Upload
faris-ahmad
View
2
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sip
Citation preview
Tradisi seni-budaya Kabupaten/Kota Pasuruan
Kabupaten/Kota Pasuruan identik dengan julukan Kota Santri, dimana di Pasuruan
banyak berdiri pondok pesantren salaf. Oleh sebab itu, banyak kebudayaan dari Pasuruan
yang bernafaskan Islam, seperti seni hadrah albanjari, tari terbang rudat, tradisi malem
likuran lailatul qodar, dll. Selain itu banyak tradisi lain seperti pencak silat, ski lot tradisi
petik laut, dll.
Contohnya saja tradisi corak pesantren adalah tari terbang rudat. Tari Terbang Rudat
merupakan kesenian bernafaskan agama Islam yang dibawakan oleh para remaja, dan diiringi
dengan musik terbang dengan lagu sanjungan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesenian ini
berkembang di daerah Purwodadi Kabupaten Pasuruan. Seni rudat merupakan seni gerak dan
vokal di iringi tabuhan ritmis dari waditra sejenis terbang. Syair-syair yang terkandung dalam
nyanyiannya bernafaskan kegamaan, yaitu puja-puji yang mengagungkan Allah, Shalawat
dan Rosul. Tujuannya adalah untuk menebalkan iman masyarakat terhadap agama Islam dan
kebesaran Allah. Istilah Rudat, secara etimologi tidak diketahui dengan jelas apa artinya, tapi
beberap sumber mengatakan bahwa rudat berasal dari bahasa Arab yang artinya “taman
bunga”. Dalam penjelasan lain dikatakan bahwa rudat adalah sejenis kesenian tradisional
yang semula tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren.
Ada lagi tradisi unik di kalangan warga Pasuruan, yaitu ski lot dan petik laut. Ski Lot
sendiri merupakan ski yang dilakukan di atas lumpur tambak yang sengaja dikosongkan. Ski
Lot berasal dari kata Ski yang berarti berlelancar dan Lot yang merupakan kata dari bahasa
Madura yang celot atau lumpur. Ski Lot berarti berselancar di atas lumpur. Tradisi ini
berawal ketika warga mengunakan papan untuk mencari kerang dan rajungan di laut. Namun
lambat-laut rutinitas menjadi kerang tersebut menjadi perlombaan berselancar di atas lumpur
yang terus dilakukan hingga saat ini. Sejak 31 tahun silam Ski Lot terus dilombakan untuk
merayakan Lebaran Ketupat atau hari ke-tujuh Hari Raya Idul Fitri. Bukan hanya orang
dewasa yang mengikuti perlomabaan tersebut, anak-anak pun sangat antusias mengikuti
perlombaan itu. Setiap orang yang berhasil menjadi juara akan merasa bangga karena
dipundaknya akan tersemat julukan nelayan cekatan dan cakap saat bekerja. Tak ketinggalan,
selain lomba luncur, kegiatan ski lot juga dimeriahkan dengan adanya pasar murah, attraksi
organ tunggal dan pesta rakyat. Ski lot menjadi kegiatan yang ditunggu-tunggu bagi
masyarakat sekitar karena menjadi ajang silaturahmi antar warganya.
Selanjutnya adalah tradisi petik laut. Kegiatan Upacara tradisi Petik Laut merupakan
salah satu atraksi budaya yang biasa diselenggarakan masyarakat pesisir. Dalam sejarahnya,
diselenggarakannya Petik Laut ini adalah sebagai ungkapan syukur atas melimpahnya hasil
laut yang diperoleh para nelayan. Selain itu, juga dihadirkan berbagai atraksi seni dan
budaya, seperti tari-tarian, pencak silat, serta pertunjukan seni lainnya, hal ini ditujukan untuk
menambah semaraknya kegiatan upacara tradisi tersebut.
Banyak sekali warisan budaya dari Pasuruan, disini juga ada tradisi yang menjadi
unggulan Kabupaten/Kota Pasuruan, yaitu Pencak Silat Kabupaten Pasuruan (Saprol). Pencak
Silat merupakan bela diri khas yang ada di Pasuruan sehingga cabang olahraga ini
dimasukkan dalam kurikulum resmi sekolah di Kabupaten/Kota Pasuruan. Seni bela diri ini
juga menjadi kesenian yang diangkat selama kampanye potensi budaya di TMII dengan
tujuan untuk menarik wisatawan.
Dalam menjelaskan fenomena sosial beberapa konsep penting digunakan oleh
Bordeau, yakni habitus, ranah dan beragam modal. Habitus merupakan kerangka penafsiran
untuk memahami dan menilai realitas sekaligus penghasil praktik-praktik kehidupan sesuai
dengan struktur-struktur objektif. Dihubungkan dengan kelas sosial, habitus merupakan
pengkondisian yang berkaitan dengan syarat-syarat keberadaan suatu kelas (Haryatmoko,
Basis, No.11-12, Tahun 52, November-Desember 2003). Dalam habitus, suatu arena sosial
yang didalamnya perjuangan atau manuver terjadi untuk memperebutkan sumber atau
pertaruhan dan akses terbatas.
Arena adalah taruhan yang dipertaruhkan-benda kultural (gaya hidup), perumahan,
kemajuan intelektual (pendidikan), pekerjaan, tanah, kekuasaan (politik), kelas sosial, prestise
atau lainnya-dan mungkin berada pada tingkatan yang berbeda dengan spesifikasi dan derajat
kekongkretan (Jenksin, Richard, 2010: 124).
Dalam memandang fenomena di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa dalam era
globalisasi kali ini, suatu kebudayaan menjadi ajang kompetisi untuk menghasilkan uang.
Para agen berusaha untuk memoles suatu kebudayaan semenarik mungkin agar laku saat
dipentaskan di arena sehingga akan berdampak pada hasrat untuk memperoleh keuntungan
dari hal tersebut. Modal budaya menjadi daya tarik utama wisatawan dalam berkunjung ke
suatu daerah sehingga dalam arena akan ditentukan apakah hubungan-hubungan yang
terstruktur akan tetap dipertahankan atau dirubah. Dalam semua masyarakat selalu ada yang
menguasai dan dikuasai. Dominasi sangat bergantung dengan : situasi, kapital dan strategi
pelaku (Haryatmoko, 2010: 17).
Di dalam arena apapun, agen-agen yang menempati berbagai posisi yang tersedia,
terlibat di dalam kompetisi memperebutkan kontrol kepentingan atau sumber daya yang khas
dalam arena bersangkutan. Sumber daya yang khas dalam suatu arena yang bersangkutan
inilah yang disebut dengan modal. Secara keseluruhan, teori arena produksi kultural Bourdieu
dan metode analitisnya yang dalam dan ketat meliputi kondisi-kondisi sosial produksi,
sirkulasi dan konsumsi barang-barang simbolis. Dalam memahami teori Bourdieu perspektif
kebudayaan digambarkan seperti perlombaan (pertarungan).