu ya memang tahu. P: Berarti untuk Website-nya membantu ya, Pak? N: Iya.. Yang teman-teman pemuda Karang Taruna, dia tau persisi
kemajuan BUMDes apa tidak. P: Lalu terkait dengan partisipasi masyarakatnya itu, Pak. Apakah
teridentifikasi dengan baik untuk pengembangan program organisasi di BUDes itu, Pak?
N: Iya.. P: Dalam bentuk apa itu, Pak, partisipasinya? N: Misal dalam rapat-rapat di desa kan juga kelihatan, tentang informasi
BUMDes tadi. Reponsnya pak RT, RW, PMD, PKK. Tadi kan juga memang baru periode pertama to BUMDes kan. Baru tiga tahun...
P: Terus menurut Bapak sendiri, Pak. Apakah BUMDes itu memiliki mekanisme atau manajemen adminitratif yang baik, Pak?
N: Heem iyaa.. P: Itu bisa dilihat secara bentuk fisik dan bentuk non-fisiknya, Pak? N: Iya.. Saya juga melihat SDMnya, kan memang dia ...apa ya... tahu
persis tentang keuangan jadi personalnya tadi kelihatan disamping bentuk fisik tadi.
P: Apakah BUMDes itu menggunakan adminstrasi dalam setiap kegiatan usahanya, Pak?
N: Iya.. P: Jadi dalam wujud apa itu, Pak, administrasinya? N: Yaa.. Apa ya...Ya buku laporan. P: Kalau dari setiap kegiatan usaha, misalnya untuk melakukan
misalnya pemilahan sampah. Itukan harus ada prosedur-prosedur adminitrastif yang harus dilakukan. Apakah BUMDes juga ada kayak gitu, Pak?
N: Ya ada cuma saya ga begitu mendalami. Mesti ada. P: Lalu untuk program evaluasi administrasi BUMDes. Apakah
melakukan nggih, Pak? Apakah ada di BUMDes, Pak? N: Iyaa... Paling engga ketika sekali dalam setahun kita kumpul dalam
pengurus dan pengawas tadi. Nah, saya kadang kala sambil lalu kita gunakan untuk evaluasi pemikiran ke depan, rapat apa yang perlu dimunculkan.
P: Terus terkait dengan evaluasi juga, Pak, apakah BUMDes itu juga menerima, kritikan, saran dan masukan dari masyarakat sekitar itu, Pak?
N: Sangat. P: Itu bisa diberi contoh masukan kritikannya itu, Pak? N: Misal seperti tadi “untuk harganya koq lebih murah yang lain,
produk di Bumdes yang lain.” Lalu kita sharingkan dengan pengawas dengan hasil itu dan desa membantu akhirnya harga bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 --
ditekan lebih murah dan menjadi solusi. P: Terkait dengan kritikan dan masukan dari masyarakat sekitar ini,
Pak. Apakah BUMDes juga mempunyai mekanisme informal untuk menampung dan menjaring aspirasi masyarakat?
N: Yang formal belum. P: Secara formal belum? N: Belum. Paling lewat personal mungkin. P: Kalau lewat dari Musyawarah Desa gitu? Jadi Musyawarah Desa
BUMDes terus masyarakat sekitar ikut andil gitu? N: Selama itu belum terungkap. Apakah karena menganggap BUMDes
bagus, tidak tersentuh, tidak tahu juga, tapi sangat jarang. Karena itu belum pernah ada semacam MusDes semacam BUMDes, tetapi gabungan yang lain tadi. Sehingga tidak disinggunganya BUMDes itu tadi secara panjang lebar itu belum bisa menjadi ukuran apa itu memang dianggap sudah lancar atau memang waktunya belum konsen kesitu.
P: Terus terkait dengan mekansime formalnya tadi dalam menampung aspirasi masyarakat, dalam wujud apa ya itu, Pak?
N: Ya rapat-rapat di desa tadi. Sehingga ada Forum Rapat Tokoh Masyarakat, ada LPMD, PKK, Karang Taruna tadi bisa banyak sekali waktu untuk sharing menyampaikan problematika tadi padukuhan untuk kelompok tadi.
P: Kalau di masyarakat sendiri, Pak. Misalnya memberi saran secara langsung ke BUMDes apa boleh, Pak?
N: Boleh saja.. P: Nanti dari saran itu terus dibukukan atau langsung ditanggapai gitu,
Pak? N: Kita repons waktu rapat koordinasi. Jadi pengurus, pengawas dan
penasihat tadi. Gitu.. Terus baru nanti pada forum rapat di desa. Jadi lewat yang kecil dulu. Pengurus BUMDes, pengawas dan penasihat, baru nanti yang lebih ...apa... lebih... di pleno di desa.
P: Terus yang terakhir ini, Pak. Apakah dari kegiatan BUMDes yang dilakukannya itu, apakah sudah sesuai dengan kepentingan masyarakat banyak di sekitar BUMDes atau malah tidak, Pak?
N: Agak susah ya. Tapi saya kira tentu sebagian dilakukan itu sudah, tapi kan belum-belum menyentuh semuanya. Sebab itu juga butuh masukan dari masyakarat. Kami butuh apa, butuh ini ya. Yang kira-kira BUMDes bisa ikut ambil bagian. Nah, selama ini kan belum terjadi link semacam itu. Nanti sudah ada semacam ...apa... keinginan masyarakat baru BUMDes akan merespons. Kita kan baru akan mencari bentuk tadi. Okee..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
LAMPIRAN 4
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER 2
Identitas Narasumber 2 Nama : Agus Setyanta, S.Sos. Umur : 50 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Jabatan : Direktur BUMDes Amarta Lama Bekerja : 3 Tahun/ Sejak 2016 Pendidikan : Sarjana Ilmu Administrasi Spesialisasi Administrasi
Pemerintahan Status Perkawinan : Kawin Keterangan Wawancara Tanggal Wawancara : Mingggu, 21 Desember 2019 Tempat Wawancara : BUMDes Amarta Waktu Wawancara : Sekitar pukul 15:00 WIB Kode Transkrip : N2.W1 (Narasumber 2. Wawancara 1) Keterangan : - P : Peneliti / Interviewer
- N : Narasumber / Interviewee - Kalimat atau frase yang digarisbawahi merupakan
data penting yang dimasukkan ke dalam kategorisasi data.
Gambaran Situasi Pada Pengambilan Data Wawancara Wawancara dilakukan di BUMDes Amarta. Saat itu kondisi hujan deras disertai guntur. Perbincangan berlangsung selam kurang lebih 25 menit. Wawancara dilakukan di ruang kerja/operasional BUMDes Amarta, di mana hanya ada narasumber dan peneliti yang berada di ruangan tersebut. Di dalam ruangan tersebut terdapat tiga pasang meja dan kursi kerja beserta kursi pelayanannya. Ketiganya merupakan meja kursi kerja narasumber dan sekretaris dan bendahara BUMDes. Dan juga terdapat beberapa kursi tunggu tamu yang berjajar rapi. Di ruangan tersebut terdapat papan informasi tentang Visi dan Misi BUMDes Amarta beserta laporan keuangan dan peraturan BUMDes Amarta. Ada beberapa penghargaan yang tersusun rapi di dalam lemari di ruangan tersebut. Narasumber dan peneliti duduk berhadap-hadapan di area kerja narasumber. Selama proses wawancara, narasumber menunjukkan ekspresi serius saat memberikan jawaban. Baris Transkrip Wawancara
1 2 3 4 5
P: Menurut Bapak, BUMDes Amarta itu memiliki karyawan tetap nggih, Pak?
N: Memiliki... P: Punya berapa karyawan tetap, Pak? N: Karyawan tetap ada tiga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
P: Kalau dari unit usahanya? N: Unit usahanya ada pengolahan sampah, toko desa. P: Itu ada karyawannya juga? N: Ada, tapi belum kita keluarkan SK pegawai tetap. P: Berarti mereka masih karyawan? N: Masih karyawan harian. P: Berarti karyawan kontrak harian ya, Pak? N: Iya P: Untuk karyawan tetap yang tiga orang itu apakah bekerja aktif? N: Aktif. Harus bekerja delapan jam per hari. P: Untuk karyawan yang kontrak harian tadi, apakah juga bekerja aktif? N: Ya harus juga. P: Untuk kerjanya itu berapa jam? N: Ya delapan jam P: Lalu untuk setiap anggota karyawan itu memberikan kontribusi
positif untuk meningkatkan BUMDes? N: Ya memiliki to mas. P: Dalam wujud apa saja itu, Pak? N: Kinerjanya. P: Lalu menurut pandangan Bapak sendiri, apakah semua karyawan ini
berinterkasi dengan baik satu sama lainnya? N: Iya, namanya tim kok. Kalau tidak interaksi nanti kita jadi masalah.
Harus itu harus itu. P: Apakah ada sosialisasi bagi semua karyawan itu secara intensif? N: Karena kita karyawannya masih sendikit kan tidak harus yang resmi,
kita bisa ngobrol-ngobrol kayak gini. Saya dengan karyawan ngobrol gimana itu salah satu komunikasi yang intensif. Saya punya pandangan komunikasi yang bagus itu internal bisa langsung tidak harus pakai rapat macem-macem itu. Kita sering ngobrol informal gitu.
P: Berarti ngobrol informal itu mempuyai kedekatan gitu ya, Pak? N: Ya iya. P: Sudah mengenal satu sama lain gitu, Pak? N: Iya. P: Apakah dari pandangan Bapak sendiri, semua karyawan (tetap dan
kontrak) itu mempunyai/memiliki tujuan yang sama dalam BUMDes gitu, Pak?
N: Ya intinya mereka sama mengembangkan BUMDes karena mereka sudah kita ...apa ini... kita berikan gambaran bahwa BUMDes ini menjadi tempat Anda berkarya dan ingin menghidupi keluarga Anda. Cuman ya tidak bisa 100%, mungkin ada juga yang punya motivasi lain, “ya yang penting nyambut gawe”. Ya gitu kan ada juga kan. Yang penting punya status pegawai.
P: Lalu untuk tujuannya itu, Pak, apakah juga disepakai oleh semua karyawan?
N: Ya harus disepakati. Mau tidak mau harus disepakati. Karena dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
pegawai. Kita yang membuat konsep. Kalau pegawai tidak sepakat ya konsep kita tidak jalan.
P: Terus beralih kepada aturan-aturan ini, Pak. Apakah di BUMdes itu sendiri punya aturan tertulis itu, Pak?
N: (Memperlihatkan sebuah buku yang berjudul Laporan Hasil Kajian dan Perumusan Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Desa Pandowoharjo Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta). nJenengan sudah baca buku ini?
P: Belum N: Ada semua itu. P: Untuk aturan yang tidak tertulis, Pak? N: Yang tidak tertulis, tentunya tidak ada yang tertulis. Hanya
kebiasaan saja. P: Itu dalam wujud apa itu, Pak. Aturan yg tidak tertulis dalam wujud
kebiasaannya itu? N: Ya kesepakatan saja to. Namanya tidak tertulis, tentu saja
kesepakatan. Dituangkan dalam tulisan tidak? Tidak. P: Maksudnya contohnya? N: Contohnnya masuk jam 7 pulang jam 15, masuk jam 8 pulang jam
16. Intinya yang penting 8 jam kerja. P: Lalu, Pak, kan karena mempunyai aturan yang tertulis. Apakah juga
mempunyai sanksi atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan? N: Ya ada, tapikan bertahap. Ada sanksi ditegur, diberi SP terakhir ya
kalau memang tidak bisa diperbaiki ya dilepas. P: Apakah sampai saaat ini dari BUMDes sendiri sudah pernah
memberikan sanksi final begitu pak? N: Sudah. P: Terkait dengan tadi, Pak, aturan yang tidak tertulis kayak
kesepakatan tadi, Pak. Apakah ada yang melanggar kayak gitu? N: Ya ada sih, namanya manusia to mas. P: Apakah ada sanksi-sanksi yang diberikan? N: Biasanya ya teguran. Kalau yang berat-berat, dia tidak disiplin ya
itupun melalui tahapan yang tidak cepat. Tidak sebulan dua bulan. Dibawah pengamatan kita. Kalau memang layak tidak dipakai ya tidak dipakai. Kalau masih dalam batas kewajaran dan masih bisa diperbaiki ya diperbaiki.
P: Lalu terkait dengan anggota/semua karyawan ini, apakah memiliki jiwa saling mendukung satu sama lain?
N: Memiliki, karena selama ini mereka masih ada di sini. Ya gitu to? Tahun 2016, tahun 2017 sampai sekarang mereka masih di sini. Dan di sini tidak ada masalah. Berarti ada saling kerja sama. Kalau ada kerja sama berarti saling mendukung.
P: Terus, Pak, kalau didalam ekonomi itu kan ada yang sebutannya modal non sosial. Sedangkan BUMDes itukan memiliki modal sosial. Nah dalam kegiatan BUMDes itu, apakah terdapat modal sosialnya gitu, Pak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143
N: Ya modal sosial dukungan dari warga masyarakat karena apa? Karena BUMDes memang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalah yang dihadapai oleh masyarakat. Salah satunya sampah. Ya sudah sepakat. Modal sosialnya apa? Mungkin mereka berpartisipasi mengelola sampah mereka sebelum dibawa ke sini. Mungkin di sini baunya kadang juga bau. Mereka menyadari itu, bau tidak sedap dari waktu-waktu tertentu. Ya itu modal-modal sosial. Kan gitu ya? Toleransi itu juga merupakan bagian dari modal sosial.
P: Apakah dari modal sosial yang tadi Bapak sebutkan itu, bekerja secara efektif, Pak?
N: Ya efektif to mas. Bayangkan kalau pas di sini, pas evakuasi sampah, baunya keluar sampai sana. Masyarakat protes sehingga ini ditutup. Ini tidak ditutup karena mereka mentolerasi, toh baunya ketika truk datang memuat sampah, truk ditutup dia pergi dah hilang.
P: Apakah di BUMDes Amarta itu ada gotong-royong gitu, Pak? N: Gotong royong ada. Pengelolaannya bisa dikatakan gotong-royong
semua mas. Mungkin kita memikirkan karyawan karena kita pengelola belum full time. Ya sudah kita gotong royong. Contohnya apa? Pengelola digaji 700 ribu perbulan pasti gotong royong. Untuk apa? Untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Toh yang dibayar siapa? Karyawan. Kalau karyawan tidak bisa dengan gotong royong karena dia bekerja 8 jam. Pulang harus membawa penghasilan untuk menghidupi keluarganya.
P: Apakah di BUMDes itu sendiri mempunyai nilai-nilai yang dihidupi, Pak?
N: Maksudnya bagaimana? P: Nilai-nilai yang dihidupi itu semacam kayak sesuatu yang dipakai
bersama-sama untuk mencapai bersama. N: Ya nilai kebersamaan, nilai gotong royong, nilai saling memahami,
nilai toleransi, nilai-nilai yang menghormati itu saja. Terus nilai-nilai “kita memberikan sebuah kewajiban dulu baru menuntut haknya”. Nilai-nilai yang mampu memberikan energi bagi pengelola BUMDes untuk tetap bertahan mengelola BUMDes, meskipun mengelola sesuatu yang mungkin banyak orang menghindari. Mungkin nilai-nilai keagamaan juga kita sampaikan. Kita ini mengelola BUMDes, pengelelolaan sampah ini bukan semata-mata mencari uang. Tetapi semata-mata memberikan pelayanan bagi warga masyarakat. Mungkin Anda kalau iklas, dapatnya tidak hanya berupa uang tetapi ada semacam penghargaan dari yang kuasa dan itu diwujudkan tidak hanya bentuk uang. Tetapi bisa kemudahan-kemudahan. Jika kita mempunyai masalah selalu dimudahkan, kan gitu. Nilai-nilai relijius itulah yang kita sampaikan, sehingga mereka masih bisa bertahan di sini.
P: Lalu terkait dengan modal sosial pada lingkup jaringan ini, Pak. Apakah BUMDes mempunyai kerja sama pada lingkup masyarakat gitu, Pak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189
N: Mempunyai mas. Kita kerja sama dengan masyarakat itu tentang pengelolaan sampah. Di sana mungkin membuat sebuah komunitas yang mengelola sampah. Inikan memudahkan kita. Daripada saya harus keliling satu rumah ke rumah dengan jumlah 126. Masyarakat membuat komunitas, kita dorong untuk membuat sebuat komunitas. Bagaimana mereka menangani komunitas mereka sejumlah 180 orang tadi. Sehingga kita datang itu mengambil sampah hanya di satu tempat. Itu yang dengan masyarakat. Belum dengan yang institusi lain. Sama dengan pergururuan tinggi, pembisnis..
P: Terkait dengan institusi lain itu, Pak. Kan tadi kan diperkenalkan ABCG.
N: Iya ya itu. P: Terkait dengan akademisinya, kerja sama terkait hal apa? N: Misalnya terkait dengan penelitian njenengan ini kan kerja sama.
Kalau tidak mau, njenengan kan tidak bisa ke sini. Keuntungan bagi saya njenengan meneliti di sini akan membuat sesuatu yang namanya skripsi. Dari situ kami bisa mengambil pelajarannya. Saya tidak pelu membentuk devisi litbang. Karena njenengan meneliti. Semakin banyak orang meneliti di sini dari berbagai macam sudut pandang, itu semakin bagus bagi kita. Untuk pengembangan BUMDes ini. Karena banyak lembaga itu akan bisa dilihat oleh orang luar, kan gitu. Dia obyektif dibanding kita yang menilai.
P: Terkait dengan pihak-pihak businessman, Pak? N: Businessman kayak misalnya dengan BNI. Mereka juga mempunyai
kepentingan juga. Uang kita bisa kita simpan di BNI. Di BNI diputar lagi menjadi asset untuk masyarakat. Kita dengan Jejamuran. Rumah makan tidak pusing-pusing lagi mengelola sampahnya, mereka bisa fokus di lain bidang. Saya dapat mengelola sampah mereka. Sampah mereka bisa kami olah, bisa menjadi sebuah nilai, sebuah barang yang bernilai lagi. Kami mendasarkan iuran, iuran bisa kami gunakan untuk menggaji karyawan kami. Biaya operasional. Kami mendapat tempat untuk memajang, men-display produk-produk pada masyarakat kami, gitu...
P: Terkait produk-produk, apakah juga dijual pada pemasok-pemasok lain gitu, Pak?
N: Ya, kami itu terserah dari mereka. P: Kalau dari BUMDes sendiri, Pak? N: Kalau memungkinkan, misalnya tamu yang datang ke sini. Kita
punya produk dari masyarakat, kita pasarkan monggo. P: Dipasarkan secara langsung? N: Iya. P: Apakah ada kolaborasi dengan BUMDes lain selain studi banding,
Pak? N: Kalau sementara belum. P: Kalau dari BUMDes sendiri apakah ada studi banding ke BUMDes
lain?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235
N: Kalau kita kadang-kadang ke BUMDes lain. Ketika kita mau mengembangkan usaha. Tapi ya secara resmi kayak gitu belum. Itu kan programnya Pemerintah Desa. Tapi kalau kita membuat desa yang identik dengan mereka ya studi bandingnya informal, tanya-tanya saja.
P: Terkait dengan kerja sama ini, Pak, dengan Forum kerja sama ini, Pak. Forum Komunikasi BUMDes Kab Sleman? Bapak kan ikut andil di situ, kerja samanya dalam bentuk apa itu?
N: Ada, ada pendampingan. Ada membantu permasalahan. Masalahanya apa? “Misalnya tempat saya kok gini ga jalan apanya?” Permasaalah-permasalah yang seperti itu yang kita bantu selesaikan sesuai dengan pengalaman kita. Siapa tahu ini menjadi referensi bagi mereka untuk menyelesaikan masalah dan berhasil. Karena memang karakternya berbeda-beda mas.
P: Lalu apakah di BUMDes sendiri juga mempunyai kerja sama dengan Karang Taruna di Dusun Jetakan sini, Pak?
N: Kita kalau kerja sama langsung dengan Karang Taruna, cuman sifatnya kita support saja punya kegiatan apa.
P: Tapi kalau Karang Taruna membantu BUMDes? N: Karang Taruna ke BUMDes ya belum. Lhah ibaratnya misalnya dia,
kalau kita mengelola sampah. Mereka yang mengumpulkan mereka yang mengelola.
P: Terkait dengan, kan BUMDes Amarta sudah terkenal lalang buana sampai tingkat nasional. Apakah ada Forum Nasional BUMDes itu sendiri yang diikuti oleh BUMDes Amarta?
N: Forum BUMDes Indonesia, persatuan Forum BUMDes Indoensia. Walaupun belum seintens yang harapkan, paling tidak kita mempunyai grup WA (Whatsapps Grup), untuk menyelesaikan atau mengutarakan atau menyampaikan permasalah dan saran atau kritik.
P: Apakah ketika meminta saran dan solusi itu langsung bisa diterapkan gitu, Pak, untuk diterapkan di BUMDes?
N: Ya intinya menjadi bahan pertimbangan kami. Karena kita langsung kita ikuti. Kita sesuaikanlah dengan kondisi yang ada.
P: Berati sangat membantu ya pak? N: Menjadikan suatu referensi. P: Kalau terkait kerja sama dengan penguasa itu, Pak. Kayak
Pemerintah Desa? N: Ya mesti ada. P: Terkait kerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa, dalam wujud apa? N: Ada. Dalam wujud pendampingan, pengembangan kapasitas
pengelola BUMDes, koordinasi hal-hal yang bisa ditembus atau dijangkau oleh BUMDes. Ketika penyusunan RKP sampai ke Kabupaten itu juga kita sampaikan lalukan.
P: Lalu untuk terkait dengan kerja sama Dinas Pertanian gitu, Pak? N: Kalau Dinas Pertanian, belum ya belum, selama ini belum. Baru ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281
kita memulai RnD. Dulu kan bantuan dari Dinas Pertanian. Bareng-bareng kita kelola bersama dengan BUMDes.
P: Kerja sama atau sosialiasi dengan Dinas PU itu, Pak? N: Dinas PU? P: Iya N: Ya pertama kita paling tidak dalam BUMDes ini PU tidak perlu lagi
mengelola 100 persen sampahnya pada Desa. Karena sudah kita, di sini paling tidak 70 persen sudah antisipasi yang 30 persen kita serahkan ke PU. Terus juga kadang kita juga diundang untuk memberikan pemahaman kepada lembaga yang di sana PU, di situ harus melakukan pembinaan.
P: Terus apakah ada juga kerja sama atau sosialiasi dengan Dinas Lingkungan Hidup, Pak?
N: Oh yang tadi Dinas Lingkungan Hidup (Menjawab pertanyaan sebelumnya terkait dengan kerja sama dan sosialisasi dengan Dinas PU). Kalau PU dulu mas. Sebelum Dinas Lingkungan Hidup masih dalam satu naungan Dinas PU. Dulu kan ULH, sekarang dengan PU tidak begitu ada.
P: Kerja sama antara BUMDes dengan Balai Besar Latihan Masyarakat apakah ada?
N: Ada. Kita pertama itu, ya waktu kita pertama dulu pengembangan peningkatan kapasitas pengelola BUMDes itu dilatih di sana. Kemudian setelah kita bisa melakukan, itu, kita dalam proses itu ya mereka ikut membantu kita ketika kami melakukan kegiatan. Dilatih didamping kan gitu too. Dalam mendampingi itu menghasilkan sesuatu yang bisa ditiru oleh orang lain atau desa lain. Dari Dinas Lingkungan Hidup mengajak desa-desa lain untuk datang ke tempat kami. Untuk melakukan apa yang sudah kita lakukan berdasarkan pada potensi wilayah. Mereka terus pendampingan, terus kita dikenalkan juga dengan lembaga-lembaga yang lebih tinggi.
P: Kita beralih kepada kinerja BUMDes ini, Pak. Tadi, Bapak sudah menjelaskan terkait dengan produksi. (Lihat wawancara dengan Skretaris). Apakah BUMDes ini memberikan pelayan yang berkualitas bagi calon pelanggan dan pelanggannya ya, Pak?
N: Berkualitas. P: Berkualitas ya, Pak. Apakah sampai saat ini ada keluhan gitu, Pak? N: Keluhan ada mas, tapi keluhan itu kan tidak ibaratnya tidak
signifikan. Tidak mempengaruhi kinerja BUMDes. Ya mungkin ya satu dualah. Itupun juga tidak tiap bulan. Itupun juga karena kondisi yang kita tidak bisa menghindari. Misalnya kayak evakuasi sampah dari residu-residu sampah dari Dinas Lingkungan Hidup terhambat ya itu bisa menjadi sebuah hambatan. Karena sistemik yaa. Di TPA ditutup dan berpengaruh terhadap evakuasi sampah dari TPS ke TPU. TPS ditutup karena sampah penuh, dia akan mempengerahui para pengambil sampah mandiri. Otomatiss mobil/motor sampah mereka penuh sampah. Ini akan berpengaruh terhadap pengambilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327
sampah ditingkat masyarakat. Tapi itu perlu, kita kalau ada masalah seperti itu kita jelas dan masyarakat mau menerima bagaimanapun juga kita mencari alternatif-alternatif.
P: Berarti sampai saat ini kulitas tetap nomor satu ya, Pak? N: Iya kualitas terbaik. P: Apakah BUMDes itu membuat dan realisasikan program-program
pelayan kepada masyarakat, Pak? N: Ketika kita merealisasikan, menghubungkannya atau mendukung
program dari Pemerintah Desa yang nota bene merupakan kebutuhan masyarakat. Ya kita realisasikan kita hubungkan kita rembug lalu kita melakukan MusDes (musyawarah desa). Apa sih kebutuhan BUMDes... Ada di mana..
P: Terkait dengan program-program BUMDes itu sendiri. Apakah dari partisipasi warganya itu banyak, Pak?
N: Jadi ketika kita melakukan MusDes pembentukan dulu memang sudah diakomodir. Kebutuhan mereka, masyarakat itu di AD/ART maupun di PerDes (Peraturan Desa). Kita cuman tinggal mengeksekusi, tapi berdasarkan skala prioritas dan anggarannya. Otomatis karena ada musyawarah desa di situ juga sudah ada unit usahanya. Apa yang harus dikelola, otomatis partisipatif karena melalui musyawarah desa. Cuman dalam eksekusinya kita bertahap. Kita koordinasi dengan Pemerintah Desa dan lembaga desa.
P: Kelewatan tadi, Pak. Untuk jumlah dari pelanggan BUMDes itu sendiri berapa, Pak?
N: Kalau pelanggan sendiri yang ditanggani BUMDes, keluarga paling sekitar 100an orang, 100 nasabah. Tapi kita kan melayani para pengambil sampah mandiri yang jumlahnya 4 itu, masing-masing pengambil sampah mandiri rata-rata 100-150 nasabah. Ya itung aja 4 kali 150 nasabah ditambah pelanggan sediri. Karena itu memang kapasitas kita seperti itu. Kalau kita paksakan sampai 2000 ya permasalah itu kembali pindah ke BUMDes.
P: Terus ini, Pak, beralih ke administrasi. Apakah BUMDes mempunyai administrasi yang baik, Pak?
N: Ya, nanti njenengan bisa lihat (Laporan Hasil Kajian dan Perumusan Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Desa Pandowoharjo Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta). Ya kalau saya ditanya itu baik. Karena selama ini semua hal bisa dipertanggungjawabkan. Laporan keuangan bisa terjadi. Bisa terbentuk seperti itu. Berarti laporan keuangan itu baik tuh. Manajemen keuangannya baik karena ada untungnya. Bisa dilihat untungnya dari mana nak ruginya dari mana. Itu karena administrasi keuangannya baik. Administrasi yang lainnya toh juga kita melakukan kegiatan pengadministrasian. Surat masuk surat keluar, kita bikin laporan, rencana kerja.
P: Terus apakah BUMDes itu mempunyai program evaluasi administrasi gitu, Pak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 --
N: Ya ada mas. Paling endak 3 bulan sekali lah. Dewan pengawas dengan penasihat. Ya kalau internal ya terus dilakukan evaluasi ketika ada permasalah tidak ter-cover, masalahnya dimana.
P: Lalu, Pak, apakah BUMDes itu menerima masukan, saran dan kritik dari masyarakat sekitar begitu, Pak?
N: Ya kita menerima. Entah melewati para pegawai dan perangkat desa. P: Terkait dengan menampung aspirasi masyarakat. Tadi kan lewat
mekanisme formalnya itu Forum Musywarah Desa, kalau lewat mekanisme informalnya apakah ada, Pak?
N: Ada, biasanya lewat ngobrol-ngobrol. “Lain warga cerita, Pak, mbok depan itu gini-gini...” Dari lain warga cerita “Pak mbok itu digini-gini..” Ya nganu komuikasi informal melalui tokoh masyarakat, melalui warga langsung, bisa juga disampaikan lewat pegawai kami, bisa juga melalui perangkat desa. Kalau Informal ya lisan, kalau tertulisnya kita belum pernah. Kalau ada teguran tertulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
LAMPIRAN 5
TRANSKRIP WAWANCARA NARASUMBER 3
Identitas Narasumber 3 Nama : Sri Nurtamsi Umur : 60 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Jabatan : Sekretaris BUMDes Amarta Lama Bekerja : 3 Tahun/ Sejak 2016 Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Status Perkawinan : Kawin
Keterangan Wawancara Tanggal Wawancara : Mingggu, 21 Desember 2019 Tempat Wawancara : BUMDes Amarta Waktu Wawancara : Sekitar pukul 12:00 WIB Kode Transkrip : N3.W1 (Narasumber 3. Wawancara 1) Keterangan : - P : Peneliti / Interviewer
- N : Narasumber / Interviewee - Kalimat atau frase yang digarisbawahi merupakan
data penting yang dimasukkan ke dalam kategorisasi data.
Gambaran Situasi Pada Pengambilan Data Wawancara Wawancara dilakukan di BUMDes Amarta. Saat itu kondisi hujan gerimis. Perbincangan berlangsung selama kurang lebih 30 menit. Wawancara dilakukan di ruang kerja/operasional BUMDes Amarta, di mana hanya ada narasumber dan peneliti yang berada di ruangan tersebut. Di dalam ruangan tersebut terdapat tiga pasang meja dan kursi kerja beserta kursi pelayanannya. Ketiganya merupakan meja kursi kerja narasumber dan direktur dan bendahara BUMDes. Dan juga terdapat beberapa kursi tunggu tamu yang berjajar rapi. Di ruangan tersebut terdapat papan informasi tentang Visi dan Misi BUMDes Amarta beserta laporan keuangan dan peraturan BUMDes Amarta. Ada beberapa penghargaan yang tersusun rapi di dalam lemari di ruangan tersebut. Narasumber dan peneliti duduk berhadap-hadapan di area kerja narasumber. Selama proses wawancara, narasumber menunjukkan ekspresi serius saat memberikan jawaban. Ada moment juga saat narasumber bermain handphone untuk sekadar membalas teks masuk. Dalam sela-sela wawancara dengan narasumber pada sesi pertanyaan, Direktur BUMDes Amarta datang ke kantor dan menyela wawancara dan memberikan pendapatnya atas pertanyaan wawancara yang didengarnya.
Baris Transkrip Wawancara 1 P: Menurut Bapak, BUMDes Amarta itu memiliki karyawan tetap apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
tidak? N: Itu karyawan kami itu kita SK-kan. Karyawan BUMDes itu kita SK-
kan sehingga sebagai karyawan tetap. P: Untuk karyawan yang non-tetap? N: Sementara ini kita tidak punya karena sudah kita SK-kan semua.
Setelah diadakan training beberapa bulan dan memenuhi kriteria ya kita SK sebagai karyawan.
P: Berarti tadikan ada SK? N: Iya P: Itu turun dari? N: SK-nya turun dari Direktur. P: Terus, apakah dari karyawan itu sendiri bekerja aktif tidak ya, Pak? N: Ya kita harus mencari karyawan yang aktif, mas. Karena kalau kita
punya “istilahnya perusahaan” kalau pekerjaannya tidak aktif, kita tidak tidak mau, kan ya kita rugi nanti.
P: Lalu untuk setiap karyawan tadi kan ada 3 karyawan, Pak? N: Ya P: Dari karyawan itu, apakah berkontribusi positif terhadap BUMDes
ini? N: Sangat-sangat memberikan kontribusi sangat positif. Karena dalam
mencari karyawan dalam pengelolaan sampah itu susah. Dengan orang yang yang mau bekerja ini, salah satu… satunya sangat membantu buat kami dalam BUMDes pengolahan sampah ini.
P: Dari padangan Bapak ini, melihat karyawan Bapak, apakah mereka berinteraksi dengan baik?
N: Ya memang kita harus pendekatan, kita memanusiawikan, kita jangan terus kita sia-siakan. Karena kita memahami, kita mencari-mencari karyawan di pengolahan sampah itu sulit. Ya kita harus kita tangani dengan baik.
P: Terus, bentuk-bentuk bagaimana berkomunikasi itu? N: Ya kita misalnya dalam dua minggu sekali, kita adakan pertemuan
komunikasi, kita berikan wawasanan kedepannya progress itu. P: Apakah bentuk komunikasi yang terjadwal itu, sudah terjadwal
secara teratur ? N: Ya kita adakan selalu. Ya kita olah terus, ya kira-kira dalam situasi
yang kurang menguntungkan ya kita undang. P: Dari Bapak sendiri dalam melihat karyawan, mengenal karyawan
lebih dalam gitu? N: Ya mau tidak mau to, mas. Kita kan harus bisa memamahai kriteria
orang itu kalau si A seperti ini, si B seperti ini. Kita harus dalam cara penanganannya, harus disesuaikan dengan mereka.
P: Lalu, Pak, untuk setiap karyawan itu, apakah juga tahu tujuan dari BUMDes ini, Pak?
N: Ya mau tidak-mau harus tahu. Karena apa? Ya dia merasakan kalau dikelola dengan BUMDes ini, apalagi sudah dapat SK itu kan akan lebih memberikan kontribusi pada karyawan itu baik, mas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93
P: Lalu dari karyawan itu, Pak, bagaimana dari BUMDes itu sendiri mensupport buat karyawan supaya tahu tujuan dari BUMDes?
N: Ya salah satunya peningkatan-peningkatan kulitas, peningkatan masalah tentang pengajiannya seperti apa. Kita harus paham ke merekanya. O ini biar supaya nanti kamu itu mendapatkan gaji, syaratnya harus mengeluarkan suatu mendapat atau bisa menghasilkan yang lebih besar. Ya kita kalau nanti, karyawan itu tahu tentang pengingkatan-peningkatan itu dia akan bekerja lebih baik. Karena apa? Karena kita grafiknya harus naik. Kalau nanti sudah nanti harus bisa menjaga konsisten. Dengan menjaga konsisten, kita dari BUMDes ini kan memikirkan kesejahteraan mereka.
P: Itu kalau dari segi tujuannya ya, Pak. Terus di BUMDes itu sendiri apakah mempunyai aturan tertulis yang bisa diketahui oleh seluruh karyawan?
N: Kita ada, aturan-aturan karyawan. P: Apakah selama ini karyawan sudah melakukan aturan-aturan itu? N: Ya mau tidak mau. Karena kita dalam SOP, harus memakai SOP. P: Berarti selama ini karyawan sudah melakukannya? N: Iya. Karena misalnya dalam kondisi terpaksa tidak memakai SOP
tetapi arahnya harus memakai SOP. P: Lalu untuk aturan tidak tertulis, apakah semua karyawan
mengetahui, Pak? N: Ya kalau aturan itu sebenarnya tertulis, mas, kalau yang tidak tertulis
itu cuma insidiental saja. Saya perintah ini supaya ini…ini saja secara tiba-tiba saja. Kalau yang rutin sudah ada aturannya.
P: Berati garis besar di BUMDes ini aturan tidak tertulis itu belum ada ya, Pak?
N: Yang tidak tertulis itu sebetulnya itu kan melihat kondisi. Kalau yang tidak tertulis sebetulnya itu ada aturannya. Kalau ini misal pupuk ini seperti ini. Sebetulnya dia sudah memahami sebetulnya.
P: Lalu, Pak, kan dari BUMDes sendiri mempunyai aturan tertulis tadi. Apakah semua karyawan itu ketika melanggar aturan itu diberi sanksi?
N: Ya, kalau sanksi ada, kita beri peringatan. Kita panggil, kita ingatakan untuk bekerja lebih baik sesuai dengan aturan. Itu saja. Karena apa? Karena kalau dipecat, kita juga kesulitan mencari gantinya.
P: Sejauh ini sanksinya dalam bentuk apa, Pak? N: Ya ada yang kemarin karena tidak komunikatif. Dia langsung
mengundurkan diri dari pada kerja sering tidak masuk. Salah satunya itu. Karena apa? Kita butuh orang-orang yang produktif. Karena kalau tidak produktif kita rugi.
P: Yang tadi kan kalau… BUMDes belum aturan yang tidak tertulis. Misalnya dari Bapak atau Direktur memerintah kepada karyawannya, terus karyawannya membandel. Itu apa juga ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139
sanksi? N: Ya cuman ditanya saja, tanya aja maunya bagaimana? Itu saja. P: Apakah setelah ditanya seperti itu ada perbaikan? N: Yang pasti ada suatu perubahan. P: Lalu, Pak, terkait dengan komintmen dari BUMDes dan
anggota/karyawan dari BUMDes itu sendiri, Pak? Itu Apa mempunyai komitmen untuk mencapai tujuan bersama-sama itu, Pak?
N: Dari? P: Dari semua anggota dan BUMDes itu sendiri? N: Dari pengurus dan karyawan, ya harus mencari komitmen, ya.
Komitmennya apa? Kita bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Itu komitmen kami. Karena apa? Kita ya salah satunya BUMDes itu sebagai perusahaannya desa dan usahanya milik desa. Komitmen, ya bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Kalau kita tidak komitmen seperti itu, ya mau tidak mau kan harus sesuai dengan aturan kita.
P: Lalu, Pak, untuk semuanya dari pengurus, anggota/karyawan BUMDes itu sendiri itu, ada mempunyai rasa untuk saling mendukung tidak sih, Pak?
N: Ya mau tidak mau harus, mas. Sekarang kita jangan, …apa ya... memandang iki udu punyamu ini bukan punyaku. Mau tidak mau harus, rasa memiliki itu harus ada. Kalau mau maju ya seperti itu.
P: Kalau dilihat dari segi bisnis dari BUMDes itu sendiri, Pak? Itu rasa saling mendukungnya dalam bentuk apa ya, Pak?
N: Ya nyupport saja. Saya menginginkan pupuk itu harus memproduksi sekian ton, ya dia harus mendukung. Harus bisa mencapai apa yang saya inginkan. Karena kita bulan ini harus bisa menargetkan omzetkan omzet kami.. gitu.
P: E.. lanjut lagi ini, Pak. Kan kalau di BUMDes kan ada, ada modal selain modal kapital yaitu ada modal sosial. Nah, dalam kegiatan BUMDes itu kan terdapat modal sosial juga, Pak. (Bapaknya mengantuk) Terus apakah Bapak bisa menyebutkan modal sosial yang ada di BUMDes itu, Pak?
N: Ya. Memang BUMDesnya jiwanya itu jiwa sosial dan jiwa ekonomi. Jiwa sosialnya itu kita bisa memberi manfaat kepada masyarakat. Salah satunya apa? Kita membuang sampah dengan harga murah. Kalau ekonomi itu walaupun itu warga Pandowoharjo, nek saya pikirkan untuk pendapatan hasil ekonomi ini sesuai aturan. Tapi kita tidak. Kita harus sesuai dengan jiwa kami. Karena jiwa sosial kami juga kita tanamkan. Karena ini memberikan pemanfaatan kepada masyarakat.
P: Itukan tadi terkait dengan jiwa sosialnya pak. Lebih ke modal sosialnya, Pak. Kalau modal sosial itu lebih kepada “jaringan, nilai, atau kepercayaan” yang dimiliki dari BUMDes itu sendiri.
N: Lha nanti BUMDes itu sudah mendapatkan hasil memberikan PADes ke desa. Nah PADes itu mau digunakan untuk beasiswa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185
untuk kesejahteraan perangkat desa, untuk kesejahteraan warganya itu terserah dari perangkat desa. Tapi kita sudah memberikan suatu modal untuk memberikan wejangan kepada masyarakat.
P: E.. lalu, Pak, peran dari modal sosial tadi itu, dalam BUMDes ini, Pak. Apakah bekerja secara efektif atau tidak ya, Pak?
N: Maksudnya? P: Kan tadi kalau modal sosial itu kan, dalau dalam definisinya, modal
sosial terdapat jaringan, nilai, kerja sama. Nah kalau di BUMDes itu ada kan tentunya kan ya, Pak?
N: Jaringan kerja sama modal sosial itu kan sini itu, mas. BUMDes itu intinya menyejahterakan masyarakat, meningkatkan perekonomian. Lha dengan adanya BUMDes, warga di Pandowoharjo, itu khususnya yg UMKM itu akan tercover. Misal sekarang saya beli snack. Itu snack kita tidak beli di luar. Kita belikan di warga. Itu salah satunya. Modalnya seperti itu. Jadi pihak UMKM bisa produksi, terus dijual untuk menyupplai/memberikan suguhan kepada tamu BUMDes. Kalau tidak kita manfaatkan seperti itu, kemungkinan UMKM-UMKM tidak akan berjalan.
P: Bertolak dari situ, Pak. Kita masih bergelut dari modal sosial ini pak. Apakah disini antara pengurus dan anggota itu ada, hubungan gotong royong gitu, Pak?
N: Hubungan kekeluargaan atau kelurga. Kalau keluarga tidak ada mas. P: Maksudnya bukan struktur kekeluargaan. Tetapi lebih ke kerja
samanya. N: Ya itu rasa kekeluargaan itu harus ada. Kita sama rasa sama
karyawan, harus baik hubungannya, kan? Karena apa? Kalau nanti dari pengurus dengan karyawan tidak baik ya kerjanya kurang maksimal. Salah satunya itu.
P: Terus di sini apakah ada arisan antar kelompok gitu? N: Oh tidak ada. Karyawannya baru sedikit. P: Terus apakah di sini juga ada terkait dengan volunteer-volunteer
gitu, Pak? N: Sebetulnya pengurus BUMDes ini wong-wong sosial mas. Relawan.
Sekarang siapa mau pengurusan satu bulan gaji 700 (ribu)? Kalau orang yang tidak punya jiwa relawan tidak mau. Karena yang jelas pengurus BUMDes, BUMDes bisa berjalan itu salah satu modal utama. Punya jiwa sosial itu tadi. Relawan itu tadi. Salah satunya seperti itu.
P: Kalau dari BUMDes kan mempunyai jiwa relawan itu, Pak? N: Hmmm P: Berarti juga tentunya punya jiwa-jiwa mendukung selain jiwa
relawan itu, Pak? Misalnya kayak solidaritas satu sama lain? N: Ya harus punya, mas. Kita memang punya jiwa seperti itu. P: Lalu, Pak, untuk BUMDes itu sendiri, antara pengurus dan
anggotanya. Apa juga menciptakan suatu pedoman untuk dihidupi bersama begitu, Pak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231
N: Lhah salah satunya ini, mas. Badan usaha milik desa itu salah satunya perusahaan yang kita miliki. Khususnya pengurus dan karyawan, ya.. tadi sudah saya sampaikan harus mempunyai rasa memiliki. Kalau tidak punyai rasa memiliki ya kerja semaunya saja, sing penting saya dateng, tiap tanggal sekian bayaran. Tapi tidak memikirkan uangnya dari mana? Karena memang tidak ada anggaran dari desa untuk gaji. Memang gajinya dari hasil operasionalnya gitu.
P: Lalu ini, Pak. Kalau BUMDes sendiri itu ada kegiatan terkait dengan sosialiasi pembentukan BUMDes sebelumnya itu dari Lembaga-lembaga BPD itu tidak?
N: Lhah BPD harus sinkron, harus sinergi dengan BUMDes. Waktu MusDes kan memberikan putusan audit. Bentuk BUMDes salah satu pendukungan dari BPD. BPD harus sinergi. Karena kalau BPD dengan BUMDes tidak sinergi; BPD dengan Desa (Kepala Desa) tidak sinergi; BUMDes tidak akan jalan tidak harrmonis. Dengan tidak harmonis tadi tidak akan jalan.
P: Lalu BUMDes sendiri itu, Pak. Apakah mengikuti Forum Musyawarah Desa (MusDes), Pak?
N: Ya mesti terlibat di situ. MusDes, karena ya kita pemilihan pengurus itu dimusdeskan. Dan kita diakhir tahun harus MusDes, laporan pertanggungjawaban. Harus seperti itu. Karena ini kan miliknya desa. Pengambil keputusan kan salah satunya dari BPD yang mengadakan MusDesnya.
P: Untuk kerja sama dengan pihak lain, UKM di desa tadi yang sudah Bapak jelaskan tadi. Kalau ada tamu pesen makannya dari situ. Selain dari situ, apakah ada lagi, Pak, UKM selain itu?
N: UKM yang ada di Pandowoharjo ini kita hubungi. Misalnya makan itu giliran. Yang kemarin dari A yang besok dari C. Seperti itu. Harus seperti itu.
P: Lalu, apakah juga mempunyai kerja sama dengan pihak-pihak lain, Pak. Kan tadi BUMDes kan punya produksi pupuk itu. Apakah juga punya kerja sama dengan pemasok atau yang lainnya gitu, Pak?
N: Iya kita mengembangkan BUMDes itu ABCG. Satu, A-nya Akademisi, B-nya Businissman, C-nya itu Community, G-nya Government. Hubungannya ya seperti itu. Hubungan selain dari UKMK ya kita hubungannya ya seperti itu. Dari akademisi misalnya kita kemarin ndak bisa buat pupuk, akademisi mana yang bisa memberikan bantuan untuk melatih pembuatan pupuk, ya salah satunya itu. Businessman, kita bisa menjual pupuk ya salah satunya ya menjual pupuk kita dengan Toko Pertanian dan menjual lapaknya dengan pengumpul lapak. Itu seperti itu.
P: Terus pada kerja sama pada Businessman, contohnya apa, Pak? N: Salah satunya rumah makan Jejamuran, pengumpul lapak. Rumah
makan Jejamuran kan kita juga dengan adanya itu kita diberi tempat untuk display sebagai warung desa untuk Toko Desa. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277
akademisi ya kita dengan UPN membuat pupuk dulu. Itu salah satunya seperti itu.
P: Lalu dari BUMDes itu sendiri, Pak, apakah juga mempunyai Forum Antara Sesama BUMDes di Kab Sleman?
N: Ada. Di sini Forum BUMdes Kab Sleman ada, kebetulan Pak Direkturnya ketua forumnya.
P: Berarti keaktifannya lebih banget ya, Pak? N: Iya.. P: Dalam memajukan BUMDes itu Pak, apakah juga mengikut sertakan
Karang Taruna sekitar pemuda pemudinya? N: Sebentulnya pengembangan-pengembangan, sebetulnya Karang
Taruna itu kita ajak. Karena yang sekarang itu Karang Taruna itu harus berpikir kreatif. Karena apa? Karena kita berpikir kreatif akan mengembangkan atau memberikan suatu aset-aset yang ada di desa untuk dibuat misalnya destinasi wisata. Lha, kita itu sudah mengarahkan dengan PokDarWis (Kelompok Sadar Wisata)nya dengan mengumpulkan Karang Taruna. Karang Taruna diajak untuk ini ini. Salah satunya seperti itu mas.
P: Berarti Karang Tarunanya turut andil ya, Pak, dalam kinerja BUMDes ini ya, Pak?
N: Ya salah satunya seperti itu. P: Lalu terkait dengan ini, Pak, kan BUMDes juga tentunya tidak
selingkup kecil gitu, Pak. Tapi dilingkup nasional juga ada. Apakah BUMDes Amarta ini juga mengikuti forum-forum ditingkat nasional?
N: Pak Direktur BUMDes Amarta ini sebagai narasumber nasional. P: Jadi ada kerja sama antara BUMDes Amarta dengan fomum-forum
nasional ya pak? (bunyi notifikasi handphone narasumber) N: Iya ada. P: Terus, Pak, terkait dengan kerja sama dengan dusun, Pak? Ini Dusun
Jetakan juga kerja sama dengan BUMDes, apakah dalam bentuk apa itu, Pak?
N: Ya misalnya karena kalau dengan Jetakan. Misalnya kalau ada tujuhbelasan ya.. Walaupun CSR (tanggungjawab sosial perusahaan) itu kan nantikan dulunya yang atur desa, tapi kita berikan dulu. Karena dia sebagai lingkup dengan BUMDes. Nah sebelum uang saya serakan ke sana itu saya langsung tak kasihkan ke sini, sebagai dana CSR. Nanti kita komunikasikan dengan SHU yang ada di desa. Ya kita harus menjaga lingkungannya, seperti itu mas.
P: Hubungan baik dengan kepala dusun dan warga itu, Pak? N: Iya harus. P: Apakah di sini juga kerja sama dengan perusahaan-perusahan besar
gitu, Pak? N: Ya salah satunya ada. P: Yang ABCG tadi? N: Misalnya rumah makan Jejamuran seperti itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323
P: Apakah terkait perusahan-perusahaan lain yang biasanya kan perusahan-perusahan besar itu kan, ada bentuk CSRnya, Pak. Apakah juga berdampak dengan BUMDes?
N: Ya dengan BUMN. P: BUMN… Contohnya BUMN? N: Perbankan Bank BNI, BTN. Itu salah satunya yang sedang
memberikan CSR ke kami. P: Lalu, apakah dari BUMDes ini, Pak, punya kerja sama dengan Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Pak? N: Lho harus, mas. BUMDes itu mengepul di kabupaten. Itu adalah
PMD, pendampingnya itu PMD. Lha mau tidak mau kaitannya dengan government tadi. Komunikasi yang harus aktif dengan pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, pemerintah pusat. Itu harus dijalin dengan baik. Karena kalau tidak seperti itu, nanti tidak akan jalan-jalan.
P: Itu terkait terkait dengan kerja sama dengan PMD ya, Pak? Kalau kerja sama dengan Dinas Pertanian itu apakah ada, Pak?
N: Sementara ini belum ada dengan Dinas Pertanian. Cuman GaPokTan kemarin kan, kita mau, kita ajak dengan, kita mau masuk kesitu. Tapi gapoktan belum menerima dengan BUMDes. Karena GaPokTan itu yang memberikan bantuan dari Dinas Pertanian. Selama ini, GaPokTan mandeg. Kemarin sudah mendekati BUMDes untuk kerja sama. Salah satunya seperti itu. Iya mau mengembangkan itu kalau dari pihak yang lain itu belum mendekat, atau belum seiring dengan BUMDes saya tidak mau nanti dikira mau merebut atau mau apa.
P: Lalu kan BUMDes produksinya terkait dengan pengolahan sampah. Apa bekerja sama dengan Dinas Perindag gitu, Pak?
N: Dinas Perindag juga kemarin minta BUMdes, ke sini. Salah satunya untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan sampah, cara pengolahan pupuknya. Terus cek di BUMDes Amarta.
P: Terkait dengan Dinas PU itu, Pak? N: PU? Kalau dengan Dinas PU kita juga mempunyai. Dengan Dinas
Lingkungan Hidup yang jelas kita kerja samanya dengan Dinas Lingkungan Hidup.
P: Itu dalam wujud apa itu, Pak? N: Salah satunya mobil yang mengangkut residu itu ya dari Dinas
Lingkungan Hidup. P: Lalu ini, Pak, apakah juga ada kerja sama dengan Balai Besar
Latihan Masyarakat KDTT? N: Iya. Kita dulunya BUMDes Amarta ini angkatan pertama. Untuk
latihan di BBLM. P: Terus langung jadi BUMDes besar itu, Pak? N: Sebelum itu dulu, kita BUMDes sudah punya apa ya istilahnya
sudah, sebelum kita itu masuk di BBLM, kita sudah ada pembinaan-pembinaan dari BUMDes. Kita sudah berjalan. Malah dulu itu kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369
tidak diajak untuk latihan, kita mencarikan pesertanya. Ceritanya tidak ada, ada salah satu desa yang tidak ikut pelatihan, malah yang di BUMDes untuk mengganti.
P: Lalu pak untuk kerja sama dengan dinas-dinas ditingkat provinsi itu, Pak?
N: Ya salah satunya dengan PMD tingkat provinsi, tingkat kabupaten, tingkat kementrian pusat.
P: Itu dalam wujud apa itu, Pak? N: Misalnya kita ada dalam wujud proposal, pengembangannya kesitu. P: Berarti lebih kepada manajemen BUMDes itu sendiri ya, Pak? N: Iya.. P: Lalu ini, Pak, kita beralih pada spesifik pada BUMDes itu sendiri,
Pak. Kalau menurut Bapak, BUMDes itu memproduksi barang/jasa secara teratur tidak, Pak?
N: Ya nak ini secara teratur to mas. Sampah kalau tidak teratur ya macet.
(Direktur baru datang di kantor BUMDes dan menyela saat wawancara dan narasumber membuka handphone).
Direktur: Harus, solusi perusahaan mau jalan ya produksinya harus gitu. Kalau tidak gitu repot.
P: Berarti juga menjual barangnya juga secara teratur ya, Pak? N: Iya, kalau tidak teratur arep intuk duit seko endi? (Sambil tertawa..) P: Apakah BUMdes ini memprodukisi barangnya sebelumnya itu
karena yang diharapakan dari masyarakat atau inisiatif dari BUMDes untuk meproduksi, Pak?
N: (Narasumber menghentikan membuka handphone). Lah Pengolahan sampah. Contohnya pengolahan sampah itu dampaknya seperti opo to… Sampah itu kalau cuma dipilah yang organik tidak dimanfaatkan. Salah satunya kan organik dibuat untuk pupuk. Lhah itu pengembangan namanya, mas. Kalau cuman milah-milah sampah terus ra ono hasil tambahan. (Direktur menyela kembali wawancara dan narasumber membuka handphone)
Direktur: Berarti gini, mas, jasa BUMDes itu ya harus anu produk yang harus dibutuhkan masyarakat. Kalau tidak dibutuhkan kan tidak ada pasarnya. Jadi gitu, BUMDes memproduksi produk rutin? Rutin. Apakkah produk BUMDes itu dibutuhkan masyarakat? Harus! Memproduksi produk tidak dibutuhkan masyarakat, terus sapa sing meh tuku?
P: Berarti BUMDes sampai saat ini juga memberikan manfaat terkait dengan produksinya itu menjadi harapan dari masyarakat ya, Pak?
P: Iya (Direktur menyela lagi) Direktur: BUMDes didirikan harus memberi manfaat, berarti tidak
apakah sekarang ini tidak memberi? Didirikan itu secara kebutuhan. Jadi pertanyaan itu tadi sebenarnya, gini, BUMDes didirikan atas dasar kebutuhan masyarakat. Apakah kebutuhan BUMDes dengan BUMDes berdiri. Seharunya lebih dulu kebutuhan itu. Kalau pengen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415
punya BUMDes yang bisa jalan. (Bunyi suara dari handphone narasumber)
P: Langsung kepertanyaan yang selanjutnya, Pak. Terkait dengan pelayanan, Pak, kepada calon komsumen itu apakah juga memberikan pelayanan yang berkualitas kepada calon konsumen?
N: Ya harus to mas. Kita itu sebagai perusahaan, perusahaan kalau tidak menjamin konsumen yang baik itu nantikan pada lari semua. Logikanya kan seperti itu.
P: Berarti untuk yang pelanggan itu hampir sama ya, Pak? N: Iya (Narasumber membuka handphone lagi) P: Sampai saat ini BUMDes itu merencanakan, mengidentifikasi dan
menetapkan prioritaskan kebutuhan masyarakat itu tidak ya, Pak? N: Ya sekarang itu kan mengidentifikasi itu salah satu untuk
pembentukan unit. Ya kita harus, identifikasnya itu apa di desa itu? Nanti bisa dikembangkan dengan BUMDes tidak. Salah satunya itu.
P: Sampai saat ini, Pak, apakah BUMDes itu masih membuat atau merealisasikan program-program kepada masyarakat gitu, Pak?
N: Iyo no (Narasumber masih membuka handphone) P: Lalu terkait dengan program-program tadi, Pak, apakah masyarakat
juga ikut andil berpartisipasi dalam program-program yang dicanangkan oleh BUMDes?
N: Ya harus mas. Kita harus sinergi dengan masyarakat. Karena apa? BUMDes itu dibentuk berdasarkan MusDes. MusDes adalah musyawarah desa, yang diikuti oleh kalangan masyarakat itu dari tokoh agama, dari tokoh PKK, tokoh PLPMD, Karang Taruna. Salah satunya itu.
P: Terkiat dengan administratif ini, Pak. BUMDes itu memiliki bentuk administrasif yang bagaimana itu, Pak?
N: Lah administrasinya kita ya secara tertiblah, kita memang dihitung dengan cara neraca, laporan neraca itu tiap bulan kita laporkan, karena kita menjalankan keuangan pemerintah desa itu kita harus harus betul-betul open manajement. Itu..
P: Lalu kalau biasanya kan diakhir-akhir tahun ada evaluasi terkait dengan administrasinya itu?
N: Iya MusDes. MusDes itu nanti kita laporkan pertanggung jawaban dalam satu tahun. Kita laporkan.
P: Berarti untuk pemerintah desa dan masyarakat sekitar itu juga memberikan saran dan kritiknya kepada BUMDes itu tidak, Pak?
N: Ya memang kalau itu membangun ya saya terima, kritik silahkan kritik misal tidak masalah.
P: Ketika diberi saran dan kritik, apakah BUMDes langsung menindak lanjutinya, Pak?
N: Tidak, kita kita gini mas, sekarang orang pandai mengkritisi, lalu orang pandai harus memberikan solusi. Yang kita ambil ya orang yang pandai tapi bisa memberikan solusi. Tapi kalau cuman kritisi tidak bisa memberikan solusi ngapain diterima, sama saja kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
416 417 418 419 420 421 --
mendengarkan dari telinga kanan buang telinga kiri. Ya kita kan kita respons yang seperti apa? Membangun atau tidak. Harus seperti itu. Kalau tidak bisa membangun. Ngapain?!
P: Itukan terkait dengan saran dan kritik lewat mekanisme formal MusDes, apakah lewat mekanisme informal ada gitu, Pak?
N: Ya cuman kalau secara informal itu tidak ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
LAMPIRAN 6
KATEGORISASI DATA WAWANCARA NARASUMBER 1
Nama Narasumber 1 : Bapak YB. Sutarman, S.Pd. Jabatan Narasumber 1 : Komisaris BUMDes Amarta Kode Transkrip : N1.W1 (diikuti Baris Verbatim) Keterangan : - Dicetak tebal : Perkataan Peneliti - Dicetak biasa : Perkataan Narasumber
Kutipan Transkrip Wawancara Initial Code Kode No Reff
Anggotanya yaitu pengurusnya itu: Ketua/direkturnya, sekretaris, bendahara. Karyawannya yaitu ada pemilah sampah. Terus yang selama ini yang berkembang, ini ...apa... bekerja sama dengan (Kuliner) Taman Pandawa. (N1.W1. 5-8)
Pengurus BUMDes terdiri dari Direktur, Sekretaris dan Bendahara. Sedangkan karyawannya ada di bagian pemilahan sampah.
Orang yang menjadi anggota/karyawan.
1
Berapa ya sekitar tiga sampai empat, ada yang masuk seringkali keluar terus diganti lagi. (N1.W1. 13-14)
Jumlah karyawan tetap berjumlah 3-4 orang.
Orang yang menjadi anggota/karyawan tetap.
2
Ada. Sekitar tiga atau empat orang. (N1W1. 16, 18)
Jumlah karyawan kontrak/tidak tetap berjumlah 3-4 orang.
Orang yang menjadi anggota/karyawan tidak tetap.
3
Aktif. Ya memilah sampah itu. (N1.W1. 21, 23) Karyawan tetap bekerja secara aktif dalam wujud memilah sampah.
Anggota/karyawan tetap bekerja secara aktif.
4
Ya jelas. Jadi kan memacu lingkungan jadi bersih. Juga memacu ke dusun-dusun yang selama ini belum
Karyawan tetap berkontribusi dalam memacu lingkungan menjadi bersih
Karyawan tetap berkontribusi positif.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
menangani sampah untuk termotivasi dengan BUMDes Amarta. (N1.W1. 26-28)
dengan BUMDes.
Ada. Emm, ya selama ini biasa-biasa ya, jadi awalnya memang untuk karena tadi dishare di grup ataupun juga nanti kan lewat rapat-rapat di desa. Jadi lembaga dusun, RT/RW kan seringkali ada rapat dusun, informasi lewat sana. Termasuk juga kan ada grup WA (Whatsapps Grup) Desa Pandowoharjo. (N1.W1. 47, 52-56)
Diadakannya sosialisasi untuk setiap/seluruh karyawan melalui pemberitahuan melalui Whatsapps Grup dan rapat di dusun.
Antar anggota karyawan berikteraksi dengan baik
6
Pengurus sendiri ada grup WA untuk pengurus. (N1.W1. 58)
Pengurus melakukan komunikasi melalui WA grup.
Antar pengurus berinteraksi dengan baik.
7
Ya ada. Ada rapat rutin, pertemuan rutin (N1.W1. 61) Sosialisasi karyawan diadakan secara rutin melaui rapat.
Frekuensi sosialisasi karyawan cenderung intensif.
8
Iya, iya seperti itu. (N1.W1. 69) Komisaris berpendapat bahwa antar karyawan saling mengenal dengan baik.
Antar anggota karyawan saling mengenal.
9
Ya sama. Selama ini awalnya sudah diberitahu, visi misi BUMDes tadi. Jadi apa betul kalau nanti ada yang belum seirama tentu akan seirama dengan sendirinya waktu tadi berjalan. (N1.W1. 80-82)
Komisaris berpendapat bahwa anggota karyawan memiliki tujuan yang sama di dalam BUMDes. Lewat pengenalan Visi dan Misi BUMDes.
Antar anggota karyawan memiliki tujuan sama.
10
Ya mencoba untuk menjelaskan dan memberi motivasi tadi (N1.W1. 85)
Menjelaskan dan memberikan motivasi untuk mereka yang belum memiliki tujuan yang sama di dalam BUMDes.
Mensinkronkan tujuan yang sama.
11
Ada. Ya misalnya di Kantor dicantumkan tidak? Iya.. (N1.W1. 89, 92)
Komisaris berpendapat bahwa BUMDes mempunyai aturan tertulis dan dipasang di papan pengumuman informasi.
Aturan tertulis yang diketahui.
12
Iya, ya mungkin seperti apa yaa.. Masuknya terlambat, tidak adil itukan palingkan tidak tercantum. Tetapi kan otomatis harus dia ngasih tahu, entah lewat WA atau diwaktu lain menyampaikan maaf tidak sempat
Komisaris memberikan contoh aturan tidak tertulis dalam wujud terlambat masuk kerja dan memberitahu alasannya lewat Whatsapps atau saat
Aturan tidak tertulis yang diketahui.
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
memberitahu sebelumnya. (N1.W1. 96-99) masuk kerja. Iya semacam diingatkan dulu, diingatkan gimana, terus dikasih jeda waktu berapa bulan. Ada perubahan tidak. Tidak langsung diambil dihindarkan tetapi diamati pas waktu rapat. Ingatkan dulu pas ada rapat, sehingga ada alasan yang tidak logis mungkin. Jadi paling tidak ada tahapan-tahapan mengingatkan memberi saran, terus pada tahapan berikutnya lebih tegas bagaiaman enaknya. (N1.W1. 102-104, 106-107, 111-113)
Komisari menjelaskan prosedural sanksi yang diberikan apabila anggota karyawan melanggar aturan tertulis. Mulai dari mengingatkan, mengamati, hingga sanksi final.
Sanksi pelanggaran aturan tertulis.
14
Iya paling, selama ini belum. Seperti kan tiap tahun dikasih semacam THR, mungkin bisa juga ya semacam bingkisan dikurangi nominalnya seperti yang lain misalnya. Sepertinya jadi kalau memang ini juga dalam rangka dalam mencari bentuknya, pengganti. Tetapi paling tidak ada perbedaanya dikasih reward atau sanksi tadi. Untuk yang aktif atau tidak atau kurang aktif harus ada perbedaanya. (N1.W1. 117-122)
Sanksi pelanggaran aturan tidak tertulis belum ada. Namun, Komisaris memberikan pendapat untuk sanksi pelanggarannya kedepan dalam bentuk pengurangan THR yang diberikan.
Sanksi pelanggaran aturan tidak tertulis.
15
Saya kira iya, saya melihat aktivitas kegiatan di sana juga kelihatan kalau ada sentilan dan banyolan dalam rangka untuk mencari apa, kekompakan untuk saling mengungkapkan. Saya kira sama. (N1.W1. 126-128)
Semua karyawan berkomitmen mencapai tujuan bersama lewat aktivitas kegiatan di BUMDes dan berbagai aktivitas yang dapat menunjang adanya kekompakan untuk meraih tujuan bersama.
Komitmen bersama. 16
Iya. Bisa melakukan kontinyuitas di sana kan keadaan tersebut mesti nganu ada. Kalau tidak ada, saya tanya “Ini (karyawan) mana?” Dia pasti “Baru kesana, Pak.” Itu kan berarti saling tahu, ada kerja sama. (N1.W1. 131-133)
Karyawan saling mendukung terlihat dari adanya kerja sama satu sama lainnya.
Anggota karyawan saling mendukung.
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Jadi paling tidak BUMDes ini seringkali ada kedatangan tamu. Nah, di sana wahananya jadi kita mengenalkan dengan tamu tersebut. (N1.W1. 148-150)
Modal sosial dapat membangun jaringan melalui tamu-tamu BUMDes.
Fungsi/peran modal sosial. 18
Tentu nanti desa itu nanti ada semacam sekedar untuk ...apa... imbalan dari mana BUMDes Amarta itu tadi berperan untuk mensosialisasikan, memasarkan termasuk juga nanti ada van-van (mini bis) manakala tamu tamu yang hadir di Desa Pandowoharjo. (N1.W1. 153-156)
Modal sosial berperan dalam mensosialisasikan dan memasarkan BUMDes.
Fungsi/peran modal sosial. 19
Kita kerja sama dengan UMK dengan usaha makanan apa.. snack apa... Ya kita beri tahu kita beri peluang terus nanti, sehingga dia merasa dibantu sehingga lancar dan berkembang. (N1.W1. 157-159)
Modal sosial membangun jaringan ekonomi lokal yang terdiri dari UMK dan Usaha Makanan untuk dapat berkembang di desa.
Fungsi/peran modal sosial. 20
Iya (N1.W1. 162) Modal sosial berfungsi dengan sangat baik.
Efektivitas fungsi modal sosial.
21
Iya. Ya misalnya, ee... kita tidak mem.. ...apa... mengutamakan untuk hasil, tapi bagaimana kita berperan untuk membantu kemajuan masyakarat desa di dusun. Sehingga manakala ada problem yang muncul tersebut. Di BUMDes tadi turun. Mungkin ada sampah yang belum tertangani, kita bantu. Sejauh dia meminta bantuan ya kita membantu. (N1.W1. 166, 168-172, 177)
BUMDes masih menerapkan gotong-royong dalam membangun kemajuan masyarata di desa. Hal ini ditunjukkan melalui penanganan sampah di desa.
Gotong royong. 22
Iya. Ya misalnya untuk ...apa.. pas idul fitri yang misalnya ada bingkisan tadi. Nanti mungkin, kedepan mungkin. Menurut saya, pas hari natal ada bingkisan atau ucapan atas nama BUMDes Amarta. Nah kita belum sampai sana. Tapi angan-angannya ada. (N1.W1. 194, 198-201)
BUMDes memegang nilai-nilai solidaritas antar anggota. Terutama dalam mendukung anggota karyawannya dalam melaksanakan perayaan hari raya yang dianut.
Solidaritas. 23
Kita akan menjadi pelopor keberagaman. Dan itu pas BUMDes menerapkan keberagaman Keberagaman. 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
sekali komposisi di BUMDes. Pak Agus katolik, pak Nurtamsi kristiani, terus mas Eko muslim, terus yang juga di pengawas juga sama, saya kristiani. Ketuanya pak Mardi islam dan yang satunya Pak mBayut Katolik eh islam juga. (N1.W1. 201-206)
dalam organisasinya.
Oh ada, jadi seperti, kenduri, merti dusun, merti kali, yaa.. Iya, sehingga BUMDes juga memberi warna. Jadi misalnya ada kegiatan seperti itu support BUMDes ada. Termasuk juga kan pada saat nanti musim BankDes (N1.W1. 215, 217-219)
BUMDes memegang nilai-nilai lokal dalam menjalin hubungannya dengan warga sekitar.
Nilai-nilai lokal. 25
Ada tapi apa ya..?? Kadang kala lupa sebetulnya. Tapi ada.. Yang kita wujudkan bersama. (N1.W1. 229-230)
BUMDes memegang nilai-nilai hidup bersih di lingkungannya.
Nilai kebersihan. 26
Belum yaa.. (N1.W1. 233) Tidak ada arisan dalam BUMDes Tidak ada arisan antar anggota
27
Tentang apa ya... ya tadi misalnya kan, kalau ada yang datang terlambat, yang lain saling memaklumi dalam arti gantian. Kali aja ada masalah keuarga atau juga tentu akan seperti itu. Jadi saling memaklumi. Tentang rasa tadi. (N1.W1. 240-243)
BUMDes memegang nilai tenggang rasa dalam wujud saling memaklumi antar sesama anggota karyawan
Nilai tenggang rasa. 28
Iya. (N1.W1. 251) BUMDes melakukan sosialisasi dan pembentukan BUMDes dengan lembaga-lembaga BPD
Lembaga-lembaga BPD. 29
Justru menjadi pionir. Jadi kan direktur tadi ikut menjadi apa ya.. ee.. pada saat kita kan seringkali merampingkan, koq anggarannya defisitnya banyak.. Nah salah satu tim tadi dari BUMDes yang ikut didalamnya untuk mencermati, sehingga meningkat dana desa tadi juga sebagaian bisa menjadi ...apa... disubsidikan ke
BUMDes berkontribusi dalam Forum Musywarah Desa dan ikut andil dalam mewujudkan kemajuan desa.
Forum Musyawarah Desa. 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
BUMDes. Tapi dia juga ikut membantu mewujudkan, berkontribusi untuk mengatur kemajuan desa untuk berbagai macam program tadi. (N1.W1. 254-260) Oh ada.. Justru ini kan, Pak Agus sebagai pengurus Forum Antar BUMDes. Seingat saya agak rutin. Dan itu kan ada.. ...ada.. apa.. Whatsapps Grup. Nah pengurus dan pengawas juga tahu persis pembahasannya di BUMDes mana. (N1.W1. 263-264, 267-269)
BUMDes Amarta bekerja sama dengan Forum Komunikasi BUMDes dan berkontribusi dalam kepengurusannya.
Forum Komunikasi BUMDes. 31
Ada.. Selama ini juga baru anu yaa.. dari dusun yaa. Yang sifanya lebih besar perusahaan belum. Oh sudah, Jejamuran sudah. Hooh.. (N1.W1. 273, 275-276, 280)
BUMDes bekerja sama dengan restoran/rumah makan Jejamuran.
Kerja sama dengan restoran/rumah makan.
32
Misalnya BUMDes Amarta itu, ...apa.. itu usaha untuk kolam perikanan dekat rumahnya Pak Agus itu. Nah bibitnya dari BUMDes dari daerah Kalasan sana mungkin. Tentu nanti penjualan bersama dengan BUMDes yang lain. Begitu.. termasuk bibit-bibit yang lain. (N1.W1. 284-287)
BUMDes berkolaborasi dalam mengembangkan usahanya dengan BUMDes lain.
Kolaborasi BUMDes lainnya. 33
Jadi kadangkala ada tamu pemerintah desa, ada tamu bekerja sama dengan BUMDesnya. Seringkali diarahkan berkujung ke dusun-dusun desa wisata yang di sana itu, juga melibatkan anak-anak Karang Taruna. (N1.W1. 300-303)
BUMDes dan Pemerintah Desa melibatkan Karang Taruna dalam kegiatan desa.
Mengikutsertakan peran Karang Taruna.
34
Nah itu masih perjuangan. Jadi susah sekali. Tetapi kebanyakan mereka itu kan ya... sebentar nanti begitu masuk terus ngga tahan untuk mengundurkan diri. (N1.W1. 309-311)
Karang Taruna belum tertarik dalam pengelolaan sampah di BUMDes.
Karang Taruna belum berperan di BUMDes.
35
Jadi misalnya untuk ee.. dari UPN. Semacam bimbingan tentang sampah terus nanti tentang Uji B. (N1.W1. 323-
BUMDes bekerja sama dengan UPN dalam menangani uji lab tentang
Kerja sama Institusi Pendidikan
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
324) sampah. Mungkin dalam rangka.. taraf kerja sama. Tapi yang memang belum begitu nampak. Baru taraf penjajakan mengarah kesana. (N1.W1. 332-333)
Taraf penjajakan kerja sama CSR perusahaan dengan BUMDes.
Kerja sama CSR Perusahaan. 37
Iya. Ya mungkin dalam forum-forum rapat, ada ..apa.. pelatihan apa, terus penanganan spot misalnya. Itu kan juga nanti kan narasumbernya dari BUMDes tadi. (N1.W1. 336, 338-340)
Narasumber kegiatan pelatihan ke Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
Kerja sama Dinas Pemberdayaan Mayarakat dan Desa.
38
Ada. Ya seperti timurnya (BUMDes Amarta) itu kan ada ..apa.. gedung Gapoktan. Dan bahkan sekarang ada semacam MoU. Selama ini kan Gapoktan sangat kaya dapat bantunan dari pemerintah dan hibah tapi SDMnya kurang, tidak memadahi. Banyak yang mangkrak alatnya ini. Dalam rangka hal ini kita kerja sama. Jadi Gapoktan minta bantuan BUMDes Amarta untuk kerja sama untuk menghidupkan tadi. (N1.W1. 344-350)
Kerja sama dengan GAPOKTAN yang merupakan sub dari Dinas Pertanian dalam masalah SDM.
Kerja sama Dinas Pertanian. 39
Ada. Ya sampah-sampah tadi. Kita minta bantuan seperti apa.. Barusan dikasih apa itu.. Pengangkut sampah itu (motor roda tiga atau niaga). Pernah kita mengadakan diklat di desa terus kita mengundang untuk hadir. (N1.W1. 358, 354-355, 360-361)
Diklat, Kerja sama dan bantunan dari Dinas Lingkungan Hidup berupa pengangkut sampah (mmotor roda tiga atau niaga).
Kerja sama dan sosialisasi Dinas Lingkungan Hidup.
40
Pernah, iya.. Bahkan saya pernah ikut juga jadi unsur pengawas, unsur pengurus pernah ada. Di Kabupaten ada. (N1.W1. 364-365)
Kontribusi dalam kegiatan dengan Balai Besar Latihan Masyarakat Kemdes PDTT.
Kerja sama Balai Besar Latihan Masyarakat Kemdes PDTT.
41
Iya saya pikir teratur ya... Iyaa.. Iya paling engga terlihat dari laporannya itu. Iya.. Ini saya ada laporannya, seperti ini. (Menunjukkan laporan). Saya melihat dari fisik laporan. (N1.W1. 369, 373, 375-376)
Produksi barang atau jasa secara teratur dengan dibuktikan laporan fisiknya.
Produksi barang atau jasa secara teratur.
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Iya. Sering kali kan juga untuk pupuknya. Seringkali kita juga menjual di warga tapi juga seringkali dipesan dari BUMDes yang lain. (N1.W1. 383-385)
Produk barang atau jasa dijual di warga dan pesanan BUMDes lain.
Penjualan barang atau jasa secara teratur.
43
Iya. Cuma nanti kalau itu semakin besar yang dikelola kita juga masih berpikir nanti bagaimana untuk ...apa... eee.. penjualannya tadi. Selama ini masih agak mepet. (N1.W1. 388-390)
Produk barang atau jasa yang dijual, dikelola dengan matang.
Penjualan barang atau jasa secara teratur.
44
Dapat. Walau sedikit. Tapi yang utama kan kita ingin berkontrubsi untuk desa agar desa lebih bersih dari sampah misalnya. Tidak semata dari eee... finansial uang ya. (N1.W1. 394-396)
Adanya keuntungan dari usaha yang diproduksi bukan hanya dari laba saja melainkan dari kebersihan di desa dan berkontribusi untuk desa.
Keuntungan dari usaha. 45
Ada. Misalnya tamu-tamu tadi datang juga memberi kontribusi, seringkali belajar ke Bumdes (BUMDes Amarta) jadi nanti kita menyewakan, dia ninggali uang sekedar untuk apa.. kita ngasih semacam buku tentang sekitar BUMDes tersebut dan sebagainya.. (N1.W1. 399, 401-404)
Keuntungan dari usaha studi banding/ kunjungan dari BUMDes lainnya.
Keuntungan dari usaha. 46
Ya saya kira belum. Ya kita masih perlu tingkatkan. (N1.W1. 408)
Barang atau jasa yang diproduksi belum sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat.
Produksi barang dan jasa sesuai harapan.
47
Ya kadang kalanya memang terbentur misalnya untuk soal ...apa itu.. pupuk ya. Pupuk produk BUMDes, kadang kala kita juga belum berani bersaing dengan harga yang di luar. Tanpa disupply dibantu oleh desa. Selama ini kita bisa dari desa, desa tadi juga berkontribusi membantu. Harganya, misalnya mestinya 2000 terus diturunkan menjadi berapa.. sehingga kita bisa bersaing. Jadi sama-sama ada keuntungan. (N1.W1.
Barang atau jasa yang diproduksi belum berani bersaing harga dengan produk di desa.
Penjualan barang dan jasa sesuai harapan.
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
411-417) Sudah, walau masih perlu ditingkatkan. Tapi sudah sekali. Jadi jelas bener-bener BUMDes ini kan juga tertata karena pengaruh BUMDes juga. Jadi, sampah tertangani, lingkungan menjadi bersih dan sebagainya. (N1.W1. 427-430)
BUMDes memberi manfaat bagi masyarakat terutama pada sampah di desa dan lingkungan bersih.
BUMDes memberi manfaat. 49
Saya kira masih wajar. (N1.W1.434) BUMDes memberi pelayanan yang masih wajar kepada calon konsumen.
Kualitas pelayanan kepada calon konsumen.
50
Saya kira ya semakin berkualitas. Ya, respons program-program tersebut ditanggap oleh masyarakat. Misalnya pupuk juga banyak yang membeli ataupun usaha yang lain, misalnya. Yang dikelola oleh BUMdes tersebut responsnya juga lumayan bagus. (N1.W1. 438, 440-443)
BUMDes memberi pelayanan yang berkuaitas kepada pelanggan. Hal ini terlihat dari tanggapan/respons positif masyarkat atas program-program atau produk BUMDes.
Kualitas pelayanan kepada pelanggan.
51
Dulu pernah memang, eee.. mencoba untuk mendata kebutuhan masyarakat tersebut. Terus tadi akan ditindak lanjuti. Nanti kita akan jemput bola. Itu baru sejauh angan-angan, tapi pernah terpikirkan hal itu. (N1.W1. 448-451)
BUMDes mendata kebutuhan masyarat dengan ditindak lanjut.
Merencanakan, mengidentifikasi dan menetapkan prioritas kebutuhan.
52
Ya seperti tadi, taman Pandowo tadi. Kan bersama dengan yang jualan, terus nanti pas ...apa.. eee... ...apa itu... pameran burung. Jadi event semacam itu. (N1.W1. 457-459)
BUMDes membuat program pelayanan pada event pameran burung.
Membuat dan merealisasikan program pelayanan.
53
Ada.. Harusnya bisa ya.. Saya tidak begitu memperhatikan. Mesti ada, bisa. (N1.W1. 463, 465-466)
BUMDes mempunyai website yang dapat diakses oleh masyarakat luas.
Membuat dan merealisasikan program pelayanan.
54
Iya.. iyaa... tentu ya memang tahu (N1.W1. 469) Masyarakat mendapatkan informasi dari website BUMDes.
Membuat dan merealisasikan program pelayanan.
55
Iya.. Misal dalam rapat-rapat di desa kan juga kelihatan, tentang informasi BUMDes tadi. Reponsnya pak RT,
Partisipasi masyarakat ditemukan pada rapat-rapat di desa melalui respons dari
Partisipasi masyarakat. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
RW, PMD, PKK. Tadi kan juga memang baru periode pertama to BUMDes kan. Baru tiga tahun... (N1.W1. 476, 478-480)
berbagai pihak.
Heem iyaa.. Iya.. Saya juga melihat SDMnya, kan memang dia ...apa ya... tahu persis tentang keuangan jadi personalnya tadi kelihatan disamping bentuk fisik tadi. (N1.W1. 483, 485-487)
Manajemen administrasi BUMDes terlihat dari SMD yang handal dengan hasil laporan yang baik.
Mempunyai administrasi baik. 57
Iya.. Yaa.. Apa ya...Ya buku laporan. (N1.W1. 490, 492) BUMDes menggunakan buku laporan. Administrasi kegiatan. 58 Ya ada cuma saya ga begitu mendalami. Mesti ada. (N1.W1. 497)
BUMDes menggunakan prosedur-prosedur dalam pemilahan sampah.
Administrasi kegiatan. 59
Iyaa... Paling engga ketika sekali dalam setahun kita kumpul dalam pengurus dan pengawas tadi. Nah, saya kadang kala sambil lalu kita gunakan untuk evaluasi pemikiran ke depan, rapat apa yang perlu dimunculkan. (N1.W1. 500-503)
BUMDes melakukan evaluasi administrasi, minimal setiap setahun sekali.
Program evaluasi. 60
Sangat. Misal seperti tadi “untuk harganya koq lebih murah yang lain, produk di Bumdes yang lain.” Lalu kita sharingkan dengan pengawas dengan hasil itu dan desa membantu akhirnya harga bisa ditekan lebih murah dan menjadi solusi. (N1.W1. 507, 509-512)
BUMDes menerima keluhan dari masyarakat tentang harga produknya.
Menerima saran, masukan, kritik, dan sejenisnya.
61
Yang formal belum. Selama itu belum terungkap. Apakah karena menganggap BUMDes bagus, tidak tersentuh, tidak tahu juga, tapi sangat jarang. Karena itu belum pernah ada semacam MusDes semacam BUMDes, tetapi gabungan yang lain tadi. Sehingga tidak disinggungnya BUMDes itu tadi secara panjang lebar itu belum bisa menjadi ukuran apa itu memang dianggap sudah lancar atau memang waktunya belum konsen
Dalam Musdes, permasalahan BUMDes belum dibahas secara panjang lebar.
Mekanisme formal. 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
kesitu. (N1.W1. 516, 521-527) Ya rapat-rapat di desa tadi. Sehingga ada Forum Rapat Tokoh Masyarakat, ada LPMD, PKK, Karang Taruna tadi bisa banyak sekali waktu untuk sharing menyampaikan problematika tadi padukuhan untuk kelompok tadi. (N1.W1. 530-533)
Mekanisme formal berupa forum-forum yang ada di desa.
Mekanisme formal. 63
Boleh saja.. Kita respons waktu rapat koordinasi. Jadi pengurus, pengawas dan penasihat tadi. Gitu.. Terus baru nanti pada forum rapat di desa. Jadi lewat yang kecil dulu. Pengurus BUMDes, pengawas dan penasihan, baru nanti yang lebih ...apa... lebih... di pleno di desa. (N1.W1. 536, 539-542)
Masyarakat diperbolehkan memberikan saran langsung ke BUMDes. Dan BUMDes menyampaikannya pada jenjang di atasnya.
Mekanisme informal. 64
Agak susah ya. Tapi saya kira tentu sebagian dilakukan itu sudah, tapi kan belum-belum menyentuh semuanya. Sebab itu juga butuh masukan dari masyakarat. Kami butuh apa, butuh ini ya. Yang kira-kira BUMDes bisa ikut ambil bagian. Nah, selama ini kan belum terjadi link semacam itu. Nanti sudah ada semacam ...apa... keinginan masyarakat baru BUMDes akan merespons. (N1.W1. 546-551)
Kegiatan usaha yang dilakukan oleh BUMDes sudah sesuai dengan kepentingan masyarakat.
Kepentingan masyarakat. 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
LAMPIRAN 7
KATEGORISASI DATA WAWANCARA NARASUMBER 2
Nama Narasumber 2 : Bapak Agus Setyanta, S.Sos. Jabatan Narasumber 2 : Direktur BUMDes Amarta Kode Transkrip : N2.W1 (diikuti Baris Verbatim) Keterangan : - Dicetak tebal : Perkataan Peneliti - Dicetak biasa : Perkataan Narasumber
Kutipan Transkrip Wawancara Initial Code Kode No Reff
Memiliki... Karyawan tetap ada tiga. (N2.W1. 3, 5) BUMDes Amarta memiliki tiga karyawan tetap.
Orang yang menjadi anggota/karyawan.
1
Ada, tapi belum kita keluarkan SK pegawai tetap. (N2.W1. 9)
BUDes Amarta juga memiliki karyawan kontrak.
Orang yang menjadi anggota/karyawan tidak tetap.
2
Aktif. Harus bekerja delapan jam per hari. Ya harus juga. Ya delapan jam. (N2.W1. 15,17,19)
Karyawan BUMDes Amarta bekerja delapan jam perhari.
Anggota/karyawan tetap bekerja secara aktif.
3
Ya memiliki to mas. Kinerjanya. (N2.W1. 22-24) Kontribusi karyawan BUMDes terlihat pada kinerjanya.
Karyawan tetap berkontribusi positif.
4
Iya, namanya tim kok. Kalau tidak interaksi nanti kita jadi masalah. Harus itu harus itu. (N2.W1. 27-28)
Karyawan berinteraksi dengan baik melalui kerja sama tim.
Antar anggota karyawan berikteraksi dengan baik
5
Karena kita karyawannya masih sendikit kan tidak harus Pengurus dan karyawan menjali Frekuensi sosialisasi 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
yang resmi, kita bisa ngobrol-ngobrol kayak gini. Saya dengan karyawan ngobrol gimana itu salah satu komunikasi yang intensif. Saya punya pandangan komunikasi yang bagus itu internal bisa langsung tidak harus pakai rapat macem-macem itu. Kita sering ngobrol informal gitu. (N2.W1. 30-35)
perbincangan informal yang cukup sering.
karyawan cenderung intensif.
Ya iya. Iya. (N2.W1. 37, 39) Pengurus dan karyawan menjali hubungan baik lewat perbincangan informal dan saling mengenal satu sama lain.
Antar anggota karyawan saling mengenal.
7
Ya intinya mereka sama mengembangkan BUMDes karena mereka sudah kita ...apa ini... kita berikan gambaran bahwa BUMDes ini menjadi tempat Anda berkarya dan ingin menghidupi keluarga Anda. Cuman ya tidak bisa 100%, mungkin ada juga yang punya motivasi lain, “ya yang penting nyambut gawe”. Ya gitu kan ada juga kan. Yang penting punya status pegawai. (N2.W1. 43-48)
Anggota karyawan memiliki tujuan sama untuk mengembangkan BUMDes. Direktur berpendapat bahwa BUMDes merupakan tempat berkarya dan cara untuk menghidupi keluarga.
Antar anggota karyawan memiliki tujuan sama.
8
Ya harus disepakati. Mau tidak mau harus disepakati. Karena dia pegawai. Kita yang membuat konsep. Kalau pegawai tidak sepakat ya konsep kita tidak jalan. (N2.W1. 51-53)
Anggota karyawan wajib menyepakati konsep yang berada di BUMDes.
Tujuan yang disepakati. 9
(Memperlihatkan sebuah buku yang berjudul Laporan Hasil Kajian dan Perumusan Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Desa Pandowoharjo Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta). nJenengan sudah baca buku ini? Ada semua itu. (N2.W1. 56-59, 61)
BUMDes memiliki aturan tertulis dan dibukukan.
Aturan tertulis yang diketahui.
10
Yang tidak tertulis, tentunya tidak ada yang tertulis. Aturan tidak tertulis berupa kebiasaan Aturan tidak tertulis yang 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Hanya kebiasaan saja. Ya kesepakatan saja to. Namanya tidak tertulis, tentu saja kesepakatan. Dituangkan dalam tulisan tidak? Tidak. Contohnnya masuk jam 7 pulang jam 15, masuk jam 8 pulang jam 16. Intinya yang penting 8 jam kerja. (N2.W1. 63-64, 67-68, 70-71)
yang disepakati bersama-sama. diketahui.
Ya ada, tapikan bertahap. Ada sanksi ditegur, diberi SP terakhir ya kalau memang tidak bisa diperbaiki ya dilepas. Sudah. (N2.W1. 74-75, 78)
Sanksi pelanggaran melalui beberapa tahapan. Mulai dari sanksi teguran, SP dan sanksi final dikeluarkan.
Sanksi pelanggaran aturan tertulis.
12
Ya ada sih, namanya manusia to mas. Biasanya ya teguran. Kalau yang berat-berat, dia tidak disiplin ya itupun melalui tahapan yang tidak cepat. Tidak sebulan dua bulan. Dibawah pengamatan kita. Kalau memang layak tidak dipakai ya tidak dipakai. Kalau masih dalam batas kewajaran dan masih bisa diperbaiki ya diperbaiki.
Sanksi pelanggaran memalui teguran dan diimbangi dengan pengamatan selama berbulan-bulan.
Sanksi pelanggaran aturan tidak tertulis.
13
Memiliki, karena selama ini mereka masih ada di sini. Ya gitu to? Tahun 2016, tahun 2017 sampai sekarang mereka masih di sini. Dan di sini tidak ada masalah. Berarti ada saling kerja sama. Kalau ada kerja sama berarti saling mendukung. (N2.W1. 90-93)
Anggota karyawan memiliki komitmen di BUMDes, terbukti sampai saat ini masih bekerja di BUMDes.
Komitmen bersama. 14
Memiliki, karena selama ini mereka masih ada di sini. Ya gitu to? Tahun 2016, tahun 2017 sampai sekarang mereka masih di sini. Dan di sini tidak ada masalah. Berarti ada saling kerja sama. Kalau ada kerja sama berarti saling mendukung. (N2.W1. 90-93)
Anggota karyawan bertahan sampai saat ini mempunyai arti bahwa saling bekerja sama dan saling mendukung.
Anggota karyawan saling mendukung.
15
Ya modal sosial dukungan dari warga masyarakat karena apa? Karena BUMDes memang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalah yang dihadapai oleh masyarakat. Salah satunya sampah. Ya sudah sepakat.
Modal sosial di BUMDes berwujud partisipasi masyarakat mengelola sampah mereka untuk dibawa ke BUMDes. Bukan hanya itu toleransi
Fungsi/peran modal sosial. 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Modal sosialnya apa? Mungkin mereka berpartisipasi mengelola sampah mereka sebelum dibawa ke sini. Mungkin di sini baunya kadang juga bau. Mereka menyadari itu, bau tidak sedap dari waktu-waktu tertentu. Ya itu modal-modal sosial. Kan gitu ya? Toleransi itu juga merupakan bagian dari modal sosial. (N2.W1. 98-105)
dari warga juga merupakan bagian dari partisipasi masyarakat tersebut.
Ya efektif to mas. Bayangkan kalau pas di sini, pas evakuasi sampah, baunya keluar sampai sana. Masyarakat protes sehingga ini ditutup. Ini tidak ditutup karena mereka mentolerasi, toh baunya ketika truk datang memuat sampah, truk ditutup dia pergi dah hilang. (N2.W1. 108-111)
Modal sosial yang ada di BUMDes sudah bekerja secara efektif. Hal ini karena masyarakat di sekitar BUMDes memberikan toleransi terhadap BUMDes.
Efektivitas fungsi modal sosial.
17
Gotong royong ada. Pengelolaannya bisa dikatakan gotong-royong semua mas. Mungkin kita memikirkan karyawan karena kita pengelola belum full time. Ya sudah kita gotong royong. Contohnya apa? Pengelola digaji 700 ribu perbulan pasti gotong royong. Untuk apa? Untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Toh yang dibayar siapa? Karyawan. Kalau karyawan tidak bisa dengan gotong royong karena dia bekerja 8 jam. Pulang harus membawa penghasilan untuk menghidupi keluarganya. (N2.W1. 113-120)
Pengururs BUMDes menerapkan gotong royong dalam pengelolaannya.
Gotong royong. 18
Ya nilai kebersamaan, nilai gotong royong, nilai saling memahami, nilai toleransi, nilai-nilai yang menghormati itu saja. Terus nilai-nilai “kita memberikan sebuah kewajiban dulu baru menuntut haknya”. Nilai-nilai yang mampu memberikan energi bagi pengelola BUMDes
BUMDes menerapkan nilai-nilai kebersamaan, nilai gotong royong, nilai saling memahami, nilai toleransi, nilai menghormati. Menekankan pada nilai untuk memberikan kewajiban dahulu
Nilai menghormati 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
untuk tetap bertahan mengelola BUMDes, meskipun mengelola sesuatu yang mungkin banyak orang menghindari. Mungkin nilai-nilai keagamaan juga kita sampaikan. Kita ini mengelola BUMDes, pengelelolaan sampah ini bukan semata-mata mencari uang. Tetapi semata-mata memberikan pelayanan bagi warga masyarakat. Mungkin Anda kalau iklas, dapatnya tidak hanya berupa uang tetapi ada semacam penghargaan dari yang kuasa dan itu diwujudkan tidak hanya bentuk uang. Tetapi bisa kemudahan-kemudahan. Jika kita mempunyai masalah selalu dimudahkan, kan gitu. Nilai-nilai relijius itulah yang kita sampaikan, sehingga mereka masih bisa bertahan di sini. (N2.W1. 126-140)
baru meminta hak. Disamping itu BUMDes juga memiliki nilai-nilai keagamaan tentang pentingnya pelayanan bagi masyarakat.
Mempunyai mas. Kita kerja sama dengan masyarakat itu tentang pengelolaan sampah. Di sana mungkin membuat sebuah komunitas yang mengelola sampah. Inikan memudahkan kita. Daripada saya harus keliling satu rumah ke rumah dengan jumlah 126. Masyarakat membuat komunitas, kita dorong untuk membuat sebuat komunitas. Bagaimana mereka menangani komunitas mereka sejumlah 180 orang tadi. Sehingga kita datang itu mengambil sampah hanya di satu tempat. Itu yang dengan masyarakat. Belum dengan yang institusi lain. Sama dengan pergururuan tinggi, pembisnis. (N2.W1. 144-152)
BUMDes bekerja sama dengan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Masyarakat membuat komunitas dalam mengelola sampahnya. Lewat komunitas inilah BUMDes dapat mengambil sampahnya dengan lebih efektif.
Komunitas Desa 20
Misalnya terkait dengan penelitian njenengan ini kan kerja sama. Kalau tidak mau, njenengan kan tidak bisa ke sini. Keuntungan bagi saya njenengan meneliti di sini
BUMDes bekerja sama dengan institusi pendidikan. Pengambilan data skripsi ini juga merupakan salah satu kerja
Kerja sama Institusi Pendidikan
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
akan membuat sesuatu yang namanya skripsi. Dari situ kami bisa mengambil pelajarannya. Saya tidak pelu membentuk devisi litbang. Karena njenengan meneliti. Semakin banyak orang meneliti di sini dari berbagai macam sudut pandang, itu semakin bagus bagi kita. Untuk pengembangan BUMDes ini. Karena banyak lembaga itu akan bisa dilihat oleh orang luar, kan gitu. Dia obyektif dibanding kita yang menilai. (N2.W1. 157-165)
sama dengan institusi pendidikan.
Businessman kayak misalnya dengan BNI. Mereka juga mempunyai kepentingan juga. Uang kita bisa kita simpan di BNI. Di BNI diputar lagi menjadi asset untuk masyarakat. (N2.W1. 167-169)
BUMDes bekerja sama dengan perbankan BNI sehingga dari kedua lembaga tersebut, BUMDes mendapatkan keuntungan dan manfaat.
Kerja sama dengan perbankan.
22
Kita dengan Jejamuran. Rumah makan tidak pusing-pusing lagi mengelola sampahnya, mereka bisa fokus di lain bidang. Saya dapat mengelola sampah mereka. Sampah mereka bisa kami olah, bisa menjadi sebuah nilai, sebuah barang yang bernilai lagi. Kami mendasarkan iuran, iuran bisa kami gunakan untuk mengaji karyawan kami. Biaya operasional. Kami mendapat tempat untuk memajang, mendisplay produk-produk pada masyarakat kami, gitu... (N2.W1. 169-176)
BUMDes bekerja sama dengan rumah makan Jejamuran sehingga dari kedua lembaga tersebut, BUMDes mendapatkan keuntungan dan manfaat.
Kerja sama dengan restoran/rumah makan.
23
Ya, kami itu terserah dari mereka. Kalau memungkinkan, misalnya tamu yang datang ke sini. Kita punya produk dari masyarakat, kita pasarkan monggo. Iya. (N2.W1. 179,181-182, 184)
BUMDes menjual produknya kepada pemasok-pemasok dan tamu BUMDes yang datang berkunjung.
Kerja sama dengan pemasok. 24
Kalau sementara belum. (N2.W1. 187) BUMDes sementara ini belum melakukan kolaborasi dengan BUMDes
Belum ada Kolaborasi BUMDes lainnya.
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
lainnya. Kalau kita kadang-kadang ke BUMDes lain. Ketika kita mau mengembangkan usaha. Tapi ya secara resmi kayak gitu belum. Itu kan programnya Pemerintah Desa. Tapi kalau kita membuat desa yang identik dengan mereka ya studi bandingnya informal, tanya-tanya saja. (N2.W1. 190-194)
BUMDes melakukan studi banding ke BUMDes lain dalam wujud tanya-tanya dan kunjungan.
Studi Banding BUMDes. 26
Ada, ada pendampingan. Ada membantu permasalahan. Masalahanya apa? “Misalnya tempat saya kok gini ga jalan apanya?” Permasaalah-permasalah yang seperti itu yang kita bantu selesaikan sesuai dengan pengalaman kita. Siapa tahu ini menjadi referensi bagi mereka untuk menyelesaikan masalah dan berhasil. Karena memang karakternya berbeda-beda mas. (N2.W1. 198-203)
BUMDes melakukan pendampingan atas permasalahan-permasalahan yang terjadi di Forum Komunikasi BUMDes Kab Sleman.
Forum Komunikasi BUMDes 27
Kita kalau kerja sama langsung dengan Karang Taruna, cuman sifatnya kita support saja punya kegiatan apa. (N2.W1. 206-207)
BUMDes mendukung kegiatan Karang Taruna
Kerja sama Karang Taruna 28
Karang Taruna ke BUMDes ya belum. Lhah ibaratnya misalnya dia, kalau kita mengelola sampah. Mereka yang mengumpulkan mereka yang mengelola. (N2.W1. 209-211)
Kerja sama belum berperan dalam kegiatan BUMDes.
Karang Taruna belum berperan di BUMDes
29
Forum BUMDes Indonesia, persatuan Forum BUMDes Indoensia. Walaupun belum seintens yang harapkan, paling tidak kita mempunyai grup WA (Whatsapps Grup), untuk menyelesaikan atau mengutarakan atau menyampaikan permasalah dan saran atau kritik. (N2.W1. 215-218)
BUMDes Amarta bekerja sama dalam Forum BUMDes Indonesia dan berkomunikasi melalui Whatsapps grup.
Forum BUMDes Indonesia 30
Ada. Dalam wujud pendampingan, pengembangan BUMDes melakukan kerja sama dengan Kerja sama Dinas 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
kapasitas pengelola BUMDes, koordinasi hal-hal yang bisa ditembus atau dijangkau oleh BUMDes. Ketika penyusunan RKP sampai ke Kabupaten itu juga kita sampaikan lalukan. (N2.W1. 230-233)
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam pendampingan dan pengembangan kapasitas pengelola BUMDes.
Pemberdayaan Mayarakat dan Desa.
Kalau Dinas Pertanian, belum ya belum, selama ini belum. Baru ini kita memulai RnD. Dulu kan bantuan dari Dinas Pertanian. Bareng-bareng kita kelola bersama dengan BUMDes. (N2.W1. 235-237)
BUMDes belum ada kerja sama dengan Dinas Pertanian. Dahulu pernah ada bantuan dari Dinas Pertanian.
Belum ada kerja sama Dinas Pertanian.
32
Ya pertama kita paling tidak dalam BUMDes ini PU tidak perlu lagi mengelola 100 persen sampahnya pada Desa. Karena sudah kita, di sini paling tidak 70 persen sudah antisipasi yang 30 persen kita serahkan ke PU. Terus juga kadang kita juga diundang untuk memberikan pemahaman kepada lembaga yang di sana PU, di situ harus melakukan pembinaan. Oh yang tadi Dinas Lingkungan Hidup (Menjawab pertanyaan sebelumnya terkait dengan kerja sama dan sosialisasi dengan Dinas PU). (N2.W1. 241-246, 249-251)
BUMDes diundang untuk memberikan pemahaman dan pembinaan di Dinas Lingkungan Hidup.
Kerja sama dan sosialisasi Dinas Lingkungan Hidup.
33
Kalau PU dulu mas. Sebelum Dinas Lingkungan Hidup masih dalam satu naungan Dinas PU. Dulu kan ULH, sekarang dengan PU tidak begitu ada. (N2.W1. 251-253)
BUMDes belum melakukan kerja sama dengan Dinas PU.
Belum ada kerja sama dan sosialisasi Dinas PU.
34
Ada. Kita pertama itu, ya waktu kita pertama dulu pengembangan peningkatan kapasitas pengelola BUMDes itu dilatih di sana. Kemudian setelah kita bisa melakukan, itu, kita dalam proses itu ya mereka ikut membantu kita ketika kami melakukan kegiatan. Dilatih didamping kan gitu too. Dalam mendampingi itu menghasilkan sesuatu yang bisa ditiru oleh orang lain
BUMDes bekerja sama dengan Balai Besar Latihan Masyarakat Kemdes PDTT dalam wujud kegiatan pengembangan peningkatan kapasitas pengelola BUMDes.
Kerja sama Balai Besar Latihan Masyarakat Kemdes PDTT.
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
atau desa lain. (N2.W1. 256-261) Berkualitas. Keluhan ada mas, tapi keluhan itu kan tidak ibaratnya tidak signifikan. Tidak mempengaruhi kinerja BUMDes. Ya mungkin ya satu dualah. Itupun juga tidak tiap bulan. Itupun juga karena kondisi yang kita tidak bisa menghindari. Misalnya kayak evakuasi sampah dari residu-residu sampah dari Dinas Lingkungan Hidup terhambat ya itu bisa menjadi sebuah hambatan. Karena sistemik yaa. Di TPA ditutup dan berpengaruh terhadap evakuasi sampah dari TPS ke TPU. TPS ditutup karena sampah penuh, dia akan mempengerahui para pengambil sampah mandiri. Otomatiss mobil/motor sampah mereka penuh sampah. Ini akan berpengaruh terhadap pengambilan sampah ditingkat masyarakat. Tapi itu perlu, kita kalau ada masalah seperti itu kita jelaskan dan masyarakat mau menerima bagaimanapun juga kita mencari alternatif-alternatif. (N2.W1. 270, 272-284)
BUMDes telah memberikan pelayanan yang berkualitas kepada calon pelanggan dan pelanggan. Walaupun ada beberapa keluhan yang masuk tetapi tidak mempengaruhi kinerja BUMDes itu sendiri. Untuk mempertahankan kualitas tersebut, BUMDes mecari alternatif-alternatif dalam menyelesaikan keluhan tersebut.
Kualitas pelayanan kepada konsumen.
36
Ketika kita merealisasikan, menghubungkannya atau mendukung program dari Pemerintah Desa yang nota bene merupakan kebutuhan masyarakat. Ya kita realisasikan kita hubungkan kita rembug lalu kita melakukan MusDes (musyawarah desa). Apa sih kebutuhan BUMDes... Ada di mana.. (N2.W1. 289-293)
BUMDes meindetifikasi kebutuhan masyarakat dan menetapkan prioritas kebutugan masyarakat sesuai dengan program Pemerintah Desa.
Merencanakan, mengidentifikasi dan menetapkan prioritas kebutuhan.
37
Ketika kita merealisasikan, menghubungkannya atau mendukung program dari Pemerintah Desa yang nota bene merupakan kebutuhan masyarakat. Ya kita realisasikan kita hubungkan kita rembug lalu kita melakukan MusDes (musyawarah desa). Apa sih
BUMDes merealisasikan, menghubungkan dan mendukung program-program pelayanan kepada masyarakat.
Membuat dan merealisasikan program pelayanan..
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
kebutuhan BUMDes... Ada di mana.. (N2.W1. 289-293) Jadi ketika kita melakukan MusDes pembentukan dulu memang sudah diakomodir. Kebutuhan mereka, masyarakat itu di AD/ART maupun di PerDes (Peraturan Desa). (N2.W1. 296-298)
BUMDes melakukan akomodir dalam menentukan kebutuhan masyarakat lewat Musdes.
Merencanakan, mengidentifikasi dan menetapkan prioritas kebutuhan.
39
Kita cuman tinggal mengeksekusi, tapi berdasarkan skala prioritas dan anggarannya. (N2.W1. 298-299)
BUMDes mengeksekusi kebutuhan masyarakat sesuai dengan porsi prioritas dan anggarannya.
Membuat dan merealisasikan program pelayanan.
40
Otomatis karena ada musyawarah desa di situ juga sudah ada unit usahanya. Apa yang harus dikelola, otomatis partisipatif karena melalui musyawarah desa. (N2.W1. 300-302)
Partisipasi masyarakat dalam musyawarah desa ada.
Partisipasi masyarakat. 41
Kalau pelanggan sendiri yang ditanggani BUMDes, keluarga paling sekitar 100an orang, 100 nasabah. Tapi kita kan melayani para pengambil sampah mandiri yang jumlahnya 4 itu, masing-masing pengambil sampah mandiri rata-rata 100-150 nasabah. Ya itung aja 4 kali 150 nasabah ditambah pelanggan sediri. Karena itu memang kapasitas kita seperti itu. Kalau kita paksakan sampai 2000 ya permasalah itu kembali pindah ke BUMDes. (N2.W1. 306-312)
Pelanggan BUMDes 100-an nasabah. Tetapi BUMDes melayani para pengambil sampah mandiri yang berjumlah 4 orang.
Kerja sama Pengepul Mandiri 42
Ya, nanti njenengan bisa lihat (Laporan Hasil Kajian dan Perumusan Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Desa Pandowoharjo Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta). Ya kalau saya ditanya itu baik. Karena selama ini semua hal bisa dipertanggungjawabkan. Laporan keuangan bisa terjadi. Bisa terbentuk seperti itu. Berarti laporan keuangan itu
BUMDes mempunyai manajemen administasi yang baik. Hal ini terlihat pada laporan keuangannya.
Mempunyai administrasi baik. 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
baik tuh. Manajemen keuangannya baik karena ada untungnya. Bisa dilihat untungnya dari mana nak ruginya dari mana. Itu karena administrasi keuangannya baik. (N2.W1. 315-323) Administrasi yang lainnya toh juga kita melakukan kegiatan pengadministrasian. Surat masuk surat keluar, kita bikin laporan, rencana kerja. (N2.W1. 323-325)
BUMDes melakukan kegiatan pengadministrasian lainnya berupa laporan dan rencana kerja.
Administrasi kegiatan. 44
Ya ada mas. Paling endak 3 bulan sekali lah. Dewan pengawas dengan penasihat. Ya kalau internal ya terus dilakukan evaluasi ketika ada permasalah tidak tercover, masalahnya dimana. (N2.W1. 328-330)
BUMDes melakukan evaluasi administrasi sekurang-kurangnya 3 bulan seklai.
Program evaluasi. 45
Ya kita menerima. Entah melewati para pegawai dan perangkat desa. (N2.W1. 333)
BUMDes menerima masukan, kritik dan saran melalui para karyawan atau perangkat desa.
Menerima saran, masukan, kritik, dan sejenisnya.
46
Ada, biasanya lewat ngobrol-ngobrol. “Lain warga cerita, Pak, mbok depan itu gini-gini...” Dari lain warga cerita “Pak mbok itu digini-gini..” Ya nganu komuikasi informal melalui tokoh masyarakat, melalui warga langsung, bisa juga disampaikan lewat pegawai kami, bisa juga melalui perangkat desa. Kalau Informal ya lisan, kalau tertulisnya kita belum pernah. Kalau ada teguran tertulis. (N2.W1. 337-342)
BUMDes memiliki mekanisme informal dalam menjaring dan menampung aspirasi masyarakat melalui komunikasi informal lisan.
Mekanisme informal. 47
Karena BUMDes memang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalah yang dihadapai oleh masyarakat. Salah satunya sampah. N2.W1. 99-100)
BUMDes menjalankan kegiatan usahanya karena untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Kepentingan masyarajat. 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
LAMPIRAN 8
KATEGORISASI DATA WAWANCARA NARASUMBER 3
Nama Narasumber 3 : Bapak Sri Nurtamsi Jabatan Narasumber 3 : Komisaris BUMDes Amarta Kode Transkrip : N3.W1 (diikuti Baris Verbatim) Keterangan : - Dicetak tebal : Perkataan Peneliti - Dicetak biasa : Perkataan Narasumber
Kutipan Transkrip Wawancara Initial Code Kode No Reff
Itu karyawan kami itu kita SK-kan. Karyawan BUMDes itu kita SK-kan sehingga sebagai karyawan tetap. (N3.W1. 3-4)
Karyawan BUMDes mempunyai status karyawan tetap lewat SK.
Orang yang menjadi anggota/karyawan.
1
Sementara ini kita tidak punya karena sudah kita SK-kan semua. Setelah diadakan training beberapa bulan dan memenuhi kriteria ya kita SK sebagai karyawan. (N3.W1. 6-8)
BUMDes saat ini belum ada karyawan tidak tetap.
Belum ada anggota/karyawan tidak tetap.
2
Ya kita harus mencari karyawan yang aktif, mas. Karena kalau kita punya “istilahnya perusahaan” kalau pekerjaannya tidak aktif, kita tidak tidak mau, kan ya kita rugi nanti. (N3.W1. 14-16)
Anggota karyawan BUMDes harus bekerja secara aktif.
Anggota/karyawan tetap bekerja secara aktif.
3
Sangat-sangat memberikan kontribusi sangat positif. Anggota karyawan BUMDes Karyawan tetap berkontribusi 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Karena dalam mencari karyawan dalam pengelolaan sampah itu susah. Dengan orang yang yang mau bekerja ini, salah satu… satunya sangat membantu buat kami dalam BUMDes pengolahan sampah ini. (N3.W1. 21-24)
berkontribusi positif dalam pengelolaan sampah desa di BUMDes.
positif.
Ya memang kita harus pendekatan, kita memanusiawikan, kita jangan terus kita sia-siakan. Karena kita memahami, kita mencari-mencari karyawan di pengolahan sampah itu sulit. Ya kita harus kita tangani dengan baik. (N3.W1. 27-30)
Anggota karyawan BUMDes berinteraksi dengan baik. Lewat pendekatan dan pemahaman yang baik.
Antar anggota karyawan berikteraksi dengan baik
5
Ya kita misalnya dalam dua minggu sekali, kita adakan pertemuan komunikasi, kita berikan wawasan kedepannya progress itu. Ya kita adakan selalu. Ya kita olah terus, ya kira-kira dalam situasi yang kurang menguntungkan ya kita undang. (N3.W1. 32-33, 36-37)
Anggota karyawan BUMDes mengikuti pertemuan komunikasi selama dua minggu sekali dan cenderung selalu ada pertemuan sejenis.
Frekuensi sosialisasi karyawan cenderung intensif.
6
Ya mau tidak mau to, mas. Kita kan harus bisa memahami kriteria orang itu kalau si A seperti ini, si B seperti ini. Kita harus dalam cara penangannya, harus disesuaikan dengan mereka. (N3.W1. 40-42)
Anggota karyawan BUMDes saling mengenal satu sama lain melalui pemahaman kriteria sesama anggota karyawan.
Antar anggota karyawan saling mengenal.
7
Ya mau tidak-mau harus tahu. Karena apa? Ya dia merasakan kalau dikelola dengan BUMDes ini, apalagi sudah dapat SK itu kan akan lebih memberikan kontribusi pada karyawan itu baik, mas. (N3.W1. 45-47)
Anggota karyawan BUMDes memiliki tujuan yang sama di BUMDes, terlebih sudah mendapatkan SK pegawai.
Antar anggota karyawan memiliki tujuan sama.
8
Ya salah satunya peningkatan-peningkatan kulitas, peningkatan masalah tentang pengajiannya seperti apa. Kita harus paham ke merekanya. O ini biar supaya nanti kamu itu mendapatkan gaji, syaratnya harus mengeluarkan suatu mendapat atau bisa menghasilkan yang lebih besar. (N3.W1. 50-54)
BUMDes memiliki tujuan yang disepakati bersama dalam wujud mendapatkan gaji diimbangi dengan output yang lebih besar.
Mensinkronkan tujuan yang sama.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Kita ada, aturan-aturan karyawan. Ya mau tidak mau. Karena kita dalam SOP, harus memakai SOP. Iya. Karena misalnya dalam kondisi terpaksa tidak memakai SOP tetapi arahnya harus memakai SOP. (N3.W1. 63, 65, 67-68)
Aturan-aturan BUMDes terarah melalui Standar Operasinoal Prosedur (SOP).
Aturan tertulis yang diketahui.
10
Ya kalau aturan itu sebenarnya tertulis, mas, kalau yang tidak tertulis itu cuma insidiental saja. Saya perintah ini supaya ini…ini saja secara tiba-tiba saja. Kalau yang rutin sudah ada aturannya. Yang tidak tertulis itu sebetulnya itu kan melihat kondisi. Kalau yang tidak tertulis sebetulnya itu ada aturannya. Kalau ini misal pupuk ini seperti ini. Sebetulnya dia sudah memahami sebetulnya. (N3.W1. 71-73, 76-78)
Aturan tidak tertulis dalam bentuk insidiental dan tiba-tiba.
Aturan tidak tertulis yang diketahui.
11
Ya, kalau sanksi ada, kita beri peringatan. Kita panggil, kita ingatakan untuk bekerja lebih baik sesuai dengan aturan. Itu saja. Karena apa? Karena kalau dipecat, kita juga kesulitan mencari gantinya. (N3.W1. 82-85)
Sanksi aturan tertulis dimulai secara bertahap. Ada pemberian peringatan, pemanggilan dan pengarahan kembali sesuai aturan bakunya.
Sanksi pelanggaran aturan tertulis.
12
Ya cuman ditanya saja, tanya aja maunya bagaimana? Itu saja. (N3.W1. 95)
Sanksi aturan tidak tertulis hanya pada teguran lisan.
Sanksi pelanggaran aturan tidak tertulis.
13
Dari pengurus dan karyawan, ya harus mencari komitmen, ya. Komitmennya apa? Kita bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Itu komitmen kami. Karena apa? Kita ya salah satunya BUMDes itu sebagai perusahaannya desa dan usahanya milik desa. Komitmen, ya bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Kalau kita tidak komitmen seperti itu, ya mau tidak mau kan harus sesuai dengan aturan kita. (N3.W1. 104-109)
Pengurus dan karyawan memiliki komitmen untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Komitmen bersama. 14
Ya mau tidak mau harus, mas. Sekarang kita jangan, Anggota karyawan saling mendukung Anggota karyawan saling 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
…apa ya... memandang iki udu punyamu ini bukan punyaku. Mau tidak mau harus, rasa memiliki itu harus ada. Kalau mau maju ya seperti itu. Ya nyupport saja. Saya menginginkan pupuk itu harus memproduksi sekian ton, ya dia harus mendukung. Harus bisa mencapai apa yang saya inginkan. Karena kita bulan ini harus bisa menargetkan omzetkan omzet kami.. gitu. (N3.W1. 113-115, 118-121)
satu sama lain dalam melakukan produksi di BUMDes.
mendukung.
Ya. Memang BUMDesnya jiwanya itu jiwa sosial dan jiwa ekonomi. Jiwa sosialnya itu kita bisa memberi manfaat kepada masyarakat. Salah satunya apa? Kita membuang sampah dengan harga murah. Kalau ekonomi itu walaupun itu warga Pandowoharjo, nek saya pikirkan untuk pendapatan hasil ekonomi ini sesuai aturan. Tapi kita tidak. Kita harus sesuai dengan jiwa kami. Karena jiwa sosial kami juga kita tanamkan. Karena ini memberikan pemanfaatan kepada masyarakat. Lha nanti BUMDes itu sudah mendapatkan hasil memberikan PADes ke desa. Nah PADes itu mau digunakan untuk beasiswa, untuk kesejahteraan perangkat desa, untuk kesejahteraan warganya itu terserah dari perangkat desa. Tapi kita sudah memberikan suatu modal untuk memberikan wejangan kepada masyarakat. (N3.W1. 127-134, 138-142)
Menggugah partispasi masyarakat desa untuk menyetor sampah ke BUMDes.
Fungsi/peran modal sosial. 16
Jaringan kerja sama modal sosial itu kan sini itu, mas. BUMDes itu intinya menyejahterakan masyarakat, meningkatkan perekonomian. Lha dengan adanya BUMDes, warga di Pandowoharjo, itu khususnya yang
Modal sosial bekerja di BUMDes. Lewat jaringan di BUMDes, kegiatan BUMDes dapat berperan dalam meningkatkan perekonomian di desa.
Efektivitas fungsi modal sosial.
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
UMKM itu akan tercover. Misal sekarang saya beli snack. Itu snack kita tidak beli di luar. Kita belikan di warga. Itu salah satunya. Modalnya seperti itu. Jadi pihak UMKM bisa produksi, terus dijual untuk menyupplai/memberikan suguhan kepada tamu BUMDes. Kalau tidak kita manfaatkan seperti itu, kemungkinan UMKM-UMKM tidak akan berjalan. (N3.W1. 149-157)
Jaringan tersebut merambah pada UMKM sebagai mitra kerja sama. Modal sosial tersebut dapat menyejahterakan dan menopang UMKM di desa, sehingga dapat berjalan dengan baik.
Ya itu rasa kekeluargaan itu harus ada. Kita sama rasa sama karyawan, harus baik hubungannya, kan? Karena apa? Kalau nanti dari pengurus dengan karyawan tidak baik ya kerjanya kurang maksimal. Salah satunya itu. (N3.W1. 164-167)
BUMDes memiliki rasa kekeluargaan dalam menjalin hubungan yang baik antar anggota karyawan BUMDes.
Kekeluargaan. 18
Oh tidak ada. Karyawannya baru sedikit. (N3.W1. 169) Tidak ada arisan dalam BUMDes. Karena karyawan sedikit.
Tidak arisan antar anggota. 19
Sebetulnya pengurus BUMDes ini wong-wong sosial mas. Relawan. Sekarang siapa mau pengurusan satu bulan gaji 700 (ribu)? Kalau orang yang tidak punya jiwa relawan tidak mau. Karena yang jelas pengurus BUMDes, BUMDes bisa berjalan itu salah satu modal utama. Punya jiwa sosial itu tadi. Relawan itu tadi. Salah satunya seperti itu. (N3.W1. 172-177)
BUMDes berjalan karena adanya sikap mau menjadi relawan. Melakukan tugas dan kewajibannya didasari oleh jiwa relawan (kesukarelaan).
Kesukarelaan. 20
Ya harus punya, mas. Kita memang punya jiwa seperti itu. (N3.W1. 182)
BUMDes memiliki nilai/jiwa solidaritas satu sama lain.
Solidaritas. 21
Lhah salah satunya ini, mas. Badan usaha milik desa itu salah satunya perusahaan yang kita miliki. Khususnya pengurus dan karyawan, ya.. tadi sudah saya sampaikan harus mempunyai rasa memiliki. Kalau tidak punyai rasa
Anggota karyawan BUMDes mempunyai rasa memiliki dalam berkegiatan.
Nilai memiliki. 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
memiliki ya kerja semaunya saja, sing penting saya dateng, tiap tanggal sekian bayaran. (N3.W1. 186-190) Lhah BPD harus sinkron, harus sinergi dengan BUMDes. Waktu MusDes kan memberikan putusan audit. Bentuk BUMDes salah satu pendukungan dari BPD. BPD harus sinergi. Karena kalau BPD dengan BUMDes tidak sinergi; BPD dengan Desa (Kepala Desa) tidak sinergi; BUMDes tidak akan jalan tidak harrmonis. Dengan tidak harmonis tadi tidak akan jalan. (N3.W1. 197-202)
BUMDes bersinergi dengan BPD supaya dapat berjalan dengan sinergi.
Lembaga-lembaga BPD. 23
Ya mesti terlibat di situ. MusDes, karena ya kita pemilihan pengurus itu dimusdeskan. Dan kita diakhir tahun harus MusDes, laporan pertanggungjawaban. N3.W1. 205-207)
BUMDes melakukan laporan pertanggungjawaban diakhir tahun dalam MusDes.
Program evaluasi. 24
Harus seperti itu. Karena ini kan miliknya desa. Pengambil keputusan kan salah satunya dari BPD yang mengadakan MusDesnya. (N3.W1. 207-209)
BUMDes ikut andil dalam MusDes. Forum Musyawarah Desa. 25
UKM yang ada di Pandowoharjo ini kita hubungi. Misalnya makan itu giliran. Yang kemarin dari A yang besok dari C. Seperti itu. Harus seperti itu. (N3.W1. 213-215)
BUMDes bekerja sama dengan UKM terkait makanan untuk tamu BUMDes.
Kerja sama dengan restoran/rumah makan.
26
Salah satunya rumah makan Jejamuran, pengumpul lapak. Rumah makan Jejamuran kan kita juga dengan adanya itu kita diberi tempat untuk display sebagai warung desa untuk Toko Desa. (N3.W1. 229-231)
BUMDes bekerja sama dengan rumah makan Jejamuran dalam hal Toko Desa.
Kerja sama dengan restoran/rumah makan.
27
Dengan akademisi ya kita dengan UPN membuat pupuk dulu. Itu salah satunya seperti itu. (N3.W1. 231-233)
BUMDes bekerja sama dengan UPN dalam hal pembuatan pupuk.
Kerja sama Institusi Pendidikan
28
Ada. Di sini Forum BUMdes Kab Sleman ada, kebetulan Pak Direkturnya ketua forumnya. (N3.W1. 236-237)
Direktur BUMDes Amarta merupakan ketua Forum Komunikasi BUMDes
Forum Komunikasi BUMDes. 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Kab. Sleman. Sebentulnya pengembangan-pengembangan, sebetulnya Karang Taruna itu kita ajak. Karena yang sekarang itu Karang Taruna itu harus berpikir kreatif. Karena apa? Karena kita berpikir kreatif akan mengembangkan atau memberikan suatu aset-aset yang ada di desa untuk dibuat misalnya destinasi wisata. Lha, kita itu sudah mengarahkan dengan PokDarWis (Kelompok Sadar Wisata)nya dengan mengumpulkan Karang Taruna. Karang Taruna diajak untuk ini ini. Salah satunya seperti itu mas. (N3.W1. 242-249)
BUMDes dan Pemerintah Desa melibatkan Karang Taruna dalam kegiatan desa.
Mengikutsertakan peran Karang Taruna.
30
Pak Direktur BUMDes Amarta ini sebagai narasumber nasional. (N3.W1. 257)
Direktur BUMDes Amarta menjadi narasumber nasional.
Kerja sama Forum Nasional. 31
Ya misalnya karena kalau dengan Jetakan. Misalnya kalau ada tujuhbelasan ya.. Walaupun CSR (tanggungjawab sosial perusahaan) itu kan nantikan dulunya yang atur desa, tapi kita berikan dulu. Karena dia sebagai lingkup dengan BUMDes. Nah sebelum uang saya serakan ke sana itu saya langsung tak kasihkan ke sini, sebagai dana CSR. Nanti kita komunikasikan dengan SHU yang ada di desa. Ya kita harus menjaga lingkungannya, seperti itu mas. (N3.W1. 264-270)
Kerja sama di dusun diwujudkan dalam bentuk CSR BUMDes guna mensupport kegiatan di dusun.
Kerja sama Dusun. 32
Ya dengan BUMN. Perbankan Bank BNI, BTN. Itu salah satunya yang sedang memberikan CSR ke kami. (N3.W1. 281, 283-284)
BUMDes bekerja sama dengan perbankan BUMN, semisal Bank BNI dan BTN.
Kerja sama dengan perbankan.
33
Lho harus, mas. BUMDes itu mengepul di kabupaten. Itu adalah PMD, pendampingnya itu PMD. Lha mau tidak mau kaitannya dengan government tadi. (N3.W1. 287-
BUMDes mendapatkan pendampingan dari PMD.
Kerja sama Dinas Pemberdayaan Mayarakat dan Desa.
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
289) Sementara ini belum ada dengan Dinas Pertanian. Cuman GaPokTan kemarin kan, kita mau, kita ajak dengan, kita mau masuk kesitu. Tapi gapoktan belum menerima dengan BUMDes. Karena GaPokTan itu yang memberikan bantuan dari Dinas Pertanian. Selama ini, GaPokTan mandeg. Kemarin sudah mendekati BUMDes untuk kerja sama. Salah satunya seperti itu. Iya mau mengembangkan itu kalau dari pihak yang lain itu belum mendekat, atau belum seiring dengan BUMDes saya tidak mau nanti dikira mau merebut atau mau apa. (N3.W1. 295-303)
BUMDes bekerja sama dengan GaPokTan (dibawah Dinas Pertanian), untuk menghidupkannya lagi.
Kerja sama dan sosialisasi Dinas Pertanian (GaPokTan).
35
Dinas Perindag juga kemarin minta BUMdes, ke sini. Salah satunya untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan sampah, cara pengolahan pupuknya. Terus cek di BUMDes Amarta. (N3.W1. 306-308)
BUMDes bekerja sama dengan Dinas Perindag dalam rangka sosialisasi pengolahan sampah.
Kerja sama dan sosialisasi Dinas Perindag.
36
PU? Kalau dengan Dinas PU kita juga mempunyai. (N3.W1. 310)
BUMDes bekerja sama dengan Dinas PU. Tetapi jawaban yang diberikan kurang mendukung.
Kerja sama Dinas PU tidak dijelaskan secara gamblang.
37
Salah satunya mobil yang mengangkut residu itu ya dari Dinas Lingkungan Hidup. (N3.W1. 314-315)
BUMDes menerima hibah mobil pengangkut residu dari Dinas Lingkungan Hidup.
Kerja sama dan sosialisasi Dinas Lingkungan Hidup.
38
Iya. Kita dulunya BUMDes Amarta ini angkatan pertama. Untuk latihan di BBLM. Sebelum itu dulu, kita BUMDes sudah punya apa ya istilahnya sudah, sebelum kita itu masuk di BBLM, kita sudah ada pembinaan-pembinaan dari BUMDes. Kita sudah berjalan. Malah dulu itu kita tidak diajak untuk latihan, kita mencarikan
BUMDes mendapatkan pelatihan dan pembinaan di BBLM.
Kerja sama Balai Besar Latihan Masyarakat Kemdes PDTT.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
pesertanya. Ceritanya tidak ada, ada salah satu desa yang tidak ikut pelatihan, malah yang di BUMDes untuk mengganti. (N3.W1. 318-319,321-326) Ya salah satunya dengan PMD tingkat provinsi, tingkat kabupaten, tingkat kementrian pusat. Misalnya kita ada dalam wujud proposal, pengembangannya kesitu. (N3.W1. 329-330, 332)
BUMDes mengajukan proposal dan pengembangannya ke PMD.
Kerja sama Dinas Pemberdayaan Mayarakat dan Desa.
40
Ya nak ini secara teratur to mas. Sampah kalau tidak teratur ya macet. (N3.W1. 338-339)
Produksi sampah di BUMDes secara teratur.
Produksi barang atau jasa secara teratur.
41
Harus, solusi perusahaan mau jalan ya produksinya harus gitu. Kalau tidak gitu repot. (N2.W1. 342-343)
Solusi perusahaan berjalan baik karena produksinya teratur.
Produksi barang atau jasa secara teratur.
42
Iya, kalau tidak teratur arep intuk duit seko endi? (Sambil tertawa..) (N3.W1. 345)
Penjualan barang atau jasa BUMDes teratur.
Penjualan barang atau jasa secara teratur.
43
Berarti gini, mas, jasa BUMDes itu ya harus anu produk yang harus dibutuhkan masyarakat. Kalau tidak dibutuhkan kan tidak ada pasarnya. (N2.W1. 356-358)
Produksi barang harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Produksi barang dan jasa sesuai harapan.
44
Jadi gitu, BUMDes memproduksi produk rutin? Rutin. Memproduksi produk tidak dibutuhkan masyarakat, terus sapa sing meh tuku? (N2.W1. 358, 360-361)
BUMDes memproduksi produknya secara rutin.
Produksi barang atau jasa secara teratur.
45
Apakkah produk BUMDes itu dibutuhkan masyarakat? Harus! (N2.W1. 359)
Produk BUMDes harus sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat.
Produksi barang dan jasa sesuai harapan.
46
Iya. (N3.W1. 364) BUMDes memberi manfaat. terkait produksinya.
BUMDes memberi manfaat. 47
BUMDes didirikan harus memberi manfaat, berarti tidak apakah sekarang ini tidak memberi? Didirikan itu secara kebutuhan. Jadi pertanyaan itu tadi sebenarnya, gini BUMDes didirikan atas dasar kebutuhan masyarakat. Apakah kebutuhan BUMDes dengan BUMDes berdiri.
BUMDes berdiri atas dasar kebutuhan. Atas dasar kebutuhan tersebutlah BUMDes sudah memberikan manfat.
BUMDes memberi manfaat. 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Seharunya lebih dulu kebutuhan itu. Kalau pengen punya BUMDes yang bisa jalan. (N2.W1. 365-370) Ya harus to mas. Kita itu sebagai perusahaan, perusahaan kalau tidak menjamin konsumen yang baik itu nantikan pada lari semua. (N3.W1. 375-376)
BUMDes memberikan kualitas pelayanan yang baik kepada konsumen.
Kualitas pelayanan kepada konsumen.
49
Iya. (N3.W1. 379) BUMDes memberi pelayanan yang berkuaitas kepada pelanggan.
Kualitas pelayanan kepada pelanggan.
50
Ya sekarang itu kan mengidentifikasi itu salah satu untuk pembentukan unit. Ya kita harus, identifikasinya itu apa di desa itu? Nanti bisa dikembangkan dengan BUMDes tidak. (N3.W1. 382-384)
BUMDes mengidentifikasina kebutuhan masyarakat yang nantinya menghasilkan pembentukan unit dan dapat dikembangkan oleh BUMDes.
Merencanakan, mengidentifikasi dan menetapkan prioritas kebutuhan.
51
Iyo no (Narasumber masih membuka handphone) (N3.W1. 387)
BUMDes membuat program pelayanan kepada masyarakat.
Membuat dan merealisasikan program pelayanan.
52
Ya harus mas. Kita harus sinergi dengan masyarakat. Karena apa? BUMDes itu dibentuk berdasarkan MusDes. MusDes adalah musyawarah desa, yang diikuti oleh kalangan masyarakat itu dari tokoh agama, dari tokoh PKK, tokoh PLPMD, Karang Taruna. Salah satunya itu. (N3.W1. 391-395)
Partisipasi masyarakat ditemukan pada MusDes di desa melalui respons dari berbagai pihak.
Partisipasi masyarakat. 53
Lah administrasinya kita ya secara tertiblah, kita memang dihitung dengan cara neraca, laporan neraca itu tiap bulan kita laporkan, karena kita menjalankan keuangan pemerintah desa itu kita harus harus betul-betul open manajement. Itu.. (N3.W1. 398-401)
Adminsitrasi BUMDes dalam neraca laporan keuangan.
Mempunyai administrasi baik. 54
Iya MusDes. MusDes itu nanti kita laporkan pertanggung jawaban dalam satu tahun. Kita laporkan. (N3.W1. 404-405)
BUMDes melakukan laporan pertanggung jawaban dalam satu tahun dan dilaporkan saat MusDes.
Program evaluasi. 55
Ya memang kalau itu membangun ya saya terima, kritik BUMDes menerima kritik yang Menerima saran, masukan, 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
silahkan kritik misal tidak masalah (N3.W1. 408-409) membangun. kritik, dan sejenisnya. Ya cuman kalau secara informal itu tidak ada. (N3.W1. 421)
BUMDes belum memiliki mekanisme informal dalam menjaring, menampung dan merealisasikan aspirasi masyarakat.
Belum ada mekanisme informal.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
LAMPIRAN 9
KATEGORISASI MODAL SOSIAL
No Narasumber Kode Sumber
ASPEK JARINGAN
1 YB. Sutarman, S.Pd. Orang yang menjadi anggota/karyawan. 1
Orang yang menjadi anggota/karyawan tetap. 2
Orang yang menjadi anggota/karyawan tidak tetap. 3
Anggota/karyawan tetap bekerja secara aktif. 4
Karyawan tetap berkontribusi positif. 5
Antar anggota karyawan berikteraksi dengan baik 6
Antar pengurus berinteraksi dengan baik. 7
Frekuensi sosialisasi karyawan cenderung intensif. 8
Antar anggota karyawan saling mengenal. 9
Antar anggota karyawan memiliki tujuan sama. 10
Mensinkronkan tujuan yang sama. 11
2 Agus Setyanta, S.Sos. Orang yang menjadi anggota/karyawan. 1
Orang yang menjadi anggota/karyawan tidak tetap. 2
Anggota/karyawan tetap bekerja secara aktif. 3
Karyawan tetap berkontribusi positif. 4
Antar anggota karyawan berikteraksi dengan baik 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Frekuensi sosialisasi karyawan cenderung intensif. 6
Antar anggota karyawan saling mengenal. 7
Antar anggota karyawan memiliki tujuan sama. 8
Tujuan yang disepakati. 9
3 Sri Nurtamsi Orang yang menjadi anggota/karyawan. 1
Anggota/karyawan tetap bekerja secara aktif. 3
Karyawan tetap berkontribusi positif. 4
Antar anggota karyawan berikteraksi dengan baik 5
Frekuensi sosialisasi karyawan cenderung intensif. 6
Antar anggota karyawan saling mengenal. 7
Antar anggota karyawan memiliki tujuan sama. 8
Mensinkronkan tujuan yang sama. 9
ASPEK NORMA
1 YB. Sutarman, S.Pd. Aturan tertulis yang diketahui. 12
Aturan tidak tertulis yang diketahui. 13
Sanksi pelanggaran aturan tertulis. 14
Sanksi pelanggaran aturan tidak tertulis. 15
2 Agus Setyanta, S.Sos. Aturan tertulis yang diketahui. 10
Aturan tidak tertulis yang diketahui. 11
Sanksi pelanggaran aturan tertulis. 12
Sanksi pelanggaran aturan tidak tertulis. 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
3 Sri Nurtamsi Aturan tertulis yang diketahui. 10
Aturan tidak tertulis yang diketahui. 11
Sanksi pelanggaran aturan tertulis. 12
Sanksi pelanggaran aturan tidak tertulis. 13
ASPEK KEPERCAYAAN
1 YB. Sutarman, S.Pd. Komitmen bersama. 16
Anggota karyawan saling mendukung. 17
2 Agus Setyanta, S.Sos. Komitmen bersama. 14
Anggota karyawan saling mendukung. 15
3 Sri Nurtamsi Komitmen bersama. 14
Anggota karyawan saling mendukung. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
LAMPIRAN 10
KATEGORISASI FUNGSI MODAL SOSIAL
No Narasumber Kode Sumber
1 YB. Sutarman, S.Pd. Fungsi/peran modal sosial. 18, 19, 20
2 Agus Setyanta, S.Sos. Fungsi/peran modal sosial. 16
3 Sri Nurtamsi Fungsi/peran modal sosial. 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
LAMPIRAN 11
KATEGORISASI EFEKTIVITAS FUNGSI MODAL SOSIAL
No Narasumber Kode Sumber
1 YB. Sutarman, S.Pd. Efektivitas fungsi modal sosial. 21
2 Agus Setyanta, S.Sos. Efektivitas fungsi modal sosial. 17
3 Sri Nurtamsi Efektivitas fungsi modal sosial. 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
LAMPIRAN 12
KATEGORISASI KINERJA BUMDES
No Narasumber Kode Sumber
ASPEK PRODUKTIVITAS
1 YB. Sutarman, S.Pd. Produksi barang atau jasa secara teratur. 42
Penjualan barang atau jasa secara teratur. 43, 44
Keuntungan dari usaha. 45, 46
Produksi barang dan jasa sesuai harapan. 47
Penjualan barang dan jasa sesuai harapan. 48
BUMDes memberi manfaat. 49
2 Agus Setyanta, S.Sos. Produksi barang atau jasa secara teratur. 45
Produksi barang dan jasa sesuai harapan. 44, 46
BUMDes memberi manfaat. 48
3 Sri Nurtamsi Produksi barang atau jasa secara teratur. 41, 42
Penjualan barang atau jasa secara teratur. 43
BUMDes memberi manfaat. 47
ASPEK KUALITAS LAYANAN
1 YB. Sutarman, S.Pd. Kualitas pelayanan kepada calon konsumen. 50
Kualitas pelayanan kepada pelanggan. 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
2 Agus Setyanta, S.Sos. Kualitas pelayanan kepada konsumen. 36
3 Sri Nurtamsi Kualitas pelayanan kepada pelanggan. 49, 50
ASPEK RESPONSIVITAS
1 YB. Sutarman, S.Pd. Merencanakan, mengidentifikasi dan menetapkan prioritas kebutuhan.
52
Membuat dan merealisasikan program pelayanan.
53, 54, 55
Partisipasi masyarakat. 56
2 Agus Setyanta, S.Sos. Merencanakan, mengidentifikasi dan menetapkan prioritas kebutuhan.
37, 39
Membuat dan merealisasikan program pelayanan. 38, 40
Partisipasi masyarakat. 41
3 Sri Nurtamsi Merencanakan, mengidentifikasi dan menetapkan prioritas kebutuhan.
51
Membuat dan merealisasikan program pelayanan. 52
Partisipasi masyarakat. 53
ASPEK RESPONSIBILITAS
1 YB. Sutarman, S.Pd. Mempunyai administrasi baik. 57
Administrasi kegiatan. 58, 59
Program evaluasi. 60
2 Agus Setyanta, S.Sos. Mempunyai administrasi baik. 43
Administrasi kegiatan. 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Program evaluasi. 45
3 Sri Nurtamsi Mempunyai administrasi baik. 54
Program evaluasi. 24, 55
ASPEK AKUNTABILITAS
1 YB. Sutarman, S.Pd. Menerima saran, masukan, kritik, dan sejenisnya. 61
Mekanisme formal. 62, 63
Mekanisme informal. 64
Kepentingan masyarakat. 65
2 Agus Setyanta, S.Sos. Menerima saran, masukan, kritik, dan sejenisnya. 46
Mekanisme informal. 47
Kepentingan masyarajat. 48
3 Sri Nurtamsi Menerima saran, masukan, kritik, dan sejenisnya. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
LAMPIRAN 13
KATEGORISASI WUJUD MODAL SOSIAL
No Narasumber Kode Sumber
SOCIAL CAPITAL BONDING
1 YB. Sutarman, S.Pd. Gotong royong. 22
Solidaritas. 23
Keberagaman. 24
Nilai-nilai lokal. 25
Nilai kebersihan. 26
Nilai tenggang rasa. 28
2 Agus Setyanta, S.Sos. Gotong royong. 18
Nilai menghormati 19
3 Sri Nurtamsi Kekeluargaan. 18
Kesukarelaan. 20
Solidaritas. 21
Nilai memiliki. 22
BRIDGING SOCIAL CAPITAL
1 YB. Sutarman, S.Pd. Kerja sama Lembaga-lembaga BPD. 29
Forum Musyawarah Desa. 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Forum Komunikasi BUMDes. 31
Kerja sama dengan restoran/rumah makan. 32
Kolaborasi BUMDes lainnya. 33
Mengikutsertakan peran Karang Taruna. 34
Kerja sama Institusi Pendidikan 36
2 Agus Setyanta, S.Sos. Kerja sama Komunitas Desa 20
Kerja sama Institusi Pendidikan 21
Kerja sama dengan perbankan. 22
Kerja sama dengan restoran/rumah makan.
23
Kerja sama dengan pemasok. 24
Studi Banding BUMDes. 26
Forum Komunikasi BUMDes 27
Kerja sama Karang Taruna 28
Forum BUMDes Indonesia 30
Kerja sama Pengepul Mandiri 42
3 Sri Nurtamsi Lembaga-lembaga BPD. 23
Forum Musyawarah Desa. 25
Kerja sama dengan restoran/rumah makan. 26, 27
Kerja sama Institusi Pendidikan 28
Forum Komunikasi BUMDes. 29
Mengikutsertakan peran Karang Taruna. 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Kerja sama Dusun. 32
Kerja sama dengan perbankan. 33
LINKING SOCIAL CAPITAL
1 YB. Sutarman, S.Pd. Kerja sama CSR Perusahaan. 37
Kerja sama Dinas Pemberdayaan Mayarakat dan Desa. 38
Kerja sama Dinas Pertanian. 39
Kerja sama dan sosialisasi Dinas Lingkungan Hidup. 40
Kerja sama Balai Besar Latihan Masyarakat Kemdes PDTT. 41
2 Agus Setyanta, S.Sos. Kerja sama Dinas Pemberdayaan Mayarakat dan Desa. 31
Kerja sama dan sosialisasi Dinas Lingkungan Hidup. 33
Kerja sama Balai Besar Latihan Masyarakat Kemdes PDTT. 35
3 Sri Nurtamsi Kerja sama Forum Nasional. 31
Kerja sama Dinas Pemberdayaan Mayarakat dan Desa. 34, 40
Kerja sama dan sosialisasi Dinas Pertanian (GAPOKTAN).
35
Kerja sama dan sosialisasi Dinas Perindag. 36
Kerja sama Dinas PU tidak dijelaskan secara gamblang. 37
Kerja sama dan sosialisasi Dinas Lingkungan Hidup. 38
Kerja sama Balai Besar Latihan Masyarakat Kemdes PDTT. 39
Kerja sama Forum Nasional. 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI