156
MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT SITI BADRIYAH RUSHAYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

  • Upload
    hanhu

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

MODEL KOTA HIJAU

DI KABUPATEN BANDUNG

JAWA BARAT

SITI BADRIYAH RUSHAYATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

ABSTRACT

SITI BADRIYAH RUSHAYATI. Green City Model of Bandung Regency West Java.

Under the supervision of HADI S. ALIKODRA, ENDES N. DAHLAN, and HERRY

PURNOMO.

Urban development in Bandung Regency has been responsible for the urban

heat island effect and increased of air temperature due to increased CO2 emissions

from motor vehicles, human population and industries. Other then these, urban heat

island was also caused by increasing built ups and declining green open spaces

leading to decreased albedo while in turn raised the air temperature. Urban heat island

should be managed through studying the related variables. The purpose of this study

was to assess the heat island city and create a green city model. This green city model

is expected to be the basis to make policy for green growth based development to

create Bandung regency as a green city. The research was conducted by collecting

secondary data (socio-economic conditions, number of vehicles, industry, population),

and primary data through field’s measurements of micro climate, crowns density,

quantities of motor vehicles, direct interviews with residents of Bandung Regency,

and analyzing the distribution of air temperature. The results of this research,

especially the study of the conditions of heat island effect, indicated that Bandung

Regency has experiencing urban heat island effect, where the air temperature in

urban centers (27,0 °C) were higher than in rural areas (20,0 °C). The difference

between the highest and lowest air temperature was 7 °C. The research also

suggested that higher percentage of land built ups would result in lower percentage of

green open spaces, thus higher CO2 emissions which would caused an increase of

areas with high temperature. Research Area I has the highest percentage (60%) of

develop area and the lowest percentage (29%) of green open space and also high CO2

emissions (503,987 tons CO2/year). This causes the region has most extensive area

(161.59 ha) with high temperature (air temperature > 27 º C) in comparison with

Research Area II and III. Urban heat island problems can be solved by building a

green open space. Based on the measurements of micro climate in several types of

green open space, it can be concluded that green open spaces including urban forest

are very important in overcoming urban heat island, because they can lower the air

temperature. Urban forest is known to be more effective in resolving urban heat island

issues than any other types of green open spaces. Based on the results of simulations

model, green scenarios can be used as a tool to determine alternative policies to

address urban heat island issue. Green scenario could hold back the occurrence of

≥30°C air temperature. The temperature would occur on 2054 in Research Area I,

after 2058 in Research Area II, and on 2056 in Research Area III. Although the

factors which influence heat island had been well managed (using green scenario),

nevertheless urban areas which already had high percentage of developed area, low

percentage of green open space, and high CO2 emissions, would still generate a

condition of ≥30°C air temperature on a faster rate (for example Research Area I).

Keywords : built up, green city, green open space, model, urban heat island

Page 3: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

2

RINGKASAN

SITI BADRIYAH RUSHAYATI. Model Kota Hijau di Kabupaten Bandung, Jawa

Barat. Dibimbing oleh HADI S. ALIKODRA, ENDES N. DAHLAN, dan HERRY

PURNOMO.

Masalah lingkungan global yang dihadapi banyak negara saat ini adalah

terjadinya pulau bahang kota (urban heat island) di beberapa kawasan perkotaan di

dunia termasuk kota-kota di Indonesia. Pulau bahang kota menyebabkan heat island

effect (efek pulau bahang) yang dicirikan dengan suhu udara di wilayah perkotaan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara di sekitarnya. Beberapa kota di

dunia yang sudah mengalami efek pulau bahang adalah Los Angeles, London, Bogota,

beberapa kota di Swedia, Philadelphia, dan Guangzhou. Beberapa kota di Indonesia

juga sudah mengalami efek pulau bahang yaitu Jakarta, Surabaya, Semarang dan juga

Kota dan Kabupaten Bandung.

Terbentuknya pulau bahang kota disebabkan oleh tingginya gas rumah kaca

(CO2, N2O, CFC, CH4) dan lahan terbangun di area perkotaan. Berbagai aktivitas di

perkotaan (transportasi, industri, sampah), menghasilkan gas rumah kaca dan

menyebabkan terjadinya akumulasi gas-gas rumah kaca di atmosfer sehingga

menyebabkan pancaran radiasi balik gelombang panjang terperangkap oleh gas-gas

tersebut sehingga menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Efek rumah kaca di

kawasan perkotaan ini membentuk pulau bahang kota dan menyebabkan suhu udara

di kota lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Lahan terbangun di area

perkotaan menyebabkan albedo menurun sehingga semakin banyak radiasi yang

diserap sehingga dapat meningkatkan pemanasan dan peningkatan suhu udara.

Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah

mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan kawasan

penyangga Kota Bandung yang terus berkembang dan menyebabkan jumlah

penduduk, lahan terbangun dan jumlah kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat

terus meningkat dengan peningkatan masing-masing sebesar 1,95%; 7%; 4,3%; dan

2,3% . Total emisi CO2 dari berbagai aktivitas tersebut, diperkirakan sebesar

4.563.174 ton/tahun. Sebaliknya ruang terbuka hijau terus menurun (4,3%). Tingginya

emisi CO2 dan kurangnya ruang terbuka hijau khususnya di area perkotaan,

menyebabkan terjadinya efek pulau bahang sehingga suhu udara di wilayah perkotaan

lebih tinggi dibandingkan wilayah perdesaan. Kondisi ini menyebabkan kenyamanan

di area perkotaan menurun.

Agar pembangunan di Kabupaten Bandung terus berjalan dengan baik dan

kondisi lingkungan juga terjaga, maka perlu strategi pembangunan berbasis

keseimbangan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang dikenal dengan pembangunan

kota hijau (green city). Kota hijau dapat diwujudkan dengan pembangunan yang

mempertimbangkan keseimbangan beberapa faktor yaitu (1) ekonomi, (2) sosial, (3)

keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan, (4) daya lenting lingkungan terhadap

perubahan iklim, serta (5) penurunan gas rumah kaca. Pembangunan yang

dilaksanakan berdasarkan keseimbangan kelima faktor tersebut dikenal dengan

pembangunan berbasis green growth.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kondisi pulau bahang kota yang

terdiri dari kajian potensi emisi gas CO2, ruang terbuka hijau, dan distribusi suhu

permukaan di wilayah perkotaan Kabupaten Bandung. Selain mengkaji pulau bahang

kota, tujuan penelitian ini adalah membuat model kota hijau melalui penanganan

Page 4: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

3

pulau bahang kota (urban heat island) sehingga dapat digunakan dalam pengambilan

keputusan dan kebijakan sehingga dapat mewujudkan kota hijau di Kabupaten

Bandung.

Penelitian dilakukan di tiga wilayah perkotaan. Wilayah I terdiri dari Kec.

Margaasih, Kec. Margahayu, Kec.Dayeuhkolot, Kec. Bojongsoang dan Kec. Cileunyi.

Wilayah II terdiri dari Kec. Soreang, Kec. Katapang, Kec. Pemeungpeuk, Kec.

Baleendah, Kec. Cangkuang dan Kec. Banjaran. Wilayah III terdiri dari Kec. Ciparay,

Kec. Majalaya, Kec. Solokan Jeruk dan Kec. Rancaekek. Metode penelitian terdiri

dari kajian efek pulau bahang, ruang terbuka hijau, sosial ekonomi, dan pembuatan

model kota hijau. Analisis data penelitian terdiri dari : (1) analisis efek pulau bahang

dengan menggunakan analisis spasial, (2) analisis deskriptif dan kuantitatif kajian

ruang terbuka hijau, (3) analisis deskriptif kondisi sosial ekonomi masyarakat, (4)

analisis sistem dinamik dengan menggunakan program stella 9.2.

Berdasarkan hasil analisis spasial tutupan lahan di wilayah penelitian, diketahui

bahwa lahan terbangun di Wilayah I, II dan III, berturut turut adalah sebesar 60%,

40% dan 37%. Sedangkan persentase ruang terbuka hijau berturut turut 29%, 45% dan

52%. Berdasarkan analisis spasial terhadap distribusi suhu udara, diketahui suhu

udara tertinggi dan terendah di Wilayah I, lebih tinggi dibandingkan area II dan III.

Suhu udara tertinggi di Wilayah I, II dan III berturut turut yaitu 29 ºC, 28 ºC, dan 27

ºC. Sedangkan suhu terendah di area I, II dan III berturut turut adalah 22 ºC, 21 ºC,

dan 20 ºC. Berdasarkan analisis spasial penutupan lahan dan distribusi suhu udara,

maka dapat disimpulkan bahwa di wilayah perkotaan di Kabupaten Bandung telah

terjadi pulau bahang kota.

Pulau bahang kota dapat diatasi dengan membangun ruang terbuka hijau.

Berdasarkan pengukuran iklim mikro diketahui bahwa ruang terbuka hijau berupa

pohon (hutan kota) lebih efektif dalam menurunkan suhu udara dan meningkatkan

kelembaban udara. Selain jenis ruang terbuka hijau, indeks luas daun (kerindangan)

juga mempengaruhi kondisi suhu udara. Semakin tinggi nilai indeks luas daun, maka

akan semakin menurunkan suhu udara. Bentuk dan struktur hutan kota juga

berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban udara. Bentuk hutan kota yang

menggerombol dan berstrata banyak paling tinggi mereduksi suhu udara dan

meningkatkan kelembaban udara.

Agar masalah pulau bahang kota dapat diatasi dengan efektif, maka perlu

penentuan lokasi ruang terbuka hijau yang disesuaikan dengan analisis arah dan

kecepatan angin agar absorbsi dan adsorbsi CO2 dapat efektif dan efisien.

Berdasarkan windrose di Kabupaten Bandung, posisi ruang terbuka hijau khususnya

hutan kota sebaiknya dibangun membujur dari arah selatan ke utara dan terletak di

sebelah timur dan barat sumber polutan. Selain itu juga melintang dari barat ke timur

dengan letak di sebelah selatan sumber polutan.

Informasi hasil kajian kondisi pulau bahang kota, ruang terbuka hijau, dan

kondisi sosial ekonomi di Kabupaten Bandung, digunakan dalam penyusunan model

kota hijau. Berdasarkan simulasi model, secara umum untuk wilayah Kabupaten

Bandung, skenario hijau masih memungkinkan digunakan untuk mengatasi masalah

pulau bahang kota sehingga dapat membantu untuk mewujudkan kota hijau. Pilihan

kebijakan dengan menggunakan skenario hijau dapat menjaga kondisi lingkungan

khususnya suhu udara sehingga suhu udara ≥ 30 ºC di wilayah Kabupaten Bandung

baru akan terjadi pada tahun 2047. Namun skenario hijau pada wilayah perkotaan

yang sudah terlanjur didominasi oleh lahan terbangun, emisi CO2 yang tinggi, serta

kurangnya lahan ruang terbuka hijau (Wilayah I), menyebabkan suhu udara ≥ 30 °C

Page 5: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

4

terjadi lebih cepat. Berdasarkan simulasi model, maka program kota hijau berbasis

green growth sangat penting diterapkan seawal mungkin terutama untuk kota-kota

yang masih pada taraf awal pengembangan.

Page 6: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

5

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu

masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam

bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 7: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

6

MODEL KOTA HIJAU

DI KABUPATEN BANDUNG

JAWA BARAT

SITI BADRIYAH RUSHAYATI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 8: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

7

Penguji Luar Komisi

Ujian Tertutup : Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S

: Dr. Ir. Tania June, MSc

Penguji Luar Komisi

Ujian Terbuka : Dr. Ir. Efransjah

: Dr. Ir. Sobri Effendy, M.Si

Page 9: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

8

Judul Disertasi : Model Kota Hijau di Kabupaten Bandung Jawa Barat

Nama : Siti Badriyah Rushayati

NRP : E 361070011

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra

Ketua

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Konservasi Biodiversitas Tropika

Tanggal Ujian : 20 Desember 2011 Tanggal Lulus :

Dr. Ir. Endes N. Dahlan, M.S

Anggota

Dr. Ir. Herry Purnomo, M.Comp

Anggota

Prof.Dr. Ir. Ervizal AM. Zuhud, MS

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Page 10: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

9

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya

sehingga disertasi ini dapat penulis selesaikan. Karya ilmiah dalam disertasi ini adalah

mengenai model kota hijau untuk mengatasi pulau bahang kota yang saat ini menjadi

masalah di banyak kota di dunia termasuk kota-kota di Indonesia. Adapun judul dari

disertasi ini adalah Model Kota Hijau di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada

Bapak Prof.Dr.Ir.H. Hadi S. Alikodra selaku pembimbing utama, serta kepada Bapak

Dr.Ir.H. Endes N. Dahlan, MS, dan Bapak Dr.Ir. Herry Purnomo, M.Comp selaku

anggota pembimbing, yang telah banyak memberi arahan, saran dan bimbingan.

Disamping itu penghargaan juga penulis sampaikan kepada Staf Pemerintah Daerah

Kabupaten Bandung yang telah memberikan informasi yang sangat bermanfaat dalam

penyusunan disertasi ini.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Sigit Nugroho S.Si, MT; Dr.Ir.

Arzyana Sunkar; Dr.Ir. Mirza Dikari K; Iis Siti Aisyah ST, MT; Syamsul Maarif ST,

MT; Eva Rahmawati S.Hut, MSi; Resti Meilani, S.Hut, MSi; serta para mahasiswa

bimbingan dan teknisi yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama proses

penyelesaian disertasi. Tak lupa terima kasih juga penulis sampaikan kepada suami

Ir. Dusanto Kristihono, MSi serta anak-anak Siva Devi Azahra dan Fadhel Haidar

Arrafi, ayah, ibu, Amira, Adit, dan adik-adik atas segala motivasi dan do’anya.

Akhirnya, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2012

Siti Badriyah Rushayati

Page 11: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

10

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonogiri pada tanggal 4 Juli 1965 sebagai anak sulung

dari lima bersaudara dari ayah drs. Abdul Rosjid Muchtar dan ibu dra. Siti Badarul

Chajati. Penulis menikah dengan Ir. Dusanto Kristihono, M.Si dan dikaruniai dua

orang putra putri, Siva Devi Azahra dan Fadhel Haidar Arrafi. Pendidikan sarjana

penulis ditempuh di Program Studi Agrometeorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam IPB, lulus pada tahun 1989. Penulis melanjutkan di Program Studi

Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Program Pascasarjana IPB, dan

memperoleh gelar magister sains pada tahun 1999. Pada tahun 2007, penulis

memperoleh kesempatan untuk melanjutkan program doktor pada Program Studi

Konservasi Biodiversitas Tropika, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Departemen Konservasi Sumberdaya

Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bidang keahlian

penulis adalah klimatologi dan pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara.

Selama mengikuti program S3, penulis mendapatkan beasiswa pendidikan

pascasarjana (BPPS).

Page 12: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

11

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL …………………………………………………………..........

DAFTAR GAMBAR ...…………………………………………………………..

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN.............................................................

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................

1.2 Kerangka Pemikiran.....................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................

1.4 Hipotesa........................................................................................................

1.5 Manfaat Penelitian........................................................................................

1.6 Kebaruan (Novelty)......................................................................................

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemodelan Sistem……………………………….......................................

2.2 Kota Hijau (Green City)………………………………..............................

2.3 Pulau Bahang Kota (Urban Heat Island)…………………………............

2.4 Ruang Terbuka Hijau……………………………………………………..

2.5 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat..........................................................

2.6 Kebijakan Kota Hijau..................................................................................

III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................

3.2 Bahan dan Peralatan ...................................................................................

3.3 Metode dan Analisis Penelitian..................................................................

3.3.1 Jenis Data Penelitian........................................................................

3.3.2 Metode dan Analisis Pulau Bahang Kota........................................

3.3.3 Metode dan Analisis Sistem Dinamik Model Kota Hijau...............

3.3.4 Metode dan Analisis Kondisi Sosial, Ekonomi Masyarakat.............

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis...........................................................................................

4.2 Kondisi Iklim..............................................................................................

4.3 Topografi.....................................................................................................

4.4 Kondisi Penutupan Lahan...........................................................................

4.5 Kondisi Sosial Ekonomi..............................................................................

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pulau Bahang Kota di Kabupaten Bandung.................................................

5.1.1 Sumber Pulau Bahang Kota dari Emisi CO2......................................

5.1.2 Penutupan Lahan.................................................................................

5.1.3 Kondisi Pulau Bahang Kota di Wilayah Penelitian............................

5.1.4 Distribusi Suhu Udara.........................................................................

5.1.5 Peran Ruang Terbuka Hijau dalam Mengatasi Pulau Bahang Kota..

xv

xvi

xviii

xix

1

3

5

5

7

7

8

11

14

22

26

27

34

35

35

35

36

39

42

44

44

48

48

48

51

51

55

58

60

61

Halaman

Page 13: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

12

5.2 Model Kota Hijau.........................................................................................

5.2.1 Pengorganisasian Model....................................................................

5.2.2 Sensitivitas Model dan Evaluasi Model.............................................

5.2.3 Model Baseline Wilayah Kabupaten Bandung..................................

5.2.4 Skenario Model Wilayah Kabupaten Bandung..................................

5.2.5 Model di Wilayah Penelitian..............................................................

5.2.6 Hasil Analisis Simulasi Model Kota Hijau........................................

5.3 Kondisi Sosial Ekonomi...............................................................................

5.4 Kebijakan Pengelolaan Pulau Bahang Kota.................................................

VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan..................................................................................................

6.2. Saran............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

LAMPIRAN............................................................................................................

72

72

78

78

79

82

90

93

97

104

105

106

111

Halaman

xiv

Page 14: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

13

DAFTAR TABEL

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Bahan dan peralatan penelitian..................................................................................

Data primer dan sekunder penelitian.........................................................................

Persentase lapangan pekerjaan penduduk kabupaten Bandung pada tahun 2008 ....

Produk domestik regional bruto Kabupaten Bandung atas dasar harga berlaku

tahun 2008 (x 106 rupiah)..........................................................................................

Jumlah, kepadatan dan pertumbuhan penduduk........................................................

Emisi CO2 yang dikeluarkan oleh rumah tangga dalam menggunakan bahan bakar

di Kabupaten Bandung (2009)...................................................................................

Hasil penghitungan kepadatan kendaraan di Jalan Kopo (November 2009).............

Luas jenis penutupan lahan tahun 2003 dan 2008.....................................................

Kondisi pulau bahang kota di Kabupaten Bandung..................................................

Kondisi fisik ruang terbuka hijau di Kabupaten Bandung.......................................

Taman-taman kota yang terdapat di Kabupaten Bandung.........................................

Suhu dan kelembaban udara di beberapa bentuk dan struktur hutan kota.................

Prakiraan waktu suhu udara ≥ 30 ºC di Kabupaten Bandung....................................

35

35

49

50

51

52

53

56

58

62

63

66

91

Halaman

xv

Page 15: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

14

DAFTAR GAMBAR

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

Kerangka pemikiran membangun model kota hijau melalui penanganan

pulau bahang kota di Kabupaten Bandung....................................................

Pembangunan kota hijau berbasis green growth............................................

Rata-rata CO2 di Hawai.................................................................................

Hasil observasi temperatur global.................................................................

Tiga wilayah penelitian di Kabupaten Bandung...........................................

Konseptualisasi model dalam bentuk diagram sebab akibat (causal loop)

model kota hijau melalui pengendalian efek pulau bahang (urban heat

island)............................................................................................................

Peta wilayah administrasi Kabupaten Bandung……………………………

Curah hujan rataan bulanan Kabupaten Bandung.........................................

Suhu rataan bulanan Kabupaten Bandung....................................................

Kelembaban udara rataan bulanan Kabupaten Bandung..............................

Kecepatan angin rataan bulanan Kabupaten Bandung..................................

Penutupan lahan Kabupaten Bandung tahun 2003........................................

Penutupan lahan Kabupaten Bandung tahun 2008........................................

Distribusi suhu udara tahun 2008 di Kabupaten Bandung............................

Suhu udara di beberapa jenis penutupan lahan di Kabupaten Bandung.......

Kelembaban udara di beberapa jenis penutupan lahan.................................

Kerindangan tajuk di Hutan Kawah Putih dan Hutan Kota Pemda

Kabupaten Bandung......................................................................................

Kerindangan tajuk vegetasi kebun campur dan hutan kota permukiman......

Kerindangan tajuk vegetasi Hutan Kota........................................................

Windrose Kabupaten Bandung......................................................................

Sub model sumber pencemar CO2………………………………………….

Sub model suhu udara………………………………………………………

Sub model penutupan lahan...........................................................................

Model kota hijau Kabupaten Bandung..........................................................

Model baseline Wilayah Kabupaten Bandung lima puluh tahun ke depan..

Hasil simulasi model skenario hijau di wilayah Kabupaten Bandung lima

puluh tahun ke depan....................................................................................

6

14

17

17

34

41

44

45

46

46

47

55

56

60

64

65

68

68

68

71

74

75

76

77

79

80

Halaman

Page 16: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

15

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

Hasil simulasi model skenario moderat di Kabupaten Bandung lima puluh

tahun ke depan………………………………………………………………

Hasil simulasi model skenario pesimis di Kabupaten Bandung lima puluh

tahun ke depan...............................................................................................

Hasil simulasi model baseline Wilayah I lima puluh tahun ke depan……...

Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah I lima puluh tahun ke depan..

Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah I lima puluh tahun ke

depan………………………………………………………………………..

Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah I lima puluh tahun ke

depan………………………………………………………………………..

Hasil simulasi model baseline Wilayah II lima puluh tahun ke depan..........

Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah II lima puluh tahun ke depan.

Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah II lima puluh tahun ke

depan………………………………………………………………………..

Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah II lima puluh tahun ke

depan………………………………………………………………………..

Hasil simulasi model baseline Wilayah III lima puluh tahun ke depan…….

Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah III lima puluh tahun ke

depan………………………………………………………………………..

Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah III lima puluh tahun ke

depan………………………………………………………………………..

Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah III lima puluh tahun ke

depan………………………………………………………………………..

81

81

82

83

84

84

85

86

86

87

88

88

89

90

Halaman

xvii

Page 17: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

16

DAFTAR LAMPIRAN

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

Uji sensitivitas pengaruh perubahan jumlah kendaraan roda dua dengan suhu

udara...........................................................................................................................

Uji sensitivitas pengaruh perubahan jumlah kendaraan roda empat dengan suhu

udara...........................................................................................................................

Uji sensitivitas pengaruh perubahan jumlah industri dengan suhu udara..................

Uji sensitivitas pengaruh perubahan jumlah penduduk dengan suhu udara..............

Uji sensitivitas pengaruh perubahan luas lahan terbangun dengan suhu udara.........

Uji sensitivitas pengaruh perubahan luas ruang terbuka hijau dengan suhu udara....

Volume kendaraan bermotor yang beroperasi setiap jamnya di ruas jalan

Kabupaten Bandung pada tahun 2006........................................................................

Persamaan model…………………………………………………………………...

Hasil simulasi model baseline Wilayah Kabupaten Bandung ……..........................

Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah Kabupaten Bandung.........................

Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah Kabupaten Bandung....................

Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah Kabupaten Bandung.....................

Hasil simulasi model baseline Wilayah I..................................................................

Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah I.........................................................

Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah I....................................................

Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah I.....................................................

Hasil simulasi model baseline Wilayah II.................................................................

Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah II.......................................................

Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah II..................................................

Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah II...................................................

Hasil simulasi model baseline Wilayah III................................................................

Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah III......................................................

Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah III.................................................

Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah III..................................................

Kuesioner untuk anggota masyarakat Kabupaten Bandung………………………..

Daya rosot CO2 beberapa jenis tumbuhan yang dapat dikembangkan di Kabupaten

Bandung.....................................................................................................................

112

112

112

113

113

113

114

115

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

136

Halaman

Page 18: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

17

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Albedo (α) Perbandingan antara jumlah radiasi gelombang pendek yang

dipantulkan dengan jumlah radiasi gelombang pendek yang

diterima suatu permukaan.

Emisi Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang

dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau

dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai

dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.

Evaporasi Evaporasi yaitu penguapan dari tanah dan badan air (sungai,

danau, laut)

Evapotranspirasi Evapotranspirasi, yaitu penguapan yang terjadi pada

permukaan air, tanah, maupun tumbuhan.

Hutan Menurut Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa

hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang

didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

dipisahkan.

Hutan Kota Peraturan Pemerintah No.63 Tahun 2002 tentang hutan kota,

yang dimaksud dengan hutan kota adalah suatu hamparan

lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan

rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara

maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh

pejabat yang berwenang.

Iklim Mikro Kondisi fisik lapisan atmosfer yang dekat permukaan tanah

atau di sekitar tanaman, seperti suhu, kelembaban, tekanan

udara, dan dinamika energy radiasi surya.

ILD Indeks Luas daun (ILD) atau disebut juga Leaf Area Index,

adalah luas daun di atas suatu luas lahan.

Page 19: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

18

Kawasan Perkotaan Menurut Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007, yang

dimaksud kawasan perkotaan adalah wilayah yang

mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan

fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,

pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Landsat ETM+ Land Satellite Enhanced Thematic Mapper Plus, merupakan

satelit komersial modifikasi dari TM dengan pengayaan pada

kanal 8.

Laten Heat Flux (LE) Perpindahan bahang laten melalui proses evapotranspirasi.

Model Merupakan abstraksi dari sebuah sistem, yang merupakan

kegiatan membawa dunia nyata ke dalam dunia tak nyata

tanpa kehilangan sifat-sifat utamanya.

NDVI Normalized Difference Vegetation Index, menggambarkan

seberapa besar penyerapan radiasi matahari oleh tanaman

terutama bagian daun.

NIR Reflektansi kanal infra merah dekat (kanal 2)

RH Relative Humidity, adalah perbandingan dalam persen antara

tekanan uap air dengan tekanan uap air jenuh pada suhu

yang sama.

Ruang Terbuka Hijau Menurut Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007, ruang

terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau

mengelompok, yang penggu-naannya lebih bersifat terbuka,

tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah

maupun yang sengaja ditanam.

Radiasi Neto Radiasi bersih, yaitu selisih antara radiasi yang diserap

dengan radiasi yang dipancarkan oleh suatu benda atau

permukaan.

Sensible Heat Flux (H) Merupakan salah satu komponen neraca energi yang

digunakan untuk memanaskan udara di atas permukaan.

Soil Heat Flux (G) Merupakan salah satu komponen neraca energi yang

digunakan untuk memanaskan permukaan dan kedalaman

tanan melalui proses konduksi.

xx

Page 20: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

19

Suhu Udara (Ta) Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari

pergerakan molekul-molekul. Skala suhu udara yang sering

digunakan adalah skala celsius dan fahrenheit.

THI Temperature Humidity Index, adalah indeks kenyamanan

manusia dengan satuan °C yang ditentukan oleh suhu dan

kelembaban udara. Nilai kisaran THI nyaman tergantung

letak lintang.

Transpirasi Proses hilangnya air dalam tumbuhan akibat penguapan

melalui stomata daun.

Udara Ambien Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada

lapisan troposfir yang mempengaruhi kesehatan manusia,

makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.

Urban Heat Island Kondisi dimana udara (atmosfer) di atas kawasan perkotaan

digambarkan seperti pulau udara dengan permukaan panas

yang terpusat di area urban (kota). Suhu udara semakin

menurunke arah sub urban dan rural.

VIS Reflektansi kanal cahaya tampak (kanal 2)

xxi

Page 21: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permasalahan lingkungan saat ini semakin meningkat. Salah satu masalah

lingkungan global yang dihadapi banyak negara adalah terjadinya pulau bahang kota

(urban heat island) di beberapa kawasan perkotaan di dunia termasuk kota-kota di

Indonesia. Urban heat island (pulau bahang kota) menyebabkan heat island effect

(efek pulau bahang) yang dicirikan dengan suhu udara di area perkotaan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan suhu udara di sekitarnya. Beberapa kota di dunia yang

sudah mengalami efek pulau bahang adalah Los Angeles, London, Bogota, beberapa

kota di Swedia, Philadelphia, dan Guangzhou. Beberapa kota di Indonesia juga sudah

mengalami efek pulau bahang yaitu Jakarta, Surabaya, Semarang dan juga Kota dan

Kabupaten Bandung.

Pulau bahang kota disebabkan oleh tingginya gas rumah kaca dan persentase

lahan terbangun di perkotaan. Gas rumah kaca (CO2, N2O, CFC, CH4) dihasilkan dari

berbagai aktivitas manusia (transportasi, industri, sampah). Berbagai Aktivitas di

perkotaan, menyebabkan terjadinya akumulasi gas-gas rumah kaca di atmosfer

sehingga menyebabkan pancaran radiasi balik gelombang panjang terperangkap oleh

gas-gas tersebut sehingga menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Efek rumah kaca

di kawasan perkotaan ini membentuk pulau bahang kota dan menyebabkan suhu

udara di kota lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya (Voogt 2002).

Gas rumah kaca khususnya CO2 penyebab efek pulau bahang di Kabupaten

Bandung dihasilkan oleh berbagai aktivitas transportasi, industri dan persampahan.

Produksi CO2 dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan terus meningkatnya

jumlah penduduk. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik Kabupaten Bandung (2006

dan 2009), jumlah penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2005 tercatat berjumlah

2.952.042 orang, dan pada tahun 2008 naik menjadi 3.127.008 orang. Rata-rata laju

pertumbuhan penduduk sebesar 1,95 %.

Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan akan

transportasi juga meningkat. Jumlah kendaraan pada tahun 2003 tercatat 76.144

kendaraan roda dua dan 22.670 kendaraan roda empat. Pada tahun 2008 meningkat

menjadi 181.605 kendaraan bermotor roda dua, dan 28.411 kendaraan bermotor roda

empat. Laju peningkatan kendaraan roda dua 27,7 %/tahun, dan kendaraan bermotor

roda empat 5,06 %/tahun.

Page 22: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

2

Aktivitas manusia di perkotaan dari transportasi, industri dan sampah,

mengakibatkan polutan udara di perkotaan meningkat. Ditambah dengan posisi

Kabupaten Bandung terletak di daerah cekungan, maka polutan udara yang terbawa

aliran udara mengalami stagnasi sehingga pengenceran polutan di Kabupaten

Bandung tidak efektif. Sebagai gambaran, hasil penelitian Soedomo (2001)

menyatakan bahwa emisi polutan udara antropogenik SO4 di Jakarta 20.503 ton/tahun,

dan Bandung 2.472 ton/tahun. Namun pembebanan SO4 di Jakarta lebih kecil

dibandingkan dengan Kabupaten Bandung. Di Jakarta sebesar 4,34 kg/ha/thn,

sedangkan di Kabupaten Bandung 5,37 kg/ha/thn.

Selain diakibatkan oleh polutan udara, efek pulau bahang dipengaruhi oleh jenis

penutupan lahan. Lahan terbangun meningkatkan efek pulau bahang yang

mengakibatkan suhu udara semakin tinggi. Salah satu cara untuk mengatasi efek

pulau bahang adalah dengan meningkatkan ruang terbuka hijau. Tetapi faktanya

adalah berkebalikan dengan jumlah kendaraan bermotor, jumlah penduduk dan lahan

terbangun, ruang terbuka hijau terus berkurang dari 119.150 ha (tahun 2003) menjadi

105.532 ha (tahun 2008).

Tursilowati (2002) menyatakan bahwa hasil pengamatan secara spasial di

Bandung, terlihat adanya perluasan efek pulau bahang (daerah dengan suhu tinggi 30-

35 °C) di pusat kota Bandung per tahun sebesar kira-kira 12.606 ha atau 4,47 % yang

terletak pada kawasan terbangun (permukiman dan industri). Menurut Tursilowati,

pertumbuhan kawasan terbangun menyebabkan perluasan efek pulau bahang. Hasil

penelitian Tursilowati juga menyebutkan bahwa pertumbuhan kawasan terbangun di

Bandung per tahun kurang lebih 1.029 ha (0,36%).

Meskipun pemerintah daerah sudah membuat kebijakan yang mendukung

terwujudnya Kabupaten Bandung sebagai kota hijau, serta sudah menuangkannya

dalam perencanaan dan pengembangan ruang terbuka hijau didalam rencana

pembangunan jangka menengah dan jangka panjang, serta dalam rencana tata ruang

wilayah (RTRW), tetapi karena belum menjadi prioritas penting dalam pembangunan

daerah maka pelaksanaannya belum dapat mengatasi permasalahan lingkungan

khususnya masalah pulau bahang kota.

Meskipun kondisi perkotaan belum seperti yang diharapkan dan pemerintah

daerah belum secara eksplisit mencanangkan diri sebagai kota hijau tetapi target

pemerintah daerah untuk mewujudkan Kabupaten Bandung menjadi kota yang bersih

dan teduh adalah merupakan bagian dari kriteria kota hijau. Untuk mewujudkan target

Page 23: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

3

tersebut maka masalah efek pulau bahang perlu segera ditangani agar iklim mikro

perkotaan menjadi lebih baik dan nyaman.

Salah satu cara untuk mewujudkan Kabupaten Bandung menjadi kota hijau

adalah dengan cara mengkaji faktor-faktor penyebab terjadinya pulau bahang kota

serta memformulasikannya dalam sebuah model yang dapat dijadikan acuan dalam

membuat kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi, serta

lingkungan yang ada. Melalui simulasi model, maka akan didapatkan skenario terbaik

yang dapat menjadi dasar pengambilan keputusan dalam mewujudkan keberlanjutan

ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan dalam pembangunan daerah sehingga akan

dapat mewujudkan Kabupaten Bandung menjadi kota hijau.

1.2. Kerangka Pemikiran

1.2.1. Sosial Ekonomi Masyarakat dan Kebijakan Pemerintah Daerah

Kebijakan pemerintah daerah sangat menentukan kondisi sosial ekonomi

masyarakat. Begitu pula sebaliknya, kondisi sosial ekonomi masyarakat akan menjadi

dasar pertimbangan penentuan kebijakan pemerintah daerah. Salah satu kebijakan

Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dalam meningkatkan kondisi sosial dan

pertumbuhan ekonomi adalah upaya peningkatan kapasitas produksi masyarakat agar

dapat meningkatkan pendapatan per kapita dan lapangan kerja. Selain itu, juga adanya

kebijakan peningkatan pertumbuhan industri yaitu dengan memberikan berbagai

program pengembangan industri kecil dan menengah, pengembangan cluster industri,

pengembangan teknologi dan pengembangan sentra-sentra industri potensial.

1.2.2. Pulau Bahang Kota

Kondisi sosial ekonomi masyarakat serta kebijakan yang diputuskan dan

dijalankan pemerintah daerah, sangat menentukan pertumbuhan lahan terbangun,

jumlah penduduk, industri, jumlah kendaraan bermotor, serta kondisi ruang terbuka

hijau. Aktivitas industri dan transportasi menyebabkan emisi gas rumah kaca ke

atmosfer. Selain itu emisi gas rumah kaca juga dihasilkan dari pemanfaatan bahan

bakar fosil untuk berbagai aktivitas penduduk (memasak, penerangan), serta dari

limbah sampah.

Akumulasi emisi gas rumah kaca khususnya gas CO2 dari berbagai aktivitas

manusia di perkotaan, menyebabkan konsentrasi gas CO2 di atmosfer menjadi tinggi

dan berakibat terjadinya efek rumah kaca. Efek rumah kaca terjadi ketika gas CO2

Page 24: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

4

yang terakumulasi di perkotaan menyerap radiasi balik berupa radiasi gelombang

panjang. Akibatnya radiasi gelombang panjang terperangkap di atmosfer khususnya

troposfer di atas perkotaan, dan menyebabkan suhu udara di perkotaan lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Efek rumah kaca yang terjadi di kawasan

perkotaan dan menyebabkan suhu udara di perkotaan lebih tinggi dibandingkan

dengan kawasan sekitarnya, dan seperti pulau tersendiri, maka kondisi seperti ini

disebut dengan efek pulau bahang (Voogt 2002).

Selain dipengaruhi oleh gas CO2, efek pulau bahang juga dipengaruhi oleh

nilai albedo dari tutupan lahan yang ada. Albedo merupakan perbandingan radiasi

yang dipantulkan dengan radiasi yang datang di suatu permukaan (Geiger et al. 1961).

Dari nilai albedo dan radiasi surya yang masuk ke permukaan bumi, dapat

diperkirakan nilai radiasi neto (radiasi yang datang dikurangi radiasi yang keluar).

Radiasi neto dari lahan terbangun digunakan untuk memanaskan lahan terbangun

tersebut dan udara yang ada di atasnya. Area bervegetasi menggunakan radiasi neto

untuk evapotrans-pirasi sehingga pemanasan udara di atasnya rendah. Kondisi ini

menyebabkan area bervegetasi mempunyai suhu udara yang rendah. Persentase yang

tinggi dari lahan terbangun di perkotaan menyebabkan radiasi neto hanya digunakan

untuk memanaskan benda tersebut dan udara yang berada di atasnya sehingga area

yang didominasi lahan terbangun suhu udaranya tinggi.

Emisi CO2 dan persentase lahan terbangun yang tinggi, serta rendahnya

persentase ruang terbuka hijau, menyebabkan efek pulau bahang semakin meningkat.

Efek pulau bahang yang terjadi di berbagai perkotaan akan meningkatkan pemanasan

global yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi kondisi suhu udara di perkotaan

tersebut. Oleh karena itu penanganan permasalahan pulau bahang kota yang saat ini

sudah terjadi di banyak negara, akan membantu upaya mitigasi pemanasan global.

1.2.3. Kota Hijau

Wildsmith (2009) menyatakan bahwa kota hijau (green city) adalah sebuah

kota dengan kondisi ekosistem berkeseimbangan sehingga fungsi dan manfaatnya

berkelanjutan. Berdasarkan pengertian ini maka salah satu strategi dalam mewujudkan

kota hijau adalah melalui cara penanganan permasalahan lingkungan perkotaan yaitu

masalah pulau bahang kota. Pulau bahang kota dapat diatasi dengan cara

mengendalikan laju peningkatan emisi CO2, serta upaya peningkatan absorbsi CO2.

Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian parameter sumber emisi CO2

Page 25: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

5

(transportasi, industri, manusia) serta perlu dilakukan upaya peningkatan absorbsi

CO2 dengan cara mengembangkan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau berperan

dalam menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara melalui proses

fotosintesis dan evapotranspirasi. Dengan peran ganda ini maka ruang terbuka hijau

sangat penting dalam perbaikan kondisi iklim mikro perkotaan dan perbaikan

kenyamanan kota. Suhu udara dan kondisi iklim mikro perkotaan yang nyaman dapat

menciptakan kota hijau yang akan berdampak positif terhadap perkembangan sosial

ekonomi masyarakat serta akan menjadi dasar pembuatan kebijakan yang lebih baik

dan lebih ramah lingkungan. Kerangka pemikiran membangun model kota hijau

melalui penanganan pulau bahang kota, disajikan pada Gambar 1.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengkaji kondisi pulau bahang kota yang terdiri dari kajian potensi emisi gas

CO2, ruang terbuka hijau, dan distribusi suhu permukaan di wilayah perkotaan

Kabupaten Bandung.

2. Membuat model kota hijau Kabupaten Bandung melalui penanganan pulau

bahang kota (urban heat island).

1.4. Hipotesa

Kota hijau di Kabupaten Bandung akan dapat diwujudkan dengan menangani

pulau bahang kota yaitu dengan cara mengendalikan sumber emisi CO2, mening-

katkan ruang terbuka hijau dan mengendalikan pertumbuhan lahan terbangun. Selain

faktor lingkungan, kota hijau dapat diwujudkan dengan meningkatkan kondisi sosial

ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi dan lingkungan yang berjalan secara

seimbang akan dapat mewujudkan kota hijau sehingga fungsi dan manfaatnya dapat

berkelanjutan.

Lahan Jumlah

Kondisi Sosial

Ekonomi Kebijakan

Pemerintah

Page 26: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

6

Keterangan : : Meningkatkan

: Menurunkan

Sumber : Dunn (2003), WWF dan PWC (2011), Voogt (2002), Wang (2009), dan

Wildsmith (2009)

Gambar 1 Kerangka pemikiran membangun model kota hijau melalui

penanganan pulau bahang kota di Kabupaten Bandung.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

Jumlah

Unit Industri

MODEL

KOTA

HIJAU

Albedo

Evapotranpirasi

Sampah Pernapasan

Pem

anas

anG

lob

al

Bahan

Bakar

Fosil

Jumlah

Kendaraan

Page 27: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

7

1. Bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

pengelolaan lingkungan, khususnya pengetahuan dalam mengatasi pulau

bahang kota yang saat ini menjadi permasalahan perkotaan, baik di Indonesia

maupun di dunia.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam pembuatan

kebijakan di Kabupaten Bandung serta kota-kota lain di Indonesia sehingga

akan dapat membantu mengatasi permasalahan pemanasan perkotaan serta

dapat menjadi dasar menentukan strategi dalam mewujudkan kota hijau.

1.6. Kebaruan (Novelty)

Kebaruan dari penelitian ini adalah adanya konsep penanganan pulau bahang

kota untuk mewujudkan kota hijau dengan merumuskan parameter penentu pulau

bahang kota yang terdiri dari parameter jenis penutupan lahan (lahan terbangun,

tanah terbuka, ruang terbuka hijau) dan parameter sumber emisi CO2 (transportasi,

industri, sampah, konsumsi energi domestik), serta mempertimbangkan kondisi

sosial ekonomi masyarakat agar pembangunan berjalan secara berkesimbangan

antara kondisi ekonomi, sosial dan ekologi. Kebaruan lain dari penelitian ini adalah

adanya model kota hijau melalui penanganan pulau bahang kota sehingga

memudahkan dalam proses pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan.

Page 28: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemodelan Sistem

2.1.1. Pengertian Pemodelan Sistem

Purnomo (2005) menyatakan bahwa pemodelan sistem adalah sebuah

pengetahuan dan seni. Pengetahuan karena dalam sistem dibangun logika yang jelas

dengan urutan yang logis, sedangkan pemodelan merupakan seni karena mencakup

bagaimana menuangkan gagasan manusia atas dunia nyata dengan segala

keunikannya dalam sebuah model.

Sistem sendiri dapat diartikan sebagai gugus atau kumpulan dari komponen yang

saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan

tertentu (Hartrisari (2007). Suatu sistem dapat terdiri dari beberapa subsistem.

Hartrisari (2007) juga menyatakan bahwa sistem dapat digolongkan menjadi dua jenis

yaitu sistem terbuka (open system) dan sistem tertutup (closed system). Sistem

terbuka merupakan sistem yang outputnya merupakan tanggapan dari input, namun

output yang dihasilkan tidak memberikan umpan balik terhadap input. Sedangkan

sistem tertutup, output memberikan umpan balik terhadap input.

Teori sistem erat hubungannya dengan sibernetika dan dinamika sistem (system

dynamics), yaitu model-model yang terdiri dari jaringan peubah yang berubah

menurut waktu. Sibernetika (cybernetics) yaitu studi tentang organisasi, komunikasi

dan kontrol dalam sistem kompleks dengan berfokus pada umpan balik. Teori sistem

digunakan dalam sain-sain kompleksitas (sciences complexity). Sedangkan analisis

sistim (system analysis) merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip sistem untuk

membantu pengambilan keputusan.

Purnomo (2005) menjelaskan bahwa pemodelan merupakan aspek penting dari

teori sistem, terutama berhubungan dengan pemanfaatan teori sistem dalam aspek

yang lebih praktis. Model merupakan abstraksi dari sebuah sistem. Sedangkan sistem

adalah dunia nyata, dan model merupakan kegiatan membawa dunia nyata ke dalam

dunia tak nyata tanpa kehilangan sifat-sifat utamanya. Model dapat digunakan untuk

melakukan beragam percobaan atau perlakuan. Dampak dari percobaan tersebut

dapat diprediksi sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan.

Page 29: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

9

Model yang dibangun harus diuji sensitivitasnya terhadap stimulus yang

diberikan terhadap model tersebut. Jika hasil uji sensitivitas terhadap model utuh

maupun terhadap masing-masing variabel kunci menunjukkan bahwa ada perubahan

kinerja model apabila diberikan suatu stimulus, maka dapat dikatakan model yang

dibangun tersebut sensitif (Muhammadi et al. 2001). Selain uji sensitivitas, menurut

Purnomo (2005), sebelum model digunakan harus dilakukan evaluasi model dengan

cara pengamatan kelogisan model, pengamatan perilaku model dan membandingkan

dengan konseptualisasi model, serta membandingkan perilaku model dengan data

yang didapat dari system (dunia nyata).

2.1.2. Penelitian Pemodelan Sistem Dinamik

Sistem bersifat dinamis. Dalam sistem, antar komponen berubah menurut waktu.

Purnomo (2005) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan dinamika sistem adalah

studi mengenai perubahan sistem menurut waktu dengan memperhatikan umpan balik.

Sedangkan pemodelan sistem dinamik merupakan kegiatan membawa dunia nyata ke

dalam dunia tak nyata tanpa kehilangan sifat-sifat utamanya, serta model tersebut

bersifat dinamis berubah menurut waktu.

Telah banyak dilakukan penelitian mengenai pemodelan sistem dinamik, tetapi

belum ada pemodelan sistem dinamik yang menggambarkan sistem perkotaan dengan

permasalahan pulau bahang kota yang mengaitkan antara sumber-sumber emisi CO2,

albedo, dinamika perubahan luas berbagai jenis penutupan lahan, serta dampaknya

terhadap iklim mikro perkotaan khususnya suhu udara.

Fong et al. (2006) melakukan penelitian menggunakan model sistem dinamik

baru terbatas untuk menduga konsumsi energi di perkotaan. Model terdiri dari empat

sub model, yaitu sub model perumahan, komersial, industri, dan transportasi.

Berdasarkan simulasi model, diketahui bahwa pendorong utama terjadinya

peningkatan konsumsi energi adalah adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan

tingkat konsumsi energi oleh industri, konsumsi energi oleh penduduk di perumahan,

dan konsumsi energi aktivitas komersial.

Anand et al. (2005) melakukan penelitian lebih spesifik yaitu memprakirakan

emisi CO2 dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik untuk menghitung dan

melakukan mitigasi terhadap emisi CO2 dari aktivitas industri semen di India. Anand

at al. (2005) memprediksi emisi CO2 dua puluh tahun ke depan dengan baseline

tahun 2000. Berdasarkan model tersebut dijelaskan bahwa variabel populasi manusia

Page 30: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

10

sangat mempengaruhi permintaan dan produksi semen. Semakin meningkat jumlah

manusia, maka semakin meningkat pula permintaan akan semen, dan menyebabkan

emisi CO2 semakin meningkat pula. Dengan kondisi saat ini, diperkirakan emisi CO2

pada tahun 2020 adalah sebanyak 396,89 juta ton. Dengan menggunakan skenario

mitigasi emisi CO2 yang terdiri dari intervensi kebijakan untuk menstabilkan

pertumbuhan penduduk, pembatasan kelebihan produksi semen, melakukan

manajemen struktural, efisiensi energi, akan dapat menurunkan emisi CO2 pada tahun

2020 hingga mencapai 42%.

Model sistem dinamik juga digunakan Lee (2005) untuk memprakirakan

penyebab dan dampak dari emisi gas rumah kaca di Kota New York. Lee (2005)

membuat model sistem dinamik berdasarkan data emisi gas rumah kaca yang

dikeluarkan oleh Kota New York. Variabel aktivitas sumber emisi CO2 dalam model

tersebut terdiri dari konsumsi listrik, konsumsi bahan bakar fosil untuk pemanas udara,

serta konsumsi bahan bakar transportasi. Simulasi model dibuat untuk memprakirakan

emisi gas CO2 25 tahun ke depan yaitu dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2030.

Emisi gas rumah kaca di Kota New York pada tahun 2005, diperkirakan 58,8

juta metric ton equivalent (mt CO2e). Berdasarkan prakiraan model sistem dinamik,

pada tahun 2030 emisi gas CO2 meningkat menjadi 73 juta metric ton. Dengan

membuat skenario efisiensi energi dan penurunan konsumsi energi pada level moderat,

diperkirakan emisi CO2 tahun 2005 sebanyak 58 mt CO2e, sedangkan pada tahun

2030 diperkirakan menurun menjadi 54 mt CO2e. Apabila menggunakan skenario

yang lebih ketat, maka emisi CO2 dapat ditekan menjadi 43 mt CO2e pada tahun 2005,

dan 40 mt CO2e pada tahun 2030.

Dahlan (2007) melakukan penelitian mengenai kebutuhan luas hutan kota yang

berfungsi sebagai sink gas CO2 antropogenik. Berdasarlan simulasi model, Dahlan

(2007) menjelaskan bahwa kebutuhan luas hutan kota di Kota Bogor dengan jenis

vegetasi berdaya sink tinggi yaitu berkisar 5500 – 6500 ha. Dalam kurun waktu

sampai tahun 2100, diperkirakan lahan terbangun yang dibutuhkan untuk menampung

penduduk yaitu 8.032,11 ha (67,78%) dengan bangunan dua lantai, sedangkan luas

hutan kota yang dibutuhkan yaitu 1.278,81 ha (10,79%).

Page 31: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

11

2.2. Kota Hijau (Green City)

2.2.1. Kawasan Perkotaan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penye-

lenggaraan Penataan Ruang, dijelaskan bahwa kawasan perkotaan adalah wilayah

yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan

sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

2.2.2. Kota Hijau

a. Pengertian Kota Hijau

Menurut Wildsmith (2009), green city (kota hijau) juga dapat disebut sustainable

city (kota yang berkelanjutan) atau eco-city (kota berbasis ekologi), yaitu kota yang

dalam melaksanakan pembangunan didesain dengan mempertimbangkan lingkungan

sehingga fungsi dan manfaatnya dapat berkelanjutan. Green city dapat terwujud jika

masyarakat yang tinggal di dalamnya melakukan penghematan (minimisasi)

pemanfaatan energi dan air. Selain itu juga melakukan minimisasi buangan penyebab

panas, serta melakukan pencegahan pencemaran air dan udara. Selain elemen-elemen

tersebut Wildsmith (2009) juga menambahkan elemen sosial dan budaya. Sehingga

green city merupakan kota yang melakukan pembangunan berkelanjutan secara

ekonomi, sosial, dan ekologi sehingga tercipta keseimbangan diantara manusia dan

alam.

Mori dan Christodoulou (2011), mengartikan kota hijau sebagai kota

berkelanjutan. Yang dimaksud dengan kota berkelanjutan adalah sebuah kota yang

dalam melakukan pembangunan berasaskan keadilan antara generasi saat ini dengan

generasi yang akan datang. Pembangunan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan saat

ini tanpa mengorbankan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan generasi yang

akan datang. Seperti halnya Wildsmith (2009), Mori dan Christodoulou (2011) juga

mensyaratkan keseimbangan biofisik, sosial dan ekonomi yang berkeseimbangan

dalam pelaksanaan pembangunan kota berkelanjutan.

Roseland (1997) mendefinisikan green city sebagai eco-city, yaitu kota yang

berbasis ekologi dengan beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai berikut :

1) merevisi penataan penggunaan lahan agar menjadi lebih memperhatikan kebutuhan

akan ruang terbuka hijau dan kenyamanan di pusat-pusat permukiman dan area dekat

Page 32: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

12

transportasi, 2) Perlu memperhatikan kebutuhan transportasi ramah lingkungan,

3) Merehabilitasi lingkungan perkotaan yang rusak (sungai, pantai, lahan basah),

4) Mendukung kegiatan penghijauan, pertanian masyarakat lokal, 5) Sosialisasi daur

ulang limbah, teknologi inovatif tepat guna, 6) Menciptakan keadilan sosial dengan

memberikan kesempatan pada wanita dan orang cacat untuk berperan serta menikmati

pembangunan, 7) Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berbasis ekologi yaitu

dengan menurunkan limbah dan polusi, serta menggunakan bahan baku yang tidak

berbahaya bagi lingkungan, 8) Mensosialisasikan penghematan pemanfaatan

sumberdaya alam, 9) Meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan melalui kegiatan

pendidikan lingkungan.

b. Permasalahan dalam Mewujudkan Kota Hijau

Permasalahan lingkungan perkotaan yang menghambat terwujudnya kota hijau

adalah disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk serta laju pertambahan

luas lahan terbangun, semakin menurunnya ruang terbuka hijau, terjadinya

pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran tanah, dan terbentuknya pulau

bahang kota.

Pulau bahang kota telah terjadi di beberapa kota di dunia, salah satunya adalah

pulau bahang kota yang terjadi di Guangzhou. Weng dan Yang (2004) menjelaskan

bahwa permasalahan lingkungan yang dihadapi Kota Guangzhou adalah terus

meningkatnya luas suhu udara tinggi di area perkotaan. Luas suhu udara tinggi yang

terus meningkat ini terkait dengan terus meningkatnya populasi penduduk sehingga

meningkatkan luas lahan terbangun, industri dan transportasi, serta merubah tata kota

dan lingkungan fisik Kota Guangzhou. Emisi CO2 dari berbagai aktivitas di

perkotaan serta semakin meningkatnya lahan terbangun dan menurunnya ruang

terbuka hijau di Kota Guangzhou, menyebabkan terbentuknya pulau bahang kota.

Masalah pulau bahang kota juga disebabkan oleh adanya pengembangan kota

yang tidak berdasarkan keberlanjutan ekologi perkotaan. Sektor ekonomi menjadi

prioritas utama pembangunan, lingkungan hidup tidak menjadi perhatian penting.

Berbagai aktivitas di perkotaan menyebabkan terus meningkatnya emisi CO2 dan

peningkatan suhu udara. Berdasarkan penelitian Wang (2009) di China mengenai

analisis permasalahan perencanaan urban green space system. Masalah lingkungan di

Cina diakibatkan karena kesalahan pada level perencanaan yang tidak mementingkan

lingkungan sehingga pelaksanaan pembangunan perkotaan lebih fokus pada sektor

Page 33: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

13

ekonomi sehingga menimbulkan berbagai masalah lingkungan hidup termasuk

pemanasan di perkotaan.

c. Pengelolaan Kota dalam Mewujudkan Kota Hijau

Salah satu cara untuk mewujudkan kota hijau adalah dengan melakukan

pembangunan berkelanjutan yang saat ini dikenal dengan pembangunan berbasis

green growth. World Wide Fund for Nature dan PricewaterhouseCoopers (2011),

mendefinisikan green growth sebagai sebuah konsep pembangunan yang

dilaksanakan dengan mengupayakan keseimbangan ekonomi, sosial, budaya serta

lingkungan hidup. Konsep pembangunan berbasis green growth menurut World Wide

Fund for Nature (WWF) dan PricewaterhouseCoopers (PWC), dilaksanakan berdasar

pada lima pilar penting berikut :

a. Pertumbuhan ekonomi

b. Perbaikan kondisi sosial

c. Konservasi keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan

d. Kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim global

e. Penurunan emisi gas rumah kaca.

Sektor ekonomi sangat penting dalam menggerakkan pembangunan perkotaan.

Ekonomi yang sehat akan meningkatkan kondisi sosial ekonomi dan kesejahteraan

masyarakat yang tinggal di dalamnya. Pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya

harus ditingkatkan. Selain sektor ekonomi dan kondisi sosial masyarakat, yang perlu

menjadi perhatian adalah perlunya memberikan harga (value) tinggi pada sumberdaya

alam dan jasa lingkungan yang ada. Sumberdaya alam termasuk keanekaragaman

hayati dan jasa lingkungan berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem

perkotaan. Keanekeragaman hayati vegetasi ruang terbuka hijau mempunyai jasa

lingkungan melalui perannya dalam mengabsorbsi dan mengadsorbsi berbagai polutan

udara, memperbaiki iklim mikro perkotaan, meningkatkan estetika lingkungan, me-

ngurangi kebisingan (Dahlan 2004). Oleh karena itu perlu dilakukan pemberdayaan

masyarakat dalam upaya konservasi sumberdaya alam dan jasa lingkungan serta

perbaikan habitat di perkotaan.

Agar sebuah kota dapat melakukan pembangunan berkelanjutan, maka selain

melakukan perbaikan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup, juga harus

meningkatkan kemampuan adaptasi kota tersebut terhadap perubahan iklim global.

Penurunan emisi gas rumah kaca harus dimasukkan dalam perencanaan dan

Page 34: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

14

pelaksanaan pembangunan kota berbasis karbon rendah. Konsep pembangunan

berkelanjutan atau pembangunan berbasis green growth tersebut disajikan pada

Gambar 2.

Sumber : WWF dan PWC (2011)

Gambar 2 Pembangunan kota hijau berbasis green growth.

2.3. Pulau Bahang Kota (Urban Heat Island)

2.3.1. Pengertian Pulau Bahang Kota

Tursilowati (2002), Voogt (2002), Hidayati (1990), Santosa (1998) serta Weng

dan Yang (2004) menyatakan bahwa pulau bahang kota atau urban heat island atau

juga disebut dengan kubah kota terjadi ketika udara di atas perkotaan digambarkan

seperti pulau udara dengan permukaan panas yang terpusat di area urban (kota),

temperaturnya semakin menurun ke arah sub urban dan rural.

Irwan (2008) meneliti pulau bahang kota di Jakarta, Tangerang, Bekasi dan

Bogor. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa pulau bahang kota yang

terjadi di Kota Jakarta menciptakan suhu maksimum di Jakarta Pusat dan Jakarta

Utara. Secara bertahap, suhu udara menurun ke arah selatan (ke arah Bogor). Irwan

(2008) juga menjelaskan bahwa pola pulau panas cenderung melebar ke arah

Tangerang dan Bekasi bagian barat. Perbedaan suhu udara maksimum dan minimum

antara Kota Jakarta dan Bogor mencapai 1 – 3 °C.

Berdasarkan penelitian Effendy (2007), dijelaskan bahwa pulau bahang kota

(UHI) yang terjadi di Jakarta dipicu oleh meningkatnya kepadatan kendaraan (20%),

penambahan ruang terbangun (19%), dan kepadatan populasi (17%). Sedangkan pulau

Green

Growth

Emisi gas rumah

kaca

Pertumbuh-an

rendah karbonAdaptasi

terhadap

perubahan

iklim global

Ekonomi

Keanekaragam-

an hayati dan

jasa lingkungan

Sosial dan

pengurang-an

kemiskinan

Adaptasi

dan

mitigasi

Pertumbuhan

berkeseimba-

ngan

Nilai

sumber-

daya alam

Pember-

dayaan

masyarakat

& habitat

Page 35: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

15

bahang kota yang terjadi di Bogor dipicu oleh meningkatnya semakin meluasnya

ruang terbangun (15%), diikuti oleh menurunnya ruang terbuka hijau (14%), semakin

padatnya kendaraan (14%), serta semakin padatnya populasi (13%). Selain Jakarta

dan Bogor, Kota Tangerang juga sudah mengalami efek pulau bahang. Kontribusi

terbesar terjadinya pulau bahang kota di Tangerang disebabkan oleh semakin

menurunnya ruang terbuka hijau (23%), diikuti oleh perluasan ruang terbangun

(22%0, padatnya populasi (19%), serta padatnya kendaraan (17%).

2.3.2. Sumber Permasalahan Pulau Bahang Kota

Hasil kajian pulau bahang kota yang dilakukan oleh Hidayati (1990), dan

Santosa (1998) membuktikan bahwa dengan adanya pulau bahang kota menyebabkan

suhu udara perkotaan lebih tinggi 0,02 – 1 °C dibandingkan daerah sekitarnya. Suhu

udara yang lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan, disebabkan oleh

tingginya emisi gas rumah kaca (CO2, N2O, CFC, CH4) dan persentase luas lahan

terbangun di perkotaan.

a. Emisi Gas Rumah Kaca

Pulau bahang kota yang terbentuk di area perkotaan diakibatkan oleh tingginya

konsentrasi gas rumah kaca. Gas rumah kaca di perkotaan dihasilkan oleh adanya

emisi gas-gas tersebut dari berbagai aktifitas antropogenik yang menggunakan bahan

bakar fosil (minyak bumi, batubara). Menurut Soedomo ( 2001), pembakaran bahan

bakar minyak bumi merupakan emisi terbesar dari gas rumah kaca. Urutan berikutnya

adalah penggunaan biomassa kayu bakar dan limbah pertanian, dan kemudian

penggunaan gas bumi.

Dahlan (2007) menyatakan bahwa rata-rata penggunaan bahan bakar per orang di

Kota Bogor adalah 134,19 liter bensin/orang/tahun ; 33,55 liter solar/orang/tahun;

6,24 liter diesel/orang/tahu; 84,17 liter minyak tanah/orang/tahun; 5,14 kg

LPG/orang/tahun; dan 0,28 m3 gas/orang/tahun. Berdasarkan simulasi model emisi

gas CO2 di Kota Bogor, diperkirakan emisi pada tahun 2010 sebanyak 600,216 ton

dan meningkat menjadi 848,175 ton pada tahun 2100. Sedangkan Soedomo (2001)

dengan menggunakan acuan tahun 1988 sebagai dasar, memperkirakan kontribusi per

kapita dalam emisi gas rumah kaca per kapita adalah sebesar 1,15 ton /tahun.

Jumlah keseluruhan emisi gas rumah kaca absolut dari hasil kegiatan

antropogenik (kegiatan yang dilakukan oleh manusia) di Indonesia disajikan pada

Page 36: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

16

Tabel 1. Emisi gas absolut di Indonesia adalah sebesar 96,08 juta metrik ton pada

tahun 1980; 154,016 juta metrik ton pada tahun 1985; dan 202,47 juta metrik ton

pada tahun 1988. Karbon dioksida merupakan gas rumah kaca yang terbesar jumlah

emisi absolutnya. Chloro fluoro carbon belum dapat diperkirakan secara pasti

sehingga belum dimasukkan dalam perhitungan.

Pembakaran bahan bakar fosil (bensin, solar, batubara) menyebabkan emisi CO2

dan peningkatan suhu udara. Nowak dan McPherson (1993) menyatakan bahwa

peningkatan CO2 di atmosfer akan menyebabkan peningkatan suhu udara melalui

pemanasan udara akibat adanya penyerapan radiasi gelombang panjang oleh CO2.

Trewartha dan Horn (1995) juga menyatakan bahwa pencemaran atmosfer di kawasan

perkotaan akibat dari emisi polutan udara kendaraan bermotor dan industri, akan

mengakibatkan terperangkapnya radiasi terestrial di troposfer sehingga menghambat

lolosnya radiasi terestrial tersebut ke angkasa. Hal ini menyebabkan suhu udara

menjadi meningkat. Suhu udara selain ditentukan oleh konsentrasi gas rumah kaca,

juga dipengaruhi oleh variabilitas output total energi matahari. Variabilitas energi

matahari menghasilkan perubahan-perubahan dalam intensitas surya yang diterima di

puncak atmosfer bumi serta mengakibatkan variasi iklim termasuk suhu udara

(Trewartha & Horn 1980).

Trewartha dan Horn (1980) juga menyatakan bahwa variasi iklim juga

dipengaruhi oleh posisi matahari dan bumi. Jarak terjauh antara matahari dan bumi

selama peredarannya (aphelion) dan jarak terdekat antara matahari dan bumi

(perihelion), menentukan intensitas radiasi matahari dan suhu udara di permukaan

bumi.

Meskipun suhu udara ditentukan oleh variabilitas output total radiasi matahari

akibat aktivitas matahari serta posisi matahari dan bumi, tetapi suhu udara yang

terukur di permukaan bumi sangat ditentukan oleh konsentrasi gas rumah kaca,

termasuk gas CO2. Peningkatan konsentrasi CO2 menyebabkan kenaikan suhu udara

secara signifikan seperti yang disajikan pada Gambar 3 dan 4.

Efek pulau bahang yang terjadi di beberapa kota di dunia akan meningkatkan

pemanasan global, begitu pula pemanasan global yang terjadi saat ini juga

mempengaruhi proses pemanasan yang terjadi di perkotaan. Oleh karena itu perlu

dilakukan mitigasi dan adaptasi lokal dari masing-masing kota agar pemanasan di

tingkat lokal maupun global dapat dikendalikan.

Page 37: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

17

Gambar 3 Rata-rata CO2 di Hawai.

Gambar 4 Hasil observasi temperatur global.

b. Pengaruh Penutupan Lahan terhadap Pulau Bahang Kota

Selain gas rumah kaca, faktor yang mempengaruhi pulau bahang kota adalah

jenis penutupan lahan. Penutupan lahan yang ada di area perkotan menentukan neraca

radiasi (termasuk pengaruh dari albedo) serta neraca energi di area perkotaan

sehingga akan menentukan kondisi pulau bahang kota.

Tahun

Sumber : Keeling et al. 1989 dalam IPCC 2007

Sumber : Brohan et al. (2006), Smith and

Reynolds (2005), Hansen et al.,

(2001) and Lugina et al. (2005)

dalam IPCC (2007)

Tahun

Page 38: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

18

Neraca Radiasi dan Neraca Energi

Arya (2001) menyatakan bahwa neraca radiasi di suatu permukaan ditentukan

oleh radiasi gelombang pendek dan radiasi gelombang panjang yang datang dan yang

keluar. Radiasi neto merupakan radiasi yang datang dikurangi dengan radiasi yang

keluar. Persamaan neraca radiasi dan neraca energi disajikan pada persamaan berikut :

RS↓ (1 – α) + RL↓ - RL↑ = RN = H + HL + HG + ΔHS

Keterangan : RS↓ : Radiasi gelombang pendek yang masuk

α : Albedo

RL↓ : Radiasi gelombang panjang yang datang

RL↑ : Radiasi gelombang panjang yang keluar

RN : Radiasi neto

H : Panas terasa (sensible heat)

HL : Panas laten (latent heat)

HG : Flux panas permukaan

ΔHS : Perubahan panas tersimpan (energy storage)

Berdasarkan persamaan tersebut, radiasi neto dipengaruhi oleh albedo dari

permukaan. Albedo merupakan perbandingan antara jumlah radiasi surya gelombang

pendek (3-2 µm) yang dipantulkan oleh suatu permukaan dengan radiasi gelombang

pendek yang diterima permukaan tersebut (Geiger et al. 1961). Energi dari radiasi

neto terbagi menjadi beberapa energi yaitu energi panas terasa, panas laten, flux panas

permukaan dan perubahan panas tersimpan.

Berdasarkan persamaan neraca radiasi dan neraca energi (Arya 2001), maka area

yang didominasi oleh vegetasi akan menyebabkan nilai HL (energi yang digunakan

untuk evapotranspirasi) dan ΔHS (energi yang digunakan untuk fotosintesis) tinggi,

sedangkan nilai H dan HG, sehingga suhu udara menjadi rendah. Sebaliknya area

area yang didominasi oleh lahan terbangun menyebabkan nilai H dan HG tinggi

karena radiasi neto digunakan untuk memanaskan permukaan dan memanaskan udara

(panas terasa). Kondisi ini menyebabkan suhu udara tinggi.

Masing-masing jenis penutupan lahan yang ada di perkotaan mempunyai

kemampuan memantulkan dan menyerap radiasi surya (albedo) yang berbeda-beda.

Semakin banyak radiasi surya yang dipantulkan, maka radiasi neto (RN) akan semakin

tinggi sehingga mengakibatkan suhu permukaan tersebut serta suhu udara di

sekitarnya rendah. Sebaliknya, semakin sedikit radiasi yang dipantulkan, maka radiasi

Page 39: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

19

neto akan semakin tinggi (sebagai contoh benda berwarna hitam) sehingga suhu

permukaan dan udara di sekitarnya semakin tinggi.

Radiasi neto yang diserap suatu benda akan dikonduksikan (HG), sehingga

kapasitas panas suatu benda akan sangat menentukan suhu benda tersebut. Dengan

energi yang sama dari radiasi surya yang sampai pada suatu permukaan, akan

mengakibatkan peningkatan suhu permukaan yang berbeda, karena suatu benda

mempunyai nilai albedo, konduktivitas dan kapasitas panas yang berbeda-beda.

Permukaan berupa tanah, rumput, ataupun aspal dan beton mempunyai konduktivitas

panas dan kapasitas panas yang berbeda. Radiasi surya yang jatuh pada permukaan

tersebut akan menyebabkan variasi suhu yang berbeda. Radiasi yang jatuh pada

permukaan berupa aspal dan beton menyebabkan suhu udara di sekitarnya lebih tinggi

dibandingkan jenis permukaan yang lain karena kapasitas panas pada aspal dan beton

lebih rendah (Mather 1974).

Area perkotaan modern, biasanya memiliki lahan terbangun (bangunan-

bangunan beton serta jalan-jalan beraspal) yang mendominasi area tersebut.

Karakteristik kota seperti ini akan mempengaruhi keseimbangan energi dan kondisi

suhu udara perkotaan. Atap yang gelap, bangunan beton, dan jalan-jalan beraspal di

perkotaan, memiliki albedo yang rendah sehingga lebih banyak menyerap radiasi

surya. Penyerapan radiasi surya menyebabkan peningkatan suhu udara, sehingga area

perkotaan memiliki suhu udara yang relatif lebih tinggi dibandingkan area perdesaan

yang masih didominasi oleh ruang terbuka hijau.

Penelitian Xiao dan Weng (2007) mengenai pengaruh jenis penutupan lahan

serta perubahan penutupan lahan terhadap suhu udara di Kota Guiyang, Anshun,

Qingzheng, dan Pingba County, menunjukkan bahwa peningkatan lahan terbangun di

empat kota tersebut yang terjadi dari tahun 1991 sampai 2001, menyebabkan

peningkatan suhu udara dan berakibat semakin lebarnya perbedaan suhu udara antara

area perkotaan (area dengan dominansi lahan terbangun) dengan perdesaan (area yang

didominasi ruang terbuka hijau). Perbedaan suhu udara antara area perkotaan dengan

perdesaan yang signifikan terdapat di Kota Guiyang dan Qingzheng karena kedua

kota tersebut mengalami peningkatan lahan terbangun dengan laju yang lebih tinggi

dibandingkan dua kota yang lain.

Hasil penelitian Akbari (2008) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pada

siang hari di musim panas, suhu udara di kota bisa mencapai 2,5 Kelvin (K) lebih

tinggi. Hal ini disebabkan karena lebih banyak lahan terbangun dan jalan-jalan

Page 40: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

20

dibandingkan daerah sekelilingnya. Peningkatan suhu sebesar 1 K saja menyebabkan

permintaan listrik untuk energi pendingin udara meningkat 2-4 %.

Kaitan antara perluasan lahan terbangun dengan peningkatan suhu udara juga

ditemukan dalam penelitian Tursilowati (2002) yang menunjukkan adanya perluasan

pulau bahang kota di beberapa kota di Indonesia akibat adanya peningkatan luas lahan

terbangun. Di Bandung teramati pulau bahang kota (daerah dengan suhu tinggi 30-

35 °C) pada kawasan terbangun di pusat kota mengalami perluasan kira-kira 12.606

ha atau 4.47% per tahun, sedangkan di Semarang 12.174 ha atau 8,4% per tahun, dan

di Surabaya 1.512 ha atau 4,8% per tahun. Pertumbuhan kawasan terbangun di

Bandung per tahun kurang lebih 1.029 ha (0,36%), Semarang 1.200 ha (0,83%), dan

Surabaya 531,28 ha (1,69%).

Penelitian lain mengenai pulau bahang kota adalah yang dilakukan oleh Weng

dan Yang (2004) di Kota Guangzhou, Cina Selatan. Berdasarkan analisis peng-

inderaan jauh, didapat informasi bahwa penutupan lahan sangat berpengaruh terhadap

terbentuknya pulau bahang kota. Berdasarkan analisis data suhu permukaan pada

tanggal 29 Agustus 1997, terukur suhu permukaan terendah terdapat pada penutupan

lahan hutan (29,88 °C), diikuti dengan lahan pertanian (30,96 °C) dan suhu per-

mukaan tertinggi terukur pada tanah tandus (32,94 °C). Hasil penelitian Weng dan

Yang (2004) juga menyebutkan bahwa akibat perkembangan kota dan peningkatan

lahan terbuka, menyebabkan suhu udara perkotaan meningkat dari 22,50 °C pada

tahun 1989 menjadi 34,75 °C pada tahun 1997.

Sarkar (2004) juga meneliti kaitan fenomena pulau bahang kota dengan

perubahan dan kerapatan tutupan lahan dengan menggunakan remote sensing dan

GIS (Geographic Information System). Tutupan lahan yang dijadikan variabel bebas

adalah vegetasi, bangunan, jalan, lahan basah dan lahan terbuka. Nilai tutupan lahan

ditentukan oleh nilai sampel dari gambar satelit. Urban heat island dianalisis dengan

menggunakan composite band (6 red, 4 green dan 4 blue). Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa urban heat island (pulau bahang kota) merupakan masalah yang

timbul akibat adanya perkembangan kota yang diakibatkan adanya peningkatan luas

lahan terbangun dan semakin berkurangnya ruang terbuka hijau.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Effendy (2007) yang mengkaji keterkaitan

antara ruang terbuka hijau dengan urban heat island di wilayah JABOTABEK

(Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi). Variabel yang dianalisis adalah perubahan

indeks kenyamanan dan neraca energi permukaan khususnya terhadap fluks LE (latent

Page 41: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

21

heat flux) dan H (sensible heat flux). Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan

bahwa titik kritis pengurangan ruang terbuka hijau untuk Kota Jakarta, Kota dan

Kabupaten Bogor adalah sebesar 30%, artinya setiap pengurangan ruang terbuka hijau

yang melampaui batas tersebut maka akan mengakibatkan kenaikan suhu udara

dengan laju dua kali lipat dibandingkan dengan pengurangan ruang terbuka hijau di

bawah 30%. Hal sama berlaku untuk Kota dan Kabupaten Tangerang yang

mempunyai batas kritis pengurangan ruang terbuka hijau yang lebih kecil yaitu 15 dan

20%, sementara Kota dan Kabupaten Bekasi pada batas kritis yang lebih besar hingga

35%. Rata-rata wilayah JABOTABEK (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi) mempu-

nyai titik kriitis pengurangan ruang terbuka hijau sebesar 28%

Evaporasi dan Evapotranspirasi Berbagai Jenis Penutupan Lahan

Evaporasi adalah transfer massa uap air dan energi dari suatu permukaan ke

atmosfer (penguapan). Sedangkan transpirasi adalah kehilangan air dari vegetasi

melalui proses penguapan. Evapotranspirasi adalah kombinasi diantara evaporasi dan

transpirasi (Mather 1974). Evaporasi dan transpirasi selain ditentukan oleh faktor

iklim (radiasi, suhu udara, kelembaban udara, perbedaan tekanan udara, angin) juga

ditentukan oleh jenis vegetasi.

Vegetasi mempengaruhi suhu udara selain karena mempunyai nilai albedo

tersendiri yang menentukan pemantulan dan penyerapan radiasi surya, juga karena

vegetasi melakukan proses evapotranspirasi. Area perdesaan dengan persentase ruang

terbuka hijau yang masih tinggi, maka radiasi surya yang sampai permukaan selain

dikonduksikan juga digunakan untuk evapotranspirasi sehingga suhu permukaan serta

suhu udara di sekitarnya lebih rendah. Oleh karena itu vegetasi memainkan peranan

yang signifikan dalam mengurangi jumlah radiasi balik termal ke atmosfir,

menurunkan suhu udaradan terbukti efektif menekan efek pulau bahang.

Vegetasi memiliki peran penting dalam menurunkan suhu udara. Sebaliknya

lahan terbangun dan lahan terbuka menyebabkan peningkatan suhu udara. Hal ini

didukung oleh pendapat Trewartha dan Horn (1995) yang menyatakan bahwa

kawasan perkotaan umumnya sangat kurang vegetasi. Kondisi ini menyebabkan

evaporasi rendah, dan mengakibatkan sebagian besar energi radiasi yang diterima

dikonduksikan ke permukaan serta digunakan untuk memanaskan udara sehingga

suhu udara meningkat.

Page 42: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

22

2.4. Ruang Terbuka Hijau

2.4.1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau sangat menentukan kondisi pulau bahang kota, terutama

berperan dalam mengurangi gas CO2 melalui proses fotosintesis, serta dalam proses

evapotranspirasi yang mempunyai pengaruh positif dalam menurunkan suhu udara

perkotaan. Pengertian ruang terbuka hijau berdasarkan UU Republik Indonesia No. 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, adalah area memanjang/jalur dan/atau

mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,

baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Berdasarkan PP

Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008, dijelaskan bahwa salah satu strategi

pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung

adalah dengan penetapan ruang terbuka hijau minimal 30% dari luas kawasan

perkotaan. Sedangkan kawasan perkotaan menurut UU RI No. 26 Tahun 2007 adalah

wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan

jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

2.4.2. Hutan Kota sebagai Bagian dari Ruang Terbuka Hijau

Hutan kota adalah bagian dari ruang terbuka hijau. Hutan kota menurut Irwan

(2008) adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di

lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol

(menumpuk) dengan struktur menyerupai hutan alam, membentuk habitat yang

memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman

dan estetis. Sedangkan Grey dan Deneke (1978), hutan kota merupakan kawasan

vegetasi berkayu yang luas, terbuka bagi masyarakat umum, mudah dijangkau oleh

penduduk kota, dan dapat memenuhi fungsi perlindungan kelestarian tanah, tata air,

ameliorasi iklim, penangkal polusi udara, kebisingan dan lain-lain. Peraturan

Pemerintah No.63 Tahun 2002 tentang hutan kota, dinyatakan bahwa luasan hutan

kota sekurang-kurangnya 10% dari luas kota.

Menurut Dahlan (1992), hutan kota mempunyai fungsi dan peranan sebagai

sebagai identitas kota, pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel

padat dari udara, penyerap dan penjerap partikel timbal, penyerap dan penjerap debu,

peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap karbon monoksida,

penyerap karbon dioksida dan penghasil oksigen, penahan angin, penyerap dan

Page 43: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

23

penapis bau, mengatasi penggenangan, mengatasi intrusi air laut, ameliorasi iklim,

pengelolaan sampah (sebagai penyerap dan penyekat bau, pelindung tanah dari

dekomposisi sampah, penyerap zat berbahaya), pelestarian air tanah, penapis cahaya

silau. Selain itu hutan kota berperan dalam meningkatkan keindahan, sebagai habitat

burung, mengurangi stres, mengamankan pantai terhadap abrasi, meningkatkan

industri pariwisata dan sebagai hobi dan pengisi waktu luang.

Bentuk dan Struktur Hutan Kota

Hutan kota dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk dan strukturnya. Bentuk

hutan kota dibedakan berdasarkan bentuk sebarannya yaitu bergerombol, menyebar,

dan memanjang (jalur). Menurut Irwan (2008), berdasarkan bentuknya hutan kota

dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Bentuk bergerombol atau menumpuk, yaitu vegetasi yang terkonsentrasi

pada satu areal dengan jarak tanam rapat dan tidak beraturan.

2. Bentuk menyebar, adalah hutan kota yang tidak mempunyai pola tertentu,

vegetasi tumbuh menyebar, terpencar-pencar dalam bentuk rumpun atau

gerombol-gerombol kecil.

3. Bentuk jalur, vegetasi tumbuh pada lahan yang berbentuk jalur lurus atau

melengkung mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, saluran dan

sebagainya.

Selain berdasarkan bentuknya, hutan kota dikelompokkan berdasarkan

strukturnya yang dibedakan menurut strata (lapisan) tajuk (Irwan 2008). Menurut

strukturnya, hutan kota dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :

1. Hutan kota berstrata dua, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan yang terdiri

dari pepohonan dan rumput atau penutup tanah lain.

2. Hutan kota berstrata banyak, komunitas tumbuh-tumbuhan yang terdiri

dari pepohonan dan rumput, juga terdapat semak, terna, liana, epifit,

ditumbuhi banyak anakan dan penutup tanah, jarak tanaman rapat tidak

beraturan dengan strata, serta komposisi mengarah meniru komunitas

tumbuh-tumbuhan hutan alam.

Fakuara (1987) memperkirakan kebutuhan luas hutan kota, menggunakan

metode jumlah O2 yang diperlukan oleh manusia dan kendaraan bermotor. Selain itu

kebutuhan luas hutan kota juga diprediksi dari proses fotosintesis yang menghasilkan

Page 44: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

24

O2, sehingga dengan menghitung kemampuan vegetasi dalam menghasilkan O2 per

satuan luas, maka didapat kebutuhan luas hutan kota sesuai dengan kebutuhannya

terhadap O2.

Dahlan (2007) menganalisis kebutuhan hutan kota berdasarkan perannya

sebagai sink gas CO2 anthropogenik dari bahan bakar minyak dan gas di Kota Bogor

dengan pendekatan sistem dinamik. Model yang dibuat didasarkan pada emisi CO2

yang dihasilkan Kota Bogor dari tahun ke tahun, dan didasarkan atas daya rosot gas

CO2 vegetasi. Dari model ini Dahlan (2007) dapat memprediksi kebutuhan luas hutan

kota sampai tahun 2100.

2.4.3. Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Proses fotosintesis yang terjadi pada vegetasi, selain memerlukan air (H2O) dan

radiasi matahari serta klorofil, juga membutuhkan CO2. Dalam proses fotosintesis

dihasilkan karbohidrat yang kemudian disebarkan serta tersimpan di seluruh bagian

vegetasi (daun, batang, ranting, akar, bunga, buah). Proses penyimpanan

(penimbunan) karbohidrat (C6H12O6) yang terdiri dari karbon ini disebut dengan

proses sekuestrasi (C-sequestration). Oleh karena itu ruang terbuka hijau termasuk

hutan kota, mempunyai fungsi sebagai rosot karbon (penyimpan karbon). Bernatzky

(1978) menjelaskan, bahwa satu hektar areal yang ditanami pohon, semak dan rumput

dengan luas daun kurang lebih 5 hektar, dapat menyerap 900 kg CO2 dari udara dan

melepaskan 600 O2 dalam waktu 2 jam.

Dahlan (2004) menyatakan bahwa dengan membangun kota kebun bernuansa

hutan kota, dapat meningkatkan kesehatan lingkungan. Kualitas lingkungan akan

meningkat karena vegetasi mempunyai fungsi sebagai penyerap dan penjerap partikel

logam dari industri, penyerap dan penjerap partikel timbal dari kendaraan bermotor

dan penyerap dan penjerap debu semen. Selain itu vegetasi juga dapat menyerap gas

beracun dan gas karbon dioksida. Brack (2002) menyatakan bahwa hutan kota

berfungsi sebagai kontrol refleksi (silau) dari radiasi yang sampai permukaan

perkotaan, peredam kebisingan, absorbsi polutan udara, serta dapat menjadi habitat

satwaliar.

Kondisi perkotaan dengan konsentrasi polutan udara dan suhu yang tinggi dapat

ditanggulangi dengan penanaman vegetasi berupa ruang terbuka hijau termasuk hutan

kota. Vegetasi berfungsi dalam mengintersepsi radiasi matahari sehingga dapat

menurunkan intensitas radiasi matahari di dekat permukaan. Intensitas radiasi yang

Page 45: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

25

rendah di dekat permukaan akan menyebabkan pemanasan udara juga menurun

sehingga suhu udara juga akan turun.

Chang et al. (2007) melakukan pengukuran suhu udara di 61 titik di Kota Taipei.

Hasil pengukuran itu menunjukkan bahwa suhu udara di ruang terbuka hijau 0,81 K

lebih rendah dibandingkan dengan area terbuka tanpa vegetasi. Fungsi vegetasi dalam

penurunan suhu udara juga dibuktikan oleh Nichol dan Wong (2005) dalam

penelitiannya dengan menggunakan 3D virtual reality model di Kota Hongkong.

Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa area perkotaan yang didominasi oleh

gedung-gedung yang rendah, suhu udaranya 6 °C lebih tinggi dibandingkan dengan

area perkotaan bervegetasi. Dalam penelitian ini juga dibandingkan suhu udara di area

yang mendapat bayangan (naungan) dari gedung-gedung tinggi. Suhu udara di area

yang ternaungi gedung tinggi tersebut tetap lebih tinggi jika dibandingkan dengan

area bervegetasi. Nichol dan Wong (2005) menyimpulkan bahwa penurunan suhu

udara lebih ditentukan oleh vegetasi daripada naungan gedung-gedung tinggi.

Kemampuan vegetasi khususnya hutan kota dalam menurunkan suhu udara,

dipengaruhi oleh bentuk dan struktur dari hutan kota tersebut. Irwan (2008),

menyatakan bahwa hutan kota dengan komunitas vegetasi berstrata dua yang

berbentuk jalur, dapat menurunkan suhu udara sebesar 1,43 % dan menaikkan

kelembaban udara 1,77 %, sedangkan yang berbentuk menyebar menurunkan suhu

udara 3,60 % dan menaikkan kelembaban udara 4,77 % , dan yang berbentuk

bergerombol menurunkan 3,18 % dan menaikkan kelembaban udara 2,20 %. Irwan

(2008) juga menyebutkan bahwa hutan kota berstrata banyak dengan bentuk

menyebar, dapat menurunkan suhu udara sebesar 2,28 % dan menaikkan kelembaban

udara 4,77 % , sedangkan yang berbentuk bergerombol menurunkan suhu udara

3,04 % dan kelembaban udara 2,20 %.

Effendy (2007) menyatakan bahwa model persamaan ruang terbuka hijau dan

suhu udara mempunyai hubungan terbalik dimana setiap laju pengurangan ruang

terbuka hijau menyebabkan peningkatan suhu udara dan sebaliknya. Hal ini

membuktikan bahwa ruang terbuka hijau mempunyai fungsi menurunkan suhu udara

sehingga dapat memperbaiki iklim mikro (ameliorasi iklim).

Page 46: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

26

2.4.4. Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Manfaat dari ruang terbuka hijau menurut Brack (2002) yaitu dapat menjaga

kondisi iklim ekstrim perkotaan, menanggulangi pulau bahang kota, meningkatkan

kenyamanan, kesehatan, keindahan, kualitas udara, mengurangi konsumsi listrik

untuk pemanasan dan pendinginan, meningkatkan nilai properti, mempunyai nilai

ekonomi, serta dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Brack

(2002) melakukan penelitian mengenai manfaat hutan kota di dataran Canberra,

Australia. Pembangunan hutan kota di dataran Canberra dengan penanaman secara

besar-besaran yang dilakukan sejak tahun 1911 yang sebelumnya merupakan area

terbuka akibat pembukaan lahan untuk ternak domba, telah memberikan manfaat

meningkatkan nilai estetika dan memperbaiki kondisi iklim ekstrem. Brack (2002)

menghitung nilai ekonomi pohon dengan mengestimasi ukuran pohon selama

Komitmen Kyoto periode 5 tahun ke depan dengan menggunakan metode Decision

Information System for Managing Urban Trees (DISMUT). Dari perhitungan tersebut

diperkirakan 400.000 pohon di area tersebut mempunyai nilai karbon sebesar

US $ 20-67 juta selama periode 2008-2012 atau $ 66 - $ 223/penduduk.

2.5. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Manusia sebagai bagian dari ekosistem sangat menentukan kondisi

keseimbangan ekosistem perkotaan. Hal ini dijelaskan oleh Chiras (1985) yang

menyatakan bahwa kondisi lingkungan ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya :

jumlah penduduk, konsumsi perkapita sumberdaya alam, teknologi, sosial, ekonomi,

politik dan kebijakan. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sangat menentukan kondisi

lingkungan. Kondisi sosial dan tingkat ekonomi yang tinggi disertai pola konsumsi

modern yang boros mengakibatkan masalah lingkungan lebih berat. Kearifan

tradisional yang menempatkan manusia sebagai bagian dari ekosistem sudah bukan

menjadi budaya masyarakat perkotaan. Hal ini mengakibatkan berbagai aktivitas

manusia hanya terfokus pada pemanfaatan sumberdaya alam tanpa

mempertimbangkan kelestarian fungs dan manfaatnya.

Chiras (1985) juga menyatakan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat

mempengaruhi permintaan (demand) akan sumberdaya alam termasuk kebutuhan

akan energi bahan bakar fosil (batubara, minyak, gas). Semakin tinggi kondisi sosial

ekonomi masyarakat cenderung akan semakin meningkatkan kebutuhan perkapita

akan sumberdaya alam serta meningkatkan limbah dan pencemaran lingkungan.

Page 47: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

27

Untuk mewujudkan sebuah kota menjadi kota hijau, harus diselaraskan antara

peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan lingkungan. Oleh karena itu

dibutuhkan pemahaman, persepsi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga

kondisi lingkungan.

Pernyataan Chiras (1985) ini didukung oleh Tashiro (2009) yang menyatakan

bahwa untuk mewujudkan kota hijau perlu kerjasama dengan membuat jaringan yang

baik dengan melibatkan masyarakat serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi,

budaya, estetika serta aspek mental msayarakat. Hal ini berarti bahwa dalam

pelaksanaannya perlu mendengar masukan serta peran masyarakat agar kota hijau

dapat terlaksana dengan baik.

2.6. Kebijakan Kota Hijau

2.6.1. Analisis Kebijakan

Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kota sering tanpa dasar analisis

kebijakan yang berorientasi pada akar masalah yang dihadapi kota tersebut sehingga

kebijakan yang diterapkan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Dunn

(2003) memperkenalkan analisis kebijakan yang berorientasi pada masalah agar

kebijakan yang dibuat sesuai sasaran. Tahapan analisis kebijakan menurut Dunn

(2003) yaitu : perumusan masalah (definisi) untuk menghasilkan informasi mengenai

kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan. Berikutnya adalah peramalan

(prediksi) yaitu informasi mengenai konsekuensi dimasa datang dari penerapan

alternatif kebijakan. Kemudian rekomendasi (preskripsi) yang merupakan informasi

mengenai nilai atau kegunaan relatif dari konsekuensi dimasa depan dari suatu

pemecahan masalah. Ketika kebijakan dilaksanakan, perlu dilakukan pemantauan

(deskripsi) yang merupakan informasi tentang konsekuensi sekarang dan masa lalu

dari diterapkannya alternatif kebijakan. Komponen penting lainnya adalah evaluasi

yaitu informasi mengenai nilai atau kegunaan dari konsekuensi pemecahan masalah.

Hampir sama dengan pendapat Dunn (2003), Parsons (2001) juga menyatakan

bahwa analisis kebijakan terdiri dari analisis determinasi kebijakan, analisis isi

kebijakan, monitoring dan evaluasi, informasi untuk kebijakan dan advokasi

kebijakan. Determinasi kebijakan adalah analisis yang berkaitan dengan pembuatan

kebijakan (mengapa, kapan, dan untuk siapa kebijakan dibuat). Isi kebijakan

merupakan deskripsi kebijakan termasuk perbaikan dan kaitan dengan kebijakan

terdahulu. Monitoring dan evaluasi merupakan penilaian kinerja kebijakan yang

Page 48: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

28

terkait dengan tujuan dan dampak kebijakan. Informasi untuk kebijakan adalah hasil

analisis untuk memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pembuatan

kebijakan. Sedangkan advokasi kebijakan merupakan hasil riset dan argumen yang

digunakan untuk menentukan agenda kebijakan.

Prediksi merupakan salah satu tahapan analisis kebijakan yang diperkenalkan

Dunn (2003). Tujuan dari prediksi adalah untuk mendapatkan informasi tentang

perubahan di masa depan beserta konsekwensi atas kebijakan yang diterapkan

sehingga dapat merencanakan dan menetapkan kebijakan terbaik dari beberapa

alternatif kebijakan yang ada. Dunn (2003) juga menyatakan bahwa model sistem

dinamik dapat digunakan untuk memprediksi kondisi di masa depan.

2.6.2. Pelaksanaan Kebijakan Kota Hijau

2.6.2.1. Kebijakan Kota Hijau di Swedia

Elander dan Lundgren (2005) menginformasikan bahwa kebijakan kota hijau

telah diterapkan di kota-kota di Swedia (Stockholm, Goteborg, Malmo, dan Orebro).

Kota-kota tersebut telah mengadopsi kebijakan kota hijau (green policy), termasuk

kebijakan pentingnya konservasi keanekaragaman hayati. Dalam pelaksanaannya,

pemerintah lokal Swedia membentuk jaringan kerjasama diantara instansi pemerintah,

politikus, dan lembaga swadaya masyarakat. Dengan kerjasama ini dihasilkan

prioritas masalah yang harus segera ditangani untuk dapat diputuskan sebagai

kebijakan pemerintah daerah.

Permasalahan yang dihadapi kota-kota di Swedia adalah semakin menurunnya

luas ruang terbuka hijau akibat berubah menjadi bangunan, jalan, dan lahan terbangun

lain yang merupakan dampak dari semakin meningkatnya jumlah penduduk.

Pencemaran udara dan material tutupan lahan perkotaan menyebabkan peningkatan

abosorbsi energi panas sehingga meningkatkan suhu udara, keawanan, dan presipitasi.

Sebaliknya menyebabkan menurunnya kelembaban udara serta kecepatan angin

(Elander dan Lundgren 2005).

Kota Stockholm

Stockholm merupakan merupakan kota terbesar di Swedia yang mengalami

defisit perumahan sehingga permintaan akan tempat tinggal serta tekanan terhadap

lahan untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan tinggi. Untuk mengatasinya,

pemerintah daerah mewajibkan intitusi pemerintah melakukan pembangunan dengan

Page 49: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

29

berdasar pada green policy. Pemerintah daerah juga mengangkat tenaga profesional

yang kompeten di bidang ekologi yang disebar pada beberapa institusi. Selain itu juga

untuk mengevaluasi kebijakan yang telah dan sedang dilaksanakan, pemerintah

daerah juga menjaring masukan melalui pertemuan-pertemuan dan seminar-seminar

dengan para ahli dan NGOs (Non Governmental Organization). Untuk mendapatkan

dukungan masyarakat, selain melakukan sosialisasi program, juga dengan cara

membuat beberapa kompetisi misalnya kompetisi halaman warga terbaik dengan

kriteria keanekaragaman tanaman yang ditanam di halaman. Kompetisi ini merupakan

kerjasama diantara pemerintah daerah dengan perusahaan perumahan.

Kota Goteborg

Goteborg merupakan kota terbesar kedua di Swedia, merupakan kota dagang dan

industri. Di kota ini masih banyak sabuk hijau (green belt) dan taman-taman. Tetapi

Kota Goteborg juga mengalami masalah mengenai penurunan luas ruang terbuka

hijau akibat meningkatnya lahan terbangun termasuk meningkatnya kebutuhan akan

jalan. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah daerah mewajibkan program

kota hijau untuk menjadi kebijakan beberapa institusi pemerintah daerah. Kantor

perencanaan perkotaan; kantor konservasi lingkungan hidup; kantor museum, taman

dan sumberdaya alam, telah memasukkan konsep kota hijau dalam perencanaan dan

pelaksanaan programnya. Bahkan perusahaan real estate dan partai dalam kampanye-

kampanyenya telah memasukkan konsep kota hijau. Organisasi voluntary (suka rela)

di Kota Goteborg, bersama-sama kelompok masyarakat yang peduli terhadap

lingkungan hidup, membentuk kerjasama permanen dan ad hoc pada saat muncul

masalah lingkungan yang dihadapi kota tersebut.

Kota Malmo

Malmo adalah kota ketiga terbesar di Swedia. Kota tersebut disebut sebagai kota

taman, di perbatasan kota dikelilingi area pertanian. Pembangunan terus berjalan

dengan memperhatikan keberadaan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau

dikembangkan menurut karaktaristik kondisi alam daerah setempat. Daerah (district)

membuat peta derajat kelangkaan species di daerah masing-masing, tetapi

pelaksanaan kebijakan daerah masih belum memenuhi harapan. Diskusi mengenai isu

hijau (green issues) antara masyarakat, NGOs, dengan pemerintah daerah, hanya

bersifat sporadis dan konsep hijau tidak menjadi fokus debat dalam kampanye politik.

Page 50: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

30

Banyak perkantoran dan juga partai kekurangan ahli lingkungan hidup. Meskipun

demikian, pemerintah saat ini mempunyai target untuk mewujudkan Kota Malmo

sebagai kota kebun (the city gardener).

Kota Orebro

Orebro merupakan kota ketujuh terbesar di Swedia. Sekeliling kota terdapat area

pertanian lahan datar serta hutan yang tersisa berupa hutan berdaun lebar serta hutan

yang saat-saat tertentu menggugurkan daun. Kota Orebro sebelumnya merupakan

sebuah kota kecil industri, berkembang menjadi pusat perdagangan, pendidikan,

rumah sakit, dan transportasi. Pemerintah daerah bersama dewan kota meletakkan

konsep hijau dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Dengan demikian semua

perkantoran pemerintah daerah mengimplementasikan kebijakan tersebut. Saat ini

pemerintah kota mengembangkan perencanaan hijau terhadap lansekap kota,

mendukung konsep kota hijau berdasarkan tiga dasar yaitu sosial, budaya dan ekologi.

Departemen yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan konsep hijau yaitu

Departemen Teknik dan Departemen Perencanaan Kota. Dalam proses penyusunan

perencanaan, ahli ekologi dan ahli biologi, pada tahun 2997 ditransfer dari Kantor

Jasa Lingkungan Hidup ke Departemen Perencanaan Kota. Non Governmental

Organization sangat aktif berperan dalam penyusunan perancanaan. Masyarakat

merasakan manfaat dan menghargai nilai dari lingkungan yang dikelola dengan baik.

Secara umum keempat kota di Swedia (Stockholm, Goteborg, Malmo,Orebro)

mempunyai sistem perencanaan hijau (green policy), melaksanakan pembangunan

hijau, serta mempunyai peraturan legal serta personil untuk mendukung pelaksanaan

pembangunan hijau meskipun pada masing-masing kota mempunyai variasi kebijakan

yang berbeda-beda.

2.6.2.2. Kebijakan Kota Hijau di Kota Guangzhou, Cina

Pemerintah Daerah Kota Guangzhou telah mengadopsi konsep kota hijau dalam

melaksanakan pembangunan. Untuk mewujudkan kota hijau, pemerintah daerah

membuat green policy untuk mengatasi masalah utama yang dihadapi yaitu adanya

pulau bahang kota (urban heat island). Weng dan Yang (2004) menyatakan bahwa

masalah yang dihadapi Kota Guangzhou adalah terjadinya pulau bahang kota (urban

heat island) akibat terus meningkatnya lahan terbangun. Pada tahun 1960, lahan

terbangun di Kota Guangzhou seluas 64,2 km2, meningkat menjadi 159,6 km

2 pada

Page 51: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

31

tahun 1984. Selama 24 tahun, lahan terbangun meningkat sebesar 95,4 km2 atau 149%.

Tahun 1989, lahan terbangun terus mengalami peningkatan menjadi 194,8 km2, dan

pada tahun 1997 menjadi 295,2 km2

atau mengalami peningkatan 51,5% dalam waktu

delapan tahun. Akibat peningkatan lahan terbangun menyebabkan area urban heat

island dengan perbedaan suhu udara di pusat kota dengan area perdesaan berkisar

antara 0,2 sampai dengan 4,7 °C tergantung kondisi cuaca.

Penelitian Weng dan Yang (2004) mengenai kaitan antara jenis penutupan lahan

dengan suhu udara yang dilakukan pada tahun 1997, dijelaskan bahwa jenis

penutupan lahan berupa hutan menciptakan suhu udara yang paling rendah

dibandingkan jenis penutupan lahan lainnya. Suhu udara di area hutan pada tahun

1997 adalah 23,82 °C; suhu udara di area perairan 24,02 °C, tanaman pertanian

25,17 °C; tanah terbuka (tanah gundul) 26,06 °C; dan lahan terbangun 27,07 °C.

Untuk mewujudkan kota hijau, Pemerintah Daerah Kota Guangzhou membuat

kebijakan dengan target Kota Guangzhou sebagai kota bunga serta telah menambah

ruang terbuka hijau dari 37,36 km2 pada tahun 1978, meningkat menjadi 83,5 km

2

pada tahun 1999. Tetapi ruang terbuka hijau yang diutamakan adalah berupa taman

dengan beraneka macam bunga, ruang terbuka hijau berupa pohon sangat kurang

sehingga kebijakan ini tidak efektif dalam mengatasi masalah pulau bahang kota.

Berdasarkan penelitian Weng dan Yang (2004) disarankan agar kebijakan Pemerintah

Daerah Kota Guangzhou dapat diperbaiki agar lebih mengembangkan hutan kota

karena lebih efektif dan efisien dalam mengatasi pulau bahang kota.

2.6.2.3. Kebijakan Kota Hijau di Kota Canberra, Australia

Canberra merupakan ibu kota Australia. Awal mula daerah ini merupakan hutan,

yang mulai tahun 1820 peternak membuka hutan dan hanya menyisakan hutan yang

tidak luas. Berdasarkan laporan Brack (2002) disebutkan bahwa sejak tahun 1990

pemerintah membuat kebijakan penanaman secara besar-besaran pada area terbuka

dengan menanam sebanyak 400.000 bibit pohon. Pemerintah juga membuat model

sebagai dasar pengambilan keputusan yaitu program Decision Information System for

Managing Urban Trees (DISMUT) yang merupakan panduan dalam manajemen hutan

kota. Program DISMUT berisi prakiraan pertumbuhan jenis-jenis tanaman, penentuan

lokasi dan waktu penanaman yang sesuai, cara melakukan pemangkasan dan

pemeliharaan pohon. Selain itu DISMUT juga dapat digunakan untuk memprediksi

Page 52: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

32

nilai dari hutan kota serta prakiraan kemampuan hutan kota dalam menurunkan gas

rumah kaca.

Program DISMUT berupa modelling sehingga dapat digunakan untuk

menentukan kebijakan dan keputusan pemerintah dari beberapa pilihan kebijakan.

Bahkan dalam model DISMUT dapat diprakirakan keuntungan dari manajemen hutan

kota dari mitigasi polusi udara dan sequestrasi karbon oleh hutan kota sehingga dapat

dihitung keuntungan dari penurunan konsumsi energi untuk pendinginan (AC) dan

pemanas ruangan di musim dingin. Lebih dari 50% hutan kota di Canberra berupa

hutan yang selalu hijau (evergreen), melalui kemampuannya dalam mengintersepsi

radiasi surya serta evapotranspirasi menyebabkan pengaruh positif menurunkan suhu

udara sehingga menurunkan biaya konsumsi enrgi untuk meningkatkan kenyamanan

lingkungan. Berdasarkan program DISMUT dapat diperkirakan keuntungan

mengelola hutan kota akan dapat menghemat biaya selama periode tahun 2008 sampai

dengan tahun 2012, adalah sebesar US$ 20 sampai dengan 67 juta.

2.6.2.4. Kebijakan Kota Hijau di Kota Lisbon, Portugal

Alcoforado et al. (2009) menyatakan bahwa untuk menciptakan pembangunan

kota berkelanjutan (kota hijau), diperlukan pengetahuan tentang iklim dalam proses

penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kota. Pengetahuan akan

iklim sangat penting untuk menangani permasalahan perkotaan terutama masalah

urban heat island (UHI) dan staganasi aliran udara. Metode yang digunakan adalah

dengan melakukan pemetaan tutupan lahan Kota Lisbon dengan menggunakan sistem

informasi geografi, memetakan kekasaran permukaan, kepadatan bangunan, serta

menganalisis arah dan kecepatan angin.

Berdasarkan penelitian Alcoforado et al. (2009), diketahui bahwa rata-rata

perbedaan suhu udara akibat UHI sebesar 3 °C. Suhu udara tertinggi terdapat di pusat

kota dengan lahan terbangun yang padat dan luas. Aliran massa udara yang buruk di

perkotaan meningkatkan efek buruk UHI. Efek negatif ini yaitu meningkatkan

ketidaknyamanan, menimbulkan masalah kesehatan, menimbulkan polusi oksidan,

seta meningkatkan konsumsi energi dan air.

Pemerintah Daerah Kota Lisbon membuat kebijakan pengelolaan lingkungan

untuk mengatasi masalah UHI dan penataan ventilasi udara kota dengan membuat

pedoman pengelolaan lingkungan secara sederhana agar mudah dipahami dan

dilaksanakan. Pedoman disusun berdasarkan kepadatan lahan terbangun, kekasaran

Page 53: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

33

permukaan kota, serta topografi. Penataan kota Lisbon adalah sebagai berikut : 1)

Mencegah peningkatan lahan terbangun di area lembah, 2) Rasio antara tinggi (H)

bangunan dengan lebar (W) jalan tidak lebih dari 1, 3) Memaksimalkan

pengembangan ruang terbuka hijau termasuk taman atap, 4) Apabila melakukan

renovasi bangunan diusahakan menggunakan warna terang serta bahan bangunan

dengan absorbsi termal yang rendah, 5) membangun jalur ventilasi berupa jalur hijau

di sepanjang jalan raya serta di sekeliling batas kota 6) mencegah pendirian bangunan

tinggi yang paralel dengan pantai karena menahan pendinginan udara oleh penetrasi

aliran udara dari arah pantai.

Secara umum kebijakan Pemerintah Daerah Kota Lisbon dapat disimpulkan

bahwa pengelolaan lingkungan untuk mengatasi UHI dan stagnasi aliran udara dapat

dilakukan dengan : 1) Mempertahankan ruang terbuka hijau yang telah ada, 2)

Membangun ruang terbuka hijau semaksimal mungkin dengan memanfaatkan ruang

kosong yang ada, 3) ruang terbuka hijau yang dibangun sebaiknya terdiri dari vegetasi

yang beraneka ragam (keanekaragaman hayati tinggi) serta memepertimbangkan

kondisi biofisik, sosial dan budaya, 4) sebaiknya memperhatikan struktur ruang

terbuka hijau (kolam, hamparan rumput, tanaman semak, pohon tinggi). Pengelolaan

lingkungan demikian akan menciptakan kondisi iklim mikro yang baik serta

memperbaiki kondisi atmosfer kota.

Page 54: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Penelitian

dilakukan dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Penelitian dibagi menjadi tiga wilayah

berdasarkan perbedaan kepadatan penduduk, persentase luas lahan terbangun dan

ruang terbuka hijau. Kepadatan penduduk di Wilayah I adalah 82 orang/ha, persentase

lahan terbangun (60%) dan persentase ruang terbuka hijau (29%). Wilayah II

mempunyai kepadatan penduduk 31 orang/ha, persentase lahan terbangun 40%, dan

persentase ruang terbuka hijau 45%. Sedangkan Wilayah III memiliki kepadatan

penduduk 57 orang/ha, dengan persentase lahan terbangun 37% dan ruang terbuka

hijau 52%. Sesuai dengan pembagian wilayah administratif kecamatan, masing-

masing wilayah penelitian dikelompokkan menjadi :

a. Wiayah I terdiri dari Kec. Margaasih, Kec. Margahayu, Kec.Dayeuhkolot,

Kec. Bojongsoang dan Kec. Cileunyi.

b. Wilayah II terdiri dari Kec. Soreang, Kec. Katapang, Kec. Pemeungpeuk,

Kec. Baleendah, Kec. Cangkuang dan Kec. Banjaran.

c. Wilayah III terdiri dari Kec. Ciparay, Kec. Majalaya, Kec. Solokan Jeruk dan

Kec. Rancaekek.

Gambar 5 Tiga wilayah penelitian di Kabupaten Bandung.

Ciwidey

Pasirjambu Cimaung

Pacet

Ibun

Page 55: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

35

3.2. Bahan dan Peralatan

Bahan dan peralatan penelitian yang diperlukan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Bahan dan peralatan penelitian

No. Bahan dan Peralatan Keterangan

1. Citra Landsat ETM path/row 122/065 dengan

tanggal akuisisi 6 Mei 2003 dan citra landsat

ETM path/row 121/062 tanggal akuisisi 11 Juli

2008 serta citra landsat ETM path/row 122/062

dengan tanggal akuisisi 2 Juli 2008.

Bahan analisis spasial

pembuatan peta penutupan

lahan, dan peta distribusi

suhu udara.

2. Termometer air raksa Alat ukur suhu udara

3. Termometer bola kering dan termometer bola

basah

Alat ukur kelembaban udara

4. Hemiphericalview Alat untuk memotret dan

mengukur kerapatan tajuk

5. GPS Untuk menentukan posisi

geografis titik-titik penelitian

6. Komputer, program Stella Untuk menyusun dan

melakukan simulasi model

3.3. Metode dan Analisis Penelitian

3.3.1. Jenis Data Penelitian

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data tersebut

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Data primer dan sekunder penelitian

No. Data Penelitian

Data Primer 1. Data iklim mikro (suhu dan kelembaban udara) di beberapa jenis penutupan lahan

(hutan, kebun campur, sawah, permukiman, pertokoan, jalan raya, area industri) 2. Data iklim mikro di beberapa bentuk dan struktur hutan kota 3. Data iklim mikro di beberapa kerapatan tajuk yang berbeda. 4. Jumlah kendaraan bermotor 5. Data luas jenis penutupan lahan 6. Kerapatan tajuk hutan kota 7. Data persepsi dan sikap masyarakat Kabupaten Bandung terhadap kondisi lingkungan

mereka. Data Sekunder 1. Data jumlah, kepadatan dan pertumbuhan penduduk dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Bandung. 2. Data jumlah industri dari Dinas Perindustrian Kabupaten Bandung. 3. Data iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban udara, kecepatan dan arah angin)

sepuluh tahun terakhir (tahun 1999 sampai dengan 2008) dari Badan Meteorologi dan Geofisika.

4. Data luas ruang terbuka hijau dari Dinas Perumahan Penataan Ruang dan Kebersihan 5. Data jumlah kendaraan dari Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung 6. Rencana tata ruang wilayah, rencana pembangunan jangka menengah dan jangka

panjang Kabupaten Bandung dari BAPPEDA, serta kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.

Page 56: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

36

3.3.2. Metode dan Analisis Pulau Bahang Kota

Faktor penyebab terjadinya efek pulau bahang dikaji dari sumber transportasi,

industri, konsumsi energi domestik, dan sampah domestik. Beberapa aktivitas tersebut

mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer dan menyebabkan terbentuknya pulau

bahang kota.

3.3.2.1. Sumber Emisi Gas Rumah Kaca

Transportasi

Data jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua maupun roda empat

dari tahun 2003 hingga tahun 2008, digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan

jumlah kendaraan bermotor. Jumlah dan kepadatan kendaraan bermotor juga dihitung

secara langsung di jalan raya (Jalan Kopo-Sayati) yang merupakan salah satu jalan

raya terpadat di Kabupaten Bandung. Penghitungan dilakukan pada pagi hari (pukul

06.00 – 07.00 WIB), siang hari (pukul 12.00–13.00 WIB) dan pukul (16.00 - 17.00

WIB). Penghitungan dilakukan dengan menggunakan counter dan parameter yang

diukur adalah : jumlah kendaraan roda dua, kendaraan roda empat, bus, dan truk.

Industri

Data jumlah unit industri baik industri besar maupun industri sedang yang ada di

Kabupaten Bandung dari tahun 2003 hingga tahun 2008, diambil dari data Kabupaten

Bandung dalam Angka. Klasifikasi industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, yang

dimaksud dengan industri sedang adalah industri yang memiliki jumlah tenaga kerja

20 sampai 99 orang. Sedangkan industri besar adalah industri yang memiliki jumlah

tenaga kerja lebih dari 100 orang. Data jumlah industri sedang dan besar dianalisis

untuk menentukan kecenderungan peningkatan atau penurunan jumlah unit industri.

Kajian Data Kependudukan

Data yang diambil yaitu jumlah dan kepadatan penduduk. Laju pertumbuhan

penduduk dihitung dengan menghitung pertambahan penduduk per tahun di

Kabupaten Bandung. Data kependudukan ini sangat penting karena erat kaitannya

dengan potensi konsumsi energi rumah tangga, sampah domestik, serta potensi

perubahan lahan dari jenis penutupan lahan berupa ruang terbuka hijau menjadi lahan

terbangun.

Page 57: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

37

3.3.2.2. Analisis Spasial Perubahan Penutupan Lahan dan Distribusi Suhu

Udara

Analisis spasial dilakukan untuk menentukan luas dan jenis penutupan lahan

serta peta distribusi suhu udara. Untuk membuat peta tutupan lahan, dilakukan

analisis citra dengan menggunakan software Erdas 9.1 dan citra TM 5 tahun 2003 dan

2008. Analisis citra dilakukan dengan metode klasifikasi citra terbimbing. Selain itu

untuk menganalisis data vektor digunakan software ArcGis 9.2 dan Arcview 3.3.

Untuk verifikasi data citra dan hasil klasifikasi citra satelit yang tepat, maka dilakukan

juga survey lapangan.

Peta sebaran suhu udara dibuat dengan terlebih dahulu melakukan estimasi nilai

suhu permukaan dengan menggunakan software Erdas Imagine 9.1 kemudian

dibangun sebuah model pada model maker yang sudah tersedia untuk mengkonversi

nilai-nilai pixel pada landsat 5 TM dan band 6. Nilai DN (digital number) dikonversi

menjadi nilai radiasi. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk mengkonversi nilai

digital menjadi nilai radiasi (USGS 2002) :

Radiasi = gain x DN (Digital Number) + offset

Nilai gain sebesar 0,05518 dan digital number dengan band 6, sedangkan nilai

offset sebesar 1,2378. Nilai suhu permukaan diketahui dengan mengkonversi band 6

berikut (USGS 2002) :

K2

ln (K1 + 1)

Kondisi vegetasi di suatu wilayah dapat diketahui melalui Normalized

Difference Vegetation Index (NDVI), yang menggambarkan seberapa besar

penyerapan radiasi matahari oleh tanaman terutama bagian daun. Tunbuhan hijau

menyerap radiasi matahari pada bagian photosynthetically active radiation (PAR).

Nilai NDVI merupakan perbedaan reflektansi dari kanal infra merah dekat dan kanal

cahaya tampak. Nilai NDVI berkisar antara -1 sampai +1, yang artinya bahwa jika

T = Keterangan : T : suhu efektif (K)

K2 : konstanta kalibrasi

K1 : konstanta kalibrasi

Lλ : spektral radiasi

Page 58: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

38

suatu wilayah semakin hijau rapat oleh vegetasi maka nilai NDVI semakin besar.

Persamaan untuk menghitung NDVI berdasarkan U.S. Geological Survey,

Department of the Interior, National Aeronotics and Space Administration (2002)

adalah sebagai berikut :

NDVI = (NIR – VIS)/(NIR + VIS)

NIR : reflektansi kanal infra merah dekat (kanal 2)

VIS : reflektansi kanal cahaya tampak (kanal 2)

3.3.2.3. Kajian Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau diamati dan diukur di beberapa titik terutama pada RTH

atau hutan kota dengan bentuk dan struktur yang berbeda. Kondisi fisik tanaman yang

diukur dan diamati yaitu :

a. Tinggi pohon

b. Diameter batang

c. Kerapatan tajuk

Selain pengamatan dan pengukuran ruang terbuka hijau, juga dilakukan

pengukuran iklim mikro. Pengukuran iklim mikro dilakukan di beberapa tempat

sebagai berikut :

a. Di beberapa jenis penutupan lahan

Pengukuran iklim mikro di beberapa jenis penutupan lahan dilakukan dengan

mengukur suhu udara secara serentak dengan tinggi sensor 120 cm dari

permukaan tanah pada beberapa jenis penutupan lahan dengan 6 ulangan.

Lokasi pengukuran dilakukan di jalan raya (pusat kota), pertokoan, area

industri, permukiman, sawah, kebun campur, hutan kota dan hutan.

b. Di beberapa bentuk dan struktur hutan kota

Pengukuran suhu udara dan kelembaban udara dilakukan di beberapa bentuk

hutan kota yaitu bentuk jalur, menyebar dan menggerombol. Sensor berjarak

120 cm dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan di dalam dan di luar

hutan kota dengan 6 ulangan. Begitu pula pengukuran dilakukan di beberapa

struktur hutan kota yaitu strata dua dan strata banyak yang dilakukan di dalam

maupun di luar dengan 6 ulangan. Jarak dari hutan kota kurang lebih 5 meter.

Page 59: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

39

Analisis peran hutan kota dalam perbaikan iklim mikro (mereduksi suhu udara

serta peningkatan kelembaban udara) dilakukan dengan cara menghitung

kemampuan hutan kota dalam menurunkan suhu udara dan meningkatkan

kelembaban udara.

Kemampuan hutan kota dalam mereduksi suhu udara :

Tr = Ttbk - Ttjk

Keterangan :

Tr = Suhu udara yang direduksi hutan kota

Ttbk = Suhu udara di luar hutan kota

Ttjk = Suhu udara di dalam hutan kota

Kemampuan hutan kota dalam meningkatkan kelembaban udara :

RH∆rh = RHtjk - RHtbk

Keterangan :

RH∆rh = Peningkatan kelembaban udara

RHtjk = Kelembaban udara di bawah tajuk

RHtbk = Kelembaban udara di tempat terbuka

3.3.3. Metode dan Analisis Sistem Dinamik Model Kota Hijau

Analisis sistem dinamik dalam pembuatan model kota hijau, menggunakan

program Stella 9.0.2. Beberapa asumsi dan batasan yang digunakan dalam model ini

adalah :

a. Lingkungan udara Kabupaten Bandung merupakan lingkungan tertutup.

Diasumsikan tidak ada massa udara dari dan keluar wilayah Kabupaten

Bandung.

b. Emisi CO2 dari sumber energi QF (penggunaan pendingin udara, lampu,

industri domestik) dianggap sudah tercakup dalam perhitungan emisi CO2

dari konsumsi energi rumah tangga.

c. Laju pertambahan jumlah kendaraan roda dua, kendaraan roda empat,

dan jumlah unit industri diasumsikan sama dari tahun ke tahun.

d. Terdapat pengaruh balik dari suhu udara terhadap pertumbuhan penduduk.

Laju pertumbuhan penduduk diasumsikan menurun ketika suhu udara

sudah melampaui kenyamanan.

Page 60: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

40

e. Emisi CO2 dari kendaraan tidak dibedakan antara kendaraan produksi

lama dengan produksi baru.

f. Perkembangan jumlah kendaraan dari tahun ke tahun diambil dari data

yang tercatat di Dinas Perhubungan dengan mengabaikan kendaraan yang

keluar dan masuk wilayah Kabupaten Bandung.

g. Karena sulit memasukkan variabel jenis produk industri ke dalam model,

maka variabel industri hanya mempertimbangkan jumlah industri sedang

dan industri besar saja

h. Kondisi cuaca dan iklim tidak nyaman diasumsikan pada batas suhu

udara 30 ºC. Berdasarkan persamaan regresi antara suhu udara dengan

kelembaban udara di Kabupaten Bandung, diprakirakan pada suhu 30 ºC,

kelembaban udaranya 61%. Berdasarkan persamaan THI (temperature

humidity index), didapat nilai sebesar 27,7. Nilai THI 27,7 masuk pada

kisaran tidak nyaman.

Setelah menetapkan asumsi, maka langkah selanjutnya adalah membuat model

yang terdiri dari beberapa tahapan. Purnomo (2005), membagi tahapan penyusunan

model menjadi lima tahap berikut :

1. Identifikasi isu, tujuan, dan batasan

2. Konseptualisasi model

3. Spesifikasi model

4. Evaluasi model

5. Penggunaan model

a. Identifikasi Isu, Tujuan dan Batasan Model

Isu atau permasalahan yang akan dijadikan dasar dalam pembuatan model

adalah adanya efek pulau bahang (urban heat island) yang terjadi di Kabupaten

Bandung akibat berbagai macam aktivitas (faktor) yang menyebabkan peningkatan

polutan khususnya CO2 dan suhu udara, sehingga kualitas udara menurun dan suhu

udara meningkat. Pulau bahang kota yang terjadi di Kabupaten Bandung akan

menghambat terwujudnya kota hijau.

Berdasarkan permasalahan ini maka tujuan pembuatan model ini adalah untuk

menghasilkan model kota hijau yang terdiri dari variabel yang terkait dengan

permasalahan pulau bahang kota yaitu variabel jumlah penduduk, jumlah kendaraan,

jumlah industri, lahan terbangun dan ruang terbuka hijau. Dengan simulasi model

Page 61: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

41

akan dihasilkan skenario terbaik untuk melakukan mitigasi pulau bahang kota

sehingga dapat dijadikan alternatif penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan

dalam mewujudkan kota hijau di Kabupaten Bandung.

b. Konseptualisasi Model

Konseptualisasi model dibuat dengan mengidentifikasi semua komponen

penyebab pulau bahang kota yaitu kendaraan bermotor, industri, lahan terbangun,

sampah dan ruang terbuka hijau. Kemudian dicari interelasi antar komponen tersebut

serta prediksi perilaku komponen terutama jumlah penduduk, luas ruang terbuka hijau,

luas lahan terbangun, jumlah kendaraan dan jumlah industri. Konseptualisasi model

dalam bentuk causal loop diagram disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Konseptualisasi model dalam bentuk diagram sebab akibat (causal

loop) model kota hijau melalui pengendalian pulau bahang kota

(urban heat island).

c. Spesifikasi model

Kuantifikasi model antar komponen dengan persamaan-persamaan numerik

antara satu variabel dengan variabel yang lain dengan satuan-satuan dan peubah

waktu yang jelas. Dapat bersifat induktif (empirik) dengan menggunakan teknik

statistik, sedangkan yang bersifat deduktif (mekanistik) dalam bentuk hubungan

persamaan matematik.

Jumlah

Penduduk

Jumlah

Kendaraan Sampah

Konsumsi

Bhn Bakar

Rmh Tangga Perna-

pasan

Industri

CO2

Suhu

Udara

Lahan

Terbangun

Ruang

Terbuka

Hijau

Albedo

+

+

+ +

+

+ +

+

+

+

+

-

-

-

+

-

+ +

-

Page 62: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

42

Kuantifikasi variabel sub model suhu udara, menggunakan batas suhu udara

30 °C dengan berdasar pada perhitungan THI (temperature humidity index).

Temperature humidity index dihitung berdasarkan persamaan Nieuwolt (1975)

sebagai berikut :

THI=0,8Ta+(RH x Ta)

500

Keterangan :

THI = temperature Humidity Index (°C)

Ta = Suhu Udara (°C)

RH = Kelembaban Udara (%)

Emmanuel (2005) menggunakan rumus Niewolt (1975) dalam penelitiannya di

Colombo, Sri Lanka, dan menyimpulkan bahwa pada THI antara 21-24 °C, 100 %

populasi manusia menyatakan nyaman. Sedangkan THI sebesar 25-27 °C, 50 %

populasi manusia menyatakan nyaman. Dan THI > 27, 100 % populasi manusia

menyatakan tidak nyaman. Berdasarkan persamaan regresi antara suhu dan kelemban

udara di Kabupaten Bandung didapat persamaan :

Y = 112,501 – 1,711X

Keterangan : Y = Kelembaban udara

X = Suhu udara

Berdasarkan hal tersebut, suhu udara 30 °C jika dihitung dengan rumus THI,

menghasilkan THI 27,67 (termasuk kisaran tidak nyaman) sehingga sub model suhu

udara menggunakan batas tidak nyaman pada suhu udara 30 °C.

d. Evaluasi Model

Beberapa hal yang dilakukan dalam evaluasi model, yaitu :

a. Pengamatan kelogisan model serta membandingkan dengan dunia nyata atau

dengan model lain yang serupa. Setiap bagian dari model diamati untuk

mengevaluasi kelogisan hubungan antar komponen dan kelogisan keseluruhan

model secara utuh.

b. Pengamatan apakah perilaku model sesuai dengan perkiraan pada fase

konseptualisasi model.

c. Membandingkan antara perilaku model dengan dunia nyata.

Page 63: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

43

e. Penggunaan Model

Model yang sudah dibuat dapat digunakan untuk mempercepat proses

pembelajaran (double loop learning) dan dapat digunakan untuk menentukan skenario

pilihan kebijakan serta dapat untuk memperkirakan dampak dari skenario yang dipilih.

3.3.4. Analisis Kondisi Sosial, Ekonomi Masyarakat

Upaya untuk mewujudkan Kabupaten Bandung sebagai kota hijau, sangat

ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Dibutuhkan pemahaman,

persepsi, kesadaran dan sikap nyata dari masyarakat untuk mendukung terwujudnya

kota hijau tersebut. Beberapa informasi yang digali dari masyarakat adalah : kondisi

ekonomi (pendapatan), kondisi kualitas udara, kondisi cuaca khususnya suhu udara

saat ini dan perubahan suhu udara, potensi emisi CO2 dari kepemilikan kendaraan

bermotor, pengaruh industri terdekat, pengelolaan sampah, sikap dan persepsi

masayarakat dalam pengelolaan lingkungan khususnya dalam menangani pulau

bahang kota, serta kebijakan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan menurut

pandangan masyarakat.

Pengumpulan data sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Bandung, dilakukan

melalui wawancara secara langsung dengan masyarakat di lokasi penelitian.

Penentuan lokasi kecamatan dan responden yang akan diwawancarai menggunakan

metode purposive sampling. Lokasi kecamatan dipilih berdasarkan peta distribusi

suhu udara, dengan kriteria suhu udara yang lebih tinggi dibandingkan kecamatan lain.

Sedangkan penentuan jumlah responden dilakukan berdasarkan quota sampling

dengan kriteria responden minimal berumur 20 tahun dan telah tinggal di Kabupaten

Bandung minimal 5 tahun. Syarat umur responden minimal 20 tahun diharapkan dapat

memberikan informasi perubahan suhu udara dan perubahan iklim mikro perkotaan

lima tahun terakhir.

Informasi dikumpulkan melalui wawancara secara langsung dengan

menggunakan kuesioner yang terstruktur kepada warga masyarakat di wilayah

kecamatan terpilih (15 kecamatan). Tiap kecamatan diambil 12 responden sehingga

total di 15 kecamatan berjumlah 180 responden. Data hasil wawancara dengan

masyarakat, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif sehingga akan dapat

menggambarkan keadaan subyek atau obyek yang diteliti.

Page 64: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis

Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang.

Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6° 41’ – 7° 19’ Lintang Selatan

dan diantara 107° 22’ – 108°5’ Bujur Timur. Luas wilayah mencapai 3.073,70

km2. Kabupaten Bandung terdiri dari 31 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan.

Batas administrasi Kabupaten Bandung disajikan pada Gambar 7.

4.2. Kondisi Iklim

4.2.1. Tipe Iklim

Berdasarkan Klasifikasi Iklim Koppen, Kabupaten Bandung termasuk ke dalam

tipe iklim Am (iklim monsun tropis). Jumlah curah hujan pada bulan-bulan basah

pada daerah ini dapat mengimbangi kekurangan curah hujan pada bulan-bulan kering.

Sedangkan berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, Kabupaten Bandung

termasuk kedalam tipe iklim C dengan nilai Q 37,7 %. Berdasarkan klasifikasi iklim

Gambar 7 Peta wilayah administrasi Kabupaten Bandung.

Page 65: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

45

Oldeman, termasuk tipe iklim C3 dengan enam bulan basah berturut-turut dan empat

bulan kering berturut-turut serta jumlah bulan musim pertumbuhan sebesar delapan

bulan.

4.2.2. Curah Hujan

Curah hujan rataan tahunan Kabupaten Bandung dari tahun 1999 sampai dengan

tahun 2008 adalah 1.959 mm. Curah hujan rataan bulanan berkisar antara 36 mm

(bulan Agustus) dan 283 mm (bulan November). Pola curah hujan di Kabupaten

Bandung disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Curah hujan rataan bulanan Kabupaten Bandung.

Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa mulai bulan Oktober wilayah ini sudah

menerima curah hujan > 100 mm/bulan (bulan basah), mencapai maksimum pada

bulan November, kemudian cenderung menurun. Bulan Juni dan Juli mengalami

bulan lembab (curah hujan antara 60 sampai 100 mm per bulan), dan mengalami

musim kering pada bulan Agustus dan September.

4.2.3. Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu udara rataan tahunan dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2008, tercatat

23,4 °C, dengan suhu rataan bulanan terendah 22,9 °C (bulan Februari), dan tertinggi

24,4 °C (bulan November). Kelembaban udara rataan tahunan terukur 78 %, dengan

Curah Hujan Rataan Bulanan (mm)

0

50

100

150

200

250

300

J F M A M J J A S O N D

Curah Hujan Rataan

Bulanan (mm)

Sumber : Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika (2009)

Page 66: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

46

kelembaban rataan bulanan terendah 73 % (bulan Agustus dan September) dan

tertinggi 81 % (bulan November, Desember, Januari dan Maret, April, Mei).

Gambar 9 Suhu rataan bulanan Kabupaten Bandung.

Gambar 10 Kelembaban udara rataan bulanan Kabupaten Bandung.

Berdasarkan Gambar 9 dan 10, terlihat bahwa wilayah Kabupaten Bandung

suhu udara dan kelembaban udara dari bulan ke bulan berfluktuasi. Kelembaban udara

cenderung tinggi pada bulan November sampai dengan bulan Mei, kemudian

menurun mencapai kelembaban terendah pada bulan Agustus dan September.

Kelembaban Udara Rataan Bulanan (%)

68

70

72

74

76

78

80

82

J F M A M J J A S O N D

Bulan

- Suhu Udara Rataan Bulanan (ºC)

22.0

22.5

23.0

23.5

24.0

24.5

J F M A M J J A S O N D Bulan

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (2009)

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (2009)

Page 67: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

47

4.2.4. Kecepatan dan Arah Angin

Kisaran rataan kecepatan angin bulanan dari tahun 1999 sampai dengan tahun

2008, tercatat sebesar 4 km/jam (bulan April) sampai dengan 5,7 km/jam (bulan

Februari). Angin di Kabupaten Bandung pada bulan Desember sampai dengan Mei

dipengaruhi oleh angin yang berasal dari arah barat, sedangkan pada bulan Juni

sampai dengan November dipengaruhi oleh angin yang berasal dari arah timur.

Gambar 11 Kecepatan angin rataan bulanan Kabupaten Bandung.

Angin yang mengalir di Kabupaten Bandung dipengaruhi oleh angin yang

berasal dari arah barat, timur, timur laut dan barat laut. Angin dominan mengalir dari

arah barat dengan kecepatan pada kisaran >2,5 - 5,0 km/jam (28,6 %), >5,0 - 7,5

km/jam (14 %) dan 0 – 2,5 km/jam hanya 1,2 %.

Kecepatan angin yang berasal dari arah timur dengan kecepatan >5,0 - 7,5

km/jam sebesar 10,7 %, >2,5 - 5,0 km/jam sebesar 19 % dan kecepatan angin 0 - 2,5

sebesar 4,8 %. Angin dari timur laut persentasenya lebih kecil bila dibandingkan

dengan angin yang berasal dari arah barat dan timur. Kecepatan angin antara >2,5 -

5,0 km/jam hanya sebesar 4,8 % dan kecepatan angin antara 0 – 2,5 km/jam sebesar

3,6 %. Angin yang berasal dari barat laut juga persentasenya kecil dengan kecepatan

rendah. Kecepatan angin yang terukur antara >2,5 - 5,0 km/jam sebesar 1,2 % dan

antara 0 – 2,5 km/jam hanya 1,2 %.

(km/jam)

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

J F M A M J J A S O N D

Bulan

Sumber : Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika (2009)

Page 68: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

48

4.3. Topografi

Wilayah Kabupaten Bandung terletak pada kisaran ketinggian + 110 m - 2.429 m

di atas permukaan laut. Wilayah dengan ketinggian tempat kurang dari 2000 m di atas

permukaan laut, sebagian besar berada di Kecamatan Cipeundeuy, Ciwidey,

Kertasari, Lembang dan Pasirjambu. Sedangkan wilayah dengan ketinggian 2000 m di

atas permukaan laut tersebar di Kecamatan Banjaran, Kertasari, Pacet, Pangalengan

dan Pasirjambu. Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan. Di antara

puncak-puncaknya adalah : sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul (2.200 m)

dan Gunung Tangkubanperahu (2.076 m). Sedangkan di selatan terdapat Gunung

Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung Papandayan (2.262 m)

dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut.

Wilayah Kabupaten Bandung merupakan cekungan di dataran tinggi Bandung yang

morfologi wilayahnya terdiri dari dataran datar/landai, kaki bukit dan pegunungan.

Kemiringan lerengnya bervariasi antara 0-8%, 8-15% hingga > 40%.

4.4. Kondisi Penutupan Lahan

Luas wilayah Kabupaten Bandung adalah 176.393 ha. Berdasarkan Status

Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung tahun 2009, jenis penutupan lahan berupa

hutan seluas 52.715 ha, lahan pertanian 86.384 ha, lahan kritis 10.013 ha, dan

permukiman 27.282 ha. Kawasan hutan terdiri dari kawasan konservasi cagar alam

Patengan, Cagar Alam Gunung Malabar, Cagar Alam Cigenteng, Cagar Alam

Yunghun, Cagar Alam Gunung Tilu, Taman Wisata Alam Telaga Patengan, dan

Taman Wisata Alam Cimangu Kawasan hutan juga terdiri dari hutan lindung di

Cileunyi, Cimenyan, Cilengkrang, Banjaran, Pengalengan, Cimaung, Pacet,

KertasariPaseh, Ibun, Pasirjambu, CiwideyRancabali, dan Cangkuang.

4.5. Kondisi Sosial Ekonomi

Berdasarkan data hasil SUSEDA (survey sosial ekonomi daerah) Kabupaten

Bandung yang dilakukan pada tahun 2008, diketahui bahwa jumlah penduduk tercatat

3.127.008 orang, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,95 %. Berdasarkan sebaran

kelompok umur, penduduk Kabupaten Bandung kisaran umur 0 – 14 tahun tercatat

927.594 orang, sedangkan kisaran umur 15 – 64 tahun tercatat 2.054.721 dan

Page 69: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

49

kelompok umur di atas ≥ 65 tahun tercatat 144.693 orang. Dari data ini terlihat bahwa

penduduk Kabupaten Bandung didominasi oleh usia antara 15 – 64 yaitu sebesar

66 %.

Berdasarkan hasil SUSEDA yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Bandung pada

tahun 2008, persentase terbesar jenjang pendidikan penduduk Kabupaten Bandung

adalah tamat sekolah dasar yaitu 37,11 %. Penduduk yang belum dan yang tidak

tamat sekolah dasar (SD) sebesar 17,27 %. Penduduk yang tamat SLTP sebanyak

24,03 %. Tamat SLTA 18,24 %. Lulusan perguruan tinggi masih sedikit, yaitu hanya

3,35 %. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan

penduduk Kabupaten Bandung masih rendah sehingga perlu perhatian pemerintah

daerah dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia khususnya di bidang

pendidikan. Dengan tingkat pendidikan yang baik akan lebih mempermudah

sosialisasi program kota hijau khususnya dalam meningkatkan kesadaran dan

dukungan akan pentingnya memperbaiki lingkungan.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat, khususnya mengenai angkatan kerja,

disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa angkatan kerja

yang bekerja di sektor pertanian dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008

mengalami penurunan. Sedangkan sektor industri, perdagangan dan jasa meskipun

berfluktuasi dari tahun ke tahun tetapi secara umum tidak begitu banyak mengalami

perubahan. Ada indikasi perpindahan lapangan usaha penduduk dari sektor pertanian

ke sektor sektor lainnya (pertambangan, listrik gas dan air, angkutan dan komukasi,

koperasi dan lembaga keuangan), sehingga proporsi sektor lainnya mencapai 22,54 %.

Sektor industri merupakan sektor paling banyak menyerap tenaga kerja.

Tabel 3 Persentase lapangan pekerjaan penduduk kabupaten Bandung pada tahun

2008

Lapangan Pekerjaan Tahun

2005 2006 2007 2008 Angkatan Kerja

- Pertanian 26,25 25,86 25,02 20,66

- Industri 27,00 26,42 23,56 27,08

- Perdagangan 18,92 19,06 18,54 19,51

- Jasa 10,57 10,76 21,19 10,21

- Lainnya 17,26 17,90 11,69 22,54

Angkatan Kerja yang

Menganggur

14,97 14,73 14,64 13,19

Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2005-2008

Page 70: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

50

Produk domestik regional bruto Kabupaten Bandung dihitung berdasarkan

sembilan sektor ekonomi yaitu pertanian; pertambangan dan penggalian; industri

pengolahan; listrik, gas dan air; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran;

pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan jasa.

Produk domestik regional bruto belum memperhitungkan sektor lingkungan hidup

yang lain, misalnya pendapatan dari ekowisata. Kesembilan sektor ekonomi tersebut

dikelompokkan menjadi tiga yaitu : sektor primer, sekunder, dan tersier. Sektor

sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Bandung.

Total nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor sekunder di

tahun 2008 mencapai Rp. 24,57 trilyun, atau meningkat 15,30 % dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar Rp. 21,31 trilyun.

Tabel 4 Produk domestik regional bruto Kabupaten Bandung atas dasar harga

berlaku tahun 2008 (x 106 rupiah)

Lapangan Usaha x 106 Rupiah

1. Primer

- Pertanian

- Pertambangan dan penggalian

3.221.936,07

2.753.632,27

468.303,80

2. Sekunder

- Industri pengolahan

- Listrik, gas dan air

- Bangunan

24.566.798,29

23.275.745,49

642.658,74

648.394,06

3. Tertier

- Perdagangan, hotel dan restoran

- Pengangkutan dan komunikasi

- Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

- Jasa

10.501.000,77

6.005.197,92

1.766.609,79

792.877,54

1.936.315,52

PDRB 38.289.735,12

Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2005-2008

Page 71: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pulau Bahang Kota di Kabupaten Bandung

Pulau bahang kota di Kabupaten Bandung dipengaruhi oleh gas rumah kaca

khususnya CO2, lahan terbangun, dan ruang terbuka hijau di wilayah tersebut. Gas

CO2 berpengaruh terhadap absorbsi radiasi gelombang panjang serta peningkatan

suhu udara. Nowak dan McPherson (1993) menyatakan bahwa peningkatan CO2 di

atmosfer akan menyebabkan peningkatan suhu udara melalui pemanasan udara akibat

adanya penyerapan radiasi gelombang panjang oleh CO2. Trewartha dan Horn (1995)

juga menyatakan bahwa pencemaran atmosfer di kawasan perkotaan akibat dari emisi

polutan udara kendaraan bermotor dan industri, akan mengakibatkan terperangkapnya

radiasi terestrial di troposfer sehingga menghambat lolosnya radiasi terestrial tersebut

ke angkasa. Hal ini menyebabkan suhu udara menjadi meningkat. Faktor lain yang

mempengaruhi pulau bahang kota adalah lahan terbangun. Lahan terbangun

berpengaruh pada proses refleksi dan absorbsi radiasi yang juga mengakibatkan

peningkatan suhu udara, sedangkan ruang terbuka hijau berperan terhadap penurunan

suhu udara melalui proses refleksi radiasi, evapotranspirasi dan fotosintesis.

5.1.1. Sumber Pulau Bahang Kota dari Emisi CO2

Jumlah Penduduk

Penduduk Kabupaten Bandung tahun 2006 berjumlah 2.994.551 orang, tahun

2007 menjadi 3.038.082 orang, dan tahun 2008 semakin meningkat menjadi

3.127.008 orang. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk 1,95 %/tahun. Kepadatan

penduduk dari tahun ke tahun juga meningkat. Tercatat pada tahun 2006, kepadatan

penduduk sebesar 1.694 orang/km2, meningkat menjadi 1.769 orang/km

2 (tahun 2008).

Jumlah, kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung, disajikan

pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah, kepadatan dan pertumbuhan penduduk

Tahun Jumlah

Penduduk

(orang)

Kepadatan Penduduk

(Org/km2)

Laju Pertumbuhan

Penduduk

(%) 2006 2.994.551 1.694 1,45

2007 3.038.082 1.718 1,45

2008 3.127.008 1.769 2,93 Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2005-2008

Page 72: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

52

Suhu udara sangat dipengaruhi oleh produksi gas rumah kaca khususnya CO2

yang dikeluarkan oleh penduduk. Environmental Protection Agency (2010),

menyatakan bahwa pernapasan manusia mengeluarkan CO2 1 kg/hari atau sama

dengan 0,365 ton/orang/tahun. Berdasarkan hal tersebut, maka semakin tinggi jumlah

penduduk, maka juga semakin banyak gas CO2 yang dihasilkan dari manusia.

Pertambahan jumlah penduduk sangat potensial meningkatkan emisi CO2 ke atmosfer

sehingga dapat meningkatkan efek negatif terutama dalam hal peningkatan suhu udara

pulau bahang kota.

Selain CO2 yang dikeluarkan manusia melalui pernapasan, CO2 juga dikeluarkan

dari pemakaian bahan bakar dari aktivitas rumah tangga seperti yang disajikan pada

Tabel 6. Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah Kabupaten

Bandung (2009), tercatat mayoritas rumah tangga menggunakan bahan bakar gas

yaitu sebesar 85,79 %. Rumah tangga yang menggunakan minyak tanah, kayu bakar

dan listrik persentasenya kecil. Berdasarkan data dokumen Kabupaten Bandung dalam

Angka tahun 2009, diketahui jumlah rumah tangga adalah sebesar 885.674, maka

dapat diperkirakan emisi CO2 dari penduduk kabupaten Bandung dari aktifitas rumah

tangga sebanyak 557.374,73 kg CO2/rumah tangga/tahun. Berdasarkan perhitungan

emisi CO2 dari aktivitas rumah tangga, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

jumlah penduduk (jumlah rumah tangga) maka akan semakin tinggi juga kebutuhan

akan bahan bakar, serta akan menyebabkan emisi CO2 dari aktivitas tersebut semakin

meningkat pula.

Tabel 6 Emisi CO2 yang dikeluarkan oleh rumah tangga dalam menggunakan bahan

bakar di Kabupaten Bandung (2009)

BBM untuk

Memasak

Jumlah Rumah

Tangga

%

Emisi CO2

(kg/rumah

tangga/tahun)

Total Emisi

(kg CO2/tahun)

Listrik 68 0,01 1.459,56 99.250,08

Gas 713.054 85,79 607,68 433.308,65

Minyak Tanah 23.862 2,87 1.039,98 24.816,00

Kayu Bakar 94.130 11,33 - - Sumber : Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (2009)

Jumlah Kendaraan

Volume kendaraan bermotor yang beroperasi di Kabupaten Bandung bervariasi

tergantung waktu (jam). Jam (waktu) puncak pada pagi hari mulai dari pukul 07.00-

08.00, sedangkan waktu puncak pada sore hari terjadi pada pukul 16.00-17.00 dengan

Page 73: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

53

jumlah kendaraan yang beroperasi sekitar 30.000. Lokasi kepadatan kendaraan

bervariasi tergantung jalan yang dilewati. Jalan yang padat kendaraan terjadi pada

jalan-jalan utama. Data selengkapnya mengenai volume kendaraan bermotor pada

setiap jamnya di ruas-ruas jalan di Kabupaten Bandung tercantum pada Lampiran 7,

sedangkan hasil penghitungan kendaraan bermotor secara langsung yang dilakukan

pada Bulan November 2009 di Jl. Kopo-Sayati, disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil penghitungan kepadatan kendaraan di Jalan Kopo (November 2009)

Waktu Kendaraan

Roda Dua

Kendaraan

Roda Empat

Truk Bus

06.00-07.00 9.347 1.689 65 14

12.00-13.00 13.678 1.911 172 5

15.00-16.00 2.210 850 272 3

Purnomohadi (1995) menyatakan bahwa kontribusi sektor transportasi terhadap

polutan udara adalah sebesar 90 %. Hasil penelitian Soedomo (2001) di Bandung,

menunjukkan bahwa sektor transportasi menghasilkan beberapa jenis polutan udara

yaitu CO sebesar 97,4 %, NOx 56,3 %, SOx sebesar 12 %, hidrokarbon 78,5 % dan

partikulat sebesar 27,4 %. Jika dibandingkan aktifitas sumber pencemar lainnya, maka

transportasi merupakan penyumbang polutan udara tertinggi kecuali untuk senyawa

SOx.

Senyawa polutan udara yang mempengaruhi suhu udara secara langsung adalah

CO2. Polutan CO2 yang dikeluarkan sektor transportasi dari kendaraan bermotor dapat

diperkirakan dari kebutuhan bahan bakar baik bensin maupun solar per kendaraan.

Kendaraan bermotor mengeluarkan CO2 sebesar 2,33 kg dari pemakaian per liter

bahan bakar.

Berdasarkan data Status Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung tahun 2009,

diketahui bahwa pemakaian premium kendaraan mobil pribadi roda empat rata-rata

sebesar 9,9 liter/hari, sedangkan mobil umum 24,74 liter/hari. Kendaraan roda dua

rata-rata membutuhkan premium rata-rata 1,85 liter/hari. Pemakaian bahan bakar

solar untuk kendaraan pribadi roda empat rata-rata sebesar 11,96 liter/hari, sedangkan

kendaraan umum 28,68 liter/hari.

Jumlah kendaraan pada tahun 2003 tercatat 76.144 kendaraan roda dua dan

22.670 kendaraan roda empat. Pada tahun 2008 tercatat kendaraan bermotor roda dua

sebesar 181.605, sedangkan kendaraan roda dua sebesar 28.411 kendaraan. Laju

Page 74: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

54

peningkatan kendaraan bermotor roda empat 5,06 %/tahun, sedangkan kendaraan roda

dua sebesar 27,7 %. Dari kecenderungan terus meningkatnya kendaraan bermotor

terutama kendaraan roda dua, maka dikhawatirkan permintaan bahan bakar fosil

bensin akan meningkat tajam. Akibatnya, emisi polutan udara khususnya CO2 akan

terus meningkat sehingga akan meningkatkan efek pulau bahang terutama suhu udara.

Industri

Sektor industri merupakan sektor penting dalam menyumbang PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bandung. Industri di Kabupaten bandung

terdiri dari industri kain blacu, tenun, sarung, handuk, T-shirt, cotton bud, pakaian jadi,

gendongan bayi, benang pintal, benang texture, benang polyster, katun dari serat

rayon, kain tenun dari benang filament, aneka macam tas, kain asahi polyester (kain

paris, kain gordyn), sol sepatu dalam-luar/sol sepatu, sarung tangan golf, topi, alas

kaki (aneka sepatu, sendal) dan aneka barang dari kulit.

Lokasi industri di Kabupaten Bandung tersebar di Kecamatan Cileunyi,

Margaasih, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Margahayu, Pameungpeuk, Banjaran,

Katapang, Baleendah, Majalaya, Solokanjeruk, dan Kecamatan Rancaekek.

Pertumbuhan jumlah industri besar maupun sedang di Kabupaten Bandung, sejak

terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 mengalami penurunan. Sejak saat itu jumlah

unit industri menurun 3,5 % per tahun.

Berdasarkan data tahun 2009, seluruh industri di Kabupaten Bandung

mengkonsumsi bahan bakar total sebanyak 823.841,5 ton. Apabila bahan bakar total

yang dikonsumsi sektor industri dikonversi berdasarkan emisi CO2, maka

diperkirakan sektor industri menghasilkan CO2 sebesar 1.919.551 ton/tahun. Emisi

CO2 dari sektor industri dapat meningkatkan suhu udara melalui peningkatan absorbsi

radiasi gelombang panjang oleh CO2. Hal ini akan memperburuk kondisi pulau

bahang kota.

Emisi CO2 Total dari Aktivitas Manusia

Jumlah penduduk, jumlah kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat terus

meningkat di Kabupaten Bandung dengan laju masing-masing sebesar 1,95%, 23%,

dan 4,3%. Peningkatan jumlah penduduk juga menyebabkan terjadinya peningkatan

produksi sampah. Sampah mengemisikan gas rumah kaca methana yang

menyebabkan peningkatan suhu udara. Menurut Suprihatin et al. (2003), produksi

Page 75: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

55

sampah per orang adalah 0,6 kg/hari atau 214 kg/tahun. Per kg sampah menghasilkan

235 L methana (CH4), sedangkan 0,5 juta ton methana setara dengan 12,8 juta ton

CO2. Dengan jumlah penduduk sebanyak 3.127.008 orang, maka produksi sampah

diperkirakan sebanyak 684.815 ton yang menghasilkan gas rumah kaca setara CO2

sebanyak 1.753.126 ton. Berdasarkan data jumlah kendaraan roda dua dan roda empat,

jumlah penduduk, jumlah konsumsi bahan bakar industri dan produksi sampah,

diperkirakan emisi CO2 total Kabupaten Bandung sebanyak 4.563.174 ton/tahun.

Berdasarkan hasil analisis potensi emisi gas CO2, maka untuk mengendalikan

pulau bahang kota adalah dengan cara mengendalikan emisi CO2 dari beberapa faktor

yaitu pengendalian jumlah penduduk, jumlah kendaraan bermotor, konsumsi bahan

bakar fosil untuk aktivitas rumah tangga, serta pengendalian produksi sampah dengan

minimisasi limbah.

5.1.2. Penutupan Lahan

Pulau bahang kota selain dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 juga dipengaruhi

oleh jenis penutupan lahan. Hasil analisis penutupan lahan dengan menggunakan citra

landsat tahun 2003 dan tahun 2008, diketahui bahwa beberapa jenis penutupan lahan

mengalami peningkatan diantaranya adalah lahan terbuka (1,4%), dan lahan

terbangun (130%). Sedangkan jenis penutupan lahan yang berkurang adalah hutan

(49,15%), dan lahan pertanian (3,23%). Peta penutupan lahan Kabupaten Bandung

tahun 2003 dan tahun 2008, disajikan pada Gambar 12 dan Gambar 13.

Gambar 12 Penutupan lahan Kabupaten Bandung tahun 2003.

Page 76: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

56

Gambar 13 Penutupan lahan Kabupaten Bandung tahun 2008.

Jenis penutupan lahan yang mengalami penurunan luas, yaitu hutan dan lahan

pertanian. Luas hutan di Kabupaten Bandung pada tahun 2003 yaitu 59.893,82 ha,

sedangkan lahan pertanian seluas 96.841,14 ha. Lima tahun kemudian kedua jenis

penutupan lahan ini menurun, luas hutan menjadi 30.454,10 ha, sedangkan lahan

pertanian menjadi 93.709,87 ha. Jenis penutupan lahan yang mengalami peningkatan

yaitu lahan terbangun dan lahan terbuka. Luas lahan terbangun tahun 2003 yaitu

15.950,97 ha, meningkat menjadi 36.688,95 ha pada tahun 2008. Lahan terbuka

meningkat dari 3.552,73 ha pada tahun 2003, menjadi 8.524,09 ha pada tahun 2008.

Secara umum di Kabupaten Bandung mengalami penurunan ruang terbuka hijau

(hutan, lahan pertanian), sedangkan lahan terbangun cenderung meningkat. Perubahan

penutupan wilayah Kabupaten Bandung disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Luas jenis penutupan lahan tahun 2003 dan 2008

Jenis Penutupan Lahan 2003 (ha) 2008 (ha) Hutan 59.893,82 30.454,10

Lahan pertanian 96.841,14 93.709,87

Lahan terbangun 15.950,97 36.688,95

lahan terbuka 3.552,73 8.524,09

Page 77: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

57

Setiap jenis penutupan lahan mempunyai nilai albedo yang berbeda. Albedo

lahan terbangun sebesar 0,12; albedo tanah terbuka 0,17; albedo hutan 0,15 (Akbari

2008). Nilai albedo masing-masing jenis penutupan lahan menentukan proses

absorbsi dan refleksi (pantulan) radiasi. Pada jenis penutupan lahan yang sama

misalnya jenis lahan terbangun, maka semakin tinggi nilai albedo, akan semakin

tinggi pula radiasi yang direfleksikan ke atmosfer sehingga nilai radiasi neto akan

rendah. Radiasi neto yang rendah akan menyebabkan suhu udara juga rendah.

Sebaliknya semakin rendah nilai albedo, maka semakin sedikit radiasi yang

direfleksikan ke atmosfer, sehingga radiasi neto tinggi. Energi radiasi neto yang tinggi

menyebabkan suhu udara menjadi tinggi. Jenis penutupan lahan ruang terbuka hijau

berupa lapangan rumput dengan hutan akan memiliki albedo berbeda.

Tinggi rendahnya suhu udara tidak hanya ditentukan oleh nilai albedo, tetapi

juga ditentukan oleh neraca energi radiasi neto (Arya 2001). Meskipun albedo tanah

terbuka (0,17) lebih besar dibandingkan hutan (0,15), tetapi suhu udara di dalam

hutan lebih rendah dibandingkan suhu udara tanah terbuka. Radiasi yang direfleksikan

lapangan tanah terbuka lebih besar dan menyebabkan radiasi neto lebih kecil, tetapi

karena nilai ΔHS (penggunaan energi untuk fotosintesis) dan HL (energi yang

digunakan untuk evapotranspirasi) lapangan rumput lebih kecil bahkan mungkin 0,

maka energi radiasi neto di tanah terbuka banyak digunakan untuk HG (memanaskan

permukaan) dan H (memanaskan udara) sehingga suhu udara di lapangan rumput

lebih tinggi dibandingkan hutan. Sebaliknya, energi radiasi neto di hutan lebih banyak

digunakan untuk ΔHS dan HL sehingga nilai H (pemanasan udara) lebih kecil. Hal ini

menyebabkan suhu udara di hutan lebih rendah (Arya 2001).

Masing-masing jenis ruang terbuka hijau mempunyai albedo dan neraca radiasi

serta neraca energi yang berbeda sehingga akan menghasilkan suhu udara yang

berbeda juga. Pada intensitas radiasi surya yang sama, apabila jatuh di area ruang

terbuka hijau, maka suhu udaranya akan lebih rendah dibandingkan dengan area

dengan penutupan lahan berupa beton dan aspal. Fungsi ruang terbuka hijau dalam

menurunkan suhu udara sangat penting. Hal ini didukung oleh penelitian Mather

(1974) yang melakukan pengukuran suhu udara di beberapa jenis permukaan. Secara

berurutan suhu udara dari yang terendah sampai suhu udara tertinggi adalah sebagai

berikut : hamparan pohon oak (27 ºC), lapangan rumput (31 ºC), dan jalan beton tanpa

peneduh tumbuhan (35 ºC). Kecenderungan terjadinya penurunan ruang terbuka hijau,

Page 78: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

58

dan meningkatnya lahan terbangun serta tanah terbuka di Kabupaten Bandung

berpotensi meningkatkan suhu udara.

5.1.3. Kondisi Pulau Bahang Kota di Wilayah Penelitian

Kondisi pulau bahang kota di wilayah penelitian (Wilayah I, II dan III) selain

dipengaruhi oleh CO2 juga ditentukan oleh persentase luas lahan terbangun serta

ruang terbuka hijau di wilayah penelitian tersebut. Luas keseluruhan wilayah

perkotaan dalam penelitian adalah 29.321 ha. Terdiri dari Wilayah I seluas 6.570 ha,

Wilayah II seluas 13.807 ha dan Wilayah III seluas 8.944 ha.

Luas area dengan suhu ≥ 27 °C di Wilayah I adalah seluas 161,59 ha (2,46 %),

sedangkan Wilayah II seluas 130,5 ha (0,95 %) dan Wilayah III seluas 81,5 ha

(0,91 %). Kondisi pulau bahang kota di wilayah penelitian disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Kondisi pulau bahang kota di Kabupaten Bandung

Area

Luas

(ha)

Persentase

Luas Lahan

Terbangun

(%)

Persentase

Luas RTH

(%)

Luas Area

> 27 °C

Suhu

Tertinggi

(°C)

Suhu

Terendah

(°C)

Wilayah I 6.570 60 29 161,59 ha

(2,46 %)

29 22

Wilayah II 13.807 40 45 130,5 ha

(0,95 %)

28 21

Wilayah III 8.944 37 52 81,5 ha

(0,91 %)

27 20

Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan bahwa meskipun luas Wilayah I lebih kecil

tetapi persentase area dengan suhu ≥ 27 °C lebih besar dibandingkan dengan Wilayah

II dan III. Hal ini disebabkan di Wilayah I memiliki persentase lahan terbangun paling

tinggi sedangkan persentase ruang terbuka hijau rendah sehingga radiasi neto yang

sampai di permukaan lebih banyak digunakan untuk memanaskan permukaan tersebut

serta udara di sekitarnya. Kondisi ini menyebabkan suhu udara menjadi tinggi.

Jumlah radiasi yang sama, suhu udara di sekitar lahan terbangun akan lebih

tinggi dibandingkan dengan ruang terbuka hijau karena ruang terbuka hijau

memanfaatkan energi radiasi neto tidak hanya untuk memanaskan permukaan, tetapi

juga untuk fotosintesis serta evapotranspirasi. Hal ini sesuai pernyataan Trewartha

dan Horn (1995), bahwa kawasan perkotaan umumnya kurang tumbuhan sehingga

evapotranpirasi rendah, sehingga sebagian besar energi radiasi yang diterima akan

dikonduksikan ke permukaan dan digunakan untuk memanaskan udara.

Page 79: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

59

Persentase yang tinggi dari tutupan lahan berbahan beton dan aspal di kawasan

perkotaan menyebabkan penyerapan energi radiasi sangat efektif karena bahan

tersebut merupakan konduktor panas yang baik. Mather (1974), juga menyatakan

bahwa permukaan berupa tanah, rumput, ataupun aspal dan beton mempunyai

konduktivitas panas dan kapasitas panas yang berbeda. Oleh karena itu radiasi surya

yang jatuh pada suatu permukaan akan menyebabkan variasi suhu yang berbeda, dan

permukaan berupa beton dan aspal menghasilkan suhu udara yang lebih tinggi

dibandingkan permukaan bertumbuhan.

Berdasarkan hasil analisis spasial distribusi suhu udara di area penelitian,

diketahui bahwa suhu udara tertinggi di Wilayah I yaitu 29 °C (di Kecamatan

Margahayu), dan terendah 22 °C (Kecamatan Margaasih). Sedangkan suhu udara

tertinggi di Wilayah II terukur 28 °C (Kecamatan Baleendah) dan terendah 21 °C (di

Kecamatan Soreang). Suhu udara tertinggi di Wilayah III terukur 27 °C (di

Kecamatan Rancaekek), dan terendah 20 °C (di Kecamatan Majalaya). Dari ketiga

wilayah tersebut, diketahui bahwa terdapat perbedaan suhu udara di pusat kota dengan

wilayah transisi dengan perdesaan. Perbedaan suhu udara pada masing-masing area

penelitian mencapai 7 °C. Lebih tingginya suhu udara di area perkotaan

dibandingkan area perdesaan bervegetasi, didukung oleh penelitian Nichol dan Wong

(2005) yang melakukan penelitian dengan menggunakan 3D virtual reality model di

Kota Hongkong. Hasil penelitian Nichol dan Wong (2005), menjelaskan bahwa area

perkotaan yang didominasi oleh gedung-gedung yang rendah, suhu udaranya 6 °C

lebih tinggi dibandingkan dengan area bervegetasi.

Selain Nichol dan Wong (2005), penelitian serupa juga dilakukan oleh Chang et

al. (2007) yang melakukan pengukuran suhu udara di 61 titik di Kota Taipei. Hasil

pengukuran itu menunjukkan bahwa suhu udara di ruang terbuka hijau 0,81 K lebih

rendah dibandingkan dengan area terbuka tanpa vegetasi. Hal ini juga sesuai dengan

pernyataan Trewartha dan Horn (1995), bahwa efek pulau bahang yang terjadi di area

perkotaan menyebabkan terjadinya perbedaan energi antara perkotaan dengan

perdesaan sehingga menyebabkan perbedaan suhu udara dimana suhu udara area

perkotaan lebih tinggi dibandingkan area perdesaan.

Page 80: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

60

5.1.4. Distribusi Suhu Udara

Berdasarkan peta distribusi suhu udara tahun 2008 di wilayah penelitian,

diketahui bahwa di area perkotaan dengan persentase luas lahan terbangun tinggi dan

persentase luas ruang terbuka hijau rendah, menyebabkan suhu udara lebih tinggi

dibandingkan dengan area yang masih banyak tertutup tumbuhan. Wilayah dengan

suhu tinggi di area penelitian di Kabupaten Bandung tersebut terdapat di Kecamatan

Margahayu, Margaasih, Dayeuhkolot, Baleendah, Bojongsoang, Rancaekek, Cileunyi,

Pameungpeuk dan Majalaya. Sebaliknya, berdasarkan peta distribusi suhu udara juga

diketahui bahwa wilayah dengan tumbuhan yang masih rapat dan luas suhu udaranya

relatif rendah. Area suhu rendah terdapat di wilayah Kabupaten Bandung bagian

selatan yaitu di Kecamatan Ciwidey dan Pasir Jambu. Area suhu rendah juga terdapat

di sebagian wilayah Kecamatan Pengalengan, Kertasari, Pacet, Ibun, Cimaung,

Banjaran dan Arjasari. Peta distribusi suhu udara disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14 Distribusi suhu udara tahun 2008 di Kabupaten Bandung.

Selain Mather (1974), penelitian yang mendukung akan pentingnya

pengendalian lahan terbangun dan pulau bahang kota, yaitu dilakukan oleh Weng dan

Yang (2004). Weng dan Yang (2004) menganalisis dampak dari percepatan

pembangunan kota di Guangzhou terhadap perluasan pulau bahang kota. Berdasarkan

hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa efek termal dari pembangunan perkotaan

yang dilakukan sejak tahun 1960 sampai dengan tahun 1997, menyebabkan luas pulau

bahang kota meningkat sebesar enam kali lipat. Penelitian tersebut juga menjelaskan

Page 81: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

61

bahwa tumbuhan mempunyai peran penting dalam menurunkan radiasi termal yang

dipancarkan ke atmosfer sehingga suhu udara menjadi rendah. Tumbuhan berupa

pohon dapat menurunkan suhu udara 2,1 ºC. Penanaman pohon-pohonan di kiri kanan

jalan dapat menurunkan suhu 0,9 ºC.

Berdasarkan penelitian ini serta berdasar pada penelitian Mather (1974) serta

Weng dan Yang (2004), maka pengendalian laju pertumbuhan lahan terbangun di

perkotaan harus menjadi perhatian agar tidak terjadi perluasan pulau bahang kota

serta peningkatan suhu udara. Selain itu, untuk mengatasi pulau bahang kota agar

dapat mewujudkan kota hijau di Kabupaten Bandung, maka perlu dilakukan

pembangunan ruang terbuka hijau khususnya hutan kota di kecamatan-kecamatan

dengan suhu udara tinggi agar terjadi penurunan suhu udara sehingga terjadi

ameliorasi (perbaikan) kondisi iklim di area tersebut.

5.1.5. Peran Ruang Terbuka Hijau dalam Mengatasi Pulau Bahang Kota

5.1.5.1. Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Bandung

Luas total kawasan perkotaan di area penelitian yaitu 29.512 ha. Di kawasan

perkotaan ini memiliki ruang terbuka hijau 42%. Hal ini sudah memenuhi syarat

minimal ruang terbuka hijau. Distribusi ruang terbuka hijau belum merata di semua

kawasan perkotaan. Ruang terbuka hijau di Wilayah I baru mencapai 29 %. Ruang

terbuka hijau di Kabupaten Bandung meskipun telah memenuhi syarat perundang-

undangan, tetapi karena distribusinya tidak merata dan jenis ruang terbuka hijau

berupa pohon (hutan kota) sangat kurang, maka tidak efektif dalam menurunkan efek

pulau bahang. Ruang terbuka hijau berupa taman kota dan taman pulau jalan, tidak

efektif dalam mengabsorbsi CO2, menurunkan suhu udara, serta tidak efektif dalam

meningkatan kelembaban udara.

Ruang terbuka hijau di wilayah Kabupaten Bandung mempunyai berbagai jenis

dan kondisi yang bervariasi. Jenis ruang terbuka hijau berupa hutan kota, persawahan,

kebun campur, dan hutan. Jenis ruang terbuka hijau berupa hutan terletak di area

yang relatif jauh dari pusat kegiatan (perdagangan, industri dan jasa). Ruang terbuka

hijau di Kabupaten Bandung disajikan pada Tabel 10.

Page 82: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

62

Tabel 10 Kondisi fisik ruang terbuka hijau di Kabupaten Bandung

No Lokasi Jenis RTH

Jenis Tumbuhan

Diame-

ter

(cm)

Tinggi

(m)

ILD Bentuk

Hutan Kota

Kondisi

Tumbuhan

1. PT Unilon Hutan Kota Mahoni 26-113 11-15 0,778 Jalur Sehat,

2. Kopo Sayati Hutan Kota Kamboja, palem - 2,5-3 - Jalur

(Jarang)

-

3. Kawah Putih Hutan Eucalyptus 11-42 13-18 0,419 Mengelom-

pok

Sehat

4. Kec. Pasir

Jambu

Kebun

campuran

Sawo walanda, waru,

sengon

2-12 4-12 0,076 Mengelom-

pok dan

tersebar

Sehat

5. Perumahan

Griya Prima

Asri

Hutan Kota Angsana, jambu biji,

jambu air, krey

payung, karet kerbau,

mahkota dewa

7-35 2-8 0,891 Jalur,

tersebar

Sehat

6. Pemda

Bandung

(Soreang)

Hutan Kota Bungur, mahoni,

angsana, asam kranji,

asam kawak, kersen,

ketapang, krey

payung, palem raja,

glodogan tiang,

beringin, akasia

10-31 6-17 0,644 Mengelom-

pok, tersebar

Sehat

7. Depan Hotel

Antik

(Banjaran)

Sawah Padi, pisang, kelapa - 3-10 0,000 - Sehat

Keterangan : ILD = indeks luas daun

Ruang terbuka hijau berupa hutan kota berbentuk jalur terdapat di kawasan

industri dengan jenis tumbuhan mahoni dewasa yang ditanam di jalur kanan kiri jalan.

Penggunaan jenis tumbuhan mahoni ditujukan untuk dapat menciptakan kenyamanan

(iklim mikro) bagi para pekerja. Hal ini berbeda dengan jenis tumbuhan yang

dikembangkan di kompleks pertokoan Kopo Sayati, yang lebih menekankan pada

fungsi keindahan yaitu penanaman dengan jenis kamboja dan palem. Di Kopo Sayati,

komplek pertokoan sudah padat serta bahu jalan juga digunakan untuk pejalan kaki

sehingga tumbuhan sudah tidak ada tempat lagi. Tumbuhan di area ini sangat kurang.

Kebun campuran merupakan ruang terbuka hijau yang dikembangkan oleh

masyarakat di sekitar rumah, terutama untuk daerah yang agak jauh dari pusat kota.

Fungsi tumbuhan yang dikembangkan, selain berperan dalam ameliorasi iklim juga

diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi, tanaman yang dikembangkan pada

kebun campur biasanya berupa tumbuhan pangan dan buah-buahan.

Ruang terbuka hijau di kompleks perumahan, terutama berupa hutan kota tipe

pemukiman yang bertujuan untuk menciptakan kenyamanan bagi penghuninya. Jenis

tumbuhan yang dikembangkan mempunyai fungsi kombinasi antara keindahan dan

kenyamanan. Untuk lahan publik seperti di Kompleks Kantor Pemda, jenis ruang

Page 83: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

63

terbuka hijau yang dikembangkan berupa hutan kota yang mempunyai fungsi dalam

menciptakan iklim mikro dan juga diharapkan dapat berfungsi sebagai fasilitas sosial

untuk rekreasi (outdoor recreation).

Pemerintah Kabupaten Bandung telah mengembangkan ruang terbuka hijau

berupa taman-taman kota. Taman kota ini dapat berupa jalur hijau yang mengikuti

jalan, kompleks perkantoran, area pusat kota seperti tercantum pada Tabel 11.

Tabel 11 Taman-taman kota yang terdapat di Kabupaten Bandung

No. Kecamatan Kelurahan/Desa Lokasi Luas (m2)

1. Soreang Desa Soreang Green Strip Soreang 6.056,00

Desa Pamekaran

Taman Kota Komplek

Pemda 5.000,00

Desa Pamekaran

Taman Alun - alun

Soreang 5.625,00

2 Ciwidey Ds. Ciwidey Taman Kota Ciwidey 11.136,00

3 Katapang Ds. Cingcin

Taman Segitiga Warung

lobak II 349,00

4 Cangkuang Ds. Ciluncat

Taman Segitiga Warung

lobak I 132,00

5

Baleendah

Kel. Baleendah

Taman Kota Baleendah 4.602,00

Taman Tugu Juang

Baleendah 312,00

Green Strip Baleendah 600,00

6 Banjaran Desa Banjaran

Taman Alun - Alun

Banjaran 5.000,00

TOTAL 38.812,00

5.1.5.2. Peran Ruang Terbuka Hijau dalam Perbaikan Iklim Mikro

Iklim Mikro Berbagai Jenis Ruang Terbuka Hijau

Peran ruang terbuka hijau dalam menurunkan suhu udara dapat diketahui

dengan membandingkan suhu udara pada berbagai jenis penutupan lahan sehingga

dapat diketahui perbedaan suhu udara di area bervegetasi dengan area yang

didominasi oleh lahan terbangun. Suhu udara pada berbagai jenis penutupan lahan

disajikan pada Gambar 15. Berdasarkan Gambar 15, diketahui bahwa suhu udara

tertinggi terdapat di Jalan Raya Kopo-Sayati yaitu sebesar 30,6 °C. Jalan Raya Kopo-

Sayati didominasi oleh lahan terbangun. Suhu udara berikutnya yaitu di area

pertokoan (29,5 °C), selanjutnya area industri (29,2 °C), permukiman (28,2 °C),

sawah (27,7 °C), kebun campur (26,8 °C), hutan kota Pemda Kabupaten Bandung

(23,3 °C), dan suhu udara terendah terukur di area hutan (19,1 °C). Berdasarkan hasil

pengukuran suhu udara ini terlihat bahwa ruang terbuka hijau sangat berperan dalam

menurunkan suhu udara karena tajuk tumbuhan pada ruang terbuka hijau berperan

mengintersepsi radiasi surya sehingga radiasi yang sampai permukaan menurun.

Page 84: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

64

Berkurangnya radiasi yang sampai permukaan, menyebabkan pemanasan permukaan

dan pemanasan lapisan udara di atasnya juga menurun (Trewartha & Horn 1980).

Gambar 15 Suhu udara di beberapa jenis penutupan lahan di Kabupaten

Bandung.

Peran ruang terbuka hijau dalam mengameliorasi (memperbaiki) iklim, selain

melalui penurunan suhu udara, juga perannya dalam meningkatkan kelembaban udara.

Berdasarkan pengukuran kelembaban udara secara serentak di beberapa jenis

penutupan lahan, diketahui bahwa kelembaban udara dari yang terendah sampai yang

tertinggi secara berurutan adalah sebagai berikut : yaitu di sawah (50%), jalan raya

Kopo-Sayati (62%), pertokoan (64%), industri (64%), permukiman (68%), kebun

campur (70%), hutan kota Pemda Kabupaten Bandung (82%), dan tertinggi di hutan

Ciwidey (89%). Hasil pengukuran kelembaban udara disajikan pada Gambar 16.

Tumbuhan dapat mengurangi radiasi yang lolos sampai permukaan tanah

melalui intersepsi radiasi oleh tajuk. Selain itu tumbuhan juga mempunyai nilai

albedo antara 0,15 – 0,18 sehingga radiasi surya yang datang akan mengalami refleksi

(pemantulan) sebesar 15–18%. Pemanasan udara dipengaruhi oleh pemanfaatan

radiasi neto. Radiasi neto pada area tertutup vegetasi akan banyak digunakan untuk

penguapan tanah (evaporasi) maupun penguapan tumbuhan (transpirasi), serta

fotosintesis sehingga energi yang digunakan untuk memanaskan udara rendah.

Kondisi ini mengakibatkan suhu udara di area bervegetasi lebih rendah dibandingkan

area dengan jenis penutupan lahan lainnya. Hal ini didukung oleh penelitian Blennow

(1998) yang menyatakan bahwa area berhutan dengan kerapatan tinggi, suhu

udaranya lebih rendah dibandingkan area tanpa tumbuhan dengan perbedaan suhu

udara mencapai 10 ºC.

15

20

25

30

Hutan Hutan Kota Jl. Kopo Sayati Permukiman

Suhu Rata-Rata

(°C)

Lokasi

Suhu Udara

Rata-Rata

(ºC)

Page 85: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

65

40

50

60

70

80

90

100

Hutan Hutan Kota Jl. Kopo Sayati Permukiman

KelembabanRata-Rata

(%)

Lokasi

Gambar 16 Kelembaban udara di beberapa jenis penutupan lahan.

Berdasarkan penelitian Weng dan Yang (2004), diketahui bahwa suhu udara

rata-rata di berbagai jenis penutupan lahan berturut-turut dari jenis lahan terbangun,

tanah gundul (tanah terbuka), pertanian hortikultura dan hutan adalah 27,07 °C;

26,06 °C; 25,52 °C; dan 23,82 °C. Dari berbagai jenis penutupan lahan, hutan

mempunyai peran yang signifikan dalam menurunkan suhu udara. Sebaliknya, dari

hasil penelitian Weng dan Yang (2004) juga menyatakan bahwa lahan terbangun

menciptakan suhu udara yang tinggi.

Berdasarkan analisis kondisi ruang terbuka hijau serta perannya dalam

meningkatkan kualitas lingkungan khususnya iklim mikro (suhu dan kelembaban

udara), maka penanganan efek pulau bahang akan lebih efisien dan efektif dengan

cara melakukan pembangunan hutan kota terutama di area-area dengan konsentrasi

CO2 serta suhu udara tinggi. Adapun bentuk dan struktur hutan kota dapat disesuaikan

dengan kondisi lahan yang ada. Lahan sempit di kiri kanan jalan dapat dibangun hutan

kota berbentuk jalur, sedangkan area dengan lahan yang kurang luas tetapi banyak

tersebar di beberapa tempat, dapat dibangun hutan kota berbentuk menyebar dengan

strata dua maupun strata banyak. Apabila lahan yang tersedia luas, maka dapat

dibangun hutan kota dengan bentuk mengelompok dan berstrata banyak.

Rekittke (2009) menyatakan bahwa tumbuhan berupa pohon lebih efektif dalam

menangani permasalahan urban heat island di perkotaan, oleh karena itu menyarankan

pembangunan perkotaan berbasis kota hijau dapat diarahkan menjadi kota hutan

(urban jungle) khususnya untuk kota-kota yang berbatasan dengan kawasan

Kelembaban

Udara Rata-

Rata (%)

Kelembaban

Udara Rata-

Rata (%)

Page 86: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

66

konservasi. Rekittke (2009) juga mempunyai pemikiran kota kebun (garden city)

menuju kota di dalam kebun (city in the garden) dimana tumbuhan berupa pohon

menyebar di area perkotaan dan di sekeliling perkotaan agar iklim mikro perkotaan

lebih baik.

Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka hijau

berupa pohon-pohonan lebih efektif mengatasi efek pulau bahang dan dapat

menurunkan suhu udara serta meningkatkan kelembaban udara. Meskipun persentase

ruang terbuka hijau di perkotaan sudah cukup tinggi, tetapi apabila terdiri dari

lapangan rumput, semak dan kebun, taman kota, taman pulau jalan, tidak akan efektif

dalam menangani pulau bahang kota, dan tidak efektif dalam menurunkan suhu udara.

Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis iklim mikro di beberapa jenis

penutupan lahan serta di beberapa bentuk dan strata hutan kota, serta didukung oleh

penelitian Weng dan Yang (2004), Rekittke (2009) serta Blennow (1998), dapat

disimpulkan bahwa ruang terbuka hijau berupa pohon-pohonan lebih efektif dalam

menangani efek pulau bahang dan dapat memperbaiki kondisi iklim mikro.

Iklim Mikro pada Beberapa Bentuk dan Struktur Hutan Kota

Iklim mikro (suhu udara dan kelembaban udara) juga diukur pada beberapa

bentuk dan struktur hutan kota. Hasil pengukuran iklim mikro disajikan pada Tabel

12. Suhu udara di dalam hutan kota pada hutan kota berbentuk jalur, menyebar

maupun bergerombol, terukur lebih rendah dibandingkan dengan suhu udara di luar

hutan kota. Sedangkan kelembaban udara di dalam hutan kota pada hutan kota

berbentuk jalur, menyebar maupun bergerombol, terukur lebih tinggi dibandingkan

dengan di luar hutan kota. Hal ini menunjukkan bahwa hutan kota mempunyai fungsi

memperbaiki kondisi iklim mikro khususnya dalam penurunan suhu udara dan

peningkatan kelembaban udara.

Tabel 12 Suhu dan kelembaban udara di beberapa bentuk dan struktur hutan

kota

Struktur Hutan Kota

Suhu Udara (°C) Kelembaban Udara (%)

Di Dalam Di Luar Di Dalam Di Luar

Bentuk Hutan Kota :

Jalur 29,9 30,1 65 64

Menyebar 24,3 24.9 80 79

Bergerombol 23,6 24,3 82 80

Struktur Hutan Kota :

Strata Dua 28,2 29,2 68 67

Strata Banyak 23,7 24,5 81 79

Page 87: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

67

Suhu udara terendah dari ketiga bentuk hutan kota, adalah yang terukur di hutan

kota berbentuk bergerombol, disusul bentuk menyebar, dan suhu udara tertinggi

terdapat di hutan kota berbentuk jalur. Hal ini sesuai dengan penelitian Irwan (2005)

yang menunjukkan bahwa hutan kota bergerombol menciptakan suhu udara yang

lebih rendah dibandingkan bentuk jalur dan menyebar. Berbeda dengan suhu udara,

kelembaban udara terendah terukur pada hutan kota berbentuk jalur, disusul hutan

kota berbentuk menyebar dan kelembaban udara tertinggi terukur pada hutan kota

berbentuk bergerombol. Suhu udara hutan kota berstrata banyak lebih rendah

dibandingkan dengan hutan kota berstrata dua. Sebaliknya, kelembaban udara di

hutan kota berstrata banyak lebih tinggi dibandingkan hutan kota berstrata dua.

Kaitan antara Indeks Luas Daun dengan Suhu Udara

Tingkat kerindangan tumbuhan ditunjukkan dengan nilai Indeks Luas Daun

(ILD). Kerindangan tumbuhan sangat menentukan suhu udara di sekitarnya. Semakin

rindang, maka semakin banyak radiasi yang diintersepsi sehingga radiasi yang sampai

permukaan tanah semakin rendah. Berkurangnya radiasi yang sampai permukaan

tanah, menyebabkan pemanasan permukaan dan pemanasan lapisan udara di atasnya

juga menurunn sehingga suhu udara di sekitar pohon menjadi rendah. Beberapa

contoh hasil pemotretan ILD dengan menggunakan alat hemivericleview disajikan

pada Gambar 17, 18 dan Gambar 19. Indeks luas daun 0,076; 0,419; 0,644; 0,778 dan

0,891 menghasilkan kondisi iklim mikro khususnya suhu udara berturut-turut 29,9 ºC;

28,2 ºC; 24,3 ºC; 23,6 ºC; dan 23,6 ºC. Semakin rapat dan rindang, menyebabkan

semakin rendah suhu udara di sekitarnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Hardin dan Jensen (2007) mengenai kaitan antara ILD dengan suhu permukaan

perkotaan. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa suhu udara di area tanpa

tumbuhan (ILD mendekati 0) adalah 39,2 ºC. Sedangkan pada ILD lebih besar yaitu

0,45; suhu udara menurun menjadi 32,1 ºC. Hardin dan Jensen (2007) menyimpulkan

bahwa peningkatan ILD akan meningkatkan intersepsi radiasi, pertukaran CO2 dan

menurunkan suhu udara. Oleh karena itu pulau bahang kota dapat diatasi dengan

membangun ruang terbuka hijau khususnya hutan kota dengan kerindangan tinggi

(ILD tinggi) agar efektif dalam menurunkan suhu udara.

Page 88: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

68

(a) Hutan Kawah Putih Ciwidey (b) Hutan kota di area industri

Gambar 17 Kerindangan tajuk di Hutan Kawah Putih dan Hutan Kota Pemda

Kabupaten Bandung.

(a) Kebun campur (b) Hutan kota di permukiman

Gambar 18 Kerindangan tajuk tumbuhan kebun campur dan hutan kota permukiman.

(a) Hutan Kota Pemda (b) Hutan Kota Pemda

Gambar 19 Kerindangan tajuk tumbuhan Hutan Kota.

Page 89: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

69

Peran Hutan Kota dalam Perbaikan Iklim

Luas hutan kota di Kabupaten Bandung belum memenuhi peraturan perundangan

khususnya Peraturan Pemerintah No.63 Tahun 2002 tentang hutan kota, yang

mengharuskan luas hutan kota di wilayah perkotaan sekurang-kurangnya 10% dari

luas kota. Luas hutan kota di Kabupaten Bandung yaitu seluas 17.000 ha (9 %). Selain

belum memenuhi persyaratan minimal, distribusi hutan kota di Kabupaten Bandung

juga belum merata. Luas dan persentase hutan kota di Wilayah I yaitu 297 ha (4,5%),

Wilayah II seluas 1202 ha (8,7%), dan Wilayah III belum mempunyai hutan kota.

Pemerintah daerah masih lebih fokus pada pembangunan taman kota. Bahkan sejak

tahun 2007 taman kotapun belum mengalami penambahan. Taman kota di Kabupaten

Bandung saat ini terdapat di Kecamatan Soreang, Ciwidey, Katapang, Cangkuang,

Baleendah, dan Banjaran. Total luas taman kota adalah 38.812 m2.

Penanganan efek pulau bahang akan lebih efektif apabila dilakukan dengan

pembangunan hutan kota meskipun perlu juga dilakukan pembangunan taman-taman

kota agar nilai estetika kota meningkat. Hutan kota sebaiknya dibangun terutama di

area perkotaan dengan emisi CO2 tinggi dan suhu udara tinggi. Menurut Bernatzky

(1978), satu hektar areal yang ditanami pohon, semak dan rumput dengan luas daun

kurang lebih 5 hektar, dapat menyerap 900 kg CO2 dari udara dan melepaskan 600 O2

dalam waktu 2 jam. Penelitian Weng dan Yang (2004), lebih spesifik membandingkan

peran taman kota dan hutan kota dalam meningkatkan kualitas lingkungan.

Berdasarkan penelitian Weng dan Yang (2004), diketahui bahwa pembangunan

taman-taman kota kurang efektif dalam menangani efek buruk termal dari

pembangunan perkotaan dibandingkan dengan hutan kota.

Pemilihan Jenis Tumbuhan

Pemilihan jenis tumbuhan khususnya untuk pembangunan hutan kota harus

disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada yaitu kondisi tanah dan iklim

Kabupaten Bandung. Selain itu, pemilihan jenis juga harus mempertimbangkan tujuan

pembangunan hutan kota. Agar CO2 ambien dapat diabsorbsi oleh tumbuhan, maka

perlu dilakukan pemilihan jenis tumbuhan dengan daya rosot gas CO2 tinggi. Daya

rosot CO2 beberapa jenis tumbuhan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bandung

disajikan pada Lampiran 26.

Page 90: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

70

Selain daya rosot CO2, yang harus menjadi pertimbangan apabila akan

membangun hutan kota berbentuk jalur di kanan kiri jalan raya, maka harus dipilih

jenis tumbuhan yang perakarannya tidak merusak aspal jalan, cabang dan dahannya

kuat, dan bukan jenis tumbuhan yang menggugurkan daun pada musim kemarau.

Jenis tumbuhan hutan kota untuk jalan tol, dapat dipilih jenis-jenis tumbuhan

yang tahan terhadap polutan CO, NOx, partikulat, Pb, dan SOx. Hutan kota di jalan tol

selain berfungsi untuk mengabsorbsi polutan udara, juga merupakan peredam

kebisingan dan untuk menambah keindahan. Agar hutan kota dapat meredam

kebisingan, maka penataan tumbuhan sebaiknya berstrata banyak dari strata paling

bawah berupa rumput, kemudian tumbuhan semak (dapat berupa bunga-bungaan),

dan pohon.

Pemilihan jenis hutan kota berbentuk menyebar dan mengelompok lebih

fleksibel. Pemilihan jenis tumbuhan, selain berdasarkan kondisi tanah dan iklim juga

sebaiknya merupakan jenis lokal yang sudah mulai langka. Thomashik (2011)

menyatakan bahwa pembangunan berbasis green growth, harus mempertimbangkan

konservasi kenakekaragaman hayati serta jasa lingkungan. Hutan kota yang dibangun

dengan jenis tumbuhan lokal yang sudah mulai langka, dapat meningkatkan jasa

lingkungan sekaligus dapat mengkonservasi tumbuhan langka.

Elander et al. (2005) menyatakan bahwa salah satu komponen dari green policy

adalah konservasi keanekaragaman hayati. Pembangunan perkotaan yang

berkelanjutan harus mempertimbangkan keanekaragaman hayati terutama

keanekearagaman hayati yang terancam punah. Pemilihan jenis dalam pengembangan

ruang terbuka hijau termasuk hutan kota selain berdasar pada kondisi lingkungan

(tanah dan iklim), juga harus mempertimbangkan jenis lokal terutama jenis lokal yang

sudah langka.

Penentuan Lokasi Ruang Hutan Kota

Brack (2002) menyatakan bahwa hutan kota (ruang terbuka hijau) berfungsi

untuk mengurangi polusi udara, mengurangi polusi suara, meningkatkan kualitas

udara, menurunkan suhu udara, estetika, mengontrol silau dan refleksi radiasi, sebagai

tempat rekreasi, untuk relaksasi dan peningkatan kesehatan, sebagai habitat satwa,

mengurangi konsumsi energi (listrik), dan meningkatkan nilai properti.

Page 91: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

71

Fungsi ruang terbuka hijau khususnya hutan kota akan efektif apabila

pembangunan hutan kota tersebut disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada.

Agar absorbsi polutan udara khususnya CO2 maksimal maka sebaiknya dibangun di

hadap angin, dan terletak diantara sumber emisi polutan dengan permukiman agar

aliran udara yang membawa CO2 tertahan oleh hutan kota yang berfungsi sebagai

windbreak sehingga setelah melalui area hutan kota, kecepatan angin dan konsentrasi

CO2 sudah menurun. Windbreak hutan kota ini sangat bermanfaat untuk melindungi

penduduk yang tinggal di area permukiman dari pencemar udara yang dapat

mengganggu kesehatan.

Hasil analisis data kecepatan angin dari tahun 1999 sampai dengan 2008, dapat

digambarkan dengan windrose (mawar angin) yang disajikan pada Gambar 20.

Berdasarkan hasil analisis kecepatan dan arah angin dalam bentuk windrose

tersebut, dapat disimpulkan bahwa arah angin di Kabupaten Bandung lebih banyak

berasal dari arah barat 43,8%, kemudian dari arah timur 34,5%. Angin yang berasal

dari timur laut hanya 8,4%, itupun dengan kecepatan rendah (maksimum 5,0 km/jam).

Sedangkan angin yang berasal dari barat laut hanya 2,4%, juga dengan kecepatan

rendah (maksimum 5,0 km/jam).

Agar manfaat hutan kota dapat maksimal maka sebaiknya hutan kota yang

berfungsi sebagai windbreak sebaiknya dibangun dengan desain sebagai berikut :

NE NW

W E

SW

WW

SE

EE S

Keterangan :

: 0 – 2,5 km/jam

: > 2,5 – 5 km/jam

: > 5 km/jam

Gambar 20 Windrose Kabupaten Bandung.

N

Page 92: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

72

1) Hutan kota dibangun membujur dari arah selatan ke utara dan terletak di

sebelah timur dan barat sumber polutan.

2) Hutan kota dibangun melintang dari barat ke timur dengan letak di

sebelah selatan sumber polutan.

Berdasarkan kondisi aliran udara di Kabupaten Bandung, dari kedua desain

tersebut, maka desain 1 harus lebih menjadi prioritas karena angin dominan di

Kabupaten Bandung berasal dari arah barat dan timur. Desain 1 maupun desain 2

sebaiknya dibangun di Kecamatan Margaasih, Margahayu, Dayeuhkolot, Cileunyi,

Rancaekek, Bojongsoang, Baleendah, Katapang, Banjaran, dan Majalaya.

5.2. Model Kota Hijau

Purnomo (2005) menyatakan bahwa untuk mempermudah pengorganisasian

model, maka model dibagi menjadi beberapa sub model. Berdasarkan

pengoganisasian model, model kota hijau di Kabupaten Bandung dibagi menjadi tiga

sub model yaitu sub model sumber pencemar CO2, sub model suhu udara dan sub

model penutupan lahan. Model terdiri dari variabel jumlah kendaraan yang dibagi

lagi menjadi dua kelompok yaitu jumlah kendaraan roda dua dan kendaraan roda

empat. Selain itu juga terdiri dari variabel jumlah unit industri, variabel jumlah

penduduk dan variabel luas penutupan lahan. Luas penutupan lahan terdiri dari ruang

terbuka hijau, lahan terbangun dan lahan terbuka.

5.2.1. Pengorganisasian Model

5.2.1.1. Sub Model Sumber Pencemar CO2

Variabel sub model sumber pencemar CO2 terdiri dari variabel sumber emisi

CO2 dari kendaraan bermotor, industri dan penduduk. Sub model sumber pencemar

CO2 disajikan pada Gambar 21.

Emisi CO2 dari Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2008 (sebagai stok awal)

berjumlah 3.127.008 orang dengan laju pertambahan penduduk rata-rata sebesar

1,95 %. Berdasarkan Environmental Protection Agency (2010), dinyatakan bahwa

pernapasan manusia mengeluarkan CO2 1 kg/hari atau sama dengan 0,365 ton/ orang/

tahun. Jika diketahui jumlah penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2009 sebesar

Page 93: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

73

3.174.869 orang, maka CO2 yang dikeluarkan penduduk Kabupaten Bandung dari

pernapasan kira-kira sebanyak 1.158.827 ton/orang/tahun.

Bahan bakar fosil yang dikonsumsi penduduk, selain untuk bahan bakar

kendaraan bermotor, adalah bahan bakar untuk memasak dan kebutuhan lain.

Penduduk memerlukan bahan bakar gas, listrik dan minyak tanah. Berdasarkan

laporan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung (2009)

dinyatakan bahwa emisi CO2 dari konsumsi listrik oleh penduduk rata-rata sebesar

1.459,56 kg/rumah tangga/tahun. Total jumlah rumah tangga yang tinggal di

Kabupaten Bandung adalah 885.674 rumah tangga, sehingga emisi dari konsumsi

listrik diperkirakan sebesar 1.292.694.343 kg/rumah tangga/tahun atau 1.292.694

ton/tahun. Emisi CO2 dari konsumsi bahan bakar gas adalah 607,68 kg/rumah

tangga/tahun, sehingga total sebesar 538.206.376,3 kg/tahun atau sama dengan

538.206 ton/tahun. Emisi CO2 dari konsumsi minyak tanah adalah sebesar 1.039,98

kg/rumah tangga/tahun, sehingga total adalah sebesar 921.083.246,5 kg/tahun atau

921.083 ton/tahun.

Karbondioksida juga dihasilkan dari sampah. Dalam proses pembusukan dan

penguraian sampah, dihasilkan gas methane (CH4). Berdasarkan penelitian dari

Suprihatin (2006) menyatakan bahwa 5 juta ton sampah sama dengan 25 m3, dan

menghasilkan 0,5 juta ton methana yang setara dengan12,8 juta ton CO2 dalam

memanaskanudara. Rata-rata sampah yang dihasilkan adalah 0,5 kg/orang/hari.

Apabila jumlah penduduk Kabupaten Bandung tahun 2008 sebesar 3.127.008 orang,

maka diperkirakan CO2 yang dihasilkan dari sampah adalah 1.460.938 ton/tahun.

Sumber CO2 dari Emisi Kendaraan Bermotor

Jumlah kendaraan bermotor roda empat pada tahun 2008 di kabupaten Bandung

adalah 28.411 kendaraan, sedangkan roda dua sebesar 181.605 kendaraan.

Karbondioksida yang diemisikan oleh kendaraan bermotor roda dua rata-rata sebesar

0,35 ton/kendaraan/tahun, sedangkan emisi yang dihasilkan oleh kendaraan roda emat

adalah sebesar 1,21 ton/kendaraan/tahun. Maka ada tahun 2008 diperkirakan CO2

yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat adalah sebesar

97.939 ton/tahun.

Page 94: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

74

Sumber CO2 dari Industri

Industri di Kabupaten Bandung khususnya industri besar, dari tahun ke tahun

jumlahnya mengalami penurunan. Tercatat ada tahun 1998 terdapat industri besar

sebanyak 331 dan pada tahun 2006 menurun menjadi 315. Berdasarkan data Badan

Pengendalian Lingkungan Hidup kabupaten Bandung tahun 2009, konsumsi total

bahan bakar oleh industri adalah sebesar 823.841,5 ton. Per liter bahan bakar

menghasilkan CO2 setara 2,33 kg, sehingga total CO2 yang dihasilkan diperkirakan

1.919.551 ton.

Gambar 21 Sub model sumber pencemar CO2.

5.2.1.2. Sub Model Suhu Udara

Suhu udara yang terukur di atmosfer adalah resultan dari keseimbangan energi

radiasi surya yang berkaitan dengan albedo dan peran gas rumah kaca khususnya CO2

yang ada di atmosfer (udara). Masing-masing jenis penutupan lahan mempunyai nilai

albedo tersendiri. Tanah terbuka mempunyai albedo sebesar 0,17, sedangkan lahan

terbangun mempunyai albedo 0,12 dan ruang terbuka hijau 0,15. Tingginya nilai

albedo, menjelaskan bahwa radiasi yang dipantulkan juga besar. Pemanasan udara

lebih dipengaruhi oleh jumlah radiasi yang diabsorbsi. Semakin tinggi nilai albedo

maka jumlah radiasi yang dipantulkan juga semakin tinggi sedangkan jumlah radiasi

yang diserap semakin kecil.

Jumlah Penduduk

Tambah

Kendaraan 2

Laju pertumbuhan penduduk

Kendaraan 4

Bertambah roda 4

CO2 krn

kendaraan roda 4CO2 Industri Sdg & Besar

Total CO2 penduduk

Bahan Bakar Industri Sdg & Besar

C02 krn

kendaraan roda 2

CO2

Laju tumbuh kendaraan roda 4

Kons BBG

Industri Sdg & Besar

UP

Bertambah roda 2

Total CO2 Kendaraan

Laju peningkatan

industri Sdg & Besar

Laju tumbuh kendaraan roda 2

PenurunanPeningkatan

down

Total CO2 Industri Sdg & Besar

Kons Bhn

Listrik

Pernapasan

Jmh KK

Kons

Miny ak tanah

Produksi sampah

Sampah

Laju penurunan

industriSdg & Besar

Page 95: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

75

Meskipun nilai albedo tanah terbuka lebih tinggi dibandingkan ruang terbuka

hijau, tetapi radiasi yang diserap lahan terbuka dipergunakan untuk pemanasan

permukaan dan udara di atasnya. Maka udara di atas lahan terbuka suhunya tinggi.

Tetapi meskipun ruang terbuka hijau albedonya lebih rendah dibandingkan tanah

terbuka yang berarti radiasi yang diserap lebih tinggi, tetapi karena radiasi yang

diserap tidak hanya untuk memanaskan permukaan, tetapi juga untuk evapotranspirasi,

maka sisa energi radiasi untuk pemanasan udara tinggal sedikit sehingga suhu udara

di sekitar ruang terbuka hijau suhunya lebih rendah.

Albedo lahan terbangun memiliki nilai paling rendah (0,12), artinya jumlah

radiasi yang dipantulkan lebih kecil, sedangkan jumlah radiasi yang diserap lebih

besar. Energi radiasi yang besar ini digunakan hanya untuk memanaskan permukaan

dan udara di atasnya sehingga suhu udara yang terukur akan tinggi. Oleh karena itu

semakin luas lahan terbangun, maka suhu udara semakin meningkat, dan semakin luas

ruang terbuka hijau, maka suhu udara semakin menurun.

Gambar 22 Sub model suhu udara.

5.2.1.3. Sub Model Penutupan Lahan

Kondisi lingkungan khususnya suhu udara di Kabupaten Bandung sangat

dipengaruhi oleh kondisi penutupan lahan. Lahan terbangun sangat berperan dalam

pemanasan permukaan dan peningkatan suhu udara sedangkan ruang terbuka hijau

berperan dalam penurunan suhu udara.

Berdasarkan data tahun 2008, luas lahan terbuka di Kabupaten Bandung adalah

sebesar 10.012 ha, sedangkan lahan terbangun 27.281 ha dan ruang terbuka hijau

sebesar 139.009 ha. Semakin meningkatnya lahan terbangun dan lahan terbuka

Suhu

Incrase

Table 1

Graph 1

Albedo RTHAlbedo Lhn terbangun

Albedo Tanah Terbuka

Table 2

Albedo TB AwalAlbedo riil TB

Suhu udara

Albedo LTB Awal

Albedo riil LTB Albedo RTH Awal

Albedo riil RTH

Persen Albedo TB

Persen Albedo RTH

Persen Albedo LTB

Decrease

Page 96: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

76

menyebabkan penurunan luas ruang terbuka hijau. Sub model penutupan lahan

disajikan pada Gambar 23.

Gambar 23 Sub model penutupan lahan.

5.2.1.4. Gabungan Sub Model Kota Hijau

Model utuh kota hijau terdiri dari gabungan sub model. Kondisi riil lingkungan

Kabupaten Bandung khususnya suhu udara digambarkan pada model sistem dinamik

yang terdiri dari beberapa variabel. Dengan menggabungkan semua variabel,

menentukan konstanta yang mempengaruhi nilai dari masing-masing variabel, maka

didapat model lengkap yang menggambarkan dinamika sistem yang ada di Kabupaten

Bandung. Model kota hijau Kabupaten Bandung, disajikan pada Gambar 24.

Laju pertambahan

lhn terbangun

in

Penghijauan

RTH Absolut

Luas Total Wilay ah

Luas Lhn Terbangun

Absolut

RTH

Tanah Terbuka

Lahan Terbangun

out

berkurang

Page 97: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

77

Page 98: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

78

5.2.2. Sensitivitas Model dan Evaluasi Model

Analisis sensitivitas dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana model dapat

digunakan apabila ada perubahan pada asumsi. Berdasarkan analisis sensitivitas dapat

diketahui sejauh mana kesimpulan hasil model dapat berubah apabila variabel model

diubah.

Analisis sensitivitas dengan merubah laju peningkatan jumlah kendaraan roda

dua, kendaraan roda empat, jumlah industri, jumlah penduduk, luas lahan terbangun,

dan luas ruang terbuka hijau; mengakibatkan perubahan suhu udara. Hasil uji

sensitivitas terhadap masing-masing variabel kunci menunjukkan bahwa ada

perubahan kinerja model apabila diberikan suatu stimulus. Hal ini menunjukkan

bahwa model yang dibangun sensitif (Muhammadi et al. 2001)

Evaluasi model dilakukan dengan mengamati kelogisan model. Hasil simulasi

model dinamik menunjukkan bahwa peningkatan CO2, dan lahan terbangun, serta

penurunan RTH menyebabkan peningkatan suhu udara. Dengan kondisi sistem tahun

2008, prakiraan suhu udara model adalah sebesar 24,1 °C, dan suhu udara riil sebesar

24,2 °C. Hal ini memperlihatkan kemiripan perilaku dengan struktur model

agregatnya sehingga model dapat dikatakan baik.

5.2.3. Model Baseline Wilayah Kabupaten Bandung

Kondisi riil saat ini di Kabupaten Bandung dengan masing-masing nilai variabel

model sistem dinamik dalam kondisi seperti sekarang apa adanya tanpa ada

pengelolaan, maka diperkirakan ruang terbuka hijau akan terus menurun. Tahun 2044

ruang terbuka hijau yang tersisa hanya pada kawasan konservasi dengan luas 52.715

ha. Sebaliknya lahan terbangun terus bertambah, maksimal tahun 2044. Emisi gas

CO2 dari berbagai aktivitas manusia akan terus naik dan menyebabkan naiknya suhu

udara. Apabila semua variabel-variabel ini tidak dikendalikan dengan baik, maka

diperkirakan suhu udara di Kabupaten Bandung tahun 2040 ≥ 30 °C. Grafik model

baseline wilayah Kabupaten Bandung lima puluh tahun ke depan disajikan pada

Gambar 25.

Page 99: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

79

Gambar 25 Model baseline wilayah Kabupaten Bandung lima puluh tahun ke

depan.

5.2.4. Skenario Model Wilayah Kabupaten Bandung

5.2.4.1. Skenario Hijau

Salah satu cara untuk mewujudkan Kabupaten Bandung sebagai kota hijau, yaitu

dengan mengantisipasi adanya pemanasan udara di perkotaan yang dikenal dengan

pulau bahang kota. Beberapa variabel yang harus ditangani adalah laju pertumbuhan

penduduk, laju peningkatan jumlah industri, laju peningkatan lahan terbangun, laju

pertambahan kendaraan bermotor serta penambahan luas ruang terbuka hijau.

Pemanasan udara di perkotaan dapat diatasi dengan menggunakan skenario hijau

dengan cara menurunkan beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi pulau bahang

kota, diantaranya dengan menurunkan laju pertumbuhan penduduk dari 0,0195

menjadi 0,01; laju peningkatan lahan terbangun diturunkan dari 0,07 menjadi 0,04;

laju peningkatan kendaraan bermotor roda empat diturunkan dari 0,043 menjadi 0,02;

dan kendaraan roda dua diturunkan dari 0,23 menjadi 0,1. Selain itu juga agar dapat

meningkatkan penyerapan CO2 dan agar kondisi iklim perkotaan lebih nyaman, maka

perlu dilakukan penghijauan 100 ha per tahun.

Kota hijau Kabupaten Bandung diwujudkan tidak hanya dengan mengatur

faktor-faktor lingkungan, tetapi juga mengusahakan perbaikan kesejahteraan

masyarakat dengan cara menjaga agar pertumbuhan ekonomi tetap meningkat. Oleh

karena itu dalam skenario hijau dilakukan pencegahan penurunan jumlah industri

yang saat ini terjadi di Kabupaten Bandung. Laju penurunan jumlah industri yang

semula -3,5% diusahakan menjadi 0.

10:03 AM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

0

1e+009.

2e+009.

25000

75000

125000

50000

95000

140000

20

30

40

1: CO2 2: Lhn terbangun absolut 3: RTH Absolut 4: Suhu udara

1 1 11

1

2

2

2

2

2

3

3

3

33

44

4

4 4

1. CO2 (ton) 2. Lahan Terbangun (ha) 3. Ruang Terbuka Hijau (ha) 4. Suhu Udara (ºC)

Tahun

Page 100: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

80

Skenario hijau yang dirancang berdasarkan model ini diprakirakan dapat

menciptakan kondisi suhu udara < 30 °C di Kabupaten Bandung pada tahun 2046,

tahun 2047 baru terjadi suhu udara ≥ 30 °C. Grafik prakiraan suhu udara di

Kabupaten Bandung lima puluh tahun ke depan berdasarkan skenario hijau, disajikan

pada Gambar 26.

Gambar 26 Hasil simulasi model skenario hijau di wilayah Kabupaten Bandung lima

puluh tahun ke depan.

5.2.4.2. Skenario Moderat

Alternatif kebijakan yang agak longgar untuk mengantisipasi tingginya suhu

udara akibat terjadinya pulau bahang kota yaitu kebijakan dengan menggunakan

skenario moderat. Pilihan skenario ini dilakukan dengan cara menurunkan laju

pertumbuhan penduduk dari 0,0195 menjadi 0,015, laju peningkatan industri dari

-3,5% menjadi 0; peningkatan lahan terbangun diupayakan turun dari 0.07 menjadi

0,05; laju peningkatan kendaraan roda empat diturunkan dari 0,043 menjadi 0,03.

Laju peningkatan kendaraan roda dua diturunkan dari 0,23 menjadi 0,15; serta

melakukan penghijauan 50 ha per tahun. Hasil prakiraan dari skenario ini dapat dilihat

pada Gambar 27, yang menjelaskan bahwa kondisi suhu udara ≥ 30 °C baru terjadi

pada tahun 2046.

7:25 PM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

20

30

40

0

100000000

200000000

25000

75000

125000

50000

95000

140000

1: Suhu udara 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

1 11

1

1

2 22

2

2

3

3

3

33

4

4

4

4 4

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

Tahun

Page 101: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

81

Gambar 27 Hasil simulasi model skenario moderat di Kabupaten Bandung lima

puluh tahun ke depan.

5.2.4.3. Skenario Pesimis

Skenario pesimis merupakan skenario pilihan kebijakan yang tidak banyak

melakukan pengelolaan lingkungan bahkan beberapa variabel penyebab

meningkatnya suhu udara dan ketidaknyamanan terus meningkat. Laju peningkatan

luas lahan terbangun dari 0,07 meningkat menjadi 0,1; serta laju peningkatan jumlah

penduduk dari 0,0195 menjadi 0,04; Laju peningkatan jumlah industri dari -0,035

menjadi 0,01; laju peningkatan kendaraan roda empat meningkat dari 0,043 menjadi

0,07 dan laju peningkatan kendaraan roda dua dari 0,23 menjadi 0,4. Dari hasil

skenario ini diprediksi suhu udara ≥ 30 ºC akan terjadi pada tahun 2032. Skenario

pesimis menghasilkan suhu udara ≥ 30 ºC terjadi lebih cepat dibandingkan skenario

hijau dan moderat. Grafik hasil simulasi model skenario pesimis disajikan pada

Gambar 28.

Gambar 28 Hasil simulasi model skenario pesimis di Kabupaten Bandung lima puluh

tahun ke depan.

7:17 PM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

20

30

40

0

100000000

200000000

25000

75000

125000

55000

100000

145000

1: Suhu udara 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

1 11

1

1

2 2

2

2

2

3

3

3

3

34

4

4

4

4

7:30 PM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

20

30

40

0

3.5e+011

7e+011.

25000

75000

125000

50000

95000

140000

1: Suhu udara 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

1 1

1

1 1

2 2 2 2

2

3

3

33 3

4

4

4 4 4

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

Tahun Tahun

Tahun

Page 102: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

82

5.2.5. Model di Wilayah Penelitian

5.2.5.1. Model Wilayah I

a. Model BaselineWilayah I

Wilayah I terdiri dari Kecamatan Margaasih, Margahayu, Dayeuhkolot,

Bojongsoang dan Kecamatan Cileunyi. Wilayah I memiliki luas total 6.704,302 ha

dengan luas ruang terbuka hijau sebesar 1.951 ha (29 %) dan luas lahan terbangun

3.999 ha (60 %). Dibandingkan dengan Wilayah II dan III, tutupan lahan di Wilayah I

didominasi oleh lahan terbangun. Jumlah penduduk di Wilayah I (539.397 orang)

juga lebih tinggi dibandingkan dengan Wilayah II (424.523 orang) dan III (507.209

orang).

Peningkatan lahan terbangun, jika tidak dikendalikan akan menyebabkan ruang

terbuka hijau pada tahun 2018 tinggal tersisa 290 ha, karena sudah berganti menjadi

lahan terbangun. Selain ditentukan oleh jenis penutupan lahan, suhu udara

dipengaruhi oleh gas CO2. Akibat terus meningkatnya jumlah penduduk dan

kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua, diprediksi jumlah CO2 terus

meningkat. Kondisi lahan terbangun dan jumlah CO2 yang terus meningkat

menyebabkan suhu udara terus mengalami kenaikan sehingga lingkungan menjadi

tidak nyaman. Berdasarkan model ini dapat diprediksi bahwa suhu udara ≥ 30 ºC di

Wilayah I terjadi pada tahun 2047.

Gambar 29 Hasil simulasi model baseline Wilayah I lima puluh tahun ke

depan.

7:21 PM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

20

30

40

0

1e+009.

2e+009.

25000

75000

125000

50000

95000

140000

1: Suhu udara 2: CO2 3: Lhn terbangun absolut 4: RTH Absolut

1 1

1

1

1

2 2 22

2

3

3

3

33

4

4

4

4 4

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

Tahun

Page 103: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

83

b. Skenario Hijau Wilayah I

Seperti halnya skenario model umum Kabupaten Bandung, skenario hijau untuk

Wilayah I dilakukan dengan cara menurunkan laju peningkatan jumlah kendaraan

roda empat, kendaraan roda dua, jumlah penduduk, serta laju peningkatan luas lahan

terbangun. Penurunan dan kenaikan masing-masing variabel sama dengan skenario

model umum Kabupaten Bandung, perbedaan hanya pada penghijauan yaitu 50 ha per

tahun. Berdasarkan skenario hijau, diprediksi Wilayah I mengalami suhu udara

≥ 30 ºC pada tahun 2054. Kondisi suhu udara, ruang terbuka hijau, jumlah total CO2

dan perkembangan lahan terbangun disajikan pada Gambar 30.

Gambar 30 Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah I lima puluh tahun ke depan.

c. Skenario Moderat Wilayah I

Semua variabel pada skenario moderat, sama dengan variabel pada skenario

moderat model umum, yang berbeda adalah nilai stok serta variabel laju penghijauan

yaitu 25 ha per tahun. Berdasarkan skenario moderat diprediksi sampai tahun 2049

kondisi perkotaan pada Wilayah I masih < 30 ºC. Baru pada tahun 2050 suhu udara

≥ 30 ºC. Kondisi suhu udara, ruang terbuka hijau, jumlah total CO2 dan

perkembangan lahan terbangun disajikan pada Gambar 31.

10:32 AM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

24

28

32

0

15000000

30000000

3500

5000

6500

0

1000

2000

1: Suhu Udara 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

11

1

1

1

2

2

2

2

2

3

3

3 3 3

4

4

4 4 4

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

Tahun

Page 104: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

84

Gambar 31 Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah I lima puluh tahun ke

depan.

d. Skenario Pesimis Wilayah I

Skenario pesimis untuk Wilayah I dilakukan dengan cara membiarkan terus

naiknya laju peningkatan jumlah kendaraan roda empat dari 0,043 menjadi 0,05 serta

naiknya laju peningkatan jumlah kendaraan roda dua dari 0,23 menjadi 0,3. Laju

peningkatan jumlah unit industri dibiarkan naik sebesar 0,02, juga laju peningkatan

jumlah penduduk tidak ditahan dan dibiarkan terus naik dari 0,0195 menjadi 0,04.

Begitu pula laju peningkatan luas lahan terbangun dibiarkan naik dari 0,07 menjadi

0,15. Usaha untuk merehabilitasi lingkungan dengan penghijauan juga tidak

dilakukan. Dari hasil skenario pesimis ini diprediksi suhu udara di Wilayah I ≥ 30 ºC

terjadi pada tahun 2037. Kondisi suhu udara, ruang terbuka hijau, jumlah total CO2

dan perkembangan lahan terbangun disajikan pada Gambar 32.

Gambar 32 Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah I lima puluh tahun

ke depan.

10:37 AM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

24

29

34

0

25000000

50000000

3500

5000

6500

0

1000

2000

1: Suhu Udara 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

11

1

1

1

2

2

2

2

2

3

3 3 3 3

4

4 4 4 4

9:27 AM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

20

30

40

0

1e+011.

2e+011.

3500

5000

6500

0

1000

2000

1: Suhu Absolut 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

1 1

1

1

1

2 2 2 22

3

3 3 3 3

44 4 4 4

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

Tahun

Tahun

Page 105: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

85

5.2.5.2. Model Wilayah II

a. Model Baseline Wilayah II

Wilayah II meskipun memiliki luas wilayah yang lebih besar (14.080 ha)

dibandingkan dengan Wilayah I tetapi memiliki jumlah penduduk yang lebih sedkit

yaitu 424.523 orang. Jumlah kendaraan roda empat juga lebih sedikit yaitu 6.946

kendaraan. Tetapi jumlah kendaraan roda dua di Wilayah II lebih besar yaitu 60.879

kendaraan. Luas lahan terbangun di wilayah ini lebih besar dibandingkan dengan

Wilayah I yaitu sebesar 5.641 ha, tetapi persentasenya lebih rendah yaitu hanya 40 %

(lahan terbangun Wilayah I sebesar 60 %). Ruang terbuka hijau di Wilayah II masih

luas yaitu sebesar 6.390 ha (45 %). Berdasarkan analisis dari model baseline di

Wilayah II, suhu udara ≥ 30 ºC terjadi pada tahun 2047. Kondisi suhu udara, ruang

terbuka hijau, jumlah total CO2 dan perkembangan lahan terbangun disajikan pada

Gambar 33.

Gambar 33 Hasil simulasi model baseline Wilayah II lima puluh tahun ke

depan.

b. Skenario Hijau Wilayah II

Penurunan serta pengurangan, dan juga laju penghijauan skenario hijau di

Wilayah II sama dengan skenario hijau di Wilayah I. Hanya berbeda pada nilai stok

awal sesuai kondisi Wilayah II. Wilayah II memiliki wilayah paling luas (14.080 ha),

jumlah industri sedang dan besar paling sedikit (25 industri) dan juga memiliki ruang

terbuka hijau paling luas (6390 ha). Model skenario hijau yang diterapkan pada

Wilayah II menciptakan kondisi lingkungan yang paling baik. Diprakirakan suhu

udara ≥ 30 °C baru akan terjadi setelah tahun 2058. Kondisi suhu udara, ruang terbuka

10:42 AM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

20

30

40

0

300000000

600000000

5500

9500

13500

1000

4000

7000

1: Suhu Udara 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

1 11

1

1

2 2 22

23

3

3 3 3

4

4 4 4 4

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

Tahun

Page 106: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

86

hijau, jumlah total CO2 dan perkembangan lahan terbangun disajikan pada

Gambar 34.

Gambar 34 Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah II lima puluh tahun ke

depan.

c. Skenario Moderat Wilayah II

Penurunan serta pengurangan, dan juga laju penghijauan skenario moderat di

Wilayah II sama dengan skenario moderat di Wilayah I. Hanya berbeda pada nilai

stok awal sesuai kondisi Wilayah II. Berdasarkan skenario moderat, suhu udara di

Wilayah II ≥ 30 ºC diprakirakan baru akan terjadi pada tahun 2057. Kondisi suhu

udara, ruang terbuka hijau, jumlah total CO2 dan perkembangan lahan terbangun

disajikan pada Gambar 35.

Gambar 35 Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah II lima puluh tahun ke

depan.

10:52 AM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

24

27

29

0

15000000

30000000

5500

9500

13500

1000

4000

7000

1: Suhu Absolut 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

11

1

1

1

2

2

2

2

2

3

3

3

3 3

4

4

4

4 4

10:58 AM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

24

28

31

0

25000000

50000000

5500

9500

13500

1000

4000

7000

1: Suhu Absolut 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

11

1

1

1

2

2

2

2

2

3

3

3 3 3

4

4

4 4 4

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

1. CO2 (ton) 2. Lahan Terbangun (ha) 3. Ruang Terbuka Hijau (ha) 4. Suhu Udara (ºC) 1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

Tahun

Tahun

Page 107: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

87

d. Skenario Pesimis Wilayah II

Skenario pesimis untuk Wilayah II dilakukan dengan cara membiarkan tanpa

pengelolaan sehingga terjadi kenaikan laju peningkatan jumlah kendaraan roda empat

laju peningkatan kendaraan roda dua, laju peningkatan jumlah unit industri, laju

peningkatan jumlah penduduk, begitu pula laju peningkatan luas lahan terbangun .

Sebaliknya, pada skenario pesimis tidak dilakukan penghijauan. Semua nilai variabel

sama dengan skenario pesimis pada Wilayah I, yang berbeda hanya pada stok awal.

Berdasarkan hasil skenario pesimis ini diprakirakan suhu udara ≥ 30 ºC terjadi pada

tahun 2037. Kondisi suhu udara, ruang terbuka hijau, jumlah total CO2 dan

perkembangan lahan terbangun disajikan pada Gambar 36.

Gambar 36 Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah II lima puluh tahun ke

depan.

5.2.5.3. Model Wilayah III

a. Model Baseline Wilayah III

Wilayah III memiliki luas 9.135 ha. Jumlah penduduk di wilayah ini yaitu

507.209 orang. Jumlah kendaraan baik roda empat maupun roda dua di Wilayah III

lebih sedikit dibandingkan dengan Wilayah I dan II yaitu 3.873 kendaraan roda empat

dan 28.816 kendaraan roda dua. Persentase lahan terbangun di wilayah ini paling kecil

yaitu hanya 37% (3.399 ha), sedangkan persentase ruang terbuka hijaunya paling

besar yaitu sebesar 52% (4.747 ha).

11:03 AM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

20

30

40

0

1.5e+011

3e+011.

5500

9500

13500

1000

4000

7000

1: Suhu Absolut 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

1 11

1 1

2 2 2 2

2

3

3 3 3 3

4

4 4 4 4

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

Tahun

Page 108: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

88

Berdasarkan analisis dari model baseline di Wilayah III dapat dijelaskan bahwa

suhu udara < 30 °C masih dapat dipertahankan sampai tahun 2046. Baru pada tahun

2047 suhu udara di Wilayah III ≥ 30 ºC. Kondisi suhu udara, ruang terbuka hijau,

jumlah total CO2 dan perkembangan lahan terbangun disajikan pada Gambar 37.

Gambar 37 Hasil simulasi model baseline Wilayah III lima puluh tahun ke

depan.

b. Skenario Hijau Wilayah III

Sama halnya dengan skenario hijau di Wilayah I dan II, yang berbeda dari

skenario hijau di Wilayah III adalah pada nilai stok awal. Berdasarkan skenario hijau

di Wilayah III, diprediksi suhu udara ≥ 30 ºC akan terjadi pada tahun 2056. Kondisi

suhu udara, ruang terbuka hijau, jumlah total CO2 dan perkembangan lahan terbangun

disajikan pada Gambar 38.

Gambar 38 Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah III lima puluh tahun ke

depan.

11:16 AM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

20

30

40

0

200000000

400000000

3000

6000

9000

0

2500

5000

1: Suhu Absolut 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

1 11

1

1

2 2 22

23

3

3 3 3

4

4

4 4 4

11:21 AM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

24

28

31

0

15000000

30000000

3000

6000

9000

0

2500

5000

1: Suhu Absolut 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

11

1

1

1

2

2

2

2

2

3

3

3

3

3

4

4

4

4

4

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

Tahun

Tahun

Page 109: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

89

c. Skenario Moderat Wilayah III

Sama halnya dengan skenario moderat di Wilayah I dan II, yang berbeda dari

skenario moderat di Wilayah III adalah pada nilai stok awal. Berdasarkan skenario

moderat di Wilayah III, diprakirakan suhu udara ≥ 30 ºC akan terjadi pada tahun 2053.

Kondisi suhu udara, ruang terbuka hijau, jumlah total CO2 dan perkembangan lahan

terbangun disajikan pada Gambar 39.

Gambar 39 Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah III lima puluh tahun ke

depan.

d. Skenario Pesimis Wilayah III

Skenario pesimis untuk Wilayah III dilakukan dengan cara membiarkan tanpa

pengelolaan sehingga terjadi kenaikan laju peningkatan jumlah kendaraan roda empat

laju peningkatan kendaraan roda dua, laju peningkatan jumlah unit industri, laju

peningkatan jumlah penduduk, begitu pula laju peningkatan luas lahan terbangun .

Sebaliknya, pada skenario pesimis tidak dilakukan penghijauan. Semua nilai variabel

sama dengan skenario pesimis pada Wilayah I dan II, yang berbeda hanya pada stok

awal. Berdasarkan hasil skenario pesimis ini diprakirakan suhu udara ≥ 30 ºC di

Wilayah III akan terjadi pada tahun 2038. Kondisi suhu udara, ruang terbuka hijau,

jumlah total CO2 dan perkembangan lahan terbangun disajikan pada Gambar 40.

11:24 AM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

24

28

32

0

25000000

50000000

3000

6000

9000

0

2500

5000

1: Suhu Absolut 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

11

1

1

1

2

2

2

2

2

3

3

3

3 3

4

4

4

4 4

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

Tahun

Page 110: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

90

Gambar 40 Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah III lima puluh tahun ke

depan.

5.2.6. Hasil Analisis Simulasi Model Kota Hijau

Secara umum terdapat perbedaan hasil simulasi model dengan menggunakan

skenario hijau, moderat dan pesimis di Kabupaten Bandung. Skenario hijau dapat

memperlambat suhu udara sehingga suhu udara ≥ 30 ºC terjadi pada tahun 2047,

sedangkan skenario moderat pada tahun 2046, dan skenario pesimis mempercepat

terjadinya suhu udara ≥ 30 ºC yaitu pada tahun 2032. Skenario pesimis mempercepat

terjadinya suhu udara ≥ 30 ºC.

Hasil simulasi model Wilayah I, II dan III, terlihat berbeda karena nilai dari

masing-masing peubah (variabel) di wilayah tersebut berbeda. Berdasarkan skenario

hijau, moderat dan pesimis, Wilayah I paling cepat mengalami suhu udara ≥ 30 ºC

dibandingkan Wilayah II dan III. Hal ini disebabkan karakteristik wilayah I memiliki

luas wilayah paling kecil (6.704 ha), tetapi memiliki jumlah penduduk paling banyak

dibandingkan Wilayah II dan III yaitu berjumlah 539.397 orang di Wilayah I, 424.523

orang di Wilayah II, dan 507.209 orang di Wilayah III. Selain itu jumlah kendaraan

roda empat di Wilayah I juga paling banyak yaitu 7.562 kendaraan, sedangkan di

Wilayah II sebanyak 6.946 kendaraan dan di Wilayah III sebanyak 3.873 kendaraan.

Selain itu persentase lahan terbangun di Wilayah I paling tinggi dibanding Wilayah II

dan III, yaitu Wilayah I sebesar 60 %, Wilayah II 40 % dan Wilayah III 37 %.

Sebaliknya ruang terbuka hijau di Wilayah I paling kecil yaitu sebesar 29 %,

sedangkan di Wilayah II sebesar 45 % dan Wilayah III 52 %. Selain itu, lahan terbuka

di Wilayah I yang dapat digunakan untuk penghijauan juga terbatas (492 ha).

Karakteristik lingkungan demikian menyebabkan tidak banyak pilihan skenario untuk

11:28 AM Sun, Nov 20, 2011Page 1

2008 2018 2028 2038 2048 2058

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

20

30

40

0

5e+010.

1e+011.

3000

6000

9000

0

2500

5000

1: Suhu Absolut 2: CO2 3: Luas terbangun absolut 4: RTH Absolut

1 1

1

1

1

2 2 2 2

2

3

3

3 3 3

4

4 4 4 4

1. Suhu Udara (ºC) 2. CO2 (ton) 3. Lahan Terbangun (ha) 4. Ruang Terbuka Hijau (ha)

Tahun

Page 111: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

91

mengatasi pulau bahang kota karena skenario hijau hanya memperlambat tujuh tahun

suhu udara ≥ 30 ºC dibandingkan suhu udara saat ini.

Wilayah II paling luas dibandingkan dengan Wilayah I dan III. Persentase RTH

di wilayah ini juga paling tinggi dibandingkan dengan Wilayah I dan III. Meskipun

Wilayah II memiliki wilayah lebih luas tetapi jumlah penduduk paling sedikit jika

dibandingkan dengan Wilayah I dan Wilayah II. Wilayah II memiliki jumlah industri

paling sedikit (25 industri) dibandingkan dengan Wilayah I (50 industri) dan Wilayah

III (65 industri). Wilayah II juga memiliki kawasan lindung dan kawasan konservasi

seluas 1202 ha di Cangkuang dan Banjaran. Karakteristik demikian menyebabkan

skenario hijau sangat efektif dalam mengatasi pulau bahang kota sehingga suhu udara

≥ 30 ºC terjadi paling lambat dibandingkan dengan skenario hijau untuk Wilayah I

dan III. Suhu udara di Wilayah II yaitu sampai tahun 2058 masih < 30 ºC.

Wilayah III memiliki persentase ruang terbuka hijau paling tinggi (52%)

dibandingkan dengan Wilayah I (29%) dan II (45%), tetapi memiliki jumlah unit

industri paling banyak dibandingkan Wilayah I dan II. Selain itu Wilayah III tidak

mempunyai kawasan konservasi sehingga tidak ada ruang terbuka hijau yang

terlindungi undang-undang dan sangat beresiko berubah menjadi lahan terbangun.

Skenario hijau dan moderat untuk Wilayah III menyebabkan terjadinya suhu udara

≥ 30 ºC lebih lambat dibanding Wilayah I tetapi lebih cepat dibanding dengan

Wilayah II. Hasil simulasi model Wilayah I, II dan III disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Prakiraan waktu suhu udara ≥ 30 ºC di Kabupaten Bandung

Model Tahun dengan Suhu Udara Tinggi (≥ 30 °C)

Model Baseline Skenario Hijau Skenario Moderat Skenario Pesimis

Wilayah I 2047 2054 2050 2037 Wilayah II 2047 > 2058 2057 2037 Wilayah III 2047 2056 2053 2038

Berdasarkan simulasi model wilayah Kabupaten Bandung serta model di

Wilayah I, II dan III; dan juga berdasar uji sensitivitas model, menunjukkan bahwa

variabel jumlah penduduk, ruang terbuka hijau dan lahan terbangun sangat

menentukan kondisi pulau bahang kota khususnya suhu udara. Suhu udara tinggi

ditentukan oleh tingginya emisi CO2. Semakin banyak jumlah penduduk maka

semakin banyak emisi CO2 yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor, konsumsi

bahan bakar dari aktivitas rumah tangga, sampah, serta dari pernapasan. Hal ini

didukung oleh penelitian Anand et al. (2005) yang menyatakan bahwa jumlah

penduduk sangat menentukan tingkat emisi CO2, sehingga harus ada intervensi

Page 112: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

92

kebijakan pemerintah untuk mengendalikan peningkatan jumlah penduduk agar emisi

CO2 menurun.

Kaitan antara peningkatan jumlah penduduk dengan emisi CO2 juga dilakukan

oleh Fong et al. (2006) yang melakukan penelitian mengenai model sistem dinamik

untuk menduga konsumsi energi dengan membuat model yang terdiri dari empat sub

model, yaitu sub model perumahan, komersial, industri, dan transportasi. Menurut

Fong et al. (2006), pulau bahang kota disebabkan oleh tingginya konsumsi energi oleh

berbagai aktivitas penduduknya sehingga menyebabkan emisi CO2 di perkotaan tinggi.

Berdasarkan penelitian Fong et al. (2006) diketahui bahwa pendorong utama

terjadinya peningkatan konsumsi energi adalah adanya peningkatan pertumbuhan

ekonomi dan tingkat konsumsi energi oleh industri, konsumsi energi oleh penduduk di

perumahan, dan komersial. Oleh karena itu menurut Fong et al. (2006), agar

keberlanjutan kota terwujud, maka harus dilakukan penghematan konsumsi energi,

merubah gaya hidup penduduk perkotaan, perbaikan teknologi dan pengadaan sistem

angkutan masal.

Selain Fong (2006), penelitian mengenai model sistem dinamik di area perkotaan

yang mengaitkan antara konsumsi energi dengan emisi CO2 juga dilakukan oleh Lee

(2005). Lee (2005) membuat model sistem dinamik mengenai penyebab dan dampak

dari emisi gas rumah kaca dengan menambahkan satu variabel suhu udara dalam

modelnya. Model dalam penelitian ini menggambarkan proses peningkatan emisi gas

rumah kaca (CO2) akibat peningkatan konsumsi energi listrik, pengkatan permintaan

energi panas, dan peningkatan energi bahan bakar transportasi. Emisi gas rumah kaca

menyebabkan peningkatan suhu udara yang dapat menyebabkan bencana banjir,

gangguan suplai air, serta penipisan ozon.

Berdasarkan simulasi model beberapa skenario model kota hijau di Kabupaten

Bandung, khususnya di Wilayah I, II, dan III, menunjukkan bahwa kondisi perkotaan

dengan persentase lahan terbangun tinggi, emisi CO2 tinggi dan ruang terbuka rendah,

akan menyebabkan terjadinya suhu udara ≥ 30 ºC lebih cepat. Hasil simulasi model

juga menunjukkan bahwa level perencanaan pembangunan adalah sangat penting

terutama untuk pengembangan wilayah-wilayah di kabupaten atau kota lain yang

masih memungkinkan untuk ditingkatkan kualitas lingkungannya secara optimal

sehingga permasalahan efek pulau bahang di perkotaan dapat diatasi melalui

pembangunan berbasis green growth yang tertuang di dalam model skenario hijau

agar lebih mudah mewujudkan kota hijau.

Page 113: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

93

Berdasarkan hasil penelitian Wang (2009) diketahui bahwa permasalahan utama

pengembangan kota adalah pada level perencanaan. Perencanaan yang kurang baik,

tanpa mengindahkan akar masalah yang dihadapi serta kurangnya perhatian terhadap

keseimbangan ekosistem, keinginan dan dukungan masyarakat, serta kecenderungan

perilaku masyarakat, maka akan menghambat terwujudnya kota hijau.

5.3. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi dan keinginan masyarakat berkaitan dengan kondisi

lingkungan khususnya kualitas udara, iklim mikro serta penanganannya, didapat dari

hasil wawancara dengan 180 responden yang tersebar di 15 kecamatan. Berdasarkan

hasil wawancara, diketahui 49% responden menyatakan kondisi perkotaan di

Kabupaten Bandung sudah sangat tercemar, 50% tercemar ringan dan hanya 1%

menyatakan belum tercemar. Mayoritas penduduk Kabupaten Bandung menyatakan

udara perkotaan sudah sangat panas (52%), dan yang menyatakan panas sebanyak

41%, dan 7% menyatakan tidak panas. Lima tahun terakhir, 87% responden

merasakan suhu udara semakin panas.

Kondisi suhu udara yang panas dan semakin panas ini membuat penduduk

Kabupaten Bandung beradaptasi dan telah terbiasa dengan kondisi yang ada sehingga

meskipun panas tetapi 57% merasa kenyamanan masih dalam batas sedang, hanya

14 % yang menyatakan tidak nyaman dan 29% menyatakan nyaman.

Salah satu sumber emisi polutan udara adalah kendaraan bermotor. Penduduk

Kabupaten Bandung 28 % tidak memiliki kendaraan roda dua, 48% tiap rumah tangga

memiliki 1 kendaraan roda dua, 17% tiap rumah tangga memiliki 2 kendaraan roda

dua, dan 7% memiliki lebih dari 2 kendaraan roda dua bahkan pada rumah tangga

dengan jumlah anggota rumah tangga 14 orang memiliki 7 kendaraan roda dua.

Penduduk yang tidak memiliki kendaraan roda empat sebanyak 82%, hanya 12%

rumah tangga yang memiliki 1 kendaraan roda empat, 5% yang memiliki 2 kendaraan

roda empat dan hanya 1% yang memiliki kendaraan roda empat lebih dari 2

kendaraan. Kebutuhan bahan bakar bensin kendaraan bermotor roda dua per kendaran

yaitu 37 liter/bulan, sedangkan kebutuhan per kendaraan roda empat sebanyak

93 liter/bulan.

Pendapatan masyarakat < Rp. 1.000.000,- sebanyak 36 %, pendapatan antara Rp.

1.000.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,- sebanyak 38 %, pendapatan antara

Rp.2.000.000,- sampai dengan Rp. 3.000.000,- sebanyak 15%, pendapatan antara

Page 114: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

94

Rp. 3.000.000,- sampai dengan Rp.4.000.000,- sebanyak 6%, dan yang lebih dari Rp.

4.000.000, hanya sebesar 5%. Berdasarkan 180 responden yang diwawancarai,

persentase terbesar adalah masyarakat dengan pendapatan ≤ Rp. 1.000.000,-.

Kecenderungan masyarakat apabila mengalami peningkatan pendapatan, 2%

menginginkan untuk membeli peralatan rumah tangga mewah (barang-barang

elektonik), 15% menginginkan untuk membeli kendaraan roda dua, 6% menginginkan

untuk membeli kendaraan roda empat, 29% membeli rumah. Beberapa orang ingin

membeli rumah karena belum memiliki rumah, dan ada beberapa orang yang ingin

berinvestasi rumah untuk disewakan bagi para pekerja pabrik. Masyarakat yang

menginginkan membeli tanah sebanyak 67% yang akan digunakan untuk usaha

pertanian.

Masyarakat Kabupaten Bandung hidup berdekatan dengan aktivitas industri.

Hampir semua kecamatan di wilayah penelitian masyarakatnya berdampingan dengan

industri tekstil. Dari 15 kecamatan di area penelitian, hanya Kecamatan Cangkuang

dan Kecamatan Ciparay yang agak jauh dari industri tekstil. Kecamatan pusat industri

tekstil adalah Kecamatan Majalaya dan Kec. Dayeuhkolot.

Keberadaan industri di dekat kawasan permukiman,menurut masyarakat (74%)

menyebabkan udara menjadi kotor dan tidak nyaman karena menyebabkan bau dan

debu. Hanya 26% masyarakat yang menyatakan industri tidak menyebabkan udara

kotor dan mengganggu kenyamanan. Masyarakat yang tidak terganggu ini bertempat

tinggal di dekat area industri furniture, sepatu dan garment (konveksi). Masyarakat

yang tinggal di dekat industri tekstil maupun kertas hampir semuanya merasakan

bahwa udara menjadi kotor dan tidak nyaman.

Meskipun masyarakat sudah merasakan udara kotor dan tidak nyaman akibat

adanya industri tetapi 64% menyatakan tidak sampai mempermasalahkan gangguan

tersebut. Hanya 36% yang bermasalah sampai ranah hukum dengan industri tekstil

yaitu yang terjadi pada tahun 2005.

Selain aktivitas industri, sumber polutan udara yang lain adalah sampah.

Sampah menghasilkan gas rumah kaca yaitu CH4. Sebanyak 17% menyatakan bahwa

pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung sudah baik, 50% cukup baik dan 33%

menyatakan kurang baik karena sering terjadi keterlambatan pengangkutan sampah.

Hal ini juga didukung oleh informasi dari pemerintah daerah bahwa kendaraan

pengangkut sampah masih sangat kurang. Kabupaten Bandung hanya memiliki sekitar

50 truk pengangkut sampah.

Page 115: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

95

Emisi gas CH4 sebenarnya bisa dikurangi dengan melakukan pamilhan sampah

dari sumbernya yaitu terutama dari limbah rumah tangga sebelum dibuang ke TPS

(tempat pembuangan sampah sementara) dan TPA (tempat pembuangan sampah

akhir). Namun masyarakat belum melakukan pemilahan sampah. Dari total responden,

sebanyak 84 % tidak melakukan pemilahan sampah dengan pertimbangan karena

sampah akan bercampur juga ketika di TPS dan TPA. Masyarakat yang sudah

melakukan pemilahan sampah dan memanfaatkan sampah tersebut sebanyak 8%.

Sampah yang dipilah dan dimanfaatkan terutama sampah kertas untuk digunakan

kembali atau dijual. Hanya 8% masyarakat yang telah melakukan pemilahan dan

pengolahan sampah. Sampah dipilah dan diolah menjadi kompos.

Persentase masyarakat yang mau (tanpa syarat) dan patuh apabila pemerintah

daerah mengintruksikan untuk melakukan pemilahan sampah adalah sebesar 47%,

51% mau tetapi dengan syarat pemerintah daerah benar-benar mengelola dan

mengolah sampah tersebut dengan baik agar yang telah dilakukan warga tidak sia-sia.

Masyarakat yang tidak mau memilah sampah hanya 2%. Alasan mereka, memilah

sampah sangat merepotkan. Dengan kondisi dan sikap masyarakat seperti ini

sebenarnya persentase masyarakat Kabupaten Bandung untuk mau bersama-sama

mengelola sampah agar lingkungan menjadi lebih baik, masih tinggi. Hal ini positif

untuk perbaikan kondisi lingkungan khususnya dalam penanganan efek pulau bahang

dan peningkatan kenyamanan lingkungan.

Berkaitan peran RTH dalam perbaikan kualitas udara dan kondisi iklim mikro,

18% masyarakat Kabupaten Bandung menyatakan bahwa RTH yang ada sudah cukup,

sedangkan 82% merasa belum cukup terutama di perkotaan sehingga perlu dibangun

RTH lagi. Pengetahuan masyarakat mengenai manfaat RTH dalam penurunan suhu

udara dan peningkatan kenyamanan sudah baik, terbukti 97% masyarakat tahu akan

manfaat RTH tersebut dan hanya 3% yang tidak tahu.

Persepsi dan sikap masyarakat mengenai lingkungan hidupnya bisa dilihat dari

keinginan dan harapan mereka. Apabila kebutuhan hidup primer mereka terpenuhi

dan mempunyai pendapatan lebih, 1% masyarakat menginginkan untuk membangun

rumah yang besar dengan kamar banyak untuk disewakan agar menghasilkan

pendapatan semaksimal mungkin. Masyarakat yang menginginkan untuk membangun

rumah dengan ukuran sedang, dan sisa tanah ditanami tumbuhan buah-buahan, sayur

dan tumbuhan hias adalah sebesar 27%. Mayoritas masyarakat (54%) menginginkan

membangun rumah secukupnya, lebih banyak ditanami tumbuhan buah-buahan,

Page 116: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

96

sayuran dan tumbuhan hias. Dan hanya 18% yang menginginkan hanya untuk

ditanami tumbuhan buah-buahan, sayuran dan tumbuhan hias. Kelompok ini adalah

masyarakat yang sudah memiliki rumah sehingga lahan hanya untuk usaha dan

berekreasi. Keinginan masyarakat seperti ini dapat dipahami Karean Kabupaten

Bandung merupakan kota tujuan wisata. Hal ini juga diperkuat dengan informasi dari

Dinas Perhubungan bahwa kepadatan lalu lintas di Kabupaten Bandung relative

merata dari hari Senin sampai hari Minggu, dari hari kerja maupun hari libur karena

Kabupaten Bandung merupakan kota tujuan wisata.

Keinginan masyarakat dalam pengembangan ruang terbuka hijau adalah 82%

responden menginginkan ruang terbuka hijau terdiri dari tumbuhan lokal Kabupaten

Bandung dan ditambah dengan tumbuhan-tumbuhan dari luar Kabupaten Bandung.

Adapun jenis tumbuhan yang diinginkan adalah 31% menginginkan tumbuhan

sumber pangan dan tumbuhan perindang, dan 9% menginginkan tumbuhan bunga.

Masyarakat yang menginginkan tumbuhan pangan, perindang dan tumbuhan bunga

sebesar 60%.

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat, 40% menyatakan bahwa

pemerintah daerah masih memprioritaskan pembangunan di sektor ekonomi

dibandingkan dengan pembangunan lingkungan hidup. Sebanyak 46% masyarakat

yang menyatakan bahwa pemerintah sudah mengelola lingkungan hidup dengan baik

meskipun masih belum menjadi prioritas sehingga lingkungan hidup masih belum

seperti yang diharapkan. Masyarakat yang menyatakan bahwa pemerintah daerah

masih menganggap tidak penting melakukan pengelolaan lingkungan sebanyak 5%.

Hanya 9 % masyarakat yang menyatakan bahwa pemerintah daerah sudah melakukan

pengelolaan lingkungan dengan baik seperti yang diharapkan.

Apabila pemerintah daerah mengintruksikan agar masyarakat ikut berpartisipasi

dalam kegiatan penghijauan dan perbaikan kondisi lingkungan, 75% menyatakan

mau untuk berpartisipasi dengan senang hati demi peningkatan kualitas hidup mereka.

Masyarakat yang akan membantu seadanya sebanyak 24%, karena dalam persepsi

mereka sudah ada institusi yang bertanggungjawab. Hanya 1% yang menyatakan

tidak perlu berpartisipasi Karena sudah ada institusi yang bertanggungjawab.

Berkaitan dengan program kota hijau, apabila pemerintah daerah

mengintruksikan agar masyarakat ikut berpartisipasi untuk mewujudkan program

tersebut, sebanyak 97% menyatakan mendukung dan akan ikut serta dalam program

tersebut. Hanya 3% yang menyatakan mendukung saja tetapi lebih baik institusi

Page 117: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

97

terkait yang melaksanakan. Tingginya dukungan masyarakat ini merupakan modal

positif untuk mewujudkan target kota hijau di Kabupaten Bandung. Tanpa dukungan

masyarakat akan sulit mewujudkan program tersebut.

5.4. Kebijakan Pengelolaan Pulau Bahang Kota

Tahapan analisis kebijakan menurut Dunn (2003) yaitu : perumusan masalah

(definisi), peramalan (prediksi), rekomendasi (preskripsi), pemantauan (deskripsi),

dan evaluasi. Hampir sama dengan pendapat Dunn (2003), Parsons (2001) juga

menyatakan bahwa analisis kebijakan terdiri dari analisis determinasi kebijakan,

analisis isi kebijakan, monitoring dan evaluasi, serta informasi untuk kebijakan dan

advokasi kebijakan.

5.4.1. Perumusan Masalah (Definisi) dalam Penyusunan Kebijakan

Dunn (2003) menyatakan bahwa agar kebijakan yang dibuat berjalan efisien dan

efektif, maka harus dilakukan analisis yang berorientasi pada masalah. Tahap

pertama analisis kebijakan adalah perumusan masalah (definisi) untuk menghasilkan

informasi mengenai kondisi-kondisi (fakta-fakta) sumber masalah. Masalah yang

dihadapi wilayah perkotaan Kabupaten Bandung dalam mewujudkan kota hijau

adalah terjadinya pulau bahang kota yang diakibatkan oleh tingginya jumlah

penduduk, terus berkurangnya ruang terbuka hijau, meningkatnya lahan terbangun,

semakin meningkatnya emisi CO2, serta pola pikir dan sikap masyarakat yang masih

cenderung berakibat akan meningkatkan emisi CO2 serta semakin meningkatnya luas

lahan terbangun. Permasalahan ini menyebabkan terbentuknya pulau bahang kota

yang berakibat pada perbedaan suhu udara di wilayah perkotaan lebih tinggi (7 °C)

dibandingkan wilayah perdesaan.

5.4.2. Peramalan (Prediksi) dalam Penyusunan Kebijakan

Hasil analisis perumusan masalah merupakan bahan untuk melakukan tahap

berikutnya yaitu tahap peramalan (prediksi). Dunn (2003) menyatakan bahwa

peramalan atau prediksi yaitu informasi mengenai konsekuensi dimasa datang dari

penerapan alternatif kebijakan. Pembuatan model merupakan alat yang dapat

digunakan untuk melakukan peramalan (prediksi) atas pemilihan dan penerapan

alternatif kebijakan sehingga dapat dilakukan pemilihan kebijakan terbaik untuk

kondisi Kabupaten Bandung.

Page 118: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

98

Berdasarkan hasil simulasi dari beberapa skenario model di Wilayah I, II

maupun Wilayah III, dapat diketahui bahwa model ideal untuk mewujudkan kota

hijau adalah skenario hijau. Skenario hijau Wilayah I, II dan III dapat memperlambat

suhu udara ≥ 30 °C dibandingkan dengan model baseline dan skenario moderat.

Berdasarkan hasil simulasi model diketahui bahwa wilayah dengan lahan

terbangun yang terlanjur tinggi di Wilayah I (60%) menyebabkan penambahan ruang

terbuka hijau menjadi terbatas. Jumlah penduduk yang tinggi (539.397 orang) serta

tingginya emisi CO2 dari berbagai aktivitas manusia (503.987 ton/tahun), menye-

babkan skenario hijaupun masih menciptakan kondisi suhu udara ≥ 30 °C terjadi lebih

cepat dibandingkan dengan Wilayah II dan III.

Jika dibandingkan dengan Wilayah I dan III, area perkotaan Wilayah II masih

relatif lebih baik. Masih banyak waktu untuk mempertahankan kondisi lingkungan

yang nyaman di Wilayah II. Skenario hijau di Wilayah II masih dapat digunakan

untuk mempertahankan kondisi suhu udara perkotaan < 30 °C sampai lebih dari tahun

2058. Berdasarkan hasil simulasi model, dapat disimpulkan bahwa kebijakan

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan merupakan hal sangat penting dan harus

dilakukan seawal mungkin dan harus hati-hati agar tidak terjadi masalah pulau

bahang kota. Apabila sudah terlanjur tercipta pulau bahang kota seperti di Wilayah I,

maka akan membatasi pemilihan dan pengambilan kebijakan dalam mengatasi

tingginya suhu udara akibat pulau bahang kota.

5.4.3. Rekomendasi (Preskripsi) dalam Penyusunan Kebijakan

5.4.3.1. Rekomendasi Berdasarkan Hasil Analisis Pulau Bahang Kota

Berdasarkan hasil analisis kondisi pulau bahang kota khususnya distribusi suhu

udara, diketahui suhu udara tinggi terdapat di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan

Margahayu, Margaasih, Dayeuhkolot, Baleendah, Bojongsoang, Rancaekek, Cileunyi,

Pameungpeuk dan Majalaya. Agar pulau bahang kota dapat diatasi secara efektif

maka kecamatan-kecamatan ini harus menjadi prioritas dalam pengembangan hutan

kota di Kabupaten Bandung.

Berdasarkan hasil analisis peran ruang terbuka hijau dalam mengatasi pulau

bahang kota khususnya dalam menurunkan suhu udara, diketahui bahwa hutan kota

lebih efektif dalam menurunkan suhu udara dibandingkan dengan jenis ruang terbuka

hijau yang lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mather (1974), Blennow (1998),

Weng dan Yang (2004), serta Rekittke (2009) yang menyatakan bahwa tumbuhan

Page 119: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

99

mempunyai peran penting dalam menurunkan radiasi termal yang dipancarkan ke

atmosfer sehingga suhu udara menjadi rendah. Tumbuhan berupa pohon lebih efektif

dalam mengatasi pulau bahang kota dibandingkan jenis ruang terbuka yang lain.

Efektivitas tumbuhan dalam menurunkan suhu udara juga ditentukan oleh indeks

luas daun. Indeks luas daun yang lebih tinggi, menciptakan suhu udara lebih rendah

dibandingkan dengan tumbuhan dengan indeks luas daun lebih rendah. Berdasarkan

pengukuran suhu udara di berbagai tumbuhan dengan ILD yang berbeda, diketahui

bahwa ILD 0,076 menciptakan iklim mikro khususnya suhu udara 29,9 °C, sedangkan

ILD 0,891 menyebabkan suhu udara menurun menjadi 23,6 °C. Semakin tinggi nilai

ILD, semakin rendah suhu udara. Penelitian Hardin dan Jensen (2007) mengenai

kaitan antara ILD dengan suhu permukaan perkotaan, diketahui bahwa suhu udara di

area tanpa tumbuhan (ILD mendekati 0) adalah 39,2 ºC. Sedangkan pada ILD lebih

besar yaitu 0,45; suhu udara menurun menjadi 32,1 ºC. Peningkatan ILD akan

meningkatkan intersepsi radiasi, pertukaran CO2 dan menurunkan suhu udara. Oleh

karena itu pulau bahang kota dapat diatasi dengan membangun ruang terbuka hijau

khususnya hutan kota dengan kerindangan tinggi (ILD tinggi) agar efektif dalam

menurunkan suhu udara.

Pulau bahang kota dapat diatasi melalui pengembangan hutan kota berbentuk

jalur, menyebar dan bergerombol, serta dengan strata tajuk dua atau strata banyak,

tergantung kondisi lahan yang tersedia. Namun dari beberapa bentuk dan struktur

tajuk hutan kota, hutan kota berbentuk bergerombol dengan struktur banyak lebih

efektif menurunkan suhu udara serta meningkatkan kelembaban udara. Hutan kota

berbentuk menggerombol dengan strata banyak dapat menurunkan suhu udara 0,8 °C

serta meningkatkan kelembaban udara 2%.

Penanganan masalah efek pulau bahang akan lebih efektif apabila informasi

kondisi cuaca dan iklim setempat juga menjadi pertimbangan. Alcoforado et al.

(2009) menyatakan bahwa untuk mengatasi pulau bahang kota diperlukan

pengetahuan iklim terutama dalam menyusun desain tata kota agar penanganan pulau

bahang kota dapat berjalan secara efektif. Desain tata kota untuk mengatasi pulau

bahang kota, sangat penting mempertimbangkan parameter angin terutama dalam hal

menentukan lokasi ruang terbuka hijau khususnya hutan kota agar fungsi hutan kota

sebagai windbreak (pematah angin) dapat optimal. Hutan kota yang berfungsi sebagai

windbreak dapat meningkatkan absorbsi dan adsorbsi polutan udara termasuk gas CO2

sehingga dapat menurunkan efek pulau bahang. Berdasarkan analisis arah dan

Page 120: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

100

kecepatan angin dengan menggunakan windrose, hutan kota di Kabupaten Bandung

sebaiknya dibangun di Kecamatan Margaasih, Margahayu, Dayeuhkolot, Cileunyi,

Rancaekek, Bojongsoang, Baleendah, Katapang, Banjaran, dan Majalaya. Hutan kota

di wilayah tersebut sebaiknya diprioritaskan dengan desain membujur dari arah

selatan ke utara dan terletak di sebelah timur dan barat sumber polutan karena arah

angin dominan di Kabupaten Bandung berasal dari arah barat. Prioritas berikutnya,

hutan kota dapat dibangun melintang dari barat ke timur dengan letak di sebelah

selatan sumber polutan.

Berdasarkan analisis peran ruang terbuka hijau juga ditemukan bahwa kebijakan

yang berkaitan dengan pemenuhan persyaratan persentase 30% dari luas perkotaan

belum dapat mengatasi masalah pulau bahang kota karena pemerintah daerah hanya

terfokus pada nilai persentasenya saja, tidak mempertimbangkan distribusi suhu udara

di perkotaan serta belum mempertimbangkan efektivitas jenis ruang terbuka hijau,

bentuk serta struktur hutan kota dalam mengatasi pulau bahang kota. Pemerintah

daerah lebih memperhatikan nilai estetika sehingga lebih fokus pada pengembangan

taman kota dan taman pulau jalan, belum memprioritaskan pengembangan hutan kota.

Penentuakn lokasi ruang terbuka hijau dibangun di lokasi-lokasi yang sebenarnya

masih dalam kondisi iklim mikro yang baik dengan suhu udara rendah, sebaliknya

lokasi-lokasi dengan suhu udara tinggi belum menjadi prioritas utama.

5.4.3.2. Rekomendasi Berdasarkan Hasil Simulasi Model

Berdasarkan hasil simulasi beberapa skenario model, maka untuk mewujudkan

Kabupaten Bandung sebagai kota hijau direkomendasikan memilih dan menerapkan

skenario hijau. Skenario hijau telah memasukkan variabel-variabel berbasis green

growth yang merupakan konsep dari WWF dan PWC (2011). Pembangunan berbasis

green growth dilakukan dengan mengusahakan keseimbangan antara ekonomi, sosial,

budaya serta lingkungan hidup. Konsep pembangunan berbasis green growth,

mempertimbangkan lima pilar penting sebagai berikut : pertumbuhan ekonomi,

perbaikan kondisi sosial, konservasi keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan,

kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim global, serta penurunan emisi gas

rumah kaca.

Pembangunan berbasis green growth dalam skenario hijau dilakukan dengan cara

mengendalikan beberapa variabel berikut, yaitu dengan cara menurunkan laju emisi

Page 121: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

101

CO2, laju peningkatan lahan terbangun serta melalui peningkatan laju penambahan

ruang terbuka hijau. Laju peningkatan jumlah kendaraan roda empat diusahakan

diturunkan dari 4,3%/tahun menjadi 2%/tahun, sedangkan laju peningkatan kendaraan

roda dua diturunkan dari 23%/tahun menjadi 10%/tahun. Laju pertumbuhan penduduk

ditekan dari 1,95%/tahun menjadi 1%/tahun. Pertumbuhan luas lahan terbangun

diturunkan dari 7%/tahun menjadi 4%/tahun. Ruang terbuka hijau perlu ditingkatkan

dengan laju 1000 ha per tahun. Sedangkan unit industri yang terus menurun

(3,5%/tahun), diusahakan tidak mengalami penurunan. Pengendalian jumlah unit

industri meskipun merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan emisi CO2

dan efek pulau bahang, tetapi diusahakan untuk tidak terus menurun berdasarkan

pertimbangan pentingnya aspek ekonomi dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

5.4.3.3. Rekomendasi Berdasarkan Hasil Analisis Sosial Ekonomi

Pola pikir dan sikap masyarakat Kabupaten Bandung akan pentingnya perbaikan

lingkungan khususnya dengan adanya peningkatan suhu udara serta kenyamanan yang

terus menurun merupakan potensi positif untuk mendukung kebijakan dalam

mengatasi pulau bahang. Tetapi pola pikir dan sikap masyarakat apabila kondisi

ekonominya membaik masih cenderung berakibat meningkatkan emisi CO2 serta

meningkatkan luas lahan terbangun. Chiras (1985) menyatakan bahwa kondisi sosial

ekonomi masyarakat mempengaruhi permintaan (demand) akan sumberdaya alam

termasuk permintaan akan bahan bakar fosil (batubara, minyak, gas). Semakin tinggi

kondisi sosial ekonomi masyarakat cenderung akan semakin meningkatkan kebutuhan

perkapita akan sumberdaya alam serta meningkatkan limbah dan pencemaran

lingkungan. Pola pikir dan kecenderungan perilaku masyarakat yang berkaitan

dengan efek pulau bahang harus menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan

dan pengambilan keputusan agar kebijakan yang dibuat efisien dan efektif.

Agar pola pikir serta sikap masyarakat Kabupaten Bandung berubah dan peduli

terhadap lingkungan mereka, maka diperlukan pemberdayaan masyarakat serta

pelibatan masyarakat dalam mengatasi pulau bahang kota sehingga dapat membantu

mewujudkan kota hijau. Pemahaman dan peningkatan kesadaran terhadap lingkungan

hidup dapat dilaksanakan melalui sosialisasi atau pendidikan lingkungan.

Hambatan lain dalam penanganan pulau bahang kota di Kabupaten Bandung

adalah karena aspek lingkungan masih belum menjadi prioritas penting untuk segera

Page 122: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

102

ditangani. Aspek ekonomi masih menjadi prioritas utama kebijakan Pemerintah

Daerah Kabupaten Bandung. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan mindset pada

para pengambil kebijakan daerah dengan melibatkan akademisi, NGO, politisi, dan

para pemerhati lingkungan hidup untuk dapat bersama-sama memberikan evaluasi

dan masukan perbaikan kebijakan. Model pelibatan masyarakat ini dapat mengadopsi

model yang telah dilakukan di kota-kota di Swedia (Stockholm, Goteborg, Malmo,

dan Orebro) yang disampaikan pada hasil penelitian Elander dan Lundgren (2005).

5.4.4. Pemantauan (Deskripsi) dan Evaluasi Kebijakan

Pemantauan dan evaluasi kebijakan merupakan tahapan analisis kebijakan ketika

kebijakan tersebut dilaksanakan. Pelibatan masyarakat, para ahli, NGO, serta para

pemerhati lingkungan dalam pemantauan dan evaluasi kebijakan merupakan bagian

dari konsep pembangunan kota hijau berbasis green growth (WWF dan PWC 2011)

dalam rangka menurunkan efek pulau bahang akibat tingginya emisi gas CO2,

perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat, serta untuk meningkatkan

kemamapuan adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim (terutama iklim

perkotaan) yang terjadi.

Elander dan Lundgren (2005) menyatakan bahwa pemerintah daerah kota-kota di

Swedia memberikan kesempatan kepada para ahli ekologi untuk ikut berperan dalam

perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan, dan evaluasi kebijakan.

Alcoforado et al. (2009) menambahkan bahwa untuk menciptakan pembangunan kota

berkelanjutan (kota hijau), selain ahli ekologi, juga diperlukan ahli iklim dalam proses

penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan

pembangunan kota. Ahli iklim dapat memberikan masukan dan rekomendasi dalam

penanganan masalah pulau bahang kota serta penataan ventilasi dan penanganan

stagnasi udara di perkotaan yang berkaitan dengan penataan kota serta penentuan

hutan kota kota.

Analisis kebijakan menurut Parson (2001) terdiri dari analisis determinasi,

analisis isi kebijakan, monitoring dan evaluasi, informasi untuk kebijakan dan

advokasi kebijakan. Pada dasarnya analisis kebijakan Parson (2001) hampir sama

dengan tahapan analisis kebijakan Dunn (2003). Determinasi kebijakan menurut

Parson (2001) dalam hal permasalahan yang dihadapi Kabupaten Bandung adalah

terdiri dari analisis perumusan masalah terjadinya pulau bahang kota yang saat ini

terjadi serta penyusunan dan pelaksanaan kebijakan yang ditujukan untuk semua

Page 123: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

103

warga kabupaten Bandung, baik pemerintah daerah, pengusaha serta masyarakat

Kabupaten Bandung. Tahapan analisis kebijakan yang lain menurut Parson (2001)

juga sama dengan analisis kebijakan Dunn (2003) yang merupakan rekomendasi,

monitoring dan evaluasi untuk pebaikan kebijakan. Informasi dan advokasi kebijakan

menurut Parson (2001) sudah tercakup didalam tahapan analisis kebijakan Dunn

(2003) yaitu pada tahap rekomendasi, monitoring dan evaluasi kebijakan.

Page 124: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pulau bahang kota (urban heat island) telah terjadi di wilayah perkotaan

Kabupaten Bandung. Pulau bahang kota diakibatkan oleh tingginya emisi CO2

(tahun 2008 mencapai 1.081.176 ton) dan disebabkan oleh tingginya persen-

tase lahan terbangun (rata-rata 46%, bahkan di Wilayah I 60%). Terbentuknya

pulau bahang kota, mengakibatkan perbedaan suhu udara di pusat perkotaan

dengan perdesaan mencapai 7 °C.

2. Karakteristik lingkungan perkotaan menentukan kondisi efek pulau bahang,

hal ditunjukkan dengan berbedanya persentase luas suhu udara tinggi pada tiga

wilayah penelitian. Secara berurutan persentase luas area suhu udara tinggi

(suhu udara ≥ 27 °C) di Wilayah I, II dan III adalah 2,4%; 0,95%; dan 0,91%.

Karakteristik lingkungan Wilayah I, dengan persentase lahan terbangun

tertinggi dibanding dengan Wilayah II dan III, ruang terbuka hijau terendah,

jumlah penduduk terbanyak, dan jumlah unit industri juga tinggi menyebabkan

persentase luas area bersuhu tinggi paling tinggi.

3. Model kota hijau dapat digunakan untuk mengatasi pulau bahang kota,

dengan cara menurunkan laju peningkatan emisi CO2 dari kurva berbentuk

logistik (eksponensial) menuju kurva sigmoid dengan cara mengatur beberapa

variabel yaitu menurunkan laju pertumbuhan penduduk dari 1,95%/tahun

menjadi 1%/tahun; laju peningkatan kendaraan bermotor roda empat dari

4,3%/tahun menjadi 2%/tahun; kendaraan roda dua dari 23%/tahun menjadi

10%/tahun. Selain itu, pulau bahang kota juga diatasi dengan menurunkan laju

lahan terbangun dari 7%/tahun menjadi 4%/tahun, meningkatkan laju

penambahan ruang terbuka hijau dari 0 menjadi 100 ha per tahun, serta

mencegah penurunan jumlah industri dari -3,5%/tahun menjadi 0%/tahun.

Model kota hijau dapat mempertahankan suhu udara < 30 °C sampai tahun

2046.

4. Karakteristik lingkungan perkotaan yang terlanjur didominasi oleh lahan

terbangun disertai emisi CO2 tinggi, menyebabkan penanganan pulau bahang

kota tidak dapat dilaksanakan secara maksimal, sehingga pembangunan harus

dilaksanakan secara hati-hati dari awal.

Page 125: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

105

5. Ruang terbuka hijau minimal 30%, berupa hutan kota, berbentuk me-

ngelompok, berstrata banyak, dan terletak di area suhu udara tinggi, lebih

efektif mengatasi pulau bahang kota karena dapat menurunkan suhu udara

sampai 6,3 °C.

B. Saran

1. Perlu implementasi dan pengawasan yang ketat dari Undang-Undang Republik

Indonesia No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP Nomor I Tahun

2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang

mengharuskan kawasan perkotaan memiliki ruang terbuka hijau minimal 30%.

2. Perlu implementasi dan pengawasan yang ketat dari Peraturan Pemerintah

No.63 Tahun 2002 tentang hutan kota, yang menyatakan bahwa luasan hutan

kota sekurang-kurangnya 10 % dari luas kota.

Page 126: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

DAFTAR PUSTAKA

Akbari H. 2008. Saving energy and improving air quality in urban heat islands.

Berkeley : American Institute of Physics.

Alcoforado MJ, Andrade H, Lopes A, Vasconcelos J. 2009. Application of climatic

guidelines to urban planning, the example of Lisbon (Portugal). Land and Urb

Plan 90 : 56–65.

Anand S, Vrat P, Dahiya RP. 2006. Application of a system dynamics approach for

assessment and mitigation of CO2 emissions from the cement industry. Environ

Man 79 : 383–398.

Arya SP. 2001. Introduction to Micrometeorology. California : Academic Press.

Bernatzky A. 1978. Tree ecology and preservation. Amsterdam : Elsevier Science.

357 hal.

Blennow K. 1998. Modelling minimum air temperature in partially and clear felled

forests. Agric For Meteorol 91 : 223 – 235.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2009. Data Cuaca dan

Iklim. Bogor : BMKG.

[BPLH] Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung. 2009. Status

Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Tahun 2009. Bandung : Pemerintah

Daerah Kabupaten Bandung.

[BPS] Badan Pusat Statistik dan [BAPPEDA] Badan Perencanaan Daerah Kabupaten

Bandung. 2003. Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bandung.

Bandung : Badan Pusat Statistik Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.

[BPS] Badan Pusat Statistik dan [BAPPEDA] Badan Perencanaan Daerah Kabupaten

Bandung. 2008. Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bandung.

Bandung : Badan Pusat Statistik Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.

Brack CL. 2002. Pollution mitigation and carbon sequestration by an urban forest.

Environ Pollut 116 : 195-200.

Chang CR, Li MH, Chang SD. 2007. A preliminary study on the local cool-island

intensity of Taipei city parks. Lands & Urban Plan 80 : 386-395.

Chiras DD. 1985. Environmental Science, a Framework for Decision Making. Sand

Hill : The Benjamin Publishing Company.

Dahlan EN. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas

Lingkungan Hidup. Kerjasama Institut Pertanian Bogor dengan Asosiasi

Pengusaha Hutan Indonesia. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Jakarta.

Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota.

IPB Press. Bogor.

Page 127: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

107

Dahlan EN. 2007. Analisis kebutuhan luasan hutan kota sebagai sink gas CO2

antropogenik dari bahan bakar minyak dan gas di Kota Bogor dengan pendekatan

sistem dinamik [disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Intitut Pertanian Bogor.

Dahlan EN. 2008. Jumlah emisi gas CO2 dan pemilihan jenis tanaman berdaya rosot

sangat tinggi : studi kasus di Kota Bogor. Media Konservasi 13 : 85-89.

Departemen Kehutanan. 2002. Peraturan Pemerintah No. 63 tentang Hutan Kota.

Jakarta.

[DEPDAGRI] Departemen Dalam Negeri. 1988. Instruksi Menteri Dalam Negeri

No. 14 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Jakarta.

[DEPDAGRI] Departemen Dalam Negeri. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan

Perkotaan. Jakarta : Departemen Dalam Negeri Pemerintah Republik Indonesia.

Dunn WN. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Wibawa S, Asitadani D,

Hadna AH, Purwanto EA, penerjemah. Terjemahan dari : Public Policy Analysis.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Effendy S. 2007. Keterkaitan antara ruang terbuka hijau dengan urban heat island

wilayah Jabotabek [disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Intitut Pertanian

Bogor.

Elander I, Lundgren E, Malbert B, Sandstrom UG. 2005. Biodiversity in urban

governance and planning: examples from Swedish Cities. Plan Theor 6 :

283-301.

Emmanuel R. 2005. Thermal comfort implication of urbanization in a warm humid

city : the Colombo Metropolitan Region (CMR). Build and Environ 40 :

1591-1601.

[EPA] Environmental Protection Agency. 2010. Climate Change. United States :

Environmental Protection Agency.

Fakuara Y. 1987. Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Bogor : Fakultas Kehutanan,

Institut Pertanian Bogor.

Fong WK, Matsumoto H, Lun YF, Kimura R. 2006. System dynamic model for the

prediction of urban energy consumption trends. Japan : Toyohashi University

and Tohoku University.

Geiger R, Aron RH, Todhunter P. 1961. The Climate Near the Ground. America :

Harvard University Press.

Grey GW and Deneke FJ. 1978. Urban Forestry. New York : J Wiley.

Hardin PJ, Jensenb RR. 2007. The effect of urban leaf area on summertime urban

surface kinetic temperatures: A Terre Haute case study. Urb For & Urb Green

6 : 63-72.

Page 128: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

108

Hartrisari. 2007. Sistem Dinamik : Konsep Sistem dan Pemodelan untuk Industri dan

Lingkungan. Bogor : SEAMEO BIOTROP (Southeast Asian Regional Centre for

Tropical Biology).

Hidayati R. 1990. Kajian prilaku iklim jakarta. Perubahan dan perbedaan dengan

daerah sekitarnya. Bogor : Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2007. IPCC fourth assessment

report : climate change 2007. Jenewa : UNEP and WMO.

[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2007. Climate change :

Greenhouse gas and aerosols.

Irwan ZD. 2005. Tantangan lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Center for

Information and Development Studies. Jakarta : PT Pustaka CIDESINDO.

Irwan ZD. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta : PT

Bumi Aksara.

Lee YM. 2005. Modelling causes and impacts of greenhouse gas emission in a city.

New York : IBM Thomas J. Watson Research Center.

Lubis DP et al. 2010. Dasar-Dasar Komunikasi. Hubeis AVS, editor. Bogor : Sains

KPM IPB Press.

Mather JR. 1974. Climatology : fundamentals and aplications. United State of

America : McGraw-Hill Inc.

McConnel VD, Scwab RM. 1990. The impact of environmental regulation on industry

location decisions : the motor vehicle industry. Land Econ 66.

Mori K, Christodoulou A. 2011. Review of sustainability indices and indicators:

towards a new City Sustainability Index (CSI). J Environ Imp AssRev xxx : 13.

Muhammadi, Aminullah E, Soesilo B. 2001. Analisis Sistem Dinamis : Lingkungan

Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen. Jakarta : UMJ Press.

Nawawi HH. 1991. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

Nichol J, Wong MS. 2005. Modelling urban environmental quality in a tropical city.

Land & Urban Plan 73 : 49-58.

Niewolt S. 1975. Tropical climatology, an introduction to the climate low latitude.

New York : J Willey.

Nowak DJ, McPherson DJ. 1993. Quantifying the impact of trees : the Chicago urban

forest climate project. Unasylva 44 : 39-44.

Page 129: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

109

Parsons W. 2001. Public Policy : Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan.

Santosa TWB, penerjemah. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Terjemahan dari : Public Policy : An Introduction to the Theory and Practice of

Policy Analysis.

Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang. Jakarta : Sinar Grafika.

Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Jakarta : CV

Citra Utama Media.

Purnomo H. 2005. Teori Sistem Komplek, Pemodelan dan Simulasi, untuk

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Bogor : Fakultas Kehutanan,

Institut Pertanian Bogor.

Rekittke J. 2009. From green city to urban jungle. The International Symposium of

Green City; Bogor, IPB Internatinal Convention Center, 10-11 Aug 2009.

Roseland M. 1997. Dimensions of the eco-city. Cities 4 : 197-202.

Santosa I. 1998. Pulau panas (heat island) wilayah JABOTABEK. Jurusan Geofisi-

ka dan Meteorologi, FMIPA, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sarkar H. 2004. Study of landcover and population density influences on urban heat

island in tropical cities by using remote sensing and GIS. A methodological

consideration. Jakarta : 3rd FIG Regional Conference.

Shen J, Sakata Y, Hashimoto Y. 2009. The influence of environmental deterioration

and network improvement on transport model choice. Environ Sci Pol 12 : 338-

346

Soedomo M. 2001. Pencemaran udara. Bandung : Penerbit ITB Bandung.

Suprihatin, Indrasti NS, Romli M. 2003. Potensi penurunan emisi gas rumah kaca

melalui pengomposan sampah di wilayah Jabotabek. Bogor : Environmental Re-

search Center (PPLH), Institut Pertanian Bogor.

Tashiro Y. 2009. Green Networking as an Appropriate Urban Greening Method to

the Green City. The International Symposium of Green City. August 10-11,

2009. IPB Internatinal Convenstion Center. Bogor

Trewartha GT, Horn LH. 1980. Pengantar Iklim. Andani S, penerjemah; Srigandono,

editor. United State of America : McGraw-Hill Inc. Terjemahan dari : An

introduction to climate.

Tursilowati L. 2002. Urban heat island dan kontribusinya pada perubahan iklim dan

hubungannya dengan perubahan lahan. Seminar Nasional Pemanasan Global

dan Perubahan Global . Fakta, mitigasi, dan adaptasi. Pusat Pemanfaatan Sains

Atmosfer dan Iklim LAPAN, ISBN : 978-979-17490-0-8 : 89-96.

Page 130: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

110

[USGS] U.S. Geological Survey. 2002. Landsat 7 Science Data User Handbook.

Amerika Serikat : Department of the Interior, National Aeronotics and Space

Administration.

Voogt JA. 2002. Urban heat island : causes and consequences of global

environmental change. Chichester : J Wiley.

Wang XJ. 2009. Analysis of problems in urban green space system planning in China.

J For Res 20 : 79-82.

Weng Q, Yang S. 2004. Managing the adverse thermal effects of urban development

in a densely populated Chinese city. J Env Man 70 : 145–156

Wildsmith D. 2009. Green cities eco-architecture. Zain AFM, Syartinilia, editor. The

International Symposium of Green City; Internatinal Convenstion Center,

Bogor,10-11 Agt 2009. Bogor : Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural

University (IPB). hlm 7-18.

[WWF] World Wide Fund for Nature, [PWC] PricewaterhouseCoopers. 2011.

Roadmap for a green economy in the Heart of Borneo : a scoping study. Jakarta :

PricewaterhouseCoopers LLP.

Xiao H, Weng Q. 2007. The impact of land use and land cover changes on land

surface temperature in a karst area of China. J Environ Man 85 : 245-257.

Page 131: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

LAMPIRAN

Page 132: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

112

Lampiran 1 Uji sensitivitas pengaruh perubahan jumlah kendaraan roda dua

dengan suhu udara

Lampiran 2 Uji sensitivitas pengaruh perubahan jumlah kendaraan roda empat

dengan suhu udara.

Lampiran 3 Uji sensitivitas pengaruh perubahan jumlah industri dengan suhu

udara.

5:49 PM Fri, Jun 24, 2011Page 1

2008.00 2015.50 2023.00 2030.50 2038.00

Years

1:

1:

1:

20

30

40

Suhu Absolut: 1 - 2 - 3 -

5:51 PM Fri, Jun 24, 2011Page 1

2008.00 2015.50 2023.00 2030.50 2038.00

Years

1:

1:

1:

20

30

40

Suhu Absolut: 1 - 2 - 3 -

5:56 PM Fri, Jun 24, 2011Page 1

2008.00 2015.50 2023.00 2030.50 2038.00

Years

1:

1:

1:

20

30

40

Suhu Absolut: 1 - 2 - 3 -

Page 133: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

113

Lampiran 4 Uji sensitivitas pengaruh perubahan jumlah penduduk dengan suhu

udara.

Lampiran 5 Uji sensitivitas pengaruh perubahan luas lahan terbangun dengan

suhu udara.

Lampiran 6 Uji sensitivitas pengaruh perubahan luas ruang terbuka hijau dengan

suhu udara

5:54 PM Fri, Jun 24, 2011Page 1

2008.00 2015.50 2023.00 2030.50 2038.00

Years

1:

1:

1:

20

30

40

Suhu Absolut: 1 - 2 - 3 -

5:53 PM Fri, Jun 24, 2011Page 1

2008.00 2015.50 2023.00 2030.50 2038.00

Years

1:

1:

1:

20

30

40

Suhu Absolut: 1 - 2 - 3 -

5:58 PM Fri, Jun 24, 2011Page 1

2008.00 2015.50 2023.00 2030.50 2038.00

Years

1:

1:

1:

20

30

40

Suhu Absolut: 1 - 2 - 3 -

Page 134: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

114

Lampiran 7 Volume kendaraan bermotor yang beroperasi setiap jamnya di ruas jalan

Kabupaten Bandung pada tahun 2006

No NAMA JALAN Pukul

06.00 -

07.00

07.00 -

08.00

12.00 -

13.00

13.00 -

14.00

16.00 -

17.00

17.00 -

18.00

1 Jl. Kopo (TKI -

Sukamenak) 1231,30 1378,60 1417,30 1410,50 1779,50 1768,40

2 Jl. Kopo (Sukamenak -

Citarum) 1649,00 2089,40 1819,90 1572,30 1556,90 1831,70

3 Jl. Kopo (Citarum -

Soreang) 1587,10 1830,10 1665,10 1546,10 1623,50 1883,10

4 Soreang - Pasirjambu 491,10 605,70 651,20 565,20 639,10 714,10

5 Ciwidey - Patenggang 310,40 354,40 243,20 299,00 320,00 384,30

6 Jl. Moh. Toha (Batas

Kota - Dayeuhkolot) 919,10 1223,90 992,80 1079,50 1545,80 1300,50

7 Dayeuhkolot -

Baleendah 1840,90 1823,90 1370,30 1502,60 1573,00 1174,80

8 Baleendah - Ciparay 1291,10 1318,00 1218,80 1195,90 1094,20 976,40

9 Ciparay - Majalaya 693,30 774,10 619,10 583,20 886,60 599,70

10 Dayeuhkolot -

Bojongsoang 831,00 914,80 691,00 715,00 912,70 914,60

11 Bojongsoang -

Buahbatu (Batas Kota) 1257,30 1765,00 1209,90 1224,20 1652,90 1270,20

12 Banjaran -

Pameungpeuk 1566,10 1430,50 1233,60 1373,70 1383,60 1236,20

13 Pameungpeuk -

Dayeuhkolot 1453,00 1439,10 1072,30 1351,80 1278,00 1346,60

14 Banjaran - Soreang 754,00 596,60 470,10 776,40 721,30 487,90

15 Banjaran - Cimaung

(Pangalengan) 1110,60 882,20 992,80 928,60 1214,00 1157,40

16 Ciparay/Lemburawi -

Pacet 520,00 441,90 428,20 432,80 343,40 331,80

17 Derwati - Sapan 429,10 508,70 333,70 342,70 447,00 448,30

18 Majalaya - Sapan 354,90 319,00 244,20 242,90 264,60 308,80

19 Majalaya - Rancaekek 764,60 574,20 465,10 476,60 456,70 476,50

20 Majalaya - Cikancung 465,20 521,00 412,30 448,60 568,60 468,50

21 Cikancung - Cicalengka 500,00 539,40 436,20 430,10 485,20 461,30

22 Soreang - Cipatik 534,20 655,10 585,50 651,90 643,40 635,80

23 Cipatik - Batujajar

(KOPASSUS) 669,40 634,40 524,40 534,70 567,90 533,40

24 Cimareme - Batujajar

(Pos Disja) 917,80 1010,50 757,10 901,90 851,90 735,00

25 Cikalongwetan -

Cipeundeuy 225,10 215,90 191,30 201,80 246,50 214,90

26 Cipatik - Cililin 547,00 647,60 640,70 593,00 576,90 440,40

27 Cililin - Sindangkerta 220,90 243,80 209,90 194,10 175,70 83,10

28 Cangkuang - Palasari 375,70 430,60 283,60 439,10 528,30 498,20

29 Cibaduyut - Cangkuang 1193,30 1699,20 1197,80 1549,50 1662,80 1604,10

30 Cangkuang - Sayati 724,80 839,20 657,50 674,10 909,80 1010,30

31 Cangkuang - Sayuran 1106,50 1190,80 603,40 794,50 1017,60 743,40

32 Cikancung - Cijapati 271,30 276,30 238,50 214,70 254,40 199,20

33 Cihideung -

Parongpong 132,70 118,10 153,90 174,60 157,70 107,30

34 Cisarua - Lembang 330,10 397,00 302,40 350,60 428,30 405,00

35 Cipatik - Leuwigajah 726,40 870,50 647,00 725,80 788,60 929,50

36 Katapang - Junti 421,80 393,00 296,80 224,60 443,40 314,40

37 Banjaran - Pinggir Sari

- Garduh 187,80 241,50 188,80 213,80 180,00 155,80

38 Cicalengka - Nagreg 844,80 884,60 734,10 763,50 727,40 575,40

39 Manglid - Kopo 328,00 437,90 349,60 596,70 455,90 523,40

40 Cijagra - Kopo 412,30 376,80 268,20 326,80 413,40 425,60

Jumlah 30189,000 32893,300 26817,600 28623,400 31776,500 29675,300

Sumber : DLLAJR Kabupaten Bandung (2006)

Page 135: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

115

Lampiran 8 Persamaan Model

Penutupan Lahan :

Lhn_terbangun(t) = Lhn_terbangun(t - dt) + (out + berkurang1) * dtINIT

Lhn_terbangun = 27381

INFLOWS:

out = 0.5*Lhn_terbangun*Laju_lhn_terbangun

berkurang1 = Lhn_terbangun*Laju_lhn_terbangun*0.5

RTH(t) = RTH(t - dt) + (in - out) * dtINIT RTH = 139000

INFLOWS:

in = penghijauan

OUTFLOWS:

out = 0.5*Lhn_terbangun*Laju_lhn_terbangun

Tnh_terbuka(t) = Tnh_terbuka(t - dt) + (- berkurang1) * dtINIT Tnh_terbuka = 10012

OUTFLOWS:

berkurang1 = Lhn_terbangun*Laju_lhn_terbangun*0.5

Laju_lhn_terbangun = 0.07

Lhn_terbangun_absolut = if Lhn_terbangun < 123678 then Lhn_terbangun else if

Lhn_terbangun > 123678 then 123678 else 0

LUAS_TOTAL_WILAYAH = RTH_Absolut+Lhn_terbangun_absolut+Tnh_terbuka

penghijauan = 0

RTH_Absolut = if RTH > 139000 then 139000 else if RTH < 52715 then 52715 else

RTH

Suhu(t) = Suhu(t - dt) + (Incrase - Decrease) * dtINIT Suhu = 24.1

INFLOWS:

Incrase =

(0.0000001*CO2*0.1+0.2*Persen_Albedo_LTB*0.45+0.2*Persen_Albedo_TB*0.45)

OUTFLOWS:

Decrease = 0.9*Persen_Albedo_RTH

Albedo_Lhn_terbangun = 0.12*Lhn_terbangun_absolut

Albedo_LTB_Awal = 3273

Albedo_riil_LTB = (Albedo_Lhn_terbangun-Albedo_LTB_Awal)

Albedo_riil_RTH = (Albedo_RTH-Albedo_RTH_Awal)

Albedo_riil_TB = (Albedo_Tanah_Terbuka-Albedo_TB_Awal)

Albedo_RTH = 0.15*RTH_Absolut

Albedo_RTH_Awal = 20851

Albedo_Tanah_Terbuka = 0.17*Tnh_terbuka

Albedo_TB_Awal = 1702.04

Persen_Albedo_LTB = (Albedo_riil_LTB/Albedo_LTB_Awal)/100

Persen_Albedo_RTH = (Albedo_riil_RTH/Albedo_RTH_Awal)/100

Persen_Albedo_TB = (Albedo_riil_TB/Albedo_TB_Awal)/100

Suhu_udara = if Suhu < 35 then Suhu else if Suhu > 35 then 35 else 0

CO2(t) = CO2(t - dt) + (Peningkatan - Penurunan) * dtINIT CO2 = 1081176

INFLOWS:

Peningkatan =

(0.19*Total_CO2_Kendaraan+0.27*Total_CO2_Industri_Sdg_&_Besar+0.54*Total_

CO2_penduduk)

Page 136: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

116

OUTFLOWS:

Penurunan = 22.5*RTH

Industri_Sdg_&_Besar(t) = Industri_Sdg_&_Besar(t - dt) + (UP - down) * dtINIT

Industri_Sdg_&_Besar = 157

INFLOWS:

UP = Industri_Sdg_&_Besar*Laju_peningkatan_industri_Sdg_&_Besar

OUTFLOWS:

down = Industri_Sdg_&_Besar*Laju_penurunan_industriSdg_&__Besar

Jumlah_Penduduk(t) = Jumlah_Penduduk(t - dt) + (Tambah) * dtINIT

Jumlah_Penduduk = 3127008

INFLOWS:

Tambah = Jumlah_Penduduk*Laju_pertumbuhan_penduduk

Kendaraan_2(t) = Kendaraan_2(t - dt) + (Bertambah_roda_2) * dtINIT Kendaraan_2

= 181605

INFLOWS:

Bertambah_roda_2 = Kendaraan_2*Laju_tumbuh_kendaraan_roda_2

Kendaraan_4(t) = Kendaraan_4(t - dt) + (Bertambah_roda_4) * dtINIT Kendaraan_4

= 28411

INFLOWS:

Bertambah_roda_4 = Kendaraan_4*Laju_tumbuh_kendaraan_roda_4

Bahan_Bakar_Industri_Sdg_&_Besar = 5247*Industri_Sdg_&_Besar

C02_krn__kendaraan_roda_2 = 0.35*Kendaraan_2

CO2_Industri_Sdg_&_Besar = Bahan_Bakar_Industri_Sdg_&_Besar*2.33

CO2_krn__kendaraan_roda_4 = 1.21*Kendaraan_4

Jmh_KK = Jumlah_Penduduk/4

Kons_BBG = 0.6*Jmh_KK

Kons_Bhn__Listrik = 1.4*Jmh_KK

Kons__Minyak_tanah = 1*Jmh_KK

Laju_peningkatan_industri_Sdg_&_Besar = -0.035

Laju_penurunan_industriSdg_&__Besar = 0.035

Laju_pertumbuhan_penduduk = if Suhu > 35 then 0.014 else 0.0195

Laju_tumbuh_kendaraan_roda_2 = if Laju_pertumbuhan_penduduk = 0.014 then 0

else 0.23

Laju_tumbuh_kendaraan_roda_4 = if Laju_pertumbuhan_penduduk = 0.014 then 0

else 0.043

Pernapasan = 0.34*Jumlah_Penduduk

Produksi_sampah = 0.1825*Jumlah_Penduduk

Sampah = 2.56*Produksi_sampah

Total_CO2_Industri_Sdg_&_Besar = CO2_Industri_Sdg_&_Besar

Total_CO2_Kendaraan =

C02_krn__kendaraan_roda_2+CO2_krn__kendaraan_roda_4

Total_CO2_penduduk =

Kons_BBG+Kons_Bhn__Listrik+Kons__Minyak_tanah+Pernapasan+Sampah

Page 137: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

117

Lampiran 9 Hasil simulasi model baseline Wilayah Kabupaten Bandung

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 1.081.176 27.381 139.000

2009 24,1 1.119.987 29.298 138.042

2010 24,1 1.216.556 31.349 137.016

2011 24,1 1.374.677 33.543 135.919

2012 24,2 1.598.395 35.891 134.745

2013 24,2 1.892.049 38.403 133.489

2014 24,2 2.260.320 41.092 132.145

2015 24,2 2.708.295 43.968 130.707

2016 24,2 3.241.536 47.046 129.168

2017 24,3 3.866.171 48.872 127.521

2018 24,3 4.589.000 50.582 125.811

2019 24,4 5.416.471 52.353 124.040

2020 24,4 6.355.714 54.185 122.208

2021 24,5 7.414.864 56.082 120.311

2022 24,5 8.603.275 58.045 118.348

2023 24,6 9.931.798 60.076 116.317

2024 24,7 11.413.106 62.179 114.214

2025 24,8 13.062.105 64.355 112.038

2026 25,0 14.896.439 66.607 109.786

2027 25,1 16.937.099 68.939 107.454

2028 25,3 19.209.187 71.352 105.041

2029 25,5 21.742.840 73.849 102.544

2030 25,7 24.574.381 76.434 99.959

2031 26,0 27.747.721 79.109 97.284

2032 26,2 31.316.088 81.878 94.515

2033 26,5 35.344.156 84.743 91.650

2034 26,9 39.910.661 87.709 88.684

2035 27,3 45.111.612 90.779 85.614

2036 27,8 51.064.248 93.956 82.437

2037 28,3 57.911.901 97.245 79.148

2038 28,8 65.829.978 100.648 75.745

2039 29,5 75.033.315 104.171 72.222

2040 30,3 85.785.224 107.817 68.576

2041 31,1 98.408.620 111.591 64.802

2042 32,1 113.299.709 115.496 60.897

2043 33,2 130.944.813 119.539 56.854

2044 34,5 151.941.079 123.678 52.715

2045 35,0 177.021.937 123.678 52.715

2046 35,0 207.088.421 123.678 52.715

2047 35,0 243.247.687 123.678 52.715

2048 35,0 286.860.395 123.678 52.715

2049 35,0 339.598.980 123.678 52.715

2050 35,0 403.519.336 123.678 52.715

2051 35,0 481.148.971 123.678 52.715

2052 35,0 575.595.449 123.678 52.715

2053 35,0 690.679.770 123.678 52.715

2054 35,0 831.100.418 123.678 52.715

2055 35,0 1.002.635.153 123.678 52.715

2056 35,0 1.212.293.842 123.678 52.715

2057 35,0 1.468.767.567 123.678 52.715

2058 35,0 1.782.797.556 123.678 52.715

Page 138: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

118

Lampiran 10 Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah Kabupaten Bandung

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 1.081.176 27.381 139.000

2009 24,1 1.119.987 29.298 138.042

2010 24,1 1.189.856 31.349 137.016

2011 24,1 1.293.312 33.543 135.919

2012 24,2 1.432.984 35.891 134.745

2013 24,2 1.611.609 38.403 133.489

2014 24,2 1.832.041 41.092 132.145

2015 24,2 2.097.262 43.968 130.707

2016 24,2 2.410.394 47.046 129.168

2017 24,2 2.774.711 48.872 127.521

2018 24,3 3.193.651 50.582 125.811

2019 24,3 3.669.677 52.353 124.040

2020 24,3 4.205.171 54.185 122.208

2021 24,4 4.802.581 56.082 120.311

2022 24,4 5.464.418 58.045 118.348

2023 24,5 6.193.269 60.076 116.317

2024 24,5 6.991.799 62.179 114.214

2025 24,6 7.862.757 64.355 112.038

2026 24,7 8.808.984 66.607 109.786

2027 24,8 9.833.421 68.939 107.454

2028 24,9 10.939.113 71.352 105.041

2029 25,0 12.129.219 73.849 102.544

2030 25,1 13.407.023 76.434 99.959

2031 25,3 14.775.939 79.109 97.284

2032 25,4 16.239.526 81.878 94.515

2033 25,6 17.801.494 84.743 91.650

2034 25,7 19.465.720 87.709 88.684

2035 25,9 21.236.257 90.779 85.614

2036 26,2 23.117.353 93.956 82.437

2037 26,4 25.113.460 97.245 79.148

2038 26,6 27.229.255 100.648 75.745

2039 26,9 29.469.655 104.171 72.222

2040 27,2 31.839.837 107.817 68.576

2041 27,5 34.345.261 111.591 64.802

2042 27,9 36.991.688 115.496 60.897

2043 28,2 39.785.210 119.539 56.854

2044 28,6 42.732.273 123.678 52.715

2045 29,1 45.839.710 123.678 52.715

2046 29,5 49.114.768 123.678 52.715

2047 30,0 52.565.149 123.678 52.715

2048 30,6 56.199.044 123.678 52.715

2049 31,1 60.025.176 123.678 52.715

2050 31,7 64.052.847 123.678 52.715

2051 32,4 68.291.986 123.678 52.715

2052 33,1 72.753.204 123.678 52.715

2053 33,8 77.447.854 123.678 52.715

2054 34,6 82.388.097 123.678 52.715

2055 35,0 87.586.970 123.678 52.715

2056 35,0 92.963.112 123.678 52.715

2057 35,0 98.484.673 123.678 52.715

2058 35,0 104.162.849 123.678 52.715

Page 139: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

119

Lampiran 11 Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah Kabupaten Bandung

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 1.081.176 27.381 139.000

2009 24,1 1.119.987 28.750 138.365

2010 24,1 1.196.452 30.188 137.697

2011 24,1 1.312.848 31.697 136.992

2012 24,2 1.471.521 33.282 136.250

2013 24,2 1.674.892 34.946 135.468

2014 24,2 1.925.466 36.693 134.644

2015 24,2 2.225.845 38.528 133.777

2016 24,2 2.578.739 40.454 132.863

2017 24,3 2.986.982 42.477 131.902

2018 24,3 3.453.546 44.601 130.890

2019 24,3 3.981.558 46.831 129.825

2020 24,4 4.574.320 48.289 128.704

2021 24,4 5.235.332 49.496 127.547

2022 24,5 5.967.821 50.733 126.360

2023 24,5 6.775.058 52.002 125.141

2024 24,6 7.660.546 53.302 123.891

2025 24,7 8.628.052 54.634 122.609

2026 24,7 9.681.651 56.000 121.293

2027 24,8 10.825.762 57.400 119.943

2028 24,9 12.065.209 58.835 118.558

2029 25,1 13.405.270 60.306 117.137

2030 25,2 14.851.748 61.814 115.679

2031 25,4 16.411.050 63.359 114.184

2032 25,5 18.090.271 64.943 112.650

2033 25,7 19.897.297 66.566 111.077

2034 25,9 21.840.923 68.231 109.462

2035 26,1 23.930.980 69.936 107.807

2036 26,4 26.178.499 71.685 106.108

2037 26,6 28.595.875 73.477 104.366

2038 26,9 31.197.081 75.314 102.579

2039 27,2 33.997.890 77.197 100.746

2040 27,6 37.016.151 79.127 98.866

2041 27,9 40.272.091 81.105 96.938

2042 28,3 43.788.670 83.132 94.961

2043 28,8 47.591.987 85.211 92.932

2044 29,2 51.711.746 87.341 90.852

2045 29,8 56.181.794 89.525 88.719

2046 30,3 61.040.736 91.763 86.530

2047 30,9 66.332.646 94.057 84.286

2048 31,6 72.107.882 96.408 81.985

2049 32,3 78.424.022 98.818 79.625

2050 33,1 85.346.944 101.289 77.204

2051 34,0 92.952.067 103.821 74.722

2052 34,9 101.325.772 106.416 72.177

2053 35,0 110.567.045 109.077 69.566

2054 35,0 120.789.359 111.804 66.889

2055 35,0 132.122.843 114.599 64.144

2056 35,0 144.716.774 117.464 61.329

2057 35,0 158.742.443 120.401 58.443

2058 35,0 174.396.448 123.411 55.482

Page 140: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

120

Lampiran 12 Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah Kabupaten Bandung

Tahun Suhu Udara

(ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 1.081.176 27.381 139.000

2009 24,1 1.119.987 30.119 137.631

2010 24,1 1.310.303 33.131 136.125

2011 24,1 1.661.566 36.444 134.468

2012 24,2 2.184.474 40.089 132.646

2013 24,2 2.891.327 44.097 130.642

2014 24,2 3.796.496 47.956 128.437

2015 24,2 4.917.082 50.354 126.039

2016 24,3 6.273.186 52.872 123.521

2017 24,4 7.887.633 55.515 120.878

2018 24,4 9.789.422 58.291 118.102

2019 24,5 12.016.068 61.205 115.188

2020 24,7 14.616.878 64.266 112.127

2021 24,8 17.657.530 67.479 108.914

2022 25,0 21.226.477 70.853 105.540

2023 25,2 25.443.911 74.396 101.997

2024 25,4 30.474.300 78.115 98.278

2025 25,8 36.543.934 82.021 94.372

2026 26,1 43.965.490 86.122 90.271

2027 26,6 53.172.401 90.428 85.965

2028 27,1 64.766.983 94.950 81.443

2029 27,7 79.587.786 99.697 76.696

2030 28,5 98.803.891 104.682 71.711

2031 29,5 124.046.911 109.916 66.477

2032 30,8 157.595.785 115.412 60.981

2033 32,3 202.635.477 121.183 55.210

2034 34,4 263.619.149 123.678 52.715

2035 35,0 346.775.187 123.678 52.715

2036 35,0 460.817.034 123.678 52.715

2037 35,0 617.936.937 123.678 52.715

2038 35,0 835.197.184 123.678 52.715

2039 35,0 1.136.477.829 123.678 52.715

2040 35,0 1.555.203.482 123.678 52.715

2041 35,0 2.138.160.809 123.678 52.715

2042 35,0 2.950.783.422 123.678 52.715

2043 35,0 4.084.611.513 123.678 52.715

2044 35,0 5.667.980.986 123.678 52.715

2045 35,0 7.880.556.404 123.678 52.715

2046 35,0 10.973.862.220 123.678 52.715

2047 35,0 15.300.026.506 123.678 52.715

2048 35,0 21.352.022.151 123.678 52.715

2049 35,0 29.820.004.538 123.678 52.715

2050 35,0 41.670.184.274 123.678 52.715

2051 35,0 58.255.249.012 123.678 52.715

2052 35,0 81.468.953.977 123.678 52.715

2053 35,0 113.962.548.706 123.678 52.715

2054 35,0 159.447.774.457 123.678 52.715

2055 35,0 223.121.060.582 123.678 52.715

2056 35,0 312.257.399.429 123.678 52.715

2057 35,0 437.041.771.197 123.678 52.715

2058 35,0 611.733.138.712 123.678 52.715

Page 141: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

121

Lampiran 13 Hasil simulasi model baseline Wilayah I

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 503.987 3.999 1.951

2009 24,1 1.082.577 4.279 1.811

2010 24,1 1.664.882 4.578 1.661

2011 24,1 2.251.238 4.899 1.501

2012 24,2 2.842.023 5.112 1.330

2013 24,2 3.437.663 5.291 1.151

2014 24,2 4.038.541 5.477 965

2015 24,3 4.645.058 5.668 774

2016 24,3 5.257.683 5.867 575

2017 24,4 5.876.962 6.072 370

2018 24,4 6.503.534 6.274 290

2019 24,5 7.138.159 6.274 290

2020 24,6 7.780.328 6.274 290

2021 24,6 8.427.399 6.274 290

2022 24,7 9.080.475 6.274 290

2023 24,8 9.740.914 6.274 290

2024 24,9 10.410.387 6.274 290

2025 25,0 11.090.945 6.274 290

2026 25,1 11.785.112 6.274 290

2027 25,2 12.495.990 6.274 290

2028 25,4 13.227.395 6.274 290

2029 25,5 13.984.017 6.274 290

2030 25,6 14.771.627 6.274 290

2031 25,8 15.597.317 6.274 290

2032 25,9 16.469.814 6.274 290

2033 26,1 17.399.846 6.274 290

2034 26,3 18.400.612 6.274 290

2035 26,5 19.488.340 6.274 290

2036 26,6 20.682.993 6.274 290

2037 26,9 22.009.120 6.274 290

2038 27,1 23.496.918 6.274 290

2039 27,3 25.183.526 6.274 290

2040 27,6 27.114.622 6.274 290

2041 27,8 29.346.389 6.274 290

2042 28,1 31.947.930 6.274 290

2043 28,4 35.004.240 6.274 290

2044 28,8 38.619.858 6.274 290

2045 29,2 42.923.367 6.274 290

2046 29,6 48.072.922 6.274 290

2047 30,1 54.263.049 6.274 290

2048 30,6 61.733.013 6.274 290

2049 31,2 70.777.108 6.274 290

2050 32,0 81.757.312 6.274 290

2051 32,8 95.118.854 6.274 290

2052 33,7 111.409.363 6.274 290

2053 34,8 131.302.420 6.274 290

2054 35,0 155.626.526 6.274 290

2055 35,0 185.400.732 6.274 290

2056 35,0 221.878.470 6.274 290

2057 35,0 266.601.454 6.274 290

2058 35,0 321.465.989 6.274 290

Page 142: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

122

Lampiran 14 Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah I

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 503.987 3.999 1.951

2009 24,1 1.082.577 4.159 1.921

2010 24,1 1.656.479 4.325 1.888

2011 24,1 2.225.976 4.498 1.851

2012 24,2 2.791.353 4.678 1.811

2013 24,2 3.352.891 4.865 1.768

2014 24,2 3.910.873 5.022 1.720

2015 24,3 4.465.581 5.122 1.670

2016 24,3 5.017.281 5.224 1.618

2017 24,4 5.566.211 5.329 1.563

2018 24,4 6.112.610 5.435 1.507

2019 24,5 6.656.717 5.544 1.448

2020 24,5 7.198.769 5.655 1.387

2021 24,6 7.739.007 5.768 1.324

2022 24,7 8.277.674 5.883 1.259

2023 24,8 8.815.013 6.001 1.191

2024 24,9 9.351.273 6.121 1.121

2025 24,9 9.886.706 6.244 1.048

2026 25,0 10.421.570 6.274 974

2027 25,1 10.956.128 6.274 896

2028 25,3 11.490.652 6.274 816

2029 25,4 12.025.421 6.274 734

2030 25,5 12.560.723 6.274 649

2031 25,6 13.096.858 6.274 561

2032 25,7 13.634.139 6.274 470

2033 25,9 14.172.890 6.274 377

2034 26,0 14.713.454 6.274 290

2035 26,2 15.256.189 6.274 290

2036 26,3 15.801.474 6.274 290

2037 26,5 16.349.709 6.274 290

2038 26,6 16.900.723 6.274 290

2039 26,8 17.453.125 6.274 290

2040 27,0 18.007.322 6.274 290

2041 27,2 18.563.758 6.274 290

2042 27,4 19.122.906 6.274 290

2043 27,5 19.685.282 6.274 290

2044 27,7 20.251.443 6.274 290

2045 27,9 20.821.995 6.274 290

2046 28,1 21.397.595 6.274 290

2047 28,4 21.978.959 6.274 290

2048 28,6 22.566.866 6.274 290

2049 28,8 23.162.166 6.274 290

2050 29,0 23.765.789 6.274 290

2051 29,3 24.378.749 6.274 290

2052 29,5 25.002.154 6.274 290

2053 29,8 25.637.220 6.274 290

2054 30,0 26.285.275 6.274 290

2055 30,3 26.947.777 6.274 290

2056 30,6 27.626.321 6.274 290

2057 30,8 28.322.658 6.274 290

2058 31,1 29.038.708 6.274 290

Page 143: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

123

Lampiran 15 Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah I

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 503.987 3.999 1.951

2009 24,1 1.082.577 4.199 1.876

2010 24,1 1.665.495 4.409 1.796

2011 24,1 2.252.912 4.629 1.711

2012 24,2 2.845.016 4.861 1.620

2013 24,2 3.442.007 5.043 1.524

2014 24,2 4.044.102 5.170 1.422

2015 24,3 4.651.500 5.299 1.318

2016 24,3 5.264.382 5.431 1.211

2017 24,4 5.882.946 5.567 1.100

2018 24,4 6.507.407 5.706 986

2019 24,5 7.138.002 5.849 868

2020 24,6 7.774.993 5.995 747

2021 24,6 8.418.667 6.145 622

2022 24,7 9.069.345 6.274 493

2023 24,8 9.727.381 6.274 361

2024 24,9 10.393.172 6.274 290

2025 25,0 11.067.160 6.274 290

2026 25,1 11.749.841 6.274 290

2027 25,2 12.440.413 6.274 290

2028 25,4 13.137.513 6.274 290

2029 25,5 13.841.751 6.274 290

2030 25,6 14.553.824 6.274 290

2031 25,8 15.274.533 6.274 290

2032 25,9 16.004.797 6.274 290

2033 26,1 16.745.670 6.274 290

2034 26,2 17.498.362 6.274 290

2035 26,4 18.264.262 6.274 290

2036 26,6 19.044.967 6.274 290

2037 26,8 19.842.309 6.274 290

2038 27,0 20.658.393 6.274 290

2039 27,2 21.495.639 6.274 290

2040 27,4 22.356.825 6.274 290

2041 27,6 23.245.147 6.274 290

2042 27,9 24.164.274 6.274 290

2043 28,1 25.118.426 6.274 290

2044 28,4 26.112.452 6.274 290

2045 28,6 27.151.926 6.274 290

2046 28,9 28.243.257 6.274 290

2047 29,2 29.393.811 6.274 290

2048 29,5 30.612.058 6.274 290

2049 29,8 31.907.735 6.274 290

2050 30,1 33.292.037 6.274 290

2051 30,4 34.777.836 6.274 290

2052 30,8 36.379.932 6.274 290

2053 31,1 38.115.342 6.274 290

2054 31,5 40.003.635 6.274 290

2055 31,9 42.067.309 6.274 290

2056 32,3 44.332.237 6.274 290

2057 32,8 46.828.169 6.274 290

2058 33,2 49.589.314 6.274 290

Page 144: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

124

Lampiran 16 Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah I

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 503.987 3.999 1.951

2009 24,1 1.082.577 4.399 1.751

2010 24,1 1.686.435 4.839 1.531

2011 24,1 2.317.101 5.153 1.289

2012 24,2 2.976.329 5.410 1.032

2013 24,2 3.665.953 5.681 761

2014 24,2 4.388.042 5.965 477

2015 24,3 5.145.088 6.263 290

2016 24,3 5.940.160 6.274 290

2017 24,4 6.774.084 6.274 290

2018 24,4 7.647.424 6.274 290

2019 24,5 8.566.239 6.274 290

2020 24,6 9.538.648 6.274 290

2021 24,7 10.575.629 6.274 290

2022 24,8 11.692.152 6.274 290

2023 24,9 12.908.763 6.274 290

2024 25,1 14.253.793 6.274 290

2025 25,2 15.766.453 6.274 290

2026 25,4 17.501.176 6.274 290

2027 25,5 19.533.681 6.274 290

2028 25,7 21.969.469 6.274 290

2029 25,9 24.955.714 6.274 290

2030 26,2 28.697.918 6.274 290

2031 26,5 33.483.211 6.274 290

2032 26,8 39.712.985 6.274 290

2033 27,2 47.948.576 6.274 290

2034 27,7 58.975.211 6.274 290

2035 28,3 73.891.546 6.274 290

2036 29,0 94.235.005 6.274 290

2037 30,0 122.157.263 6.274 290

2038 31,2 160.669.915 6.274 290

2039 32,8 213.988.416 6.274 290

2040 34,9 288.013.591 6.274 290

2041 35,0 391.005.753 6.274 290

2042 35,0 534.528.460 6.274 290

2043 35,0 734.769.785 6.274 290

2044 35,0 1.014.392.075 6.274 290

2045 35,0 1.405.121.632 6.274 290

2046 35,0 1.951.374.249 6.274 290

2047 35,0 2.715.330.963 6.274 290

2048 35,0 3.784.044.118 6.274 290

2049 35,0 5.279.385.832 6.274 290

2050 35,0 7.371.975.866 6.274 290

2051 35,0 10.300.680.632 6.274 290

2052 35,0 14.399.911.799 6.274 290

2053 35,0 20.137.844.344 6.274 290

2054 35,0 28.169.921.822 6.274 290

2055 35,0 39.413.763.737 6.274 290

2056 35,0 55.154.035.862 6.274 290

2057 35,0 77.189.268.682 6.274 290

2058 35,0 108.037.403.219 6.274 290

Page 145: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

125

Lampiran 17 Hasil simulasi model baseline Wilayah II

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 335.029 5.641 6.390

2009 24,1 636.398 6.036 6.193

2010 24,1 947.460 6.458 5.981

2011 24,1 1.268.987 6.910 5.755

2012 24,1 1.601.823 7.394 5.513

2013 24,2 1.946.892 7.912 5.255

2014 24,2 2.305.219 8.466 4.978

2015 24,2 2.677.949 9.058 4.681

2016 24,2 3.066.367 9.545 4.364

2017 24,3 3.471.926 9.879 4.030

2018 24,3 3.896.169 10.224 3.685

2019 24,3 4.340.729 10.582 3.327

2020 24,4 4.807.505 10.953 2.956

2021 24,4 5.298.727 11.336 2.573

2022 24,5 5.817.025 11.733 2.176

2023 24,5 6.365.521 12.143 1.766

2024 24,6 6.947.938 12.568 1.341

2025 24,7 7.568.742 12.605 1.200

2026 24,7 8.233.301 12.605 1.200

2027 24,8 8.948.101 12.605 1.200

2028 24,9 9.720.407 12.605 1.200

2029 25,0 10.549.357 12.605 1.200

2030 25,1 11.446.153 12.605 1.200

2031 25,2 12.424.519 12.605 1.200

2032 25,4 13.501.274 12.605 1.200

2033 25,5 14.697.047 12.605 1.200

2034 25,6 16.037.151 12.605 1.200

2035 25,8 17.552.661 12.605 1.200

2036 26,0 19.281.738 12.605 1.200

2037 26,2 21.271.258 12.605 1.200

2038 26,4 23.578.817 12.605 1.200

2039 26,6 26.275.193 12.605 1.200

2040 26,9 29.447.382 12.605 1.200

2041 27,2 33.202.320 12.605 1.200

2042 27,5 37.671.478 12.605 1.200

2043 27,9 43.016.495 12.605 1.200

2044 28,3 49.436.122 12.605 1.200

2045 28,8 57.174.753 12.605 1.200

2046 29,4 66.532.926 12.605 1.200

2047 30,0 77.880.229 12.605 1.200

2048 30,8 91.671.188 12.605 1.200

2049 31,7 108.464.794 12.605 1.200

2050 32,8 128.948.537 12.605 1.200

2051 34,1 153.967.951 12.605 1.200

2052 35,0 184.562.970 12.605 1.200

2053 35,0 222.012.635 12.605 1.200

2054 35,0 267.890.088 12.605 1.200

2055 35,0 324.130.215 12.605 1.200

2056 35,0 393.112.844 12.605 1.200

2057 35,0 477.765.082 12.605 1.200

2058 35,0 581.687.188 12.605 1.200

Page 146: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

126

Lampiran 18 Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah II

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 335.029 5.641 6.390

2009 24,1 636.398 5.867 6.327

2010 24,1 937.086 6.101 6.260

2011 24,1 1.237.336 6.345 6.188

2012 24,1 1.537.399 6.599 6.111

2013 24,2 1.837.527 6.863 6.029

2014 24,2 2.137.981 7.138 5.942

2015 24,2 2.439.027 7.423 5.849

2016 24,2 2.740.941 7.720 5.750

2017 24,2 3.044.004 8.029 5.646

2018 24,3 3.348.509 8.350 5.535

2019 24,3 3.654.759 8.684 5.418

2020 24,3 3.963.069 9.031 5.295

2021 24,4 4.273.765 9.393 5.164

2022 24,4 4.587.189 9.583 5.026

2023 24,5 4.903.698 9.774 4.885

2024 24,5 5.223.582 9.970 4.739

2025 24,6 5.547.143 10.169 4.590

2026 24,6 5.874.699 10.373 4.436

2027 24,7 6.206.585 10.580 4.279

2028 24,7 6.543.152 10.792 4.117

2029 24,8 6.884.773 11.008 3.952

2030 24,9 7.231.845 11.228 3.781

2031 25,0 7.584.787 11.452 3.607

2032 25,0 7.944.047 11.681 3.428

2033 25,1 8.310.104 11.915 3.244

2034 25,2 8.683.468 12.153 3.056

2035 25,3 9.064.689 12.396 2.863

2036 25,4 9.454.355 12.605 2.665

2037 25,5 9.853.099 12.605 2.462

2038 25,6 10.261.604 12.605 2.254

2039 25,7 10.680.606 12.605 2.041

2040 25,8 11.110.901 12.605 1.823

2041 25,9 11.553.350 12.605 1.599

2042 26,0 12.008.885 12.605 1.370

2043 26,1 12.478.519 12.605 1.200

2044 26,2 12.963.351 12.605 1.200

2045 26,4 13.464.574 12.605 1.200

2046 26,5 13.983.488 12.605 1.200

2047 26,6 14.521.507 12.605 1.200

2048 26,8 15.080.173 12.605 1.200

2049 26,9 15.658.312 12.605 1.200

2050 27,1 16.254.521 12.605 1.200

2051 27,3 16.870.659 12.605 1.200

2052 27,4 17.508.767 12.605 1.200

2053 27,6 18.171.086 12.605 1.200

2054 27,8 18.860.079 12.605 1.200

2055 28,0 19.578.451 12.605 1.200

2056 28,2 20.329.176 12.605 1.200

2057 28,4 21.115.521 12.605 1.200

2058 28,6 21.941.078 12.605 1.200

Page 147: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

127

Lampiran 19 Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah II

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 335.029 5.641 6.390

2009 24,1 636.398 5.923 6.274

2010 24,1 939.929 6.219 6.151

2011 24,1 1.245.984 6.530 6.020

2012 24,1 1.554.941 6.857 5.882

2013 24,2 1.867.202 7.200 5.736

2014 24,2 2.183.189 7.559 5.581

2015 24,2 2.503.353 7.937 5.417

2016 24,2 2.828.176 8.334 5.243

2017 24,2 3.158.172 8.751 5.060

2018 24,3 3.493.898 9.189 4.866

2019 24,3 3.835.954 9.523 4.661

2020 24,3 4.184.991 9.761 4.448

2021 24,4 4.541.646 10.005 4.229

2022 24,4 4.906.559 10.255 4.004

2023 24,5 5.280.430 10.511 3.773

2024 24,5 5.664.036 10.774 3.535

2025 24,6 6.058.239 11.043 3.291

2026 24,7 6.463.999 11.319 3.040

2027 24,7 6.882.389 11.602 2.782

2028 24,8 7.314.612 11.892 2.517

2029 24,9 7.762.020 12.190 2.244

2030 24,9 8.226.136 12.494 1.965

2031 25,0 8.708.680 12.605 1.677

2032 25,1 9.211.598 12.605 1.382

2033 25,2 9.737.097 12.605 1.200

2034 25,3 10.287.682 12.605 1.200

2035 25,4 10.866.200 12.605 1.200

2036 25,5 11.475.894 12.605 1.200

2037 25,6 12.120.460 12.605 1.200

2038 25,7 12.799.211 12.605 1.200

2039 25,9 13.514.074 12.605 1.200

2040 26,0 14.270.343 12.605 1.200

2041 26,2 15.074.097 12.605 1.200

2042 26,3 15.932.320 12.605 1.200

2043 26,5 16.853.035 12.605 1.200

2044 26,6 17.845.460 12.605 1.200

2045 26,8 18.920.188 12.605 1.200

2046 27,0 20.089.394 12.605 1.200

2047 27,2 21.367.072 12.605 1.200

2048 27,4 22.769.306 12.605 1.200

2049 27,6 24.314.589 12.605 1.200

2050 27,9 26.024.177 12.605 1.200

2051 28,1 27.922.510 12.605 1.200

2052 28,4 30.037.687 12.605 1.200

2053 28,7 32.402.016 12.605 1.200

2054 29,1 35.052.644 12.605 1.200

2055 29,4 38.032.282 12.605 1.200

2056 29,8 41.390.046 12.605 1.200

2057 30,2 45.182.409 12.605 1.200

2058 30,6 49.474.311 12.605 1.200

Page 148: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

128

Lampiran 20 Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah II

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 335.029 5.641 6.390

2009 24,1 636.398 6.205 6.108

2010 24,1 959.298 6.826 5.798

2011 24,1 1.305.598 7.508 5.456

2012 24,1 1.677.515 8.259 5.081

2013 24,2 2.077.721 9.085 4.668

2014 24,2 2.509.497 9.695 4.214

2015 24,2 2.976.947 10.180 3.729

2016 24,2 3.484.957 10.689 3.220

2017 24,3 4.039.689 11.223 2.686

2018 24,3 4.649.318 11.785 2.124

2019 24,4 5.324.807 12.374 1.535

2020 24,4 6.081.004 12.605 1.200

2021 24,5 6.938.179 12.605 1.200

2022 24,5 7.924.160 12.605 1.200

2023 24,6 9.068.001 12.605 1.200

2024 24,7 10.416.085 12.605 1.200

2025 24,8 12.041.407 12.605 1.200

2026 24,9 14.045.795 12.605 1.200

2027 25,1 16.571.426 12.605 1.200

2028 25,2 19.816.953 12.605 1.200

2029 25,4 24.060.077 12.605 1.200

2030 25,7 29.689.155 12.605 1.200

2031 26,0 37.247.437 12.605 1.200

2032 26,3 47.495.013 12.605 1.200

2033 26,8 61.495.525 12.605 1.200

2034 27,4 80.737.573 12.605 1.200

2035 28,2 107.304.673 12.605 1.200

2036 29,3 144.113.205 12.605 1.200

2037 30,8 195.245.535 12.605 1.200

2038 32,7 266.416.392 12.605 1.200

2039 35,0 365.625.779 12.605 1.200

2040 35,0 504.073.068 12.605 1.200

2041 35,0 697.436.719 12.605 1.200

2042 35,0 967.665.881 12.605 1.200

2043 35,0 1.345.488.652 12.605 1.200

2044 35,0 1.873.923.620 12.605 1.200

2045 35,0 2.613.196.029 12.605 1.200

2046 35,0 3.647.620.418 12.605 1.200

2047 35,0 5.095.236.294 12.605 1.200

2048 35,0 7.121.298.098 12.605 1.200

2049 35,0 9.957.161.129 12.605 1.200

2050 35,0 13.926.721.861 12.605 1.200

2051 35,0 19.483.434.368 12.605 1.200

2052 35,0 27.262.133.329 12.605 1.200

2053 35,0 38.151.586.220 12.605 1.200

2054 35,0 53.396.066.394 12.605 1.200

2055 35,0 74.737.555.387 12.605 1.200

2056 35,0 104.614.826.142 12.605 1.200

2057 35,0 146.442.159.518 12.605 1.200

2058 35,0 204.999.547.414 12.605 1.200

Page 149: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

129

Lampiran 21 Hasil simulasi model baseline Wilayah III

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 563.886 3.399 4.747

2009 24,1 1.100.949 3.637 4.628

2010 24,1 1.641.975 3.892 4.501

2011 24,1 2.187.679 4.164 4.365

2012 24,2 2.738.808 4.455 4.219

2013 24,2 3.296.144 4.767 4.063

2014 24,2 3.860.516 5.101 3.896

2015 24,3 4.432.805 5.283 3.717

2016 24,3 5.013.962 5.467 3.533

2017 24,4 5.604.876 5.659 3.341

2018 24,4 6.206.517 5.857 3.143

2019 24,5 6.819.957 6.062 2.938

2020 24,5 7.446.390 6.274 2.726

2021 24,6 8.087.166 6.494 2.506

2022 24,7 8.743.819 6.721 2.279

2023 24,8 9.418.118 6.956 2.044

2024 24,9 10.112.112 7.200 1.800

2025 25,0 10.828.202 7.452 1.548

2026 25,1 11.569.214 7.712 1.288

2027 25,2 12.338.503 7.982 1.018

2028 25,3 13.140.067 8.262 738

2029 25,5 13.978.701 8.551 449

2030 25,6 14.860.172 8.850 150

2031 25,7 15.791.448 8.944 0

2032 25,9 16.777.373 8.944 0

2033 26,1 17.824.580 8.944 0

2034 26,2 18.945.293 8.944 0

2035 26,4 20.154.461 8.944 0

2036 26,6 21.470.389 8.944 0

2037 26,9 22.915.504 8.944 0

2038 27,1 24.517.310 8.944 0

2039 27,3 26.309.549 8.944 0

2040 27,6 28.333.640 8.944 0

2041 27,9 30.640.443 8.944 0

2042 28,2 33.292.427 8.944 0

2043 28,5 36.366.345 8.944 0

2044 28,9 39.956.517 8.944 0

2045 29,3 44.178.869 8.944 0

2046 29,7 49.175.899 8.944 0

2047 30,2 55.122.796 8.944 0

2048 30,8 62.234.949 8.944 0

2049 31,4 70.777.199 8.944 0

2050 32,1 81.075.209 8.944 0

2051 32,9 93.529.454 8.944 0

2052 33,8 108.632.424 8.944 0

2053 34,9 126.989.791 8.944 0

2054 35,0 149.346.435 8.944 0

2055 35,0 176.618.465 8.944 0

2056 35,0 209.932.597 8.944 0

2057 35,0 250.674.595 8.944 0

2058 35,0 300.548.851 8.944 0

Page 150: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

130

Lampiran 22 Hasil simulasi model skenario hijau Wilayah III

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 563.886 3.399 4.747

2009 24,1 1.100.949 3.535 4.729

2010 24,1 1.631.543 3.676 4.708

2011 24,1 2.156.011 3.823 4.685

2012 24,2 2.674.694 3.976 4.658

2013 24,2 3.187.926 4.135 4.629

2014 24,2 3.696.038 4.301 4.596

2015 24,3 4.199.359 4.473 4.560

2016 24,3 4.698.214 4.652 4.521

2017 24,3 5.192.929 4.838 4.478

2018 24,4 5.683.826 5.031 4.431

2019 24,5 6.171.230 5.170 4.380

2020 24,5 6.655.463 5.273 4.327

2021 24,6 7.136.823 5.379 4.271

2022 24,6 7.615.589 5.486 4.214

2023 24,7 8.092.042 5.596 4.154

2024 24,8 8.566.462 5.708 4.092

2025 24,9 9.039.132 5.822 4.028

2026 25,0 9.510.337 5.938 3.962

2027 25,1 9.980.366 6.057 3.893

2028 25,2 10.449.513 6.178 3.822

2029 25,3 10.918.078 6.302 3.748

2030 25,4 11.386.365 6.428 3.672

2031 25,5 11.854.691 6.557 3.593

2032 25,6 12.323.378 6.688 3.512

2033 25,7 12.792.761 6.821 3.429

2034 25,9 13.263.189 6.958 3.342

2035 26,0 13.735.022 7.097 3.253

2036 26,1 14.208.639 7.239 3.161

2037 26,3 14.684.435 7.384 3.066

2038 26,4 15.162.828 7.531 2.969

2039 26,6 15.644.256 7.682 2.868

2040 26,7 16.129.185 7.836 2.764

2041 26,9 16.618.109 7.992 2.658

2042 27,1 17.111.552 8.152 2.548

2043 27,2 17.610.074 8.315 2.435

2044 27,4 18.114.276 8.482 2.318

2045 27,6 18.624.798 8.651 2.199

2046 27,8 19.142.332 8.824 2.076

2047 28,0 19.667.620 8.944 1.949

2048 28,2 20.201.464 8.944 1.819

2049 28,4 20.744.727 8.944 1.686

2050 28,6 21.298.347 8.944 1.548

2051 28,8 21.863.338 8.944 1.407

2052 29,0 22.440.800 8.944 1.262

2053 29,2 23.031.929 8.944 1.114

2054 29,5 23.638.026 8.944 961

2055 29,7 24.260.504 8.944 804

2056 30,0 24.900.907 8.944 643

2057 30,2 25.560.917 8.944 478

2058 30,5 26.242.368 8.944 309

Page 151: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

131

Lampiran 23 Hasil simulasi model skenario moderat Wilayah III

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 563.886 3.399 4.747

2009 24,1 1.100.949 3.569 4.687

2010 24,1 1.634.298 3.747 4.623

2011 24,1 2.164.347 3.935 4.554

2012 24,2 2.691.511 4.132 4.481

2013 24,2 3.216.208 4.338 4.402

2014 24,2 3.738.863 4.555 4.319

2015 24,3 4.259.907 4.783 4.230

2016 24,3 4.779.781 5.022 4.136

2017 24,3 5.298.936 5.190 4.035

2018 24,4 5.817.838 5.320 3.930

2019 24,5 6.336.925 5.453 3.822

2020 24,5 6.856.623 5.589 3.711

2021 24,6 7.377.378 5.729 3.596

2022 24,7 7.899.657 5.872 3.478

2023 24,7 8.423.953 6.019 3.356

2024 24,8 8.950.791 6.169 3.231

2025 24,9 9.480.729 6.323 3.102

2026 25,0 10.014.372 6.482 2.968

2027 25,1 10.552.369 6.644 2.831

2028 25,2 11.095.430 6.810 2.690

2029 25,3 11.644.332 6.980 2.545

2030 25,4 12.199.928 7.154 2.396

2031 25,6 12.763.161 7.333 2.242

2032 25,7 13.335.080 7.517 2.083

2033 25,8 13.916.851 7.705 1.920

2034 26,0 14.509.781 7.897 1.753

2035 26,1 15.115.334 8.095 1.580

2036 26,3 15.735.159 8.297 1.403

2037 26,4 16.371.119 8.504 1.221

2038 26,6 17.025.317 8.717 1.033

2039 26,8 17.700.142 8.935 840

2040 26,9 18.398.302 8.944 642

2041 27,1 19.122.879 8.944 438

2042 27,3 19.877.383 8.944 228

2043 27,5 20.665.818 8.944 13

2044 27,7 21.492.753 8.944 0

2045 27,9 22.358.706 8.944 0

2046 28,2 23.269.228 8.944 0

2047 28,4 24.231.009 8.944 0

2048 28,6 25.251.730 8.944 0

2049 28,9 26.340.206 8.944 0

2050 29,1 27.506.562 8.944 0

2051 29,4 28.762.424 8.944 0

2052 29,7 30.121.152 8.944 0

2053 30,0 31.598.095 8.944 0

2054 30,3 33.210.889 8.944 0

2055 30,7 34.979.805 8.944 0

2056 31,0 36.928.143 8.944 0

2057 31,4 39.082.684 8.944 0

2058 31,8 41.474.215 8.944 0

Page 152: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

132

Lampiran 24 Hasil simulasi model skenario pesimis Wilayah III

Tahun Suhu Udara (ºC) CO2 (ton) Luas Lahan Terbangun

(ha) Luas RTH (ha)

2008 24,1 563.886 3.399 4.747

2009 24,1 1.100.949 3.739 4.577

2010 24,1 1.654.361 4.113 4.390

2011 24,1 2.225.631 4.524 4.184

2012 24,2 2.816.456 4.976 3.958

2013 24,2 3.428.769 5.291 3.709

2014 24,2 4.064.817 5.555 3.445

2015 24,3 4.727.057 5.833 3.167

2016 24,3 5.418.390 6.124 2.876

2017 24,4 6.142.423 6.431 2.569

2018 24,4 6.903.732 6.752 2.248

2019 24,5 7.708.239 7.090 1.910

2020 24,6 8.563.725 7.444 1.556

2021 24,7 9.480.561 7.817 1.183

2022 24,8 10.472.725 8.207 793

2023 24,9 11.559.218 8.618 382

2024 25,0 12.766.059 8.944 0

2025 25,1 14.127.972 8.944 0

2026 25,2 15.685.386 8.944 0

2027 25,4 17.506.458 8.944 0

2028 25,6 19.686.107 8.944 0

2029 25,8 22.356.695 8.944 0

2030 26,0 25.702.995 8.944 0

2031 26,3 29.983.128 8.944 0

2032 26,6 35.557.887 8.944 0

2033 26,9 42.931.780 8.944 0

2034 27,3 52.810.500 8.944 0

2035 27,9 66.181.373 8.944 0

2036 28,5 84.425.986 8.944 0

2037 29,4 109.477.868 8.944 0

2038 30,5 144.043.241 8.944 0

2039 31,9 191.910.069 8.944 0

2040 33,8 258.380.729 8.944 0

2041 35,0 350.877.742 8.944 0

2042 35,0 479.791.807 8.944 0

2043 35,0 659.669.032 8.944 0

2044 35,0 910.873.073 8.944 0

2045 35,0 1.261.912.110 8.944 0

2046 35,0 1.752.696.627 8.944 0

2047 35,0 2.439.100.291 8.944 0

2048 35,0 3.399.345.189 8.944 0

2049 35,0 4.742.941.158 8.944 0

2050 35,0 6.623.200.832 8.944 0

2051 35,0 9.254.760.729 8.944 0

2052 35,0 12.938.110.748 8.944 0

2053 35,0 18.093.935.483 8.944 0

2054 35,0 25.311.192.040 8.944 0

2055 35,0 35.414.418.999 8.944 0

2056 35,0 49.557.968.942 8.944 0

2057 35,0 69.357.934.003 8.944 0

2058 35,0 97.076.841.626 8.944 0

Page 153: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

133

Lampiran 25 Kuesioner untuk anggota masyarakat Kabupaten Bandung

BIODATA RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur : tahun

3. Alamat, Desa/kecamatan : ………………………………………………

4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

5. Status Perkawinan : Kawin Janda

Tdk Kawin Duda

6. Pendidikan : Tdk tamat SD Sarjana (S1)

Tamat SD Pascasarjana S2

SLTP Pascasarjana S3

SLTA

7. Pekerjaan :

8. Jumlah total anggota keluarga :

Mohon untuk memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban dan berikan

penjelasan yang sesuai dengan pendapat Anda pada beberapa pertanyaan berikut ini :

1. Apakah menurut anda daerah perkotaan di Kabupaten Bandung sekarang ini sudah

mengalami pencemaran udara ?

a. Ya, udara di daerah perkotaan di Kabupaten Bandung sudah sangat tercemar

b. Ya, udara di daerah perkotaan di Kabupaten Bandung tercemar tetapi masih ringan

c. Daerah perkotaan Kabupaten Bandung belum mengalami pencemaran udara

2. Apakah menurut anda kondisi udara perkotaan di Kabupaten Bandung sekarang ini panas

?

a. Ya, sangat panas

b. Ya, udara di perkotaan sedang saja panasnya

b. Tidak panas

3. Apakah menurut anda dalam 10 tahun terakhir ini suhu udara lebih panas (terutama ketika

musim kemarau )?

a. Ya, semakin panas

b. Tidak ada perubahan

c Semakin dingin

4. Apakah kondisi di perkotaan sekarang ini (terutama pada musim kemarau) masih nyaman

?

a. Ya, masih nyaman

b. Kenyamanan sedang-sedang saja

c. Tidak nyaman

5. Berapa jumlah kendaraan roda dua yang anda miliki dalam satu keluarga ?

a. Tidak mempunyai kendaraan roda dua

b. 1 kendaraan roda dua

c. 2 kendaraan roda dua

d. Lebih dari 2 kendaraan roda dua, yaitu sebanyak..............

Page 154: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

134

6. Berapa jumlah kendaraan roda empat (mobil) dalam satu keluarga anda ?

a. Tidak mempunyai mobil

b. 1 mobil

c. 2 mobil

d. Lebih dari 2 mobil, yaitu sebanyak..............

7. Jika anda mempunyai kendaraan roda dua, berapa kebutuhan bensin rata-rata per

kendaraan roda dua per bulan ? .......liter/bulan

8. Jika anda mempunyai mobil berbahan bakar bensin, berapa kebutuhan bensin rata-rata per

mobil per bulan ? ................liter/bulan

9. Jika mobil anda berbahan bakar solar, berapa kebutuhan solar rata-rata per mobil per bulan

? ......................liter/bulan

10. Berapa pendapatan rata-rata rumah tangga anda per-bulan pada tahun terakhir ini :

a. Kurang dari Rp.1.000.000

b. Antara Rp. 1.000.000 – 2.000.000

c. Antara Rp. 2.000.000 – 3.000.000

d. Antara Rp. 3.000.000 – 4.000.000

e. Lebih dari Rp. 4.000.000

11. Jika Tuhan memberikan rizki yang lebih baik pada tahun-tahun mendatang kepada anda

sehingga penghasilan perbulan anda semakin meningkat, maka setelah kebutuhan sandang

dan pangan terpenuhi apa saja yang akan anda beli :

a. Membeli peralatan rumah tangga yang mewah

b. Membeli kendaraan roda dua

c. Membeli kendaraan roda empat

d. Membeli rumah lagi untuk investasi

e. Membeli tanah/ladang untuk berkebun

12. Industri apa yang letaknya terdekat dengan tempat tinggal anda ?.................................

13. Apakah menurut anda industri tersebut menyebabkan udara di lingkungan anda menjadi

tidak bersih dan menjadi tidak nyaman ?

a. ya, udara menjadi kotor dan tidak nyaman. Sebutkan bentuk ketidaknyamanan anda

(mungkin dari bau atau warna udara)...................................................................

.........................................................................................................................................

b. Industri tersebut tidak menyebabkan udara di lingkungan kami kotor.

14. Apakah pernah ada masalah yang diakibatkan oleh adanya industri tersebut ?

a. Tidak

b. Ya, pernah. Sebutkan masalah tersebut........................................................................

........................................................................................................................................

15. Apakah menurut anda pengelolaan sampah di lingkungan anda sudah baik ?

a. Ya, sudah baik

b. Cukup baik

c. Kurang baik, karena.......................................................................................................

.........................................................................................................................................

16. Apakah anda sudah melakukan pemilahan sampah yaitu sampah basah (sisa makanan, sisa

sayuran, daging dan lain-lain) dengan sampah kering (plastik, kaca, batu baterai, botol

bekas dan lain-lain) ?

a. Belum melakukan pemilahan sampah

b. Sudah melakukan pemilahan sampah dan menggunakan kembali sampah tersebut

dengan tanpa diolah terlebih dahulu. Mohon disebutkan contohnya........................

.........................................................................................................................................

c. Sudah melakukan pemilahan sampah dan mendaurulang sampah tersebut. Mohon

disebutkan contohnya.....................................................................................................

Page 155: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

135

17. Jika anda belum melakukan pemilahan sampah, agar dapat membantu dan dapat

meringankan beban Pemda dalam mengelola sampah tersebut, apakah anda mau untuk

melakukan pemilahan sampah ?

a. Ya, mau.

b. Ya mau, dengan syarat pemda benar-benar mengolah sampah tersebut dengan baik

agar yang dilakukan warga tidak sia-sia

b. Tidak karena sangat merepotkan

18. Apakah menurut anda ruang terbuka hijau (tanaman, taman kota, hutan kota) di wilayah

kecamatan/desa tempat anda tinggal sudah cukup ?

a. Sudah cukup

b. Masih kurang dan perlu ditambah

19. Apakah menurut anda ruang terbuka hijau dapat menurunkan suhu udara dan

meningkatkan kenyamanan ?

a. Ya, dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kenyamanan

b. Tidak berpengaruh terhadap suhu udara dan kenyamanan

20. Sebaiknya tanaman apa yang ditanam pada pengembangan ruang terbuka hijau ?

a. Tanaman asli Kabupaten Bandung (tanaman lokal), sebutkan tanaman asli

tersebut............................................................................................................................

b. Tanaman dari luar Kabupaten Bandung (bukan tanaman lokal)

c. Campuran tanaman lokal dan luar Kabupaten Bandung

21 Tanaman apa yang anda inginkan untuk ditanam sebagai ruang terbuka hijau ?

a. Tanaman/pohon-pohonan penghasil pangan (buah-buahan) dan atau perindang

b. Tanaman bunga-bungaan (berupa taman bunga), tumbuhan rendah

c. Kedua-duanya perlu ditanam

22. Apakah pemerintah daerah masih memprioritaskan pembangunan ekonomi daripada

lingkungan hidup ?

a. Ya. Pemerintah daerah masih lebih memprioritaskan peningkatan ekonomi

dibandingkan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

b. Pemerintah daerah sudah mulai mempertimbangkan kondisi lingkungan hidup

meskipun belum seperti yang diharapkan.

c. Pengelolaan lingkungan masih dianggap tidak penting oleh pemerintah daerah..

d. Pemerintah daerah sudah sangat baik dan memuaskan dalam mengelola lingkungan

hidup.

23. Apakah anda mau berpartisipasi (membantu) apabila ada program penanaman

(penghijauan) ?

a. Ya, dengan senang hati akan membantu.

b Membantu seadanya karena sudah ada institusi yang bertanggungjawab.

c. Tidak perlu membantu karena sudah ada institusi yang bertanggungjawab.

24. Jika anda memiliki lahan pekarangan yang cukup luas, dan uang yang cukup banyak, apa

yang akan anda lakukan terhadap lahan pekarangan tersebut :

a. Membangun rumah yang besar sehingga lahan pekarangan tidak tersisa lagi.

b. Membangun rumah yang luasnya sedang dan sisanya ditanami dengan pohon buah-

buhan, taman bunga dan kebun sayur.

c. Membangun rumah secukupnya dan lebih banyak menanami pekarangan dengan

pohon buah-buahan, taman bunga dan kebun sayur.

d. Seluruh lahan pekarangan akan ditanami pohon-pohon buah-buahan, taman bunga dan

kebun sayur.

Page 156: MODEL KOTA HIJAU DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT · Kabupaten Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang sudah mengalami efek pulau bahang. Kabupaten Bandung juga merupakan

136

Lampiran 26 Daya rosot CO2 beberapa jenis tumbuhan yang dapat dikembangkan di

Kabupaten Bandung

No. Nama Jenis Rosot CO2 (kg/pohon/tahun)

Klasifikasi Daya Rosot

1. Coompasia exselsa 0,20 SR 2. Hopea mengarawan 0,42 SR 3. Tamarindus indica 1,49 SR 4. Nephelium lappaceum 2,19 SR 5. Hopea odorata 4,23 SR 6 Erythrina cristagalli 4,55 SR 7. Maniltoa grandiflora 8,26 SR 8. Pithecelobium dulce 8,48 SR 9. Pterocarpus indicus 11,12 RD 10. Pachira affinis 12,63 RD 11. Acacia mangium 15,19 RD 12. Sapium indicum 16,50 RD 13. Intsia bijuga 19,25 RD 14. Khaya anthotheca 21,90 RD 15. Dipterocarpus retusa 24,24 RD 16. Caesalpinia pulcherrima 30,95 RD 17. Carapa guinensis 34,15 RD 18. Mimusops elengi 34,29 RD 19. Pterygota alata 36,19 RD 20. Manilkara kauki 41,78 RD 21. Delonix regia 42,20 RD 22. Acacia 48,68 RD 23. Schima wallichii 63,31 SD 24. Anona muricata 75,29 SD 25. Khaya senegalenis 83,86 SD 26. Swietenia macrophylla 114,03 SD 27. Cassia grandis 116,25 SD 28. Artocarpus heterophyllus 126,51 SD 29. Tectona grandis 135,27 SD 30. Lagerstroemia speciosa 160,14 TG 31. Adenanthera pavoniana 221,18 TG 32. Cinnamomum parthenoxylon 227,21 TG 33. Swietenia mahagoni 295,73 TG 34. Pometia pinnata 329,76 TG 35. Felicium decipiens 404,83 TG 36. Beilschmiedia roxburghiana 442,63 TG 37. Ficus benjamina 535,90 ST 38. Trachilobium verrucossum 562,09 ST 39. Dysoxylum excelsum 720,49 ST 40. Canangium odoratum 756,59 ST 41. Strombosia zeylanica 1603,20 ET 42. Cassia sp. 5.295,47 ET 43. Samanea saman 28.488,39 ET

Sumber : Dahlan (2008)