Upload
dan-kovaxic
View
64
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
belajar metode pendekatan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan, yaitu dalam upaya membantu mengembangkan kemampuan dan potensi
yang dimiliki siswa agar berkembang secara utuh. Proses pendidikan merupakan salah
satu upaya terhadap para peserta didik agar mampu mengembangkan kemampuan dan
potensi dalam dirinya. Pendidikan jasmani adalah proses interaksi sistematik antara anak
didik dan lingkungan yang dikelola melalui pengembangan jasmani secara efektif dan
efisien menuju pembentukan manusia seutuhnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rusli
(7:1991) menyatakan bahwa :
Melalui pendidikan jasmani yang teratur, terencana, terarah, dan terbimbing diharaokan
dapat dicapai seperangkat tujuan yang meliputi pembentukan dan pembinaan bagi
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Liputan tujuan itu terdiri atas
pertumbuhan dan perkembangan aspek jasmani, intelektual, emosional, sosial, dan moral
spiritual.
Pendidikan jasmani juga merupakan pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani
melalui gerakan, permainan, dan olahraga sebagai wahana untuk meningkatkan individu
secara keseluruhan guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Maksudnya selain belajar
dan mendidik gerak untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan jasmani ini
diharapkan terbentuknya perubahan dalam aspek jasmani maupun rohaninya.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu program yang tercantum dalam kurikulum
pendidikan yaitu dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan aktivitas fisik yang dilakukan melalui
proses pembelajaran dan bimbingan pendidik dalam upaya mencapai tujuan.
Seperti yang diungkapkan Yudha, dkk (2008:40)
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas fisik sebagai
media utama untuk mencapai tujuan.
Dalam suatu kurikulum proses pembelajaran penjas disekolah sangatlah terbatas,
karena tidak tertunjangnya sarana dan prasarana, alokasi, dan waktu. Disini para pendidik
harus kreatif dalam memilih suatu model pembelajaran yang cocok dalam memberikan
materi untuk siswanya, guna memenuhi tercapainya tujuan penjas tersebut.
Disini penulis mencoba untuk menjelaskan beberapa model pembelajaran penjas
yaitu Model Permainan Taktis dan Model Pembelajaran Kooperatif. Dimana dari
beberapa model pembelajaran tersebut mampu mengembangkan kemampuan para siswa
dalam hal mengarahkan diri sendiri. Dan Hal ini tergantung pada seorang pendidik dalam
memilih model pembelajaran apa yang efektif dan efisien tergantung dasar apa dari tujuan
pembelajarannya tersebut.
B. TUJUAN MASALAH
Seperti apa yang dikemukakan sebelumnya disini penulis bertujuan untuk lebih
menjelaskan apa pengertian dan hal-hal apa saja yang terkadung di Model Permainan
Taktis dan Model Pembelajaran Kooperatif. Dan merupaka salah satu dari tugas mata
kuliah model dan pendekatan penjas.
BAB II
PEMBAHASAN
1. MODEL PEMBELAJARAN
A. Pengertian Model Pembelajaran
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan kegiatan. Model juga diartikan seperangkat prosudur yang
berurutan untuk mewujudkan suatu proses, pemilihan media dan evaluasi.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosuder
yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Meskipun secara teoritis tersedia cukup banyak model pembelajaran yang dapat
digunakan oleh guru penjas, di dalam pelaksanaan pembelajaran pendidik
seyogyanya memilih model yang paling efektif.
2. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam dunia pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan formal banyak
dijumpai perbedaan-perbedaan mulai dari perbedaan gender, suku, agama, dan lain-
lain. Dari karakter yang heterogen tersebut, timbul suatu pertanyaan bagaimana guru
dapat memotivasi seluruh siswa mereka untuk belajar dan membantu saling belajar
satu sama lain? Bagaimana guru dapat menyusun kegiatan kelas sedemikian rupa
sehingga siswa akan berdiskusi, berdebat, dan menggeluti ide-ide, konsep-konsep,
dan keterampilan sehingga siswa benar-benar memahami ide, konsep dan
keterampilan tersebut? Bagaimana guru dapat memanfaatkan energi sosial seluruh
rentang usia siswa yang begitu besar di dalam kelas untuk kegiatan-kegiatan
pembelajaran produktif? Bagaimana guru dapat mengorganisasikan kelas sehingga
siswa saling menjaga satu sama lain, saling mengambil tanggung jawab satu sama
lain, dan belajar untuk menghargai satu sama lain terlepas dari suku, tingkat kinerja,
atau ketidakmampuan karena cacat?
Jawabannya adalah melalui pembelajaran kooperatif. Muhammad Nur (2005: 1)
mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa,
memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggungjawab. Model
pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari
keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Pendapat ini sejalan
dengan Abdurrahman dan Bintoro (2000: 78) mengatakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan
hidup di dalam masyarakat nyata.
Pendidik seringkali menekankan pada anak-anak mengenai nilai-nilai kerjasama
antara anak yang satu dengan yang lainnya. Pembelajaran kooperatif sangat dikenal
melalui keunggulan dalam membentuk perilaku dan nilai-nilai sosial. Rancangan
pembelajaran kooperatif telah digunakan sebagai strategi belajar mengajar.
Menurut Jacobs, dkk (1995) bahwa, “Pembelajaran kooperatif memberi peluang
kepada anak untuk berbicara, mengambil inisiatif, membuat berbagai macam pilihan,
dan mengembangkan kebisaan belajar.”
Sedangkan Cohen (1994) memaparkan bahwa, “Pembelajaran kooperatif
didefinisikansebagai kerjasama anak didik dalam kelompok kecil yang mana setiap
orang dapat berpartisipasi dalam soal tugas kolektif yang telah didefinisikan secara
jelas, tidak konstan, dan pengawasan langsung oleh guru.” Pembelajaran kooperatif
melibatkan tanggung jawab bersama antara guru dan anak untuk mencapai tujuan
pendidikan. Para guru menyusun tahapan dan member dorongan kepada
kelompok anak-anak agar bekerja sama.
B. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta
pengembangan keterampilan sosial. Johnson & Johnson menyatakan bahwa tujuan
pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan
prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Louisell dan Descamps juga menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim,
maka dengan sendirinya dapat dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari
latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan
proses dan pemecahan masalah.
Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan
partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya.
C. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan
yang sama.
2) Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi
setelahnya.
3) Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama
selama pembelajaran.
4) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1) Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kelompok dibentuk secara heterogen.
3) Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu.
Pada model pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan
kerjasama dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa
dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling menyampaikan pendapat, dan saling
menghargai pendapat teman sekelompoknya.
D. Contoh Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Misalnya dalam pembelajaran kepada para siswa-siswi Sekolah Dasar (SD).
Dalam hal perkembangan psikomotor anak. Yaitu:
Tujuan pembelajaran, “Anak dapat memahami konsep-konsep gerak sederhana.”
Tahapan pembelajarannya sebagai berikut: (1) Anak dibagi dalam beberapa
kelompok; (2) Masing-masing kelompok melakukan gerakan yang berbeda; (3)
sehabis melakukan gerakan dimasing-masing kelompok, anak bercampur dengan
kelompok lain dan menceritakan apa yang sudah dilakukan pada masing-masing
kelompok tadi; (4) guru menyimpulkan semua gerakan yang telah dilakukan oleh
anak-anak.
Melihat contoh diatas, nampak anak-anak cenderung bekerja lebih baik pada
kelompok kecil. Namun kelompoknya tidak boleh lebih dari empat orang, karena
partisipasinya cenderung pasif. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif akan
berjalan efektif apabila dilakukan pada anak SD yang sudah belajar lebih lama di SD-
nya. Anak didik yang belum memiliki pengalaman dengan pembelajaran kooperatif
jangan dulu dibebaskan berada dalam kelompok kooperatif. Guru tidak dapat
menggabungkan mereka dengan anak yang sudah erpengalaman, hanya mereka dapat
disuruh memperhatikan teman temannya agar secara perlahan tapi pasti anak-anak
tersebut akan mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif. Guru
harus membantu anak-anak untuk memperoleh keterampilan gerak sederhana
(psikomotor). Aktivitas dapat dirancang secara khusus untuk mempromosikan
perilaku kooperatif dalam kelas dan juga di pusat-pusat pembelajaran. Bagi anak SD
pembelajaran kooperatif dapat menjadikannya lebih bebas dalam berkreasi.
Berdasarkan hasil penelitian Rong (2001) bahwa pembelajaran kooperatif
memberikan pengaruh bagi perkembangan anak, yaitu:
a. Pembelajaran kooperatif menekankan pada pengembangan kemampuan secara
keseluruhan. Metode ini berbeda dibandingkan dengan metode tradisional yang
cenderung menekankan pada aspek pengetahuan dan keterampilan saja.
b. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah terobosan baru dalam
mengkombinasikan ilmu pengetahuan dengan perkembangan kemampuan berpikir
inovatif.
c. Pembelajaran kooperatif membantu perkembangan anak didik dari biasa belajar
pasif menjadi belajar aktif.
d. Pembelajaran kooperatif meciptakan kebahagiaan dan kegembiraan dalam proses
belajar anak.
e. Pembelajaran kooperatif membantu untuk mengembangkan hubungan sosial anak.
Hal ini sangat diperlukan guru untuk memahami pentingnya pendidikan dan
perkembangan kepribadian anak. Guru harus juga menguasai metode dan teori baru
yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar.
3. MODEL PENDEKATAN TAKTIS
A. Pengertian Pendekatan Taktis
Pembelajaran kognitif dalarn pendidikan jasmani terkait dengan tema Teaching
Game for Understanding (TGfU) yang terangkum dalam model pembelajaran
permainan taktikal dalam pengajaran pendidikan jasmani. Model pembelajaran
permainan taktikal menggunakan minat siswa dalam suatu struktur permainan untuk
mempromosikan pengembangan keterampilan dan pengetahuan taktikal yang
diperlukan untuk penampilan permainan. Sedangkan pembelajaran kognitif
memfokuskan pada upaya menanamkan materi pembelajaran masuk ke dalam alam
pikiran siswa, sehinga terbentuk struktur pengetahuan tertentu. Pembelajaran
pendekatan taktikal dalam pendidikan jasmani adalah bagian dari pembelajaran
kognitif.
Pendekatan taktis mendorong siswa untuk memecahkan masalah taktik dalam
permainan. Masalah ini pada hakikatnya berkenaan dengan peberapan keterampilan
teknik dalam situasi permainan. Dengan demikian siswa makin memahami kaitan
antara teknik dan taktik. Keuntungan lainnya, pendekatan ini tepat untuk mengajarkan
keterampilan bermain sesuai dengan keinginan siswa. Tujuan utama dari pendekatan
taktis dalam pengajaran permainan adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap konsep bermain.
Pendekatan taktik bermain membantu memikirkan guru untuk menguji kembali
pandangan filosofis mereka pada pendidikan bermain. Model mengajar ini
memungkinkan siswa untuk menyadari keterkaitan antara bermain dan peningkatan
penampilan bermain mereka. (Subroto 2001 : 4) menjelaskan tentang tujuan
pendekatan taktis secara spesifik yaitu untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang
konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau
situasi dalam permainan.
Dalam satu unit pembelajaran permainan, guru membuat suatu perencanaan
pembelajaran mulai dari keterampilan dasar sampai keterampilan yang lebih
kompleks, diikuti dengan penjelasan peraturan permainan secara utuh. Pada model
pembelajaran permainan taktikal, guru merencanakan urutan tugas mengajar dalam
konteks pengembangan keterampilan dan taktis bermain siswa, mengarah pada
permainan yang sebenarnya. Tugas-tugas belajar menyerupai permainan dan
modifikasi bermain sering disebut sebagai "bentuk-bentuk permainan". Penekanannya
pada pengernbangan pengetahuan taktikal yang memfasilitasi aplikasi keterampilan
dalam permainan, sehingga siswa dapat menerapkan kegiatan belajarnya di saat
dibutuhkan. Pada intinya adalah siswa dapat mengembangkan keterampilan dan taktis
bermainan secara berkesinambungan.
Sebagaimana namanya, permainan taktikal, maka guru harus mampu mengundang
siswa untuk memecahkan masalah taktis bermain. Sebagai contoh: dalam permainan
tenis, siswa perlu memposisikan diri di lapangan, menginterpretasi bola-datang,
memutuskan, dan memahami pola gerak yang dilakukan. Pembelajaran taktikal
mengutamakan pada pemanfaatan "masalah-masalah taktikal" sebagai perantara dan
tujuan pembelajaran. Guru harus mampu menunjukkan masalah-masalah taktis yang
diperlukan dalam situasi bermain. Sedangkan bagi siswa, sangat penting untuk
mengenali posisi bermain dl lapangan secara benar, pilihan-pilihan gerak yang
mungkin dilakukan, dan situasi-situasi bermain yang dihadapi siswa.
Bunker dan Thorpe's (1986: dalam Metzler. 2000) Pengajaran Permainan untuk
Pemahaman (Teaching Game for Understanding) didasarkan pada enam komponen
dasar dalam pembelajaran satu unit permainan, yaitu:
1. Permainan
2. Apresiasi bermain
3. Kesadaran taktikal
4. Pembuatan keputusan yang akurat
5. Eksekusi keterampilan
6. Penampilan.
Dalam strategi pembelajaran pendekatan taktis yaitu lebih menekankan pada
konsep game-drill-game. Game yaitu bermain, siswa dituntut untuk bermain dengan
konsep-konsep yang yang diberikan oleh guru dan memahami tentang permainan itu.
Drill yaitu pengulangan, guru harus lebih teliti melihat permainan siswanya dan
apabila terjadi kesalahan dalam tugas gerak maka guru menghentikan pembelajaran
dan memberikan contoh gerakan yang benar kemudian siswa melakuakn tugas gerak.
Kemudian game yaitu bermain, setelah melakukan pengulangan atau drill siswa
kembali melakukan permainan dengan perubahan tugas gerak yang telah dilakukan
pada tugas drill. Pembelajaran melalui model pembelajaran pendekatan taktis
membiasakan siswa untuk melatih kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kesadaran akan taktik, menggunakan dasar kemampuan untuk menekankan
masala-masalah taktik yang muncul selama permainan. Hal itu sekaligus dapat
memilih respons tersebut, mungkin terletak pada keterampilan gerak dalam
penguasaan bola, seperti passing, dribling dan shooting dalam permainan bola
tangan. Tujuan utama dalam mengajarkan olahraga di dalam pendidikan jasmani
adalah untuk kesenangan, keterlibatan aktif, dan peningkatan keterampilan siswa yang
bedampak positif terhadap hidupnya. Dalam proses pembelajaran, tujuan tersebut
akan tercapai dan tidaknya tergantung pada bagaimana metode/ pendekatan
keterampilan mengajar yang diterapkan guru kepada siswa dalam mengajar.
Selama ini dalam proses pengajaran pendididikan jasmani di sekolah masih ada
guru yang menganut sistem pendekatan yang bersifat tradisional, yang menekankan
pengajaran hanya pada penguasaan keterampilan atau teknik dasar suatu cabang
olahraga. Meskipun format/ konsep pengajaran seperti itu memang bisa meningkatkan
penguasaan teknik siswa, tetapi kekurangannya adalah bahwa keterampilan teknik
dasar diajarkan kepada siswa sebelum siswa mampu memahami keterkaitan atau
relevansi teknik-teknik dasar tersebut dengan penerapannya di dalam permainan yang
sebenarnya, akibatnya sifat kesinambungan dari implementasi teknik dasar ke dalam
permainan menjadi terputus. Untuk menghindari hal tersebut sekarang sudah dikenal
suatu sistem pendekatan yang dirasakan lebih cocok untuk diterapkan dalam mengajar
penjas terutama yang terkait dengan mengajar untuk olahraga-olahraga yang bersifat
permainan yaitu sistem "pendekatan taktis".
Pengajaran melalui pendekatan taktis ini berusaha menghubungkan kemampuan
taktis bermain dan keterampilan teknik dasar dengan menekankan pemilihan waktu
yang tepat untuk melatih teknik dasar dan aflikasi dari pada teknik dasar tersebut ke
dalam keterkaitannya dalam kemampuan taktis bermain, sehingga mampu
merangsang siswa untuk befikir dan menemukan sendiri alasan-alasan yang
melandasi gerak dan penampilannya (peformance). Selain itu sistem pendekatan taktis
ini dapat dipakai untuk menghindari dari ketidak tercapaiannya tujuan/ target
kompetensi yang diajarkan karena minimnya pasilitas yang ada pada sekolah, ataupun
dikarenakan alokasi waktu yang sedikit yang diberikan untuk mata pelajaran penjas
ini.
B. Penerapan Pendekatan Taktis dalam Pembelajaran
Dalam pelaksanaannya pendekatan taktis ini memanfaatkan bentuk-bentuk
permaianan yang dimodifikasi. Penulis contohkan di sini misalnya pada permainan
bola voli, bentuk modifikasinya seperti ukuran lapangan diperkecil, tinggi tiang net
diperpendek, jumlah pemain bisa dikurangi atau ditambah. Modifikasi ini disesuaikan
dengan kemampuan keterampilan siswa dan sarana yang ada.
Di bawah ini dipaparkan salah satu contoh sederhana penerapannya dalam
praktik. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Bentuk beberapa kelompok siswa yang terdiri dari tiga orang. Tiga orang siswa
pertama tempatkan dilapangan (setengah lapangan) dengan posisi membentuk segitiga
dengan masing-masing memiliki tugas, orang kesatu bertugas sebagai penerima bola
pertama yang akan diberikan kepada orang kedua yang bertindak
sebagai pengumpan (tosser), dan orang ketiga sebagai spaiker.
2. Setelah menempati posisi sesuai dengan tugasnya masing-masing latihan dapat
dimulai dengan memainkan bola diawali oleh guru yang memberikan bola kepada
orang pertama selanjutnya dari orang pertama diberikan kepada orang kedua dengan
cara di passing dan dari orang kedua selanjutnya diumpankan kepada
orang ketiga untuk dismash.
3. Setelah selesai melakukan latihan yang pertama maka siswa diputar bergantian
posisi, orang kesatu diganti oleh orang ketiga, orang kedua diganti oleh orang kesatu,
dan orang ketiga diganti oleh orang kedua dan seterusnya sampai semua siswa dapat
melakukan dan merasakan posisi-posisi tersebut. Setelah semuanya selesai ganti
dengan kelompok berikutnya. Lakukan hal yang sama seperti
penjelasan di atas. Lihat gambar di bawah ini:
4. Setelah semua kelompok selesai berlatih dapat dilanjutkan dengan game dalam
bentuk yang dimodifikasi sesuai dengan kemampuan keterampilan siswa.
C. Keuntungan Pendekatan Taktis
Membudayakan perilaku normatif dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap
tugasnya
Membudayakan kebiasaan menerima perbedaan di antara anggota kelompok,
menghargai kelmpok maupun kelompok lain, terutama dalam keterampilan
jasmani
Memberi pemahaman kepada siswa bahwa aktivitas jasmani termasuk permainan
menyediakan kesempatan untuk mendapatkan kegembiraan, tantangan dan
ekspresi pribadi dalam interksi
Memberi kesempatan kepada anak untuk memahami konsep permainan, termasuk
taktik dan strategi, peraturan permainan serta prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang
terkandung dalam permainan
Mengembangkan kreativitas dan penalaran siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
Memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi berbagai pengalaman dan
kerja sama.
Karakteristik Permainan yang pendidik harus tahu :
invation game (permainan meyerang
• Salingmenciptakan ruang untuk melakukan
serangan dan membuat skor.
• Salingmenciptakan ruang untuk
mempertahankan daerah masing.
• Memiliki sasaran untuk menciptakan skor
• Contoh: sepak bola, bola basket, dan bola
Tangan
Net Game ( permainan net)
• Dimulai dengan servis kemudian diterima
pihak lain
• Masing- masing tim mengirim bola ke daerah
lawan dengan faktor kesulitan cukup tinggi
• Skor diperoleh berdasarkan kesalahan lawan
• Contoh: bola voli, bulu tangkis, tenis meja
Striking game ( permainan bola pukul)
• Menciptakan peluang meraih skor dengan
cara memukul bola ke lapangan terbuka
• Pemain bertahan / penjaga menyusunstrategi
untuk mencegah lawan membuat skor
• Contoh: sofball, roundes, kasti
Target game (permainan target)
• Menciptakan peluang meraih skor dengan
cara mengarahkan suatu obyek kepada
sasaran tertentu dengan jarak yang telah
ditentukan
• Contoh: panahan, bowling, golf
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
“Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan
siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang
mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik”. Slavin menyatakan
bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam
model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab
atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok
yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda dari
pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif
tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan pembelajaran,
(2) menentukan jumlah kelompok dalam kelompok belajar, (3) menentukan tempat
duduk siswa, (4) merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif,
(5) menentukan peran serta untuk menunjang saling ketergantungan positif, (6)
menjelaskan tugas akademik, (7) menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan
keharusan bekerja sama, (8) menyusun akuntabilitas individual, (9) menyusun kerja
sama antar kelompok, (10) menjelaskan criteria keberhasilan, (11) menjelaskan
perilaku siswa yang diharapkan, (12) memantau perilaku siswa, (13) memberikan
bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas, (14) melakukan intervensi untuk
mengajarkan keterampilan bekerja sama, (15) menutup pelajaran, (16) Menilai kerja
sama antar anggota kelompok. Meskipun kerja sama merupakan kebutuhan manusia
dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengaktualisasikan konsep tersebut ke dalam
suatu bentuk perencanaan pembelajaran atau program satuan pelajaran bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan peran guru dan siswa yang optimal untuk
mewujudkan suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis kerja sama atau gotong
royong.
Pendekatan taktis mendorong siswa untuk memecahkan masalah taktik dalam
permainan. Masalah ini pada hakikatnya berkenaan dengan peberapan keterampilan
teknik dalam situasi permainan. Dengan demikian siswa makin memahami kaitan
antara teknik dan taktik. Keuntungan lainnya, pendekatan ini tepat untuk mengajarkan
keterampilan bermain sesuai dengan keinginan siswa. Tujuan utama dari pendekatan
taktis dalam pengajaran permainan adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap konsep bermain.
Pengetahuan akan karakteristik permainan membuat pendidik lebih mudah
dalam penyajian akan materi yang akan disampaikan dalam pendekatan taktis.
invation game (permainan meyerang
Net Game ( permainan net)
Striking game ( permainan bola pukul)
Target game (permainan target)
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT, berkat taufik dan Hidayah-Nya, penyusun dapat menyusun tentang pengertian pembelajaran kooopertif dan pendekatan taktis pendidikan jasmani.
Semoga tugas ini dapat membantu kami dalam memenuhi tugas mata kuliah model dan pendekatan penjas, dan semoga dapat memperkaya pemikiran, dan pengetahuan kami . Sehingga bermanfaat untuk kami kedepannya.
Kami sangat yakin tugas ini masih banyak kekurangannya walaupun sudah diupayakan kekurangan-kekurangan itu saya meminimalisir. Dalam rangka perbaikan tugas sini, kami sangat mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak.
Terimakasih yang tak terhingga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dan melancarakan penulis dalam menyusun tugas ini.
Demikian semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Taufik dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amiin
Wasalamu’alaikumWr. Wb.
Karawang, 10 Mei 2013
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………
Daftar isi…………………………………………………………..
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah …………………………...
Tujua Masalah ……………………………………
BAB II
Pembahasan
1. MODEL PEMBELAJARAN
A. Pengertian Model Pembelajaran
2. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
B. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
C. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
D. Contoh Penerapan Pembelajaran Kooperatif
3. MODEL PENDEKATAN TAKTIS
A. Pengertian Pendekatan Taktis
B. Penerapan Pendekatan Taktis dalam Pembelajaran
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
http://ramliunmul.blogspot.com/2009/10/pendekatan-pembelajaran-penjas.html
http://rolaangga.blogspot.com/2013/01/model-pendidikan-jasmani.html
bukumodelpembelajaranpenjas.pdf
modelpembelajaranpenjas.blogupi.pdf
implementasipembelajaranpenjas.pdf
MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MK
Model dan Pendekatan
Penjas
DI SUSUN OLEH :
RIZKY NURTANSYAH
RIO HAMZAH
ARIF HIDAYAT
RIZQI ROHMATULAH
PADMA WIJAYA
ARIS NURYADI
GILANG KUNCORO
MUHLIS
RESTY GUSTIAWATI S.Pd M.Pd
4F
PJKR S 1 FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2013